pengantar - universitas bengkulu
TRANSCRIPT
PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
kasih saying-Nya kegiatan Seminar Nasional Ekonomi 2013 dan Call Paper dapat
terlaksana dengan baik. Selawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW
selaku pembawa pembawa ummat manusia dari alam Jahiliyah ke alam yang
berilmu pengetahuan.
Seminar Nasional Ekonomi (SNE) 2013 yang mengambil tema “Membangun Negeri
Dari Daerah” merupakan yang pertama dilakukan di Fakultas Ekonomi Universitas
Malikussaleh, kegiatan ini direncanakan akan menjadi agenda tahunan di Fakultas
Ekonomi Universitas Malikussaleh yang berskala Nasional. Diharapkan dengan
adanya kegiatan SNE ini akan memacu pemikiran-pemikiran kritis, logis dan
akademis dalam rangka mendorong pembangunan nasional yang partisipatif.
Pemikiran-pemikiran dan hasil kajian dituangkan dalam artikel ilmiah yang dimuat
dalam prosiding, yang tentu saja akan sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
maupun pemerintah dalam mengambil kebijakan. Mengingat kegiatan ini akan
dilakukan secara berkesinambungan setiap tahunnya, kami juga berharap peserta
yang ikut pada tahun pertama ini akan terus berpartisipasi di masa-masa yang akan
datang.
Kegiatan ini tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, maka dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih kami kepada: DR. Apridar, M.Si selaku Rektor Universitas
Malikussaleh, Wahyuddin, SE, M.Si. Ak Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Malikussaleh, DR. Ichsan, MPPM selaku ketua tim pengarah kegiatan,
Prof. A. Hadi Arifin, M.Si, DR. Asnawi, M.Si, DR. Tarmizi Abbas, MS, DR.
Ichsan, MPPM, DR. Jullimursyida, DR.Murhaban, M.Si. Ak, DR. Usman Yacob,
DR. Fachruzzaman, DR. Tu Bagus Ismail, DR. Syukri Abdullah, Prof. DR. Ramli,
DR. Amiruddin selaku reviewer internal dari Fakultas Ekonomi Universitas
Malikussaleh, , seluruh peserta Call Paper dan pemateri keynote speaker dan peserta
seminar, Seluruh Panitia yang telah bekerja maksimal menyukseskan kegiatan
seminar dan Call Paper, donator dan pihak-pihak yang telah membantu
menyukseskan kegiatan ini tidak lupa kami sampaikan ucapatan terima kasih.
Mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada maka, kami selaku panitia memohon
maaf tidak semua artikel yang masuk dimuat dalam prosiding terutama pertimbangan
tidak relevan dengan tema yang diangkat dalam seminar ini. Demikian juga kami
menyampaikan maaf kepada bapak/ibu yang artikelnya telah diterima dan dimuat
dalam proseding, tidak mendapat kesempatan untuk presentasi, berhubung adanya
keterbatasan waktu. Kami juga memohon maaf kepada semua peserta seminar
maupun Call Paper jika tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari panitia.
Akhirnya, kami berharap kegiatan ini akan memberikan manfaat kepada semua
pihak yang terlibat di dalamnya maupun pihak luar yang membaca artikel-artikel
ilmiah yang ada dalam prosiding ini.
Lhokseumawe, 26 Nopember 2013Ketua Panitia
Khairil Anwar, M.Si
DAFTAR ISIKata Pengantar ~ iDaftar isi ~ ii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PANGKAS DI KOTA BANDA ACEHA.Sakir, SE, MM dan Zulkifli, SE, M.Si ~ 1
ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN MEREK MOBIL TOYOTAAVANZA TERHADAP LOYALITAS PEMBELIAN PELANGGAN ( StudiPerilaku Konsumen di Kota Lhokseumawe)Adnan ~ 2
DETERMINANT INVESTASI SWASTA DI INDONESIAAdrian Sutawijaya ~ 4
MUNGKINKAH DIRHAM BEREDAR KEMBALI DI ACEHProf. A. Hadi Arifin ~ 5
PENGARUH INVESTASI DALAM HUMAN CAPITAL TERHADAPPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIAAiyub dan Anwar Puteh ~ 6
PENGARUH KNOWLEDGE MANAGEMEN TERHADAP KINERJAKARYAWAN PERBANKAN DI LHOKSEUMAWEChairil Akhyar ~ 7
PERUBAHAN KEORGANISASIAN DAN PEMBELAJARAN PADA SMKNEGERI I BANDUNG MENUJU SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONALAmiruddin ~ 9
PENGARUH KUALITAS JASA DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAPLOYALITAS PELANGGAN KARTU PRABAYAR GSM SIMPATI DI JAKARTAAndy Mulyana, Devi Ayuni ~ 10
POLA SEBARAN KEMISKINAN DI KABUPATEN LEBAKArief Rahman Susila ~ 11
PENGARUH MODAL USAHA, JAM KERJA, JUMLAH PRODUK DANPENGALAMAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG TIDAKTERKONSENTRASI DI KOTA LHOKSEUMAWEAzhar ~ 12
IKLIM USAHA INDONESIA: LANGKAH UNTUK PERBAIKANCut Afrianandra, Said Muniruddin ~ 13
ANALISA BRAND EQUITY UNIVERSITAS TERBUKA (UT) (Studi KasusUPBJJ-UT BOGOR)
ANALISIS PENERAPAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAANMURABAHAH SEBAGAI PERSYARATAN PADA PEMBIAYAANMUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG BANDA ACEHRayyan Firdaus ~ 60
ANALISIS RISIKO PERBANKAN PADA BANK UMUM KONVENSIONALYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SEBELUM DANSETELAH KRISIS FINANSIAL GLOBAL 2008Riha Dedi Priantana, Aulia Hidayat ~ 61
PENGARUH PENGALAMAN AUDIT, ORIENTASI ETIKA DAN NILAI ETIKAORGANISASI DENGAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI VARIABELINTERVENING TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS INTERNALAUDITORRini Dwiyani Hadiwidjaja ~ 62
KUALITAS LABA: IMPLIKASI DARI PENGARUH TENURE TERHADAPKUALITAS AUDITRini Indriani, Apterrizko Dwi KusumaPutra ~ 63
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK DEVISA DI INDONESIARistati ~ 64
PENGARUH PROFESIONALITAS, KETAATAN PADA KODE ETIK, DANPENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENENTUAN TINGKATMATERIALITASRobinson ~ 65
PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KEPUASAN KERJATERHADAP PERILAKU EKSTRA PERAN KARYAWAN DENGANKOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDIPADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK. CABANGLHOKSEUMAWE)Sapna Biby,Pipit Sartika ~ 66
ANALISIS POTENSI PENERIMAAN RESTRIBUSI PARKIR (Studi pada DinasPerhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Lhokseumawe)Saharuddin, SE., ME ~ 67
DEPOSITO INVESTASI MUDHARABAH DALAM DUAL BANKING SYSTEMDI INDONESIASiti Maimunah ~ 68
OPTIMALISASI PERANAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGANUSAHA TERNAK SAPI POTONG MENUJU PEMBANGUNANSWASEMBADA DAGING SAPI 2014 DI PROPINSI ACEHSitti Zubaidah, S.Pt, S.Ag ~ 69
Proseding Seminar Nasional Ekonomi 2013 “Membangun Negeri dari Daerah” Lhokseumawe, 26-27 Nopember 2013Fakultas Ekononi Unimal
65
PENGARUH PROFESIONALITAS, KETAATAN PADA KODE ETIK, DANPENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENENTUAN TINGKAT
MATERIALITASTHE INFLUENCE OF AUDITOR PROFESSIONALISM, ADHERENCE TO A
CODE OF ETHICS AND EXPERIENCE OF THE AUDITOR'S ONCONSIDERATION OF MATERIALITY LEVELS
RobinsonUniversitas Bengkulu
ABSTRACT
The purpose of this research is the first, provide empirical evidence o f theinfluence of professionalism auditor against consideration the level of materiality,adherence to a code of ethics to the level of materiality considerations, the level ofexperience of the auditor's consideration of materiality, and provide empirical evidenceof the influence of auditor professionalism, adherence to a code of ethics, and experienceof the auditor on consideration of materiality levels.
