pengaruh aktifitas belajar siswa di kebun raya bogor terhadap kesadaran lingkungan

58
Proposal Skripsi PENGARUH AKTIFITAS BELAJAR SISWA DI KEBUN RAYA BOGOR TERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN (Survei pada pengunjung Kebun Raya Bogor) AHMAD DZULFAQOR 4315072136 Proposal Penelitian Ini Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Penelitian Skripsi Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan JURUSAN GEOGRAFI

Upload: ahmad-dzulfaqor

Post on 24-Oct-2015

160 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Proposal Skripsi

PENGARUH AKTIFITAS BELAJAR SISWA DI KEBUN RAYA BOGORTERHADAP KESADARAN LINGKUNGAN(Survei pada pengunjung Kebun Raya Bogor)

AHMAD DZULFAQOR

4315072136

Proposal Penelitian Ini Ditulis Untuk Memenuhi Persyaratan Penelitian Skripsi Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA2013

Page 2: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan bagian kecil dalam lingkungan hidup dan keduanya

merupakan sebuah kesatuan yang saling bergantung antara satu dengan yang lain,

baik itu manusia mempengaruhi lingkungan hidup ataupun sebaliknya. Menurut

Soemarwoto (1994), lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai ruang yang

ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di

dalamnya. Hal tersebut meliputi lingkungan alam hayati. Lingkungan hidup social

dan lingkungan hidup binaan. Lingkungan hidup ini harus dipelihara agar system

lingkungan tersebut dapat berada dalam keadaan seimbang dan harmonis dan

fungsinya tetap terjaga untuk mendukung peri kehidupan manusia dari generasi ke

generasi serta makhluk hidup lainnya.

Salah satu pendekatan dalam mewujudkan dimensi moral dan etika

manusia untuk penanaman pengertian tentang pentingnya menjaga keserasian dan

keseimbangan lingkungan hidup dengan manusia itu sendiri dapat disalurkan

melalui jalur pendidikan. Pendidikan lingkungan hidup merupakan upaya

mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen

masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan

lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan

aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan

Page 3: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

generasi sekarang dan yang akan datang (National Environmental Education

Advisory Council, 1996).

Menurut Soemarwoto (1994), manusia memperoleh pengetahuan tentang

lingkungan hidup melalui pengalaman kehidupan sehari-hari, rasio dan

pendidikan lingkungan hidup (baik formal maupun nonformal/informal). Secara

lebih spesifik dipaparkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (2004), bahwa

Pendidikan lingkungan dapat diperoleh dengan cara yang beragam, baik dalam

bentuk pendidikan formal, nonfomal dan informal. Pendidikan lingkungan hidup

formal didapat dari jalur pendidikan di sekolah, sedangkan pendidikan lingkungan

hidup informal dapat diperoleh di lingkungan masyarakat.

Kebun raya (atau bisa juga disebut kebun botani atau taman botani) adalah

suatu area kebun yang ditanami berbagai jenis tumbuhan yang ditujukan terutama

untuk keperluan penelitian dan konservasi. Selain untuk penelitian, kebun raya

juga kerap kali digunakan sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung.

Suasana di dalam kebun raya dapat menyejukkan bagi para pengunjung, sehingga

kebun raya dapat menjadi tujuan para wisatawan khususnya wisatawan domestic

untuk memenuhi salah satu kebutuhan manusia, yaitu mengembalikan kesegaran

jasmani maupun rohani.

Target dari Strategi Global untuk Konservasi Tanaman (dibuat oleh

Konvensi Keanekaragaman Hayati) mensyaratkan bahwa setiap orang harus

memahami pentingnya keanekaragaman tanaman dan pentingnya konservasi.

Untuk mewujudkan tujuan ini secara efektif, bagaimanapun, dibutuhkan

interpretasi yang tersusun rapi dalam mengkomunikasikan pentingnya kepedulian

Page 4: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

pelestarian lingkungan untuk masa depan. Tanpa penafsiran demikian,

kemungkinan kebun raya hanya akan memiliki sedikit daya tarik bagi masyarakat,

padahal Kepala Dewan dari Kebun Binatang Australia (2005) juga menyatakan

bahwa meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya keanekaragaman hayati

sangatlah penting dalam mendorong pelestarian karena dapat menimbulkan

kebutuhan apreasiasi untuk melestarikan habitat alami, memahami ancaman dan

konsekuensi dari hilangnya keanekaragama hayati, serta menghargai langkah-

langkah netral yang akan diambil.

Beberapa penelitian tentang kebun raya menyatakan bahwa masyarakat

sekarang, terdiri dari orang yang di dalamnya telah terputus dari dunia alaminya,

padahal ada ancaman dari perubahan iklim serta kepunahan spesies tumbuhan dan

hewan yang diperkirakan akan semakin buruk keadaannya dengan adanya

kemajuan perindustrian. Di sini, kebun raya bisa memainkan peran penting dalam

menghubungkan kembali orang-orang tersebut dengan alam, mendidik mereka

dan menunjukkan kepada mereka model untuk kehidupan yang berkelanjutan.

Di Inggris, ada lebih dari 130 kebun botani/kebun raya, yang dapat

menarik sekitar enam juta pengunjung setiap tahun. Kebun raya di Inggris

dianggap sebagai lembaga eksklusif dan elit. Masih banyak lagi kebun raya yang

berperan sebagai tempat wisata terkenal, misalnya, taman Monet di Prancis,

Central Park di New York, Amerika serikat, Kirstenbosch Gardens di Afrika

Selatan, Butchart Gardens di Kanada dan Kew Gardens di Inggris yang dua tahun

terakhir menarik lebih dari 1,5 juta wisatawan setiap tahunnya (ACIL Tasman,

2004, Kew Royal Botanical, 2006).

Page 5: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Sesuai dengan namanya, Kebun Raya Bogor (KRB) atau Kebun Botani

Bogor yang kini bernama resmi Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya

Bogor terletak di Kota Bogor, Jawa Barat Indonesia. Kawasan konservasi ini

menempati lahan seluas 87 hektar dan memiliki sedikitnya 15.000 koleksi jenis

tumbuhan. Kebun raya ini didirikan oleh Gubernur Jenderal Van Der Capellen

dengan nama s’Lands Plantentuinte Buitenzorg pada tanggal 18 Mei 1817. Kebun

Raya Bogor memiliki sekitar 15.000 jenis koleksi tumbuhan. Untuk menuju lokasi

Kebun Raya Bogor dapat ditempuh melalui tengah kota Bogor, +60 km dari

Jakarta ke arah selatan.

