penerapan model think-pair-share dalam upaya meningkatkan hasil berlajar siswa di smkn 1 bojonegoro
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : DINA SYAKINA, ROCHMAWATI , http://ejournal.unesa.ac.idTRANSCRIPT
PENERAPAN MODEL THINK-PAIR-SHARE DALAM UPAYAMENINGKATKAN HASIL BERLAJAR SISWA
DI SMKN 1 BOJONEGORO
Dina SyakinaFakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya
ABSTRAK
Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena model ini merupakan pembelajaan yang saling bertukar pikiran secara berpasangan (Berpikir, Berpasangan, Berbagi) yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan siswa lain. Sehingga dalam hal ini siswa memiliki potensi lebih dari pada model pembelajaran ceramah dalam mencapai ketuntasan hasil belajar siswa. Dan model pembelajaran ini mendapat respon yang cukup baik dari siswa karena siswa setuju bahwa siswa memiliki kesempatan lebih banyak untuk memahami materi melalui belajar secara bepasangan dari pada belajar secara mandiri atau individu.
Keyword: Tipe Think Pair Share, Hasil Belajar
ABSTRACT
Cooperatif learning model type Think-Pair-Share is very effective in improving student learning outcomes for this model is a learning exchange ideas in pairs (Think, Pair, Share) that allow students to work independently and in collaboration with other students. Thus, in this case students have more potential than the model pembelajaran lectures in achieving mastery of student learning outcomes. And this learning model got a pretty good response from the students because the students agree that having more opportunities to understand the material through learning in pairs from the study independently or individual.
Keyword: Tipe Think Pair Share, Hasil Belajar
Pendidikan adalah salah
satu bentuk perwujudan
kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat
perkembangan. Oleh karena itu,
perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang
memang seharusnya terjadi
sejalan dengan perubahan
budaya kehidupan. Perubahan
dalam arti perbaikan pendidikan
pada semua tingkat perlu terus
menerus dilakukan sebagai
antisipasi kepentingan masa
depan (Trianto, 2009:1). Akan
tetapi saat ini Indonesia belum
sungguh-sungguh menangani
inti permasalahan pendidikan.
Itu sebabnya, mutu pendidikan
terus menurun. Berbagai usaha
lebih dilakukan oleh pemerintah
antara lain penyempurnaan
kurikulum, peningkatan
kompetensi guru melalui
penataran-penataran, perbaikan
sarana-sarana pendidikan dan
lain-lain. Hal ini dilaksanakan
untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan terciptanya
sumber daya manusia yang
berkualitas.
Penyelenggaraan
pendidikan sendiri merupakan
proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang
hayat. Dimana dalam
penerapannya harus ada
pendidik yang memberikan
keteladanan dan mampu
membangun kemauan, serta
mengembangkan potensi dan
kreativitas peserta didik.
Kehadiran guru dalam proses
belajar mengajar atau
pengajaran masih tetap
memegang peranan penting,
karena kegiatan belajar
mengajar dapat dikatakan
berhasil apabila bahan pelajaran
yang disampaikan guru dapat
dikuasai oleh anak didiknya
secara tuntas.
Berdasarkan hasil
observasi, peneliti menemukan
beberapa permasalahan atau
kendala yang dihadapi siswa-
siswi di SMKN 1 Bojonegoro
antara lain bahwa siswa-siswi di
SMKN 1 Bojonegoro umumnya
keaktifan siswa rendah dalam
menerima pelajaran, hanya
siswa tertentu saja yang bersikap
aktif sehingga hasil belajar
siswa tidak optimal. Selain itu
diketahui nilai siswa yang
cenderung pas-pasan atau di
bawah rata-rata, dan guru juga
belum pernah menerapkan
model pembelajaran kooperatif.
Penggunaan metode
yang tepat tersebut dimaksudkan
untuk menumbukan semangat
belajar anak didik, dengan
adanya semangat belajar maka
anak didik tidak akan kesulitan
untuk mencapai tujuan
pembelajaran, karena bukan
guru yang memaksakan anak
didik untuk mencapai tujuan,
tetapi anak didik sendirilah yang
dengan sadar mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Model
pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share menjadi solusi
dalam permasalahan ini karena
merupakan pembeljaran yang
saling bertukar pikiran secara
berpasangan (Berpikir,
Berpasangan, Berbagi) yang
memberi kesempatan siswa
untuk bekerja sendiri dan
bekerjasama dengan siswa lain.
