penerapan konsep reduce, reuse dan recycle pada limbah laboratorium kimia

15

Click here to load reader

Upload: dida-amalia

Post on 14-Nov-2015

23 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Chemical Engineering: Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)

TRANSCRIPT

Makalah Pembangunan BerkelanjutanPENERAPAN KONSEP REDUCE, REUSE DAN RECYCLE PADA LIMBAH LABORATORIUM KIMIA

Disusun Oleh:Dida Amalia(1304103010033)

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM, BANDA ACEH2015BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.Penerapan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle)menjadi salah satu solusi dalam menjaga lingkungan di sekitar kita yang murah dan mudah untuk dilakukan di samping mengolah limbah atau sampah menjadi kompos atau memanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Selain itu, penerapan 3R ini juga dapat dilakukan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari, termasuk terhadap limbah laboratorium. Karena limbah laboratorium merupakan salah satu limbah yang tidak bisa diabaikan keberadaannya, terutama limbah laboratorium yang berupa bahan-bahan kimia. Jika dibuang begitu saja tentu akan menyebabkan pencemaran, apalagi bahan-bahan kimia yang berbahaya (B3). 3R terdiri dari reuse, reduce, danrecycle.Reuseberarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya.Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Danrecycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. 1.2 Pembatasan Masalah.

Untuk memperjelas pembahasan, maka masalah yang akan dibahas dibatai pada masalah:1. Pengertian limbah dan limbah laboratorium.2. Macam-macam limbah laboratorium.3. Pengertian reduce, reuse, dan recycle.4. Konsep reduce, reuse, dan recycle pada limbah laboratorium.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah

Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia atau makhluk hidup lainnya (Mahida,1984). Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.Limbah laboratorium adalah buangan yang berasal dari laboratorium. Dalam hal ini khususnya adalah laboratorium kimia. Limbah ini dapat berasal dari bahan kimia, maupun peralatan untuk pekerjaan di laboratorium. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), maka limbah dibagi menurut :a. Limbah yang berasal dari sumber tidak spesifik;b. Limbah yang berasal dari sumber spesifik; c. Limbah dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, kebocoran, rusakd. kemasan atau yang tidak memenuhi spesifikasi.

Penanganan limbah hasil analisis laboratorium, kelebihan bahan kimia dan limbahnya serta bahan kimia terkontaminasi merupakan kegiatan yang sangat penting di laboratorium dengan tujuan agar kesehatan dan keselamatan (K3) praktikan di laboratorium tetap terpelihara dan dapat dikendalikan, demikian juga timbulan limbah bahan kimia kadaluarsa ataupun rusak kemasan dapat diminimalisasi. Langkah awal dalam manajemen limbah bahan kimia adalah melakukan identifikasi terhadap bahan kimia tersebut apakah masuk didalam kategori limbah berbahaya (hazardous waste) atau tidak sehingga lebih mudah dalam dilakukan penanganan dan pengolahan. Juga diupayakan agar bahan kimia senantiasa tidak tersimpan sebagai bahan persediaan di laboratorium apabila bahan tersebut tidak diperlukan, terlebih jika bahan dimaksud merupakan bahan kimia berbahaya, beracun (B3) seperti senyawa-senyawa peroksida, senyawa polintro atau bahan kimia yang sangat reaktif terhadap kandungan air (water reative).

Gambar 2.1 Hierarki Manajemen LimbahSumber : UIUC CHEMICAL WASTE MANAGEMENT GUIDE dalam Lasut, 2006.

2.2 Macam-macam limbah laboratorium.Berdasarkan wujudnya limbah dibagi menjadi 3 bagian yaitu:a) Limbah padatLimbah padat adalah hasil buangan laboratorium berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa kegiatan laboratorium, ataupun botol-botol/wadah penyimpanan bahan-bahan kimia yang telah kosong.b) Limbah cairLimbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Umumnya limbah cair ini banyak dihasilkan dari kegiatan pada laboratorium kimia, seperti limbah solven dan limbah reagen. Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada:1. Sifat fisika dan Sifat agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik2. Parameter logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA3. Anorganik non metalik, contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol4. Organik agregat, contohnya: Biological Oxygen Demand (BOD)5. Mikroorganisme, contohnya E.Coli dengan metoda MPN6. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik7. Air Laut, contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA.

c) Limbah gasPolusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2dan lain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas.Berdasarkan jenisnya, maka klasifikasi pengumpulan limbah laboratorium adalah:KelasJenis

APelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam larutan

BPelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik dalam larutan

CResidu padatan bahan kimia laboratorium organik

DGaram dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan kemasan pada pH 6 -8

EResidu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan larutannya

F

Senyawa beracun mudah terbakar

GResidu air raksa dan garam anorganik raksa H

HResidu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara terpisah

IPadatan anorganik

JKumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik

2.3 Reduce, reuse, dan recycle.

2.3.1 Reduce

Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan limbah pada sumbernya.Konsep reduce untuk limbah laboratorium bisa diterapkan dengan cara menggunakan bahan-bahan laboratorium seperlunya saja sehingga jumlah bahan-bahan yang terbuang dapat diminimalkan. Selain itu, konsep reduce juga bisa dicapai setelah kegiatan reuse dan recycle dilakukan. Karena bahan laboratorium yang telah didaur ulang dan dipergunakan kembali akan mengarah pada kegiatan mengurangi (reduce) pemakaian bahan-bahan di laboratorium. Berikut merupakan langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi (reduce) limbah di laboratorium:

1. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan, setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform, dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan destilasi.2. Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisa bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.3. Melakukan reaksi kimia yang menghasilkan gas-gas beracun di lemari asam.4. Menggunakan alat dengan hati-hati sehingga tidak timbul kerusakan.

2.3.2 Reuse

Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.Bahan-bahan sisa laboratorium seperti botol atau wadah kosong bekas penyimpanan suatu bahan kimia yang masih layak pakai bisa digunakan kembali untuk penyimpanan bahan-bahan kimia selanjutnya. Tentunya setelah botol/ wadah tersebut melalui proses pembersihan dan pencucian terlebih dahulu. Dengan penggunaan kembali wadah-wadah penyimpanan tersebut dapat mengurangi timbulan sampah laboratorium.

2.3.3 Recycle.

Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia dan biologi.Kegiatan recycle limbah laboratorium biasanya dilakukan terhadap solven (pelarut). Akan tetapi solven yang dapat didaur ulang biasanya tidak diklasifikasikan sebagai limbah dan seharusnya dimasukkan ke dalam recycling measures. Umumnya pengguna bahan berbahaya diwajibkan untuk mengumpulkan bahan yang dapat didaurulang seperti solven secara terpisah dan memperbaharui (misalnya melalui rectification) serta menggunakan kembali. Daur ulang material memiliki prioritas lebih tinggi terhadap pembuangan, apabila: secara teknis memungkinkan; biaya daur ulang dapat diterima dibanding dengan biaya pembuangan; dan ada pasar untuk bahan daur ulang.Solven organik biasanya dapat didaur ulang dengan mudah dan digunakan kembali dalam sintesis. Solven yang dikumpulkan secara terpisah dapat didaurulang dengan destilasi, bahkan jika solven mengandung bahan-bahan lain dengan titik didih yang berbeda. Campuran solven-air dapat diregenerasi dengan cara tersebut. Beberapa solven yang digunakan dalam volume besar dan harganya mahal, juga dapat didaurulang dengan cara destilasi (misalnya metanol, etanol, aseton, asetonitril, xylene dan semua hidrokarbon terhalogenasi).Solven yang digunakan di laboratorium dapat didaur ulang dalam suatu unit pusat atau secara decentral (Central or decentral solvent recycling). Daur ulang decentral biasanya lebih menguntungkan, karena dalam daur ulang central terdapat beberapa masalah seperti pengumpulan non-type-specific. Kontaminasi solven dengan bahan asing kadang-kadang dapat membuat daur ulang menjadi sulit. Oleh karena itu daur ulang decentral pada tempat aslinya lebih disukai. Suatu pre-cleaning dapat dicapai hanya dengan menggunakan suatu evaporator. Kemudian tahap berikutnya yaitu proses destilasi dapat dilakukan dengan lebih mudah.Jika peralatan daur ulang tidak tersedia, solven yang dipakai akan dikumpulkan dan didaur ulang dalam suatu unit central. Setelah pemurnian dengan destilasi kolom dalam suatu unit central, solven terdaur ulang dapat diberikan kembali ke penghasil limbah atau disediakan untuk fasilitas riset lain. Kondisi penting untuk daur ulang solven adalah kualitas setelah pemurnian dan seharusnya memenuhi persyaratan untuk dapat pergunakan kembali.

BAB IIIKESIMPULAN

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan konsep reduce, reuse, dan recycle dapat dilakukan terhadap limbah laboratorium untuk meminimalkan timbulan limbah terhadap lingkungan, terutama untuk limbah yang berbahaya (B3).2. Konsep reduce untuk limbah laboratorium diterapkan dengan cara menggunakan bahan-bahan laboratorium seperlunya saja, melakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisa bahan kimia, dan menggunakan alat dengan hati-hati sehingga tidak timbul kerusakan. 3. Kegiatan reduce juga bisa dicapai setelah kegiatan reuse dan recycle dilakukan.4. Salah satu kegiatan reuse adalah menggunakan kembali bahan-bahan sisa laboratorium seperti botol atau wadah kosong bekas penyimpanan suatu bahan kimia yang masih layak pakai setelah melalui proses pembersihan dan pencucian.5. Kegiatan recycle limbah laboratorium biasanya dilakukan terhadap solven (pelarut), yaitu dengan cara destilasi.

DAFTAR PUSTAKA

https://fentafellana.wordpress.com/penanganan-limbah-laboratorium/.Diakses pada 4 April 2015 pukul 16:45 WIB http://organiksmakma3b03.blogspot.com/2013/12/limbah-laboratorium-kimia lingkungan.html. Diakses pada 6 April 2015 pukul 22:00 WIBkriemhild.uft.uni-bremen.de/.../SolventRecyclingDisposal-Limbah solven di Laboratorium- pembuangan dan/atau pendaur-ulangan. Diakses pada 4 April 2015 pukul 16:45 WIB Lasut, Robby. 2006. Thesis Implementasi Manajemen Bahan Kimia dan Limbah Laboratorium Kimia (studi kasus di laboratorium PT Pupuk Kaltim, Tbk ). Universitas Diponegoro: SemarangMahida,U.N., 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah. Rajawali: JakartaTurang, Yophi,Y. 2006. Thesis Pengelolaan Bahan Kimia Sisa Analisis Laboratorium (studi kasus di laboratorium PT Pupuk Kaltim Bontang). Universitas Diponegoro: Semarang