The results showed that: 1) Professionalism Auditor (X1) had no significant effect on theConsideration of Materiality level, which is indicated by a significance value of 0.154; 2)Adherence to the Code of Ethics (X2) has a significant influence on considerationMateriality level, which indicated by a significance value of 0.008; 3) experience Auditor(X3) have no significant influence on consideration Materiality level, indicated by asignificance value of0.819, and 4) Auditor professionalism, adherence to the Code of Ethics andAuditor experience together has influence consideration of Materiality significant level,which is indicated by the significant value of 0.000.Keywords: Professionalism, Code of Ethics, Experience, Materiality Levels
Proseding Seminar Nasional Ekonomi 2013 “Membangun Negeri dari Daerah” Lhokseumawe, 26-27 Nopember 2013Fakultas Ekononi Unimal
80
DAFTAR PESERTA PANEL PRESENTASI MAKALAH
PARALEL SESI IBidang : EkonomiChair/ Moderator : Ibrahim Qamarius, S,E., M.S.MRuang :
No. Kode Judul Penulis Pertama1. E1 Revitalisasi Program Percepatan Pembangunan
Ekonomi Aceh Utara Berbasis Komoditi Unggulan Ramli
2. E1 Ekonomi Politik Media Dan Konvergensi Media DiIndonesia (Menuju Publik Yang Kritis) Kamaluddin Hasan
3. E1 Pola Sebaran Kemiskinan di Kabupaten Lebak Arief Rahman Susila4. E1 Analisis Kemiskinan Aceh Fakhruddin
5. E1Desentralisasi Pengelolaan Sektor Pertanian dalamPeningkatan Pendapatan Asli Daerah di ProvinsiAceh
Asnawi
PARALEL SESI IIBidang : EKONOMIChair/ Moderator :Ruang :
No. Kode Judul Penulis Pertama6. E2 Mungkinkah Dinar dan Dirham Beredar Kembali di
Aceh A. Hadi Arifin
7. E2 Analisis Capaian Kepuasan Masyarakat AtasLayanan Pegawai Pemerintah Kota Lhokseumawe Nasir
8 E2 Deposito Investasi Mudharabah dalam Dual BankingSystem di Indonesia Siti Maimunah
9. E2 Input-Output Analysis of the Economy in the Provinceof Nanggroe Aceh Darussalam Yulbahri
10. E2 Waqaf Sebagai Salah Satu Sumber Modal Usaha Mukhlis M.Nur
PARALEL SESI IIIBidang : EkonomiChair/ Moderator :Ruang :
No. Kode Judul Penulis Pertama
11. E3Analisis Pengaruh Pembatasan Pemakaian BBM Solarterhadap Pendapatan Rumah Tangga Nelayan UjongBlang Kota Lhokseumawe
Ikramuddin
12. E3Beberapa Faktor yang Mempengaruhi KetimpanganPendapatan Kabupaten-Kota Di Provinsi NanggroeAceh Darussalam
Yurina
13. E3Analisis Pengaruh Pelaksanaan Program NasionalPemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) terhadap Peningkatan Pemberdayaan Perempuan
Teuku Edyansyah
14. E3Analisis Kontribusi Sektor Agraris terhadapPeningkatan Pendapatan Regional di Kabupaten AcehUtara
Jariah Abubakar
15. E3Pengaruh Modal dan Jumlah Produk TerhadapPendapatan pedagnag Tidak Terkonsentras di KotaLhokseumawe
Azhar
Proseding Seminar Nasional Ekonomi 2013 “Membangun Negeri dari Daerah” Lhokseumawe, 26-27 Nopember 2013Fakultas Ekononi Unimal
81
PARALEL SESI 4Bidang : EkonomiChair/ Moderator : Ibrahim Qamarius, S,E., M.S.MRuang :
No. Kode Judul Penulis Pertama16. E4 Indonesia Business Climate: Gaps To Be Filled Cut Afrianandra
17. E4Analisis Potensi Penerimaan Restribusi Parkir: StudiPada Dinas Perhubungan, Pariwisata DanKebudayaan Pemerintah Kota Lhokseumawe
Saharuddin
18. E4Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil DanDana Alokasi Umum Terhadap Belanja ModalKabupaten/Kota Di Provinsi Aceh
Murtala
PARALEL SESI IBidang : AkuntansiChair/ Moderator : Husaini, S.E., MBARuang :
No. Kode Judul Penulis Pertama19. A1 Analisis Ketercapaian Standar Pelayanan Minimal
pada Beberapa Daerah Pemekaran di Provinsi Aceh Nadirsyah
20. A1 Determinant Investasi Swasta di Indonesia Adrian Sutawijaya
21. A1 Analisis Faktor Determinan terhadap Belanja Daerahdalam Era Otonomi dan Desentralisasi Fiskal Fauziah Aida Fitri
22. A1Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang AnggaranTerhadap Pengawasan Keuangan Daerah DenganVariabel Moderator Partisipasi Masyarakat DanTransparansi Kebijakan Publik
Faisal
23. A1 Kualitas Laba: Implikasi Dari Pengaruh Tenureterhadap Kualitas Audit Rini Indriani
PARALEL SESI IIBidang : AkuntansiChair/ Moderator :Ruang :
No. Kode Judul Penulis Pertama
24. A2Pengaruh Pengendalian Intern, Audit Internal DanKomitmen Organisasi Terhadap Tata KelolaPemerintahan Yang Baik Serta ImplikasinyaTerhadap Kinerja Pemerintah Daerah
Murhaban
25. A2
Effect Of Government Accounting Standards,Management Knowledge About UAPPA-WTP andAvailability of Quality Facilities and InfrastructureFinancial Statements (Study On Local Government OfBengkulu City)
Dioghoffar Evani
26. A2Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan PublikTerhadap Ketepatan Waktu Penyampaian LaporanKeuangan Pada Perusahaan Perbankan di Indonesia
Iswadi
27. A2Analisis Faktor- faktor yang MempengaruhiKeberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan BangunanDi Kabupaten Aceh Utara
M. Haykal
28. A2Pengaruh Profesionalitas, Kepatuhan TerhadapKode Etik Dan Pengalaman Auditor TerhadapPenentuan Tingkat Materialitas
Robinson
Proseding Seminar Nasional Ekonomi 2013 “Membangun Negeri dari Daerah” Lhokseumawe, 26-27 Nopember 2013Fakultas Ekononi Unimal
82
PARALEL SESI IIIBidang : AkuntansiChair/ Moderator :Ruang :
No. Kode Judul Penulis Pertama
29. A3Pengaruh Loan Deposit To Ratio dan Non PerformingLoan terhadap Tingkat Profitabilitas pada Bank SyariahMandiri
Husaini
30. A3 Analisis Kinerja Keuangan Bank Devisa Di Indonesia Ristati
31. A3Pengaruh Net Profit Margin, Operating Profit Margin danSize Perusahaan LQ 45 Terhadap Laba PerusahaanYang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia
Marzuki
32. A3Pengaruh Pengalaman Audit, Orientasi Etika Dan NilaiEtika Organisasi Dengan Komitmen Profesional SebagaiVariabel Intervening Terhadap Pengambilan KeputusanEtis Internal
Rini Dwiyani H
33. A3Analisis Pengaruh Indeks Harga Saham Globalterhadap Indeks Harga Saham Gabungan DI Bursa EfekIndonesia
Maya FebriantyLautania
PARALEL SESI IBidang : ManajemenChair/ Moderator : Naufal Bachri, S.E., MBARuang :
No. Kode Judul Penulis Pertama34. M1 Pengaruh Pelatihan terhadap Motivasi Dan Kinerja
Staf Akademik Universitas Terbuka Devi Ayuni
35. M1Pengaruh Kualitas Jasa dan Kepuasan PelangganTerhadap Loyalitas Pelanggan Kartu Prabayar GSMSimpati di Jakarta
Andy Mulyana
36. M1Analisis Pengaruh Kepercayaan Merek Mobil ToyotaAvanza terhadap Loyalitas Pembelian Pelanggan:Studi Perilaku Konsumen Di Kota Lhokseumawe
Adnan
37. M1Analisis Risiko Perbankan Pada Bank UmumKonvensional Yang Terdaftar Di Bursa Efek IndonesiaSebelum Dan Setelah Krisis Finansial Global 2008
Riha Dedi Priantana
38. M1 Implementasi Kebijakan Pelayanan Parkir di KotaLhokseumawe Sutriani
PARALEL SESI IIBidang : ManajemenChair/ Moderator : Likdanawati, SE, M.SiRuang :
No. Kode Judul Penulis Pertama
39 M2Pengaruh Komitmen Organisasi Dan KecerdasanEmosional Terhadap Kinerja Karyawan PT. BankAceh Cabang Lhokseumawe
Edi Suhaimi
40. M2 Measuring the Factors that Improve the Performanceof Small Businesses in Kota Lhokseumawe Naufal Bachri
41. M2 Pengaruh Knowledge Management terhadap KinerjaKaryawan Perbankan di Lhokseumawe Khairil Achyar
42. M2Pengaruh Karakteristik Nasabah, Jaminan Nasabah,dan Modal Usaha Nasabah terhadap EfektifitasPenyaluran Kredit pada Bank Rakyat IndonesiaCabang Lhokseumawe
Jummaini
43. M2 Pengaruh SBI, Inflasi dan PDRB Terhadap TabunganDi Lhokseumawe Ghazali Syamni
Proseding Seminar Nasional Ekonomi 2013 “Membangun Negeri dari Daerah” Lhokseumawe, 26-27 Nopember 2013Fakultas Ekononi Unimal
83
PARALEL SESI IIIBidang : ManajemenChair/ Moderator :Ruang :
No. Kode Judul Penulis Pertama44.
