pengantar evaluasi pembelajaran noh menjelaskan model-model evaluasi indikator: ... pendidikan atau...

15
Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh BAGIAN II TUJUAN, MANFAAT, DAN PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PEMBEJELARAN Tujuan Dan Manfaat Evaluasi Pembelajaran Dari berbagai penjelasan secara bahasa dan istilah di atas bahwa Evaluasi memiliki tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran b. Untuk melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang disajikan c. Untuk mengetahui tingkat perubahan prilakunya d. Untuk mengetahui siapa di antara peserta didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dalam mengejar kekurangannya. Oleh karena itu, sasaran dari evaluasi bukan saja peserta didik tetapi mencakupi pengajarnya( guru). Sedangkan manfaat dilaksanakan evaluasi pembelajaran ada beberapa hal : a. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah berlangsung/ dilaksanakan oleh guru. b. Membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran. c. Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya meningkatkan kualitas keluaran. Kemampuan Akhir yang Direncanakan: Mampu menjelaskan tujuan, mnfaat dan prinsip evaluasi Mampu menjelaskan model-model evaluasi Indikator: Mampu menjelaskan tujuan, mnfaat dan prinsip evaluasi Mampu menjelaskan model-model evaluasi

Upload: vokiet

Post on 03-Jul-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh

BAGIAN II

TUJUAN, MANFAAT, DAN PRINSIP-PRINSIP EVALUASI

PEMBEJELARAN

Tujuan Dan Manfaat Evaluasi Pembelajaran

Dari berbagai penjelasan secara bahasa dan istilah di atas bahwa Evaluasi memiliki

tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran

b. Untuk melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat

kembali materi yang disajikan

c. Untuk mengetahui tingkat perubahan prilakunya

d. Untuk mengetahui siapa di antara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,

sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dalam mengejar

kekurangannya. Oleh karena itu, sasaran dari evaluasi bukan saja peserta didik

tetapi mencakupi pengajarnya( guru).

Sedangkan manfaat dilaksanakan evaluasi pembelajaran ada beberapa hal :

a. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah

berlangsung/ dilaksanakan oleh guru.

b. Membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran.

c. Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya

meningkatkan kualitas keluaran.

Kemampuan Akhir yang Direncanakan: Mampu menjelaskan tujuan, mnfaat dan prinsip evaluasi Mampu menjelaskan model-model evaluasi Indikator: Mampu menjelaskan tujuan, mnfaat dan prinsip evaluasi Mampu menjelaskan model-model evaluasi

Page 2: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

PRINSIP-PRINSIP EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

Prinsip-prinsip Evaluasi

Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa evaluasi sangat penting

dalam pendidikan dalam hal ini juga yang berkaitan dengan evaluasi dan

assessmen. Perkembangan dan perbaikan merupakan alas an mengapa perlu

adanya evaluasi dan assessment. The growth and learning of children is the

primary responsibility of those who teach in our classrooms and lead our schools.

Student growth and learning can be observed and measured. Educators, in

partnership with students, parents and community, are accountable for ensuring

the improvement of student achievement. Effective educator evaluation systems

promote the improvement of professional practice resulting in the improvement of

student performance”.1

Dalam mendesain dan melakukan proses atau kegiatan evaluasi seorang

guru hendaknya mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut:

a. Prinsip berkesinambungan (continuity)

Maksud Prinsip ini adalah kegiatan evaluasi dilaksanakan secara terus-

menerus. Evaluasi tidak hanya dilakukan sekali setahun atau persemester,

tetapi dilakukan secara berkelanjutan mulai dari proses pembelajaran dengan

memperhatikan peserta didik hingga ia tamat dari institusi tersebut.

b. Prinsip menyeluruh (comprehensive)

Prinsip ini maksudnya adalah dalam melakukan evaluasi haruslah melihat

keseluruhan dari aspek berfikir (domain kognitif),aspek nilai atau sikap

(domain afektif), maupun aspek keterampilan ( domain psikomotor) yang ada

pada masing-masing peserta didik.

c. Prinsip objektivitas (objektivity)

1 (https://dese.mo.gov/sites/default/files/eq-ees-essential-principles.Essential Principles of

Effective Evaluation)

Page 3: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

Maksud dari prinsip ini adalah bahwa Objektivitas artinya mengevaluasi

berdasarkan keadaan yang sesungguhnya, tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain

yang bersifat emosional dan irasional.

d. Prinsip valididitas (validity)

Validitas artinya keshahihan yaitu bahwa evaluasi yang digunakan benar-

benar mampu mengukur apa yang hendak diukur atau yang diinginkan.

