pengantar perikanan budidaya air payau · 1969 tjabang penelitian perikanan darat di makassar ......
TRANSCRIPT
BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
PUSAT RISET PERIKANAN BADAN RISET SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PENGANTAR PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
Akhmad MUSTAFA
DISEMINASI PUSAT UNGGULAN INOVASI DAERAH
“DISEMINASI TEKNOLOGI BUDIDAYA UDANG VANAME”
Maros, 3 September 2018
PROFIL
BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR
PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
(BRPBAP3)
BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN
PUSAT RISET PERIKANAN BADAN RISET SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEDUDUKAN DAN TUGAS
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan
Perikanan, yang selanjutnya disingkat BRPBAP3, merupakan Unit
Pelaksana Teknis Kementerian Kelautan dan Perikanan di bidang
riset perikanan budidaya air payau dan penyuluhan perikanan,
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala
badan yang menangani riset kelautan dan perikanan serta
pengembangan sumber daya manusia kelautan dan perikanan
BRPBAP3 mempunyai tugas melaksanakan kegiatan riset perikanan
budidaya air payau dan penyuluhan perikanan
(PerMen KP PER.29/MEN/2017)
FUNGSI
a. Penyusunan rencana program dan anggaran, pemantauan, evaluasi, dan laporan;
b. Pelaksanaan riset perikanan budidaya air payau di bidang biologi, reproduksi,
genetika, bioteknologi, patologi, toksikologi, ekologi, nutrisi dan teknologi pakan,
pemetaan dan lingkungan, plasma nutfah, serta analisis komoditas;
c. Pengembangan teknologi penelitian perikanan budidaya air payau;
d. Penyusunan materi, metodologi, pelaksanaan penyuluhan perikanan, serta
pengembangan dan fasilitasi kelembagaan dan forum masyarakat bagi pelaku utama
dan pelaku usaha;
e. Penyusunan kebutuhan peningkatan kapasitas penyuluh Pegawai Negeri Sipil
(PNS), swadaya, dan swasta;
f. Pengelolaan prasarana sarana riset perikanan budidaya air payau dan penyuluhan
perikanan; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
(PerMen KP PER.29/MEN/2017)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
VISI DAN MISI
Visi Profesional, Terpercaya, dan Terdepan dalam Penyediaan Data,
Informasi dan Teknologi Perikanan Budidaya Air Payau dan
Penyuluhan Perikanan
Misi Mengembangkan teknologi perikanan budidaya air payau
unggulan yang diakui dan bermanfaat bagi pengguna
Meningkatkan sumberdaya litbang, pelayanan jasa litbang,
dan mengembangkan kerja sama litbang perikanan
budidaya air payau
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
SEJARAH LEMBAGA
1969 Tjabang Penelitian Perikanan Darat di Makassar
1980 Sub Balai Penelitian Perikanan Darat di bawah Balai Penelitian
Perikanan Darat di Bogor
1984 Balai Penelitian Budidaya Pantai (BALITDITA)
1990 Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai (BALITKANDITA)
1995 Balai Penelitian Perikanan Pantai (BALITKANTA)
2002 Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau (BRPBAP)
2011 Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP)
2017 Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
(BRPBAP3)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
SUMBER DAYA MANUSIA
35%
2%
1% 2%
39%
21%
Jabatan Fungsional 121 orang
Administrasi
Pustakawan
Analis kepegawaian
Arsiparis
Peneliti
Litkayasa
6
17
20
4
Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama
Jabatan Fungsional Peneliti
Mulai Maret 2017:
BRPBAP3 Maros sebagai
Satminkal dari Penyuluh
Perikanan
Wilayah Kerja Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara dan Sulawesi
Barat
Penyuluh Perikanan PNS 425
orang
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Instalasi Pembenihan
Udang Windu, Kepiting bakau,
Rajungan & Beronang di Barru
Kantor Pusat di Maros &
Instalasi Tambak Percobaan Maros
Instalasi Tambak Percobaan Takalar
INSTALASI
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
LABORATORIUM
Tanah : 7 ruang lingkup
Air : 4 ruang lingkup
Patologi : 5 ruang lingkup
Nutrisi : 5 ruang lingkup
