penerbitan - indonesia kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... ·...
TRANSCRIPT
10
RE
NC
AN
A P
EN
GE
MB
AN
GA
N P
EN
ER
BITA
N N
AS
ION
AL 2
015-2
019
RENCANA PENGEMBANGAN
PENERBITANNASIONAL
2015-2019
i :
RENCANA PENgEmbANgAN PENERbITAN NAsIoNAl 2015-2019
iv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Galih Bondan Rambatan
PT. REPUBLIK SOLUSI
v
RENCANA PENgEmbANgAN PENERbITAN NAsIoNAl 2015-2019
Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:
Penasehat Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RISapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RIHarry Waluyo, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEKCokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan
Penanggung Jawab Poppy Safitri, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain, IPTEKM.Iqbal Alamsjah, Direktur Pengembangan Ekonomi Kreatif berbasis MediaAnna Suharti, Kasubdit Pengembangan Tulisan Fiksi dan Nonfiksi
Tim StudiGalih Bondan Rambatan
ISBN978-602-72387-0-1
Tim Desain Buku RURU Corps (www.rurucorps.com)Rendi Iken Satriyana DharmaSari Kusmaranti SubagiyoYosifinah Rachman
PenerbitPT. Republik Solusi
Cetakan Pertama, Maret 2015Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan caraapapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
vi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Terima Kasih kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD):Dra.Lucya Andams, Ketua Asosiasi Ikatan Penerbit IndonesiaHikmat Darmawan, Komunitas KomikSinta Yudisia, Lingkar Pena IndonesiaAulia Halimatussadiah, Nulisbuku.comHary Candra, Direktur Pesona EdukasiSweta Kartika, Komikus
vii
Kata Pengantar
Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Sehingga diperlukan upaya pengembangan ekonomi kreatif yang berkesinambungan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.
Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.
Penerbitan, sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media digital, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri penerbitan di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang kurang memadai, serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.
Dalam upaya melakukan pengembangan industri penerbitan di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap ekosistem penerbitan yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009, di mana terjadi pergeseran definisi dan pemahaman penerbitan secara mendasar. Pada buku sebelumnya, pemakaian definisi mengacu pada penerbitan dan percetakan secara umum. Pada buku ini, subsektor penerbitan dan percetakan bergeser dan berfokus menjadi hanya penerbitan saja. Hal ini disebabkan karena dalam alur proses penerbitan sendiri sudah terdapat kegiatan percetakan, sehingga penerbitan tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan produksi karya tetapi lebih kepada proses penciptaan konten berkualitas meliputi kegiatan penyuntingan, proof reading, penyiapan disain dan layout, serta kegiatan penyebarluasan atau distribusi karya.Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data, informasi, telah melakukan sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dengan berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif dan komunitas penerbitan secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai industri penerbitan dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan pengembangan penerbitan lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan industri penerbian selama ini diharapkan dapat diatasi dengan baik, sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, Penerbitan Indonesia dapat bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan.
Salam Kreatif
Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
ix
Kata Pengantar................................................................................................................... vii
Daftar Isi.............................................................................................................................. ix
Daftar Gambar..................................................................................................................... xii
Daftar Tabel......................................................................................................................... xiii
Ringkasan Eksekutif.......................................................................................................... xiv
BAB 1 PERKEMBANGAN PENERBITAN DI INDONESIA............................................. 3
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penerbitan di Indonesia.......................................................4
1.1.1 Definisi Penerbitan...................................................................................................4
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Penerbitan.............................................................. 10
1.2 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan..............................................................................15
1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan Dunia.......................................................... 15
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan Indonesia...................................................17
BAB 2 EKOSISTEM DAN RUANG LINGKUP INDUSTRI PENERBITAN INDONESIA.. 27
2.1 Ekosistem Penerbitan........................................................................................................28
2.1.1 Definisi Ekosistem Penerbitan................................................................................. 28
2.1.2 Peta Ekosistem Penerbitan........................................................................................30
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan................................................................... 44
2.2.1 Peta Industri Penerbitan...........................................................................................44
2.2.2 Ruang Lingkup Industri Penerbitan......................................................................... 47
2.2.3 Model Bisnis di Industri Penerbitan.........................................................................50
BAB 3 KONDISI UMUM SUBSEKTOR PENERBITAN DI INDONESIA............................ 53
3.1 Kontribusi Ekonomi Penerbitan....................................................................................... 54
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)................................................................ 58
3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan......................................................................................... 59
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan...................................................................................60
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga...........................................................................61
3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor................................................................................................62
3.2 Kebijakan Pengembangan Penerbitan............................................................................... 63
Daftar Isi
x Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
3.3 Struktur Pasar Penerbitan................................................................................................. 64
3.4 Daya Saing Penerbitan......................................................................................................64
3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Penerbitan.......................................................65
BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN PENERBITAN INDONESIA........................................ 73
4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019....................................... 74
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Penerbitan............................................................ 75
4.2.1 Visi Pengembangan Penerbitan................................................................................ 77
4.2.2 Misi Pengembangan Penerbitan............................................................................... 78
4.2.3 Tujuan Pengembangan Penerbitan........................................................................... 78
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Penerbitan................................................ 79
4.4 Arah kebijakan Pengembangan Penerbitan........................................................................ 824.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif Penerbitan yang
Berkualitas dan Berdaya Saing ................................................................................. 824.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan Dan Pemanfaatan Sumber
Daya alam dan sumber daya Budaya yang Mendukung Penerbitan Secara Berkelanjutan........................................................................................................... 82
4.4.3 Arah Kebijakan Peningkatan Pertumbuhan Wirausaha, Usaha, dan Karya Kreatif Penerbitan yang Merata dan Berdaya Saing ............................................................. 83
4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Pembiayaan, Kemudahan Akses dan Kompetitif Bagi Usaha, Wirausaha dan Orang Reatif Penerbitan....................................................... 83
4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar Penerbitan di dalam dan Luar Negeri yang Berkelanjutan.......................................................................................................... 83
4.4.6 Arah Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Logistik dan Teknologi Pendukung Industri Penerbitan yang Tepat Guna, Mudah Diakses dan Kompetitif.................... 83
4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan yang Kondusif dan Mengarusutamakan Kreativitas untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif Penerbitan ................................ 83
4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Penerbitan....................................................... 844.5.1 Peningkatan Mutu Pengelolaan Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal Yang
Mendukung Orang Kreatif Penerbitan Merata di Seluruh Provinsi, Kabupaten, dan Kota......................................................................................................................... 84
4.5.2 Penyediaan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana yang Mengarusutamakan Kreativitas SDM Penerbitan.................................................................................... 85
4.5.3 Penyediaan bahan baku yang menunjang produktivitas penerbitan......................... 85
4.5.4 Penyediaan Data dan Informasi Sumber Daya Budaya yang Akurat Terpercaya dan Dapat Diakses Secara Cepat dan Mudah.................................................................. 86
4.5.5 Peningkatan Wirausaha Kreatif Penerbitan Lokal yang Berdaya Saing, Bertumbuh dan Berkelanjutan.....................................................................................................86
4.5.6 Peningkatan Usaha Kreatif Penerbitan Lokal yang Berdaya Saing............................ 86
xi
4.5.7 Peningkatan Keragaman dan Kualitas Karya Kreatif Penerbitan Lokal Berbasis Budaya .................................................................................................................... 87
4.5.8 Penyediaan Pembiayaan Penelitian dan Pelestarian Karya Kreatif Penerbitan Berkaitan dengan Budaya Bangsa, Sastra dan Sejarah............................................... 87
4.5.9 Peningkatan Penetrasi dan Diversivikasi Pasar Karya Kreatif Penerbitan Nasional dan Internasional........................................................................................................... 87
4.5.10 Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur Logistik dan Jaringan Internet Yang Memadai dan Kompetitif......................................................................................... 88
4.5.11 Pengembangan Regulasi yang Mendukung Penciptaan Iklim yang Kondusif untuk Meningkatkan Mutu Penerbitan Indonesia.............................................................. 89
4.5.12 Peningkatan Partisipasi Aktif Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan penerbitan indonesia Secara Berkualitas dan Berkelanjutan...................................... 89
4.5.13 Peningkatan Kreativitas Penerbitan Sebagai Paradigma Pembangunan dan dalam Kehidupan Masyarakat ........................................................................................... 90
4.5.14 Peningkatan Posisi, Kontribusi, Kemandirian, serta Kepemimpinan Indonesia dalam Fora Internasional Melalui Penerbitan........................................................... 90
4.5.15 Peningkatan Apresiasi Kepada Orang dan Karya Kreatif Penerbitan...................... 914.5.16 Peningkatan Posisi, Kontribusi, Kemandirian, serta Kepemimpinan Indonesia
dalam Fora Internasional Melalui penerbitan........................................................... 91
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................................. 93
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 94
5.2 Saran................................................................................................................................ 95
REFERENSI........................................................................................................................... 99
LAMPIRAN............................................................................................................................. 101
xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Gambar 1‑1 Perbedaan Alur Percetakan................................................................................. 5
Gambar 1‑2 Alur Penerbitan...................................................................................................8
Gambar 1‑3 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penerbitan 2015–2019.....................11
Gambar 1‑4 Perkembangan Penerbitan di Dunia....................................................................24
Gambar 1‑5 Sejarah Perkembangan Penerbitan di Indonesia...................................................25
Gambar 2‑1 Hubungan Antar Komponen Dalam Ekosistem..................................................29
Gambar 2‑2 Peta Ekosistem Penerbitan...................................................................................31
Gambar 2‑3 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan......................................................................34
Gambar 2‑4 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan......................................................................43
Gambar 2‑5 Mitra Pekerja Kreatif Industri Penerbitan............................................................45
Gambar 2‑6 Peta Industri Penerbitan..................................................................................... 46
Gambar 2‑7 Usaha, Pengembangan, dan Derivatif Penerbitan...................................................51
Gambar 3‑1 Kontribusi terhadap total produk domestik bruto industri kreatif (2013)........... 58
Gambar 3‑2 Kontribusi terhadap total tenaga kerja industri kreatif (2013).............................59
Gambar 3‑3 Kontribusi terhadap total unit usaha bruto industri kreatif (2013)......................60
Gambar 3‑4 Kontribusi terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif (2013).......... 61
Gambar 3‑5 Pertumbuhan ekspor 2010-2013.........................................................................62
Gambar 3‑6 Jumlah Penerbit yang Menjadi Anggota IKAPI s/d 2013.................................... 64
Gambar 3‑7 Daya Saing Penerbitan....................................................................................... 65
Daftar gambar
xiii
Tabel 1‑1 Perbandingan Ruang Lingkup Penerbitan di Inggris dan Singapura.........................10
Tabel 2‑1 Daftar Pemenang KLA Tahun 2002-2013................................................................41
Tabel 2‑2 Daftar Konsumen Berdasarkan Jenis Buku yang diterbitkan.....................................44
Tabel 3‑1 Produktivitas Penerbitan Buku Negara Asia/tahun...................................................54
Tabel 3‑2 Kontribusi Ekonomi Subsektor Penerbitan 2010-2013............................................55
Tabel 3‑3 Pemetaan Kebijakan..................................................................................................63
Tabel 3‑4 Potensi Industri Penerbitan.......................................................................................66
Tabel 3‑5 10 Buku Terlaris di Indonesia...................................................................................67
Tabel 3‑6 Potensi dan Permasalahan Penerbitan.......................................................................67
Daftar Tabel
Tabel 4‑1 10 Buku Terlaris di Indonesia...................................................................................76
xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Ringkasan Eksekutif
Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009. Seperti halnya terbitan sebelumnya, buku ini menerangkan pemahaman, ruang lingkup, serta evaluasi dan analisa permasalahan yang dihadapi oleh industri penerbitan dewasa ini hingga ke depannya. Walau menjelaskan kondisi industri penerbitan secara umum, buku ini lebih berorientasi pada pengembangan industri lima tahun ke depan.
Metode utama yang digunakan dalam penyusunan laporan di buku ini adalah wawancara mendalam (In-Depth Interview atau IDI) dengan berbagai tokoh industri, serta tiga kali grup diskusi terfokus (Focus Group Discussion atau FGD) bersama para pemangku kepentingan industri yang dianggap dapat mewakili suara dan aspirasi industri secara umum, baik dari segi bisnis, komunitas, akademisi, pemerintah, maupun orang-orang kreatif. Selain itu, kajian literatur dari berbagai sumber yang dianggap relevan, baik nasional maupun internasional, juga dimanfaatkan sebagai pendukung.
Hasil analisa dalam buku ini menunjukkan bahwa pemahaman industri penerbitan dan percetakan sebagai salah satu dari lima belas subsektor industri kreatif di Indonesia hendaknya difokuskan menjadi industri penerbitan saja. Namun, industri ini juga kini meliputi bukan hanya penerbitan cetak namun juga penerbitan digital dan daring. Terlepas dari itu, bagaimanapun, permasalahan-permasalahan lama seperti kurangnya minat baca masyarakat, minimnya keawasan dan apresiasi terhadap sastra Indonesia secara umum, pengadaan bahan baku kertas dan jalur distribusi buku yang masih terpusat dan kurang efisien, dan sebagainya masih kurang lebih sama dengan yang telah dialami selama dua puluh tahun terakhir. Sesungguhnya permasalahan-permasalahan ini dapat kurang lebih diatasi dengan memanfaatkan teknologi dan jejaring komunitas kreatif yang tersedia. Sayangnya, belum ada data komprehensif mengenai berbagai komunitas ini, dan kesadaran pemanfaatan teknologi bagi orang kreatif maupun wirausahawan kreatif juga dirasa masih kurang.
Penelitian yang telah dilakukan sepanjang penulisan buku ini mengindikasikan tren yang positif, namun dengan beberapa rambu yang harus diwaspadai. Para pelaku menyarankan bahwa pengembangan yang dilakukan hendaknya berfokus pada empat hal utama berikut.
• Pembuatan portal pendataan orang kreatif, wirausaha dan usaha kreatif penerbitan meliputi penerbit mandiri dan penerbit digital, karya kreatif penerbitan serta komunitas terkait industri penerbitan.
• Perencanaan alternatif untuk menjaga kestabilan harga kertas dan tinta untuk menekan biaya produksi pencetakan serta alternatif jalur distribusi karya penerbitan cetak sehingga karya penerbitan dapat dinikmati secara merata di seluruh Indonesia.
• Pengadaan festival buku tingkat nasional maupun internasional dan sejenisnya secara berkala yang bertujuan untuk promosi sekaligus penghargaan kepada pelaku industri penerbitan
• Kegiatan sosialisasi kekayaan intelektual (IP) berkaitan dengan hak cipta karya kreatif penerbitan sehingga diakui dan memiliki daya saing tinggi.
xv
• Kegiatan pemberdayaan dan kemitraan bersama komunitas penerbitan untuk membentuk dan meningkatkan kualitas orang kreatif dalam industri penerbitan
• Pembentukan dan pelatihan kewirausahaan kreatif dalam industri penerbitan sehingga memperluas dan meningkatkan pendapatan usaha penerbitan Indonesia.
Disarankan bahwa tindak lanjut pertama yang harus dilakukan adalah melakukan koordinasi untuk merancang teknis pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan lima tahun kedepan bersama tim perumus profesional, pelaku industri kreatif penerbitan dan para pemangku kepentingan lainnya bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF) untuk mewujudkan Penerbitan Indonesia yang bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan.
xvi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
KEKUATAN BARU INDONESIA MENUJU 2025
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
AR
SIT
EK
TU
R 2
015-2
019
RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH
ARSITEKTUR2015-2019
04 05
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
KE
RA
JIN
AN
2015
-2019
06
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
KU
LIN
ER
2015
-2019
14
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
SE
NI P
ER
TU
NJ
UK
AN
2015
-2019
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
SE
NI R
UP
A 2
015-2
019
15 16
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
TE
KN
OL
OG
I INF
OR
MA
SI 2
015-2
019
17
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
TV
& R
AD
IO 2
015-2
019
18
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
VID
EO
2015
-2019
12
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
PE
RIK
LA
NA
N 2
015-2
019
11
RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH
PERFILMAN2015-2019
10
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
PE
NE
RB
ITAN
2015
-2019
09
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
PE
NE
LIT
IAN
& P
EN
GE
MB
AN
GA
N 2
015-2
019
08
RE
NC
AN
A A
KS
I JA
NG
KA
ME
NE
NG
AH
MU
SIK
2015
-2019
C
M
Y
CM
MY
CY
CMY
K
COVER RPJP.pdf 1 9/12/14 1:56 PM
C
M
Y
CM
MY
CY
CMY
K
COVER RPJM.pdf 1 9/12/14 1:56 PM
““If you fail to plan, you are planning to fail.
benjamin Franklin
2 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019
3bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
BAB 1 Perkembangan Penerbitan di Indonesia
4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penerbitan di IndonesiaDi Indonesia seringkali definisi penerbitan disamakan dengan definisi percetakan. Hal ini tidak hanya dipahami oleh masyarakat awam, tetapi juga oleh pelaku bisnis. Bahkan pemerintah sendiri masih sulit membedakan proses di antara kedua kegiatan tersebut. Padahal bila dilihat secara etimologis dan konseptual, kedua kata tersebut memiliki makna yang sangat berbeda. Selain itu, definisi penerbitan dan percetakan juga telah mengalami pergeseran makna, ruang lingkup, bahkan karakteristik proses dan model bisnis searah dengan perkembangan informasi dan teknologi yang semakin maju.
Pergeseran substansi industri penerbitan itu merupakan pergeseran pusat kreativitas dari kegiatan penerbitan dan percetakan ke arah yang lebih menitikberatkan pada produksi konten. Peran percetakan yang integral terhadap industri ini kini makin dapat digantikan oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pergeseran ini tentunya amat penting untuk dipahami jika kita ingin memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan relevan mengenai industri penerbitan sebagai salah satu subsektor industri kreatif di Indonesia. Oleh karena itu, walau pada praktiknya industri penerbitan dan percetakan masih sering berjalan sebagai satu kesatuan, ada baiknya jika dalam pemahaman ekonomi kreatif kita lebih menitikberatkan pada industri penerbitan sebagai pusat terjadinya kreativitas itu sendiri.
Untuk memahami hal ini, sekaligus untuk menghindari berbagai kerancuan yang ada dalam pemahaman industri penerbitan dalam konteksnya sebagai salah satu subsektor industri kreatif di Indonesia, menjadi penting bagi kita untuk melihat definisi dan ruang lingkup pengembangan industri penerbitan di Indonesia.
1.1.1 Definisi PenerbitanPenerbitan berasal dari kata “publish” yang mulai dicatat pada awal 1570 dengan pemahaman “the issuing of a written or printed work” atau informasi yang ditulis atau pekerjaan yang dicetak. Pemahaman penerbitan mulai dikembangkan pada 1650 dari bahasa Prancis kuno yang menyebutkan bahwa kata “publish” berasal dari kata ‘publier’ yang mengandung arti “the act of making publicly known”. Sedangkan definisi “printing” berasal dari kata “preinte” yang diambil dari Prancis kuno dan bahasa Latin “premere” yang mengandung arti “top press” atau cetak.
Berdasarkan pengertian tersebut, definisi penerbitan dan percetakan yang dikembangkan oleh European Commission and Skillset Assesment UK (2011) adalah:
1. Penerbitan dapat didefinisikan sebagai proses produksi dan penyebaran informasi, yaitu membuat informasi tersedia untuk publik. Informasi tersebut dapat berupa karya-karya seperti buku, majalah, koran, dan rekaman suara dalam bentuk cetak maupun elektronik. Fokusnya adalah menciptakan konten bagi konsumen.
2. Percetakan adalah proses untuk mereproduksi teks dan gambar, termasuk kegiatan pendukung yang terkait, seperti penjilidan buku, jasa pembuatan piringan, dan pencitraan data. Fokusnya adalah mereproduksi konten dalam bentuk media.
Berdasarkan definisi tersebut, maka aktivitas dalam penerbitan lebih bersifat kreasi dan menitikberatkan pada muatan konten, sedangkan aktivitas pada percetakan lebih bersifat pada produksi dan replikasi hasil karya berisikan muatan konten tersebut. Dengan demikian, penerbitan dan percetakan memiliki aktivitas utama yang berbeda, tetapi sama-sama memiliki tujuan untuk memperoleh keluaran berupa produk informasi yang baik dan bermutu kepada masyarakat.
5bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
Gambar 1 - 1 Perbedaan Alur Percetakan
Sumber: Lucya Andam, IKAPI (2014)
Hassan Pambudi, penulis buku Dasar dan Teknik Penerbitan Buku (1981), mendefinisikan kegiatan menerbitkan sebagai kegiatan yang “mempublikasikan kepada umum, mengetengahkan kepada khalayak ramai, kata dan gambar yang telah diciptakan oleh jiwa-jiwa kreatif, kemudian disunting oleh para penyunting untuk selanjutnya digandakan oleh bagian percetakan.”1
(1) Hassan Pambudi, Dasar dan Teknik Penerbitan Buku (Jakarta: Sinar Harapan, 1981)
“
“
Penerbitan adalah kegiatan mempublikasikan kepada umum, mengetengahkan kepada khalayak ramai, kata dan gambar yang telah diciptakan oleh jiwa-jiwa kreatif.Hasan Pambudi (1981)
6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
“ “Publication is the distribution of copies or content to the public.WIPO (2012).
7bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
Hal ini tentunya konsisten dengan padanan kata “penerbitan” dalam bahasa Inggris, yaitu “publishing”. Badan hak milik intelektual dunia, WIPO, mengembalikan pemahaman penerbitan pada asal katanya, yaitu “publik”. Dengan kata lain, penerbitan adalah industri yang mendistribusikan konten kepada publik.
Di Indonesia, kita mengenal penerbitan dan percetakan sebagai salah satu subsektor industri kreatif yang perlu dipahami lebih jauh definisi dan ruang lingkupnya sesuai dengan konteks serta perkembangannya saat ini. Beberapa negara maju di Eropa, yaitu Inggris, Jerman, Spanyol, dan Prancis memfokuskan pengembangan ekonomi kreatifnya dalam ruang lingkup penerbitan (publishing), tanpa terlalu menekankan pada “printing” atau industri percetakan.
Istilahyang digunakan
Inggris Jerman Spanyol Prancis
Industri Kreatif(Creative
Industries)
Industri Kreatif dan Budaya
(Culture & Creative
Industries)
Industri Budaya(Culture
Industries)
Sektor Budaya(Cultural Sector)
Arsitektur X X - X
Audio-visual (Film, TV, Radio)
X X X X
seni Pertunjukan X X X X
Perpustakaan - - X X
Desain X X - -
Pasar barang seni /seni Rupa
X X X X
Penerbitan X X X X
mode X - - -
Perangkat lunak /multi media
X X - -
museum/ Warisan budaya
- - X X
musik X X X X
Kerajinan X - - -
Periklanan X X - -
Sumber: Diadaptasi dari British Council’s Creative and Cultural Economy Series, Singapore (2010); Hotzl.K (2006) Creative Industries in Europe and Austria: Definition and Potential; dan Soenderman,.M et.al (2009) Culture and Creative Industries in Germany
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, hal tersebut disebabkan karena sesungguhnya kegiatan kreatif lebih berpusat pada penerbitan, sementara percetakan seringkali sekadar merupakan industri pendukung saja. Orang dan usaha kreatif di industri ini lebih menekankan pada konten, sesuatu yang berpusat pada rantai nilai penerbitan dan bukan percetakan. Jika dirunut perkembangannya, maka model kegiatan penerbitan mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan teknologi, yaitu:
8 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
1. Penerbitan Tradisional. Penerbitan secara tradisional meliputi kegiatan pemilihan, penyusunan, dan distribusi barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, dan brosur. Penerbit bertanggung jawab sepenuhnya dalam memutuskan isi, struktur, dan tampilan buku.2
2. Penerbitan Elektronik (Digital). Penerbitan elektronik mulai berkembang sehubungan dengan perkembangan Internet. Hal ini memengaruhi keluaran produk dan juga rantai nilai penjualan. Produk yang dulunya berbentuk fisik berubah menjadi bentuk digital. Dalam hal pemasaran, penerbitan model elektronik ini memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara pihak penerbit dengan konsumen akhir.3
3. Penerbitan Mandiri/Self-publishing. Penerbit memfasilitasi para penulis untuk mempublikasikan karya mereka sendiri dengan pencetakan sesuai permintaan (print on demand). Hal ini membantu para penulis pemula untuk menerbitkan dan memasarkan hasil karyanya tanpa harus mengajukan ke penerbit mayor. Keberadaan self-publishing memberikan efisiensi dalam hal produksi.4
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka penerbitan saat ini tidak selalu diikuti dengan kegiatan percetakan dalam bentuk fisik ketika menciptakan sebuah konten informasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi mulai berkembang ke arah media digital/media baru. Berdasarkan alur penerbitan yang disusun oleh Ikatan Penerbitan Indonesia (IKAPI), aktivitas percetakan masuk ke dalam alur proses penerbitan, yang dilakukan setelah proses penyuntingan dan pemeriksaan aksara, sebelum didistribusikan ke toko buku baik secara konvensional maupun daring (dalam jaringan atau online).
Gambar 1 - 2 Alur Penerbitan
Sumber: IKAPI, 2014
(2) (Gennard dan Dunn, 1983). Tolong ditulis dengan format yang sudah disepakati dengan Kemenparekraf.(3) (Ronte, 2001, Behar, et al., 2011). Tolong ditulis dengan format yang sudah disepakati dengan Kemenparekraf(4) (Wiener, 2013). Tolong ditulis dengan format yang sudah disepakati dengan Kemenparekraf
9bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
Berdasarkan konsep yang telah dikembangkan oleh IKAPI, maka definisi percetakan tidak lagi dimaknai secara terpisah, tetapi menjadi satu bagian dalam proses penerbitan. Dengan demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fokus utama dalam penerbitan adalah penciptaan konten kreatif yang membutuhkan sumber daya manusia kreatif yang bekerja mengelola informasi dengan mengandalkan ide atau gagasan (pemikiran kreatif).
Oleh karena itu, lingkup pengembangan ekonomi kreatif akan berfokus pada penerbitan yang sarat dengan unsur kreativitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi penerbitan sebagai bagian dari ekonomi kreatif adalah:
“ “
Suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media digital, ataupun media daring, untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi. Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Penerbitan dan Percetakan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014
Dalam definisi penerbitan tersebut, terdapat beberapa kata kunci yang dapat menjelaskan makna penerbitan secara lebih mendalam, yaitu:
1. Konten kreatif adalah informasi yang dikelola melalui proses kreativitas.2. Keunikan adalah karya kreatif yang memiliki kekhususan atau keistimewaan, berbeda
dari yang lain.3. Diproduksi untuk konsumsi publik adalah karya kreatif yang langsung memenuhi
keperluan hidup masyarakat (produk massal).4. Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi
kepada penerima informasi, meliputi:a. Media Cetak, yaitu media yang terdiri atas lembaran kertas dengan sejumlah kata,
gambar, atau foto dengan tata warna dan halaman;b. Media Digital, yaitu media yang terdiri atas data-data digital dan ditampilkan berupa
kata-kata, gambar, video, maupun audio di layar;c. Media Daring, yaitu media digital yang dapat diakses secara luas melalui Internet.
5. Nilai adalah manfaat yang diperoleh, meliputi:a. Nilai ekonomi, yaitu nilai yang berhubungan dengan keuntungan secara finansial;b. Nilai sosial, yaitu penghargaan yang diberikan masyarakat terhadap sesuatu yang
dianggap baik, luhur, pantas, dan mempunyai daya guna;c. Nilai seni dan budaya, yaitu nilai yang berkaitan dalam pembuatan konten kreatif
dengan pengejawantahan estetika dan rasa seni yang di dalamnya mengandung aspek kebudayaan.
10 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan PenerbitanPenerbitan memiliki tiga fungsi utama yaitu publikasi, reproduksi, dan penyebarluasan. Fungsi publikasi menjadi kunci utama dalam membangun pencitraan sebuah karya agar dapat diapresiasi oleh masyarakat dengan baik dan akhirnya meningkatkan nilai ekonomis karya yang dihasilkan. Proses publikasi erat kaitannya dengan kontrol kualitas di mana sebelum dipublikasikan sebuah karya harus melewati proses seperti penilaian ahli atau review, penyuntingan konten, penyuntingan bahasa, penggarapan desain, dan konversi format yang sesuai. Tujuannya adalah agar konten karya yang telah dipublikasikan layak untuk dikonsumsi publik dan bernilai ekonomis.
Selain itu, penerbitan memiliki fungsi penggandaan atau reproduksi konten, yang dapat dilakukan melalui pencetakan ataupun media lainnya. Wadah penyimpanan konten yang dihasilkan penerbitan akan dikemas dalam media. Media yang dimaksud adalah media cetak, media elektronik, dan media daring, ataupun kombinasinya seperti pemanfaatan multimedia serta fitur-fitur media sosial, maupun potensi media lainnya yang mengikuti perkembangan teknologi. Dan yang terakhir, fungsi yang tak kalah penting dari penerbitan adalah penyebarluasan, yaitu bagaimana konten tersebut disalurkan ke masyarakat.
Berdasarkan pemahaman di atas, maka penerbitan memiliki makna yang luas dan tidak terbatas pada penerbitan dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, atau jurnal dan buletin, tetapi mencakup pula konten-konten lainnya, seperti: musik, piranti lunak, atau film. Dengan kata lain, penerbitan merupakan media perantara yang mempertemukan antara produsen dengan konsumen. Setiap produsen bertujuan untuk memberikan informasi produk ataupun karyanya kepada konsumen. Sedangkan konsumen membutuhkan informasi mengenai sebuah produk ataupun karya agar dapat dikonsumsi. Oleh karena itu, posisi penerbitan di dalam peta industri kreatif dapat dijadikan forward linkage (sebagai penerbit) maupun backward linkage (sebagai penyedia referensi) terhadap tujuh belas subsektor ekonomi kreatif maupun industri lainnya dalam rangka menyebarkan karya kreatifnya.
Di negara-negara maju seperti Inggris dan Singapura, ruang lingkup penerbitan yang dimaksudkan berfokus pada publikasi karya kreatif yang memiliki hak cipta, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1-1.
Tabel 1 - 1 Perbandingan Ruang Lingkup Penerbitan di Inggris dan Singapura
InggRIS SIngaPuRa
Penerbitan buku Penerbitan buku
Penerbitan surat Kabar Penerbitan surat Kabar
Penerbitan Jurnal dan buletin Penerbitan Jurnal dan buletin
Penerbitan lainnya Penerbitan lainnya
Penerbitan Permainan Komputer Kegiatan Pemberitaan
Penerbitan software lainnya
Penerbitan Rekaman musik
Sumber: Department for Culture, Media & Sport Classifying and Measuring the Creative Industries (UK), 2011.
British Council’s Creative and Cultural Economy Series, Singapore, 2010
11bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
Berdasarkan pemahaman di atas dan diskusi yang dilakukan, maka ruang lingkup penerbitan dapat dipetakan seperti pada Gambar 1-3.
Gambar 1 - 3 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penerbitan 2015–2019
Ruang lingkup penerbitan dalam konteks pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia dijelaskan secara lebih detail sebagai berikut:
1. Penerbitan Buku. Penerbitan buku adalah penerbitan yang mempublikasikan informasi atau gambar dalam bentuk buku. Di sini, buku dipahami sebagai kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Pendaftaran atau pendokumentasian karya dalam bentuk buku dilakukan menggunakan International Standard Book Number (ISBN).
Berdasarkan jenis kontennya, buku dapat memuat konten fiksi maupun nonfiksi dengan penjelasan sebagai berikut:a. Konten fiksi adalah konten kreatif berupa tulisan, gambar ataupun kombinasinya yang berisi
kisah rekaan, baik yang berlandaskan fakta-fakta nyata yang dibubuhi karangan pengarang maupun yang murni merupakan rekayasa semata. Orang kreatif yang mendukung karya fiksi meliputi novelis, cerpenis, dramawan, penyair, komikus, dan lain-lain.
12 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
b. Konten nonfiksi adalah konten kreatif yang dalam penulisannya mengutamakan data dan fakta yang tidak berisi imajinasi atau rekaan penulis dan dapat dipertanggungjawabkan serta memiliki kelugasan makna. Orang kreatif yang mendukung karya nonfiksi meliputi para jurnalis, esais, penulis biografi, penulis fitur, penulis tulisan ilmiah, dan sebagainya.
Selain itu, penerbitan buku berdasarkan kategori jenis penerbitan dapat dikelompokkan menjadi:a. Penerbitan Buku Umum, yaitu penerbitan buku-buku bertemakan umum.
Kategorisasinya sebagai berikut: agama dan filsafat, bahasa, buku anak dan remaja, buku sekolah, buku teks, hobi dan interest, hukum, kedokteran, perempuan, komputer, manajemen dan bisnis, pertanian, psikologi dan pendidikan, referensi dan kamus, sastra dan novel, sosial politik, pariwisata dan peta.
b. Penerbitan Buku Direktori, yaitu penerbit yang memproduksi milis, buku telepon, dan berbagai jenis direktori lainnya. Dalam perkembangannya, buku direktori ini makin banyak diterbitkan secara daring.
2. Penerbitan Media Berkala (Periodik). Penerbitan Media Berkala adalah penerbitan kumpulan tulisan yang muncul dalam edisi baru pada jadwal teratur, termasuk surat kabar, majalah, tabloid, buletin, jurnal, dan sebagainya. Ciri khas dari media berkala yaitu memiliki nomor yang menandakan volume dan isu penerbitan. Volume biasanya mengacu pada jumlah tahun publikasi yang telah beredar, sedangkan isu mengacu pada berapa kali media yang bersangkutan telah terbit selama tahun itu. Pendaftaran atau pendokumentasian media berkala dilakukan menggunakan International Standard Serial Number (ISSN).
Jenis-jenis media berkala adalah sebagai berikut:a. Surat Kabar, didefinisikan sebagai publikasi yang menyajikan konten nonfiksi
berupa informasi terbaru terkait kegiatan pemberitaan (jurnalistik) atau informasi lainnya, menggunakan jenis kertas murah yang disebut kertas koran. Hasil karyanya diterbitkan dan didistribusikan kepada konsumen atau pelanggan secara harian. Dalam perkembangannya, penerbitan koran juga makin sering disajikan menggunakan media daring, misalnya: The New York Times, Kompas, Suara Pembaruan, dan sebagainya.
b. Majalah dan Tabloid, yaitu publikasi yang menyajikan informasi populer atau informasi dengan tema tertentu, disajikan dengan jadwal teratur secara mingguan atau bulanan. Konten yang dimiliki berfokus pada tema tertentu dan mengacu pada pembaca tertentu. Isinya dapat berupa fiksi dan nonfiksi. Contoh majalah, misalnya: majalah Time, National Geographics, Tempo, Intisari, Femina, hingga majalah-majalah remaja seperti Gadis dan Animonster.
c. Buletin, yaitu publikasi oleh organisasi yang mengangkat perkembangan suatu topik atau aspek tertentu dan diterbitkan secara berkala dalam rentang waktu yang relatif singkat, dari harian hingga bulanan. Buletin ditujukan kepada khalayak yang sempit, yang berkaitan dengan bidang tertentu saja. Tulisan dalam buletin umumnya singkat dan padat, menggunakan bahasa yang formal dan banyak istilah teknis yang berkaitan dengan bidang tersebut.
13bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
d. Jurnal Akademik, yaitu publikasi yang mengembangkan konten nonfiksi hasil kajian akademik, identik dengan konten yang memiliki spesialisasi dalam suatu bidang akademik tertentu. Penerbit media ini umumnya merupakan universitas, lembaga ilmiah, atau usaha komersial yang berfokus pada suatu disiplin ilmu tertentu.