Validitas juga selalu disamakan dengan ketepatan, misalnya untuk mengukur

partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran bukan dievaluasi dengan

melihat nilai ketika ulangan tetapi dilihat juga mulai dari kehadiran, keaktifan

dan sebagainya.

Prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi adalah

bahwa Pertumbuhan dan pembelajaran anak-anak adalah tanggung jawab utama

dari orang-orang yang mengajar di kelas kami dan yang memimpin sekolah.

Pertumbuhan siswa dan pembelajaran dapat diamati dan diukur . Pendidik harus

menjadi mitraan siswa , orang tua dan masyarakat, dan bertanggung jawab untuk

memastikan peningkatan prestasi siswa. Sistem evaluasi pendidik efektif

mempromosikan peningkatan praktek profesional sehingga dapat meningkatkan

kinerja murid .

An effective evaluation system includes the following research-based

essential principles:

1) Measures educator performance

against research-based, proven

performance targets associated

with the improvement of student

performance

2) Uses multiple ratings to

differentiate levels of performance

3) Highlights a probationary period

of adequate duration to ensure

sufficient induction and

socialization support for new

Page 4: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

teachers and leaders

4) Uses measures of growth in student learning as a significant contributing

factor in the evaluation of professional practice at all levels and ensures that a

proficient or a distinguished rating cannot be received in educator performance

if student growth is low

5) Provides ongoing, timely, deliberate and meaningful feedback on performance

relative to research-based targets

6) Requires standardized, initial and periodic training for evaluators to ensure

reliability and accuracy

7) Utilizes the results and data

to inform decisions regarding

personnel, employment

determinations and policy

regarding employment

Three of the seven

principles primarily address the

structure of the evaluation

process while the other four of

the seven address its

implementation, or the process used in the evaluation process. The use of research-

based expectations and targets, differentiated development levels and creating

policy and basing employment decisions on evaluation results focuses on

components of the structure of the evaluation system.

The other four principles reflect the research about how the process of educator

evaluation is implemented. This includes

support for novice educators during the

probationary period, how measures of

growth in student learning are

incorporated into the evaluation of

educators as a significant, contributing

Page 5: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

factor, the inclusion of regular and meaningful feedback to all educators for the

improvement of practice, and the systematic initial and periodic training of those

doing the evaluation as well as for those being evaluated.

Clear

Expectation Essential Principle 1: Research-Based and Proven

Performance Targets

To ensure that student performance continually improves through the work of

excellent teachers and leaders, an evaluation system must use measurement of

clearly articulated, research-based and proven performance targets. These targets

align to appropriate state and/or national standards and include evidence linked to

the impact of student performance. Clear language reduces subjectivity and

provides direction for improvement. Practices must be aligned to Senate Bill 291

passed by the Missouri Legislature in June 2010 which directs districts to adopt

local teaching standards which include:

students actively participate and are successful in the learning process;

various forms of assessment are used to monitor and manage student

learning;

the teacher is prepared and knowledgeable of the content and effectively

maintains students’ on-task behavior;

the teacher uses professional communication and interaction with the school

community;

the teacher keeps current on instructional knowledge and seeks and explores

changes in teaching behaviors that will improve student performance; and

the teacher acts as a responsible professional in the overall mission of the

school.

Page 6: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

Differentiated

Performance Essential Principle 2: Differentiated Levels of Performance

Increasing effective practice requires opportunities for growth. Achieving growth,

given the complexity of educator practice, will require clear statements of

differentiated levels of performance across a professional continuum capable of

determining growth and improvement. Effective differentiation includes a

minimum of three levels and each is precise enough to allow for discrete,

independent, measureable elements which reliably describe current practice as

well as a clear direction for growth. Levels must be characterized by performance

as opposed to years of service and should move beyond sorting and classifying to

ensuring opportunities for the improvement of effective practice.

Probationary

Period Essential Principle 3: Probationary Period for New Educators

Missouri statute indicates that the first five years of teaching is a probationary

period for new teachers. This time period provides for the accurate and

appropriate accumulation of performance data on the practice of the novice

educator. Mentoring for teachers is required within the first two years. Principals,

special education directors and career education directors also receive two years of

mentoring and superintendents one year of mentoring. During the probationary

period, intensive induction and socialization support, aligned to the state’s teacher

mentor standards and a component of an overall, comprehensive induction

process, must be provided. This confidential and non-evaluative support is

focused on essential principles of particular significance for the novice

practitioner at a critical time of growth and development.