M3Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran terhadapLoyalitas Pelanggan Warung Kopi Canden di KotaLhoksukon Likdanawati
45.M3
Analisis Marketing Appeals dan Source Of Messageterhadap Penerimaan Publik pada Iklan PembatasanTransaksi Tunai
Ibrahim Q
46.M3
Pengaruh Profitabilitas Dan Ukuran PerusahaanTerhadap Struktur Modal Perusahaan SektorKonsumsi Di Bursa Efek Indonesia
Nazir
47. M3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat KerjaKaryawan Outsourcing Pt.Arun NGL Lhokseumawe Khairawati
48. M3 Pengaruh Investasi dalam Human Capital terhadapPertumbuhan Ekonomi Indonesia Aiyub
PARALEL SESI IVBidang : ManajemenChair/ Moderator : Naufal Bachri, S.E., MBARuang :
No. Kode Judul Penulis Pertama49. M4 Analisa Brand Equity Universitas Terbuka: Studi Kasus UPBJJ-
UT BOGOR Deni Surapto
50. M4 Bisnis Online untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha MikroKecil Menengah Sokiyono
51. M4 Analisis Kinerja Rantai Pasok Komoditi Kopi Gayo Rahmat Pramulya52. M4 Pemanfaatan Sosial Media Facebook untuk Bisnis Online Wiwin Siswantini
PARALEL SESI VBidang : ManajemenChair/ Moderator : Husaini, S.E., MBARuang :
No. Kode Judul Penulis Pertama
53. M5Corporate Governance, Enterprise Risk ManagementDan Nilai Perusahaan: Bukti Empiris PadaPerusahaan Perbankan Di Indonesia
Husaini
54. M5Pegaruh Sarana Pendidikan TerhadapPengembangan Sumber Daya Manusia Di DayaTerpadu Almadinatuddiniah Syamsuddhuha CotMurong Kabupaten Aceh Utara
Nurmala
55. M5
Persepsi Konsumen Dalam Menilai Pengaruh MerekTerhadap Keputusan Pembelian Konsumen PadaProduk Teh Botol (Sosro) di Kota Lhokseumawe:Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas EkonomiUnimal
Khairina
56. M5
Pengaruh Karakteristik Individu dan Kepuasan KerjaTerhadap Perilaku Ekstra Peran Karyawan denganKomitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening(Studi Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk. Cabang Lhokseumawe)
Sapna Biby
Proseding Seminar Nasional Ekonomi 2013 “Membangun Negeri dari Daerah” Lhokseumawe, 26-27 Nopember 2013Fakultas Ekononi Unimal
84
PARALEL SESI IBidang : UMKM dan Kajian WanitaChair/ Moderator : Nazir, S.E., M.SiRuang :
No. Kode Judul Penulis Pertama
57. U1Partisipasi Perempuan Dalam MerumuskanKebijakan Publik Pasca Mou Helsinki Di ProvinsiAceh
Rasyidin
58. U1Efektifitas Program Simpan Pinjam PerempuanDalam pengentasan kemiskinan (Suatu Penelitian DiKecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara)
Sri Wahyuni,
58. U1 Analisis Penyerapan Tenaga Kerja pada IndustriPenggilingan Kopi di Kabupaten Aceh Tengah Diana Sapha A.H
59. U1Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas padaKegiatan Sektor Usaha Mikro di Lingkungan UINSyarif Hidayatullah Jakarta
Fitri Amalia
60. U1Analisis Perbedaan Antara Permintaan BerasKualitas Medium Dan Super Oleh Rumah Tangga DiKabupaten Bireuen
Mukhlis
PARALEL SESI IIBidang : UMKM dan Kajian WanitaChair/ Moderator :Ruang :
No. Kode Judul Penulis Pertama61. U2 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Produksi
Industry Kreatif Di Propinsi Aceh Suriani
62. U2 Model dan Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi AcehPasca Konflik dan Tsunami - Wahyuddin
63. U2 Analisis Kelayakan Usaha Pangkas di Kota BandaAceh A.Sakir & Zulkifli
64. U2 Willingness To Pay Premi Perlindungan Kesehatan diKota Banda Aceh Ikhsan
65. U2Pemanfaat Secara Ekonomi Limbah KayuSeumantok Sebagai Agregat Kasar Pada CampuranBeton
Sri Indah Setiyaningsih
1
PENGARUH PROFESIONALITAS, KETAATAN PADA KODE ETIK, DANPENGALAMAN AUDITOR TERHADAP PENENTUAN TINGKAT
MATERIALITAS
THE INFLUENCE OF AUDITOR PROFESSIONALISM, ADHERENCE TO ACODE OF ETHICS AND EXPERIENCE OF THE AUDITOR'S ON
CONSIDERATION OF MATERIALITY LEVELS
Hendra TaromanRobinson
Universitas Bengkulu([email protected])
ABSTRACT
The purpose of this research is the first, provide empirical evidence o f the
influence of professionalism auditor against consideration the level of materiality, adherence
to a code of ethics to the level of materiality considerations, the level of experience of the
auditor's consideration of materiality, and provide empirical evidence of the influence of
auditor professionalism, adherence to a code of ethics, and experience of the auditor on
consideration of materiality levels.
The results showed that: 1) Professionalism Auditor (X1) had no significant effect on
the Consideration of Materiality level, which is indicated by a significance value of 0.154; 2)
Adherence to the Code of Ethics (X2) has a significant influence on consideration Materiality
level, which indicated by a significance value of 0.008; 3) experience Auditor (X3) have no
significant influence on consideration Materiality level, indicated by a significance value of
0.819, and 4) Auditor professionalism, adherence to the Code of Ethics and Auditor
experience together has influence consideration of Materiality significant level, which is
indicated by the significant value of 0.000.
Keywords: Professionalism, Code of Ethics, Experience, Materiality Levels
2
PENDAHULUAN
Audit yang dilakukan pada sektor publik
berbeda dengan yang dilakukan pada
sektor swasta. Latar belakang institusional
dan hukum yang berbeda yang
membedakan audit sektor publik dengan
sektor swasta, dimana audit sektor publik
mempunyai prosedur dan tanggung jawab
yang berbeda serta peran yang lebih
luas dibandingkan audit sektor swasta
(Jones. R,1996:205: Rubin, 1998: 129)
dalam Wilopo (2001:27). Hal ini dapat
diketahui bahwa auditor pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya tidak hanya
memeriksa dan menilai kewajaran laporan
keuangan sektor publik, tetapi juga menilai
ketaatan aparatur pemerintah terhadap
undang-undang dan peraturan yang
berlaku. Disamping itu juga memeriksa
dan menilai sifat ekonomis, efisiensi dan
efektifitas dari semua pekerjaan dan
pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah.
Dengan demikian, bila kualitas audit sektor
publik rendah, maka akan mengakibatkan
risiko tuntutan terhadap pejabat
pemerintah (Elder, 1997) dan akan
muncul kecurangan, korupsi, kolusi
seperti yang terjadi di Indonesia sampai
saat ini (Wilopo 2001:28). Pemeriksaan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI) terhadap semua
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) maupun Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) hanya pada
tahap pemberian opini akuntan, artinya
bahwa apakah laporan keuangan disusun
sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) (PP No.71 Tahun 2010), bukan pada
kinerja keuangan. Oleh sebab itu harus
hati-hati di dalam memaknai sebuah opini
akuntan bukan opini kinerja keuangan,
kadang hal ini menjadi sebuah informasi
yang ‘terdistorsi’ antara opini akuntan
terbaik dengan opini kinerja keuangan
terbaik.
