penerapan model pembelajaran discovery berbantu search ......penelitian selanjutnya dilakukan oleh...
TRANSCRIPT
Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search Engine
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Oleh:
Yuliati Primastuti
702011091
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2016
Penerapan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search Engine
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
1)
Yuliati Primastuti 2)
Widya Damayanti, S.Pd., M.Sc.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1)
Abstract
Teaching methods where teachers tends to transfer knowledge to students or
teach informatively, and where students must remember the material can cause some
problems. The problem in this research in unattractive learning process and students’
lack of understanding. The research aims to know the effect of the application of
discovery model assisted by search engine to improve students’ understanding on Data
Communications for students of class XI SMK N 1 Wonosobo. This research used a
quasi-experimental research with non-equivalent control group design. The application
of the learning model proved to improve students’ understanding. This is proven by 10.16
increase in students’ average score from 71.16 to 81.32 in the experiment class;
meanwhile the increase in the control class was from 72.87 to 77.34. This show the
different level of understanding between the experiment class and control class, where the
experiment class applied discovery learning model assisted by search engine and the
control class used conventional teaching method.
Keywords: discovery, understanding
Abstrak
Penggunaan metode pembelajaran dimana guru cenderung bersifat informatif atau hanya
sebatas transfer ilmu pengetahuan kepada siswa, dan siswa harus mengingatnya
menyebabkan beberapa masalah dalam pembelajaran. Masalah dalam penelitian ini
adalah kurang menariknya proses pembelajaran dan kurangnya pemahaman siswa.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran discovery
berbantu search engine untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran
Komunikasi Data kelas XI SMK N 1 Wonosobo. Penelitian ini menggunakan metode
quasi eksperimental research dengan desain non-equivalent control group design. Proses
pembelajaran discovery berbantu search engine meningkatkan pemahaman siswa,
dibuktikan dengan peningkatan nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 10,16 dari 71,16
menjadi 81,32, sedangkan pada kelas kontrol dari 72,87 menjadi 77,34. Hal ini
menunjukkan terdapat perbedaan pemahaman yang lebih tinggi antara kelas eksperimen
dengan model pembelajaran discovery berbantu search engine dan kelas kontrol yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Kata kunci : discovery, pemahaman
1. Pendahuluan
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah seringkali ditemui berbagai
masalah yang mempengaruhi tingkat pemahaman siswa. Dari observasi dan
wawancara yang dilakukan di SMK N 1 Wonosobo terdapat masalah dalam
proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran yang kurang menarik dan
kurangnya pemahaman siswa. Nilai siswa di bawah batas nilai KKM yaitu
75. Hasil ulangan harian siswa kelas XI TKJ 1 dan XI TKJ 2 menunjukkan
hasil yang jauh dari standar ketuntasan minimal, yaitu dari jumlah 32 siswa
kelas XI TKJ 1 55% siswa tidak tuntas dan dikelas XI TKJ 2 yang berjumlah
32 siswa ada 52% siswa tidak tuntas. Faktor yang menyebabkan proses
pembelajaran kurang menarik dan mempengaruhi pemahaman siswa adalah
metode belajar yang diterapkan adalah metode konvensional, sumber belajar
yang digunakan kurang lengkap.
Metode konvensional berakibat proses belajar kurang menarik dan
kurangnya pemahaman siswa. Karena metode konvensional biasanya guru
cenderung bersifat informatif atau hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan ke
siswa dan kurang memperhatikan daya tangkap siswa. Dengan demikian
pengajaran akan sulit untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Siswa
terbiasa dengan menghafal fakta-fakta, prinsip, rumus, hukum-hukum yang
diberikan oleh guru, dengan demikian pemahaman konsep cenderung rendah,
maka perlu melakukan perubahan model belajar yang membuat proses belajar
menjadi menarik dan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Salah satu
model belajar yang menarik dan dapat meningkatkan pemahaman siswa
adalah dengan model belajar discovery. Konsep dasar yang dicapai dengan
menggunakan model belajar discovery pada pelaksanaannya adalah
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Selain merubah
model belajar guru dan siswa harus memanfaatkan fasilitas yang terdapat di
sekolah. Ketersediaan internet di sekolah memungkinkan siswa untuk
menggunakannya secara optimal dalam pembelajaran yakni dengan
menggunakan aplikasi search engine sebagai salah satu sumber belajar.
Pengggunaan search engine pada penelitian ini bertujuan untuk memperluas
dan melengkapi informasi tentang materi pelajaran yang dibutuhkan siswa.
