penerapan arsitektur biofilik pada taman wisata botani di

10
Repository Tugas Akhir Arsitektur No.1 | Vol. III © Prodi Arsitektur Itenas Agustus 2020 Repository Tugas Akhir Arsitektur – 1 Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di Kota Bandung Adanthi Maudy Adwitya Purnawarman Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung Email: [email protected] ABSTRAK Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah pendatang yang cukup besar, hal tersebut karena Kota Bandung dijadikan tujuan destinasi oleh masyarakat. Besarnya minat masyarakat serta wisatawan asing untuk berkunjung meningkatkan peluang dalam jenis bisnis dengan aktivitas wisata. Seiring dengan bertambahnya aktivitas perkotaan mengakibatkan pergeseran aktivitas kota pada daerah sub-urban yang juga memiliki keunggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, karena memiliki keindahan alam yang memikat. Hal tersebut dapat menciptakan potensi besar untuk mengembangkan daerah sub-urban untuk dijadikan tempat wisata tanaman hias dan berbagai macam tumbuhan sehingga para wisatawan dan masyarakat kota dapat merasakan apa yang tidak dapat mereka rasakan ditengah kesibukan kota. Mendirikan tempat ekowisata pada daerah sub-urban bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan didukung juga oleh kurangnya tempat wisata dengan fasilitas serupa pada daerah tersebut. Berfungsi sebagai tempat hiburan, diharapkan desain Lotus Botanical Garden ini dapat memberikan respon baik terhadap pengguna dan lingkungannya. Menerapkan 4 dari 14 pola prinsip desain arsitektur biofilik pada perancangan lansekap maupun bangunan, diharapkan bangunan Lotus Botanical Garden yang berfungsi sebagai tempat wisata tanaman hias ini dapat menciptakan hubungan yang positif antara manusia, alam, dan arsitektur sehingga desain bangunan ini dapat memberikan dampat positif terhadap fisiologis, psikologis, dan kognitif para penggunanya. Kata kunci: Theme park, taman botani, arsitektur biofilik, tanaman hias. ABSTRACT Bandung is the capital city of West Java which has a large number of immigrants, this is because Bandung is used as a destination by the community. The high interest of the public and foreign tourists to visit increases opportunities in this type of business with tourism activities. Along with the increase in urban activity, it has resulted in a shift in urban activity in sub-urban areas which also have advantages in the agriculture and tourism sector, because they have alluring natural beauty. This can create great potential for developing sub-urban areas to become tourist attractions for ornamental plants and various kinds of plants so that tourists and city residents can feel what they cannot feel amidst the busyness of the city. Establishing ecotourism sites in sub-urban areas aims to improve the economy of the surrounding community and is also supported by the lack of tourist attractions with similar facilities in the area. Functioning as a place of entertainment, it is hoped that the Lotus Botanical Garden design will respond well to users and the environment. By applying 4 of the 14 patterns of biophilic architectural design principles in landscape and building design, it is hoped that the Lotus Botanical Garden building, which functions as a tourist spot for ornamental plants, can create a positive relationship between humans, nature and architecture so that the design of this building can have a positive impact on physiology. , psychological, and cognitive users. Keywords: Theme park, botanical garden, architecture biophilic, ornamental plants.

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

7 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Repository Tugas Akhir Arsitektur No.1 | Vol. III © Prodi Arsitektur Itenas Agustus 2020

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 1

Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di Kota Bandung

Adanthi Maudy Adwitya Purnawarman

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung Email: [email protected]