Masyarakat pada umumnya berpandangan
opini wajar tanpa pengecualian (WTP)
menggambarkan kondisi tata kelola
keuangan entitas yang mendapatkan
bersifat ‘bebas korupsi’. Ketika suatu
entitas mendapat opini WTP, dan
kemudian terjadi kasus korupsi di entitas
tersebut, masyarakat meragukan
pemberian opini WTP tersebut.
Dikalangan pejabat pemerintah pun
berbeda-beda di dalam memandang opini
WTP yang diberikan BPK kepada entitas
terhadap laporan keuangan. Banyak
mempertanyakan kenapa suatu entitas
tertentu mendapat opini WTP, pada hal
kinerjanya buruk. Entitas di pemerintahan
yang menyatakan bahwa jika instansinya
mendapat opini WTP, maka bebas dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN). Walau ada perbedaan persepsi
3
mengenai opini WTP, tetapi wajar saja
jika entitas yang diperiksa memasang
target untuk meraih opini WTP dalam
laporan keuangan. Opini WTP memang
bukanlah segala-galanya dalam
menciptakan aparatur yang bersih. Namun
opini WTP merupakan salah satu
indikatornya. Laporan keuangan entitas
bisa dipertanggungjawabkan sesuai
dengan SAP yang berpegangan pada
prinsip akuntabilitas dan transparansi
(Warta BPK).
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara memuat persyaratan profesional
pemeriksa, mutu pelaksanaan
pemeriksaan, dan persyaratan laporan
pemeriksaan yang profesional.
Pelaksanaan pemeriksaan yang
didasarkan pada standar pemeriksaan
akan meningkatkan kredibilitas
informasi yang dilaporkan atau
diperoleh dari entitas yang diperiksa
melalui pengumpulan dan pungujian
bukti secara obyektif. Profesionalisme
juga menjadi syarat utama bagi para auditor eksternal. Sebab dengan profesionalisme yang tinggi kebebasan auditor akan semakin terjamin. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin luas, auditor eksternal harus
memiliki wawasan yang luas tentang
kompleksitas organisasi modern.
Gambaran profesionalisme seorang
auditor menurut Hall (1968) dalam
Herawati dan Susanto, (2009) tercermin
dalam lima hal yaitu : pengabdian pada
profesi, kewajiban sosial, kemandirian,
kepercayaan terhadap peraturan profesi
dan hubungan dengan rekan seprofesi.
Ketika manajemen atau subyek audit
menawarkan sebuah imbalan atau
tekanan kepada auditor untuk
menghasilkan laporan audit yang
diinginkan oleh manajemen maka menjadi
dilema etika. Dilema etis dalam setting
auditing terjadi ketika auditor dan
auditee tidak sepakat terhadap beberapa
aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan.
Auditee dapat mempengaruhi proses
audit yang dilakukan auditor, yaitu
dengan menekan auditor melakukan
tindakan yang melanggar standar
pemeriksaan. Dalam hal ini auditor
dihadapkan pada pilihan-pilihan
keputusan yang saling bertentangan
terkait dengan aktivitas pemeriksaannya.
Merebaknya “malpraktik bisnis” dan
kurangnya independensi menyebabkan
kepercayaan para pengguna laporan
auditan terhadap akuntan menjadi
menurun. Ketika independensi dan
objektivitas terabaikan perdagangan opini
auditor menjadi hal yang “wajar” (Anni,
2004).
4
Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas
yang baik tentunya hal yang
dipertimbangkan salah satunya adalah
tingkat materialitas. Tingkat materialitas
yang ditetapkan oleh auditor mempunyai
peranan terhadap hasil pemeriksaan.
Penetapan materialitas membantu auditor
merencanakan pengumpulan bahan bukti
yang cukup. Jika auditor menetapkan
jumlah yang rendah, maka akan lebih
banyak bahan bukti yang harus
dikumpulkan.
Pertimbangan auditor tentang materialitas
adalah suatu masalah kebijakan
profesional dan dipengaruhi oleh persepsi
auditor tentang kebutuhan yang beralasan
dari laporan keuangan. Tingkat
materialitas suatu laporan keuangan tidak
akan sama, tergantung pada ukuran
laporan keuangan tersebut. Selain itu
tingkat materialitas tergantung pada dua
aspek yaitu aspek kondisional dan aspek
situasional. Materialitas pada tingkat
laporan keuangan adalah besarnya
keseluruhan salah saji minimum dalam
suatu laporan keuangan yang cukup
penting sehingga membuat laporan
keuangan menjadi tidak disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Dalam
konteks ini, salah saji bisa diakibatkan
oleh penerapan akuntansi secara keliru,
tidak sesuai dengan fakta atau karena
hilangnya informasi penting (Haryono,
2001 dalam Martiyani, 2010:20).
Penelitian ini dimotivasi karena
masih banyaknya pemegang kepentingan
yang mempertanyakan hasil audit yang
membuat Opini pada Laporan Hasil
Pemeriksaan BPK. Dimana selama ini
banyak entitas Pemerintah mendapatkan
Opini Wajar Tanpa Pengecualian namun
masih banyak ditemukannya pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan.
Banyak kasus korupsi terhadap entitas
yang mendapatkan Opini wajar tanpa
pengecualian tersebut.
Berdasarkan pokok permasalahan yang
telah dirumuskan dalam rumusan
masalah, maka tujuan dari penelitian
adalah memberikan bukti empiris:
1) Pengaruh profesionalisme auditor
terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
2) Pengaruh ketaatan terhadap kode etik
terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
3) Pengaruh pengalaman auditor terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
4) Pengaruh profesionalisme auditor,
ketaatan terhadap kode etik, dan
pengalaman auditor secara simultan
terhadap pertimbangan tingkat
materialitas.
5
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai
yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi, dilihat dari keadaan
yang melingkupinya, yang mungkin dapat
mengakibatkan perubahan pengaruh
terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi
tersebut karena adanya penghilangan atau
salah saji tersebut (Sukrisno 1996 dalam
Yanuar 2008:18). Materialitas adalah
besarnya informasi akuntansi yang apa
bila terjadi penghilangan atau salah saji,
dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
mungkin dapat mengubah atau
mempengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi
tersebut. Definisi materialitas tersebut
mengakui pertimbangan materialitas
dilakukan dengan memperhitungkan
keadaan yang melingkupi dan perlu
melibatkan baik pertimbangan kuantitatif
maupun kualitatif. Keadaan yang
melingkupi yang harus dipertimbangkan
pemeriksa dalam menetapkan materialitas
di antaranya adalah sifat dan jumlah pos
dalam laporan keuangan yang diperiksa.
Sebagai contoh, suatu jumlah yang
material bagi laporan keuangan suatu
entitas mungkin tidak material bagi
laporan keuangan entitas lain dengan
ukuran dan sifat yang berbeda. Begitu
juga, jumlah yang material bagi laporan
keuangan entitas tertentu kemungkinan
berubah dari satu periode ke periode yang
lain.
Pertimbangan pemeriksa tentang
materialitas merupakan pertimbangan
yang bersifat professional dan
dipengaruhi oleh persepsi yang wajar
tentang keandalan dan kepercayaan atas
laporan keuangan yang diperiksa.
Materialitas mengandung unsur
subjektivitas tergantung pada sudut
pandang, waktu, dan kondisi pihak yang
berkepentingan. Namun, penilaian
subjektivitas yang sama dari banyak pihak
dapat mengarah pada suatu objektivitas.
Konsep materialitas dapat
dikelompokkan menjadi (keputusan
BPK No.05/k/I- XIII.2/5/2008):
a) Materialitas kuantitatif; materialitas
yang menggunakan ukuran
kuantitatif tertentu seperti nilai
uang, jumlah waktu, frekuensi
maupun jumlah unit.
6
b) Materialitas kualitatif; materialitas
yang menggunakan ukuran
kualitatif yang lebih ditentukan
pada pertimbangan professional.
Pertimbangan professional tersebut
didasarkan pada cara pandang,
pengetahuan, dan pengalaman
pada situasi dan kondisi tertentu.