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan dalam latar belakang, maka
peneliti mengajukan permasalahan yang menyangkut bagaimana Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Berbantu Search Engine
terhadap pemahaman siswapada mata pelajaran komunikasi data pada siswa
kelas XISMK N 1 Wonosobo. Rumusan Masalahnya adalah sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman siswa antara siswa yang
belajar dengan Model Pembelajaran discovery berbantu search engine dengan
siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu dilakukan oleh A. Sochibin, P. Dwijananti, dan P.
Warwotodengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiry
TerpimpinUntuk Meningkatkat Pemahaman Dan Ketrampilan Berpikir Krotis
Siswa SD”[1]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
Inquiry terpimpin dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan
menumbuh kembangkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SD
pokok bahasan air dan sifatnya.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Ibrahim dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMP”[2]. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran menggunakan
discovery efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep. Hasil
penelitian menunjukkan diperoleh rata-rata gain yang dinormalisasi sebesar
0,608, sehingga dapat disimpulkan bahwa penigkatkan pemahaman konsep
fisika siswa SMP setelah diterapkan Model Pembelajaran Penemuan
(Discovery Learning) berapa pada katagori sedang.
Berdasarkan penelitian dan jurnal yang berkaitan, penelitian ini
menerapkan model pembelajaran discovery dengan bantuan aplikasi search
engine. Diharapkan dengan diterapkannya discovery berbantu aplikasi search
engine dapat memberikan pengaruh pada mata pelajaran Komunikasi Data
terhadap meningkatnya hasil pemahaman siswa. Perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian sekarang adalah penggunaan aplikasi bantu
search engine sebagai sarana mendapatkan informasi. Penelitian sekarang
menggunakan model pembelajaran discovery yang diterapkan pada mata
pelajaran Komunikasi Data untuk siswa kelas XI di SMK Negeri 1
Wonosobo.
Model pembelajaran discoveryadalah proses pembelajaran yang
menitikberatkan pada mental intelektual pada anak didik dalam memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep yang
dapat diterapkan di lapangan[3]. Discovery learning adalah suatu model
untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam
ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. peran guru dalam model
pembelajaran discovery adalah sebagai fasilitator dan evaluator. Sebagai
fasilitator, hendaknya guru dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan
untuk memudahkan kegiatan pembelajaran, sedangkan sebagai evaluator,
guru berkewajiban mengevaluasi keberhasilan siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran. Kelebihan model discovery learning: (1) discovery
learning dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, dan penguasaan katrampilan dalam proses kognitif,
(2) peserta didik mendapatkan pengetahuan yang bersifat induvidual sehingga
peserta didik dapat mengingatnya lebih lama, (3) dapat membangkitkan
motivasi belajar peserta didik, (4) discovery learning dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berkembang sesuai dengan
kemampuannya, (5) dapat mengarahkan peserta didik untuk belajar, (6) dapat
membantu peserta didik untuk menambah kepercayaan diri dalam proses
penemuan sendiri, (7) discovery learning berpusat kepada peserta didik. Guru
hanya sebagai teman belajar[4]. Ada enam tahap yang ditempuh untuk
melaksanakan model discovery yaitu (1) Stimulation (stimulasi atau
pemberian rangsangan), (2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah),
(3) Data Collection (pengumpulan data), (4) Data Processing (pengolahan
data), (5) Verification (pembuktian), (6) Generalization (menarik kesimpulan
atau generalisasi)[3].Tujuan penerapan discovery adalahdengan proses
pembelajaran discovery, siswa dituntut untuk menemukan konsep, maka
siswa mendapatkan pengetahuan yang bersifat induvidual sehingga peserta
didik dapat mengingatnya lebih lama.
Gambar 1. Piramida Pembelajaran[5]
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mendikbud,
Mohammad Nuh mengatakan bahwa membaca itu mempunyai kontribusi
10% yang bisa melekat pada sang anak, audio visual bisa meningkatkan daya
serap hingga 20%, demonstrasi sebesar 30%, metode diskusi kelompok
meningkatkan daya serap hingga 50%, dan eksperimen sebesar 75%[6].
Dalam piramida pembelajaran, penggunaan model pembelajaran discovery ini
menempati tingkatan practice by doing.Dengan metode discovery siswa
dituntut untuk menemukan konsep dengan menemukan konsepnya sendiri,
siswa dapat mengingat yang dipelajarinya lebih lama.
