penerapan learning tournament untuk meningkatkan keaktifan...

19
PENERAPAN LEARNING TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK DI SMA NEGERI 2 SALATIGA Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer Peneliti: Aprilia Anggraeni (702011007) Widya Damayanti. S.Pd., M.Sc. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga November 2015

Upload: vunga

Post on 02-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENERAPAN LEARNING TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

DI SMA NEGERI 2 SALATIGA

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti:

Aprilia Anggraeni (702011007)

Widya Damayanti. S.Pd., M.Sc.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

November 2015

PENERAPAN LEARNING TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK

DI SMA NEGERI 2 SALATIGA

1Aprilia Anggraeni

2Widya Damayanti

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email : [email protected]

[email protected]

Abstract

Lack of variety in selecting teaching method and learning media will have impact on

students' learning activity. This research aims to know whether the application of

learning tournament using google form can increase students’ learning activity. The

respondents of the research were 32 students of XI IPS 2, SMA N 2 Salatiga. The research applied quantitative pre eksperimental method and was perfomed during TIK

lesson. It was designed as a one shoot case study. The research showed an increase in

students’ oral and listening activity, as well as mental activity. There was no increase in writing and visual activity, because students paid attention to the teacher and did

assigments prompthy since the first observation to the end of research.

Keyword : Active learning, learning tournament, learning activity

Abstrak

Penerapan metode dan media pembelajaran yang kurang variatif dan kurang tepat

akan berdampak pada keaktifan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

penerapan learning tournament menggunakan google form dapat meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran TIK. Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Salatiga dengan 32

siswa kelas XI IPS 2. Metode yang digunakan adalah quantitative pre experimental

dengan desain penelitian one shot case study. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan

keaktifan siswa. Terjadi peningkatan keaktifan siswa di kegiatan lisan dan mendengar, kegiatan mental sedangkan kegiatan menulis dan kegiatan visual tidak terjadi peningkatan

karena siswa tetap mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu serta memperhatikan

penjelasan guru baik pada awal observasi sampai akhir penerapan learning tournament.

Kata Kunci : Active learning, learning tournament, keaktifan belajar

1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

1. Pendahuluan

Kegiatan belajar bisa berhasil jika peserta didik belajar secara aktif mengalami

sendiri proses belajar. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan

pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi

antara peserta didik. Ketika kegiatan belajar aktif, siswa akan mengupayakan

sesuatu untuk menjawab sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk

memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.

Berdasarkan pengamatan di SMA Negeri 2 Salatiga kelas XI, pada

pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi siswa pasif saat proses

pembelajaran di kelas. Saat pembelajaran guru menyampaikan materi, siswa lebih

asyik bermain internet dengan melihat konten lain di luar pembelajaran. Siswa

kurang konsentrasi terhadap materi pembelajaran disaat guru sedang menjelaskan

materi. Untuk model dan media pembelajaran yang diberikan guru hanya metode

ceramah dan praktik langsung, sehingga siswa kurang aktif saat pembelajaran

berlangsung. Maka diperlukan metode pembelajaran dan media yang dapat

meningkatkan keaktifan siswa yaitu dengan pembelajaran yang aktif yang dapat

mengajak siswa turut serta dalam semua proses pembelajaran secara mental

maupun fisik.

Salah satu teknik pembelajaran aktif adalah learning tournament, merupakan

teknik untuk meningkatkan keaktifan siswa melalui kelompok belajar dan

kompetisi tim. Pemilihan media pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat

menunjang kegiatan learning tournament. google form dapat dimanfaatkan

sebagai media pendukung learning tournament untuk kuis karena merupakan

teknologi berbasis internet yang sederhana yang tidak memerlukan waktu yang

lama untuk mengakses di situs tersebut sebelum menggunakannya. google form

merupakan produk dari Google yang dapat digunakan untuk membuat kuis atau

mengumpulkan informasi dengan mudah.