Sehingga dalam hal ini siswa
memiliki potensi lebih dari pada
model pembelajaran ceramah
dalam mencapai ketuntasan hasil
belajar siswa.
Berdasarkan hasil uraian
di atas, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai “Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share Dalam
upaya Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Mata Diklat
Akuntansi kelas XI AK 1 Di
SMKN 1 Bojonegoro”.
Berdasarkan uraian latar
belakang di atas, dapat
dirumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut: 1)
Bagaimana aktivitas guru dalam
proses belajar mengajar model
pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share pada mata
diklat akuntansi?; 2) Bagaimana
aktivitas siswa selama mngikuti
model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share pada mata
diklat akuntansi?; 3) Bagaimana
respon siswa terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share pada mata
diklat akuntansi?; 4) Bagaimana
pencapaian hasil belajar siswa
setelah diterapkan pembelajaran
dengan menggunakan model
kooperatif tipe Think Pair Share
pada mata diklat akuntansi?.
Sedangkan tujuan dari
penelitian ini, antara lain untuk
mengetahui: 1) Untuk
mengetahui aktivitas guru dalam
proses belajar mengajar model
pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share pada mata
diklat akuntansi, 2) Untuk
mengetahui aktivitas siswa
selama mngikuti model
pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share pada mata
diklat akuntansi, 3) Untuk
mengetahui respon siswa
terhadap metode pembelajaran
kooperatif tipe Think pair Share
pada mata diklat akuntansi, 4)
Untuk mengetahui pencapaian
hasil belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif
Think Pair Share pada mata
diklat akuntansi.
Belajar
Menurut pandangan
Skinner (2009 : 9) bahwa belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya,
bila ia tidak belajar maka
responnya menurun. Sedangkan
menurut pandangan Piaget
(2009 : 13) berpendapat bahwa
pengetahuan dibentuk oleh
individu. Sebab individu
melakukan interaksi terus
menerus dengan lingkungan.
Lingkungan tersebut mengalami
perubahan. Dengan adanya
interaksi dengan lingkungan
maka fungsi intelek semakin
berkembang.
Jadi dapat diambil
kesimpulan dari pandangan
tersebut diatas bahwa Belajar
adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut teori ini, dalam belajar
yang penting adalah bukan
mengulangi hal-hal yang harus
dipelajari, tetapi mengerti atau
memperoleh wawasan.
Adapun ciri-ciri
perubahan tingkah laku (2010 :
3) dalam pengertian belajar
yaitu: (1) perubahan terjadi
secara sadar, dimana seseorang
yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan itu atau
setidaknya ia merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan
dalam dirinya, (2) perubahan
dalam belajar bersifat kontinu,
yakni sebagai hasil belajar
perubahan yang terjadi dalam
diri seseorang berlangsung
secara berkesinambungan, (3)
perubahan dalam belajar bersifat
positif dan aktif, yakni dalam
perbuatan belajar perubahan-
perubahan itu senantiasan
bertambah dan tertuju untuk
memperoleh sesuatu yang lebih
baik dari sebelumnya, (4)
perubahan dalam belajar bukan
bersifat sementara, yakni bahwa
tingkah laku yang terjadi setelah
belajar akan bersifat menetap,
(5) perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah, yakni
perubahan tingkah laku itu
terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai, (6) perubahan
mencakup seluruh aspek tingkah
laku.
Suatu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan
perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan ataupun
proses belajar berikutnya.
Mengajar
Menurut pendapat Gazali
dalam Slameto (2010:30)
Mengajar adalah menanamkan
pengetahuan pada seseorang
dengan cara paling singkat dan
tepat. Sedangkan pendapat
Howard (2010:32) Mengajar
adalah suatu aktivitas untuk
mencoba menolong,
membimbing seseorang untuk
mendapatkan, mengubah atau
mengembangkan skill, attitude,
ideals (cita-cita), appreciations
(penghargaan) dan knowledge.