Search Engine adalah suatu fasilitas yang tersedia di internet yang
dijalankan melalui browser untuk mencari informasi sesuai keinginan[7].
Informasi yang dicari di internet dapat berupa berita, tutorial ilmu
pengetahuan, teknologi, soal-soal dan lain-lain. Dari berbagai search engine
yang ada, yang paling populer atau sering digunakan diantaranya adalah:
Google, Yahoo, dan Altavista. Penelitian ini menggunakan search engine
Google karena Google yang paling popoler di kalangan anak SMK N 1
Wonosobo.
Pemahaman berasal dari kata “Paham” yang artinya mengerti benar
tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan,
cara memahami sesuatu[8]. Pemahaman dalam taksonomi bloom adalah
kesanggupan memahamisetingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan sebab
dalam memahami perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal[9].
terdapat tiga indikator pemahaman yaitu : (1) translasi adalah perilaku
dimana seseorang dapat menerjemahkan istilah ke dalam bahasa atau kata-
kata lain tanpa mengubah makna, (2) interpretasi adalah perilaku yang
melibatkan komunikasi sebagai konfigurasi pemahaman ide yang
memungkinkan memerlukan kembali ide-ide ke dalam konfigurasi baru
dalam pikiran individu, (3) ekstrapolasi adalah perilaku pemikiran seseorang
yang dilandasi dengan pemahaman untun membuat penarikan
kesimpulan[10].
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah model penelitian yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan
tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu [11].
Sementara itu jenis eksperimen pada penelitian ini adalah quasi experimental
research. Quasi experimental research adalah penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi
yang terkendali [12]. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent
Control Group Design Bentuk desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Desain Nonequivalent Control Group Design
Nonequivalent
Control
Group Design
Kelompok Pretest Treatment Posttest
Eksperimen √ √ √
Kontrol √ - √
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Wonosobo pada kelas XI yang
mengikuti mata pelajaran Komunikasi Data. Teknik sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu yaitu rekomendasi dari guru [13], bahwa
kedua kelas tersebut memiliki rata-rata kelas yang tidak jauh beda.
Berdasarkan pertimbangan tersebut kelas XI TKJ 1 dijadikan kelas
eksperimen dan XI TKJ 2 sebagai kelas kontrol.
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu (1)Tahap persiapan,
(2) Tahap pelaksanaan, (3)Tahap pengolahan dan analisis data[14].
Tabel 2. Tahapan Penelitian
No. Tahapan Penelitian Keterangan
1. Tahap Persiapan Menyusun daftar pertanyaan
wawancara pra penelitian
Wawancara sebelum penelitian
Studi Literatur
Menentukan populasi dan sampel
Menyiapkan materi dan RPP
Menyusun soal tes
Uji coba instrumen
2. Tahap Pelaksanaan Memberikan tes awal (pretest) kelas
kontrol dan eksperimen
Memberikan treatment atau
perlakuan
Memberikan tes akhir (posttest) kelas
kontrol dan eksperimen
3. Tahap Pengolahan dan
analisis data Mengolah hasil pretest
Mengolah hasil posttest
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi penyusunan daftar
pertanyaan untuk wawancara pra penelitian. Wawancara pra penelitian
dilakukan dengan guru mata pelajaran Komunikasi Data dan salah satu siswa
kelas XI TKJ. Studi literatur untuk mengumpulkan referensi mengenai
permasalahan yang akan diteliti. Menentukan populasi dan sampel penelitian
yang nantinya akan diterapkan model pembelajaran discovery dengan bantuan
searchengine. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa materi yang akan
dibahas atau diajarkan dalam penelitian serta Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Membuat instrument penelitian berupa tes, tes
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Dan tahap persiapan yang
terakhir uji coba instrumen. Instrumen diuji cobakan sebelum dilakukan
pretest dan postest di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hasil uji
validitas butir soal menunjukkan 15 soal valid dan dipakai untuk penelitian
dan 5 soal tidak valid.
Pada tahap pelaksanaan, siswa diberikan pretest untuk kelas eksperimen
dan kontrol, guna melihat kemampuan siswa sebelum diberi perlakuan. Tahap
selanjutnya yaitu pemberian perlakuan, yakni kelas kontrol menggunakan
metode pembelajaran tanpa perlakuan dan tanpa alat bantu dan kelas
eksperimen menggunakan metode pembelajaran discovery dengan sumber
belajar aplikasi search engine. Setelah diberi perlakuan, diberikan posttest
untuk melihat nilai belajar siswa setelah perlakuan. Berikut rancangan proses
belajar.