3. Penerbitan Perangkat Lunak (Software) Komputer. Secara teknis, penerbitan perangkat lunak komputer menerbitkan hasil-hasil karya kreatif dalam bentuk data yang diformat dan disimpan secara digital, termasuk program komputer, dokumentasi, dan berbagai informasi yang bisa dibaca dan ditulis oleh komputer. Walaupun berkaitan dengan penyediaan informasi kepada khalayak luas, pada praktiknya, penerbitan ini seringkali lebih terkait dengan subsektor teknologi informasi dan permainan interaktif. Yang termasuk dalam produk perangkat lunak komputer adalah:• Perangkat lunak sistem yaitu program dasar yang berfungsi untuk mengontrol
perangkat keras sehingga berinteraksi dengan komputer untuk menjalankan aplikasi perangkat lunak, contohnya adalah sistem operasi komputer seperti Ubuntu, Windows, Android.
• Aplikasi perangkat lunak yaitu perangkat lunak yang melakukan tugas tertentu atau fungsi sebagai pengolah kata, misalnya Microsoft Word; Spreadsheet, misalnya Microsoft Excel; pengolah grafis, misalnya Adobe Photoshop, Corel Draw, ACDSee; software Internet browser, misalnya Internet Explorer, Mozilla Firefox.
• Produk multimedia yaitu produk yang menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, dan video dengan alat bantu dan koneksi sehingga pengguna dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkarya, dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan dan game.
Walau demikian, tidak jarang juga buku-buku panduan pemrograman dan sejenisnya yang diterbitkan bersamaan dengan CD yang berisi perangkat lunak yang bersangkutan. Dalam pengembangan subsektor penerbitan, bagaimanapun kita akan lebih berfokus pada konten yang disebarluaskan terutama dalam bentuk buku, tanpa mengabaikan potensi dan keterkaitan dengan subsektor-subsektor lain ini.
4. Penerbitan Audio-Visual Recording
Penerbitan karya-karya kreatif dalam bentuk perekaman audio ataupun audiovisual, termasuk di dalamnya film, musik, dan video ataupun kombinasinya.
5. Penerbitan Lainnya. Penerbitan hasil karya kreatif berupa foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi karya seni, dan material periklanan serta materi cetak lainnya dengan tujuan komersial, ataupun penerbitan yang tidak termasuk ke dalam poin 1-4 tetapi konten ataupun pengembangan konten yang terdapat pada media yang diterbitkannya mempublikasikan dan mendistribusikan informasi untuk dikonsumsi publik.
14 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Adapun jenis-jenis media yang umum digunakan adalah sebagai berikut:1. Media Cetak. Media cetak adalah media massa yang berbentuk printing yang dapat
dinikmati atau diakses langsung oleh pengguna akhir. Media ini terdiri atas lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman.
2. Media Elektronik. Media elektronik adalah media yang untuk mengakses kontennya diperlukan perangkat elektronik. Sumber media elektronik yang umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia, dan konten daring. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun saat ini yang berkembang pada umumnya berbentuk digital. Pada media elektronik, data/konten disimpan ke dalam media penyimpan data seperti CD, DVD, dll.
3. Media Daring. Daring adalah singkatan dari “dalam jaringan” (online), yaitu keadaan ketika seseorang terhubung dalam sebuah jaringan atau sistem yang lebih besar dalam situasi interaksi langsung antara manusia, komputer, dan internet. Sedangkan yang dimaksud dengan media daring adalah media yang digunakan untuk mengakses atau menyajikan informasi/konten dengan menggunakan bantuan atau perantara teknologi Internet. Yang termasuk dalam media daring antara lain adalah situs web, portal web, weblog (blog). Berikut penjelasannya:a. Situs web adalah halaman informasi yang disediakan kantor berita/perusahaan pers
melalui jalur Internet, sehingga informasi bisa diakses dari seluruh dunia selama terkoneksi. Pada umumnya, situs web secara konvensional dikelola oleh suatu pihak.
b. Portal web adalah situs web yang lebih menitikberatkan pada basis data dan interaksi pengguna, tidak jarang dengan menawarkan layanan lainnya seperti fasilitas surel, forum, basis data pengguna, interaksi media sosial, dan sejenisnya.
c. Web log atau blog adalah media publikasi yang memuat tulisan (posting) berupa artikel atau sejenisnya secara berkala, yang diurutkan sesuai waktu dan dikelompokkan sesuai kategori jenis tulisan. Blog dapat dikelola secara perseorangan maupun organisasi atau komunitas, dan merupakan alternatif media bagi penulis pemula, karena media digital terbuka bagi siapa pun yang ingin membuat blog dan menerbitkan tulisan mereka sendiri secara berkala.
Penerbitan permainan interaktif, teknologi informasi, musik, dan film merupakan bagian subsektor yang berdiri sendiri dan sudah memiliki peran penerbitan secara spesifik dalam mengelola penyebarluasan dan pengelolaan hak cipta kontennya. Namun, dalam praktik pengembangan konten di industri kreatif, seringkali konten mengalami pengalihan media, misalnya dari novel menjadi f ilm, film menjadi komik, komik menjadi mainan, dan lain sebagainya. Keterkaitan ini mengindikasikan kecenderungan kolaborasi yang kuat antarsubsektor ekonomi kreatif. Dalam kolaborasi ini, seringkali industri penerbitan menjadi kunci awal bagi pengembangan konten yang akan dialihmediakan, terutama dalam dunia komik dan buku-buku nonfiksi. Salah satu contohnya adalah novel Laskar Pelangi dan Perahu Kertas yang telah difilmkan, serta karakter komik fiksi terkenal Si Juki yang dikembangkan untuk menjadi sebuah ikon di Indonesia.
Karakter komik fiksi terkenal: si Juki
yang dibuat oleh Faza Meonk
15bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
Dengan berbagai pertimbangan dan pemahaman tersebut, maka ruang lingkup industri penerbitan dalam konteks pengembangan subsektor industri kreatif di Indonesia meliputi dua kegiatan utama berikut ini:
1. Penerbitan Buku Umum. Dilaksanakan dengan fokus pengembangan pada keberlangsungan penerbitan buku cetak, khususnya buku-buku yang memiliki genre buku anak, sastra dan novel, komik ataupun buku-buku yang mencerminkan nilai budaya bangsa serta buku yang menjadi penunjang keberadaan ke-15 subsektor ekonomi kreatif lainnya.
2. Penerbitan Media Berkala. Penerbitan media berkala adalah penerbitan karya kreatif dalam jangka waktu tertentu. Fokus pengembangan industri penerbitan ini meliputi surat kabar, majalah, tabloid, buletin dan jurnal akademik yang terkait dengan penyampaian informasi ataupun konten publikasi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan pola pikir masyarakat secara umum.
1.2 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan
1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan DuniaPerkembangan industri penerbitan tentunya sangat terkait dengan perkembangan teknologi pendukungnya. Berikut akan kita lihat sejarah perkembangan penerbitan dunia dari akar tradisionalnya hingga revolusi digital yang terjadi di masa kini, yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa masa, yaitu era pramodern, era modern (1800–1980), dan era digital (1980 sampai sekarang).
Era Pramodern. Kegiatan penerbitan, yang didefinisikan sebagai penyebarluasan konten dalam wujud buku, telah ada jauh sebelum gagasan mengenai industri itu sendiri. Masa ini dikenal dengan masa pramodern, yaitu masa sebelum Revolusi Industri.
1. Tradisional (1000–1400). Kegiatan penerbitan mulai berkembang setelah bangsa Tiongkok memperkenalkan kertas kepada bangsa Eropa pada abad ke-11. Pada masa tradisional ini, kegiatan penerbitan bertujuan untuk penyampaian informasi atau korespondensi, serta untuk penyebarluasan ajaran-ajaran agama, terutama agama Kristen. Media yang digunakan adalah kertas dari serat papirus dengan ciri tulisan tangan atau cap.
2. Moveable Type (1400–1800). Mesin cetak diciptakan oleh Johann Gutenberg di Mainz, Jerman, pada abad ke-15. Moveable type menjadi awal Revolusi Gutenberg, yaitu ketika media mulai dapat diduplikasi dan disebarkan secara massal. Reproduksi tulisan secara massal ini pulalah yang mendorong orang untuk memikirkan hak cipta, hingga pada 1710 dikeluarkan Statute of Ann yang menjadi awal bagi perkembangan Undang-Undang Hak Cipta. Statute of Ann memperkenalkan dua konsep baru mengenai hak cipta, yaitu penulis sebagai pemilik hak cipta dan prinsip perlindungan untuk jangka waktu tertentu bagi karya yang diterbitkan.
Era Modern (1800–1980). Revolusi Industri di Inggris mendorong pula berdirinya kegiatan penerbitan sebagai suatu industri tersendiri. Teknik-teknik litografi dan offset makin mempercepat kegiatan penerbitan. Berbagai kemelut sosial, politik, dan ekonomi dunia yang didorong oleh Revolusi Industri dan kapitalisme awal melahirkan permintaan yang tidak sedikit atas media massa yang tanggap dan informatif. Berbagai karya sastra, sains, dan filsafat di luar ajaran agama juga mulai banyak diminati seiring dengan berkembangnya pemikiran-pemikiran Era Pencerahan.
16 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Pada era ini registrasi dan pengembangan hak cipta menjadi marak, sebagai cara perlindungan teknologi dan inovasi baru agar dapat dikembangkan secara massal tanpa kekhawatiran pencurian ide. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan, memperbanyak, atau memberikan izin penggunaan karya ciptaannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada 1974 berdirilah WIPO, sebuah badan khusus di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan mandat untuk mengelola hal-hal kekayaan intelektual dari negara-negara anggota PBB.
Dengan kebijakan-kebijakan tersebut dan makin berkembangnya teknologi media, kini telah banyak negara maju yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan sektor swasta dan menguatkan perlindungan hak cipta berkaitan dengan industri penerbitan.
Dalam industri penerbitan, terdapat dua hak cipta yang berlaku, yakni hak cipta pembuat karya (penulis) dan hak cipta penerbit. Hak cipta pembuat karya adalah hak yang menyangkut isi/konten. Hak cipta penerbit adalah hak atas bentuk buku, desain sampul, ilustrasi dalam buku, dan tata letak penulisan.
Jika seorang pembuat karya menyetujui naskahnya diterbitkan oleh penerbit, maka pembuat karya tersebut akan menyerahkan hak cipta karyanya kepada penerbit secara tertulis dalam surat perjanjian kerja sama. Melalui surat perjanjian kerja sama itu, pihak pembuat karya akan mengetahui apa saja hak dan kewajibannya sebagai pemegang hak cipta. Sebaliknya, penerbit bisa mendapatkan hak-hak antara lain untuk menerjemahkan, memperbanyak, dan menjual hasil terjemahan karya penerbitan dalam bentuk cetakan, e-book ataupun konten lain. Pembuat karya selaku pemegang hak cipta berhak melarang perbanyakan karya oleh pihak lain tanpa seizinnya.
Berkaitan dengan meningkatnya kesadaran pencipta bahwa suatu karya penerbitan bisa diterjemahkan ke dalam berbagai format atau lintas media, maka hak cipta menjadi penting (misalnya novel yang diterjemahkan ke dalam komik atau diadaptasi ke dalam film). Gagasan ini semakin meledak seiring menjamurnya format multimedia dan teknologi digital, yang kian memudahkan suatu karya untuk disalin, disebarluaskan, dan diterjemahkan ke dalam berbagai format baru. Sebagai contoh, menjelang pertengahan abad ke-20, komik-komik Amerika seperti Superman dan Flash Gordon mulai diadaptasi ke dalam kartun, film, dan serial televisi, tokoh-tokoh seperti Mickey Mouse digunakan dalam suvenir dan pakaian, dan raksasa-raksasa konten seperti Walt Disney dan DC Comics mulai bermunculan.
Era Digital (1980 ke atas). Pada penghujung abad ke-20, industri penerbitan mulai memasuki Era Digital. Era ini ditandai dengan kelahiran Internet sebagai alternatif penyebarluasan informasi—yang dalam konteks penerbitan, semula hanya terbatas pada media cetak—serta fokus yang lebih tajam pada produk-produk kekayaan intelektual sebagai konten industri penerbitan itu sendiri. Hal ini merupakan pergeseran dari fokus sebelumnya pada teknologi-teknologi percetakan dan menandakan awal mula berdirinya industri percetakan dan penerbitan sebagai dua industri yang terpisah.
Pada masa ini, aktivitas industri penerbitan semakin terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Perkembangan ini membawa perubahan perilaku masyarakat dalam mengonsumsi konten informasi, misalnya, minat masyarakat terhadap e-books, media sosial, maupun jasa print on demand (POD), sehingga industri penerbitan pun mengalami perubahan untuk beradaptasi dengan
17bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
kondisi sosial yang baru ini. Di sisi lain, pada masa ini, percetakan pun mengalami perubahan yang signifikan, yaitu pembuatan dummy yang telah memanfaatkan mesin Computer to Print (CTP) yang mampu mempercepat proses pencetakan maupun penggandaan konten dalam bentuk media fisik.
Kemajuan informasi dan teknologi terbaru telah mengguncang keberlangsungan industri penerbitan yang ada. Hal ini, diperkuat dengan berbagai isu pemanasan global dan gerakan-gerakan pengurangan penggunaan kertas yang makin marak, berkontribusi terhadap tren masyarakat yang bergeser dari konsumsi media cetak ke media digital. Perubahan ini pada akhirnya menjadi ancaman sekaligus tantangan bagi industri penerbitan yang ada agar dapat bertahan. Oleh karena itu, usaha kreatif pada industri penerbitan membutuhkan inovasi dalam penciptaan karya yang menjawab kebutuhan pasar akan tren dan gaya hidup digital secara efektif dan efisien.
Di sisi lain, perkembangan TIK juga menumbuhkembangkan keberadaan penerbit mandiri (self-publisher). Kemajuan teknologi seperti print on demand dan e-book maupun media-media baca-tulis baru seperti situs web, blog, dan media sosial mendorong pertumbuhan pesat generasi penulis yang menerbitkan karya mereka secara mandiri. Kini, para penulis tidak memerlukan sumber daya yang banyak untuk mempublikasikan karya tulis mereka, sehingga kegiatan penerbitan menjadi jauh lebih demokratis, tanpa harus bergantung pada industri-industri besar. Penulis selaku penerbit mandiri bisa menerbitkan karya-karya tulis menggunakan berbagai sumber daya terbuka yang memfasilitasi penerbitan karya tulis mereka atau mempublikasikan sendiri karya mereka dalam blog maupun situs web.
Tentunya, berbagai kebebasan tersebut datang dengan ragam tantangannya sendiri. Media yang terlalu terbuka dinilai kurang dapat mengasah kualitas insan kreatif yang berkarya di dalamnya, sedangkan longgarnya penyensoran disayangkan sebagian kalangan masyarakat yang dengan maraknya konten-konten yang dinilai kurang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berlaku. Selain itu, teknologi digital juga memudahkan pembajakan karya dan penyebarluasannya, sebuah fakta yang kerap kali membuat panik para penerbit besar karena dinilai amat merugikan bisnis mereka.
1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan IndonesiaSejarah penerbitan di mana pun tentunya terkait erat dengan sejarah pers, tak terkecuali di Indonesia yang kemudian dapat dirunut ke dalam beberapa masa, yaitu: masa penjajahan Belanda, Era Orde Lama, Era Orde Baru, Era Reformasi.
Masa Penjajahan Belanda. Usaha penerbitan di Indonesia pada awalnya dimulai pada zaman penjajahan Belanda yang berfokus pada kegiatan pers, hal ini ditandai dengan diterbitkannya surat kabar pertama kali terbit pada 1615, yaitu Memoria der Nouvells, di mana teksnya ditulis dengan tangan. Lembar tersebut memuat informasi pemerintah VOC mengenai mutasi pejabat di wilayah Hindia Belanda. Lebih daripada satu abad kemudian, tulisan tangan tersebut diterbitkan kembali di surat kabar Bataviaasche Nouvelles pada 17 Agustus 1744 sebagai surat kabar pertama di Hindia Belanda. Surat kabar ini merupakan surat kabar pemerintah Hindia Belanda yang diterbitkan dan dicetak oleh VOC. Dalam surat kabar ini hampir seluruh halamannya dipenuhi oleh iklan. Setelah itu muncul pula penerbitan buku-buku sastra Melayu dan buku bahasa daerah.
Pelaku usaha penerbitan pada zaman Belanda cenderung dikuasai oleh para pendatang dan pribumi. Dalam rangka mengimbangi perusahaan penerbitan yang dilakukan bangsa Indonesia, maka pada 1908 Pemerintah Belanda membangun usaha penerbitan milik Belanda bernama
18 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Commissie voor de Volkslectuur yang selanjutnya dikenal dengan nama Balai Pustaka. Sebagai badan penerbitan, Balai Pustaka mencitrakan sekumpulan orang terhormat, terpelajar, dan paling berjasa dalam membangun sastra, bahasa, dan kebudayaan Indonesia.
Salah satu penerbitan yang juga penting dalam sejarah kebudayaan dan sastra adalah Boekhandel Tan Khoen Swie. Boekhandel Tan Khoen Swie adalah penerbit yang menerbitkan buku-buku dengan penggunaan bahasa maupun gaya penulisan yang membangun nilai kultural dan estetik dalam setiap terbitannya. Kehadirannya memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan sastra, sehingga sampai saat ini buku-bukunya masih dianggap penting. Karya yang diterbitkan adalah versi-versi awal Serat Kalatidha (Ranggawarsita) dan Serat Wedhatama (Mangkunagara IV).5
Penerbit Balai Pustaka
Sejarah perkembangan industri penerbitan sangat erat kaitannya dengan berdirinya perusahaan pener-bitan dan percetakan milik negara pertama bernama Balai Pustaka pada abad ke-18. Balai Pustaka didirikan dengan nama Commissie voor de Volkslectuur (bahasa Belanda: Komisi untuk Bacaan Rakyat) oleh pemerintah Hindia-Belanda pada 1908 kemudian berubah menjadi Balai Poestaka pada 1917. Tujuan pendirian Balai Pustaka adalah untuk mengembangkan bahasa-bahasa daerah utama di Hindia Belanda. Bahasa-bahasa ini adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu, dan bahasa Madura. Melalui Balai Pustaka, Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kuat dalam karya sastra melayu, seperti Sitti Nurbaya karya Marah Rusli dan Serat Rijanto karangan Raden Bagoes Soelardi. Tetapi dalam perkembangannya, karya-karya yang dihasilkan oleh Balai Pustaka tidak lagi kompetitif dengan munculnya perusahaan penerbitan swasta yang menguasai industri dari hilir ke hulu.
Era Orde Lama. Setelah masa kemerdekaan, pada 1950-an penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian besar berada di Pulau Jawa dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka bermotif politis dan idealis. Mereka ingin mengambil alih dominasi para penerbit Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan pada 1950 masih diizinkan beroperasi di Indonesia.
(5) (Kristyowidi, B.I dan Moordiati, 2012).
19bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
Pada 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia, termasuk Balai Pustaka. Setelah itu, pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku nasional dengan memberikan subsidi dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku nasional dan mewajibkan penerbit menjual buku-bukunya dengan harga murah.
Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang bertugas mengatur bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan adanya yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan penerbitan nasional dapat meningkat dengan cepat. Di samping itu, pada 1950, berdirilah Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang beranggotakan 13 penerbit Indonesia dan bertujuan untuk menaungi keberadaan penerbit-penerbit Indonesia.
Masa tersebut juga ditandai oleh munculnya apa yang dikenal sebagai sastrawan angkatan 1945, yang mempunyai karakteristik revolusioner dan penuh dengan nasionalisme, bebas berkarya sesuai dengan alam kemerdekaan dan hati nurani. Para sastrawan angkatan ini antara lain Chairil Anwar (Kerikil Tajam), Idrus (1948), dan Achdiat K.Miharja (Atheis). Selain itu, sejak 1950–1960-an, muncul pula komik-komik silat seperti Sri Asih (1954) karya R.A. Kosasih dan Si Buta dari Goa Hantu (1967) karya Ganes T.H.
Terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B Jassin menandakan munculnya sastrawan angkatan 1950–1960-an, antara lain Pramoedya Ananta Toer (Bukan Pasar Malam), N.H. Dini (Dua Dunia), Mochtar Lubis (Tak Ada Esok), Ajip Rosidi (Tahun-Tahun Kematian), dan W.S. Rendra (Balada Orang-Orang Tercinta).
Era Orde Baru. Pada 1965, penerbit yang menjadi anggota IKAPI telah berjumlah lebih daripada 600, namun saat itu terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan moneter. Pada akhir 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, hanya 25% penerbit yang bertahan dan situasi perbukuan mengalami kemunduran.
Masa Orde Baru dikenal sebagai masa kelam bagi industri penerbitan maupun pers. Pada masa ini, aktivitas penerbitan ditandai dengan pembredelan dan penahanan, dan tidak sedikit wartawan ataupun penulis yang dikucilkan dan dianiaya. Buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer, Utuy Tatang Sontani, dan beberapa pengarang lainnya tidak dapat dipasarkan karena dianggap bertentangan dengan ideologi yang berlaku pada masa itu.
Namun, bukan berarti dunia sastra Indonesia mati. Pada 1966–1970-an, ditandai dengan terbitnya majalah Horison pimpinan Mochtar Lubis, muncul generasi sastrawan baru, antara lain Taufik Ismail (Puisi-Puisi Langit), Umar Kayam (Para Priyayi), Sapardi Djoko Darmono (Dukamu Abadi) dan Leon Agusta (Monumen Safari).
Pada 1980 pemerintah Indonesia menyadari pentingnya peran buku untuk memajukan peradaban bangsa sehingga pada 17 Mei 1980 pemerintah membangun Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Selanjutnya pada 17 Mei diperingati sebagai hari buku nasional
20 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Sumber: www.profil.merdeka.com
Pramoedya ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, Jawa Tengah pada 1925. Pram adalah salah satu sastrawan besar Indonesia yang telah menghasilkan artikel, puisi, cerpen, dan novel lebih daripada 50 karya dan telah diterjemahkan ke dalam 41 bahasa asing. Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa.
Dalam perjalanan hidupnya, beberapa karya Pram dilarang untuk dipublikasikan karena dianggap mengganggu keamanan negara pada zamannya. Meskipun demikian, Pram mendapatkan banyak penghargaan dari lembaga-lembaga di luar negeri. Salah satunya pada 1995, Pram memperoleh Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995 untuk kategori Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif.
Pram meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun. Ia merupakan sosok idealis dalam dunia kesastraan Indonesia. Karya-karya terbaik yang telah dihasilkannya antara lain, Bumi Manusia, Gadis Pantai, Arus Balik, dan N yanyi Sunyi Seorang Bisu yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Willem Samuels, dengan judul The Mute’s Soliloquy: A Memoir.
Pram memperoleh penghargaan di antaranya: Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988; Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989; Wertheim Award, untuk pelayanannya dalam memperjuangkan emansipasi orang Indonesia dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995; UNESCO Madanjeet Singh Prize, sebagai pengakuan pada kontribusinya dalam mengkomunikasikan toleransi dan tanpa kekerasan dari UNESCO, Prancis, 1996; Doctor of Humane Letters, sebagai pengakuan pada tulisannya yang melawan tirani dan perjuangannya dalam kebebasan intelektual dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999; Chancellor’s distinguished Honor Award, untuk kontribusinya terhadap toleransi etnis dan pemahaman global, dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999; Chevalier de l’Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999; New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000; Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000; The Norwegian Authors Union, 2004; Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004.
21bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
Era Reformasi. Setelah Reformasi bergulir tahun 1998, kebebasan penerbitan dan pers mulai diperoleh kembali. Pada 1999, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Di dalam undang-undang yang menyangkut kebebasan pers, tidak ada lagi penyensoran, pembredelan, dan pelarangan penyiaran pada pers nasional.
Setelah itu, terjadilah booming penerbitan media massa yang menghasilkan potret dunia penerbitan di Indonesia yang jauh lebih terbuka dibandingkan masa-masa sebelumnya. Fenomena ini ditandai dengan munculnya media-media baru baik cetak maupun elektronik dengan berbagai kemasan dan segmen. Namun, di sisi lain, beberapa pihak beranggapan bahwa tidak ada keseimbangan antara kebebasan pers/penerbitan dengan tanggung jawab sosial. Media menjadi bebas untuk mengeksploitasi informasi bersifat sensasional tanpa ada penegakan terhadap peraturan perundangan serta etika jurnalistik yang berlaku. Oleh karena itu keberadaan otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur atau menindaklanjuti kebijakan mengenai konten perlu segera diberikan wewenang yang memadai.
Dari sisi karya, misalnya terkait dengan komik, di masa ini ditandai dengan munculnya generasi baru komikus Indonesia seperti Is Yuniarto dengan komik Wind Rider-nya pada pertengahan akhir 2000-an. Selain itu, tidak sedikit buku terbit dan kemudian menjadi bestseller alias laris manis di pasaran dan terus diperbincangkan publik. Novel-novel ini banyak juga yang lantas diadaptasi menjadi film, antara lain Laskar Pelangi, Jakarta Undercover, Habibie & Ainun, serta karya-karya Raditya Dika yang juga sukses secara komersial dan mencetak tren sastra pribadi di dunia penerbitan.
Memasuki era digital dan Internet, timbul dilema dalam keberlangsungan karya penerbitan cetak. Pada era digital, sumber informasi yang mudah diakses lewat berbagai media, tidak hanya media cetak, membuat daya tarik konsumen terhadap karya penerbitan cetak mulai menurun, terganti oleh karya cetak digital. Pada era ini, banyak penerbit di Indonesia mulai memanfaatkan format buku digital (e-book) untuk pembacanya. Era ini juga ditandai dengan munculnya penerbit-penerbit mandiri (self-publisher) yang memberikan kemudahan kepada penulis untuk menerbitkan karya kreatifnya dan memasarkannya secara mandiri. Penerbitan mandiri memiliki prinsip bahwa setiap penulis berhak menerbitkan buku seperti apa pun yang mereka kehendaki. Konsep pelayanan penerbitan self-publisher adalah membantu mewujudkan impian penulis menerbitkan buku secara gratis dan mudah.
Bila dilihat dari sejarah pendiriannya, keberadaan self-publisher di Indonesia sudah dimulai pada 2008 dengan berdirinya komikoo.com. Komikoo adalah portal pertama di Indonesia yang memuat komik online dengan konten swadaya dari para anggotanya. Keberadaannya sebagai pelopor situs komik Indonesia online memberikan kesempatan kepada komikus (penulis) berbakat untuk berekspresi atau menampilkan karya-karyanya.
Perkembangan kondisi pasar dan tingginya penetrasi penggunaan Internet di Indonesia juga menjadi alasan berdirinya platform startup self-publishing online pertama di Indonesia bernama Nulisbuku.com oleh Aulia Halimatussadiah (Ollie) dan teman-temannya pada 2010. Pendiriannya dilatarbelakangi kesulitan yang dialami beberapa penulis untuk menerbitkan buku yang mengalami penolakan dari penerbit besar karena dianggap tidak sesuai dengan selera pasar.
22 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Dalam pemasarannya, selain menggunakan media sosial untuk kegiatan promosi, nulisbuku.com juga bermitra dengan salah satu toko buku online bernama Kutukutubuku.com (sebuah toko buku online yang menjual dan memasarkan buku-buku dengan beragam kategori dan produksi dalam dan luar negeri). Pada 2012, keberadaan self-publisher lainnya mulai bermunculan. Salah satunya adalah dapurbuku.com oleh Jonru Ginting, seorang penulis, blogger dan entrepreneur di bidang penulisan. Dapurbuku bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan nilai jual buku-buku self-publishing di Indonesia.
Pada awal 2013, penerbit di Indonesia mulai mengembangkan format buku digital versi keempat atau yang dikenal dengan buku digital interaktif. Melalui buku tersebut, konsumen dapat membaca karya penerbitan secara interaktif dan aplikatif. Salah satu penerbit Indonesia yang sukses mengembangkan karya penerbitan digital adalah PT Pesona Edu. Oleh karena itu, dalam perkembangannya ke depan, penerbit Indonesia akan menghadapai banyak tantangan, di satu sisi karya cetak penerbitan mulai ditinggalkan konsumen seiring perkembangan teknologi, tetapi di sisi lain penerbitan karya digital muncul dengan versi yang terus berkembang tetapi belum sepenuhnya dapat menggantikan karya cetak penerbitan. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pemerintah dalam mengatur kebijakan karya cetak penerbitan yang memperhatikan keberlangsungan karya penerbitan cetak dan digital secara merata di seluruh Indonesia.
Situs Nulisbuku.com
23bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
Nulisbuku.com adalah sebuah perusahaan jasa layanan penerbitan mandiri (online self-publishing print on demand) di Indonesia yang membantu mewujudkan impian semua orang menerbitkan buku secara gratis dan mudah. Kehadirannya lebih sebagai mitra para penulis untuk menerbitkan buku sendiri. Nulisbuku.com menyediakan sebuah toko buku online yang digunakan sebagai tempat untuk berbagi atau menjual sebuah karya (buku) yang telah diterbitkan. Keunikan dalam pelayanannya adalah penulis dapat menentukan sendiri harga jual buku dan royaltinya sendiri. Dalam perkembangannya Nulis.buku.com memiliki anggota sebanyak 36.000 (active) dan 10.000 (inactive). Jumlah buku yang telah diterbitkan sebanyak 3.880 naskah. Twitter @nulisbuku memiliki 100.000 followers dengan Facebook Nulisbuku.com 25.146 likes. Nulisbuku.com telah memiliki 55% web visitors menggunakan desktop, 44% menggunakan smartphone, sisanya menggunakan tablet.
24 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
1982
500 SM 105 SMPenemuan kertas yang terbuat dari serat papyrus sebagai media menulis/media informasi sekitar sungai Nil
Penemuan kertas oleh bangsa Tiongkok
ERA PRAMODERN
ERA PRAMODERN
The Diamond Sutra, sebuah gulungan tujuh halaman yang dicetak dengan balok kayu di atas kertas, yang diproduksi di Cina
abad ke-11
Cina dan Korea mengembangkan teknik pencetakan movable type, menggunakan tanah liat, kayu, perunggu dan besi
1790
Penemuan Kamera oleh Thomas Wedgewood
1892
Mesin pencetakan 4 warna ditemukan
1886
Penemuan linotype
1796
Jerman Alois Senefelder mengembangkan litografi, metode transfer gambar yang menghasilkan gambar berkualitas tinggi dicetak
1843
Mesin tenaga uap mendorong penemuan mesin pencetakan yang efisien dan menbawa bisnis penerbitan menjadi manufaktur
1891
UU Hak Cipta 1891 melarang penerbitan kembali judul bahasa Inggris dalam bentuk kertas, membuat novel hampir tidak ada
1455
Gutenberg mencetak buku pertamanya dalam bentuk Injil
1731
Majalah majalah modern pertama, diterbitkan di Inggris ‘The Gentleman’
1440
Jerman Johann Gutenberg menciptakan mesin pencetakan pertama di dunia
1605
Surat Kabar Dunia Pertama yang diterbitkan di Jerman
808
ERA MODERN
1899
Penerbitan National Geographic dimulai
1922
Penerbitan Readers Digest dimulai
1923
Penerbitan Time mulai muncul
1970
Transmedia storytelling mulai dikembangkan
Konsep Internet mengambil alih dunia
1995
Penerbit Amazon.com memulai penjualan secara online
1980
Kadokawa Shoten mempelopori industri konten melalui gerakan Media Mix
1985
Dengan tersedianya relatif murah printer laser dan komputer, alat untuk desktop publishing mulai umum digunakan
1990
Kebanyakan surat kabar mulai menggunakan teknik produksi digital dan layout menggunakan perangkat lunak
1996
Munculnya toko buku swasta sehingga mematikan toko buku kecil bangkrut
1997
Beberapa surat kabar tradisional meluncurkan versi online untuk internet
1999
Blogger ditemukan dan Self-publishing mulai berkembang. Kehadiran self-publisher memberikan orang blog gratis untuk berbagi pikiran, pendapat, dan menulis secara online
2006
Twitter muncul sebagai cara baru menerbitkan informasi pendek serta cara baru untuk menyampaikan berita dan menyebarkan informasi
2007
Amazon Kindle rilis penjual, yang mulai mendapatkan traksi
2010
Penjualan tablet terus tumbuh, membuat eBook lebih populer dari sebelumnya
2011
Untuk pertama kalinya, eBook out penjualan buku cetak di Amazon
19821986
Akademik Amerika Encyclopedia tersedia pada CD-ROM. Ini adalah karya referensi pertama kali diterbitkan pada media ini
Gambar 1 - 4 Perkembangan Penerbitan di Dunia
25bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia
1615Surat kabar pertamakali terbit yaitu “memoria der Nouvells”
ERA penjajahanbelanda
1908
Pendirian usaha penerbitan milik Belanda Commissie voor de Volkslectuur, yang sekarang bernama Balai Pustaka
1922
Penerbitan Karya Sitti nurbaya, Marah Rusli ,oleh Balai Pustaka
1945Muncul Sastrawan angkatan 45, antara lain Chairil Anwar, Idrus
1955Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia
1950-1960
Terbitnya karya Kisah Asuhan H.B Jassin, dan beberapa sastrawan pada zaman ini adalah Pramoedya Ananta Toer,Ajip Rosidi, W.S Rendra
1966-1970Mulai bangkitnya dunia sastra Indonesia. Ditandai dengan munculnya majalah Horison oleh Muchtar lubis, dan beberapa sastrawan seperti Sapardi Djoko Damono, Taufik Ismail
1950
Penerbitan swasta nasional milik pribumi mulai bermunculan
1990
Internet mulai masuk ke Indonesia
1998
Adanya gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto
Penerbitan Laskar Pelangi, novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka
1999
Kebebasan penerbitan dan pers mulai diperoleh kembali
2000
Munculnya generasi baru komikus Indonesia seperti Is Yuniarto
2001
Industri buku mulai mengembangkan e-book
2001
Mulai berkembangnya pengembangan software pendidikan di Indonesia
2008
Berdirinya portal komik online komikoo.com di Indonesia
2010
Berdirinya platform startup self-publishing online pertama di Indonesia
2013
Berkembangnya buku digital interaktif di Indonesia
2014
ASEAN Literary Festival 2014. Pada festival ini sastrawan dan aktivis Wiji Thukul mendapat penghargaan atas dedikasinya menyuarakan pesan moral, keadilan dan sosial
2015
Indonesia menjadi Guest of Honour dalam Frankfurt Bookfair
2000
Booming penerbitan media massa
1950
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) didirikan oleh 13 penerbit
1954Terbitnya konten lokal komi berjudul Sri Asih oleh R.A Kosasih
1965
Subsidi bagi penerbit dihapus, matinya kebebasan pers
1972
Penerbit Gramedia Pustaka Utama berdiri untuk memberikan layanan jasa cetak Koran, tabloid, buku, majalah dan material promosi
1980
Pembangunan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Tanggal 17 Mei 1980. Tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional
1967Penerbitan karya Si Buta dari Goa Hantu karya Ganes T.H
ERA REFORMASI
2005
ERA orde lama
ERA orde baru
Gambar 1 - 5 Perkembangan penerbitan di Indonesia
26 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019
27BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
BAB 2 Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
28 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
2.1 Ekosistem PenerbitanMembuat dokumen perancangan program pengembangan suatu subsektor industri kreatif tentunya membutuhkan pemahaman yang komprehensif dan mendalam mengenai subsektor tersebut. Dengan tujuan itulah bab berikut disusun. Di sini, kita akan melihat ekosistem dan ruang lingkup dari industri penerbitan itu sendiri. Perlu dicatat bahwa yang tertera di sini merupakan sebuah model dari kondisi ideal dunia penerbitan yang hendaknya menjadi acuan pengembangan subsektor penerbitan di Indonesia.
Model kondisi ideal ini dibangun berdasarkan hasil kajian yang sudah dilakukan, sedangkan untuk penjelasan mengenai kondisi aktual penerbitan di Indonesia akan dijelaskan dalam pembahasan mengenai dinamika yang akandiacu pada setiap proses di dalam ekosistem. Dengan demikian, perbedaan antara kondisi ideal yang diharapkan dengan kondisi penerbitan aktual di Indonesia akan terlihat jelas.
2.1.1 Definisi Ekosistem PenerbitanEkosistem secara umum didefinisikan sebagai suatu tatanan kesatuan yang utuh dan menyeluruh antara segenap unsur yang saling memengaruhi. Ekosistem yang dimaksud dalam proses pemetaan Ekonomi Kreatif adalah sebuah sistem di mana setiap unsur yang berada di dalamnya memiliki hubungan timbal-balik sehingga membentuk sebuah lingkungan yang saling bergantung dan memberikan manfaat.
Ekosistem subsektor penerbitan adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif khususnya di industri penerbitan dan antara peran-peran tersebut dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif. Di dalam ekosistem ini, terdapat aktivitas utama, aktivitas pendukung, peranan dan pelaku yang terlibat di dalamnya, serta keluaran dari setiap proses rantai nilai kreatif. Ekosistem ini menjelaskan keterkaitan antar tiap-tiap komponennya dalam sebuah siklus. Rantai nilai kreatif menjelaskan proses pertambahan nilai dalam penciptaan karya kreatif hingga dikonsumsi oleh pasar. Karya kreatif yang dihasilkan kemudian diapresiasi di dalam lingkungan pengembangan (nurturance environment) yang merupakan lingkungan di mana proses penciptaan karya kreatif dapat bertumbuh dan berkembang dengan menghasilkan orang-orang kreatif baru untuk berkarya dan mendorong orang-orang kreatif yang pernah berkarya untuk kembali menghasilkan karya-karya kreatif berikutnya.
Ekosistem dalam pengembangan industri penerbitan meliputi empat komponen utama, yaitu: 1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain). Rantai nilai kreatif merupakan sebuah proses
penciptaan nilai tambah yang didukung oleh Industri utama (core indsustry) sebagai penggerak dan backward-andforward linkage industry merupakan industri yang mendukung proses penciptaan nilai tambah di industri kreatif utama. Rantai nilai dalam industri penerbitan meliputi proses kreasi, produksi, distribusi, dan penjualan.
2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment). Lingkungan pengembangan adalah lingkungan yang dapat menggerakkan dan meningkatkan kualitas proses penciptaan nilai kreatif meliputi pendidikan dan apresiasi. Mata rantai pendidikan adalah proses pembelajaran yang meliputi peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang sangat berpengaruh pada penciptaan orang kreatif. Kegiatan pendidikan ini meliputi: (1) pendidikan formal, yaitu pendidikan di sekolah yang diperoleh secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas; (2) nonformal, yaitu pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; dan (3) informal, yaitu pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Mata rantai apresiasi merupakan tanggapan terhadap karya,
29BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
orang kreatif, serta proses penciptaan nilai kreatif yang menstimulasi peningkatan kualitas karya, orang, dan proses kreatif tersebut. Apresiasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu apresiasi oleh pasar (konsumen, audiens, dan customer); dan apresiasi terhadap orang, karya, dan proses kreatif. Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditunjukkan dari konsumsi serta tanggapan pasar terhadap karya, orang, dan proses kreatif, sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat berupa penghargaan, pemberian insentif, dan juga apresiasi terhadap HaKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Apresiasi oleh pasar dapat ditingkatkan melalui proses peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas, sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat ditingkatkan dengan mengkomunikasikan orang serta karya kreatif tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang-orang kreatif akan terdorong untuk terus berkreasi.
3. Pasar (Market). Dalam ekosistem penerbitan dapat dibedakan menjadi konsumen umum yang dapat dikategorikan sebagai konsumen sekolah, rumah tangga, perguruan tinggi, profesi, kelompok hobi, dan pemerintah. Sedangkan konsumen ahli dapat dikelompokkan menjadi pakar, pengamat, dan peneliti.
4. Pengarsipan (Archiving). Sistem pengarsipan yang telah diterapkan di Indonesia adalah sistem ISSN (International Standard Serial Number) yang diperuntukkan bagi publikasi berkala media cetak ataupun elektronik dan ISBN (International Standard Book Number) yang diperuntukkan bagi identifikasi buku. Kedua standar ini merupakan adaptasi dari standar internasional yang diberikan oleh lembaga yang berwenang. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) LIPI memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan pemantauan atas seluruh publikasi terbitan berkala yang diterbitkan di Indonesia. Oleh karena itu PDII menerbitkan ISSN yang merupakan tanda pengenal unik setiap terbitan berkala yang berlaku global. Sedangkan Perpustakaan Nasional merupakan satu-satunya lembaga di Indonesia yang berwenang untuk mengeluarkan ISBN. Dengan adanya sistem pengarsipan ini, maka publikasi di Indonesia dapat terdokumentasikan dengan baik.
Keempat komponen dalam ekosistem saling berinteraksi dan merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap komponen dalam ekosistem mempunyai peran yang berbeda dan saling mempengaruhi dinamika yang terjadi dalam setiap komponen tersebut. Keterkaitan antar komponen dapat dilihat pada Gambar 2-1.
Gambar 2 - 1 Hubungan Antar Komponen Dalam Ekosistem
30 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
2.1.2 Peta Ekosistem PenerbitanSecara mendetil, keempat komponen ekosistem tersebut dalam praktiknya pada subsektor industri penerbitan dapat kita petakan sebagai berikut.
A. Rantai Nilai KreatifKomponen rantai nilai kreatif (creative value chain) merupakan proses utama yang terjadi pada industri penerbitan. Pada bagian ini terjadi proses kreasi yang merupakan awal dari terciptanya output dalam industri penerbitan hingga output tersebut ditampilkan atau diserap oleh pasar. Pada umumnya, rantai proses yang terjadi adalah kreasi – produksi – distribusi – penjualan. Pada rantai proses ini, orang kreatif di setiap industri penerbitan memegang peranan penting agar seluruh proses berjalan dengan baik.
A.1 Proses KreasiKreasi adalah proses penggagasan ide yang diterjemahkan menjadi produk konten. Kreator adalah seseorang yang menciptakan ide atau melahirkan gagasan yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah karya kreatif. Proses kreasi menitikberatkan pada muatan konten dari hasil karya kreator. Dalam praktiknya, jenis kreator bisa bermacam-macam tergantung konten yang dihasilkan, misalnya penulis, komikus, dan jurnalis.Dalam konteks industri penerbitan, tahap kreasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merubah ide atau gagasan maupun informasi menjadi konten sebuah karya yang baik. Hal tersebut dapat diterjemahkan dalam lingkaran aktivitas sebagai berikut:
Konseptualisasi IdeKonsep ide dan inovasi berawal dari individu/kelompok/institusi yang memiliki gagasan yang kemudian dituliskan menjadikarya atau konsep untuk dijadikan bahan tulisan ataupun karakter tokoh dalam sebuah cerita. Hal ini berkaitan dengan pengertian inovasi yaitu menciptakan atau mengembangkan perubahan dari sesuatu yang belum ada menjadi ada (Schumpeter dalam Sozio, 2011). Pencarian ide sendiri adalah sebuah proses yang terjadi di dalam diri seseorang untuk menemukan konten yang akan ditulis. Ide dapat berupa kerangka menulis, tema, ataupun potensi dan permasalahan nyata yang ingin digali.
Eksplorasi Konten Dalam industri penerbitan, pencarian sebuah gagasan atau inovasi terbaru yang tertuang dalam sebuah naskah atau draf dapat dilakukan oleh penulis, penerbit, ataupun melalui agen naskah. Ide sangat dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan dan budaya. Proses pendidikan menjadi kunci utama seseorang menemukan dan menuliskan ide mereka. Selain itu faktor lingkungan memiliki pengaruh yang kuat dalam pembuatan ide. Pada umumnya, industri memerlukan konten yang mampu menjawab kebutuhan ataupun selera pasar.Keberadaan pasar yang berubah sangat berpengaruh terhadap konten penulisan dan hal ini mendorong penerbit ataupun agen naskah melakukan riset dan pengembangan pasar untuk menemukan ide tulisan sebagai bentuk perkiraan karya apa yang akan laku dijual.
Proses kreasi dalam industri penerbitan umumnya berjalan dua arah antara penerbit dan kreator dan dikerjakan berulang-ulang sampai terjadi kesepakatan. Di negara-negara maju, agen naskah (literary agent) berperan tinggi dalam mencari karya tulis yang baik untuk dihubungkan dengan penerbit yang tepat. Literary Agentatau agen naskah berfungsi untuk menjembatani antara penulis dengan penerbit dan bertugas untuk menilai dan memberi saran pengembangan naskah,misalnya dalam hal cakupan, penyusunan isi, cara penyajian, dan penggunaan bahasa.
31BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
Gambar 2 - 2 Peta Ekosistem Penerbitan
Literasi
Kritikus
Riset dan Pengembangan : 1. Pasar/Selera Konsumen
2. Kebutuhan Konsumen
Konseptualisasi ide Pra Produksi (pra-cetak) Fisik
Logistik
Transportasi
Digital
Produksi
Pasca Produksi
Promosi
Manajemen Venue danPameran
Direct Selling
Laki - Laki
Perempuan
Anak-anak
Klub Buku
Kelompok Segmented
Konsumer Ahli:
Konsumer Umum:
Pakar
Pengamat
Peneliti
Pengumpulan
Teknik Grafika PenerbitanIP Awareness
Creative Writing JurnalistikSastra & Budaya
Komunikasi / Jurnalistik
Sekolah Komik
Editorial Desain Grafis
Pendidikan Formal-Diploma
Pendidikan Berkaitan dengan Produksi
Pengembangan Industri Penerbitan dan PercetakanPengembangan Pengetahuan dan Kemampuan Menulis dan Editorial
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sastra, Budaya & Komunikasi
Pendidikan Nonformal
Pendidikan Berkaitan dengan Penulisan Konten
Pendidikan Formal-Kesarjanaan
Restorasi
PreservasiAkses Publik
Penyuntingan
Finalisasi Draf
Naskah / Draf siap contoh
Produk Massal :Produk Cetak Publikasi: seperti Buku,
Majalah, Buletin, surat kabarProduk Penerbitan Lainnya : Brosur, Poster,
Banner, Kartu Pos, Prangko
E - book
Profit Sharing
Titip jual (retur)
Material Promosi : banner, audiovisual, spanduk, banner (media
cetak, media elektronik)
Seminar / Bedah BukuDiscount/ proyek
Obral
Explorasi Konten
Pemantauan inflasi harga bahan baku Networking Industri Media
Komunitas
Konsumen
Industri Media
Kebijakan KeterbukaanInformasi dan Komunikasi
KebijakanPlagiarisme
Kebijakan ITKebijakanHAKI
Kebijakan BahanBaku
Kebijakan Distribusi BerkaitanDengan Perpajakan
Kebijakan MediaInformasi dan Komunikasi
AsosiasiPenerbitan
AsosiasiPercetakan
InstitusiPendidikan
Pemerintah
Penghargaan Insentif Beasiswa
KREASI
KOMERSIALISASI
PRODUKSI DISTRIBUSI PENJUALAN KONSUMENPASAR
Faktor Pendidikan dan Budaya
Penulis Konten, AgenNaskah dan Penerbit
Institusi Pendidikan, Lembaga Kebudayaan dan Asosiasi
Penomoran ISBN, Dokumentasi Karya
Perpustakaan Lokal dan Nasional, Institusi Pendidikan, Lembaga Pengarsipan, Museum,
Pengembangan Kemampuan Menulis, Editorial dan Industrial
Penerbit danPercetakan
Distributor, TokoBuku Agen
Penerbit & EventOrganizer, Penulis
Faktor Lingkungan:Trend / Lifestyle
APRESIASI
PENDIDIKANTerintegrasi dengan Kurikulum Pendidikan dan Budaya Nasional
Kebijakan Pendidikan Kebijakan Pengarsipan
Rantai NilaiAktivitas / Informasi UtamaAktivitas / Informasi pendukung
Pelaku UtamaOutput
Keterangan:
Nurturance Environment
Kebijakan
Faktor Pendidikan dan
Budaya Kebijakan
Faktor Lingkungan : Trend/ Lifestyle
PENGARSIPAN
32 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Kehadiran agen naskah seperti halnya seorang makelar yang menguntungkan kedua belah pihak. Penulis berharap karya tulisnya dibaca oleh agen naskah lalu diberikan ke penerbit untuk dipublikasikan, sedangkan penerbit berharap agen naskah dapat mencari dan menemukan naskah yang berkualitas dan laku di pasaran. Industri penerbitan dan percetakan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan peran agen naskah untuk berpartisipasi dalam proses kreasi.
Belum berkembangnya agen naskah membuat penulis kerap dirugikan oleh penerbit. Penandatanganan kontrak perjanjian yang diajukan kepada penulis seringkali tidak disertai kesepakatan mengenai pengembangan konten, sehingga penulis harus membayar ekstra untuk mengembangkan konten naskahnya.Hal ini berpengaruh terhadap kesejahteraan penulis serta kualitas buku yang dihasilkan di Indonesia. Di negara-negara maju, hal-hal semacam ini umumnya diawasi oleh agen naskah.
Proses pembuatan komik di Akademi Samali
Sumber: www.indonesiakreatif.net
Akademi Samali adalah sebuah komunitas yang didirikan di Jakarta Indonesia pada tahun 2005 oleh Beng Rahadian, Hikmat Darmawan dan Zarki, dengan maksud menjadi tempat untuk belajar membuat komik. Kini Akademi Samali telah bergerak menjadi organisasi yang melakukan kegiatan workshop, penerbitan, dan pengarsipan perkembangan komik Indonesia. Akademi Samali kerap bekerja sama dengan lembaga-lembaga kebudayaan seperti IFI (Indo-nesia-Francais Institut), Goethe Institut Jakarta, dan Japan Foundation sebagai mitra dalam menjalankan program-program yang berkaitan dengan komik
33BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
Penyuntingan Proses kreasi tidak bisa dipisahkan dari proses penyuntingan dan pengembangan karya. Proses penyuntingan merupakan kunci utama dalam mendukung proses kreasi yang akan menentukan apakah naskah tersebut layak diterbitkan.Setelah karya diterima oleh penerbit, maka akan melalui proses penilaian oleh penyunting akuisisi. Jika karya tersebut dinilai potensial, tahap selanjutnya adalah pengembangan karya itu sendiri agar dapat mencapai potensi maksimalnya.
Finalisasi Draf Dalam proses finalisasi draf,bahan penerbitan yang berupa naskah yang telah melewati proses pengembangan dan penyuntingan dipersiapkan untuk terbit dengan melibatkan peran penata letak, ilustrator, dan proofreader sehingga naskah menjadi siap terbit. Setelah itu, baru dimulai proses pencetakan atau produksi.
Dalam industri penerbitan, orang kreatif yang sering dijumpai adalah penulis konten, jurnalis, perancang tata letak, ilustrator, dan editor/penyunting, sedangkan aktor utama yang berperan dalam proses ide adalah penulis konten, penerbit, dan agen naskah. Penerbit umumnyaberperan sebagai pemrakarsa, penyokong dan pengembang ide-ide hingga menjadi produk konten.Pada praktiknya, seringkali terjadi perbedaan fokus mengenai konten.Penulis seringkalilebih memfokuskan diri terhadap pengembangan gagasan dan bakat sesuai visinya sendiri, sedangkan penerbit lebih menfokuskan pada penjualan konten.
Dalam seluruh proses ini, penerbit harus terlebih dahulu mengetahui informasi produk apa saja yang dibutuhkan oleh pasar. Untuk tujuan itu, penerbit seringkali melakukan kegiatan kreatif, seperti penelitian dan pengembangan internal, lokakarya, seminar, sayembara untuk menemukan calonpenulis, penelitian melalui pameran buku, pertemuan antar pakar bidang ilmu tertentu, dan akuisisi naskah dengan tema-tema tertentu.
Adapun berbagai peran yang terlibat dalam proses kreasi ini adalah sebagai berikut:1. Pengarang atau Penulis sebagai Penyedia Konten
Pengarang atau penulis adalah orang yang memiliki bahan atau ide yang dituangkan dalam bentuk karya tulis. Naskah merupakan ide awal, bahan baku yang diciptakan oleh penulis (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Naskah dan karya tulis ini tidak harus sepenuhnya berupa tulisan, tetapibisa juga berupa komik maupun paduan gambar, tulisan, dan media-media lainnya.
2. Editor atau PenyuntingPenyunting bertugas untuk mempersiapkan karya untuk diterbitkan. Di dalam proses penerbitan sebuah buku, bagian penyuntingan merupakan inti dari sebuah penerbitankarena fungsinya yang utama untuk mengembangkan naskah.
3. Layouter atau Penata LetakPenata letak bertugas untuk mengatur tulisan-tulisan dan gambar-gambar. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.
4. IlustratorIlustrator merupakan seniman yang berprofesi khusus sebagai pencipta atau penyedia gambar ilustrasi demi memperjelas maksud atau membuat tampilan karya-karya tulis yang bersangkutan menjadi menarik, misalnya dalambuku, novel, majalah, koran, iklan, dan poster.
34 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
5. Desainer GrafisSeorang desainer grafis menciptakan karya untuk penerbit, media cetak maupun elektronik, seperti brosur dan iklan produk. Ia bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi dalam bentuk desain yang menarik.
Gambar 2 - 3 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan
Sumber: IKAPI (2014)
Di beberapa negara maju seperti Inggris, Amerika, dan Kanada, industri penerbitan berada dalam asuhan industri kebudayaan dengan dukungan pemerintahyang sangat kuat. Di negara-negara tersebut, pengembangan industri digiatkan sebagai bagian promosi kreativitas negaranya.
Keberlangsungan proses kreasi juga tidak bisa dilepaskan oleh peran komunitas atau asosiasi. Peran aktif komunitas masyarakat dibutuhkan untukmengembangkan ekonomi kreatif dalam industri penerbitan, seperti hadirnya kelompok-kelompok diskusi kepenulisan dan komunitas buku. Komunitas-komunitas semacam ini berperan untuk membina dan melatih masyarakat peminat agar dapat berkembang melalui penyediaan pelatihan, lokakarya, akses informasi, dan sebagainya. Salah satu komunitas atau lembaga nirlaba yang aktif berperan dalam proses kreasi penerbitan di Indonesia adalah Forum Lingkar Pena (FLP).
35BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
A.2 Proses ProduksiProses produksi dalam rantai nilai kreatif penerbitan adalah proses pencetakan konten. Proses produksi ataupun reproduksi dapat dilakukan langsung oleh penerbit yang dimiliki percetakan atau bermitra dengan perusahaan percetakan lainnya. Proses tersebut pada umumnya melewati tiga tahap berikut:
1. Pracetak: Proses pracetak adalahproses pengolahandan revisi naskah. Kegiatan dalam proses ini adalah proses setting, edit huruf, tata letak, dan desain untuk dibuat draf contoh (dummy).
2. Cetak: Dalam tahap ini draf contoh yang telah disetujui dicetak menjadi produk massal menggunakan mesin pencetak sesuai jumlah yang ditetapkan masing-masing penerbit.
3. Pascacetak: Proses pascacetak adalah proses pemotongan, penyusunan, pelipatan serta pengemasan buku hingga siap diedarkan dan dijual di toko-toko buku maupun tempat-tempat penjualan lainnya.
Jenis pencetakan dalam proses produksi dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu secara konvensional dengan menggunakan plat filmatau secara digital. Secara keseluruhan, harga produksi ditentukan oleh biaya produksi, sedangkan biaya produksi bergantung pada jenis bahan mentah, seperti ukuran kertas, jenis kertas, dan kualitas tinta.Pencetakan memiliki batas minimum hargatergantung pada segmentasi produk. Pencetakan biasanya berjumlah antara 2.000-20.000 eksemplar untuk buku, sedangkan untuk surat kabar minimal 150.000 eksemplar.
Namun, pencetakan digital memungkinkan proses Print on Demand (PoD) yaitu mencetak sesuai permintaan. Pencetakan ini tentunya lebih menguntungkan bagi penerbit-penerbit kecil, walau harga produk buku satuannya akan lebih mahal dibandingkan dengan yang dicetak secara massal.
Di Indonesia, penggunaan mesin percetakan yang berteknologi tinggi hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan percetakan besar. Tidak semua perusahaan penerbitan memiliki percetakan sendiri. Perusahaan penerbit kecil terkadang harus bekerja sama dengan beberapa percetakan untuk mencetak konten yang diajukan. Selain itu, penerbit kecil cenderung hanya mampu menggunakan teknologi rendah, yang berdampak pada produktivitas yang rendah dan kualitas yang kurang. Hampir 65% mesin dan peralatan cetak di Indonesia sudah berusia lebih dari 20 tahun. Hal ini memberi pengaruh besar terhadap kinerja dan kualitas produk-produk percetakan, seperti produksi buku yang tertinggal (Print Media, 2012). Berbagai kondisi ini menciptakan keadaan monopolistik yang menguntungkan berbagai perusahaan besar, namun merugikan kondisi industri dalam jangka panjangnya. Usaha-usaha percetakan di Indonesia tergabung dalam Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI). Hampir semua percetakan yang ada di Indonesia hanya bertugas mencetak saja dan tidak memiliki izin untuk menjual hasil cetakansehingga penerbit harus juga bermitra dengan distributor untuk menyebarluaskan dan menjual produk-produknya.
Menurut data IKAPI, terdapat 1.261 daftar penerbit di Indonesia (IKAPI, 2014). Dibandingkan dengan negara-negara maju, jumlah ini masih tergolong rendah.Selain itu, dunia penerbitan masih didominasi oleh penerbit besar. Namun di sisi lain, pelaku usaha percetakanbila digabungkan dengan percetakan-percetakan kecil seperti percetakan kartu nama dan undangan, maka jumlahnya tidak kurang dari 7.000 usaha (Printmedia, 2012).
Dalam proses produksi, peran pemodal sangatlah penting. Pemodal disini adalah badan atau perseorangan yang mendukung dana untuk mewujudkan buku yang bersangkutan. Modal bisa
36 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
juga difasilitasi oleh penerbit, percetakan, atau perorangan/organisasi/lembaga baik akademisi maupun pemerintahan. Di negara-negara maju, modal awal dilakukan oleh industri percetakan, sementara penerbit hanya bertanggung jawab setelah hasil cetakan diterima dan membayar ganti rugi biaya percetakan. Selain itu, pemerintah dapat berperan melalui pemberian modal usaha ataupun kebijakan perpajakan yang mendukung proses pencetakan.
Di Indonesia, terdapat beberapa Kebijakan Pemerintah yang telah diterapkan untuk membantu pertumbuhan produktivitas industri, terutama yang berkaitan dengan proses pendidikan,antara lain:
1. Buku pelajaran dibebaskan dari PPN.2. Buku pendidikan impor dibebaskan dari pajak impor.3. Bantuan dana untuk penerjemahan dan kerja sama antara Indonesia dan penerbit internasional.
(Sumber: IKAPI, 2014)
Di samping ketiga hal di atas, sebetulnya masih diperlukan juga pengaturan kebijakan lain untukstabilitas bahan baku, misalnya tinta dan kertas. Industri penerbitan pada proses produksi banyak menggunakan bahan baku berdasarkan kertas dan kayu sebagai produk hasil hutan sehingga eksistensi industri ini berseberangan dengan isu pengurangan emisi karbon.
Selain itu, ketidakstabilan harga bahan baku dan mentah sangat berpengaruh terhadap biaya produksi. Perkembangan industri inidibayang-bayangi oleh tingginya harga kertas dan tinta. Oleh karena itu, diperlukan alternatif bahan baku lain untuk keberlangsungan industri penerbitan dan percetakan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah memanfaatkan sarana digital secara maksimal serta pengunaan kertas daur ulang.
Komik Nusantara Ranger karya Sweta Kartika
Sumber: facebook.com/swetakartika
37BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
A.3 Proses DistribusiProses distribusi adalah proses menyebarluaskan produk setelah dicetak kepada perusahaan logistik yang bekerjasama dengan toko buku, pemasar, atau agen pengecer agar produk dapat dibeli oleh masyarakat. Setiap perusahaan penerbitan memiliki berbagai pilihan saluran distribusi yang dapat dipilih terkait dengan produk yang ingin dipasarkan. Misalnya, dalam pendistribusian buku, penerbit dapat bekerjasama dengan toko buku atau agen pengecer lain. Koran dan majalah biasanya dijual secara langsung oleh penerbit, sistem pos, mesin penjual, agen pengecer, hingga media daring. Pemasar atau pengecer adalah perorangan atau institusi yang memasarkan atau menjual produk sampai ke tangan pembaca atau konsumen.
Permasalahan kerap terjadi pada proses pengangkutan buku seperti pendistribusian yangbisa memakan waktu hingga tiga bulan untuk sampai ke daerah-daerah pelosok.Hal ini juga menyebabkan tingginya harga karena sistem logistik yang kurang efisien. Belum lagitoko buku-toko buku didaerah menaikkan harga buku yang tidak sesuai dengan perjanjian. Oleh karena itu dalam proses distribusi, peran jaringan sangat kuat. Jaringan tersebut juga dapat dilakukan melalui institusi pendidikan seperti perpustakaan ataupun komunitas pencinta buku dan instansi pemerintah yang terkait dengan produk yang ingin dijual.
Di Indonesia, terdapat 150 perusahaan distributor yang menyuplai buku ke toko-toko maupun kios buku. Beberapa penerbit besar memiliki perusahaan distribusi sendiri dan kadangkala melayani penerbit-penerbit kecil untuk menyalurkan buku mereka (IKAPI, 2014). Namun, dalam perkembangan saat inikeberadaan toko buku besar yang mendominasi pasar membuat penerbit-penerbit kecil mengalami kesulitan untuk memasukkan produknya. Dengan demikian, jaringan distribusi alternatif seperti disebut di atas menjadi amat penting untuk dibangun.
Dalam era digital saat ini, industri penyedia jasa komunikasi, terutama layanan internet, juga berperan besar dalam menyediakan sarana bagi distribusi hasil produksi industri penerbitan.Banyak industri penerbitan yang juga sudah menggunakan kehadiran media daring sendiri sebagai strategi bisnis yang terintegrasi dengan industri layanan komputer dan jasa piranti lunak baik untuk mendapatkan perangkat keras yang dibutuhkan ataupun mengembangkan solusi multimedia untuk penyedia konten digital.
Strategi bisnis yang terintegrasi tersebut sangat dibutuhkan industri penerbitan dan percetakan dalam menjawab tantangan globalwalaupun untuk pasar Indonesia penjualan konten digital belum terlalu populer di masyarakat. Menurut IKAPI, “Pertumbuhan signifikan dari pengguna internet di Indonesia menciptakan prospek penjualan buku digital di Indonesia.Beberapa penerbit besar di Indonesia telah menerbitkan buku-buku mereka dalam format buku digital atau format digital lainnya. Hal ini menunjukkan munculnya kebutuhan akan buku-buku digital di Indonesia dan juga mendorong munculnya berbagai toko buku digital. Meskipun bertumbuh, penjualan e-book masih kurang dari 2% pada pasar buku lokal” (IKAPI, 2014).
Sebagaimana telah disebutkan di atas, jalur distribusi produk industri penerbitan di Indonesia masih cenderung terpusat pada jejaring toko buku besar di mal kota-kota besar. Padahal, potensi toko buku mandiri, perpustakaan daerah, lembaga pendidikan, serta komunitas-komunitas peminat di luar kota-kota besar amat potensial untuk dikembangkan sebagai pasar-pasar baru produk penerbitan. Tentunya, untuk memaksimalkan hal ini, diperlukan kebijakan-kebijakan yang mendukung stabilitas harga bahan baku industri penerbitan, kemudahan jalur transportasi produk-produk industri penerbitan, serta pengembangan pasar berminat baca di luar kota-kota besar.
38 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
A.4 Proses penjualanDalam kegiatan pemasaran yang dilakukan penerbitan sangat kompleks dan saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan dalam rantai nilai industri penerbitan, setelah melalui proses produksi maka diasumsikan produk ataupun konten kreatif sudah tersedia atau berwujud. Oleh karena itu , kegiatan yang dilakukan oleh penerbitan berfokus pada aktivitas penjualan dan promosi yang dikelola secara terintegrasi untuk mencapai tujuan perusahaan.
PenjualanProses penjualan dalam industri penerbitan menjadi tanggung jawab penerbit maupun penulis. Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli untuk menghasilkan laba perusahaan. Dalam proses penjualan lebih menitik beratkan pada bagaimana cara menjual produk mencapai target yang ditentukan. Oleh karena itu, penerbit bertugas menyiapkan strategi penjualan yang membantu agen-agen penjual atau pengecer dalam memasarkan produknya.
PromosiAktivitas promosi dalam penerbitan berfungsi untuk meningkatkan volume penjualan karya kreatif juga sebagai strategi untuk menjangkau konsumen sehingga terjadi pembelian produk. Dalam proses promosi lebih menekankan kepada bagaimana cara mengkomunikasikan karya kreatif kepada konsumen untuk membentuk suatu citra positif dimata para konsumen. Dalam proses promosi, karya yang akan dipromosikan telah berwujud, sehinga konsumen dapat mengetahui klasifikasi dan keunggulan dari karya yang dipromosikan tersebut. Pada umumnya penerbit mempercepat proses peningkatan volume penjualan dengan menggunakan alat promosi seperti rabat atau potongan harga ataupun mengadakan kegiatan promosi melalui program promosi penjualan (biasanya diatur oleh asosiasi), pameran dagang, iklan khusus, personal selling, dan publisitas.
Sayangnya, masih sedikit penerbit di Indonesia yang memiliki cukup modal untuk melakukan kegiatan promosi. Sehingga, pelaku yang berperan dalam kegiatan penjualan biasanya adalah agen penerbitan, percetakan, periklanan, event organizer, maupun jejaring Oleh karena itu, berbagai ajang pameran dan festival buku menjadi tumpuan bagi banyak penerbit untuk memasarkan bukunyasekaligus melakukan penjualan langsung kepada konsumen.
Aktor lainnya yang berfungsi untuk melakukan kegiatan promosi adalah komunitas dan pemerintah. Berbagai komunitas juga seringkali menjadi mitra utama penerbit. Komunitas dapat sangat membantu penjualan buku dengan mempromosikan dan menjual secara langsung produk-produk buku dari penerbit. Selain itu, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan dengan menjadi jembatan penghubung antara penerbit dan masyarakat dalam rangka membangun budaya berkreasi. Di beberapa negara maju pelaku utama dalam kegiatan promosi penerbitan biasanya dilakukan oleh pemerintah seperti menggagas pentingnya membaca buku dan juga memberikan fasilitas dan kemudahan akses untuk kegiatan promosi. Sedangkan di Indonesia, peran pemernitah dalam kegiatan mempromosikan karya penerbitan masih sangat minim. Menurut data IKAPI, hanya beberapa kota besar yang sering melakukan pameran atau bookfair, seperti Bandung, Jakarta atau Yogyakarta, (IKAPI, 2014).
39BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
Indonesia Book Fair 2010
Sumber: beatmag.com
B. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)Komponen lingkungan pengembangan (nurturance environment) terdiri dari dua aktivitas utama, yaitu apresiasi dan pendidikan. Komponen ini memiliki peranan penting dalam mendukung proses rantai nilai kreatif penerbitan agar dapat berjalan dengan baik.
Kegiatan apresiasi bertujuan untuk memberikan pengakuan terhadap pelaku industri dan juga memberikan pemahaman mengenai gambaran besar industri penerbitan itu sendiri. Kegiatan apresiasi umumnya dimulai melalui proses literasi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat seputar industri penerbitan dan karya-karya kreatif yang dihasilkannya. Setelah mendapatkan pemahaman yang baik, maka diharapkan proses-proses apresiasi berikutnya akan lebih mudah untuk dilakukan. Adapun kegiatan-kegiatan lain ini dapat berupa penghargaan, pemberian insentif, serta apresiasi khalayak luas terhadap HKI (Hak Kekayaan Intelektual) orang kreatif. Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang-orang kreatif penerbitan akan terdorong untuk terus berkreasi.
B.1 ApresiasiApresiasi adalah penilaian atau penghargaan terhadap suatu karya atau produk buku. Apresiasi akan menentukan sejauh mana sebuah karya dapat diterima oleh masyarakat dan kalangan tertentu. Apresiasi juga berperan sebagai proses umpan balik dari karya yang telah dibuat oleh penggagas ide atau inovator. Dalam industri penerbitan, apresiasi bisa didapatkan melalui berbagai kegiatan, seperti konferensi, diskusi bedah buku, maupun penganugerahan.Apresiasi terhadap sebuah karya bisa dilakukan oleh kritikus independen, media, komunitas, ataupun pemerintah dan akademisi, berupa ulasan sederhana, diskusi dalam media sosial, hingga penyelenggaraan acara penghargaan. Contohnya adalah S.E.A Awards dan Khatulistiwa Literary Award.
40 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
S.E.A awardsSoutheast Asian Writers Award atau S.E.A Awards adalah penghargaan yang diberikan setiap tahunsejak tahun 1979 untuk penyair dan penulis dari Asia Tenggara. Penghargaan ini diberikan kepada penulis dari masing-masing negara yang terdiri dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, meskipun tidak semua negara di ASEAN terwakili setiap tahun. Penghargaan ini kadang-kadang diberikan untuk pekerjaan tertentu oleh seorang penulisatau bisa juga diberikan untuk pencapaian seumur hidup. Jenis-jenis karya yang dihormati bervariasidan telah memasukkan puisi, cerita pendek, novel, drama, cerita rakyat dan karya-karya ilmiah dan religius. Penulis Indonesia yang pernah menerima penghargaan ini adalah Putu Wijaya (1980), Y.B Mangun Wijaya (1983), Sapardi Djoko Damono (1986), Arifin C.Noor (1990), W.S Rendra (1996), Seno Gumira Ajidarma (1997), N.H Dini (2003), Afrizal Malna (2010) dan Linda Christanty (2013).
Khatulistiwa Literary AwardSalah satu penghargaan yang cukup bergengsi dalam dunia sastra di Indonesia adalah Khatulistiwa Literary Award (KLA). KLA adalah suatu program penghargaan yang diberikan kepada penulis. Tujuannya adalah memberikan apresiasi atas karya seni, anugerah sastra, dan hadiah insentif senilai ratusan juta melalui sistem penjurian yang terdiri dari sastrawan, akademisi, budayawan, dan wartawan dalam sebuah komunitas. Setiap tahun KLA menyeleksi karya sastra yang terbit dalam kurun 12 bulan. Sejak tahun 2004 anugerah sastra khatulistiwa diberikan untuk kategori prosa, puisi, dan penulis muda berbakat.
Penerima S.E.A Awards 2013 di Bangkok, Thailand
Sumber: mc.edu.ph
41BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
Tabel 2 - 1 Daftar Pemenang KLA Tahun 2002-2013
TAHUNKATEGORI
PROSA PUISI PENULIS MUDA BERBAKAT
2002 Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Silado
- -
2003 Bibir Dalam Pispot karya Hamsad Rangkuti
- -
2004 Kuda Terbang Maria Pinto karya Linda Christanty
Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan karya Sapardi
Djoko Damono
-
2005 Kitab Omong Kosong karya Seno Gumira Ajidarma
Kekasihku karya Joko Pinorbo -
2006 Mandi Api karya Gde Aryantha Soetama
Santa Rosa karya Dorothea Rosa Herliany
-
2007 Perantau karya Gus tf Sakai Menjadi Penyair lagi karya Acep Zamzam Noor
Dan Hujan Pun Berhenti karya Farida Susanty
2008 Bilangan Fu karya Ayu Utami
Jantung Lebah Ratu karya Nirwan Dewanto
Cari Aku Di Canti karya Wa Ode Wulan Ratna
2009 Lembata karya F.Rahardi Dongeng Anjing Api karya Sindu Putra
Fortunata karya Ria N.Badaria
2010 Rahasia Selma karya Linda Christanty
Sejumlah Perkutut Buat Bapak karya Gunawan
Buwun karya Mardi Luhung
2011 Lampuki karya Arafat Nur Buli-buli Lima Kaki karya Nirwan Dewanto
-
- Perempuan yang dihapus Namanya karya Avianti Armand
-
2012 Maryam karya Okky Madasari
Postkolonial dan Wisata Sejarah karya Zeffrey Alkatiri
-
2013 Pulang karya Laila S Chuori Museum Penghancur Dokumen karya Afrizal Malna
-
Di Indonesia, terdapat banyak komunitas peminat maupun akademisi yang menggeluti dunia pengulasan buku maupun kritik sastra. Sayangnya, sebagian besar komunitas dan kritikus ini seringkali dirasa kurang menghargai satu sama lain. Akibatnya, para pelaku kegiatan apresiasi industri penerbitan cenderung berjalan sendiri-sendiri dan saling mencari kesalahan yang lainnya. Tiadanya lembaga kritik yang terpercaya dan kurangnya sosialisasi akan kriteria-kriteria kritik yang baik dan sesuai akan karya-karya konten industri penerbitan menyebabkan kecenderungan ini makin tumbuh subur dan merenggangkan komunitas-komunitas peminat yang seharusnya bisa lebih diberdayakan dalam perkembangan industri penerbitan di Indonesia.
42 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Seno Gumira Ajidarma
Seno Gumira Ajidarma lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni1958 adalah penulis dari generasi baru di sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Sampai saat ini Seno telah menghasilkan pu-luhan cerpen yang dimuat di beberapa media massa. Cerpennya Pelajaran Mengarang terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1993. Buku kumpulan cerpennya, antara lain: Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (l994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999), novel Matinya Seorang Penari Telanjang (2000), Nagabumi (2009), Nagabumi II (2011), Antara Tawa dan Bahagia (2012). Pada tahun 1987, Seno mendapat SEA Write Award. Berkat cerpennya Saksi Mata, Seno memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary pada tahun 1997 dan menerima Khatulistiwa Literary Award pada tahun 2005.
B.2 PendidikanKomponen yang tentunya tak kalah penting adalah pendidikan. Seperti yang kita ketahui, pendidikan merupakan salah satu alat utama dalam menciptakan orang kreatif. Pendidikan dinilai sangat penting sebagai wadah untuk mengasah kemampuan orang agar mampu menjadi orang kreatif yang berkualitas dan mampu menjalankan rantai proses kreasi dengan baik. Kegiatan pendidikan ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal (sekolah resmi), non-formal (lembaga kursus), dan juga informal (otodidak, melalui komunitas, dsb.)
Pendidikan pada lingkungan pengembangan penerbitan di sini didefinisikan sebagai proses yang bertujuan untuk menumbuhkan motivasi, kreativitas, dan apresiasi penulis dan pembaca untuk menghasilkan pengetahuan dan karya kreatif penerbitan baru. Institusi pendidikan yang mendukung kemajuan industri penerbitan saat ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendidikan berbasis konten dan pendidikan berbasis produksi. Pendidikan berbasis konten mengutamakan teknik kreasi dan apresiasi konten itu sendiri baik dari segi sastra, jurnalistik, komik, dan sejenisnya. Sedangkan pendidikan berbasis produksi lebih mengutamakan teknik produksi karya buku, misalnya teknik-teknik percetakan, tata letak, desain, dan ilustrasi.
Sumber: uniknya.com
43BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
Gambar 2 - 4 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan
Sumber: IKAPI (2014)
Dalam proses pendidikan, kolaborasi antar berbagai aktor sangat penting untuk membangun budaya belajar yang mendukung kreasi, konsumsi, dan apresiasi terhadap produk-produk industri penerbitan. Hal ini bisa dilakukan oleh akademisi melalui penyediaan buku-buku berkualitas di perpustakaan dan program-program kerjasama yang diadakan oleh pemerintah, penerbit, akademisi, maupun komunitas dalam wujud kegiatan lokakarya, bedah buku, dan sejenisnya. Selain itu, penekanan berlebih terhadap ilmu pasti di tingkat pendidikan dasar serta kecurigaan terhadap karya fiksi sebagai pengganggu mata pelajaran seringkali menjadi penghambat bagi apresiasi karya-karya fiksipada generasi muda.
Kondisi lain yang sering dikeluhkan para peminat adalah biaya lokakarya penulisan dan sejenisnya yang cenderung mahal dan hanya terjangkau oleh kalangan-kalangan tertentu di kota-kota besar. Hal ini menyebabkan masyarakat di luar kalangan tersebut mengalami kesulitan dalam menyuarakan aspirasi kreatif mereka dalam wujud produk buku maupun konten lainnya, padahal potensi dan hasrat kreatif di daerah-daerah pelosok maupun wilayah-wilayah yang lebih tradisional tidak kalah dibandingkan mereka yang berasal dari kota-kota besar.
C. Pasar, Khalayak, dan KonsumenKomponen pasar (market) ini menggambarkan karakter dari pasar, khalayak, dan konsumen di industri penerbitan. Pasar dapat diartikan sebagai tempat, interaksi (permintaan dan penawaran) dan sekelompok anggota masyarakat yang memiliki kebutuhan/keinginan atau daya beli. Dalam industri secara umum ditemukan tipe dari komponen pasar in misalnya, konsumen dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konsumen umum dan konsumen ahli yang keduanya memiliki perbedaan dalam cara maupun gaya menyerap karya kreatif yang dihasilkan. Berdasarkan data dari IKAPI, berdasarkan kebutuhan pasar akan buku konsumen dapat diklasifikasikan menjadi berikut:
44 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Tabel 2 - 2 Daftar Konsumen Berdasarkan Jenis Buku yang diterbitkan
KONSUMEN JENIS BUKU
Sekolah Buku Pelajaran
Rumah Tangga Fiksi, Religi, Kesehatan, Gaya Hidup, Referensi
Perguruan Tinggi Buku Ajar, Buku Teks, Referensi
Profesi Buku Panduan
Kelompok Hobi atau Komunitas Buku Panduan
Pemerintah Buku Panduan, Referensi
D. PengarsipanKomponen terakhir dalam peta ekosistem penerbitan adalah pengarsipan (archiving). Tujuan dari proses pengarsipan ini adalah untuk menyediakan basis data yang dapat diakses oleh publik untuk mendapatkan informasi dan data terkait industri kreatif. Akses ini dapat digunakan oleh orang kreatif penerbitan maupun oleh masyarakat sebagai sumber inspirasi dan referensi. Arsip juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di lembaga atau institusi pendidikan.
Proses pengarsipan pada umumnya dilakukan melalui tahapan pengumpulan – restorasi – penyimpanan – preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan tersebut sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian sehingga perlu dilakukan proses perbaikan tanpa merubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.
Pengarsipan adalah kegiatan melestarikan, menyimpan, dan mendata secara tertulis karya-karya yang mempunyai nilai historis. Pada umumnya, kegiatan ini dilakukan oleh pustakawan, lembaga pengarsipan, dan asosiasi penerbit dan pengarang. Dalam proses pengarsipan, penerbit menyerahkan ISBN yang akan tersimpan dalam arsip perpustakaan daerah dan nasional.
Sayangnya, keberadaan basis data tersebut di Indonesia masih terpisah-pisah sehingga belum memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi berkaitan dengan karya cipta industri penerbitan. Selain itu, saat ini jumlah perpustakaan di Indonesia sudah sangat banyak, tetapi minat baca masyarakat masih sangat rendah. Hal ini dapatdilihat dari rendahnya kunjungan masyarakat ke perpustakaan. Perbaikan kualitas perpustakaan dan kemudahan akses arsip karya-karya yang menarik diharapkan akan turut membantu meningkatkan minat baca masyarakat.
2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan
2.2.1 Peta Industri Penerbitan
Peta industri dibuat sebagai gambaran ruang lingkup aktor-aktor yang terlibat secara langsung maupun industi pendukung yang terlibat secara tidak langsung dalam menjalani proses bisnis industri yang terkait (Gambar 2-5). Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pelaku industri dalam setiap mata rantai nilai:
Sumber: IKAPI, 2014
45BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
Gambar 2 - 5 Mitra Pekerja Kreatif Industri Penerbitan
Sumber : IKAPI (2014)
Pelaku Industri dalam Proses KreasiProses kreasi pada industri penerbitan didukung dan mendukung berbagai subsektor industri kreatif lainnya. Industri penerbitan memiliki peran strategis untuk menciptakan dan mengembangkan konten. Dalam menciptakan orang kreatif, industri penerbitan didukung oleh lembaga pendidikan.Sedangkan dalam pengembangan konten kreatif penerbitan, peran industri penelitian dan pengembangan sangat penting. Selain itu, industri penerbitan dapat mendukung dokumentasi karya industri kreatif lainnya.Hasil dari proses kreasi dapat berupa ide, draf, atau naskah yang dapat dicetak atau dikelola dan dikembangkan menjadi karya kreatif lainnya.
Pelaku Industri dalam Proses ProduksiProses produksi dalam industri penerbitan melibatkan beberapa industri pendukung seperti industriinformasi dan teknologi, industri pengolahan bahan, dan industri desain. Tidak jarang pula hasil tulisan dilanjutkan dengan melibatkan industri kreatif lainnya, seperti film, mode, musik, dan produksi alih media.Selanjutnya, pada kegiatan promosi, industri penerbitan tentunya melibatkan industri media komunikasi khususnya publikasi seperti televisi dan radio, industri periklanan, dan event organizer.
Proses produksi pada industri penerbitan didukung oleh keberadaan industri pengolahan bahan baku khususnya kertas dan tinta. Sampai saat ini, Indonesia merupakan pengelola industri kertas terbesar di Asia. Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap biaya produksi kertas untuk industri penerbitan. Perusahaan penerbit di Indonesia cenderung mengimpor kertas dan tinta
46 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Gambar 2 - 6 Peta Industri Penerbitan
KOMERSIALISASI
KREASI DISTRIBUSI PENJUALAN
KREASI PRODUKSI DISTRIBUSI PENJUALAN
15 Subsektor Industri Kreatif
15 Subsektor Industri Kreatif
Penulis Konten
Penyunting
Layouter
Ilustrator
Disainer Grafis
Institusi Pendidikan
Jasa Pendidikan
15 Subsektor Industri Kreatif
Percetakan Supplier Mesin Percetakan
Jasa PerdaganganIndustri
Pengolahan Bahan Baku
Industri ICT
Jasa Transportasi dan
Pengangkutan Barang
Jasa Hiburan
Jasa Periklanan
Jasa Lainnya
Jasa Tempat Show
Jasa Penjualan
Jasa Fotografi
Industri Perhubungan
Supplier Tinta & Kertas
Agen Naskah
Penerbit Mandiri
Penerbit Major
Agen Distribusi
Toko Buku
Asosiasi
Komunitas
Media Daring
Penerbit
Penulis
Event Organizer
Toko Buku
Toko Buku Online
IND
UST
RI P
END
UK
UN
G(F
orw
ard
Link
age)
IND
UST
RI U
TAM
AIN
DU
STR
I PEN
DU
KU
NG
(Bac
kwar
d Li
nkag
e)
PRODUKSI
KONSUMEN KONSUMEN
47BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
untuk memproduksi karya kreatif cetak. Hal ini berpengaruh terhadapharga karya kreatif cetak penerbitan yang tinggi.
Pelaku Industri dalam Proses DistribusiProses distribusi pada industri penerbitan didukung oleh keberadaan industri perhubungan. Hal terpenting dalam proses ini adalah permasalahan pendistribusian barang yang melibatkan usaha jasa transportasi dan pengangkutan barang dan amat berpengaruh pada harga jual produk buku. Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi dan internet telah membuat perubahan dalam jalur distribusi konten kreatif digital sehingga konsumen dapat langsung mengakses karya kreatif tanpa perantara.
Pelaku Industri dalam Proses PenjualanKegiatan penjualan produk buku terutama disokong oleh industri perdagangankarena aktor-aktor yang berperan merupakan bagian dari industri perdagangan dan usaha kecil menengah seperti agen dan toko buku. Selain itu, proses penjualan juga dilakukan secara langsung melalui kegiatan festival buku, lokakarya, serta melalui internet.
2.2.2 Ruang Lingkup Industri PenerbitanBerdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009 Bidang Ekonomi Kreatif, Pengertian Penerbitan adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Kelompok ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, paspor, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya, serta penerbitanfoto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi karya cetak, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikrofilm.
Industri penerbitan mencakup perolehan hak cipta untuk isinya (produk informasi) dan membuat isinya tersedia ke masyarakat umum melalui reproduksi dan distribusi dalam berbagai bentuk. Percetakan meliputi kegiatan kreatif meliputi penerbit buku dan koran, jurnal dan buletin, agen berita, serta jasa dan kegiatan lainnya. Hal ini sejalan dengan perkembangan dan pergeseran makna definisi penerbitan menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009 yang mendefinisikan dan mengklasifikasikan kegiatan penerbitan menjadi tiga bagian berdasarkan pada tujuan utama masing masing.
Dalam perubahan KBLI tahun 2005-2009, diungkapkan bahwa yang merupakan bagian dari kategori industri penerbitan adalah penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita. Maka, menurut KBLI, ruang lingkup industri penerbitan dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Industri PercetakanIndustri percetakan terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
1. Industri Pencetakan Umum (18111): Kelompok ini mencakup kegiatan industri percetakan surat kabar, majalah dan periodik lainnya, jurnal, pamflet, buku dan brosur, naskah musik, peta, atlas, poster, katalog periklanan, prospektus dan iklan cetak lainnya, perangko pos, perangko perpajakan, dokumen, cek dan kertas rahasia lainnya, buku harian, kalender, formulir bisnis dan barang-barang cetakan komersial lainnya, kertas surat atau alat tulis
48 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
pribadi dan barang-barang cetakan lainnya hasil mesin cetak, offset, klise foto, fleksografi dan sejenisnya, mesin pengganda, printer komputer, huruf timbul dan sebagainya, termasuk alat cetak cepat; pencetakan langsung ke bahan tekstil, plastik, kaca, logam, kayu dan keramik, kecuali pencetakan tabir sutera pada kain dan pakaian jadi; dan pencetakan pada label atau tanda pengenal (litografi, pencetakan tulisan di makam, pencetakan fleksografi dan sebagainya). Termasuk pula mencetak ulang melalui komputer, mesin stensil dan sejenisnya, misal kegiatan fotokopi atau thermocopy. Barang cetakan ini biasanya merupakan barang dengan hak cipta.
2. Industri Pencetakan Khusus (18112): Kelompok ini mencakup industri pencetakan Perangko, Materai, Uang Kertas,Blangko Cek, Giro, Surat Andil, Obligasi Surat Saham, Surat Berharga Lainnya,Paspor, Tiket Pesawat Terbang, dan cetakan khusus lainnya.
3. Jasa Penunjang Pencetakan (18120): Kelompok ini mencakup usaha penjilidan lembar cetakan, misalnya menjadi buku, brosur, majalah, katalog, dan sebagainya, dengan melipat, memasang, menjahit, merekatkan, menyatukan, penjilidan dengan perekat, perapihan dan gold stamping; produksi tipografi terkomposisi (composed type), pelat atau silinder, penjilidan buku; komposisi, pemasangan huruf, pemasangan foto, input data mencakup pemindaian dan pengenalan karakter atau huruf optik, penyusunan elektronik; pembuatan gambar, mencakup pemasangan citra atau gambar (untuk proses pencetakan mesin cetak dan offset); pengukiran atau sketsa silinder untuk grafir; proses pembuatan gambar langsung di atas pelat (temasuk pelat fotopolimer); pembuatan gambar untuk pencetakan dan pengecapan relief; pembuatan cetakan untuk percobaan; pekerjaan artistik mencakup penyiapan batu lito dan balok kayu (produksi batu litografik, untuk digunakan dalam kegiatan percetakan di unit lain); pembuatan barang reprografi; desain barang cetakan seperti sketsa, tata letak, barang contoh dan sebagainya; dan kegiatan grafis lainnya seperti die-sinking dan die-stamping, penggandaan huruf Braille, pemukulan dan pengeboran, penyulaman timbul, pemvernisan dan pelapisan, penyisipan dan pelipatan.
B. Industri PerdaganganIndustri perdagangan terbagi menjadi sepuluh kelompok sebagai berikut:
1. Perdagangan Besar Piranti Lunak (46512): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar piranti lunak.
2. Perdagangan BesarPerlengkapan Elektronik (46521): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar katup dan tabung elektronik, peralatan semi konduktor, mikrochip dan IC dan PCB.
3. Perdagangan BesarDisket, Pita Audio, dan Video, CD dan DVD Kosong (46522): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar disket, pita audio dan pita video kosong, CD dan DVD kosong.
4. Perdagangan BesarPeralatan Telekomunikasi (46523): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar peralatan telekomunikasi, seperti perlengkapan telepon dan komunikasi.
5. Perdagangan Besar Mesin, Peralatan dan Perlengkapan Lainnya (46599): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar yang belum diklasifikasikan di tempat lain, seperti perdagangan besar furnitur kantor, kabel dan sakelar serta instalasi peralatan lain untuk keperluan industri, perkakas mesin dan berbagai jenis dan untuk berbagai bahan, perkakas mesin yang dikendalikan komputer dan peralatan dan perlengkapan pengukuran.
6. Perdagangan Besar Alat Laboratorium, Farmasi dan Kedokteran (46693): Kelompok
49BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
ini mencakup usaha perdagangan besar alat laboratorium, farmasi dan kedokteran.7. Perdagangan Besar Berbagai Macam Barang (46900): Kelompok ini mencakup usaha
perdagangan besar dari berbagai macam barang yang tanpa mengkhususkan barang tertentu (tanpa ada kekhususan tertentu) yang belum tercakup dalam salah satu kelompok dalam golongan 461-466.
8. Perdagangan Eceran Peralatan Video Game dan Sejenisnya (47412): Kelompok ini mencakup perdagangan eceran peralatan video game.
9. Perdagangan Eceran Piranti Lunak (Software) (47413): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus piranti lunak (software), seperti bermacam piranti lunak, termasuk piranti lunak untuk video game.
10. Perdagangan Eceran Alat Telekomunikasi (47414): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran alat telekomunikasi, seperti handphone, pesawat telepon dan perlengkapannya serta usaha jasa penjualan pulsa, baik berupa voucher maupun elektronik, termasuk pula jasa penjualan kartu perdana telepon selular.
C. Industri PenerbitanIndustri penerbitan terbagi menjadi lima kelompok sebagai berikut:
1. Penerbitan Buku (J 58110): Kelompok ini mencakup kegiatan penerbitan buku dalam bentuk cetakan, elektronik (CD, CD-ROM, DVD, dan lain-lain), audio, atau secara daring. Kegiatan usahanya meliputi penerbitan buku, brosur, selebaran, dan publikasi sejenis, termasuk penerbitan kamus dan ensiklopedia, penerbitan atlas, peta dan grafik, penerbitan buku dalam bentuk audio dan penerbitan ensiklopedia dan lain-lain dalam CD-ROM dan publikasi lainnya, termasuk penerbitan elektroniknya.
2. Penerbitan Buku Direktori dan Milis (J 58120): Kelompok ini mencakup penerbitan daftar informasi atau basis data. Penerbitan ini dapat dipublikasikan baik dalam bentuk elektronik atau cetak. Kegiatan usahanya meliputi penerbitan daftar alamat, penerbitan buku telepon, dan penerbitan direktori dan kompilasi lainnya, seperti perkara hukum, ikhtisar farmasi dan lain-lain.
3. Penerbitan Surat Kabar, Jurnal, Tabloid, dan Majalah (58130): Kelompok ini mencakup usaha penerbitan surat kabar dan surat kabar iklan,jurnal, buletin, majalah umum dan teknis, komik, termasuk penerbitan jadwalsiaran radio dan televisi, dan sebagainya. Informasi ini dapat dipublikasikan dalam bentuk elektronik maupun cetak, termasuk secara daring.
4. Penerbitan Lainnya (58190): Kelompok ini mencakup usaha penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi karya seni, dan material periklanan serta materi cetak lainnya, termasuk penerbitan statistik dan informasi lainnya secara daring dan rekaman mikrofilm.
5. Penerbitan Dalam Media Rekaman yaitu Penerbitan Musik dan Buku Musik (59202): Kelompok ini mencakup usaha penerbitan musik, seperti perolehan dan pencatatan hak cipta untuk gubahan musik, promosi, pengesahan dan penggunaan gubahan dalam perekaman, radio, televisi, film, pertunjukkan langsung, media cetak dan lainnya dan pendistribusian rekaman suara ke pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat, termasuk penerbitan buku musik dan buku lembaran musik.
D. Kegiatan Kantor BeritaKegiatan kantor berita terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
1. Kegiatan Kantor Berita oleh Pemerintah (63911): Kelompok ini mencakup kegiatan
50 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
pemerintah dalam usaha mencari, mengumpulkan, mengolah dan mempublikasikan berita melalui media cetak maupun elektronik, dengan tujuan untuk menyampaikannya kepada masyarakat sebagai informasi. Contohnya adalah Kantor Berita Antara.
2. Kegiatan Kantor Berita oleh Swasta (63912): Kelompok ini mencakup usaha mengumpulkan dan menyebarluaskan berita melalui media cetak maupun elektronik dengan tujuan untuk menyampaikannya kepada masyarakat sebagai informasi yang dikelola oleh swasta.
3. Jurnalis Berita Independen (990005): Kelompok ini mencakup usaha mencari berita yang dilakukan oleh perseorangan sebagai bahan informasi.
2.2.3 Model Bisnis di Industri PenerbitanSecara umum, ada dua pendekatan yang dilakukan para aktor bisnis dalam industri penerbitan. Aktor-aktor bisnis konvensional cenderung menitikberatkan pada penghasilan dan penjualan buku baik cetak maupun daring. Sementara aktor-aktor bisnis yang lebih muda, pada umumnya komikus, lebih berfokus pada pengembangan konten HKI. Secara lebih rinci, perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:
A. Model Bisnis Penerbitan Penghasil Buku Model bisnis penerbitan cetak mengacu pada bisnis penerbitan yang memiliki tujuan untuk menciptakan dan mencetak konten berwujud buku maupun media berkala yang diterbitkan secara cetak maupun daring. Model bisnis ini meliputi semua rantai nilai, mulai dari proses ide, kreasi, produksi, distribusi dan penjualan. Monetisasi bisnis penerbitan cetak di Indonesia pada umumnya dibagi sebagai berikut:
• Penulis: 10% dari harga buku• Produksi: 20% dari harga buku• Penerbit: 15-20% dari harga buku• Distributor: 50-55% dari harga buku
Dari sini, dapat dilihat bahwa distributor mendapatkan porsi paling besar dari keuntungan penjualan buku. Hal ini menyebabkan minimnya alokasi dana untuk agen naskah dan berbagai keperluan penerbit seperti pemasaran dan sejenisnya. Pembagian ini terjadi karena kondisi monopolistik yang membuat distributor memiliki daya tawar yang amat tinggi sebagaimana akan kita bahas pada bab selanjutnya.
B. Model Bisnis Pengembang Konten terkait Hak Kekayaan IntelektualModel bisnis pengembang konten sangat erat kaitannya dengan pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau lebih tepatnya Hak Cipta sebuah karya kreatif penerbitan. Dalam proses pengelolaan HKI di Indonesia, penerbit sering menyalahartikan perannya dengan memfokuskan pada pemenuhan kuota penjualan judul-judul baru,bukan kepada pengelolaan HKI. Di negara-negara maju, HKI menjadi dasar pengelolaan hasil karya untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi karya-karya turunan. Hal inilah yang menjadikan model bisnis pengembang konten penerbitan muncul dan berkembang.
Model bisnis pengembang konten HKI adalah model bisnis yang memiliki tujuan untuk menciptakan konten yang dialihmediakan atau dalam bentuk karakter.Model bisnis ini sangat berkembang dewasa ini seiring perkembangan teknologi. Pada umumnya, cerita akan melahirkan
51BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia
ragam karakter yang dapat dikelola hak cipta-nya ataupun dialihmediakan seperti Harry Potter, X-Men, Doraemon dan lainnya. Bisnis ini seringkali berjalan secara berkebalikan dengan cara membentuk karakter konten terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan cerita yang mengikuti karakter tersebut.
Dalam bisnis pengembangan konten, media cetak bukan menjadi tujuan utama produksi.Prioritas utama lebih kepada penyebarluasan konten menggunakan media daring dan multimedia lainnya.Bisnis ini sangat diminati oleh komikus-komikus maupun penulis muda. Karena inti dari bisnis ini lebih kepada pengembangan konten, model bisnis ini tidak terlalu dibatasi pengeluaran sumber daya (manusia dan mesin) seperti bisnis penerbitan cetak.
Gambar 2 - 7 Usaha, Pengembangan, dan Derivatif Penerbitan
Sumber: IKAPI (2014)
52 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019
53BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
BAB 3 Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
54 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Dalam perkembangannya, industri penerbitan selalu berubah mengikuti tantangan yang ada di lingkungannya. Permasalahan utama yang terjadi adalah bagaimana industri ini dapat tumbuh menjadi besar. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, jumlah penerbitan buku di Indonesia berada di peringkat 18, masih jauh di bandingkan dengan Amerika Serikat yang berada pada peringkat pertama dengan 292.014 buku per tahun. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,jumlah penerbit yang ada di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea ataupun India. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah produksi buku di Indonesia yang juga masih rendah, tidak sampai 18.000 judul buku per tahun, dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 40.000 buku pertahun, atau India pada 60.000 dan Cina pada 140.000 (Kompas, 2012).
Tabel 3 - 1 Produktivitas Penerbitan Buku Negara Asia/tahun
NEGARA PRODUKSI BUKU
Cina 140.000/tahun
India 60.000/tahun
Jepang 40.000/tahun
Vietnam 15.000/tahun
Indonesia 18.000/tahun
Sumber: IKAPI, 2012
Pertumbuhan industri penerbitan berkaitan dengan pengembangan teknologi pendukungnya. Kemajuan teknologi memiliki peran positif dan negatif dalam meningkatkan pertumbuhan industri penerbitan di dalam negeri.Pengaruh positifnya terutama berkaitan dengan penerbitan buku digital, seperti eBook store.Saat ini ada eBook store yang cukup aktif, yaitu Scoop (di bawah manajemen Gramedia), Gramediana (milik Gramedia), Lumos (milik Mizan) dan Wayang Force (milik Megindo).Tetapi, sayangnya, mesin percetakan berteknologi tinggi dan penjualan buku digital hanya dimiliki oleh perusahaan penerbitan dan percetakan besar, sehingga perusahaan penerbitan kecil menjadi terbatas geraknya dan kurang dapat berkembang.
Di Indonesia sendiri, masih banyak penerbit yang menggunakan cara konvensional untuk melakukan pencetakan. Hal ini membuktikan bahwa semakin majunya teknologi dan pendidikan tidak lantas otomatis membuat industri penerbitan tumbuh.
3.1 Kontribusi Ekonomi PenerbitanPerhitungan kontribusi ekonomi subsektor penerbitan terhadap perekonomian nasiona sangatlah penting untuk melihat posisi subsektor penerbitan dalam perekonomian nasional. Data kontribusi ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan pada tahun 2013. Perhitungan kontribusi ekonomi ini masih memiliki banyak kekurangan karena lingkup subsektor penerbitan berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) masih belum sesuai dengan ruang lingkup industri penerbitan yang masuk dalam subsektor ekonomi kreatif. Namun sebagai data awal, kontribusi ekonomi subsektor teknologi informasi dapat dilihat pada Tabel 3-1. Data ini tentunya perlu dievaluasi dan direvisi sesuai dengan konteks industri penerbitan yang merupakan bagian dari subsektor penerbitan.
55BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
Tabel 3 - 2 Kontribusi Ekonomi Subsektor Penerbitan 2010-2013
INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013 RATA-RATA
1 Berbasis Produk Domestik Bruto
a Nilai Tambah Subsektor (ADHB)*
Miliar Rupiah
40,226.96 43,757.01 47,896.67 52,037.56 45,979.55
b Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)*
Persen 8.50 8.30 8.28 8.11 8.30
c Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Total PDB (ADHB)*
Persen 0.62 0.59 0.58 0.57 0.59
d Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)**
Persen - 0.68 3.60 3.39 2.56
2 Berbasis Ketenagakerjaan
a Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Orang 490,422 496,067 503,925 505,757 499,043
b Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenaga-kerjaan Sektor Ekonomi Kreatif
Persen 4.27 4.25 4.27 4.26 4.26
c Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenaga-kerjaan Nasional
Persen 0.45 0.45 0.45 0.46 0.45
d Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor
Persen - 1.15 1.58 0.36 1.03
e Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor
Ribu Rupiah/ Pekerja Per-tahun
82,025 88,208 95,047 102,890 92,042.66
56 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013 RATA-RATA
3 Berbasis Aktivitas Perusahaan
a Jumlah Perusahaan Subsektor
Peru-sahaan
54,492 55,035 55,232 55,396 55,039
b Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif
Persen 1.04 1.03 1.02 1.02 1.03
c Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha
Persen 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
d Pertumbuhan Jumlah Perusahaan
Persen - 1.00 0.36 0.30 0.55
e Nilai Ekspor Subsektor
Juta Rupiah
1,669,121.41 1,707,399.55 1,750,281.53 1,755,826.28 1,720,657.19
f Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif
Persen 1.73 1.62 1.59 1.48 1.60
g Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Total Ekspor
Persen 0.11 0.09 0.09 0.08 0.09
h Pertumbuhan Ekspor Subsektor
Persen - 2.29 2.51 0.32 1.71
4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga
a Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor
Juta Rupiah
30,266,172.00 31,648,560.35 33,538,099.71 36,117,970.86 32,892,700.73
b Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif
Persen 4.71 4.47 4.29 4.17 4.41
57BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
““
INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013 RATA-RATA
c Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga
Persen 0.83 0.78 0.75 0.72 0.77
d Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga
Persen - 4.57 5.97 7.69 6.08
*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013), diolah
Jumlah penerbit yang ada di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea ataupun India, yang berpengaruh terhadap rendahnya jumlah produksi buku per tahun yang tidak sampai 18.000 judul buku, dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 40.000 buku, atau India pada 60.000 dan Cina pada 140.000
58 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)
Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap total produk domestik bruto industri kreatif (2013)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Gambar 3.1, dapat dilihat bahwa industri penerbitan memberikan kontribusi 8% terhadap total produk domestik bruto industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan NTB industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 5,2% dan 6,1%. Nilai tambah bruto pada tahun 2013 sendiri bernilai Rp52 triliun dengan rata-rata pertumbuhan nilai tambah bruto sebesar 2,5% untuk periode 2011-2013.
59BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan
Gambar 3 - 2 Kontribusi terhadap total tenaga kerja industri kreatif (2013)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Gambar 3.2, dapat dilihat bahwa industripenerbitan memberikan kontribusi 4,26% terhadap total tenaga kerja industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan tenaga kerja industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 1,09% dan 0,79%. Nilai tersebut didapatkan dari 505.757 tenaga kerja pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1,03% untuk periode 2011-2013.
60 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan
Gambar 3 - 3 Kontribusi terhadap total unit usaha bruto industri kreatif (2013)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Gambar 3.3, dapat dilihat bahwa industri penerbitan memberikan kontribusi 1,02% terhadap total unit usaha industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan unit usaha industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 0,98% dan 1,05%. Nilai tersebut didapatkan dari 55.396 unit usaha pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 0,55% untuk periode 2011-2013.
61BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga
Gambar 3 - 4 Kontribusi terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif (2013)
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Gambar 3.4, dapat dilihat bahwa industri penerbitan memberikan kontribusi 4,17% terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 10,5% dan 11,15%. Nilai konsumsi rumah tangga pada tahun 2013 sendiri bernilai Rp 36 triliun dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 6,07% untuk periode 2011-2013.
62 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor
Gambar 3 - 5 Pertumbuhan ekspor 2010-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Gambar 3-5, dapat dilihat bahwa industri penerbitan memberikan kontribusi 1,48% terhadap total nilai ekspor industri kreatif. Nilai ekspor pada tahun 2013 sendiri bernilai Rp 1,7 Miliar dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,14% untuk periode 2010-2013.
63BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
3.2 Kebijakan Pengembangan PenerbitanTabel 3-3 berikut merupakan analisis evaluatif terhadap kebijakan yang terkait dengan Penerbitan, baik dari sisi Penerbitan dan Percetakan sebagai industri maupun dari sisi pendidikan yang terkait dengan dunia penerbitan.
Tabel 3 - 3 Pemetaan kebijakan
KEBIJAKANUNDANG-UNDANG, PERATURAN, DAN
KEBIJAKAN YANG BERLAKUANALISIS
Keterbukaan Informasi
• UU 40/1999 tentang pers• UU 32/2002 tentang penyiaran• UU No 14/2008 tentang keterbukaan
informasi publik
Hak Cipta(LIPI, 2004)
• UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Pendaftaran hak cipta atas suatu produk masih memakan waktu terlalu lama.
Kebijakan Plagiarisme
• Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme di Perguruan Tinggi
Kebijakan plagiarisme yang ada belum mengatur secara spesifik mengenai plagiarisme karya kreatif penerbitan
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)
• Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia tahun 2009
• Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Bidang Ekonomi Kreatif
Klasifikasi dari KBLI ini masih terlalu besar berikaitan dengan subsektor Kebanyakan klasifikasi dalam KBLI masihtumpang tindih dengan subsektor lainnya, seperti musik, video, IT, dll. Oleh karena itu diperlukan pengklasifikasian KBLI khusus penerbitan dan percetakan yang lebih mendetil.
Regulasi Terkait PenerbitanIndustri penerbitan di Indonesia telah mengalami pasang surut. Perubahan dinamika dalam kebijakan pendidikan dan perkembangan informasi dan teknologi sangat berpengaruh dalam keberlangsungan subsektor ini. Upaya pemerintah sampai saat ini dinilai kurang terfokus untuk membangun industri penerbitan. Terutama, diperlukan pengkajian lebih mendalam mengenai kebijakan-kebijakan sebagai berikut:
1. Kebijakan Plagiarisme. Pembajakan tumbuh subur di Indonesia, melihat dari banyaknya karya tulis mahasiswa yang menjiplak karya orang lain serta banyaknya buku-buku bajakan yang dijual di kaki lima. Oleh karena peran kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam memberantas pembajakan sangat diperlukan untuk keberlangsungan industri ini.
2. Kebijakan Jalur Distribusi Alternatif. Struktur distribusi yang kurang efisien menyebabkan buku-buku yang dijual di daerah pelosok menjadi lebih mahal dibandingkan dengan kota-kota besar di pulau Jawa, berbanding terbalik dengan struktur daya beli masyarakatnya. Hal ini menyebabkan minat beli masyarakat daerah pun menjadi kecil. Oleh karena itu diperlukan kebijakan mengenai distribusi industri perbukuan sehingga produk buku dapat dikonsumsi secara nasional dengan harga yang lebih adil dan sesuai dengan daya beli masyarakatnya.
64 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
3.3 Struktur Pasar PenerbitanMenurut data IKAPI, pada tahun 2013 terdapat 1.219 penerbit yang terdaftar sebagai anggotanya.Di antara penerbit itu, 800 tercatat sebagai penerbit aktif.Keseluruhan penerbit adalah penerbit swasta, dan hanya satu penerbit yang tercatat sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yaitu Balai Pustaka. Kategorisasi penerbit di Indonesia terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
• Self Publisher: Penerbit yang memfasilitasi penulis untuk menerbitkan naskahnya sendiri, tanpa bergantung ketentuan kuota judul maupun penjualan per tahun
• Small Publisher: Penerbit skala kecil dengan jumlah terbitan judul kurang dari 10 pertahun• Medium Publisher: Penerbit skala menegah dengan jumlah terbitan judul 10-50 pertahun• Major Publisher: Penerbit skala besar dengan jumlah terbitan lebih dari 50 judul per tahun
Gambar 3 - 6 Jumlah Penerbit yang Menjadi Anggota IKAPI s/d 2013
Sumber: IKAPI (2014)
Pada umumnya, penerbit mempunyai ukuran yang relatif sama. Hal ini berarti produksi dari setiap penerbit jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan jumlah produksi yang beredar di keseluruhan pasar. Walaupun demikian, saat ini pasar masih di kuasai oleh penerbit-penerbit besar yang terpusat di kota-kota besar di Indonesia (Gambar 3-6). Persaingan monopolistik semacam ini menyebabkan penerbit-penerbit besar mempunyai daya tawar yang begitu tinggi dalam mempromosikan produk serta menetapkan harga dan struktur laba dalam penjualan produk penerbit, sehingga dirasa kurang adil bagi beberapa pihak.
3.4 Daya Saing PenerbitanBerdasarkan matriks daya saing, Penerbitan Indonesia memiliki nilai rata-rata 4,3. Potensi terbesar dariindustri penerbitan berada pada sumber daya kreatif yang memiliki nilai diatas rata-rata, yaitu 4,9. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah orang/wirausaha/usaha kreatif dan karya-karya kreatif milik Indonesia yang telah disebarluaskan.
65BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
Tinggi-rendahnya potensi sumber daya kreatif sangat dipengaruhi oleh nilai sumber daya pendukung dan kelembagaan. Bila dilihat dari matriks,sumber daya pendukung memiliki potensi cukup strategis untuk meningkatkan kreasi dan produktivitasindustri penerbitan. Alih-alih, sebagai salah satu pemilik hutan terbesar, Indonesia berpotensi untuk memproduksi kertas secara mandiri sehingga mampu menekan biaya produksi karya kreatif.Selain itu, keragaman budaya yang ada Indonesia berpotensi untuk mengembangkan konten dari karya kreatif yang memiliki nilai budaya bangsa sehingga memiliki nilai keunikan yang tinggi.
Sayangnya, dalam perkembangan daya saingnya, nilai kelembagaan penerbitan Indonesia masih sangat rendah, berada pada nilai 4,0. Hal ini dapat dilihat dari regulasi dan apresiasi yang masih sangat kurang dalam mendukung kinerja sumber daya kreatif. Struktur distribusi yang kurang efisien, ketidakstabilan bahan baku kertas dan tinta, dan rentannya pembajakan terhadap karya-karya kreatif penerbitan semua berkontribusi pada nilai rendah ini. Oleh karena itu, diperlukan intervensi dalam pilar kelembagaan untuk meningkatkan daya saing penerbitan.
Matriks daya saing menunjukkan nilai terendah pada pilar pembiayaan, yaitu 3,0. Beratnya biaya produksi dalam pembuatan karya kreatif, khususnya cetak, sangat tinggi, sehingga alokasi dana untuk kegiatan pemasaran sangat terbatas dan cenderung tidak dapat dilakukan oleh penerbit.Sampai saat ini, belum ada sumber atau alternatif lembaga yang memberikan informasi dan dukungan mengenai pembiayaan. Oleh karena itu, diperlukan intervensi dalam pilar pembiayaan yang akan meningkatkan daya saing industri melalui kegiatan pemasaran yang aktif.
3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan PenerbitanPertumbuhan ekonomi kreatif sangat penting untuk meningkatkan perekonomian nasional dan persaingan global.Ekonomi kreatif berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual, dan merupakan harapan bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh. Berdasarkan rata-rata pertumbuhan PDB tahunan periode 2002-2006,
Gambar 3 - 7 Daya Saing Penerbitan
66 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
industri kreatif memiliki rata-rata pertumbuhan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,76%. Sedangkan pertumbuhan ekspor industri kreatif tahun 2013 mencapai 119,7 T, meningkat 8% dari tahun 2012 (Merdeka, 2014). Salah satu subsektor potensial dalam industri kreatif adalah penerbitan. Berdasarkan data yang didapat,industripenerbitan termasuk salah satu yang mendominasi industri kreatif. Hal ini dilihat dari peningkatansebesar 4,7% tahun 2011 menjadi 4,86% tahun 2012. Kedua hal ini membuktikan bahwa industri penerbitan berpotensi untuk bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global.
Industri penerbitan dan percetakan memiliki posisi yang sangat fundamental, karena industri inilah yang paling bertahan lama dan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Saat iniindustri penerbitan mengalami perkembangan yang pesat. Dengan luas wilayah 1.910.931 km2 dan besar populasi sebanyak 244,2 juta yang 93,4% penduduknya telah melek huruf.
Tabel 3 - 4 Potensi Industri Penerbitan pada Tahun 2012
Luas 1.910.931 km2
Populasi 244,2 juta
Pertumbuhan Populasi 1,31%
Angka Melek Huruf 93,4%
Pengguna Internet 71,19 Juta
Produk Domestik Bruto $878 Milliar
PDB/kapita $3,556.79
Pertumbuhan Ekonomi 6,2%
Angka Pengangguran 6,1%
Sumber: IKAPI (2014)
Dalam perkembangan penerbitan di Indonesia terdapat 1126 Penerbit yang terdaftar di Pulau Jawa sebanyak 1004, berarti sebanyak 122 penerbit tersebar di luar pulau Jawa. Lain dari pada itu penerbit yang ada 60% menerbitan buku teks dan hanya 40% buku umum. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa dalam penerbitan Indonesia mayoritas masyarakat mengkonsumsi buku teks untuk keperluan pendidikan. PT.Gramedia sendiri, selaku penerbit dan distributor buku terbesar menerbitkan 2300 judul perbulannya di tahun 2011. Selain itu terdapat beberapa lembaga yang tidak terdeteksi menerbitkan buku seperti lembaga pemerintah, perusahaan swasta/BUMN, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Self Publisher, komunitas hobi dan Lembaga lainnya. Bila dilihat demikian potensi pengembangan buku memiliki pasar yang sangat besar dan masyarakat memiliki beragam pilihan, sehingga persaingan menjadi ketat.
Pasar penerbitan buku di Indonesia tumbuh sebanyak 6% pertahun (IKAPI, 2014) antara tahun 2007-2012. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di Indonesia, perkembangan pesat di kelas menengah dan meningkatnya kesadaran akan pendidikan. Pada tahun 2013, ada 33.199.557 eksemplar buku terjual di Indonesia dimana peringkat pertama penjualan dikuasai oleh penjualan buku anak sebanyak 10,9 Juta eksemplar (Tabel.12). Oleh karena itu bila dibandingkan dengan total populasi sebesar 244 juta,2 Juta Jiwa maka produksi buku di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi maju.
67BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
Tabel 3 - 5 10 Buku Terlaris di Indonesia
1 Anak 10,9 Juta
2 Religi 3,7 Juta
3 Sastra/Fiksi 3,6 Juta
4 Sekolah 3,5 Juta
5 Referensi/Kamus 2 Juta
6 Bisnis/Ekonomi 1 Juta
7 Pengembangan Diri 900 Ribu
8 Ilmu Sosial 800 Ribu
9 Masakan 700 Ribu
10 Komputer 700 Ribu
Sumber: IKAPI, 2013
Permasalahan utama yang di hadapi penerbitan Indonesia adalah keberlangsungan penerbitan cetak. Berkembangnya teknologi digital dan internet membuat beberapa penerbitan cetak lokal Indonesia mengalami kebangkrutan. Tetapi hal ini juga dapat dilihat sebagai tantangan untuk menciptakan bisnis model baru pada industri penerbitan. Selanjutnya, akan kita lihat secara mendetil berbagai potensi dan permasalahan industri penerbitan dalam matriks di bawah
Tabel 3 - 6 Potensi dan Permasalahan Penerbitan
POTENSI (Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
SUMBER DAYA KREATIF
1 Tersedianya pendidikan non-formal yang dilakukan lembaga atau komunitasberkaitan dengan creative writing, design, tata letak, dll.
1 Masih mahalnya biaya pendidikan non-formal untuk melatih keahlian orang kreatif penerbitan
2 Semua tingkat dan jalur pendidikan dari TK sampai perguruan tingggi mengajarkan anak untuk menggali imajinasi, menggambar, menulis danmenganalisa
2 Institusi pendidikan memperbolehkan siswa dan pengajar untuk menggunaan buku-buku bajakan di dalam proses belajar mengajar
3 Tersedianya orang kreatif yang memiliki minat menulis
3 Masih jarangnya institusi pendidikan yang membuat ekstrakulikuler untuk melatih cara menulis dan membaca siswa
4 Sudah adanya penulis-penulis Indonesia yang diakui karyanya di Internasional ( Go-Internasional)
4 Mundurnya penggunaan bahasa penulisan karya kreatif menggunakan bahasa baku (KBBI)
68 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
POTENSI (Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
5 Masih jarangnya pelaku kreatif penerbitan yang memiliki link and match dunia pendidikan dan dunia usaha
6 Belum terhubungnya dunia pendidikan dengan dunia usaha penerbitan
7 Belum banyaknya beasiswa yang mendukung kreativitas penulis /orang kreatif penerbitan
8 Hilangnya kualitas gaya dan kemampuan penulis ataupun penyunting
9 Rendahnya pemahaman penulis dalam pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual yang masih rendah
10 Kesejahteraan tenaga kerja penerbitan dan percetakan yang masih rendah
SUMBER DAYA PENDUKUNG
1 Penggunaan kertas-kertas daur ulang untuk pencetakan karya tulis
1 Masih rendahnya pengarsipan terhadap karya-karya budaya bangsa.
2 Tersedia banyak sumber daya budaya yang dapat menjadi identitas Penerbitan dan Percetakan Indonesia.
2 Kurangnya penelitian terkait sumber daya pembuatan kertas produksi dalam negeri. Kertas masih impor
3 Karya kreatif yang bernilai budaya Indonesia
3 Invasi budaya-budaya negara lain seperti korea, jepang yang lebihdiminati pembaca
4 Penggunaan karya-karya penerbitan untuk pengembangan karya subsektor ekonomi kreatif lainnya
4 Karya-karya budaya / sastra/ sejarah yang kurang peminat atau mulai ditinggalkan pembaca(terancam punah)
5 Kurangnya penelitian terkait sumber daya budaya oleh peneliti Indonesia
INDUSTRI
1 Tersedianya wirausaha kreatiflokal yang banyak
1 Masih rendahnya wirausaha kreatiflokal yang menembus pasar internasional
2 Jumlah usaha penerbitan cetak sudah banyak
2 Masih rendahnya jejaring dan kerjasama di tingkat lokal, nasional maupun global
3 Tumbuh dan berkembangnya model bisnis baru seperti pengembangan konten, self publisher dan digital publisher
3 Kesiapan industri untuk memenuhi permintaan pasar masih kurang
4 Sudah ada beberapa usaha kreatif yang mengembangkan karya kreatif untuk alih media oleh industri kreatif lain seperti film, seni pertunjukan, animasi dll
4 Pemahaman penulis dan penerbit dalam pengelolaan Hak Cipta yang masih rendah
5 Tumbuh dan berkembangnya self publisher 5 Penyebaran usaha kreatif belum merata di seluruh Indonesia (penerbit terpusat di kota besar)
69BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
POTENSI (Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
6 Kualitas dan keragaman beberapa karya kreatif hasil Penerbitan dan Percetakan Indonesia sudah diakui oleh pasar internasional.
6 Belum adanya pemetaan tentang penerbit mandiri dan penerbit digital yang berkembang saat ini
7
Terdapat karya-karya tulis Penerbitan dan Percetakan produknya sudah dipasarkan ke luar negeri seperti pesona edu, gagas media dll.
7 Masih kurangnya kesempatan alih media terhadap karya-karya tulis Indonesia
8 Monetisasi yang merugikan penulis dan penerbit
9 Perusahaan Penerbitan dan Percetakan lokal masih susah bersaing dengan internasional di negeri sendiri
10 Kesiapan industri untuk memenuhi permintaan pasar masih kurang
11 Serapan industri terhadap hasil-hasil kompetisi rendah
12 Kualitas karya kreatif penulisan Indonesia masih rendah
PEMBIAYAAN
1 Penyewaan lisensi asing untuk pasar global
1 Belum adanya alternatif pembiayaan terkait pengembangan bisnis baru dalam industri penerbitan dan percetakan. Khususnya karya penulisan seperti sastra / sejarah yang kurang diminati pasar
2 Tidak adanya informasi terkait sumber pembiayaan untuk produksi penerbitan dan percetakan
3 Pembajakan karya tulis
4 Pembajakan karya tulis
PEMASARAN
1 Besarnya potensi perkembangan produk penerbitan lokal
1 Adanya kesepakatan pasar bebas pada tahun 2015, sementara Indonesia belum siap untuk menghadapi hal tersebut.
2 Potensi pasar domestik(pasar pemerintah dan pasar swasta) dan pasar internasional
2 Karya-karya tulis/komik (produk) internasional yang lebih diminati masyarakat
3 Pertumbuhan konsumsi Indonesia bertambah sehingga dapat menambah peluang bagi Penerbitan dan Percetakan untuk memasarkan produknya
3 Penyediaan ruang promosi dan pameran nasional dan internasional yang masih sangat mahal
4 Besarnya potensi penggunaan produk-produk penerbitan padasemua sektor seperti : pendidikan,komunikasi, kesehatan,ekonomi kreatif, dan pariwisata
4 Belum banyaknya pameran yang diadakan di tingkat internasional
70 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
POTENSI (Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
5 Adanya media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram untuk membantu perluasan pasar hingga internasional
5 Belum banyaknya pameran yang diadakan di tingkat internasional
INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI
1 Banyaknya jumlah Perpustakaan yang perlu direvitalisasi berbasis kemajuan
1 Pengangkutan / distribusi yang memakan waktu tidak singkat ke daerah pelosok
2 Perkembangan teknologi internet memunculkan pengembangan model bisnis baru, konten penulisan untuk alih media, kemudahan informasi dan publikas karya
2 Mesin-mesin teknologi tinggi untuk pencetakan yang masih mahal
3
Berkembangnya teknologi digital dan multimedia membuat proses kreasi Penerbitan dan Percetakan lebih mudah dan cepat
3 Teknologi mengganggu kestabilan karya kreatif cetak penerbitan dan percetakan
4 Teknologi mengganggu kestabilan karya kreatif cetak penerbitan dan percetakan
KELEMBAGAAN
1 Sudah ada regulasi terkait kebebasan informasi danperpajakan produk penerbitan yang berkaitan dengan pendidikan
1 Belum adanya regulasi terkait penciptaan nilai kreatif (creative chain) dan penataan industri kreatif dan industri pendukung penciptaan nilai kreatif (backward and forward linkage)
2 RUU Perbukuan yang sedang diajukan IKAPI 2 Belum adanya kebijakan terkait perluasan karya ekspor Penerbitan dan Percetakan
3 Adanya insentif keringanan pajak untuk pelaku penerbitan buku/produk pendidikan
3 Belum adanya regulasi terkaitpengembangan dan penyediaan teknologi dan infrastruktur pendukung industri kreatif, terutama distribusi produk Penerbitan dan Percetakan di Indonesia
4 Sudah ada regulasi terkait HAKI bagi karya Penerbitan dan Percetakan.
4 Belum adanya ketegasan sanksi plagiarisme terhadap karya kreatif Penerbitan dan Percetakaner di Indonesia Permasalahan HAKI
5 Kerjasama pemangku kepentingan dalam membangun even-event internasional
5 Potensi komunitas terkait industri penerbitan yang tersebar dan tidak terdata
6 Eksistensi komunitas-komunitas berkaitan dengan industri penerbitan dan percetakan yang banyak dan merata
6 Tempat umum yang masih jarang dalammerepresentasikan karya Penerbitan dan Percetakan Indonesia
7 Berkerjasama dan bermitra dengan komunitas-komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia
7 Belum adanya peningkatan diplomasi secara bilateral, regional dan multirateral mengenai karya-karya penerbitan Indonesia
71BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia
POTENSI (Peluang dan kekuatan)
PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)
8
Sudah ada beberapa program untuk mengembangkan unit usaha Penerbitan dan Percetakan dari pemerintah
8 Kurangnya apresiasi/ penghargaan terhadap karya kreatif penerbitan dan percetakan
9 Kurangnya literasi masyarakat terhadap orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal dan konsumsi karya kreatif lokal
10 Masih rendahnyaminat baca masyarakat
11 Belum adanya lembaga kritik, komite ataupun dewan buku yang berstandar sehingga karya penulis indonesia menjadi tidak berkualitas
12 Pembajakan karya kreatif yang cukup banyak
13 Masih rendahnya akses dan distribusi terhadap informasi/pengetahuan terhadap sumber daya alam dan sumber daya budaya lokal
14 Kurangnya apresiasi masyarakat untuk mendukung produk penerbitan nasional
72 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019
73BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
BAB 4 Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
74 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
“ “4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.
Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan. Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable).
Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah:
1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan yang didukung oleh struktur dan ketahanan ekonomi yang kuat.
2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia di berbagai wilayah Indonesia secara adil dan merata.
3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang benar dan baik.
4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari.
Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan nasional, yaitu: (1) Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan. Pembangunan ekonomi kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
75BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kreativitas serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan.
Secara strategis pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal.
Sejalan dengan tujuan pengembangan ekonomi kreatif 2015-2019, pengembangan penerbitan sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif juga diarahkan untuk membangun landasan yang kuat agar mampu memberdayakan seluruh potensi dan pengetahuan yang dimiliki oleh semua sumber daya manusia di penerbitan sehingga tercipta profesionalisme-yang diperlukan untuk membentuk mekanisme yang dapat mendukung terbentuknya industri penerbitan sehingga mampu untuk terus menghadirkan karya-karya berkualitas dan menginspirasi kehidupan bermasyarakat di Indonesia sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Pengembangan penerbitan dalam lima tahun mendatang dilakukan melalui: Penciptaan sumber daya manusia kreatif penerbitan yang berkualitas dan berdayasaing; Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang mendukung penerbitan secara berkelanjutan; Pengembangan wirausaha, usaha, dan karya kreatif penerbitan yang merata dan berdaya saing; Penciptaan pembiayaan, kemudahan akses dan kompetitif bagi usaha, wirausaha dan orang kreatif penerbitan; Perluasan pasar penerbitan di dalam dan luar negeri yang berkelanjutan; Penyediaan infrastruktur logistik dan teknologi pendukung industri penerbitan yang tepat guna, mudah diakses dan kompetitif; dan Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas untuk pengembangan ekonomi kreatif penerbitan.
4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan PenerbitanVisi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan seni pertunjukan pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Secara umum, kerangka strategis pengembangan penerbitan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 4-1.
76 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
Tabel 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Penerbitan 2015-2019
VIS
I “Penerbitan Indonesia yang bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan”
MIS
I
Mengembangkan sumberdaya lokal kreatif bagi penerbitan Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing
Mengembangkan penerbitan Indonesia yang tumbuh merata, berdaya saing dan berkelanjutan
Mengembangkan lingkungan penerbitan Indonesia yang mengarusutamaan kreativitas dan kondusif dalam pembangunan nasional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
TU
JUA
N
1 Penciptaan sumber daya manusia kreatif penerbitan yang berkualitas dan berdaya saing
3 Pertumbuhan wirausaha, usaha dan karya kreatif penerbitan yang merata dan berdaya saing
4 Penciptaan model pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif bagi usaha, wirausaha dan orang kreatif penerbitan
5 Pengembangan pasar yang luas bagi penerbitan di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan
2 Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang mendukung usaha penerbitan secara berkelanjutan
6 Penyediaan infrastruktur logistik dan teknologi pendukung industri penerbitan yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif
7 Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan ekonomi kreatif penerbitan
SA
SA
RA
N S
TR
AT
EG
IS
1 Meningkatnya mutu pengelolaan Pendidikan Formal, Non-Formal dan Informal yang mendukung orang kreatif Penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
5 Meningkatnya wirausaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing , bertumbuh dan berkelanjutan
8 Menyediakan pembiayaan penelitian dan pelestarian karya kreatif penerbitan berkaitan dengan budaya bangsa, sastra dan sejarah
9 Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya kreatif penerbitan nasional dan internasional
10 Menyediakan infrastruktur logistik dan jaringan internet yang memadai dan kompetitif untuk pemenuhan kebutuhan pasar bagi industri penerbitan secara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
2 Mengoptimalkan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana yang mengarusutamakan kreativitas SDM Penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
6 Meningkatnya usaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkelanjutan
11 Menciptakan regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif untuk meningkatan mutu dan penyebaran orang kreatif, wirausaha kreatif dan usaha kreatif penerbitan Indonesia
77BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
12 Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri penerbitan secara berkualitas dan berkelanjutan
13 Tercapainya kreativitas penerbitan sebagai paradigma pembangunan dan dalam kehidupan masyarakat
3 Mendukung penyediaan bahan baku yang menunjang produktivitas penerbitan dengan menggunakan sumber daya alam Indonesia (yang terbarukan)
7 Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif penerbitan lokal berbasis budaya bangsa
14 Meningkatnya posisi, kontribusi, kemandirian serta kepemimpinan penerbitan Indonesia dalam fora internasional
15 Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif penerbitan lokal di tingkat nasional dan internasional
4 Menyediakan data dan informasi sumber daya budaya yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat untuk mengembangkan konten kreatif penerbitan
16 Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap sumber daya alam dan budaya lokal yang dihasilkan melalui karya kreatif penerbitan
4.2.1 Visi Pengembangan PenerbitanDalam rangka memasuki tahap pembangunan ke-3 (2015—2019), pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan untuk pengembangan sumber daya kreatif dan sumber daya pendukung, meningkatkan daya saing industri kreatif, meningkatkan akses pembiayaan dan pasar, serta harmonisasi regulasi dan penguatan kelembagaan ekonomi kreatif. Berkaitan dengan itu, berdasarkan kondisi dan tantangan yang dihadapi penerbitan serta memperhitungkan daya saing dan potensi yang dimiliki, maka visi pengembangan seni pertunjukan selama periode 2015–2019 adalah:
“ “
Penerbitan Indonesia yang bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan
Pada visi diatas terdapat lima kata kunci yakni merata, berkualitas, berbudaya, berdayasaing dan berkelanjutan.
Pemahaman dari lima kata kunci tersebut adalah:1. Bertumbuh secara merata adalah penyebaran usaha kreatif dan wirausaha kreatif
penerbitan Indonesia ke seluruh Indonesia, tidak hanya terpusat di Pulau Jawa ataupun kota-kota besar.
2. Berkualitas adalah penerbitan Indonesia yang memiliki mutu yang baik dalam hal pengkaryaan, hal ini menunjuk untuk mengembangkan sumber daya manusia penerbitan agar menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas.
78 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
3. Berdaya saing adalah menunjuk karya kreatif penerbitan yang dapat disandingkan dengan karya kreatif penerbitan lainnya di tingkat nasional maupun global.
4. Berbudaya mengandung arti nilai karya kreatif, usaha kreatif dan wirausaha kreatif penerbitan yang menjunjung tinggi budaya bangsa Indonesia.
5. Berkelanjutanmenunjuk pada keberlangsungan usaha penerbitan yang mampu bertahan dan berkembang besar dengan memanfaatkan peluang yang ada dan bertahan terhadap tantangan globalisasi.
4.2.2 Misi Pengembangan PenerbitanUntuk mencapai visi subsektor penerbitan 2019, Misi subsektor penerbitan 2015—2019 dikemas dalam Misi sebagai berikut:
1. Mengembangkan sumber daya lokal kreatif bagi penerbitan Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing.Misi 1 diatas bermaksud untuk mendorong pemanfaatan serta pengembangan sumber daya lokal baik sumber daya manusia, sumber daya alam maupun budaya agar dapat memiliki kualitas dan mutu yang cakap sehingga mampu bersaing dengan sumber daya kreatif lainnya.
2. Mengembangkan penerbitan Indonesia yang tumbuh merata, berdaya saing dan berkelanjutan.Misi 2 diatas bermaksud untuk mendukung pertumbuhan usaha penerbitan dan wirausaha penerbitan yang tersebar di seluruh indonesia, mampu bersaing dan bertahan baik nasional maupun internasional.
3. Mengembangkan lingkungan penerbitan Indonesia yang mengarusutamaan kreativitas dan kondusif dalam pembangunan nasional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.Misi 3 diatas bermaksud untuk mengembangkan lingkungan kondusif yang menyokong keberlangsungan industri penerbitan. Dalam hal ini, pengembangan lingkungan kondusif berkaitan dengan peran regulasi dan para pemangku kepentingan seperti pemerintah, bisnis, akademisi dan komunitas.
4.2.3 Tujuan Pengembangan PenerbitanUntuk merealisasikan visi dan misi subsektor penerbitan maka perlu dirumuskan tujuan dan sasaran-sasaran strategis tahun 2015—2019 yang lebih jelas guna menggambarkan ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi.
Tujuan rencana strategis pengembangan industri penerbitan adalah:1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif penerbitan yang berkualitas dan berdaya saing.2. Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
budaya yang mendukung usaha penerbitan secara berkelanjutan.3. Pertumbuhan wirausaha, usaha dan karya kreatif penerbitan yang merata dan berdaya saing.4. Penciptaan model pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif bagi industri
penerbitan.5. Pengembangan pasar yang luas bagi penerbitan di dalam dan luar negeri yang berkualitas
dan berkelanjutan.6. Penyediaan infrastruktur logistik dan teknologi pendukung usaha penerbitan yang tepat
guna, mudah diakses, dan kompetitif.7. Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam
pengembangan ekonomi kreatif industri penerbitan.
79BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan PenerbitanUntuk mencapai tujuan pengembangan seni pertunjukan maka terdapat empat belas sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 41 indikasi strategis. Sasaran dan indikasi strategis pengembangan seni pertunjukan meliputi:
Untuk keperluan pengukuran ketercapaian tujuan strategis pengembangan penerbitan maka diperlukan 16 sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 35 indikasi strategis yang menggambarkan kondisi yang harus dicapai pada tahun 2019. Sasaran strategis dan indikasi strategis untuk tiap tujuan strategis tersebut adalah sebagai berikut.
a. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 1.1. Meningkatnya mutu pengelolaan Pendidikan Formal, Non-Formal dan Informal
yangmendukung orang kreatif Penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
2. Mengoptimalkan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana yang mengarusutamakan kreativitas untuk penerapan sistem pembelajaran Pendidikan Formal merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
Sasaran strategis 1 dan 2 untuk mencapai tujuan strategis 1 dapat diindikasikan oleh:• Meningkatnya jumlah Pendidikan Formal dan Nonformal di provinsi/Kabupaten/
Kota yang menimplementasikan kurikulum pendidikan soft skill yang mendukung keberlangsungan orang kreatifdi bidang penerbitan.
• Bertambahnya sejumlah lembaga pendidikan formal, non-formal, komunitas yang difasilitasi sarana dan prasarana kreativitas di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota terkait pembuatan karya kreatif penerbitan.
• Adanya pemetaan lembaga nonformal dan komunitas di Indonesia terkait pengembangan SDM kreatif.
• Meningkatnya sejumlah peserta pelatihan/workshop berkaitan dengan penulisan konten (IP Awareness, Creative Thinking, Editing, Design dan Animation).
b. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 2.3. Mendukung penyediaan bahan baku yang menunjang produktivitas penerbitan
dengan menggunakan sumber daya alam Indonesia (yang terbarukan).4. Menyediakan data dan informasi sumber daya budaya yang akurat dan terpercaya
dan dapat diakses secara mudah dan cepatuntuk mengembangkan konten kreatif penerbitan.
Sasaran strategis 3 dan 4 untuk mencapai tujuan strategis 2 dapat diindikasikan oleh:• Tersedianya bahan baku kertas dan tinta yang menunjang produktivitas penerbitan
sehingga terjangkau dan terbarukan.• Tersedianya sejumlah data dan informasi sumber daya budaya yang akurat dan
terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepatuntuk mengembangkan konten kreatif penerbitan.
• Meningkatnya sejumlah penelitian / karya kreatif berbasis sumber daya budaya lokal untuk pengembangan karya kreatif penerbitan.
80 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
c. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 3. 5. Meningkatnya wirausaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh
dan berkelanjutan.6. Meningkatnya usaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh, dan
berkelanjutan.7. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif penerbitan lokal berbasis
budaya bangsa.
Sasaran strategis 5, 6 dan 7 untuk mencapai tujuan strategis 3 dapat diindikasikan oleh:• Adanya pemetaan terkait wirausaha, usaha dan karya kreatif penerbitan.• Bertambahnya jumlah wirausaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing,
bertumbuh dan berkelanjutan.• Bertambahnya sejumlah usaha kreatif penerbitan lokal yang merata berdaya saing,
bertumbuh, dan berkelanjutan di wilayah Indonesia Timur.• Berkembangnya model bisnis baru yang tumbuh dan berkembang di bidang penerbitan
Indonesia.• Bertambahnya sejumlah karya kreatif penerbitan lokal yang beragam dan berkualitas
dan berbasis budaya bangsa.• Adanya sejumlah kerjasama terkait pengelolaan hak cipta (alih media) karya kreatif
peninggi terbitan menjadi karya kreatif lain yang bernilai ekonomi dan budaya tinggi.
d. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 4. 8. Menyediakan pembiayaan penelitiandan pelestarian karya kreatif penerbitan berkaitan
dengan budaya bangsa, sastra dan sejarah.
Sasaran strategis 8 untuk mencapai tujuan strategis 4 dapat diindikasikan oleh:• Bertambahnya sejumlah karya kreatif penerbitan (berkaitan dengan budaya bangsa
dan bahasa daerah yang mulai hilang) kembali dilestarikan.• Bertambahnya sejumlah penelitian/karya kreatif yang di produksi berkaitan dengan
pelestarian budaya bangsa, bahasa daerah, sastra dan sejarah
e. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 5. 9. Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya kreatif penerbitan nasional
dan internasional
Sasaran strategis 9 untuk mencapai tujuan strategis 5 dapat diindikasikan oleh:• Bertambahnya sejumlahkarya kreatif penerbitan yang diterjemahkan ke dalam bahasa
asing (Go Internasional).• Adanya kegiatan pameran/festival yang memasarkan karya kreatif penerbitan Indonesia
yang dilakukan secara merata di provinsi/kabupaten/kota.• Meningkatnya sejumlah kegiatan pameran karya kreatif penerbitan Indonesia yang
dilakukan di luar negeri (event-event internasional).• Meningkatnya pesertakegiatan pameran karya kreatif penerbitan Indonesia yang
dilakukan di luar negeri (event-even internasional).
81BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
• Meningkatnya sejumlah karya kreatif penerbitan Indonesia yang dialihmediakan baik nasional maupun internasional.
• Tersedianya portal data base karya kreatif penerbitan yang dapat diakses dan digunakan untuk membangun jejaring pemasaran.
f. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 6.10. Menyediakan infrastruktur logistik dan jaringan internet yang memadai dan kompetitif
untuk pemenuhan kebutuhan pasar bagi industri penerbitan secara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota
Sasaran strategis 10 untuk mencapai tujuan strategis 6 dapat diindikasikan oleh:• Bertambahnyainfrastruktur logistik untuk distribusi karya kreatif cetak yang memadai
dan kompetitif untuk pemenuhan kebutuhan pasar secara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota.
• Meningkatnya persebaran akses jaringan internet yang memadaisecara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota yang menunjang karya kreatif penerbitan digital.
• Pertambahan kecepatan akses internet (MB/s) yang dapat digunakan untuk kemajuan penerbitan terkait penggunaan media daring.
g. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 7.11. Menciptakan regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif untuk
meningkatan mutudan penyebaran orang kreatif, wirausaha kreatif dan usaha kreatif penerbitan Indonesia.
12. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri penerbitan secara berkualitas dan berkelanjutan.
13. Tercapainya kreativitas penerbitan sebagai paradigma pembangunandan dalam kehidupanmasyarakat.
14. Meningkatnya posisi, kontribusi, kemandirian serta kepemimpinan penerbitan Indonesia dalam fora internasional.
15. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif penerbitanlokal di tingkat nasional dan internasional.
16. Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap sumber daya alam dan budaya lokalyang dihasilkan melalui karya kreatif penerbitan
Sasaran strategis 11, 12, 13, 14, 15 dan 16 untuk mencapai tujuan strategis 7 dapat diindikasikan oleh:• Adanya sejumlah regulasi yang mendukung dan melindungi penciptaaniklim yang
kondusif untuk meningkatan mutudan penyebaran orang kreatif, wirausaha kreatif dan usaha kreatif penerbitan Indonesia.
• Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas dan pemerintah dalam pengembangan penerbitan Indonesia secara berkelanjutan.
• Meningkatnya jumlahkarya kreatif penerbitan nasional yang dikonsumsi masyarakat.
82 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
• Mengoptimalkan standarisasi karya-karya kreatif penerbitan seperti bahasa, etika penulisan, EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
• Meningkatnya intelektualitas dan gaya hidup berbudaya masyarakat melalui karya kreatif penerbitan.
• Meningkatnya jumlah media baru yang digunakan untuk mengembangkan konten karya kreatif penerbitan.
• Meningkatnya kerjasama berkaitan dengan penerjemahan karya kreatif, penerbitan event / konferensi / dalam fora internasional.
• Meningkatnya jumlah kritikus karyakreatif penerbitanlokal.• Meningkatnya jumlah penghargaan kepada karyakreatif/wirausaha/usaha kreatif
penerbitan lokal di tingkat nasional dan internasional.• Meningkatnya minat baca dan tulis masyarakat terhadap karya kreatif penerbitan lokal.• Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif penerbitan lokal.
4.4 Arah Kebijakan Pengembangan PenerbitanArah pengembangan penerbitan Indonesia dijabarkan berdasarkan tujuan pengembangan penerbitan, meliputi 7 tujuan utama, yaitu: penciptaan Sumber Daya Manusia kreatif penerbitan yang berkualitas dan berdayasaing; perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang mendukung penerbitan secara berkelanjutan; pengembangan wirausaha, usaha, dan karya kreatif penerbitan yang merata dan berdaya saing; penciptaan pembiayaan, kemudahan akses dan kompetitif bagi usaha, wirausaha dan orang kreatif penerbitan; perluasan pasar penerbitan di dalam dan luar negeri yang berkelanjutan; penyediaan infrastruktur logistik dan teknologi pendukung industri penerbitan yang tepat guna, mudah diakses dan kompetitif; dan penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas untuk pengembangan ekonomi kreatif penerbitan.
4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif Penerbitan yang Berkualitas dan Berdayasaing
• Bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dalam melakukan kajian dan penyempurnaan kurikulum pendidikan dan pelatihan agar lebih berorientasi pada pembentukan kreativitas dan kewirausahaan.
• Membangun mekanisme kemitraan antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan pelatihan dengan pelaku usahadan komunitas untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan berkualitas untuk mengembangkan penerbitan Indonesia.
• Bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional dalam Pengembangan Pendidikan yang Membangun SDM penerbitanyang Berjiwa Kreatif, Inovatif, Sportif dan Wirausaha
4.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Budaya yang Mendukung Penerbitan Secara BerkelanjutanPenyediaan bahan baku untuk kebutuhan produksi karya kreatifpenerbitan.
• Pengembangan, Pembinaan dan Perlindungankarya kreatifpenerbitan indonesia yang bernilai budayasebagai jati diri bangsa.
• Pelestarian karya kreatif penerbitanyang memiliki nilai sejarah budaya bangsa.
83BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
4.4.3 Arah Kebijakan Peningkatan Pertumbuhan Wirausaha, Usaha, dan Karya Kreatif Penerbitan yang Merata dan Berdaya Saing
• Optimalisasi iklim kolaborasi dan penciptaan jejaring kreatif antar wirausaha kreatif penerbitan di tingkat lokal, nasional, dan global.
• Penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.• Penciptaan usaha kreatif penerbitan lokal di wilayah Indonesia Timur dengan melakukan
Koordinasi antar Kementrian dan/atau Lembaga Pemerintah pusat dan daerah.• Optimalisasi iklim kolaborasi dan keterkaitan antar usaha kreatif penerbitan maupun
antara industri kreatiflainnya di tingkat lokal, nasional, dan global.• Pengembangan wacana dan eksplorasi bentuk-bentuk baru dalam penciptaan karya
kreatif penerbitan yang memanfaatkansumber daya budaya lokal secara berkelanjutan.
4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Pembiayaan, Kemudahan Akses dan Kompetitif Bagi Usaha, Wirausaha dan Orang Kreatif Penerbitan.
• Pengembangan alternatif pembiayaan untuk penelitian pembuatan karya kreatif penerbitan yang sesuai, dapat diakses dengan mudah, dan kompetitif.
• Penyediaan pembiayaan pencetakan karya kreatif penerbitan lokal untuk mendorong kemajuan usaha penerbitan cetak lokal.
4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar Penerbitan di dalam dan Luar Negeri yang Berkelanjutan
• Peningkatan kualitas branding, promosi, pameran, festival, misi dagang, B2B networking industri penerbitan di dalam dan luar negeri.
• Pengembangan sistem informasi pasar karya kreatif penerbitan di dalam negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasi didistribusikan dengan baik.
• Pembatasan terhadap karya kreatif penerbitan mancanegara dan mendukung karya kreatif penerbitan lokal.
4.4.6 Arah Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Logistik dan Teknologi Pendukung Industri Penerbitan yang Tepat Guna, Mudah Diakses dan Kompetitif
• Pengembangan infrastruktur logistikdan jaringan internet di dalam negeri yang dapat diakses dengan mudah untuk mendukung industri penerbitan.
• Penguatan dan perluasan pemanfaatan TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) untuk mengakses karya kreatif penerbitan Indonesia.
4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan yang Kondusif dan Mengarusutamakan Kreativitas untuk Pengembangan ekonomi Kreatif Penerbitan
• Harmonisasi regulasi (menciptakan, de-regulasi) dalam hal pendidikan dan apresiasi, pemanfaatan dan pengembangan sumber daya bangsa, penciptaan nilai kreatif dan
84 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
industri penerbitan beserta industri pendukunganya, pembiayaan, perluasan pasar, infrastruktur, HKI.
• Peningkatan sinergi, koordinasi, dan kolaborasi antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) dan orang kreatif penerbitan dalam mengembangkan ekonomi kreatif.
• Pengembangan, pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau wadah yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi kreatif industri penerbitan.
• Pengembangan dan pembangunan kreativitas dan intelektual masyarakat melalui karya kreatif penerbitan Indonesia.
• Meningkatnya posisi, kontribusi, kemandirian serta kepemimpinan Indonesia dalam forum diplomasi bilateral, regional dan multilateral.
• Meningkatnya jumlah peserta dalam festival dan even internasional.• Memfasilitasi dan memberikan penghargaan yang prestisius bagi orang/karya/ wirausaha/
usaha kreatif lokal di tingkat nasional dan internasional.• Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk menggunakan karya
kreatif penerbitan lokal.
4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan PenerbitanStrategi pengembangan penerbitan merupakan pendekatan pelaksanaan perencanaan, dan rencana aksidalam kurun waktu tertentu.
4.5.1 Peningkatan Mutu Pengelolaan Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal yang mendukung Orang Kreatif Penerbitan Merata di Seluruh Provinsi, Kabupaten, dan KotaPeningkatan mutu pengelolaan pendidikan formal, nonformal dan informal yang mendukung orang kreatif penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten dan kota memiliki empat strategi utamayang dicapai melalui empat rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Meningkatan mutu lembaga pendidikan, tenaga kependidikan yang mendukung penciptaan dan penyebaran orang kreatif penerbitan secara berkelanjutan khususnya di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah: Mendukung dan memfasilitasi kementerian pendidikan nasional untuk menerapkan kurikulum pendidikan softskill kepada sejumlah pendidikan formal dan nonformal di 10 provinsi berpotensi di Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa tenggara dan Papua.
2. Strategi 2:Mendorong tersedianya tenaga ahlipendidikan yang berkualitas, yang mendukung penciptaan dan penyebaran orang kreatifpenerbitan secara berkelanjutan khususnya di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Penyediaan tenaga pendidik dan tutor berkompeten yang merata di 10 provinsi berpotensi di Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa tenggara dan Papua.
3. Strategi 3: Melakukan pemetaan lembaga nonformal dan komunitas terkait industri penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Melakukan pemetaan potensi dan publikasi hasil pemetaan
85BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
lembaga pendidikan nonformal dan komunitas serta stakeholder terkait pengembangan sdm kreatif penerbitan
4. Strategi 4: Memberdayakan komunitas dan lembaga pendidikan formal/nonformal yang mendukung penciptaan dan penyebaran orang kreatif penerbitan secara berkelanjutan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Melaksanakan Kerjasama dengan Lembaga Pelatihan Non-Formal dan Komunitas dalam mengembangkan kualitas SDM penerbitan melalui pelatihan/workshop berkaitan pengembangan/penulisan konten kreatif (IP Awareness, Creative Thinking, Editing, Design dan Animation).
4.5.2 Penyediaan dan Peningkatan sarana Dan prasarana yang mengarusutamakan kreativitas SDM penerbitanMengoptimalkan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana yang mengarusutamakan kreativitas SDM Penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota memilikidua strategi utama yang dicapai melalui dua rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Membangun dan mengembangkan fasilitas pendidikan dan pelatihan berkualitas untuk mengembangkan industri penerbitan Indonesia di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran mengasah kreativitas yang merata di 10 provinsi berpotensi di Indonesia.
2. Strategi 2: Meningkatkan jumlah dan memperbaiki fasilitas lembaga pendidikan dan pelatihan formal dan informal yang mendukung penciptaan orang kreatif penerbitan di provinsi, kabupaten dan kota. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran mengarusutamakan kreativitasdan IP Awareness di lembaga pendidikan nonformal terkait industri penerbitan di 10 provinsi berpotensi Indonesia.
4.5.3 Penyediaan Bahan Baku yang Menunjang Produktivitas PenerbitanMendukung penyediaan bahan baku yang menunjang produktivitas penerbitan dengan menggunakan sumber daya alam Indonesia (yang terbarukan) memiliki dua strategi utama yang dicapai melalui empat rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Meningkatkan akses dan distribusi terhadap penyediaan bahan baku kertas dan tinta yang murah dan terjangkau untuk mendukung keberlangsungan karya kreatif penerbitan cetak. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:a. Mengusulkan kebijakanperpajakan mengenai harga bahan baku khususnya kertas
dan tinta untuk produktivitas penerbitan cetak. b. Mempermudah pendistribusian bahan baku kertas dan tinta untuk menunjang
ketersediaan bahan baku produksi penerbitan cetak.2. Strategi 2: Mendukung ketersediaan sumber daya lokal khususnya kertas dan tinta ramah
lingkungan untuk digunakan sebagai bahan baku produksi industri penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menyediakandata dan informasi terkait sumber daya alam yang dapat digunakan
untuk bahan bakupenerbitan alternatif.b. Memberikan dana hibah penelitian terkait bahan baku produksi penerbitan berbasis
sumber daya lokal.
86 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
4.5.4 Penyediaan Data dan Informasi Sumber Daya Budaya yang Akurat Terpercayan dan dapat Diakses Secara Cepat dan MudahPenyediaan data dan informasi sumber daya budaya yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepatuntuk mengembangkan konten kreatif penerbitan memiliki tiga strategi utama yang dicapai melalui tiga rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Melakukan kerjasama dengan subsektor ekonomi kreatif lainnya untuk mengembangkan karya kreatif penerbitan yang menunjukkan identitas budaya bangsa. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Mengembangkan konten karya kreatif penerbitan yang dapat menjadi identitas budaya bangsa Indonesia.
2. Strategi 2: Mengoptimalkan penelitian terkait dengan karya kreatif penerbitan yang bernilai budaya tinggi. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Meningkatkan karya kreatif penerbitanyangberbasis penelitian,bermutu, berbudaya, danberdaya saing internasional.
3. Strategi 3: Memberikan perlindungan karya kreatifpenerbitan lokal terhadap invasi budaya negara lain masuk ke Indonesia. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Menyediakan sistem, data dan informasi berbasis riset budaya yang dapat diakses oleh orang kreatif penerbitan untuk pengembangan konten kreatif berbasis budaya.
4.5.5 Peningkatan Wirausaha Kreatif Penerbitan Lokal yang Berdaya Saing, Bertumbuh dan BerkelanjutanMeningkatnya wirausaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh dan berkelanjutan memiliki 2 strategi dan 4 rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Melakukan pendataan dan pemetaan mengenai potensi wirausaha kreatif, usaha kreatif dan orang kreatif penerbitan serta stakeholder yang terkait industri penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan pemetaan potensi wirausaha kreatifpenerbitan Indonesiab. Mengadakan event/kompetisi untuk menyaring wirausaha kreatif
2. Strategi 2: Mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi pengalaman dan keahlian di institusi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dalam pengembangan calonwirausahakreatif penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Memfasilitasi penciptaan danpeningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude)
wirausaha kreatif penerbitan lokal b. Memfasilitasi kolaborasi dan penciptaan jejaring kreatif antar wirausaha kreatif di
tingkat lokal, nasional, dan global4.5.6 Peningkatan Usaha Kreatif Penerbitan Lokal yang Berdaya Saing Peningkatan usaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkelanjutan memiliki tiga strategi dan tiga rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Mendukung pemerataan industri penerbitan dan percetakan ke seluruh Indonesia khususnya bagian wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Melakukan pemetaan potensi
87BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
keberadaaanusaha kreatif penerbitan di Indonesia.2. Strategi 2: Membuka jalur kerjasama dengan subsektor ekonomi kreatif lainnya untuk
mengembangkan karya kreatif penerbitan yang menunjukkan identitas budaya bangsa. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Meningkatkan kolaborasi dan kemitraan unit usaha penerbitan lokal di Indonesia
3. Strategi 3: Mendukung pengembangan model bisnis wirausaha dan usaha kreatif baru. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Perbaikan KBLI untuk ruang lingkup produk dan jasa terkait industri penerbitan
4.5.7 Peningkatan Keragaman dan Kualitas Karya Kreatif Penerbitan Lokal Berbasis Budaya BangsaMeningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif penerbitan lokal berbasis budaya bangsa. memiliki dua strategi dan tiga rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Memfasilitasi penelitian terkait dengan karya kreatif penerbitanyang bernilai budaya bangsa dan sumber daya lokal tinggi. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah memfasilitasi penelitian dan pengembangan konten karya kreatif penerbitan Indonesia berbasis budaya bangsa.
2. Strategi 2: Memfasilitasi pendaftaran karya kreatif penerbitanberkualitas untukterdaftar dalam HKI dan masuk menjadi kekayaaan intelektual dan budaya bangsa. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan pemetaan potensi keberadaaan karya kreatif penerbitan yang potensial
dan berkualitas
b. Mengadakan event atau kompetisi untuk menyaring karya kreatif penerbitan yang berkualitas untuk didaftarkan ke HKI
4.5.8 Penyediaan Pembiayaan Penelitian dan Pelestarian Karya Kreatif Penerbitan Berkaitan dengan Budaya Bangsa, Sastra dan SejarahMenyediakan pembiayaan penelitiandan pelestarian karya kreatifpenerbitan berkaitan dengan budaya bangsa, sastra dan sejarah memiliki dua strategi dan tiga rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Memfasilitasi adanya skema pembiayaan pencetakan untuk keberlangsungan produktivitas usaha penerbitan karya kreatif cetak lokal khususnya berkaitan dengan budaya bangsa dan bahasa daerah yang mulai hilang. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Penyediaan subsidi pembiayaan untuk produktivitas karya kreatif penerbitan berbasis budaya bangsa, bahasa daerah,sejarah dan sastra klasik.
2. Strategi 2: Membantu pembiayaan penelitian karya kreatif penerbitan (berkaitan dengan budaya bangsa dan bahasa daerah yang mulai hilang)agar dapatbertahan dan lestari. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan penyediaan subsidi pembiayaan untuk penelitian berkaitan dengan karya kreatif bermuatan budaya, kenegaraan, bahasa daerah dan sejarah bangsa.
4.5.9 Peningkatan Penetrasi dan Diversivikasi Pasar Karya Kreatif Penerbitan Nasional dan InternasionalMeningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya kreatif penerbitan nasional dan internasional memiliki tiga strategi dan lima rencana aksi, sebagai berikut:
88 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
1. Strategi 1: Mengadakan festival internasional yang akan mempertemukan pelaku kreatif penerbitan Indonesia dan pemangku kepentingan industri penerbitan manca negara. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut a. Mengadakan pameran Internasional untuk mempromosikan karya kreatif penerbitan
nasional kepada dunia.b. Memfasilitasi keikutsertaan karya penerbitan Indonesia yang berkualitas untuk
mengikuti pameran di dalam negerimaupun luar negeri2. Strategi 2: Membuat portal data basedalam rangka membangun jejaring antara pelaku
usaha penerbitan dan stakeholder industri penerbitan dan memperluas jangkauan distribusi produk kreatif penerbitan Indonesia di dalam dan luar negeridi tingkat lokal, nasional dan global. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah membangun portal sebagai saranapromosi dan sistem informasi pasar karya kreatif di dalam negeri dan luar negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasinya didistribusikan dengan baik
3. Strategi 3: Memfasilitasi jejaring pelaku industri penerbitandi tingkat lokal, nasional, dan global dalam skema ko-produksi sebagai bagian dari rantai distribusi karya kreatif penerbitan Indonesia.Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:a. Mengadakan festival nasional dan internasinal berkala untuk mempertemukan karya
kreatif penerbitan nasional dan internasional.b. Proaktif mendukung pemasaran dan keberlangsungankarya kreatif penerbitan lokal
di pasardomestik
4.5.10 Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur Logistik dan Jaringan Internet yang Memadai dan KompetitifMenyediakan infrastruktur logistik dan jaringan internet yang memadai dan kompetitif untuk pemenuhan kebutuhan pasar bagi industri penerbitan secara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan memiliki dua strategi dan empat rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Memfasilitasi alternatif jalur distribusi dan kerja sama industri untuk memberikan kemudahan akses dan harga khusus bagi konsumen pelajar terkait karya kreatif penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut a. Menyediakan jalur distribusi alternatif untuk meningkatkan keterjangkauan logistik
dan transportasi karyakreatif penerbitan yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan provinsi
b. Memberikan fasilitas teknologi pendukung untuk menyebarkan karya kreatif di bidang penerbitan
2. Strategi 2: Memfasilitasi peningkatan persebaran dan kecepatan internet di Indonesia untuk mendukung produktivitas pelaku penerbitan Indonesia. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Perluasan jaringan internet untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
karyakreatif penerbitan digital yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan provinsi
b. Peningkatan persebaran dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap
89BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
4.5.11 Pengembangan Regulasi Yang Mendukung Penciptaan Iklim yang Kondusif untuk Meningkatkan Mutu Penerbitan IndonesiaMenciptakan regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif untuk meningkatan mutudan penyebaran orang kreatif, wirausaha kreatif dan usaha kreatif penerbitan Indonesia memiliki tiga strategi dan tujuh rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Harmonisasi-regulasi terkait pendidikan, kebudayaan dan penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Menyusun dan mengkaji ulang kebijakan terkait keberlangsungan karya kreatif
penerbitan, salah satunya adalah Undang-Undang Perbukuanb. Memfasilitasidan mengkaji ulang kebijakan pemerintah mengenai keutamaan
menggunakan produk dan jasa penerbitan lokal dibanding asing,khususnya penerbit yang melestarikan karya-karya sejarah dan budaya bangsa
2. Strategi 2: Harmonisasi-regulasi terkait perdagangan, teknologi dan penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:a. Menyusun dan mengkaji ulang kebijakan terkait persaingan bisnis terkait teknologi
(cetak dan digital) terkait keberlangsungan industri penerbitan.b. Menyusun dan mengkaji ulang kebijakan terkait perlindungan hak cipta danpelaku
usaha kreatif penerbitan lokal dalammenciptakan iklim persaingan usaha yang kondusifc. Menyusundan mengkaji ulang kebijakan pemerintah mengenai keutamaan
menggunakan produk dan jasa penerbitan lokal dibanding asing, khususnya penerbit yang melestarikan karya-karya sejarah dan budaya bangsa
d. Menyusun dan mengkaji ulang kebijakan perluasan distribusi pasar untuk karya kreatif di bidang penerbitan baik di dalam dan di luar negeri
3. Strategi 3: Harmonisasi-regulasi terkait perpajakan dan penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah menyusun dan mengkaji ulang kebijakan akses pembiayaan dan keringanan pajak bagi pelaku penerbitan lokal
4.5.12 Peningkatan Partisipasi Aktif Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Penerbitan Indonesia Secara Berkualitas dan BerkelanjutanPeningkatan partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan penerbitan Indonesia secara berkelanjutanmemiliki tiga strategi dan tiga rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Menciptakan dan memberdayakan wadah konsolidasi, koordinasi, resource sharing, dan kerja kolektif antar pemangku kepentingan dalam bentuk forum maupun komunitas. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Membentuk Dewan Penerbitan sebagai lembaga penghubung antar pemangku
kepentingan dalam industri penerbitan Indonesiab. Membangun portal subsektor industri kreatif penerbitan sebagai sarana pendataan
potensi lembagapendidikan, industri dan komunitas yang mendukung kegiatan ekosistem penerbitan.
90 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
2. Strategi 2: Mengaktifkan dan memfasilitasi asosiasi penerbit untuk berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah mendukung kegiatan dan pembentukan asosiasi keprofesian penerbitan untuk berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global.
4.5.13 Peningkatan Kreativitas Penerbitan Sebagai Paradigma Pembangunan dan dalam Kehidupan Masyarakat Pencapaian kreativitas penerbitan sebagai paradigma pembangunan dan dalam kehidupan masyarakat memiliki dua strategi dan dua rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Meningkatkan minat baca dan tulis masyarakat serta berpihak pada penggunaan karya kreatif penerbitan nasional. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah mendorong tersedianya karya kareatif penerbitan yang berkualitas dan terjangkau untuk meningkatkan minat baca dan tulis masyarakat serta penyediaan karya kreatif penerbitan nasional di institusi-institusi pendidikan.
2. Strategi 2: Adanya perubahan pola pikir dan kemajuan kreativitas masyarakat melalui adaptasi karya-karya kreatif penerbitan yang dikelola menjadi karya kreatif lain yang bernilai ekonomi dan budaya yang tinggi. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Mengelola konten karya kreatif penerbitan yang berkualitas untuk dialihmediakan
ke subsektor ekonomi kreatif lain.b. Mengoptimalkan standarisasi karya-karya kreatif penerbitan seperti bahasa, etika
penulisan, EYD (Ejaan Yang Disempurnakan.
4.5.14 Peningkatan Posisi, Kontribusi, Kemandirian, Serta Kepemimpinan Indonesia dalam Fora Internasional Melalui PenerbitanPeningkatan posisi, kontribusi, kemandirian, serta kepemimpinan dalam fora internasional melalui penerbitan memiliki dua strategi dan dua rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Menjalin kemitraan strategis dengan negara yang memiliki kemajuan di bidang penerbitan dalam forum diplomasi bilateral, regional dan multilateral. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Memfasilitasi akses pasar nasional dan global agar industri penerbitan semakin
semakin bertumbuh dan berdaya saing global dengan negara ASEAN, Jepang, Korea, Jerman, Perancis, Australia, Amerika, dll.
b. Mengoptimalkan fungsi kedutaan besar RI di luar negeri sebagai Market Intelligence untuk mempromosikan karya penerbitan Indonesia ke kalangan internasional
2. Strategi 2: Memfasilitasi keikutsertaan pelaku penerbitan Indonesia dengan memberikan subsidi atau sponsorship bagi orang kreatif dan penerbit indonesia yang mampu ikut serta dalam festival dan event internasional. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan kerjasamadengan stakeholder untuk menyediakan ruang ekspresi dan fasilitasi kegiatan pamerankarya kreatif penerbitan melalui pemanfaatan berbagai media untuk promosi strategis yang mendukung sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
91BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia
4.5.15 Peningkatan Apresiasi Kepada Orang dan Karya Kreatif PenerbitanPeningkatan apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif penerbitan lokal di tingkat nasional dan internasional memiliki tiga rencana strategis dan 2 rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Memfasilitasi terbentuknya lembaga penghargaan bagi karya maupun usaha kreatif di bidang penerbitan yang a dilakukan secara berkelanjutan dan prestisius.. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah pendaftaran dan sosialisasi penghargaan; Penjurian karya kreatif; Publikasi dan kegiatan lanjutan dari penghargaan seperti networking;
2. Strategi 2: Memberikan penghargaan bagi karya maupun usaha kreatif dalam bidang penerbitan secara berkala. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Dengan makin banyaknyakarya kreatif penerbitan Indonesia dipamerkan ke ajang internasional maka diharapkan adanya kesempatan karya kreatif penerbitan Indonesia dapat Go Internasional.
3. Strategi 3: Memfasilitasi keikutsertaan karya penerbitan yang berkualitas untuk mengikuti kompetisi karya kreatifdi dalam maupun luar negeri. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah fasilitas yang dapat diberikan antara lain adalah ruang publik, pusat kreatifitas, inkubator teknologi, dan sebagainya.
4.5.16 Peningkatan Posisi, Kontribusi, Kemandirian, Serta Kepemimpinan Indonesia dalam Fora Internasional Melalui PenerbitanPeningkatan apresiasi masyarakat terhadap sumber daya alam dan budaya lokal yang dihasilkan melalui karya kreatif penerbitan memiliki strategi dan dua rencana aksi, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Mengadakan sosialisasi dan informasi terkait pentingnya penggunaan produk penerbitan lokal serta kualitas karya kreatif penerbitan lokal yang tidak kalah bersaing dengan karya penerbitan asing. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Sosialisasi dan penyebaran informasi terkait potensi dan kualitas karya kreatif
penerbitan lokal b. Menjalin kerjasama dengan komunitas di bidang penerbitan untuk membantu
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap karya penerbitan lokal.
92 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
93BAB 5: Penutup
BAB 5 Penutup
94 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019
5.1 KesimpulanDalam penyusunan Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019, penerbitan didefinisikan sebagai “Suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media digital, ataupun media daring,untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi.”. Definisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis yang meliputi kajian pustaka, wawancara mendalam, dan focus group discussion, yang melibatkan para narasumber yang mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri, komunitas/asosiasi, dan kalangan intelektual.
Secara umum ruang lingkup pengembangan penerbitan meliputi penerbitan buku umum dan penerbitan media berkala. Penerbitan buku umum dilaksanakan dengan fokus pengembangan pada keberlangsungan penerbitan buku cetak, khususnya buku-buku yang memiliki genre buku anak, sastra dan novel, komik ataupun buku-buku yang mencerminkan nilai budaya bangsa serta buku yang menjadi penunjang keberadaan subsektor ekonomi kreatif lainnya. Penerbitan media berkala dilaksanakan dengan fokus pengembangan surat kabar, majalah, tabloid, buletin dan jurnal akademik yang terkait dengan penyampaian informasi ataupun konten publikasi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan pola pikir masyarakat secara umum.
Perkembangan penerbitan di Indonesia dimulai tahun 1615 dengan terbitnya surat kabar Memoria der Nouvells serta pendirian usaha penerbitan milik pemerintah Belanda pada tahun 1908, Commissie voor de Volkslectuur, yang sekarang bernama Balai Pustaka. Maraknya subsektor penerbitan terjadi pada tahun 2000 ditandai dengan terjadinya booming penerbitan media massa. Perkembangan penerbitan juga ditandai dengan apresiasi dari dunia internasional terhadap karya nusantara. Pada ASEAN Literary Festival 2014, sastrawan dan aktivis Wiji Thukul mendapat penghargaan atas dedikasinya menyuarakan pesan moral, keadilan, dan sosial.
Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem penerbitan yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan, pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif penerbitan terdiri dari proses kreasi (konseptualisasi ide, eksplorasi konten, penyuntingan, dan finalisasi draf), produksi, distribusi, dan penjualan, sedangkan lingkungan pengembangan penerbitan terdiri dari kegiatan apresiasi dan pendidikan. Pasar di dalam subsektor penerbitan dikelompokkan kedalam pasar umum dan pasar ahli yang juga dapat dibedakan menjadi konsumen sekolah, rumah tangga, perguruan tinggi, profesi, kelompok hobi/komunitas, dan pemerintah. Kegiatan pengarsipan pada subsektor penerbitan dilakukan melalui tahapan pengumpulan, restorasi, penyimpanan, dan preservasi.
Dampak ekonomi dari pengembangan subsektor penerbitan dapat dilihat dari peta industri yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward linkage) dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam subsektor penerbitan diantaranya adalah industri pendidikan, industri percetakan (pemasok mesin percetakan dan industri pengolahan bahan baku tinta dan kertas), industri ICT, industri perhubungan (jasa transportasi dan pengangkutan barang), jasa periklanan, jasa fotografi, dan lain-lain. Forward linkage di dalam subsektor penerbitan pada dasarnya adalah subsektor-subsektor lain dalam industri kreatif. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari subsektor penerbitan, rantai nilai
95BAB 5: Penutup
kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang umumnya terjadi di subsektor penerbitan, yaitu model bisnis penerbitan penghasil buku dan model bisinis pengembang konten terkait hak kekayaan intelektual.
Kontribusi ekonomi subsektor penerbitan dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat di tahun 2013, subsektor penerbitan memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 8% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 2,5%. Dari sisi ketenagakerjaan, subsektor penerbitan memberikan kontribusi sebesar 4,26% terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 1,03%.
Berdasarkan hasil temuan-temuan selama penyusunan rencana aksi jangka menengah di subsektor penerbitan dapat disimpulkan bahwa isu strategis yang muncul adalah keberlangsungan penerbitan cetak. Berkembangnya teknologi digital dan internet membuat beberapa penerbitan cetak lokal Indonesia mengalami kebangkrutan. Tetapi hal ini juga dapat dilihat sebagai tantangan untuk menciptakan bisnis model baru pada industri penerbitan.
Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis penerbitan pada periode 2015-2019 menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Dalam rangka memasuki tahap pembangunan ke-3 (2015—2019), pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan untuk pengembangan sumber daya kreatif dan sumber daya pendukung, meningkatkan daya saing industri kreatif, meningkatkan akses pembiayaan dan pasar, serta harmonisasi regulasi dan penguatan kelembagaan ekonomi kreatif. Berkaitan dengan itu, berdasarkan kondisi dan tantangan yang dihadapi penerbitan serta memperhitungkan daya saing dan potensi yang dimiliki, maka visi pengembangan penerbitan selama periode 2015–2019 adalah “Penerbitan Indonesia yang bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan”.
5.2 SaranPengembangan subsektor penerbitan dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:
• Mulai melakukan pemetaan potensi dan publikasi hasil pemetaan lembaga pendidikan nonformal dan komunitas serta stakeholder terkait pengembangan sdm kreatif penerbitan.
• Mulai melaksanakan Kerjasama dengan Lembaga Pelatihan Non-Formal dan Komunitas dalam mengembangkan kualitas SDM penerbitan melalui pelatihan/workshop berkaitan
• Pengembangan/penulisan konten kreatif (IP Awareness, Creative Thinking, Editing, Design dan Animation).
• Mengusulkan kebijakan perpajakan mengenai harga bahan baku khususnya kertas dan tinta untuk produktivitas penerbitan cetak.
• Mulai menyediakan data dan informasi terkait sumber daya alam yang dapat digunakan untuk bahan baku penerbitan alternatif.
• Mulai memberikan dana hibah penelitian terkait bahan baku produksi penerbitan berbasis sumber daya lokal.
• Melakukan pemetaan potensi wirausaha kreatif penerbitan Indonesia.
96 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019
• Melakukan pemetaan potensi keberadaaan usaha kreatif penerbitan di Indonesia.• Memfasilitasi penelitian dan pengembangan konten karya kreatif penerbitan Indonesia
berbasis budaya bangsa.• Mulai menyediakan subsidi pembiayaan untuk produktivitas karya kreatif penerbitan
berbasis budaya bangsa, bahasa daerah, sejarah dan sastra klasik.• Mulai menyediakan subsidi pembiayaan untuk penelitian berkaitan dengan karya kreatif
bermuatan budaya, kenegaraan, bahasa daerah dan sejarah bangsa.• Membangun portal sebagai sarana promosi dan sistem informasi pasar karya kreatif
di dalam negeri dan luar negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasinya didistribusikan dengan baik.
• Mulai menyediakan jalur distribusi alternatif untuk meningkatkan keterjangkauan logistik dan transportasi karya kreatif penerbitan yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan provinsi.
• Mulai memberikan fasilitas teknologi pendukung untuk menyebarkan karya kreatif di bidang penerbitan.
• Mulai meningkatkan persebaran dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.• Melakukan harmonisasi kebijakan perbukuan (Undang-Undang Perbukuan).• Melakukan harmonisasi kebijakan tata niaga produk penerbitan (isu buku cetak dan
digital, isu keberpihakan pada industri penerbitan lokal, pengembangan konten lokal, perluasan pasar bagi penerbit lokal).
• Melakukan harmonisasi kebijakan pembiayaan bagi industri penerbitan lokal.• Melakukan harmonisasi kebijakan fasilitasi insentif bagi industri penerbitan lokal• Membangun portal subsektor industri kreatif penerbitan sebagai sarana pendataan potensi
lembaga pendidikan, industri dan komunitas yang mendukung kegiatan ekosistem penerbitan.
• Mendorong tersedianya karya kareatif penerbitan yang berkualitas dan terjangkau untuk meningkatkan minat baca dan tulis masyarakat serta penyediaan karya kreatif penerbitan nasional di institusi-institusi pendidikan.
• Mengoptimalkan standarisasi karya-karya kreatif penerbitan seperti bahasa, etika penulisan, EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
• Memberikan fasilitas untuk pameran karya penerbitan di tingkat internasional.• Menjalin kerjasama dengan komunitas di bidang penerbitan untuk membantu meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap karya penerbitan lokal.
Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan di subsektor penerbitan, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian/lembaga, dan memutakhirkan data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif.
97BAB 5: Penutup
Referensi Baiquni, Ahmad, Ekspor produk industri kreatif 2013 tembus Rp.119,7T, 13 Februari 2014, diakses daring melalui www.merdeka.com.
Behar, dkk (2011) ‘Publishing in the digital era’. A Bain & Company study for the Forum d’Avignon, Bain & Company, Inc.
Bismo, Mahesa, Jumlah Penerbitan Buku Indonesia Tergolong Rendah, 9 Oktober 2013, Diakses daring melalui www.beritasatu.com
Business & Economy, Farid Aulia Tanjung, Ekonomi Kreatif, Seberapa penting bagi Indonesia, 3 Maret 2014, Diakses daring melalui www.bglconline.com.
Carreiro, E. (2010) ‘Electronic books: How digital devices and supplementary new technologies are changing the face of the publishing industry’, Publishing research quarterly, 26(4), pp. 219–235.
Gennard, John dan Dunn, Steve (1983) ‘The impact of new technology on the structure and organization of craft unions in the printing industry’. Business Journal of Industrial Relations, 21(1)17-32, diterbitkan daring pada 2 Januari 2009.
Lina, Kemendikbud : Indonesia masih kekurangan penulis, 25 November 2013, Diakses daring melalui www.mizan.com.
Lyubareva I., Benghozi P.-J.,Fidele T. (2013), ‘Online Business Models in Creative Industries: Diversity and Structure’, Journal of International Studies in Management and Organization, forthcoming
Miyamoto, Dai dan Whittaker, D.H (2005) ‘The Book Publishing Industry in Japan and the UK: Corporate Philosophy/Objectives, Behaviour and Market Structure’. ESRC Centre for Business Research, University of Cambridge Working Paper No. 309.
Moldvay, Caitlin(2012) Industry Analysis: Publi.shing. Printing in the US IBISWorld Industry Report. Diakses daring pada www.ibisworld.com.
Morgan, Nick (2012) What Is the Future of Publishing?. Diakses daring pada 14 maret 2014, melaluihttp://www.valueline.com.
Mussinelli, C. (2010) ‘Digital Publishing in Europe: a Focus on France, Germany, Italy and Spain’, Publishing research quarterly, 26(3), pp. 168–175.
Osterwalder.A dan Pigneur (2010) Business Model Generation, Wiley.
Piergiovanni, R., Carree, M. A. and Santarelli, E. (2012) ‘Creative industries, new business formation, and regional economic growth’,Small Business Economics, 39, pp. 539–560
Ronte, H. (2001) ‘The impact of technology on publishing’, Publishing research quarterly, 16(4), pp. 11–22.
98 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019
Simon, JP dan De Pratto, G (2012) Statistical, Ecosystem and Competitivenes, Analysis of the Media and Content Industry: The publishing Industry. JRC Technical Reports, European Commission.
Siregar, Aminuddin, Klub Haus Buku, 4 Juni 2008, Penerbit Buku Di Indonesia, Diakses daring melalui www.klubhausbuku.wordpress.com
Sozio, Lauren.C (2011) ‘From Hardback to Software: How the Publishing Industry is Coping with Convergence’.MSc in Global Media and Communications, Compiled by Dr. Bart Cammaerts and Dr. Nick Anstead.MEDIA@LSE Electronic MSc Dissertation Series
Throsby, D., (2001), Economics and Culture, Cambridge: Cambridge University Press Tian, X. and Mrtin, B. (2010) ‘Digital technologies for book publishing’, Publishing research quarterly, 26(3), pp. 151–167
Wedhaswary, Inggried dwi, Jumlah Terbitan Buku di Indonesia Rendah, 25 Juni 2012, Diakses daring melalui www.kompas.com.
Wiener,Jessica (2013)‘The Benefits of Self-Publishing vs. Traditional Publishing’. Diakses daring pada 14 Maret 2014,melalui http://www.amarketingexpert.com
Yew, Cheang Chee.,dan Tan, Eugene., (2005).The Print Industry: An Overview. Publisher: Information Services Division. National Library Board, Singapore.
Laporan Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No. 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.
Skillset Assesment United Kingdom Tahun 2011, Sector Skills Assessment for the Creative Industries of the UK.
European Commission. (2009) Printing and Publishing. Comprehensive sectoral analysis of emerging competencesand economic activities in the European Union, Directorate-General for Employment, Social Affairs and Equal OpportunitiesUnit F3. Diakses daring pada http://ec.europa.eu
Department for Culture, Media & Sport Classifying andMeasuring the Creative Industries (UK)(2011)
British Council’s Creative and CulturalEconomy Series, Singapore (2010)
99BAB 5: Penutup
Lain-lain Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional JakartaMerriam - Webster Dictionary
[Liputan 6] Forum Lingkar Pena: Pabrik Penulis Cerita, 22 September 2013, Diakses daring melalui www.news.liputan6.com.
Majalah Indonesia Print Media Edisi 48 September - Oktober 2012.
Kurangnya Perhatian Pemerintah Indonesia pada Penerbitan Buku, Diakses online melalui www.infoakademika.com
Informasi Industri Buku Indonesia, 14 Maret 2014, Diakses online melalui http://ikapi.org
Mengenal eBook Store, Apa pandangan Anda tentang buku digital?, 27 September 2013, Diakses online melalui www.ikapi.com
Bowker: annual report on U.S print book publishing for 2012
Publications Collection Classification Guidelines, MAY 2013,For the Collection and Classification of 2013 University Research Publications, The Melbourne University
100 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
101Lampiran
LAMPIRAN
102 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
MA
TRIK
S T
UJU
AN
, SA
SA
RA
N, A
RA
H K
EBIJ
AK
AN
, DA
N S
TRA
TEG
I PEN
GEM
BA
NG
AN
PEN
ERB
ITA
N
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
NS
TR
AT
EG
I
MIS
I 1: M
enge
mba
ngka
n su
mbe
rday
a lo
kal k
reat
if b
agi p
ener
bita
n In
done
sia
yan
g be
rkua
litas
dan
ber
daya
sai
ng
1, P
enci
ptaa
n su
mbe
r da
ya m
anus
ia k
reat
if p
ener
bita
n ya
ng b
erku
alit
as d
an b
erda
ya s
aing
1.1
Men
ingk
atny
a m
utu
peng
elol
aan
Pen
didi
kan
Form
al, N
on-F
orm
al d
an
Info
rmal
yan
g m
endu
kung
ora
ng
krea
tif P
ener
bita
n m
erat
a di
sel
uruh
pr
ovin
si, k
abup
aten
, dan
kot
a
aB
eker
jasa
ma
deng
an D
epar
tem
en P
endi
dika
n da
lam
mel
akuk
an k
ajia
n da
n pe
nyem
purn
aan
kuri
kulu
m p
endi
dika
n da
n pe
latih
an a
gar
lebi
h be
rori
enta
si p
ada
pem
bent
ukan
kr
eativ
itas
dan
kew
irau
saha
an
1M
enin
gkat
an m
utu
lem
baga
pen
didi
kan,
tena
ga k
epen
didi
kan
yang
men
duku
ng p
enci
ptaa
n da
n pe
nyeb
aran
ora
ng k
reat
if
pene
rbita
n se
cara
ber
kela
njut
an k
husu
snya
di W
ilaya
h In
done
sia
Teng
ah d
an T
imur
2M
endo
rong
ters
edia
nya
tena
ga a
hli
pend
idik
an y
ang
berk
ualit
as ,y
ang
men
duku
ng p
enci
ptaa
n da
n pe
nyeb
aran
or
ang
krea
tif p
ener
bita
n se
cara
ber
kela
njut
an k
husu
snya
di
Wila
yah
Indo
nesi
a Te
ngah
dan
Tim
ur
bM
emba
ngun
mek
anis
me
kem
itraa
n an
tara
pem
erin
tah,
lem
baga
pen
didi
kan,
da
n pe
latih
an
deng
an p
elak
u us
aha
da
n ko
mun
itas
untu
k m
enge
mba
ngka
n pe
ndid
ikan
dan
pel
atih
an b
erku
alita
s un
tuk
men
gem
bang
kan
pen
erbi
tan
Indo
nesi
a
3M
elak
ukan
pem
etaa
n le
mba
ga n
onfo
rmal
dan
kom
unita
s te
rkai
t ind
ustr
i pen
erbi
tan
4M
embe
rday
akan
kom
unita
s da
n le
mba
ga p
endi
dika
n fo
rmal
/no
nfor
mal
yan
g m
endu
kung
pen
cipt
aan
dan
peny
ebar
an
oran
g kr
eatif
pen
erbi
tan
seca
ra b
erke
lanj
utan
1.2
Men
gopt
imal
kan
peny
edia
an d
an
peni
ngka
tan
sara
na d
an p
rasa
rana
ya
ng m
enga
rusu
tam
akan
kre
ativ
itas
SD
M P
ener
bita
n m
erat
a di
sel
uruh
pr
ovin
si, k
abup
aten
, dan
kot
a
aB
eker
ja s
ama
deng
an D
epar
tem
en
Pen
didi
kan
Nas
iona
l dal
am P
enge
mba
ngan
P
endi
dika
n ya
ng M
emba
ngun
SD
M
pene
rbita
n y
ang
Ber
jiwa
Kre
atif,
Inov
atif,
S
port
if d
an W
irau
saha
1M
emba
ngun
dan
men
gem
bang
kan
fasi
litas
pen
didi
kan
dan
pela
tihan
ber
kual
itas
untu
k m
enge
mba
ngka
n in
dust
ri
pene
rbita
n In
done
sia
di ti
ngka
t pro
vins
i, ka
bupa
ten
dan
kota
2M
enin
gkat
kan
jum
lah
dan
mem
perb
aiki
fasi
litas
lem
baga
pe
ndid
ikan
dan
pel
atih
an fo
rmal
dan
info
rmal
yan
g m
endu
kung
pen
cipt
aan
oran
g kr
eatif
pen
erbi
tan
di p
rovi
nsi,
kabu
pate
n da
n ko
ta
103Lampiran
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
NS
TR
AT
EG
I
2. P
erlin
dung
an, p
enge
mba
ngan
dan
pem
anfa
atan
sum
ber
daya
ala
m d
an s
umbe
r da
ya b
uday
a ya
ng m
endu
kung
usa
ha p
ener
bita
n se
cara
ber
kela
njut
an
2.1
Men
duku
ng p
enye
diaa
n ba
han
baku
yan
g m
enun
jang
pro
dukt
ivita
s pe
nerb
itan
deng
an m
engg
unak
an
sum
ber
daya
ala
m In
done
sia
(yan
g te
rbar
ukan
)
aP
enye
diaa
n ba
han
baku
unt
uk k
ebut
uhan
pr
oduk
si k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
1M
enin
gkat
kan
akse
s da
n di
stri
busi
terh
adap
pen
yedi
aan
baha
n ba
ku k
erta
s da
n tin
ta y
ang
mur
ah d
an te
rjan
gkau
un
tuk
men
duku
ng k
eber
lang
sung
an k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
ceta
k
2M
endu
kung
ket
erse
diaa
n su
mbe
r da
ya lo
kal k
husu
snya
ke
rtas
dan
tint
a ra
mah
ling
kung
an u
ntuk
dig
unak
an s
ebag
ai
baha
n ba
ku p
rodu
ksi i
ndus
tri p
ener
bita
n
2.2
Men
yedi
akan
dat
a da
n in
form
asi
sum
ber
daya
bud
aya
yang
aku
rat
dan
terp
erca
ya d
an d
apat
dia
kses
se
cara
mud
ah d
an c
epat
unt
uk
men
gem
bang
kan
kont
en k
reat
if
pene
rbita
n
aP
enge
mba
ngan
, Pem
bina
an d
an
Per
lindu
ngan
kar
ya k
reat
if p
ener
bita
n in
done
sia
yang
ber
nila
i bud
aya
seb
agai
jati
diri
ban
gsa
1M
elak
ukan
ker
jasa
ma
deng
an s
ubse
ktor
eko
nom
i kre
atif
la
inny
a un
tuk
men
gem
bang
kan
kary
a kr
eatif
pen
erbi
tan
yang
m
enun
jukk
an id
entit
as b
uday
a ba
ngsa
2 M
engo
ptim
alka
n pe
nelit
ian
terk
ait d
enga
n ka
rya
krea
tif
pene
rbita
n ya
ng b
erni
lai b
uday
a tin
ggi
bP
eles
tari
an k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
yan
g m
emili
ki n
ilai s
ejar
ah b
uday
a ba
ngsa
3M
embe
rika
n pe
rlin
dung
an k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
loka
l te
rhad
ap in
vasi
bud
aya
nega
ra la
in m
asuk
ke
Indo
nesi
a
MIS
I 2:
Men
gem
bang
kan
pene
rbit
an In
done
sia
yang
tum
buh
mer
ata,
ber
daya
sai
ng d
an b
erke
lanj
utan
3. P
ertu
mbu
han
wir
ausa
ha, u
saha
dan
kar
ya k
reat
if p
ener
bita
n ya
ng m
erat
a da
n be
rday
a sa
ing
3.1
Men
ingk
atny
a w
irau
saha
kre
atif
pe
nerb
itan
loka
l yan
g be
rday
a sa
ing
, be
rtum
buh
dan
berk
elan
juta
n
aO
ptim
alis
asi i
klim
kol
abor
asi d
an p
enci
ptaa
n je
jari
ng k
reat
if a
ntar
wir
ausa
ha k
reat
if
pene
rbita
n di
ting
kat l
okal
, nas
iona
l, da
n gl
obal
1M
elak
ukan
pen
data
an d
an p
emet
aan
men
gena
i pot
ensi
w
irau
saha
kre
atif,
usa
ha k
reat
if d
an o
rang
kre
atif
pen
erbi
tan
sert
a st
akeh
olde
r ya
ng t
erka
it in
dust
ri p
ener
bita
n
bP
enye
lara
san
pend
idik
an d
enga
n ke
butu
han
duni
a us
aha
dan
duni
a in
dust
ri2
Men
doro
ng p
ara
wir
ausa
haw
an s
ukse
s un
tuk
berb
agi
peng
alam
an d
an k
eahl
ian
di in
stitu
si p
endi
dika
n m
enen
gah
dan
pend
idik
an ti
nggi
dal
am p
enge
mba
ngan
cal
on
wir
ausa
ha k
reat
if p
ener
bita
n
104 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
NS
TR
AT
EG
I
3.2
Men
ingk
atny
a us
aha
krea
tif
pene
rbita
n lo
kal y
ang
berd
aya
sain
g,
bert
umbu
h, d
an b
erke
lanj
utan
aP
enci
ptaa
n us
aha
krea
tif p
ener
bita
n lo
kal d
i w
ilaya
h In
done
sia
Tim
ur d
enga
n m
elak
ukan
K
oord
inas
i ant
ar K
emen
tria
n da
n/at
au
Lem
baga
Pem
erin
tah
pusa
t dan
dae
rah
1M
endu
kung
pem
erat
aan
indu
stri
pen
erbi
tan
dan
perc
etak
an
ke s
elur
uh In
done
sia
khus
usny
a ba
gian
Wila
yah
Indo
nesi
a Te
ngah
dan
Tim
ur
bO
ptim
alis
asi i
klim
kol
abor
asi d
an k
eter
kaita
n an
tar
usah
a kr
eatif
pen
erbi
tan
mau
pun
anta
ra in
dust
ri k
reat
if l
ainn
ya d
i tin
gkat
lo
kal,
nasi
onal
, dan
glo
bal
2M
embu
ka ja
lur
kerj
asam
a de
ngan
sub
sekt
or e
kono
mi k
reat
if
lain
nya
untu
k m
enge
mba
ngka
n ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n ya
ng
men
unju
kkan
iden
titas
bud
aya
bang
sa
3M
endu
kung
pen
gem
bang
an m
odel
bis
nis
wir
ausa
ha d
an
usah
a kr
eatif
bar
u
3.3
Men
ingk
atny
a ke
raga
man
dan
ku
alita
s ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n lo
kal b
erba
sis
buda
ya b
angs
a
aP
enge
mba
ngan
wac
ana
dan
eksp
lora
si
bent
uk-b
entu
k ba
ru d
alam
pen
cipt
aan
kary
a kr
eatif
pen
erbi
tan
yang
mem
anfa
atka
n
sum
ber
daya
bud
aya
loka
l sec
ara
berk
elan
juta
n
1M
emfa
silit
asi p
enel
itian
terk
ait d
enga
n ka
rya
krea
tif
pene
rbita
n y
ang
bern
ilai b
uday
a ba
ngsa
dan
sum
bser
day
a lo
kal t
ingg
i
2M
emfa
silit
asi p
enda
ftar
an k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
be
rkua
litas
unt
uk t
erda
ftar
dal
am H
KI d
an m
asuk
men
jadi
ke
kaya
aan
inte
lekt
ual d
an b
uday
a ba
ngsa
MIS
I 3: M
enge
mba
ngka
n lin
gkun
gan
pene
rbit
an In
done
sia
yang
men
garu
suta
maa
n kr
eati
vita
s da
n ko
ndus
if d
alam
pem
bang
unan
nas
iona
l den
gan
mel
ibat
kan
selu
ruh
pem
angk
u ke
pent
inga
n
4. P
enci
ptaa
n m
odel
pem
biay
aan
yang
ses
uai,
mud
ah d
iaks
es, d
an k
ompe
titi
f bag
i usa
ha, w
irau
saha
dan
ora
ng k
reat
if p
ener
bita
n
4.1
Men
yedi
akan
pem
biay
aan
pene
litia
n
dan
pele
star
ian
kary
a kr
eatif
pe
nerb
itan
berk
aita
n de
ngan
bud
aya
bang
sa, s
astr
a da
n se
jara
h
aP
enge
mba
ngan
alt
erna
tif p
embi
ayaa
n un
tuk
pene
litia
n pe
mbu
atan
kar
ya k
reat
if
pene
rbita
n ya
ng s
esua
i, da
pat d
iaks
es
deng
an m
udah
, dan
kom
petit
if
1M
emfa
silit
asi a
dany
a sk
ema
pem
biay
aan
penc
etak
an u
ntuk
ke
berl
angs
unga
n pr
oduk
tivita
s us
aha
pene
rbita
n ka
rya
krea
tif c
etak
loka
l khu
susn
ya b
erka
itan
deng
an b
uday
a ba
ngsa
dan
bah
asa
daer
ah y
ang
mul
ai h
ilang
aP
enye
diaa
n pe
mbi
ayaa
n pe
ncet
akan
kar
ya
krea
tif p
ener
bita
n lo
kal u
ntuk
men
doro
ng
kem
ajua
n us
aha
pene
rbita
n ce
tak
loka
l
1M
emba
ntu
pem
biay
aan
pene
litia
n k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
(ber
kaita
n de
ngan
bud
aya
bang
sa d
an b
ahas
a da
erah
yan
g m
ulai
hila
ng)
agar
dap
at b
erta
han
dan
lest
ari
105Lampiran
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
NS
TR
AT
EG
I
5. P
enge
mba
ngan
pas
ar y
ang
luas
bag
i pen
erbi
tan
di d
alam
dan
luar
neg
eri y
ang
berk
ualit
as d
an b
erke
lanj
utan
5.1
Men
ingk
atny
a pe
netr
asi d
an
dive
rsifi
kasi
pas
ar k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
nasi
onal
dan
in
tern
asio
nal
aP
enin
gkat
an k
ualit
as b
rand
ing,
pro
mos
i, pa
mer
an, f
estiv
al, m
isi d
agan
g, B
2B
netw
orki
ng in
dust
ri p
ener
bita
n d
i dal
am d
an
luar
neg
eri
1M
enga
daka
n fe
stiv
al in
tern
asio
nal y
ang
akan
m
empe
rtem
ukan
pel
aku
krea
tif p
ener
bita
n In
done
sia
dan
pem
angk
u ke
pent
inga
n in
dust
ri p
ener
bita
n m
anca
neg
ara
bP
enge
mba
ngan
sis
tem
info
rmas
i pas
ar k
arya
kr
eatif
pen
erbi
tan
di d
alam
neg
eri y
ang
dapa
t dia
kses
den
gan
mud
ah d
an in
form
asi
didi
stri
busi
kan
deng
an b
aik
2M
embu
at p
orta
l dat
a ba
se d
alam
ran
gka
mem
bang
un
jeja
ring
ant
ara
pel
aku
usah
a p
ener
bita
n da
n st
akeh
olde
r in
dust
ri p
ener
bita
n d
an m
empe
rlua
s ja
ngka
uan
dist
ribu
si
prod
uk k
reat
if p
ener
bita
n In
done
sia
di d
alam
dan
luar
ne
geri
di ti
ngka
t lok
al,
nasi
onal
dan
glo
bal
cP
emba
tasa
n te
rhad
ap k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
man
cane
gara
dan
men
duku
ng
kary
a kr
eatif
pen
erbi
tan
loka
l.
3M
emfa
silit
asi j
ejar
ing
pela
ku in
dust
ri p
ener
bita
n d
i tin
gkat
lo
kal,
nasi
onal
, dan
glo
bal d
alam
ske
ma
ko-p
rodu
ksi
seba
gai b
agia
n da
ri r
anta
i dis
trib
usi k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
Indo
nesi
a
6. P
enye
diaa
n in
fras
truk
tur
logi
stik
dan
tekn
olog
i pen
duku
ng in
dust
ri p
ener
bita
n ya
ng te
pat g
una,
mud
ah d
iaks
es, d
an k
ompe
titi
f
6.1
Men
yedi
akan
infr
astr
uktu
r lo
gist
ik
dan
jari
ngan
inte
rnet
yan
g m
emad
ai
dan
kom
petit
if u
ntuk
pem
enuh
an
kebu
tuha
n pa
sar
bagi
indu
stri
pe
nerb
itan
seca
ra m
erat
a di
sel
uruh
pr
ovin
si, k
abup
aten
, dan
kot
a
aP
enge
mba
ngan
infr
astr
uktu
r lo
gist
ik d
i da
lam
neg
eri y
ang
dapa
t dia
kses
den
gan
mud
ah u
ntuk
men
duku
ng in
dust
ri p
ener
bita
n
1M
emfa
silit
asi a
lter
natif
jalu
r di
stri
busi
dan
ker
ja s
ama
indu
stri
unt
uk m
embe
rika
n ke
mud
ahan
aks
es d
an h
arga
kh
usus
bag
i kon
sum
en p
elaj
ar te
rkai
t kar
ya k
reat
if
pene
rbita
n
2M
emfa
silit
asi p
enin
gkat
an p
erse
bara
n da
n ke
cepa
tan
inte
rnet
di I
ndon
esia
unt
uk m
endu
kung
pro
dukt
ivita
s pe
laku
pe
nerb
itan
Indo
nesi
a
bP
engu
atan
dan
per
luas
an p
eman
faat
an T
IK
untu
k m
enga
kses
kar
ya k
reat
if p
ener
bita
n In
done
sia
3Te
rsed
iany
a te
knol
ogi p
endu
kung
dal
am m
emfa
silit
asi
peni
ngka
tan
kual
itas
usah
a da
n pe
rlin
dung
an k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
106 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
NS
TR
AT
EG
I
7. P
enci
ptaa
n ke
lem
baga
an y
ang
kond
usif
dan
men
garu
suta
mak
an k
reat
ivit
as d
alam
pen
gem
bang
an e
kono
mi k
reat
if p
ener
bita
n
7.1
Men
cipt
akan
reg
ulas
i yan
g m
endu
kung
pen
cipt
aan
iklim
yan
g ko
ndus
if u
ntuk
men
ingk
atan
mut
u
dan
peny
ebar
an o
rang
kre
atif,
w
irau
saha
kre
atif
dan
usa
ha k
reat
if
pene
rbita
n In
done
sia
aH
arm
onis
asi r
egul
asi (
men
cipt
akan
, de
-reg
ulas
i) da
lam
hal
pen
didi
kan
dan
apre
sias
i, pe
man
faat
an d
an p
enge
mba
ngan
su
mbe
r da
ya b
angs
a, p
enci
ptaa
n ni
lai k
reat
if
dan
indu
stri
pen
erbi
tan
bese
rta
indu
stri
pe
nduk
unga
nya,
pem
biay
aan,
per
luas
an
pasa
r, in
fras
truk
tur,
HK
I
1H
arm
onis
asi-
regu
lasi
terk
ait p
endi
dika
n da
n pe
nerb
itant
erka
it ke
berl
angs
unga
n ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n,
sala
h sa
tuny
a ad
alah
Und
ang-
Und
ang
Per
buku
an
2H
arm
onis
asi-
regu
lasi
terk
ait p
erda
gang
an, t
ekno
logi
dan
pe
nerb
itan
khus
usny
a te
rkai
t per
sain
gan
usah
a
pene
rbita
n In
done
sia
yang
kon
dusi
f
3H
arm
onis
asi-
regu
lasi
terk
ait p
erpa
jaka
n da
n pe
nerb
itan.
7.2
Men
ingk
atny
a pa
rtis
ipas
i akt
if
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
lam
pe
ngem
bang
an p
ener
bita
n In
done
sia
seca
ra b
erke
lanj
utan
aP
enin
gkat
an s
iner
gi,k
oord
inas
i, da
n ko
labo
rasi
ant
ar a
ktor
(int
elek
tual
, bis
nis,
ko
mun
itas,
dan
pem
erin
tah)
dan
ora
ng k
reat
if
pene
rbita
n da
lam
men
gem
bang
kan
ekon
omi
krea
tif
1M
enci
ptak
an d
an m
embe
rday
akan
wad
ah k
onso
lidas
i, ko
ordi
nasi
, res
ourc
e sh
arin
g, d
an k
erja
kol
ektif
ant
ar
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
lam
ben
tuk
foru
m m
aupu
n ko
mun
itas
bP
enge
mba
ngan
, pem
bent
ukan
dan
pe
ning
kata
n k
ualit
as o
rgan
isas
i ata
u w
adah
ya
ng d
apat
mem
perc
epat
pen
gem
bang
an
ekon
omi k
reat
if in
dust
ri p
ener
bita
n
1M
enga
ktif
kan
dan
mem
fasi
litas
i aso
sias
i pen
erbi
t unt
uk
berj
ejar
ing
di ti
ngka
t lok
al, n
asio
nal,
mau
pun
glob
al
7.3
Terc
apai
nya
krea
tivi
tas
pene
rbit
an
seba
gai p
arad
igm
a pe
mba
ngun
an
dan
dala
m k
ehid
upan
mas
yara
kat
aP
enge
mba
ngan
dan
pem
bang
unan
kre
ativ
itas
dan
inte
lekt
ual m
asya
raka
t mel
alui
kar
ya
krea
tif p
ener
bita
n In
done
sia
1M
enin
gkat
kan
min
at b
aca
dan
tulis
mas
yara
kat s
erta
be
rpih
ak p
ada
peng
guna
an k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
nasi
onal
2A
dany
a pe
ruba
han
pola
pik
ir d
an k
emaj
uan
krea
tivita
s m
asya
raka
t mel
alui
ada
ptas
i kar
ya-k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
yang
dik
elol
a m
enja
di k
arya
kre
atif
lain
yan
g be
rnila
i ek
onom
i dan
bud
aya
yang
ting
gi
107Lampiran
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NA
RA
H K
EB
IJA
KA
NS
TR
AT
EG
I
7.4
Men
ingk
atny
a po
sisi
, kon
trib
usi,
kem
andi
rian
ser
ta k
epem
impi
nan
pene
rbita
n In
done
sia
dala
m fo
ra
inte
rnas
iona
l
aM
enin
gkat
nya
posi
si, k
ontr
ibus
i, ke
man
diri
an
sert
a ke
pem
impi
nan
Indo
nesi
a da
lam
foru
m
dipl
omas
i bila
tera
l, re
gion
al d
an m
ultil
ater
al
1M
enja
lin k
emitr
aan
stra
tegi
s de
ngan
neg
ara
yang
mem
iliki
ke
maj
uan
di b
idan
g pe
nerb
itan
dala
m fo
rum
dip
lom
asi
bila
tera
l, re
gion
al d
an m
ultil
ater
al
bM
enin
gkat
nya
jum
lah
pese
rta
dala
m fe
stiv
al
dan
even
inte
rnas
iona
l2
Mem
fasi
litas
i kei
kuts
erta
an p
elak
u pe
nerb
itan
Indo
nesi
a de
ngan
mem
beri
kan
subs
idi a
tau
spon
sors
hip
bagi
ora
ng
krea
tif d
an p
ener
bit i
ndon
esia
yan
g m
ampu
ikut
ser
ta d
alam
fe
stiv
al d
an e
ven
inte
rnas
iona
l
7.5
Men
ingk
atny
a ap
resi
asi k
epad
a or
ang/
kary
a/w
irau
saha
/usa
ha
krea
tif p
ener
bita
n lo
kal d
i tin
gkat
na
sion
al d
an in
tern
asio
nal
aM
emfa
silit
asi d
an m
embe
rika
n pe
ngha
rgaa
n ya
ng p
rest
isiu
s ba
gi o
rang
/kar
ya/
wir
ausa
ha/
usah
a kr
eatif
loka
l di t
ingk
at
nasi
onal
dan
inte
rnas
iona
l
1M
emfa
silit
asi t
erbe
ntuk
nya
lem
baga
pen
ghar
gaan
bag
i kar
ya
mau
pun
usah
a kr
eatif
di b
idan
g pe
nerb
itan
yang
a d
ilaku
kan
seca
ra b
erke
lanj
utan
dan
pre
stis
ius.
2M
embe
rika
n pe
ngha
rgaa
n ba
gi k
arya
mau
pun
usah
a kr
eatif
da
lam
bid
ang
pene
rbita
n se
cara
ber
kala
3M
emfa
silit
asi k
eiku
tser
taan
kar
ya p
ener
bita
n ya
ng
berk
ualit
as u
ntuk
men
giku
ti ko
mpe
tisi k
arya
kre
atif
di d
alam
m
aupu
n lu
ar n
eger
i
7.6
Men
ingk
atny
a ap
resi
asi m
asya
raka
t te
rhad
ap s
umbe
r da
ya a
lam
dan
bu
daya
loka
l ya
ng d
ihas
ilkan
mel
alui
ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n
aM
enin
gkat
kan
kesa
dara
n da
n pe
nget
ahua
n m
asya
raka
t unt
uk m
engg
unak
an k
arya
kr
eatif
pen
erbi
tan
loka
l
1M
enga
daka
n so
sial
isas
i dan
info
rmas
i ter
kait
pent
ingn
ya
peng
guna
an p
rodu
k pe
nerb
itan
loka
l ser
ta k
ualit
as k
arya
kr
eatif
pen
erbi
tan
loka
l yan
g tid
ak k
alah
ber
sain
g de
ngan
ka
rya
pene
rbita
n a
sing
108 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
MA
TRIK
S IN
DIK
AS
I STR
ATE
GIS
PEN
GEM
BA
NG
AN
PEN
ERB
ITA
N
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NIN
DIK
AS
I ST
RA
TE
GIS
MIS
I 1 M
enge
mba
ngka
n su
mbe
rday
a lo
kal k
reat
if b
agi i
ndus
tri p
ener
bita
n ya
ng b
erku
alit
as d
an b
erda
ya s
aing
1P
enci
ptaa
n su
mbe
r da
ya m
anus
ia k
reat
if
pene
rbita
n ya
ng b
erku
alita
s da
n be
rday
a sa
ing
aM
enin
gkat
nya
jum
lah
Pen
didi
kan
Form
al d
an N
onfo
rmal
di p
rovi
nsi/
Kab
upat
en/K
ota
yan
g
men
impl
emen
tasi
kan
kuri
kulu
m p
endi
dika
n so
ft s
kill
yang
men
duku
ng k
eber
lang
sung
an o
rang
kre
atif
di
bida
ng p
ener
bita
n
bB
erta
mba
hnya
sej
umla
h le
mba
ga p
endi
dika
n fo
rmal
, non
-for
mal
, kom
unita
s ya
ng d
ifas
ilita
si s
aran
a da
n pr
asar
ana
kre
ativ
itas
di s
elur
uh p
rovi
nsi,
kabu
pate
n, d
an k
ota
terk
ait p
embu
atan
kar
ya k
reat
if p
ener
bita
n
cA
dany
a pe
met
aan
lem
baga
non
form
al d
an k
omun
itas
di In
done
sia
terk
ait p
enge
mba
ngan
SD
M k
reat
if
dM
enin
gkat
nya
seju
mla
h pe
sert
a pe
latih
an/w
orks
hop
berk
aita
n de
ngan
pen
ulis
an k
onte
n (IP
Aw
aren
ess,
Cr
eativ
e Th
inki
ng, E
ditin
g, D
esig
n da
n A
nim
atio
n)
2.P
erlin
dung
an, p
enge
mba
ngan
dan
pe
man
faat
an s
umbe
r da
ya a
lam
dan
sum
ber
daya
bud
aya
bagi
indu
stri
pen
erbi
tan
seca
ra
berk
elan
juta
n
aTe
rsed
iany
a ba
han
baku
ker
tas
dan
tinta
yan
g m
enun
jang
pro
dukt
ivita
s pe
nerb
itan
sehi
ngga
terj
angk
au d
an
terb
aruk
an
bTe
rsed
iany
a se
jum
lah
data
dan
info
rmas
i sum
ber
daya
bud
aya
yang
aku
rat d
an te
rper
caya
dan
dap
at d
iaks
es
seca
ra m
udah
dan
cep
at u
ntuk
men
gem
bang
kan
kont
en k
reat
if p
ener
bita
n
cM
enin
gkat
nya
seju
mla
h pe
nelit
ian
/ ka
rya
krea
tif b
erba
sis
sum
ber
daya
bud
aya
loka
l unt
uk p
enge
mba
ngan
ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n
MIS
I 2:
Men
gem
bang
kan
indu
stri
pen
erbi
tan
yang
tum
buh
mer
ata,
ber
daya
sai
ng d
an b
erke
lanj
utan
3.P
ertu
mbu
han
indu
stri
pen
erbi
tan
yang
m
erat
a da
n be
rday
a sa
ing
aA
dany
a pe
met
aan
terk
ait w
irau
saha
, usa
ha d
an k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
bB
erta
mba
hnya
jum
lah
wir
ausa
ha k
reat
if p
ener
bita
n lo
kal y
ang
berd
aya
sain
g , b
ertu
mbu
h da
n be
rkel
anju
tan
cB
erta
mba
hnya
sej
umla
h u
saha
kre
atif
pen
erbi
tan
loka
l yan
g m
erat
a b
erda
ya s
aing
, ber
tum
buh,
dan
be
rkel
anju
tan
di w
ilaya
h In
done
sia
Tim
ur
dB
erke
mba
ngny
a m
odel
bis
nis
baru
yan
g tu
mbu
h da
n b
erke
mba
ng d
i bid
ang
pene
rbita
n In
done
sia
109Lampiran
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NIN
DIK
AS
I ST
RA
TE
GIS
eB
erta
mba
hnya
seJ
umla
h ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n lo
kal y
ang
bera
gam
dan
ber
kual
itas
dan
berb
asis
bud
aya
bang
sa
fA
dany
a se
jum
lah
kerj
asam
a te
rkai
t pen
gelo
laan
hak
cip
ta (a
lih m
edia
) kar
ya k
reat
if p
enin
ggi e
rbita
n m
enja
di
kary
a kr
eatif
lain
yan
g be
rnila
i eko
nom
i dan
bud
aya
tingg
i
MIS
I 3: M
enge
mba
ngka
n lin
gkun
gan
pene
rbit
an y
ang
kond
usif
yan
g m
enga
rusu
tam
aan
krea
tivi
tas
dala
m p
emba
ngun
an n
asio
nal d
enga
n m
elib
atka
n se
luru
h pe
man
gku
kepe
ntin
gan
4.P
enci
ptaa
n m
odel
pem
biay
aan
yang
ses
uai,
mud
ah d
iaks
es, d
an k
ompe
titif
bag
i ind
ustr
i pe
nerb
itan
aB
erta
mba
hnya
sej
umla
h ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n (b
erka
itan
deng
an b
uday
a ba
ngsa
dan
bah
asa
daer
ah y
ang
mul
ai h
ilang
) kem
bali
dile
star
ikan
bB
erta
mba
hnya
sej
umla
h pe
nelit
ian/
kary
a kr
eatif
yan
g di
pro
duks
i ber
kaita
n de
ngan
pel
esta
rian
bud
aya
bang
sa, b
ahas
a da
erah
, sas
tra
dan
seja
rah
5.P
enge
mba
ngan
pas
ar y
ang
luas
bag
i pe
nerb
itan
di d
alam
dan
luar
neg
eri y
ang
berk
ualit
as d
an b
erke
lanj
utan
aB
erta
mba
hnya
sej
umla
h k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
yang
dite
rjem
ahka
n ke
dal
am b
ahas
a as
ing
(Go
Inte
rnas
iona
l)
bA
dany
a ke
giat
an p
amer
an/f
estiv
al y
ang
mem
asar
kan
kary
a kr
eatif
pen
erbi
tan
Indo
nesi
a ya
ng d
ilaku
kan
seca
ra m
erat
a di
pro
vins
i/ka
bupa
ten/
kota
cM
enin
gkat
nya
seju
mla
h ke
giat
an p
amer
an k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
Indo
nesi
a ya
ng d
ilaku
kan
di lu
ar n
eger
i (e
vent
-eve
nt in
tern
asio
nal)
dM
enin
gkat
nya
pese
rta
keg
iata
n pa
mer
an k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
Indo
nesi
a ya
ng d
ilaku
kan
di lu
ar n
eger
i (e
vent
-eve
n in
tern
asio
nal)
eM
enin
gkat
nya
seju
mla
h k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
Indo
nesi
a ya
ng d
ialih
med
iaka
n ba
ik n
asio
nal m
aupu
n in
tern
asio
nal
fTe
rsed
iany
a po
rtal
dat
a ba
se k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
yang
dap
at d
iaks
es d
an d
igun
akan
unt
uk m
emba
ngun
je
jari
ng p
emas
aran
6.P
enye
diaa
n in
fras
truk
tur
logi
stik
dan
te
knol
ogi p
endu
kung
indu
stri
pen
erbi
tan
yang
te
pat g
una,
mud
ah d
iaks
es, d
an k
ompe
titif
aB
erta
mba
hnya
inf
rast
rukt
ur lo
gist
ik u
ntuk
dis
trib
usi k
arya
kre
atif
cet
ak y
ang
mem
adai
dan
kom
petit
if u
ntuk
pe
men
uhan
keb
utuh
an p
asar
sec
ara
mer
ata
di s
elur
uh p
rovi
nsi,
kabu
pate
n, d
an k
ota
110 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
MIS
I/T
UJU
AN
/SA
SA
RA
NIN
DIK
AS
I ST
RA
TE
GIS
bM
enin
gkat
nya
pers
ebar
an a
kses
jari
ngan
inte
rnet
yan
g m
emad
ai s
ecar
a m
erat
a di
sel
uruh
pro
vins
i, ka
bupa
ten,
dan
kot
a ya
ng m
enun
jang
kar
ya k
reat
if p
ener
bita
n di
gita
l
cP
erta
mba
han
kece
pata
n ak
ses
inte
rnet
(MB
/s) y
ang
dapa
t dig
unak
an u
ntuk
kem
ajua
n pe
nerb
itan
terk
ait
peng
guna
an m
edia
dar
ing.
7P
enci
ptaa
n ke
lem
baga
an y
ang
kond
usif
da
n m
enga
rusu
tam
akan
kre
ativ
itas
dala
m
peng
emba
ngan
eko
nom
i kre
atif
indu
stri
pe
nerb
itan
aA
dany
a s
ejum
lah
regu
lasi
yan
g m
endu
kung
dan
mel
indu
ngi p
enci
ptaa
n ik
lim y
ang
kond
usif
unt
uk
men
ingk
atan
mut
u d
an p
enye
bara
n or
ang
krea
tif, w
irau
saha
kre
atif
dan
usa
ha k
reat
if p
ener
bita
n In
done
sia
bM
enin
gkat
nya
jum
lah
part
isip
asi a
ktif
kom
unita
s da
n pe
mer
inta
h da
lam
pen
gem
bang
an p
ener
bita
n In
done
sia
seca
ra b
erke
lanj
utan
cM
enin
gkat
nya
jum
lah
kar
ya k
reat
if p
ener
bita
n n
asio
nal
yang
dik
onsu
msi
mas
yara
kat
dM
engo
ptim
alka
n st
anda
risa
si k
arya
-kar
ya k
reat
if p
ener
bita
n se
pert
i bah
asa,
etik
a pe
nulis
an, E
YD (E
jaan
Ya
ng D
isem
purn
akan
)
eM
enin
gkat
nya
inte
lekt
ualit
as d
an g
aya
hidu
p be
rbud
aya
mas
yara
kat m
elal
ui k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
fM
enin
gkat
nya
jum
lah
med
ia b
aru
yang
dig
unak
an u
ntuk
men
gem
bang
kan
kont
en k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
gM
enin
gkat
nya
kerj
asam
a be
rkai
tan
deng
an p
ener
jem
ahan
kar
ya k
reat
if ,
pene
rbita
n ev
ent /
kon
fere
nsi /
da
lam
fora
inte
rnas
iona
l
hM
enin
gkat
nya
jum
lah
kri
tikus
kar
ya k
reat
if p
ener
bita
n lo
kal
iM
enin
gkat
nya
jum
lah
pen
ghar
gaan
kep
ada
kary
a k
reat
if/w
irau
saha
/usa
ha k
reat
if p
ener
bita
n lo
kal d
i tin
gkat
nas
iona
l dan
inte
rnas
iona
l
jM
enin
gkat
nya
min
at b
aca
dan
tulis
mas
yara
kat t
erha
dap
kary
a kr
eatif
pen
erbi
tan
loka
l
kM
enin
gkat
nya
apre
sias
i mas
yara
kat t
erha
dap
kary
a kr
eatif
pen
erbi
tan
loka
l
111Lampiran
MA
TRIK
S R
ENC
AN
A A
KS
I PEN
GEM
BA
NG
AN
PEN
ERB
ITA
N 2
015-
2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 1
: Men
ingk
atny
a m
utu
peng
elol
aan
Pen
didi
kan
Form
al, N
on-F
orm
al d
an In
form
al y
ang
men
duku
ng o
rang
kre
atif
Pen
erbi
tan
mer
ata
di s
elur
uh p
rovi
nsi,
kabu
pate
n, d
an k
ota
1M
endu
kung
dan
mem
fasi
litas
i ke
men
teri
an p
endi
dika
n na
sion
al
untu
k m
ener
apka
n ku
riku
lum
pe
ndid
ikan
sof
tski
ll ke
pada
se
jum
lah
pend
idik
an fo
rmal
da
n no
nfor
mal
di 1
0 pr
ovin
si
berp
oten
si d
i Kal
iman
tan,
S
ulaw
esi,
Kep
ulau
an N
usa
teng
gara
dan
Pap
ua.
Mem
asuk
kan
unsu
r-un
sur
soft
ski
ll di
da
lam
ran
cang
an k
urik
ulum
pen
didi
kan
dasa
r
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Pen
didi
kan
xx
x
2P
enye
diaa
n te
naga
pen
didi
k da
n tu
tor
berk
ompe
ten
yang
m
erat
a d
i 10
prov
insi
ber
pote
nsi
di K
alim
anta
n, S
ulaw
esi,
Kep
ulau
an N
usa
teng
gara
dan
P
apua
.
Ber
mitr
a d
enga
n le
mba
ga p
endi
dika
n fo
rmal
, non
form
al d
an k
omun
itas
untu
k m
enge
mba
ngka
n so
ft s
kill
kary
a kr
eatif
pen
erbi
tan
deng
an fo
kus
mat
eri
IP A
war
enes
s, m
enul
is k
reat
if d
an
peny
untin
gan
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Pen
didi
kan
xx
x
3M
elak
ukan
pem
etaa
n po
tens
i dan
pub
likas
i has
il pe
met
aan
lem
baga
pen
didi
kan
no
nfor
mal
dan
kom
unita
s se
rta
sta
keho
lder
terk
ait
peng
emba
ngan
sdm
kre
atif
pe
nerb
itan
Pem
etaa
n di
butu
hkan
unt
uk m
elih
at
pote
nsi d
an p
elua
ng y
ang
dim
iliki
pe
nerb
itan
indo
nesi
a un
tuk
men
jaw
ab
tant
anga
n m
embe
ntuk
SD
M K
reat
if
Pen
erbi
tan
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Pen
didi
kan;
Kom
unita
s
xx
112 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
4M
elak
sana
kan
Ker
jasa
ma
deng
an L
emba
ga P
elat
ihan
N
on-F
orm
al d
an K
omun
itas
dala
m m
enge
mba
ngka
n ku
alita
s S
DM
pen
erbi
tan
mel
alui
pe
latih
an/w
orks
hop
berk
aita
n pe
ngem
bang
an/p
enul
isan
ko
nten
kre
atif
(IP
Aw
aren
ess,
Cr
eativ
e Th
inki
ng, E
ditin
g, D
esig
n da
n A
nim
atio
n)
Ip a
war
enes
s ad
alah
kes
adar
an u
ntuk
m
enge
lola
hak
cip
ta, c
reat
ive
thin
king
ad
alah
met
ode
atau
car
a pe
nulis
an
kont
en m
elal
ui p
rose
s kr
eativ
itas
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; D
irje
n H
KI,
Inst
itusi
Pen
didi
kan;
Kom
unita
s
xx
xx
x
SA
SA
RA
N 2
: Men
gopt
imal
kan
peny
edia
an d
an p
enin
gkat
an s
aran
a da
n pr
asar
ana
yan
g m
enga
rusu
tam
akan
kre
ativ
itas
SD
M P
ener
bita
n m
erat
a di
sel
uruh
pro
vins
i, ka
bupa
ten,
dan
kot
a
1P
enye
diaa
n da
n pe
ning
kata
n sa
rana
dan
pra
sara
na u
ntuk
pe
nera
pan
sist
em p
embe
laja
ran
men
gasa
h kr
eativ
itas
yang
m
erat
a di
10
prov
insi
ber
pote
nsi
di In
done
sia.
Bek
erja
sam
a de
ngan
Dep
arte
men
P
endi
dika
n da
lam
men
yedi
akan
sar
an
danp
rasa
rana
sep
erti
buku
ber
kual
itas,
te
knol
ogi p
endu
kung
dan
rev
italis
asi
perp
usat
akaa
n
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; D
irje
n H
KI,
Inst
itusi
Pen
didi
kan
, Kom
unita
s
xx
x
2P
enye
diaa
n da
n pe
ngem
bang
an
sist
em p
embe
laja
ran
men
garu
suta
mak
an k
reat
ivita
s
dan
IP A
war
enes
s di
lem
baga
pe
ndid
ikan
non
form
al te
rkai
t in
dust
ri p
ener
bita
n di
10
prov
insi
be
rpot
ensi
di I
ndon
esia
Ip a
war
enes
s ad
alah
kes
adar
an u
ntuk
m
enge
lola
hak
cip
taM
ente
ri P
ariw
isat
a da
n Ek
onom
i Kre
atif
; M
ente
ri P
endi
dika
n N
asio
nal;
Dir
jen
HK
I, In
stitu
si P
endi
dika
n , K
omun
itas
xx
x
113Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 3
: M
endu
kung
pen
yedi
aan
baha
n ba
ku y
ang
men
unja
ng p
rodu
ktiv
itas
pen
erbi
tan
deng
an m
engg
unak
an s
umbe
r da
ya a
lam
Indo
nesi
a (y
ang
terb
aruk
an)
1M
engu
sulk
an k
ebija
kan
pe
rpaj
akan
men
gena
i har
ga
baha
n ba
ku k
husu
snya
ker
tas
dan
tinta
unt
uk p
rodu
ktiv
itas
pene
rbita
n ce
tak
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Dir
jen
Paj
akx
x
2M
empe
rmud
ah p
endi
stri
busi
an
baha
n ba
ku k
erta
s da
n tin
ta
untu
k m
enun
jang
ket
erse
diaa
n ba
han
baku
pro
duks
i pen
erbi
tan
ceta
k
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
x
x
3 M
enye
diak
an d
ata
dan
info
rmas
i ter
kait
sum
ber
daya
al
am y
ang
dapa
t dig
unak
an
untu
k ba
han
baku
pen
erbi
tan
alte
rnat
if.
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
xx
xx
x
4M
embe
rika
n da
na h
ibah
pe
nelit
ian
terk
ait b
ahan
bak
u pr
oduk
si p
ener
bita
n be
rbas
is
sum
ber
daya
loka
l.
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
xx
xx
x
SA
SA
RA
N 4
: Men
yedi
akan
dat
a da
n in
form
asi s
umbe
r da
ya b
uday
a ya
ng a
kura
t dan
terp
erca
ya d
an d
apat
dia
kses
sec
ara
mud
ah d
an c
epat
unt
uk m
enge
mba
ngka
n ko
nten
kre
atif
pen
erbi
tan
1M
enge
mba
ngka
n ko
nten
kar
ya
krea
tif p
ener
bita
n ya
ng d
apat
m
enja
di id
entit
as b
uday
a ba
ngsa
In
done
sia.
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
x
x
x
114 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
2M
enin
gkat
kan
kary
a kr
eatif
pe
nerb
itan
yan
g b
erba
sis
pene
litia
n,be
rmut
u, b
erbu
daya
, da
n b
erda
ya s
aing
inte
rnas
iona
l.
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
x
x
x
3M
enye
diak
an s
iste
m, d
ata
dan
info
rmas
i ber
basi
s ri
set
buda
ya y
ang
dapa
t dia
kses
ole
h or
ang
krea
tif p
ener
bita
n un
tuk
peng
emba
ngan
kon
ten
krea
tif
berb
asis
bud
aya
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
x
x
x
SA
SA
RA
N 5
: Men
ingk
atny
a w
irau
saha
kre
atif
pen
erbi
tan
loka
l yan
g be
rday
a sa
ing
, ber
tum
buh
dan
berk
elan
juta
n
1M
elak
ukan
pem
etaa
n po
tens
i w
irau
saha
kre
atif
pen
erbi
tan
Indo
nesi
a
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
xx
2M
enga
daka
n ev
ent/
kom
petis
i un
tuk
men
yari
ng w
irau
saha
kr
eatif
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
xx
x
3M
emfa
silit
asi p
enci
ptaa
n da
n
peni
ngka
tan
prof
esio
nalis
me
(ski
ll-kn
owle
dge-
attit
ude)
w
irau
saha
kre
atif
pen
erbi
tan
loka
l
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
x
x
4M
emfa
silit
asi
kola
bora
si d
an
penc
ipta
an je
jari
ng k
reat
if a
ntar
w
irau
saha
kre
atif
di t
ingk
at
loka
l, na
sion
al, d
an g
loba
l
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
xx
x
115Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 6
: Men
ingk
atny
a us
aha
krea
tif p
ener
bita
n lo
kal y
ang
berd
aya
sain
g, b
ertu
mbu
h, d
an b
erke
lanj
utan
1M
elak
ukan
pem
etaa
n po
tens
i ke
bera
daaa
n u
saha
kre
atif
pe
nerb
itan
di In
done
sia
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
KU
KM
xx
2M
enin
gkat
kan
kola
bora
si d
an
kem
itraa
n un
it us
aha
pene
rbita
n lo
kal d
i Ind
ones
ia
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
KU
KM
xx
3P
erba
ikan
KB
LI u
ntuk
rua
ng
lingk
up p
rodu
k da
n ja
sa te
rkai
t in
dust
ri p
ener
bita
n
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
KU
KM
xx
SA
SA
RA
N 7
: Men
ingk
atny
a ke
raga
man
dan
kua
litas
kar
ya k
reat
if p
ener
bita
n lo
kal b
erba
sis
buda
ya b
angs
a
1M
emfa
silit
asi p
enel
itian
dan
pe
ngem
bang
an k
onte
n ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n In
done
sia
berb
asis
bud
aya
bang
sa.
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Bud
aya
dan
Sej
arah
xx
2 M
elak
ukan
pem
etaa
n po
tens
i ke
bera
daaa
n ka
rya
krea
tif
pene
rbita
n ya
ng p
oten
sial
dan
be
rkua
litas
Men
gada
kan
ajan
g ko
mpe
tisi u
ntuk
m
enam
bah
kean
ekar
agam
an k
arya
te
knol
ogi i
nfor
mas
i;
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Bud
aya
dan
Sse
jara
h
x
x
3M
enga
daka
n ev
ent/
kom
petis
i un
tuk
men
yari
ng k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
yang
ber
kual
itas
Mem
fasi
litas
i pen
eliti
an p
ener
bita
n
untu
k m
engh
asilk
an p
enci
ptaa
n ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n In
done
sia;
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Des
ain,
Bud
aya
dan
Sej
arah
x
x
116 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 8
: Men
yedi
akan
pem
biay
aan
pene
litia
n d
an p
eles
tari
an k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
berk
aita
n de
ngan
bud
aya
bang
sa, s
astr
a da
n se
jara
h
1P
enye
diaa
n su
bsid
i pem
biay
aan
untu
k pr
oduk
tivita
s ka
rya
krea
tif
pene
rbita
n be
rbas
is b
uday
a ba
ngsa
, bah
asa
daer
ah,
seja
rah
dan
sast
ra k
lasi
k
cuku
p je
las
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n Ek
onom
i Kre
atif
; Men
teri
K
omun
ikas
i dan
Info
rmat
ika;
Inst
itusi
P
endi
dika
n
xx
xx
x
2P
enye
diaa
n su
bsid
i pem
biay
aan
untu
k pe
nelit
ian
berk
aita
n de
ngan
kar
ya k
reat
if b
erm
uata
n bu
daya
, ken
egar
aan,
bah
asa
daer
ah d
an s
ejar
ah b
angs
a
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Bud
aya
dan
Sej
arah
xx
xx
x
SA
SA
RA
N 9
: Men
ingk
atny
a pe
netr
asi d
an d
iver
sifi
kasi
pas
ar k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
nasi
onal
dan
int
erna
sion
al
1M
enga
daka
n pa
mer
an
Inte
rnas
iona
l unt
uk
mem
prom
osik
an k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
nasi
onal
kep
ada
duni
a
cuku
p je
las
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n E
kono
mi K
reat
if;
Men
teri
Kom
unik
asi d
an In
form
atik
a;
Inst
itus
i Pen
didi
kan
xx
x
2M
emfa
silit
asi k
eiku
tser
taan
ka
rya
pene
rbita
n In
done
sia
yang
be
rkua
litas
unt
uk m
engi
kuti
pam
eran
di d
alam
neg
eri
mau
pun
luar
neg
eri
cuk
up je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Eko
nom
i K
reat
if; M
ente
ri L
uar
Neg
eri;
Men
teri
K
omun
ikas
i dan
Info
rmat
ika;
Inst
itus
i P
endi
dika
n
xx
x
3M
emba
ngun
por
tal s
ebag
ai
sara
na p
rom
osi d
an s
iste
m
info
rmas
i pas
ar k
arya
kre
atif
di
dal
am n
eger
i dan
luar
neg
eri
yang
dap
at d
iaks
es d
enga
n m
udah
dan
info
rmas
inya
di
dist
ribu
sika
n de
ngan
bai
k
cuku
p je
las
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n Ek
onom
i Kre
atif
; Men
teri
K
omun
ikas
i dan
Info
rmat
ika;
Inst
itusi
P
endi
dika
n
xx
117Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
4M
enga
daka
n fe
stiv
al n
asio
nal
dan
inte
rnas
inal
ber
kala
un
tuk
mem
pert
emuk
an k
arya
kr
eatif
pen
erbi
tan
nasi
onal
dan
in
tern
asio
nal
cuku
p je
las
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n Ek
onom
i Kre
atif
; Men
teri
K
omun
ikas
i dan
Info
rmat
ika;
Inst
itusi
P
endi
dika
n
xx
x
5P
roak
tif m
endu
kung
pem
asar
an
dan
kebe
rlan
gsun
gan
kar
ya
krea
tif p
ener
bita
n lo
kal d
i pas
ar
dom
estik
cuku
p je
las
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n Ek
onom
i Kre
atif
; Men
teri
K
omun
ikas
i dan
Info
rmat
ika;
Inst
itusi
P
endi
dika
n
xx
x
SA
SA
RA
N 1
0: M
enye
diak
an in
fras
truk
tur
logi
stik
dan
jari
ngan
inte
rnet
yan
g m
emad
ai d
an k
ompe
titi
f unt
uk p
emen
uhan
keb
utuh
an p
asar
bag
i ind
ustr
i pen
erbi
tan
seca
ra m
erat
a di
sel
uruh
pro
vins
i, ka
bupa
ten,
dan
kot
a
1M
enye
diak
an ja
lur
dist
ribu
si
alte
rnat
if u
ntuk
men
ingk
atka
n ke
terj
angk
auan
logi
stik
dan
tr
ansp
orta
si k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
yang
mer
ata
di
selu
ruh
prov
insi
, kab
upat
en, d
an
kota
; dan
pro
vins
i
cuku
p je
las
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n Ek
onom
i Kre
atif
; Men
teri
K
omun
ikas
i dan
Info
rmat
ika;
Men
teri
PU
xx
x
2M
embe
rika
n fa
silit
as
tekn
olog
i pe
nduk
ung
untu
k m
enye
bark
an
kary
a kr
eatif
di b
idan
g pe
nerb
itan
cuku
p je
las
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n Ek
onom
i Kre
atif
; Men
teri
K
omun
ikas
i dan
Info
rmat
ika;
Men
teri
PU
xx
x
3P
erlu
asan
jari
ngan
inte
rnet
un
tuk
men
ingk
atka
n ak
ses
mas
yara
kat t
erha
dap
kary
a
krea
tif p
ener
bita
n di
gita
l yan
g m
erat
a di
sel
uruh
pro
vins
i, ka
bupa
ten,
dan
kot
a; d
an
prov
insi
cuku
p je
las
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n Ek
onom
i Kre
atif
; Men
teri
K
omun
ikas
i dan
Info
rmat
ika;
Men
teri
PU
xx
xx
x
118 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
4P
enin
gkat
an p
erse
bara
n da
n ke
cepa
tan
inte
rnet
di I
ndon
esia
se
cara
ber
taha
p
cuku
p je
las
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
P
ariw
isat
a da
n Ek
onom
i Kre
atif
; Men
teri
K
omun
ikas
i dan
Info
rmat
ika;
Men
teri
PU
xx
xx
x
SA
SA
RA
N 1
1: M
enci
ptak
an r
egul
asi y
ang
men
duku
ng p
enci
ptaa
n ik
lim y
ang
kond
usif
unt
uk m
enin
gkat
an m
utu
dan
pen
yeba
ran
oran
g kr
eati
f, w
irau
saha
kre
atif
dan
us
aha
krea
tif p
ener
bita
n In
done
sia
1
Har
mon
isas
i keb
ijaka
n pe
rbuk
uan
(Und
ang-
Und
ang
Per
buku
an)
Mem
bent
uk p
aniti
a pe
mba
hasa
n te
rhad
ap s
ubst
ansi
Und
ang-
unda
ng
perb
ukua
n
Kem
ente
rian
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi
Kre
atif
; Kem
ente
rian
Pen
didi
kan,
K
emen
teri
an P
erda
gang
an;
Kem
enku
mha
m
x
Mel
akuk
an k
ajia
n te
rhad
ap s
ubst
ansi
U
ndan
g-un
dang
per
buku
anx
mel
akuk
an k
oord
inas
i lin
tas
sekt
or
untu
k m
enyu
sun
perb
aika
n U
ndan
g-un
dang
per
buku
an
x
mel
akuk
an d
isku
si p
ublik
ran
cang
an
perb
aika
n U
ndan
g-un
dang
per
buku
an
x
mel
akuk
an p
rose
s pe
ngha
rmon
isas
ian,
pe
mbu
lata
n da
n pe
man
tapa
n ko
nsep
si
terh
adap
Und
ang-
unda
ng p
erbu
kuan
x
x
mel
akuk
an s
osia
lisas
i Und
ang-
unda
ng
perb
ukua
nx
xx
xx
119Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
2
Har
mon
isas
i keb
ijaka
n ta
ta
niag
a pr
oduk
pen
erbi
tan
(isu
buku
cet
ak d
an d
igita
l, is
u ke
berp
ihak
an p
ada
indu
stri
pe
nerb
itan
loka
l, pe
ngem
bang
an
kont
en lo
kal,
perl
uasa
n pa
sar
bagi
pen
erbi
t lok
al)
Mem
bent
uk p
aniti
a pe
mba
hasa
n te
rhad
ap s
ubst
ansi
reg
ulas
i tat
a ni
aga
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Kem
enku
mha
mx
mel
akuk
an k
ajia
n te
rhad
ap s
ubst
ansi
re
gula
si ta
ta n
iaga
x
mel
akuk
an k
oord
inas
i lin
tas
sekt
or
untu
k m
enyu
sun
regu
lasi
tata
nia
gax
mel
akuk
an d
isku
si p
ublik
ran
cang
an
regu
lasi
tata
nia
ga
x
mel
akuk
an p
rose
s pe
ngha
rmon
isas
ian,
pe
mbu
lata
n da
n pe
man
tapa
n ko
nsep
si
terh
adap
reg
ulas
i tat
a ni
aga
x
x
mel
akuk
an s
osia
lisas
i per
atur
an
regu
lasi
tata
nia
gax
xx
xx
120 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
3
Har
mon
isas
i keb
ijaka
n pe
mbi
ayaa
n ba
gi in
dust
ri
pene
rbita
n lo
kal
Mem
bent
uk p
aniti
a pe
mba
hasa
n te
rhad
ap s
ubst
ansi
reg
ulas
i pem
biay
aan
bagi
indu
stri
pen
erbi
tan
loka
l
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Kem
enku
mha
mx
mel
akuk
an k
ajia
n te
rhad
ap s
ubst
ansi
pe
mbi
ayaa
n ba
gi in
dust
ri p
ener
bita
n lo
kal
x
mel
akuk
an k
oord
inas
i lin
tas
sekt
or
untu
k m
enyu
sun
regu
lasi
pem
biay
aan
bagi
indu
stri
pen
erbi
tan
loka
l
x
mel
akuk
an d
isku
si p
ublik
ran
cang
an
regu
lasi
pem
biay
aan
bagi
indu
stri
pe
nerb
itan
loka
l
x
mel
akuk
an p
rose
s pe
ngha
rmon
isas
ian,
pe
mbu
lata
n da
n pe
man
tapa
n ko
nsep
si
terh
adap
reg
ulas
i pem
biay
aan
bagi
in
dust
ri p
ener
bita
n lo
kal
x
x
mel
akuk
an s
osia
lisas
i per
atur
an
regu
lasi
pem
biay
aan
bagi
indu
stri
pe
nerb
itan
loka
l
xx
xx
x
121Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
4
Har
mon
isas
i keb
ijaka
n fa
silit
asi
inse
ntif
bag
i ind
ustr
i pe
nerb
itan
loka
l
Mem
bent
uk p
aniti
a pe
mba
hasa
n te
rhad
ap s
ubst
ansi
reg
ulas
i ins
entif
ba
gi in
dust
ri p
ener
bita
n lo
kal
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Kem
enku
mha
mx
mel
akuk
an k
ajia
n te
rhad
ap s
ubst
ansi
re
gula
si in
sent
if b
agi i
ndus
tri p
ener
bita
n lo
kal
x
mel
akuk
an k
oord
inas
i lin
tas
sekt
or
untu
k m
enyu
sun
regu
lasi
inse
ntif
bag
i in
dust
ri p
ener
bita
n lo
kal
x
mel
akuk
an d
isku
si p
ublik
ran
cang
an
regu
lasi
inse
ntif
bag
i ind
ustr
i pen
erbi
tan
loka
l
x
mel
akuk
an p
rose
s pe
ngha
rmon
isas
ian,
pe
mbu
lata
n da
n pe
man
tapa
n ko
nsep
si
terh
adap
reg
ulas
i ins
entif
bag
i ind
ustr
i pe
nerb
itan
loka
l
x
x
mel
akuk
an s
osia
lisas
i per
atur
an
regu
lasi
inse
ntif
bag
i ind
ustr
i pen
erbi
tan
loka
l
xx
xx
x
SA
SA
RA
N 1
2: M
enin
gkat
nya
part
isip
asi a
ktif
pem
angk
u ke
pent
inga
n da
lam
pen
gem
bang
an p
ener
bita
n In
done
sia
seca
ra b
erke
lanj
utan
1M
emba
ngun
por
tal s
ubse
ktor
in
dust
ri k
reat
if p
ener
bita
n se
baga
i sar
ana
pend
ataa
n po
tens
i lem
baga
pen
didi
kan,
in
dust
ri d
an k
omun
itas
yang
m
endu
kung
keg
iata
n ek
osis
tem
pe
nerb
itan
Cuk
up je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi
Kre
atif
;Seg
ala
elem
en p
emer
inta
h;
Kom
unita
s; A
sosi
asi P
rofe
si
xx
122 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
2M
embe
ntuk
Dew
an P
ener
bita
n se
baga
i lem
baga
pen
ghub
ung
anta
r pe
man
gku
kepe
ntin
gan
dala
m in
dust
ri p
ener
bita
n In
done
sia
Cuk
up je
las
sega
la e
lem
en p
emer
inta
h; K
omun
itas;
A
sosi
asi P
rofe
si
x
3M
endu
kung
keg
iata
n da
n pe
mbe
ntuk
an a
sosi
asi
kepr
ofes
ian
pene
rbita
n un
tuk
berj
ejar
ing
di ti
ngka
t lok
al,
nasi
onal
, mau
pun
glob
al
Cuk
up je
las
sega
la e
lem
en p
emer
inta
h; K
omun
itas;
A
sosi
asi P
rofe
si
x
SA
SA
RA
N 1
3:Te
rcap
ainy
a kr
eati
vita
s pe
nerb
itan
seb
agai
par
adig
ma
pem
bang
unan
dan
dal
am k
ehid
upan
mas
yara
kat
1M
endo
rong
ters
edia
nya
kary
a ka
reat
if p
ener
bita
n ya
ng
berk
ualit
as d
an te
rjan
gkau
un
tuk
men
ingk
atka
n m
inat
ba
ca d
an tu
lis m
asya
raka
t se
rta
peny
edia
an k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
nasi
onal
di i
nstit
usi-
inst
itusi
pen
didi
kan.
Cuk
up je
las
men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Pen
didi
kan
xx
xx
x
2M
engo
ptim
alka
n st
anda
risa
si
kary
a-ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n se
pert
i bah
asa,
etik
a pe
nulis
an,
EYD
(Eja
an Y
ang
Dis
empu
rnak
an)
Cuk
up je
las
men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Pen
didi
kan
x
3M
enge
lola
kon
ten
kary
a kr
eatif
pe
nerb
itan
yang
ber
kual
itas
untu
k di
alih
med
iaka
n ke
sub
sekt
or
ekon
omi k
reat
if la
in
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
Nas
iona
l; In
stitu
si
Pen
didi
kan
x
xx
x
123Lampiran
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
SA
SA
RA
N 1
4: M
enin
gkat
nya
posi
si, k
ontr
ibus
i, ke
man
diri
an s
erta
kep
emim
pina
n pe
nerb
itan
Indo
nesi
a da
lam
fora
inte
rnas
iona
l
1M
emfa
silit
asi a
kses
pas
ar
nasi
onal
dan
glo
bal a
gar
indu
stri
pe
nerb
itan
sem
akin
sem
akin
be
rtum
buh,
mer
ata
di s
elur
uh
Indo
nesi
a da
n be
rday
a sa
ing
glob
al
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
Lua
r N
eger
i
x
xx
2M
engo
ptim
alka
n fu
ngsi
ke
duta
an b
esar
RI d
i lua
r ne
geri
se
baga
i Mar
ket I
ntel
ligen
ce
untu
k m
empr
omos
ikan
kar
ya
pene
rbita
n In
done
sia
ke
kala
ngan
inte
rnas
iona
l
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
Lua
r N
eger
i
x
xx
3M
engo
ptim
alka
n pe
nyed
iaan
ru
ang
eksp
resi
dan
fasi
litas
i ke
giat
an p
amer
an k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
mel
alui
pem
anfa
atan
be
rbag
ai m
edia
unt
uk p
rom
osi
stra
tegi
s ya
ng m
endu
kung
se
ktor
par
iwis
ata
dan
ekon
omi
krea
tif
cuku
p je
las
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Per
daga
ngan
; Men
teri
Lua
r N
eger
i
x
xx
SA
SA
RA
N 1
5: M
enin
gkat
nya
apre
sias
i kep
ada
oran
g/ka
rya/
wir
ausa
ha/u
saha
kre
atif
pen
erbi
tan
loka
l di t
ingk
at n
asio
nal d
an in
tern
asio
nal
1M
embe
rika
n pe
ngha
rgaa
n ba
gi
kary
a, w
irau
saha
mau
pun
usah
a kr
eatif
dal
am b
idan
g pe
nerb
itan
yang
ber
skal
a na
sion
al
Pen
daft
aran
dan
sos
ialis
asi
peng
harg
aan;
Pen
juri
an k
arya
kre
atif
; P
ublik
asi d
an k
egia
tan
lanj
utan
dar
i pe
ngha
rgaa
n se
pert
i net
wor
king
;
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Dir
jen
HK
I; M
ente
ri P
erda
gang
an;
x
124 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
2M
enga
daka
n da
n m
engi
kuts
erta
kan
fe
stiv
al a
taup
un a
jang
pen
ghar
gaan
ba
gi p
elak
u in
dust
ri p
ener
bita
n se
cara
ber
kala
di t
ingk
at n
asio
nal d
an
inte
rnas
iona
l
Den
gan
mak
in b
anya
knya
kar
ya k
reat
if
pene
rbita
n In
done
sia
dip
amer
kan
ke
ajan
g in
tern
asio
nal
mak
a di
hara
pkan
ad
anya
kes
empa
tan
kary
a kr
eatif
pe
nerb
itan
Indo
nesi
a da
pat
Go
Inte
rnas
iona
l
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi
Kre
atif
; Men
teri
Lua
r N
eger
i; M
ente
ri
Per
daga
ngan
xx
x
3M
embe
rika
n fa
silit
as u
ntuk
pa
mer
an k
arya
pen
erbi
tan
di
tingk
at in
tern
asio
nal
Fasi
litas
yan
g da
pat d
iber
ikan
ant
ara
lain
ad
alah
rua
ng p
ublik
, pus
at k
reat
ifita
s,
inku
bato
r te
knol
ogi,
dan
seba
gain
ya
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan,
M
ente
ri P
erda
gang
an
xx
xx
x
SA
SA
RA
N 1
6: M
enin
gkat
nya
apre
sias
i mas
yara
kat t
erha
dap
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a lo
kal
yang
dih
asilk
an m
elal
ui k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
1S
osia
lisas
i dan
pen
yeba
ran
info
rmas
i ter
kait
pote
nsi d
an
kual
itas
kary
a kr
eatif
pen
erbi
tan
loka
l
Unt
uk m
enin
gkat
kan
pem
aham
an
mas
yara
kat b
ahw
a ka
rya
krea
tif
pene
rbita
n In
done
sia
mem
iliki
kua
litas
ya
ng ti
dak
kala
h di
band
ingk
an k
arya
kre
atif
man
ca n
egar
a, s
ehin
gga
men
gura
ngi
tingk
at k
eter
gant
unga
n m
asya
raka
t aka
n ka
rya
pene
rbita
n lu
ar n
eger
i
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi
Kre
atif
;Seg
ala
elem
en p
emer
inta
h;
Kom
unita
s; A
sosi
asi P
rofe
si
2M
enja
lin k
erja
sam
a de
ngan
ko
mun
itas
di b
idan
g pe
nerb
itan
untu
k m
emba
ntu
men
ingk
atka
n ke
sada
ran
mas
yara
kat t
erha
dap
kary
a pe
nerb
itan
loka
l
Den
gan
mak
in b
anya
knya
tulis
an
dan
ulas
an m
enge
nai k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
Indo
nesi
a d
ihar
apka
n m
enin
gkat
kan
peng
etah
uan
dan
pem
aham
an m
asya
raka
t ter
hada
p ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi
Kre
atif
;Seg
ala
elem
en p
emer
inta
h;
Kom
unita
s; A
sosi
asi P
rofe
si
SA
SA
RA
N/R
EN
CA
NA
AK
SI
DE
SK
RIP
SI R
EN
CA
NA
AK
SI
PE
NA
NG
GU
NG
JAW
AB
TAH
UN
2015
2016
2017
2018
2019
2M
enga
daka
n da
n m
engi
kuts
erta
kan
fe
stiv
al a
taup
un a
jang
pen
ghar
gaan
ba
gi p
elak
u in
dust
ri p
ener
bita
n se
cara
ber
kala
di t
ingk
at n
asio
nal d
an
inte
rnas
iona
l
Den
gan
mak
in b
anya
knya
kar
ya k
reat
if
pene
rbita
n In
done
sia
dip
amer
kan
ke
ajan
g in
tern
asio
nal
mak
a di
hara
pkan
ad
anya
kes
empa
tan
kary
a kr
eatif
pe
nerb
itan
Indo
nesi
a da
pat
Go
Inte
rnas
iona
l
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi
Kre
atif
; Men
teri
Lua
r N
eger
i; M
ente
ri
Per
daga
ngan
xx
x
3M
embe
rika
n fa
silit
as u
ntuk
pa
mer
an k
arya
pen
erbi
tan
di
tingk
at in
tern
asio
nal
Fasi
litas
yan
g da
pat d
iber
ikan
ant
ara
lain
ad
alah
rua
ng p
ublik
, pus
at k
reat
ifita
s,
inku
bato
r te
knol
ogi,
dan
seba
gain
ya
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi K
reat
if;
Men
teri
Pen
didi
kan
dan
Keb
uday
aan,
M
ente
ri P
erda
gang
an
xx
xx
x
SA
SA
RA
N 1
6: M
enin
gkat
nya
apre
sias
i mas
yara
kat t
erha
dap
sum
ber
daya
ala
m d
an b
uday
a lo
kal
yang
dih
asilk
an m
elal
ui k
arya
kre
atif
pen
erbi
tan
1S
osia
lisas
i dan
pen
yeba
ran
info
rmas
i ter
kait
pote
nsi d
an
kual
itas
kary
a kr
eatif
pen
erbi
tan
loka
l
Unt
uk m
enin
gkat
kan
pem
aham
an
mas
yara
kat b
ahw
a ka
rya
krea
tif
pene
rbita
n In
done
sia
mem
iliki
kua
litas
ya
ng ti
dak
kala
h di
band
ingk
an k
arya
kre
atif
man
ca n
egar
a, s
ehin
gga
men
gura
ngi
tingk
at k
eter
gant
unga
n m
asya
raka
t aka
n ka
rya
pene
rbita
n lu
ar n
eger
i
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi
Kre
atif
;Seg
ala
elem
en p
emer
inta
h;
Kom
unita
s; A
sosi
asi P
rofe
si
2M
enja
lin k
erja
sam
a de
ngan
ko
mun
itas
di b
idan
g pe
nerb
itan
untu
k m
emba
ntu
men
ingk
atka
n ke
sada
ran
mas
yara
kat t
erha
dap
kary
a pe
nerb
itan
loka
l
Den
gan
mak
in b
anya
knya
tulis
an
dan
ulas
an m
enge
nai k
arya
kre
atif
pe
nerb
itan
Indo
nesi
a d
ihar
apka
n m
enin
gkat
kan
peng
etah
uan
dan
pem
aham
an m
asya
raka
t ter
hada
p ka
rya
krea
tif p
ener
bita
n
Men
teri
Par
iwis
ata
dan
Ekon
omi
Kre
atif
;Seg
ala
elem
en p
emer
inta
h;
Kom
unita
s; A
sosi
asi P
rofe
si
128 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019
10
RE
NC
AN
A P
EN
GE
MB
AN
GA
N P
EN
ER
BITA
N N
AS
ION
AL 2
015-2
019
RENCANA PENGEMBANGAN
PENERBITANNASIONAL
2015-2019