penerbitan - indonesia kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... ·...

146
RENCANA PENGEMBANGAN PENERBITAN NASIONAL 2015-2019

Upload: duongdieu

Post on 03-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

10

RE

NC

AN

A P

EN

GE

MB

AN

GA

N P

EN

ER

BITA

N N

AS

ION

AL 2

015-2

019

RENCANA PENGEMBANGAN

PENERBITANNASIONAL

2015-2019

Page 2: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

i :

RENCANA PENgEmbANgAN PENERbITAN NAsIoNAl 2015-2019

Page 3: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif
Page 4: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif
Page 5: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

iv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Galih Bondan Rambatan

PT. REPUBLIK SOLUSI

Page 6: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

v

RENCANA PENgEmbANgAN PENERbITAN NAsIoNAl 2015-2019

Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:

Penasehat Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RISapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

Pengarah Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RIHarry Waluyo, Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain dan IPTEKCokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan

Penanggung Jawab Poppy Safitri, Setditjen Ekonomi Kreatif berbasis Media, Desain, IPTEKM.Iqbal Alamsjah, Direktur Pengembangan Ekonomi Kreatif berbasis MediaAnna Suharti, Kasubdit Pengembangan Tulisan Fiksi dan Nonfiksi

Tim StudiGalih Bondan Rambatan

ISBN978-602-72387-0-1

Tim Desain Buku RURU Corps (www.rurucorps.com)Rendi Iken Satriyana DharmaSari Kusmaranti SubagiyoYosifinah Rachman

PenerbitPT. Republik Solusi

Cetakan Pertama, Maret 2015Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan caraapapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

Page 7: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

vi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Terima Kasih kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD):Dra.Lucya Andams, Ketua Asosiasi Ikatan Penerbit IndonesiaHikmat Darmawan, Komunitas KomikSinta Yudisia, Lingkar Pena IndonesiaAulia Halimatussadiah, Nulisbuku.comHary Candra, Direktur Pesona EdukasiSweta Kartika, Komikus

Page 8: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

vii

Kata Pengantar

Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. 

Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Sehingga diperlukan upaya pengembangan ekonomi kreatif yang berkesinambungan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup. 

Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial. 

Penerbitan, sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media digital, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri penerbitan di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentifikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang kurang memadai, serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna. 

Dalam upaya melakukan pengembangan industri penerbitan di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap ekosistem penerbitan yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. 

Page 9: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009, di mana terjadi pergeseran definisi dan pemahaman penerbitan secara mendasar. Pada buku sebelumnya, pemakaian definisi mengacu pada penerbitan dan percetakan secara umum. Pada buku ini, subsektor penerbitan dan percetakan bergeser dan berfokus menjadi hanya penerbitan saja. Hal ini disebabkan karena dalam alur proses penerbitan sendiri sudah terdapat kegiatan percetakan, sehingga penerbitan tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan produksi karya tetapi lebih kepada proses penciptaan konten berkualitas meliputi kegiatan penyuntingan, proof reading, penyiapan disain dan layout, serta kegiatan penyebarluasan atau distribusi karya.Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data, informasi, telah melakukan sejumlah Focus Group Discussion (FGD) dengan berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif dan komunitas penerbitan secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai industri penerbitan dan strategi-strategi yang perlu diambil dalam percepatan pengembangan penerbitan lima tahun mendatang. Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan industri penerbian selama ini diharapkan dapat diatasi dengan baik, sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, Penerbitan Indonesia dapat bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan.

Salam Kreatif

Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Page 10: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

ix

Kata Pengantar................................................................................................................... vii

Daftar Isi.............................................................................................................................. ix

Daftar Gambar..................................................................................................................... xii

Daftar Tabel......................................................................................................................... xiii

Ringkasan Eksekutif.......................................................................................................... xiv

BAB 1 PERKEMBANGAN PENERBITAN DI INDONESIA............................................. 3

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penerbitan di Indonesia.......................................................4

1.1.1 Definisi Penerbitan...................................................................................................4

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Penerbitan.............................................................. 10

1.2 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan..............................................................................15

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan Dunia.......................................................... 15

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan Indonesia...................................................17

BAB 2 EKOSISTEM DAN RUANG LINGKUP INDUSTRI PENERBITAN INDONESIA.. 27

2.1 Ekosistem Penerbitan........................................................................................................28

2.1.1 Definisi Ekosistem Penerbitan................................................................................. 28

2.1.2 Peta Ekosistem Penerbitan........................................................................................30

2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan................................................................... 44

2.2.1 Peta Industri Penerbitan...........................................................................................44

2.2.2 Ruang Lingkup Industri Penerbitan......................................................................... 47

2.2.3 Model Bisnis di Industri Penerbitan.........................................................................50

BAB 3 KONDISI UMUM SUBSEKTOR PENERBITAN DI INDONESIA............................ 53

3.1 Kontribusi Ekonomi Penerbitan....................................................................................... 54

3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)................................................................ 58

3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan......................................................................................... 59

3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan...................................................................................60

3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga...........................................................................61

3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor................................................................................................62

3.2 Kebijakan Pengembangan Penerbitan............................................................................... 63

Daftar Isi

Page 11: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

x Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

3.3 Struktur Pasar Penerbitan................................................................................................. 64

3.4 Daya Saing Penerbitan......................................................................................................64

3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Penerbitan.......................................................65

BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN PENERBITAN INDONESIA........................................ 73

4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019....................................... 74

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Penerbitan............................................................ 75

4.2.1 Visi Pengembangan Penerbitan................................................................................ 77

4.2.2 Misi Pengembangan Penerbitan............................................................................... 78

4.2.3 Tujuan Pengembangan Penerbitan........................................................................... 78

4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan Penerbitan................................................ 79

4.4 Arah kebijakan Pengembangan Penerbitan........................................................................ 824.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif Penerbitan yang

Berkualitas dan Berdaya Saing ................................................................................. 824.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan Dan Pemanfaatan Sumber

Daya alam dan sumber daya Budaya yang Mendukung Penerbitan Secara Berkelanjutan........................................................................................................... 82

4.4.3 Arah Kebijakan Peningkatan Pertumbuhan Wirausaha, Usaha, dan Karya Kreatif Penerbitan yang Merata dan Berdaya Saing ............................................................. 83

4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Pembiayaan, Kemudahan Akses dan Kompetitif Bagi Usaha, Wirausaha dan Orang Reatif Penerbitan....................................................... 83

4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar Penerbitan di dalam dan Luar Negeri yang Berkelanjutan.......................................................................................................... 83

4.4.6 Arah Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Logistik dan Teknologi Pendukung Industri Penerbitan yang Tepat Guna, Mudah Diakses dan Kompetitif.................... 83

4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan yang Kondusif dan Mengarusutamakan Kreativitas untuk Pengembangan Ekonomi Kreatif Penerbitan ................................ 83

4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Penerbitan....................................................... 844.5.1 Peningkatan Mutu Pengelolaan Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal Yang

Mendukung Orang Kreatif Penerbitan Merata di Seluruh Provinsi, Kabupaten, dan Kota......................................................................................................................... 84

4.5.2 Penyediaan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana yang Mengarusutamakan Kreativitas SDM Penerbitan.................................................................................... 85

4.5.3 Penyediaan bahan baku yang menunjang produktivitas penerbitan......................... 85

4.5.4 Penyediaan Data dan Informasi Sumber Daya Budaya yang Akurat Terpercaya dan Dapat Diakses Secara Cepat dan Mudah.................................................................. 86

4.5.5 Peningkatan Wirausaha Kreatif Penerbitan Lokal yang Berdaya Saing, Bertumbuh dan Berkelanjutan.....................................................................................................86

4.5.6 Peningkatan Usaha Kreatif Penerbitan Lokal yang Berdaya Saing............................ 86

Page 12: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

xi

4.5.7 Peningkatan Keragaman dan Kualitas Karya Kreatif Penerbitan Lokal Berbasis Budaya .................................................................................................................... 87

4.5.8 Penyediaan Pembiayaan Penelitian dan Pelestarian Karya Kreatif Penerbitan Berkaitan dengan Budaya Bangsa, Sastra dan Sejarah............................................... 87

4.5.9 Peningkatan Penetrasi dan Diversivikasi Pasar Karya Kreatif Penerbitan Nasional dan Internasional........................................................................................................... 87

4.5.10 Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur Logistik dan Jaringan Internet Yang Memadai dan Kompetitif......................................................................................... 88

4.5.11 Pengembangan Regulasi yang Mendukung Penciptaan Iklim yang Kondusif untuk Meningkatkan Mutu Penerbitan Indonesia.............................................................. 89

4.5.12 Peningkatan Partisipasi Aktif Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan penerbitan indonesia Secara Berkualitas dan Berkelanjutan...................................... 89

4.5.13 Peningkatan Kreativitas Penerbitan Sebagai Paradigma Pembangunan dan dalam Kehidupan Masyarakat ........................................................................................... 90

4.5.14 Peningkatan Posisi, Kontribusi, Kemandirian, serta Kepemimpinan Indonesia dalam Fora Internasional Melalui Penerbitan........................................................... 90

4.5.15 Peningkatan Apresiasi Kepada Orang dan Karya Kreatif Penerbitan...................... 914.5.16 Peningkatan Posisi, Kontribusi, Kemandirian, serta Kepemimpinan Indonesia

dalam Fora Internasional Melalui penerbitan........................................................... 91

BAB 5 PENUTUP.................................................................................................................. 93

5.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 94

5.2 Saran................................................................................................................................ 95

REFERENSI........................................................................................................................... 99

LAMPIRAN............................................................................................................................. 101

Page 13: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Gambar 1‑1 Perbedaan Alur Percetakan................................................................................. 5

Gambar 1‑2 Alur Penerbitan...................................................................................................8

Gambar 1‑3 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penerbitan 2015–2019.....................11

Gambar 1‑4 Perkembangan Penerbitan di Dunia....................................................................24

Gambar 1‑5 Sejarah Perkembangan Penerbitan di Indonesia...................................................25

Gambar 2‑1 Hubungan Antar Komponen Dalam Ekosistem..................................................29

Gambar 2‑2 Peta Ekosistem Penerbitan...................................................................................31

Gambar 2‑3 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan......................................................................34

Gambar 2‑4 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan......................................................................43

Gambar 2‑5 Mitra Pekerja Kreatif Industri Penerbitan............................................................45

Gambar 2‑6 Peta Industri Penerbitan..................................................................................... 46

Gambar 2‑7 Usaha, Pengembangan, dan Derivatif Penerbitan...................................................51

Gambar 3‑1 Kontribusi terhadap total produk domestik bruto industri kreatif (2013)........... 58

Gambar 3‑2 Kontribusi terhadap total tenaga kerja industri kreatif (2013).............................59

Gambar 3‑3 Kontribusi terhadap total unit usaha bruto industri kreatif (2013)......................60

Gambar 3‑4 Kontribusi terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif (2013).......... 61

Gambar 3‑5 Pertumbuhan ekspor 2010-2013.........................................................................62

Gambar 3‑6 Jumlah Penerbit yang Menjadi Anggota IKAPI s/d 2013.................................... 64

Gambar 3‑7 Daya Saing Penerbitan....................................................................................... 65

Daftar gambar

Page 14: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

xiii

Tabel 1‑1 Perbandingan Ruang Lingkup Penerbitan di Inggris dan Singapura.........................10

Tabel 2‑1 Daftar Pemenang KLA Tahun 2002-2013................................................................41

Tabel 2‑2 Daftar Konsumen Berdasarkan Jenis Buku yang diterbitkan.....................................44

Tabel 3‑1 Produktivitas Penerbitan Buku Negara Asia/tahun...................................................54

Tabel 3‑2 Kontribusi Ekonomi Subsektor Penerbitan 2010-2013............................................55

Tabel 3‑3 Pemetaan Kebijakan..................................................................................................63

Tabel 3‑4 Potensi Industri Penerbitan.......................................................................................66

Tabel 3‑5 10 Buku Terlaris di Indonesia...................................................................................67

Tabel 3‑6 Potensi dan Permasalahan Penerbitan.......................................................................67

Daftar Tabel

Tabel 4‑1 10 Buku Terlaris di Indonesia...................................................................................76

Page 15: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Ringkasan Eksekutif

Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009. Seperti halnya terbitan sebelumnya, buku ini menerangkan pemahaman, ruang lingkup, serta evaluasi dan analisa permasalahan yang dihadapi oleh industri penerbitan dewasa ini hingga ke depannya. Walau menjelaskan kondisi industri penerbitan secara umum, buku ini lebih berorientasi pada pengembangan industri lima tahun ke depan.

Metode utama yang digunakan dalam penyusunan laporan di buku ini adalah wawancara mendalam (In-Depth Interview atau IDI) dengan berbagai tokoh industri, serta tiga kali grup diskusi terfokus (Focus Group Discussion atau FGD) bersama para pemangku kepentingan industri yang dianggap dapat mewakili suara dan aspirasi industri secara umum, baik dari segi bisnis, komunitas, akademisi, pemerintah, maupun orang-orang kreatif. Selain itu, kajian literatur dari berbagai sumber yang dianggap relevan, baik nasional maupun internasional, juga dimanfaatkan sebagai pendukung.

Hasil analisa dalam buku ini menunjukkan bahwa pemahaman industri penerbitan dan percetakan sebagai salah satu dari lima belas subsektor industri kreatif di Indonesia hendaknya difokuskan menjadi industri penerbitan saja. Namun, industri ini juga kini meliputi bukan hanya penerbitan cetak namun juga penerbitan digital dan daring. Terlepas dari itu, bagaimanapun, permasalahan-permasalahan lama seperti kurangnya minat baca masyarakat, minimnya keawasan dan apresiasi terhadap sastra Indonesia secara umum, pengadaan bahan baku kertas dan jalur distribusi buku yang masih terpusat dan kurang efisien, dan sebagainya masih kurang lebih sama dengan yang telah dialami selama dua puluh tahun terakhir. Sesungguhnya permasalahan-permasalahan ini dapat kurang lebih diatasi dengan memanfaatkan teknologi dan jejaring komunitas kreatif yang tersedia. Sayangnya, belum ada data komprehensif mengenai berbagai komunitas ini, dan kesadaran pemanfaatan teknologi bagi orang kreatif maupun wirausahawan kreatif juga dirasa masih kurang.

Penelitian yang telah dilakukan sepanjang penulisan buku ini mengindikasikan tren yang positif, namun dengan beberapa rambu yang harus diwaspadai. Para pelaku menyarankan bahwa pengembangan yang dilakukan hendaknya berfokus pada empat hal utama berikut.

• Pembuatan portal pendataan orang kreatif, wirausaha dan usaha kreatif penerbitan meliputi penerbit mandiri dan penerbit digital, karya kreatif penerbitan serta komunitas terkait industri penerbitan.

• Perencanaan alternatif untuk menjaga kestabilan harga kertas dan tinta untuk menekan biaya produksi pencetakan serta alternatif jalur distribusi karya penerbitan cetak sehingga karya penerbitan dapat dinikmati secara merata di seluruh Indonesia.

• Pengadaan festival buku tingkat nasional maupun internasional dan sejenisnya secara berkala yang bertujuan untuk promosi sekaligus penghargaan kepada pelaku industri penerbitan

• Kegiatan sosialisasi kekayaan intelektual (IP) berkaitan dengan hak cipta karya kreatif penerbitan sehingga diakui dan memiliki daya saing tinggi.

Page 16: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

xv

• Kegiatan pemberdayaan dan kemitraan bersama komunitas penerbitan untuk membentuk dan meningkatkan kualitas orang kreatif dalam industri penerbitan

• Pembentukan dan pelatihan kewirausahaan kreatif dalam industri penerbitan sehingga memperluas dan meningkatkan pendapatan usaha penerbitan Indonesia.

Disarankan bahwa tindak lanjut pertama yang harus dilakukan adalah melakukan koordinasi untuk merancang teknis pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan lima tahun kedepan bersama tim perumus profesional, pelaku industri kreatif penerbitan dan para pemangku kepentingan lainnya bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF) untuk mewujudkan Penerbitan Indonesia yang bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan.

Page 17: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

xvi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

KEKUATAN BARU INDONESIA MENUJU 2025

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

AR

SIT

EK

TU

R 2

015-2

019

RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH

ARSITEKTUR2015-2019

04 05

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

KE

RA

JIN

AN

2015

-2019

06

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

KU

LIN

ER

2015

-2019

14

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

SE

NI P

ER

TU

NJ

UK

AN

2015

-2019

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

SE

NI R

UP

A 2

015-2

019

15 16

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

TE

KN

OL

OG

I INF

OR

MA

SI 2

015-2

019

17

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

TV

& R

AD

IO 2

015-2

019

18

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

VID

EO

2015

-2019

12

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

PE

RIK

LA

NA

N 2

015-2

019

11

RENCANA AKSIJANGKA MENENGAH

PERFILMAN2015-2019

10

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

PE

NE

RB

ITAN

2015

-2019

09

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

PE

NE

LIT

IAN

& P

EN

GE

MB

AN

GA

N 2

015-2

019

08

RE

NC

AN

A A

KS

I JA

NG

KA

ME

NE

NG

AH

MU

SIK

2015

-2019

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

COVER RPJP.pdf 1 9/12/14 1:56 PM

C

M

Y

CM

MY

CY

CMY

K

COVER RPJM.pdf 1 9/12/14 1:56 PM

““If you fail to plan, you are planning to fail.

benjamin Franklin

Page 18: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif
Page 19: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

2 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019

Page 20: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

3bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

BAB 1 Perkembangan Penerbitan di Indonesia

Page 21: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penerbitan di IndonesiaDi Indonesia seringkali definisi penerbitan disamakan dengan definisi percetakan. Hal ini tidak hanya dipahami oleh masyarakat awam, tetapi juga oleh pelaku bisnis. Bahkan pemerintah sendiri masih sulit membedakan proses di antara kedua kegiatan tersebut. Padahal bila dilihat secara etimologis dan konseptual, kedua kata tersebut memiliki makna yang sangat berbeda. Selain itu, definisi penerbitan dan percetakan juga telah mengalami pergeseran makna, ruang lingkup, bahkan karakteristik proses dan model bisnis searah dengan perkembangan informasi dan teknologi yang semakin maju.

Pergeseran substansi industri penerbitan itu merupakan pergeseran pusat kreativitas dari kegiatan penerbitan dan percetakan ke arah yang lebih menitikberatkan pada produksi konten. Peran percetakan yang integral terhadap industri ini kini makin dapat digantikan oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pergeseran ini tentunya amat penting untuk dipahami jika kita ingin memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan relevan mengenai industri penerbitan sebagai salah satu subsektor industri kreatif di Indonesia. Oleh karena itu, walau pada praktiknya industri penerbitan dan percetakan masih sering berjalan sebagai satu kesatuan, ada baiknya jika dalam pemahaman ekonomi kreatif kita lebih menitikberatkan pada industri penerbitan sebagai pusat terjadinya kreativitas itu sendiri.

Untuk memahami hal ini, sekaligus untuk menghindari berbagai kerancuan yang ada dalam pemahaman industri penerbitan dalam konteksnya sebagai salah satu subsektor industri kreatif di Indonesia, menjadi penting bagi kita untuk melihat definisi dan ruang lingkup pengembangan industri penerbitan di Indonesia.

1.1.1 Definisi PenerbitanPenerbitan berasal dari kata “publish” yang mulai dicatat pada awal 1570 dengan pemahaman “the issuing of a written or printed work” atau informasi yang ditulis atau pekerjaan yang dicetak. Pemahaman penerbitan mulai dikembangkan pada 1650 dari bahasa Prancis kuno yang menyebutkan bahwa kata “publish” berasal dari kata ‘publier’ yang mengandung arti “the act of making publicly known”. Sedangkan definisi “printing” berasal dari kata “preinte” yang diambil dari Prancis kuno dan bahasa Latin “premere” yang mengandung arti “top press” atau cetak.

Berdasarkan pengertian tersebut, definisi penerbitan dan percetakan yang dikembangkan oleh European Commission and Skillset Assesment UK (2011) adalah:

1. Penerbitan dapat didefinisikan sebagai proses produksi dan penyebaran informasi, yaitu membuat informasi tersedia untuk publik. Informasi tersebut dapat berupa karya-karya seperti buku, majalah, koran, dan rekaman suara dalam bentuk cetak maupun elektronik. Fokusnya adalah menciptakan konten bagi konsumen.

2. Percetakan adalah proses untuk mereproduksi teks dan gambar, termasuk kegiatan pendukung yang terkait, seperti penjilidan buku, jasa pembuatan piringan, dan pencitraan data. Fokusnya adalah mereproduksi konten dalam bentuk media.

Berdasarkan definisi tersebut, maka aktivitas dalam penerbitan lebih bersifat kreasi dan menitikberatkan pada muatan konten, sedangkan aktivitas pada percetakan lebih bersifat pada produksi dan replikasi hasil karya berisikan muatan konten tersebut. Dengan demikian, penerbitan dan percetakan memiliki aktivitas utama yang berbeda, tetapi sama-sama memiliki tujuan untuk memperoleh keluaran berupa produk informasi yang baik dan bermutu kepada masyarakat.

Page 22: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

5bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

Gambar 1 - 1 Perbedaan Alur Percetakan

Sumber: Lucya Andam, IKAPI (2014)

Hassan Pambudi, penulis buku Dasar dan Teknik Penerbitan Buku (1981), mendefinisikan kegiatan menerbitkan sebagai kegiatan yang “mempublikasikan kepada umum, mengetengahkan kepada khalayak ramai, kata dan gambar yang telah diciptakan oleh jiwa-jiwa kreatif, kemudian disunting oleh para penyunting untuk selanjutnya digandakan oleh bagian percetakan.”1

(1) Hassan Pambudi, Dasar dan Teknik Penerbitan Buku (Jakarta: Sinar Harapan, 1981)

Penerbitan adalah kegiatan mempublikasikan kepada umum, mengetengahkan kepada khalayak ramai, kata dan gambar yang telah diciptakan oleh jiwa-jiwa kreatif.Hasan Pambudi (1981)

Page 23: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

“ “Publication is the distribution of copies or content to the public.WIPO (2012).

Page 24: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

7bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

Hal ini tentunya konsisten dengan padanan kata “penerbitan” dalam bahasa Inggris, yaitu “publishing”. Badan hak milik intelektual dunia, WIPO, mengembalikan pemahaman penerbitan pada asal katanya, yaitu “publik”. Dengan kata lain, penerbitan adalah industri yang mendistribusikan konten kepada publik.

Di Indonesia, kita mengenal penerbitan dan percetakan sebagai salah satu subsektor industri kreatif yang perlu dipahami lebih jauh definisi dan ruang lingkupnya sesuai dengan konteks serta perkembangannya saat ini. Beberapa negara maju di Eropa, yaitu Inggris, Jerman, Spanyol, dan Prancis memfokuskan pengembangan ekonomi kreatifnya dalam ruang lingkup penerbitan (publishing), tanpa terlalu menekankan pada “printing” atau industri percetakan.

Istilahyang digunakan

Inggris Jerman Spanyol Prancis

Industri Kreatif(Creative

Industries)

Industri Kreatif dan Budaya

(Culture & Creative

Industries)

Industri Budaya(Culture

Industries)

Sektor Budaya(Cultural Sector)

Arsitektur X X - X

Audio-visual (Film, TV, Radio)

X X X X

seni Pertunjukan X X X X

Perpustakaan - - X X

Desain X X - -

Pasar barang seni /seni Rupa

X X X X

Penerbitan X X X X

mode X - - -

Perangkat lunak /multi media

X X - -

museum/ Warisan budaya

- - X X

musik X X X X

Kerajinan X - - -

Periklanan X X - -

Sumber: Diadaptasi dari British Council’s Creative and Cultural Economy Series, Singapore (2010); Hotzl.K (2006) Creative Industries in Europe and Austria: Definition and Potential; dan Soenderman,.M et.al (2009) Culture and Creative Industries in Germany

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, hal tersebut disebabkan karena sesungguhnya kegiatan kreatif lebih berpusat pada penerbitan, sementara percetakan seringkali sekadar merupakan industri pendukung saja. Orang dan usaha kreatif di industri ini lebih menekankan pada konten, sesuatu yang berpusat pada rantai nilai penerbitan dan bukan percetakan. Jika dirunut perkembangannya, maka model kegiatan penerbitan mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan teknologi, yaitu:

Page 25: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

8 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

1. Penerbitan Tradisional. Penerbitan secara tradisional meliputi kegiatan pemilihan, penyusunan, dan distribusi barang cetakan seperti buku, surat kabar, majalah, dan brosur. Penerbit bertanggung jawab sepenuhnya dalam memutuskan isi, struktur, dan tampilan buku.2

2. Penerbitan Elektronik (Digital). Penerbitan elektronik mulai berkembang sehubungan dengan perkembangan Internet. Hal ini memengaruhi keluaran produk dan juga rantai nilai penjualan. Produk yang dulunya berbentuk fisik berubah menjadi bentuk digital. Dalam hal pemasaran, penerbitan model elektronik ini memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara pihak penerbit dengan konsumen akhir.3

3. Penerbitan Mandiri/Self-publishing. Penerbit memfasilitasi para penulis untuk mempublikasikan karya mereka sendiri dengan pencetakan sesuai permintaan (print on demand). Hal ini membantu para penulis pemula untuk menerbitkan dan memasarkan hasil karyanya tanpa harus mengajukan ke penerbit mayor. Keberadaan self-publishing memberikan efisiensi dalam hal produksi.4

Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka penerbitan saat ini tidak selalu diikuti dengan kegiatan percetakan dalam bentuk fisik ketika menciptakan sebuah konten informasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi mulai berkembang ke arah media digital/media baru. Berdasarkan alur penerbitan yang disusun oleh Ikatan Penerbitan Indonesia (IKAPI), aktivitas percetakan masuk ke dalam alur proses penerbitan, yang dilakukan setelah proses penyuntingan dan pemeriksaan aksara, sebelum didistribusikan ke toko buku baik secara konvensional maupun daring (dalam jaringan atau online).

Gambar 1 - 2 Alur Penerbitan

Sumber: IKAPI, 2014

(2) (Gennard dan Dunn, 1983). Tolong ditulis dengan format yang sudah disepakati dengan Kemenparekraf.(3) (Ronte, 2001, Behar, et al., 2011). Tolong ditulis dengan format yang sudah disepakati dengan Kemenparekraf(4) (Wiener, 2013). Tolong ditulis dengan format yang sudah disepakati dengan Kemenparekraf

Page 26: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

9bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

Berdasarkan konsep yang telah dikembangkan oleh IKAPI, maka definisi percetakan tidak lagi dimaknai secara terpisah, tetapi menjadi satu bagian dalam proses penerbitan. Dengan demikian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fokus utama dalam penerbitan adalah penciptaan konten kreatif yang membutuhkan sumber daya manusia kreatif yang bekerja mengelola informasi dengan mengandalkan ide atau gagasan (pemikiran kreatif).

Oleh karena itu, lingkup pengembangan ekonomi kreatif akan berfokus pada penerbitan yang sarat dengan unsur kreativitas, sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi penerbitan sebagai bagian dari ekonomi kreatif adalah:

“ “

Suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media digital, ataupun media daring, untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi. Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Penerbitan dan Percetakan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014

Dalam definisi penerbitan tersebut, terdapat beberapa kata kunci yang dapat menjelaskan makna penerbitan secara lebih mendalam, yaitu:

1. Konten kreatif adalah informasi yang dikelola melalui proses kreativitas.2. Keunikan adalah karya kreatif yang memiliki kekhususan atau keistimewaan, berbeda

dari yang lain.3. Diproduksi untuk konsumsi publik adalah karya kreatif yang langsung memenuhi

keperluan hidup masyarakat (produk massal).4. Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi

kepada penerima informasi, meliputi:a. Media Cetak, yaitu media yang terdiri atas lembaran kertas dengan sejumlah kata,

gambar, atau foto dengan tata warna dan halaman;b. Media Digital, yaitu media yang terdiri atas data-data digital dan ditampilkan berupa

kata-kata, gambar, video, maupun audio di layar;c. Media Daring, yaitu media digital yang dapat diakses secara luas melalui Internet.

5. Nilai adalah manfaat yang diperoleh, meliputi:a. Nilai ekonomi, yaitu nilai yang berhubungan dengan keuntungan secara finansial;b. Nilai sosial, yaitu penghargaan yang diberikan masyarakat terhadap sesuatu yang

dianggap baik, luhur, pantas, dan mempunyai daya guna;c. Nilai seni dan budaya, yaitu nilai yang berkaitan dalam pembuatan konten kreatif

dengan pengejawantahan estetika dan rasa seni yang di dalamnya mengandung aspek kebudayaan.

Page 27: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

10 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan PenerbitanPenerbitan memiliki tiga fungsi utama yaitu publikasi, reproduksi, dan penyebarluasan. Fungsi publikasi menjadi kunci utama dalam membangun pencitraan sebuah karya agar dapat diapresiasi oleh masyarakat dengan baik dan akhirnya meningkatkan nilai ekonomis karya yang dihasilkan. Proses publikasi erat kaitannya dengan kontrol kualitas di mana sebelum dipublikasikan sebuah karya harus melewati proses seperti penilaian ahli atau review, penyuntingan konten, penyuntingan bahasa, penggarapan desain, dan konversi format yang sesuai. Tujuannya adalah agar konten karya yang telah dipublikasikan layak untuk dikonsumsi publik dan bernilai ekonomis.

Selain itu, penerbitan memiliki fungsi penggandaan atau reproduksi konten, yang dapat dilakukan melalui pencetakan ataupun media lainnya. Wadah penyimpanan konten yang dihasilkan penerbitan akan dikemas dalam media. Media yang dimaksud adalah media cetak, media elektronik, dan media daring, ataupun kombinasinya seperti pemanfaatan multimedia serta fitur-fitur media sosial, maupun potensi media lainnya yang mengikuti perkembangan teknologi. Dan yang terakhir, fungsi yang tak kalah penting dari penerbitan adalah penyebarluasan, yaitu bagaimana konten tersebut disalurkan ke masyarakat.

Berdasarkan pemahaman di atas, maka penerbitan memiliki makna yang luas dan tidak terbatas pada penerbitan dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, atau jurnal dan buletin, tetapi mencakup pula konten-konten lainnya, seperti: musik, piranti lunak, atau film. Dengan kata lain, penerbitan merupakan media perantara yang mempertemukan antara produsen dengan konsumen. Setiap produsen bertujuan untuk memberikan informasi produk ataupun karyanya kepada konsumen. Sedangkan konsumen membutuhkan informasi mengenai sebuah produk ataupun karya agar dapat dikonsumsi. Oleh karena itu, posisi penerbitan di dalam peta industri kreatif dapat dijadikan forward linkage (sebagai penerbit) maupun backward linkage (sebagai penyedia referensi) terhadap tujuh belas subsektor ekonomi kreatif maupun industri lainnya dalam rangka menyebarkan karya kreatifnya.

Di negara-negara maju seperti Inggris dan Singapura, ruang lingkup penerbitan yang dimaksudkan berfokus pada publikasi karya kreatif yang memiliki hak cipta, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1-1.

Tabel 1 - 1 Perbandingan Ruang Lingkup Penerbitan di Inggris dan Singapura

InggRIS SIngaPuRa

Penerbitan buku Penerbitan buku

Penerbitan surat Kabar Penerbitan surat Kabar

Penerbitan Jurnal dan buletin Penerbitan Jurnal dan buletin

Penerbitan lainnya Penerbitan lainnya

Penerbitan Permainan Komputer Kegiatan Pemberitaan

Penerbitan software lainnya

Penerbitan Rekaman musik

Sumber: Department for Culture, Media & Sport Classifying and Measuring the Creative Industries (UK), 2011.

British Council’s Creative and Cultural Economy Series, Singapore, 2010

Page 28: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

11bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

Berdasarkan pemahaman di atas dan diskusi yang dilakukan, maka ruang lingkup penerbitan dapat dipetakan seperti pada Gambar 1-3.

Gambar 1 - 3 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penerbitan 2015–2019

Ruang lingkup penerbitan dalam konteks pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia dijelaskan secara lebih detail sebagai berikut:

1. Penerbitan Buku. Penerbitan buku adalah penerbitan yang mempublikasikan informasi atau gambar dalam bentuk buku. Di sini, buku dipahami sebagai kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Pendaftaran atau pendokumentasian karya dalam bentuk buku dilakukan menggunakan International Standard Book Number (ISBN).

Berdasarkan jenis kontennya, buku dapat memuat konten fiksi maupun nonfiksi dengan penjelasan sebagai berikut:a. Konten fiksi adalah konten kreatif berupa tulisan, gambar ataupun kombinasinya yang berisi

kisah rekaan, baik yang berlandaskan fakta-fakta nyata yang dibubuhi karangan pengarang maupun yang murni merupakan rekayasa semata. Orang kreatif yang mendukung karya fiksi meliputi novelis, cerpenis, dramawan, penyair, komikus, dan lain-lain.

Page 29: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

12 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

b. Konten nonfiksi adalah konten kreatif yang dalam penulisannya mengutamakan data dan fakta yang tidak berisi imajinasi atau rekaan penulis dan dapat dipertanggungjawabkan serta memiliki kelugasan makna. Orang kreatif yang mendukung karya nonfiksi meliputi para jurnalis, esais, penulis biografi, penulis fitur, penulis tulisan ilmiah, dan sebagainya.

Selain itu, penerbitan buku berdasarkan kategori jenis penerbitan dapat dikelompokkan menjadi:a. Penerbitan Buku Umum, yaitu penerbitan buku-buku bertemakan umum.

Kategorisasinya sebagai berikut: agama dan filsafat, bahasa, buku anak dan remaja, buku sekolah, buku teks, hobi dan interest, hukum, kedokteran, perempuan, komputer, manajemen dan bisnis, pertanian, psikologi dan pendidikan, referensi dan kamus, sastra dan novel, sosial politik, pariwisata dan peta.

b. Penerbitan Buku Direktori, yaitu penerbit yang memproduksi milis, buku telepon, dan berbagai jenis direktori lainnya. Dalam perkembangannya, buku direktori ini makin banyak diterbitkan secara daring.

2. Penerbitan Media Berkala (Periodik). Penerbitan Media Berkala adalah penerbitan kumpulan tulisan yang muncul dalam edisi baru pada jadwal teratur, termasuk surat kabar, majalah, tabloid, buletin, jurnal, dan sebagainya. Ciri khas dari media berkala yaitu memiliki nomor yang menandakan volume dan isu penerbitan. Volume biasanya mengacu pada jumlah tahun publikasi yang telah beredar, sedangkan isu mengacu pada berapa kali media yang bersangkutan telah terbit selama tahun itu. Pendaftaran atau pendokumentasian media berkala dilakukan menggunakan International Standard Serial Number (ISSN).

Jenis-jenis media berkala adalah sebagai berikut:a. Surat Kabar, didefinisikan sebagai publikasi yang menyajikan konten nonfiksi

berupa informasi terbaru terkait kegiatan pemberitaan (jurnalistik) atau informasi lainnya, menggunakan jenis kertas murah yang disebut kertas koran. Hasil karyanya diterbitkan dan didistribusikan kepada konsumen atau pelanggan secara harian. Dalam perkembangannya, penerbitan koran juga makin sering disajikan menggunakan media daring, misalnya: The New York Times, Kompas, Suara Pembaruan, dan sebagainya.

b. Majalah dan Tabloid, yaitu publikasi yang menyajikan informasi populer atau informasi dengan tema tertentu, disajikan dengan jadwal teratur secara mingguan atau bulanan. Konten yang dimiliki berfokus pada tema tertentu dan mengacu pada pembaca tertentu. Isinya dapat berupa fiksi dan nonfiksi. Contoh majalah, misalnya: majalah Time, National Geographics, Tempo, Intisari, Femina, hingga majalah-majalah remaja seperti Gadis dan Animonster.

c. Buletin, yaitu publikasi oleh organisasi yang mengangkat perkembangan suatu topik atau aspek tertentu dan diterbitkan secara berkala dalam rentang waktu yang relatif singkat, dari harian hingga bulanan. Buletin ditujukan kepada khalayak yang sempit, yang berkaitan dengan bidang tertentu saja. Tulisan dalam buletin umumnya singkat dan padat, menggunakan bahasa yang formal dan banyak istilah teknis yang berkaitan dengan bidang tersebut.

Page 30: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

13bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

d. Jurnal Akademik, yaitu publikasi yang mengembangkan konten nonfiksi hasil kajian akademik, identik dengan konten yang memiliki spesialisasi dalam suatu bidang akademik tertentu. Penerbit media ini umumnya merupakan universitas, lembaga ilmiah, atau usaha komersial yang berfokus pada suatu disiplin ilmu tertentu.

3. Penerbitan Perangkat Lunak (Software) Komputer. Secara teknis, penerbitan perangkat lunak komputer menerbitkan hasil-hasil karya kreatif dalam bentuk data yang diformat dan disimpan secara digital, termasuk program komputer, dokumentasi, dan berbagai informasi yang bisa dibaca dan ditulis oleh komputer. Walaupun berkaitan dengan penyediaan informasi kepada khalayak luas, pada praktiknya, penerbitan ini seringkali lebih terkait dengan subsektor teknologi informasi dan permainan interaktif. Yang termasuk dalam produk perangkat lunak komputer adalah:• Perangkat lunak sistem yaitu program dasar yang berfungsi untuk mengontrol

perangkat keras sehingga berinteraksi dengan komputer untuk menjalankan aplikasi perangkat lunak, contohnya adalah sistem operasi komputer seperti Ubuntu, Windows, Android.