Tabel 3. Rancangan Proses Belajar
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pertemuan I
Pemberian Pretest Pemberian Pretest
Pertemuan II
Pendahuluan:
Guru mengecek kesiapan peserta
didik belajar baik secara fisik
maupun psikologis dengan cara
berdoa bersama dan ice break.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi
yang akan dicapai.
Guru menanyakan pengalaman
Peserta didik dalam
berkomunikasi.
Pendahuluan:
Guru mengecek kesiapan peserta
didik belajar baik secara fisik
maupun psikologis dengan cara
berdoa bersama dan ice break.
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi
yang akan dicapai.
Guru menanyakan pengalaman
Peserta didik dalam
berkomunikasi.
(Stimulation)
Kegiatan Inti: Kegiatan Inti:
Mengamati
Peserta didik menyimak
penjelasan dari guru.
Peserta didik mencatat
penjelasan yang disampaikan
guru.
Menanyakan
Peserta didik membuat
pertanyaan dari penjelasan guru
dan ditanyakan kepada peserta
didiklain tentang (pertemuan 1
analisis sumber daya dalam
telekomunikasi, pertemuan 2
analisis kebutuhan perangkat
dalam telekomunikasi).
Mengumpulkan informasi
Setiap peserta
didikmengumpulkan informasi
mengenai (pertemuan 1 analisis
sumber daya dalam
telekomunikasi, pertemuan 2
analisis kebutuhan perangkat
dalam telekomunikasi).
Eksperimen/ Eksplore:
Siswa dibentuk dalam kelompok
beranggotakan 4 orang di setiap
kelompok, setiap siswa
mempunyai no sebagai nomor
kepala.
Setiap kelompok diberi topik
untuk didiskusikan (pertemuan 1
analisis sumber daya dalam
telekomunikasi, pertemuan 2
analisis kebutuhan perangkat
dalam telekomunikasi).
(Problem Statement)
Peserta didik berdiskusi, mencari
materi dengan menggunakan
bantuan aplikasi search engine.
Setiap peserta didik di dalam
mencari materi diharapkan untuk
menemukan konsepnya sendiri
untuk dapat dipahami.
Setiap kelompok membuat
ringkasan dan kesimpulan untuk
materi yang akan dibahas.
(Data Collection)
Mengolah informasi
Peserta didik saling berdiskusi
dengankelompoknyauntuk
mengolah informasi yang telah
dicari dari berbagai sumber
sesuai dengan tugas yang
diberikan dari guru.
Peserta didik membuat
kesimpulan tentang (pertemuan 1
analisis sumber daya dalam
telekomunikasi, pertemuan 2
analisis kebutuhan perangkat
dalam telekomunikasi) dan
membuat kesimpulan dari
pertanyaan yang telah dibuat
berdasarkan informasi yang telah
dikumpulkan.
(Data Processing)
Mengkomunikasikan
Setiapkelompok
menyampaikanhasil analisis.
Setiap peserta didik
menyampaikan konsep yang
dipahami untuk di diskusikan
bersama dengan teman satu kelas.
Setiap kelompok lainnya
membuat tanggapan terhadap
penjelasan peserta didik yang
sedang presentasi.
Peserta didik membuat konsep
secara garis besar untuk dipahami
secara bersama.
(Verification)
Kegiatan Akhir:
Peserta didik dengan bimbingan
guru menyimpulkan pembelajaran
hari itu.
Siswa bersama guru mengadakan
refleksi dengan menanyakan
tentang hal-hal yang dirasakan
siswa, materi yang belum
dipahami dengan baik, kesan dan
pesan selama mengikuti
pembelajaran.
Guru memberikan umpan balik
pembelajaran.
Guru menyampaikan rencana
pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Kegiatan Akhir:
Peserta didik dengan bimbingan
guru menyimpulkan pembelajaran
hari itu.
Siswa bersama guru mengadakan
refleksi dengan menanyakan
tentang hal-hal yang dirasakan
siswa, materi yang belum
dipahami dengan baik, kesan dan
pesan selama mengikuti
pembelajaran.