Adapun yang menjadi daya tarik KRB antara lain dengan adanya bunga

bangkai (Amorphophalus titanium), bunga ini dapat mencapai tinggi 2 m dan

merupakan bunga majemuk terbesar di dunia tumbuhan. Pohon leci (Litchi

chinenis) yang menjadi pohon tertua di KRB, bunga regnant frangipani yang

akarnya selalu keluar dari tanah, bunga Lily, pohon Raja, Kelapa sawit tertua di

Asia Tenggara yang masih hidup hingga sekarang, dan pohon habitat kelelawar.

Di KRB juga terdapat museum hewan (museum zoology), perpustakaan, Istana

Bogor, koleksi taman anggrek, taman lumut, taman kaktus, pusat riset dan

pengembangan biologi, serta ribuan koleksi spesies tanaman tropis yang

dikelompokkan sesuai dengan jenisnya, misalnya keluarga palem, bamboo,

tanaman obat (herbarium) dan juga terdapat pohon-pohon tua yang sudah langka

dan umurnya mencapai ratusan tahun.

Visi Kebun Raya Bogor adalah menjadi kebun raya yang terbaik kelas

dunia, terutama dalam bidang konservasi tumbuhan dan pelayanan dalam aspek

Page 6: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

botani, pendidikan, lingkungan, hortikultura, lanskap, dan pariwisata. Sedangkan

misinya adalah melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi

tumbuhan melalui kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi serta

peningkatan apresiasi masyarakat terhadap Kebun Raya, tumbuhan dan

lingkungan dalam upaya pemanfaatan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan

masyarakat.

Kebun Raya Bogor pun memiliki posisi tersendiri di antara empat kebun

raya di Indonesia saat ini. Sejak digulirkannya Program revitalisasi dan

Pengembangan kebun raya di Indonesia pada tahun 2002, yang melibatkan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

kinerja kebun raya tampak semakin nyata. Revitalisasi dilakukan di empat kebun

raya yang menjadi tanggung jawab LIPI yakni Kebun Raya Bogor, Purwodadi,

Eka Karya Bali dan Cibodas. Perbaikan jalan, penyediaan air bersih, pembuatan

rumah tamu, shelter rumah kaca dan laboratorium telah meningkatkan fungsi

kebun raya sebagai pusat konservasi, penelitian, pendidikan, serta rekreasi. Kebun

Raya Bogor yang merupakan kebun raya tertua di Indonesia, dipercayakan

sebagai Pembina bagi tiga kebun raya lainnya dalam menjalankan program ini.

Kondisi di atas tentu akan menuntut anggapan bahwa Kebun Raya Bogor

akan menjadi sarana yang baik dalam pendidikan informal mengenai lingkungan

hidup bagi masyarakat yang nantinya diharapkan akan semakin menumbuhkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan. Terlebih Kebun

Raya Bogor yang keberadaannya di tengah kota, selain sebagai tempat rekreasi,

Page 7: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

juga merupakan tempat yang cocok untuk memenuhi kebutuhan pendidikan

lingkungan bagi masyarakat kota.

Sampah sebagai masalah kebersihan di Kota Bogor, sejak puluhan tahun

silam sudah menjadi masalah krusial dan butuh solusi holistic. Berdasarkan Data

dari LKPJ walikota Bogor, volume sampah Kota Boor tahun 2011 telah mencapai

2.402,4 m3 artinya naik sebanyak 2,8% dari 2.337 m3 pada tahun 2010. Problem

kebersihan lingkungan di Bogor membutuhkan keterlibatan serta kepedulian

semua pihak tidak terkecuali para pendidik dan pelajar untuk mengatasinya.

Menurut seorang aktivis lingkungan Kota Bogor, M. Samhudi Tanara,

generasi penerus bangsa (pelajar) kini terkesan tidak lagi peduli terhadap

pemeliharaan kebersihan, baik di lingkungan sekolah, di lingkungan tempat

tinggalnya apalagi tempat-tempat umum (ruang publik). Jika memang ada, hanya

segelintir pelajar saja yang peduli dan mengerti akan pentingnya kebersihan

lingkungan. Seperti halnya di Kota Bogor, belakang ini tidak pernah lagi terlihat

rombongan pelajar yang sengaja melakukan gerakan bakti kebersihan di tempat-

tempat umum. Padahal di era tahun 1980-an, pelajar Kota Bogor sangat dikenal

sebagai pelajar yang peduli terhadap lingkungan. Pelajar kota Bogor pada waktu

itu menyatakan diri sebagai kader kebersihan dan garda terdepan sebagai

pengawas kebersihan Kota Bogor, menyusul Ikrar Pemuda melalui Komite

Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Bogor pada pertengahan Maret 1985

lalu di Balaikota (Samhudi, M, 2011).

Kondisi yang disebutkan di atas sangatlah tidak relevan dengan

keberadaan Kebun Raya Bogor saat ini yang tidak hanya berperan sebagai Pusat

Page 8: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Konservasi Tumbuhan, namun juga sebagai sarana pendidikan lingkungan bagi

masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Dimana sesuai

dengan salah satu misi PKT Kebun Raya Bogor yakni meningkatkan mutu

pelayanan publik termasuk mutu pendidikan lingkungan dan penyediaan

informasi ilmiah. Dalam hal ini pengembangan dan revitalisasi Kebun Raya

Bogor yang kian gencar dilakukan diantaranya berwujud peningkatan fasilitas,

promosi melalui media massa, pengadaan program pendidikan lingkungan, dan

kegiatan-kegiatan penanaman lingkungan, serta kegiatan lainnya. Ketimpangan

dua kondisi di atas yang menurut peneliti layak dan perlu untuk dikaji dalam

penelitian tentang pengaruh aktivitas belajar siswa di Kebun Raya Bogor terhadap

kesadaran lingkungan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini akan

fokus dalam identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk pengalaman belajar yang diberikan Kebun Raya Bogor

terhadap siswa?

2. Bagaimanakah pengaruh aktivitas belajar siswa di Kebun Raya Bogor

terhadap kesadaran mereka terhadap lingkungan?

3. Bagaimana wujud tindakan dari kesadaran siswa terhadap lingkungan setelah

mendapatkan pengalaman belajar di Kebun Raya Bogor ?

Page 9: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

C. Pembatasan Masalah

D. Dari identifikasi di atas, maka masalah difokuskan pada penelitian

tentang “Pengaruh Aktivitas Belajar Siswa di Kebun Raya Bogor terhadap

Kepedulian Lingkungan.”