Penerapan model pembelajaran dan media pembelajaran diharapkan dan

menyelesaikan masalah-masalah yang ditemukan dan untuk memenuhi

kebutuhan. Siswa menjadi lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran

dan mendorong siswa aktif dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah penerapan learning tournament dapat meningkatkan keaktifan

siswa pada mata pelajaran TIK di SMA Negeri 2 Salatiga.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang

dilakukan oleh Hidayat di MIN Sambeng Gunung Kidul pada mata pelajaran

matematika, dengan hasil penelitian terjadi kenaikan nilai pretest ke posttest

terjadi pada siklus I dan II[1]. Pada siklus I 35,24 mengalami kenaikan pada

posttest menjadi 74, 29 pada siklus II dengan penerapan model pembelajaran

aktif tipe learning tournament [1]. Fitriah menerapkan pembelajaran aktif dengan

strategi learning tournament di SMK Negeri Sampang terhadap hasil belajar

siswa, meningkat dilihat dari kelompok eksperimen dengan rata-rata hasil belajar

85,6 sedangkan kelas kontrol sebesar 73 [2]. Pada penelitian yang dilakukan

Verawati, aspek motivasi siswa pada observasi awal sebelum tindakan sebesar

46%, kemudian pada siklus I 82% dan siklus II 87%[2]. Aspek keaktifan siswa

sebelum tindakan sebesar 33%, kemudian siklus 1 80% menjadi 86% pada siklus

II. Dengan demikian pada aspek keaktifan mengalami peningkatan cukup baik

yaitu 52% [3]. Penelitian ini memfokuskan pada penerapan learning tournament

untuk meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran TIK.

Belajar aktif terkait dengan tiga pernyataan sederhana yaitu, “Apa yang saya

dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya

paham”[4]. Pembelajaran aktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam proses

pembelajaran (mencari informasi, mengelola informasi, dan menyimpulkan untuk

kemudian diterapkan/dipraktekkan) dengan menyediakan lingkungan belajar yang

membuat siswa tidak tertekan dan senang melaksanakan kegiatan belajar [5].

Learning tournament suatu bentuk active learning yang dikembangkan Robert

Slavin dan kawannya. Teknik ini menggabungkan satu kelompok belajar dan

kompetisi tim [4]. Strategi pembelajaran aktif tipe Learning Tournament adalah

salah satu teknik intruksional dari active learning, yang termasuk dalam bagian

kolaboratif, yaitu proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa untuk

menumbuhkan rasa siswa terhadap program pembelajaran sehingga gairah belajar

siswa meningkat [4]. Learning tournament dapat juga diartikan suatu motif

kerjasama, yang mana setiap individu dihadapkan pada pilihan yang harus

mengikuti melalui kerjasama, berkompetensi atau individual. Learning

tournament juga menyemarakkan lingkungan belajar menjadi aktif dengan

memberi kesempatan untuk bergerak fisik, berbagi pendapat, dan perasaan secara

terbuka untuk mencapai tujuan pembelajaran [6].

Terdapat kelebihan dari learning tournament, yaitu [7] :

1. Peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun

ketrampilan sosial.

2. Mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional.

Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-

kelompok dan metode-metode interaktif.

3. Mengoptimalkan partisipasi siswa. Memberikan kesempatan pada setiap siswa

untuk dikenali dan menunjukan partisipasi mereka pada orang lain. Membantu

siswa mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap secara aktif.

Kegiatan model learning tournament memiliki teknik dan prosedur sebagai

berikut :

Tabel 1. Teknik Active Learning dan Prosedure Learning Tournament [4] Teknik Active Learning Prosedur Learning Tournament

Team Building

(Pembentukan tim)

Membagi siswa dalam beberapa kelompok beranggotakan

2 hingga 8 siswa.

Immediate Learning

Involvement (keterlibatan

belajar seketika)

Setiap kelompok untuk mendiskusikan materi.

On-The-Spot-Assessment

(penilaian di tempat)

1. Membuat pertanyaan untuk mengetes pemahaman

siswa terhadap materi tersebut.

2. Menggunakan bentuk tes yang mudah diskor seperti

pilihan ganda, mengisi titik-titik, benar salah atau istilah untuk didefinisi.

