pengambilan keputusan pada individu · pdf filemenjelaskan model pengambilan keputusan di...

33
Kozielecki (1981) menyatakan sudah banyak teori-teori yang berupaya menjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun kelompok. Setidakya terdapat dua tipe teori dalam pengambil keputusan, yaitu preseptif dan deskriptif. Teori ini lebih menitikberatkan upayanya pada bagaimana pilihan yang rasional dapat tercipta, bagaimana menetapkan keseimbangan antara apa yang diperlukan dan apa yang mungkin digapai, kemudian bagaimana mencari solusi yang optimal dalam pegambilan keputusan. Model teori berikutnya adalah deskriptif. Teori ini menitikberatkan pada penggambaran tingkah-laku aktual individu atau kelompok saat membuat keputusan. Penjelasan yang ingin didapatkan adalah bagaimana keputusan dapat tercipta dan memperlihatkan faktor- faktor yang terlibat di dalam proses pengambilan keputusan. Aspek pokok dari pengambilan keputusan adalah harapan akan terciptanya suatu hasil yang baik. Secara umum, pembahasan mengenai pengambilan keputusan tidak hanya membahas pengambilan keputusannya saja tetapi juga proses yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu, banyak tokoh-tokoh yang mendefinisikan pengambilan keputusan. Greenberg dan Baron (2000) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses membuat pilihan di antara beberapa pilihan. Sweeney dan McFarlin (2002) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses dalam mengevaluasi satu atau lebih pilihan dengan tujuan untuk meraih hasil terbaik yang diharapkan. Kreitner dan Kinicki (2003) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses mengidentifikasi dan memilih solusi yang mengarah pada hasil yang diinginkan. Jika melihat karakteristiknya, pengambilan keputusan terdiri dari dua karakteristik, yaitu pengambilan keputusan individual dan pengambilan keputusan bersifat kelompok.

Upload: phungliem

Post on 07-Feb-2018

271 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

Kozielecki (1981) menyatakan sudah banyak teori-teori yang berupaya

menjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun

kelompok. Setidakya terdapat dua tipe teori dalam pengambil keputusan,

yaitu preseptif dan deskriptif. Teori ini lebih menitikberatkan upayanya

pada bagaimana pilihan yang rasional dapat tercipta, bagaimana

menetapkan keseimbangan antara apa yang diperlukan dan apa yang

mungkin digapai, kemudian bagaimana mencari solusi yang optimal dalam

pegambilan keputusan. Model teori berikutnya adalah deskriptif. Teori ini

menitikberatkan pada penggambaran tingkah-laku aktual individu atau

kelompok saat membuat keputusan. Penjelasan yang ingin didapatkan

adalah bagaimana keputusan dapat tercipta dan memperlihatkan faktor-

faktor yang terlibat di dalam proses pengambilan keputusan.

Aspek pokok dari pengambilan keputusan adalah harapan akan

terciptanya suatu hasil yang baik. Secara umum, pembahasan mengenai

pengambilan keputusan tidak hanya membahas pengambilan keputusannya

saja tetapi juga proses yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu, banyak

tokoh-tokoh yang mendefinisikan pengambilan keputusan. Greenberg dan

Baron (2000) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses

membuat pilihan di antara beberapa pilihan. Sweeney dan McFarlin (2002)

mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses dalam mengevaluasi

satu atau lebih pilihan dengan tujuan untuk meraih hasil terbaik yang

diharapkan. Kreitner dan Kinicki (2003) mendefinisikan pengambilan

keputusan sebagai proses mengidentifikasi dan memilih solusi yang

mengarah pada hasil yang diinginkan.

Jika melihat karakteristiknya, pengambilan keputusan terdiri dari dua

karakteristik, yaitu pengambilan keputusan individual dan pengambilan

keputusan bersifat kelompok.

Page 2: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

24

Pengambilan Keputusan pada Individu Tidak mudah mengambil keputusan, meskipun hal yang harus

diselesaikan merupakan masalah yang ringan, pengambilan keputusan

merupakan hasil proses dari beberapa pertimbangan-pertimbangan alternatif

untuk menyelesaikan masalah. Seorang filosof asal Prancis, Jean-Paul Sartre

mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang berkesadaran “dikutuk

untuk bebas”. Kutukan kebebasan ini menempatkan manusia sebagai

makhluk yang dapat menentukan jalannya sendiri. Apa pun jalan yang

diambil, maka manusia itu sendiri yang harus bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang terjadi kelak di kemudian hari. Hal tersebut merupakan

konsekuensi yang mesti harus oleh manusia sebagai makhluk yang

berkesadaran.

Sebagai makhluk yang berkesadaran dan bebas menetukan pilihannya

sendiri, jalan yang diemban oleh manusia terlihat demikian banyak. Apalagi

di zaman yang semakin kompleks ini, permasalahan seperti memilih

sekolah, jurusan sekolah, universitas, jurusan kuliah, pekerjaan, bidang

pekerjaan, kantor, pemimpin, dan pacar mengharuskan manusia mengambil

keputusan yang tepat dan akan menghasilkan sesuatu yang baik (Kozielecki,

1981). Untuk menjamin bahwa pilihannya adalah wajar dan rasional,

terutama pengambil keputusan, harus menganalisis cost (harga), keadaan

lingkungan, risiko, dan pengaruhnya. Akan tetapi, siapakah pengambil

keputusan itu? Hal seperti apa yang menjadikan seseorang dapat dikatakan

sebagai pengambil keputusan? Berikut ini empat contoh realitas yang terjadi

di dalam dunia kerja.

1. Pimpinan dalam melakukan sejumlah alternatif tindakan, menilai

utilitasnya, dan membuat keputusan akhir, sepenuhnya bertanggung

jawab atas konsekuensi tindakan yang dilakukannya: jika ada

peningkatan hasil, yang bersangkutan akan mendapatkan bonus; jika

menurun atau gagal, maka, taruhannya kehilangan jabatan.

2. Pimpinan menyiapkan sebuah tim ahli untuk menyusun program

alternatif, menilai hasil pekerjaan mereka, menyetujui dan

mendudukung tim tersebut, dari hasilnya ditanggung oleh manajer.

3. Pimpinan membentuk tim, tetapi tidak bertanggung jawab atas apa yang

akan terjadi. Konsekuensi dari keputusan ditanggung sepenuhnya oleh

para bawahannya.

Page 3: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

25

4. Pimpinan membuat keputusan sendiri, tetapi keputusan yang dibuatnya

tidak hanya ditanggung oleh dirinya tetapi merupakan tanggung jawab

semua.

Pada kasus di atas, kasus nomor berapakah yang dapat dikatakan

sebagai pengambil keputusan? Hanya kasus 1 dan 2 yang dapat dikatakan

sebagai pengambil keputusan. Nomor 3 dan 4 tidak dapat dikatakan sebagai

pengambil keputusan karena pemimpin tidak menerima konsekuensi atas

apa yang terjadi. Pengambil keputusan adalah “individu yang memilih salah

satu alternatif dari beberapa pilihan yang ada dan bertanggung jawab atas

sesuatu yang telah ia pilih” (Kozielecki, 1981).

Pengambil keputusan memiliki tujuan dan makna yang berbeda-beda

terhadap keputusan yang diambil. Ada orang memilih berdasarkan

pertimbangan ekonomi, ada yang dikarenakan pertimbangan kekerabatan,

kedekatan, pertimbangan rasioanal, ikut orang lain, dan lain sebagainya. Hal

tersebut tergantung kebutuhan masing-masing individu. Ketika manusia

menyadari dirinya membutuhkan uang, maka tujuan yang akan digapai

adalah “mendapatkan uang”, dan tujuan ini mengarahkan tingkah lakunya.

Gaya Pengambilan Keputusan pada Individu Menurut Rowe dan Boulgarides (1992), cara orang mengambil

keputusan dapat digambarkan melalui gaya pengambilan keputusannya.

Ada beberapa faktor yang menentukan, yaitu 1) cara seseorang menerima

dan memahami tanda isyarat-isyarat tertentu; 2) suatu yang penting

menurut penilaian seseorang; 3) faktor konteks atau situasional saat

pengambilan keputusan dilakukan. Bagaimana ia menginterpretasi atau

memahami, bagaimana merespons, dan apa yang dipercaya oleh sesorang

sebagai sesuatu yang penting mengartikan bahwa gaya pengambilan

keputusan merefleksikan cara seseorang bereaksi terhadap situasi yang

dihadapinya.

Terdapat dua dimensi yang berbeda di dalam gaya pengambilan

keputusan, yaitu orientasi nilai dan toleransi terhadap ambiguitas. Tipe

pengambil keputusan yang fokusnya pada tugas dan masalah teknis atau

fokus terhadap orang lain dan masalah sosial adalah pengambil keputusan

yang berorientasi nilai. Toleransi terhadap ambiguitas mengindikasikan

tingkat di mana seseorang memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap

struktur atau kendali dalam hidupnya. Dua dimensi ini, ketika

Page 4: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

26

dikombinasikan, akan menghasilkan empat gaya pengambilan keputusan,

yaitu: direktif, analitis, konseptual, dan behavioral.

Direktif Individu dengan gaya direktif adalah orang yang memiliki hasrat

tinggi terhadap kekuasaan dan cenderung bersifat autokratik. Orientasi

pengambilan keputusannya lebih menitikberatkan pada keyakinan pribadi

dan cenderung fokus pada hal-hal yang teknis. Individu dengan gaya ini

bersifat cepat dalam penyelesaian masalah. Toleransi terhadap ambiguitas

dan kompleksitas kognitif mereka sangat rendah. Hal ini juga berarti mereka

lebih menyukai hal-hal yang terstruktur dan informasi spesifik yang

diberikan secara verbal. Individu dengan gaya ini merupakan individu yang

fokus terhadap sesuatu dan sering kali agresif. Pengendalian yang ketat dan

kecenderungan mendominasi orang lain serta memfokuskan pada keadaan

internal di dalam organisasi termasuk salah satu karakter gaya direktif ini.

Analitis Inidividu dengan gaya pengambilan keputusan analitis memiliki fokus

terhadap keputusan yang berisfat teknis dan kebutuhan akan kendali.

Cenderung bersifat autokratik. Individu dengan gaya ini menyukai

pemecahan masalah dan berusaha sekuat tenaga dalam mencapai hasil yang

paling maksimal dalam situasi yang dihadapinya. Posisi dan ego merupakan

karakteristik yang penting dan mereka sering kali mencapai posisi puncak

dalam organisasi atau memulai suatu usaha sendiri. Mereka tidak cepat

dalam pengambilam keputusan, mereka menikmati keberagaman dan lebih

menyukai laporan tertulis. Mereka menyukai tantangan dan memperhatikan

setiap detail situasi.

Konseptual Individu dengan gaya pengambilan keputusan konseptual memiliki

tingkat kompleksitas kognitif dan orientasi pada manusia yang tinggi.

Mereka cenderung menggunakan data dari berbagai sumber dan

mempertimbangkan berbagai alternatif. Pada gaya konseptual, terdapat

kepercayaan dan kebutuhan dalam hubungan dengan bawahan dan tujuan

bersama dengan bawahan. Individu dengan gaya ini cenderung idealis,

menekankan pada etika dan nilai. Mereka secara umum merupakan individu

Page 5: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

27

yang kreatif dan dapat dengan cepat memahami hubungan yang kompleks.

Fokus mereka pada jangka panjang dengan komitmen organisasi yang

tinggi. Mereka memiliki orientasi pada prestasi dan penghargaan,

pengakuan, dan kemandirian. Mereka lebih menyukai kendali yang longgar

terhadap kekuasaan dan lebih sering menggunakan partisipasi. Mereka,

pada umumnya, adalah seorang pemikir daripada pelaksana.

Behavioral Individu dengan gaya pengambilan keputusan behavioral memiliki

tingkat kompleksitas kognitif yang rendah, namun mereka memiliki

perhatian yang mendalam terhadap organisasi dan perkembangan orang

lain. Individu dengan gaya ini cenderung suportif dan memperhatikan

kesejahteraan bawahannya. Mereka memberikan konseling, terbuka dalam

menerima saran-saran, mudah berkomunikasi, menunjukkan sikap yang

hangat, empati, persuasif, memiliki keinginan untuk kompromi, dan

menerima kelonggaran kendali. Oleh karena penggunaan data yang kurang,

gaya ini cenderung fokus pada jangka pendek dan menggunakan pertemuan

dalam berkomunikasi. Individu dengan gaya ini menghindari konflik,

mencari penerimaan, dan sangat berorientasi pada manusia. Namun kadang

kala mereka merasa tidak aman.

Analitis

1. Menyukai pemecahan masalah 2. Menginginkan jawaban terbaik 3. Menginginkan kontrol 4. Menggunakan berbagai data 5. Menyukai keragaman 6. Inovatif 7. Melakukan analisis secara hati-hati 8. Menginginkan tantangan (N-Ach)

Konseptual

1. Orientasi terhadap prestasi 2. Berwawasan luas 3. Kreatif 4. Humanistik dan artistik 5. Memberikan ide-ide baru 6. Berorientasi masa depan 7. Independen 8. Menginginkan pengakuan

Direktif

1. Mengharapkan hasil 2. Agresif 3. Bertindak cepat 4. Menggunakan aturan 5. Menggunakan intuisi 6. Memiliki kemampuan verbal 7. Kebutuhan akan kekuasaan

Behavioral

1. Bersikap suportif 2. Menggunakan persuasi 3. Empati 4. Mudah berkomunikasi 5. Menyukai pertemuan 6. Menggunakan data yang terbatas 7. Kebutuhan akan afiliasi

Page 6: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

28

Berdasarkan yang telah dikembangkannya mengenai pengambilan

keputusan, Rowe dan Boulgarides (1992) telah melakukan penelitian

terhadap perbedaan laki-laki dan perempuan.

1. Di dalam pekerjaan yang sama, laki-laki dan perempuan secara umum

tidak memiliki perbedaan yang signifikan mengenai gaya pengambilan

keputusan.

2. Penelitian terhadap perempuan dalam bidang pekerjaan berbeda.

Penelitian dilakukan terhadap 53 perempuan yang bekerja di bidang

teknik, 46 perempuan yang bekerja di bidang sosial, 93 perempuan

berstatus manajer, dan 224 arsitek perempuan. Hasilnya, perempuan

yang berasal dari tempat kerja berbeda menunjukkan gaya pengambilan

keputusan yang berbeda. Perempuan yang bekerja di bidang teknik

cenderung memiliki skor gaya direktif dan analitik lebih tinggi

dibandingkan perempuan yang bekerja di bidang sosial. Sebaliknya,

gaya konseptual dan behavior memiliki skor yang tinggi pada

perempuan di bidang sosial daripada teknik. Perempuan manajer

memiliki skor gaya direktif dan gaya behavioral yang lebih tinggi. Akan

tetapi arsitek perempuan memeliki skor gaya analitik dan konseptual

yang tinggi.

3. Penelitian terhadap perempuan dan laki-laki yang sama-sama manajer.

Penelitian dilakukan terhadap 94 manajer perempuan dan 194 manajer

laki-laki. Hasilnya terdapat perbedaan yang signifikan antara manajer

perempuan dan manajer laki-laki. Pada manajer laki-laki, skor gaya

konseptual lebib tinggi dan gaya behavioral lebih rendah daripada

perempuan (Rowe dam Bourgarides, 1992). Mengadopsi hasil yang

didapatkan ini, Muti (2003) dalam penelitiannya mencoba

mengungkapkan faktor-faktor yang berperan dalam pengambilan

keputusan di kalangan manajer perempuan.

Muti menemukan perbedaan pada gaya pengambilan keputusan

perempuan yang memiliki kecerdasan emosi (emotional intelligent)

dengan perempuan androgini. Kecerdasan emosi merupakan persepsi

mengenai kemampuan menggabungkan perasaan, pikiran, dan tindakan

untuk menghasilkan hubungan yang baik (good relationship), baik dengan

diri sendiri maupun dengan orang lain. Androginitas adalah ciri

kepribadian yang memiliki maskulinitas dan feminitas tinggi yang

dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari pada situasi dan kondisi

yang tepat. Perempuan yang memiliki emotional intelligent tinggi

Page 7: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

29

cenderung akan mengadopsi gaya pengambilan keputusan analitis

dankonseptual. Perempuan yang memiliki androginitas tinggi cenderung

akan mengadopsi gaya pengambilan keputusan direktif dan behavior.

Individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi memiliki

kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

hubungan baik dengan orang lain dan mengendalikan emosi yang tinggi. Di

sisi lain, individu dengan gaya analitis dan konseptual memiliki

kompleksitas kognitif tinggi yang membuat individu kreatif, mempunyai

dorongan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan alternatif untuk

mengatasi situasi-situasi baru, menguji berbagai detail yang dihadapi,

memecahkan masalah (problem solving), dan berusaha mencapai prestasi

maksimum. Individu dengan gaya konseptual, berorientasi pada orang,

memercayai dan terbuka untuk hubungan dengan bawahan untuk mencapai

tujuan bersama, memahami hubungan antar manusia secara kompleks, tidak

melakukan kontrol dengan kekuatan dan lebih sering menggunakan

partisipasi. Dengan demikian, kalau ditarik benang merah, akan tampak

adanya korelasi positif antara ciri-ciri pada kecerdasan emosi yang tinggi

dengan ciri-ciri pada gaya pengambilan keputusan analitis dan konseptual.

Oleh karena itu, semakin tinggi kecerdasan emosi seseorang, akan diikuti

oleh gaya pengambilan keputusan analitis dan konseptual.

Individu yang memiliki androginitas tinggi adalah individu yang dapat

mengkombinasikan sifat maskulin dan sifat feminin. Gaya direktif sendiri

cenderung lebih memiliki unsur maskulinitas, yaitu agresif, otokratis,

kebutuhan akan power, dan dorongan kuat untuk mencapai prestasi. Gaya

behavioral cenderung memiliki unsur-unsur femininitas, yaitu mudah

berkomunikasi, hangat, empatis, persuasif, mau berkompromi dan

menghindari konflik. Penelitian yang dilakukan oleh Muti ini tentu saja

membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.

Persepsi dan nilai adalah hal yang tidak boleh luput dalam memahami

pengambilan keputusan. Persepsi dan nilai akan sangat kuat memengaruhi

gaya pengambilan keputusan.

Persepsi dan Pengambilan Keputusan Menurut Rowe dan Boulgarides (1992), persepsi dapat dikatakan

merupakan unsur yang penting sebagai gerbang awal masuknya informasi

dari lingkungan atau situasi dari luar. Berangkat dari stimulus, individu

Page 8: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

30

pengambil keputusan akan menggunakan frame of reference-nya dalam

bereaksi terhadap informasi yang diamatinya, di mana hal ini merupakan

fungsi dari pengalaman dan kompleksitas kognitif. Di sini persepsi berlaku

sebagai filter atau tanda-tanda yang dianggapnya penting. Hal ini ini

ditentukan oleh struktur sikap atau cara kaku (rigid) atau otoriter atau dapat

dijelaskan sebagai orang yang memiliki struktur konkret, umumnya kurang

peka terhadap perubahan situasi atau terhadap informasi baru dan tidak

terlalu jelas. Contoh ekstrim lainnya adalah individu yang memiliki struktur

sikap sangat abstrak di mana kondisi ini dapat membantunya dalam

berhubungan dengan pengamatannya terhadap situasi-situasi yang

bervariasi. Individu ini cenderung untuk mau mencari informasi dan

bertanya kepada orang-orang lain. Mereka umumnya dapat menangani

struktur yang sangat kompleks dari situasi dan juga mampu mengatasi bila

terjadi persepsi yang saling bertentangan. Contoh-contoh tersebut di atas

menunjukkan bahwa pada kenyataannya informasi yang diperoleh melalui

persepsi tentang suatu situasi atau masalah melibatkan bias antara fakta

situasi objektif dengan realitas individual yang bersifat subjektif. Adanya

bias persepsi ini akan mempengaruhi interprestasi dan reaksi individu

terhadap situasi, yang pada akhirnya akan membedakan antara gaya

individu yang satu dengan lainnya dalam mengambil keputusan.

Nilai dan Pengambilan Keputusan Unsur lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam memahami gaya

pengambilan keputusan adalah nilai (value). Dikatakan oleh Rowe dan

Bourgarides (1992), bahwa nilai mempunyai dampak yang signifikan pada

proses pengambilan keputusan, sehingga nilai dapat dipandang sebagai

faktor kunci dalam menentukan gaya pengambilan keputusan seseorang.

Nilai ini dapat diartikan sebagai pedoman normatif pada diri seseorang yang

memengaruhinya dalam memilih dari sejumlah alternatif dalam bertindak.

Nilai dapat dilihat sebagai penyediaan kerangka perseptual yang stabil

dalam memengaruhi perilaku seseorang, karena dibangun dan berkembang

melalui pengalaman serta berinteraksi dengan lingkungannya jauh sebelum

individu menginjak dewasa. Dengan nilai ini, individu dapat

mempertimbangkan keputusannya berdasarkan nilai-nilai atau

pertimbangan bila dihadapkan pada sejumlah alternatif dan memberikan

prioritas berdasarkan penilaiannya. Nilai inilah yang direfleksikan pada

Page 9: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

31

prekonsepsi, sikap-sikap, ataupun keyakinan-keyakinan tentang perilaku

yang salah dan benar pada diri individu.

Dari pengertian-pengertian di atas, tampak bahwa nilai dapat dilihat

sebagai refleksi dari keyakinan yang mengarahkan tindakan, pertimbangan,

dan pengambilan keputusan sebagai akhir dari proses yang terjadi dalam

individu. Bila persepsi berperan dalam mengartikan informasi atau situasi

sesuai dengan realitas subjektif, maka nilailah yang menggerakkan (melalui

motif) perilaku (gaya) tertentu dalam mencapai tujuan.

Pendekatan Kebijakan Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu

yang dilakukan oleh seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan

suatu masalah. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan

alternatif terbaik dari beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Ada

beberapa teori yang paling sering digunakan dalam mengambil kebijakan

yaitu:

Teori Rasional Komprehensif Barangkali teori pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan

diterima oleh banyak kalangan adalah teori rasional komprehensif yang

mempunyai beberapa unsur, yaitu:

1. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang

dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai

sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain

(dapat diurutkan menurut prioritas masalah)

2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat

keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/

kepentingannya.

3. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara

saksama.

4. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan

prioritas.

5. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk

membandingkan dengan alternatif lain.

6. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai

tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan.

Page 10: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

32

Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom, 1965 (Ahli Ekonomi dan

Matematika) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu

sebenarnya tidak berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit akan

tetapi mereka seringkali mengambil keputusan yang kurang tepat terhadap

akar permasalahan.

Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional

dalam diri pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil

keputusan memiliki cukup informasi mengenahi berbagai alternatif sehingga

mampu meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan alternatif yang

ada, serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya dan

mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan.

Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara

nilai-nilai sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena

teori ini mengasumsikan bahwa fakta-fakta dan nilai-nilai yang ada dapat

dibedakan dengan mudah, akan tetapi kenyataannya sulit membedakan

antara fakta dilapangan dengan nilai-nilai yang ada.

Ada beberapa masalah diperbagai negara berkembang seperti

Indonesia untuk menerapkan teori rasional komprehensif ini karena

beberapa alasan yaitu:

1. Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa

dipakai untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka

akan terjadi sebuah keputusan yang kurang tepat.

2. Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara

berkembang ekologi budanyanya berbeda.

3. Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur

rasional dalam pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara

berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-hal yang tidak

rasional.

Teori Inkremental Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari

banyak masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan model yang

sering ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambail

keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

1. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang

diperlukan untuk mencapanya merupakan hal yang saling terkait.

Page 11: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

33

2. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa

alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan

alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau

marjinal.

3. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi

sebab dan akibatnya.

4. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara

teratur dan memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan

menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih

dapat ditanggulangi.

5. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi

setiap masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai

analisis yang mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.

6. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya adalah memperbaiki atau

melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan

penyempurnaan.

Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat

diterapkan bagi negara-negara yang memiliki struktur mejemuk. Keputusan

dan kebijakan diambil dengan dasar saling percaya diantara berbagai pihak

sehingga secara politis lebih aman. Kondisi yang realistik diberbagai negara

bahwa dalam mengambil keputusan/kebijakan para pengambil keputusan

dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup waktu, kurang

pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dipakai untuk

analisis secara komprehensif.

Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang

membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima. Terdapat beberapa

kelemahan dalam teori inkremental ini yaitu:

1. Keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau

mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan

sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.

2. Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek

dan tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain.

3. Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang

inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan

perubahan yang besar dan mendasar.

4. Menutut Dror (1968) gaya inkremental dalam membuat keputusan

cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo.

Page 12: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

34

Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory) Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti

yang dikemukakan oleh Etzioni (1967) yaitu pengamatan terpadu (mixed-

scanning) sebagai suatu pendektan untuk mengambil keputusan baik yang

bersifat fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan

inkremental memberikan arahan dasar dan melapangkan jalan bagi

keputusan-keputusan fundamental sesudah keputusan-keputusan itu

tercapai.

Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan

para pembuat keputusan menggunakan teori rasional komprehensif dan

teori inkremental pada situasi yang berbeda-beda.

Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan

pendekatan kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional

komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan keputusan.

Referensi: Dror, Yehezkel. 1968. Public Policymaking Reexamined. Santa Monica, California: The Rand

Corporation.

Etzioni, Amitai, 1967. Mixed-scanning: a “third” approach to decision-making, Public

Administration Review Dec pp.385-392.

Filino. 2010. Psikologi Sosial II, Pusat Pengembangan Bahan Ajar, Universitas Mercu Buana.

Greenberg, J. & R.A. Baron. 2000. Behavior in Organizations, 7th ed. Upper Saddle River, New

Jersey: Prentice-Hall.

Kozielecki, Jozef. 1981. Psychological Decision Theory. 403 pp. Boston: D. Reidel.

Kreitner, R. & A. Kinicki. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat.

Murti, Tri Ratna. 2003. Disertasi, Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas

Indonesia.

Rowe, A. & J. Boulgarides. 1992. Managerial Decision Making: A Guide to Successful Business

Decisions. New York: Macmillan.

Sweeney, Paul D. & Dean B. McFarlin. 2002. Organizational Behavior: Solution for Management.

International Edcition, New York: McGraw-Hill.

Page 13: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

Aplikasi pokok dari logika pembuatan keputusan awal lazim disebut

sebagai teori keputusan yang merupakan badan teori multi disipliner yang

paling jelas dalam bidang ekonomi yang dipengaruhi oleh administrasi

publik, sosiologi organisasi, psikologi sosial, dan ilmu politik. Kematangan

relatif teori keputusan dicirikan oleh sejumlah kategori konseptual yang

disetujui secara umum dan penggunaan bahasa yang berbeda untuk

mengembangkan kategori-kategori tersebut.

Teori pembuatan keputusan didasarkan pada argumen positivis logis

yang harus menjadi perbedaan utama diantara fakta-fakta, yang bisa diuji

dan diverifikasi, dan diantara preferensi individu dan kolektif dan nilai-nilai,

yang tidak bisa diverifikasi secara ilmiah. Fakta dan nilai-nilai berhubungan

dengan cara dan tujuan. Dalam proses pembuatan keputusan, alternatif

dipilih yang dianggap sebagai cara yang tepat untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Namun, tujuan itu sendiri, sering hanya instrumental bagi tujuan

yang lebih final.

Teori keputusan banyak ditentang di awal karena ini dianggap tidak

realistis dan diluar sentuhan dengan pola aktual pembuatan keputusan

organisasi. Bukan membuat pilihan rasional, organisasi “mengatasi” dengan

membuat keputusan inkremental kecil berdasarkan cara dan tujuan yang

digabung bersama, terbatas dalam pengetahuan, terbatas dalam kapabilitas

analitik, terbatas dalam waktu, dan tidak mau mengambil risiko besar

(Lindbloom, 1979). Tantangan ini karena teori keputusan awalnya

mengantisipasi batas rasionalitas dan menggambarkannya. Namun, studi

ilmiah dan sistematik rasionalitas keputusan, meski terbatas, menjadi kunci

penerimaan, dan mendorong tansisi dari teori keputusan berbasis

rasionalitas menuju teori keputusan berbasis rasionalitas terbatas.

Page 14: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

36

Rasionalitas Rasionalitas masih merupakan konsep sentral dalam teori keputusan,

tetapi konsepsi modern mengenai rasionalitas memiliki variasi kunci dalam

menggambarkan dan mengerti rasionalitas. Meskipun rasionalitas memiliki

banyak arti (waras, cerdas, penuh perhitungan), dalam teori keputusan,

rasionalitas didefinisikan secara lebih sempit “sebagai kelas yang khusus dan

familiar dari prosedur-prosedur untuk membuat pilihan” (March, 1991). Ini

meliputi rasionalitas proses, biasanya membutuhkan rasionalitas prosedural,

yang menghubungkan pilihan dengan hasil-hasil yang diinginkan, biasanya

disebut rasionalitas sunstantif.

Dua pola yang berbeda dari logika rasional juga nampak dalam teori

keputusan. Keduanya berdasarkan pada deskripsi cara-tujuan logikal

positivis awal dari pembuatan keputusan rasional, tetapi dengan tujuan

yang berbeda. Pertama adalah logika keputusan rasional dari konsekuensi,

yang lain adalah logika ketepatan rasional. Yang pertama, keputusan

rasional adalah konsekuensial karena tindakan berdasarkan pada pilihan-

pilihan yang memperkirakan konsekuensi masa yang akan datang yang

diinginkan. Logika keputusan dari konsekuensi lebih sesuai dengan

pemodelan, analisis cost benefit, pengukuran kinerja, analisis risiko, dan

metodologi kuantitatif. Teori keputusan berasal dari perspektif logika

konsekuensi yang cenderung berhubungan dengan ilmu ekonomi dan

politik.

Keputusan dianggap tepat ketika pilihan-pilihan didasarkan pada

pengertian bersama mengenai situasi keputusan, sifat “identitas” dari

organisasi, aturan yang diterima dari siapa yang diharapkan dari situasi

khusus. Logika rasional ketepatan cenderung memberikan penekanan pada

rasionalitas prosedural. Logika keputusan dari ketepatan mungkin lebih

sesuai dengan analisis institusional, analisis historis, teori kontingensi,

ekologi populasi, analisis kasus, dan metodologi naratif-deduktif. Teori

keputusan bekerja dari perspektif ketepatan mungkin berhubungan dengan

teori organisasi, dan psikologi sosial.

Rasionalitas terbatas Rasionalitas murni adalah sebuah artifak asumsi-asumsi analis.

Pemodelan teori keputusan biasanya meliputi minimal beberapa asumsi,

seperti perjanjian berkenaan dengan tujuan atau nilai, sempurna atau,

Page 15: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

37

minimal pengetahuan alternatif yang sangat berkembang, dan konsekuensi

yang sangat diketahui dari alternatif-alternatif yang berlaku. Dengan

menggunakan asumsi itu, prediksi perilaku keputusan individual atau

institusional dan hasil dari perilaku yang cenderung tergeneralisasi, biasanya

menggambarkan modalitas atau tendensi. Model-model itu sering diuji

dalam seting eksperimental dimana variabel-variabel bisa dikontrol dan

dimanipulasi dan asumsi-asumsi berubah.

Dalam sebuah kerangka kerja teori keputusan rasional, pertanyaan

kunci, masalah dan tantangan semua berhubungan dengan batas-batas

rasionalitas. Bagaimana rasionalitas keputusan dibatasi? Semakin dekat teori

keputusan mengukur dan menggambarkan batas-batas rasionalitas, semakin

dekat dengan representasi kredibel dari bagaimana keputusan

sesungguhnya terjadi. Yang lebih penting, semakin dekat teori keputusan

sampai pada deskripsi yang akurat mengenai perilaku keputusan, semakin

mungkin mereka memperbaiki kapabilitas pembuatan keputusan dan hasil

dari keputusan mereka. Sehingga teori keputusan modern sebagian besar

mengenai batas-batas rasionalitas keputusan.

Teori pilihan rasional cenderung menuju pada teori keputusan murni

dan pada logika konsekuensi yang sekarang menerima rasionalitas terbatas

dan cenderung merujuk pada individu dan organisasi sebagai “rasional

sebagaimana dimaksud”. Disamping usaha terbaik mereka untuk rasional,

pembuat keputusan, secara individual dan secara khusus secara kolektif,

dibatasi oleh kapasitas kognitif terbatas, informasi yang tidak lengkap, dan

hubungan yang tidak jelas diantara keputusan dan hasil. Teori keputusan

bekerja dari perspektif ketepatan untuk fokus pada poin-poin yang jelas

yang mana tidak semua alternatif bisa diketahui dan dipertimbangkan.

Namun, melihat individu atau organisasi rasional, mereka memberikan

penekanan pada konsep “pemuasan”, yakni, bukan menemukan rangkaian

tindakan yang terbaik, pembuat keputusan biasanya mencari tindakan yang

cukup baik, yang mampu mereka atasi.

Rasionalitas Keputusan Terbatas dan Logika

Konsekuensi Rasionalitas keputusan dibatasi oleh batasan informasi yang serius

(Bendor, Taylor, dan Von Gaalen, 1987).

Page 16: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

38

Informasi Dalam konteks informasi, terdapat empat karakteristik khas yaitu:

1. Kapasitas individu dan organisasi untuk memproses informasi,

khususnya dalam lingkungan yang kaya informasi, diilustrasikan

dengan fungsi search engine internet. Memilah dan memproses informasi

berdasar prioritas, dan reliabilitas sangat sulit, bahkan ketika dilakukan

dengan baik, informasi yang terpilah dengan benar masih harus

diinterpretasikan. Kapasitas untuk meringkas, menguasai, dan

menggunakan informasi memiliki batas. Koneksi kausal diantara

formasi, tindakan, dan hasil sangat lemah.

2. Memori individu dan institusi sering salah, terpisah, sulit dicari, dan sulit

dihubungkan dengan masalah yang ada.

3. Perhatian dalam waktu dan kapabilitas terbatas. Sering overload masalah

perlu perhatian, dan tidak semua masalah bisa diatasi sekali.

4. Khususnya dalam organisasi dengan teknologi yang kompleks, masalah

komunikasi muncul dari kompartermentalisasi, sub kultur profesional,

bahasa, dan overload informasi.

Di bawah kondisi rasionalitas terbatas, pembuat keputusan dihadapkan

dengan informasi yang tidak sempurna dengan mengedit dan memilih,

sebuah proses yang dipandu oleh asumsi-asumsi berdasarkan pada

stereotype dan tipologi yang menyederhanakan informasi apakah yang

dipertimbangkan dan yang tidak dipertimbangkan. Masalah cenderung

diuraikan dan dikurangi menjadi komponen-komponennya. Ini sering lebih

mudah untuk menghubungkan informasi khusus yang ada dengan bagian-

bagian suatu masalah dalam mencari solusi yang lebih komprehensif,

penguraian ini berguna dalam konteks spesialisasi organisasi dan

departementalisasi. Dengan informasi yang ada, bagian-bagian komponen

bisa dikelola dalam bentuk disagregatif ini.

Beberapa informasi, seperti anggaran, neraca, dan ukuran kinerja, selalu

diberikan tempat khusus dalam pembuatan keputusan. Informasi ini

memiliki otoritas dari obyektivitas yang jelas dan kepastian yang jelas.

Pembuat keputusan memberikan pedoman yang teliti untuk

mengorganisasikan dan mengembangkan jenis sumber informasi dan

mengelola informasi dimana keputusan masa depan mereka didasarkan.

Menghadapi informasi yang tidak sempurna adalah rasionalitas

terbatas dan memuaskan tindakan. Pemuasan, atau rasionalitas “yang cukup

Page 17: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

39

baik”, memiliki keuntungan besar memindah organisasi dalam arah nilai-

nilai yang diinginkan dan menjaga keseimbangan institusional. Rasionalitas

terbatas, dimengerti, adalah perilaku rasional yang menstabilkan dan

mendukung kontinyuitas, order dan memungkinkan beberapa adaptasi.

Perhatian Perhatian, baik secara individual atau kolektif, adalah sebuah resource

yang langka, tercermin dalam batasan waktu, terlalu banyak informasi,

masalah yang berubah, dan prioritas yang berubah. Studi perencanaan

strategi dan penentuan prioritas adalah sebuah badan pekerjaan yang

mengasumsikan perhatian yang terbatas dan perlu membawa perhatian

dengan strukturisasi perjanjian mengenai isu-isu yang paling penting

(Bryson, 1988). Sistem kontrol kualitas dan komplain pelanggan dalam

manajemen bisnis adalah teknik-teknik untuk mencari masalah organisasi

yang paling membutuhkan banyak perhatian. Logika pengelolaan dengan

perkecualian dan pengelolaan pada batas organisasi adalah cara untuk

menggambarkan subyek atau masalah yang membutuhkan banyak

perhatian. Perhatian kontemporer dalam reformasi, inovasi, dan perubahan

pekerjaan dari asumsi yang mempengaruhi orde institusi, kontinyuitas, dan

prediktabilitas yang membutuhkan lebih sedikit perhatian dan menemukan

apa yang berubah membutuhkan lebih banyak perhatian.

Perhatian bisa dikendalikan oleh kegagalan atau kesuksesan. Pada sisi

sukses, logika benchmarking memfokuskan perhatian pembuat keputusan

pada sukses organisasi lain dalam bidang yang sama, dan proses yang

meniru yang disebut praktek terbatik. Perhatian untuk mengatasi perubahan

yang lain nampak lebih berhubungan dengan pencarian rasional akan

legitimasi dan penerimaan daripada pencarian rasional akan produktivitas,

karena ada sedikit bukti mengenai kinerja institusional yang meningkat

(DiMaggio dan Powell, 1983).

Pengambilan risiko Dari sudut pandang perspektif teori, risiko dan pengambilan risiko bisa

menjelaskan variasi dari keseimbangan. Estimasi risiko organisasi

dipengaruhi oleh dua fitur sederhana yang berhubungan dengan

keseimbangan: pertama, sukses masa lalu pembuat keputusan kunci, dan

Page 18: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

40

kedua, kecenderungan untuk over estimasi kemenonjolan pengalaman

berdasarkan lingkungan yang stabil.

Risiko dalam teori keputusan adalah sebuah fungsi ketidakpastian

mengenai rasionalitas. Rasionalitas keputusan dibatasi oleh ketidakpastian

berkenaan dengan konsekuensi tindakan saat ini, atau bahkan

ketidakpastian yang lebih besar berkenaan dengan konsekuensi masa datang

mengenai keputusan masa datang yang mungkin. Untuk mengakomodasi

ketidakpastian konsekuensi, ketika risiko dipertimbangkan, pembuat

keputusan cenderung mengevaluasi nilai ekspektasi dari konsekuensi yang

disukai (akankah produktivitas meningkat tajam atau hanya sedikit karena

risiko ini?). Keputusan, kemudian ditentukan oleh estimasi ini dan oleh

kecenderungan individual atau organisasional untuk menjadi aversi risiko

atau rentan risiko. Estimasi risiko untuk tujuan pengurangan ketidakpastian

tergantung pada persepsi konteks, asumsi berkenaan dengan pengetahuan,

dan usaha-usaha untuk mengontrol konteks institusi (MacCrimmon dan

Wehrung, 1986).

Ketidakpastian dan risiko, bervariasi dengan level prediktabilitas dalam

konteks institusi. Dalam seting dimana pembuat keputusan memiliki

pengalaman, mereka bekerja baik dalam memprediksi risiko dan dalam

memandu institusi melalui lingkungan yang tidak bisa diprediksi (March,

1991). Di luar range pengalaman mereka, pembuat keputusan nampak

menolak ketidakpastian dan meremehkan probabilitas bahwa rate atau event

yang tidak terduga akan terjadi.

Pembuat keputusan cenderung membayangkan kontrol yang lebih

besar pada konteks institusi mereka daripada sesungguhnya, dan mereka

gagal untuk membayangkan efek yang mungkin dari faktor-faktor dimana

mereka tidak memiliki kontrol. Ketika sesuatu berjalan dengan baik, dan

pembuat keputusan sukses, mereka cenderung membayangkan ini karena

skill dan kepemimpinan mereka bukan konteks yang menguntungkan,

kesempatan, atau konteks institusi yang ramah.

Ketidakpastian dan risiko yang berhubungan dengan keputusan

dengan konteks yang bergejolak bisa dikurangi dengan mengontrol konteks

itu. Sistem kooperasi mengurangi ketidakpastian dan risiko (Selznick, 1949).

Partnership dan kontrak, bersama dengan deadline kontrak dan jaminan

kinerja, mungkin tidak mengurangi risiko keputusan, tetapi memperluas

atau menyebarkan tanggung jawab risiko.

Page 19: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

41

Kecenderungan menuju pengambilan risiko dengan tujuan dan target.

Lebih sedikit risiko akan diambil jika tujuan dipenuhi atau hampir dipenuhi,

dimana lebih banyak risiko akan diambil jika individu atau institusi

menghadap masuk di bawah tujuan yang diperkirakan. Tujuan dan target

cenderung disesuaikan untuk menyesuaikan dengan risiko. Pengambilan

risiko yang berarti membuka cara untuk tujuan yang lebih tinggi, dan

pengambilan risiko yang tidak sukses membawa pada aspirasi yang lebih

rendah (March, 1991).

Risiko yang cenderung sukses berhubungan dengan kemakmuran

pembuat keputusan untuk menghubungkan sukses dengan kemampuan dan

kegagalan mereka terhadap nasib buruk mereka. Sukses eksekutif yang terus

menerus membawa pada peremehan risiko karena pengalaman didasarkan

pada sukses. Eksekutif yang sukses dipromosikan dan cenderung memiliki

keyakinan tinggi dalam kemampuan mereka. Karena mereka tahu rahasia

sukses, mereka memiliki keyakinan bahwa mereka bisa mengalahkan yang

aneh dimana mereka bisa menduga kesalahan kegagalan untuk

mengantisipasi perubahan lingkungan.

Underestimasi berdasarkan pengalaman adalah, pada satu level,

rasional, karena sebagian besar pembuat keputusan tidak secara langsung

mengalami event-event yang tidak mungkin. Sebagaimana dikatakan

Howard Nemerow (1987) “alasan kita tidak belajar dari sejarah karena kita

bukan salah satu yang belajar terakhir kali”.

Rasionalitas Keputusan Terbatas dan Logika

Ketepatan Dalam logika keputusan konsekuensi dan logika keputusan ketepatan,

ada pola analisis, alasan sistematik, dan pilihan kompleks. Ini adalah error

jika mengasumsikan bahwa, karena banyak pekerjaan teoritis yang

menggunakan logika konsekuensi formal dan matematika, ini berhubungan

dengan kompleksitas, dan pekerjaan teori keputusan menggunakan logika

ketepatan menjelaskan pilihan keputusan yang sederhana dan tidak terlalu

kompleks (Zey, 1992).

Aturan dan indentitas adalah bahan dari organisasi formal. “Sebagian

besar orang dalam sebuah organisasi mengeksekusi tugas-tugas mereka

dengan mengikuti sejumlah aturan yang ditentukan yang mereka terima

sebagai bagian dari identitas mereka. Ini benar untuk dokter dalam rumah

Page 20: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

42

sakit, pekerja dalam line assembly, representative penjualan, guru di ruang

kelas, dan opsir polisi. Ini juga benar untuk orang dalam organisasi yang

tugas-tugasnya adalah melibatkan banyak pembuatan keputusan. Aturan

organisasi mendefinisikan apa artinya ini bagi pembuat keputusan” (March,

1991). Ada aturan proses dan prosedur yang menyalurkan proses keputusan.

Ini adalah keputusan berkenaan dengan faktor yang dipertimbangkan dalam

membuat keputusan. Ada aturan yang membatasi pilihan, dan aturan yang

memungkinkan pilihan. Ada kriteria untuk evaluasi kinerja. Ada aturan

formal dan informal. Aturan tidak independen dari identitas mereka yang

bekerja dalam organisasi. Aturan memframe indentitas mereka, identitas

mereka mempengaruhi aturan organisasi.

Organisasi memilih individu yang telah memiliki identitas dan

cenderung menurut aturan yang berhubungan dengan identitas itu:

professor, dokter, sopir truk, polisi. Organisasi mensosialisasikan individu

terhadap aturan unik mereka. Ini karena organisasi juga memiliki identitas.

Identitas organisasi dibuat secara sosial berdasarkan pengertian bagaimana

jenis institusi tertentu harus berperilaku untuk memiliki legitimasi dan

pendirian. Identitas organisasi bahkan bisa sangat terdefinisi.

Sebagaimana dilihat oleh deskripsi ini, teori keputusan yang mengikuti

logika ketepatan sangat kontekstual. Konteks bisa sangat kompleks dan

pembuatan keputusan sangat penuh pertimbangan dengan aturan

kontekstual dan identitas diisi dengan ambiguitas, ketidakpastian, risiko,

informasi yang tidak sempurna, dan perhatian yang terbatas. Organisasi

memandu tindakan individu dengan memberikan isi identitas dan aturan

mengenai kapan dan bagaimana membuat keputusan rasional. Ini adalah

aturan keputusan ketepatan. Perilaku pembuatan keputusan dari sudut

pandang ketepatan menggambarkan tindakan rasional dan proses yang

memandu tindakan secara cukup berbeda dari deskripsi analisis formal dan

eksperimen keputusan non kontekstual.

Karena stabilitas relatif, order, dan prediktabilitas organisasi formal,

orang mungkin berfikir bahwa sebuah perspektif mengenai pembuatan

keputusan rasional tertanam dalam konteks yang cenderung menuju

deskripsi orde statick. Banyak riset teoritis keputusan menggunakan logika

ketepatan yang berhubungan dengan bagaimana organisasi dan individu

didalamnya menghadapi, dan khususnya bagaimana mereka menghadapi

individu dan aturan institusi dan identitas dengan lingkungan yang dinamis

dimana institusi ini berada (Harmon dan Mayer, 1986). Ini adalah studi

Page 21: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

43

perubahan institusional dan pola pembuatan keputusan mediasi diantara

institusi dan lingkungannya.

March dan Olsen (1995) menggambarkan siklus pembelajaran

institusional melibatkan rekoleksi selektif dan interpretasi pengalaman

(sejarah yang berguna), mengerti aturan dan identitas yang didapatkan dari

pengalaman ini, interpretasi sifat dan tindakan institusional sebelumnya dan

konsekuensinya, dan adaptasi aturan dan identitas berdasarkan interpretasi

ini. Ini bisa menjadi proses iterative yang ribut dari interpretasi institusional

yang bertentangan dari masa lalu dan estimasi konsekuensi tindakan

sebelumnya dan apa yang dipelajari institusi ini. Institusi bisa belajar secara

buruk karena misinterpretasi dari sejarah, memori yang tidak sempurna, dan

di atas semuanya, menghubungkan sukses sejarah dengan efektivitas dan

memotong pengaruh nasib baik. Siklus pembelajaran institusional, tertanam

dalam perubahan pola aturan dan identitas, menggambarkan proses dimana

institusi menyesuaikan dengan lingkungan mereka dan lingkungan

menyesuaikan dengan institusi.

Ambiguitas, Ketidakpastian dan Logika Ketepatan Bagian yang paling menarik dan provokatif dari teori keputusan

berdasarkan pada logika ketepatan adalah treatment ketidakpastian dan

ambiguitas dalam ilmu itu. Konsepsi klasik dari pembuatan keputusan

mengasumsikan sebuah realitas obyektif, sebuah kata yang bisa dimengerti

yang sesuai dengan deskripsi dan pengertian. Dalam pola keputusan ada

juga asumsi kausalitas, struktur hubungan diantara sebab dan akibat,

masalah dan solusi. Akhirnya, keputusan adalah instrumental, pilihan

didesain untuk membawa atau menyebabkan keadaan yang diinginkan. Tiga

asumsi ini, realitas obyektif, kausalitas, dan intensionalitas, semuanya

dikondisikan oleh batas rasionalitas. Banyak dari perkembangan teori

keputusan rasional dari logika konsekuensi dan logika ketepatan didasarkan

pada konsepsi klasik ini.

Namun beberapa tidak; Ambiguitas di pusat pengertian alternatif

rasionalitas dan pembuatan keputusan institusional. Ambiguitas kurang

kejelasan dan konsistensi dalam interpretasi realitas, kausalitas, dan

intensionalitas. Situasi ambigu dan tujuan untuk menolak kategorisasi dan

analisis sistematis. Hasil ambigu masih kabur. Dalam dunia keputusan

Page 22: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

44

ambigu, alternatif kabur, tujuan kontradiktif, dan realitas tidak banyak

ditemukan ketika dibuat.

Dalam pengertian alternatif rasionalias, institusi kurang dimengerti

sebagai dunia pembuatan keputusan dan dimengerti sebagai dunia

pembuatan pengertian (Harmon, 1989). Dalam teori keputusan formal,

indentitas individu dan organisasi diasumsikan bisa diketahui, rasional dan

egois. Dalam perspektif pembuatan pengertian, identitas adalah ambigu.

Identitas banyak dan digerakkan oleh ekspektasi. Sebuah identitas, seperti

opsir polisi, adalah ambigu karena tidak tepat, tidak stabil, tidak konsisten,

dan ekspektasi eksogen. Bagaimana, kemudian, individu membuat

keputusan dalam peran institusional mereka? Sebagian besar mereka

memainkan identitas dengan mengamati mereka yang ada dalam peran

yang sama, dengan mendengar kisah-kisah, dengan mengikuti instruksi dan

aturan, dan dengan meng-unkodekan apa yang mereka mengerti yang

diharapkan orang lain pada mereka. Terhadap waktu, perubahan kisah,

pergeseran ekspektasi, perubahan aturan, dan identitas berkembang.

Evaluasi ini adalah sebuah interpretasi konstan yang digerakkan oleh

ambiguitas dan reinterpretasi dari individu dalam organisasi dan organisasi

itu sendiri. Untuk mengelola kekaburan identitas, identitas berkembang

(Bellow dan Minow, 1996).

Teori keputusan bekerja dari logika perspektif ketepatan dan dari

perspektif pembuatan pengertian yang sama, menunjukkan bahwa instisusi

memberikan respon pada semua ambiguitas ini dengan pola pembuatan

keputusan terdesentralisasi. Dalam bahasa ini teori keputusan, tantangan

ambiguitas yang dihadapi oleh pembuat keputusan dikurangi dengan

kopling yang longgar.

Kopling longgar, tong sampah, dan perhatian Untuk menghadapi lingkungan yang kompleks, membingungkan, tidak

konsisten, dan ambigu, organisasi mendesentralisasi, mendelegasikan, dan

mengontrakkan keluar. Di bawah kondisi kopling longgar, institusi

memperdagangkan kontrol sentral, komparabilitas, dan standarisasi untuk

kelompok pembuat keputusan semi otonom yang diorganiasikan sekitar

spesialisasi, clientele, atau geografi. Kopling longgar mempertukarkan level

ambiguitas institusional keseluruhan yang tinggi dengan level rendah

ambiguitas sub unit (Cohen dan March, 1986).

Page 23: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

45

Di bawah kondisi kopling longgar, setiap kelompok semi otonom

memiliki range diskresi keputusan yang akan dijaga. Ketika mereka memilih

melalui ambiguitas keputusan mereka dan membuat keputusan, sebuah

departemen akan “menemukan preferensi melalui tindakan yang lebih

sering daripada bertindak berdasarkan preferensi” (Cohen dan March, 1986).

Dibawah kondisi kopling longgar, sub unit semi otonom mungkin muncul

untuk membuat keputusan yang aneh dengan preferensi keseluruhan yang

dinyatakan. Alasan untuk ini adalah benar dimana preferensi spesifik yang

dinyatakan pada level sub unit, dipilih melalui pengalaman dan tindakan,

sering men-truf sebuah preferensi abstrak pada level institusional, sebuah

preferensi diisi dengan ambiguitas dan interpretasi yang bertetangan. Dalam

kalimat Cohen dan March, institusi “nampak beroperasi pada berbagai

preferensi yang tidak konsisten dan tidak terdefinisi dengan baik”.

Penjelasan alternatif yang paling diketahui dengan baik dari order

dalam seting kopling longgar adalah teori tong sampah. Deskripsi terkenal

dari Cohen, March dan Olsen (1972) mengenai organisasi sebagai tong

sampah keputusan, adalah: “sebuah organisasi adalah kumpulan pilihan-

pilihan yang mencari masalah, isu dan perasaan yang mencari situasi

keputusan dimana mereka mungkin dialirkan, solusi mencari isu dimana

mereka bisa menjadi jawaban, dan membuat keputusan mencari kerja”.

Ini adalah deskripsi orientasi proses dalam teori keputusan. Dalam “sop

keputusan” akan ada kompetensi institusional dan kebutuhan atau

preferensi sosial atau politik. Di bawah kondisi yang benar, kompetensi dan

kebutuhan akan saling bertemu, berhubungan, dan memodifikasi dan

menyesuaikan susunan situasi, preferensi, dan proses keputusan. Dalam

model keputusan konvensional, cara diaplikasikan untuk mencapai tujuan.

Dalam tong sampah, ini mungkin bahwa tujuan ini akan diaplikasikan pada

cara. Ini penting untuk melihat relatif tidak pentingnya efisiensi dan

rasionalitas dalam konsepsi teori keputusan ini. Teori kaleng sampah dari

pembuatan keputusan mungkin tidak rasional dalam pengertian rasionalitas

cara-tujuan, tetapi dibawah kondisi tertentu “ini membuat pengertian”.

Pembuatan pengertian ini adalah retrospektif, pengertian didapatkan dari

melihat kebelakang. “Melakukan sesuatu membutuhkan keterlibatan aktif

dan segera dengan obyek-obyek perhatian kita dimana setelah itu kita bisa

berhenti dan bercermin untuk “melihat” apa yang telah kami lakukan

(Harmon dan Mayer, 1986).

Page 24: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

46

Mungkin aplikasi teori tong sampah yang paling terkenal dalam sektor

publik adalah Agenda, alternative and Public Policies dari John Kingdon (1995).

Dia menggambarkan ada aliran paralel tetapi independen: aliran politik,

aliran kebijakan, dan aliran masalah. Trigger bisa menyebabkan stream ini

saling bertemu dalam jendela kesempatan. Trigger meliputi perubahan

dalam kolektif mengerti masalah, perubahan dalam kekuatan politik, cara

baru berhubungan dengan masalah, atau sebuah fokus even. Menggunakan

metafora aliran ini dan tong sampah, Kingdon menggambarkan range

perubahan kebijakan yang mirip pola daya tarik diantara pembuat

keputusan, masalah, dan solusi, dan “solusi” akhir pada masalah.

Sebagaimana disarankan oleh March, teori tong sampah pada intinya adalah

sebuah proses penyortiran temporal di bawah kondisi kopling yang sangat

longgar. Pada beberapa saat, perhatian pembuat keputusan mungkin fokus

secara unik pada masalah tertentu, ini penting karena perhatian itu langka

dan didistribusikan secara teliti. Jika sebuah masalah mencapai perhatian,

perubahan pertanyaan pada definisi masalah dan solusinya yang mungkin.

Jika, sebuah solusi yang mungkin tersedia dan ada persetujuan berkenaan

dengan pencocokan masalah dengan solusi, pertanyaan definisi masalah dan

folusi yang mungkin lebih baik menjauh.

Referensi: Bellow, Gary & Martha Minow. 1996. Law Stories: Law, Meaning, and Violence, Ann Arbor:

University of Michigan Press.

Bendor, Jonathan, Serge Taylor, and Roland Van Gaalen. 1987. “Stacking the Deck:

Bureaucratic Missions and Policy Design.” American Political Science Review 81:873–896.

Bryson, John Ad. 1988. A Strategic Planning Process for Public and Non-profit Organizations,

Long Range Planning Journals, Vol. 21, No. 1, pp. 73 to 81.

DiMaggio, Paul J. 7 Walter W. Powell. Apr., 1983. Rationality in Organizational Fields.

American Sociological Review, Volume 48, Issue 2.

Domai, Tjahjanulin. 2009. Analisis Terhadap Teori Keputusan, Bahan Kuliah. FIA. Malang:

Universitas Brawijaya.