(Generalization)
Guru memberikan umpan balik
pembelajaran
Guru menyampaikan rencana
pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Pertemuan III
Pemberian posttets Pemberian posttets
Tahapan yang terakhir adalah tahap pengolahan dan analisis data,
mengolah data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol. Hasil tes
akan dibandingkan antara sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan
perlakuan untuk melihat dan menentukan apakah terdapat pengaruh model
discovery berbantuan aplikasi search engine pada mata pelajaran Komunikasi
Data terhadap pemahaman siswa sebagai media evaluasi. Langkah
selanjutnya menghitung hasil perhitungan semua data yang dianalisa
kemudian diambil kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pengolahan data. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisa deskriptif kuantitatif. Untuk data kuantitatif diolah secara
deskriptif menggunakan perangkat pengolah data statistik yaitu SPSS 16.0.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-
masing selama tiga kali pertemuan. Tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran discovery berbatu search
engine dalam mata pelajaran Komunikasi Data yang dilihat dari nilai belajar
siswa dalam proses belajar, juga untuk melatih kemandirian siswa dalam
memahami materi yang diberikan. Pokok bahasan yang disampaikan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, yaitu menganalisis kebutuhan
telekomunikasi dalam jaringan. Kelas XI TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan
kelas XI TKJ 2 sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol adalah kelas yang tidak
diberi perlakuan (metode pembelajaran konvensional).Kelas eksperimen
adalah kelas yang akan diberi perlakuan (model pembelajaran discovery
berbantu search engine).
Penelitian ini diawali dengan dari pemberian pretest atau tes awal kepada
siswa untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum siswa
mendapat pembelajaran. Niali pretest ini juga dijadikan sebagai nilai
pendukung untuk mengukur pemahaman siswa teradap materi. Pretest
dilakukan pada pertemuan pertama setelah itu memberikan pengarahan
terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Data pretest diperoleh dari
tes tertulis berupa pilihan ganda sebanyak 15 soal. Berdasarkan hasil
penelitian dan perhitungan data, maka didapat hasil pretest kelas eksperimen
dan kelas kontrol sebagai berikut:
Tabel 4.Nilai Pemahaman Siswa
Pencapaian Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai Terendah 53 67 60 67
Nilai Tertinggi 93 100 93 93
Rata-Rata Nilai 71,16 81,32 72,87 77,34
Ketuntasan Belajar (%) 21,87 78,12% 25% 53,12%
Ketidaktuntasan Belajar (%) 78,13% 21,88% 75% 46,88%
Berdasarkan tabel 4, dapat terlihat bahwa perbedaan nilai rata-rata pretest
kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, yaitu 71.16 untuk
kelas eksperimen dan 72.87 untuk kelas kontrol. Deskriptif data pretest
menunjukkan bahwa nilai terendah kelas eksperimen 53 dan kelas kontrol 60.
Sedangkan untuk nilai tertinggi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama yaitu 93. Dengan nilai pretest menunjukkan bahwa pemahaman siswa
kelas eksperimen dan kontrol pada awal sebelum dilaksanakan pembelajaran
tidak jauh berbeda.
Setelah pretest dilaksanakan, selanjutnya pemberian perlakuan kepada
kelas eksperimen pada pertemuan pertama dan kedua. Pada pertemuan ketiga
dilakukan tes akhir atau posttest setelah menerima pembelajaran yang telah
dilakukan guna mengetahui kemampuan siswa dan untuk melihat kemampuan
pemahaman siswa setelah dilakukan perlakuan. Tes yang diberikan berupa tes
tertulis dengan jenis soal pilihan ganda sebanyak 15 soal. Hasil pretest dan
posttest kemudian dihitung dengan uji statistik.
Berdasarkan hasil analisa data diperoleh hasil, bahwa ada pengaruh
penerapan model pembelajaran discovery berbantu search engine terhadap
pemahaman siswa. Hal ini dikarenakan tahapan discovery dapat
meningkatkan pemahaman konsep. Pembelajaran discovery ini memiliki 6
tahapan, meliputi (1) stimulation (stimulasi atau pemberian rangsangan), (2)
problem statement (mengidentifikasi masalah), (3) data collection
(pengumpulan data), (4) data processing (pengolahan data), (5) verification
(pembuktian), (6) generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi).
Proses perlakuan pada penelitian ini dimulai siswa membentuk kelompok
sebanyak 4 orang disetiap kelompoknya. Setiap kelompok mendapatkan
nomor. Setelah membentuk kelompok tahap pertama adalah Stimulation
(stimulasi atau pemberian rangsangan). Pada tahap ini guru memberikan
rangsang kepada siswa dengan cara memberikan gambar yang digunakan
orang untuk bertelekomunikasi dan bertanya kepada siswa tentang kegiatan
sehari-hari yang menggunakan alat telekomunikasi. Kegiatan ini merangsang
siswa untuk berpikir dan bereksplorasi. Pada tahap ini kendala yang ditemui
adalah rangsang yang diterima siswa berbeda karena rangsang yang diterima
dipengaruhi oleh pola pikir siswa saat melihat gambar yang ditunjukkan oleh
guru.