3. Meminta setiap siswa untuk menjawab pertanyaan

individu.

4. Membuat pertanyaan dan memberitahukan siswa

jawaban yang benar dan menghitung skor masing-

masing individu yang dijumlahkan di setiap tim.

5. Mengumumkan skor tiap kelompok.

Dalam turnamen belajar guru dapat melakukan turnamen dengan berbagai

ronde sesuai dengan keinginannya. Jika dalam turnamen belajar siswa menjawab

pertanyaan benar maka skor mereka 1. Sedangkan siswa yang tidak menjawab

sama sekali mendapat 0 [8].

Keaktifan belajar terdiri dari kata “kreatif” dan kata “belajar”. Keaktifan

memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha“ [9].

Keaktifan belajar adalah suatu proses belajar mengajar yang menekankan

keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh

hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor

selama siswa berada dalam kelas [10]. Untuk dapat menimbulkan keaktifan

belajar siswa, maka guru dapat melaksanakan kegiatan seperti menggunakan

model pembelajaran yang menimbulkan keaktifan siswa, memberi tugas individu

atau kelompok, memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen

dalam kelompok kecil [11]. Keaktifan siswa berdasarkan aktifitasnya dalam

proses pembelajaran yaitu sebagai berikut [10]:

1. Kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi atau mengamat pekerjaan orang lain atau bermain.

2. Kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, atau interupsi.

3. Kegiatan mendengar, yaitu mendengarkan penyajian bahan, diskusi

kelompok, mendegarkan suatu permainan atau mendengarkan percakapan.

4. Kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, mengerjakan soal atau mengisi angket.

5. Kegiatan menggambar, yaitu melukis, membuat grafik, chart, diagram peta

dan pola.

6. Kegitan motorik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat atau membuat

model.

7. Kegiatan mental, yaitu mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,

melihat hubungan-hubungan atau membuat keputusan.

8. Kegiatan emosional, yaitu menaruh minat, memiliki kesenangan atau berani.

Untuk aspek keaktifan siswa yang diamati dalam kegiatan pembelajaran

diantaranya 1) memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat, 2)

memanfaatkan potensi yang ada dan saling membantu menyelesaikan dalam

masalah, 3) sering bertanya kepada guru atau siswa lain mengenai hal yang

belum di mengerti, 4) mengerjakan tugas guru dengan baik dan tepat waktu, 5)

siswa memperhatikan penjelasan guru, 6) aktif mengemukakan pendapat, dan 7)

respon siswa terhadap pertanyaan guru[15].

Google Form atau formulir google merupakan salah satu aplikasi dari google

gratis yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dengan mudah dan

efisien. Google form dapat digunakan untuk mengumpulkan data berupa survey

atau kuis. Terdapat pilihan untuk membuat kuis seperti pilihan ganda, checklist,

daftar pertanyaan, dan pertanyaan skala. Jumlah responden tak terbatas dengan

cara membagikan url tanpa harus menggunakan akun. Setelah itu google form

juga terhubung dengan spreadsheet, yang digunakan untuk mengetahui tanggapan

dari jawaban responden [12]. Google form dapat diaplikasikan untuk meminta

respon siswa secara cepat. Pembuatan kuis cepat dan pemberian umpan balik

kepada siswa disertai dengan skor siswa [13].

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif pre

experimental. Desain penelitian yang digunakan yaitu One Shot Case Study,

terdapat kelompok sampel dipilih secara acak yaitu sesuai dengan rekomendasi

guru TIK di SMA N 2 Salatiga. Kelompok tersebut diberi observasi untuk

mengetahui keadaan awal dan akhir [14].

Tabel 2 Desain One Shot Case Study [14] Treatment Observasi

X O

Keterangan :

Kelas Eksperimen = kelompok siswa yang mendapatkan treatment

(pembelajaran dengan penerapan learning tournament).

X = treatment yang diberikan kepada kelas eksperimen

O = Observasi terhadap kelas eksperimen

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Salatiga tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah sembilan kelas dengan

jumlah siswa 298. Sampel yang digunakan adalah kelas XI IPS 2 berjumlah 32.