Frederickson, H. George. 2003. The Public Administration Theory Primer, Colorado: West View.

Harmon, Michael M. & Richard T. Mayer. 1986. Organization theory for public administration.

Illustrated edition, Little, Brown.

Kingdon, John. 1995. Agendas and Public Policies, 2nd edition, Harper Collins College

Publishers.

Lindblom, Charles E. Nov. - Dec., 1979. Still Muddling, Not Yet Through. Public Administration

Review, Vol. 39, No. 6. pp. 517-526.

MacCrimmon, Kenneth R. & Donald A. Wehrung. 1986. The Management of Uncertainty., with.

William T. Stanbury. New York: Free Press.

Page 25: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

47

March, James G. 1991. "How Decisions Happen in Organizations", Human-Computer

Interaction, 6 95-117.

March, James G. & Johan P. Olsen. 1975. "The Uncertainty of the Past: Organizational Learning

Under Ambiguity", European Journal of Political Research 3 l47-l7l.

Nemerov, Howard. 1987. War Stories: Poems About Long Ago and Now. ISBN 978-0-226-57243-7.

Selznick, Philip. 1949. TVA and the Grass Roots: A Study in the Sociology of Formal Organization.

University of California Press.

Simon. A. Hert. 1982. Terjemahan Administrative Behavior: Perilaku Administrasi, Suatu Studi

Tentang Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Administrasi, Jakarta: Bina Aksara.

Wijaya, A. F. 2007. Bahan Kuliah Teori Administrasi. Program Doktor Ilmu Administrasi, FIA.

Malang: Universitas Brawijaya.

Zey, Mary. 1992. Decision making : alternatives to rational choice models. Sage Publications.

Page 26: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

Sepanjang perkembangan peradaban, manusia telah menggunakan

berbagai alat matematis untuk memecahkan masalah selama ribuan tahun.

Namun, studi formal dan aplikasi metode kuantitatif untuk membantu

memecahkan masalah adalah produk dari abad ke-20 (Render & Stair, 2000:

2-3). Berbagai alat matematis ternyata juga cukup ampuh untuk membantu

memecahkan berbagai masalah dalam bisnis, pemerintahan, pendidikan,

dan bidang lainnya. Kesuksesan dalam menggunakan metode kuantitatif

ini biasanya menghasilkan solusi yang tepat, ekonomis, dapat diandalkan,

cepat, dan mudah untuk digunakan dan dimengerti.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: apa yang dimaksud

dengan metode kuantitatif? Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah

terhadap pengambilan keputusan ekonomi dan manajerial. Pendekatan ini

berangkat dari data, dimana ibarat bahan baku dalam suatu pabrik, data ini

diproses dan dimanipulasi/rekayasa menjadi informasi yang berharga bagi

pengambilan keputusan. Pemrosesan dan manipulasi data mentah menjadi

informasi yang bermanfaat inilah yang merupakan jantung dari analisis

kuantitatif.

Riset Operasi Saat Amerika Serikat menghadapi Perang Dunia II, secara diam-diam

pemerintah mendaftarkan para ilmuwan untuk meneliti perencanaan,

metode produksi, dan logistik dalam perang. Para ilmuwan ini

mengembangkan sejumlah teknik untuk pemodelan dan memprediksi solusi

optimal. Lebih lanjut saat informasi ini terbongkar, lahirlah Operation

Research/Riset operasi. Banyak hasil penelitian yang masih sangat teoritis dan

pemahaman bagaimana menggunakannya dalam dunia nyata tidak ada. Hal

Page 27: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

49

inilah yang menyebabkan jurang antara kelompok Operation Research dan

profesi insinyur terlalu lebar. hanya sedikit perusahaan yang dengan sigap

membentuk departemen Operation Research dan mengkapitalisasikannya.

Secara harfiah kata Operation (Operasi) dapat didefinisikan sebagai

tindakan–tindakan yang diterapkan pada beberapa masalah atau hipotesa.

Sedangkan kata Research (Riset) adalah suatu prose yang terorganisasi dalam

mencari kebenaran akan masalah atau hipotesa tadi.

Morse dan Kimball mendefinisikan riset operasi sebagai metode ilmiah

(scientific method) yang memungkinkan para manajer mengambil keputusan

mengenai kegiatan yang mereka tangani dengan dasar kuantitatif. Definisi

ini kurang tegas karena tidak tercermin perbedaan antara riset operasi

dengan disiplin ilmu yang lain. Churchman, Arkoff dan Arnoff pada tahun

1950-an mengemukakan pengertian riset operasi sebagai aplikasi metode-

metode, teknik-teknik dan peralatan-peralatan ilmiah dalam menghadapi

masalah-masalah yang timbul di dalam operasi perusahaan dengan tujuan

ditemukannya pemecahan yang optimum masalah-masalah tersebut.

Sedangkan Miller dan M.K. Starr mengartikan riset operasi sebagai peralatan

manajemen yang menyatukan ilmu pengetahuan, matematika, dan logika

dalam kerangka pemecahan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari,

sehingga akhirnya permasalahan tersebut dapat dipecahkan secara optimal.

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa riset operasi

berkenaan dengan pengambilan keputusan yang optimal dalam, dan

penyusunan model dari sistem-sistem baik yang diterministik maupun

probabilistik yang berasal dari kehidupan nyata. Atau dunia pengelolaan

atau dunia usaha yang memakai pendekatan ilmiah atau pendekatan

sistematis disebut riset operasi.

Karena riset operasi merupakan pendekatan ilmiah dalam

pengambilan keputusan yang melibatkan operasi-operasi dalam sistem

organisasi, riset operasi cenderung cocok diterapkan pada masalah tentang

bagaimana memperlakukan dan mengkoordinasikan operasi/kegiatan dalam

suatu organisasi. Pola berpikir, pola analisis dan pemecahan masalah, pola

pengambilan langkah-langkah, serta pola penyusunan strategi dan target

secara sistematis tersebut, disebut sebagai pola pendekatan ilmiah.

Riset operasi merupakan cabang interdisipliner terapan matematika

dan sains formal yang menggunakan metode seperti model matematika,

statistik, dan algoritma untuk sampai pada optimal atau mendekati solusi

optimal untuk masalah kompleks. Hal ini biasanya berkaitan dengan

Page 28: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

50

penentuan maksimum (keuntungan, perakitan kinerja, tanaman

menghasilkan, bandwidth, dll) atau minimal (kerugian, risiko, dan

sebagainya) dari beberapa fungsi objektif. Penelitian operasi manajemen

akan membantu mencapai tujuan dengan menggunakan metode ilmiah.

Sejarah Riset Operasi Riset operasi dimulai sejak revolusi industry dilakukan. Dunia usaha

mengalami perubahan dalam hal ukuran (besarnya) dan kompleksitas

organisasi-organisasi perusahaan. Bagian yang mengalami perubahan yang

cukup menyolok adalah perkembangan dalam pembagian kerja dan

segmentasi tanggung jawab manajemen dalam organisasi-organisasi

tersebut. Di sisi lain, organisasi-organisasi (perusahaan) pada saat ini harus

beroperasi di dalam situasi dan kondisi lingkungan bisnis yang dinamis dan

selalu bergejolak, serta siap untuk berubah-ubah. Perubahan-perubahan

tersebut terjadi sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang begitu pesat

ditambah dengan dampak dari beberapa faktor-faktor lingkungan lainnya

seperti keadaan ekonomi, politik, sosial dan sebagainya. Perkembangan

kemajuan teknologi tersebut telah menghasilkan dunia komputerisasi. Buah-

buah pembangunan telah melahirkan para pimpinan dan pengambilan

keputusan, para peneliti, perencana dan pendidik untuk memikirkan serta

memcahkan/menganalisis permasalahan, mengambil langkah-langkah dan

strategi yang tepat serta target yang sesuai secara sistematis dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditentukan, yakni hasil yang memuaskan. Hasil

yang memuaskan tersebut adalah hasil yang optimal yang berarti dampak

positipnya maksimum dan dampak negatifnya minimum.

Tim-tim riset operasi dalam lingkungan dunia bisnis ini menandai

kemajuan teknik-teknik riset operasi. Sebagai contoh utama adalah metode

simpleks untuk pemecahan masalah-masalah linear programming, yang

dikembangkan oleh George Dantzig dalam tahun 1947. Disamping itu

banyak peralatan-peralatan riset operasi standar, seperti linear

programming, dynamic programming, teori antrian dan teori pengendalian

persediaan telah dikembangkan sebelum akhir tahun 1950-an.

Ruang Lingkup Riset Operasi Contoh aplikasi dalam riset operasi yang digunakan meliputi:

a. Analisis jalur kritis atau perencanaan proyek

Page 29: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

51

Mengidentifikasi proses-proses dalam proyek yang kompleks yang

mempengaruhi durasi secara keseluruhan proyek.

b. Materials

Merancang tata letak sebuah pabrikuntuk efisiensi aliran bahan.

c. Membangun jaringan telekomunikasi dengan biaya rendah, namun tetap

menjamin kualitas layanan (QS) jika koneksi tertentu menjadi sangat

sibuk atau rusak.

d. Manajemen lalu lintas jalan dan 'satu cara' jalan alokasi; yaitu, masalah

alokasi.

e. Menentukan rute bus sekolah (atau bus kota) sehingga bus sesedikit

mungkin diperlukan.

f. Merancang tata letak sebuah chip komputer untuk mengurangi

manufaktur waktu (sehingga dapat mengurangi biaya).

g. Mengelola aliran bahan baku dan produk dalam suatu rantai pasokan

yang didasarkan pada permintaan yang tidak pasti untuk produk jadi.

h. Efisiensi pesan dan taktis respon pelanggan.

i. Robotizing atau manusia mengotomatisasi proses operasi.

j. Mengglobal proses operasi dalam rangka mengambil keuntungan dari

bahan murah, tenaga kerja, produktivitas tanah atau input.

k. Mengelola barang trasnsportasi dan sistem pengiriman.

l. Penjadwalan.

m. Personalia/kepegawaian.

n. Langkah manufaktur.

o. Tugas proyek.

p. Jaringan lalu lintas data (queuing model atau sistem antrian).

q. Kegiatan olahraga dan liputan televisi.

r. Proporsi pencampuran bahan baku.

s. Menentukan harga yang optimal, di banyak ritel dan pengaturan B2B,

dll.

Riset operasi juga digunakan secara ekstensif dalam pemerintahan di

mana kebijakan berbasis bukti digunakan.

Model-model dalam Riset Operasi Model adalah abstraksi atau penyederhanaan realitas sistem yang

kompleks dimana hanya komponen-komponen yang relevan atau faktor-

faktor yang dominan dari masalah yang dianalisis diikutsertakan. Ia

Page 30: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

52

menunjukan hubungan-hubungan dari aksi dan reaksi dalam pengertian

sebab dan akibat. Salah satu alasan pembentukan model adalah untuk

menemukan variabel-variabel apa yang penting. Penemuan variabel-variabel

yang penting itu berkaitan erat dengan penyelidikan hubungan yang ada

diantara variabel-variabel itu. Teknik-teknik kuantitatif seperti statistik dan

simulasi digunakan untuk menyelidiki hubungan yang ada diantara banyak

variabel dalam suatu model.

Model dapat diklasifikasikan dalam banyak cara, misalnya menurut

jenisnya, dimensinya, fungsinya, tujuannya, subyeknya, atau derajad

abstraksinya. Kriteria yang paling biasa adalah jenis model. Jenis dasar itu

meliputi:

a. Iconic (Physical) Model

Iconic model adalah suatu penyajian fisik yang tampak seperti aslinya

dari suatu sistem nyata dengan skala yang berbeda. Contoh model ini

adalah mainan anakanak, potret, histogram, maket dan lain-lain.

b. Analogue Model

Model analog lebih abstrak disbanding model iconic, karena tak

kelihatan sama antara model dengan sistem nyata. Contohnya jaringan

pipa tempat air mengalir dapat digunakan dengan pengertian yang sama

sebagai distribusi aliran listrik. Contoh lain adalah peta dengan

bermacam-macam warna merupakan model analog dimana perbedaan

warna menunjukan perbedaan ciri, misalnya biru menunjukan air,

kuning menunjukan pegunungan, hijau sebagai dataran rendah, dan

lain-lain.

c. Mathematic (Symbolic) Model

Bagian terpenting dalam riset operasi adalah bagaimana

menterjemahkan permasalahan sehari-hari ke dalam model matematis.

Hal ini sangat mengandalkan ketajaman berpikir dan logika.

Model matematika sifatnya paling abstrak. Model ini menggunakan

seperangkat simbol matematika untuk menunjukan komponen-

komponen (dan hubungan antar mereka) dari sistem nyata. Namun,

sistem nyata tidak selalu dapat diekspresikan dalam rumusan

matematika.

Model ini dapat dibedakan menjadi deterministic dan probabilistic. Model

deterministic dibentuk dalam situasi kepastian (certainty). Model ini

memerlukan penyederhanaan-penyederhanaan dari realitas karena

Page 31: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

53

kepastian jarang terjadi. Model probabilistic meliputi kasus-kasus dimana

diasumsikan ketidakpastian (uncertainty).

Langkah-langkah dalam Riset Operasi Langkah-langkah dalam riset operasi pada prinsipnya merupakan

penentuan pilihan dari alternatif-alternatif yang ada secara umum meliputi

tahapan:

a. Identifikasi dan perumusan masalah

Identifikasi masalah terdiri dari penentuan dan perumusan tujuan yang

jelas dari persoalan dalam sistem model yang dihadapi. Identifikasi

perubah yang dipakai sebagai kriteria untuk pengambilan keputusan

yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

Kumpulkan data tentang kendala-kendala yang menjadi syarat ikatan

terhadap perubah-perubah dalam fungsi tujuan sistem model yang

dipelajari.

Rumusan masalah dalam riset operasi meliputi aspek:

1) Variabel keputusan (instrument)

Merupakan unsur-unsur dalam persoalan yang dapat dikendalikan

oleh pengambil keputusan.

2) Tujuan (objective)

Merupakan penetapan tujuan membantu pengambil keputusan

memusatkan perhatian pada persoalan dan pengaruhnya terhadap

organisasi.

3) Kendala (constraint)

Merupakan pembatas-pembatas terhadap alternatif tindakan yang

tersedia.

b. Penyusunan model

Penyusunan model terdiri dari kegiatan memilih model yang cocok dan

sesuai dengan permasalahannya. Merumuskan segala macam faktor

yang terkait di dalam model yang bersangkutan secara simbolik ke

dalam rumusan model matematika. Menentukan perubah-perubah

beserta kaitan-kaitannya satu sama lainnya. Tetapkan fungsi tujuan

beserta kendala-kendalanya dengan nilai-nilai dan perameter yang jelas.

c. Analisa model

Analisa model terdiri dari tiga hal penting, yaitu:

1) Melakukan anlisis terhadap model yang telah disusun dan dipilih.

Page 32: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

54

2) Memilih hasil-hasil analisis yang terbaik (optimal).

3) Melakukan uji kepekaan dan anlisis postoptimal terhadap hasil-hasil

terhadap analisis model.

d. Pengesahan model

Analisis pengesahan model menyangkut penilaian terhadap model

tersebut dengan cara mencocokannya dengan keadaan dan data yang

nyata, juga dalam rangka menguji dan mengesahkan asumsi-asumsi

yang membentuk model tersebut secara struktural (yaitu perubahnya,

hubungan-hubungan fungisionalnya, dan lain-lain).

e. Implementasi hasil

Hasil-hasil yang diperoleh berupa nilai-nilai yang akan dipakai dalam

kriteria pengambilan keputusan merupakan hasil-hasil analisis yang

kiranya dapat dipakai dalam perumusan keputusan yang kiranya dapat

dipakai dalam perumusan strategi-strategi, target-target, langkah-

langkah kebijakan guna disajikan kepada pengambilan keputusan dalam

bentuk alternatif-alternatif pilihan.

Riset Operasi dalam Pengambilan Keputusan Riset operasi berusaha menetapkan arah tindakan terbaik (optimum)

dari sebuah masalah keputusan dibawah pembatasan sumber daya yang

terbatas. Istilah riset operasi sering kali diasosiasikan secara eksklusif dengan

penggunaan teknik-teknik matematis untuk membuat model dan

menganalisi masalah keputusan. Walaupun matematika dan model

matematis merupakan inti dari riset operasi, pemecahan masalah tidaklah

hanya sekedar pengembangan dan pemecahan model-model matematis.

Secara spesifik, masalah keputusan biasanya mencakup factor-faktor penting

yang tidak berwujud dan tidak dapat diterjemahkan secara langsung dalam

bentuk model matematis.

Sebuah ilustrasi yang baik dari kasus di atas adalah salah satu versi

dari masalah elevator yang dikenal luas. Sebagai tanggapan terhadap

keluhan para penghuni tentang lambatnya elevator disebuah bangunan

perkantoran yang besar, sebuah pemecahan yang didasari oleh analisis teori

jalur antrian ditemukan tidak memuaskan. Setelah mempelajari sistem

tersebut lebih lanjut, ditemukan bahwa keluhan para penghuni tersebut lebih

disebabkan oleh kebosanan, karena pada kenyataannya, waktu menunggu

sangat singkat. Sebuah pemecahan diajukan dimana sebuah cermin panjang

Page 33: Pengambilan Keputusan pada Individu · PDF filemenjelaskan model pengambilan keputusan di dalam individu maupun ... kemampuan kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, membina

55

dipasang ditempat masuk elevator. Keluhan menghilang karena para

pengguna elevator asik memandangi diri mereka sendiri dan orang lain

sambil menunggu elevator.

Ilustrasi elevator ini menggarisbawahi pentingnya memandang aspek

matematis dari riset operasi dalam konteks yang lebih luas dari sebuah

proses pengambilan keputusan yang unsur-unsurnya tidak dapat diwakili

sepenuhnya oleh sebuah model matematis. Sebagai sebuah teknik

pemecahan masalah, riset operasi harus dipandang sebagai ilmu dan seni.

Aspek ilmu terletak dalam penyediaan teknik-teknik matematis dan

algoritma untuk memecahkan masalah keputusan yang tepat. Riset operasi

adalah sebuah seni karena keberhasilan dalam semua tahap yang

mendahului dan melanjuti pemecahan dari sebuah model matematis

sebagian besar bergantung pada kreativitras dan kemampuan pribadi dari

mereka yang menganalisis pengambilan keputusan.

Referensi: Bustani, Henry. 2005. Fundamental Operation Research. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Hilier, Frederich S. and Lieberman. 1990. Introduction to Operation Research. Schaum Series.

McGraw-Hill.

Mulyono, Sri. 2002. Riset Operasi. Jakarta, LPEM, UI.

Siringoringo, Hotniar. 2005. Riset Operasional Seri Pemrograman Linear. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Taha, Hamdy A. 1992. Operation Research: An Introduction. McMillan.