ABSTRAK Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah pendatang yang cukup besar, hal tersebut karena Kota Bandung dijadikan tujuan destinasi oleh masyarakat. Besarnya minat masyarakat serta wisatawan asing untuk berkunjung meningkatkan peluang dalam jenis bisnis dengan aktivitas wisata. Seiring dengan bertambahnya aktivitas perkotaan mengakibatkan pergeseran aktivitas kota pada daerah sub-urban yang juga memiliki keunggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, karena memiliki keindahan alam yang memikat. Hal tersebut dapat menciptakan potensi besar untuk mengembangkan daerah sub-urban untuk dijadikan tempat wisata tanaman hias dan berbagai macam tumbuhan sehingga para wisatawan dan masyarakat kota dapat merasakan apa yang tidak dapat mereka rasakan ditengah kesibukan kota. Mendirikan tempat ekowisata pada daerah sub-urban bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan didukung juga oleh kurangnya tempat wisata dengan fasilitas serupa pada daerah tersebut. Berfungsi sebagai tempat hiburan, diharapkan desain Lotus Botanical Garden ini dapat memberikan respon baik terhadap pengguna dan lingkungannya. Menerapkan 4 dari 14 pola prinsip desain arsitektur biofilik pada perancangan lansekap maupun bangunan, diharapkan bangunan Lotus Botanical Garden yang berfungsi sebagai tempat wisata tanaman hias ini dapat menciptakan hubungan yang positif antara manusia, alam, dan arsitektur sehingga desain bangunan ini dapat memberikan dampat positif terhadap fisiologis, psikologis, dan kognitif para penggunanya.

Kata kunci: Theme park, taman botani, arsitektur biofilik, tanaman hias.

ABSTRACT Bandung is the capital city of West Java which has a large number of immigrants, this is because Bandung is used as a destination by the community. The high interest of the public and foreign tourists to visit increases opportunities in this type of business with tourism activities. Along with the increase in urban activity, it has resulted in a shift in urban activity in sub-urban areas which also have advantages in the agriculture and tourism sector, because they have alluring natural beauty. This can create great potential for developing sub-urban areas to become tourist attractions for ornamental plants and various kinds of plants so that tourists and city residents can feel what they cannot feel amidst the busyness of the city. Establishing ecotourism sites in sub-urban areas aims to improve the economy of the surrounding community and is also supported by the lack of tourist attractions with similar facilities in the area. Functioning as a place of entertainment, it is hoped that the Lotus Botanical Garden design will respond well to users and the environment. By applying 4 of the 14 patterns of biophilic architectural design principles in landscape and building design, it is hoped that the Lotus Botanical Garden building, which functions as a tourist spot for ornamental plants, can create a positive relationship between humans, nature and architecture so that the design of this building can have a positive impact on physiology. , psychological, and cognitive users.

Keywords: Theme park, botanical garden, architecture biophilic, ornamental plants.

Page 2: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Adanthi Maudy Adwitya P

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 2

1. PENDAHULUAN

Kota Bandung merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang seringkali dijadikan sebagai tujuan destinasi masyarakat Indonesia dalam berbagai hal [1]. Hal tersebut menyebabkan terdapat berbagai macam aktivitas yang dilengkapi dengan tempat-tempat dan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat beraktivitas didalamnya, hal tersebut juga membuktikan bahwa jumlah penduduk dan pendatang di Kota Bandung terus bertambah setiap tahunnya [2]. Besar minat para wisatawan untuk berkunjung menjadi peluang bagi penggiat usaha dibidang komersil untuk menciptakan sebuah tempat wisata baru di Kota Bandung. Namun, seiring dengan terus bertumbuhnya aktivitas perkotaan mengakibatkan pusat kota menjadi jenuh dan harga lahan menjadi tinggi, hal tersebut mengakibatkan pergeseran aktivitas masyarakat ke daerah sub-urban. Daerah sub-urban memiliki keunggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata [3]. Daerah-daerah tersebut masih memiliki keindahan alam yang asri dan memikat, potensi tersebut tercerminkan dari kekayaan produksi hasil pertanian, dan banyaknya tempat wisata di daerah tersebut. Hal tersebut menciptakan sebuah potensi daerah sub-urban untuk dikembangkan menjadi tempat wisata tanaman hias dan berbagai macam tumbuhan sehingga para wisatawan dapat menikmati keindahan alam yang juga didukung karena kurangnya tempat wisata yang menyediakan fasilitas untuk menikmati alam dan tanaman hias sekaligus untuk menambah wawasan bagi para wisatawan di daerah tersebut [4]. Solusi untuk memenuhi kebutuhan wisata dan edukasi terkait tanaman dan tumbuh-tumbuhan tersebut adalah dengan mendirikan sebuah taman bunga sebagai ekowisata sub-urban yang ditujukan untuk keperluan wisata, koleksi, penelitian, dan konservasi [5]. Sehingga dengan adanya sebuah taman wisata tanaman hias sebagai tempat ekosiwata akan meningkatkan pendapatan asli daerah pemerintahan Kota Bandung, khususnya pada sektor pariwisata.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN 2.1 Definisi Proyek Proyek pembangunan theme park ini adalah Lotus Botanical Garden. Lotus Botanical Garden adalah sebuah taman wisata botanical dengan karakteristik tanaman hias yang berguna sebagai tempat wisata, edukasi, penelitan, koleksi, dan konservasi yang terletak di Jalan Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat. Nama “lotus” diambil berdasarkan nama sebuah tanaman hias air yaitu bunga lotus atau bunga teratai yang memiliki makna semangat, kemurnian, dan ketenangan pikiran manusia yang sesuai dengan fungsi sebuah tempat wisata yaitu untuk dijadikan tempat refreshing oleh penggunanya.