Tabel tahap penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Tahap Penelitian No Tahap Penelitian Keterangan

1 Tahap persiapan - Observasi - Studi Literatur - Menentukan populasi dan sample - Mendesain Strategi metode

pembelajaran - Konsultasi materi dan RPP

2 Tahap pelaksanaan - Memberikan perlakuan (treatment) - Mengamati prilaku siswa dengan

check list 3 Pengolahan dan analisis data - Mengolah hasil check list

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi

berbentuk check list. Observasi digunakan untuk mengetahui tingkat keaktifan

saat penerapan learning tournament yang dilakukan selama tiga kali. Instrumen

penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi berbentuk

checklist untuk mengamati keaktifan belajar siswa saat proses pembelajaran

berlangsung. Indikator yang digunakan dalam observasi dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Keaktifan Siswa Kegiatan Belajar Jenis Aktifitas Deskripsi

Keaktifan Siswa

Diskusi kelompok mendiskusikan materi

yang diberikan

Kegiatan Lisan dan Mendengar

Memberikan kesempatan kepada teman untuk

berpendapat

Kegiatan Mental Memanfaatkan potensi yang ada dan saling membantu

menyelesaikan dalam masalah

Kegiatan Lisan dan Mendengar

Sering Bertanya kepada guru atau siswa lain mengenai hal

yang belum di mengerti

Siswa mengerjakan

kuis menggunakan google form

Kegiatan Menulis

Mengerjakan tugas guru

dengan baik dan tepat waktu

Siswa bersama dengan

guru mengulas kembali kuis siapa saja yang

belum paham terhadap

materi.

Kegiatan Visual

Siswa memperhatikan

penjelasan guru Kegiatan Lisan dan

Mendengar

Aktif mengemukakan pendapat

Respon siswa terhadap

pertanyaan guru

Sering Bertanya kepada guru atau siswa lain mengenai hal

yang belum di mengerti

Hasil observasi dianalisa untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa di kelas

eksperimen saat penerapan learning tournament. Hasil observasi diberi penilaian

berdasarkan indikator yang muncul saat pembelajaran berlangsung sesuai

penilaian pengamat yaitu pengampu mata pelajaran TIK SMA N 2 Salatiga.

Teknik analisis data yang diperoleh dari lembar observasi diolah berdasarkan

indikator keaktifan siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut [15]:

% Pencapaian = Skor tiap indikator X 100%

Jumlah seluruh siswa

Skor presentase keaktifan yang diperoleh kemudian dikelompokkan sesuai

penilaian berikut [15]:

Tabel 5 Kriteria Keaktifan [15] Rentang Skor (%) Kriteria

80,01%-100%

60,01%-80% 40,01%-60%

20,01%-40%

0-19%

Sangat Tinggi

Tinggi Sedang

Rendah

Sangat Rendah

4. Hasil dan Pembahasan

Perlakuan terhadap sampel dilakukan selama tiga kali pertemuan dengan

mengamati keaktifan siswa menggunakan observasi chek list. Materi yang dibahas

adalah menggunakan internet untuk keperluan Informasi dan Komunikasi dengan

pokok bahasan perangkat keras dan fungsinya untuk keperluan akses internet.

Data hasil penelitian yang digunakan adalah persentase keaktifan siswa. Pada

pertemuan pertama sampai ketiga dilakukan penerapan learning tournament.

Tabel 6. Kegiatan Belajar Tahapan Learning tournament Proses Media

Siswa terbagi menjadi 8 kelompok

beranggotakan 4 siswa Guru membagi

kelompok

Siswa berkelompok

Setiap kelompok mendiskusikan

materi yang diberikan Menjadi fasilitator

Siswa berdiskusi dengan

kelompok

Internet

Buku LKS

Membuat pertanyaan untuk

mengetes pemahaman siswa

terhadap materi tersebut dengan

bentuk tes pilihan ganda.

Guru memberi kuis

Siswa mengerjakan kuis

Google Form

Guru meminta setiap siswa untuk

menjawab pertanyaan individu. Guru memberi kuis

Siswa mengerjakan kuis

Google

Form

Memberitahukan jawaban dan siswa

menghitung skor masing-masing

individu yang dijumlahkan di setiap

tim.