Mengajar bukan tugas yang
ringan bagi seorang guru. Dalam
mengajar guru berhadapan
dengan sekelompok siswa yang
memerlukan bimbingan, dan
pembinaan untuk menuju
kedewasaan.
Mursel (2010:40)
mengemukakan prinsip-prinsip
mengajar yaitu: 1) Konteks,
Hendaknya tugas itu dinyatakan
dalam kerangka suatu konteks
yang demi sifatnya yang
konkret, yang dapat ditiru dan
dilaksanakan dengan teratur; 2)
Fokus, Belajar yang penuh
makna dan efektif harus
diorganisasikan di suatu fokus.
Pengajaran akan berhasil dengan
penggunaan fokalisasi. Tidak
perlu diyakinkan bahwa belajar
tanpa fokalisasi yang sering
keliatan pada pengejaran
sekarang, tidak mungkin efektif
mutunya; 3) Sosialisasi, Dalam
proses belajar siswa melatih
bekerja sama dalam kelompok
berdiskusi. Mereka bertanggung
jawab bersama dalam proses
memecahkan masalah. Di sini
berlaku prinsip pengajaran
sosialisasi; 4) Individualisasi,
Individu yang satu berbeda
dengan individu yang lain.
Belajar memang harus
merupakan persoalan individual,
tetapi sejauh mana perbedaan
cara-cara belajar itu dari yang
dilakukan oleh individu lain, hal
ini perlu diketahui; 5) Sequence,
Belajar sebagai gejala tersendiri
dan hendaknya diorganisasikan
dengan tepat berdasarkan prinsip
konteks, fokalisasi, sosialisasi,
dan individualisasi. Namun
demikian guru harus juga
memikirkan efektivitas dari
serangkaian pelajaran yang
disusun secara tepat menurut
waktunya; 6) Evaluasi, Evaluasi
dilaksanakan untuk meneliti
hasil dan proses belajar siswa,
untuk mengetahui kesulitan-
kesulitan yang melekat pada
proses belajar itu.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran
adalah suatu perncanaan atau
suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam
prencanaan pembelajaran
dikelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk
didalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-
lain (Trianto, 2010:22).
Model pembelajaran
mempunyai ciri-ciri khusus
seperti yang dikutip trianto
(2010:23) yaitu: 1) Istilah model
pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model
pembelajaran yang luas dan
menyeluruh, 2) Model-model
pembelajaran dapat
diklasifikasikan berdasarkan
tujuan pembelajarannya, sintaks,
dan sifat lingkungan belajarnya,
3) Sintaks (pola urutan) dari
suatu model pembelajaran
adalah pola yang
menggambarkan urutan alur
tahap-tahap keseluruhan yang
pada umumnya disertai dengan
serangkaian kegiatan
pembelajaran, 4) Tiap-tiap
model pembelajaran
membutuhkan sistem
pengelolaan dan lingkungan
belajar yang sedikit berbeda.
Model Pembelajaran
Kooperatif
Menurut Slavin dalam
Isjoni (2010), cooperative
learning adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan
struktur kelompok heterogen.
Sedangkan menurut
Isjoni (2010) pembelajaran
kooperatif adalah suatu
pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada
siswa (student oriented),
terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan
oleh guru dalam mengaktifkan
siswa, yang tidak dapat bekerja
sama dengan orang lain.
Pendapat para ahli diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa
Pembelajaran kooperatif
merupakan teknik-teknik kelas
praktis yang dapat digunakan
guru setiap hari untuk
membantu siswanya belajar.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Kooperatif
keunggulan yang diperoleh dalam
pembelajaran kooperatif ini adalah: a)
Saling ketergantungan yang positif, b)
Adanya pengakuan dalam merespon
perbedaan individu, c) Siswa dilibatkan
dalam perencanaan dan pengelolaan kelas,
d) Suasana kelas yang rileks dan
menyenangkan, e) Terjalinnya hubungan
yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru, f) Memiliki banyak
kesempatan untuk mengekspresikan
pengalaman emosi yang menyenangkan.