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka

perumusan masalah dari penelitian ini adalah : “Apakah terdapat pengaruh dari

aktivitas belajar siswa di Kebun Raya Bogor terhadap kesadaran siswa terhadap

pelestarian lingkungan hidup.”

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Masyarakat dalam meningkatkan kesadaran untuk peduli terhadap

lingkungan.

2. Pihak pengelola Kebun Raya Bogor dalam meningkatkan sarana dan prasarana

untuk menunjang program edukasi dan peningkatan kesadaran pengunjung.

3. Dunia pendidikan dalam menambah sumbangan ilmu pengetahuan.

4. Peneliti dalam menambah wawasan mengenai peranan Kebun Raya Bogor

sebagai sarana dan sumber pengalaman belajar sektor informal dalam

pendidikan lingkungan hidup.

G. Definisi Operasional

Page 10: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Agar bentuk penelitian dapat tergambar lebih jelas, berikut merupakan

definisi operasional pada penelitian ini:

1. Responden adalah pengunjung dari kalangan pelajar. Dalam hal ini

pelajar/siswa yang dipilih adalah siswa yang berkunjung dengan tujuan studi

ataupun observasi di Kebun Raya Bogor

2. Kebun Raya Bogor berperan sebagai sarana pendidikan lingkungan secara

informal. Sehingga dianggap telah menyediakan berbagai fasilitas maupun

program yang dapat mendukung tercapainya visi PKT Kebun Raya Bogor

dalam hal pendidikan lingkungan

3. Kesadaran lingkungan yang akan diukur dalam penelitian ini terbatas pada

perubahan paradigma siswa terhadap lingkungan, dengan menggunakan skala

NEP (new environmental paradigm) pada aspek afektif, kognitif &

disposisional. Dengan kata lain tidak mengarah pada ukuran berwujud

tindakan. Dengan mempertimbangkan tidak memungkinkannya peneliti

mengukur tindakan dari subjek, langsung di lokasi penelitian.

4. Untuk membatasi konteks kesadaran lingkungan agar searah dengan peranan

esensial dari Kebun Raya Bogor, penjabaran setiap indikator kesadaran

lingkungan menjadi point pertanyaan dalam instrumen penelitian (kuisioner)

juga terbatas pada konteks konservasi tumbuhan.

Page 11: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Aktivitas Belajar / Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses, karenanya terdapat masukan (input),

yaitu yang akan diproses dan nantinya akan diperoleh hasil dari proses tersebut

(hasil belajar). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No.22 tahun

2003). Hergenhahn dan Olson (1997, dalam Walgito, 2010) menggambarkan

proses belajar melalui skema sebagai berikut:

Gambar 1. Skema Proses Belajar

(Sumber : Walgito, 2010)

Output belajar dapat berupa peningkatan pengetahuan, perubahan persepsi,

dan perubahan perilaku (Walgito, 2010). Terdapat beberapa jenis input yang

mempengaruhi proses belajar, yaitu input mentah (individu yang akan belajar),

input instrumen (guru, media belajar, dll) dan input lingkungan. Interaksi antar

input tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar (Walgito, 2010).

Sejumlah penelitian menunjukkan adanya hubungan antara media

pembelajaran seperti label pada tempat-tempat wisata dengan peningkatan

Pengalaman Belajar Hasil

Output

Page 12: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

pengetahuan pengunjung yang membacanya. Hasil penelitian oleh Howard et al.

(2001) menemukan bahwa 34% dari peserta kemah mendapatkan sejumlah

informasi dengan membaca panel. Selain itu Prentice et al. (1998) juga

menemukan bahwa siswa yang mengatakan telah membaca panel atau label

outdoor mendapatkan nilai yang lebih tinggi pada test di suatu museum

dibandingkan dengan siswa yang tidak membaca panel.

2. Kebun Raya

Hutan kota adalah sebuah ekosistem. Komponen-komponen ekosistem

hutan kota adalah manusia sebagai pelaku, dan unit atau organisasi. Setiap

komponen merupakan subsistem yang kompleks. Bagian dari bentuk hutan kota

adalah kebun raya (Irwan, 2005). Hutan ini (kebun raya) biasanya bersifat

informal dan estetis, dan dengan demikian sangat baik difungsikan untuk

menampilkan keterkaitan antara tanaman, hewan dan manusia dan menjelaskan

bagaimana komponen yang berbeda dapat terkait erat dan saling tergantung

(Jones, 2000).

Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No.93 Tahun 2011 tentang

Kebun Raya, disebutkan bahwa kebun raya sebagai kawasan konservasi tumbuhan

secara ex-situ berperan dalam rangka mengurangi laju degradasi keanekaragaman

tumbuhan, sehingga perlu meningkatkan pembangunan kebun raya. Kebun raya

sebagai bagian dari agenda abad 21 Indonesia terkait konservasi keanekaragaman

hayati, harus dibangun secara terencana, terkoordinasi dan memenuhi standar

pembangunan kebun raya.

Page 13: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Kebun raya sangatlah bervariasi dalam tujuan, penataan, dan fiturnya,

sehingga tidak mengherankan bahwa penelitian telah mengidentifikasi secara luas

berbagai faktor yang memotivasi setiap orang dalam melakukan kunjungan. Motif

ini termasuk apresiasi terhadap estetika dan tanaman langka berkualitas tinggi,

bunga dalam desain taman dan teknik lansekap yang digunakan dalam periode

sejarah yang berbeda, kekaguman dari pemandangan yang ada serta suasana

kebun, dan kenyamanan untuk berada di luar ruangan (Connell & Meyer, 2004).

Keuntungan berupa kedamaian dan ketenangan yang ditimbulkan dalam

penataan taman telah diidentifikasi sebagai fitur yang dapat menarik orang untuk

mengunjungi kebun raya (Bennett & Swasey, 1996; Kepala Dewan Kebun Raya

Australia, 2005; Darwin-Edwards, 2000). Alasan lain untuk mengunjungi kebun

raya adalah termasuk rekreasi, bermain dan berinteraksi sosial (Bennett &

Swasey, 1996, Darwin-Edwards, 2000), keinginan untuk mendapatkan inspirasi

(Bennet & Swasey, 1996), dan kesempatan untuk bersantai dan membaca (Bennet

& Swasey, 1996, Crilley & Price, 2005).