• Aplikasi perangkat lunak yaitu perangkat lunak yang melakukan tugas tertentu atau fungsi sebagai pengolah kata, misalnya Microsoft Word; Spreadsheet, misalnya Microsoft Excel; pengolah grafis, misalnya Adobe Photoshop, Corel Draw, ACDSee; software Internet browser, misalnya Internet Explorer, Mozilla Firefox.

• Produk multimedia yaitu produk yang menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, dan video dengan alat bantu dan koneksi sehingga pengguna dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkarya, dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan dan game.

Walau demikian, tidak jarang juga buku-buku panduan pemrograman dan sejenisnya yang diterbitkan bersamaan dengan CD yang berisi perangkat lunak yang bersangkutan. Dalam pengembangan subsektor penerbitan, bagaimanapun kita akan lebih berfokus pada konten yang disebarluaskan terutama dalam bentuk buku, tanpa mengabaikan potensi dan keterkaitan dengan subsektor-subsektor lain ini.

4. Penerbitan Audio-Visual Recording

Penerbitan karya-karya kreatif dalam bentuk perekaman audio ataupun audiovisual, termasuk di dalamnya film, musik, dan video ataupun kombinasinya.

5. Penerbitan Lainnya. Penerbitan hasil karya kreatif berupa foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi karya seni, dan material periklanan serta materi cetak lainnya dengan tujuan komersial, ataupun penerbitan yang tidak termasuk ke dalam poin 1-4 tetapi konten ataupun pengembangan konten yang terdapat pada media yang diterbitkannya mempublikasikan dan mendistribusikan informasi untuk dikonsumsi publik.

Page 31: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

14 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Adapun jenis-jenis media yang umum digunakan adalah sebagai berikut:1. Media Cetak. Media cetak adalah media massa yang berbentuk printing yang dapat

dinikmati atau diakses langsung oleh pengguna akhir. Media ini terdiri atas lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna dan halaman.

2. Media Elektronik. Media elektronik adalah media yang untuk mengakses kontennya diperlukan perangkat elektronik. Sumber media elektronik yang umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia, dan konten daring. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun saat ini yang berkembang pada umumnya berbentuk digital. Pada media elektronik, data/konten disimpan ke dalam media penyimpan data seperti CD, DVD, dll.

3. Media Daring. Daring adalah singkatan dari “dalam jaringan” (online), yaitu keadaan ketika seseorang terhubung dalam sebuah jaringan atau sistem yang lebih besar dalam situasi interaksi langsung antara manusia, komputer, dan internet. Sedangkan yang dimaksud dengan media daring adalah media yang digunakan untuk mengakses atau menyajikan informasi/konten dengan menggunakan bantuan atau perantara teknologi Internet. Yang termasuk dalam media daring antara lain adalah situs web, portal web, weblog (blog). Berikut penjelasannya:a. Situs web adalah halaman informasi yang disediakan kantor berita/perusahaan pers

melalui jalur Internet, sehingga informasi bisa diakses dari seluruh dunia selama terkoneksi. Pada umumnya, situs web secara konvensional dikelola oleh suatu pihak.

b. Portal web adalah situs web yang lebih menitikberatkan pada basis data dan interaksi pengguna, tidak jarang dengan menawarkan layanan lainnya seperti fasilitas surel, forum, basis data pengguna, interaksi media sosial, dan sejenisnya.

c. Web log atau blog adalah media publikasi yang memuat tulisan (posting) berupa artikel atau sejenisnya secara berkala, yang diurutkan sesuai waktu dan dikelompokkan sesuai kategori jenis tulisan. Blog dapat dikelola secara perseorangan maupun organisasi atau komunitas, dan merupakan alternatif media bagi penulis pemula, karena media digital terbuka bagi siapa pun yang ingin membuat blog dan menerbitkan tulisan mereka sendiri secara berkala.

Penerbitan permainan interaktif, teknologi informasi, musik, dan film merupakan bagian subsektor yang berdiri sendiri dan sudah memiliki peran penerbitan secara spesifik dalam mengelola penyebarluasan dan pengelolaan hak cipta kontennya. Namun, dalam praktik pengembangan konten di industri kreatif, seringkali konten mengalami pengalihan media, misalnya dari novel menjadi f ilm, film menjadi komik, komik menjadi mainan, dan lain sebagainya. Keterkaitan ini mengindikasikan kecenderungan kolaborasi yang kuat antarsubsektor ekonomi kreatif. Dalam kolaborasi ini, seringkali industri penerbitan menjadi kunci awal bagi pengembangan konten yang akan dialihmediakan, terutama dalam dunia komik dan buku-buku nonfiksi. Salah satu contohnya adalah novel Laskar Pelangi dan Perahu Kertas yang telah difilmkan, serta karakter komik fiksi terkenal Si Juki yang dikembangkan untuk menjadi sebuah ikon di Indonesia.

Karakter komik fiksi terkenal: si Juki

yang dibuat oleh Faza Meonk

Page 32: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

15bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

Dengan berbagai pertimbangan dan pemahaman tersebut, maka ruang lingkup industri penerbitan dalam konteks pengembangan subsektor industri kreatif di Indonesia meliputi dua kegiatan utama berikut ini:

1. Penerbitan Buku Umum. Dilaksanakan dengan fokus pengembangan pada keberlangsungan penerbitan buku cetak, khususnya buku-buku yang memiliki genre buku anak, sastra dan novel, komik ataupun buku-buku yang mencerminkan nilai budaya bangsa serta buku yang menjadi penunjang keberadaan ke-15 subsektor ekonomi kreatif lainnya.

2. Penerbitan Media Berkala. Penerbitan media berkala adalah penerbitan karya kreatif dalam jangka waktu tertentu. Fokus pengembangan industri penerbitan ini meliputi surat kabar, majalah, tabloid, buletin dan jurnal akademik yang terkait dengan penyampaian informasi ataupun konten publikasi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan pola pikir masyarakat secara umum.

1.2 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan DuniaPerkembangan industri penerbitan tentunya sangat terkait dengan perkembangan teknologi pendukungnya. Berikut akan kita lihat sejarah perkembangan penerbitan dunia dari akar tradisionalnya hingga revolusi digital yang terjadi di masa kini, yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa masa, yaitu era pramodern, era modern (1800–1980), dan era digital (1980 sampai sekarang).

Era Pramodern. Kegiatan penerbitan, yang didefinisikan sebagai penyebarluasan konten dalam wujud buku, telah ada jauh sebelum gagasan mengenai industri itu sendiri. Masa ini dikenal dengan masa pramodern, yaitu masa sebelum Revolusi Industri.

1. Tradisional (1000–1400). Kegiatan penerbitan mulai berkembang setelah bangsa Tiongkok memperkenalkan kertas kepada bangsa Eropa pada abad ke-11. Pada masa tradisional ini, kegiatan penerbitan bertujuan untuk penyampaian informasi atau korespondensi, serta untuk penyebarluasan ajaran-ajaran agama, terutama agama Kristen. Media yang digunakan adalah kertas dari serat papirus dengan ciri tulisan tangan atau cap.

2. Moveable Type (1400–1800). Mesin cetak diciptakan oleh Johann Gutenberg di Mainz, Jerman, pada abad ke-15. Moveable type menjadi awal Revolusi Gutenberg, yaitu ketika media mulai dapat diduplikasi dan disebarkan secara massal. Reproduksi tulisan secara massal ini pulalah yang mendorong orang untuk memikirkan hak cipta, hingga pada 1710 dikeluarkan Statute of Ann yang menjadi awal bagi perkembangan Undang-Undang Hak Cipta. Statute of Ann memperkenalkan dua konsep baru mengenai hak cipta, yaitu penulis sebagai pemilik hak cipta dan prinsip perlindungan untuk jangka waktu tertentu bagi karya yang diterbitkan.

Era Modern (1800–1980). Revolusi Industri di Inggris mendorong pula berdirinya kegiatan penerbitan sebagai suatu industri tersendiri. Teknik-teknik litografi dan offset makin mempercepat kegiatan penerbitan. Berbagai kemelut sosial, politik, dan ekonomi dunia yang didorong oleh Revolusi Industri dan kapitalisme awal melahirkan permintaan yang tidak sedikit atas media massa yang tanggap dan informatif. Berbagai karya sastra, sains, dan filsafat di luar ajaran agama juga mulai banyak diminati seiring dengan berkembangnya pemikiran-pemikiran Era Pencerahan.

Page 33: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

16 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Pada era ini registrasi dan pengembangan hak cipta menjadi marak, sebagai cara perlindungan teknologi dan inovasi baru agar dapat dikembangkan secara massal tanpa kekhawatiran pencurian ide. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan, memperbanyak, atau memberikan izin penggunaan karya ciptaannya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada 1974 berdirilah WIPO, sebuah badan khusus di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan mandat untuk mengelola hal-hal kekayaan intelektual dari negara-negara anggota PBB.

Dengan kebijakan-kebijakan tersebut dan makin berkembangnya teknologi media, kini telah banyak negara maju yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang mendorong pertumbuhan sektor swasta dan menguatkan perlindungan hak cipta berkaitan dengan industri penerbitan.

Dalam industri penerbitan, terdapat dua hak cipta yang berlaku, yakni hak cipta pembuat karya (penulis) dan hak cipta penerbit. Hak cipta pembuat karya adalah hak yang menyangkut isi/konten. Hak cipta penerbit adalah hak atas bentuk buku, desain sampul, ilustrasi dalam buku, dan tata letak penulisan.

Jika seorang pembuat karya menyetujui naskahnya diterbitkan oleh penerbit, maka pembuat karya tersebut akan menyerahkan hak cipta karyanya kepada penerbit secara tertulis dalam surat perjanjian kerja sama. Melalui surat perjanjian kerja sama itu, pihak pembuat karya akan mengetahui apa saja hak dan kewajibannya sebagai pemegang hak cipta. Sebaliknya, penerbit bisa mendapatkan hak-hak antara lain untuk menerjemahkan, memperbanyak, dan menjual hasil terjemahan karya penerbitan dalam bentuk cetakan, e-book ataupun konten lain. Pembuat karya selaku pemegang hak cipta berhak melarang perbanyakan karya oleh pihak lain tanpa seizinnya.

Berkaitan dengan meningkatnya kesadaran pencipta bahwa suatu karya penerbitan bisa diterjemahkan ke dalam berbagai format atau lintas media, maka hak cipta menjadi penting (misalnya novel yang diterjemahkan ke dalam komik atau diadaptasi ke dalam film). Gagasan ini semakin meledak seiring menjamurnya format multimedia dan teknologi digital, yang kian memudahkan suatu karya untuk disalin, disebarluaskan, dan diterjemahkan ke dalam berbagai format baru. Sebagai contoh, menjelang pertengahan abad ke-20, komik-komik Amerika seperti Superman dan Flash Gordon mulai diadaptasi ke dalam kartun, film, dan serial televisi, tokoh-tokoh seperti Mickey Mouse digunakan dalam suvenir dan pakaian, dan raksasa-raksasa konten seperti Walt Disney dan DC Comics mulai bermunculan.

Era Digital (1980 ke atas). Pada penghujung abad ke-20, industri penerbitan mulai memasuki Era Digital. Era ini ditandai dengan kelahiran Internet sebagai alternatif penyebarluasan informasi—yang dalam konteks penerbitan, semula hanya terbatas pada media cetak—serta fokus yang lebih tajam pada produk-produk kekayaan intelektual sebagai konten industri penerbitan itu sendiri. Hal ini merupakan pergeseran dari fokus sebelumnya pada teknologi-teknologi percetakan dan menandakan awal mula berdirinya industri percetakan dan penerbitan sebagai dua industri yang terpisah.

Pada masa ini, aktivitas industri penerbitan semakin terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) Perkembangan ini membawa perubahan perilaku masyarakat dalam mengonsumsi konten informasi, misalnya, minat masyarakat terhadap e-books, media sosial, maupun jasa print on demand (POD), sehingga industri penerbitan pun mengalami perubahan untuk beradaptasi dengan

Page 34: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

17bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

kondisi sosial yang baru ini. Di sisi lain, pada masa ini, percetakan pun mengalami perubahan yang signifikan, yaitu pembuatan dummy yang telah memanfaatkan mesin Computer to Print (CTP) yang mampu mempercepat proses pencetakan maupun penggandaan konten dalam bentuk media fisik.

Kemajuan informasi dan teknologi terbaru telah mengguncang keberlangsungan industri penerbitan yang ada. Hal ini, diperkuat dengan berbagai isu pemanasan global dan gerakan-gerakan pengurangan penggunaan kertas yang makin marak, berkontribusi terhadap tren masyarakat yang bergeser dari konsumsi media cetak ke media digital. Perubahan ini pada akhirnya menjadi ancaman sekaligus tantangan bagi industri penerbitan yang ada agar dapat bertahan. Oleh karena itu, usaha kreatif pada industri penerbitan membutuhkan inovasi dalam penciptaan karya yang menjawab kebutuhan pasar akan tren dan gaya hidup digital secara efektif dan efisien.

Di sisi lain, perkembangan TIK juga menumbuhkembangkan keberadaan penerbit mandiri (self-publisher). Kemajuan teknologi seperti print on demand dan e-book maupun media-media baca-tulis baru seperti situs web, blog, dan media sosial mendorong pertumbuhan pesat generasi penulis yang menerbitkan karya mereka secara mandiri. Kini, para penulis tidak memerlukan sumber daya yang banyak untuk mempublikasikan karya tulis mereka, sehingga kegiatan penerbitan menjadi jauh lebih demokratis, tanpa harus bergantung pada industri-industri besar. Penulis selaku penerbit mandiri bisa menerbitkan karya-karya tulis menggunakan berbagai sumber daya terbuka yang memfasilitasi penerbitan karya tulis mereka atau mempublikasikan sendiri karya mereka dalam blog maupun situs web.

Tentunya, berbagai kebebasan tersebut datang dengan ragam tantangannya sendiri. Media yang terlalu terbuka dinilai kurang dapat mengasah kualitas insan kreatif yang berkarya di dalamnya, sedangkan longgarnya penyensoran disayangkan sebagian kalangan masyarakat yang dengan maraknya konten-konten yang dinilai kurang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang berlaku. Selain itu, teknologi digital juga memudahkan pembajakan karya dan penyebarluasannya, sebuah fakta yang kerap kali membuat panik para penerbit besar karena dinilai amat merugikan bisnis mereka.

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Penerbitan IndonesiaSejarah penerbitan di mana pun tentunya terkait erat dengan sejarah pers, tak terkecuali di Indonesia yang kemudian dapat dirunut ke dalam beberapa masa, yaitu: masa penjajahan Belanda, Era Orde Lama, Era Orde Baru, Era Reformasi.

Masa Penjajahan Belanda. Usaha penerbitan di Indonesia pada awalnya dimulai pada zaman penjajahan Belanda yang berfokus pada kegiatan pers, hal ini ditandai dengan diterbitkannya surat kabar pertama kali terbit pada 1615, yaitu Memoria der Nouvells, di mana teksnya ditulis dengan tangan. Lembar tersebut memuat informasi pemerintah VOC mengenai mutasi pejabat di wilayah Hindia Belanda. Lebih daripada satu abad kemudian, tulisan tangan tersebut diterbitkan kembali di surat kabar Bataviaasche Nouvelles pada 17 Agustus 1744 sebagai surat kabar pertama di Hindia Belanda. Surat kabar ini merupakan surat kabar pemerintah Hindia Belanda yang diterbitkan dan dicetak oleh VOC. Dalam surat kabar ini hampir seluruh halamannya dipenuhi oleh iklan. Setelah itu muncul pula penerbitan buku-buku sastra Melayu dan buku bahasa daerah.

Pelaku usaha penerbitan pada zaman Belanda cenderung dikuasai oleh para pendatang dan pribumi. Dalam rangka mengimbangi perusahaan penerbitan yang dilakukan bangsa Indonesia, maka pada 1908 Pemerintah Belanda membangun usaha penerbitan milik Belanda bernama

Page 35: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

18 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Commissie voor de Volkslectuur yang selanjutnya dikenal dengan nama Balai Pustaka. Sebagai badan penerbitan, Balai Pustaka mencitrakan sekumpulan orang terhormat, terpelajar, dan paling berjasa dalam membangun sastra, bahasa, dan kebudayaan Indonesia.

Salah satu penerbitan yang juga penting dalam sejarah kebudayaan dan sastra adalah Boekhandel Tan Khoen Swie. Boekhandel Tan Khoen Swie adalah penerbit yang menerbitkan buku-buku dengan penggunaan bahasa maupun gaya penulisan yang membangun nilai kultural dan estetik dalam setiap terbitannya. Kehadirannya memberikan sumbangan yang sangat besar bagi perkembangan sastra, sehingga sampai saat ini buku-bukunya masih dianggap penting. Karya yang diterbitkan adalah versi-versi awal Serat Kalatidha (Ranggawarsita) dan Serat Wedhatama (Mangkunagara IV).5

Penerbit Balai Pustaka

Sejarah perkembangan industri penerbitan sangat erat kaitannya dengan berdirinya perusahaan pener-bitan dan percetakan milik negara pertama bernama Balai Pustaka pada abad ke-18. Balai Pustaka didirikan dengan nama Commissie voor de Volkslectuur (bahasa Belanda: Komisi untuk Bacaan Rakyat) oleh pemerintah Hindia-Belanda pada 1908 kemudian berubah menjadi Balai Poestaka pada 1917. Tujuan pendirian Balai Pustaka adalah untuk mengembangkan bahasa-bahasa daerah utama di Hindia Belanda. Bahasa-bahasa ini adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu, dan bahasa Madura. Melalui Balai Pustaka, Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kuat dalam karya sastra melayu, seperti Sitti Nurbaya karya Marah Rusli dan Serat Rijanto karangan Raden Bagoes Soelardi. Tetapi dalam perkembangannya, karya-karya yang dihasilkan oleh Balai Pustaka tidak lagi kompetitif dengan munculnya perusahaan penerbitan swasta yang menguasai industri dari hilir ke hulu.

Era Orde Lama. Setelah masa kemerdekaan, pada 1950-an penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian besar berada di Pulau Jawa dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka bermotif politis dan idealis. Mereka ingin mengambil alih dominasi para penerbit Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan pada 1950 masih diizinkan beroperasi di Indonesia.

(5) (Kristyowidi, B.I dan Moordiati, 2012).

Page 36: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

19bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

Pada 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia, termasuk Balai Pustaka. Setelah itu, pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku nasional dengan memberikan subsidi dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku nasional dan mewajibkan penerbit menjual buku-bukunya dengan harga murah.

Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang bertugas mengatur bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan adanya yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan penerbitan nasional dapat meningkat dengan cepat. Di samping itu, pada 1950, berdirilah Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang beranggotakan 13 penerbit Indonesia dan bertujuan untuk menaungi keberadaan penerbit-penerbit Indonesia.

Masa tersebut juga ditandai oleh munculnya apa yang dikenal sebagai sastrawan angkatan 1945, yang mempunyai karakteristik revolusioner dan penuh dengan nasionalisme, bebas berkarya sesuai dengan alam kemerdekaan dan hati nurani. Para sastrawan angkatan ini antara lain Chairil Anwar (Kerikil Tajam), Idrus (1948), dan Achdiat K.Miharja (Atheis). Selain itu, sejak 1950–1960-an, muncul pula komik-komik silat seperti Sri Asih (1954) karya R.A. Kosasih dan Si Buta dari Goa Hantu (1967) karya Ganes T.H.

Terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B Jassin menandakan munculnya sastrawan angkatan 1950–1960-an, antara lain Pramoedya Ananta Toer (Bukan Pasar Malam), N.H. Dini (Dua Dunia), Mochtar Lubis (Tak Ada Esok), Ajip Rosidi (Tahun-Tahun Kematian), dan W.S. Rendra (Balada Orang-Orang Tercinta).

Era Orde Baru. Pada 1965, penerbit yang menjadi anggota IKAPI telah berjumlah lebih daripada 600, namun saat itu terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan moneter. Pada akhir 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, hanya 25% penerbit yang bertahan dan situasi perbukuan mengalami kemunduran.

Masa Orde Baru dikenal sebagai masa kelam bagi industri penerbitan maupun pers. Pada masa ini, aktivitas penerbitan ditandai dengan pembredelan dan penahanan, dan tidak sedikit wartawan ataupun penulis yang dikucilkan dan dianiaya. Buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer, Utuy Tatang Sontani, dan beberapa pengarang lainnya tidak dapat dipasarkan karena dianggap bertentangan dengan ideologi yang berlaku pada masa itu.

Namun, bukan berarti dunia sastra Indonesia mati. Pada 1966–1970-an, ditandai dengan terbitnya majalah Horison pimpinan Mochtar Lubis, muncul generasi sastrawan baru, antara lain Taufik Ismail (Puisi-Puisi Langit), Umar Kayam (Para Priyayi), Sapardi Djoko Darmono (Dukamu Abadi) dan Leon Agusta (Monumen Safari).

Pada 1980 pemerintah Indonesia menyadari pentingnya peran buku untuk memajukan peradaban bangsa sehingga pada 17 Mei 1980 pemerintah membangun Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Selanjutnya pada 17 Mei diperingati sebagai hari buku nasional

Page 37: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

20 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Sumber: www.profil.merdeka.com

Pramoedya ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, Jawa Tengah pada 1925. Pram adalah salah satu sastrawan besar Indonesia yang telah menghasilkan artikel, puisi, cerpen, dan novel lebih daripada 50 karya dan telah diterjemahkan ke dalam 41 bahasa asing. Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa.

Dalam perjalanan hidupnya, beberapa karya Pram dilarang untuk dipublikasikan karena dianggap mengganggu keamanan negara pada zamannya. Meskipun demikian, Pram mendapatkan banyak penghargaan dari lembaga-lembaga di luar negeri. Salah satunya pada 1995, Pram memperoleh Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995 untuk kategori Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif.

Pram meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun. Ia merupakan sosok idealis dalam dunia kesastraan Indonesia. Karya-karya terbaik yang telah dihasilkannya antara lain, Bumi Manusia, Gadis Pantai, Arus Balik, dan N yanyi Sunyi Seorang Bisu yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Willem Samuels, dengan judul The Mute’s Soliloquy: A Memoir.

Pram memperoleh penghargaan di antaranya: Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988; Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989; Wertheim Award, untuk pelayanannya dalam memperjuangkan emansipasi orang Indonesia dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995; UNESCO Madanjeet Singh Prize, sebagai pengakuan pada kontribusinya dalam mengkomunikasikan toleransi dan tanpa kekerasan dari UNESCO, Prancis, 1996; Doctor of Humane Letters, sebagai pengakuan pada tulisannya yang melawan tirani dan perjuangannya dalam kebebasan intelektual dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999; Chancellor’s distinguished Honor Award, untuk kontribusinya terhadap toleransi etnis dan pemahaman global, dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999; Chevalier de l’Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999; New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000; Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000; The Norwegian Authors Union, 2004; Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004.

Page 38: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

21bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

Era Reformasi. Setelah Reformasi bergulir tahun 1998, kebebasan penerbitan dan pers mulai diperoleh kembali. Pada 1999, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Di dalam undang-undang yang menyangkut kebebasan pers, tidak ada lagi penyensoran, pembredelan, dan pelarangan penyiaran pada pers nasional.

Setelah itu, terjadilah booming penerbitan media massa yang menghasilkan potret dunia penerbitan di Indonesia yang jauh lebih terbuka dibandingkan masa-masa sebelumnya. Fenomena ini ditandai dengan munculnya media-media baru baik cetak maupun elektronik dengan berbagai kemasan dan segmen. Namun, di sisi lain, beberapa pihak beranggapan bahwa tidak ada keseimbangan antara kebebasan pers/penerbitan dengan tanggung jawab sosial. Media menjadi bebas untuk mengeksploitasi informasi bersifat sensasional tanpa ada penegakan terhadap peraturan perundangan serta etika jurnalistik yang berlaku. Oleh karena itu keberadaan otoritas yang memiliki kewenangan untuk menegur atau menindaklanjuti kebijakan mengenai konten perlu segera diberikan wewenang yang memadai.

Dari sisi karya, misalnya terkait dengan komik, di masa ini ditandai dengan munculnya generasi baru komikus Indonesia seperti Is Yuniarto dengan komik Wind Rider-nya pada pertengahan akhir 2000-an. Selain itu, tidak sedikit buku terbit dan kemudian menjadi bestseller alias laris manis di pasaran dan terus diperbincangkan publik. Novel-novel ini banyak juga yang lantas diadaptasi menjadi film, antara lain Laskar Pelangi, Jakarta Undercover, Habibie & Ainun, serta karya-karya Raditya Dika yang juga sukses secara komersial dan mencetak tren sastra pribadi di dunia penerbitan.

Memasuki era digital dan Internet, timbul dilema dalam keberlangsungan karya penerbitan cetak. Pada era digital, sumber informasi yang mudah diakses lewat berbagai media, tidak hanya media cetak, membuat daya tarik konsumen terhadap karya penerbitan cetak mulai menurun, terganti oleh karya cetak digital. Pada era ini, banyak penerbit di Indonesia mulai memanfaatkan format buku digital (e-book) untuk pembacanya. Era ini juga ditandai dengan munculnya penerbit-penerbit mandiri (self-publisher) yang memberikan kemudahan kepada penulis untuk menerbitkan karya kreatifnya dan memasarkannya secara mandiri. Penerbitan mandiri memiliki prinsip bahwa setiap penulis berhak menerbitkan buku seperti apa pun yang mereka kehendaki. Konsep pelayanan penerbitan self-publisher adalah membantu mewujudkan impian penulis menerbitkan buku secara gratis dan mudah.

Bila dilihat dari sejarah pendiriannya, keberadaan self-publisher di Indonesia sudah dimulai pada 2008 dengan berdirinya komikoo.com. Komikoo adalah portal pertama di Indonesia yang memuat komik online dengan konten swadaya dari para anggotanya. Keberadaannya sebagai pelopor situs komik Indonesia online memberikan kesempatan kepada komikus (penulis) berbakat untuk berekspresi atau menampilkan karya-karyanya.

Perkembangan kondisi pasar dan tingginya penetrasi penggunaan Internet di Indonesia juga menjadi alasan berdirinya platform startup self-publishing online pertama di Indonesia bernama Nulisbuku.com oleh Aulia Halimatussadiah (Ollie) dan teman-temannya pada 2010. Pendiriannya dilatarbelakangi kesulitan yang dialami beberapa penulis untuk menerbitkan buku yang mengalami penolakan dari penerbit besar karena dianggap tidak sesuai dengan selera pasar.

Page 39: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

22 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Dalam pemasarannya, selain menggunakan media sosial untuk kegiatan promosi, nulisbuku.com juga bermitra dengan salah satu toko buku online bernama Kutukutubuku.com (sebuah toko buku online yang menjual dan memasarkan buku-buku dengan beragam kategori dan produksi dalam dan luar negeri). Pada 2012, keberadaan self-publisher lainnya mulai bermunculan. Salah satunya adalah dapurbuku.com oleh Jonru Ginting, seorang penulis, blogger dan entrepreneur di bidang penulisan. Dapurbuku bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan nilai jual buku-buku self-publishing di Indonesia.

Pada awal 2013, penerbit di Indonesia mulai mengembangkan format buku digital versi keempat atau yang dikenal dengan buku digital interaktif. Melalui buku tersebut, konsumen dapat membaca karya penerbitan secara interaktif dan aplikatif. Salah satu penerbit Indonesia yang sukses mengembangkan karya penerbitan digital adalah PT Pesona Edu. Oleh karena itu, dalam perkembangannya ke depan, penerbit Indonesia akan menghadapai banyak tantangan, di satu sisi karya cetak penerbitan mulai ditinggalkan konsumen seiring perkembangan teknologi, tetapi di sisi lain penerbitan karya digital muncul dengan versi yang terus berkembang tetapi belum sepenuhnya dapat menggantikan karya cetak penerbitan. Oleh karena itu, dibutuhkan peran pemerintah dalam mengatur kebijakan karya cetak penerbitan yang memperhatikan keberlangsungan karya penerbitan cetak dan digital secara merata di seluruh Indonesia.

Situs Nulisbuku.com

Page 40: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

23bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

Nulisbuku.com adalah sebuah perusahaan jasa layanan penerbitan mandiri (online self-publishing print on demand) di Indonesia yang membantu mewujudkan impian semua orang menerbitkan buku secara gratis dan mudah. Kehadirannya lebih sebagai mitra para penulis untuk menerbitkan buku sendiri. Nulisbuku.com menyediakan sebuah toko buku online yang digunakan sebagai tempat untuk berbagi atau menjual sebuah karya (buku) yang telah diterbitkan. Keunikan dalam pelayanannya adalah penulis dapat menentukan sendiri harga jual buku dan royaltinya sendiri. Dalam perkembangannya Nulis.buku.com memiliki anggota sebanyak 36.000 (active) dan 10.000 (inactive). Jumlah buku yang telah diterbitkan sebanyak 3.880 naskah. Twitter @nulisbuku memiliki 100.000 followers dengan Facebook Nulisbuku.com 25.146 likes. Nulisbuku.com telah memiliki 55% web visitors menggunakan desktop, 44% menggunakan smartphone, sisanya menggunakan tablet.

Page 41: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

24 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

1982

500 SM 105 SMPenemuan kertas yang terbuat dari serat papyrus sebagai media menulis/media informasi sekitar sungai Nil

Penemuan kertas oleh bangsa Tiongkok

ERA PRAMODERN

ERA PRAMODERN

The Diamond Sutra, sebuah gulungan tujuh halaman yang dicetak dengan balok kayu di atas kertas, yang diproduksi di Cina

abad ke-11

Cina dan Korea mengembangkan teknik pencetakan movable type, menggunakan tanah liat, kayu, perunggu dan besi

1790

Penemuan Kamera oleh Thomas Wedgewood

1892

Mesin pencetakan 4 warna ditemukan

1886

Penemuan linotype

1796

Jerman Alois Senefelder mengembangkan litografi, metode transfer gambar yang menghasilkan gambar berkualitas tinggi dicetak

1843

Mesin tenaga uap mendorong penemuan mesin pencetakan yang efisien dan menbawa bisnis penerbitan menjadi manufaktur

1891

UU Hak Cipta 1891 melarang penerbitan kembali judul bahasa Inggris dalam bentuk kertas, membuat novel hampir tidak ada

1455

Gutenberg mencetak buku pertamanya dalam bentuk Injil

1731

Majalah majalah modern pertama, diterbitkan di Inggris ‘The Gentleman’

1440

Jerman Johann Gutenberg menciptakan mesin pencetakan pertama di dunia

1605

Surat Kabar Dunia Pertama yang diterbitkan di Jerman

808

ERA MODERN

1899

Penerbitan National Geographic dimulai

1922

Penerbitan Readers Digest dimulai

1923

Penerbitan Time mulai muncul

1970

Transmedia storytelling mulai dikembangkan

Konsep Internet mengambil alih dunia

1995

Penerbit Amazon.com memulai penjualan secara online

1980

Kadokawa Shoten mempelopori industri konten melalui gerakan Media Mix

1985

Dengan tersedianya relatif murah printer laser dan komputer, alat untuk desktop publishing mulai umum digunakan

1990

Kebanyakan surat kabar mulai menggunakan teknik produksi digital dan layout menggunakan perangkat lunak

1996

Munculnya toko buku swasta sehingga mematikan toko buku kecil bangkrut

1997

Beberapa surat kabar tradisional meluncurkan versi online untuk internet

1999

Blogger ditemukan dan Self-publishing mulai berkembang. Kehadiran self-publisher memberikan orang blog gratis untuk berbagi pikiran, pendapat, dan menulis secara online

2006

Twitter muncul sebagai cara baru menerbitkan informasi pendek serta cara baru untuk menyampaikan berita dan menyebarkan informasi

2007

Amazon Kindle rilis penjual, yang mulai mendapatkan traksi

2010

Penjualan tablet terus tumbuh, membuat eBook lebih populer dari sebelumnya

2011

Untuk pertama kalinya, eBook out penjualan buku cetak di Amazon

19821986

Akademik Amerika Encyclopedia tersedia pada CD-ROM. Ini adalah karya referensi pertama kali diterbitkan pada media ini

Gambar 1 - 4 Perkembangan Penerbitan di Dunia

Page 42: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

25bAb 1: Perkembangan Penerbitan di Indonesia

1615Surat kabar pertamakali terbit yaitu “memoria der Nouvells”

ERA penjajahanbelanda

1908

Pendirian usaha penerbitan milik Belanda Commissie voor de Volkslectuur, yang sekarang bernama Balai Pustaka

1922

Penerbitan Karya Sitti nurbaya, Marah Rusli ,oleh Balai Pustaka

1945Muncul Sastrawan angkatan 45, antara lain Chairil Anwar, Idrus

1955Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia

1950-1960

Terbitnya karya Kisah Asuhan H.B Jassin, dan beberapa sastrawan pada zaman ini adalah Pramoedya Ananta Toer,Ajip Rosidi, W.S Rendra

1966-1970Mulai bangkitnya dunia sastra Indonesia. Ditandai dengan munculnya majalah Horison oleh Muchtar lubis, dan beberapa sastrawan seperti Sapardi Djoko Damono, Taufik Ismail

1950

Penerbitan swasta nasional milik pribumi mulai bermunculan

1990

Internet mulai masuk ke Indonesia

1998

Adanya gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto

Penerbitan Laskar Pelangi, novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka

1999

Kebebasan penerbitan dan pers mulai diperoleh kembali

2000

Munculnya generasi baru komikus Indonesia seperti Is Yuniarto

2001

Industri buku mulai mengembangkan e-book

2001

Mulai berkembangnya pengembangan software pendidikan di Indonesia

2008

Berdirinya portal komik online komikoo.com di Indonesia

2010

Berdirinya platform startup self-publishing online pertama di Indonesia

2013

Berkembangnya buku digital interaktif di Indonesia

2014

ASEAN Literary Festival 2014. Pada festival ini sastrawan dan aktivis Wiji Thukul mendapat penghargaan atas dedikasinya menyuarakan pesan moral, keadilan dan sosial

2015

Indonesia menjadi Guest of Honour dalam Frankfurt Bookfair

2000

Booming penerbitan media massa

1950

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) didirikan oleh 13 penerbit

1954Terbitnya konten lokal komi berjudul Sri Asih oleh R.A Kosasih

1965

Subsidi bagi penerbit dihapus, matinya kebebasan pers

1972

Penerbit Gramedia Pustaka Utama berdiri untuk memberikan layanan jasa cetak Koran, tabloid, buku, majalah dan material promosi

1980

Pembangunan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Tanggal 17 Mei 1980. Tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional

1967Penerbitan karya Si Buta dari Goa Hantu karya Ganes T.H

ERA REFORMASI

2005

ERA orde lama

ERA orde baru

Gambar 1 - 5 Perkembangan penerbitan di Indonesia

Page 43: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

26 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019

Page 44: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

27BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

BAB 2 Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

Page 45: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

28 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

2.1 Ekosistem PenerbitanMembuat dokumen perancangan program pengembangan suatu subsektor industri kreatif tentunya membutuhkan pemahaman yang komprehensif dan mendalam mengenai subsektor tersebut. Dengan tujuan itulah bab berikut disusun. Di sini, kita akan melihat ekosistem dan ruang lingkup dari industri penerbitan itu sendiri. Perlu dicatat bahwa yang tertera di sini merupakan sebuah model dari kondisi ideal dunia penerbitan yang hendaknya menjadi acuan pengembangan subsektor penerbitan di Indonesia.

Model kondisi ideal ini dibangun berdasarkan hasil kajian yang sudah dilakukan, sedangkan untuk penjelasan mengenai kondisi aktual penerbitan di Indonesia akan dijelaskan dalam pembahasan mengenai dinamika yang akandiacu pada setiap proses di dalam ekosistem. Dengan demikian, perbedaan antara kondisi ideal yang diharapkan dengan kondisi penerbitan aktual di Indonesia akan terlihat jelas.

2.1.1 Definisi Ekosistem PenerbitanEkosistem secara umum didefinisikan sebagai suatu tatanan kesatuan yang utuh dan menyeluruh antara segenap unsur yang saling memengaruhi. Ekosistem yang dimaksud dalam proses pemetaan Ekonomi Kreatif adalah sebuah sistem di mana setiap unsur yang berada di dalamnya memiliki hubungan timbal-balik sehingga membentuk sebuah lingkungan yang saling bergantung dan memberikan manfaat.

Ekosistem subsektor penerbitan adalah sebuah sistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif khususnya di industri penerbitan dan antara peran-peran tersebut dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif. Di dalam ekosistem ini, terdapat aktivitas utama, aktivitas pendukung, peranan dan pelaku yang terlibat di dalamnya, serta keluaran dari setiap proses rantai nilai kreatif. Ekosistem ini menjelaskan keterkaitan antar tiap-tiap komponennya dalam sebuah siklus. Rantai nilai kreatif menjelaskan proses pertambahan nilai dalam penciptaan karya kreatif hingga dikonsumsi oleh pasar. Karya kreatif yang dihasilkan kemudian diapresiasi di dalam lingkungan pengembangan (nurturance environment) yang merupakan lingkungan di mana proses penciptaan karya kreatif dapat bertumbuh dan berkembang dengan menghasilkan orang-orang kreatif baru untuk berkarya dan mendorong orang-orang kreatif yang pernah berkarya untuk kembali menghasilkan karya-karya kreatif berikutnya.