Seperti yang dikutip Trianto (2010:
57), Johnson menyatakan bahwa tujuan
pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi akademik dan
pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok.
Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Share
Model pembelajaran
Think Pair Share dikembangkan
pertama kali oleh Lyman dan
koleganya dari Universitas
Maryland pada tahun 1985 yang
dikutip Trianto (2010),
menyatakan bahwa: Think-Pair-
Share merupakan suatu cara
yang efektif untuk membuat
variasi suasana pola diskusi
kelas. Dengan asumsi bahwa
semua diskusi membutuhkan
pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara
keseluruhan dan prosedur yang
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan
semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa belajar
Fase-2
Menyajikan Informasi
Guru menyajikan
informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
Kelompok kooperatif
Guru menjelaskan
kepada siswa bagaimana
caranya membentuk
kelompok belajar dan
membantu setiap
kelompok agar
melakukan transisi secara
efisien
Fase 4
Membimbing
Kelompok Bekerja
Dan Belajar
Guru membimbing
kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas
mereka
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau
masing-masing
kelompok
mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6
Memberikan
Penghargaan
guru mencari cara-cara
untuk menghargai baik
upaya maupun hasil
belajar individu dan
kelompok
digunakan dalam Think Pair
Share dapat memberi siswalebih
banyak waktu berfikir,untuk
merespons dan saling
membantu.
Sintaks Think-Pair-Share
Tahap utama dalam
pembelajaran Think-Pair-Share
menurut Trianto (2010: 81)
adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Thinkng (berpikir)
Guru mengajukan suatu
pertanyaan atau permasalahan
yang berhubungan dengan
pelajaran, dan meminta siswa
menggunakan waktu beberapa
menit untuk berfikir sendiri
jawaban atau masalah.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Selanjutnya guru
meminta siswa berpasangan
dengan siswa lain untuk
mendiskusikan apa yang telah
mereka peroleh. Dalam tahap
ini, setiap anggota pada
kelompok membandingkan
jawaban atau hasil pemikiran
mereka dengan mendefinisikan
jawaban yang dianggap paling
benar, paling meyakinkan, atau
paling unik. Biasanya guru
memberi waktu 4-5 menit untuk
berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada langkah akhir, guru
meminta kepada pasangan-
pasangan untuk berbagi dengan
keseluruhan kelas tentang apa
yang telah mereka bicarakan.
Keterampilan berbagi dalam
seluruh kelas dapat dilakukan
dengan menunjuk pasangan
yang secara sukarela bersedia
melaporkan hasil kerja
kelompoknya atau bergiliran
pasangan demi pasangan hingga
sekitar seperempat pasangan
telah mendapat kesempatan
untuk melaporkan.
Hasil Belajar
Sudjana (2008:22)
berpendapat bahwa pengertian
hasil belajar yaitu: “Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman
belajarnya”. Setelah melalui
proses belajar mengajar,
Permasalahan
Permasalahan Baru Hasil Refleksi
Apabila masalah belum terselesaikan
diharapkan siswa dapat
memperoleh suatu perubahan
baik dari segi pengetahuan
maupun sikap dan keterampilan.
Penelitian Terdahulu
Tika Wulan Novita, dengan
judul“Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Think Pair Share (TPS)
untuk Meningkatkan Motivasi dan
Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas
X SMA Kertanegara Malang” tahun
2009 menyimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) dapat meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar Biologi siswa
kelas X SMA Kertanegara Malang.
Prestasi belajar pada siklus I sebesar
64,70% meningkat pada siklus II
menjadi 80,00%.
Yunyta Diana Mayangsari, judul
skripsi “Penerapan Model
Kooperative Learning Tipe Think Pair
Share (TPS) Dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Balajar Siswa
Pada Mata Diklat Akuntansi Pokok
Bahasan Mutasi Dana Kas Kecil Kelas
X KU-1 SMK Negeri 1 Mojoangung”
tahun 2010 dengan hasil Penerapan
pendekatan struktural Think Pair
Share (TPS) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dari hasil rata-rata pada
siklus I sebesar 74,67; siklus II
sebesar 83,18; dan siklus III sebesar
88,97.