Kebun raya memiliki potensi untuk memberikan pengalaman belajar

bersifat informal yang tidak hanya mempromosikan pentingnya tanaman, habitat

dan konservasi, tetapi juga mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan tindakan

pengunjung (Willson, 1997). Kebun raya, khususnya secara tradisional, dikaitkan

dengan pelestarian lingkungan dan pendidikan, untuk itu mereka biasanya berisi

koleksi tanaman bernilai pendidikan, tujuan ilmiah dan lansekap. Kebun raya di

seluruh dunia mulai mengambil tanggung jawab lebih besar dalam mendidik

Page 14: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

masyarakat tentang isu perubahan lingkungan secara global dan isu konservasi

(Mintz & Rode, 1999; Willison, 1997).

3. Kebun Raya Bogor

KRB terletak di Kota Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Kawasan konservasi

ini menempati lahan seluas 87 hektar dan memiliki sedikitnya 15.000 koleksi jenis

tumbuhan. Kebun raya ini didirikan oleh Gubernur Jenderal Van Der Capellen

dengan nama s’Lands Plantentuinte Buitenzorg pada tanggal 18 Mei 1817. Kebun

ini memiliki sekitar 15.000 jenis koleksi tumbuhan. Salah satu daya tarik utama

KRB adalah bunga bangkai (Amorphophalus titanium) yang tingginya dapat

mencapai 2m dan merupakan bunga majemuk terbesar di dunia tumbuhan. Untuk

menuju KRB, dapat ditempuh melalui tengah kota Bogor, +60 km dari Jakarta ke

arah selatan (Subarna, 2006).

KRB merupakan kebun penelitian besar, tempat untuk kegiatan

pendidikan dan sebagai tempat rekreasi yang banyak dikunjungi oleh pengunjung

dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, keluarga, bahkan wisatawan

dari mancanegara. KRB adalah salah satu kebun botani tertua di Asia dan

memiliki keindahan tersendiri, di dalamnya terdapat museum zoologi,

perpustakaan, koleksi taman anggrek, pusat riset dan pengembangan biologi, serta

ribuan koleksi spesies tanaman tropis yang dikelompokkan sesuai dengan

jenisnya, misalnya keluarga palem, bamboo, atau jahe dan juga terdapat pohon-

pohon tua yang sudah langka dan umurnya mencapai ratusan tahun.

Page 15: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

KRB, mula-mulanya adalah bagian dari Samida (hutan buatan atau taman

buatan) yang telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi,

1474-1513) dari Kerajaan Sunda, seperti yang sudah tertulis di dalam prasasti

Batutulis. Hutan buatan ini dibuat dengan maksud untuk menjaga kelestarian

lingkungan, yang dijadikan sebagai tempat untuk memelihara benih-benih kayu

yang langka. Hutan ini kemudian terlantar setelah Kerajaan Sunda ditaklukkan

oleh Kesultanan Banten, dan akhirnya pada pertengahan abad ke-18 Gubernur

Jenderal Van Der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudut

hutan buatan ini. Pada awal tahun 1800-an, Gubernur Jenderal Thomas Stamford

Raffles (yang mendiami Istana Bogor saat itu) tertarik untuk menjadikan halaman

Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik, kemudian dengan dibantu oleh

para ahli botani, halaman Istana Bogor dirubah menjadi sebuah taman yang

bergaya Inggris klasik (Subarna, 2006).

Penataan kawasan KRB dilakukan melalui penentuan zona. Zona

dimaksudkan paling kurang mencakup zona penerima (gerbang utama, loket,

pusat informasi dan fasilitas penunjang untuk pengunjung), zona pengelola

(kantor pengelola, pembibitan dan sarana penelitian) dan zona koleksi (petak-

petak koleksi tumbuhan yang ditentukan berdasarkan pola klasifikasi taksonomi,

bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut.

Pengembangan koleksi tumbuhan, dilakukan untuk pengadaan dan

peningkatan jenis koleksi tumbuhan serta peningkatan kualitas koleksi tumbuhan.

Page 16: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

3.1. Visi & Misi Kebun Raya Bogor

Visi KRB yakni menjadi salah satu kebun raya terbaik di dunia dalam

bidang konservasi tumbuhan, penelitian pendidikan lingkungan, dan pariwisata.

Dalam rangka mewujudkan visi yang telah ditetapkan, PKT KRB menetapkan

misinya sebagai berikut:

a. Memperkuat bobot ilmiah di dalam pengelolaan koleksinya.

b. Mengembangkan model pengelolaan tumbuhan secara, ex-situ dalam bentuk

kebun raya.

c. meningkatkan mutu penelitian di bidang konservasi, domestikasi dan

reintroduksi tumbuhan Indonesia.

d. Meningkatkan mutu pelayanan publik, termasuk mutu pendidikan lingkungan

dan penyediaan informasi ilmiah.

e. Memperkuat jaringan kerja sama dengan para pemangku kepentingan, baik

dari dalam maupun luar negeri.

f. Memperkuat manajemen kelembagaan

g. Membangun dan mengembangkan sarana prasarana yang dibutuhkan,

khususnya sarana prasarana yang menunjang pelayanan publik dan penelitian.

(Laporan Tahunan PKT KRB-LIPI Tahun Anggaran 2012).

3.2. Fungsi Kebun Raya Bogor

KRB adalah miniatur hutan yang bertahan selama ratusan tahun di dalam

lanskap perkotaan dan menjadi ‘benteng terakhir’ penyelamatan keanekaragaman

Page 17: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

tumbuhan Indonesia serta berperan dalam mereduksi emisi karbon. KRB bagi

Kota Bogor adalah:

a. Identitas Bogor

b. Laboratorium Alam,

c. Fungsi ekologis (paru-paru kota, lumbung air dan karbon)

d. Fungsi Sosial (ruang publik, pendidikan lingkungan dan ekowisata)

e. Fungsi Penelitian

f. Fungsi Ekonomi (membuka lapangan pekerjaan sektor informal dan

industri pariwisata). (www.bogorbotanicgardens.org)

4. Definisi Lingkungan Hidup

Lingkungan secara. umum dapat diartikan sebagai hubungan antara suatu

objek dengan sekitarnya (Djauhari Noor, 2005). Hubungan antara objek dengan

sekitarnya dapat bersifat aktif maupun pasif Sedangkan Nursid mengatakan

lingkungan adalah semua kondisi, situasi, benda, dan makhluk hidup yang ada

disekitar makhluk hidup (organisme) yang mempengaruhi peri kehidupan,

pertumbuhan, dan. sifat-sifat atau karakter makhluk hidup tersebut (Nursid

Sumaatmadja, 2007). Dengan demikian lingkungan tidak terbatas pada

lingkungan fisis dan biologi.