Tahapan ke-dua adalah Problem Statementatau pernyataan. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat hipotesis atau
jawaban sementara dari rangsangan yang diberikan oleh guru, jawaban
sementara setiap siswa berbeda-beda. Terdapat siswa yang mempunyai
jawaban sementara yaitu alat yang digunakan untuk berkomunikasi berupa
HP dan telepon rumah. Namun ada juga siswa yang menjawab bahwa alat
telekomunikasi lainya berupa internet dan televisi. Yang lain memberikan
tanggapan bahwa alat telekomunikasi dibagai menjadi dua yaitu alat
telekomunikasi satu arah dan alat telekomunikasi dua arah. Saat membuat
hipotesis akan timbul sikap kritis siswa terhadap teori yang akan dijadikan
dasar dalam menjawab permasalahan.Pada tahap ini kendala yang ditemui
adalah hipotesis yang dibuat siswa berbeda-beda. Untuk mengatasi kendala
ini, guru mengajak siswa untuk membuat satu hipotesis yang sama untuk
memudahkan siswa saat mencari informasi.
Tahapan ke-tiga adalah Data Collection atau pengumpulan data. Pada
tahap ini guru memperbolehkan setiap kelompok menggunakan laptop atau
gadget untuk mengumpulkan data atau materi sebanyak-banyaknya dengan
bantuan aplikasi search engine. Untuk melakukan pencarian informasi rasa
ingin tahu siswa berkembang, hal ini dikarenakan siswa termotivasi untuk
menemukan jawaban atas permasalahan yang muncul.Model Discovery
Learning dilakukan secara berkelompok namun setiap individu bebas untuk
mengeluarkan pendapatnya dalam proses pembelajaran. Ini sejalan dengan
pendapat Dimyati dan Moedjiono yaitu guru memberikan keleluasaan bagi
siswa untuk mengungkapkan pendapat berupa pernyataan ataupun pertanyaan
karena siswa tidak bergantung pada guru dalam hal memperoleh informasi,
tetapi siswa juga dapat memanfaatkan lingkungan yang ada disekitarnya[15].
Pada tahap ini kendala yang ditemui adalah koneksi internet yang tersedia.
Untuk mengatasi hal tersebut guru meminta siswa menggunakan smartphone
yang mereka bawa untuk dijadikan alternatif sebagai koneksi internet dan
tidak mengandalkan koneksi internet yang ada di sekolah.
Tahapan ke-empat adalah Data Processing (pengolahan data) yaitu
dengan bantuan dan bimbingan guru, siswa diminta untuk mengolah data
yang sudah dikumpulkan dengan bantuan aplikasi search engine. Data dapat
diolah dengan diskusi dengan teman sekelompoknya. Dengan diskusi
kelompok siswa akan lebih mengingat apa yang didiskusikan dari pada
menerima penjelasan dari guru. Setelah data diolah, data tersebut dibuat
dalam bentuk ppt yang nantinya akan dipresentasikan didepan kelas. Pada
tahap ini kendala yang ditemui yaitu terdapat beberapa siswa yang berdiskusi
diluar konteks pembahasan materi. Untuk mengatasi hal tersebut guru
memperinngatkan kepada siswa agar tidak berdiskusi diluar konteks
pembahasan materi.
Tahapan ke-lima adalah Verification (pembuktian). Pada tahap ini guru
memilih secara acak nomor kelompok. Nomor kelompok yang terpilih diberi
kesempatan untuk maju ke depan mempresentasikan hasil yang telah
didapatnya. Dalam tahap ini guru dan kelompok siswa yang tidak maju
melakukan verifikasi (pembuktian, perbaikan, pembenaran) terhadap materi
yang dipresentasikan kelompok apakah materi yang didapatkan dengan
bantuan aplikasi search engine tersebut benar. Kelompok yang tidak maju
diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang ada di depan
tentang materi yang belum jelas. Pada tahap guru berperan sebagai fasilitator
dan evaluator sebagai fasilitator guru menfasilitasi siswa untuk bertanya
kepada kelompok teman yang sedang presentasi di depan, dan sebagai
evaluator peran guru disini adalah untuk melakukan evaluasi penjelasan siswa
yang disampaikan benar atau tidak jika penjelasan siswa masih belum tepat
maka guru menjelaskan kembali kepada siswa dengan pemaparan yang benar.