Betty Marini Turnip, dengan
judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Think-
Pair-Share pada pembelajaran
fisika untuk meningkatkan hasil
belajar siswa SMP” tahun 2011
menyimpulkan bahwa Kenaikan
skor total dari awal pre tes 38,88
ke postes 66,11 yang diperoleh
siswa sebesar 27,23%
merupakan gambaran
penguasaan Think-Pair-Share
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat penelitian ini
adalah di kelas XI Ak 1 di
SMKN 1 Bojonegoro dan
penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran
2011/2012 sekitar bulan April-
Maret 2012.
Jenis penelitian yang
dilakukan adalah jenis penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang
terdiri dari dua siklus, dimana
setiap putaran terdiri dari empat
tahap yaitu: perencanaan,
tindakan atau pengamatan,
refleksi dan revisi. Untuk lebih
jelasnya bias dilihat bagan
berikut ini:
Tahap Perencanaan, Dalam
perencanaan ini dilakukan studi
pendahuluan untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran akuntansi
siswa kelas XI AK 1 Bojonegoro.
Setelah studi pendahuluan selesai,
dilanjutkan dengan tahap perencanaan
yang meliputi beberapa kegiatan.
Kegiatan yang dilakukan
adalah menentukan jadwal
pelaksanaan tindakan sesuai dengan
alokasi waktu yang tersedia,
penyusunan RPP, mengukur validitas
keseluruhan instrumen dengan lembar
validitas serta penyusunan lembar-
lembar instrumen yang berupa
pedoman observasi dan tes-tes hasil
belajar.
TahapPelaksanaan, pada tahap
pelaksanaan tindakan ini merupakan
realisasi dari tahap perencanaan yakni:
1) memberikan pre test untuk
mengetahui kemampuan awal siswa,
2) melakukan pembelajaran sesuai
dengan pembelajaran dalam RPP, 3)
memberikan permasalahan yang
sesuai dengan kompetensi dasar yang
akan diberikan pada siswa, 4)
memberikan post tes untuk
mengetahui seberapa jauh siswa
memahami atau mengalami
peningkatan setelah proses belajar
mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think-
Pair-Share , dan 5) mengamati
aktivita siswa untuk mengetahui
partisipasi siswa dalam kelas yang
akan dilakukan dengan menggunakan
pengamatan.
Tahap pengamatan, Pada
bagian ini, dilakukan perekaman data
yang meliputi proses dan hasil dari
pelaksanaan kegiatan. Tujuan
dilakukannya pengamatan adalah
untuk mengumpulkan bukti hasil
tindakan agar dapat dievaluasi dan
dijadikan landasan dalam melakukan
refleksi.
Tahap refleksi, Sedangkan
pada tahap refleksi dilakukan untuk
menyempurnakan tindakan pada
siklus berikutnya dan untuk
mengetahui tindakan apa saja yang
dianggap masih kurang yang nantinya
akan dilakukan perbaikan pada
perencanaan yang nantinya akan
dilakukan perbaikan pada perencanaan
untuk siklus berikutnya.
Instrumen Penelitian
Silabus, Silabus adalah
rencana pembelajaran pada suatu
dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang
mencakup bstandar kompetensi,
kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penialaian,
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat
belajar. Silabus merupakan penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok
pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian.
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Rencana
pelaksanaan pembelajaran adalah
rencana atau program yang disusun
guru untuk satu atau dua pertemuan,
untuk mencapai target atau
kompetensi dasar. RPP diturunkan
dari silabus yang telah disusun dan
bersifat aplikatif di kelas RPP berisi
gambaran tentang kompetensi dasar
yang akan dicapai indikator, materi
pokok, tujuan pembelajaran, metode
pembelajaran, dan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran.
Lembar Aktivitas Guru,
Lembar observasi pengelolaan
aktivitas guru selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share.
rxy =N. ∑ XY - (∑X) (∑Y)
ri =2+rb
2rb
P ==
BI2
Lembar Aktivitas Siswa,
Lembar observasi aktivitas siswa
selama kegiatan proses belajar
mengajar berlangsung dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share.
Lembar Angket, Lembar
angket pendapat siswa digunakan
untuk memperoleh data tentang
pendapat siswa mengenai penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share.