2.2 Lokasi Proyek Lokasi tapak berada di Jalan Parahyangan Raya, Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat Nama Proyek : Lotus Botanical Garden Fungsi Bangunan : Taman ekowisata tanaman hias Kawasan : Pemukiman perkotaan Luas Lahan : 64.795 m² KDB : 12.959 m² KLB : 5 lantai KDH : 32.370 m² GSB : 12 m

Page 3: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Penerapan Arsitektur Biofilik Pada Perancangan Taman Wisata Botani Di Kota Bandung

Repository Tugas Akhir Arsitektur - 3

Gambar 1. Lokasi Site Sumber : Google Earth , diakses pada tanggal 11 Februari 2020 dan diolah

Dapat terlihat lokasi tapak (lihat Gambar 1) berada di wilayah sub-urban beriklim tropis, dan topografi tanah berkontur [6]. Berdasarkan kondisi geografis kawasan ini berada pada kemiringan relatif datar dengan presentase kemiringan lahan sebesar ±46,91 % berada pada kemiringan lahan 0-8 % sehingga merupakan lahan yang potensial untuk pengembangan lingkungan pemukiman maupun komersial. 2.3 Definisi Tema Tema yang digunakan dalam perancangan tempat wisata ini adalah Arsitektur Biofilik atau Biopilic Design, biofilik berasal dari sebuah kata yaitu biophilia yang berarti kecenderungan manusia yang melekat untuk menyatu dengan alam [7]. Arsitektur Biofilik merupakan sebuah konsep dan prinsip desain yang mengkaji teori dan mempunyai prinsip dan tujuan untuk membina hubungan positif antara manusia, alam, dan arsitektur dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan secara mental maupun fisik penggunanya dengan cara mengintegrasikan alam terhadap arsitektur, baik secara penerapan bahan material maupun bentuk-bentuk alami kedalam desain [8]. Arsitektur biofilik memiliki 14 pola perancangan dan prinsip desain yang terbagi kedalam tiga poin, yaitu nature in the space, natural analogues, dan nature of the space [9]. Pada perancangan Lotus Botanical Garden ini menerapkan 4 dari 14 pola prinsip arsitektur biofilik yaitu : a. Biomorphic form & patterns b. Presence of water c. Material connection with natrue d. Visual connection with nature

Manfaat yang didapat dengan menerapkan prinsip desain biofilik adalah untuk meningkatkan kreativitas dan kejernihan pikiran pengguna, mengurangi stress pada pengguna, meningkatkan kesejahteraan hidup pengguna, memfasilitasi interaksi timbal balik antara manusia dengan alam, mempertahankan lingkungan ekologi setempat dan mempertahakan sejarah serta budaya pada daerah dan lingkungan setempat. Arsitektur biofilik bertujuan untuk menciptakan habitat yang baik untuk penggunanya di lingkungan modern ini dengan memajukan kesejahteraan, kesehatan, dan kebugaran manusia.

2.4 Elaborasi Tema Tema yang digunakan dan diterapkan dalam perancangan proyek taman botani ini adalah Arsitektur Biofilik, dengan menerapkan beberapa poin-poin yang dimiliki oleh prinsip desain Arsitektur Biofilik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penggunanya dengan cara mengintegrasikan alam terhadap arsitektur, dengan menerapkan prinsip desain kedalam pengolahan tapak, bentuk, dan fasad bangunan yang menggunakan dimensi organik yang merupakan konsep dari bentuk massa bangunan, penggunaan material pada bangunan, dan juga tidak lupa untuk menjaga hubungan positif antara bangunan, pengguna, dan lingkungan sekitar tapak. Penerapan prinsip desain arsitektur biofilik pada peracangan Lotus Botanical Garden dijabarkan pada Tabel 1 elaborasi tema di bawah ini.

Page 4: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Adanthi Maudy Adwitya P

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 4

Tabel 1. Elaborasi Tema

3. HASIL RANCANGAN 3.1 Konsep Zoning dan Sirkulasi Tapak Secara garis besar pembagian zoning pada tapak terbagi menjadi tiga zona yaitu zona publik, zona semi publik, dan zona service (lihat Gambar 2). Zona publik terletak di sebelah Utara site atau area site paling depan yang merupakan area entrance dan out tapak yang merupakan area parkir kendaraan, sedangkan untuk area semi publik tersebar diseluruh kawasan tapak ini yang berfungsi sebagai area rekreasi taman outdoor dan lantai dasar bangunan penerima dan green house. Sementara area service terbagi menjadi dua titik area yaitu area bangunan utilitas yang terletak di dekat bangunan penerima dan area toilet site. Sementara untuk zona private merupakan area lantai dua yang terdapat pada bangunan penerima dan bangunan green house yang berfungsi sebagai area perkantoran dan pengelola Lotus Botanical Garden.

Gambar 2. Zoning Tapak & Block Plan

Page 5: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Penerapan Arsitektur Biofilik Pada Perancangan Taman Wisata Botani Di Kota Bandung

Repository Tugas Akhir Arsitektur - 5

Tapak berada di Jalan Parahyangan Raya dan hanya memiliki akses dari jalan tersebut. Hal tersebut menyebabkan hanya terdapat satu site entrance dan pintu keluar menuju tapak, sehingga mudah diakses oleh para pengguna Jalan Parahyangan Raya. Site entrance pada tapak langsung terhubung ke area parkir kendaraan yaitu parkir mobil, motor, dan bus. Terdapat juga area drop off untuk pengunjung yang menghubungkan antara area parkir dan area bangunan penerima. (lihat Gambar 3).

Gambar 3. Sirkulasi Dalam Tapak

3.2 Konsep Gubahan Massa Sesuai dengan salah satu prinsip desain arsitektur biofilik yaitu “Biomorphic form & patterns” konsep bangunan pada perancangan kawasan taman botani ini juga terinsiprasi dari bentuk-bentuk alami yang dapat ditemukan di alam (lihat Gambar 4), yang kemudian setelah diolah sedemikian rupa dapat membentuk bangunan-bangunan yang fungsional dan tetap selaras dengan tema perancangan yang digunakan. Fungsi dan bentuk yang ditemukan di alam yang kemudian diadopsi dan dijadikan acuan untuk menjadi solusi dari kebutuhan serta permasalahan yang dimiliki manusia. Menggunakan konsep bentuk yang alamiah dapat mengubah ruangan yang terkesan statis menjadi terasa lebih dinamis.[10]

Gambar 4. Konsep Gubahan Massa

3.3 Konsep Zoning Bangunan Terdapat 4 bangunan utama pada tapak yang maisng-masing terbagi menjadi zona publik, zona semi publik, zona service, dan zona private yang ditunjukkan dengan penggunaan warna yang berbeda. Zona publik ditandai dengan warna hijau muda, zona semi publik dengan warna hijau tua, zona service ditandai dengan warna kuning, dan zona private dengan warna merah.

Page 6: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Adanthi Maudy Adwitya P

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 6

A. Bangunan Penerima

Dapat dilihat pada Gambar 5 bangunan penerima memiliki 2 lantai dengan luas sebesar 45.382 m². Lantai pertama merupakan area zona publik (visitor center) sedangkan lantai dua merupakan area zona private (management office)

Gambar 5. Zoning Bangunan Penerima

B. Green House

Bangunan green house memiliki dua lantai (lihat Gambar 6) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan / area display tanaman koleksi dengan karakteristik khusus pada lantai satu, dan area ruang pengelola pada lantai dua.

Gambar 6. Zoning Green House

C. Dome Tenant Tiga buah dome tenant ini berfungsi sebagai coffee shop dan tenant untuk disewakan. (lihat Gambar 7)

Gambar 7. Zoning Dome Tenant 3.4 Fasad Bangunan Desain fasad bangunan (lihat Gambar 8) ini dipengaruhi oleh hasil dari analisa tapak dan juga penerapan tema perancangannya yaitu Arsitektur Biofilik. Fasad utama bangunan penerima ini menghadap ke arah Utara sebagaimana hasil analisa tapak terkait dengan orientasi matahari sehingga kedua tampak bangunan ini terhindar dari sinar matahari dari arah Timur dan Barat.

Gambar 8. Konsep Fasad Bangunan Penerima

Page 7: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Penerapan Arsitektur Biofilik Pada Perancangan Taman Wisata Botani Di Kota Bandung

Repository Tugas Akhir Arsitektur - 7

Bangunan ini memiliki bentuk lingkaran yang mengadopsi bentuk dari daun teratai dan memiliki atap berbentuk dome dengan bahan penutup atap enamel steel panel. Fasad bangunan penerima ini didominasi oleh material wood panel composite dan material beton, juga pada bagian atas (lantai 2) bangunan ini menerapkan secondary skin berupa kisi-kisi kayu sehingga bangunan ini memiliki kesan hangat dan alami. Fasad bangunan restoran didominasi dengan penggunaan material kaca tempered dan penggunaan batu alam. Pada bagian atap area restoran menggunakan atap dak dan terdapat roof garden dibagian atasnya. (lihat Gambar 9 dan Gambar 10)

Gambar 9. Tampak Samping Bangunan Penerima

Gambar 10. Detail Fasad Bangunan Penerima Bangunan green house (lihat Gambar 11) ini menggunakan atap berbahan FRP plastic dengan tujuan untuk mengoptimalkan masuknya cahaya matahari kedalam bangunan untuk kebutuhan tanaman-tanaman di dalam bangunan ini. Bagian dinding bangunan ini pun menggunakan kaca tempered dengan penggunaan ornamen wood panel composite dan batu alam.

Gambar 11. Konsep Fasad Bangunan Green House

Massa bangunan ketiga yaitu tiga buah bangunan dome (lihat Gambar 12) dengan fungsi coffeeshop dan tenant sewa. Bentuk bangunan ini terinsipirasi dari bentuk pohon kaktus, dengan penggunaan material fasad kaca tempered.

Gambar 12. Fasad Dome Tenant

Page 8: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Adanthi Maudy Adwitya P

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 8

3.5 Eksterior Bangunan Lotus Botanical Garden memiliki dua massa bangunan utama yaitu, bangunan penerima dan green house, selain itu juga terapat tiga buah bangunan berbentuk dome yang berfungsi sebagai coffeeshop dan tenant sewa. Konsep bentuk bangunan dan peletakkan massa bangunan kedalam tapak sesuai dengan tema dan konsep yang digunakan dalam perancangan ini. (lihat Gambar 13)

Gambar 13. Perspektif Mata Burung

Ketiga bentuk massa bangunan didalam tapak ini memiliki bentuk dasar yang sama yaitu bentuk lingkaran dengan tujuan untuk memberikan kesan ruang yang dinamis, ketiga bentuk bangunan ini memiliki filosofi yang sesuai dengan tema dan konsep dan saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Bangunan green house dapat terlihat jelas bentuknya dengan atap yang memiliki bentuk biomorfik yaitu bunga teratai dengan tujuan menjadi ikon dari tempat wisata tanaman hias ini. Area assembly point berupa air mancur teratai adalah titik poin pertama yang menghubungkan antara bangunan penerima dan area taman outdoor. (lihat Gambar 14)

Gambar 14. Eksterior Bangunan Penerima

Area lansekap dan taman koleksi diolah secara optimal karena merupakan atraksi utama dari Lotus Botanical Garden. Lansekap diolah dengan berbagai fungsi yakni skywalk, gazebo, kolam teratai, jogging hill, dan selasar pandang. (lihat Gambar 15)

Gambar 15. Taman Outdoor

Page 9: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Penerapan Arsitektur Biofilik Pada Perancangan Taman Wisata Botani Di Kota Bandung

Repository Tugas Akhir Arsitektur - 9

3.6 Rancangan Struktur Sistem struktur yang digunakan pada bangunan penerima Lotus Botanical Garden ini menggunakan struktur rangka flat truss. Penyaluran beban pada sistem struktur ini terdistribusi dari atap yang kemudian disalurkan pada komponen struktur batang vertikal (kolom beton) dengan ukuran 60 x 60 cm dan batang horizontal (balok) dengan ukuran balok induk 50/70 dan balok anak 35/50. Bangunan yang menggunakan struktur rangka atap flat truss ini menggunakan plat lantai beton dengan ketebelan 12 cm dan pondasi tiang pancang.

Sistem struktur secara keseluruhan yang digunakan pada bangunan penerima dapat dilihat pada isometri struktur pada Gambar 16 dibawah ini.

Gambar 16. Isometri Struktur Bangunan Penerima

4. SIMPULAN Lotus Botanical Garden merupakan sebuah tempat pariwisata dan edukasi dibidang botanical dengan karakteristik tanaman hias. Bangunan ini dibangun pada sebuah lahan seluas 64.795 m² di Jalan Parahyangan Raya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indonesia. Penerapan prinsip desain Arsitektur Biofilik pada taman wisata ini diterapkan dengan berbagai cara pada pengolahan desain tapak, bentuk, dan fasad bangunan, serta penggunaan elemen eksterior dan interior pada bangunan. Prinsip desain Biofilik ini diterapkan dengan tujuan untuk dapat menciptakan sebuah tempat wisata yang dapat menjadi tempat rekreasi yang dapat meningkatkan kreativitas dan kejernihan pikiran para penggunanya, meningkatkan kesejahteraan penguna, memfasilitasi interaksi timbal balik antara manusia dengan alam, dan juga tetap menjaga hubungan positif antara pengguna (manusia), arsitektur, dan alam lingkungan sekitar dengan tetap mempertahankan ekologi, sejarah, dan budaya lingkungan setempat.

DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2019). Provinsi Jawa Barat dalam Angka 2019. Bandung : Badan

Pusat Statistik Jawa Barat

Page 10: Penerapan Arsitektur Biofilik pada Taman Wisata Botani di

Adanthi Maudy Adwitya P

Repository Tugas Akhir Arsitektur – 10

[2] Badan Pusat Statistik Jawa Barat. (2019). Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat 2015-2025 Hasil Supas 2015. Bandung : Badan Pusat Statistik Jawa Barat

[3] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat. (2017). Rencana Cesar Pengembangan Destinasi Wisata Kelas Dunia Provinsi Jawa Barat. Bandung : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat.

[4] Bupati Bandung Barat. (2012). Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Baray Nomor 2 Tahun 2012 tentang Renaca Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029.

[5] Arifin, H.S. (2001). Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan Pengembangan Wisata Agro di Indonesia. Bogor: Makalah Rapat Kerja Nasional Wisata Agro.

[6] Keller,J, Heerwagen, M. Mador,eds., (2008)."Biophilic Design :The Theory, Science, and Practice of Bringing."

[7] Priatman, J. (2012). “Konsep Desain Biophilia” sebagai Dimensi Hijau pada Arsitektur Empatik. Seminar Nasional Menuju Arsitektur Berempatai (pp. 35-45).

[8] Browning,W., (2014). 14 Pattern of Biophilic Design. New York: Terrapin Bright Green [9] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, (2012). Temperatur Rata-rata di Kota Bandung

Tahun 2007-2012. Bandung [10] Shifa,Andra. (2018). Jurnal Komparasi Konsep Pola Analogi Alam Biofilik Desain Di Bangunan

Pendidikan; Universitas Trisakti.