pengamat

7
Pengamat: Upaya "Impeachment" SBY Lewat Kasus KPK Antara - Sabtu, 7 November Kirim Kirim via YM Cetak Pengamat: Upaya "Impeachment" SBY Lewat Kasus KPK Jakarta (ANTARA) - Seorang pengamat kepolisian melihat adanya indikasi untuk menjatuhkan atau melakukan"impeachment" terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan memanfaatkan kasus perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan jajaran Polri. "Muara (akhir, red) dari berbagai kegiatan itu adalah mendiskreditkan atau mendegradasikan Presiden Yudhoyono," kata pengamat masalah kepolisian Dr John Palinggi kepada ANTARA di Jakarta, Jumat ketika dimintai komentarnya tentang kasus antara KPK-Porli terutama Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri serta Bareskrim Komisaris Jenderal Susno Duadji.

Upload: nisaul-azmi

Post on 10-Apr-2016

222 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

pgmt

TRANSCRIPT

Page 1: Pengamat

Pengamat: Upaya "Impeachment" SBY Lewat Kasus KPK

Antara - Sabtu, 7 November Kirim Kirim via YM

Cetak

Pengamat: Upaya "Impeachment" SBY Lewat Kasus KPK

Jakarta (ANTARA) - Seorang pengamat kepolisian melihat adanya indikasi untuk menjatuhkan atau melakukan"impeachment" terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan memanfaatkan kasus perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan jajaran Polri.

"Muara (akhir, red) dari berbagai kegiatan itu adalah mendiskreditkan atau mendegradasikan Presiden Yudhoyono," kata pengamat masalah kepolisian Dr John Palinggi kepada ANTARA di Jakarta, Jumat ketika dimintai komentarnya tentang kasus antara KPK-Porli terutama Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri serta Bareskrim Komisaris Jenderal Susno Duadji.

Mahkamah Konstitusi (MK) pada hari Selasa (3/11) di kantornya memperdengarkan hasil penyadapan KPK terhadap pembicaaran Anggodo Widjojo dengan berbagai orang termasuk para petugas kepolisian dan kejaksaan .

Anggodo adalah adik Anggoro Widjojo yang merupakan tersangka kasus korupsi pengadaan radio komunikasi terpadu bagi Departemen Kehutanan .

Page 2: Pengamat

John Palinggi yang sudah lama memiliki kedekatan dengan para petinggi Polri dan juga ABRI yang kini tekah berubahan namanya menjadi TNI itu, mengatakan sejumlah tokoh masyarakat menginginkan agar Presiden Yudhoyono melakukan intervensi atau" masuk" ke dalam kasus antara KPK dengan Polri tersebut..

"Kalau nanti ternyata SBY masuk ke wilayah hukum dalam kasus antara KPK dengan Polri tersebut, maka tokoh- tokoh tersebut nantinya akan menuduh bahwa SBY telah melakukan intervensi atau "masuk " ke wilayah hukum yang bukan menjadi wewenangnya , sehingga mereka mempunyai alasan untuk melakukan " impeachment" (pemakzulan, red)," katanya.

Pengamat ini mengemukakan bahwa para tokoh tersebut pada umumnya merasa kecewa karena mereka kalah dalam pemiihan anggota DPR, DPD serta DPRD serta dalam pemilihan presiden yang diselenggarakan pada tahun 2009. Yudhoyono telah menang mutlak dalam Pilpres dengan sedikitnya meraih suara 60 persen.

Kemudian, ia menyebutkan beberapa nama politisi dan tokoh masyarakat yang berusaha memanfaatkan desakan pembebasan Wakil Ketua KPK nonaktif Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto dari tahanan Polri, untuk menjatuhkan SBY dari posisinya itu .

"Sasaran antara"

Ketika ditanya tentang tuntutan agar Kapolri dan Kepala Bareskrim mundur dari jabatannya, maka John mengatakan tuntutan itu hanya merupakan "sasaran atau target antara " sebab tujuan akhirnya adalah tetap menjatuhkan SBY dari masa kepemimpinannya tahun 2009-2014.

""Tuntutan agar Bambang Hendarso Danuri serta Susno Duadji untuk mundur hanyalah merupakan sasaran antara," kata John Palinggi yang sering diminta mengajar di Lembaga Ketahanan Nasional(Lemhannas).

Ia mengatakan, kalau Presiden Yudhoyono terbiasa melakukan intervensi maka tentu Aulia Pohan, yang menjadi besan presiden tentu tidak akan ditahan. Aulia Pohan adalah mantan deputi Gubernur Bank Indonesia .

Karena itu, John Palinggi minta seluruh lapisan masyarakat memberikan kesempatan kepada para penegak hukum terutama polisi untuk menyelesaikan masalah Anggodo dengan sebaik-baiknya.

"Berilah kesempatan kepada Polri untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan agar masalah ini tuntas," katanya.

Jika di satu pihak, pengamat ini meminta masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada polisi untuk menangani masalah ini sesuai aturan, maka di lain pihak ia mendesak Polri untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan semaksimal mungkin sehingga tidak secara terburu-buru..

Page 3: Pengamat

"Dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan, polisi jangan bertindak tergopoh-gopoh( terburu-buriu, red)," kata John Palinggi.

Ia mengatakan jika kasus ini akhirnya sudah sampai di pengadilan , maka masyarakat luas akhirnya bisa mengambil kesimpulan tentang siapa yang benar serta siapa pula yang salah.

John Pallinggi yang juga merupakan Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang dan Distributor Indonesia(Ardin) menyebutkan pula pemutaran hasil penyadapan oleh KPK itu bisa memperlihatkan kepada masyarakat tentang kinerja berbagai lembaga atau instansi pemerintah.

"Hasil positif dari pemutaran atau diperdengarkannya hasil sadapan itu adalah bisa membongkar kejahatan di berbagai instansi pemerintah," katanya.

im Pencari Fakta Kasus KPK Akan Diusulkan ke SBYSabtu, 31 Oktober 2009 - 14:38 wib

TEXT SIZE :

Yuni Herlina Sinambela - Okezone

JAKARTA - Staf Khusus Presiden Bidang Hukum, Denny Indrayana mengatakan, dirinya akan mengusulkan tim pencari fakta ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar segera dibentuk guna menyelesaikan permasalah penahanan dua pimpinan KPK.

Menurut dia, dalam kasus dugaan penyuapan yang dilakukan oleh Dirut PT Masaro Radiokom Anggoro Widjojo kepada pimpinam KPK, seharusnya tidak hanya Anggoro yang ditetapkan menjadi tersangka namun adiknya, Anggodo Widjojo.

Denny beralasan, jika dilihat dari fakta yang ada dan bukti yang muncul serta diakui sendiri oleh Anggodo di Mabes Polri kemarin sudah bisa ditetapkan sebagai tersangka.

"Kalau melihat sampai sejauh ini, memang bukti dan sangkaan yang dihadirkan tidak mengherankan menimbulkan keraguan publik. Kalau saya lihat memang seharusnya Anggodo dan Anggoro menjadi tersangka malah mereka mengakui. Tapi proses yang terjadi kenapa yang ditahan Bibit dan Candra itu yang harus ditanyai kepolisian," kata Denny saat acara diskusi di Warung Daun, Jalan Pakubowono 10, Jakarta, Sabtu (31/10/2009). Selain itu menurut Denny, dalam kasus ini nampak adanya bukti yang patut digali untuk menentukan status hukum bagi yang bersangkutan.  (ram)

Page 4: Pengamat

Dewan: Kasus KPK Bukan Pemerasan, Tapi PenyuapanSenin, 09 November 2009 | 16:07 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -  Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Gayus Lumbuun, berpendapat kasus yang menimpa Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto adalah penyuapan, bukan pemerasan seperti anggapan jaksa dan polisi. Menurut Gayus, hal tersebut dibuktikan dengan adanya percakapan Anggoro Widjojo setelah perusahaannya, PT Masaro, digeledah Komisi Pemberantasan Korupsi.

“Dari rekaman percakapan, kita tahu inisiatifnya dari Anggoro yang meminta kasusnya dibereskan,” ujar Gayus dalam rapat Kejaksaan Agung dengan Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat di Gedung MPR/DPR, Senin (9/11).

Polisi dan jaksa berkukuh kasus Bibit dan Chandra adalah pemerasan. Alasannya, menurut Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Marwan Effendy, permintaan duit datang dari oknum KPK. Sehingga, Anggoro sebagai “korban” tak bisa dijadikan tersangka penyuapan.

Ary Muladi disebut polisi sebagai orang yang menyerahkan duit Rp 5,1 miliar ke pejabat KPK. Uang itu diserahkan melalui Ade Raharja. Menurut polisi pula, Ade adalah orang yang mengatakan, "Kalau mau dibereskan, ada atensinya." Kata-kata Ade itu, disebut polisi sebagai permintaan duit.

ANTON SEPTIAN

Info Grafis Nasib Susno Di Ujung Tanduk

Susno dikabarkan sempat melakukan pertemuan dengan Anggoro Widjojo di Singapura. Padahal saat itu nama Anggoro sudah masuk daftar pencarian orang (DPO).

Agung Laksono Isyaratkan Dukung Wisnu Suhardono

Antara - 2 jam 6 menit lalu Kirim Kirim via YM

Cetak

Page 5: Pengamat

Agung Laksono Isyaratkan Dukung Wisnu Suhardono

Semarang (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono mengisyaratkan dukungan terhadap salah seorang kandidat Ketua Dewan Pimpinan Daerah Golkar Jawa Tengah Wisnu Suhardono.

Agung memberikan pengarahan langsung kepada 26 pengurus Golkar tingkat II serta sembilan organisasi sayap partai berlambang pohon beringin tersebut di Bandara Ahmad Yani Semarang, Senin, usai menggelar kunjungan kerja di Kabupaten Jepara.

Menurut Agung, Golkar Jawa Tengah membutuhkan sosok pemimpin yang baru seperti Wisnu yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Golkar Jawa Tengah.

Selain itu, kata dia, provinsi ini merupakan salah satu lumbung suara Golkar serta barometer perpolitikan nasional.

"Kita harapkan, di bawah kepemimpinan Wisnu Suhardono, Golkar akan kembali berjaya pada tahun 2014 mendatang," kata Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) itu.

Ia juga mengharapkan, musyawarah daerah yang akan digelar pada bulan November 2009 ini dapat berlangsung sukses.

Sementara itu, sejumlah kepala daerah yang berasal dari Golkar juga hadir dalam pertemuan tersebut, seperti Wali Kota Pekalongan Ahmad Ba`asyir, Bupati Kendal Siti Nurmakesi, Wakil Bupati Grobogan Icek Baskoro, serta Wakil Bupati Sragen Agus Faturrohman.

Secara terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Jawa Tengah Bambang Sadono mengatakan, kepastian pelaksanaan musyawarah daerah baru akan diplenokan dalam rapat pengurus Senin ini.

Pelaksanaan musyawarah daerah Golkar Jawa Tengah direncanakan untuk digelar pada 28 November 2009.

Page 6: Pengamat

Adapun peluang untuk mencalonkan diri kembali, kata dia, masih dipikirkan, melihat besaran dukungan pengurus tingkat II.

"Saat ini, saya belum menghitung ulang dukungan yang disampaikan pengurus tingkat II," kata Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah itu.