Dalam menentukan materialitas,
tidak terdapat kriteria yang baku, tetapi
ada faktor yang harus dipertimbangkan
pemeriksa dalam menentukan
materialitas, yaitu (keputusan BPK
No.05/k/I-XIII.2/5/2008):
a) Tingkat kepentingan para pihak
terkait terhadap objek yang
diperiksa, misalnya pada objek
laporan keuangan pemerintah,
pengguna laporan keuangan
memiliki kepentingan yang tinggi
terhadap masalah legalitas dan
ketaatan pada ketentuan yang
berlaku.
b) Batasan materialitas untuk penugasan
pemeriksaan, misalnya batasan
materialitas pemeriksaan laporan
keuangan pemerintah pusat
cenderung konservatif karena sektor
publik lebih mementingkan
pengujian terhadap legalitas, ketaatan
terhadap ketentuan yang berlaku.
Profesionalisme Auditor
Dalam penelitian ini konsep
profesionalisme yang digunakan adalah
konsep untuk mengukur bagaimana para
profesional memandang profesi mereka
yang tercermin dalam sikap dan perilaku
mereka. Dengan anggapan bahwa sikap
dan perilaku mempunyai hubungan timbal
balik. Perilaku profesionalisme
merupakan cermin dari sikap
profesionalisme, demikian pula
sebaliknya sikap profesional tercermin
dari perilaku yang profesional.
Hall (Syahrir 2002 : 7)
mengembangkan konsep profesionalisme
dari level individual yang digunakan
untuk profesionalisme eksternal auditor,
meliputi lima dimensi:
a) Pengabdian pada profesi
(dedication), yang tercermin dalam
dedikasi profesional melalui
penggunaan pengetahuan dan
kecakapan yang dimiliki. Sikap ini
adalah ekspresi dari penyerahandiri
secara total terhadap pekerjaan.
Pekerjaan didefinisikan sebagai
tujuan hidup dan bukan sekadar
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Penyerahan diri secara total
merupakan komitmen pribadi, dan
sebagai kompensasi utama yang
7
diharapkan adalah kepuasan
rohaniah dan kemudian kepuasan
material.
b) Kewajiban sosial (Social
obligation), yaitu pandangan
tentang pentingnya peran profesi
serta manfaat yang diperoleh
baik oleh masyarakat ataupun
oleh profesional karena adanya
pekerjaan tersebut.
c) Kemandirian (autonomy
demands), yaitu suatu pandangan
bahwa seorang profesional harus
mampu membuat keputusan sendiri
tanpa tekanan dari pihak yang lain.
d) Keyakinan terhadap peraturan
profesi (belief in self-regulation),
yaitu suatu keyakinan bahwa yang
berwenang untuk menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama
profesi, dan bukan pihak luar yang
tidak mempunyai kompetensi dalam
bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
e) Hubungan dengan sesama profesi
(professional community
affiliation), berarti menggunakan
ikatan profesi sebagai acuan,
termasuk organisasi formal dan
kelompok-kelompok kolega informal
sebagai sumber ide utama pekerjaan.
Melalui ikatan profesi ini para
profesional membangun kesadaran
profesinya.
Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara sesuai Peraturan BPK-RI No.1
Tahun 2007 pada pernyataan standar
umum pertama menyatakan Pemeriksa
secara kolektif harus memiliki kecakapan
profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan. Dengan
pernyataan Standar ini semua organisasi
pemeriksa bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa setiap pemeriksaan
dilaksanakan oleh pemeriksa yang secara
kolektif memiliki pengetahuan, keahlian,
dan pengalaman yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas tersebut. Standar
umum kedua menyatakan dalam semua hal
yang berkaitan dengan pekerjaan
pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental
dan penampilan dari gangguan pribadi,
ekstern, dan organisasi yang dapat
mempengaruhi independensinya. Standar
umum ketiga menyatakan dalam
pelaksanaan pemeriksaan serta
penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat
dan seksama. Standar umum keempat
menyatakan bahwa setiap organisasi
pemeriksa yang melaksanakan
pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan harus memiliki sistem
pengendalian mutu yang memadai, dan
sistem pengendalian mutu tersebut harus
8
direviu oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu ekstern)
Kode Etik
Etika secara umum didefinisikan sebagai
nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan
tingkah laku yang diterima dan digunakan
oleh suatu golongan tertentu atau individu
(Sukamto 1991 dalam Suraida 2005: 118).
Definisi etika secara umum adalah “a set
of moral principles or value. Prinsip-
prinsip etika tersebut (yang dikutip dari
The Yosephine Institute for teh
Advancement of Ethics) adalah honesty,
integrity, promise keeping, loyalty,
fairness, caring for others, responsible
citizenship, pursuit of excellent and
accountability (Arrens & Loebecke 2003).
Etika pemeriksa pada BPK RI
mengacu pada Peraturan BPK RI No.2
Tahun 2007 tentang Kode Etik Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
a) Dimana pasal 2 menyatakan bahwa
setiap Anggota BPK dan Pemeriksa
wajib: mematuhi peraturan perundang-
undangan dan peraturan kedinasan
yang berlaku. Mengutamakan
kepentingan negara atas kepentingan
pribadi atau golongan. Menjunjung
tinggi independensi, integritas dan
profesionalitas. Menjunjung tinggi
martabat, kehormatan, citra dan
kredibilitas BPK.
b) Pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa
untuk menjamin independensi dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya,
pemeriksa wajib: bersikap netral dan tidak
memihak. Menghindari terjadinya benturan
kepentingan dalam melaksanakan
kewajiban profesionalnya.
Menghindari hal-hal yang dapat
mempengaruhi independensi.
Mempertimbangkan informasi, pandangan
dan tanggapan dari pihak yang diperiksa
dalam menyusun opini atau laporan
pemeriksaan. Bersikap tenang dan mampu
mengendalikan diri. Ayat (2)
menyatakan bahwa untuk menjamin
independensi dalam menjalankan tugas
dan wewenangnya, pemeriksa dilarang:
merangkap jabatan dalam lingkungan
lembaga negara yang lain, badan-badan
lain yang mengelola keuangan negara, dan
perusahaan swasta nasional atau asing.
Menunjukkan sikap dan perilaku yang
dapat menyebabkan orang lain meragukan
independensinya. Tunduk pada intimidasi
atau tekanan orang lain. Membocorkan
informasi yang diperolehnya dari auditee.
Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi
atau kepentingan tertentu, baik kepentingan
pribadi pemeriksa sendiri maupun pihak-
pihak lainnya yang berkepentingandengan
9
hasil pemeriksaan.
c) Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa
untuk menjamin integritas dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya,
pemeriksa wajib: bersikap tegas dalam
menerapkan prinsip, nilai, dan
keputusan. Bersikap tegas untuk
mengemukakan dan/ atau melakukan
hal-hal yang menurut pertimbangan
dan keyakinannya perlu dilakukan.
Bersikap jujur dan terus terang
tanpa harus mengorbankan rahasia
pihak yang diperiksa. Ayat (2)
menyatakan untuk menjamin
integritas dalam menjalankan tugas
dan wewenangnya, pemeriksa
dilarang: menerima pemberian dalam
bentuk apapun baik langsung maupun
tidak langsung yang diduga atau patut
diduga dapat mempengaruhi
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
Menyalahgunakan wewenangnya
sebagai pemeriksa guna memperkaya
atau menguntungkan diri sendiri atau
pihak lain.
d) Pasal 8 ayat (1) menyatakan bahwa
untuk menjunjung profesionalisme
dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya, pemeriksa wajib:
menerapkan prinsip kehati-hatian,
ketelitian dan kecermatan. Menyimpan
rahasia negara atau rahasia jabatan
pihak yang diperiksa dan hanya
mengemukakannya kepada pejabat
yang berwenang. Menghindari
pemanfaatan rahasia negara yang
diketahui karena kedudukan atau
jabatannya untuk kepentingan pribadi,
golongan, atau pihak lain. Menghidari
perbuatan di luar tugas dan
wewenangnya. Mempunyai
komitmen tinggi untuk bekerja
sesuai dengan standar
pemeriksa keuangan negara.
Memutakhirkan, mengembangkan, dan
meningkatkan kemampuan
profesionalnya dalam rangka
melaksanakan tugas pemeriksaan.
Menghormati dan mempercayai serta
saling membantu diantara pemeriksa
sehingga dapat bekerjasama dengan
baik dalam pelaksanaan tugas. Saling
berkomunikasi dan mendiskusikan
permasalahan yang timbul dalam
menjalankan tugas pemeriksaan.
Menggunakan sumber daya publik
secara efisien, efektif dan
ekonomis. Ayat (2) menyatakan
untuk menjunjung profesionalisme
dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya, pemeriksa dilarang:
menerima tugas yang bukan
merupakan kompetensinya.
Mengungkapkan informasi yang
terdapat dalam proses pemeriksaan
kepad pihak- pihak lain, baik lisan
10
maupun tertulis, kecuali untuk
kepentingan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Mengungkapkan laporan hasil
pemeriksaan atau substansi hasil
pemeriksaan kepada media massa
kecuali atas ijin atau perintah ketua
atau wakil ketua atau Anggota BPK.
Mendiskusikan pekerjaannya dengan
auditee diluar kantor BPK atau kantor
auditee.
Pengalaman Auditor
Pengalaman auditor adalah
pengalaman dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya
waktu, banyaknya penugasan maupun
jenis-jenis pemeriksaan yang pernah
ditangani. Alasan yang paling umum
dalam mendiagnosis suatu masalah
adalah ketidak mampuan menghasilkan
dugaan yang tepat. Libby dan
Frederick (1990) dalam (Suraida
2005:119) menemukan bahwa makin
banyak pengalaman auditor makin
dapat menghasilkan berbagai macam
dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
Definisi lain menyebutkan bahwa
pengalaman merupakan suatu proses
pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku
baik dari pendidikan formal maupun non
formal atau bisa diartikan sebagai suatu
proses yang membawa seseorang kepada
suatu pola tingkah laku yang lebih
tinggi. Suatu pembelajaran juga
mencakup perubahan yang relatif dari
perilaku yang diakibatkan pengalaman,
pemahaman dan praktik (Knoers dan
Haditono 1999 dalam Asih 2006: 12).
Pengalaman merupakan atribut
yang penting bagi auditor, terbukti dengan
tingkat kesalahan yang dibuat auditor,
auditor yang sudah berpengalaman
biasanya lebih dapat mengingat
kesalahan atau kekeliruan yang tidak
lazim/wajar dan lebih selektif terhadap
informasi- inforamsi yang relevan
dibandingkandenganauditor yang kurang
berpengalaman (Meidawati 2001 dalam
Asih 2006: 13).
Purnamasari (2005: 15), memberikan
kesimpulan bahwa seorang pegawai yang
memiliki pengalaman kerja yang tinggi
akan memiliki keunggulan dalam
beberapa hal diantaranya mendeteksi
kesalahan dari penyebab munculnya
kesalahan. Berbagai macam pengalaman
yang dimiliki individu akan
menpengaruhi pelaksanaan suatu tugas.
Seseorang yang berpengalaman memiliki
cara berpikir yang lebih terperinci,
lengkap dan sophisicated dibandingkan
11
seseorang yang belum berpengalaman
(Taylor dan Tood 1995 dalam Asih,
2006:13)
Sebagai seorang akuntan yang
profesional, harus menjalani pelatihan
yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa
kegiatan –kegiatan seperti seminar,
simposium, lokakarya, dan kegiatan
penunjang keterampilan yang lain. Selain
kegiatan-kegiatan tersebut,
pengarahanyang diberikan oleh auditor
senior kepada auditor yunior juga bisa
dianggap sebagai salah satu bentuk
pelatihan karena kegiatan ini dapat
meningkatkan kerja auditor. melalui
program pelatihan dan praktik-praktik
audit yang dilakukan para auditor
juga mengalami proses sosialisasi agar
dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan situasi yang akan ia temui,
struktur pengetahuan auditor yang
berhubungan dengan pendeteksian
kekeliruan mungkin akan berkembang
dengan adanya program pelatihan auditor
ataupun dengan bertambahnya
pengalaman auditor.
Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Syafina (2009) meneliti
tentang Pengaruh Profesionalisme dan
Pengalaman Auditor BPK Perwakilan
Provinsi Sumatera Utara terhadap tingkat
materialitas dalam pemeriksaan laporan
keuangan pemerintah. Penelitian
Herawaty dan Susanto (2008) meneliti
tentang profesionalisme, pengetahuan
akuntan publik dalam mendeteksi
kekeliruan, etika profesi terhadap
pertimbangan tingkat materialitas.
Penelitian Suraida (2005) meneliti tentang Uji Model Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Resiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor.
Perumusan Hipotesis
a. Pengaruh Profesionalisme Auditor
terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas.
H1 : Profesionalisme Auditor memiliki
pengaruh terhadap pertimbangan
tingkat materialitas.
b. Pengaruh ketaatan terhadap Kode
Etik terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas
H2 : ketaatan terhadap kode etik
memiliki pengaruh terhadap
Pertimbangan Tingkat
Materialitas.
c. Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas
H3: Pengalaman Auditor memiliki
pengaruh terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas.
d. Pengaruh Profesionalisme Auditor,
Ketaatan terhadap Kode etik,
Pengalaman Auditor terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas.
H4 :Profesionalisme Auditor, Ketaatan
12
Kode Etik, dan Pengalaman
Auditor secara simultan memiliki
pengaruh terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas.
Metode Riset
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal
komparatif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui kemungkinan
adanya hubungan sebab akibat dengan
cara tertentu berdasar atas pengamatan
terhadap akibat yang ada, kemudian
mencari kembali faktor yang diduga
menjadi penyebabnya, melalui
pengumpulan data dengan melakukan
perbandingan diantara data yang
terkumpul/diteliti (Sumarni dan Wahyuni
2006:53)
Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2002:72) populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah
auditor yang bekerja pada Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono 2002:73) . Sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh
auditor pemerintah yang bekerja pada
BPK-RI Perwakilan Provinsi Bengkulu
yang bertugas antara Januari sampai
dengan Maret 2013.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data
primer yang menggambarkan keadaan
sebenarnya dari obyek penelitian.
Kegiatan ini dilakukan dengan
mempelajari secara langsung tentang
BPK RI. Data primer berupa kuesioner,
yang diberikan langsung kepada
responden.
Definisi dan Pengukuran Variabel
Materialitas
Variabel dependen dalam penelitian ini
Pertimbangan Tingkat Materialitas,
yaitu pertimbangan auditor atas besarnya
penghilangan atau salah saji informasi
akuntansi yang dapat mempengaruhi
pertimbangan pihak yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut
yang dilihat berdasarkan pengetahuan
tentang tingkat materialitas, seberapa
penting tingkat materialitas, resiko audit,
tingkat materialitas antar pemerintah dan
urutan tingkat materialitas dalam rencana
audit.
13
Profesionalisme Auditor
Profesionalisme auditor merupakan
sikap dan perilaku auditor dalam
menjalankan profesinya dengan
kesungguhan dan tanggung jawab agar
mencapai kinerja tugas sebagaimana yang
diatur oleh organisasi profesi, meliputi
pengabdian pada profesi, kewajiban
sosial, kemandirian, keyakinan profesi
dan hubungan dengan rekan seprofesi.
Ketaatan terhdap Kode Etik
Kode Etik adalah nilai-nilai tingkah
laku atau aturan-aturan tingkah laku yang
diterima dan digunakan oleh organisasi
BPK RI yang meliputi Integritas,
independensi, dan profesional.
Pengalaman Auditor
Pengalaman Auditor adalah
pengalaman dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya
waktu, banyaknya penugasan maupun
jenis-jenis pemeriksaan yang pernah
ditangani.
Pengukuran Variabel Penelitian
Pertimbangan tingkat materialitas
dan profesionalisme auditor dengan
indikator yang mengacu pada
instrumen penelitian Novanda (2012).
Sedangkan kode etik dengan indikator
yang mengacu pada instrumen
penelitian Putri (2011) dan
pengalaman auditor dengan indikator
yang mengacu pada instrumen penelitian
Khairiah (2009).
Variabel pertimbangan tingkat
materialitas, profesionalisme auditor,
dan ketaatan terhadap kode etik diukur
dengan skala ordinal menggunakan
modifikasi skala likert, yaitu Sangat
Setuju (SS) di beri skor 5, Setuju (S) di
beri skor 4, Netral (N) di beri skor 3,
Tidak Setuju (TS) di beri skor 2 dan
Sangat Tidak Setuju (STS) di beri skor
1. Variabel pengalaman auditor diukur
dengan skala interval.