Guru memberi jawaban

sambil mengulas

kembali materi

Siswa menghitung skor

masing-masing dan

dijumlahkan kepada tim

Google Form

Umumkan skor tiap kelompok Guru mengumumkan

skor akhir

Pada pertemuan pertama sampai ketiga penerapan learning tournament

terdapat dua ronde. Sebelum memasuki ronde pertama siswa akan dibagi menjadi

8 kelompok beranggotakan 4 siswa. Setiap kelompok akan mendiskusikan materi

pada petemuan pertama tentang jenis perangkat keras peralatan pokok untuk

keperluan akses internet, pertemuan kedua web browser (pengertian dan fungsi),

sedangkat pertemuan ketiga Ucbrowser dan avantbrowser. Pada saat diskusi siswa

dapat mencari lewat internet ataupun LKS. Setelah diskusi siswa akan diberikan

kuis menggunakan google form untuk mengetahui pemahaman siswa. Saat kuis

berakhir siswa akan diminta untuk mencatat skor masing-masing individu yang

nantinya akan digabungkan ke nilai kelompok. Saat pemberian skor kepada siswa,

guru akan mengetahui siapa saja siswa yang mendapat nilai paling rendah. Lalu

guru akan melakukan evaluasi dengan menjelaskan kembali, siapa saja siswa yang

belum paham dengan materi. Saat menjelaskan siswa diperkenankan untuk

bertanya atau berpendapat.

Setelah ronde pertama siswa akan melanjutkan ke ronde dua, pada ronde kedua

setiap kelompok akan diminta untuk kembali berdiskusi tentang materi lanjutan

yaitu petemuan pertama tentang tentang jenis perangkat keras peralatan

pendukung untuk keperluan akses internet, pertemuan kedua tentang opera dan

safari browser, pertemuan ketiga google chrome dan firefox. Siswa dapat mencari

materi dengan LKS ataupun internet. Setelah diskusi siswa akan diberikan kuis

menggunakan google form untuk mengetahui pemahaman siswa. Saat kuis ronde

dua berakhir siswa akan diminta untuk mencatat skor masing-masing individu.

Saat pemberian skor kepada siswa guru juga melakukan evaluasi dan menjelaskan

kembali materi, siapa saja siswa yang belum paham dengan materi. Saat

menjelaskan siswa diperkenankan untuk bertanya atau berpendapat. Setelah itu

setiap kelompok akan menggabungkan nilai ronde satu dan dua, lalu dikumpulkan

kepada guru. Guru akan mengumumkan skor akhir kelompok, setiap siswa yang

mendapat nilai kelompok tertinggi akan diberi sebuah bonus nilai tambahan.

Keaktifan belajar siswa dilihat dari observasi menggunakan check list untuk

mengetahui keaktifan siswa selama pembelajaran TIK menggunakan learning

tournament. Check list yang digunakan untuk mengamati siswa kelas eksperimen

saat diberikan perlakuan mencakup beberapa jenis aktifitas yang kemudian dibuat

kedalam pernyataan – pernyataan. Data yang diperoleh dari check list kemudian

dianalisa setiap jenis aktifitasnya sebagai berikut :

Tabel 7. Perkembangan Persentase Keaktifan Siswa

Jenis

Aktifitas

Deskripsi

Keaktifan Siswa

Pra

Tindakan

Tindakan

1

Tindakan

2

Tindakan

3

Kegiatan

Lisan dan

Kegiatan

Mendengar

Memberikan kesempatan

kepada teman untuk

berpendapat

0% 8,82% 40,67% 42,18%

Aktif mengemukakan

pendapat 0% 5,88% 34,37% 56,25%

Respon siswa terhadap

pertanyaan guru 3,12% 26,47% 56,25% 56,25%

Sering Bertanya kepada guru atau siswa lain

mengenai hal yang belum

di mengerti

0 26,47% 37,75% 43,75%

Kegiatan

Mental

Memanfaatkan potensi

yang ada dan saling membantu menyelesaikan

dalam masalah

0 88,24% 87,50% 93,75%

Kegiatan

Menulis

Mengerjakan tugas guru

dengan baik dan tepat

waktu

100% 100% 100% 100%

Kegiatan

Visual

Siswa memperhatikan

penjelasan guru 100% 100% 100% 100%

Untuk persentase rata-rata keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Persentase Rata-Rata Keaktifan siswa