Soemarwoto mengemukakan, lingkungan adalah segala sesuatu yang

terdapat disekitar makhluk hidup baik yang berupa benda tak hidup (abiotik) yaitu

tanah, air, udara maupun benda yang hidup (biotik) yaitu manusia, hewan,

tumbuhan (Otto Soemarwoto, 2004:23).

Page 18: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Pembagian lingkungan hidup menurut para ahli juga berbeda-beda, Fuad

Amsyari dalam Husein (1995:11), membagi lingkungan hidup atas tiga macam

lingkungan, yakni:

1) Lingkungan fisik (Phisical Environment), yaitu segala sesuatu di sekitar kita

yang bersifat benda mati, seperti: gedung, sinar, air dan lain-lain;

2) Lingkungan biologis (Biological Environment), yaitu segala sesuatu yang

berada di sekitar kita yang bersifat organis, seperti: manusia, binatang, jasad

renik tumbuh tumbuhan dan sebagainya;

3) Lingkungan sosial (Social Environment), yaitu manusia-manusia lain yang

berada di sekitar atau kepada siapa kita mengadakan hubungan pergaulan.

Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, disebutkan mengenai konservasi sumber daya

alam. Konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk

menjamin pemanfaatannya secara bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya

dengan tetap, memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta

keanekaragamannya. Konservasi sumber daya alam hayati dilakukan baik pada

tingkat genetik, spesies, komunitas, maupun keseluruhan ekosistem.

(Undang-undang No. 32 Tahun 2009).

Spesies merupakan sekelompok individu yang menunjukkan beberapa

karakteristik penting yang sama baik secara morfologi, fisiologi, maupun

biokimia. Ketika diantara beberapa spesies berbeda terjadi interaksi, maka

terbentuklah sebuah komunitas. Interaksi di dalam komunitas tersebut ditambah

dengan interaksi terhadap lingkungan fisik dan kimia di sekitarnya akhirnya akan

Page 19: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

membentuk suatu ekosistem. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup

yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam

membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

(Campbell et al. 2004).

5. Kesadaran Lingkungan Hidup

Hasil penelitian teoritik tentang kesadaran lingkungan hidup dari Neolaka

(1991), menyatakan bahwa kesadaran adalah keadaan tergugahnya jiwa terhadap

sesuatu, dalam hal ini terhadap lingkungan hidup, dan dapat terlihat pada perilaku

dan tindakan masing-masing individu.

Menurut Soemaatmadja (1981), Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu

proses yang bertujuan untuk mengembangkan kesadaran umat manusia akan

lingkungan hidup dan segala permasalahannya. Pendidikan. lingkungan dapat

diperoleh dengan berbagai jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal,

nonformal, dan informal (Kementrian Lingkungan Hidup, 2004).

Hines et al. (1986), dalam tulisannya mengidentifikasi empat elemen

pokok yang harus ada dalam pendidikan lingkungan. hidup, yaitu

1. Pengetahuan tentang isu-isu lingkungan

2. Pengetahuan tentang strategi dan tindakan. yang khusus untuk diterapkan pada

isu-isu lingkungan

3. Kemampuan untuk bertindak terhadap isu-isu lingkungan

4. Memiliki kualitas dalam menyikapi serta sikap personalitas yang baik

Page 20: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Garis penelitian tentang environmentalisme (yang merupakan induk dari

kesadaran lingkungan) yang paling bertahan lama dan paling banyak

disebarluaskan adalah yang diusulkan oleh Dunlap dan van Liere ( Dunlap et al

2000; van Liere dan Dunlap 1981; Dunlap dan van Liere 1978). Dunlap dan van

Liere berpendapat bahwa implisit dalam environmentalisme adalah menantang

pandangan dasar kita tentang hubungan manusia dengan alam. Konseptualisasi

mereka tentang apa yang mereka sebut The New Environmental Paradigm ( NEP )

difokuskan pada keyakinan tentang potensi manusia untuk merusak keseimbangan

alam, adanya batas untuk pertumbuhan masyarakat manusia, dan hak manusia

untuk menguasai seluruh alam. (Dunlap et al, 2000).

Dunlap dan Van Liere (1978) telah mengembangkan 12 aspek skala

(kemudian direvisi menjadi 6 aspek) untuk mengukur faset (keyakinan) tadi.

Dalam studi empiris mereka, para penulis ini memberikan bukti untuk konsistensi

internal yang tinggi antara perbedaan-perbedaan dan kevalidan mereka terhadap

diskriminasi yang ada antara paham environmentalis dengan masyarakat umum

(Jimenez & Lafuente, 2008)

Jimenez dan Lafuente (2008) juga mengartikan kesadaran lingkungan

merupakan perwujudan kondisi dari NEP (new environmental paradigm). Dalam

mengukur kesadaran lingkungan, Jimenez dan Lafuente merumuskan skala NEP

milik Dunlap dan Liere menjadi 3 dimensi yakni dimensi affective, kognitive,

serta dispositional. Kemudian ia menambahkan dimensi active (aktif) yang

berisikan indikator tentang behaviour atau tindakan yang menunjukan kepedulian

terhadap lingkungan. Ia menyebut skala pengembangan ini dengan Categorical

Page 21: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Principal Components Analysis (kategori analisis komponen utama) disingkat

menjadi Cat-PCA. Skala tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Indikator-indikator yang digunakan dalam Cat-PCA

DIMENSI ASPEK/INDIKATOR SUB INDIKATOR

AFEKTIF

Persepsi terhadap kerusakan kondisi lingkungan

Penilaian kondisi lingkungan global

Dukungan untuk pandangan umum

Tingkat persetujuan dengan pernyataan : " Kami terlalu khawatir tentang lingkungan dan bukan tentang harga atau situasi pekerjaan saat ini"

Dukungan untuk tindakan pro - lingkungan tertentu

Tingkat persetujuan terhadap tindakan yang berbeda untuk meningkatkan pengelolaan air

KOGNITIFInformasi dan pengetahuan

Sejauh mana responden menganggap diri mereka diberitahu tentang isu-isu yang berhubungan dengan lingkungan

Indeks pengetahuan lingkungan tertentu

DISPOSISIONAL

Sikap terhadap perilaku pro-lingkungan individu ( norma moral pribadi dan kesungguhan diri )

Tingkat persetujuan dengan pernyataan : " Adalah sangat sulit bagi orang seperti saya untuk tidak melakukan apa pun untuk lingkungan "

Sikap mengenai biaya pribadi untuk melakukan langkah-langkah pro-lingkungan

Tingkat kesepakatan dengan usulan pro - lingkungan "membayar lebih untuk air"

AKTIF * Keterlibatan dalam perilaku individu kategori

Indeks tingkat daur ulang ( kaca, kertas , plastik )

Page 22: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

low-cost

Keterlibatan dalam aksi pro-lingkungan kolektif

Indeks aktivisme ( mengajukan petisi pada isu-isu lingkungan , mengambil bagian dalam demonstrasi , melakukan pekerjaan sukarela , berkolaborasi dalam organisasi , membuat sumbangan )

* Untuk alasan teknis kami belum memasukkan indikator pada perilaku individu kategori high-cost

Sumber: Defining and Measuring Environmental Consciousness, Jimenez & Lafuente, 2008.