Soal Tes, Soal tes ini
digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh pemahaman siswa mengenai
materi yang dipelajari. Sebelum
diujikan kepada kelas penelitian, soal
tes tersebut diuji cobakan terlebih
dahulu kepada siswa kelas XII SMK
Negeri 1 Bojonegoro.
Validitas Soal
Analisis validitas soal
menggunakan rumus korelasi product
moment, sebagai berikut:
√ {N . ∑X2 - (∑X)2} {N . ∑Y2 - (∑Y)2}
Keterangan:
rxy = Koefisien Korelasi
X = Nilai satu butir soal tiap
siswa
Y = Nilai seluruh butir soal
tiap siswa
N = Jumlah siswa
Uji Reabilitas Soal
Uji reabilitas dilakukan untuk
mengetahui tingkat konsistensi hasil
pengukuran data. Untuk mengetahui
reabilitas soal digunakan rumus
Spearman Brown (Sugiono, 2011)
sebagai berikut:
Keterangan:
ri = Reliabilitas internal seluruh
instrumen
rb = Korelasi product moment antara
belahan pertama dan kedua
Taraf Kesukaran Soal
Untuk mengetahui taraf kesukaran
soal menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
D =BA
JA
BB
JB
B = Banyak siswa yang menjawab
soal benar
I2 = Jumlah seluruh peserta tes
Ketentuan tingkat kesukaran soal
dapat ditunjukan dengan kriteria sebagai
berikut:
Jika P = 0,00 sampai 0,29 = Sulit/sukar
Jika P = 0,30 sampai 0,69 = Sedang
Jika P = 0,70 sampai 1,00 = Mudah
Daya Beda Soal
Daya beda suatu item adalah
kemampuan item tersebut untuk
membedakan antar siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Angka yang
menunjukan daya beda disebut indeks
diskriminasi (D). Daya beda soal dapat
dihitung dengan rumus:
Keterangan:
D = Daya beda
JA = Banyak peserta kelompok atas
JB =Banyak peserta kelompok bawah
BA = Banyak peserta kelompok atas
yang menjawab benar
BB = Banyak peserta kelompok bawah
yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda:
Antara 0,00 sampai 0,00 = Soal sangat
jelek
Antara 0,00 sampai 0,19 = Soal jelek
Antara 0,20 sampai 0,39 = soal cukup
Antara 0,40 sampai 0,69 = Soal baik
Antara 0,70 sampai 1,00 = Sangat baik
HASIL PENELITIAN
Siklus I
Pelaksanaan proses belajar
mengajar pada putaran pertama in masih
terdapat banyak kekurangan, maka dari itu
perlu adanya revisi atau prbaikan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.hal
yang masih perlu diperbaiki dalam putaran
kedua adalah:
1. Guru kurang memberikan motivasi
kepada siswa
2. Guru kurang memperhatikan alokasi
waktu yang disediakan
3. Siswa tidak mempunyai keberanian
untuk bertanya
4. Hasil belajar siswa perlu ditingkatkan
lagi, sehingga mencapai standar
ketuntasan maksimal 75%.
Siklus II
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan oleh pengamat pada siklus II ini,
maka tidak perlu dilakukan revisi karena
hasil yang diperoleh pada siklus ini sudah
dikatakan baik dapat dilihat dari
peningkatan pengolahan guru dan aktivitas
siswa yang mengalami pningkatan dari
siklus sebelunya yaitu sebagai berikut:
1. Guru sudah memberikan motivasi
kepada siswa
2. Guru sudah mampu mengelolah
pembelajaran berdasarkan alokasi
waktu yang disediakan
3. Partisipasi siswameningkat
4. Hasil belajar meningkat hingga
mencapai ketuntasan klasikal bahkan
lebih dari SKM yakni 93,5%.
