penentuan kadar protein

10
Nama / NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043 Kelompok : I (Satu) Asisten : Meilina Hi Kabir LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II PENENTUAN KADAR PROTEIN Program S-1 Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, 2015 Abstrak Protein yang terdapat dalam organisme sangat bervariasi dalam ukuran dan strukturnya. Struktur ini ditentukan oleh jenis, jumlah, dan urutan asam aminonya menggunakan metode spetrofotometri. Asam amino dapat dipandang sebagai turunan asam karboksilat, yang satu atom hidrogennya digantikan oleh gugus amino (-NH 2 ). Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar protein dalam larutan sampel kasein. Cara spektroskofotometrik, karena kandungan asam-asam amino karboksilat, teritama tirosin, sebagian besar protein– protein mempunyai absorpsi maksimum pada panjang gelombang () = 280 nm. Untuk beberapa protein kadar tirosinnya sama, sehingga pengukuran absorpsi pada 280 nm dianggap merupakan satu cara yang tepat, gampang, dan tidak destruktif untuk menentukan kadar protein dalam suatu larutan. Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa konsentrasi larutan sampel kasein dengan perbandingan 1 : 100 sebesar 25,33 ppm, dan kadar protein dalam sampel 1 : 1000 sebesar 18,67 ppm. Kata Kunci : asam amino, protein, spektrofotometri, spektrofotometrik. I. TINJAUAN PUSTAKA Protein merupakan molekul besar dengan BM sekitar 6000 s/d 1.000.000. Protein yang terdapat dalam organisme

Upload: yantiyanti-ii

Post on 16-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Praktikum Biokim II

TRANSCRIPT

Page 1: Penentuan Kadar Protein

Nama / NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043Kelompok : I (Satu)Asisten : Meilina Hi Kabir

LAPORAN PRAKTIKUMBIOKIMIA II

PENENTUAN KADAR PROTEIN

Program S-1 Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru, 2015

Abstrak

Protein yang terdapat dalam organisme sangat bervariasi dalam ukuran dan strukturnya. Struktur ini ditentukan oleh jenis, jumlah, dan urutan asam aminonya menggunakan metode spetrofotometri. Asam amino dapat dipandang sebagai tu-runan asam karboksilat, yang satu atom hidrogennya digantikan oleh gugus amino (-NH2). Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar protein dalam larutan sampel kasein. Cara spektroskofotometrik, karena kandungan asam-asam amino karboksilat, teritama tirosin, sebagian besar protein–protein mempunyai ab-sorpsi maksimum pada panjang gelombang () = 280 nm. Untuk beberapa protein kadar tirosinnya sama, sehingga pengukuran absorpsi pada 280 nm dianggap merupakan satu cara yang tepat, gampang, dan tidak destruktif untuk menentukan kadar protein dalam suatu larutan. Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa konsentrasi larutan sampel kasein dengan perbandingan 1 : 100 sebesar 25,33 ppm, dan kadar protein dalam sampel 1 : 1000 sebesar 18,67 ppm.

Kata Kunci : asam amino, protein, spektrofotometri, spektrofotometrik.

I. TINJAUAN PUSTAKAProtein merupakan molekul be-

sar dengan BM sekitar 6000 s/d 1.000.000. Protein yang terdapat da-lam organisme sangat bervariasi da-lam ukuran dan strukturnya. Struktur ini ditentukan oleh jenis, jumlah, dan urutan asam aminonya [7].

Sebutan protein pertama-tama dipakai pada tahun 1838, berasal dari kata yunani, proteios, yang berarti “pertama”. Dalam kehidupan protein mempunyai fungsi yang sangat pent-ing. Protein bersama-sama dengan lipida dan tulang membentuk kerangka tubuh. Ia juga membentuk otot, antibodi, dan berbagai hormon [1].

Pada akhir tahun 1800, telah di-identifikasi bahwa unit protein terke-cil adalah asam ɑ-amino. Sekarang telah diketahui bahwa ada 20 macam asam amino terdapat dalam protein sebagai hasil langsung dari kode genetik [1]. Asam amino dapat dipan-dang sebagai turunan asam karboksi-lat, yang satu atom hidrogennya di-gantikan oleh gugus amino (-NH2). Pada umumnya gugus itu terikat pada atom C alfa, dengan bangun molekul umum sebagai berikut :R—CH2—CH2—CH—COOH

NH2

Disingkat lagi : H

Page 2: Penentuan Kadar Protein

Nama / NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043Kelompok : I (Satu)Asisten : Meilina Hi Kabir

R—C—COOH

NH2 Asam amino yang bangun mole-kulnya tertera di atas sebenarnya bermuatan ganda, merupakan ion zwitter [6].

Karbon ɑ pada asam amino merupakan pusat kiral, kecuali pada glisisn yang gugus R-nya adalah atom H dengan demikian seluruh asam amino yang diturunkan dari protein kecuali glisin bersifat oftik aktif. Asam amino mempunyai konfigurasi L yang sejenis dengan gliseradehida. Asam amino dikenal melalui nama umumnya. Masing-masing nama dipendekkan menjadi 3 huruf singkatan pada penulisan rumus pep-tide dan protein. Gugus amino me-nunjukkan sifat ion ammonium, dan gugus karboksil menunjukkan sifat ion karboksilat. Asam amino bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan juga dapat bersifat sebagai basa [3].

Protein merupakan salah satu kelompok makronutrien yang ber-peran penting dalam pembentukan biomolekul sebagai sumber energi. Strukturnya yang mengandung N, di samping C, H, O, S dan kadang ka-dang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan protein). Protein dalam bahan makanan sangat penting dalam proses kehidupan organisme seperti hewan dan manusia. Pada or-ganisme yang sedang tumbuh, protein sangat penting dalam pembentukan sel-sel baru. Oleh sebab itu apabila organisme kekurangan protein dalam bahan makanan maka organisme tersebut akan mengalami hambatan pertumbuhan ataupun dalam proses biokimiawinya. Pentingnya protein

dalam jaringan hewan dapat ditun-jukkan oleh kadarnya yang tinggi yaitu antara 80 – 90% dari seluruh ba-han organik yang ada dalam jaringan hewan [4].

Susu mengandung protein rata-rata 3,5 persen. Protein merupakan gabungan dua atau lebih asam-asam amino, yang penyusun utamanya adalah atom karbon, atom hidrogen dan atom nitrogen [2]. Protein mem-punyai beberapa fungsi, lima di-antaranya ialah sebagai biokatalisator (enzim), protein cadangan, biomol pentransfer bahan, struktural protektif [5].

Cara spektroskofotometrik, ka-rena kandungan asam-asam amino karboksilat, teritama tirosin, sebagian besar protein–protein mempunyai ab-sorpsi maksimum pada panjang gelombang () = 280 nm. Untuk be-berapa protein kadar tirosinnya sama, sehingga pengukuran absorpsi pada 280 nm dianggap merupakan satu cara yang tepat, gampang, dan tidak destruktif untuk menentukan kadar protein dalam suatu larutan [8].

II. METODE PERCOBAAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah beker gelas, ner-aca analitik, desikator, labu takar 100 ml, DMS-100 spektrofotometer.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah kasein ker-ing, larutan tirosin standar dan HCl 0,2 N.

C. Prosedur

Page 3: Penentuan Kadar Protein

Nama / NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043Kelompok : I (Satu)Asisten : Meilina Hi Kabir

Sebanyak 100 mg kasein kering ditimbang (dari desikator), dilarutkan dalam 5 ml air suling. Dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml, dan ditambahkan air sampai tanda batas. Labu dikocok sampai ho-mogen, maka diperoleh larutan kasein 1 mg/ml. Dibuat lagi pengenceran 1 : 10 dan 1 : 100 dari larutan kasein 1 mg/ml. Diukur masing-masing ab-sorbansi larutan pada 280 nm. Dibuat larutan tirosin standar dalam HCl 0,2 N dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm dalam µg/ml. Ditentukan absorbansi larutan pada λ 280 nm, ke-mudian dibuat kurva kalibrasi ab-sorbansi versus konsentrasi tirosin.

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil

1. Tabel Pengamatan

No. Langkah Percobaan

Hasil Penga-matan

1. Ditimbang kasein ker-ing.

massa = 100 mg

2. Dilarutkan dalam 5 ml air suling, di-encerkan 100 ml.

3. Dilakukan pengenceran :1 : 101 : 100

A = 0,014A = 0,010

4. Diukur ab-sorbansi

λ = 280 nm

5. Dibuat laru-tan tirosin standar dalam HCl 0,2 N

dengan kon-sentrasi :10 ppm20 ppm30 ppm40 ppm50 ppm

A = 0,006A = 0,012A = 0,017A = 0,022A = 0,033

6. Diukur ab-sorbansi

λ = 280 nm

2. Grafik

3. PerhitunganDiketahui : y = 0,0006x – 0,0012

R2 = 0,9706Absorbansi larutan 1 : 10 = 0,014Absorbansi larutan 1 : 100 = 0,010Ditanya : Kadar protein dalam ka-seinJawab : Larutan 1:100 A = y = 0,014 y = 0,0006x – 0,00120,014 = 0,0006x – 0,0012 x = 25,33 Jadi kandungan protein (kasein) pada larutan 1:10 adalah 25,33 ppm.Larutan 1:100 A = y = 0,001 y = 0,0006x – 0,00120,010 = 0,0006x – 0,0012 x = 18,67 Jadi kandungan protein (kasein) pada larutan 1:100 adalah 18,67 ppm.

Kurva Kalibrasi Absorbansi Vs Konsentrasi Tirosin

y = 0,0006x - 0,0012

R2 = 0,9706

0

0,005

0,01

0,0150,02

0,025

0,03

0,035

0 20 40 60

Konsentrasi (ppm)

Abs

orba

nsi

Page 4: Penentuan Kadar Protein

Nama / NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043Kelompok : I (Satu)Asisten : Meilina Hi Kabir

B. PembahasanPercobaan ini bertujuan untuk

menentukan kadar protein dalam laru-tan sampel. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah kasein ker-ing dari laboratorium. Pada percobaan ini, metode yang paling tepat digu-nakan adalah metode spektrofo-tometri. Karena kandungan asam-asam amino karboksilat, teritama tirosin, sebagian besar protein–protein mempunyai absorpsi maksimum pada panjang gelombang () = 280 nm. Untuk beberapa protein kadar tirosin-nya sama, sehingga pengukuran ab-sorpsi pada 280 nm dianggap meru-pakan satu cara yang tepat, gampang, dan tidak destruktif untuk menen-tukan kadar protein dalam suatu laru-tan.

Penentuan kadar protein dalam suatu larutan sampel dapat dilakukan menggunakan beberapa metode, di-antaranya metode spektrofotometri. Metode ini didasarkan pada absorpsi sinar UV yang dilakukan oleh residu tirosin pada protein pada panjang gelombang 280 nm.

Preparasi larutan sampel di-lakukan dengan melarutkan suatu ka-sein kering ke dalam 100 ml akuades, sehingga diperoleh larutan kasein 1 mg/ml. untuk kebanyakan larutan protein murni dengan kadar 1 mg/ml, menunjukkan absorbansi pada pan-jang gelombang 280 nm sekitar 1,0 bila disinari seberkas cahaya 1 cm. Karena nilai absorbansinya untuk larutan protein murni terlalu tinggi, maka perlu dilakukan pengenceran larutan yaitu 1 :10 dan 1 : 100. Kadar protein dalam larutan yang telah di-encerkan dapat ditentukan dengan membandingkan dengan kurva kali-brasi larutan tirosin pada panjang

gelombang 280 nm. Untuk sampel 1 : 100 diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,003 dan untuk sampel 1 : 1000 diperoleh nilai absorbansi sebesar sebesar 0,008.

Kurva kalibrasi tirosin diper-oleh dari pengukuran larutan standar tirosin yang diencerkan menggunakan HCl 0,2 N dengan konsentrasi 10, 20, 30, dan 40 g/ml (ppm). Larutan HCl disini berfungsi sebagai pelarutnya. Semua larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang tirosin yaitu 280 nm. Dari hasil pengukuran terse-but diperoleh absorbansi untuk mas-ing-masing konsentrasi sebesar 0,006; 0,012; 0,017; 0,022; 0,033 . Dari nilai absorbansi tersebut dibuat kurva kali-brasi versus konsentrasinya. Sehingga diperoleh persamaan y = 0,0006x – 0,0012, dengan regresi 0,9706.

Pengukuran absorbansi untuk larutan sampel diperoleh 0,014 untuk perbandingan 1:10. Dari hasil perhi-tungan menggunakan persamaan kurva kalibrasi larutan tirosin didapat konsentrasi tirosin (protein) dalam larutan sampel dengan perbandingan 1:10 sebesar 25,33 ppm. Untuk per-bandingan 1:100. Dari hasil perhitun-gan menggunakan persamaan kurva kalibrasi larutan tirosin didapat kon-sentrasi tirosin (protein) dalam laru-tan sampel dengan perbandingan 1:100 sebesar 18,67 ppm. Harga kon-sentrasi akurat, dimana konsentrasi pengenceran 1:10 lebih besar diband-ingkan dengan 1:100.

IV. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah di-lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: metode Folin Ciocalteu dapat digunakan untuk menentukan kadar protein dalam su-atu sampel kasein. Panjang gelom-

Page 5: Penentuan Kadar Protein

Nama / NIM : Dwi Eka Andriani/ J1B112043Kelompok : I (Satu)Asisten : Meilina Hi Kabir

bang yang digunakan pada penentuan kadar protein adalah 280 nm. Per-samaan kurva kalibrasi larutan stan-dar tirosin pada percobaan ini adalah persamaan y = 0,0006x – 0,0012,, dengan regresi 0,9706. Pada per-cobaan ini konsentrasi larutan sampel kasein dengan perbandingan 1 : 10 sebesar 25,33 ppm, dan kadar protein dalam sampel 1 : 100 sebesar 18,67 ppm.

V. REFERENSI

1. Fessenden & Fessenden. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Binarupa Aksara. Jakarta.

2. Hadiwiyoto, S. 1982. Teknik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahan-nya. Liberty. Yogyakarta.

3. Hart, Suminar. 1990. Kimia Or-ganik suatu Kuliah Singat Edisi ke enam, Erlangga Jakarta

4. Maharani & Yusrin. 2010. Kadar Protein Kista Artemia Curah Yang Dijual Petambak Kota Rembang Dengan Variasi Suhu Penyimpanan. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kese-hatan, Universitas Muham-madiyah Semarang.

5. Martoharsono, S. 1994. Bio-kimia Jilid I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

6. Soeharsono. 1976. Biokimia. UGM Press. Yogyakarta.

7. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. Erlangga. Jakarta.

8. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 6: Penentuan Kadar Protein
Page 7: Penentuan Kadar Protein