model evaluasi kinerja vendor

21
Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 65 MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR Tiena G. Amran, SD Tri Wulandari, Oktabrianto Prasyudi Program Studi Magister Teknik IndustriUniversitas Trisakti [email protected] , [email protected], [email protected] ABSTRAK Dalam melakukan proses produksi, PT. XYZ bekerja sama dengan banyak vendor untuk membuat part – part, karena perusahaan tidak memiliki teknologi pembuatan part tersebut. Dengan tujuan untuk minimasi cost dan kontrol kualitas yang lebih mudah. Saat ini jumlah part yang di supply oleh vendor kurang lebih sebanyak 9000 nomor part yang berasal dari 210 vendor. Karena jaminan kualitas menggunakan sistem sampling, tidak mungkin memastikan semua delivery vendor tepat waktu, dan proses seleksi vendor hanya berdasarkan harga. Maka perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan terhadap kinerja vendor. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat : model penilaian evaluasi kinerja vendor, model audit evaluasi vendor, dan model kontrol perbaikan hasil audit dengan statistical process control (SPC). Penelitian ini menghasilkan model penilaian evaluasi kinerja dengan 3 kriteria utama quality, delivery, dan service, serta model ini juga merekomendasikan jenis audit yang perlu dilakukan. Model audit evaluasi vendor dibagi menjadi 3 jenis sesuai dengan kriteria penilaian, dengan tujuan proses audit menjadi lebih detail dan mempersingkat waktu audit. Model kontrol perbaikan hasil dengan SPC memberikan informasi pada auditor mengenai hasil perbaikan sudah dijalankan dengan baik dan berjalan stabil atau tidak. Kata Kunci : SPC, Quality, Delivery, Service. ABSTRACT In the production process, PT. XYZ works with many vendors to make the parts, because the company does not have the parts making technology. With the aim of minimizing the cost and quality control easier. Currently the number of parts that are supplied by the vendor of approximately 9000 part numbers from 210 vendors. Due to quality assurance sampling system, it is impossible to make sure all the vendors on time delivery, and vendor selection process based on price. Then need to be evaluated and improved the performance of the vendor. The purpose of this research is to create : a model of vendor performance evaluation appraisal, a model of vendor evaluation audit, and a model of improved control of audit results with statistical process control (SPC). This research resulted in the model of vendor performance evaluation appraisal with 3 main criteria of quality, delivery, and service, and this model also recommends the type of audit needs to be done. A model of vendor evaluation audit is divided into three types according to the appraisal criteria, with the goal of becoming more detailed audit process and shorten the time of the audit. A model of improved control of audit results with SPC give the auditor information regarding the results of improvement has been run and is running stable or not. Keyword : SPC, quality, delivery, service. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perusahaan dibidang manufaktur saat ini berlomba-lomba dalam menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing. Untuk mencapai hal tersebut, maka tiap perusahaan memiliki strategi berbeda- beda. Salah satu strategi yang menjadi pilihan adalah membuat part pada pihak eksternal (vendor), dengan tujuan minimasi cost dan kontrol kualitas yang lebih mudah. Gadde dan Hakkanson (2001) menyatakan bahwa vendor adalah strategi utama yang penting untuk sebagian besar perusahaan saat ini. Karena sejumlah besar material atau part yang digunakan oleh suatu perusahaan ketersediannya dibuat oleh vendor. Jumlah pembelian dari vendor umumnya lebih dari setengah total cost pada sebagian besar perusahaan

Upload: others

Post on 17-Nov-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 65

MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Tiena G. Amran, SD Tri Wulandari, Oktabrianto Prasyudi Program Studi Magister Teknik IndustriUniversitas Trisakti

[email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK Dalam melakukan proses produksi, PT. XYZ bekerja sama dengan banyak vendor untuk membuat part – part, karena perusahaan tidak memiliki teknologi pembuatan part tersebut. Dengan tujuan untuk minimasi cost dan kontrol kualitas yang lebih mudah. Saat ini jumlah part yang di supply oleh vendor kurang lebih sebanyak 9000 nomor part yang berasal dari 210 vendor. Karena jaminan kualitas menggunakan sistem sampling, tidak mungkin memastikan semua delivery vendor tepat waktu, dan proses seleksi vendor hanya berdasarkan harga. Maka perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan terhadap kinerja vendor. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat : model penilaian evaluasi kinerja vendor, model audit evaluasi vendor, dan model kontrol perbaikan hasil audit dengan statistical process control (SPC). Penelitian ini menghasilkan model penilaian evaluasi kinerja dengan 3 kriteria utama quality, delivery, dan service, serta model ini juga merekomendasikan jenis audit yang perlu dilakukan. Model audit evaluasi vendor dibagi menjadi 3 jenis sesuai dengan kriteria penilaian, dengan tujuan proses audit menjadi lebih detail dan mempersingkat waktu audit. Model kontrol perbaikan hasil dengan SPC memberikan informasi pada auditor mengenai hasil perbaikan sudah dijalankan dengan baik dan berjalan stabil atau tidak.

Kata Kunci : SPC, Quality, Delivery, Service.

ABSTRACT In the production process, PT. XYZ works with many vendors to make the parts, because the company does not have the parts making technology. With the aim of minimizing the cost and quality control easier. Currently the number of parts that are supplied by the vendor of approximately 9000 part numbers from 210 vendors. Due to quality assurance sampling system, it is impossible to make sure all the vendors on time delivery, and vendor selection process based on price. Then need to be evaluated and improved the performance of the vendor. The purpose of this research is to create : a model of vendor performance evaluation appraisal, a model of vendor evaluation audit, and a model of improved control of audit results with statistical process control (SPC). This research resulted in the model of vendor performance evaluation appraisal with 3 main criteria of quality, delivery, and service, and this model also recommends the type of audit needs to be done. A model of vendor evaluation audit is divided into three types according to the appraisal criteria, with the goal of becoming more detailed audit process and shorten the time of the audit. A model of improved control of audit results with SPC give the auditor information regarding the results of improvement has been run and is running stable or not.

Keyword : SPC, quality, delivery, service.

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Perusahaan dibidang manufaktur saat ini berlomba-lomba dalam menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing. Untuk mencapai hal tersebut, maka tiap perusahaan memiliki strategi berbeda-beda. Salah satu strategi yang menjadi pilihan adalah membuat part pada pihak eksternal (vendor), dengan tujuan

minimasi cost dan kontrol kualitas yang lebih mudah.

Gadde dan Hakkanson (2001) menyatakan bahwa vendor adalah strategi utama yang penting untuk sebagian besar perusahaan saat ini. Karena sejumlah besar material atau part yang digunakan oleh suatu perusahaan ketersediannya dibuat oleh vendor. Jumlah pembelian dari vendor umumnya lebih dari setengah total cost pada sebagian besar perusahaan

Page 2: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 66

dan beberapa industri. Vendor sangat penting dalam hal proses pembelian perusahaan bukan hanya terkait keuangan saja, karena kinerja vendor berdampak langsung pada efisiensi dan efektivitas perusahaan pelanggan dan merupakan hal yang vital.

Untuk memastikan bahwa kinerja vendor cukup memadai, program evaluasi vendor pun telah dikembangkan. Beberapa program memastikan bahwa vendor memenuhi harapan dalam jangka pendek, sementara fokus jangka panjang adalah melakukan pengembangan vendor yang berkaitan dengan kinerja. Krause dan Ellram (1997), dalam sebuah survei terhadap 350 - 500 perusahaan disimpulkan bahwa evaluasi kinerja merupakan hal penting terhadap program pengembangan supplier. Meskipun perusahaan tidak memiliki program pengembangan formal, evaluasi supplier merupakan hal penting. Menurut Hugos (2003) nilai dari kualitas produk, pelayanan dan ketepatan waktu pengiriman adalah beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dalam mengevaluasi vendor. Metode tersebut dapat membantu organisasi mengevaluasi vendor dan untuk mengetahui efisiensinya. Sedangkan pada penilaian kinerja tradisional, harga dan biaya digunakan sebagai dimensi yang mendominasi dalam evaluasi kinerja vendor (Wilson,1994).

Menurut ISO 9001 : 2008 pada klausul 8 pengukuran, analisis, dan perbaikan. Organisasi harusmerencanakan dan mengimplementasikan proses pemantauan, pengukuran, analisis dan perbaikan yang diperlukan untuk:

a) memperagakan kesesuaian terhadap persyaratan produk,

b) memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu, dan

c) terus-menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu.

Kemudian pada poin 8.5 perbaikan, 8.5.2 tindakan korektif dinyatakan bahwa : Organisasi harus melakukan

tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terulangnya. Tindakan korektif harus sesuai dengan pengaruh ketidaksesuaian yang dihadapi.

Harus ditetapkan prosedur terdokumentasi untuk menetapkan persyaratan bagi :

a) peninjauan ketidaksesuaian (termasuk keluhan pelanggan),

b) penetapan penyebab ketidaksesuaian, c) penilaian kebutuhan tindakan untuk

memastikan bahwa ketidaksesuaian tidak terulang,

d) penetapan dan penerapan tindakan yang diperlukan,

e) rekaman hasil tindakan yang dilakukan, dan

f) peninjauan efektifitas tindakan korektif yang dilakukan.

Terkait hal tersebut, PT. XYZ merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi produk elektronik. Dalam melakukan proses produksinya PT. XYZ bekerja sama dengan banyak vendor untuk membuat part – part yang teknologinya tidak dimiliki perusahaan, dengan tujuan untuk minimasi cost dan kontrol kualitas yang lebih mudah. Sebagian besar part yang digunakan di area assembly dibuat oleh vendor. Saat ini jumlah part yang di supply oleh vendor kurang lebih sebanyak 9000 nomor part yang berasal dari 210 vendor. Dalam penentuan pemilihan vendor tersebut, saat ini lebih dititik-beratkan terkait pada harga karena belum ada mekanisme proses seleksi vendor.

Dalam memastikan kualitas part vendor, dilakukan dengan cara inspeksi oleh Incoming Quality Control (IQC). Part yang dikirim oleh vendor dilakukan inspeksi dengan metode sampling Acceptance Quality Level (AQL) dan Fix Sampling oleh IQC untuk memastikan kualitasnya sebelum digunakan oleh bagian produksi. Jika ditemukan ketidaknormalan pada saat inspeksi, maka lot delivery tersebut dinyatakan lot out dan perlu dilakukan tindakan lebih lanjut yaitu sortir, repair, atau reject.

Page 3: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 67

Tetapi tidak semua part dilakukan inspeksi, terhadap part – part yang tidak ditemukan masalah pada saat inspeksi IQC sebanyak 25 lot delivery maka tidak dilakukan inspeksi. Karena jaminan kualitas oleh IQC berupa inspeksi sampling, sehingga potensi suatu masalah terloloskan ke bagian produksi selalu ada. Maka dari itu, bagian IQC perlu mereview kinerja dan melakukan perbaikan vendor dalam rangka meminimasi dan menghilangkan permasalahan yang diakibatkan oleh vendor.

Kemudian dalam menjamin supply yang baik dari vendor, PT XYZ melakukan penilaian terhadap kinerja delivery vendor. Kondisi ini perlu dilakukan untuk menjamin part yang dikirim oleh vendor dapat diterima sesuai schedule delivery. PT XYZ melakukan penilaian terhadap ketepatan waktu delivery terhadap purchase order yang dikeluarkan oleh bagian purchasing PT XYZ. Dari hasil penilaian delivery tersebut diketahui vendor mana saja yang memiliki kinerja delivery yang baik dan buruk. Berdasarkan data periode sebelumnya diketahui 22 vendor memiliki kinerja delivery yang buruk.

Terkait permasalahan dan penjelasan tersebut, penelitian ini mengkaji mengenai permasalahan yang disebabkan oleh vendor. Tindakan yang dilakukan adalah melakukan evaluasi kinerja vendor dari sudut pandang Departemen Quality dan Procurement. Evaluasi vendor ini dilakukan untuk menilai kinerja vendor dalam satu periode, menentukan jenis audit yang dilakukan, dan metode kontrol terhadap perbaikan hasil audit.

Perbaikan vendor yang tepat, diharapkan dapat berefek langsung terhadap performa PT XYZ. Semakin baik performa kualitas dan deliveryvendor maka akan membuat daya saing vendor terkait menjadi semakin baik. Daya saing PT XYZ pun menjadi semakin baik, karena kualitas dan delivery yang baik serta efisiensi terhadap

penanganan masalah kualitas dan delivery yang terjadi.

Kondisi aktual di PT XYZ adalah bagian Quality dan Procurement masing – masing melakukan penilaian dan perbaikan terhadap vendor. Bagian quality melakukan penilaian dan perbaikan dari segi kualitas, sedangkan bagian procurement melakukan penilaian dan perbaikan dari segi delivery. Kondisi ini menyebabkan pekerjaan antara keduanya sering berbenturan, karena hubungan antara quality dan delivery saling terkait dan saling mempengaruhi kinerja kedua aspek tersebut. Untuk itu perlu dilakukan integrasi pekerjaan penilaian dan perbaikan vendor antara kedua bagian tersebut. Agar dapat diketahui masalah utama suatu vendor apakah kualitas saja, delivery saja, atau keduanya. Dan setelah dilakukan perbaikan, apakah terjadi peningkatan kinerja kualitas saja, delivery saja, atau keduanya. Perbaikan vendor bisa dilakukan secara proses dan secara sistem. Perbaikan proses dilakukan untuk melakukan perbaikan terhadap permasalahan massal atau gangguan terhadap proses internal PT XYZ. Perbaikan sistem bertujuan untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya masalah yang sama dengan cara melakukan rencana perbaikan, implementasi, dan standarisasi terhadap sistem kerja vendor. Kegiatan perbaikan yang dilakukan terhadap vendor adalah dengan cara melakukan audit, untuk itu perlu dirumuskan sistem audit yang dapat mengakomodir permasalahan quality, delivery, dan sistem vendor. Sehingga dapat dilakukan perbaikan secara tepat terhadap masalah aktual yang terjadi pada vendor.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang

telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Sistem penilaian atau evaluasi

kinerja vendor dilakukan secara terpisah antara quality dan delivery,

Page 4: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 68

sehingga tidak bisa langsung diketahui masalah utama dari vendor.

2. Sistem audit tidak fokus untuk memperbaiki masalah quality dan delivery, karena semua item pada sistem vendor dilakukan audit dan membutuhkan waktu audit yang lama.

3. Kontrol perbaikan dilakukan dengan memastikan tindakan perbaikan sudah dilaksanakan, belum ada kontrol efektifitas hasil perbaikan.

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan perumusan masalah

diatas, penelitian ini bertujuan melakukan rancang bangun terhadap sistem perbaikan kinerja vendor. Adapun tahapan yang dilakukan adalah dengan membuat model integrasi sistem penilaian kinerja vendor dan sistem audit yang dapat menentukan jenis audit yang perlu dilakukan untuk perbaikan vendor. Kemudian penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem kontrol efektifitas perbaikan dengan penerapan metode statistical process control (SPC).

2. Tinjauan Pustaka 2.1 Evaluasi Vendor 2.1.1 Pengertian Vendor

Menurut Guideline for Vendor Registration and Vendor Eligibility (web.worldbank.org), vendor didefinisikan menjadi 2 yaitu : a. Suatu bisnis yang didefinisikan

sebagai organisasi yang telah dimasukkan, atau terdaftar sebagai perusahaan (korporasi, perusahaan terbatas, kemitraan) yang telah ditetapkan untuk menawarkan barang dan/atau jasa untuk mendapatkan keuntungan. Organisasi yang terdaftar sebagai "not-for profit"(yaitu, universitas, rumah sakit) atau milik negara juga dianggap bisnis.

b. Pemilik tunggal/Kontraktor Independen didefinisikan sebagai pihak yang terlibat dalam bisnis baik sebagai 'individu yang bekerja

sendiri' (individu dalam bisnis untuk dirinya sendiri dan bekerja sendiri), atau sebagai pemilik "satu-satunya '(seorang individu dalam bisnis untuk dirinya sendiri dan pemilik dari industri rumahtangga atau bisnis).

Menurut PT XYZ (Standard Operating Procedure Incoming Inspection) pengertian vendor atau supplier adalah sebagai berikut :

“Vendor adalah perusahaan yang membantu PT. XYZ dalam membuat part-part yang dipesan sesuai drawing yang dibuat PT XYZ dengan bahan baku dari perusahaan tersebut”.

“Supplier adalah perusahaan yang membantu menyediakan part umum (yang tidak membutuhkan spesifikasi khusus) yang beredar dipasaran dengan standar international bagi PT XYZ”.

2.1.2 Evaluasi Vendor Menurut Gordon, S (2005), kenapa

suatu perusahaan harus mengukur atau mengevaluasi kinerja pemasok. Karena :

• Anda tidak bisa mengelola apa yang tidak anda ukur.

• Jika anda mengukur kinerja pemasok, mereka akan melakukan perbaikan.

• Anda dapat menemukan dan menghapus pemborosan yang tersembunyi dan pemborosan biaya dalam rantai pasokan.

• Anda dapat memfasilitasi peningkatan kinerja pemasok.

• Anda dapat meningkatkan daya saing dengan mengecilkan waktu siklus pesanan dan tingkat persediaan.

• Anda dapat membuat keputusan bisnis yang berdampak bagi perusahaan.

Carr dan Pearson (1999) menyatakan secara umum mengenai evaluasi vendor "membantu bagian pembelian perusahaan lebih memahami vendor yang berkinerja baik dan yang tidak berkinerja baik". Jenis informasi yang mungkin didapat, misalnya, digunakan "untuk mengidentifikasi pemasok yang dapat memberikan manfaat maksimal dari upaya

Page 5: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 69

pengembangan pemasok" (Forker dan Mendez, 2001).Melalui evaluasi, perusahaan berharap untuk memperoleh pemahaman tentang pemasok dan kemampuan yang mereka miliki yang akan menguntungkan perusahaan (Corum. A, 2009).

Terdapat tiga jenis evaluasi vendor, yaitu : Informal use of records, After The Fact Evaluation, dan Before The Fact Designed (Al-Dossary, 2001).

1. Informal use of records Mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti jurnal, buku harian, log book, atau catatan keuangan, dan mengetahui apa yang terjadi di masa lalu memungkinkan untuk mengevaluasi sebuah kejadian dalam rangka untuk membuat keputusan yang lebih baik untuk masa depan.

2. After The Fact Evaluation Setelah peristiwa telah terjadi, ketika seorang manajer mungkin bertanya? Apa yang terjadi? Bagaimana bisa terjadi? Mengapa itu berhasil? atau mengapa gagal? Seberapa baik ia lakukan? Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut biasanya menyediakan data untuk pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan setelah kejadian selesai.

3. Before The Fact Designed Jenis ini terjadi ketika evaluator merencanakan dan mulai mengumpulkan data awal dalam sejarah proyek. Evaluasi kemampuan vendor dapat menjadi contoh dari jenis ini.

2.2 Pengertian Audit Menurut panduan audit sistem

manajemen mutu dan/atau lingkungan (SNI 19-19011-2005), audit adalah proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi.

Menurut Russel (The Quality Audit Handbook, 2000), Audit supplier termasuk dalam kategori audit pihak

kedua, auditor departemen quality assurance atau purchasing biasanya menentukan tujuan audit dan mengkomunikasikan kepada auditee. Tujuan utama dari audit pihak kedua adalah untuk menilai supplier untuk memverifikasi bahwa persyaratan kontrak dijalankan sesuai kesepakatan atau untuk menilai kemampuan calon supplier yang memenuhi persyaratan tertentu untuk suatu produk atau jasa. Dengan menentukan bahwa supplier yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam kontrak, pembeli memperoleh keyakinan dalam kualitas barang dan jasa yang disampaikan.

Tujuan dari audit pihak kedua adalah • Untuk menilai kemampuan

perusahaan XYZ untuk memenuhi persyaratan kontrak melalui review dari sumber daya yang tersedia dan dengan memperoleh bukti obyektif komitmen manajemen untuk persyaratan kualitas produk kami

• Untuk memverifikasi bahwa bahan, peralatan, dan pekerjaan yang dilakukan di bawah kontrak 12345-P-001 adalah sesuai dengan dokumen pengadaan, sebagaimana ditentukan dalam pasal 6 dari kontrak ini, dan bahwa pekerjaan yang sedang dilaksanakan oleh personil yang berkualitas

• Untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab ketidaksesuaian terbaru dengan melakukan penilaian yang komprehensif dari tugas, prosedur, catatan, dan dokumentasi sistem yang terkait dengan produksi.

2.3 Pengukuran Kinerja 2.3.1 Pengertian Kinerja

Menurut Spitzer (2007), Organisasi adalah konglomerasi banyak sistem. Pengukuran sebenarnya adalah sistem yang paling mendasar dari semua. Ketika sistem pengukuran bekerja dengan baik, manajemen cenderung mengelola dengan baik dan hasil yang diinginkan dapat

Page 6: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 70

tercapai. Berikut adalah diagram yang menjelaskan hal yang fundamental dalam sistem manajemen.

Gambar 1. Pengukuran : Hal paling mendasar dalam sistem manajemen

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Pengertian Kinerja Pengukuran kinerja mempunyai

tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. (Mulyadi, 2001, dalam Kiswara dkk, 2005), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi, pemberhentian dan mutasi.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.4 Key Performance Indicator (KPI) 2.4.1 Pengertian KPI

KPI merupakan satu set langkah-langkah yang berfokus pada aspek-aspek

kinerja organisasi yang paling penting untuk keberhasilan saat ini dan masa depan (Parmenter, D. 2010).

KPI adalah sebuah indikator yang menunjukkan kinerja (performance) sebuah organisasi atau bagian dari organisasi termasuk kinerja seorang job holder. Fungsi dari KPI menjadi sebuah alat ukur (measure tool) yang tentu saja jenis atau bentuknya disesuaikan dengan "hal" yang diukur (http://iman-hr.blogspot.com, 2010).

2.4.2 Tujuh Karakteristik KPI Dari analisis yang ekstensif dan

dari diskusi dengan lebih dari 3.000 peserta dalam lokakarya KPI, yang meliputi sebagian besar jenis organisasi di sektor publik dan swasta , telah didefinisikan tujuh karakteristik KPI :

1. Bukan pengukuran finansial 2. Sering dilakukan pengukuran 3. Ditindak lanjuti oleh CEO dan tim

manajemen senior 4. Menunjukkan tindakan apa yang

dibutuhkan oleh staf secara jelas 5. Pengukuran mengikat dan

tanggungjawab diturunkan pada tim 6. Memiliki dampak yang signifikan 7. Memicu pada tindakan yang tepat

2.4.3 Jenis – jenis KPI Beberapa jenis KPI yang familiar

atau biasa digunakan dalam dunia praktis adalah sebagai berikut :

1. KPI Eksak adalah KPI yang sangat dekat derajat kebenarannya dalam mengindikasikan kinerja dari sasaran yang diukur. Dalam bahasa yang lebih mudah, KPI Eksak adalah KPI yang paling bagus karena hampir pasti hasil valid karena dapat dipertanggung jawabkan. Kelemahan dari KPI eksak adalah selain karena memakan banyak waktu, juga memerlukan biaya yang cukup tinggi (walaupun tidak semua).

2. KPI Proksi adalah jenis yang banyak sekali digunakan karena selain simple, tidak memakan banyak waktu dan biaya tetapi derajat kebenarannya lebih rendah dari KPI

Page 7: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 71

Eksak. Agar KPI Proksi powefull, maka jangan hanya menggunakan satu KPI Proksi saja untuk mengukur sebuah sasaran, tetapi gunakan KPI Proksi yang lain sebagai pengukuran dalam perspektif yang lain.

3. KPI Aktifitas adalah KPIyang mengukur hal-hal dari sebuah aktifitas atau kegiatan yang berdampak sasaran, seperti waktu, jumlah, atau biayanya.

4. KPI juga dibedakan atas KPI Hasil (lagging) dan KPI Proses (leading). KPI Hasil adalah KPI yang mengukur hasil, seperti New Customer, Percentage Retain Customer, Competency Index, sedangkan KPI Proses adalah KPI yang lebih berorientasi dari proses, seperti Visit to Customer, Gathering, Training Hour.

2.5 Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP)

mencerminkan cara alami kita dalam bertingkah laku dan berfikir. Namun AHP memperbaiki proses alami itu dan mempercepat proses berpikir dan meluaskan kesadaran kita agar mencakup lebih banyak faktor dari pada yang biasa kita pertimbangkan. AHP adalah suatu proses “rasionalitas sistematik”(Saaty, 1993 dalam Susanto, I.D. 2005).

Konsep dasar AHP adalah penggunaan matriks pairwise comparison (matriks perbandingan berpasangan) untuk menghasilkan bobot relative antar kriteria maupun alternative. Suatu kriteria akan dibandingkan dengan kriteria lainnya dalam hal seberapa penting terhadap pencapaian tujuan di atasnya (Saaty, 1986 dalam funpreuner.blogspot.com). Langkah – langkah penerapan metode AHP

a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

b. Membuat struktur hierarkhi yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan

alternatif-alternatif yang paling bawah.

c. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing – masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan “judgement” dari pengambilan keputusan dengan menilai kepentingan suatu elemen dibanding elemen lainnya.

d. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh “ judgement” seluruhnya sebanyak nx{(n − i)}/ 2 buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.

e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

f. Mengulangi langkah c, d, e untuk seluruh tingkat hierarkhi.

g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensistesis “judgement” dalam penentuan prioritas elemen-elemen yang terendah sampai pencapaian tujuan.

h. Memeriksa konsistensi hierarkhi, jika nilai lebih dari 10% maka penilaian nilai “judgement” harus diperbaiki (Susanto, I.D. 2005).

2.6 Pemodelan Sistem Model adalah suatu representasi

atau formalisasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata. Sistem nyata adalah sistem yang sedang berlangsung dalam kehidupan, sistem yang dijadikan titik perhatian dan dipermasalahkan (Simatupang. T.M, 1995).

2.6.1 Prinsip – prinsip Pemodelan Pengembangan model biasanya

menggunakan prinsip – prinsip dasar sebagai berikut.

1. Elaborasi Pengembangan model dimulai dengan yang sederhana dan secara

Page 8: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk)

bertahap dielaborasi hingga diperoleh model yang lebih representatif. Penyederhanaan dilakukan dengan menggunakan sistem asumsi yang ketat yang tercermin pada jumlah, sifat dan relasi variabel – variabelnya. Tetapi asumsi yang dibuat tetap harus memenuhi persyaratannya yakni konsistensi, independensi, ekuivalensi, dan relevansi.

2. Sinektik Sinektik adalah metode yang dibuat untuk mengembangkan pengenalmasalah-masalah secara analogis (Dunn, 1981). Dalam mengembangkan model dengan sinektik ini dapat dihasilkan empat tipe analogi :

a. Analogi personifikasiDalam menyusun analogi personifikasi, analis berusaha membayangkan dirinya mengalami masalah sistem nyata seperti yang dihadapi oleh pengambil keputusan dalam perusahaan atau bagian perusahaan.

b. Analogi langsung Analis mencari hubungan yang serupa diantara dua atau lebih situasi problematik.

c. Analogi simbolik Analis berusaha menemukan hubungan yang serupa antara situasi problematic sistem nyata dengan proses simbolik.

d. Analogi fantasi Analis sama sekali bebas mencari kesamaan antara situasi problematik yang dihadapi dan beberapa masalah perusahaan lain yang bersifat khayali.

3. Iteratif Pengembangan model bukanlah proses yang bersifat mekanistik dan linear. Oleh karena itu dalam tahap pengembangannya mungkin saja dilakukan pengulangan atau peninjauan – peninjauan kembali (iteratif).

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri

bertahap dielaborasi hingga diperoleh model yang lebih representatif. Penyederhanaan dilakukan dengan menggunakan sistem asumsi yang ketat yang

in pada jumlah, sifat dan variabelnya. Tetapi

asumsi yang dibuat tetap harus memenuhi persyaratannya yakni konsistensi, independensi, ekuivalensi, dan relevansi.

Sinektik adalah metode yang dibuat untuk mengembangkan pengenalan

masalah secara analogis (Dunn, 1981). Dalam mengembangkan model dengan sinektik ini dapat dihasilkan empat

a. Analogi personifikasi Dalam menyusun analogi personifikasi, analis berusaha membayangkan dirinya mengalami

em nyata seperti yang dihadapi oleh pengambil keputusan dalam perusahaan atau bagian

Analis mencari hubungan yang serupa diantara dua atau lebih situasi problematik.

Analis berusaha menemukan

ang serupa antara situasi problematic sistem nyata dengan proses simbolik.

Analis sama sekali bebas mencari kesamaan antara situasi problematik yang dihadapi dan beberapa masalah perusahaan lain yang bersifat khayali.

Pengembangan model bukanlah proses yang bersifat mekanistik dan linear. Oleh karena itu dalam tahap pengembangannya mungkin saja dilakukan pengulangan atau

peninjauan kembali

2.6.2 Tahapan Pengembangan ModelAda beberapa kriteria

dipenuhi dalam memodelkan suatu sistem, antara lain :

- Model harus mewakili sistem nyatanya

- Model merupakan penyederhanaan dari kompleksnya sistem, sehingga diperbolehkan adanya penyimpangan pada batas-batas tertentu.

Pengembangan model tidak laiadalah suatu usaha memperoleh model baru yang memiliki kemampuan lebih didalam beberapa aspek. Langkah langkah pengembangan model yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Langkah pengembangan model

2.7 Verifikasi Audit

Verifikasi audit adalah mereview respon tindakan perbaikan dan ketepatan waktu pelaksanaan, atau dalam beberapa kasus semua tindak lanjut yang diperlukan oleh klien atau prosedur organisasi.

Salah satu metode verifikasi yang digunakan oleh auditor adalah dmelihat kembali area kerja, periksa proses yang baru, pastikan tindakan perbaikan dilakukan dan karyawan dilakukan training metode yang baru (Russel, 2000).

2.8 Statistical Process Control (SPC)Statistical Process Control

merupakan alat pengambilan kepu

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 72

Tahapan Pengembangan Model Ada beberapa kriteria yang harus

dipenuhi dalam memodelkan suatu

Model harus mewakili sistem

Model merupakan penyederhanaan dari kompleksnya sistem, sehingga diperbolehkan adanya penyimpangan

batas tertentu. Pengembangan model tidak lain

adalah suatu usaha memperoleh model baru yang memiliki kemampuan lebih didalam beberapa aspek. Langkah – langkah pengembangan model yang dimaksud dapat dilihat pada gambar

Langkah – langkah

pengembangan model

Verifikasi Audit

Verifikasi audit adalah mereview respon tindakan perbaikan dan ketepatan waktu pelaksanaan, atau dalam beberapa kasus semua tindak lanjut yang diperlukan oleh klien atau prosedur

Salah satu metode verifikasi yang digunakan oleh auditor adalah dengan melihat kembali area kerja, periksa proses yang baru, pastikan tindakan perbaikan dilakukan dan karyawan dilakukan training metode yang baru

Statistical Process Control (SPC) Statistical Process Control

merupakan alat pengambilan keputusan

Page 9: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 73

yang bersifat analitis yang memungkinkan untuk mengetahui proses berjalan dengan benar dan tidak. Variasi terjadi dalam setiap proses, memutuskan kapan variasi adalah hal yang alami dan kapan dibutuhkan tindakan koreksi merupakan kunci dari pengendalian kualitas (Hart. M. K., Hart. R. F. 2007).

Menurut TEDCO. Inc, Statistical Process Control merupakan metodologi standar industri untuk mengukur dan mengendalikan kualitas selama proses manufaktur. Data atribut (pengukuran) yang dikumpulkan dari produk pada saat sedang diproduksi.

SPC adalah suatu metode pengendalian proses dengan menggunakan data dan teknik statistik untuk menjaga kestabilan proses agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan pelanggan (PQM Consultant).

2.8.1 Process Capability Analysis Process capability analysis adalah

suatu analisa untuk memprediksi seberapa konsisten proses memenuhi spesifikasi yang ditentukan pelanggan internal atau eksternal (PQM Consultant).

Kemampuan potensial (Cp) adalah Index yang menunjukkan kemampuan suatu sistem dalam memenuhi spesifikasi limit (limit atas-USL dan limit bawah-LSL).

Indeks kemampuan proses (Cpk) adalah ukuran yang berkaitan kinerja aktual dari proses terhadap kinerja yang ditetapkan, di mana proses merupakan kombinasi dari pabrik atau peralatan, metode, orang, bahan dan lingkungan (Oakland, J. S. 2003).

Indeks kemampuan proses (Cpk) diusulkan untuk mengukur kemampuan proses untuk produksi kembali suatu item agar memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh para desainer produk atau spesifikasi pelanggan. Beberapa indeks kemampuan, diantaranya CP, CPU, CPL, Cpk, Cpm, dan Cpmk yang dikembangkan untuk tujuan tersebut.

Indeks tersebut pada dasarnya membandingkan spesifikasi produk

dengan karakteristik distribusi proses yang sebenarnya (Shu, M. H & Lu, K. H, 2006).

Langkah – langkah dalam melakukan process capability analysis menurut PQM Consultant adalah sebagai berikut :

- Tetapkan parameter yang akan di analisis

- Kumpulkan data untuk setiap parameter yang akan di analisa, n ≥ 30 (populasi homogen)

- Buat control chart sesuai jenis data - Hitung normality test - Hitung Cp dan atau Cpk

Nilai-nilai dari indeks Cpk berikut mewakili tingkat tertentu kepercayaan dalam kemampuan proses:

- Cpk<1 Situasi di mana produsen tidak mampu dan pasti terdapat output yang tidak sesuai dari proses

- Cpk = 1 Situasi di mana produsen tidak benar-benar mampu, karena setiap perubahan dalam proses akan menghasilkan beberapa output yang terdeteksi tidak sesuai.

- Cpk = 1,33 Masih jauh dari situasi diterima karena ketidaksesuaian tidak mungkin terdeteksi oleh diagram kontrol proses.

- Cpk = 1.5 Belum memuaskan karena output yang tidak sesuai akan terjadi dan kemungkinan mendeteksinya masih belum cukup baik.

- Cpk= 1,67 Menjanjikan, ketidaksesuaian output akan terjadi tapi ada kesempatan yang sangat baik bahwa itu akan terdeteksi.

- Cpk = 2 Produsen dengan kepercayaan tingkat tinggi, dengan catatan grafik kontrol digunakan secara teratur.

2.9 Posisi Penelitian Setelah dilakukan studi literatur

terhadap beberapa jurnal yang memiliki karakteristik pembahasan yang sama. Dapat disimpulkan mengenai posisi penelitian yang akan dilakukan dibandingkan dengan beberapa jurnal yang dijadikan acuan. Berikut adalah rangkuman dari beberapa jurnal yang

Page 10: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk)

dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu hasil penelitian terdahulu, ruang lingkup penelitian terdahulu, dan key performance indicator untuk lingkup evaluasi kinerja vendor/supplierdilihat pada lampiran 1.

3. Tahapan PenelitianTahapan dalam penelitian ini

seperti yang tertuang pada berikut:.

Gambar 3. flowchart tahapan pengembangan model

Untuk mengetahui alur input, proses, dan output secara lebih detail pada masing – masing model yang akan dirancang dapat dilihat pada gambar dan 6.

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri

ikan acuan dalam penelitian ini, yaitu hasil penelitian terdahulu, ruang lingkup penelitian terdahulu, dan key performance indicator untuk lingkup

vendor/supplier dapat

enelitian Tahapan dalam penelitian ini

seperti yang tertuang pada gambar

flowchart tahapan

Untuk mengetahui alur input, secara lebih detail

masing model yang akan dirancang dapat dilihat pada gambar 4, 5,

Gambar 4. Alur proses perancangan model evaluasi kinerja

Gambar 5. Alur proses perancangan model audit evaluasi

Gambar 6. Alur proses perancangan model kontrol perbaikan hasil audit

4. Model Yang Dihasilkan4.1 Model Evaluasi Kinerja

Pada pengembangan model ini dilakukan beberapa tahapan yang dilakukan, berikut langkah yang dilakukan.

a. Identifikasi Indicator (KPI)

Tahap pertama dalam merancang sistem penilaian kinerja vendor adalah menentukan kriteria atau key performance indicator (kpi).Untuk membuat model evaluasi kinerja vendoryang sesuai dengan tujuan penilaian.Mengacu pada permasalahan kondisi aktual dan target yang ditetapkan oleh departemen QA, kpi yang digunakan saat ini dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan mencapai target departemen. Perbandingan dalam melakukan evaluasi atau penilaian kinerja pada lampiran 2

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 74

. Alur proses perancangan model evaluasi kinerja vendor

Alur proses perancangan model audit evaluasi vendor

Alur proses perancangan model kontrol perbaikan hasil audit

Model Yang Dihasilkan Model Evaluasi Kinerja Vendor Pada pengembangan model ini

dilakukan beberapa tahapan yang dilakukan, berikut langkah – langkah

Key Performance Indicator (KPI)

Tahap pertama dalam merancang sistem penilaian kinerja

adalah menentukan kriteria key performance indicator (kpi).

Untuk membuat model evaluasi vendor perlu ditetapkan kpi

yang sesuai dengan tujuan penilaian. Mengacu pada permasalahan kondisi aktual dan target yang ditetapkan oleh departemen Procurement dan

yang digunakan saat ini dapat dikembangkan dalam rangka

kinerja vendor dan mencapai target departemen. Perbandingan KPI dan KPI usulan dalam melakukan evaluasi atau penilaian kinerja vendor dapat dilihat

2.

Page 11: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 75

b. Menentukan kriteria penilaian tiap

KPI Kriteria penilaian kinerja

vendor PT. XYZ dibuat berdasarkan pada target perusahaan dan referensi beberapa penelitian terdahulu.

c. Menentukan bobot penilaian dengan metode pairwise comparison

Pembobotan ini dilakukan dengan menggunakan metode AHP, yaitu dengan menentukan perbandingan prioritas tiap kpi dan melakukan perhitungan bobot sehingga didapat bobot penilaian dari tiap kpi. - Menentukan bobot seluruh KPI

Penentuan bobot yang akan digunakan untuk menilai kinerja vendor secara keseluruhan. Berikut adalah hasil penentuan bobot untuk seluruh kpi.

Tabel 1. Hasil perhitungan bobot tiap KPI Bobot KPI Dalam %

KPI 1 0.1694 16.94%

KPI 2 0.1054 10.54%

KPI 3 0.1342 13.42%

KPI 4 0.0274 2.74%

KPI 5 0.0620 6.20%

KPI 6 0.1748 17.48%

KPI 7 0.1077 10.77%

KPI 8 0.1352 13.52%

KPI 9 0.0419 4.19%

KPI 10 0.0419 4.19%

- Menentukan bobot KPI 3 kriteria utama yaitu quality, delivery, dan service.

Penentuan bobot yang akan digunakan untuk menentukan rekomendasi jenis audit berdasarkan kriteria quality, delivery, dan service. Berikut adalah hasil penentuan bobot untuk masing – masing kpi pada tiap kriteria.

Tabel 2. Bobot penilaian tiap kpi per kriteria

Nama KPI Persentase Bobot Quality

KPI 1 36.36% KPI 2 16.27% KPI 3 28.62% KPI 4 5.29% KPI 5 13.46%

Delivery KPI 6 41.82% KPI 7 33.03% KPI 8 25.15%

Service KPI 9 50.00% KPI 10 50.00%

d. Uji konsistensi matriks pairwise

comparison Untuk mengetahui penilaian

matriks pairwise comparison bersifat konsisten, maka dilakukan perhitungan uji konsistensi. Berikut adalah langkah-langkah perhitungan uji konsistensi. - Menentukan nilai eigen

maksimum (λmaks) - Menghitung nilai indeks

konsistensi (CI) - Menghitung nilai rasio konsistensi

(CR) Nilai CR untuk seluruh KPI

adalah 0.089, karena nilai CR hitung lebih kecil dari CR standar maka matriks pairwise comparison dinyatakan konsisten.

Untuk hasil perhitungan CR pada kriteria quality, delivery, dan service, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Nilai CR kriteria quality, delivery, & service

No Kriteria Nilai CR Keterangan

1 Quality 0.091 Konsisten

2 Delivery 0.093 Konsisten

3 Service 0.000 Konsisten Hasil pengembangan model ini

dihasilkan form penilaian kinerja yang dapat menampilkan penilaian kinerja vendor secara keseluruhan dan merekomendasikan jenis audit yang perlu

Page 12: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 76

dilakukan.Form penilaian kinerja hasil pemodelan sistem dapat dilihat pada lampiran 3.

4.2 Model Audit Evaluasi Vendor Pada pengembangan model ini

dilakukan identifikasi terhadap standar penilaian audit, kondisi saat ini terdapat 12 item audit dengan 47 sub-item. Identifikasi dilakukan dengan cara mengklasifikasikan tiap item audit menjadi 3, yaitu quality, delivery dan service. Hasil identifikasi standar penilaian audit adalah audit quality (8 item audit, 34 sub-item), audit delivery (4 item audit, 13 sub-item), dan audit service (1 item audit, 4 sub-item). Standar penilaian audit hasil pemodelan sistem dapat dilihat pada lampiran 4.

4.3 Model Kontrol Perbaikan Hasil Audit dengan SPC Model ini bertujuan untuk

memastikan hasil perbaikan berjalan stabil atau tidak. Pada pengembangan model ini dilakukan dengan cara merevisi form temuan audit, form tindakan perbaikan temuan audit, dan membuat process capability analysis form. Berikut adalah revisi yang dilakukan.

- Form temuan audit, penambahan option process capability check. Sebagai tanda pada temuan yang memerlukan perhitungan SPC dalam proses verifikasi perbaikan.

- Form tindakan perbaikan temuan audit, penambahan proses verifikasi dengan hasil perhitungan SPC.

- Process capability analysis form, dibuat untuk pengumpulan data dan perhitungan SPC.

Form hasil pemodelan sistem dapat dilihat pada lampiran 5.

5. Verifikasi dan Validasi Untuk melakukan verifikasi

terhadap model usulan perbaikan kinerja vendor yaitu model penilaian kinerja vendor, model audit, dan model kontrol hasil perbaikan temuan audit dengan SPC. Verifikasi dilakukan dengan cara melakukan perhitungan penilaian kinerja

vendor, pelaksanaan audit vendor, dan kontrol hasil perbaikan temuan audit dengan SPC. Verifikasi dilakukan pada 5 vendor yang mewakili 5 jenis material part mekanik, yaitu : metal stamping, screw, plastik, kertas, dan karet.

Hasil penilaian kinerja diketahui bahwa dari 5 vendor, 1 vendor perlu dilakukan tindakan audit karena memiliki nilai poor. Tindakan audit yang direkomendasikan adalah audit quality dan audit service.

Hasil pelaksanaan dan penilaian audit diketahui bahwa sistem manajemen mutu tidak dilaksanakan sepenuhnya. Hasil audit juga diperoleh 2 temuan, salah satu temuan perlu dilakukan perhitungan SPC karena terkait permasalahan proses.

Hasil perhitungan SPC (control chart, normality test, dan process capability) diperoleh nilai Cp (0.774) dan Cpk (0.759). Sehingga hasil perbaikan dinyatakan tidak capable, karena nilai Cp dan Cpk <1 yang artinya produsen tidak mampu dan pasti terdapat output yang tidak sesuai dari proses.

Validasi dilakukan dengan cara wawancara pada supervisor departemen quality dan purchasing. Dengan tujuan untuk menilai apakah model dapat diterapkan dan sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini. Dari hasil wawancara terhadap pakar, dapat disimpulkan bahwa model dapat diterapkan. Model – model tersebut dapat digunakan dengan beberapa penyesuaian lagi terhadap kondisi aktual perusahaan.

6. Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Dari tahap analisis sistem dan pemodelan sistem, dapat disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut.

a. Model Penilaian Evaluasi KinerjaVendor Penelitian ini menghasilkan model penilaian evaluasi kinerja dengan 3 kriteria utama yaitu quality, delivery dan service yang terdiri dari 10 KPI.

Page 13: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 77

Penilaian kinerja dilakukan dengan menentukan bobot tiap KPI sesuai dengan derajat kepentingan masing – masing KPI (Pairwise Comparison). Hasil penilaian evaluasi kinerja ini menghasilkan nilai kinerja vendor secara keseluruhan dan rekomendasi jenis audit yang perlu dilakukan berdasarkan nilai yang diperoleh.

b. Model Audit Evaluasi Vendor Proses audit sebelumnya dilakukan untuk semua item audit (12 item audit dengan 47 sub-item), sehingga proses audit kurang detail dan membutuhkan waktu cukup lama. Berdasarkan kondisi tersebut dilakukan identifikasi ulang semua item audit berdasarkan 3 kriteria utama, yaitu quality, delivery, dan service. Sehingga dihasilkan proses audit evaluasi vendor yang terbagi menjadi 3 kriteria tersebut. Hal tersebut bertujuan memastikan dan memperbaiki kondisi vendor yang buruk saja dan efisiensi waktu pelaksanaan audit.

c. Model Kontrol Perbaikan Hasil Audit Kontrol perbaikan temuan audit dilakukan dengan cara menentukan temuan audit perlu dilakukan pemastian dengan SPC atau tidak. Jika ya, maka perlu dilakukan pengumpulan data untuk perhitungan SPC, yaitu untuk perhitungan dan pembuatan control chart, normality test, dan process capability analysis. Perhitungan tersebut dapat memberikan informasi mengenai hasil perbaikan temuan audit sudah berjalan stabil atau tidak.

Detail perubahan sistem, yaitu kondisi sebelum dan setelah perubahan dapat dilihat pada lampiran 6.

6.2 Saran Beberapa saran yang dapat

diberikan dari hasil penelitian untuk penelitian lebih lanjut :

a. Penelitian ini dapat dikembangkan agar cakupan penilaian menjadi lebih luas. Saat ini penelitian ini

difokuskan dengan melakukan evaluasi kinerja vendor yang sudah bertransaksi, penelitian ini dapat dikembangkan dengan memperluas cakupannya agar dapat digunakan untuk menilai kinerja vendor – vendor baru yang potensial.

b. Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengembangkan KPI saat ini dengan melibatkan KPI dari aspek cost dan engineering.

6.3 Daftar Pustaka Al-Dossary, R.A. (2001). Vendor

Evaluation & Quality Auditing. Carr,. Pearson. (1994). Evaluation of

supplier Performance. In Fredriksson, P., Gadde, L.E. (2012).

Corum, A. (2009). Design and Development of Supplier Evaluation Process. Massachusetts.

Forker,. Mendez. (2001). Evaluation of Supplier Performance. In Fredriksson, P., Gadde, L.E. (2012).

Fredriksson, P., Gadde, L.E. (2012). Evaluation of Supplier Performance.

Gadde., Hakkanson. (2009). Evaluation of Supplier Performance. In Fredriksson, P., Gadde, L.E. (2012).

Gordon, S. (2005). Seven Steps To Measure Supplier Performance. Quality Progress.

Hanuma, S., Kiswara, E. (2005). Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan.

Hart, M.K., Hart, R.F. (2007). Introduction Statistical Process Control Techniques. Statit Custom QC Overview.

Heru. (2006). Analytic Hierarchy Process. Retrieved from http://heru.wordpress.com/2006/09/21/analytic-hierarchy-process-ahp/.

Hugos. (2003). Efficiency & Ranking Measurement of Vendors by Data Envelopment Analysis. in Shirouyehzad. H., (2011). International Business Research, Vol 4 (2), 137 - 146.

Iman. (2010). Key Performance Indicator. Retrieved from

Page 14: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 78

http://iman-hr.blogspot.com/2010/11/key-performance-indicator-kpi.html.

Krause., Ellram. (1997). Evaluation of Supplier Performance. In Fredriksson, P., Gadde, L.E. (2012).

Oakland, J.S. (2003). Statistical Process Control (Fifth Edition). Burlington : Butterworth Heinemann.

Parmenter, D. (2010). Key Performance Indicator : Developing, Implementing, and Using Winning KPIs (Second Edition). Hoboken - New Jersey : Jon Wiley & Sons Inc.

PQM Consultant. (2013). Pengantar SPC.

PT XYZ. (2013). Standard Operation Procedure Incoming Inspection.

Russel, J.P. (2000). The Quality Audit Handbook (Second Edition). Milwaukee - Wisconsin.: ASQ Quality Press.

Shu, M.H., Lu, K.H. (2006). Testing Quality Assurance Using Process Capability Indices Cpu & Cpl Based on Several Groups of Samples with Unequal Size. Information & Management Sciences, Vol 17 (1), 47 - 65.

Simatupang, T.M. (1995). Pemodelan Sistem. Klaten : Nindita.

SNI ISO 9001 : 2008, Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

Spitzer, D.R. (2007). Transforming Performance Measurement : Rethinking the Way We Measure and Drive Organizational Succes. Newyork : Amacom.

Susanto, I.D. (2005). Penentuan Prioritas Peningkatan Kinerja di Badan Kepegawaian Daerah Klaten Dengan Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Skripsi diterbitkan. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Syaiful, R. (2012). Mengenal Metode AHP. Retrieved from

http://funpreuner.blogspot.com/2012/02/mengenal-metode-ahp-disertai-studi.html

Tedco Inc. (2011). Statistical Process Control Basics

Thanaraksakul, W., Phruksaphanrat, B. (2009). Supplier Evaluation Framework Based on Balanced Scorecard with Integrated Corporate Social Responsibility Perspective. In Phruksaphanrat, B(Ed), Proceedings of the International MultiConference of Engineers and Computer Scientists 2009 Vol II. Hong Kong

Wilson, (1994). Evaluation of Supplier Performance. In Fredriksson, P., Gadde, L.E. (2012).

Worldbank., (2012). Guideline for Vendor Registration and Vendor Eligibility . Retrieved from http://web.worldbank.org

Page 15: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk)

Lampiran 1 : Posisi Peneli

NO PENELITI JUDUL PENELITIAN1 Al Dossary.

R.A (2001) Vendor Evaluation & Quality Auditing

2 Fredrikson. P, et al

Evaluation of Supplier Performance

3 Corum. A (2002)

Design & Development of a Supplier Evaluation Process

4 Thanaraksakul. W, et al (2009)

Supplier Evaluation Framework Based on Balanced Scorecard with Integrated Corporate Social Responsibility

Tabel

NO PENELITI

1 Al Dossary. R.A (2001)

Vendor Evaluation & Quality Auditing

2 Fredrikson. P, et al Evaluation of Supplier Performance

3 Corum. A (2002) Design & Development of a Supplier Evaluation Process

4 Thanaraksakul. W, et al (2009)

Supplier Evaluation Framework Based on Balanced Scorecard with Integrated Corporate Social Responsibility Perspective

5 Prasyudi. O (2013) Model Analisis Perbaikan Kinerja Vendor

Tabel 6. Key Performance Indicator

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri

Lampiran 1 : Posisi Penelitian

Tabel 4. Hasil penelitian terdahulu

JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIANVendor Evaluation & Quality

- Sebuah sistem peringkat vendor- Penelitian ini menyediakan program evaluasi - Sebuah program audit secara menyeluruh juga disediakan dalam penelitian ini

Evaluation of Supplier Performance

Analisis bagaimana perusahaan pembeli mengevaluasi kinerja pemasok yang mereka gunakan

Design & Development of a Supplier Evaluation Process

Proses evaluasi pemasok yang potensial untuk mendapatkan sumber daya yang murah

Supplier Evaluation Framework Based on Balanced Scorecard with Integrated Corporate Social Responsibility Perspective

Kerangka evaluasi pemasok berdasarkan (BSC) yang terintegrasi dengan Responsibility (CSR)

Tabel 5. Ruang lingkup penelitian terdahulu

JUDUL PENELITIAN

LINGKUP PENELITIANEvaluasi Kinerja

Vendor/Supplier Vendor Evaluation & Quality Auditing

V

Evaluation of Supplier Performance V

Design & Development of a Supplier Evaluation Process

V

Supplier Evaluation Framework Based on Balanced Scorecard with Integrated Corporate Social Responsibility Perspective

V

Model Analisis Perbaikan Kinerja Vendor

V

Key Performance Indicator untuk lingkup evaluasi kinerja

Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 79

HASIL PENELITIAN vendor

Penelitian ini menyediakan program evaluasi vendor audit secara menyeluruh juga disediakan

Analisis bagaimana perusahaan pembeli mengevaluasi kinerja pemasok yang mereka gunakan

Proses evaluasi pemasok yang potensial untuk mendapatkan

Kerangka evaluasi pemasok berdasarkan Balaced Scorecard yang terintegrasi dengan Corporate Social

LINGKUP PENELITIAN

Sistem Audit Kontrol

Perbaikan Hasil Audit

V -

- -

- -

- -

V V

untuk lingkup evaluasi kinerja vendor/supplier

Page 16: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk)

Lampiran 2 : Perbandingan KPI dan

1Al Dossary. R.A (2001)

Vendor Evaluation & Quality Auditing

V

2Fredrikson. P, et alEvaluation of

Supplier Performance

3

Corum. A (2002) Design & Development of a Supplier Evaluation Process

4

Thanaraksakul. W, et al (2009)

Supplier Evaluation Framework Based on Balanced Scorecard with Integrated Corporate Social Responsibility Perspective

5 PT XYZ V V V V

6Prasyudi, O (2013) Model Evaluasi

Kinerja VendorV V V V

NO PENELITIJUDUL

PENELITIAN

Quality

Ra

sio

NG

Ra

sio

Pa

rt N

G

Ra

sio

Lo

t O

ut

Jum

lah

Sp

eci

al A

cce

pt

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411

dan KPI usulan Tabel 7. Matriks KPI

Tabel 8.KPI Usulan

% F

ee

db

ack

of Q

ua

lity

Fe

ed

ba

ck o

n t

ime

% F

ee

db

ack

of c

ou

nte

rme

asu

re lo

t o

ut o

n t

ime

V V

V V V V V V V V V

V V V V

V V V V V

V V

V V V V V V

Service

Se

rvic

e

Communication

En

viro

nm

en

t, H

ea

lth, &

Sa

fety

Exp

erie

nce

Lo

gis

tics

co

sts

Pro

cess

& S

tru

ctu

re

Pric

e/C

ost

Lo

gis

tic

Pro

cess

& S

tru

ctu

re

No

of r

est

rictio

ns

Rig

ht b

ox

in c

arr

ier

% D

eliv

ery

Imp

rove

me

nt

Rig

ht Q

ty

Ca

rrie

r/D

eliv

ery

on

tim

e

Quality Delivery Price

Jum

lah

QF

B

Fu

nct

ion

, Ge

om

etr

y, L

oo

ks, &

No

ise

Qu

alit

y P

roce

ss &

Str

uct

ure

Qu

alit

y S

yste

m

ISSN: 1411-6340 80

Finance

V V V V

V V V V V V

Fle

xib

ility

& R

eci

pro

cal A

rra

ng

em

en

t

Te

chn

ica

l Co

mp

ete

nce

Op

era

tio

ns

En

viro

nm

en

t, H

ea

lth, &

Sa

fety

Fin

an

cia

l Re

cord

Pro

du

ctio

n F

aci

lity

& C

ap

aci

ty

Pro

du

ct R

elia

bili

ty

Ma

na

ge

me

nt &

Org

an

iza

tio

n

Inn

ova

tio &

R &

D

Product Realization

Page 17: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk)

Lampiran 3 : Form penilaian kinerja hasil pemodelan sistemTabel 9.Form penilaian kinerja

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411

penilaian kinerja hasil pemodelan sistem

penilaian kinerja vendor + penentuan rekomendasi jenis audit

ISSN: 1411-6340 81

+ penentuan rekomendasi jenis audit

Page 18: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 82

Lampiran 4 : Standar Penilaian Audit Hasil Pemodelan Sistem Tabel 10. Item audit quality

5 4 3 2 1Memperjelas Struktur Organisasi dan Job yang berhubungan dengan Quality Assurance

Diorganisir dengan baik dan aktivitasnya dilaksanakan secara penuh.

Diorganisir dan aktivitasnya dilaksanakan mendekati rencana.

Diorganisir, tetapi aktivitasnya tidak berjalan.

Kemauan untuk mengorganisir ada, tetapi tidak dilaksanakan.

Organisasinya tidak ada.

Menunjukkan dengan jelas kebijakan dasar yang berhubungan dengan kualitas

Kebijakan dasarnya dibuat dengan jelas, dan diketahui dengan baik dan komplit oleh seluruh karyawan.

Kebijakan dasarnya dibuat dengan jelas dan dipublikasikan di dalam perusahaan.

Kebijakan dasarnya dibuat dengan jelas, tetapi tidak dipublikasikan di dalam perusahaan.

Kemauan untuk membuat ada, tetapi belum dibuat (belum dilaksanakan).

Kebijakan dasarnya tidak ada/

Target dan Aktivitas dari kebijakan dasar yang berhubungan dengan kualitas\

Aktivitasnya dilaksanakan secara terencana, dan ada Check & Action terhadap target.

Targetnya dibuat dengan jelas, dan aktivitasnya dilaksanakan pada level yang mendekati terencana.

Targetnya dibuat dengan jelas, dan aktivitasnya dijalankan dengan tidak kontinu.

Targetnya ada, tetapi aktivitasnya tidak dilaksanakan.

Tidak ada target dan aktivitas.

Pendidikan terhadap QA (Quality Assurance)

Isi pendidikan sudah terstandarisasi, dilaksanakan, dan dilakukan evaluasi berkala yang hasilnya terekam dalam catatan pelatihan.

Isi pendidikannya sudah distandarisasi, dilaksanakan setiap waktu, dan dilakukan evaluasi berkala.

Isi pendidikannya sudah ditentukan, distandarisasi, dan sudah dilaksanakan.

OJT dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

Tidak ada pendidikan.

Prosedur Operasi Standar (SOP)

Seluruh kegiatan distandarisasi dan dilaksanakan pengaplikasian & revisi oleh Penanggung Jawab (PIC).

Distandarisasi dan dilaksanakan pada level tertentu, dan tidak ada revisi.

Hampir seluruh prosedur telah ditetapkan dan dikuasai oleh Pelaksana (PIC).

Sebagian prosedur telah dibuat. Tidak ada prosedut.

Pemanfaatan informasi kualitas dari konsumen.

Secara tepat merespon dan melakukan improve dengan dipimpin oleh pimpinan audit.

Menerima instruksi dari pimpinan, tetapi bukan merupakan respon yang memadai.

Pelaksana (PIC) hanya sekedar memastikan isinya.

Pelaksana (PIC) terkadang memastikan isinya, terkadang tidak.

Tidak menggunakan (tidak memanfaatkan).

Membuat Jalur Penanganan Ketidaknormalan Kualitas

Distandarisasi, dan penanggulangannya cepat, melakukan pencegahan kejadian ulang, dan mengembangkan secara horizontal dengan pasti.

Distandarisasi, dan penanggulangannya cepat, pencegahan kejadian ulang sebagian besar dilaksanakan.

Distandarisasi, dan hanya masalah yang besar saja yang dilakukan pencegahan terhadap kejadian ulang.

Jalur penanganan ditentukan, tetapi banyak bagian yang tidak jelas.

Jalur penanganannya tidak ditentukan.

Catatan Aktivitas Penanganan Ketidaknormalan Kualitas

Dilakukan peninjauan terhadap masing-masing, dan dilakukan pencegahan kejadian ulang & pengembangan secara horizontal.

Catatannya ada, dan pada masalah besar dilakukan pencegahan kejadian ulang.

Catatannya sebagian besar ada. Catatannya tidak lengkap. Tidak dilakukan pencatatan.

Persiapan Tempat Penyimpanan Barang NG (Reject)

Rapih dan bersih, dan terkadang penanganannya dilakukan dengan cepat.

Ada tampilan "Tempat Barang NG", dan meskipun bukan orang yang terkait tapi bisa langsung mengerti.

Tempat penyimpanan barang NG-nya disediakan, tetapi hanya petugasnya saja yang tahu.

Tidak jelas, tetapi tempat sementaranya ada.

Tempat penyimpanan barang NG-nya tidak ada.

Inspeksi terhadap Part yang telah diperbaiki (Repair)

Part yang telah diperbaiki diberi tanda dengan jelas, dan melakukan inspeksi penting.

Pada dasarnya dipisahkan dari barang produksi yang biasa, tetapi tidak melakukan inspeksi penting secara khusus.

Melakukan inspeksi dengan penanganan yang sama dengan barang produksi biasa.

Inspeksi yang dilakukan hanya pada level inspeksi sampling.

Tidak melakukan inspeksi.

Memperjelas Organisasi InspeksiSistem inspeksinya dibuat, dan aktivitasnya dijalankan secara penuh.

Sistem inspeksinya dibuat, dan pada level tertentu aktivitasnya dilakukan secara terencana.

Diorganisir, tetapi aktivitasnya belum memadai.

Kemauan untuk mengorganisir ada, tetapi tidak dilaksanakan.

Tidak ada organisasi.

Incoming InspectionData hasil inspeksinya dikumpulkan dan dianalisa, kemudian di feed back ke supplier.

Dilaksanakan dengan pasti dengan mengacu ke lembar standar.

Dilaksanakan, tetapi isinya belum memadai.

Dilaksanakan sebagian. Tidak dilaksanakan.

Proses CheckData hasil inspeksi dikumpulkan, dianalisa, kemudian di feed back ke Supplier.

Dilaksanakan dengan pasti dengan mengacu ke lembar standar.

Dilaksanakan, tetapi isinya belum memadai.

Dilaksanakan sebagian. Tidak dilaksanakan.

Delivery InspectionData hasil inspeksi dikumpulkan, dianalisa, kemudian di feed back ke Supplier.

Dilaksanakan dengan pasti dengan mengacu ke lembar standar.

Dilaksanakan, tetapi isinya belum memadai.

Dilaksanakan sebagian. Tidak dilaksanakan.

Final Judgement InspectionFinal Judgement dilakukan oleh Penanggung Jawab Inspeksi, dan tidak diintervensi oleh orang lain.

Hampir sebagian besar ditangani sesuai dengan hasil judgement.

Judgement-nya sering dengan mempertimbangkan dari segi manajemen.

Dijudgement ataupun tidak sama saja.

Tampilan yang jelas dari hasil inspeksi

Hasil inpeksi, menunggu inspeksi, dan sebagainya, dikontrol dengan visual kontrol.

Dilaksanakan , tetapi masih belum sempurna.

Prosedurnya ada, tetapi tidak dilaksanakan.

Kemauan untuk melaksanakan ada, tetapi belum dilaksanakan.

Tidak ditampilkan.

Lembar Standar InspeksiLembar Standar Inspeksinya komplit, dan revisinya pun dilakukan dengan pasti.

Sebagian besar dibuat, dan revisinya pun dilakukan. Rasio Pembuatannya sekitar 80%.

Progressnya berdasarkan pada rencana pembuatan. Rasio pembuatannya sekitar 50%.

Mulai sedikit demi sedikit. Rasio Pembuatannya sekitar 10%.

Sama sekali tidak ada.

Alat UkurTersedia dengan cukup, inspeksi dilaksanakan secara periodik dan datanya dicatat.

Sebagian besar tersedia, pengecekan dilakukan secara periodik.

Sebagian ada yang kurang, tetapi sebagian besar disiapkan.

Sebagian besar masih kurang, dan sedang dalam proses pemenuhan.

Alat ukur yang memadai hampir tidak ada.

Kemampuan InspeksiKualitas dan Kuantitasnya seimbang, tanggung jawab dan otoritasnya jelas.

Kualitas dan Kuantitasnya seimbang.

Ada kekurangan pada salah satu diantara kualitas dan kuantitas.

Kekurangan jumlah proses terhadap kuantitas inspeksi.

Tidak memiliki kemampuan.

Penyimpanan dan Penggunaan Data Inspeksi

Diedit dan disimpan dalam kondisi siap untuk digunakan, dan difeedback ke Tempat Kerja dan Supplier.

Datanya dirapihkan dan disimpan, kemudian hasilnya difeedback ke Tempat Kerja dan Supplier.

Datanya dirapihkan dan disimpan. Disimpan dengan tercampur. Tidak disimpan.

Penyimpanan Dokumen (Gambar) Spesifikasi

Diklasifikasikan, difiling, dan dalam kondisi yang mudah untuk diambil.

Diklasifikasikan dan difiling. Difiling. Tidak diatur. Tidak melaksanakan.

Revisi Dokumen (Gambar) Spesifikasi

Penanganan dilakukan dengan cepat dan tepat berdasarkan jalur penanganan.

Penanganan revisi dilakukan berdasarkan jalur penanganan.

Jalur dan flowchart penanganannya telah dibuat.

Penanggun Jawabnya telah ditentukan.

Tidak melaksanakan.

Kualitas yang dituntut ditampilkan dengan jelas

Pembahasan Gambar dilaksanakan, dan Kualitas yang dituntut juga disampaikan dengan tepat.

Hanya item yang penting diberikan instruksi secara verbal.

Kualitas tuntutan tidak ditampilkan dengan jelas.

Audit Lapangan (Tempat Kerja)Item Audit dibuat dengan jelas, dan bimbingan patroli dilaksanakan secara terencana.

Item Audit dibuat dengan jelas, dan bimbingan patroli dilaksanakan sesuai dengan keperluan.

Pada waktu terjadi ketidaknormalan, mendatangi lokasi dan memberikan advice.

Pada waktu terjadi ketidak normalan, diberikan peringatan secara verbal.

Tidak dilaksanakan.

Perolehan dan Penyimpanan Data Kualitas

Datanya didapatkan, dan pengontrolan penyimpanannya dilakukan dengan baik.

Datanya didapatkan, tetapi penyimpanannya tidak memadai.

Datanya didapatkan sebagian.Kemauan untuk mendapatkan data ada, tetapi tidak dilaksanakan.

Tidak mengusahakan untuk mendapatkan data.

Penempatan Lembar Standar Pekerjaan

Ada di tempat yang sangat mudah dilihat, dan siapapun bisa langsung melihat.

Dikeluarkan pada saat diperlukan, dan ada di tempat yang terlihat.

Disimpan di tempat yang tidak bisa diketahui kalau tidak dicari (melakukan pekerjaan tanpa melihatnya).

Tabel Proses QCTabel Proses QC-nya komplit, dan revisinya pun dilakukan dengan pasti.

Sebagian besar dibuat, dan revisinya pun dilakukan. Rasio pembuatannya sekitar 80%.

Diprogress berdasarkan rencana pembuatan. Rasio pembuatannya sekitar 50%.

Mulai dibuat sedikit demi sedikit. Rasio pembuatannya sekitar 10%.

Sama sekali tidak ada.

Lembar Standar KerjaLembar Standar Kerjanya komplit, dan revisinya pun dilakukan dengan pasti.

Sebagian besar dibuat, dan revisinya pun dilakukan. Rasio pembuatannya sekitar 80%.

Diprogress berdasarkan rencana pembuatan. Rasio pembuatannya sekitar 50%.

Mulai dibuat sedikit demi sedikit. Rasio pembuatannya sekitar 10%.

Sama sekali tidak ada.

Catatan Pekerjaan

Hasil kerja dicatat, dan bila terjadi masalah dilakukan pencatatan sampai dengan uraian penanganannya.

Hasil pekerjaan dicatat dengan sangat baik.

Dicatat. Terkadang dicatat, terkadang tidak. Tidak dicatat.

Pemahaman Kemampuan ProsesIndeks kemampuan proses dari masing-masing proses dihitung dari hasil inspeksi dan dimanfaatkan.

Data hasil inspeksi dikumpulkan, dan ditampilkan dengan jelas.

Inspeksi dilakukan.Pemahaman kemampuan sedang dipelajari.

Sama sekali tidak dilakukan.

Pengontrolan Alat UkurDistandarisasi, Pengecekan dan Penggantian dilakukan berdasarkan Check List.

Secara periodik dilakukan pengecekan berdasarkan Check List.

Pengecekan dilakukan, tetapi uraian dan periodenya tidak jelas.

Pada waktu terjadi ketidaknormalan, dilakukan penyesuaian (adjust).

Tidak melaksanakan.

Machine MaintenancePenanggulangan preventif dilaksanakan berdasarkan kontrol prediksi.

Pengecekan periodik yang berdasarkan Check List, sebagian besar dilaksanakan.

Melakukan sebagian pengecekan berdasarkan Check List.

Check List untuk pengecekan equipment telah dibuat.

Tidak melaksanakan.

Pengontrolan Dies dan Jig

Dilakukan pengontrolan dengan menggunakan tabel pengontrol yang telah mencantumkan catatan perbaikan, modifikasi dll dengan jelas.

Secara periodik (per lot) dilakukan pengecekan keakurasian.

Nama dan nomer barang ditampilkan dan tempat penyimpanan ditetapkan.

Dilakukan pengklasifikasian barang NG dan barang tidak perlu.

Tidak melaksanakan.

8. 5

S

Arrangement (Kerapihan) Purity (Kemurnian) Cleaning (Kebersihan) Cleanly (Tepat) Discipline (Disiplin)

Perbaikan dilaksanakan dan targetnya telah tercapai. Kondisi lingkungan sangat baik (tidak ada yang tersia-sia).

Dilakukan pengecekan secara periodik, ada advice perbaikan pada poin yang bermasalah.

Kadang-kadang dilakukan pengecekan oleh penanggung jawab.

Kemauan untuk melaksanakan ada, tetapi belum dilaksanakan.

Tidak ada organisasi dan aktivitasnya.

ITEM EVALUASISTANDAR PENILAIAN

1. S

IST

EM

QA

2. P

EN

AN

GA

NA

N K

ET

IDA

KN

OR

MA

LAN

K

UA

LIT

AS

7. P

EN

GO

NT

RO

LA

N

KE

AK

UR

AS

IAN

3.

SIS

TE

M IN

SP

EK

SI

4. K

ON

TR

OL

DO

KU

ME

N

SP

ES

IFIK

AS

I

5. P

EN

GO

NT

RO

LAN

S

UP

PL

IER

6. K

UA

LIT

AS

PR

OS

ES

MA

NU

FA

KT

UR

Page 19: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 83

Tabel 11. Item audit delivery

Tabel 12. Item audit service

5 4 3 2 1

Membuat Jalur Penanganan Claim Customer

Distandarisasi, dan penanggulangannya cepat, melakukan pencegahan kejadian ulang, dan mengembangkan secara horizontal dengan pasti.

Distandarisasi, dan penanggulangannya cepat, pencegahan kejadian ulang sebagian besar dilaksanakan.

Distandarisasi, dan hanya masalah yang besar saja yang dilakukan pencegahan terhadap kejadian ulang.

Jalur penanganan ditentukan, tetapi banyak bagian yang tidak jelas.

Jalur penanganannya tidak ditentukan.

Catatan Aktivitas Penanganan Claim

Dilakukan peninjauan terhadap masing-masing, dan dilakukan pencegahan kejadian ulang & pengembangan secara horizontal.

Catatannya ada, dan pada masalah besar dilakukan pencegahan kejadian ulang.

Catatannya sebagian besar ada. Catatannya tidak lengkap. Tidak dilakukan pencatatan.

Respon Terhadap Claim

Informasinya disampaikan sampai dengan detail, dan diinformasikan dengan baik, lengkap, dan tepat waktu.

Penanganan claim dilakukan dengan cepat, catatan riwayat lengkap, feedback jawaban tidak tepat waktu.

Penanganan claim dilakukan dengan cepat, catatan riwayat tidak lengkap, feedback jawaban tidak tepat waktu.

Ada jalur penanganan claim, penanganan claim lambat, feedback jawaban tidak tepat waktu dan tidak ada catatan riwayat

Tidak ada respon

Kontrol Feedback Jawaban Claim

Dilakukan pengontrolan terima dokumen claim, status jawaban perbaikan, evidence perbaikan, dan pengiriman jawaban sesuai duedate claim.

Dilakukan pengontrolan terima dokumen claim, status jawaban perbaikan, dan pengiriman jawaban sesuai duedate claim.

Dilakukan pengontrolan terima dokumen claim, status jawaban perbaikan

Dilakukan pengontrolan terima dokumen claim

Tidak dikontrol

ITEM EVALUASISTANDAR PENILAIAN

1. P

EN

AN

GA

NA

N C

LA

IM C

US

TO

ME

R

5 4 3 2 1

Pengontrolan StokFirst Ini First Out dilaksanakan dengan pasti. Stok Work in Process bisa diketahui dengan segera

First In First Out dilaksanakan, dan Work in Process juga bisa diketahui.

Pada level tertentu telah dilaksanakan, tetapi masih belum memadai.

Kemauan untuk melaksanakan ada, tetapi belum dilaksanakan.

Tidak ada kemauan dan tidak melaksanakan.

Metode Penyimpanan

Penanggulangan terhadap masalah kualitas dan penempatan dilaksanakan dgn baik, tempat penyimpanan dan jumlah yang disimpan juga ditentukan.

Penanggulangan masalah kualitas dan penempatan dilaksanakan dengan menggunakan seperti tempat penyimpanan dan sebagainya.

Sedikit banyak peninjauan/studinya telah dilaksanakan, tetapi masih belum memadai.

Kemauan untuk meninjau (mempelajari) ada, tetapi belum dilaksanakan.

Tidak dilaksanakan.

Tempat penyimpanan

Tempat input dan output di setiap proses dibuat dengan jelas, dan penanganan part abnormal dilaksanakan dengan pasti.

Tempat input dan output di setiap proses dibuat dengan jelas, dan penanganan part abnormal dilaksanakan.pada level tertentu

Tempat input dan output di setiap proses dibuat dengan jelas.

Sebagian besar telah ditentukan, tetapi tidak jelas.

Tidak ditentukan.

Membuat jelas Part Kontrol Inisial dan Lamanya Kontrol Inisial

Dilaksanakan berdasarkan standar, dan dilakukan pengontrolan visual (dengan melihat bisa langsung dipahami).

Dilaksanakan berdasarkan standar.Dilaksanakan berdasarkan standar, tetapi isinya belum memadai.

Standarnya ada, tetapi tidak dilaksanakan.

Tidak ada standar penetapan part kontrol inisial.

Membuat jelas Pekerjaan dan Penanggung Jawab Pengontrolan Inisial

Distandarisasi, dan pelaksanaan pemberitahuan dilakukan dengan baik dan komplit di internal perusahaan, dan dilaksanakan dengan pasti.

Distandarisasi, dan sebagian besar dilaksanakan oleh Penanggung Jawab.

Dibuat dengan jelas, dan Penanggung Jawabnya ditentukan.

Ada dengan sifat sementara, tetapi tidak jelas.

Pekerjaan pengontrolan inisial tidak ditentukan.

Pekerjaan yang telah lama interval waktunya

Distandarisasi, dan pelaksanaan pemberitahuan dilakukan dengan baik dan komplit di internal perusahaan, dan dilaksanakan dengan pasti.

Distandarisasi, dan sebagian besar dilaksanakan oleh Penanggung Jawab.

Dibuat dengan jelas, dan Penanggung Jawabnya ditentukan.

Ada dengan sifat sementara, tetapi tidak jelas.

Diserahkan ke Pekerja.

Respon terhadap perubahan design.Informasinya disampaikan sampai dengan detail, dan diinformasikan dengan baik dan komplit.

Penanganan preventifnya dilakukan dengan cepat dan tanpa ada yang terlewatkan.

Distandarisasi, dan Penanggung Jawabnya ditentukan.

Jalur Penanganan ditentukan secara sementara.

Tidak jelas.

Respon terhadap perubahan prosesInformasinya disampaikan sampai dengan detail, dan diinformasikan dengan baik dan komplit.

Penanganan preventifnya dilakukan dengan cepat dan tanpa ada yang terlewatkan.

Distandarisasi, dan Penanggung Jawabnya ditentukan.

Jalur Penanganan ditentukan secara sementara.

Tidak jelas.

Standar Judgement LotDistandarisasi dan dilaksanakan dengan pasti.

Standar penentuannya sebagian besar sudah jelas.

Standar penentuan diputuskan secara internal.

Kemauan untuk penentuannya ada, tetapi tidak melaksanakan.

Tidak ada standar lot

Pengontrolan Catatan RiwayatDikontrol dengan baik, dan datanya mudah digunakan, dan diedit.

Catatan Riwayat sejak dari material sampai jadi produk bisa diketahui, dan disimpan minimal selama 3 tahun.

Sebagian tidak ada, dan banyak poin yang tidak jelas.

Kemauan untuk melaksanakan ada, tetapi tidak melaksanakan.

Sama sekali tidak bisa dipahami.

Rencana ProduksiMembuat rencana kerja untuk masing-masing proses kerja dengan melihat data dari PT XYZ dan stok.

Membuat rencana produksi dengan melihat data dari PT XYZ dan stok.

Membuat rencana produksi dengan mengacu ke data dari PT XYZ

Data distribusi dari PT XYZ dipindah catatkan secara sederhana ke masing-masing bagian.

Hanya ada data distribusi dari PT XYZ

Pengontrolan Kemajuan (Progress)

Kemajuan dan stok dari rencana kerja perusahaan bisa diketahui (sampai kondisi kemajuan pekerjaan).

Kemajuan dan incoming material untuk yang ke PT XYZ, dan kemajuan incoming supplier bisa diketahui (supply progress dan material progress).

Hanya kemajuan untuk tujuan PT XYZ saja yang bisa diketahui (hanya supply progress).

Pemahaman terhadap Kemampuan Mesin

Kemampuan proses secara keseluruhan telah diketahui dan dimanfaatkan pada hal seperti perencanaan produksi dan lain-lain.

Sebagian besar telah diketahui dan juga dimanfaatkan.

Kemampuan proses sebagian diketahui.

Penghitungan kemampuan proses sedang dalam perencanaan.

Sama sekali tidak diketahui.

4. P

EN

GO

NT

RO

LAN

PR

OD

UK

SI

2. P

EN

GO

NT

RO

LAN

INIS

IAL

SE

TE

LAH

LO

NG

INT

ER

VA

L3.

KO

NT

RO

L

LOT

ITEM EVALUASISTANDAR PENILAIAN

1. P

EN

GO

NT

RO

LA

N M

AT

ER

IAL

& P

AR

TS

Page 20: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 84

Lampiran 5 : Form hasil pemodelan sistem

Gambar 7. Form temuan audit

Nama Vendor : Tanggal Audit :

Kategori Temuan : A B C Auditor :

Temuan audit :

Analisa penyebab temuan :

Tindakan perbaikan & pencegahan yang sudah dilakukan :

Diperiksa Disetujui

Verifikasi :Implementasi tindakan perbaikan Efektifitas tindakan perbaikan (process capability index )

Control chart :Normality test :Nilai Cp :Nilai Cpk :

Catatan jika verifikasi open : Verifikator

Note : (area yang digaris tebal diisi oleh vendor)

Jaw aban yang berhubungan dengan perubahan dokumen dikirim melalui email (5HK)

Kategori A : Perlu melakukan tindakan segera karena akan berpengaruh terhadap kualitas yang dikirim ke YMMA (10 HK)

Kategori B : Tidak perlu melakukan tindakan segera (15 HK)

Kategori C : Kaizen

FORM TINDAKAN PERBAIKAN TEMUAN AUDIT

DibuatTanggal Pelaksanaan Perbaikan :

Open Close Open

Close

Nama Vendor :

Tanggal Audit :

Jenis Audit :

Auditor :

Daftar hadir Audit :No No

1 7

2 8

3 9

4 10

5 11

6 12

Temuan audit :

Kategori temuan audit :Temuan audit :

Kategori temuan audit :

Temuan audit :

Kategori temuan audit :

Temuan audit :

Kategori temuan audit :

Temuan audit :

Kategori temuan audit :Kategori temuan audit

Jaw aban yang berhubungan dengan perubahan dokumen dikirim melalui email (5HK)

Kategori A : Perlu melakukan tindakan segera karena akan berpengaruh terhadap kualitas yang dikirim ke YMMA (10 HK)

Kategori B : Tidak perlu melakukan tindakan segera (15 HK)

Kategori C : Kaizen

Auditor Auditee

PT/Bagian Paraf

FORM TEMUAN AUDIT

Nama PT/Bagian Paraf Nama

Process capability check

Process capability check

Process capability check

Process capability check

Process capability check

Page 21: MODEL EVALUASI KINERJA VENDOR

Model evaluasi vendor (Tiena dkk) Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340 85

Gambar 8. Form tindakan perbaikan temuan audit

Gambar 9.Process capability analysis form

Lampiran 6 : Kondisi sebelum dan setelah perubahan

Tabel 13. Kondisi sebelum dan sesudah perubahan sistem

Nilai standar :

Nilai batas bawah :

Nilai batas atas :

Jumlah data : n = 40

No Nilai Data No Nilai Data No Nilai Data No Nilai Data

1 11 21 31

2 12 22 32

3 13 23 33

4 14 24 34

5 15 25 35

6 16 26 36

7 17 27 37

8 18 28 38

9 19 29 39

10 20 30 40

Control ChartJudgement

Normality Test

Judgement

Process Capability Analysis

Judgement

PROCESS CAPABILITY ANALYSIS FORM

Terkontrol

Tidak Terkontrol

Berdistribusi Normal

Tidak Berdistribusi Normal

Proses memenuhi spesifikasi

Proses tidak memenuhi spesifikasi

SEBELUM PERUBAHAN SISTEM SESUDAH PERUBAHAN SISTEM

- Evaluasi kinerja vendor Departemen Quality (5 KPI) - Evaluasi kinerja vendor yang terintegrasi- Evaluasi kinerja vendor Departemen Procurement (1 KPI) - Penilaian terdiri dari 10 KPI- Hasil penilaian menunjukkan vendor yang baik dan vendor yang tidak baik

- Hasil penilaian menunjukkan vendor yang baik dan vendor yang tidak baik- Untuk vendor yang tidak baik, diberikan rekomendasi jenis audit

Quality Sistem audit dibagi 3 :- Mengacu pada 12 item audit (47 sub-item) - Item audit quality sebanyak 8 item audit (34 sub item)Procurement - Item audit delivery sebanyak 4 item audit (13 sub item)- 10 besar part penyumbang masalah dijadikan acuan dalam proses audit

- Item audit service sebanyak 1 item audit (4 sub item)

- Form temuan audit - Form temuan audit dengan penambahan option process capability check

- Form tindakan perbaikan temuan audit - Form tindakan perbaikan temuan audit ditambahkan verifikasi dengan hasil perhitungan process capability analysis.

- Proses verifikasi dengan memastikan temuan sudah dijawab dan sudah dijalankan.

- Dibuatkan process capability analysis form untuk pengumpulan data dan perhitungan SPC- Proses verifikasi dengan memastikan tindakan perbaikan sudah diimplementasi dan perhitungan SPC

Model Evaluasi Kinerja Vendor

Model Audit Evaluasi Vendor

Model Kontrol Perbaikan Hasil Audit