Ekosistem dalam pengembangan industri penerbitan meliputi empat komponen utama, yaitu: 1. Rantai Nilai Kreatif (Creative Value Chain). Rantai nilai kreatif merupakan sebuah proses

penciptaan nilai tambah yang didukung oleh Industri utama (core indsustry) sebagai penggerak dan backward-andforward linkage industry merupakan industri yang mendukung proses penciptaan nilai tambah di industri kreatif utama. Rantai nilai dalam industri penerbitan meliputi proses kreasi, produksi, distribusi, dan penjualan.

2. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment). Lingkungan pengembangan adalah lingkungan yang dapat menggerakkan dan meningkatkan kualitas proses penciptaan nilai kreatif meliputi pendidikan dan apresiasi. Mata rantai pendidikan adalah proses pembelajaran yang meliputi peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku yang sangat berpengaruh pada penciptaan orang kreatif. Kegiatan pendidikan ini meliputi: (1) pendidikan formal, yaitu pendidikan di sekolah yang diperoleh secara teratur, sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas; (2) nonformal, yaitu pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; dan (3) informal, yaitu pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Mata rantai apresiasi merupakan tanggapan terhadap karya,

Page 46: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

29BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

orang kreatif, serta proses penciptaan nilai kreatif yang menstimulasi peningkatan kualitas karya, orang, dan proses kreatif tersebut. Apresiasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu apresiasi oleh pasar (konsumen, audiens, dan customer); dan apresiasi terhadap orang, karya, dan proses kreatif. Kegiatan apresiasi oleh pasar dapat ditunjukkan dari konsumsi serta tanggapan pasar terhadap karya, orang, dan proses kreatif, sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat berupa penghargaan, pemberian insentif, dan juga apresiasi terhadap HaKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Apresiasi oleh pasar dapat ditingkatkan melalui proses peningkatan literasi masyarakat terhadap kreativitas, sedangkan kegiatan apresiasi untuk orang dan karya kreatif dapat ditingkatkan dengan mengkomunikasikan orang serta karya kreatif tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang-orang kreatif akan terdorong untuk terus berkreasi.

3. Pasar (Market). Dalam ekosistem penerbitan dapat dibedakan menjadi konsumen umum yang dapat dikategorikan sebagai konsumen sekolah, rumah tangga, perguruan tinggi, profesi, kelompok hobi, dan pemerintah. Sedangkan konsumen ahli dapat dikelompokkan menjadi pakar, pengamat, dan peneliti.

4. Pengarsipan (Archiving). Sistem pengarsipan yang telah diterapkan di Indonesia adalah sistem ISSN (International Standard Serial Number) yang diperuntukkan bagi publikasi berkala media cetak ataupun elektronik dan ISBN (International Standard Book Number) yang diperuntukkan bagi identifikasi buku. Kedua standar ini merupakan adaptasi dari standar internasional yang diberikan oleh lembaga yang berwenang. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) LIPI memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan pemantauan atas seluruh publikasi terbitan berkala yang diterbitkan di Indonesia. Oleh karena itu PDII menerbitkan ISSN yang merupakan tanda pengenal unik setiap terbitan berkala yang berlaku global. Sedangkan Perpustakaan Nasional merupakan satu-satunya lembaga di Indonesia yang berwenang untuk mengeluarkan ISBN. Dengan adanya sistem pengarsipan ini, maka publikasi di Indonesia dapat terdokumentasikan dengan baik.

Keempat komponen dalam ekosistem saling berinteraksi dan merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap komponen dalam ekosistem mempunyai peran yang berbeda dan saling mempengaruhi dinamika yang terjadi dalam setiap komponen tersebut. Keterkaitan antar komponen dapat dilihat pada Gambar 2-1.

Gambar 2 - 1 Hubungan Antar Komponen Dalam Ekosistem

Page 47: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

30 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

2.1.2 Peta Ekosistem PenerbitanSecara mendetil, keempat komponen ekosistem tersebut dalam praktiknya pada subsektor industri penerbitan dapat kita petakan sebagai berikut.

A. Rantai Nilai KreatifKomponen rantai nilai kreatif (creative value chain) merupakan proses utama yang terjadi pada industri penerbitan. Pada bagian ini terjadi proses kreasi yang merupakan awal dari terciptanya output dalam industri penerbitan hingga output tersebut ditampilkan atau diserap oleh pasar. Pada umumnya, rantai proses yang terjadi adalah kreasi – produksi – distribusi – penjualan. Pada rantai proses ini, orang kreatif di setiap industri penerbitan memegang peranan penting agar seluruh proses berjalan dengan baik.

A.1 Proses KreasiKreasi adalah proses penggagasan ide yang diterjemahkan menjadi produk konten. Kreator adalah seseorang yang menciptakan ide atau melahirkan gagasan yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah karya kreatif. Proses kreasi menitikberatkan pada muatan konten dari hasil karya kreator. Dalam praktiknya, jenis kreator bisa bermacam-macam tergantung konten yang dihasilkan, misalnya penulis, komikus, dan jurnalis.Dalam konteks industri penerbitan, tahap kreasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk merubah ide atau gagasan maupun informasi menjadi konten sebuah karya yang baik. Hal tersebut dapat diterjemahkan dalam lingkaran aktivitas sebagai berikut:

Konseptualisasi IdeKonsep ide dan inovasi berawal dari individu/kelompok/institusi yang memiliki gagasan yang kemudian dituliskan menjadikarya atau konsep untuk dijadikan bahan tulisan ataupun karakter tokoh dalam sebuah cerita. Hal ini berkaitan dengan pengertian inovasi yaitu menciptakan atau mengembangkan perubahan dari sesuatu yang belum ada menjadi ada (Schumpeter dalam Sozio, 2011). Pencarian ide sendiri adalah sebuah proses yang terjadi di dalam diri seseorang untuk menemukan konten yang akan ditulis. Ide dapat berupa kerangka menulis, tema, ataupun potensi dan permasalahan nyata yang ingin digali.

Eksplorasi Konten Dalam industri penerbitan, pencarian sebuah gagasan atau inovasi terbaru yang tertuang dalam sebuah naskah atau draf dapat dilakukan oleh penulis, penerbit, ataupun melalui agen naskah. Ide sangat dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan dan budaya. Proses pendidikan menjadi kunci utama seseorang menemukan dan menuliskan ide mereka. Selain itu faktor lingkungan memiliki pengaruh yang kuat dalam pembuatan ide. Pada umumnya, industri memerlukan konten yang mampu menjawab kebutuhan ataupun selera pasar.Keberadaan pasar yang berubah sangat berpengaruh terhadap konten penulisan dan hal ini mendorong penerbit ataupun agen naskah melakukan riset dan pengembangan pasar untuk menemukan ide tulisan sebagai bentuk perkiraan karya apa yang akan laku dijual.

Proses kreasi dalam industri penerbitan umumnya berjalan dua arah antara penerbit dan kreator dan dikerjakan berulang-ulang sampai terjadi kesepakatan. Di negara-negara maju, agen naskah (literary agent) berperan tinggi dalam mencari karya tulis yang baik untuk dihubungkan dengan penerbit yang tepat. Literary Agentatau agen naskah berfungsi untuk menjembatani antara penulis dengan penerbit dan bertugas untuk menilai dan memberi saran pengembangan naskah,misalnya dalam hal cakupan, penyusunan isi, cara penyajian, dan penggunaan bahasa.

Page 48: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

31BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

Gambar 2 - 2 Peta Ekosistem Penerbitan

Literasi

Kritikus

Riset dan Pengembangan : 1. Pasar/Selera Konsumen

2. Kebutuhan Konsumen

Konseptualisasi ide Pra Produksi (pra-cetak) Fisik

Logistik

Transportasi

Digital

Produksi

Pasca Produksi

Promosi

Manajemen Venue danPameran

Direct Selling

Laki - Laki

Perempuan

Anak-anak

Klub Buku

Kelompok Segmented

Konsumer Ahli:

Konsumer Umum:

Pakar

Pengamat

Peneliti

Pengumpulan

Teknik Grafika PenerbitanIP Awareness

Creative Writing JurnalistikSastra & Budaya

Komunikasi / Jurnalistik

Sekolah Komik

Editorial Desain Grafis

Pendidikan Formal-Diploma

Pendidikan Berkaitan dengan Produksi

Pengembangan Industri Penerbitan dan PercetakanPengembangan Pengetahuan dan Kemampuan Menulis dan Editorial

Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sastra, Budaya & Komunikasi

Pendidikan Nonformal

Pendidikan Berkaitan dengan Penulisan Konten

Pendidikan Formal-Kesarjanaan

Restorasi

PreservasiAkses Publik

Penyuntingan

Finalisasi Draf

Naskah / Draf siap contoh

Produk Massal :Produk Cetak Publikasi: seperti Buku,

Majalah, Buletin, surat kabarProduk Penerbitan Lainnya : Brosur, Poster,

Banner, Kartu Pos, Prangko

E - book

Profit Sharing

Titip jual (retur)

Material Promosi : banner, audiovisual, spanduk, banner (media

cetak, media elektronik)

Seminar / Bedah BukuDiscount/ proyek

Obral

Explorasi Konten

Pemantauan inflasi harga bahan baku Networking Industri Media

Komunitas

Konsumen

Industri Media

Kebijakan KeterbukaanInformasi dan Komunikasi

KebijakanPlagiarisme

Kebijakan ITKebijakanHAKI

Kebijakan BahanBaku

Kebijakan Distribusi BerkaitanDengan Perpajakan

Kebijakan MediaInformasi dan Komunikasi

AsosiasiPenerbitan

AsosiasiPercetakan

InstitusiPendidikan

Pemerintah

Penghargaan Insentif Beasiswa

KREASI

KOMERSIALISASI

PRODUKSI DISTRIBUSI PENJUALAN KONSUMENPASAR

Faktor Pendidikan dan Budaya

Penulis Konten, AgenNaskah dan Penerbit

Institusi Pendidikan, Lembaga Kebudayaan dan Asosiasi

Penomoran ISBN, Dokumentasi Karya

Perpustakaan Lokal dan Nasional, Institusi Pendidikan, Lembaga Pengarsipan, Museum,

Pengembangan Kemampuan Menulis, Editorial dan Industrial

Penerbit danPercetakan

Distributor, TokoBuku Agen

Penerbit & EventOrganizer, Penulis

Faktor Lingkungan:Trend / Lifestyle

APRESIASI

PENDIDIKANTerintegrasi dengan Kurikulum Pendidikan dan Budaya Nasional

Kebijakan Pendidikan Kebijakan Pengarsipan

Rantai NilaiAktivitas / Informasi UtamaAktivitas / Informasi pendukung

Pelaku UtamaOutput

Keterangan:

Nurturance Environment

Kebijakan

Faktor Pendidikan dan

Budaya Kebijakan

Faktor Lingkungan : Trend/ Lifestyle

PENGARSIPAN

Page 49: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

32 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Kehadiran agen naskah seperti halnya seorang makelar yang menguntungkan kedua belah pihak. Penulis berharap karya tulisnya dibaca oleh agen naskah lalu diberikan ke penerbit untuk dipublikasikan, sedangkan penerbit berharap agen naskah dapat mencari dan menemukan naskah yang berkualitas dan laku di pasaran. Industri penerbitan dan percetakan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan peran agen naskah untuk berpartisipasi dalam proses kreasi.

Belum berkembangnya agen naskah membuat penulis kerap dirugikan oleh penerbit. Penandatanganan kontrak perjanjian yang diajukan kepada penulis seringkali tidak disertai kesepakatan mengenai pengembangan konten, sehingga penulis harus membayar ekstra untuk mengembangkan konten naskahnya.Hal ini berpengaruh terhadap kesejahteraan penulis serta kualitas buku yang dihasilkan di Indonesia. Di negara-negara maju, hal-hal semacam ini umumnya diawasi oleh agen naskah.

Proses pembuatan komik di Akademi Samali

Sumber: www.indonesiakreatif.net

Akademi Samali adalah sebuah komunitas yang didirikan di Jakarta Indonesia pada tahun 2005 oleh Beng Rahadian, Hikmat Darmawan dan Zarki, dengan maksud menjadi tempat untuk belajar membuat komik. Kini Akademi Samali telah bergerak menjadi organisasi yang melakukan kegiatan workshop, penerbitan, dan pengarsipan perkembangan komik Indonesia. Akademi Samali kerap bekerja sama dengan lembaga-lembaga kebudayaan seperti IFI (Indo-nesia-Francais Institut), Goethe Institut Jakarta, dan Japan Foundation sebagai mitra dalam menjalankan program-program yang berkaitan dengan komik

Page 50: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

33BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

Penyuntingan Proses kreasi tidak bisa dipisahkan dari proses penyuntingan dan pengembangan karya. Proses penyuntingan merupakan kunci utama dalam mendukung proses kreasi yang akan menentukan apakah naskah tersebut layak diterbitkan.Setelah karya diterima oleh penerbit, maka akan melalui proses penilaian oleh penyunting akuisisi. Jika karya tersebut dinilai potensial, tahap selanjutnya adalah pengembangan karya itu sendiri agar dapat mencapai potensi maksimalnya.

Finalisasi Draf Dalam proses finalisasi draf,bahan penerbitan yang berupa naskah yang telah melewati proses pengembangan dan penyuntingan dipersiapkan untuk terbit dengan melibatkan peran penata letak, ilustrator, dan proofreader sehingga naskah menjadi siap terbit. Setelah itu, baru dimulai proses pencetakan atau produksi.

Dalam industri penerbitan, orang kreatif yang sering dijumpai adalah penulis konten, jurnalis, perancang tata letak, ilustrator, dan editor/penyunting, sedangkan aktor utama yang berperan dalam proses ide adalah penulis konten, penerbit, dan agen naskah. Penerbit umumnyaberperan sebagai pemrakarsa, penyokong dan pengembang ide-ide hingga menjadi produk konten.Pada praktiknya, seringkali terjadi perbedaan fokus mengenai konten.Penulis seringkalilebih memfokuskan diri terhadap pengembangan gagasan dan bakat sesuai visinya sendiri, sedangkan penerbit lebih menfokuskan pada penjualan konten.

Dalam seluruh proses ini, penerbit harus terlebih dahulu mengetahui informasi produk apa saja yang dibutuhkan oleh pasar. Untuk tujuan itu, penerbit seringkali melakukan kegiatan kreatif, seperti penelitian dan pengembangan internal, lokakarya, seminar, sayembara untuk menemukan calonpenulis, penelitian melalui pameran buku, pertemuan antar pakar bidang ilmu tertentu, dan akuisisi naskah dengan tema-tema tertentu.

Adapun berbagai peran yang terlibat dalam proses kreasi ini adalah sebagai berikut:1. Pengarang atau Penulis sebagai Penyedia Konten

Pengarang atau penulis adalah orang yang memiliki bahan atau ide yang dituangkan dalam bentuk karya tulis. Naskah merupakan ide awal, bahan baku yang diciptakan oleh penulis (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Naskah dan karya tulis ini tidak harus sepenuhnya berupa tulisan, tetapibisa juga berupa komik maupun paduan gambar, tulisan, dan media-media lainnya.

2. Editor atau PenyuntingPenyunting bertugas untuk mempersiapkan karya untuk diterbitkan. Di dalam proses penerbitan sebuah buku, bagian penyuntingan merupakan inti dari sebuah penerbitankarena fungsinya yang utama untuk mengembangkan naskah.

3. Layouter atau Penata LetakPenata letak bertugas untuk mengatur tulisan-tulisan dan gambar-gambar. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.

4. IlustratorIlustrator merupakan seniman yang berprofesi khusus sebagai pencipta atau penyedia gambar ilustrasi demi memperjelas maksud atau membuat tampilan karya-karya tulis yang bersangkutan menjadi menarik, misalnya dalambuku, novel, majalah, koran, iklan, dan poster.

Page 51: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

34 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

5. Desainer GrafisSeorang desainer grafis menciptakan karya untuk penerbit, media cetak maupun elektronik, seperti brosur dan iklan produk. Ia bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi dalam bentuk desain yang menarik.

Gambar 2 - 3 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan

Sumber: IKAPI (2014)

Di beberapa negara maju seperti Inggris, Amerika, dan Kanada, industri penerbitan berada dalam asuhan industri kebudayaan dengan dukungan pemerintahyang sangat kuat. Di negara-negara tersebut, pengembangan industri digiatkan sebagai bagian promosi kreativitas negaranya.

Keberlangsungan proses kreasi juga tidak bisa dilepaskan oleh peran komunitas atau asosiasi. Peran aktif komunitas masyarakat dibutuhkan untukmengembangkan ekonomi kreatif dalam industri penerbitan, seperti hadirnya kelompok-kelompok diskusi kepenulisan dan komunitas buku. Komunitas-komunitas semacam ini berperan untuk membina dan melatih masyarakat peminat agar dapat berkembang melalui penyediaan pelatihan, lokakarya, akses informasi, dan sebagainya. Salah satu komunitas atau lembaga nirlaba yang aktif berperan dalam proses kreasi penerbitan di Indonesia adalah Forum Lingkar Pena (FLP).

Page 52: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

35BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

A.2 Proses ProduksiProses produksi dalam rantai nilai kreatif penerbitan adalah proses pencetakan konten. Proses produksi ataupun reproduksi dapat dilakukan langsung oleh penerbit yang dimiliki percetakan atau bermitra dengan perusahaan percetakan lainnya. Proses tersebut pada umumnya melewati tiga tahap berikut:

1. Pracetak: Proses pracetak adalahproses pengolahandan revisi naskah. Kegiatan dalam proses ini adalah proses setting, edit huruf, tata letak, dan desain untuk dibuat draf contoh (dummy).

2. Cetak: Dalam tahap ini draf contoh yang telah disetujui dicetak menjadi produk massal menggunakan mesin pencetak sesuai jumlah yang ditetapkan masing-masing penerbit.

3. Pascacetak: Proses pascacetak adalah proses pemotongan, penyusunan, pelipatan serta pengemasan buku hingga siap diedarkan dan dijual di toko-toko buku maupun tempat-tempat penjualan lainnya.

Jenis pencetakan dalam proses produksi dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu secara konvensional dengan menggunakan plat filmatau secara digital. Secara keseluruhan, harga produksi ditentukan oleh biaya produksi, sedangkan biaya produksi bergantung pada jenis bahan mentah, seperti ukuran kertas, jenis kertas, dan kualitas tinta.Pencetakan memiliki batas minimum hargatergantung pada segmentasi produk. Pencetakan biasanya berjumlah antara 2.000-20.000 eksemplar untuk buku, sedangkan untuk surat kabar minimal 150.000 eksemplar.

Namun, pencetakan digital memungkinkan proses Print on Demand (PoD) yaitu mencetak sesuai permintaan. Pencetakan ini tentunya lebih menguntungkan bagi penerbit-penerbit kecil, walau harga produk buku satuannya akan lebih mahal dibandingkan dengan yang dicetak secara massal.

Di Indonesia, penggunaan mesin percetakan yang berteknologi tinggi hanya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan percetakan besar. Tidak semua perusahaan penerbitan memiliki percetakan sendiri. Perusahaan penerbit kecil terkadang harus bekerja sama dengan beberapa percetakan untuk mencetak konten yang diajukan. Selain itu, penerbit kecil cenderung hanya mampu menggunakan teknologi rendah, yang berdampak pada produktivitas yang rendah dan kualitas yang kurang. Hampir 65% mesin dan peralatan cetak di Indonesia sudah berusia lebih dari 20 tahun. Hal ini memberi pengaruh besar terhadap kinerja dan kualitas produk-produk percetakan, seperti produksi buku yang tertinggal (Print Media, 2012). Berbagai kondisi ini menciptakan keadaan monopolistik yang menguntungkan berbagai perusahaan besar, namun merugikan kondisi industri dalam jangka panjangnya. Usaha-usaha percetakan di Indonesia tergabung dalam Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI). Hampir semua percetakan yang ada di Indonesia hanya bertugas mencetak saja dan tidak memiliki izin untuk menjual hasil cetakansehingga penerbit harus juga bermitra dengan distributor untuk menyebarluaskan dan menjual produk-produknya.

Menurut data IKAPI, terdapat 1.261 daftar penerbit di Indonesia (IKAPI, 2014). Dibandingkan dengan negara-negara maju, jumlah ini masih tergolong rendah.Selain itu, dunia penerbitan masih didominasi oleh penerbit besar. Namun di sisi lain, pelaku usaha percetakanbila digabungkan dengan percetakan-percetakan kecil seperti percetakan kartu nama dan undangan, maka jumlahnya tidak kurang dari 7.000 usaha (Printmedia, 2012).

Dalam proses produksi, peran pemodal sangatlah penting. Pemodal disini adalah badan atau perseorangan yang mendukung dana untuk mewujudkan buku yang bersangkutan. Modal bisa

Page 53: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

36 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

juga difasilitasi oleh penerbit, percetakan, atau perorangan/organisasi/lembaga baik akademisi maupun pemerintahan. Di negara-negara maju, modal awal dilakukan oleh industri percetakan, sementara penerbit hanya bertanggung jawab setelah hasil cetakan diterima dan membayar ganti rugi biaya percetakan. Selain itu, pemerintah dapat berperan melalui pemberian modal usaha ataupun kebijakan perpajakan yang mendukung proses pencetakan.

Di Indonesia, terdapat beberapa Kebijakan Pemerintah yang telah diterapkan untuk membantu pertumbuhan produktivitas industri, terutama yang berkaitan dengan proses pendidikan,antara lain:

1. Buku pelajaran dibebaskan dari PPN.2. Buku pendidikan impor dibebaskan dari pajak impor.3. Bantuan dana untuk penerjemahan dan kerja sama antara Indonesia dan penerbit internasional.

(Sumber: IKAPI, 2014)

Di samping ketiga hal di atas, sebetulnya masih diperlukan juga pengaturan kebijakan lain untukstabilitas bahan baku, misalnya tinta dan kertas. Industri penerbitan pada proses produksi banyak menggunakan bahan baku berdasarkan kertas dan kayu sebagai produk hasil hutan sehingga eksistensi industri ini berseberangan dengan isu pengurangan emisi karbon.

Selain itu, ketidakstabilan harga bahan baku dan mentah sangat berpengaruh terhadap biaya produksi. Perkembangan industri inidibayang-bayangi oleh tingginya harga kertas dan tinta. Oleh karena itu, diperlukan alternatif bahan baku lain untuk keberlangsungan industri penerbitan dan percetakan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah memanfaatkan sarana digital secara maksimal serta pengunaan kertas daur ulang.

Komik Nusantara Ranger karya Sweta Kartika

Sumber: facebook.com/swetakartika

Page 54: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

37BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

A.3 Proses DistribusiProses distribusi adalah proses menyebarluaskan produk setelah dicetak kepada perusahaan logistik yang bekerjasama dengan toko buku, pemasar, atau agen pengecer agar produk dapat dibeli oleh masyarakat. Setiap perusahaan penerbitan memiliki berbagai pilihan saluran distribusi yang dapat dipilih terkait dengan produk yang ingin dipasarkan. Misalnya, dalam pendistribusian buku, penerbit dapat bekerjasama dengan toko buku atau agen pengecer lain. Koran dan majalah biasanya dijual secara langsung oleh penerbit, sistem pos, mesin penjual, agen pengecer, hingga media daring. Pemasar atau pengecer adalah perorangan atau institusi yang memasarkan atau menjual produk sampai ke tangan pembaca atau konsumen.

Permasalahan kerap terjadi pada proses pengangkutan buku seperti pendistribusian yangbisa memakan waktu hingga tiga bulan untuk sampai ke daerah-daerah pelosok.Hal ini juga menyebabkan tingginya harga karena sistem logistik yang kurang efisien. Belum lagitoko buku-toko buku didaerah menaikkan harga buku yang tidak sesuai dengan perjanjian. Oleh karena itu dalam proses distribusi, peran jaringan sangat kuat. Jaringan tersebut juga dapat dilakukan melalui institusi pendidikan seperti perpustakaan ataupun komunitas pencinta buku dan instansi pemerintah yang terkait dengan produk yang ingin dijual.

Di Indonesia, terdapat 150 perusahaan distributor yang menyuplai buku ke toko-toko maupun kios buku. Beberapa penerbit besar memiliki perusahaan distribusi sendiri dan kadangkala melayani penerbit-penerbit kecil untuk menyalurkan buku mereka (IKAPI, 2014). Namun, dalam perkembangan saat inikeberadaan toko buku besar yang mendominasi pasar membuat penerbit-penerbit kecil mengalami kesulitan untuk memasukkan produknya. Dengan demikian, jaringan distribusi alternatif seperti disebut di atas menjadi amat penting untuk dibangun.

Dalam era digital saat ini, industri penyedia jasa komunikasi, terutama layanan internet, juga berperan besar dalam menyediakan sarana bagi distribusi hasil produksi industri penerbitan.Banyak industri penerbitan yang juga sudah menggunakan kehadiran media daring sendiri sebagai strategi bisnis yang terintegrasi dengan industri layanan komputer dan jasa piranti lunak baik untuk mendapatkan perangkat keras yang dibutuhkan ataupun mengembangkan solusi multimedia untuk penyedia konten digital.

Strategi bisnis yang terintegrasi tersebut sangat dibutuhkan industri penerbitan dan percetakan dalam menjawab tantangan globalwalaupun untuk pasar Indonesia penjualan konten digital belum terlalu populer di masyarakat. Menurut IKAPI, “Pertumbuhan signifikan dari pengguna internet di Indonesia menciptakan prospek penjualan buku digital di Indonesia.Beberapa penerbit besar di Indonesia telah menerbitkan buku-buku mereka dalam format buku digital atau format digital lainnya. Hal ini menunjukkan munculnya kebutuhan akan buku-buku digital di Indonesia dan juga mendorong munculnya berbagai toko buku digital. Meskipun bertumbuh, penjualan e-book masih kurang dari 2% pada pasar buku lokal” (IKAPI, 2014).

Sebagaimana telah disebutkan di atas, jalur distribusi produk industri penerbitan di Indonesia masih cenderung terpusat pada jejaring toko buku besar di mal kota-kota besar. Padahal, potensi toko buku mandiri, perpustakaan daerah, lembaga pendidikan, serta komunitas-komunitas peminat di luar kota-kota besar amat potensial untuk dikembangkan sebagai pasar-pasar baru produk penerbitan. Tentunya, untuk memaksimalkan hal ini, diperlukan kebijakan-kebijakan yang mendukung stabilitas harga bahan baku industri penerbitan, kemudahan jalur transportasi produk-produk industri penerbitan, serta pengembangan pasar berminat baca di luar kota-kota besar.

Page 55: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

38 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

A.4 Proses penjualanDalam kegiatan pemasaran yang dilakukan penerbitan sangat kompleks dan saling berkaitan yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan dalam rantai nilai industri penerbitan, setelah melalui proses produksi maka diasumsikan produk ataupun konten kreatif sudah tersedia atau berwujud. Oleh karena itu , kegiatan yang dilakukan oleh penerbitan berfokus pada aktivitas penjualan dan promosi yang dikelola secara terintegrasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

PenjualanProses penjualan dalam industri penerbitan menjadi tanggung jawab penerbit maupun penulis. Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli untuk menghasilkan laba perusahaan. Dalam proses penjualan lebih menitik beratkan pada bagaimana cara menjual produk mencapai target yang ditentukan. Oleh karena itu, penerbit bertugas menyiapkan strategi penjualan yang membantu agen-agen penjual atau pengecer dalam memasarkan produknya.

PromosiAktivitas promosi dalam penerbitan berfungsi untuk meningkatkan volume penjualan karya kreatif juga sebagai strategi untuk menjangkau konsumen sehingga terjadi pembelian produk. Dalam proses promosi lebih menekankan kepada bagaimana cara mengkomunikasikan karya kreatif kepada konsumen untuk membentuk suatu citra positif dimata para konsumen. Dalam proses promosi, karya yang akan dipromosikan telah berwujud, sehinga konsumen dapat mengetahui klasifikasi dan keunggulan dari karya yang dipromosikan tersebut. Pada umumnya penerbit mempercepat proses peningkatan volume penjualan dengan menggunakan alat promosi seperti rabat atau potongan harga ataupun mengadakan kegiatan promosi melalui program promosi penjualan (biasanya diatur oleh asosiasi), pameran dagang, iklan khusus, personal selling, dan publisitas.

Sayangnya, masih sedikit penerbit di Indonesia yang memiliki cukup modal untuk melakukan kegiatan promosi. Sehingga, pelaku yang berperan dalam kegiatan penjualan biasanya adalah agen penerbitan, percetakan, periklanan, event organizer, maupun jejaring Oleh karena itu, berbagai ajang pameran dan festival buku menjadi tumpuan bagi banyak penerbit untuk memasarkan bukunyasekaligus melakukan penjualan langsung kepada konsumen.

Aktor lainnya yang berfungsi untuk melakukan kegiatan promosi adalah komunitas dan pemerintah. Berbagai komunitas juga seringkali menjadi mitra utama penerbit. Komunitas dapat sangat membantu penjualan buku dengan mempromosikan dan menjual secara langsung produk-produk buku dari penerbit. Selain itu, peran pemerintah juga sangat dibutuhkan dengan menjadi jembatan penghubung antara penerbit dan masyarakat dalam rangka membangun budaya berkreasi. Di beberapa negara maju pelaku utama dalam kegiatan promosi penerbitan biasanya dilakukan oleh pemerintah seperti menggagas pentingnya membaca buku dan juga memberikan fasilitas dan kemudahan akses untuk kegiatan promosi. Sedangkan di Indonesia, peran pemernitah dalam kegiatan mempromosikan karya penerbitan masih sangat minim. Menurut data IKAPI, hanya beberapa kota besar yang sering melakukan pameran atau bookfair, seperti Bandung, Jakarta atau Yogyakarta, (IKAPI, 2014).

Page 56: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

39BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

Indonesia Book Fair 2010

Sumber: beatmag.com

B. Lingkungan Pengembangan (Nurturance Environment)Komponen lingkungan pengembangan (nurturance environment) terdiri dari dua aktivitas utama, yaitu apresiasi dan pendidikan. Komponen ini memiliki peranan penting dalam mendukung proses rantai nilai kreatif penerbitan agar dapat berjalan dengan baik.

Kegiatan apresiasi bertujuan untuk memberikan pengakuan terhadap pelaku industri dan juga memberikan pemahaman mengenai gambaran besar industri penerbitan itu sendiri. Kegiatan apresiasi umumnya dimulai melalui proses literasi yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat seputar industri penerbitan dan karya-karya kreatif yang dihasilkannya. Setelah mendapatkan pemahaman yang baik, maka diharapkan proses-proses apresiasi berikutnya akan lebih mudah untuk dilakukan. Adapun kegiatan-kegiatan lain ini dapat berupa penghargaan, pemberian insentif, serta apresiasi khalayak luas terhadap HKI (Hak Kekayaan Intelektual) orang kreatif. Dengan adanya kegiatan apresiasi yang baik, maka orang-orang kreatif penerbitan akan terdorong untuk terus berkreasi.

B.1 ApresiasiApresiasi adalah penilaian atau penghargaan terhadap suatu karya atau produk buku. Apresiasi akan menentukan sejauh mana sebuah karya dapat diterima oleh masyarakat dan kalangan tertentu. Apresiasi juga berperan sebagai proses umpan balik dari karya yang telah dibuat oleh penggagas ide atau inovator. Dalam industri penerbitan, apresiasi bisa didapatkan melalui berbagai kegiatan, seperti konferensi, diskusi bedah buku, maupun penganugerahan.Apresiasi terhadap sebuah karya bisa dilakukan oleh kritikus independen, media, komunitas, ataupun pemerintah dan akademisi, berupa ulasan sederhana, diskusi dalam media sosial, hingga penyelenggaraan acara penghargaan. Contohnya adalah S.E.A Awards dan Khatulistiwa Literary Award.

Page 57: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

40 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

S.E.A awardsSoutheast Asian Writers Award atau S.E.A Awards adalah penghargaan yang diberikan setiap tahunsejak tahun 1979 untuk penyair dan penulis dari Asia Tenggara. Penghargaan ini diberikan kepada penulis dari masing-masing negara yang terdiri dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, meskipun tidak semua negara di ASEAN terwakili setiap tahun. Penghargaan ini kadang-kadang diberikan untuk pekerjaan tertentu oleh seorang penulisatau bisa juga diberikan untuk pencapaian seumur hidup. Jenis-jenis karya yang dihormati bervariasidan telah memasukkan puisi, cerita pendek, novel, drama, cerita rakyat dan karya-karya ilmiah dan religius. Penulis Indonesia yang pernah menerima penghargaan ini adalah Putu Wijaya (1980), Y.B Mangun Wijaya (1983), Sapardi Djoko Damono (1986), Arifin C.Noor (1990), W.S Rendra (1996), Seno Gumira Ajidarma (1997), N.H Dini (2003), Afrizal Malna (2010) dan Linda Christanty (2013).

Khatulistiwa Literary AwardSalah satu penghargaan yang cukup bergengsi dalam dunia sastra di Indonesia adalah Khatulistiwa Literary Award (KLA). KLA adalah suatu program penghargaan yang diberikan kepada penulis. Tujuannya adalah memberikan apresiasi atas karya seni, anugerah sastra, dan hadiah insentif senilai ratusan juta melalui sistem penjurian yang terdiri dari sastrawan, akademisi, budayawan, dan wartawan dalam sebuah komunitas. Setiap tahun KLA menyeleksi karya sastra yang terbit dalam kurun 12 bulan. Sejak tahun 2004 anugerah sastra khatulistiwa diberikan untuk kategori prosa, puisi, dan penulis muda berbakat.

Penerima S.E.A Awards 2013 di Bangkok, Thailand

Sumber: mc.edu.ph

Page 58: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

41BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

Tabel 2 - 1 Daftar Pemenang KLA Tahun 2002-2013

TAHUNKATEGORI

PROSA PUISI PENULIS MUDA BERBAKAT

2002 Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Silado

- -

2003 Bibir Dalam Pispot karya Hamsad Rangkuti

- -

2004 Kuda Terbang Maria Pinto karya Linda Christanty

Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan karya Sapardi

Djoko Damono

-

2005 Kitab Omong Kosong karya Seno Gumira Ajidarma

Kekasihku karya Joko Pinorbo -

2006 Mandi Api karya Gde Aryantha Soetama

Santa Rosa karya Dorothea Rosa Herliany

-

2007 Perantau karya Gus tf Sakai Menjadi Penyair lagi karya Acep Zamzam Noor

Dan Hujan Pun Berhenti karya Farida Susanty

2008 Bilangan Fu karya Ayu Utami

Jantung Lebah Ratu karya Nirwan Dewanto

Cari Aku Di Canti karya Wa Ode Wulan Ratna

2009 Lembata karya F.Rahardi Dongeng Anjing Api karya Sindu Putra

Fortunata karya Ria N.Badaria

2010 Rahasia Selma karya Linda Christanty

Sejumlah Perkutut Buat Bapak karya Gunawan

Buwun karya Mardi Luhung

2011 Lampuki karya Arafat Nur Buli-buli Lima Kaki karya Nirwan Dewanto

-

- Perempuan yang dihapus Namanya karya Avianti Armand

-

2012 Maryam karya Okky Madasari

Postkolonial dan Wisata Sejarah karya Zeffrey Alkatiri

-

2013 Pulang karya Laila S Chuori Museum Penghancur Dokumen karya Afrizal Malna

-

Di Indonesia, terdapat banyak komunitas peminat maupun akademisi yang menggeluti dunia pengulasan buku maupun kritik sastra. Sayangnya, sebagian besar komunitas dan kritikus ini seringkali dirasa kurang menghargai satu sama lain. Akibatnya, para pelaku kegiatan apresiasi industri penerbitan cenderung berjalan sendiri-sendiri dan saling mencari kesalahan yang lainnya. Tiadanya lembaga kritik yang terpercaya dan kurangnya sosialisasi akan kriteria-kriteria kritik yang baik dan sesuai akan karya-karya konten industri penerbitan menyebabkan kecenderungan ini makin tumbuh subur dan merenggangkan komunitas-komunitas peminat yang seharusnya bisa lebih diberdayakan dalam perkembangan industri penerbitan di Indonesia.

Page 59: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

42 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Seno Gumira Ajidarma

Seno Gumira Ajidarma lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni1958 adalah penulis dari generasi baru di sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja. Sampai saat ini Seno telah menghasilkan pu-luhan cerpen yang dimuat di beberapa media massa. Cerpennya Pelajaran Mengarang terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1993. Buku kumpulan cerpennya, antara lain: Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (l994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999), novel Matinya Seorang Penari Telanjang (2000), Nagabumi (2009), Nagabumi II (2011), Antara Tawa dan Bahagia (2012). Pada tahun 1987, Seno mendapat SEA Write Award. Berkat cerpennya Saksi Mata, Seno memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary pada tahun 1997 dan menerima Khatulistiwa Literary Award pada tahun 2005.