Page 7: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

Student

Measures Essential Principle 4: Use of Measures of Student Growth in

Learning

Missouri educators have as their ultimate goal the improvement of student

performance. As such, they are held accountable for this improvement. Multiple

measures of growth in student learning, a positive change in student achievement

between two or more points in time, should be included as a significant

contributing factor in the evaluation process. Measures of growth in student

learning that provide multiple years of comparable student data may include, but

are not limited, to: common, benchmark and formative and summative district-

generated assessments; peer reviewed performance assessments; mutually

developed student learning objectives by evaluator and teacher; student work

samples such as presentations, papers, projects, portfolios; individualized student

growth objectives defined by the teacher; valid, reliable, timely and meaningful

information from standardized testing; as well as state assessments where

available.

Essential Principle 5: Ongoing, Deliberate, Meaningful

and Timely Feedback

A collaborative culture enabling professional conversations about educator

practice supports and promotes growth. Deliberate and timely feedback that is

delivered effectively as a part of those professional conversations and is

meaningful encourages formative development. Feedback is valuable for any

teacher or leader at any stage of their career and should be provided formally,

informally or both each year. It is provided using multiple sources of evidence

from a variety of different measures, including the use and analysis of student

data, in close proximity to the data gathering process. Information and data that is

Regular

Meaningfull

feedback

Page 8: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

provided through meaningful feedback may include but is not limited to:

observations focused on professional practice and the extent of student

learning;

analysis of the improvement of student performance;

survey results from students, families, and community members;

new learning and its application to improve the overall performance of

students;

self-reflection on practice;

analysis of artifacts including lesson plans, professional development plans,

supplemental resources, participation in coursework, improvement plans; and

evidence of educators as responsible professionals supporting the overall

mission, vision and goals of the school and district.

Evaluator

Training Essential Principle 6: Standardized and Periodic Training

for Evaluators

Reliable and valid measures of performance are an essential factor in ensuring that

annual growth for teachers and leaders results in growth for students. Evaluators

who collect these measures of evidence and provide feedback must be highly

trained to ensure that ratings are fair, accurate and reliable. To ensure ongoing

reliability, evaluators should be trained both initially and periodically. Evaluators

demonstrating skills aligned to minimum quality assurance standards established

by districts and/or the state may include master teachers and peers as well as other

external, trained third party people from within or outside the district that assist in

the overall responsibility of moving staff to increased levels of effective practice.

Evaluator training may include topics such as:

conducting effective classroom observations and walk-throughs focused on the

quality of instruction;

assessing student data and the analysis of artifacts;

interpreting survey information; and

Page 9: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

effectively providing clear, constructive, timely and meaningful feedback.

Essential Principle 7: Evaluation Results to inform

Personnel Employment, Determinations, Decisions, and

Policy

Ratings of educator effectiveness should guide district decisions regarding

determinations, recognition, development, interventions and policies that impact

the extent of student learning in the system. As a result of the evaluation system,

districts are empowered to recognize and utilize highly effective educators to

improve student learning. Highly effective educators may serve their system in

ways such as:

mentors, peer observers, coaches and as a resource for less effective

educators;

contributing through key leadership roles;

assisting with the challenges of high need students in high need locations;

and

assuming other critical additional duties that contribute to a school

system’s overall success.

Ineffective educators are those demonstrating sustained periods lacking desired

growth as documented by unsatisfactory evaluations. These educators receive

targeted interventions and support to encourage ongoing formative development.

Established timelines should be articulated through local policy and provide

further clarification in terms of duration of interventions and the nature of

additional support . If sustained demonstration of unacceptable performance

occurs, a local dismissal protocol should be enacted.

MODEL EVALUASI PENDIDIKAN

Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan

keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan

mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran atau tujuan

Use the

evaluation

result

Page 10: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang

diinginkan. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan

dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui evaluasi, kita akan

mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,

hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik serta keberhasilan

sebuah program. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran ada beberapa istilah

yang sering digunakan, baik secara bersamaan maupun secara terpisah. Istilah

tersebut adalah pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Padahal ketiga istilah tersebut

memiliki perbedaan. Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran

dan testing.

Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup

pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan

tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2009) yang

menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua

pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan

yang lebih luas daripada pengukuran dan testing. Ralph W. Tyler, yang dikutif

oleh Brinkerhoff, dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan

bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational

objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang

dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of

delinating, obtaining and providing useful information for judging decision

alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation

is an observed value compared to some standard.

Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk

mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan

data. Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran

sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang

dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang

jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik

yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat

Page 11: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi.

Suharsimi menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan

satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil

suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat

kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh

Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to

quantitative descriptions of pupil behavior”.

Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek

juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah

proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria

tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh

Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each

of a set of person or objects according to certain established rules” Melalui

pemahaman terhadap perbedaan terhadap ketiga istilah sebagaimana diuraikan di

atas, diharapkan kita dapat menarik benang merah dalam membahas masalah

sistem evaluasi dalam pendidikan.

Model-model Evaluasi Pendidikan

Ada beberapa model evaluasi yang dikenal dan digunakan untuk

mengevaluasi program pendidikan. Pada kesempatan ini tidak semua model akan

dibicarakan. Hanya beberapa di antaranya saja, sebagai berikut:

Ada beberapa model evaluasi yang dikenal dan digunakan untuk

mengevaluasi program pendidikan. Pada kesempatan ini tidak semua model akan

dibicarakan. Hanya beberapa di antaranya saja, sebagai berikut:

1. Model CIPP (Context, Input, Process, Product)

Evaluasi konteks (context) dimaksud untuk menilai kebutuhan,

masalah, asset dan peluang guna membantu pembuat kebijakan menetapkan

tujuan dan prioritas, serta membantu kelompok mengguna lainnya untuk

mengetahui tujuan, peluang dan hasilnya. Evaluasi masukan (input)

dilaksanakan untuk menilai alternatif pendekatan, rencana tindak, rencana staf

dan pembiayaan bagi kelangsungan program dalam memenuhi kebutuhan

Page 12: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

kelompok sasaran serta mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi ini berguna

bagi pembuat kebijakan untuk memilih rancangan, bentuk pembiayaan, alokasi

sumberdaya, pelaksana dan jadual kegiatan yang paling sesuai bagi

kelangsungan program.

Evaluasi proses (process) ditujukan untuk menilai implementasi dari

rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam

menjalankan kegiatan dan kemudian akan dapat membantu kelompok

pengguna lainnya untuk mengetahui kinerja program dan memperkirakan

hasilnya. Evaluasi hasil (product) dilakukan dengan tujuan untuk

mengidentifikasi dan menilai hasil yang dicapai-yang diharapkan dan tidak

diharapkan, jangka pendek dan jangka panjang baik, bagi pelaksana kegiatan

agar dapat memfokus diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi

pengguna lainnya dalam menghimpun upaya untuk memenuhi kebutuhan

kelompok sasaran. Evaluasi hasil ini dapat dibagi ke dalam penilaian terhadap

dampak (impact), efektivitas (effectiveness), keberlanjutan (sustainability) dan

daya adaptasi (transportability) (Stufflebeam et. al., 2003).

2. Model Kesenjangan

Evaluasi model kesenjangan (discrepancy model) menurut Provus (dalam

Fernandes, 1984) adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku

(standard) yang sudah ditentukan dalam program dengan kinerja (performance)

sesungguhnya dari program tersebut. Baku adalah kriteria yang ditetapkan,

sedangkan kinerja adalah hasil pelaksanaan program. Sedangkan kesenjangan

yang dapat dievaluasi dalam program pendidikan meliputi:

1) Kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan program;

2) Kesenjangan antara yang diduga atau diramalkan akan diperoleh dengan

yang benar-benar direalisasikan;

3) Kesenjangan antara status kemampuan dengan standar kemampuan yang

ditentukan;

4) Kesenjangan tujuan;

5) Kesenjangan mengenai bagian program yang dapat diubah; dan

Page 13: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

6) Kesenjangan dalam sistem yang tidak konsisten. Oleh karena itu model

evaluasi ini memiliki lima tahap yaitu desain, instalasi, proses, produk dan

membandingkan.

3. Model Goal Free Evaluation (GFE) dari Scriven

Model GFE maksudnya, bahwa para evaluator atau penilai mengambil dari

berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan

pengaruh- pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan

pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap usulan tujuan-

tujuan dalam evaluasi, tetapi tidak dalam proses evaluasi atau produk.

Keuntungan yang dapat diambil dari GFE, bahwa dalam GFE para penilai

megetahui antisipasi pengaruh-pengaruh penting terhadap tujuan dasar dari

penilai yang menyimpang.

4. Model Evaluasi Formatif dan Sumatif

Menurut Scriven, tanggung jawab utama dari para penilai adalah membuat

keputusan. Akan tetapi harus mengikuti peran dari penilaian yang bervariasi.

Scriven mencatat sekarang setidaknya ada 2 peran penting: formatif, untuk

membantu dalam mengembangkan kurikulum, dan sumatif, yakni untuk

menilai manfaat dan kurikulum yang telah mereka kembangkan dan

penggunaannya atau penempatannya di sekolah-sekolah. Evaluasi formatif

memberikan umpan balik secara terus menerus untuk membantu

pengembangan program, dan memberikan perhatian yang banyak terhadap

pertanyaan-pertanyaan seputar isi validitas, tingkat penguasaan kosa kata,

keterbacaan dan berbagai hal lainnya. Secara keseluruhan evaluasi formatif

adalah evaluasi dari dalam yang menyajikan untuk perbaikan atau

meningkatkan hasil yang dikembangkan. Evaluasi sumatif mengemukakan atau

mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah produk tersebut lebih efektif

dan lebih kompetitif. Evaluasi sumatif dilakukan untuk menentukan bagaimana

akhir dari program tersebut bermanfaat dan juga keefektifan program tersebut.

Page 14: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

5. Model Pengukuran

Tokoh model pengukuran (measurement model) adalah Edward L. Thorndike

dan Robert L. Ebel. Menurut kedua tokoh ini dalam Purwanto (2009) beberapa

cirri dari model pengukuran, adalah:

1) Mengutamakan pengukuran dalam proses evaluasi. Pengukuran merupakan

kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk

pendidikan.

2) Evaluasi adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku untuk

melihat perbedaan individu atau kelompok. Oleh karena tujuannya adalah

untuk mengungkapkan perbedaan, maka sangat diperhatikan tingkat

kesukaran dan daya pembeda masing-masing butir, serta dikembangkan

acuan norma kelompok yang menggambarkan kedudukan siswa dalam

kelompok.

3) Ruang lingkup adalah hasil belajar aspek kognitif.

4) Alat evaluasi yang digunakan adalah adalah tes tertulis terutama bentuk

objektif.

5) Meniru model evaluasi dalam ilmu alam yang mengutamakan objektivitas.

Oleh karena itu model ini cenderung mengembangkan alat-alat evaluasi

yang baku. Pembakuan dilakukan dengan mencobakan kepada sampel yang

cukup besar untuk melihat validitas dan reliabilitasnya.

6. Model Kesesuaian

Tokoh yang mengembangkan evaluasi model kesesuaian adalah Ralph W

Tyler, John B Carrol dan Lee J Cronbach. Ciri-ciri evaluasi model kesesuaian

yang dikembangkan oleh tokoh tersebut di atas, adalah:

1) Pendidikan adalah proses yang memuat tiga hal, yaitu tujuan pendidikan,

pengalaman belajar, dan penilaian hasil belajar. Kegiatan evaluasi

dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan pendidikan yang diberikan

dalam pengalaman belajar telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil

belajar. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan untuk melihat kesesuaian

Page 15: Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh menjelaskan model-model evaluasi Indikator: ... pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

antara tujuan pendidikan yang diinginkan dengan hasil belajar yang

dicapai.

2) Objek evaluasi adalah tingkah laku siswa dan penilaian dilakukan atas

perubahan dalam tingkah laku pada akhir kegiatan pendidikan. Tujuan

pendidikan adalah mencerminkan perubahan-perubahan perilaku yang

diinginkan pada anak.

3) Evaluasi dilakukan untuk memeriksa sejauh mana perubahan itu telah

terjadi dalam hasil belajar. Oleh karena itu, penilaian dilakukan atas

perubahan perilaku sebelum dan sesudah kegiatan pendidikan, maka

evaluasi menilai perubahan (gains) yang dicapai kegiatan pendidikan.

4) Perubahan perilaku hasil belajar terjadi dalam aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Oleh karena hasil belajar bukan hanya aspek kognitif, maka

alat evaluasi bukan hanya berupa tes tertulis, tetapi semua kemungkinan

alat evaluasi dapat digunakan sesuai dengan hakikat tujuan yang ingin

dicapai.

Evaluasi Mandiri

1. Mengapa evaluasi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran

2. Apakah semua model-model pendekatan evaluasi dapat digunakan sekaligus

dalam evaluasi pembelajaran?

3. Apakah yang akan terjadi bila prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran tidak

diterapkan?

4. Jika tujuan evaluasi tidak tercapai apakah yang akan dilakukan?

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).

Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.