Analisis dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Gambaran mengenai variabel-
variabel penelitian dalam penelitian ini
seperti profesionalisme auditor,
Ketaatan terhadap kode etika, dan
pengalaman auditor maka digunakan
tabel statistik deskriptif yang
menunjukkan angka kisaran teoritis,
kisaran sesungguhnya, median, rata-rata
(mean) dan standar deviasi jawaban
responden pada masing-masing variabel
terlihat memberikan informasi yang
menunjukkan bahwa seluruh variabel
penelitian ini, yaitu materialitas,
profesionalisme, ketaatan terhadap kode
14
etik dan pengalaman cenderung masuk
kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai rata-rata aktual seluruh
variabel yang lebih tinggi daripada nilai
rata-rata teoritis tiap variabel. Berarti
sebagian besar responden memberikan
jawaban pada setiap item pertanyaan
dengan skala besar. (Tabel 4.1, Lampiran
I)
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ini menggunakan
konsistensi interkorelasi yaitu teknik
Cronbach’s Alpha (α). Pengukuran
koefisiensi alpha (α) ini dapat digunakan
untuk menganalisis multipoint-scaled
items. Apabila nilai cronbach alpha dari
hasil pengujian > 0.60 maka dapat
dikatakan bahwa konstruk atau variabel
adalah reliabel (Nunnaly, 1969 dalam
Ghozali,
2005). bahwa untuk variabel
Profesionalisme memiliki nilai cronbach
alpha sebesar 0,877, hal ini berarti untuk
variabel profesionalisme datanya reliabel
karena 0,877 > 0,60. Untuk variabel
lainnya seperti materialitas, Ketaatan
terhadap kode etik dan pengalaman
juga datanya bersifat reliabel karena nilai
dari cronbach alpha lebih besar dari 0,60.
Uji Validitas
Uji validitas yang digunakan
adalah dengan menghitung korelasi antara
skor masing- masing butir pertanyaan
dengan total skor setiap konstruknya
(Ghozali, 2005). Pengujian ini
menggunakan metode pearson
correlation. Apabila korelasi antara skor
masing-masing butir pertanyaan dengan
skor tiap konstruknya signifikansi pada
level 0.01 maka pertanyaan tersebut
dikatakan valid (Ghozali 2005). Dari hasil
uji validitas data pada tabel 4.6 terlihat
bahwa untuk nilai signifikansi semua
variabel berada < 0.01, oleh karena itu
semua item pertanyaan yang terdapat
dalam penelitian ini bersifat valid.
Uji Normalitas
Uji normalitas akan terpenuhi
apabila sampel yang digunakan
berjumlah lebih dari atau sama dengan
30. Untuk mengetahui normalitas
distribusi data dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis statistik, yakni
dengan kolmogorov-smirnov test. Jika
nilai signifikansi dari pengujian one
sample kolmogorov-smirnov test > 0.05
maka data mempunyai distribusi normal
(Ghozali 2005). Dari hasil uji normalitas
terlihat bahwa nilai dari asymp sig lebih
besar dari 0.05, sehingga data dalam
15
penelitian ini berdistribusi secara normal.
Uji Multikolinieritas
Indikasi ada tidaknya
multikorinearitas dilakukan dengan
melihat nilai tolerance dan variance
inflantion factor (VIF). Apabila nilai
tolerance < 0.10 dan nilai VIF > 10, maka
terjadi multikorinearitas antara variabel
independennya. Sebaliknya,
multikorinearitas tidak akan terjadi
apabila nilai tolerance > 0.10 dan niali
VIF < 10 (Ghozali 2005). bahwa untuk
variabel profesionalisme memiliki nilai
tolerance sebesar 0,569 dimana nilai
tolerance ini lebih dari 0.10 dan nilai VIF
nya sebesar 1,756 < 10, sehingga untuk
variabel profesionalisme terbebas dari
masalah multikolinearitas. Untuk variabel
ketaatan terhadap kode etik memiliki nilai
tolerance sebesar 0,573 > 0.10 dan
nilai VIF sebesar 1,573 < 10, sehingga
untuk
variabel ketaatan terhadap kode etik juga
terbebas dari masalah multikolinearitas.
Variabel pengalaman yang memiliki nilai
tolerance sebesar 0,864 > 0.10 dan nilai
VIF sebesar 1,157 <
10, sehingga untuk variabel
kode etik juga terbebas dari
masalah multikolinearitas
Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi
mempunyai hubungan yang linear atau
tidak secara signifikan antara variabel
bebas dengan variabel terikatnya. Antara
profesionalisme auditor dengan
pertimbangan tingkat materialitas
mempunyai nilai signifikan sebesar 0,000
lebih kecil dari tingkat kepercayaan
sebesar 5%, sehingga dapat disimpulkan
terdapat hubungan yang linier, antara
ketaatan terhadap kode etik dengan
pertimbangan tingkat materialitas
mempunyai nilai signifikan sebesar
0,000 lebih kecil dari tingkat kepercayaan
sebesar 5%, sehingga dapat disimpulkan
terdapat hubungan yang linier, hubungan
antara pengalaman auditor dengan
pertimbangan tingkat materialitas
mempunyai nilai signifikan sebesar 0,129
lebih besar dari tingkat kepercayaan
sebesar 5%, sehingga dapat disimpulkan
tidak terdapat hubungan yang linier.
Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil uji hipotesis
sederhana hanya satu variabel yang
mempengaruhi pertimbangan tingkat
materialitas dari tiga variabel yang diteliti,
namun secara simultan ketiga variabel
tersebut mempengaruhi pertimbangan
tingkat materialitas. (Tabel 4.2, Lampiran
I)
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan
16
tidak ada pengaruh yang signifikan
antara profesionalisme auditor dengan
pertimbangan dengan tingkat materialitas.
Hal ini disebabkan karena entitas LKPD
merupakan sektor publik dengan
ketentuan pengelolaan yang sama untuk
semua entitas maka BPK RI menetapkan
nilai risiko pemeriksaan yang dapat
diterima (Accepteble Audit Risk) yang
sama untuk semua entitas LKPD yaitu
sebesar 5%. Namum demikian, pemeriksa
dapat memberikan pertimbangan lain
untuk menurunkan besaran AAR dengan
pertimbangan faktor-faktor antara lain :
kondisi geografis, nilai aset dan
anggaran yang tidak di kelola, jumlah
satuan kerja (Satker), hasil pemeriksaan
sebelumnya, integritas manajemen dan
sistem informasi yang
digunakan.(panduan pemeriksaan LKPD
edisi tahun 2013).
Berdasarkan jawaban responden
terhadap pernyataan profesionalisme
auditor secara umum responden
menjawab setuju (61,4%) dan sangat
setuju (23,1%), namum masih terdapat
banyak jawaban responden yang netral
(N) pada keyakinan terhadap profesi pada
item 11 dimana jawaban responden
menunjukkan 24 responden menjawab
netral dari 43 responden. Namun pada
pernyataan kewajiban sosial item ke 6
sebanyak 32 dari 43 responden menjawab
setuju.
Berdasarkan jawaban responden
terhadap pernyataan tentang ketaatan
terhadap kode etik menunjukkan sebagian
besar responden menjawab setuju (58%)
dan sangat setuju (25,4%), hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden setuju untuk menerapkan
ketaatan terhadap kode etik dalam
melakukan audit. Hal ini juga ditunjukan
oleh jawaban responden untuk pernyataan
independensi item ke 2 dimana sebanyak
32 dari 43 responden menjawab setuju,
dan pada pernyataan integritas item ke 6
dimana sebanyak 33 dari 43 responden
menjawab setuju.
Berdasarkan jawaban responden
terhadap pernyataan tentang pengalaman
auditor sebanyak 21 dari 43 responden
mengarah pada jawaban 3 yaitu masa
kerja 3 s,d 5 tahun, menjadi ketua tim
jawaban responden sebanyak 29 dari 43
responden mengarah pada jawaban 1
yaitu belum pernah menjadi ketua tim,
menjadi ketua sub tim jawaban
responden sebanyak 34 dari 43 responden
mengarah pada jawaban 1 yaitu belum
pernah menjadi ketua sub tim, jumlah unit
kerja yang diaudit dalam LKPD jawaban
responden sebanyak 40 dari 43 responden
mengarah pada jawaban 5 yaitu lebih dari
17
4 SKPD. Dengan demikian pengalaman
auditor BPK RI Perwakilan Bengkulu
masih sangat sedikit dalam hal melakukan
audit.
Berdasarkan uji regresi secara
simultan, pertimbangan tingkat
materialitas suatu laporan keuangan
dipengaruhi oleh profesionalisme auditor,
ketaatan terhadap kode etik dan
pengalaman auditor. namun, pengaruh
tersebut hanya sebesar 39,4% sedangkan
sisanya sebesar 60,6% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar penelitian ini. (Tabel
4.3, Lampiran I)
PENUTUP
Kesimpulan
Profesionalisme Auditor di BPK tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pertimbangan tingkat materialitas,
pengambilan keputusan dalam menentukan
tingkat materialitas dan dipengaruhi oleh
faktor lainnya di luar penelitian ini.
Pengalaman auditor di BPK tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pertimbangan tingkat materialitas,
hal ini disebabkan karena auditor BPK
biasanya menggunakan judgement auditor
dimana hal ini terjadi jika ditemukan
permasalahan tentang tingkat materialitas
maka akan dibuat kebijakan untuk
menyamakan persepsi. Profesionalisme
auditor, ketaatan terhadap kode etik dan
pengalaman auditor secara bersama- sama
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Implikasi Hasil Penelitian
Penenlitian ini bermanfaat bagi
pengambil kebijakan pada BPK RI
sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan pola mutasi yang tepat agar
pemerataan auditor yang berpengalaman
pada setiap kantor perwakilan sehingga
dapat menghasilkan kualitas laporan hasil
pemeriksaan yang sama pada setiap
kantor perwakilan.
Saran
Bagi auditor, perlu meningkatkan
pengetahuan tambahan yang dapat
membentuk sikap profesionalisme yang
dapat mendukung pertimbangan auditor
dalam menentukan tingkat materialitas
suatu laporan keuangan pemerintah
daerah. Dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan, seorang auditor harus tetap
taat terhadap kode etik yang sudah
ditetapkan oleh BPK RI, termasuk tidak
bertindak menurut keinginan pribadi.
Berdasarkan hasil penelitian
pengalaman auditor rata-rata masih
sedikit, sehingga perlu ada berbagi
18
pengalaman dengan tim sebelumnya,
sehingga pelaksanaan pemeriksaan dapat
terencana dengan baik dan dapat
memberikan perbaikan kepada
pemerintah daerah itu sendiri. Sehingga
dapat menambah pengalaman yang
akan mendampak pada sikap
profesional untuk mengambil keputusan
dalam menentukan tingkat materialitas
dalam laporan.
Auditor BPK RI Perwakilan
Provinsi Bengkulu, memperbanyak
pengalaman pemeriksaan dengan tidak
hanya pemeriksaan laporan keuangan
pemerintah daerah tapi juga pemeriksaan
laporan keuangan Badan Usaha Milik
Negara/Daerah, Bank Pembangunan
Daerah dan Lainnya. Dengan demikian,
auditor semakin berpengalaman dalam
melakukan audit dan menentukan tingkat
risiko audit pada setiap akun, sehingga
dapat menentukan tingkat materialitas
yang tepat. Untuk penelitian selanjutnya
diharapkan bisa menambahkan variabel
lain seperti opini tahun sebelumnya,
informasi dari media masa, dan risiko
terjadinya tindakan kecurangan (Fraud)
yang diduga mempengaruhi tingkat
pertimbangan materialitas.
Daftar PustakaAsih. (2006). Pengaruh Pengalaman
Terhadap Peningkatan KeahlianAuditor dalam Bidang
Auditing. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Hastuti, dkk. (2003). Hubungan antaraProfesionalisme denganPertimbangan TingkatMaterialitas dalam ProsesPengauditan Laporan Keuangan.Prosiding Simposium NasionalAkuntansi. OKtober. Hal 1206-1220
Herawati dan Susanto (2009). PengaruhProfesionalisme, Pengetahuanmendeteksi kekeliruan dan etikaprofesi terhadap pertimbanganTingkat Materialitas AkuntanPublik. Jurnal Akuntansi danKeuangan Vol. 11 No.1
Ifada dan M. Ja’far. (2005). PengaruhSikap Profesionalisme InternalAuditor Terhadap PerananInternal Auditor dalamPengungkapan Temuan Audit.Jurnal Bisnis, Manajemen danEkonomi. Vol.7 No.3.
Keputusan Badan Pemeriksa KeuanganRepublik Indonesia No.05/K/I-XIII.2/5/2008 Tentang petunjukteknis penetapan batas materialitaspemeriksaan keuangan.
Lestari dan Dwi. (2003). Hubunganantara Profesionalisme Auditordengan Pertimbangan TingkatMaterialitas dalam ProsesPengauditan Laporan Keuangan.Jurnal Bisnis, Manajemen danEkonomi. Vol.2 No.1
Martiyani. (2010). PengaruhProfesionalisme Auditor dan KualitasAudit terhadap tingkat Materialitasdalam dalam Pemeriksaan LaporanKeuangan. Skripsi. Tidakdipublikasikan. UniversitasPembangunan Nasional’Veteran”Surabaya Jawa Timur.
Mardiasmo. (2001). Pengawasan,pengendalian, dan pemeriksaan
19
kinerja pemerintah dalampelaksanaan otonomi daerah. Jurnalbisnis dan akuntansi. Sekolah tinggiilmu ekonomi Trisakti. Jakarta. EdisiAgusutus.
Noveria. (2006). PengaruhProfesionalisme Auditor Internalterhadap Work Outcome Auditor
Internal. Skripsi. Tidak dipublikasikan.UNPAD Bandung.
Novanda (2012). Pengaruhprofesionalisme auditor, etika profesidan pengalaman audit terhadappertimbangan tingkat materialitas.Skripsi. UNY Yogyakarta.
Rifqi Muhammad (2008). Analisishubungan antara profesionalismeauditor dengan pertimbangan tingkatmaterialitas dalam prosespengauditan laporan keuangan.Jurnal penelitian dan pengabdian.DPPM UII. YOGYAKARTA.
Santoso. (2000). Mengatasi BerbagaiMasalah Statistik dengan SPSS.Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Sugiyono. (2001). Metode PenelitianBisnis. Bandung. CV. Alfabeta
Sugiyono. (2002). Statistik UntukPenelitian. Bandung : CV Alfabeta
Sumarni dan Wahyuni. (2006).
Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: Andi Offset. Suraida.
(2005). Uji Model Etika,
Kompetensi, Pengalaman Audit
dan Resiko AuditTerhadap Skeptisme Profesional Auditor.
Jurnal Akuntansi. Th IX/02/Mei.
Syahrir. (2002). Analisis hubungan antaraprofesionalisme akuntan publik
dengan kinerja, kepuasan kerja,komitmen, dan keinginanberpindah. Tesis. FE UGM.Yogyakarta.
Syafina. (2009). Profesionalisme danPengalaman auditor BPKPerwakilan Provinsi SumateraUtara terhadap tingkatmaterialitas dalam pemeriksaanlaporan keuangan pemerintah. Tesis.Tidak dipublikasikan.USU Medan.
Peraturan BPK-RI Nomor 01 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara. Peraturan BPK-
RI Nomor 02 Tahun 2007 tentang
Kode Etik Badan Pemeriksa
KeuanganRepublik Indonesia.
Purnamasari. (2005). Pengaruhpengalaman kerja terhadap hubunganpertisipasi dengan efektivitas sisteminformasi. Jurnal riset akuntansikeuangan. Vol.1 No.3.
Wilopo (2001). Faktor-faktor yangmenentukan kualitas audit padasektor publik atau pemerintah.Ventura. Volume 4. No.1, Juni. Hal.27-32.
Yanuar (2008). Pengaruh profesionalismeauditor dan pengalaman auditorterhadap tingkat materialitas dalampemeriksaan laporan keuangan (studikasus pada auditor BPK Yogyakarta)skripsi. Tidak dipublikasikan
20
LAMPIRAN I
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Variabel RentangTeoritis
Rata-rataTeoritis
Standardevasi
RentangAktual
Rata-rataAktual
Materialitas 12-60 36 3.81290 43-59 47.4419Profesionalisme 15-75 45 5.95042 49-73 59.2093Ketaatan terhadapKode_Etik
13-65 395.73714
37-6451.8837
Pengalaman 9-45 27 5.26233 23-44 31.3023
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Hipotesis 1, 2 dan 3
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant)
Total_Profesionalisme
Ketaatan terhadap Kode_Etik
Total_Pengalaman
23.263 5.139 4.527 .000
.154 .106 .241 1.459 .153
.303 .109 .456 2.773 .008
-.022 .097 -.031 -.230 .819
a. Dependent Variable: Materialitas
Tabel 4.3
Hasil pengujian hipotesis 4
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression
Residual
Total
240.762 3 80.254 8.463 .000a
369.842 39 9.483
610.605 42
a. Predictors: (Constant), Total_Pengalaman, ketaatan terhadap Kode_Etik, Total_Profesionalisme
b. Dependent Variable: Materialitas