Bioteknologi : 2 ruang lingkup
TOTAL 23 ruang lingkup
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
JAMINAN MUTU
Kelembagaan 2016
2018
2011
2018
Insya Allah 2018
LP-567-IDN
Akreditasi
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
KOMODITAS DAN BIDANG MASALAH
Komoditas Bidang Masalah
Udang windu
Udang vaname
Ikan bandeng
Kepiting bakau
Nila
Beronang
Pemetaan dan daya dukung lahan
Kesehatan ikan dan lingkungan
Nutrisi dan teknologi pakan
Perbenihan, genetika dan
bioteknologi
Pembesaran (keteknikan budidaya)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
PENDAHULUAN (1)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Perikanan
Perikanan Tangkap
Perikanan Budidaya (Akuakultur)
Pengolahan Perikanan
PENDAHULUAN (2)
02,5005,0007,500
10,00012,50015,000
17,50020,00022,500
2010 2011 2012 2013 2014
Pro
duksi
(x1.0
00 ton)
Tahun
Capture Fisheries Aquaculture Fisheries Total
Volume Produksi Perikanan Indonesia, 2010 - 2014
Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
PENDAHULUAN (3)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Nilai Produksi Perikanan Indonesia, 2010 - 2014
PENDAHULUAN (4)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Volume Produksi Perikanan Budidaya Indonesia, 2010 - 2014
PENDAHULUAN (5)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Nilai Produksi Perikanan Budidaya Indonesia, 2010 - 2014
PENDAHULUAN (6)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Tujuan
Menginformasikan tentang Profil Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Menginformasikan tentang Perikanan Budidaya
Menginformasikan tentang Perikanan Budidaya Air Payau
PERIKANAN BUDIDAYA (1)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Pengenalan Perikanan Budidaya (Akuakultur)
Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik
di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit).
Akuakultur berasal dari aquaculture (aqua = perairan, culture = budidaya)
Kegiatan budidaya: kegiatan pemeliharaan untuk:
- memperbanyak (reproduction)
- menumbuhkan (growth)
- meningakatkan kualitas organisme akuatik sehingga menguntungkan
Organisme akuatik yang diproduksi adalah ikan
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Menurut Pasal 1 Undang-Undang 45 tahun 2009, ikan
adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian
dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
Yang termasuk ke dalam jenis ikan adalah :
Ikan bersirip (pisces);
Udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea);
Kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca);
Ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata);
Teripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata);
Kodok dan sebangsanya (amphibia);
Buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia);
Paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mammalia);
Rumput laut dan tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae);
Biota perairan lainnya
PERIKANAN BUDIDAYA (2)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Akuakultur merupakan serangkaian proses kegiatan
panjang dan berkesinambungan yang meliputi:
Pengadaan atau penyediaan benih
Penebaran benih
Peningkatan produksi pakan alami
Pemberian makanan tambahan atau buatan
Kontrol, pencegahan, pemberantasan hama, parasit/penyakit
Pasca panen
Pemasaran
Monitoring dan evaluasi
Analisis usaha
PERIKANAN BUDIDAYA (3)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Ruang Lingkup Akuakultur
PERIKANAN BUDIDAYA (4)
1 • Berdasarkan Kegiatan
2 • Berdasarkan Spasial
3 • Berdasarkan Sumber Air
4 • Berdasarkan Posisi Wadah Produksi
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Ruang Lingkup Akuakultur Berdasarkan Kegiatan:
o Subsistem Pengadaan Sarana dan Prasarana: pemilihan lokasi, pengadaan
bahan, dan pembangunan fasilitas produksi; pengadaan induk, benih pakan, pupuk, obat-
obatan pestisida, peralatan akuakultur, tenaga kerja dsb
o Subsistem Proses Produksi: persiapan wadah, penebaran, pemberian pakan,
pengelolaan lingkungan, pengelolaan kesehatan ikan, pemantauan ikan, dan pemanenen.