ANALISIS DATA
Aktivitas guru, berdasarkan hasil
pengamatan selama dua putaran dapat
diambil kesimpulan bahwa terjadi
peningkatan aktivitas guru dalam
mengelolah pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe think-
Pair-Share (TPS) dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Skala penilaian
1 = Kurang baik
2 = Cukup baik
3 = Baik
4 = Sangat baik
Aktivitas Siswa, Berdasarkan hasil
pengamatan selama dua putaran bahwa
terjadi peningkatan aktivitas siswa kelas
XI AK 1 SMK Negeri 1 Bojonegoro
selama dilaksanakan model pembelajaran
Aspek yang dinilai SkorSiklus I
SiklusII
PERSIAPAN SECARA KESELURUHAN
3 3
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswaKegiatan Inti
3 3
Menyajikan informasi 3 4Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
4 3
Membimbing siswa mengerjakan soal diskusi
4 4
Mengamati setiap kelompok secara bergiliran
3 3
Memberikan bantuan kepada setiap kelompok yang mengalami kesulitan
3 3
Mengevaluasi hasil kerja kelompok melalui persentasi hasil diskusi kelompok
2 3
Membimbing siswa membuat kesimpulan materi
3 3
Memberikan penghargaan 3 3Rata-rata 2,7 3,05
kooperatif tipe Think-Pair-Share yaitu
sebagai berikut:
Skala penilaian
1 = Kurang baik
2 = Cukup baik
3 = Baik
4 = Sangat baik
Respon siswa, pendapat siswa
terhadap model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share yang diterapkan
dalam proses belajar mengajar secara
keseluruhan siswa setuju dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share karena mereka juga setuju bahwa
dengan model pembelajaran ini siswa
memiliki kesempatan lebih banyak untuk
memahami materi melalui belajar secara
berpasangan dari pada belajar secara
mandiri. Sehingga siswa akan setuju jika
model pembelajaran ini diterapkan pada
mata diklat yang lain.
Hasil Belajar Siswa, hasil belajar
siswa dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share pada siklus I dengan jumlah
siswa 31 siswa, yang mengalami
ketuntasan sebanyak 21 sedangkan
yang tidak tuntas sebanyak 10 dengan
nilai ketuntasa klasikal 67,7%.
Pada siklus II, dengan jumlah siswa
31, yang mengalami ketuntasa sebanyak
29 siswa sedangkan sebanyak 2 siswa
tidak tuntas dengan nilai ketuntasan
klasikal 93,5%.
PEMBAHASAN
Aktivitas Guru, adanya
peningkatan aktivitas guru dalam
mengelola pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share yang terjadi selama 2
putaran. Pada putaran I nilai rata-rata
pengelolaan model pembelajaran
sebesar 2,7; sedangkan pada putaran II
Aspek yang dinilai SkorSiklus I
SiklusII
Mendengarkan penjelasan dari guru
2,5 3,5
Membaca dan mencatat hal-hal yang relevan dari KBM
2 3
Menjawab pertanyaan dari guru
2 3
Berdiskusi/ bertanya antar siswa dalam kelompok
3 3,5
Berada dalam tugas (mengerjakan tugas)
3 3,5
Mempunyai keberanian untuk bertanya
2,5 4
Menyimpulkan hasil diskusi kelompok
2,5 4
Menanggapi jawaban dari kelompok lain
3 3,5
Rata-rata 2,56 3,5
sebesar 3,05. Angka tersebut
menunjukkan aktivitas guru dalam
mengelola pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share mengalami kenaikan dari
cukup menjadi baik. Hal ini disebabkan
karena setiap putaran terdapat refleksi
dan revisi sebagai tindakan perbaikan
dalam pengelolaan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share pada
putaran selanjutnya.
Aktivitas Siswa, Berdasarkan hasil
pengamatan selama dua putaran yaitu
pada tabel 4.4 dan tabel 4.7 dapat
diambil kesimpulan bahwa terjadi
peningkatan aktivitas siswa kelas XI
AK 1 SMK Negeri 1 Bojonegoro
selama dilaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rata-rata aktivitas siswa pada
siklus I sebesar 2,56 dengan kriteria
kurang baik. Pada siklus II sebesar 3,5
dengan kriteria baik.
Peningkatan pengolalaan guru dan
siswa ini disebabkan karena pada setiap
siklus terdapat refleksi sebagai tindakan
perbaikan dalam pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share pada siklus
selanjutnya, sehingga kekurangan yang
terjadi selama siklus awal dapat
diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Dengan adanya perbaikan ini, maka
pengelolaan guru akan semakin baik
dan hal ini akan berpengaruh pada
aktivitas siswa di kelas.