B.2 PendidikanKomponen yang tentunya tak kalah penting adalah pendidikan. Seperti yang kita ketahui, pendidikan merupakan salah satu alat utama dalam menciptakan orang kreatif. Pendidikan dinilai sangat penting sebagai wadah untuk mengasah kemampuan orang agar mampu menjadi orang kreatif yang berkualitas dan mampu menjalankan rantai proses kreasi dengan baik. Kegiatan pendidikan ini dapat dilakukan melalui pendidikan formal (sekolah resmi), non-formal (lembaga kursus), dan juga informal (otodidak, melalui komunitas, dsb.)

Pendidikan pada lingkungan pengembangan penerbitan di sini didefinisikan sebagai proses yang bertujuan untuk menumbuhkan motivasi, kreativitas, dan apresiasi penulis dan pembaca untuk menghasilkan pengetahuan dan karya kreatif penerbitan baru. Institusi pendidikan yang mendukung kemajuan industri penerbitan saat ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendidikan berbasis konten dan pendidikan berbasis produksi. Pendidikan berbasis konten mengutamakan teknik kreasi dan apresiasi konten itu sendiri baik dari segi sastra, jurnalistik, komik, dan sejenisnya. Sedangkan pendidikan berbasis produksi lebih mengutamakan teknik produksi karya buku, misalnya teknik-teknik percetakan, tata letak, desain, dan ilustrasi.

Sumber: uniknya.com

Page 60: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

43BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

Gambar 2 - 4 Pekerja Kreatif Industri Penerbitan

Sumber: IKAPI (2014)

Dalam proses pendidikan, kolaborasi antar berbagai aktor sangat penting untuk membangun budaya belajar yang mendukung kreasi, konsumsi, dan apresiasi terhadap produk-produk industri penerbitan. Hal ini bisa dilakukan oleh akademisi melalui penyediaan buku-buku berkualitas di perpustakaan dan program-program kerjasama yang diadakan oleh pemerintah, penerbit, akademisi, maupun komunitas dalam wujud kegiatan lokakarya, bedah buku, dan sejenisnya. Selain itu, penekanan berlebih terhadap ilmu pasti di tingkat pendidikan dasar serta kecurigaan terhadap karya fiksi sebagai pengganggu mata pelajaran seringkali menjadi penghambat bagi apresiasi karya-karya fiksipada generasi muda.

Kondisi lain yang sering dikeluhkan para peminat adalah biaya lokakarya penulisan dan sejenisnya yang cenderung mahal dan hanya terjangkau oleh kalangan-kalangan tertentu di kota-kota besar. Hal ini menyebabkan masyarakat di luar kalangan tersebut mengalami kesulitan dalam menyuarakan aspirasi kreatif mereka dalam wujud produk buku maupun konten lainnya, padahal potensi dan hasrat kreatif di daerah-daerah pelosok maupun wilayah-wilayah yang lebih tradisional tidak kalah dibandingkan mereka yang berasal dari kota-kota besar.

C. Pasar, Khalayak, dan KonsumenKomponen pasar (market) ini menggambarkan karakter dari pasar, khalayak, dan konsumen di industri penerbitan. Pasar dapat diartikan sebagai tempat, interaksi (permintaan dan penawaran) dan sekelompok anggota masyarakat yang memiliki kebutuhan/keinginan atau daya beli. Dalam industri secara umum ditemukan tipe dari komponen pasar in misalnya, konsumen dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konsumen umum dan konsumen ahli yang keduanya memiliki perbedaan dalam cara maupun gaya menyerap karya kreatif yang dihasilkan. Berdasarkan data dari IKAPI, berdasarkan kebutuhan pasar akan buku konsumen dapat diklasifikasikan menjadi berikut:

Page 61: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

44 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Tabel 2 - 2 Daftar Konsumen Berdasarkan Jenis Buku yang diterbitkan

KONSUMEN JENIS BUKU

Sekolah Buku Pelajaran

Rumah Tangga Fiksi, Religi, Kesehatan, Gaya Hidup, Referensi

Perguruan Tinggi Buku Ajar, Buku Teks, Referensi

Profesi Buku Panduan

Kelompok Hobi atau Komunitas Buku Panduan

Pemerintah Buku Panduan, Referensi

D. PengarsipanKomponen terakhir dalam peta ekosistem penerbitan adalah pengarsipan (archiving). Tujuan dari proses pengarsipan ini adalah untuk menyediakan basis data yang dapat diakses oleh publik untuk mendapatkan informasi dan data terkait industri kreatif. Akses ini dapat digunakan oleh orang kreatif penerbitan maupun oleh masyarakat sebagai sumber inspirasi dan referensi. Arsip juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran di lembaga atau institusi pendidikan.

Proses pengarsipan pada umumnya dilakukan melalui tahapan pengumpulan – restorasi – penyimpanan – preservasi. Proses restorasi hanya dilakukan apabila dokumen atau hal yang perlu diarsipkan tersebut sudah mengalami kerusakan atau ketidaksesuaian sehingga perlu dilakukan proses perbaikan tanpa merubah nilai atau makna aslinya sebelum dilakukan proses penyimpanan dan preservasi.

Pengarsipan adalah kegiatan melestarikan, menyimpan, dan mendata secara tertulis karya-karya yang mempunyai nilai historis. Pada umumnya, kegiatan ini dilakukan oleh pustakawan, lembaga pengarsipan, dan asosiasi penerbit dan pengarang. Dalam proses pengarsipan, penerbit menyerahkan ISBN yang akan tersimpan dalam arsip perpustakaan daerah dan nasional.

Sayangnya, keberadaan basis data tersebut di Indonesia masih terpisah-pisah sehingga belum memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses informasi berkaitan dengan karya cipta industri penerbitan. Selain itu, saat ini jumlah perpustakaan di Indonesia sudah sangat banyak, tetapi minat baca masyarakat masih sangat rendah. Hal ini dapatdilihat dari rendahnya kunjungan masyarakat ke perpustakaan. Perbaikan kualitas perpustakaan dan kemudahan akses arsip karya-karya yang menarik diharapkan akan turut membantu meningkatkan minat baca masyarakat.

2.2 Peta dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan

2.2.1 Peta Industri Penerbitan

Peta industri dibuat sebagai gambaran ruang lingkup aktor-aktor yang terlibat secara langsung maupun industi pendukung yang terlibat secara tidak langsung dalam menjalani proses bisnis industri yang terkait (Gambar 2-5). Untuk lebih jelasnya, berikut adalah pelaku industri dalam setiap mata rantai nilai:

Sumber: IKAPI, 2014

Page 62: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

45BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

Gambar 2 - 5 Mitra Pekerja Kreatif Industri Penerbitan

Sumber : IKAPI (2014)

Pelaku Industri dalam Proses KreasiProses kreasi pada industri penerbitan didukung dan mendukung berbagai subsektor industri kreatif lainnya. Industri penerbitan memiliki peran strategis untuk menciptakan dan mengembangkan konten. Dalam menciptakan orang kreatif, industri penerbitan didukung oleh lembaga pendidikan.Sedangkan dalam pengembangan konten kreatif penerbitan, peran industri penelitian dan pengembangan sangat penting. Selain itu, industri penerbitan dapat mendukung dokumentasi karya industri kreatif lainnya.Hasil dari proses kreasi dapat berupa ide, draf, atau naskah yang dapat dicetak atau dikelola dan dikembangkan menjadi karya kreatif lainnya.

Pelaku Industri dalam Proses ProduksiProses produksi dalam industri penerbitan melibatkan beberapa industri pendukung seperti industriinformasi dan teknologi, industri pengolahan bahan, dan industri desain. Tidak jarang pula hasil tulisan dilanjutkan dengan melibatkan industri kreatif lainnya, seperti film, mode, musik, dan produksi alih media.Selanjutnya, pada kegiatan promosi, industri penerbitan tentunya melibatkan industri media komunikasi khususnya publikasi seperti televisi dan radio, industri periklanan, dan event organizer.

Proses produksi pada industri penerbitan didukung oleh keberadaan industri pengolahan bahan baku khususnya kertas dan tinta. Sampai saat ini, Indonesia merupakan pengelola industri kertas terbesar di Asia. Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap biaya produksi kertas untuk industri penerbitan. Perusahaan penerbit di Indonesia cenderung mengimpor kertas dan tinta

Page 63: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

46 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Gambar 2 - 6 Peta Industri Penerbitan

KOMERSIALISASI

KREASI DISTRIBUSI PENJUALAN

KREASI PRODUKSI DISTRIBUSI PENJUALAN

15 Subsektor Industri Kreatif

15 Subsektor Industri Kreatif

Penulis Konten

Penyunting

Layouter

Ilustrator

Disainer Grafis

Institusi Pendidikan

Jasa Pendidikan

15 Subsektor Industri Kreatif

Percetakan Supplier Mesin Percetakan

Jasa PerdaganganIndustri

Pengolahan Bahan Baku

Industri ICT

Jasa Transportasi dan

Pengangkutan Barang

Jasa Hiburan

Jasa Periklanan

Jasa Lainnya

Jasa Tempat Show

Jasa Penjualan

Jasa Fotografi

Industri Perhubungan

Supplier Tinta & Kertas

Agen Naskah

Penerbit Mandiri

Penerbit Major

Agen Distribusi

Toko Buku

Asosiasi

Komunitas

Media Daring

Penerbit

Penulis

Event Organizer

Toko Buku

Toko Buku Online

IND

UST

RI P

END

UK

UN

G(F

orw

ard

Link

age)

IND

UST

RI U

TAM

AIN

DU

STR

I PEN

DU

KU

NG

(Bac

kwar

d Li

nkag

e)

PRODUKSI

KONSUMEN KONSUMEN

Page 64: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

47BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

untuk memproduksi karya kreatif cetak. Hal ini berpengaruh terhadapharga karya kreatif cetak penerbitan yang tinggi.

Pelaku Industri dalam Proses DistribusiProses distribusi pada industri penerbitan didukung oleh keberadaan industri perhubungan. Hal terpenting dalam proses ini adalah permasalahan pendistribusian barang yang melibatkan usaha jasa transportasi dan pengangkutan barang dan amat berpengaruh pada harga jual produk buku. Di sisi lain, kemajuan teknologi informasi dan internet telah membuat perubahan dalam jalur distribusi konten kreatif digital sehingga konsumen dapat langsung mengakses karya kreatif tanpa perantara.

Pelaku Industri dalam Proses PenjualanKegiatan penjualan produk buku terutama disokong oleh industri perdagangankarena aktor-aktor yang berperan merupakan bagian dari industri perdagangan dan usaha kecil menengah seperti agen dan toko buku. Selain itu, proses penjualan juga dilakukan secara langsung melalui kegiatan festival buku, lokakarya, serta melalui internet.

2.2.2 Ruang Lingkup Industri PenerbitanBerdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009 Bidang Ekonomi Kreatif, Pengertian Penerbitan adalah kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Kelompok ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, paspor, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya, serta penerbitanfoto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi karya cetak, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikrofilm.

Industri penerbitan mencakup perolehan hak cipta untuk isinya (produk informasi) dan membuat isinya tersedia ke masyarakat umum melalui reproduksi dan distribusi dalam berbagai bentuk. Percetakan meliputi kegiatan kreatif meliputi penerbit buku dan koran, jurnal dan buletin, agen berita, serta jasa dan kegiatan lainnya. Hal ini sejalan dengan perkembangan dan pergeseran makna definisi penerbitan menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009 yang mendefinisikan dan mengklasifikasikan kegiatan penerbitan menjadi tiga bagian berdasarkan pada tujuan utama masing masing.

Dalam perubahan KBLI tahun 2005-2009, diungkapkan bahwa yang merupakan bagian dari kategori industri penerbitan adalah penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita. Maka, menurut KBLI, ruang lingkup industri penerbitan dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Industri PercetakanIndustri percetakan terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

1. Industri Pencetakan Umum (18111): Kelompok ini mencakup kegiatan industri percetakan surat kabar, majalah dan periodik lainnya, jurnal, pamflet, buku dan brosur, naskah musik, peta, atlas, poster, katalog periklanan, prospektus dan iklan cetak lainnya, perangko pos, perangko perpajakan, dokumen, cek dan kertas rahasia lainnya, buku harian, kalender, formulir bisnis dan barang-barang cetakan komersial lainnya, kertas surat atau alat tulis

Page 65: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

48 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

pribadi dan barang-barang cetakan lainnya hasil mesin cetak, offset, klise foto, fleksografi dan sejenisnya, mesin pengganda, printer komputer, huruf timbul dan sebagainya, termasuk alat cetak cepat; pencetakan langsung ke bahan tekstil, plastik, kaca, logam, kayu dan keramik, kecuali pencetakan tabir sutera pada kain dan pakaian jadi; dan pencetakan pada label atau tanda pengenal (litografi, pencetakan tulisan di makam, pencetakan fleksografi dan sebagainya). Termasuk pula mencetak ulang melalui komputer, mesin stensil dan sejenisnya, misal kegiatan fotokopi atau thermocopy. Barang cetakan ini biasanya merupakan barang dengan hak cipta.

2. Industri Pencetakan Khusus (18112): Kelompok ini mencakup industri pencetakan Perangko, Materai, Uang Kertas,Blangko Cek, Giro, Surat Andil, Obligasi Surat Saham, Surat Berharga Lainnya,Paspor, Tiket Pesawat Terbang, dan cetakan khusus lainnya.

3. Jasa Penunjang Pencetakan (18120): Kelompok ini mencakup usaha penjilidan lembar cetakan, misalnya menjadi buku, brosur, majalah, katalog, dan sebagainya, dengan melipat, memasang, menjahit, merekatkan, menyatukan, penjilidan dengan perekat, perapihan dan gold stamping; produksi tipografi terkomposisi (composed type), pelat atau silinder, penjilidan buku; komposisi, pemasangan huruf, pemasangan foto, input data mencakup pemindaian dan pengenalan karakter atau huruf optik, penyusunan elektronik; pembuatan gambar, mencakup pemasangan citra atau gambar (untuk proses pencetakan mesin cetak dan offset); pengukiran atau sketsa silinder untuk grafir; proses pembuatan gambar langsung di atas pelat (temasuk pelat fotopolimer); pembuatan gambar untuk pencetakan dan pengecapan relief; pembuatan cetakan untuk percobaan; pekerjaan artistik mencakup penyiapan batu lito dan balok kayu (produksi batu litografik, untuk digunakan dalam kegiatan percetakan di unit lain); pembuatan barang reprografi; desain barang cetakan seperti sketsa, tata letak, barang contoh dan sebagainya; dan kegiatan grafis lainnya seperti die-sinking dan die-stamping, penggandaan huruf Braille, pemukulan dan pengeboran, penyulaman timbul, pemvernisan dan pelapisan, penyisipan dan pelipatan.

B. Industri PerdaganganIndustri perdagangan terbagi menjadi sepuluh kelompok sebagai berikut:

1. Perdagangan Besar Piranti Lunak (46512): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar piranti lunak.

2. Perdagangan BesarPerlengkapan Elektronik (46521): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar katup dan tabung elektronik, peralatan semi konduktor, mikrochip dan IC dan PCB.

3. Perdagangan BesarDisket, Pita Audio, dan Video, CD dan DVD Kosong (46522): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar disket, pita audio dan pita video kosong, CD dan DVD kosong.

4. Perdagangan BesarPeralatan Telekomunikasi (46523): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar peralatan telekomunikasi, seperti perlengkapan telepon dan komunikasi.

5. Perdagangan Besar Mesin, Peralatan dan Perlengkapan Lainnya (46599): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar yang belum diklasifikasikan di tempat lain, seperti perdagangan besar furnitur kantor, kabel dan sakelar serta instalasi peralatan lain untuk keperluan industri, perkakas mesin dan berbagai jenis dan untuk berbagai bahan, perkakas mesin yang dikendalikan komputer dan peralatan dan perlengkapan pengukuran.

6. Perdagangan Besar Alat Laboratorium, Farmasi dan Kedokteran (46693): Kelompok

Page 66: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

49BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

ini mencakup usaha perdagangan besar alat laboratorium, farmasi dan kedokteran.7. Perdagangan Besar Berbagai Macam Barang (46900): Kelompok ini mencakup usaha

perdagangan besar dari berbagai macam barang yang tanpa mengkhususkan barang tertentu (tanpa ada kekhususan tertentu) yang belum tercakup dalam salah satu kelompok dalam golongan 461-466.

8. Perdagangan Eceran Peralatan Video Game dan Sejenisnya (47412): Kelompok ini mencakup perdagangan eceran peralatan video game.

9. Perdagangan Eceran Piranti Lunak (Software) (47413): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran khusus piranti lunak (software), seperti bermacam piranti lunak, termasuk piranti lunak untuk video game.

10. Perdagangan Eceran Alat Telekomunikasi (47414): Kelompok ini mencakup usaha perdagangan eceran alat telekomunikasi, seperti handphone, pesawat telepon dan perlengkapannya serta usaha jasa penjualan pulsa, baik berupa voucher maupun elektronik, termasuk pula jasa penjualan kartu perdana telepon selular.

C. Industri PenerbitanIndustri penerbitan terbagi menjadi lima kelompok sebagai berikut:

1. Penerbitan Buku (J 58110): Kelompok ini mencakup kegiatan penerbitan buku dalam bentuk cetakan, elektronik (CD, CD-ROM, DVD, dan lain-lain), audio, atau secara daring. Kegiatan usahanya meliputi penerbitan buku, brosur, selebaran, dan publikasi sejenis, termasuk penerbitan kamus dan ensiklopedia, penerbitan atlas, peta dan grafik, penerbitan buku dalam bentuk audio dan penerbitan ensiklopedia dan lain-lain dalam CD-ROM dan publikasi lainnya, termasuk penerbitan elektroniknya.

2. Penerbitan Buku Direktori dan Milis (J 58120): Kelompok ini mencakup penerbitan daftar informasi atau basis data. Penerbitan ini dapat dipublikasikan baik dalam bentuk elektronik atau cetak. Kegiatan usahanya meliputi penerbitan daftar alamat, penerbitan buku telepon, dan penerbitan direktori dan kompilasi lainnya, seperti perkara hukum, ikhtisar farmasi dan lain-lain.

3. Penerbitan Surat Kabar, Jurnal, Tabloid, dan Majalah (58130): Kelompok ini mencakup usaha penerbitan surat kabar dan surat kabar iklan,jurnal, buletin, majalah umum dan teknis, komik, termasuk penerbitan jadwalsiaran radio dan televisi, dan sebagainya. Informasi ini dapat dipublikasikan dalam bentuk elektronik maupun cetak, termasuk secara daring.

4. Penerbitan Lainnya (58190): Kelompok ini mencakup usaha penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi karya seni, dan material periklanan serta materi cetak lainnya, termasuk penerbitan statistik dan informasi lainnya secara daring dan rekaman mikrofilm.

5. Penerbitan Dalam Media Rekaman yaitu Penerbitan Musik dan Buku Musik (59202): Kelompok ini mencakup usaha penerbitan musik, seperti perolehan dan pencatatan hak cipta untuk gubahan musik, promosi, pengesahan dan penggunaan gubahan dalam perekaman, radio, televisi, film, pertunjukkan langsung, media cetak dan lainnya dan pendistribusian rekaman suara ke pedagang besar, eceran, atau langsung ke masyarakat, termasuk penerbitan buku musik dan buku lembaran musik.

D. Kegiatan Kantor BeritaKegiatan kantor berita terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

1. Kegiatan Kantor Berita oleh Pemerintah (63911): Kelompok ini mencakup kegiatan

Page 67: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

50 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

pemerintah dalam usaha mencari, mengumpulkan, mengolah dan mempublikasikan berita melalui media cetak maupun elektronik, dengan tujuan untuk menyampaikannya kepada masyarakat sebagai informasi. Contohnya adalah Kantor Berita Antara.

2. Kegiatan Kantor Berita oleh Swasta (63912): Kelompok ini mencakup usaha mengumpulkan dan menyebarluaskan berita melalui media cetak maupun elektronik dengan tujuan untuk menyampaikannya kepada masyarakat sebagai informasi yang dikelola oleh swasta.

3. Jurnalis Berita Independen (990005): Kelompok ini mencakup usaha mencari berita yang dilakukan oleh perseorangan sebagai bahan informasi.

2.2.3 Model Bisnis di Industri PenerbitanSecara umum, ada dua pendekatan yang dilakukan para aktor bisnis dalam industri penerbitan. Aktor-aktor bisnis konvensional cenderung menitikberatkan pada penghasilan dan penjualan buku baik cetak maupun daring. Sementara aktor-aktor bisnis yang lebih muda, pada umumnya komikus, lebih berfokus pada pengembangan konten HKI. Secara lebih rinci, perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:

A. Model Bisnis Penerbitan Penghasil Buku Model bisnis penerbitan cetak mengacu pada bisnis penerbitan yang memiliki tujuan untuk menciptakan dan mencetak konten berwujud buku maupun media berkala yang diterbitkan secara cetak maupun daring. Model bisnis ini meliputi semua rantai nilai, mulai dari proses ide, kreasi, produksi, distribusi dan penjualan. Monetisasi bisnis penerbitan cetak di Indonesia pada umumnya dibagi sebagai berikut:

• Penulis: 10% dari harga buku• Produksi: 20% dari harga buku• Penerbit: 15-20% dari harga buku• Distributor: 50-55% dari harga buku

Dari sini, dapat dilihat bahwa distributor mendapatkan porsi paling besar dari keuntungan penjualan buku. Hal ini menyebabkan minimnya alokasi dana untuk agen naskah dan berbagai keperluan penerbit seperti pemasaran dan sejenisnya. Pembagian ini terjadi karena kondisi monopolistik yang membuat distributor memiliki daya tawar yang amat tinggi sebagaimana akan kita bahas pada bab selanjutnya.

B. Model Bisnis Pengembang Konten terkait Hak Kekayaan IntelektualModel bisnis pengembang konten sangat erat kaitannya dengan pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau lebih tepatnya Hak Cipta sebuah karya kreatif penerbitan. Dalam proses pengelolaan HKI di Indonesia, penerbit sering menyalahartikan perannya dengan memfokuskan pada pemenuhan kuota penjualan judul-judul baru,bukan kepada pengelolaan HKI. Di negara-negara maju, HKI menjadi dasar pengelolaan hasil karya untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi karya-karya turunan. Hal inilah yang menjadikan model bisnis pengembang konten penerbitan muncul dan berkembang.

Model bisnis pengembang konten HKI adalah model bisnis yang memiliki tujuan untuk menciptakan konten yang dialihmediakan atau dalam bentuk karakter.Model bisnis ini sangat berkembang dewasa ini seiring perkembangan teknologi. Pada umumnya, cerita akan melahirkan

Page 68: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

51BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penerbitan Indonesia

ragam karakter yang dapat dikelola hak cipta-nya ataupun dialihmediakan seperti Harry Potter, X-Men, Doraemon dan lainnya. Bisnis ini seringkali berjalan secara berkebalikan dengan cara membentuk karakter konten terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan cerita yang mengikuti karakter tersebut.

Dalam bisnis pengembangan konten, media cetak bukan menjadi tujuan utama produksi.Prioritas utama lebih kepada penyebarluasan konten menggunakan media daring dan multimedia lainnya.Bisnis ini sangat diminati oleh komikus-komikus maupun penulis muda. Karena inti dari bisnis ini lebih kepada pengembangan konten, model bisnis ini tidak terlalu dibatasi pengeluaran sumber daya (manusia dan mesin) seperti bisnis penerbitan cetak.

Gambar 2 - 7 Usaha, Pengembangan, dan Derivatif Penerbitan

Sumber: IKAPI (2014)

Page 69: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

52 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019

Page 70: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

53BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

BAB 3 Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

Page 71: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

54 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Dalam perkembangannya, industri penerbitan selalu berubah mengikuti tantangan yang ada di lingkungannya. Permasalahan utama yang terjadi adalah bagaimana industri ini dapat tumbuh menjadi besar. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain, jumlah penerbitan buku di Indonesia berada di peringkat 18, masih jauh di bandingkan dengan Amerika Serikat yang berada pada peringkat pertama dengan 292.014 buku per tahun. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,jumlah penerbit yang ada di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea ataupun India. Hal ini berpengaruh terhadap jumlah produksi buku di Indonesia yang juga masih rendah, tidak sampai 18.000 judul buku per tahun, dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 40.000 buku pertahun, atau India pada 60.000 dan Cina pada 140.000 (Kompas, 2012).

Tabel 3 - 1 Produktivitas Penerbitan Buku Negara Asia/tahun

NEGARA PRODUKSI BUKU

Cina 140.000/tahun

India 60.000/tahun

Jepang 40.000/tahun

Vietnam 15.000/tahun

Indonesia 18.000/tahun

Sumber: IKAPI, 2012

Pertumbuhan industri penerbitan berkaitan dengan pengembangan teknologi pendukungnya. Kemajuan teknologi memiliki peran positif dan negatif dalam meningkatkan pertumbuhan industri penerbitan di dalam negeri.Pengaruh positifnya terutama berkaitan dengan penerbitan buku digital, seperti eBook store.Saat ini ada eBook store yang cukup aktif, yaitu Scoop (di bawah manajemen Gramedia), Gramediana (milik Gramedia), Lumos (milik Mizan) dan Wayang Force (milik Megindo).Tetapi, sayangnya, mesin percetakan berteknologi tinggi dan penjualan buku digital hanya dimiliki oleh perusahaan penerbitan dan percetakan besar, sehingga perusahaan penerbitan kecil menjadi terbatas geraknya dan kurang dapat berkembang.

Di Indonesia sendiri, masih banyak penerbit yang menggunakan cara konvensional untuk melakukan pencetakan. Hal ini membuktikan bahwa semakin majunya teknologi dan pendidikan tidak lantas otomatis membuat industri penerbitan tumbuh.

3.1 Kontribusi Ekonomi PenerbitanPerhitungan kontribusi ekonomi subsektor penerbitan terhadap perekonomian nasiona sangatlah penting untuk melihat posisi subsektor penerbitan dalam perekonomian nasional. Data kontribusi ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan pada tahun 2013. Perhitungan kontribusi ekonomi ini masih memiliki banyak kekurangan karena lingkup subsektor penerbitan berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) masih belum sesuai dengan ruang lingkup industri penerbitan yang masuk dalam subsektor ekonomi kreatif. Namun sebagai data awal, kontribusi ekonomi subsektor teknologi informasi dapat dilihat pada Tabel 3-1. Data ini tentunya perlu dievaluasi dan direvisi sesuai dengan konteks industri penerbitan yang merupakan bagian dari subsektor penerbitan.

Page 72: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

55BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

Tabel 3 - 2 Kontribusi Ekonomi Subsektor Penerbitan 2010-2013

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013 RATA-RATA

1 Berbasis Produk Domestik Bruto

a Nilai Tambah Subsektor (ADHB)*

Miliar Rupiah

40,226.96 43,757.01 47,896.67 52,037.56 45,979.55

b Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Ekonomi Kreatif (ADHB)*

Persen 8.50 8.30 8.28 8.11 8.30

c Kontribusi Nilai Tambah Subsektor Terhadap Total PDB (ADHB)*

Persen 0.62 0.59 0.58 0.57 0.59

d Pertumbuhan Nilai Tambah Subsektor (ADHK)**

Persen - 0.68 3.60 3.39 2.56

2 Berbasis Ketenagakerjaan 

a Jumlah Tenaga Kerja Subsektor

Orang 490,422 496,067 503,925 505,757 499,043

b Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenaga-kerjaan Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 4.27 4.25 4.27 4.26 4.26

c Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja terhadap Ketenaga-kerjaan Nasional

Persen 0.45 0.45 0.45 0.46 0.45

d Pertumbuhan Jumlah Tenaga Kerja Subsektor

Persen - 1.15 1.58 0.36 1.03

e Produktivitas Tenaga Kerja Subsektor

Ribu Rupiah/ Pekerja Per-tahun

82,025 88,208 95,047 102,890 92,042.66

Page 73: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

56 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013 RATA-RATA

3 Berbasis Aktivitas Perusahaan 

a Jumlah Perusahaan Subsektor

Peru-sahaan

54,492 55,035 55,232 55,396 55,039

b Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Jumlah Perusahaan Ekonomi Kreatif

Persen 1.04 1.03 1.02 1.02 1.03

c Kontribusi Jumlah Perusahaan terhadap Total Usaha

Persen 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10

d Pertumbuhan Jumlah Perusahaan

Persen - 1.00 0.36 0.30 0.55

e Nilai Ekspor Subsektor

Juta Rupiah

1,669,121.41 1,707,399.55 1,750,281.53 1,755,826.28 1,720,657.19

f Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Ekspor Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 1.73 1.62 1.59 1.48 1.60

g Kontribusi Ekspor Subsektor Terhadap Total Ekspor

Persen 0.11 0.09 0.09 0.08 0.09

h Pertumbuhan Ekspor Subsektor

Persen - 2.29 2.51 0.32 1.71

4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga 

a Nilai Konsumsi Rumah Tangga Subsektor

Juta Rupiah

30,266,172.00 31,648,560.35 33,538,099.71 36,117,970.86 32,892,700.73

b Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Subsektor terhadap Konsumsi Sektor Ekonomi Kreatif

Persen 4.71 4.47 4.29 4.17 4.41

Page 74: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

57BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

““

INDIKATOR SATUAN 2010 2011 2012 2013 RATA-RATA

c Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap Total Konsumsi Rumah Tangga

Persen 0.83 0.78 0.75 0.72 0.77

d Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Persen - 4.57 5.97 7.69 6.08

*ADHB = Atas Dasar Harga Berlaku **ADHK = Atas Dasar Harga Konstan

Sumber: Badan Pusat Statistik (2013), diolah

Jumlah penerbit yang ada di Indonesia masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara seperti Jepang, Korea ataupun India, yang berpengaruh terhadap rendahnya jumlah produksi buku per tahun yang tidak sampai 18.000 judul buku, dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 40.000 buku, atau India pada 60.000 dan Cina pada 140.000

Page 75: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

58 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

3.1.1 Berbasis Produk Domestik Bruto (PDB)

Gambar 3 - 1 Kontribusi terhadap total produk domestik bruto industri kreatif (2013)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Gambar 3.1, dapat dilihat bahwa industri penerbitan memberikan kontribusi 8% terhadap total produk domestik bruto industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan NTB industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 5,2% dan 6,1%. Nilai tambah bruto pada tahun 2013 sendiri bernilai Rp52 triliun dengan rata-rata pertumbuhan nilai tambah bruto sebesar 2,5% untuk periode 2011-2013.

Page 76: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

59BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

3.1.2 Berbasis Ketenagakerjaan

Gambar 3 - 2 Kontribusi terhadap total tenaga kerja industri kreatif (2013)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Gambar 3.2, dapat dilihat bahwa industripenerbitan memberikan kontribusi 4,26% terhadap total tenaga kerja industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan tenaga kerja industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 1,09% dan 0,79%. Nilai tersebut didapatkan dari 505.757 tenaga kerja pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 1,03% untuk periode 2011-2013.

Page 77: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

60 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

3.1.3 Berbasis Aktivitas Perusahaan

Gambar 3 - 3 Kontribusi terhadap total unit usaha bruto industri kreatif (2013)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Gambar 3.3, dapat dilihat bahwa industri penerbitan memberikan kontribusi 1,02% terhadap total unit usaha industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan unit usaha industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 0,98% dan 1,05%. Nilai tersebut didapatkan dari 55.396 unit usaha pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan tenaga kerja sebesar 0,55% untuk periode 2011-2013.

Page 78: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

61BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

3.1.4 Berbasis Konsumsi Rumah Tangga

Gambar 3 - 4 Kontribusi terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif (2013)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Gambar 3.4, dapat dilihat bahwa industri penerbitan memberikan kontribusi 4,17% terhadap total konsumsi rumah tangga industri kreatif. Rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan adalah 10,5% dan 11,15%. Nilai konsumsi rumah tangga pada tahun 2013 sendiri bernilai Rp 36 triliun dengan rata-rata pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 6,07% untuk periode 2011-2013.

Page 79: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

62 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

3.1.5 Berbasis Nilai Ekspor

Gambar 3 - 5 Pertumbuhan ekspor 2010-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Gambar 3-5, dapat dilihat bahwa industri penerbitan memberikan kontribusi 1,48% terhadap total nilai ekspor industri kreatif. Nilai ekspor pada tahun 2013 sendiri bernilai Rp 1,7 Miliar dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,14% untuk periode 2010-2013.

Page 80: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

63BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

3.2 Kebijakan Pengembangan PenerbitanTabel 3-3 berikut merupakan analisis evaluatif terhadap kebijakan yang terkait dengan Penerbitan, baik dari sisi Penerbitan dan Percetakan sebagai industri maupun dari sisi pendidikan yang terkait dengan dunia penerbitan.

Tabel 3 - 3 Pemetaan kebijakan

KEBIJAKANUNDANG-UNDANG, PERATURAN, DAN

KEBIJAKAN YANG BERLAKUANALISIS

Keterbukaan Informasi

• UU 40/1999 tentang pers• UU 32/2002 tentang penyiaran• UU No 14/2008 tentang keterbukaan

informasi publik

Hak Cipta(LIPI, 2004)

• UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Pendaftaran hak cipta atas suatu produk masih memakan waktu terlalu lama.

Kebijakan Plagiarisme

• Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiarisme di Perguruan Tinggi

Kebijakan plagiarisme yang ada belum mengatur secara spesifik mengenai plagiarisme karya kreatif penerbitan

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI)

• Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia tahun 2009

• Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia Bidang Ekonomi Kreatif

Klasifikasi dari KBLI ini masih terlalu besar berikaitan dengan subsektor Kebanyakan klasifikasi dalam KBLI masihtumpang tindih dengan subsektor lainnya, seperti musik, video, IT, dll. Oleh karena itu diperlukan pengklasifikasian KBLI khusus penerbitan dan percetakan yang lebih mendetil.

Regulasi Terkait PenerbitanIndustri penerbitan di Indonesia telah mengalami pasang surut. Perubahan dinamika dalam kebijakan pendidikan dan perkembangan informasi dan teknologi sangat berpengaruh dalam keberlangsungan subsektor ini. Upaya pemerintah sampai saat ini dinilai kurang terfokus untuk membangun industri penerbitan. Terutama, diperlukan pengkajian lebih mendalam mengenai kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

1. Kebijakan Plagiarisme. Pembajakan tumbuh subur di Indonesia, melihat dari banyaknya karya tulis mahasiswa yang menjiplak karya orang lain serta banyaknya buku-buku bajakan yang dijual di kaki lima. Oleh karena peran kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam memberantas pembajakan sangat diperlukan untuk keberlangsungan industri ini.

2. Kebijakan Jalur Distribusi Alternatif. Struktur distribusi yang kurang efisien menyebabkan buku-buku yang dijual di daerah pelosok menjadi lebih mahal dibandingkan dengan kota-kota besar di pulau Jawa, berbanding terbalik dengan struktur daya beli masyarakatnya. Hal ini menyebabkan minat beli masyarakat daerah pun menjadi kecil. Oleh karena itu diperlukan kebijakan mengenai distribusi industri perbukuan sehingga produk buku dapat dikonsumsi secara nasional dengan harga yang lebih adil dan sesuai dengan daya beli masyarakatnya.

Page 81: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

64 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

3.3 Struktur Pasar PenerbitanMenurut data IKAPI, pada tahun 2013 terdapat 1.219 penerbit yang terdaftar sebagai anggotanya.Di antara penerbit itu, 800 tercatat sebagai penerbit aktif.Keseluruhan penerbit adalah penerbit swasta, dan hanya satu penerbit yang tercatat sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yaitu Balai Pustaka. Kategorisasi penerbit di Indonesia terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

• Self Publisher: Penerbit yang memfasilitasi penulis untuk menerbitkan naskahnya sendiri, tanpa bergantung ketentuan kuota judul maupun penjualan per tahun

• Small Publisher: Penerbit skala kecil dengan jumlah terbitan judul kurang dari 10 pertahun• Medium Publisher: Penerbit skala menegah dengan jumlah terbitan judul 10-50 pertahun• Major Publisher: Penerbit skala besar dengan jumlah terbitan lebih dari 50 judul per tahun

Gambar 3 - 6 Jumlah Penerbit yang Menjadi Anggota IKAPI s/d 2013

Sumber: IKAPI (2014)

Pada umumnya, penerbit mempunyai ukuran yang relatif sama. Hal ini berarti produksi dari setiap penerbit jumlahnya relatif kecil dibandingkan dengan jumlah produksi yang beredar di keseluruhan pasar. Walaupun demikian, saat ini pasar masih di kuasai oleh penerbit-penerbit besar yang terpusat di kota-kota besar di Indonesia (Gambar 3-6). Persaingan monopolistik semacam ini menyebabkan penerbit-penerbit besar mempunyai daya tawar yang begitu tinggi dalam mempromosikan produk serta menetapkan harga dan struktur laba dalam penjualan produk penerbit, sehingga dirasa kurang adil bagi beberapa pihak.

3.4 Daya Saing PenerbitanBerdasarkan matriks daya saing, Penerbitan Indonesia memiliki nilai rata-rata 4,3. Potensi terbesar dariindustri penerbitan berada pada sumber daya kreatif yang memiliki nilai diatas rata-rata, yaitu 4,9. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah orang/wirausaha/usaha kreatif dan karya-karya kreatif milik Indonesia yang telah disebarluaskan.

Page 82: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

65BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

Tinggi-rendahnya potensi sumber daya kreatif sangat dipengaruhi oleh nilai sumber daya pendukung dan kelembagaan. Bila dilihat dari matriks,sumber daya pendukung memiliki potensi cukup strategis untuk meningkatkan kreasi dan produktivitasindustri penerbitan. Alih-alih, sebagai salah satu pemilik hutan terbesar, Indonesia berpotensi untuk memproduksi kertas secara mandiri sehingga mampu menekan biaya produksi karya kreatif.Selain itu, keragaman budaya yang ada Indonesia berpotensi untuk mengembangkan konten dari karya kreatif yang memiliki nilai budaya bangsa sehingga memiliki nilai keunikan yang tinggi.

Sayangnya, dalam perkembangan daya saingnya, nilai kelembagaan penerbitan Indonesia masih sangat rendah, berada pada nilai 4,0. Hal ini dapat dilihat dari regulasi dan apresiasi yang masih sangat kurang dalam mendukung kinerja sumber daya kreatif. Struktur distribusi yang kurang efisien, ketidakstabilan bahan baku kertas dan tinta, dan rentannya pembajakan terhadap karya-karya kreatif penerbitan semua berkontribusi pada nilai rendah ini. Oleh karena itu, diperlukan intervensi dalam pilar kelembagaan untuk meningkatkan daya saing penerbitan.

Matriks daya saing menunjukkan nilai terendah pada pilar pembiayaan, yaitu 3,0. Beratnya biaya produksi dalam pembuatan karya kreatif, khususnya cetak, sangat tinggi, sehingga alokasi dana untuk kegiatan pemasaran sangat terbatas dan cenderung tidak dapat dilakukan oleh penerbit.Sampai saat ini, belum ada sumber atau alternatif lembaga yang memberikan informasi dan dukungan mengenai pembiayaan. Oleh karena itu, diperlukan intervensi dalam pilar pembiayaan yang akan meningkatkan daya saing industri melalui kegiatan pemasaran yang aktif.

3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan PenerbitanPertumbuhan ekonomi kreatif sangat penting untuk meningkatkan perekonomian nasional dan persaingan global.Ekonomi kreatif berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual, dan merupakan harapan bagi ekonomi Indonesia untuk tumbuh. Berdasarkan rata-rata pertumbuhan PDB tahunan periode 2002-2006,

Gambar 3 - 7 Daya Saing Penerbitan

Page 83: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

66 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

industri kreatif memiliki rata-rata pertumbuhan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,76%. Sedangkan pertumbuhan ekspor industri kreatif tahun 2013 mencapai 119,7 T, meningkat 8% dari tahun 2012 (Merdeka, 2014). Salah satu subsektor potensial dalam industri kreatif adalah penerbitan. Berdasarkan data yang didapat,industripenerbitan termasuk salah satu yang mendominasi industri kreatif. Hal ini dilihat dari peningkatansebesar 4,7% tahun 2011 menjadi 4,86% tahun 2012. Kedua hal ini membuktikan bahwa industri penerbitan berpotensi untuk bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global.

Industri penerbitan dan percetakan memiliki posisi yang sangat fundamental, karena industri inilah yang paling bertahan lama dan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Saat iniindustri penerbitan mengalami perkembangan yang pesat. Dengan luas wilayah 1.910.931 km2 dan besar populasi sebanyak 244,2 juta yang 93,4% penduduknya telah melek huruf.

Tabel 3 - 4 Potensi Industri Penerbitan pada Tahun 2012

Luas 1.910.931 km2

Populasi 244,2 juta

Pertumbuhan Populasi 1,31%

Angka Melek Huruf 93,4%

Pengguna Internet 71,19 Juta

Produk Domestik Bruto $878 Milliar

PDB/kapita $3,556.79

Pertumbuhan Ekonomi 6,2%

Angka Pengangguran 6,1%

Sumber: IKAPI (2014)

Dalam perkembangan penerbitan di Indonesia terdapat 1126 Penerbit yang terdaftar di Pulau Jawa sebanyak 1004, berarti sebanyak 122 penerbit tersebar di luar pulau Jawa. Lain dari pada itu penerbit yang ada 60% menerbitan buku teks dan hanya 40% buku umum. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa dalam penerbitan Indonesia mayoritas masyarakat mengkonsumsi buku teks untuk keperluan pendidikan. PT.Gramedia sendiri, selaku penerbit dan distributor buku terbesar menerbitkan 2300 judul perbulannya di tahun 2011. Selain itu terdapat beberapa lembaga yang tidak terdeteksi menerbitkan buku seperti lembaga pemerintah, perusahaan swasta/BUMN, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Self Publisher, komunitas hobi dan Lembaga lainnya. Bila dilihat demikian potensi pengembangan buku memiliki pasar yang sangat besar dan masyarakat memiliki beragam pilihan, sehingga persaingan menjadi ketat.

Pasar penerbitan buku di Indonesia tumbuh sebanyak 6% pertahun (IKAPI, 2014) antara tahun 2007-2012. Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di Indonesia, perkembangan pesat di kelas menengah dan meningkatnya kesadaran akan pendidikan. Pada tahun 2013, ada 33.199.557 eksemplar buku terjual di Indonesia dimana peringkat pertama penjualan dikuasai oleh penjualan buku anak sebanyak 10,9 Juta eksemplar (Tabel.12). Oleh karena itu bila dibandingkan dengan total populasi sebesar 244 juta,2 Juta Jiwa maka produksi buku di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi maju.

Page 84: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

67BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

Tabel 3 - 5 10 Buku Terlaris di Indonesia

1 Anak 10,9 Juta

2 Religi 3,7 Juta

3 Sastra/Fiksi 3,6 Juta

4 Sekolah 3,5 Juta

5 Referensi/Kamus 2 Juta

6 Bisnis/Ekonomi 1 Juta

7 Pengembangan Diri 900 Ribu

8 Ilmu Sosial 800 Ribu

9 Masakan 700 Ribu

10 Komputer 700 Ribu

Sumber: IKAPI, 2013

Permasalahan utama yang di hadapi penerbitan Indonesia adalah keberlangsungan penerbitan cetak. Berkembangnya teknologi digital dan internet membuat beberapa penerbitan cetak lokal Indonesia mengalami kebangkrutan. Tetapi hal ini juga dapat dilihat sebagai tantangan untuk menciptakan bisnis model baru pada industri penerbitan. Selanjutnya, akan kita lihat secara mendetil berbagai potensi dan permasalahan industri penerbitan dalam matriks di bawah

Tabel 3 - 6 Potensi dan Permasalahan Penerbitan

POTENSI (Peluang dan kekuatan)

PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)

SUMBER DAYA KREATIF

1 Tersedianya pendidikan non-formal yang dilakukan lembaga atau komunitasberkaitan dengan creative writing, design, tata letak, dll.

1 Masih mahalnya biaya pendidikan non-formal untuk melatih keahlian orang kreatif penerbitan

2 Semua tingkat dan jalur pendidikan dari TK sampai perguruan tingggi mengajarkan anak untuk menggali imajinasi, menggambar, menulis danmenganalisa

2 Institusi pendidikan memperbolehkan siswa dan pengajar untuk menggunaan buku-buku bajakan di dalam proses belajar mengajar

3 Tersedianya orang kreatif yang memiliki minat menulis

3 Masih jarangnya institusi pendidikan yang membuat ekstrakulikuler untuk melatih cara menulis dan membaca siswa

4 Sudah adanya penulis-penulis Indonesia yang diakui karyanya di Internasional ( Go-Internasional)

4 Mundurnya penggunaan bahasa penulisan karya kreatif menggunakan bahasa baku (KBBI)

Page 85: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

68 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

POTENSI (Peluang dan kekuatan)

PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)

      

      

5 Masih jarangnya pelaku kreatif penerbitan yang memiliki link and match dunia pendidikan dan dunia usaha

6 Belum terhubungnya dunia pendidikan dengan dunia usaha penerbitan

7 Belum banyaknya beasiswa yang mendukung kreativitas penulis /orang kreatif penerbitan

8 Hilangnya kualitas gaya dan kemampuan penulis ataupun penyunting

9 Rendahnya pemahaman penulis dalam pengelolaan Hak Kekayaan Intelektual yang masih rendah

10 Kesejahteraan tenaga kerja penerbitan dan percetakan yang masih rendah

SUMBER DAYA PENDUKUNG

1 Penggunaan kertas-kertas daur ulang untuk pencetakan karya tulis

1 Masih rendahnya pengarsipan terhadap karya-karya budaya bangsa.

2 Tersedia banyak sumber daya budaya yang dapat menjadi identitas Penerbitan dan Percetakan Indonesia.

2 Kurangnya penelitian terkait sumber daya pembuatan kertas produksi dalam negeri. Kertas masih impor

3 Karya kreatif yang bernilai budaya Indonesia

3 Invasi budaya-budaya negara lain seperti korea, jepang yang lebihdiminati pembaca

4 Penggunaan karya-karya penerbitan untuk pengembangan karya subsektor ekonomi kreatif lainnya 

4 Karya-karya budaya / sastra/ sejarah yang kurang peminat atau mulai ditinggalkan pembaca(terancam punah)

5 Kurangnya penelitian terkait sumber daya budaya oleh peneliti Indonesia

INDUSTRI

1 Tersedianya wirausaha kreatiflokal yang banyak

1 Masih rendahnya wirausaha kreatiflokal yang menembus pasar internasional

2 Jumlah usaha penerbitan cetak sudah banyak

2 Masih rendahnya jejaring dan kerjasama di tingkat lokal, nasional maupun global

3 Tumbuh dan berkembangnya model bisnis baru seperti pengembangan konten, self publisher dan digital publisher

3 Kesiapan industri untuk memenuhi permintaan pasar masih kurang

4 Sudah ada beberapa usaha kreatif yang mengembangkan karya kreatif untuk alih media oleh industri kreatif lain seperti film, seni pertunjukan, animasi dll

4 Pemahaman penulis dan penerbit dalam pengelolaan Hak Cipta yang masih rendah

5 Tumbuh dan berkembangnya self publisher 5 Penyebaran usaha kreatif belum merata di seluruh Indonesia (penerbit terpusat di kota besar)

Page 86: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

69BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

POTENSI (Peluang dan kekuatan)

PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)

6 Kualitas dan keragaman beberapa karya kreatif hasil Penerbitan dan Percetakan Indonesia sudah diakui oleh pasar internasional.

6 Belum adanya pemetaan tentang penerbit mandiri dan penerbit digital yang berkembang saat ini

7     

Terdapat karya-karya tulis Penerbitan dan Percetakan produknya sudah dipasarkan ke luar negeri seperti pesona edu, gagas media dll.     

7 Masih kurangnya kesempatan alih media terhadap karya-karya tulis Indonesia

8 Monetisasi yang merugikan penulis dan penerbit

9 Perusahaan Penerbitan dan Percetakan lokal masih susah bersaing dengan internasional di negeri sendiri

10 Kesiapan industri untuk memenuhi permintaan pasar masih kurang

11 Serapan industri terhadap hasil-hasil kompetisi rendah

12 Kualitas karya kreatif penulisan Indonesia masih rendah

PEMBIAYAAN

1 Penyewaan lisensi asing untuk pasar global   

1 Belum adanya alternatif pembiayaan terkait pengembangan bisnis baru dalam industri penerbitan dan percetakan. Khususnya karya penulisan seperti sastra / sejarah yang kurang diminati pasar

2 Tidak adanya informasi terkait sumber pembiayaan untuk produksi penerbitan dan percetakan

3 Pembajakan karya tulis

4 Pembajakan karya tulis

PEMASARAN

1 Besarnya potensi perkembangan produk penerbitan lokal

1 Adanya kesepakatan pasar bebas pada tahun 2015, sementara Indonesia belum siap untuk menghadapi hal tersebut.

2 Potensi pasar domestik(pasar pemerintah dan pasar swasta) dan pasar internasional

2 Karya-karya tulis/komik (produk) internasional yang lebih diminati masyarakat

3 Pertumbuhan konsumsi Indonesia bertambah sehingga dapat menambah peluang bagi Penerbitan dan Percetakan untuk memasarkan produknya

3 Penyediaan ruang promosi dan pameran nasional dan internasional yang masih sangat mahal

4 Besarnya potensi penggunaan produk-produk penerbitan padasemua sektor seperti : pendidikan,komunikasi, kesehatan,ekonomi kreatif, dan pariwisata

4 Belum banyaknya pameran yang diadakan di tingkat internasional

Page 87: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

70 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

POTENSI (Peluang dan kekuatan)

PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)

5 Adanya media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram untuk membantu perluasan pasar hingga internasional

5 Belum banyaknya pameran yang diadakan di tingkat internasional

INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI

1 Banyaknya jumlah Perpustakaan yang perlu direvitalisasi berbasis kemajuan

1 Pengangkutan / distribusi yang memakan waktu tidak singkat ke daerah pelosok

2 Perkembangan teknologi internet memunculkan pengembangan model bisnis baru, konten penulisan untuk alih media, kemudahan informasi dan publikas karya

2 Mesin-mesin teknologi tinggi untuk pencetakan yang masih mahal

Berkembangnya teknologi digital dan multimedia membuat proses kreasi Penerbitan dan Percetakan lebih mudah dan cepat

3 Teknologi mengganggu kestabilan karya kreatif cetak penerbitan dan percetakan

4 Teknologi mengganggu kestabilan karya kreatif cetak penerbitan dan percetakan

KELEMBAGAAN

1 Sudah ada regulasi terkait kebebasan informasi danperpajakan produk penerbitan yang berkaitan dengan pendidikan

1 Belum adanya regulasi terkait penciptaan nilai kreatif (creative chain) dan penataan industri kreatif dan industri pendukung penciptaan nilai kreatif (backward and forward linkage)

2 RUU Perbukuan yang sedang diajukan IKAPI 2 Belum adanya kebijakan terkait perluasan karya ekspor Penerbitan dan Percetakan

3 Adanya insentif keringanan pajak untuk pelaku penerbitan buku/produk pendidikan

3 Belum adanya regulasi terkaitpengembangan dan penyediaan teknologi dan infrastruktur pendukung industri kreatif, terutama distribusi produk Penerbitan dan Percetakan di Indonesia

4 Sudah ada regulasi terkait HAKI bagi karya Penerbitan dan Percetakan.

4 Belum adanya ketegasan sanksi plagiarisme terhadap karya kreatif Penerbitan dan Percetakaner di Indonesia Permasalahan HAKI

5 Kerjasama pemangku kepentingan dalam membangun even-event internasional

5 Potensi komunitas terkait industri penerbitan yang tersebar dan tidak terdata

6 Eksistensi komunitas-komunitas berkaitan dengan industri penerbitan dan percetakan yang banyak dan merata

6 Tempat umum yang masih jarang dalammerepresentasikan karya Penerbitan dan Percetakan Indonesia

7 Berkerjasama dan bermitra dengan komunitas-komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia

7 Belum adanya peningkatan diplomasi secara bilateral, regional dan multirateral mengenai karya-karya penerbitan Indonesia

Page 88: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

71BAB 3: Kondisi Umum Penerbitan di Indonesia

POTENSI (Peluang dan kekuatan)

PERMASALAHAN (tantangan, hambatan, kelemahan, ancaman)

8      

Sudah ada beberapa program untuk mengembangkan unit usaha Penerbitan dan Percetakan dari pemerintah      

8 Kurangnya apresiasi/ penghargaan terhadap karya kreatif penerbitan dan percetakan

9 Kurangnya literasi masyarakat terhadap orang/karya/wirausaha/usaha kreatif lokal dan konsumsi karya kreatif lokal

10 Masih rendahnyaminat baca masyarakat

11 Belum adanya lembaga kritik, komite ataupun dewan buku yang berstandar sehingga karya penulis indonesia menjadi tidak berkualitas

12 Pembajakan karya kreatif yang cukup banyak

13 Masih rendahnya akses dan distribusi terhadap informasi/pengetahuan terhadap sumber daya alam dan sumber daya budaya lokal

14 Kurangnya apresiasi masyarakat untuk mendukung produk penerbitan nasional

Page 89: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

72 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019

Page 90: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

73BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

BAB 4 Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

Page 91: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

74 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

“ “4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019Arahan RPJPN 2005-2025, pembangunan nasional tahap ketiga (2015-2019) adalah ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat.

Pembangunan periode 2015-2019 tetap perlu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi haruslah inklusif dan berkelanjutan, yaitu meminimasi permasalahan sosial dan lingkungan. Pembangunan inklusif dilakukan terutama untuk mengurangi kemiskinan, ketimpangan antar penduduk dan ketimpangan kewilayahan antara Jawa dan luar Jawa, kawasan barat dan kawasan timur, serta antara kota-kota dan kota-desa. Pembangunan berkelanjutan dilakukan untuk memberikan jaminan keberlanjutan manfaat yang bisa dirasakan generasi mendatang dengan memperbaiki kualitas lingkungan (sustainable).

Tema pembangunan dalam RPJMN 2015- 2019 adalah pembangunan yang kuat, inklusif dan berkelanjutan. Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam lima tahun mendatang, maka fokus perhatian pembangunan nasional adalah:

1. Merealisasikan potensi ekonomi Indonesia  yang besar menjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yang menghasilkan lapangan kerja yang layak (decent jobs) dan mengurangi kemiskinan yang didukung oleh struktur dan  ketahanan ekonomi yang kuat.

2. Membuat pembangunan dapat dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia  di berbagai wilayah Indonesia secara adil dan merata.

3. Menjadikan Indonesia yang bersih dari korupsi dan memiliki tata kelola pemerintah dan perusahaan yang benar dan baik.

4. Menjadikan Indonesia indah yang lebih asri, lebih lestari.

Dalam rancangan teknokratik RPJMN 2015-2019 terdapat enam agenda pembangunan nasional, yaitu: (1) Pembangunan Ekonomi; (2) Pembangunan Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana (3) Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, dan Keamanan; (4) Pembangunan Kesejahteraan Rakyat; (5) Pembangunan Wilayah; dan (6) Pembangunan Kelautan. Pembangunan ekonomi kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

Pembangunan Ekonomi Kreatif pada lima tahun mendatang ditujukan untuk memantapkan pengembangan ekonomi kreatif dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.

Page 92: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

75BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

Memantapkan pengembangan ekonomi kreatif yang dimaksud adalah memperkuat landasan kelembagaan untuk mewujudkan lingkungan yang kondusif yang mengarusutamakan kreativitas dalam pembangunan dengan melibatkan seluruh pemangku kebijakan. Landasan yang kuat akan menjadi dasar untuk mewujudkan daya saing nasional dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kreativitas serta kedinamisan masyarakat untuk berinovasi, dan menciptakan solusi atas permasalahan dan tantangan yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber daya lokal untuk menciptakan industri kreatif yang berdaya saing, beragam, dan berkelanjutan.

Secara strategis  pengembangan ekonomi kreatif tahun 2015-2019 bertujuan untuk menciptakan ekonomi kreatif yang berdaya saing global. Tujuan ini akan dicapai antara lain melalui peningkatan kuantitas dan kualitas orang kreatif lokal yang didukung oleh lembaga pendidikan yang sesuai dan berkualitas, peningkatan kualitas pengembangan dan pemanfaatan bahan baku lokal yang ramah lingkungan dan kompetitif, industri kreatif yang bertumbuh, akses dan skema pembiayaan yang sesuai bagi wirausaha kreatif lokal, pasar yang makin beragam dan pangsa pasar yang makin besar, peningkatan akses terhadap teknologi yang sesuai dan kompetitif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan peningkatan apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif lokal.

Sejalan dengan tujuan pengembangan ekonomi kreatif 2015-2019, pengembangan penerbitan sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif juga diarahkan untuk membangun landasan yang kuat agar mampu memberdayakan seluruh potensi dan pengetahuan yang dimiliki oleh semua sumber daya manusia di penerbitan sehingga tercipta profesionalisme-yang diperlukan untuk membentuk mekanisme yang dapat mendukung terbentuknya industri penerbitan sehingga mampu untuk terus menghadirkan karya-karya berkualitas dan menginspirasi kehidupan bermasyarakat di Indonesia sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Pengembangan penerbitan dalam lima tahun mendatang dilakukan melalui: Penciptaan sumber daya manusia kreatif penerbitan yang berkualitas dan berdayasaing; Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang mendukung penerbitan secara berkelanjutan; Pengembangan wirausaha, usaha, dan karya kreatif penerbitan yang merata dan berdaya saing; Penciptaan pembiayaan, kemudahan akses dan kompetitif bagi usaha, wirausaha dan orang kreatif penerbitan; Perluasan pasar penerbitan di dalam dan luar negeri yang berkelanjutan; Penyediaan infrastruktur logistik dan teknologi pendukung industri penerbitan yang tepat guna, mudah diakses dan kompetitif; dan Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas untuk pengembangan ekonomi kreatif penerbitan.

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan PenerbitanVisi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis pengembangan seni pertunjukan pada periode 2015-2019 yang menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Secara umum, kerangka strategis pengembangan penerbitan pada periode 2015-2019 dapat dilihat pada Tabel 4-1.

Page 93: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

76 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Tabel 4 - 1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Penerbitan 2015-2019

VIS

I “Penerbitan Indonesia yang bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan”

MIS

I

Mengembangkan sumberdaya lokal kreatif bagi penerbitan Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing

Mengembangkan penerbitan Indonesia yang tumbuh merata, berdaya saing dan berkelanjutan

Mengembangkan lingkungan penerbitan Indonesia yang mengarusutamaan kreativitas dan kondusif dalam pembangunan nasional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan

TU

JUA

N

1 Penciptaan sumber daya manusia kreatif penerbitan yang berkualitas dan berdaya saing

3 Pertumbuhan wirausaha, usaha dan karya kreatif penerbitan yang merata dan berdaya saing

4 Penciptaan model pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif bagi usaha, wirausaha dan orang kreatif penerbitan

5 Pengembangan pasar yang luas bagi penerbitan di dalam dan luar negeri yang berkualitas dan berkelanjutan

2 Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang mendukung usaha penerbitan secara berkelanjutan

6 Penyediaan infrastruktur logistik dan teknologi pendukung industri penerbitan yang tepat guna, mudah diakses, dan kompetitif

7 Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam pengembangan ekonomi kreatif penerbitan

SA

SA

RA

N S

TR

AT

EG

IS

1 Meningkatnya mutu pengelolaan Pendidikan Formal, Non-Formal dan Informal yang mendukung orang kreatif Penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota

5 Meningkatnya wirausaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing , bertumbuh dan berkelanjutan

8 Menyediakan pembiayaan penelitian dan pelestarian karya kreatif penerbitan berkaitan dengan budaya bangsa, sastra dan sejarah

9 Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya kreatif penerbitan nasional dan internasional

10 Menyediakan infrastruktur logistik dan jaringan internet yang memadai dan kompetitif untuk pemenuhan kebutuhan pasar bagi industri penerbitan secara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota

2 Mengoptimalkan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana yang mengarusutamakan kreativitas SDM Penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota

6 Meningkatnya usaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkelanjutan

11 Menciptakan regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif untuk meningkatan mutu dan penyebaran orang kreatif, wirausaha kreatif dan usaha kreatif penerbitan Indonesia

Page 94: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

77BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

12 Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri penerbitan secara berkualitas dan berkelanjutan

13 Tercapainya kreativitas penerbitan sebagai paradigma pembangunan dan dalam kehidupan masyarakat

3 Mendukung penyediaan bahan baku yang menunjang produktivitas penerbitan dengan menggunakan sumber daya alam Indonesia (yang terbarukan)

7 Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif penerbitan lokal berbasis budaya bangsa

14 Meningkatnya posisi, kontribusi, kemandirian serta kepemimpinan penerbitan Indonesia dalam fora internasional

15 Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif penerbitan lokal di tingkat nasional dan internasional

4 Menyediakan data dan informasi sumber daya budaya yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepat untuk mengembangkan konten kreatif penerbitan

16 Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap sumber daya alam dan budaya lokal yang dihasilkan melalui karya kreatif penerbitan

4.2.1 Visi Pengembangan PenerbitanDalam rangka memasuki tahap pembangunan ke-3 (2015—2019), pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan untuk pengembangan sumber daya kreatif dan sumber daya pendukung, meningkatkan daya saing industri kreatif, meningkatkan akses pembiayaan dan pasar, serta harmonisasi regulasi dan penguatan kelembagaan ekonomi kreatif. Berkaitan dengan itu, berdasarkan kondisi dan tantangan yang dihadapi penerbitan serta memperhitungkan daya saing dan potensi yang dimiliki, maka visi pengembangan seni pertunjukan selama periode 2015–2019 adalah:

“ “

Penerbitan Indonesia yang bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan

Pada visi diatas terdapat lima kata kunci yakni merata, berkualitas, berbudaya, berdayasaing dan berkelanjutan.

Pemahaman dari lima kata kunci tersebut adalah:1. Bertumbuh secara merata adalah penyebaran usaha kreatif dan wirausaha kreatif

penerbitan Indonesia ke seluruh Indonesia, tidak hanya terpusat di Pulau Jawa ataupun kota-kota besar.

2. Berkualitas adalah penerbitan Indonesia yang memiliki mutu yang baik dalam hal pengkaryaan, hal ini menunjuk untuk mengembangkan sumber daya manusia penerbitan agar menghasilkan karya-karya kreatif yang berkualitas.

Page 95: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

78 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

3. Berdaya saing adalah menunjuk karya kreatif penerbitan yang dapat disandingkan dengan karya kreatif penerbitan lainnya di tingkat nasional maupun global.

4. Berbudaya mengandung arti nilai karya kreatif, usaha kreatif dan wirausaha kreatif penerbitan yang menjunjung tinggi budaya bangsa Indonesia.

5. Berkelanjutanmenunjuk pada keberlangsungan usaha penerbitan yang mampu bertahan dan berkembang besar dengan memanfaatkan peluang yang ada dan bertahan terhadap tantangan globalisasi.

4.2.2 Misi Pengembangan PenerbitanUntuk mencapai visi subsektor penerbitan 2019, Misi subsektor penerbitan 2015—2019 dikemas dalam Misi sebagai berikut:

1. Mengembangkan sumber daya lokal kreatif bagi penerbitan Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing.Misi 1 diatas bermaksud untuk mendorong pemanfaatan serta pengembangan sumber daya lokal baik sumber daya manusia, sumber daya alam maupun budaya agar dapat memiliki kualitas dan mutu yang cakap sehingga mampu bersaing dengan sumber daya kreatif lainnya.

2. Mengembangkan penerbitan Indonesia yang tumbuh merata, berdaya saing dan berkelanjutan.Misi 2 diatas bermaksud untuk mendukung pertumbuhan usaha penerbitan dan wirausaha penerbitan yang tersebar di seluruh indonesia, mampu bersaing dan bertahan baik nasional maupun internasional.

3. Mengembangkan lingkungan penerbitan Indonesia yang mengarusutamaan kreativitas dan kondusif dalam pembangunan nasional dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.Misi 3 diatas bermaksud untuk mengembangkan lingkungan kondusif yang menyokong keberlangsungan industri penerbitan. Dalam hal ini, pengembangan lingkungan kondusif berkaitan dengan peran regulasi dan para pemangku kepentingan seperti pemerintah, bisnis, akademisi dan komunitas.

4.2.3 Tujuan Pengembangan PenerbitanUntuk merealisasikan visi dan misi subsektor penerbitan maka perlu dirumuskan tujuan dan sasaran-sasaran strategis tahun 2015—2019 yang lebih jelas guna menggambarkan ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi.

Tujuan rencana strategis pengembangan industri penerbitan adalah:1. Penciptaan sumber daya manusia kreatif penerbitan yang berkualitas dan berdaya saing.2. Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya

budaya yang mendukung usaha penerbitan secara berkelanjutan.3. Pertumbuhan wirausaha, usaha dan karya kreatif penerbitan yang merata dan berdaya saing.4. Penciptaan model pembiayaan yang sesuai, mudah diakses, dan kompetitif bagi industri

penerbitan.5. Pengembangan pasar yang luas bagi penerbitan di dalam dan luar negeri yang berkualitas

dan berkelanjutan.6. Penyediaan infrastruktur logistik dan teknologi pendukung usaha penerbitan yang tepat

guna, mudah diakses, dan kompetitif.7. Penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas dalam

pengembangan ekonomi kreatif industri penerbitan.

Page 96: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

79BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pengembangan PenerbitanUntuk mencapai tujuan pengembangan seni pertunjukan maka terdapat empat belas sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 41 indikasi strategis. Sasaran dan indikasi strategis pengembangan seni pertunjukan meliputi:

Untuk keperluan pengukuran ketercapaian tujuan strategis pengembangan penerbitan maka diperlukan 16 sasaran strategis yang dapat diindikasikan oleh 35 indikasi strategis yang menggambarkan kondisi yang harus dicapai pada tahun 2019. Sasaran strategis dan indikasi strategis untuk tiap tujuan strategis tersebut adalah sebagai berikut.

a. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 1.1. Meningkatnya mutu pengelolaan Pendidikan Formal, Non-Formal dan Informal

yangmendukung orang kreatif Penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota

2. Mengoptimalkan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana yang mengarusutamakan kreativitas untuk penerapan sistem pembelajaran Pendidikan Formal merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota

Sasaran strategis 1 dan 2 untuk mencapai tujuan strategis 1 dapat diindikasikan oleh:• Meningkatnya jumlah Pendidikan Formal dan Nonformal di provinsi/Kabupaten/

Kota yang menimplementasikan kurikulum pendidikan soft skill yang mendukung keberlangsungan orang kreatifdi bidang penerbitan.

• Bertambahnya sejumlah lembaga pendidikan formal, non-formal, komunitas yang difasilitasi sarana dan prasarana kreativitas di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota terkait pembuatan karya kreatif penerbitan.

• Adanya pemetaan lembaga nonformal dan komunitas di Indonesia terkait pengembangan SDM kreatif.

• Meningkatnya sejumlah peserta pelatihan/workshop berkaitan dengan penulisan konten (IP Awareness, Creative Thinking, Editing, Design dan Animation).

b. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 2.3. Mendukung penyediaan bahan baku yang menunjang produktivitas penerbitan

dengan menggunakan sumber daya alam Indonesia (yang terbarukan).4. Menyediakan data dan informasi sumber daya budaya yang akurat dan terpercaya

dan dapat diakses secara mudah dan cepatuntuk mengembangkan konten kreatif penerbitan.

Sasaran strategis 3 dan 4 untuk mencapai tujuan strategis 2 dapat diindikasikan oleh:• Tersedianya bahan baku kertas dan tinta yang menunjang produktivitas penerbitan

sehingga terjangkau dan terbarukan.• Tersedianya sejumlah data dan informasi sumber daya budaya yang akurat dan

terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepatuntuk mengembangkan konten kreatif penerbitan.

• Meningkatnya sejumlah penelitian / karya kreatif berbasis sumber daya budaya lokal untuk pengembangan karya kreatif penerbitan.

Page 97: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

80 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

c. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 3. 5. Meningkatnya wirausaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh

dan berkelanjutan.6. Meningkatnya usaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh, dan

berkelanjutan.7. Meningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif penerbitan lokal berbasis

budaya bangsa.

Sasaran strategis 5, 6 dan 7 untuk mencapai tujuan strategis 3 dapat diindikasikan oleh:• Adanya pemetaan terkait wirausaha, usaha dan karya kreatif penerbitan.• Bertambahnya jumlah wirausaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing,

bertumbuh dan berkelanjutan.• Bertambahnya sejumlah usaha kreatif penerbitan lokal yang merata berdaya saing,

bertumbuh, dan berkelanjutan di wilayah Indonesia Timur.• Berkembangnya model bisnis baru yang tumbuh dan berkembang di bidang penerbitan

Indonesia.• Bertambahnya sejumlah karya kreatif penerbitan lokal yang beragam dan berkualitas

dan berbasis budaya bangsa.• Adanya sejumlah kerjasama terkait pengelolaan hak cipta (alih media) karya kreatif

peninggi terbitan menjadi karya kreatif lain yang bernilai ekonomi dan budaya tinggi.

d. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 4. 8. Menyediakan pembiayaan penelitiandan pelestarian karya kreatif penerbitan berkaitan

dengan budaya bangsa, sastra dan sejarah.

Sasaran strategis 8 untuk mencapai tujuan strategis 4 dapat diindikasikan oleh:• Bertambahnya sejumlah karya kreatif penerbitan (berkaitan dengan budaya bangsa

dan bahasa daerah yang mulai hilang) kembali dilestarikan.• Bertambahnya sejumlah penelitian/karya kreatif yang di produksi berkaitan dengan

pelestarian budaya bangsa, bahasa daerah, sastra dan sejarah

e. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 5. 9. Meningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya kreatif penerbitan nasional

dan internasional

Sasaran strategis 9 untuk mencapai tujuan strategis 5 dapat diindikasikan oleh:• Bertambahnya sejumlahkarya kreatif penerbitan yang diterjemahkan ke dalam bahasa

asing (Go Internasional).• Adanya kegiatan pameran/festival yang memasarkan karya kreatif penerbitan Indonesia

yang dilakukan secara merata di provinsi/kabupaten/kota.• Meningkatnya sejumlah kegiatan pameran karya kreatif penerbitan Indonesia yang

dilakukan di luar negeri (event-event internasional).• Meningkatnya pesertakegiatan pameran karya kreatif penerbitan Indonesia yang

dilakukan di luar negeri (event-even internasional).

Page 98: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

81BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

• Meningkatnya sejumlah karya kreatif penerbitan Indonesia yang dialihmediakan baik nasional maupun internasional.

• Tersedianya portal data base karya kreatif penerbitan yang dapat diakses dan digunakan untuk membangun jejaring pemasaran.

f. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 6.10. Menyediakan infrastruktur logistik dan jaringan internet yang memadai dan kompetitif

untuk pemenuhan kebutuhan pasar bagi industri penerbitan secara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota

Sasaran strategis 10 untuk mencapai tujuan strategis 6 dapat diindikasikan oleh:• Bertambahnyainfrastruktur logistik untuk distribusi karya kreatif cetak yang memadai

dan kompetitif untuk pemenuhan kebutuhan pasar secara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota.

• Meningkatnya persebaran akses jaringan internet yang memadaisecara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota yang menunjang karya kreatif penerbitan digital.

• Pertambahan kecepatan akses internet (MB/s) yang dapat digunakan untuk kemajuan penerbitan terkait penggunaan media daring.

g. Sasaran strategis untuk mencapai tujuan strategis 7.11. Menciptakan regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif untuk

meningkatan mutudan penyebaran orang kreatif, wirausaha kreatif dan usaha kreatif penerbitan Indonesia.

12. Meningkatnya partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan industri penerbitan secara berkualitas dan berkelanjutan.

13. Tercapainya kreativitas penerbitan sebagai paradigma pembangunandan dalam kehidupanmasyarakat.

14. Meningkatnya posisi, kontribusi, kemandirian serta kepemimpinan penerbitan Indonesia dalam fora internasional.

15. Meningkatnya apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif penerbitanlokal di tingkat nasional dan internasional.

16. Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap sumber daya alam dan budaya lokalyang dihasilkan melalui karya kreatif penerbitan

Sasaran strategis 11, 12, 13, 14, 15 dan 16 untuk mencapai tujuan strategis 7 dapat diindikasikan oleh:• Adanya sejumlah regulasi yang mendukung dan melindungi penciptaaniklim yang

kondusif untuk meningkatan mutudan penyebaran orang kreatif, wirausaha kreatif dan usaha kreatif penerbitan Indonesia.

• Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas dan pemerintah dalam pengembangan penerbitan Indonesia secara berkelanjutan.

• Meningkatnya jumlahkarya kreatif penerbitan nasional yang dikonsumsi masyarakat.

Page 99: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

82 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

• Mengoptimalkan standarisasi karya-karya kreatif penerbitan seperti bahasa, etika penulisan, EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).

• Meningkatnya intelektualitas dan gaya hidup berbudaya masyarakat melalui karya kreatif penerbitan.

• Meningkatnya jumlah media baru yang digunakan untuk mengembangkan konten karya kreatif penerbitan.

• Meningkatnya kerjasama berkaitan dengan penerjemahan karya kreatif, penerbitan event / konferensi / dalam fora internasional.

• Meningkatnya jumlah kritikus karyakreatif penerbitanlokal.• Meningkatnya jumlah penghargaan kepada karyakreatif/wirausaha/usaha kreatif

penerbitan lokal di tingkat nasional dan internasional.• Meningkatnya minat baca dan tulis masyarakat terhadap karya kreatif penerbitan lokal.• Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap karya kreatif penerbitan lokal.