o Subsistem Penanganan Pascapanen dan Pemasaran: peningkatan
kualitas produk sehingga bisa lebih diterima konsumen, distribusi produk, dan pelayanan
terhadap konsumen
o Subsistem Pendukung: aspek keuangan (pembiayaan, pembayaran dsb), aspek
kelembagaan (organisasi perusahaan, asosiasi, koperasi, perbankan, lembaga riset)
PERIKANAN BUDIDAYA (5)
BALAI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Ruang Lingkup Akuakultur Berdasarkan Spasial:
o Akuakultur yang Berlangsung di Darat: pegunungan, perbukitan,
dataran tinggi, dan dataran rendah
o Akuakultur yang Berlangsung di Laut: pantai, muara sunga, teluk, selat,
perairan dangkal, terumbu karang, dan laut dalam/lepas
PERIKANAN BUDIDAYA (6)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Ruang Lingkup Akuakultur Berdasarkan Sumber Air:
o Perikanan budidaya air tawar (freshwater aquaculture)
o Perikanan budidaya air payau (brackishwater aquaculture)
o Perikanan budidaya laut (mariculture)
Lingkungan perairan berdasarkan salinitas:
Air tawar dengan salinitas di bawah 0,5 ppt
Oligohaline dengan salinitas 0,5 – 3,0 ppt
Mesohaline dengan salinitas 3,0 –16,5 ppt
Polyhaline dengan salinitas 16,5 – 30,0 ppt
Marine dengan salinitas 30,0 – 40,0 ppt
Hyperhaline dengan salinitas di atas 40,0 ppt
PERIKANAN BUDIDAYA (7)
Ruang Lingkup Akuakultur Berdasarkan Posisi Wadah
Produksi:
o Akuakultur Berbasiskan Daratan (land-based aquaculture): unit
budidaya berlokasi di daratan dan mengambil air dari perairan
sekitarnya seperti: kolam, mina padi, dan tambak.
o Akuakultur Berbasisikan Perairan (water-based aquaculture): unit
budidaya ditempatkan di dalam badan air perairan (sungai, saluran
irigasi, danau, waduk, dan laut) seperti: keramba jaring apung, rakit
apung, dan jaring tancap.
PERIKANAN BUDIDAYA (8)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
PERIKANAN BUDIDAYA (9)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Secara Spesifik Tujuan Akuakultur untuk:
Produksi makanan
Perbaikan stok alam
Produksi ikan untuk rekreasi
Produksi ikan umpan
Produksi ikan hias
Daur ulang bahan organik
Produksi bahan industri
PEMILIHAN SPESIES UNTUK AKUAKULTUR (1)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
1 • Pertimbangan Biologi
2 • Pertimbangan Ekonomi dan Pasar
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Pertimbangan Biologi
Kemampuan memijah dalam lingkungan budidaya dan memijah secara
buatan
Ukuran dan umur pertama kali matang gonad
Fekunditas
Lama pertumbuhan dan produksi
Tingkat trofik
Toleransi terhadap kualitas air dan daya adaptasi
Ketahanan terhadap stres dan penyakit
Kemampuan mengomsumsi pakan buatan
Rasio konversi pakan
Toleransi terhadap penanganan budidaya
Dampak spesies terhadap lingkungan
PEMILIHAN SPESIES UNTUK AKUAKULTUR (2)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Pertimbangan Ekonomi dan Pasar
Permintaan pasar
Harga dan keuntungan
Sistem pemasaran
Ketersediaan sarana dan prasarana produksi
Pendapatan masyarakat
PEMILIHAN SPESIES UNTUK AKUAKULTUR (3)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Spesies Akuakultur di Indonesia
PEMILIHAN SPESIES UNTUK AKUAKULTUR (5)
Wadah Spesies
Kolam Ikan mas, nila, mujair, gurami, udang galah, patin, bawal, tawes, lele, ikan hias,
tambakan, sepat, kowan, mola, sidat, plankton pakan alami
Rakit di laut Rumput laut
Tambak Udang windu, udang vaname, udang putih, bandeng, beronang, nila, belanak,
mujair, kakap putih, kerapu, rumput laut, kepiting, rajungan,
KJA di laut
KJA di air tawar
Kerapu, kakap, udang windu, udang vaname, bandeng, lobster, ikan hias laut
Ikan mas, nila, mujair, gurami, patin, bawal, sidat, ikan hias air tawar
KJT di laut
KJT di air tawar
Kerapu, kakap, udang windu, udang vaname, bandeng, samadar, teripang,
ikan hias laut
Ikan mas, nila, mujair, gurami, patin, bawal, sidat, ikan hias air tawar
Keramba Ikan mas, nila, mujair, gurami, patin, betutu
Kombongan Ikan mas, nila
Akuarium/bak Ikan hias, benih ikan konsumsi, plankton pakan alami
SISTEM PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (1)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
1 • Monokultur
2 • Polikultur
3
• Integrated Multitropic Aquaculture (IMTA)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Kepadatan: 8 ekor/m2
Produksi : 600 kg/ha (2005), Maros 1.000 kg/ha (2006), Barru 1.100 kg/ha (2007), Selayar Keuntungan: Rp 10-12 juta/ha/musim
Monokultur Udang Vaname
SISTEM PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (2)
SISTEM PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (3)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Polikultur Udang Vaname dan Rumput Laut
Peubah Perlakuan
A B
Berat awal udang vaname (g/ekor)
Berat akhir udang vaname (g/ekor)
Sintasan udang vaname (%)
Produksi udang vaname (kg/ha)
Berat awal rumput laut (kg basah/ha)
Laju pertumbuhan rumput laut (%)
Produksi rumput lau (kg basah/ha)
Lama pemeliharaan (hari)
0,22
12,76a
35,22a
72,84a
- -
-
75
0,22
12,04a
54.66a
108,6a
2.000
2,3
9.000
75
A = Udang vaname (2 ekor/m2)
B = Udang vaname (2 ekor/m2) dan
Rumput laut (2.000 kg basah/ha)
Source: Hendrajat dan Pantajara (2010)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Padat penebaran: 6 ekor/m2
Pemupukan awal: Urea: 150 kg/ha TSP: 75 kg/ha Pupuk susulan: 10% dosis awal Frekuensi pupuk susulan: 1 x seminggu Awal pemberian pakan hari ke-60 Dosis pakan 5-2%/BM/hari Frekuensi: 3 kali sehari (07; 16; 22) Polikultur vaname:bandeng 60.000:500 ekor/ha Benur pentokolan: 2 minggu Sintasan: 70-80%. Rasio konversi pakan: 1,1-1,2 Lama pemeliharaan: 100-110 hari Produktivitas: 600-1.100 kg/ha/mt
Polikultur udang vaname dan bandeng
SISTEM PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (4)
SISTEM PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (5)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
IMTA (Udang Windu, Nila, Tiram dan Rumput Laut)
Nila
Tiram
Rumput laut
SISTEM PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (6)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
IMTA (Udang Windu, Nila, Tiram dan Rumput Laut)
Peubah Perlakuan
A B C
Padat penebaran:
-Udang windu (ekor/ha)
-Nila (ekor/ha)
-Rumput laut (kg basah/ha)
-Tiram (ind./ha)
50.000
6,000
2.000
20.000
50.000
6,000
2.000
-
50.000
-
-
2.000
Berat awal:
-Udang windu (g/ekor)
-Nila (g/ekor)
-Tiram (g/ind)
0,1
6,5
10
0,1
6,5
-