Kajian-kajian empiris yang menggunakan skala NEP menunjukan bahwa

tidak semua orang yang mendukung paradigma ini secara konsisten berperilaku

sejalan. Bagaimanapun, hal itu sangat beralasan bahwa meskipun masyarakat

mungkin kurang dalam perilaku untuk mendukung prinsip-prinsip dan nilai-nilai

lingkungan, namun mereka yang menyatakan dukungannya akan memiliki

kecondongan lebih besar dalam melakukan tindakan peduli lingkungan daripada

yang tidak (Dunlap dan Liere, 1978, dalam Jimenez dan Lafuente, 2008)

B. Kerangka Berpikir

Di dalam penelitian ini diasumsikan bahwa salah satu fungsi dari Kebun

Raya Bogor adalah sebagai sarana pendidikan informal untuk masyarakat umum

dalam mempromosikan pentingnya kelestarian lingkungan. Sehingga untuk

memenuhi perannya tersebut, PKT Kebun Raya Bogor menyediakan berbagai

kebutuhan dalam menginformasikan pengetahuan mengenai spesies tumbuhan,

Page 23: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

manfaatnya serta berbagai pesan yang berisikan nilai-nilai yang akan

menumbuhkan kesadaran lingkungan masyarakat.

Pelajar yang berkunjung ke Kebun Raya Bogor menjadi responden

penelitian dimana menurut Walgito (2010), individu yang mengalami proses

belajar disebut input mentah. Ditambah kawasan Kebun Raya Bogor sebagai

komponen input lingkungan. Serta peran sarana edukasi di dalam kebun raya

bogor seperti spesies tumbuhan, label/keterangan spesies, staff kebun raya,

program edukasi lingkungan dan lainnya sebagai input instrumen. Ketiga

komponen tersebut akan saling berinteraksi dalam suatu proses belajar dan

diharapkan akan menghasilkan output belajar.

Willson (1997) mengungkapkan, kebun raya memiliki potensi untuk

memberikan pengalaman belajar bersifat informal yang tidak hanya

mempromosikan pentingnya tanaman, habitat dan konservasi, tetapi juga

mempengaruhi nilai-nilai, sikap dan tindakan pengunjung. Hal ini beririsan

dengan dikatakan pula Walgito (2010), output belajar dapat berupa peningkatan

pengetahuan, perubahan persepsi dan perubahan perilaku. Hal ini memungkinkan

pula untuk memberikan pengaruh terhadap kesadaran lingkungan (environmental

consciousness) dari setiap individu yang mengalami proses belajar di Kebun Raya

Bogor. Kesadaran lingkungan dapat diukur menggunakan skala NEP (new

environmental paradigm) yang telah dikembangkan dalam Categorical Principal

Component Analysis.

Page 24: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir peneliti dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka Berpikir

(Input)

Input Mentah : Pengunjung/Siswa

Input Instrumen : Staff, Spesies Tumbuhan, Media Edukasi, Program

Input Lingkungan : Kondisi lingkungan Kebun Raya Bogor

Aktivitas belajar siswa di Kebun Raya Bogor

(Proses)

Kunjungan ke fasilitas edukasi, pengamatan spesies, membaca label

informasi, bertanya, membaca brosur.

Hasil Belajar

(Output)

(Walgito, 2010)

Kesadaran Lingkungan (environmental consciousness)

Menggunakan skala New Environmental Paradigm(Dunlap dan Van Liere, 1978) yang telah

dikembangkan dalam Cat-PCA (Jimenes dan Lafuente, 2008)

Tahap Penerapan Pola Hidup Peduli Lingkungan

Afektif Kognitif Disposisional

Page 25: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir peneliti di atas, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model

regresi.

Terima HO = Tidak terdapat pengaruh antara kunjungan ke Kebun Raya

Bogor terhadap kepedulian lingkungan.

Tolak Ho = Terdapat pengaruh antara kunjungan ke Kebun Raya Bogor

terhadap kepedulian lingkungan.

Page 26: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar siswa

di Kebun Raya Bogor terhadap kesadaran lingkungan, dengan survei pengunjung

Kebun Raya Bogor.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kebun Raya Bogor yang terletak di

Kota Bogor, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada Bulan Desember 2013 -

Januari 2014.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini digunakan teknik quota sampling. Menurut Arikunto,

(2010), dalam pengumpulan data (quota sampling), peneliti menghubungi subjek

yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal

subjek tersebut (asal masih dalam populasi). Biasanya yang dihubungi (dijadikan

responden) adalah subjek yang mudah ditemui, sehingga pengumpulan datanya

mudah.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Kebun Raya Bogor

kategori pelajar yang secara khusus berkunjung ke Kebun Raya Bogor adalah

untuk melakukan kegiatan studi wisata ataupun observasi di Kebun Raya Bogor.

Page 27: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Maka ditentukan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 100 orang

pelajar yang berkunjung ke Kebun Raya Bogor dengan kriteria memiliki motif

kunjungan untuk melakukan studi ataupun observasi di Kebun Raya Bogor.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kuantitatif dengan pendekatan survey. Kuesioner digunakan sebagai alat

pengumpul data.

E. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk yang memberikan gambar atau arah

dalam suatu penelitian sehingga dari hipotesis yang diajukan “apakah berpengaruh

antara variabel bebas (Aktivitas belajar siswa di Kebun Raya Bogor) terhadap

variabel terikat (kepedulian lingkungan)”, desain penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut:

Aktivitas Belajar siswa di

Kebun Raya Bogor Kepedulian Lingkungan

(Vani abel Bebas (X) ) (Variabel Terikat (Y)

Gambar 3. Desain Penelitian Variabel X dan Variabel Y

Page 28: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Keterangan:

x : Variabel Bebas/Variabel Independen (Kunjungan ke Kebun Raya Bogor)

y : Variabel Terikat/Variabel Dependen (Kepedulian Lingkungan)

: Arah Hubungan

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik

pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, kuesioner,

dokumentasi dan gabungan keempatnya (Sugiyono 2609:308). Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1) Observasi. Metode ini digunakan untuk mengamati komponen edukasi di

Kebun Raya Bogor dalam hal ini adalah sarana, dan prasarana di dalamnya

juga berbagai bentuk program pendidikan lingkungan yang disediakan.

2) Penyebaran kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai aktivitas belajar

siswa di dalam Kebun Raya Bogor sebagai proses pengumpulan fakta dan

pengalaman dari para. siswa sampai dengan pertanyaan-pertanyaan mengukur

kesadaran lingkungan.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan kuisioner berupa angket tertutup. Untuk

mengetahui aktivitas belajar siswa di dalam Kebun Raya Bogor, digunakan skala

Guttman dengan pilihan jawaban benar-salah, yaitu skor I untuk jawaban benar

Page 29: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

(b) dan 0 untuk jawaban salah (s). Cara ini digunakan untuk mempermudah

responden dalam menjawab dengan tegas terhadap item pernyataan yang

diberikan. Untuk itu digunakan pernyataan favourable (positif) dan unfavourable

(negatif) terhadap masalah pada setiap variabel yang akan diteliti.

Untuk memperoleh data mengenai kesadaran lingkungan dari siswa,

digunakan instrumen dengan pilihan jawaban berskala Likert. Skala Likert yang

digunakan adalah skala dengan jarak 5 pilihan, yaitu sangat setuju, setuju,

ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Tipe pola jawaban dengan 5

pilihan ini dipilih karena responden diasumsikan tidak punya pendapat terhadap

pernyataan yang diajukan (indecided respon) sebelum diajukan pertanyaan dalam

kuisioner. (Black & Champion, 1999).

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Penelitian (2013)

Variabel Penelitian

Sub Variabel Indikator Sebaran Butir

PertanyaanAktivitas belajar siswa di Kebun Raya Bogor

Procces a. Mengunjungi/tidak mengunjungi fasilitas-fasilitas edukasi Kebun Raya

b. Melakukan/tidak melakukan pengamatan spesies

f. Membaca/tidak membaca label informasi

g. Bertanya//tidak bertanya dengan staf

h. Membaca/tidak membaca brosur Kebun Raya

Kesadaran lingkungan

1. Afektif a. Persepsi terhadap kerusakan kondisi lingkungan

b. Dukungan untuk

Page 30: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

pandangan umumc. Dukungan untuk tindakan

pro - lingkungan tertentu

2. KognitifInformasi dan pengetahuan

3. Disposisional

a. Sikap terhadap perilaku pro-lingkungan individu ( norma moral pribadi dan kesungguhan diri )

b. Sikap mengenai biaya pribadi untuk melakukan langkah-langkah pro-lingkungan

1) Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas yang rendah. (Arikunto, 2010).

Dalam penelitian ini, instrumen kuesioner diuji validitas menggunakan

validitas butir soal melalui perhitungan statistik menggunakan SPSS versi 17.0.

Pengujian validitas tiap butir menggunakan analisis item, yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap

skor butir. Pengujian dilakukan dengan analisis Product Moment dari Pearson,

dengan taraf kesalahan 5% (Sugiyono, 2009), dengan cara membandingkan taraf

signifikansi hitung dengan tingkat kesalahan a (alpha) = 0.05.

Dengan ketentuan apabila taraf signifikansi hitung lebih besar dari tingkat

kesalahan (alpha), atau Sig > 0,05 maka butir soal dianggap tidak valid,

Page 31: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

sedangkan apabila taraf signifikansi hitung lebih kecil daripada tingkat kesalahan

(alpha) 0,05 atau Sig < 0,05 maka butir soal dianggap valid.

2) Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur obyek yang sama, maka akan menghasilkan data yang sama

(Sugiyono, 2009:121). Butir-butir pertanyaan yang valid selanjutnya diuji tingkat

reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach, perhitungan reliabilitas

instrument pada penelitian ini menggunakan SPSS 16.0. Kriteria reliabilitas dapat

dilihat dari tabel yang mengacu pada kaidah Guldford, berikut ini:

Tabel 2. Kaidah Reliabilitas Guldford ( Sumber: Kuncoro (2004: 27))

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat reliabilitas > 0.9

Reliabilitas 0.7-0.9

Cukup Reliabilitas 0.4-0.7

Kurang Reliabilitas 0.2-0.4

Tidak Reliabilitas <0.2

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini, adalah dengan menggunakan

analisis secara kuantitatif, menggunakan program SPSS versi 16.0., dengan

menggunakan teknik analisis data regresi linear sederhana, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

Page 32: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

1) Uji Asumsi Dasar

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data penelitian

normal atau tidak. Meskipun data populasi selalu berdistribusi normal karena

populasi selalu mempunyai distribusi yang normal (Purwanto, 2008: 286). Pada

penelitian ini dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui nilai normalitas data

berdasarkan statistik dengan uji Kolmorov Smirnov dan Shapiro Wilk dengan alat

yang digunakan untuk menghitung SPSS Versi 16.0. Sesuai dengan ketentuannya,

apabila responden kurang dari 100 orang maka uji normalitas data menggunakan

uji Shapiro Wilk.

Jika nilai Sig > (0.05), maka data berdistribusi normal

Jika nilai Sig < (0.05), maka data tidak berdistribusi normal

b. Uji Linieritas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

regresi yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan

sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada SPSS

dengan menggunakan Test For Linearity dengan taraf signifikansi kesalahan (a)

sebesar 5% atau 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear

bila signifikansi (linearity) kurang dari 0.05. (Dwi Priyatno, 2008: 36).

Dengan menggunakan software SPSS versi 16.0. Ketentuannya adalah:

Jika Fhitung < Ftabel atau Sig > , maka terima Ho

Jika Fhitung > Ftabel, atau Sig < , maka tolak Ho

Page 33: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Atau:

Jika nilai Sig < (0.05), maka regresi linear

Jika nilai Sig > (0.05), maka regresi tidak linear

2) Uji Analisis Regresi Linear Sederhana

Konstanta a dan koefisien regresi b dapat dihitung dengan rumus:

Y'= a + bX

Keterangan:

Y = regresi Y atas X

a = konstanta regresi

b = koefisien regresi

Maka, nilai-nilai parametemya dapat dihitung dengan rumus:

a = ( Y)( X 2 )-( X)( XY) (n)(X2)-(X)2

b = (n)( XY)-( X)( Y) (n)(X2)-(X)2

Keterangan:

X = nilai variabel independen

X = total skor variabel X dalam sebaran X

Y = total skor variabel Y dalam sebaran Y

n = jumlah responden

XY = total skor perkalian antara X dan Y di sebaran XY

Page 34: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Pada penelitian ini uji regresi dilakukan dengan SPSS versi 16.0, dengan

ketentuan sebagai berikut:

Jika Sig < (0.05), maka Ho ditolak (koefisien regresi signifikan)

Jika Sig > (0.05), maka Ho diterima (koefisien regresi tidak signifikan)

Untuk membaca persamaan regresinya maka lihat table Coefficients

dengan membaca konstantanya, dan nilai t nya sehingga akan memperoleh

persamaan regresi = a + bX

3) Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji-t)

Uji-t berfungsi untuk melihat pengaruh variabel bebas (X) berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel terikatnya (Y). Untuk mengetahui terdapatnya

pengaruh positif atau negatif secara signifikan antara variabel kunjungan ke

Kebun Raya Bogor terhadap kepedulian lingkungan, maka digunakanlah uji t. Uji

ini dilakukan dengan pendekatan penentuan signifikan (The Test of Significance

Approach). Tes ini menguji hipotesis dengan menentukan taraf signifikansi

kesalahan (a) sebesar 5% atau 0.05, dengan menggunakan program SPSS versi

16.0, dengan ketentuan yang berlaku adalah :

Jika Sig < (0.05), maka Ho ditolak (ada pengaruh secara signifikan)

Jika Sig > (0.05), maka Ho diterima (tidak ada pengaruh secara

signifikan)

Atau dengan cara membandingkan t tabel dengan t hitung:

thitung > ttabel, maka Ho ditolak (ada pengaruh signifikan)

thitung < ttabel, maka Ho diterima (tidak ada pengaruh signifikan)

Page 35: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

thitung dapat dihitung dengan menggunakan rumus. Rumus thitung pada

analisis regresi adalah:

t hitung = koefisien regresi atau b standar error Sb

Page 36: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

ACIL Tasman. 2004. Canberra International Gardens and Aboretum: Preliminary assessment of expenditure and revenue: Brief for George Tomlins. Didownload pada 22 September 2006 dari http://www.aciltasman.com.au/images/df/ACIL_Tasman_Arboretum_ brief_131204.pdf

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.

Azwar, Azrul. 198 1. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara, Jakarta.

Azwar, S. 1998. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi 2. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ballantyne, R., & Packer, J. 2005. Promoting environmentally sustainable attitudes and behaviour through free choice learning experiences: What is the state of the game” Environmental Education Research, 11 (3), 281-295.

Bennett, E. S., & Swasey. J. E. 1996. Perceived stress reduction in urban public gardens. HortTechnology, 6(2),125-128.

Black, J. A., & D. J. Champion. 1999. Metode dan Permasalahan Penelitian Sosial. Terj. Dari Method and issues in social research, oleh E. Koswara, Dira Salam, Alfin Ruzhendi. Rafika Aditama, Bandung.

Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2004. Biologi. Tej. Dari Biology, Oleh W. Manalu. Erlangga, Jakarta

Connell, J., & Meyer, D. 2004. Modelling the visitor experience in the gardens of Great Britain. Current Issues in Tourism, 7(3), 183-216.

Crilley, G., & Price, B. 2005. The Adelaide Botanic Gardens visitor service quality, survey. Adelaide: Centre for Environmental and Recreational Management, University of South Australia.

Dunlap, R. E. Et al. 2000.

Hasan, C. 1994, Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Al-lkhlas, Surabaya.

Page 37: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Hines, J., Hungerford, H. R., & Tomera, A. N. 1986. Analys and synthesis on research environmental behavior: A meta-analysis. Journal of Environmental Education, 18(2), 1-8.

Howard, J., Lipscombe, N., & Porter, A. 2001. The Tourist, the dingo, and interpretation on Frase Island, Queensland. Paper presented at the IAA Conference 2001.

Husein, M. Harun. 1995. Lingkungan Hidup Masalah, Pengelolaan dan Penegakkan Hukumnya. Bumi Aksara, Jakarta.

Jimenez, M. Sanchez., & Lafuente, R. 2008. Defining and Measuring Environmental Consciousness. Revista Internacional de Sociologia. http://revintsociologia.revistas.csic.es/index.php/revintsociologia/article/download/350/357. Diunggah pada Kamis 17 Oktober 2013, pk 22 : 30.

Jones, D. M. 2000. Making connections with the earth: In Reaching out to the garden visitor. American Association of Botanical Gardens and Arboreta (pp. 7-12).

Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Jalur Pendidikan Lingkungan Hidup. Serasi, 3 0-3 1

Mintz, S., & Rode, S. 1999. More than a walk in the park?: Demonstration carts personalize interpretation. Roots, 18, 24-26

National Environmental Education Advisory Council. (1996). Report assessing environmental education in the United States and the implementation of the National Environmental Education Act of 1990. http://www.epa.gov/enviroed/pdf/report.pdf

Neolaka, Amos. 1991. Kesadaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta.

Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 93 Tahun 2011, Kebun Raya

Prentice, R. C., Sinead, G., & Stuart, M. 1998. Visitor learning at a heritage attraction: A case study of discovery as a media product. Tourism Management, 19(l)., 5-23.

Soemarwoto, Otto. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan, Jakarta.

Sumaatmadja, Nursid. 2007. Studi Lingkungan Hidup. Alumni, Bandung.

Page 38: Pengaruh Aktifitas Belajar Siswa Di Kebun Raya Bogor Terhadap Kesadaran Lingkungan

Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, Pengelolaan Lingkungan Hidup.

______________ No. 32 Tahun 2009, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Willison, J. 1997. Botanic gardens as agents for social change. In Kings Park and botanic garden conservation into the 21st century: Proceedings of the fourth intemational botanical gai:dens conservation congress, 25-29 September, 1995, Perth, (pp. 339-344).

Zen, M. T. 198 5. Menuju Kelestarian Lingkungan Hidup. Gramedia, Jakarta:.

Zoos Victoria. 2011. Meet the Keeper, http://www.zoo.org.au/Melbourne/Plan/Meet_the_keeper. 29 Juli 2013. Pk. 21.30 WIB