Jenis

aktifitas

Deskripsi

Keaktifan siswa

Rata-

rata

Kriteria

Keaktifan

Kegiatan lisan dan

Mendengar

Memberikan kesempatan kepada teman

untuk berpendapat 30,56% Rendah

Aktif mengemukakan pendapat 32,17% Rendah

Respon siswa terhadap pertanyaan guru 46,32% Sedang

Sering bertanya kepada guru atau siswa lain mengenai hal yang belum di mengerti

35,99% Rendah

Rata-rata kegiatan lisan dan Mendengar 36,26% Rendah

Kegiatan

mental

Memanfaatkan potensi yang ada dan

saling membantu menyelesaikan dalam

masalah

89,83% Sangat Tinggi

Kegiatan

menulis

Mengerjakan tugas guru dengan baik dan

tepat waktu 100%

Sangat

Tinggi

Kegiatan

Visual Siswa memperhatikan penjelasan guru 100%

Sangat

Tinggi

Tabel 8 menunjukan persentase skor rata-rata dari jenis aktifitas siswa pada

kegiatan lisan dan kegiatan mendengar dapat dilihat pada pernyataan memberikan

kesempatan kepada teman untuk berpendapat. Pada pertemuan pertama penerapan

learning tournament kegiatan lisan terlihat dimana saat kelompok mendiskusikan

materi yang diberikan hanya beberapa kelompok saja yang anggotanya mau

memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat, kurangnya siswa

berpendapat dalam diskusi terjadi kurang berinteraksi sesama siswa.

Pada pertemuan kedua terjadi peningkatan kegiatan dimana siswa mau

memberikan kesempatan kepada teman untuk berpendapat saat diskusi, dilihat

siswa mulai bependapat mengenai materi antar siswa. Pada pertemuan ketiga

siswa mulai terbiasa saat berdiskusi siswa berpendapat sesama siswa. Keaktifan

siswa pada kegiatan lisan dapat dilihat dari siswa aktif mengemukakan pendapat

mereka dikarenakan guru menanyakan progress kerja siswa.

Keaktifan siswa pada kegiatan lisan dan mendengar dapat dilihat dari

pernyataan respon siswa terhadap pertanyaan yang diberikan guru saat penerapan

learning tournament terjadi peningkatan disetiap pertemuan karena setelah kuis

siswa bersama dengan guru mengulas kembali kuis, siapa saja yang belum paham

terhadap materi guru akan memberi pertanyaan kepada siswa yang belum paham.

Dan akan meminta siswa yang benar dalam mengerjakan kuis membantu siswa

yang belum paham. Lalu guru akan mengevaluasi dan mengulas kembali materi

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.

Pada keaktifan di kegiatan lisan dan mendengar pernyataan sering bertanya

kepada guru atau siswa lain mengenai hal yang belum dimengerti terjadi

peningkatan di setiap pertemuan. Hal ini dapat dilihat saat learning tournament

dari kegiatan pembelajaran setiap kelompok mendiskusikan materi siswa belajar

mandiri berkelompok dengan mencari materi lewat LKS ataupun internet

sehingga jika belum paham siswa akan menanyakan kepada guru karena guru

bertindak sebagai fasilitator. Pada saat kegiatan guru mengulas kembali materi

setelah kuis berakhir. Guru memberikan umpan balik kepada siswa sehingga

siswa saling tanya jawab dengan guru terlihat pada setiap pertemuan terjadi

peningkatan keaktifan siswa. Terjadi peningkatan disetiap pertemuan saat

penerapan learning tournament namun jika dirata-rata kegiatan lisan dan kegiatan

mendengar hanya sebesar 36,26% sehingga dapat dikatakan berkeriteria Rendah,

tetapi keaktifan siswa pada kegiatan ini meningkat di setiap pertemuan.

Pada kegiatan mental yaitu memanfaatkan potensi yang ada dan saling

membantu menyelesaikan dalam masalah setiap pertemuan meningkat pada

pertemuan pertama sampai ketiga penerapan learning tournament dapat dilihat

dari siswa memanfaatkan potensi yang ada dan saling membantu menyelesaikan

dalam masalah saat berdiskusi kelompok, terjadi interaksi antar siswa untuk

bersama-sama memanfaatkan potensi yang ada untuk mencari bahan materi yang

diberikan saat diskusi. Siswa bersama-sama mencari bahan materi dengan

memanfaatkan LKS dan menggunakan fasilitas internet yang ada di lab komputer.

Selain itu, saat diskusi siswa saling membantu menyelesaikan dalam masalah jika

terdapat salah satu anggota siswa dalam kelompok tersebut belum mengerti

tentang materi anggota kelompok yang mengerti akan membatu saat berdiskusi.

Dengan rata-rata kegiatan mental sebesar 89,83% sehingga dapat dikatakan

berkeriteria sangat tinggi.

Pada kegiatan menulis dengan penyataan mengerjakan tugas guru dengan baik

dan tepat waktu dari pertemuan pertama sampai saat penerapan learning

tournament sebesar 100% berkeriteria sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat saat

setiap siswa mengerjakan kuis yang dilakukan dalam dua ronde menggunakan

google form siswa belum pernah mendapat kuis dengan berbantuan web, saat kuis

menggunakan google form siswa lebih antusias mengerjakan. Menggunakan

google form guru juga dengan mudah melihat siapa saja siswa yang sudah

mengerjakan ataupun belum mengerjakan, sehingga siswa mengerjakan tugas

dengan baik dan tepat waktu.

Kegiatan visual di pertemuan pertama sampai ketiga tidak terjadi peningkatan

saat siswa memperhatikan penjelasan guru dari awal mulai pembelajaran sampai

saat guru mengulas kembali materi, namun stabil sebesar 100%, sehingga dapat

dikatakan berkriteria sangat tinggi.

Untuk melihat persentase berdasarkan jenis aktifias dapat dilihat pada gambar

1 untuk grafik dari rata-rata keaktifan siswa disesuaikan jenis aktifitas siswa.

Gambar 1 Rata-Rata Per Aktifitas

Berdasarkan gambar 1 untuk rata-rata per aktifitas siswa pada kegiatan lisan

dan kegiatan mendengar rata-rata menunjukkan rendah tetapi pada setiap

pertemuan terjadi peningkatan keaktifan siswa. Kegiatan lisan dan mendengarl

mengalami peningkatan meskipun berkeriteria rendah, sedangkan kegiatan

mental, serta kegiatan menulis dan kegiatan visual berkeriteria sangat tinggi.

sesuai dengan kelebihan learning tournament merupakan satu teknik intruksional

dari active learning, yang termasuk dalam bagian kolaboratif menggabungkan

satu kelompok belajar dan kompetisi yaitu proses pembelajaran yang dilakukan

guru dan siswa untuk menumbuhkan rasa antusias siswa terhadap program

pembelajaran sehingga gairah belajar siswa meningkat.

Dan juga peningkatan keaktifan terletak pada bekerjasama dalam kelompok,

antusias dalam mengerjakan tugas, memanfaatkan potensi yang ada dan saling

membantu menyelesaikan masalah serta respon siswa terhadap pertanyaan guru.

Saat penerapan suasana kelas menjadi hidup karena adanya interaksi antara guru

dengan siswa atau siswa dengan siswa sehingga pembelajaran terasa lebih

menyenangkan. Dari hasil lembar observasi hasil analisis data yang diperoleh,

dapat disimpulkan bahwa menerapkan learning tournament dapat meningkatkan

keaktifan siswa.

5. Simpulan dan Saran

Sebelum penerapan learning tournament, pembelajaran TIK di kelas terlihat

pasif dan tidak kondusif. Hal ini menyebabkan keaktifan siswa yang sangat

rendah. Setelah menerapkan learning tournament menggunakan google form,

siswa menjadi lebih tertarik dan antusias dilihat dari keaktifan menulis sangat

tinggi. Siswa juga berkelompok dan berdiskusi sehingga terjadi interaksi antara

guru dengan siswa atau siswa dengan siswa menjadikan pembelajaran terasa lebih

menyenangkan. Pembelajaran terlihat kondusif dan keaktifan siswa naik. Terjadi

peningkatan keaktifan siswa di kegiatan lisan dan mendengar, kegiatan mental

sedangkan kegiatan menulis dan kegiatan visual tidak terjadi peningkatan karena

36,26%

89,83%100% 100%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

Rata-Rata Per Aktifitas

Per

sen

tase

Ke

akti

fan

Rata-Rata Per Aktifitas

Kegiatan Lisan dan Kegiatan Mendengar

Kegiatan Mental

Kegiatan Menulis

Kegiatan Visual

siswa tetap mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu serta memperhatikan

penjelasan guru baik pada awal observasi sampai akhir penerapan learning tournament.

Saran yang diusulkan antara lain: (1) Guru dapat menerapkan learning

tournament dikelas yang berbeda sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa.

Guru juga hendaknya mengembangkan media pembelajaran yang variatif,

sehungga dapat meningkatkan keaktifan siswa didalam kelas, dan mempermudah

siswa untuk memahami materi. (2) Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian

dengan topik yang sama diharapkan dapat menerapkan pada mata pelajaran lain

dan menggunakan media lain yang lebih variatif.

Daftar Pustaka

[1] Yunia, R., & Hidayat, N. (2012). Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Melalui Pembelajaran Aktif Tipe Learning Tournament Pada Mata Pelajaran

Matematika. Jurnal Al Bidayah,Vol 4 No 1 Januari 2012. Yogyakarta:

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

[2] Fitriah, R,. A. (2012). Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Tournament

Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK Negeri 1 Sampang. Jurnal Teknik

Elektro, Vol 1 No 2 Februari 2012. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya

[3] Verawati, I. (2010). Penerapan Strategi Learning Tournament Untuk

Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran SKI Di

Kelas VIIIC MTsN Wonokromo Bantul. Yogyakarta : Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga

[4] Silberman, M. (2012). Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif,

Bandung: Nuansa

[5] Sunarto (2012). Icebreaker Dalam Pembelajaran Aktif. Surakarta : Cakrawala

Medis

[6] Mufiwan, R. (2015). Peningkatan Kreatifitas DAN Hasil Belajar Siswa Kelas

V Dalam Pembelajaran IPS Dengan Metode Learning Tournament Di Sd

Negeri 08 Limbangang Kabuapaten 50 Kota. Padang : Universitas Bung

Hatta

[7] Rahmanto, W. (2010). Strategi Learning Tournament Dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas V

SD Muhammadiyah Karangduwet Gunung Kidul. Yogyakarta :Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga

[8] Suprananto, (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta :

Graha Ilmu

[9] Winarti (2012).Penggunaan Metode NHT (Numbered Head Together) Untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri

Banyumudal 2 Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012.

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

[10] Hamalik, O (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

[11] Dimyati, Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka

[12] Keeler, A (2015). Google classroom using google froms. Diakses dari

http://www.alicekeeler.com/teachertech/2015/06/06/google-classroom-using-

google-forms/

[13] Carey, J (2015). An Administrators guide to google forms. Diakses dari

http://edtechteacher.org/an-administrators-guide-to-google-forms-from-

jennifer-carey/

[14]Sugiyono (2013).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi

(Mixed Methods).Bandung: Alfabeta

[15]Mardiyanti, (2012). Penerapan Metode Eksperimen Secara Kerja Kelompok

pada Pembelajaran IPA dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan

Keaktifan Siswa Kelas IV SD Negeri Ledok 05 Kecamatan Argomulyo

Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012. fakultas keguruan dan ilmu

pendidikan universitas kristen satya wacana