4.4 Arah Kebijakan Pengembangan PenerbitanArah pengembangan penerbitan Indonesia dijabarkan berdasarkan tujuan pengembangan penerbitan, meliputi 7 tujuan utama, yaitu: penciptaan Sumber Daya Manusia kreatif penerbitan yang berkualitas dan berdayasaing; perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya budaya yang mendukung penerbitan secara berkelanjutan; pengembangan wirausaha, usaha, dan karya kreatif penerbitan yang merata dan berdaya saing; penciptaan pembiayaan, kemudahan akses dan kompetitif bagi usaha, wirausaha dan orang kreatif penerbitan; perluasan pasar penerbitan di dalam dan luar negeri yang berkelanjutan; penyediaan infrastruktur logistik dan teknologi pendukung industri penerbitan yang tepat guna, mudah diakses dan kompetitif; dan penciptaan kelembagaan yang kondusif dan mengarusutamakan kreativitas untuk pengembangan ekonomi kreatif penerbitan.

4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif Penerbitan yang Berkualitas dan Berdayasaing

• Bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dalam melakukan kajian dan penyempurnaan kurikulum pendidikan dan pelatihan agar lebih berorientasi pada pembentukan kreativitas dan kewirausahaan.

• Membangun mekanisme kemitraan antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan pelatihan dengan pelaku usahadan komunitas untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan berkualitas untuk mengembangkan penerbitan Indonesia.

• Bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional dalam Pengembangan Pendidikan yang Membangun SDM penerbitanyang Berjiwa Kreatif, Inovatif, Sportif dan Wirausaha

4.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Budaya yang Mendukung Penerbitan Secara BerkelanjutanPenyediaan bahan baku untuk kebutuhan produksi karya kreatifpenerbitan.

• Pengembangan, Pembinaan dan Perlindungankarya kreatifpenerbitan indonesia yang bernilai budayasebagai jati diri bangsa.

• Pelestarian karya kreatif penerbitanyang memiliki nilai sejarah budaya bangsa.

Page 100: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

83BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

4.4.3 Arah Kebijakan Peningkatan Pertumbuhan Wirausaha, Usaha, dan Karya Kreatif Penerbitan yang Merata dan Berdaya Saing

• Optimalisasi iklim kolaborasi dan penciptaan jejaring kreatif antar wirausaha kreatif penerbitan di tingkat lokal, nasional, dan global.

• Penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.• Penciptaan usaha kreatif penerbitan lokal di wilayah Indonesia Timur dengan melakukan

Koordinasi antar Kementrian dan/atau Lembaga Pemerintah pusat dan daerah.• Optimalisasi iklim kolaborasi dan keterkaitan antar usaha kreatif penerbitan maupun

antara industri kreatiflainnya di tingkat lokal, nasional, dan global.• Pengembangan wacana dan eksplorasi bentuk-bentuk baru dalam penciptaan karya

kreatif penerbitan yang memanfaatkansumber daya budaya lokal secara berkelanjutan.

4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Pembiayaan, Kemudahan Akses dan Kompetitif Bagi Usaha, Wirausaha dan Orang Kreatif Penerbitan.

• Pengembangan alternatif pembiayaan untuk penelitian pembuatan karya kreatif penerbitan yang sesuai, dapat diakses dengan mudah, dan kompetitif.

• Penyediaan pembiayaan pencetakan karya kreatif penerbitan lokal untuk mendorong kemajuan usaha penerbitan cetak lokal.

4.4.5 Arah Kebijakan Perluasan Pasar Penerbitan di dalam dan Luar Negeri yang Berkelanjutan

• Peningkatan kualitas branding, promosi, pameran, festival, misi dagang, B2B networking industri penerbitan di dalam dan luar negeri.

• Pengembangan sistem informasi pasar karya kreatif penerbitan di dalam negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasi didistribusikan dengan baik.

• Pembatasan terhadap karya kreatif penerbitan mancanegara dan mendukung karya kreatif penerbitan lokal.

4.4.6 Arah Kebijakan Penyediaan Infrastruktur Logistik dan Teknologi Pendukung Industri Penerbitan yang Tepat Guna, Mudah Diakses dan Kompetitif

• Pengembangan infrastruktur logistikdan jaringan internet di dalam negeri yang dapat diakses dengan mudah untuk mendukung industri penerbitan.

• Penguatan dan perluasan pemanfaatan TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) untuk mengakses karya kreatif penerbitan Indonesia.

4.4.7 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan yang Kondusif dan Mengarusutamakan Kreativitas untuk Pengembangan ekonomi Kreatif Penerbitan

• Harmonisasi regulasi (menciptakan, de-regulasi) dalam hal pendidikan dan apresiasi, pemanfaatan dan pengembangan sumber daya bangsa, penciptaan nilai kreatif dan

Page 101: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

84 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

industri penerbitan beserta industri pendukunganya, pembiayaan, perluasan pasar, infrastruktur, HKI.

• Peningkatan sinergi, koordinasi, dan kolaborasi antar aktor (intelektual, bisnis, komunitas, dan pemerintah) dan orang kreatif penerbitan dalam mengembangkan ekonomi kreatif.

• Pengembangan, pembentukan dan peningkatan kualitas organisasi atau wadah yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi kreatif industri penerbitan.

• Pengembangan dan pembangunan kreativitas dan intelektual masyarakat melalui karya kreatif penerbitan Indonesia.

• Meningkatnya posisi, kontribusi, kemandirian serta kepemimpinan Indonesia dalam forum diplomasi bilateral, regional dan multilateral.

• Meningkatnya jumlah peserta dalam festival dan even internasional.• Memfasilitasi dan memberikan penghargaan yang prestisius bagi orang/karya/ wirausaha/

usaha kreatif lokal di tingkat nasional dan internasional.• Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk menggunakan karya

kreatif penerbitan lokal.

4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan PenerbitanStrategi pengembangan penerbitan merupakan pendekatan pelaksanaan perencanaan, dan rencana aksidalam kurun waktu tertentu.

4.5.1 Peningkatan Mutu Pengelolaan Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal yang mendukung Orang Kreatif Penerbitan Merata di Seluruh Provinsi, Kabupaten, dan KotaPeningkatan mutu pengelolaan pendidikan formal, nonformal dan informal yang mendukung orang kreatif penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten dan kota memiliki empat strategi utamayang dicapai melalui empat rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Meningkatan mutu lembaga pendidikan, tenaga kependidikan yang mendukung penciptaan dan penyebaran orang kreatif penerbitan secara berkelanjutan khususnya di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah: Mendukung dan memfasilitasi kementerian pendidikan nasional untuk menerapkan kurikulum pendidikan softskill kepada sejumlah pendidikan formal dan nonformal di 10 provinsi berpotensi di Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa tenggara dan Papua.

2. Strategi 2:Mendorong tersedianya tenaga ahlipendidikan yang berkualitas, yang mendukung penciptaan dan penyebaran orang kreatifpenerbitan secara berkelanjutan khususnya di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Penyediaan tenaga pendidik dan tutor berkompeten yang merata di 10 provinsi berpotensi di Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Nusa tenggara dan Papua.

3. Strategi 3: Melakukan pemetaan lembaga nonformal dan komunitas terkait industri penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Melakukan pemetaan potensi dan publikasi hasil pemetaan

Page 102: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

85BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

lembaga pendidikan nonformal dan komunitas serta stakeholder terkait pengembangan sdm kreatif penerbitan

4. Strategi 4: Memberdayakan komunitas dan lembaga pendidikan formal/nonformal yang mendukung penciptaan dan penyebaran orang kreatif penerbitan secara berkelanjutan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Melaksanakan Kerjasama dengan Lembaga Pelatihan Non-Formal dan Komunitas dalam mengembangkan kualitas SDM penerbitan melalui pelatihan/workshop berkaitan pengembangan/penulisan konten kreatif (IP Awareness, Creative Thinking, Editing, Design dan Animation).

4.5.2 Penyediaan dan Peningkatan sarana Dan prasarana yang mengarusutamakan kreativitas SDM penerbitanMengoptimalkan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana yang mengarusutamakan kreativitas SDM Penerbitan merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota memilikidua strategi utama yang dicapai melalui dua rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Membangun dan mengembangkan fasilitas pendidikan dan pelatihan berkualitas untuk mengembangkan industri penerbitan Indonesia di tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran mengasah kreativitas yang merata di 10 provinsi berpotensi di Indonesia.

2. Strategi 2: Meningkatkan jumlah dan memperbaiki fasilitas lembaga pendidikan dan pelatihan formal dan informal yang mendukung penciptaan orang kreatif penerbitan di provinsi, kabupaten dan kota. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Penyediaan dan pengembangan sistem pembelajaran mengarusutamakan kreativitasdan IP Awareness di lembaga pendidikan nonformal terkait industri penerbitan di 10 provinsi berpotensi Indonesia.

4.5.3 Penyediaan Bahan Baku yang Menunjang Produktivitas PenerbitanMendukung penyediaan bahan baku yang menunjang produktivitas penerbitan dengan menggunakan sumber daya alam Indonesia (yang terbarukan) memiliki dua strategi utama yang dicapai melalui empat rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Meningkatkan akses dan distribusi terhadap penyediaan bahan baku kertas dan tinta yang murah dan terjangkau untuk mendukung keberlangsungan karya kreatif penerbitan cetak. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:a. Mengusulkan kebijakanperpajakan mengenai harga bahan baku khususnya kertas

dan tinta untuk produktivitas penerbitan cetak. b. Mempermudah pendistribusian bahan baku kertas dan tinta untuk menunjang

ketersediaan bahan baku produksi penerbitan cetak.2. Strategi 2: Mendukung ketersediaan sumber daya lokal khususnya kertas dan tinta ramah

lingkungan untuk digunakan sebagai bahan baku produksi industri penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menyediakandata dan informasi terkait sumber daya alam yang dapat digunakan

untuk bahan bakupenerbitan alternatif.b. Memberikan dana hibah penelitian terkait bahan baku produksi penerbitan berbasis

sumber daya lokal.

Page 103: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

86 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

4.5.4 Penyediaan Data dan Informasi Sumber Daya Budaya yang Akurat Terpercayan dan dapat Diakses Secara Cepat dan MudahPenyediaan data dan informasi sumber daya budaya yang akurat dan terpercaya dan dapat diakses secara mudah dan cepatuntuk mengembangkan konten kreatif penerbitan memiliki tiga strategi utama yang dicapai melalui tiga rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Melakukan kerjasama dengan subsektor ekonomi kreatif lainnya untuk mengembangkan karya kreatif penerbitan yang menunjukkan identitas budaya bangsa. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Mengembangkan konten karya kreatif penerbitan yang dapat menjadi identitas budaya bangsa Indonesia.

2. Strategi 2: Mengoptimalkan penelitian terkait dengan karya kreatif penerbitan yang bernilai budaya tinggi. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Meningkatkan karya kreatif penerbitanyangberbasis penelitian,bermutu, berbudaya, danberdaya saing internasional.

3. Strategi 3: Memberikan perlindungan karya kreatifpenerbitan lokal terhadap invasi budaya negara lain masuk ke Indonesia. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Menyediakan sistem, data dan informasi berbasis riset budaya yang dapat diakses oleh orang kreatif penerbitan untuk pengembangan konten kreatif berbasis budaya.

4.5.5 Peningkatan Wirausaha Kreatif Penerbitan Lokal yang Berdaya Saing, Bertumbuh dan BerkelanjutanMeningkatnya wirausaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh dan berkelanjutan memiliki 2 strategi dan 4 rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Melakukan pendataan dan pemetaan mengenai potensi wirausaha kreatif, usaha kreatif dan orang kreatif penerbitan serta stakeholder yang terkait industri penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan pemetaan potensi wirausaha kreatifpenerbitan Indonesiab. Mengadakan event/kompetisi untuk menyaring wirausaha kreatif

2. Strategi 2: Mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi pengalaman dan keahlian di institusi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dalam pengembangan calonwirausahakreatif penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Memfasilitasi penciptaan danpeningkatan profesionalisme (skill-knowledge-attitude)

wirausaha kreatif penerbitan lokal b. Memfasilitasi kolaborasi dan penciptaan jejaring kreatif antar wirausaha kreatif di

tingkat lokal, nasional, dan global4.5.6 Peningkatan Usaha Kreatif Penerbitan Lokal yang Berdaya Saing Peningkatan usaha kreatif penerbitan lokal yang berdaya saing, bertumbuh, dan berkelanjutan memiliki tiga strategi dan tiga rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Mendukung pemerataan industri penerbitan dan percetakan ke seluruh Indonesia khususnya bagian wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Melakukan pemetaan potensi

Page 104: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

87BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

keberadaaanusaha kreatif penerbitan di Indonesia.2. Strategi 2: Membuka jalur kerjasama dengan subsektor ekonomi kreatif lainnya untuk

mengembangkan karya kreatif penerbitan yang menunjukkan identitas budaya bangsa. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Meningkatkan kolaborasi dan kemitraan unit usaha penerbitan lokal di Indonesia

3. Strategi 3: Mendukung pengembangan model bisnis wirausaha dan usaha kreatif baru. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Perbaikan KBLI untuk ruang lingkup produk dan jasa terkait industri penerbitan

4.5.7 Peningkatan Keragaman dan Kualitas Karya Kreatif Penerbitan Lokal Berbasis Budaya BangsaMeningkatnya keragaman dan kualitas karya kreatif penerbitan lokal berbasis budaya bangsa. memiliki dua strategi dan tiga rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Memfasilitasi penelitian terkait dengan karya kreatif penerbitanyang bernilai budaya bangsa dan sumber daya lokal tinggi. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah memfasilitasi penelitian dan pengembangan konten karya kreatif penerbitan Indonesia berbasis budaya bangsa.

2. Strategi 2: Memfasilitasi pendaftaran karya kreatif penerbitanberkualitas untukterdaftar dalam HKI dan masuk menjadi kekayaaan intelektual dan budaya bangsa. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan pemetaan potensi keberadaaan karya kreatif penerbitan yang potensial

dan berkualitas

b. Mengadakan event atau kompetisi untuk menyaring karya kreatif penerbitan yang berkualitas untuk didaftarkan ke HKI

4.5.8 Penyediaan Pembiayaan Penelitian dan Pelestarian Karya Kreatif Penerbitan Berkaitan dengan Budaya Bangsa, Sastra dan SejarahMenyediakan pembiayaan penelitiandan pelestarian karya kreatifpenerbitan berkaitan dengan budaya bangsa, sastra dan sejarah memiliki dua strategi dan tiga rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Memfasilitasi adanya skema pembiayaan pencetakan untuk keberlangsungan produktivitas usaha penerbitan karya kreatif cetak lokal khususnya berkaitan dengan budaya bangsa dan bahasa daerah yang mulai hilang. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Penyediaan subsidi pembiayaan untuk produktivitas karya kreatif penerbitan berbasis budaya bangsa, bahasa daerah,sejarah dan sastra klasik.

2. Strategi 2: Membantu pembiayaan penelitian karya kreatif penerbitan (berkaitan dengan budaya bangsa dan bahasa daerah yang mulai hilang)agar dapatbertahan dan lestari. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan penyediaan subsidi pembiayaan untuk penelitian berkaitan dengan karya kreatif bermuatan budaya, kenegaraan, bahasa daerah dan sejarah bangsa.

4.5.9 Peningkatan Penetrasi dan Diversivikasi Pasar Karya Kreatif Penerbitan Nasional dan InternasionalMeningkatnya penetrasi dan diversifikasi pasar karya kreatif penerbitan nasional dan internasional memiliki tiga strategi dan lima rencana aksi, sebagai berikut:

Page 105: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

88 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

1. Strategi 1: Mengadakan festival internasional yang akan mempertemukan pelaku kreatif penerbitan Indonesia dan pemangku kepentingan industri penerbitan manca negara. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut a. Mengadakan pameran Internasional untuk mempromosikan karya kreatif penerbitan

nasional kepada dunia.b. Memfasilitasi keikutsertaan karya penerbitan Indonesia yang berkualitas untuk

mengikuti pameran di dalam negerimaupun luar negeri2. Strategi 2: Membuat portal data basedalam rangka membangun jejaring antara pelaku

usaha penerbitan dan stakeholder industri penerbitan dan memperluas jangkauan distribusi produk kreatif penerbitan Indonesia di dalam dan luar negeridi tingkat lokal, nasional dan global. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah membangun portal sebagai saranapromosi dan sistem informasi pasar karya kreatif di dalam negeri dan luar negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasinya didistribusikan dengan baik

3. Strategi 3: Memfasilitasi jejaring pelaku industri penerbitandi tingkat lokal, nasional, dan global dalam skema ko-produksi sebagai bagian dari rantai distribusi karya kreatif penerbitan Indonesia.Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:a. Mengadakan festival nasional dan internasinal berkala untuk mempertemukan karya

kreatif penerbitan nasional dan internasional.b. Proaktif mendukung pemasaran dan keberlangsungankarya kreatif penerbitan lokal

di pasardomestik

4.5.10 Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur Logistik dan Jaringan Internet yang Memadai dan KompetitifMenyediakan infrastruktur logistik dan jaringan internet yang memadai dan kompetitif untuk pemenuhan kebutuhan pasar bagi industri penerbitan secara merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan memiliki dua strategi dan empat rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Memfasilitasi alternatif jalur distribusi dan kerja sama industri untuk memberikan kemudahan akses dan harga khusus bagi konsumen pelajar terkait karya kreatif penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut a. Menyediakan jalur distribusi alternatif untuk meningkatkan keterjangkauan logistik

dan transportasi karyakreatif penerbitan yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan provinsi

b. Memberikan fasilitas teknologi pendukung untuk menyebarkan karya kreatif di bidang penerbitan

2. Strategi 2: Memfasilitasi peningkatan persebaran dan kecepatan internet di Indonesia untuk mendukung produktivitas pelaku penerbitan Indonesia. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Perluasan jaringan internet untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap

karyakreatif penerbitan digital yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan provinsi

b. Peningkatan persebaran dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap

Page 106: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

89BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

4.5.11 Pengembangan Regulasi Yang Mendukung Penciptaan Iklim yang Kondusif untuk Meningkatkan Mutu Penerbitan IndonesiaMenciptakan regulasi yang mendukung penciptaan iklim yang kondusif untuk meningkatan mutudan penyebaran orang kreatif, wirausaha kreatif dan usaha kreatif penerbitan Indonesia memiliki tiga strategi dan tujuh rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Harmonisasi-regulasi terkait pendidikan, kebudayaan dan penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Menyusun dan mengkaji ulang kebijakan terkait keberlangsungan karya kreatif

penerbitan, salah satunya adalah Undang-Undang Perbukuanb. Memfasilitasidan mengkaji ulang kebijakan pemerintah mengenai keutamaan

menggunakan produk dan jasa penerbitan lokal dibanding asing,khususnya penerbit yang melestarikan karya-karya sejarah dan budaya bangsa

2. Strategi 2: Harmonisasi-regulasi terkait perdagangan, teknologi dan penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:a. Menyusun dan mengkaji ulang kebijakan terkait persaingan bisnis terkait teknologi

(cetak dan digital) terkait keberlangsungan industri penerbitan.b. Menyusun dan mengkaji ulang kebijakan terkait perlindungan hak cipta danpelaku

usaha kreatif penerbitan lokal dalammenciptakan iklim persaingan usaha yang kondusifc. Menyusundan mengkaji ulang kebijakan pemerintah mengenai keutamaan

menggunakan produk dan jasa penerbitan lokal dibanding asing, khususnya penerbit yang melestarikan karya-karya sejarah dan budaya bangsa

d. Menyusun dan mengkaji ulang kebijakan perluasan distribusi pasar untuk karya kreatif di bidang penerbitan baik di dalam dan di luar negeri

3. Strategi 3: Harmonisasi-regulasi terkait perpajakan dan penerbitan. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah menyusun dan mengkaji ulang kebijakan akses pembiayaan dan keringanan pajak bagi pelaku penerbitan lokal

4.5.12 Peningkatan Partisipasi Aktif Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Penerbitan Indonesia Secara Berkualitas dan BerkelanjutanPeningkatan partisipasi aktif pemangku kepentingan dalam pengembangan penerbitan Indonesia secara berkelanjutanmemiliki tiga strategi dan tiga rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Menciptakan dan memberdayakan wadah konsolidasi, koordinasi, resource sharing, dan kerja kolektif antar pemangku kepentingan dalam bentuk forum maupun komunitas. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Membentuk Dewan Penerbitan sebagai lembaga penghubung antar pemangku

kepentingan dalam industri penerbitan Indonesiab. Membangun portal subsektor industri kreatif penerbitan sebagai sarana pendataan

potensi lembagapendidikan, industri dan komunitas yang mendukung kegiatan ekosistem penerbitan.

Page 107: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

90 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

2. Strategi 2: Mengaktifkan dan memfasilitasi asosiasi penerbit untuk berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah mendukung kegiatan dan pembentukan asosiasi keprofesian penerbitan untuk berjejaring di tingkat lokal, nasional, maupun global.

4.5.13 Peningkatan Kreativitas Penerbitan Sebagai Paradigma Pembangunan dan dalam Kehidupan Masyarakat Pencapaian kreativitas penerbitan sebagai paradigma pembangunan dan dalam kehidupan masyarakat memiliki dua strategi dan dua rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Meningkatkan minat baca dan tulis masyarakat serta berpihak pada penggunaan karya kreatif penerbitan nasional. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah mendorong tersedianya karya kareatif penerbitan yang berkualitas dan terjangkau untuk meningkatkan minat baca dan tulis masyarakat serta penyediaan karya kreatif penerbitan nasional di institusi-institusi pendidikan.

2. Strategi 2: Adanya perubahan pola pikir dan kemajuan kreativitas masyarakat melalui adaptasi karya-karya kreatif penerbitan yang dikelola menjadi karya kreatif lain yang bernilai ekonomi dan budaya yang tinggi. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Mengelola konten karya kreatif penerbitan yang berkualitas untuk dialihmediakan

ke subsektor ekonomi kreatif lain.b. Mengoptimalkan standarisasi karya-karya kreatif penerbitan seperti bahasa, etika

penulisan, EYD (Ejaan Yang Disempurnakan.

4.5.14 Peningkatan Posisi, Kontribusi, Kemandirian, Serta Kepemimpinan Indonesia dalam Fora Internasional Melalui PenerbitanPeningkatan posisi, kontribusi, kemandirian, serta kepemimpinan dalam fora internasional melalui penerbitan memiliki dua strategi dan dua rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Menjalin kemitraan strategis dengan negara yang memiliki kemajuan di bidang penerbitan dalam forum diplomasi bilateral, regional dan multilateral. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Memfasilitasi akses pasar nasional dan global agar industri penerbitan semakin

semakin bertumbuh dan berdaya saing global dengan negara ASEAN, Jepang, Korea, Jerman, Perancis, Australia, Amerika, dll.

b. Mengoptimalkan fungsi kedutaan besar RI di luar negeri sebagai Market Intelligence untuk mempromosikan karya penerbitan Indonesia ke kalangan internasional

2. Strategi 2: Memfasilitasi keikutsertaan pelaku penerbitan Indonesia dengan memberikan subsidi atau sponsorship bagi orang kreatif dan penerbit indonesia yang mampu ikut serta dalam festival dan event internasional. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan kerjasamadengan stakeholder untuk menyediakan ruang ekspresi dan fasilitasi kegiatan pamerankarya kreatif penerbitan melalui pemanfaatan berbagai media untuk promosi strategis yang mendukung sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Page 108: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

91BAB 4: Rencana Pengembangan Penerbitan Indonesia

4.5.15 Peningkatan Apresiasi Kepada Orang dan Karya Kreatif PenerbitanPeningkatan apresiasi kepada orang/karya/wirausaha/usaha kreatif penerbitan lokal di tingkat nasional dan internasional memiliki tiga rencana strategis dan 2 rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Memfasilitasi terbentuknya lembaga penghargaan bagi karya maupun usaha kreatif di bidang penerbitan yang a dilakukan secara berkelanjutan dan prestisius.. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah pendaftaran dan sosialisasi penghargaan; Penjurian karya kreatif; Publikasi dan kegiatan lanjutan dari penghargaan seperti networking;

2. Strategi 2: Memberikan penghargaan bagi karya maupun usaha kreatif dalam bidang penerbitan secara berkala. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah Dengan makin banyaknyakarya kreatif penerbitan Indonesia dipamerkan ke ajang internasional maka diharapkan adanya kesempatan karya kreatif penerbitan Indonesia dapat Go Internasional.

3. Strategi 3: Memfasilitasi keikutsertaan karya penerbitan yang berkualitas untuk mengikuti kompetisi karya kreatifdi dalam maupun luar negeri. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah fasilitas yang dapat diberikan antara lain adalah ruang publik, pusat kreatifitas, inkubator teknologi, dan sebagainya.

4.5.16 Peningkatan Posisi, Kontribusi, Kemandirian, Serta Kepemimpinan Indonesia dalam Fora Internasional Melalui PenerbitanPeningkatan apresiasi masyarakat terhadap sumber daya alam dan budaya lokal yang dihasilkan melalui karya kreatif penerbitan memiliki strategi dan dua rencana aksi, sebagai berikut:

1. Strategi 1: Mengadakan sosialisasi dan informasi terkait pentingnya penggunaan produk penerbitan lokal serta kualitas karya kreatif penerbitan lokal yang tidak kalah bersaing dengan karya penerbitan asing. Untuk melaksanakan strategi ini, maka rencana aksi yang perlu dilakukan adalah a. Sosialisasi dan penyebaran informasi terkait potensi dan kualitas karya kreatif

penerbitan lokal b. Menjalin kerjasama dengan komunitas di bidang penerbitan untuk membantu

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap karya penerbitan lokal.

Page 109: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

92 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Page 110: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

93BAB 5: Penutup

BAB 5 Penutup

Page 111: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

94 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019

5.1 KesimpulanDalam penyusunan Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019, penerbitan didefinisikan sebagai “Suatu usaha atau kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media digital, ataupun media daring,untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi.”. Definisi tersebut merupakan hasil elaborasi dari proses analisis yang meliputi kajian pustaka, wawancara mendalam, dan focus group discussion, yang melibatkan para narasumber yang mewakili pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, pelaku industri, komunitas/asosiasi, dan kalangan intelektual.

Secara umum ruang lingkup pengembangan penerbitan meliputi penerbitan buku umum dan penerbitan media berkala. Penerbitan buku umum dilaksanakan dengan fokus pengembangan pada keberlangsungan penerbitan buku cetak, khususnya buku-buku yang memiliki genre buku anak, sastra dan novel, komik ataupun buku-buku yang mencerminkan nilai budaya bangsa serta buku yang menjadi penunjang keberadaan subsektor ekonomi kreatif lainnya. Penerbitan media berkala dilaksanakan dengan fokus pengembangan surat kabar, majalah, tabloid, buletin dan jurnal akademik yang terkait dengan penyampaian informasi ataupun konten publikasi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan pola pikir masyarakat secara umum.

Perkembangan penerbitan di Indonesia dimulai tahun 1615 dengan terbitnya surat kabar Memoria der Nouvells serta pendirian usaha penerbitan milik pemerintah Belanda pada tahun 1908, Commissie voor de Volkslectuur, yang sekarang bernama Balai Pustaka. Maraknya subsektor penerbitan terjadi pada tahun 2000 ditandai dengan terjadinya booming penerbitan media massa. Perkembangan penerbitan juga ditandai dengan apresiasi dari dunia internasional terhadap karya nusantara. Pada ASEAN Literary Festival 2014, sastrawan dan aktivis Wiji Thukul mendapat penghargaan atas dedikasinya menyuarakan pesan moral, keadilan, dan sosial.

Untuk menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dengan lingkungan sekitar, dikembangkan peta ekosistem penerbitan yang terdiri atas empat komponen utama, yaitu rantai nilai kreatif, lingkungan pengembangan, pasar, dan pengarsipan. Rantai nilai kreatif penerbitan terdiri dari proses kreasi (konseptualisasi ide, eksplorasi konten, penyuntingan, dan finalisasi draf), produksi, distribusi, dan penjualan, sedangkan lingkungan pengembangan penerbitan terdiri dari kegiatan apresiasi dan pendidikan. Pasar di dalam subsektor penerbitan dikelompokkan kedalam pasar umum dan pasar ahli yang juga dapat dibedakan menjadi konsumen sekolah, rumah tangga, perguruan tinggi, profesi, kelompok hobi/komunitas, dan pemerintah. Kegiatan pengarsipan pada subsektor penerbitan dilakukan melalui tahapan pengumpulan, restorasi, penyimpanan, dan preservasi.

Dampak ekonomi dari pengembangan subsektor penerbitan dapat dilihat dari peta industri yang menggambarkan keterkaitan dari suatu proses rantai nilai kreatif ke arah hulu (backward linkage) dan ke arah hilir (forward linkage). Backward linkage di dalam subsektor penerbitan diantaranya adalah industri pendidikan, industri percetakan (pemasok mesin percetakan dan industri pengolahan bahan baku tinta dan kertas), industri ICT, industri perhubungan (jasa transportasi dan pengangkutan barang), jasa periklanan, jasa fotografi, dan lain-lain. Forward linkage di dalam subsektor penerbitan pada dasarnya adalah subsektor-subsektor lain dalam industri kreatif. Selain digunakan dalam melihat dampak ekonomi dari subsektor penerbitan, rantai nilai

Page 112: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

95BAB 5: Penutup

kreatif juga digunakan dalam mengidentifikasi model bisnis yang umumnya terjadi di subsektor penerbitan, yaitu model bisnis penerbitan penghasil buku dan model bisinis pengembang konten terkait hak kekayaan intelektual.

Kontribusi ekonomi subsektor penerbitan dapat dilihat dari nilai tambah bruto, ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, konsumsi rumah tangga, dan nilai ekspor. Sebagai contoh dapat dilihat di tahun 2013, subsektor penerbitan memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar 8% terhadap total nilai tambah bruto industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 2,5%. Dari sisi ketenagakerjaan, subsektor penerbitan memberikan kontribusi sebesar 4,26% terhadap total jumlah tenaga kerja industri kreatif Indonesia, dengan rata-rata pertumbuhan 2010-2013 sebesar 1,03%.

Berdasarkan hasil temuan-temuan selama penyusunan rencana aksi jangka menengah di subsektor penerbitan dapat disimpulkan bahwa isu strategis yang muncul adalah keberlangsungan penerbitan cetak. Berkembangnya teknologi digital dan internet membuat beberapa penerbitan cetak lokal Indonesia mengalami kebangkrutan. Tetapi hal ini juga dapat dilihat sebagai tantangan untuk menciptakan bisnis model baru pada industri penerbitan.

Visi, misi, tujuan dan sasaran strategis merupakan kerangka strategis penerbitan pada periode 2015-2019 menjadi landasan dan acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan program kerja di masing-masing organisasi/lembaga terkait secara terarah dan terukur. Dalam rangka memasuki tahap pembangunan ke-3 (2015—2019), pengembangan ekonomi kreatif akan difokuskan untuk pengembangan sumber daya kreatif dan sumber daya pendukung, meningkatkan daya saing industri kreatif, meningkatkan akses pembiayaan dan pasar, serta harmonisasi regulasi dan penguatan kelembagaan ekonomi kreatif. Berkaitan dengan itu, berdasarkan kondisi dan tantangan yang dihadapi penerbitan serta memperhitungkan daya saing dan potensi yang dimiliki, maka visi pengembangan penerbitan selama periode 2015–2019 adalah “Penerbitan Indonesia yang bertumbuh secara merata, berkualitas, berbudaya, berdaya saing dan berkelanjutan”.

5.2 SaranPengembangan subsektor penerbitan dalam satu tahun kedepan akan difokuskan pada:

• Mulai melakukan pemetaan potensi dan publikasi hasil pemetaan lembaga pendidikan nonformal dan komunitas serta stakeholder terkait pengembangan sdm kreatif penerbitan.

• Mulai melaksanakan Kerjasama dengan Lembaga Pelatihan Non-Formal dan Komunitas dalam mengembangkan kualitas SDM penerbitan melalui pelatihan/workshop berkaitan

• Pengembangan/penulisan konten kreatif (IP Awareness, Creative Thinking, Editing, Design dan Animation).

• Mengusulkan kebijakan perpajakan mengenai harga bahan baku khususnya kertas dan tinta untuk produktivitas penerbitan cetak.

• Mulai menyediakan data dan informasi terkait sumber daya alam yang dapat digunakan untuk bahan baku penerbitan alternatif.

• Mulai memberikan dana hibah penelitian terkait bahan baku produksi penerbitan berbasis sumber daya lokal.

• Melakukan pemetaan potensi wirausaha kreatif penerbitan Indonesia.

Page 113: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

96 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019

• Melakukan pemetaan potensi keberadaaan usaha kreatif penerbitan di Indonesia.• Memfasilitasi penelitian dan pengembangan konten karya kreatif penerbitan Indonesia

berbasis budaya bangsa.• Mulai menyediakan subsidi pembiayaan untuk produktivitas karya kreatif penerbitan

berbasis budaya bangsa, bahasa daerah, sejarah dan sastra klasik.• Mulai menyediakan subsidi pembiayaan untuk penelitian berkaitan dengan karya kreatif

bermuatan budaya, kenegaraan, bahasa daerah dan sejarah bangsa.• Membangun portal sebagai sarana promosi dan sistem informasi pasar karya kreatif

di dalam negeri dan luar negeri yang dapat diakses dengan mudah dan informasinya didistribusikan dengan baik.

• Mulai menyediakan jalur distribusi alternatif untuk meningkatkan keterjangkauan logistik dan transportasi karya kreatif penerbitan yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; dan provinsi.

• Mulai memberikan fasilitas teknologi pendukung untuk menyebarkan karya kreatif di bidang penerbitan.

• Mulai meningkatkan persebaran dan kecepatan internet di Indonesia secara bertahap.• Melakukan harmonisasi kebijakan perbukuan (Undang-Undang Perbukuan).• Melakukan harmonisasi kebijakan tata niaga produk penerbitan (isu buku cetak dan

digital, isu keberpihakan pada industri penerbitan lokal, pengembangan konten lokal, perluasan pasar bagi penerbit lokal).

• Melakukan harmonisasi kebijakan pembiayaan bagi industri penerbitan lokal.• Melakukan harmonisasi kebijakan fasilitasi insentif bagi industri penerbitan lokal• Membangun portal subsektor industri kreatif penerbitan sebagai sarana pendataan potensi

lembaga pendidikan, industri dan komunitas yang mendukung kegiatan ekosistem penerbitan.

• Mendorong tersedianya karya kareatif penerbitan yang berkualitas dan terjangkau untuk meningkatkan minat baca dan tulis masyarakat serta penyediaan karya kreatif penerbitan nasional di institusi-institusi pendidikan.

• Mengoptimalkan standarisasi karya-karya kreatif penerbitan seperti bahasa, etika penulisan, EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).

• Memberikan fasilitas untuk pameran karya penerbitan di tingkat internasional.• Menjalin kerjasama dengan komunitas di bidang penerbitan untuk membantu meningkatkan

kesadaran masyarakat terhadap karya penerbitan lokal.

Untuk penyempurnaan studi dan penulisan buku rencana aksi periode selanjutnya, perlu dilakukan beberapa hal seperti: meningkatkan intensitas kolaborasi antar pemangku kepentingan di subsektor penerbitan, meningkatkan intensitas komunikasi lintas kementerian/lembaga, dan memutakhirkan data kontribusi ekonomi dengan perbaikan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) Kreatif.

Page 114: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

97BAB 5: Penutup

Referensi Baiquni, Ahmad, Ekspor produk industri kreatif 2013 tembus Rp.119,7T, 13 Februari 2014, diakses daring melalui www.merdeka.com.

Behar, dkk (2011) ‘Publishing in the digital era’. A Bain & Company study for the Forum d’Avignon, Bain & Company, Inc.

Bismo, Mahesa, Jumlah Penerbitan Buku Indonesia Tergolong Rendah, 9 Oktober 2013, Diakses daring melalui www.beritasatu.com

Business & Economy, Farid Aulia Tanjung, Ekonomi Kreatif, Seberapa penting bagi Indonesia, 3 Maret 2014, Diakses daring melalui www.bglconline.com.

Carreiro, E. (2010) ‘Electronic books: How digital devices and supplementary new technologies are changing the face of the publishing industry’, Publishing research quarterly, 26(4), pp. 219–235.

Gennard, John dan Dunn, Steve (1983) ‘The impact of new technology on the structure and organization of craft unions in the printing industry’. Business Journal of Industrial Relations, 21(1)17-32, diterbitkan daring pada 2 Januari 2009.

Lina, Kemendikbud : Indonesia masih kekurangan penulis, 25 November 2013, Diakses daring melalui www.mizan.com.

Lyubareva I., Benghozi P.-J.,Fidele T. (2013), ‘Online Business Models in Creative Industries: Diversity and Structure’, Journal of International Studies in Management and Organization, forthcoming

Miyamoto, Dai dan Whittaker, D.H (2005) ‘The Book Publishing Industry in Japan and the UK: Corporate Philosophy/Objectives, Behaviour and Market Structure’. ESRC Centre for Business Research, University of Cambridge Working Paper No. 309.

Moldvay, Caitlin(2012) Industry Analysis: Publi.shing. Printing in the US IBISWorld Industry Report. Diakses daring pada www.ibisworld.com.

Morgan, Nick (2012) What Is the Future of Publishing?. Diakses daring pada 14 maret 2014, melaluihttp://www.valueline.com.

Mussinelli, C. (2010) ‘Digital Publishing in Europe: a Focus on France, Germany, Italy and Spain’, Publishing research quarterly, 26(3), pp. 168–175.

Osterwalder.A dan Pigneur (2010) Business Model Generation, Wiley.

Piergiovanni, R., Carree, M. A. and Santarelli, E. (2012) ‘Creative industries, new business formation, and regional economic growth’,Small Business Economics, 39, pp. 539–560

Ronte, H. (2001) ‘The impact of technology on publishing’, Publishing research quarterly, 16(4), pp. 11–22.

Page 115: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

98 Ekonomi Kreatif: Rencana Aksi Jangka Menengah Penerbitan 2015-2019

Simon, JP dan De Pratto, G (2012) Statistical, Ecosystem and Competitivenes, Analysis of the Media and Content Industry: The publishing Industry. JRC Technical Reports, European Commission.

Siregar, Aminuddin, Klub Haus Buku, 4 Juni 2008, Penerbit Buku Di Indonesia, Diakses daring melalui www.klubhausbuku.wordpress.com

Sozio, Lauren.C (2011) ‘From Hardback to Software: How the Publishing Industry is Coping with Convergence’.MSc in Global Media and Communications, Compiled by Dr. Bart Cammaerts and Dr. Nick Anstead.MEDIA@LSE Electronic MSc Dissertation Series

Throsby, D., (2001), Economics and Culture, Cambridge: Cambridge University Press Tian, X. and Mrtin, B. (2010) ‘Digital technologies for book publishing’, Publishing research quarterly, 26(3), pp. 151–167

Wedhaswary, Inggried dwi, Jumlah Terbitan Buku di Indonesia Rendah, 25 Juni 2012, Diakses daring melalui www.kompas.com.

Wiener,Jessica (2013)‘The Benefits of Self-Publishing vs. Traditional Publishing’. Diakses daring pada 14 Maret 2014,melalui http://www.amarketingexpert.com

Yew, Cheang Chee.,dan Tan, Eugene., (2005).The Print Industry: An Overview. Publisher: Information Services Division. National Library Board, Singapore.

Laporan Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik No. 57 Tahun 2009 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.

Skillset Assesment United Kingdom Tahun 2011, Sector Skills Assessment for the Creative Industries of the UK.

European Commission. (2009) Printing and Publishing. Comprehensive sectoral analysis of emerging competencesand economic activities in the European Union, Directorate-General for Employment, Social Affairs and Equal OpportunitiesUnit F3. Diakses daring pada http://ec.europa.eu

Department for Culture, Media & Sport Classifying andMeasuring the Creative Industries (UK)(2011)

British Council’s Creative and CulturalEconomy Series, Singapore (2010)

Page 116: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

99BAB 5: Penutup

Lain-lain Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional JakartaMerriam - Webster Dictionary

[Liputan 6] Forum Lingkar Pena: Pabrik Penulis Cerita, 22 September 2013, Diakses daring melalui www.news.liputan6.com.

Majalah Indonesia Print Media Edisi 48 September - Oktober 2012.

Kurangnya Perhatian Pemerintah Indonesia pada Penerbitan Buku, Diakses online melalui www.infoakademika.com

Informasi Industri Buku Indonesia, 14 Maret 2014, Diakses online melalui http://ikapi.org

Mengenal eBook Store, Apa pandangan Anda tentang buku digital?, 27 September 2013, Diakses online melalui www.ikapi.com

Bowker: annual report on U.S print book publishing for 2012

Publications Collection Classification Guidelines, MAY 2013,For the Collection and Classification of 2013 University Research Publications, The Melbourne University

Page 117: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

100 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Page 118: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

101Lampiran

LAMPIRAN

Page 119: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

102 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

MA

TRIK

S T

UJU

AN

, SA

SA

RA

N, A

RA

H K

EBIJ

AK

AN

, DA

N S

TRA

TEG

I PEN

GEM

BA

NG

AN

PEN

ERB

ITA

N

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

MIS

I 1: M

enge

mba

ngka

n su

mbe

rday

a lo

kal k

reat

if b

agi p

ener

bita

n In

done

sia

yan

g be

rkua

litas

dan

ber

daya

sai

ng

1, P

enci

ptaa

n su

mbe

r da

ya m

anus

ia k

reat

if p

ener

bita

n ya

ng b

erku

alit

as d

an b

erda

ya s

aing

1.1

Men

ingk

atny

a m

utu

peng

elol

aan

Pen

didi

kan

Form

al, N

on-F

orm

al d

an

Info

rmal

yan

g m

endu

kung

ora

ng

krea

tif P

ener

bita

n m

erat

a di

sel

uruh

pr

ovin

si, k

abup

aten

, dan

kot

a

aB

eker

jasa

ma

deng

an D

epar

tem

en P

endi

dika

n da

lam

mel

akuk

an k

ajia

n da

n pe

nyem

purn

aan

kuri

kulu

m p

endi

dika

n da

n pe

latih

an a

gar

lebi

h be

rori

enta

si p

ada

pem

bent

ukan

kr

eativ

itas

dan

kew

irau

saha

an

1M

enin

gkat

an m

utu

lem

baga

pen

didi

kan,

tena

ga k

epen

didi

kan

yang

men

duku

ng p

enci

ptaa

n da

n pe

nyeb

aran

ora

ng k

reat

if

pene

rbita

n se

cara

ber

kela

njut

an k

husu

snya

di W

ilaya

h In

done

sia

Teng

ah d

an T

imur

2M

endo

rong

ters

edia

nya

tena

ga a

hli

pend

idik

an y

ang

berk

ualit

as ,y

ang

men

duku

ng p

enci

ptaa

n da

n pe

nyeb

aran

or

ang

krea

tif p

ener

bita

n se

cara

ber

kela

njut

an k

husu

snya

di

Wila

yah

Indo

nesi

a Te

ngah

dan

Tim

ur

bM

emba

ngun

mek

anis

me

kem

itraa

n an

tara

pem

erin

tah,

lem

baga

pen

didi

kan,

da

n pe

latih

an

deng

an p

elak

u us

aha

da

n ko

mun

itas

untu

k m

enge

mba

ngka

n pe

ndid

ikan

dan

pel

atih

an b

erku

alita

s un

tuk

men

gem

bang

kan

pen

erbi

tan

Indo

nesi

a

3M

elak

ukan

pem

etaa

n le

mba

ga n

onfo

rmal

dan

kom

unita

s te

rkai

t ind

ustr

i pen

erbi

tan

4M

embe

rday

akan

kom

unita

s da

n le

mba

ga p

endi

dika

n fo

rmal

/no

nfor

mal

yan

g m

endu

kung

pen

cipt

aan

dan

peny

ebar

an

oran

g kr

eatif

pen

erbi

tan

seca

ra b

erke

lanj

utan

1.2

Men

gopt

imal

kan

peny

edia

an d

an

peni

ngka

tan

sara

na d

an p

rasa

rana

ya

ng m

enga

rusu

tam

akan

kre

ativ

itas

SD

M P

ener

bita

n m

erat

a di

sel

uruh

pr

ovin

si, k

abup

aten

, dan

kot

a

aB

eker

ja s

ama

deng

an D

epar

tem

en

Pen

didi

kan

Nas

iona

l dal

am P

enge

mba

ngan

P

endi

dika

n ya

ng M

emba

ngun

SD

M

pene

rbita

n y

ang

Ber

jiwa

Kre

atif,

Inov

atif,

S

port

if d

an W

irau

saha

1M

emba

ngun

dan

men

gem

bang

kan

fasi

litas

pen

didi

kan

dan

pela

tihan

ber

kual

itas

untu

k m

enge

mba

ngka

n in

dust

ri

pene

rbita

n In

done

sia

di ti

ngka

t pro

vins

i, ka

bupa

ten

dan

kota

2M

enin

gkat

kan

jum

lah

dan

mem

perb

aiki

fasi

litas

lem

baga

pe

ndid

ikan

dan

pel

atih

an fo

rmal

dan

info

rmal

yan

g m

endu

kung

pen

cipt

aan

oran

g kr

eatif

pen

erbi

tan

di p

rovi

nsi,

kabu

pate

n da

n ko

ta

Page 120: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

103Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

2. P

erlin

dung

an, p

enge

mba

ngan

dan

pem

anfa

atan

sum

ber

daya

ala

m d

an s

umbe

r da

ya b

uday

a ya

ng m

endu

kung

usa

ha p

ener

bita

n se

cara

ber

kela

njut

an

2.1

Men

duku

ng p

enye

diaa

n ba

han

baku

yan

g m

enun

jang

pro

dukt

ivita

s pe

nerb

itan

deng

an m

engg

unak

an

sum

ber

daya

ala

m In

done

sia

(yan

g te

rbar

ukan

)

aP

enye

diaa

n ba

han

baku

unt

uk k

ebut

uhan

pr

oduk

si k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

1M

enin

gkat

kan

akse

s da

n di

stri

busi

terh

adap

pen

yedi

aan

baha

n ba

ku k

erta

s da

n tin

ta y

ang

mur

ah d

an te

rjan

gkau

un

tuk

men

duku

ng k

eber

lang

sung

an k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

ceta

k

2M

endu

kung

ket

erse

diaa

n su

mbe

r da

ya lo

kal k

husu

snya

ke

rtas

dan

tint

a ra

mah

ling

kung

an u

ntuk

dig

unak

an s

ebag

ai

baha

n ba

ku p

rodu

ksi i

ndus

tri p

ener

bita

n

2.2

Men

yedi

akan

dat

a da

n in

form

asi

sum

ber

daya

bud

aya

yang

aku

rat

dan

terp

erca

ya d

an d

apat

dia

kses

se

cara

mud

ah d

an c

epat

unt

uk

men

gem

bang

kan

kont

en k

reat

if

pene

rbita

n

aP

enge

mba

ngan

, Pem

bina

an d

an

Per

lindu

ngan

kar

ya k

reat

if p

ener

bita

n in

done

sia

yang

ber

nila

i bud

aya

seb

agai

jati

diri

ban

gsa

1M

elak

ukan

ker

jasa

ma

deng

an s

ubse

ktor

eko

nom

i kre

atif

la

inny

a un

tuk

men

gem

bang

kan

kary

a kr

eatif

pen

erbi

tan

yang

m

enun

jukk

an id

entit

as b

uday

a ba

ngsa

2 M

engo

ptim

alka

n pe

nelit

ian

terk

ait d

enga

n ka

rya

krea

tif

pene

rbita

n ya

ng b

erni

lai b

uday

a tin

ggi

bP

eles

tari

an k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

yan

g m

emili

ki n

ilai s

ejar

ah b

uday

a ba

ngsa

3M

embe

rika

n pe

rlin

dung

an k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

loka

l te

rhad

ap in

vasi

bud

aya

nega

ra la

in m

asuk

ke

Indo

nesi

a

MIS

I 2:

Men

gem

bang

kan

pene

rbit

an In

done

sia

yang

tum

buh

mer

ata,

ber

daya

sai

ng d

an b

erke

lanj

utan

3. P

ertu

mbu

han

wir

ausa

ha, u

saha

dan

kar

ya k

reat

if p

ener

bita

n ya

ng m

erat

a da

n be

rday

a sa

ing

3.1

Men

ingk

atny

a w

irau

saha

kre

atif

pe

nerb

itan

loka

l yan

g be

rday

a sa

ing

, be

rtum

buh

dan

berk

elan

juta

n

 

aO

ptim

alis

asi i

klim

kol

abor

asi d

an p

enci

ptaa

n je

jari

ng k

reat

if a

ntar

wir

ausa

ha k

reat

if

pene

rbita

n di

ting

kat l

okal

, nas

iona

l, da

n gl

obal

1M

elak

ukan

pen

data

an d

an p

emet

aan

men

gena

i pot

ensi

w

irau

saha

kre

atif,

usa

ha k

reat

if d

an o

rang

kre

atif

pen

erbi

tan

sert

a st

akeh

olde

r ya

ng t

erka

it in

dust

ri p

ener

bita

n

bP

enye

lara

san

pend

idik

an d

enga

n ke

butu

han

duni

a us

aha

dan

duni

a in

dust

ri2

Men

doro

ng p

ara

wir

ausa

haw

an s

ukse

s un

tuk

berb

agi

peng

alam

an d

an k

eahl

ian

di in

stitu

si p

endi

dika

n m

enen

gah

dan

pend

idik

an ti

nggi

dal

am p

enge

mba

ngan

cal

on

wir

ausa

ha k

reat

if p

ener

bita

n

Page 121: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

104 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

3.2

Men

ingk

atny

a us

aha

krea

tif

pene

rbita

n lo

kal y

ang

berd

aya

sain

g,

bert

umbu

h, d

an b

erke

lanj

utan

aP

enci

ptaa

n us

aha

krea

tif p

ener

bita

n lo

kal d

i w

ilaya

h In

done

sia

Tim

ur d

enga

n m

elak

ukan

K

oord

inas

i ant

ar K

emen

tria

n da

n/at

au

Lem

baga

Pem

erin

tah

pusa

t dan

dae

rah

1M

endu

kung

pem

erat

aan

indu

stri

pen

erbi

tan

dan

perc

etak

an

ke s

elur

uh In

done

sia

khus

usny

a ba

gian

Wila

yah

Indo

nesi

a Te

ngah

dan

Tim

ur

bO

ptim

alis

asi i

klim

kol

abor

asi d

an k

eter

kaita

n an

tar

usah

a kr

eatif

pen

erbi

tan

mau

pun

anta

ra in

dust

ri k

reat

if l

ainn

ya d

i tin

gkat

lo

kal,

nasi

onal

, dan

glo

bal

2M

embu

ka ja

lur

kerj

asam

a de

ngan

sub

sekt

or e

kono

mi k

reat

if

lain

nya

untu

k m

enge

mba

ngka

n ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n ya

ng

men

unju

kkan

iden

titas

bud

aya

bang

sa

3M

endu

kung

pen

gem

bang

an m

odel

bis

nis

wir

ausa

ha d

an

usah

a kr

eatif

bar

u

3.3

Men

ingk

atny

a ke

raga

man

dan

ku

alita

s ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n lo

kal b

erba

sis

buda

ya b

angs

a

aP

enge

mba

ngan

wac

ana

dan

eksp

lora

si

bent

uk-b

entu

k ba

ru d

alam

pen

cipt

aan

kary

a kr

eatif

pen

erbi

tan

yang

mem

anfa

atka

n

sum

ber

daya

bud

aya

loka

l sec

ara

berk

elan

juta

n

1M

emfa

silit

asi p

enel

itian

terk

ait d

enga

n ka

rya

krea

tif

pene

rbita

n y

ang

bern

ilai b

uday

a ba

ngsa

dan

sum

bser

day

a lo

kal t

ingg

i

2M

emfa

silit

asi p

enda

ftar

an k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

be

rkua

litas

unt

uk t

erda

ftar

dal

am H

KI d

an m

asuk

men

jadi

ke

kaya

aan

inte

lekt

ual d

an b

uday

a ba

ngsa

MIS

I 3: M

enge

mba

ngka

n lin

gkun

gan

pene

rbit

an In

done

sia

yang

men

garu

suta

maa

n kr

eati

vita

s da

n ko

ndus

if d

alam

pem

bang

unan

nas

iona

l den

gan

mel

ibat

kan

selu

ruh

pem

angk

u ke

pent

inga

n

4. P

enci

ptaa

n m

odel

pem

biay

aan

yang

ses

uai,

mud

ah d

iaks

es, d

an k

ompe

titi

f bag

i usa

ha, w

irau

saha

dan

ora

ng k

reat

if p

ener

bita

n

4.1

Men

yedi

akan

pem

biay

aan

pene

litia

n

dan

pele

star

ian

kary

a kr

eatif

pe

nerb

itan

berk

aita

n de

ngan

bud

aya

bang

sa, s

astr

a da

n se

jara

h

aP

enge

mba

ngan

alt

erna

tif p

embi

ayaa

n un

tuk

pene

litia

n pe

mbu

atan

kar

ya k

reat

if

pene

rbita

n ya

ng s

esua

i, da

pat d

iaks

es

deng

an m

udah

, dan

kom

petit

if

1M

emfa

silit

asi a

dany

a sk

ema

pem

biay

aan

penc

etak

an u

ntuk

ke

berl

angs

unga

n pr

oduk

tivita

s us

aha

pene

rbita

n ka

rya

krea

tif c

etak

loka

l khu

susn

ya b

erka

itan

deng

an b

uday

a ba

ngsa

dan

bah

asa

daer

ah y

ang

mul

ai h

ilang

aP

enye

diaa

n pe

mbi

ayaa

n pe

ncet

akan

kar

ya

krea

tif p

ener

bita

n lo

kal u

ntuk

men

doro

ng

kem

ajua

n us

aha

pene

rbita

n ce

tak

loka

l

1M

emba

ntu

pem

biay

aan

pene

litia

n k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

(ber

kaita

n de

ngan

bud

aya

bang

sa d

an b

ahas

a da

erah

yan

g m

ulai

hila

ng)

agar

dap

at b

erta

han

dan

lest

ari

Page 122: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

105Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

5. P

enge

mba

ngan

pas

ar y

ang

luas

bag

i pen

erbi

tan

di d

alam

dan

luar

neg

eri y

ang

berk

ualit

as d

an b

erke

lanj

utan

5.1

Men

ingk

atny

a pe

netr

asi d

an

dive

rsifi

kasi

pas

ar k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

nasi

onal

dan

in

tern

asio

nal

aP

enin

gkat

an k

ualit

as b

rand

ing,

pro

mos

i, pa

mer

an, f

estiv

al, m

isi d

agan

g, B

2B

netw

orki

ng in

dust

ri p

ener

bita

n d

i dal

am d

an

luar

neg

eri

1M

enga

daka

n fe

stiv

al in

tern

asio

nal y

ang

akan

m

empe

rtem

ukan

pel

aku

krea

tif p

ener

bita

n In

done

sia

dan

pem

angk

u ke

pent

inga

n in

dust

ri p

ener

bita

n m

anca

neg

ara

bP

enge

mba

ngan

sis

tem

info

rmas

i pas

ar k

arya

kr

eatif

pen

erbi

tan

di d

alam

neg

eri y

ang

dapa

t dia

kses

den

gan

mud

ah d

an in

form

asi

didi

stri

busi

kan

deng

an b

aik

2M

embu

at p

orta

l dat

a ba

se d

alam

ran

gka

mem

bang

un

jeja

ring

ant

ara

pel

aku

usah

a p

ener

bita

n da

n st

akeh

olde

r in

dust

ri p

ener

bita

n d

an m

empe

rlua

s ja

ngka

uan

dist

ribu

si

prod

uk k

reat

if p

ener

bita

n In

done

sia

di d

alam

dan

luar

ne

geri

di ti

ngka

t lok

al,

nasi

onal

dan

glo

bal

cP

emba

tasa

n te

rhad

ap k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

man

cane

gara

dan

men

duku

ng

kary

a kr

eatif

pen

erbi

tan

loka

l.

3M

emfa

silit

asi j

ejar

ing

pela

ku in

dust

ri p

ener

bita

n d

i tin

gkat

lo

kal,

nasi

onal

, dan

glo

bal d

alam

ske

ma

ko-p

rodu

ksi

seba

gai b

agia

n da

ri r

anta

i dis

trib

usi k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

Indo

nesi

a

6. P

enye

diaa

n in

fras

truk

tur

logi

stik

dan

tekn

olog

i pen

duku

ng in

dust

ri p

ener

bita

n ya

ng te

pat g

una,

mud

ah d

iaks

es, d

an k

ompe

titi

f

6.1

Men

yedi

akan

infr

astr

uktu

r lo

gist

ik

dan

jari

ngan

inte

rnet

yan

g m

emad

ai

dan

kom

petit

if u

ntuk

pem

enuh

an

kebu

tuha

n pa

sar

bagi

indu

stri

pe

nerb

itan

seca

ra m

erat

a di

sel

uruh

pr

ovin

si, k

abup

aten

, dan

kot

a

aP

enge

mba

ngan

infr

astr

uktu

r lo

gist

ik d

i da

lam

neg

eri y

ang

dapa

t dia

kses

den

gan

mud

ah u

ntuk

men

duku

ng in

dust

ri p

ener

bita

n

1M

emfa

silit

asi a

lter

natif

jalu

r di

stri

busi

dan

ker

ja s

ama

indu

stri

unt

uk m

embe

rika

n ke

mud

ahan

aks

es d

an h

arga

kh

usus

bag

i kon

sum

en p

elaj

ar te

rkai

t kar

ya k

reat

if

pene

rbita

n

2M

emfa

silit

asi p

enin

gkat

an p

erse

bara

n da

n ke

cepa

tan

inte

rnet

di I

ndon

esia

unt

uk m

endu

kung

pro

dukt

ivita

s pe

laku

pe

nerb

itan

Indo

nesi

a

bP

engu

atan

dan

per

luas

an p

eman

faat

an T

IK

untu

k m

enga

kses

kar

ya k

reat

if p

ener

bita

n In

done

sia

3Te

rsed

iany

a te

knol

ogi p

endu

kung

dal

am m

emfa

silit

asi

peni

ngka

tan

kual

itas

usah

a da

n pe

rlin

dung

an k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

Page 123: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

106 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

7. P

enci

ptaa

n ke

lem

baga

an y

ang

kond

usif

dan

men

garu

suta

mak

an k

reat

ivit

as d

alam

pen

gem

bang

an e

kono

mi k

reat

if p

ener

bita

n

7.1

Men

cipt

akan

reg

ulas

i yan

g m

endu

kung

pen

cipt

aan

iklim

yan

g ko

ndus

if u

ntuk

men

ingk

atan

mut

u

dan

peny

ebar

an o

rang

kre

atif,

w

irau

saha

kre

atif

dan

usa

ha k

reat

if

pene

rbita

n In

done

sia

aH

arm

onis

asi r

egul

asi (

men

cipt

akan

, de

-reg

ulas

i) da

lam

hal

pen

didi

kan

dan

apre

sias

i, pe

man

faat

an d

an p

enge

mba

ngan

su

mbe

r da

ya b

angs

a, p

enci

ptaa

n ni

lai k

reat

if

dan

indu

stri

pen

erbi

tan

bese

rta

indu

stri

pe

nduk

unga

nya,

pem

biay

aan,

per

luas

an

pasa

r, in

fras

truk

tur,

HK

I

1H

arm

onis

asi-

regu

lasi

terk

ait p

endi

dika

n da

n pe

nerb

itant

erka

it ke

berl

angs

unga

n ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n,

sala

h sa

tuny

a ad

alah

Und

ang-

Und

ang

Per

buku

an

2H

arm

onis

asi-

regu

lasi

terk

ait p

erda

gang

an, t

ekno

logi

dan

pe

nerb

itan

khus

usny

a te

rkai

t per

sain

gan

usah

a

pene

rbita

n In

done

sia

yang

kon

dusi

f

3H

arm

onis

asi-

regu

lasi

terk

ait p

erpa

jaka

n da

n pe

nerb

itan.

7.2  

Men

ingk

atny

a pa

rtis

ipas

i akt

if

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

pe

ngem

bang

an p

ener

bita

n In

done

sia

seca

ra b

erke

lanj

utan

 

aP

enin

gkat

an s

iner

gi,k

oord

inas

i, da

n ko

labo

rasi

ant

ar a

ktor

(int

elek

tual

, bis

nis,

ko

mun

itas,

dan

pem

erin

tah)

dan

ora

ng k

reat

if

pene

rbita

n da

lam

men

gem

bang

kan

ekon

omi

krea

tif

1M

enci

ptak

an d

an m

embe

rday

akan

wad

ah k

onso

lidas

i, ko

ordi

nasi

, res

ourc

e sh

arin

g, d

an k

erja

kol

ektif

ant

ar

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

ben

tuk

foru

m m

aupu

n ko

mun

itas

bP

enge

mba

ngan

, pem

bent

ukan

dan

pe

ning

kata

n k

ualit

as o

rgan

isas

i ata

u w

adah

ya

ng d

apat

mem

perc

epat

pen

gem

bang

an

ekon

omi k

reat

if in

dust

ri p

ener

bita

n

1M

enga

ktif

kan

dan

mem

fasi

litas

i aso

sias

i pen

erbi

t unt

uk

berj

ejar

ing

di ti

ngka

t lok

al, n

asio

nal,

mau

pun

glob

al

7.3

Terc

apai

nya

krea

tivi

tas

pene

rbit

an

seba

gai p

arad

igm

a pe

mba

ngun

an

dan

dala

m k

ehid

upan

mas

yara

kat

aP

enge

mba

ngan

dan

pem

bang

unan

kre

ativ

itas

dan

inte

lekt

ual m

asya

raka

t mel

alui

kar

ya

krea

tif p

ener

bita

n In

done

sia

1M

enin

gkat

kan

min

at b

aca

dan

tulis

mas

yara

kat s

erta

be

rpih

ak p

ada

peng

guna

an k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

nasi

onal

2A

dany

a pe

ruba

han

pola

pik

ir d

an k

emaj

uan

krea

tivita

s m

asya

raka

t mel

alui

ada

ptas

i kar

ya-k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

yang

dik

elol

a m

enja

di k

arya

kre

atif

lain

yan

g be

rnila

i ek

onom

i dan

bud

aya

yang

ting

gi

Page 124: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

107Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NA

RA

H K

EB

IJA

KA

NS

TR

AT

EG

I

7.4  

Men

ingk

atny

a po

sisi

, kon

trib

usi,

kem

andi

rian

ser

ta k

epem

impi

nan

pene

rbita

n In

done

sia

dala

m fo

ra

inte

rnas

iona

l

 

aM

enin

gkat

nya

posi

si, k

ontr

ibus

i, ke

man

diri

an

sert

a ke

pem

impi

nan

Indo

nesi

a da

lam

foru

m

dipl

omas

i bila

tera

l, re

gion

al d

an m

ultil

ater

al

1M

enja

lin k

emitr

aan

stra

tegi

s de

ngan

neg

ara

yang

mem

iliki

ke

maj

uan

di b

idan

g pe

nerb

itan

dala

m fo

rum

dip

lom

asi

bila

tera

l, re

gion

al d

an m

ultil

ater

al

bM

enin

gkat

nya

jum

lah

pese

rta

dala

m fe

stiv

al

dan

even

inte

rnas

iona

l2

Mem

fasi

litas

i kei

kuts

erta

an p

elak

u pe

nerb

itan

Indo

nesi

a de

ngan

mem

beri

kan

subs

idi a

tau

spon

sors

hip

bagi

ora

ng

krea

tif d

an p

ener

bit i

ndon

esia

yan

g m

ampu

ikut

ser

ta d

alam

fe

stiv

al d

an e

ven

inte

rnas

iona

l

7.5

Men

ingk

atny

a ap

resi

asi k

epad

a or

ang/

kary

a/w

irau

saha

/usa

ha

krea

tif p

ener

bita

n lo

kal d

i tin

gkat

na

sion

al d

an in

tern

asio

nal

aM

emfa

silit

asi d

an m

embe

rika

n pe

ngha

rgaa

n ya

ng p

rest

isiu

s ba

gi o

rang

/kar

ya/

wir

ausa

ha/

usah

a kr

eatif

loka

l di t

ingk

at

nasi

onal

dan

inte

rnas

iona

l

1M

emfa

silit

asi t

erbe

ntuk

nya

lem

baga

pen

ghar

gaan

bag

i kar

ya

mau

pun

usah

a kr

eatif

di b

idan

g pe

nerb

itan

yang

a d

ilaku

kan

seca

ra b

erke

lanj

utan

dan

pre

stis

ius.

2M

embe

rika

n pe

ngha

rgaa

n ba

gi k

arya

mau

pun

usah

a kr

eatif

da

lam

bid

ang

pene

rbita

n se

cara

ber

kala

3M

emfa

silit

asi k

eiku

tser

taan

kar

ya p

ener

bita

n ya

ng

berk

ualit

as u

ntuk

men

giku

ti ko

mpe

tisi k

arya

kre

atif

di d

alam

m

aupu

n lu

ar n

eger

i

7.6

Men

ingk

atny

a ap

resi

asi m

asya

raka

t te

rhad

ap s

umbe

r da

ya a

lam

dan

bu

daya

loka

l ya

ng d

ihas

ilkan

mel

alui

ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n

aM

enin

gkat

kan

kesa

dara

n da

n pe

nget

ahua

n m

asya

raka

t unt

uk m

engg

unak

an k

arya

kr

eatif

pen

erbi

tan

loka

l

1M

enga

daka

n so

sial

isas

i dan

info

rmas

i ter

kait

pent

ingn

ya

peng

guna

an p

rodu

k pe

nerb

itan

loka

l ser

ta k

ualit

as k

arya

kr

eatif

pen

erbi

tan

loka

l yan

g tid

ak k

alah

ber

sain

g de

ngan

ka

rya

pene

rbita

n a

sing

Page 125: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

108 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

MA

TRIK

S IN

DIK

AS

I STR

ATE

GIS

PEN

GEM

BA

NG

AN

PEN

ERB

ITA

N

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

MIS

I 1 M

enge

mba

ngka

n su

mbe

rday

a lo

kal k

reat

if b

agi i

ndus

tri p

ener

bita

n ya

ng b

erku

alit

as d

an b

erda

ya s

aing

1P

enci

ptaa

n su

mbe

r da

ya m

anus

ia k

reat

if

pene

rbita

n ya

ng b

erku

alita

s da

n be

rday

a sa

ing

aM

enin

gkat

nya

jum

lah

Pen

didi

kan

Form

al d

an N

onfo

rmal

di p

rovi

nsi/

Kab

upat

en/K

ota

yan

g

men

impl

emen

tasi

kan

kuri

kulu

m p

endi

dika

n so

ft s

kill

yang

men

duku

ng k

eber

lang

sung

an o

rang

kre

atif

di

bida

ng p

ener

bita

n

bB

erta

mba

hnya

sej

umla

h le

mba

ga p

endi

dika

n fo

rmal

, non

-for

mal

, kom

unita

s ya

ng d

ifas

ilita

si s

aran

a da

n pr

asar

ana

kre

ativ

itas

di s

elur

uh p

rovi

nsi,

kabu

pate

n, d

an k

ota

terk

ait p

embu

atan

kar

ya k

reat

if p

ener

bita

n

cA

dany

a pe

met

aan

lem

baga

non

form

al d

an k

omun

itas

di In

done

sia

terk

ait p

enge

mba

ngan

SD

M k

reat

if

dM

enin

gkat

nya

seju

mla

h pe

sert

a pe

latih

an/w

orks

hop

berk

aita

n de

ngan

pen

ulis

an k

onte

n (IP

Aw

aren

ess,

Cr

eativ

e Th

inki

ng, E

ditin

g, D

esig

n da

n A

nim

atio

n)

2.P

erlin

dung

an, p

enge

mba

ngan

dan

pe

man

faat

an s

umbe

r da

ya a

lam

dan

sum

ber

daya

bud

aya

bagi

indu

stri

pen

erbi

tan

seca

ra

berk

elan

juta

n

aTe

rsed

iany

a ba

han

baku

ker

tas

dan

tinta

yan

g m

enun

jang

pro

dukt

ivita

s pe

nerb

itan

sehi

ngga

terj

angk

au d

an

terb

aruk

an

bTe

rsed

iany

a se

jum

lah

data

dan

info

rmas

i sum

ber

daya

bud

aya

yang

aku

rat d

an te

rper

caya

dan

dap

at d

iaks

es

seca

ra m

udah

dan

cep

at u

ntuk

men

gem

bang

kan

kont

en k

reat

if p

ener

bita

n

cM

enin

gkat

nya

seju

mla

h pe

nelit

ian

/ ka

rya

krea

tif b

erba

sis

sum

ber

daya

bud

aya

loka

l unt

uk p

enge

mba

ngan

ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n

MIS

I 2:

Men

gem

bang

kan

indu

stri

pen

erbi

tan

yang

tum

buh

mer

ata,

ber

daya

sai

ng d

an b

erke

lanj

utan

3.P

ertu

mbu

han

indu

stri

pen

erbi

tan

yang

m

erat

a da

n be

rday

a sa

ing

aA

dany

a pe

met

aan

terk

ait w

irau

saha

, usa

ha d

an k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

bB

erta

mba

hnya

jum

lah

wir

ausa

ha k

reat

if p

ener

bita

n lo

kal y

ang

berd

aya

sain

g , b

ertu

mbu

h da

n be

rkel

anju

tan

cB

erta

mba

hnya

sej

umla

h u

saha

kre

atif

pen

erbi

tan

loka

l yan

g m

erat

a b

erda

ya s

aing

, ber

tum

buh,

dan

be

rkel

anju

tan

di w

ilaya

h In

done

sia

Tim

ur

dB

erke

mba

ngny

a m

odel

bis

nis

baru

yan

g tu

mbu

h da

n b

erke

mba

ng d

i bid

ang

pene

rbita

n In

done

sia

Page 126: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

109Lampiran

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

eB

erta

mba

hnya

seJ

umla

h ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n lo

kal y

ang

bera

gam

dan

ber

kual

itas

dan

berb

asis

bud

aya

bang

sa

fA

dany

a se

jum

lah

kerj

asam

a te

rkai

t pen

gelo

laan

hak

cip

ta (a

lih m

edia

) kar

ya k

reat

if p

enin

ggi e

rbita

n m

enja

di

kary

a kr

eatif

lain

yan

g be

rnila

i eko

nom

i dan

bud

aya

tingg

i

MIS

I 3: M

enge

mba

ngka

n lin

gkun

gan

pene

rbit

an y

ang

kond

usif

yan

g m

enga

rusu

tam

aan

krea

tivi

tas

dala

m p

emba

ngun

an n

asio

nal d

enga

n m

elib

atka

n se

luru

h pe

man

gku

kepe

ntin

gan

4.P

enci

ptaa

n m

odel

pem

biay

aan

yang

ses

uai,

mud

ah d

iaks

es, d

an k

ompe

titif

bag

i ind

ustr

i pe

nerb

itan

aB

erta

mba

hnya

sej

umla

h ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n (b

erka

itan

deng

an b

uday

a ba

ngsa

dan

bah

asa

daer

ah y

ang

mul

ai h

ilang

) kem

bali

dile

star

ikan

bB

erta

mba

hnya

sej

umla

h pe

nelit

ian/

kary

a kr

eatif

yan

g di

pro

duks

i ber

kaita

n de

ngan

pel

esta

rian

bud

aya

bang

sa, b

ahas

a da

erah

, sas

tra

dan

seja

rah

5.P

enge

mba

ngan

pas

ar y

ang

luas

bag

i pe

nerb

itan

di d

alam

dan

luar

neg

eri y

ang

berk

ualit

as d

an b

erke

lanj

utan

aB

erta

mba

hnya

sej

umla

h k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

yang

dite

rjem

ahka

n ke

dal

am b

ahas

a as

ing

(Go

Inte

rnas

iona

l)

bA

dany

a ke

giat

an p

amer

an/f

estiv

al y

ang

mem

asar

kan

kary

a kr

eatif

pen

erbi

tan

Indo

nesi

a ya

ng d

ilaku

kan

seca

ra m

erat

a di

pro

vins

i/ka

bupa

ten/

kota

cM

enin

gkat

nya

seju

mla

h ke

giat

an p

amer

an k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

Indo

nesi

a ya

ng d

ilaku

kan

di lu

ar n

eger

i (e

vent

-eve

nt in

tern

asio

nal)

dM

enin

gkat

nya

pese

rta

keg

iata

n pa

mer

an k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

Indo

nesi

a ya

ng d

ilaku

kan

di lu

ar n

eger

i (e

vent

-eve

n in

tern

asio

nal)

eM

enin

gkat

nya

seju

mla

h k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

Indo

nesi

a ya

ng d

ialih

med

iaka

n ba

ik n

asio

nal m

aupu

n in

tern

asio

nal

fTe

rsed

iany

a po

rtal

dat

a ba

se k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

yang

dap

at d

iaks

es d

an d

igun

akan

unt

uk m

emba

ngun

je

jari

ng p

emas

aran

6.P

enye

diaa

n in

fras

truk

tur

logi

stik

dan

te

knol

ogi p

endu

kung

indu

stri

pen

erbi

tan

yang

te

pat g

una,

mud

ah d

iaks

es, d

an k

ompe

titif

aB

erta

mba

hnya

inf

rast

rukt

ur lo

gist

ik u

ntuk

dis

trib

usi k

arya

kre

atif

cet

ak y

ang

mem

adai

dan

kom

petit

if u

ntuk

pe

men

uhan

keb

utuh

an p

asar

sec

ara

mer

ata

di s

elur

uh p

rovi

nsi,

kabu

pate

n, d

an k

ota

Page 127: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

110 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

MIS

I/T

UJU

AN

/SA

SA

RA

NIN

DIK

AS

I ST

RA

TE

GIS

bM

enin

gkat

nya

pers

ebar

an a

kses

jari

ngan

inte

rnet

yan

g m

emad

ai s

ecar

a m

erat

a di

sel

uruh

pro

vins

i, ka

bupa

ten,

dan

kot

a ya

ng m

enun

jang

kar

ya k

reat

if p

ener

bita

n di

gita

l

cP

erta

mba

han

kece

pata

n ak

ses

inte

rnet

(MB

/s) y

ang

dapa

t dig

unak

an u

ntuk

kem

ajua

n pe

nerb

itan

terk

ait

peng

guna

an m

edia

dar

ing.

7P

enci

ptaa

n ke

lem

baga

an y

ang

kond

usif

da

n m

enga

rusu

tam

akan

kre

ativ

itas

dala

m

peng

emba

ngan

eko

nom

i kre

atif

indu

stri

pe

nerb

itan

aA

dany

a s

ejum

lah

regu

lasi

yan

g m

endu

kung

dan

mel

indu

ngi p

enci

ptaa

n ik

lim y

ang

kond

usif

unt

uk

men

ingk

atan

mut

u d

an p

enye

bara

n or

ang

krea

tif, w

irau

saha

kre

atif

dan

usa

ha k

reat

if p

ener

bita

n In

done

sia

bM

enin

gkat

nya

jum

lah

part

isip

asi a

ktif

kom

unita

s da

n pe

mer

inta

h da

lam

pen

gem

bang

an p

ener

bita

n In

done

sia

seca

ra b

erke

lanj

utan

cM

enin

gkat

nya

jum

lah

kar

ya k

reat

if p

ener

bita

n n

asio

nal

yang

dik

onsu

msi

mas

yara

kat

dM

engo

ptim

alka

n st

anda

risa

si k

arya

-kar

ya k

reat

if p

ener

bita

n se

pert

i bah

asa,

etik

a pe

nulis

an, E

YD (E

jaan

Ya

ng D

isem

purn

akan

)

eM

enin

gkat

nya

inte

lekt

ualit

as d

an g

aya

hidu

p be

rbud

aya

mas

yara

kat m

elal

ui k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

fM

enin

gkat

nya

jum

lah

med

ia b

aru

yang

dig

unak

an u

ntuk

men

gem

bang

kan

kont

en k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

gM

enin

gkat

nya

kerj

asam

a be

rkai

tan

deng

an p

ener

jem

ahan

kar

ya k

reat

if ,

pene

rbita

n ev

ent /

kon

fere

nsi /

da

lam

fora

inte

rnas

iona

l

hM

enin

gkat

nya

jum

lah

kri

tikus

kar

ya k

reat

if p

ener

bita

n lo

kal

iM

enin

gkat

nya

jum

lah

pen

ghar

gaan

kep

ada

kary

a k

reat

if/w

irau

saha

/usa

ha k

reat

if p

ener

bita

n lo

kal d

i tin

gkat

nas

iona

l dan

inte

rnas

iona

l

jM

enin

gkat

nya

min

at b

aca

dan

tulis

mas

yara

kat t

erha

dap

kary

a kr

eatif

pen

erbi

tan

loka

l

kM

enin

gkat

nya

apre

sias

i mas

yara

kat t

erha

dap

kary

a kr

eatif

pen

erbi

tan

loka

l

Page 128: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

111Lampiran

MA

TRIK

S R

ENC

AN

A A

KS

I PEN

GEM

BA

NG

AN

PEN

ERB

ITA

N 2

015-

2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 1

: Men

ingk

atny

a m

utu

peng

elol

aan

Pen

didi

kan

Form

al, N

on-F

orm

al d

an In

form

al y

ang

men

duku

ng o

rang

kre

atif

Pen

erbi

tan

mer

ata

di s

elur

uh p

rovi

nsi,

kabu

pate

n, d

an k

ota

1M

endu

kung

dan

mem

fasi

litas

i ke

men

teri

an p

endi

dika

n na

sion

al

untu

k m

ener

apka

n ku

riku

lum

pe

ndid

ikan

sof

tski

ll ke

pada

se

jum

lah

pend

idik

an fo

rmal

da

n no

nfor

mal

di 1

0 pr

ovin

si

berp

oten

si d

i Kal

iman

tan,

S

ulaw

esi,

Kep

ulau

an N

usa

teng

gara

dan

Pap

ua.

Mem

asuk

kan

unsu

r-un

sur

soft

ski

ll di

da

lam

ran

cang

an k

urik

ulum

pen

didi

kan

dasa

r

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Pen

didi

kan

  

xx

x

2P

enye

diaa

n te

naga

pen

didi

k da

n tu

tor

berk

ompe

ten

yang

m

erat

a d

i 10

prov

insi

ber

pote

nsi

di K

alim

anta

n, S

ulaw

esi,

Kep

ulau

an N

usa

teng

gara

dan

P

apua

.

Ber

mitr

a d

enga

n le

mba

ga p

endi

dika

n fo

rmal

, non

form

al d

an k

omun

itas

untu

k m

enge

mba

ngka

n so

ft s

kill

kary

a kr

eatif

pen

erbi

tan

deng

an fo

kus

mat

eri

IP A

war

enes

s, m

enul

is k

reat

if d

an

peny

untin

gan

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Pen

didi

kan

  

xx

x

3M

elak

ukan

pem

etaa

n po

tens

i dan

pub

likas

i has

il pe

met

aan

lem

baga

pen

didi

kan

no

nfor

mal

dan

kom

unita

s se

rta

sta

keho

lder

terk

ait

peng

emba

ngan

sdm

kre

atif

pe

nerb

itan

Pem

etaa

n di

butu

hkan

unt

uk m

elih

at

pote

nsi d

an p

elua

ng y

ang

dim

iliki

pe

nerb

itan

indo

nesi

a un

tuk

men

jaw

ab

tant

anga

n m

embe

ntuk

SD

M K

reat

if

Pen

erbi

tan

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Pen

didi

kan;

Kom

unita

s

xx

  

 

Page 129: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

112 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

4M

elak

sana

kan

Ker

jasa

ma

deng

an L

emba

ga P

elat

ihan

N

on-F

orm

al d

an K

omun

itas

dala

m m

enge

mba

ngka

n ku

alita

s S

DM

pen

erbi

tan

mel

alui

pe

latih

an/w

orks

hop

berk

aita

n pe

ngem

bang

an/p

enul

isan

ko

nten

kre

atif

(IP

Aw

aren

ess,

Cr

eativ

e Th

inki

ng, E

ditin

g, D

esig

n da

n A

nim

atio

n)

Ip a

war

enes

s ad

alah

kes

adar

an u

ntuk

m

enge

lola

hak

cip

ta, c

reat

ive

thin

king

ad

alah

met

ode

atau

car

a pe

nulis

an

kont

en m

elal

ui p

rose

s kr

eativ

itas

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; D

irje

n H

KI,

Inst

itusi

Pen

didi

kan;

Kom

unita

s

xx

xx

x

SA

SA

RA

N 2

: Men

gopt

imal

kan

peny

edia

an d

an p

enin

gkat

an s

aran

a da

n pr

asar

ana

yan

g m

enga

rusu

tam

akan

kre

ativ

itas

SD

M P

ener

bita

n m

erat

a di

sel

uruh

pro

vins

i, ka

bupa

ten,

dan

kot

1P

enye

diaa

n da

n pe

ning

kata

n sa

rana

dan

pra

sara

na u

ntuk

pe

nera

pan

sist

em p

embe

laja

ran

men

gasa

h kr

eativ

itas

yang

m

erat

a di

10

prov

insi

ber

pote

nsi

di In

done

sia.

Bek

erja

sam

a de

ngan

Dep

arte

men

P

endi

dika

n da

lam

men

yedi

akan

sar

an

danp

rasa

rana

sep

erti

buku

ber

kual

itas,

te

knol

ogi p

endu

kung

dan

rev

italis

asi

perp

usat

akaa

n

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; D

irje

n H

KI,

Inst

itusi

Pen

didi

kan

, Kom

unita

s

  

xx

x

2P

enye

diaa

n da

n pe

ngem

bang

an

sist

em p

embe

laja

ran

men

garu

suta

mak

an k

reat

ivita

s

dan

IP A

war

enes

s di

lem

baga

pe

ndid

ikan

non

form

al te

rkai

t in

dust

ri p

ener

bita

n di

10

prov

insi

be

rpot

ensi

di I

ndon

esia

Ip a

war

enes

s ad

alah

kes

adar

an u

ntuk

m

enge

lola

hak

cip

taM

ente

ri P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

; M

ente

ri P

endi

dika

n N

asio

nal;

Dir

jen

HK

I, In

stitu

si P

endi

dika

n , K

omun

itas

xx

 

Page 130: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

113Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 3

: M

endu

kung

pen

yedi

aan

baha

n ba

ku y

ang

men

unja

ng p

rodu

ktiv

itas

pen

erbi

tan

deng

an m

engg

unak

an s

umbe

r da

ya a

lam

Indo

nesi

a (y

ang

terb

aruk

an) 

1M

engu

sulk

an k

ebija

kan

pe

rpaj

akan

men

gena

i har

ga

baha

n ba

ku k

husu

snya

ker

tas

dan

tinta

unt

uk p

rodu

ktiv

itas

pene

rbita

n ce

tak

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Dir

jen

Paj

akx

  

2M

empe

rmud

ah p

endi

stri

busi

an

baha

n ba

ku k

erta

s da

n tin

ta

untu

k m

enun

jang

ket

erse

diaa

n ba

han

baku

pro

duks

i pen

erbi

tan

ceta

k

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

 x

 

3 M

enye

diak

an d

ata

dan

info

rmas

i ter

kait

sum

ber

daya

al

am y

ang

dapa

t dig

unak

an

untu

k ba

han

baku

pen

erbi

tan

alte

rnat

if.

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

xx

xx

x

4M

embe

rika

n da

na h

ibah

pe

nelit

ian

terk

ait b

ahan

bak

u pr

oduk

si p

ener

bita

n be

rbas

is

sum

ber

daya

loka

l.

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

xx

xx

x

SA

SA

RA

N 4

: Men

yedi

akan

dat

a da

n in

form

asi s

umbe

r da

ya b

uday

a ya

ng a

kura

t dan

terp

erca

ya d

an d

apat

dia

kses

sec

ara

mud

ah d

an c

epat

unt

uk m

enge

mba

ngka

n ko

nten

kre

atif

pen

erbi

tan 

1M

enge

mba

ngka

n ko

nten

kar

ya

krea

tif p

ener

bita

n ya

ng d

apat

m

enja

di id

entit

as b

uday

a ba

ngsa

In

done

sia.

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

x

Page 131: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

114 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

2M

enin

gkat

kan

kary

a kr

eatif

pe

nerb

itan

yan

g b

erba

sis

pene

litia

n,be

rmut

u, b

erbu

daya

, da

n b

erda

ya s

aing

inte

rnas

iona

l.

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

x

3M

enye

diak

an s

iste

m, d

ata

dan

info

rmas

i ber

basi

s ri

set

buda

ya y

ang

dapa

t dia

kses

ole

h or

ang

krea

tif p

ener

bita

n un

tuk

peng

emba

ngan

kon

ten

krea

tif

berb

asis

bud

aya

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

x

SA

SA

RA

N 5

: Men

ingk

atny

a w

irau

saha

kre

atif

pen

erbi

tan

loka

l yan

g be

rday

a sa

ing

, ber

tum

buh

dan

berk

elan

juta

1M

elak

ukan

pem

etaa

n po

tens

i w

irau

saha

kre

atif

pen

erbi

tan

Indo

nesi

a

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

xx

  

 

2M

enga

daka

n ev

ent/

kom

petis

i un

tuk

men

yari

ng w

irau

saha

kr

eatif

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

  

xx

x

3M

emfa

silit

asi p

enci

ptaa

n da

n

peni

ngka

tan

prof

esio

nalis

me

(ski

ll-kn

owle

dge-

attit

ude)

w

irau

saha

kre

atif

pen

erbi

tan

loka

l

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

  

 x

x

4M

emfa

silit

asi

kola

bora

si d

an

penc

ipta

an je

jari

ng k

reat

if a

ntar

w

irau

saha

kre

atif

di t

ingk

at

loka

l, na

sion

al, d

an g

loba

l

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

  

xx

x

Page 132: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

115Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 6

: Men

ingk

atny

a us

aha

krea

tif p

ener

bita

n lo

kal y

ang

berd

aya

sain

g, b

ertu

mbu

h, d

an b

erke

lanj

utan

  

  

 

1M

elak

ukan

pem

etaa

n po

tens

i ke

bera

daaa

n u

saha

kre

atif

pe

nerb

itan

di In

done

sia

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

KU

KM

xx

  

 

2M

enin

gkat

kan

kola

bora

si d

an

kem

itraa

n un

it us

aha

pene

rbita

n lo

kal d

i Ind

ones

ia

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

KU

KM

  

xx

 

3P

erba

ikan

KB

LI u

ntuk

rua

ng

lingk

up p

rodu

k da

n ja

sa te

rkai

t in

dust

ri p

ener

bita

n

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

KU

KM

  

xx

 

SA

SA

RA

N 7

: Men

ingk

atny

a ke

raga

man

dan

kua

litas

kar

ya k

reat

if p

ener

bita

n lo

kal b

erba

sis

buda

ya b

angs

1M

emfa

silit

asi p

enel

itian

dan

pe

ngem

bang

an k

onte

n ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n In

done

sia

berb

asis

bud

aya

bang

sa.

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Bud

aya

dan

Sej

arah

xx

  

 

2 M

elak

ukan

pem

etaa

n po

tens

i ke

bera

daaa

n ka

rya

krea

tif

pene

rbita

n ya

ng p

oten

sial

dan

be

rkua

litas

Men

gada

kan

ajan

g ko

mpe

tisi u

ntuk

m

enam

bah

kean

ekar

agam

an k

arya

te

knol

ogi i

nfor

mas

i;

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Bud

aya

dan

Sse

jara

h

  

 x

x

3M

enga

daka

n ev

ent/

kom

petis

i un

tuk

men

yari

ng k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

yang

ber

kual

itas

Mem

fasi

litas

i pen

eliti

an p

ener

bita

n

untu

k m

engh

asilk

an p

enci

ptaa

n ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n In

done

sia;

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Des

ain,

Bud

aya

dan

Sej

arah

  

 x

x

Page 133: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

116 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 8

: Men

yedi

akan

pem

biay

aan

pene

litia

n d

an p

eles

tari

an k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

berk

aita

n de

ngan

bud

aya

bang

sa, s

astr

a da

n se

jara

h  

1P

enye

diaa

n su

bsid

i pem

biay

aan

untu

k pr

oduk

tivita

s ka

rya

krea

tif

pene

rbita

n be

rbas

is b

uday

a ba

ngsa

, bah

asa

daer

ah,

seja

rah

dan

sast

ra k

lasi

k

cuku

p je

las

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

; Men

teri

K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

Inst

itusi

P

endi

dika

n

xx

xx

x

2P

enye

diaa

n su

bsid

i pem

biay

aan

untu

k pe

nelit

ian

berk

aita

n de

ngan

kar

ya k

reat

if b

erm

uata

n bu

daya

, ken

egar

aan,

bah

asa

daer

ah d

an s

ejar

ah b

angs

a

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Bud

aya

dan

Sej

arah

xx

xx

x

SA

SA

RA

N 9

: Men

ingk

atny

a pe

netr

asi d

an d

iver

sifi

kasi

pas

ar k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan

nasi

onal

dan

int

erna

sion

al 

1M

enga

daka

n pa

mer

an

Inte

rnas

iona

l unt

uk

mem

prom

osik

an k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

nasi

onal

kep

ada

duni

a

cuku

p je

las

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n E

kono

mi K

reat

if;

Men

teri

Kom

unik

asi d

an In

form

atik

a;

Inst

itus

i Pen

didi

kan

  

xx

x

2M

emfa

silit

asi k

eiku

tser

taan

ka

rya

pene

rbita

n In

done

sia

yang

be

rkua

litas

unt

uk m

engi

kuti

pam

eran

di d

alam

neg

eri

mau

pun

luar

neg

eri

 cuk

up je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Eko

nom

i K

reat

if; M

ente

ri L

uar

Neg

eri;

Men

teri

K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

Inst

itus

i P

endi

dika

n

  

xx

x

3M

emba

ngun

por

tal s

ebag

ai

sara

na p

rom

osi d

an s

iste

m

info

rmas

i pas

ar k

arya

kre

atif

di

dal

am n

eger

i dan

luar

neg

eri

yang

dap

at d

iaks

es d

enga

n m

udah

dan

info

rmas

inya

di

dist

ribu

sika

n de

ngan

bai

k

cuku

p je

las

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

; Men

teri

K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

Inst

itusi

P

endi

dika

n

xx

  

 

Page 134: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

117Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

4M

enga

daka

n fe

stiv

al n

asio

nal

dan

inte

rnas

inal

ber

kala

un

tuk

mem

pert

emuk

an k

arya

kr

eatif

pen

erbi

tan

nasi

onal

dan

in

tern

asio

nal

cuku

p je

las

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

; Men

teri

K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

Inst

itusi

P

endi

dika

n

  

xx

x

5P

roak

tif m

endu

kung

pem

asar

an

dan

kebe

rlan

gsun

gan

kar

ya

krea

tif p

ener

bita

n lo

kal d

i pas

ar

dom

estik

cuku

p je

las

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

; Men

teri

K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

Inst

itusi

P

endi

dika

n

  

xx

x

SA

SA

RA

N 1

0: M

enye

diak

an in

fras

truk

tur

logi

stik

dan

jari

ngan

inte

rnet

yan

g m

emad

ai d

an k

ompe

titi

f unt

uk p

emen

uhan

keb

utuh

an p

asar

bag

i ind

ustr

i pen

erbi

tan

seca

ra m

erat

a di

sel

uruh

pro

vins

i, ka

bupa

ten,

dan

kot

1M

enye

diak

an ja

lur

dist

ribu

si

alte

rnat

if u

ntuk

men

ingk

atka

n ke

terj

angk

auan

logi

stik

dan

tr

ansp

orta

si k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

yang

mer

ata

di

selu

ruh

prov

insi

, kab

upat

en, d

an

kota

; dan

pro

vins

i

cuku

p je

las

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

; Men

teri

K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

Men

teri

PU

xx

 

2M

embe

rika

n fa

silit

as

tekn

olog

i pe

nduk

ung

untu

k m

enye

bark

an

kary

a kr

eatif

di b

idan

g pe

nerb

itan

cuku

p je

las

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

; Men

teri

K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

Men

teri

PU

xx

 

3P

erlu

asan

jari

ngan

inte

rnet

un

tuk

men

ingk

atka

n ak

ses

mas

yara

kat t

erha

dap

kary

a

krea

tif p

ener

bita

n di

gita

l yan

g m

erat

a di

sel

uruh

pro

vins

i, ka

bupa

ten,

dan

kot

a; d

an

prov

insi

cuku

p je

las

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

; Men

teri

K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

Men

teri

PU

xx

xx

x

Page 135: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

118 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

4P

enin

gkat

an p

erse

bara

n da

n ke

cepa

tan

inte

rnet

di I

ndon

esia

se

cara

ber

taha

p

cuku

p je

las

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

P

ariw

isat

a da

n Ek

onom

i Kre

atif

; Men

teri

K

omun

ikas

i dan

Info

rmat

ika;

Men

teri

PU

xx

xx

x

SA

SA

RA

N 1

1: M

enci

ptak

an r

egul

asi y

ang

men

duku

ng p

enci

ptaa

n ik

lim y

ang

kond

usif

unt

uk m

enin

gkat

an m

utu

dan

pen

yeba

ran

oran

g kr

eati

f, w

irau

saha

kre

atif

dan

us

aha

krea

tif p

ener

bita

n In

done

sia 

1          

Har

mon

isas

i keb

ijaka

n pe

rbuk

uan

(Und

ang-

Und

ang

Per

buku

an)

       

Mem

bent

uk p

aniti

a pe

mba

hasa

n te

rhad

ap s

ubst

ansi

Und

ang-

unda

ng

perb

ukua

n

Kem

ente

rian

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi

Kre

atif

; Kem

ente

rian

Pen

didi

kan,

K

emen

teri

an P

erda

gang

an;

Kem

enku

mha

m

  

 

Mel

akuk

an k

ajia

n te

rhad

ap s

ubst

ansi

U

ndan

g-un

dang

per

buku

anx

  

  

mel

akuk

an k

oord

inas

i lin

tas

sekt

or

untu

k m

enyu

sun

perb

aika

n U

ndan

g-un

dang

per

buku

an

  

 

mel

akuk

an d

isku

si p

ublik

ran

cang

an

perb

aika

n U

ndan

g-un

dang

per

buku

an 

  

mel

akuk

an p

rose

s pe

ngha

rmon

isas

ian,

pe

mbu

lata

n da

n pe

man

tapa

n ko

nsep

si

terh

adap

Und

ang-

unda

ng p

erbu

kuan

 x

 

mel

akuk

an s

osia

lisas

i Und

ang-

unda

ng

perb

ukua

nx

xx

xx

Page 136: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

119Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

2          

Har

mon

isas

i keb

ijaka

n ta

ta

niag

a pr

oduk

pen

erbi

tan

(isu

buku

cet

ak d

an d

igita

l, is

u ke

berp

ihak

an p

ada

indu

stri

pe

nerb

itan

loka

l, pe

ngem

bang

an

kont

en lo

kal,

perl

uasa

n pa

sar

bagi

pen

erbi

t lok

al)

   

Mem

bent

uk p

aniti

a pe

mba

hasa

n te

rhad

ap s

ubst

ansi

reg

ulas

i tat

a ni

aga

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Kem

enku

mha

mx

  

  

mel

akuk

an k

ajia

n te

rhad

ap s

ubst

ansi

re

gula

si ta

ta n

iaga

  

 

mel

akuk

an k

oord

inas

i lin

tas

sekt

or

untu

k m

enyu

sun

regu

lasi

tata

nia

gax

  

  

mel

akuk

an d

isku

si p

ublik

ran

cang

an

regu

lasi

tata

nia

ga 

  

mel

akuk

an p

rose

s pe

ngha

rmon

isas

ian,

pe

mbu

lata

n da

n pe

man

tapa

n ko

nsep

si

terh

adap

reg

ulas

i tat

a ni

aga

 x

 

mel

akuk

an s

osia

lisas

i per

atur

an

regu

lasi

tata

nia

gax

xx

xx

Page 137: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

120 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

3          

Har

mon

isas

i keb

ijaka

n pe

mbi

ayaa

n ba

gi in

dust

ri

pene

rbita

n lo

kal

         

Mem

bent

uk p

aniti

a pe

mba

hasa

n te

rhad

ap s

ubst

ansi

reg

ulas

i pem

biay

aan

bagi

indu

stri

pen

erbi

tan

loka

l

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Kem

enku

mha

mx

  

  

mel

akuk

an k

ajia

n te

rhad

ap s

ubst

ansi

pe

mbi

ayaa

n ba

gi in

dust

ri p

ener

bita

n lo

kal

  

 

mel

akuk

an k

oord

inas

i lin

tas

sekt

or

untu

k m

enyu

sun

regu

lasi

pem

biay

aan

bagi

indu

stri

pen

erbi

tan

loka

l

  

 

mel

akuk

an d

isku

si p

ublik

ran

cang

an

regu

lasi

pem

biay

aan

bagi

indu

stri

pe

nerb

itan

loka

l

 x

  

 

mel

akuk

an p

rose

s pe

ngha

rmon

isas

ian,

pe

mbu

lata

n da

n pe

man

tapa

n ko

nsep

si

terh

adap

reg

ulas

i pem

biay

aan

bagi

in

dust

ri p

ener

bita

n lo

kal

 x

 

mel

akuk

an s

osia

lisas

i per

atur

an

regu

lasi

pem

biay

aan

bagi

indu

stri

pe

nerb

itan

loka

l

xx

xx

x

Page 138: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

121Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

4          

Har

mon

isas

i keb

ijaka

n fa

silit

asi

inse

ntif

bag

i ind

ustr

i pe

nerb

itan

loka

l

         

Mem

bent

uk p

aniti

a pe

mba

hasa

n te

rhad

ap s

ubst

ansi

reg

ulas

i ins

entif

ba

gi in

dust

ri p

ener

bita

n lo

kal

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Kem

enku

mha

mx

  

  

mel

akuk

an k

ajia

n te

rhad

ap s

ubst

ansi

re

gula

si in

sent

if b

agi i

ndus

tri p

ener

bita

n lo

kal

  

 

mel

akuk

an k

oord

inas

i lin

tas

sekt

or

untu

k m

enyu

sun

regu

lasi

inse

ntif

bag

i in

dust

ri p

ener

bita

n lo

kal

  

 

mel

akuk

an d

isku

si p

ublik

ran

cang

an

regu

lasi

inse

ntif

bag

i ind

ustr

i pen

erbi

tan

loka

l

 x

  

 

mel

akuk

an p

rose

s pe

ngha

rmon

isas

ian,

pe

mbu

lata

n da

n pe

man

tapa

n ko

nsep

si

terh

adap

reg

ulas

i ins

entif

bag

i ind

ustr

i pe

nerb

itan

loka

l

 x

 

mel

akuk

an s

osia

lisas

i per

atur

an

regu

lasi

inse

ntif

bag

i ind

ustr

i pen

erbi

tan

loka

l

xx

xx

x

SA

SA

RA

N 1

2: M

enin

gkat

nya

part

isip

asi a

ktif

pem

angk

u ke

pent

inga

n da

lam

pen

gem

bang

an p

ener

bita

n In

done

sia

seca

ra b

erke

lanj

utan

 

1M

emba

ngun

por

tal s

ubse

ktor

in

dust

ri k

reat

if p

ener

bita

n se

baga

i sar

ana

pend

ataa

n po

tens

i lem

baga

pen

didi

kan,

in

dust

ri d

an k

omun

itas

yang

m

endu

kung

keg

iata

n ek

osis

tem

pe

nerb

itan

Cuk

up je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi

Kre

atif

;Seg

ala

elem

en p

emer

inta

h;

Kom

unita

s; A

sosi

asi P

rofe

si

xx

  

 

Page 139: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

122 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

2M

embe

ntuk

Dew

an P

ener

bita

n se

baga

i lem

baga

pen

ghub

ung

anta

r pe

man

gku

kepe

ntin

gan

dala

m in

dust

ri p

ener

bita

n In

done

sia

Cuk

up je

las

sega

la e

lem

en p

emer

inta

h; K

omun

itas;

A

sosi

asi P

rofe

si 

 x

  

3M

endu

kung

keg

iata

n da

n pe

mbe

ntuk

an a

sosi

asi

kepr

ofes

ian

pene

rbita

n un

tuk

berj

ejar

ing

di ti

ngka

t lok

al,

nasi

onal

, mau

pun

glob

al

Cuk

up je

las

sega

la e

lem

en p

emer

inta

h; K

omun

itas;

A

sosi

asi P

rofe

si 

 x

  

SA

SA

RA

N 1

3:Te

rcap

ainy

a kr

eati

vita

s pe

nerb

itan

seb

agai

par

adig

ma

pem

bang

unan

dan

dal

am k

ehid

upan

mas

yara

kat 

1M

endo

rong

ters

edia

nya

kary

a ka

reat

if p

ener

bita

n ya

ng

berk

ualit

as d

an te

rjan

gkau

un

tuk

men

ingk

atka

n m

inat

ba

ca d

an tu

lis m

asya

raka

t se

rta

peny

edia

an k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

nasi

onal

di i

nstit

usi-

inst

itusi

pen

didi

kan.

Cuk

up je

las

men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Pen

didi

kan

xx

xx

x

2M

engo

ptim

alka

n st

anda

risa

si

kary

a-ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n se

pert

i bah

asa,

etik

a pe

nulis

an,

EYD

(Eja

an Y

ang

Dis

empu

rnak

an)

Cuk

up je

las

men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Pen

didi

kan

  

 

3M

enge

lola

kon

ten

kary

a kr

eatif

pe

nerb

itan

yang

ber

kual

itas

untu

k di

alih

med

iaka

n ke

sub

sekt

or

ekon

omi k

reat

if la

in

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

Nas

iona

l; In

stitu

si

Pen

didi

kan

 x

xx

x

Page 140: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

123Lampiran

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

SA

SA

RA

N 1

4: M

enin

gkat

nya

posi

si, k

ontr

ibus

i, ke

man

diri

an s

erta

kep

emim

pina

n pe

nerb

itan

Indo

nesi

a da

lam

fora

inte

rnas

iona

l

1M

emfa

silit

asi a

kses

pas

ar

nasi

onal

dan

glo

bal a

gar

indu

stri

pe

nerb

itan

sem

akin

sem

akin

be

rtum

buh,

mer

ata

di s

elur

uh

Indo

nesi

a da

n be

rday

a sa

ing

glob

al

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

Lua

r N

eger

i

 x

xx

 

2M

engo

ptim

alka

n fu

ngsi

ke

duta

an b

esar

RI d

i lua

r ne

geri

se

baga

i Mar

ket I

ntel

ligen

ce

untu

k m

empr

omos

ikan

kar

ya

pene

rbita

n In

done

sia

ke

kala

ngan

inte

rnas

iona

l

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

Lua

r N

eger

i

 x

xx

 

3M

engo

ptim

alka

n pe

nyed

iaan

ru

ang

eksp

resi

dan

fasi

litas

i ke

giat

an p

amer

an k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

mel

alui

pem

anfa

atan

be

rbag

ai m

edia

unt

uk p

rom

osi

stra

tegi

s ya

ng m

endu

kung

se

ktor

par

iwis

ata

dan

ekon

omi

krea

tif

cuku

p je

las

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Per

daga

ngan

; Men

teri

Lua

r N

eger

i

 x

xx

 

SA

SA

RA

N 1

5: M

enin

gkat

nya

apre

sias

i kep

ada

oran

g/ka

rya/

wir

ausa

ha/u

saha

kre

atif

pen

erbi

tan

loka

l di t

ingk

at n

asio

nal d

an in

tern

asio

nal 

1M

embe

rika

n pe

ngha

rgaa

n ba

gi

kary

a, w

irau

saha

mau

pun

usah

a kr

eatif

dal

am b

idan

g pe

nerb

itan

yang

ber

skal

a na

sion

al

Pen

daft

aran

dan

sos

ialis

asi

peng

harg

aan;

Pen

juri

an k

arya

kre

atif

; P

ublik

asi d

an k

egia

tan

lanj

utan

dar

i pe

ngha

rgaa

n se

pert

i net

wor

king

;

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Dir

jen

HK

I; M

ente

ri P

erda

gang

an;

  

  

x

Page 141: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

124 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

2M

enga

daka

n da

n m

engi

kuts

erta

kan

fe

stiv

al a

taup

un a

jang

pen

ghar

gaan

ba

gi p

elak

u in

dust

ri p

ener

bita

n se

cara

ber

kala

di t

ingk

at n

asio

nal d

an

inte

rnas

iona

l

Den

gan

mak

in b

anya

knya

kar

ya k

reat

if

pene

rbita

n In

done

sia

dip

amer

kan

ke

ajan

g in

tern

asio

nal

mak

a di

hara

pkan

ad

anya

kes

empa

tan

kary

a kr

eatif

pe

nerb

itan

Indo

nesi

a da

pat

Go

Inte

rnas

iona

l

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi

Kre

atif

; Men

teri

Lua

r N

eger

i; M

ente

ri

Per

daga

ngan

  

xx

x

3M

embe

rika

n fa

silit

as u

ntuk

pa

mer

an k

arya

pen

erbi

tan

di

tingk

at in

tern

asio

nal

Fasi

litas

yan

g da

pat d

iber

ikan

ant

ara

lain

ad

alah

rua

ng p

ublik

, pus

at k

reat

ifita

s,

inku

bato

r te

knol

ogi,

dan

seba

gain

ya

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan,

M

ente

ri P

erda

gang

an

xx

xx

x

SA

SA

RA

N 1

6: M

enin

gkat

nya

apre

sias

i mas

yara

kat t

erha

dap

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a lo

kal

yang

dih

asilk

an m

elal

ui k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan 

1S

osia

lisas

i dan

pen

yeba

ran

info

rmas

i ter

kait

pote

nsi d

an

kual

itas

kary

a kr

eatif

pen

erbi

tan

loka

l

Unt

uk m

enin

gkat

kan

pem

aham

an

mas

yara

kat b

ahw

a ka

rya

krea

tif

pene

rbita

n In

done

sia

mem

iliki

kua

litas

ya

ng ti

dak

kala

h di

band

ingk

an k

arya

kre

atif

man

ca n

egar

a, s

ehin

gga

men

gura

ngi

tingk

at k

eter

gant

unga

n m

asya

raka

t aka

n ka

rya

pene

rbita

n lu

ar n

eger

i

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi

Kre

atif

;Seg

ala

elem

en p

emer

inta

h;

Kom

unita

s; A

sosi

asi P

rofe

si

2M

enja

lin k

erja

sam

a de

ngan

ko

mun

itas

di b

idan

g pe

nerb

itan

untu

k m

emba

ntu

men

ingk

atka

n ke

sada

ran

mas

yara

kat t

erha

dap

kary

a pe

nerb

itan

loka

l

Den

gan

mak

in b

anya

knya

tulis

an

dan

ulas

an m

enge

nai k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

Indo

nesi

a d

ihar

apka

n m

enin

gkat

kan

peng

etah

uan

dan

pem

aham

an m

asya

raka

t ter

hada

p ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi

Kre

atif

;Seg

ala

elem

en p

emer

inta

h;

Kom

unita

s; A

sosi

asi P

rofe

si

Page 142: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

SA

SA

RA

N/R

EN

CA

NA

AK

SI

DE

SK

RIP

SI R

EN

CA

NA

AK

SI

PE

NA

NG

GU

NG

JAW

AB

TAH

UN

2015

2016

2017

2018

2019

2M

enga

daka

n da

n m

engi

kuts

erta

kan

fe

stiv

al a

taup

un a

jang

pen

ghar

gaan

ba

gi p

elak

u in

dust

ri p

ener

bita

n se

cara

ber

kala

di t

ingk

at n

asio

nal d

an

inte

rnas

iona

l

Den

gan

mak

in b

anya

knya

kar

ya k

reat

if

pene

rbita

n In

done

sia

dip

amer

kan

ke

ajan

g in

tern

asio

nal

mak

a di

hara

pkan

ad

anya

kes

empa

tan

kary

a kr

eatif

pe

nerb

itan

Indo

nesi

a da

pat

Go

Inte

rnas

iona

l

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi

Kre

atif

; Men

teri

Lua

r N

eger

i; M

ente

ri

Per

daga

ngan

  

xx

x

3M

embe

rika

n fa

silit

as u

ntuk

pa

mer

an k

arya

pen

erbi

tan

di

tingk

at in

tern

asio

nal

Fasi

litas

yan

g da

pat d

iber

ikan

ant

ara

lain

ad

alah

rua

ng p

ublik

, pus

at k

reat

ifita

s,

inku

bato

r te

knol

ogi,

dan

seba

gain

ya

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi K

reat

if;

Men

teri

Pen

didi

kan

dan

Keb

uday

aan,

M

ente

ri P

erda

gang

an

xx

xx

x

SA

SA

RA

N 1

6: M

enin

gkat

nya

apre

sias

i mas

yara

kat t

erha

dap

sum

ber

daya

ala

m d

an b

uday

a lo

kal

yang

dih

asilk

an m

elal

ui k

arya

kre

atif

pen

erbi

tan 

1S

osia

lisas

i dan

pen

yeba

ran

info

rmas

i ter

kait

pote

nsi d

an

kual

itas

kary

a kr

eatif

pen

erbi

tan

loka

l

Unt

uk m

enin

gkat

kan

pem

aham

an

mas

yara

kat b

ahw

a ka

rya

krea

tif

pene

rbita

n In

done

sia

mem

iliki

kua

litas

ya

ng ti

dak

kala

h di

band

ingk

an k

arya

kre

atif

man

ca n

egar

a, s

ehin

gga

men

gura

ngi

tingk

at k

eter

gant

unga

n m

asya

raka

t aka

n ka

rya

pene

rbita

n lu

ar n

eger

i

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi

Kre

atif

;Seg

ala

elem

en p

emer

inta

h;

Kom

unita

s; A

sosi

asi P

rofe

si

2M

enja

lin k

erja

sam

a de

ngan

ko

mun

itas

di b

idan

g pe

nerb

itan

untu

k m

emba

ntu

men

ingk

atka

n ke

sada

ran

mas

yara

kat t

erha

dap

kary

a pe

nerb

itan

loka

l

Den

gan

mak

in b

anya

knya

tulis

an

dan

ulas

an m

enge

nai k

arya

kre

atif

pe

nerb

itan

Indo

nesi

a d

ihar

apka

n m

enin

gkat

kan

peng

etah

uan

dan

pem

aham

an m

asya

raka

t ter

hada

p ka

rya

krea

tif p

ener

bita

n

Men

teri

Par

iwis

ata

dan

Ekon

omi

Kre

atif

;Seg

ala

elem

en p

emer

inta

h;

Kom

unita

s; A

sosi

asi P

rofe

si

Page 143: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif
Page 144: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif
Page 145: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

128 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penerbitan Nasional 2015-2019

Page 146: PENERBITAN - Indonesia Kreatifindonesiakreatif.bekraf.go.id/ikpro/wp-content/uploads/2015/07/... · Buku ini merupakan penyempurnaan dari buku Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif

10

RE

NC

AN

A P

EN

GE

MB

AN

GA

N P

EN

ER

BITA

N N

AS

ION

AL 2

015-2

019

RENCANA PENGEMBANGAN

PENERBITANNASIONAL

2015-2019