Kendala yang ditemui yaitu terlalu banyak pertanyaan siswa yang diberikan
kepada kelompok lain yang melakukan presentasi. Untuk mengatasi hal ini,
guru memberikan batasan maksimal pertanyaan yang diberikan kepada
kelompok. Dari tahap ini siswa akan memperoleh pemahaman akan suatu
konsep yang telah dipelajarinya.
Tahapan ke-enam adalah Generalization (menarik kesimpulan). Siswa
dibantu guru mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip
umum yang berlaku untuk semua masalah yang sama dengan memperhatikan
hasil verifikasi. Dengan adanya proses induksi atau pemahaman konsep
secara khusus dengan dilakukannya generalization ini, maka akan terjadi
proses konstruksi pengetahuan pada benak siswa yang memberikan
penjelasan konsep secara umum yaitu didalam analisis kebutuhan
telekomunikasi secara umum di bagi menjadi dua yaitu analisis sumber daya,
dan analisis kebutuhan perangkat dalam telekomunikasi.
Setelah melaksanakan pembelajaran siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen diberikan posttest untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
tingkat pemahaman setelah mengikuti proses pembelajaran yang diberi
perlakuan dan tidak diberi perlakuan. Soal posttest yang diberikan tidak
memiliki perbedaan dengan soal pretest. Dari hasil prostest diperoleh nilai
rata-rata kelas eskperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu 81.32
untuk kelas eksperimen dan 77.34 untuk kelas kontrol.
Berdasarkan analisis dari hasil posttest, bahwa model pembelajaran
discovery berbantu search engine berpengaruh terhadap pemahaman siswa
dan dilihat rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada
kelas kontrol. Hal ini dikarenakan model pembelajaran discoverymenekankan
siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Pengetahuan yang diperoleh dapat bertahan lebih lama dan dapat
meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir [16].
Tahap translasi dalam proses pemahaman siswa akan berkembang saat
siswa melakukan observasi terhadap topik yag diberikan, pencarian
informasi, dan diskusi. Tahap traslasi adalah tahap dimana siswa dapat
menerjemahkan atau mengkomunikasikan suatu istilah atau pengertian ke
dalam bahasa lain, atau kata-kata yang berbeda tanpa kehilangan makna
sebenarnya. Dari hasil observasi siswa mencoba untuk menterjemahkan
informasi yang didapat atau menemukan konsep secara individual dan
kemudian dikomunikasikan kepada teman kelompok untuk didiskusikan.
Pada indikator translasi ini terdapat pada tahapan model pembelajaran
discoovery terutaman pada tahap problem statement untuk kegiatan
eksplorasi, tahap data colllection untuk kegiatan observasi, dan tahap data
processing untuk kegiatan diskusi.
Pemahaman siswa mencapai tahap interpretasi ketika siswa melakukan
penafsiran terhadap informasi yang diperoleh dan dapat menjelaskan makna
suatu pernyataan. Dasar untuk menginterpretasikan adalah harus mampu
menerjemahkan dari komunikasi yang tidak hanya kata atau frasa, tetapi juga
melingkupi berbagai perangkat yang dapat dijelaskannya. Seseorang dalam
berkomunikasi dapat menemukan konsep secara total yang disimpan dan
dihubung-hubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebagai
pengalaman dan dapat dijadikan ide-ide. Dalam pembelajaran discovery,
siswa melakukan interpretasi pada tahapan terutaman pada tahap data
colllection, dan tahap data processing.
Siswa mencapai tahap ekstrapolasi saat siswa melakukan pembuatan
kesimpulan sehubungan dengan implikasi, konsekuensi, akibat, dan efek
sesuai dengan kondisi yang dijelaskan dalam komunikasi. Dalam
pembelajaran discovery, siswa melakukan ekstrapolasi pada tahap
verification, dan tahap generalization. Dari ketiga indikator pemahaman
dapat terpenuhi dengan baik dikarenakan dengan penerapan model
pembelajaran discovery berbantu search engine dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Hal ini ditunjukkan melalui tahapan discovery mulai dari
tahap identifikasi masalah sampai dengan penarikan kesimpulan
(generalization) dalam menemukan sendiri konsep.
Pemberian perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran discovery
berbantu search engine pada mata pelajaran komunikasi data ternyata
berpengaruh positif terhadap proses pembelajaran yang menjadi menarik dan
dapat meningkatkan pemahaman siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa
siswa di kelas eksperimen terlibat dalam pemecahan masalah, berusaha
mencari berbagai informasi dengan materi yang ditugaskan dengan bantuan
aplikasi search engine, melaksanakan diskusi kelompok dengan baik namun
diluar konteks diskusi siswa dapat menemukan konsepnya sendiri dengan
siswa menemukan konsepnya sendiri berarti siswa mendapatkan pengetahuan
bersifat induvidual dan siswa nantinya akan dapat mengingatnya lebih lama,
dan menerapkan apa yang diperoleh dengan mengerjakan tugas yang
diberikan.
Skor posttest menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa
dapat dilihat dari rata-rata nilai belajar siswa pada kelas eksperimen yaitu
81.32 dari semula skor pretest 71.16. Terjadi peningkatan tingkat ketuntasan
belajar siswa diatas KKM di kelas eksperimen ada 25 anak (78,12%) dan
dibawah KKM ada 7 anak (21,88%). Sedangkan pada kelas kontrol
dinyatakan tingkat ketuntasan belajar atau memenuhi KKM yaitu sebesar
53,12% dari 32 siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa setelah proses
pembelajaran dilaksanakan denganmemberiperlakuan (treatment) berupa
penerapan model pembelajaran discovery berbantu search engine pada kelas
eksperimen dan penggunaan metode pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol, tingkat pemahaman siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi
daripada kelas kontrol.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penerapan model
pembelajaran discovery berbantu search engine pada mata pelajaran
Komunikasi Data dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat pemahaman
siswa untuk kelas XI SMK N 1 Wonosobo. Hasil pemahaman siswa dilihat
dari rata-rata nilai posttest kelas eksperimen sebesar 81,32 dan 77,34 untuk
kelas kontrol. Dilihat dari nilai rata-rata siswa hasil menunjukkan bahwa
perbedaan pemahaman siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
terlalu signifikan. Pada kelas eksperimen guru masih berperan sebagai
fasilitator dan evaluator. Selain dari nilai rata-rata, pengaruh model
pembelajaran discovery nampak pula dari analisis ketuntasan belajar. Siswa
dinyatakan tuntas apabila nilai belajar siswa melebihi standar KKM yang
telah ditentukan, yaitu 75. Pada perhitungan nilai ketuntasan belajar kelas
eksperimen sebesar 78,12% dari jumlah 32 siswa. Begitu juga pada kelas
kontrol sebesar 53,12% dari jumlah 32 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat ketuntasan kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
6. Daftar Pustaka
[1] Sochibin, A., Dwijananti, P., & Marwoto, P. 2009. Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan Pemahaman Dan
Keterampilan Berpikir Kritis SiswaSD. Jurnal Pendidikan Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia 5: 96-101. Diakses pada 12 Februari 2016.
[2] Ibrahim, Muhammad. 2013. Penerapan Pembelajaran Penemuan
(Discovery Learning) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika
Siswa SMP. Diakses pada 12 Februari 2016.http://goo.gl/d8auFc.
[3] Illahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan
Mental Vocational Skill. Jogjakarta : Diva Press.
[4] Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
[5] Stephen. 2010. The Learning Pyramid. Diakses pada 3 Nopember 2015.
http://stephenslighthouse.com/2010/02/26/the-learning-pyramid/
[6] Kemdiknas. 2014. Kurikulum 2013Gunakan Konsep Piramida
Pembelajaran Aktif. Diakses pada 3 Nopember 2015.
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/2934
[7] Daryanto. 2004. Memahami Kerja Internet. Bandung: Yrama Widya.
[8] Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
[9] Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
[10] Kuswono, Wowo Sunaryo. (2012). Taksonomi Kognitif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
[11] Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur.
Jakarta: Kencana Predana Media Group.
[12] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
[13] Sugiyono. 2011. Statistik Untuik Penelitian. Bandung: Alfabeta.
[14] Munari. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Berbantu Fan Page (Facebook) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Mata Pelajaran TIK Kelas IX SMPN 1 Tengaran. Salatiga :
Universitas Kristen Satya Wacana.
[15] Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka
Cipta.
[16] Depdiknas. 2005. Landasan Teori dalam Pengembangan Metode
Pengajaran. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta: Depdik-nas Dirjen Pendasmen Direktorat Pend. Lanjutan
Pertama.