Respon Siswa, Sebesar 84% siswa
sangat setuju dan 32 % siswa setuju
dengan cara guru mengajar dengan
model model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa sangat setuju
jika guru mengajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share. Dan Sebesar 71% siswa
sangat setuju dan 29% siswa setuju
bahwa akan memiliki kesempatan lebih
banyak untuk memahami materi
melalui belajar secara berpasangan dari
pada belajar secara mandiri atau
individu. Sehingga dapat dsimpulkan
bahwa siswa sangat setuju dalam
memahami materi yang dilakukan
secara berpasangan dengan temannya.
Hasil Belajar Siswa, Dalam setiap
akhir putaran guru mengadakan post
test untuk mengukur daya serap siswa
dan pemahaman siswa dari materi yang
telah disampaikan dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share.
Berdasarkan nilai siswa dalam
pelaksanaan post test selama dua
putaran mengalami peningkatan.
peningkatan rata-rata nilai hasil
belajar siswa kelas XI AK 1 SMK
Negeri 1 Bojonegoro selama
dilaksanakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share, yaitu
pada putaran I sebesar 73,5% dengan
ketuntasan klasikal 67,7% dan putaran
II sebesar 83,35% dengan ketuntasan
klasikal 93,5%.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tujuan penelitian
dapat diperoleh bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-
Share mampu meningkatkan hasil belajar
siswa, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Aktifitas guru, Aktivitas guru
dalam proses belajar mengajar pada
penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Think-Pair-Share dapat berjalan
dengan baik, hal ini dapat dilihat dari
berlangsungnya proses kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Rata-rata aktivitas guru dalam
pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share
mengalami peningkatan dalam setiap
putarannya, yaitu pada putaran I sebesar
2,56; dan pada putaran II sebesar 3,11.
Aktivitas Siswa, Aktivitas siswa
selama mengikuti model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat
meningkat. Rata-rata aktivitas siswa
tersebut mengalami peningkatan dalam
setiap putarannya, yaitu pada putaran I
sebesar 2,375; dan pada putaran II
sebesar 3,5.
Respon Siswa, Respon siswa
terhadap pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share sangat positif. Hal ini dapat
dilihat dari persentase angket yang
didapat sebesar 84% siswa sangat setuju
dengan pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share.
Hasil Belajar, Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Think-
Pair-Share dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Persentase rata-rata nilai
pos test dalam dua putaran
menunjukkan peningkatan, yaitu pada
putaran I sebesar 73,5% dengan
ketuntasan klasikal 67,7%, dan putaran
II sebesar 83,35% dengan ketuntasan
klasikal 93.5%.
SARAN
Bagi peneliti selanjutnya dalam
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share
hendaknya disesuaikan dengan materi
yang akan disampaikan karena tidak
semua materi yang ada dalam
penyampaiannya dapat menggunakan
model pembelajaran ini.
Bagi guru yang ingin menerapkan
model pembelajaran kooperatif
hendaknya lebih memperhatikan alokasi
waktu, aktivitas siswa dan tahapan-
tahapan dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Diana Mayangsari, Yunyta. 2010. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share (TPS) dalam Upaya Meningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Akuntansi Pokok Bahasan Mutasi Dana Kas kecil kelas X KU-1 SMK negeri 1 Mojoagung. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: universitas negeri Suarabaya.
Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.
Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: University
Press.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning.
Bandung: Alfabeta
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Kartika Sari, Utami. 2010. Pnerapan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Akuntansi Pokok Bahasan Membuat Ikhtisar Siklus Akuntansi perusahaan jasa terhadap pengikhtisaran di kelas XI ips 1 MA Darul Ulum Kedungwaras. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPEK FE Unesa.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.
Somantri, Hendi. 2007. Memahami
Akuntansi SMK Seri B. Bandung:
Armico.
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryohadiprojo, Sayidiman. 2003. Inti Permasalahan Pendidikan.
(www.sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=38, diakses 6 Februari 2012)
Tim UNESA. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi. Surabaya. University Press.
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana.