pengamatan pemetaan geologi

13
PROSEDUR KERJA LAPANGAN I Pengamatan Pemetaan geologi 1.Hakekat pemetaan geologi Hakekat pernetaan geologi adalah menampilkan segala macarn ko geologi yang ada di lapangan (yang bersifat tiga dimensionil) ke dalam (yang bersifat dua dimensionil). Gejala geologi yang nampak di terutama adalah batuan, urutan batuan, struktur batuan, bangun bentang yang dibangun oleh batuan tersebut, tata guna lahan serta pote positif (sesumber geologi) dan potensi negatif (bencana alam). a. Morfologi Morfologi adalah berupa bentukan topografi yang khas, yang bent terjadi kerena proses yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada bumi Contoh morfologi ini dapat berupa dataran tinggi, basin maupun dome. b. Urutan batuan Penentuan posisi dan hubungan stratigrafis antara batuan yang satu terh yang lain, sehingga dapat diperoleh sejarah pembentukan batuan yang ada daerah pemetaan. Posisi : apakah suatu satuan itu lebih muda, lebih tua, be dengan satuan yang lain. Hubungan selaras, tidak selaras, menyilang jari, intrusi. c. Struktur geologi Struktur geologi adalah bentuk-bentuk geometri yang terdapat pada kulit yang terbentuk oleh pengaruh gaya-gaya endogen, baik berupatekanan maupun tarikan. Struktur primer/ syn genetic Struktur yang terbentuk secara bersama-sama dengan proses pembentuka batuan. Struktur primerinipenting sebagai penentu kedudukanatau orientasi asalsuatubatuanyang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen. Struktur primer yang dapat ditemukan di lapangan an

Upload: ali-baidhowi

Post on 21-Jul-2015

317 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROSEDUR KERJA LAPANGAN I Pengamatan Pemetaan geologi 1.Hakekat pemetaan geologi Hakekat pernetaan geologi adalah menampilkan segala macarn kondisi geologi yang ada di lapangan (yang bersifat tiga dimensionil) ke dalam peta (yang bersifat dua dimensionil). Gejala geologi yang nampak di lapangan terutama adalah batuan, urutan batuan, struktur batuan, bangun bentang alam yang dibangun oleh batuan tersebut, tata guna lahan serta potensi geologi positif (sesumber geologi) dan potensi negatif (bencana alam). a. Morfologi Morfologi adalah berupa bentukan topografi yang khas, yang bentukan ini terjadi kerena proses yang diakibatkan oleh gaya yang bekerja pada bumi. Contoh morfologi ini dapat berupa dataran tinggi, basin maupun dome. b. Urutan batuan Penentuan posisi dan hubungan stratigrafis antara batuan yang satu terhadap yang lain, sehingga dapat diperoleh sejarah pembentukan batuan yang ada di daerah pemetaan. Posisi : apakah suatu satuan itu lebih muda, lebih tua, berumur sama dengan satuan yang lain. Hubungan selaras, tidak selaras, menyilang jari, intrusi. c. Struktur geologi Struktur geologi adalah bentuk-bentuk geometri yang terdapat pada kulit bumi yang terbentuk oleh pengaruh gaya-gaya endogen, baik berupa tekanan maupun tarikan. Struktur primer/syn genetic Struktur yang terbentuk secara bersama-sama dengan proses pembentukan batuan. Struktur primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan sedimen. Struktur primer yang dapat ditemukan di lapangan antara lain

perlapisan batuan, load cast, ripple marks, gradded bedding dan sebagainya. Struktur sekunder/epigenetic Struktur yang terbentuk setelah proses pembentukan batuan. Struktur geologi sekunder terbentuk karena adanya pengaruh aktivitas tektonik atau gaya endogen yang bekerja pada permukaan bumi. Struktur geologi sekunder yang dapat ditemukan di lapangan antara lain: Kekar (Joint) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan, tanpa mengalami perpindahan tempat.

Gambar 1. Struktur kekar

Sesar (Faults) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan dan mengalami perpindahan tempat/dislokasi/pergeseran.

Gambar 2. Struktur sesar

Lipatan (Folds) adalah struktur lapisan batuan sedimen berbentuk lipatan/ gelombang/ lengkungan yang terbentuk akibat gaya endogen berupa tekanan.

Gambar 3. Jenis struktur lipatan

d. Bentang alam Bentang alam vulkanik Bentang alam vulkanik adalah bentang alam yang proses pembentukannya dikontrol oleh proses vulkanisme, yaitu proses keluarnya magma dari

dalam bumi. Bentang alam vulkanik selalu dihubungkan dengan gerakgerak tektonik. Bentang alam fluvial Bentang alam fluvial merupakan satuan geomorfologi yang erat hubungannya dengan proses fluviatil. Sebelum lebih jauh membahas tentang bentang alam fluviatil lebih dahulu dibahas pengertian tentang proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam, baik fisika maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan. Di sini yang dominan adalah air yang mengalir secara terpadu/terkonsentrasi (sungai) dan air yang tidak terkonsentrasi (sheet water) Bentang alam struktural Bentang alam struktural adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh struktur geologi daerah yang bersangkutan. Bentang alam Karst Suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran yang tidak teratur, aliran sungainya secara tiba-tiba masuk kedalam tanah dan meninggalkan lembah kering untuk kemudian keluar ditempat lain sebagai mata air yang besar. Bentang alam eolian Bentang alam eolian merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas angin. Bentang alam ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir. e. Tata guna lahan Dengan melakukan pengamatan geologi ke lapangan maka dapat diketahui tata guna lahan daerh tersebut. Tata guna lahan ini berkaitan dengan kondisi geologi wilayah tersebut. Misalnya jika suatu wilayah kondisi geologinya di dominasi dengan bentang lahan vulkanik maka wilayah tersebut subur sehingga wilayah tersebut banyak dimanfaatkan sebagai persawahan,

perkebunan. Pada daerah bentang alam fluvial, lebih dimanfaatkan untuk persawahan. f. Potensi geologi positif dan negatif Potensi positif berupa sumberdaya geologi, misalnya bahan tambang yang sudah atau belum digali, air tanah yang sudah dan belum dimanfaatkan, tanah yang dapat berfungsi sebagai lahan pertanian, perkebunan, pemukiman atau sebagai bahan urugan, baik yang sudah digali maupun yang belum dsb. Sedangkan potensi negatif berupa potensi bencana alam, misalnya : tingkat kegempaan, daerah yang sudah maupun yang belum pernah tetapi berpotensi terjadinya tanah longsor, daerah mana yang rentan akan bahaya banjir, daerah mana yang sudah pernah atau berpotensi terkena akibat aktifitas gunung api misalnya aliran awan panas, aliran lahar, aliran lava. 2. Macam-macam informasi geologi yang umumnya perlu dicatat a. Lokasi yang tepat dari singkapan yang diamati, sehingga dengan catatan tersebut lokasi akan mudah ditemukan di peta topografi yang menjadi dasar kerja lapangan. b. Kondisi geomorfologi tempat pencatatan serta daerah sekitarnya. c. Keadaan umum dari batuan yang terdapat di tempat tersebut menyangkut tentang macam batuan, tingkat homogenitas (masif, berselang-seling, bersisipan, bergradasi dsb), kedudukan batuan, tingkat pelapukan, warra (segar / lapuk), tekstur, kemas, komposisi, struktur, dan aspek petrologi utama lainnya, termasuk kemungkinan adanya kecenderungan perubahan vertikal maupun lateral. d. Demensi singkapan secara parsial maupun total. e. Kemungkinan adanya indikasi proses diagenesa, alterasi, mineralisasi, dan atau metamorfisme pada sebagian atau seluruh batuan yang tersingkap, intensitas maupun ekstensitas setiap proses yang ada. f. Macam dan kedudukan dari indikator arus purba ( arah foreset, flute cast, sumbu alur, punggungan gelembur dsb). g. Macam, kedudukan, intensitas serta ekstensitas unsur struktur ( kekar, foliasi, lineasi, belahan, slickenside dsb).

h. Sketsa singkapan atau bagian singkapan yang penting, denah lapangan, sayatan, kolom dan skema atau diagram lain yang bersifat tabulatif, disertai dengan perbandingan atau skala yang memadai. i. Lokasi serta obyek dari foto, contoh batuan, contoh fosil, contoh soil, contoh air dan contoh lain yang relevan dengan penelitian yang diambil di lapangan. 3. Rekaman Data Geologi Untuk mempermudah analisa; maka sebelum meninggalkan lapangan perlu dibuat tabulasi rekaman data geologi. Untuk itu perlu dibuat : a. Daftar lokasi pengambilan contoh batuan dan contoh lain, masingmasing dalam daftar yang berbeda. b. Daftar lokasi pengambilan foto, termasuk arah hadapan lensa. c. Daftar pengukuran jurus/kemiringan unsur struktur, misalnya sesar, kekar, yang masing-masing dalarn daftar tersendiri untuk setiap unsur struktur dari setiap lokasi. Kondisi Geologi yang harus diamati Aspek geomorfologi Pengamatan morfologi, dilakukan untuk mengetahui karakteristik struktur geologi dan bentang alamnya seperti kemiringan lereng dalam kaitannya dengan jangkauan optimum sudut lereng untuk keperluan berbagai bangunan dan tataguna lahan. Aspek petrologi Pengamatan sebaran tanah dan batuan, dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi teknik secara umum di daerah pemetaan berdasarkan satuan-satuan tanah permukaan dan batuan yang ada di lokasi daerah pemetaan.

Aspek geologi struktur Hal yang perlu dicatat dan direkam dari aspek ini adalah berupa data kemiringan suatu lapisan, jenis struktur pada singkapan yang terdapat pada titik pengamatan tersebut. Aspek sedimentologi stratigrafi Pekerjaan sondir, untuk mendapatkan data kedalaman, nilai sondir, jumlah hambatan lekat, dan geseran setempat agar dapat diketahui besarnya daya dukung dan stratifikasi atau susunan, ketebalan dan sifat lapisan tanah. Urutan stratigrafi juga mempunyai arti sebagai urutan peristiwa geologi. Penentuan umur, baik relatif atau mutlak adalah suatu usaha yang sangat berharga untuk membahas urutan kejadian. Aspek paleontologi Aspek yang dapat direkam dan dicatat adalah berupa penemuan fosil disuatu titik pengamatan, penemuan ini dapat memberikan informasi berupa umur lapisan dan lingkungan pengendapan. Informasi geologi yang perlu dicatat pada buku catatan lapangan a. Lokasi yang dapat dijadikan titik koordinat atau area plotting dan dapat diketahui datanya melalui peta topografi. b) Morfologi daerah sekitar yang dapat terdapat pada daerah pengamatan. c) Litologi batuan yang terdapat pada singkapan tersebut. Pengamatan litologi ini meliputi jenis batuan, tekstur, struktur, komposisi. d) Dimensi singkapan secara parsial maupun total. e) Kemungkinan adanya indikasi proses diagenesa, alterasi,

mineralisasi, dan atau metamorfisme pada sebagian atau seluruh batuan yang tersingkap, intensitas maupun ekstensitas setiap proses yang ada. f) Macam dan kedudukan dari indikator arus purba ( arah foreset, flute cast, sumbu alur, punggungan gelembur dsb). g) Jenis unsur struktur ( kekar, foliasi, lineasi, belahan, slickenside dsb).

h) Sketsa singkapan atau bagian singkapan yang penting, denah lapangan, sayatan, kolom dan skema atau diagram lain yang bersifat tabulatif, disertai dengan perbandingan atau skala yang memadai. i) Lokasi serta obyek dari foto, contoh batuan, contoh fosil, contoh soil, contoh air dan contoh lain yang relevan dengan penelitian yang diambil di lapangan.

Metode penentuan Lokasi atau Plotting Area Untuk menentukan arah atau lokasi kita berada, yang pertama dilakukan adalah mencari bukit atau kelokan-kelokan yang terlihat oleh kita dan trdapat pada peta, sehingga nantinya kita tidak kesulitan dalam memplotkan arah ke dalam peta topografi. Pegang kompas dengan posisi kompas diletakkan diatas telapak tangan dan ditempelkankan pada perut agar tidak mudah goyah sambil meluruskan pengarah ke objek dengan tetap mempertahankan posisi gelembung ditengah-tengah nivo. Sighting arm (lengan pengarah) dibuka horizontal dan peep sight ditegakkan dan diarahkan ke objek, dalam keadaan kompas tetap seimbang. Mengatur cermin pengarah sehingga titik objek terlihat pada cermin masuk ke lobang pengarah dan terletak pada garis poros cermin sambil tetap mempertahankan kompas, gelembung udara pada nivo harus tetap berada ditengah lingkaran. Kemudian baca arah yang didapat, yang ditunjukkan oleh arah jarum N. Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, maka orientasi medan pada STA X ini adalah N255E terhadap kelokan Kali Pengkol. Orientasi medan pada STA Z ini adalah N295E terhadap Bukit Ngumpul dan N57E terhadap kelokan jalan.

Gambar Plotting Area STA 1

Gambar Plotting Area STA 2 Prosedur Kerja di suatu Tempat Pengamatan a. Penetapan tempat yang akan diamati Tentukan lokasi pengamatan di lapangan berdasar kenampakan yang ada di sekitarnya dan cari lokasi tesebut letaknya di peta. b. Pastikan bahwa calon titik pengamatan tersebut memenuhi satu atau lebih dari 7 kriteria kelayakan suatu titik pengamatan. c. Dakati calon titik pengamatan tersebut , amati segala unsur , gejala, dan proses geologi yang ada di tempat itu. Periksa apa yang ada di sekelilingnya untk melihat kemungkinan pelamparan gejla yang ada. d. Jauhi calon titik pengamatan, kalau mungkin katempat yang lebih tinggi agar pandangan ke arah titik tersebut serta daerah sekitarnya menjadi lebih jelas.

e. Kalau masih ada keraguan tentang gejala geologi yang ada, ulangi prosedur menjauhi dan mendekati kembali tersebut, sehingga

memeperoleh gambaran yang lengkap tentang apa yang dihadapi. f. Dalam melakukan pengamatan, amati semua fakta geologi yang ada, mulai dari gejala yang bersidat makro (umum dan besar), kemudian secara berangsur menuju bbagian yang bersifat mikro (detail). Amati pertautan antara kondisi makro dan mikro yang terlihat dan periksa apakah kondisi tersebut terjadi di seluruh bagian dari tempat pengamatan ataukah terjadi perubahan-perubahan ke salah satu arah. g. Pergunakan semua peralatan yang berkaitan dengan obyek yang diamati, lakukan pengetesan, pengukuran serta pengambilan sample yang diperlukan. h. Buat catatan yang cermat namun singkat tentang apa yang dihadapi secara menyeluruh. Usahakan untuk selalu membuat penafsiran lapangan (meskipun sifatnya sementara , umpamanya meliputi : nama batuan ( klasifikasi lapangan ) lingkungan pembentuknya i. Karena dalam melakkukan pengamatan membutuhkan ketelitian,

sebaiknya letakkan dulu hal yang mengganggu (tas ransel yang berat). Mencatat apa yang diamati dengan tenang sambil duduk. Lakukan tanpa tergesa gesa, karena ini dapat menimbulkan adanya bagian bagian yang terlewati. j. Pemerian lokasi titik pengamatan : lokasi yang sudah dipilih di lapangan harus segera diperiksa dengan teliti. Pemerian ini berguna untuki beberapa hal : Untuk pengecekan kembali apakah pengeplotan di peta sudah tepat. Untuk melakukan pengeplotan kembali di peta baru/peta pindahan (peta arsip yang disimpan di base camp dan tidak dibawa ke lapangan. Untuk menemukan kembali titik pengamatan tersebut di lapangan apabila diperlukan data tambahan.

Penetapan lokasi di lapangan sedapat mungkin dikaitkan dengan unsur-unsur alami misalnya sungai, puncak bukit, maupun unsur buatan

manusia yang teramati baik di lapangan maupun di peta topografi, misalnya jalan raya, jembatan dsb.7 Kriteria titik pengamatan

1. Dijumpai 2 kontak geologiKeadaan singkapan :besar (luas)/kecilnya singkapan, derajat pelapukan (jika tidak segar) ; apakah insitu atau tidak masif,hancur pecah

pecah,shared,keadaan normal atau terbalik,dsb.

Susunan litologi : apakah terdiri dari satu jenis batuan atau lebih,dalam batuan sedimen atau metamorf; apakah selang seling antara dua batuan,sisipan atau litologi lain;dalam batuan atau beku,dilihat perubahan adanya susunana

dike/retas,inklusi meneral/tekstur,dsb.

inklusi,xenolith,

Batas antara berbagai jenis litologi(jika ada), kemungkinan kontak instruksi,batas erosi, kontak patahan.Dalam hal batuan sedimen kontak antara lapisan dapat berangsur tajam,batas erosi,dsb selain itu urutan

perlapisan/interkalasi ( menebal ke atas atau menipis ke atas) perlu dicatat.

Struktur primer batuan dari masing masing litologi : dalam hal batuan beku,misalnya masif,ada penghalusan ke satu arah,adanya konsentrasi mineral tertentu,dsb. Dalam hal batuan metamorf,adanya sifat

foliasi,gneissosity,apakah adanya perlapisan,apakah bergelombang terlihat dalam perlipatan kecil atyau tidak,dsb.Dalam hal batuan sedimen dibahas sifat berlapis,masif,berlapis tipis,laminasi,struktur sedimen seperti graded bedding,cross bedding,gelembur gelombang,dan sebagainya untuk setiap jenis litologi, dan jika mungkin dibahas dalam urutan profil.

Pamerian detail masing masing litologi 9 susunan utama,sisipan interkalasi, xenolith, dsb).Pemerian lebih ditekankan pada hal hal yang sifat menonjol daripada pemerian rutin (yang dapat dilakukan di base camp atau di laboratorium dari contoh),seperti misalnya glaukonitan,khas berbutir kasar,warna khas,khas porphiyrite,dsb.Pameran litologi lapangan ini

dimaksudkan untuk pengenalan batuan sebagai satuan peta (map unit ).

Kandungan

khusus

dari

batuan

(jika

ada)

seperti

kandungan

fosil,mineralisasi,dsb. Keadaan struktur tektonik dari singkapan : (diikuti pengukuran pengukuran) apakah terganggu secara tektonik,joint,keadaan lapisan

/foliasi,tegak,landai,terbalik,terlipat,lipatan minor ( ukur arah dan penujaman sumbu ),apakah jenis Z atau jenis S (dragfold) sesar,dsb.

2. Perubahan morfologi tiba-tiba Apabila terlihat perubahan morfolgi secara tiba tiba dapat diindikasikan tempat tersebut sebagai titi pengamatan 3. Tempat dijumpai struktur yang penting Tempat tempat yang menjadi suatu titik pengamatan dapat diinsikasikan dengan keterdapatannya suatu struktur penting, seperti sesar, kekar, dll. 4. Tempat dijumpai singkapan yang baik dan lengkap. 5. Tempat dijumpai potensi geologi positif dan negatif Keterdapatan potensi positif atau negatif disuatu tempat dapat

mengindikasikan tempat tersebut sebagai suatu titik pengamatan, potensi positif suatu tempat seperti lahan pertanian,lahan perkebunan. 6. Tempat dimana dari tempat itu dapat diamati morfologi sekitar Dapat dikatakan suatu titik pengamtan berada dengan titik ketinggian tertentu agar dapat melihat kenampakan morfologi sekitar daerah tersebut. 7. Lebih dari 2cm di peta