0,1
-
-
A = Udang windu, Nila, Tiram & Rumput laut;
B = Udang windu, Nila, dan Rumput laut; C = Udang windu & Rumput laut
SISTEM PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (7)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
IMTA (Udang Windu, Nila, Tiram dan Rumput Laut) Peubah Perlakuan
A B C Produksi:
-Udang windu (kg/ha)
-Nile (kg/ha)
-Rumput laut (kg kering/ha)
414,8
996
3.200
263.0
840
3.200
216.0
-
3.000
Sintasan:
-Udang windu (%)
-Nile (%)
63,30
83,88
52,16
72,33
32,96
-
Berat akhir:
-Udang windu (g/ekor)
-Nila (g/ekor)
13,1
198,3
12,5
194,3
13.3
-
Rasio konversi pakan
-Udang windu
-Nila
1,79
2,05
2,29
2,28
2,74
-
A = Udang windu, Nila, Tiram & Rumput laut;
B = Udang windu, Nila, dan Rumput laut; C = Udang windu & Rumput laut
TEKNOLOGI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (1)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
1 • Tradisional (padat penebaran < 4 ekor/m2)
2 • Tradisional plus (padat penebaran 4 – 8 ekor/m2)
3 • Semiintensif (padat penebaran 8 – 50 ekor/m2)
4 • Intensif (padat penebaran 50 - 300 ekor/m2)
5 • Superintensif (padat penebaran > 300 ekor/m2)
Udang vaname
Kepadatan: 8 ekor/m2
Produksi : 600 kg/ha (2005), Maros 1.000 kg/ha (2006), Barru 1.100 kg/ha (2007), Selayar Keuntungan: Rp 10-12 juta/ha/musim
Budidaya udang vaname teknologi tradisional plus
TEKNOLOGI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (2)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
TEKNOLOGI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (3)
Budidaya udang vaname teknologi semiintensif
Uji Berat akhir (g)
Sintasan (%)
Produksi (kg/4.000 m2)
Rasio konversi
pakan
A 14,33 + 3,08a 94,35 + 7,84a 1339,1 + 85,56a 1,21 + 0,13a
B 14,99 + 2,54a 90,99 + 12,59a 1.172,95 + 111,79a 1,30 + 0,13a
C 13,01 + 2,66a 96,54 + 4,74a 1.221,75 + 95,39a 1,25 + 0,14a
A: Probiotik komersial-I (fermentasi),
B: Probiotik komersial-II (dicampurkan ke pakan),
C: Fermentasi probiotik RICA (kombinasi bakteri laut BL 542,
mangrove BR 931, MY 1112, dan tambak MR 55, BT 950.
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Budidaya udang vaname teknologi superintensif
TEKNOLOGI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU (4)
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
Jenis Perikanan
Budidaya
Potensi (ha) Eksisting (ha) Potensial (ha) %
Pemanfaatan
Budidaya Air Payau 2.964.331 657.083 2.297.248 22,50
Budidaya Air Tawar 541.100 151.387 379.713 29,83
Perairan Umum 158.125 1.707 156.418 1,08
Mina Padi 1.536.289 142.122 1.394.167 9,25
Budidaya Laut 12.123.383 231.474 11.841.909 2,32
Potensi dari setiap Jenis Perikanan Budidaya di Indonesia
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
PROSPEK PERIKANAN BUDIDAYA (1)
Kondisi Perikanan Budidaya:
Potensi lahan cukup luas
Teknologi yang diaplikasikan tergolong rendah
Komoditas yang dibudidayakan relatif terbatas
Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya:
Ekstensifikasi
Intensifikasi
Diversifikasi
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan
PROSPEK PERIKANAN BUDIDAYA (2)
Satu Kata, Satu Rasa, Satu Kerja, Satu Karya
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan