penelitian implementasi penyelenggaraan penatagunaan tanah sebagai … · 2021. 8. 6. · peran...

192
Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai Instrumen Tata Ruang PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional 2016

Upload: others

Post on 16-Aug-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

i

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

Penelitian Implementasi

Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah

Sebagai Instrumen Tata Ruang

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKementerian Agraria dan Tata Ruang /

Badan Pertanahan Nasional2016

Page 2: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

ii

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Page 3: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

iii

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

iii

KATA PENGANTAR

Kebijakan Presiden untuk melakukan Penggabungan Badan Pertanahan Nasional dan Direktorat Jenderal Penataan Ruang menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional merupakan keputusan tepat, agar diperoleh pemahaman yang sama tentang pentingnya penatagunaan tanah dalam penataan ruang. Penata gunaan tanah merupakan substansi dari penataan ruang sehingga perlu adanya sinergi antara kebijakan pertanahan dengan tata ruang.

Dengan penggabungan ini diharapkan kebijakan yang dikeluarkan dapat lebih efektif, efisien dan optimal. Bukan hanya secara nomenklatur lembaga tetapi sudah implementatif, dalam arti berbagi data dan informasi yang diperlukan tidak hanya dalam penyusunan neraca penggunaan tanah dan RT RW tetapi secara komprehensif untuk terwujudnya kepentingan nasional.

Kondisi ini hanya bisa terwujud jika ada good will dari pelaksana dan pejabat yang terkait.

Terima kasih diucapkan kepada responden penelitian yang sangat membantu dalam memberikan informasi terkait penelitian ini, kepada narasumber dan rekan-rekan yang ikut memberikan sumbang saran untuk lebih sempurnanya tulisan ini.

Kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyebutan nama, jabatan atau data yang terdapat dalam tulisan ini.

Tim Peneliti

Page 4: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

iv

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

DAFTAR ISI

Kata PengantarDaftar IsiDaftar TabelDaftar Gambar

BAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang 1.2. Permasalahan1.3. Tujuan1.4. Output1.5. Manfaat Penilitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Penataan Ruang2.2. Penatagunaan Tanah2.3. Fenomena RTRW2.4. Peran Serta Masyarakat

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN3.1. Pendekatan Penelitian3.2. Lokasi Penelitian 3.3. Responden Penelitian3.4. Sumber data 3.5. Pengolahan dan Analisa Data

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN4.1. PROVINSI JAMBI 4.1.1 Kota Jambi 4.1.2 Kabupaten Muara Jambi 4.2. PROVINSI JAWA BARAT

4.2.1 Kota Bandung4.2.2 Kabupaten Bandung

4.3. PROVINSI JAWA TIMUR4.3.1 Kabupaten Banyuwangi4.3.2 Kabupaten Jember

4.4. PROVINSI SULAWESI TENGAH4.4.1. Kota Palu4.4.2. Kabupaten Sigi

iiiivviix

136666

7 8

131617

192020202121

2324263646526473768996

100113

iv

Page 5: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

v

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

4.4. PROVINSI KALIMANTAN BARAT4.4.1. Kabupaten Mempawah4.4.2. Kota Singkawang

BAB V. HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN5.1. Analisa Kesesuaian

5.1.1. Kota Jambi5.1.2. Kabupaten Muaro Jambi5.1.3. Kota Bandung5.1.4. Kabupaten Bandung5.1.5. Kabupaten Banyuwangi5.1.6. Kabupaten Jember5.1.7. Kota Palu5.1.8. Kabupaten Sigi5.1.9. Kabupaten Mempawah5.1.10. Kota Singkawang

5.2. Efektifitas kebijakan Penataan Ruang5.3. Kendala Dan Upaya Yang Diperlukan Untuk

Mengharmonisasikan Kebijakan Penatagunaan Tanah Dengan Tata Ruang

BAB VI. KESIMPULAN

DAFTAR P USTAKA

v

122126130

135136138142145147151156158160165167169174

177

179

Page 6: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

vi

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penggunaan Tanah Provinsi Jambi Tahun 2010Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kota Jambi Tahun 2015Tabel 3. Penggunaan Tanah Kota Jambi Tahun 2014Tabel 4. Gambaran Umum Penguasaan Tanah Kota Jambi

Tahun 2014Tabel 5. Arahan Fungsi Kawasan dalam RTRW Kota JambiTabel 6. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten

Muaro JambiTabel 7. Penggunaan Tanah Kabupaten Muaro Jambi Tahun

2013Tabel 8. Rekapitulasi Perubahan Penggunaan Tanah

Kabupaten Muaro Jambi 2007-2013Tabel 9. Gambaran Umum Penguasaan Tanah Kabupaten

Muaro Jambi 2013Tabel 10. Arahan Fungsi Kawasan Dalam RTRWTabel 11. Profil Penggunaan Tanah Provinsi Jawa BaratTabel 12. Profil Peruntukan Tanah Provinsi Jawa BaratTabel 13. Kepadatan Penduduk Kota Bandung Tahun 2015Tabel 14. Profil Penggunaan Tanah Kota Bandung Tahun 2014Tabel 15. Profil Peruntukan Tanah Kota BandungTabel 16. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota BandungTabel 17. Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung Tahun

2015Tabel 18. Penggunaan tanah kabupaten Bandung tahun 2013Tabel 19. Gambaran Umum Penguasaan Tanah Kabupaten

Bandung Tahun 2013Tabel 20. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungTabel 21. Kepadatan Penduduk Kabupaten Banyuwangi Tahun

2015Tabel 22. Penggunaan tanah Kab. Banyuwangi tahun 2011Tabel 23. Penguasaan Tanah tahun 2011Tabel 24. Penggunaan Tanah Kabupaten Jember Tahun 2011Tabel 25. Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi TengahTabel 26. Profil Penggunaan Tanah di wilayah Sulawesi TengahTabel 27. Profil Peruntukan Tanah Provinsi Sulawesi TengahTabel 28. Luas dan Jumlah Penduduk Wilayah Administrasi

Kota Palu Tahun 2013Tabel 29. Luas Penggunaan Tanah di Kota Palu Tahun 2013

25272829

3136

38

39

40

4449505355566065

6769

7177

787890969697

101

103

Page 7: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

vii

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

vii

Tabel 30. Gambaran Umum Penguasaan Tanah di Kota Palu Tahun 2013

Tabel 31. Rekapitulasi Perubahan Penggunaan Tanah Tahun 2006-2013

Tabel 32. Perkembangan Penggunaan Tanah Berdasarkan Kelompok Penggunaan Tanah Tahun 2006-2013

Tabel 33. Luas Kabupaten Sigi Menurut KecamatanTable 34. Luas Kabupaten Sigi Menurut Kecamatan

Berdasarkan Perhitungan Spasial Tahun 2011Tabel 35. Penggunaan Tanah di Kabupaten Sigi Tahun 2012Tabel 36. Gambaran Umum Penguasaan Tanah di Kabupaten

SigiTabel 37. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SigiTabel 38. Profil Penggunaan Tanah Provinsi Kalimantan Barat

Tahun 2014Tabel 39. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan

BaratTabel 40. Kepadatan Penduduk Kabupaten Mempawah Tahun

2015Tabel 41. Profil Penggunaan Tanah Kabupaten Mempawah

2013Tabel 42. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

MempawahTabel 43. Kepadatan Penduduk Kota Singkawang Tahun 2015Tabel 44. Penggunaan Tanah Kota Singkawang Tahun 2014Tabel 45. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SingkawangTabel 46. Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW

masing-masing lokasi sampelTabel 47. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW Kota

JambiTabel 48. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW

Berdasarkan Kecamatan Kota JambiTabel 49. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW

Kabupaten Muaro JambiTabel 50. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW

Berdasarkan KecamatanKabupaten Muaro JambiTabel 51. Kesesuaian Penggunaan Tanah Dengan RTRW Kota

BandungTabel 52. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW

Kabupaten Bandung

104

105

107

114115

117118

120123

125

126

127

128

131131133136

139

142

143

144

146

149

Page 8: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

viii

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

viii

Tabel 53. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW Berdasarkan KecamatanKabupaten Bandung

Tabel 54. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW Kabupaten Banyuwangi

Tabel 55. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi

Tabel 56. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW Kabupaten Jember

Tabel 57. Kesesuaian Penggunaan Tanah Dengan RTRW Kota Palu

Tabel 58. Kesesuaian Penggunaan Tanah Dengan RTRW Kabupaten Sigi

Tabel 59. Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW Kabupaten Mempawah

Tabel 60. Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW Berdasarkan Kecamatan Kabupaten Mempawah

Tabel 61. Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW Kota Singkawang

Tabel 62. Kesesuaian Penggunaan Tanah Terhadap RTRW berdasarkan kecamatan Kota Singkawang

Tabel 63. Pasal pidana dalam UU Penataan RuangTabel 64. Mekanisme perijinan sebagai alat pengendali tata

ruang di lokasi sampel

150

152

153

157

160

163

165

166

168

169

170172

Page 9: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

ix

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diskusi Peta Penggunaan Tanah Kota JambiGambar 2. Diskusi dengan Sekretaris BAPPEDA Kab. Muaro

JambiGambar 3. Kawasan Bandung UtaraGambar 4. Koefisien Wilayah Terbangun EksistingGambar 5. Diskusi dengan Kepala Bidang Tata Bangunan

danTata Ruang Kabupaten BanyuwangiGambar 6. Notulen Ijin Pemanfaatan Ruang Untuk

Pembangunan HotelGambar 7. Diskusi dengan Kabid Fisik dan Tata Ruang

BAPPEDA Kabupaten MempawahGambar 8. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kota JambiGambar 9. WTC Kota Jambi dan Hotel Wiltop berada di

Sempadan SungaiGambar 10. Rumah Walet berada di Kawasan PerdaganganGambar 11. Areal dimanfaatkan Resort yang berada di Kawasan

PermukimanGambar 12. Kawasan Pertambangan Minyak BumiGambar 13. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kabupaten Muaro jambiGambar 14. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kota BandungGambar 15. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kabupaten BandungGambar 16. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kabupaten BanyuwangiGambar 17. Pemukiman nelayan Pantai Mustika yang berada

di Kawasan Rawan Bencana TsunamiGambar 18. Areal Pertambangan Tumpang Pitu yang dianggap

merusak lingkunganGambar 19. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kabupaten JemberGambar 20. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kota PaluGambar 21. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kabupaten Sigi

3046

4748

86

87

129

138

140

140141

141143

146

148

151

155

155

156

159

164

Page 10: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

x

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

x

Gambar 22. Kondisi Kantor Pertanahan Kabupaten Sigi yang berada di Kawasan Rawan BencanaGambar 23. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kabupaten MempawahGambar 24. Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap

RTRW Kota Singkawang

164

165

167

Page 11: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

1

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG1BAB

PENDAHULUAN

Page 12: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

2

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Page 13: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

3

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

3

1.1. Latar Belakang

Kebijakan Presiden untuk melakukan Penggabungan BPN dan Ditjen Tata Ruang menjadi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2015 dan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 memberikan harapan baru terintegrasinya kebijakan pertanahan dan pemanfaatan ruang dan terwujudnya one map policy. Dengan berada di bawah kementerian yang sama diharapkan kendala dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan kebijakan pertanahan terkait penata gunaan tanah dapat diatasi dengan berkoordinasi sehingga dapat diperoleh keterpaduan dalam system penataan ruang dan penata gunaan tanah.

Tanah sebagai salah satu sumber daya alam mempunyai peran penting bagi keperluan pembangunan bangsa Indonesia dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Realisasi dari ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2 ayat (1) dan (2) UUPA pada intinya menentukan bahwa Negara sebagai organisasi kekuasaan tertinggi merupakan organisasi kekuasaan seluruh rakyat mempunyai hak menguasai atas bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

Dalam mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, maka pemerintah membuat suatu rencana umum mengenai hal tersebut. Pengaturan tentang rencana umum tersebut diatur dalam Pasal 14 ayat (1) dan (2) UUPA. Pasal 14 UUPA menjelaskan untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita bangsa dan Negara tersebut di atas dalam bidang agraria (pertanahan), perlu adanya suatu rencana (planning) mengenai peruntukan, penggunaan, dan persediaan bumi, air dan ruang angkasa untuk berbagai kepentingan hidup rakyat dan Negara. Pemerintah membuat rencana umum persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Rencana Umum yang meliputi seluruh wilayah Indonesia dan kemudian pemerintah daerah mengatur persediaan, peruntukan dan penggunaan tanah di wilayah sesuai dengan kondisi daerahnya masing-masing dengan peraturan daerah. Ketentuan Pasal 14 UUPA inilah yang merupakan pengaturan hukum dengan tegas mengatur Rencana Tata Guna Tanah di UUPA.

Kemudian Pemerintah mengeluarkan PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah. Tujuan penatagunaan tanah diatur dalam Pasal 3

Page 14: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

4

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

4

PP Nomor 16 Tahun 2004, salah satu tujuan penatagunaan tanah adalah mengatur penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah.1

UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengatur satu kesatuan system proses perencanaan tata ruang , pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 1 UU No. 26 Tahun 2007 menentukan bahwa ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidup. Terhadap ruang tersebut harus ada penataan. Adapun Penatagunaan tanah merupakan substansi dari penataan ruang.

Selama ini diindikasikan terjadi gesekan dalam pelaksanaan neraca penggunaan tanah dan tata ruang.Permasalahan yang banyak ditemukan antara lain ketidaksesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW, Sengketa Penggunaan dan Peruntukan Tanah yang Sesuai dengan RTRW, Penggunaan tanah aktual yang ada (existing) dalam banyak hal tidak sesuai dengan fungsi kawasan sebagaimana yang ada di RTRW (misal: tempat tinggal berada di sempadan sungai),Ketidaksesuaian Penggunaan Tanah dengan Kemampuan Tanah dan Lingkungan Hidup, misalnya lokasi tempat tinggal berada pada lereng > 40% atau berada pada daerah rawan bencana banjir.

Dari berbagai pengamatan terhadap pelaksanaan rencana tata ruang, dirasakan bahwa kebijakan rencana tata ruang belum sepenuhnya berfungsi efektif : 2

1. KetimpanganWilayahIntensitas pemanfaatan ruang antar wilayah sangat bervariasi.

Berdasarkan kelompok pulau, intensitaspenggunaan tanah di Pulau Jawa dan Bali terlihat sudah sangat tinggi. Dalam hal ini tanah-tanah yang telah dibudidayakan di kedua wilayah tersebut –yaitu sawah, pertanian tanah kering, perkebunan, penggunaan lainnya dan budidaya nonpertanian– mencapai 88,65% atau seluas 11,82 juta hektar. Demikian pula penggunaan tanah untuk budidaya non-pertanian (perumahan, industri dan tambang) mencapai luasan 1,3 juta hektar atau 40,26% dari luas budidaya non-pertanian secara nasional. Padahal luas kedua pulau tersebut hanya 6,97% dari luas wilayah Indonesia.

1 Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, cetakan kedua, Rajagrafin-do Persada, Jakarta, 2010.

2 Iwan taruna Isa, Penataan Ruang dalam Perspektif Pertanahan, bulletin PU, 2007.

Page 15: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

5

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

5

2. KonversiTanahSawahSebagai bangsa agraris yang sangat besar, Indonesia memiliki

tanah sawah yang sangat kecil yakni hanya 4,5% dari luas wilayah daratan Indonesia. Luas sawah Indonesia adalah lebih kurang 8,6 juta ha dan terus menyusut dari waktu ke waktu. Sawah terdiri dari sawah Irigasi seluas 7.314.740 Ha dan sawah Non Irigasi seluas 1.265.304 Ha. Pulau Jawa masih menjadi sentra sawah nasional, yakni seluas lebih kurang 4,2 juta ha. Kemudian disusul Pulau Sumatera seluas 2,3 juta ha.Penyusutan luas sawah terutama di pulau Jawa, disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Salah satu diantaranya adalah faktor perencanaan. Berdasarkan analisa superimpose antara lokasi sawah dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi diketahui bahwa seluas 5,5 juta Ha atau sekitar 64 % dari total luas sawah nasional berada dalam fungsi kawasan lahan basah atau direncanakan akan tetap dipertahankan sebagai sawah.

Sementara sisanya, sekitar 3,1 juta ha sawah, berada dalam fungsi kawasan bukan lahan basah. Dengan kata lain, lebih kurang 36 % dari keberadaan tanah sawah nasional berpotensi dialihfungsikan untuk kegiatan bukan sawah.3. KetidaksamaanFungsiKawasan

Berdasarkan fungsi kawasan dalam RTRW seluruh Provinsi, seluas 138,44 juta hektar atau 72,37%, wilayah daratan diperuntukkan sebagai Kawasan Budidaya, sisanya seluas 52,84 juta hektar atau sekitar 27,63% diperuntukkan sebagai Kawasan Lindung. Kawasan Budidaya masih didominasi oleh hutan (hutan lebat, hutan sejenis, dan hutan belukar) yaitu seluas 80,13 juta hektar atau sekitar 57,88%. Dengan kata lain, Kawasan Budidaya yang telah dimanfaatkan adalah seluas 42,12%. Sebaliknya, dalam Kawasan Lindung telah terdapat banyak penggunaan tanah oleh rakyat seperti permukiman, perkebunan, tegalan dan penggunaan tanah lainnya, yakni seluas 8,75 juta hektar.4. KesesuaianPenggunaanTanah

Secara nasional penggunaan tanah yang sesuai dengan RTRW Provinsi adalah seluas 130,66 juta hektar atau 68,31%. Kategori sesuai adalah apabila dalam lokasi yang sama, jenis penggunaan tanahnya sesuai dengan rencana fungsi kawasan sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah. Contoh: penggunaan tanahnya adalah sawah dan rencana fungsi kawasannya adalah pengembangan lahan basah.

Seluas 59,03 juta hektar (31,30%) penggunaan tanah saat ini tidak sesuai dengan arahan fungsi kawasan rencana tata ruang provinsi. Kategori tidak sesuai adalah apabila dalam lokasi yang sama, jenis penggunaan tanahnya memang tidak sesuai dengan rencana fungsi kawasan

Page 16: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

6

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

6

sebagaimana ditetapkan dalam RTRW. Contoh: penggunaan tanah sebagai perkampungan sementara fungsi kawasan dan RTR adalah hutan lindung.

Berdasarkan fenomena dan kondisi tersebut di atas, maka penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran seberapa jauh pemanfaatan ruang telah dilaksanakan dan kesesuaiannya dengan penggunaan tanah serta penyebab kebijakan rencana tata ruang belum sepenuhnya berfungsi efektif.

1.2. Permasalahana) Bagaimana gambaran kesesuaian penggunaan tanah dengan

tata ruang ?b) Bagaimana efektifitas implementasi kebijakan penataan ruang?c) Apa saja kendala dan upaya yang diperlukan untuk harmonisasi

kebijakan penatagunaan tanah dengan tata ruang ?

1.3. Tujuana) Tersusunnya gambaran kesesuaian penggunaan tanah dengan

tata ruangb) Mengetahui efektifitas pelaksanaan kebijakan penataan ruang.c) Mengetahui kendala dan upaya yang diperlukan untuk

mengharmonisasikan kebijakan penatagunaan tanah dengan tata ruang.

1.4. OutputTersedianya laporan akhir penelitian yang memuat :a) Deskripsi kesesuaian penggunaan tanah dengan penataan ruang

yang dilampirkan dalam petab) Deskripsi efektifitas pelaksanaan kebijakan penataan ruangc) Deskripsi kendala dan upaya yang diperlukan untuk

mengharmonisasikan kebijakan penatagunaan tanah dengan tata ruang.

1.5. ManfaatPenelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pimpinan

dalam merumuskan kebijakan pengendalian penataan ruang dan pertanahan sebagai kebijakan yang utuh, bersinergi dan saling mendukung.

Page 17: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

7

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG2BAB

TINJAUAN PUSTAKA

Page 18: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

8

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

8

2.1. PenataanRuangSesuai dengan Pasal 1 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007,

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sistem ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan :

1. dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan;

2. tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan 3. tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang.

Dalam penyelenggaraan Penataaan Ruang, mencakup antara lain : 1. Pengaturan Upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.2. Pembinaan Upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang

diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

3. Pelaksanaan Upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui pelaksanaan

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

4. Pengawasan. Upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan dalam PelaksanaanPenataanRuang mencakup antara lain :A PerencanaanTataRuang

Suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

Proses penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten dilakukan melalui tahapan (pasal 32 ayat 2 PP No 15 tahun 2010 ) :

a. Persiapan penyusunan meliputi:1. penyusunan kerangka acuan kerja;2. metodologi yang digunakan; dan

Page 19: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

9

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

9

3. penganggaran kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi.

b. Pengumpulan data paling sedikit meliputi:1. data wilayah administrasi;2. data fisiografis;3. data kependudukan;4. data ekonomi dan keuangan;5. data ketersediaan prasarana dan sarana dasar;6. data penggunaan lahan;7. data peruntukan ruang;8. data daerah rawan bencana; dan9. peta dasar rupa bumi dan peta tematik yangdibutuhkan

termasuk peta penggunaan lahan, peta peruntukan ruang, dan peta daerah rawan bencana pada skala peta minimal 1: 50.000.

c. Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi:1. teknik analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup yang ditentukan melalui kajian lingkungan hidup strategis;

2. teknik analisis keterkaitan antarwilayah kabupaten.

Perumusan konsepsi rencana paling sedikit harus: 1. mengacu pada:

a) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi;

b) pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan

c) rencana pembangunan jangka panjang daerah kabupaten yang bersangkutan.

2. memperhatikan:a) perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian

implikasi penataan ruang kabupaten;b) upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi kabupaten;c) keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;d) daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;e) rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan;

danf) rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.

Page 20: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

10

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

10

3. merumuskan:a) tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan wilayah

kabupaten; danb) konsep pengembangan wilayah kabupaten.

Untuk penyusunan rencana tata ruang wilayah kota ada keharusan4. mencantumkan rencana penyediaan dan pemanfaatan:

a) ruang terbuka hijau publik dan pendistribusiannya;b) ruang terbuka hijau privat;c) ruang terbuka non hijau;d) prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum,

kegiatan sektor informal; dane) ruang evakuasi bencana.

Selanjutnya dalam Pasal 36 PP No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang disebutkan bahwa (1) Rencana penyediaan dan pemanfaatan wilayah kota terbuka hijau publik dalam rencana tata ruang wilayah kota paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari luas wilayah kota. (2) Rencana penyediaan dan pemanfaatan wilayah kota terbuka hijau privat dalam rencana tata ruang wilayah kota paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas wilayah kota.(3) Apabila luas ruang terbuka hijau, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) memiliki total luas lebih besar dari 30% (tiga puluh persen), proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.

B. PemanfaatanRuangUpaya memujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan

rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

Dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang maka dikembangkan pola penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain. Untuk itu diselenggarakan kegiatan penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan tanah, neraca penatagunaan sumber daya air, neraca penatagunaan udara, dan neraca penatagunaan sumber daya alam lain.

Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah.

Page 21: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

11

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

11

Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki izin pemanfataan ruang dan wajib melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162 ayat (1) PP No. 15 tahun 2010 dapat berupa: a. izin prinsip;b. izin lokasi;c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;d. izin mendirikan bangunan; dane. izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.

Izin prinsip dan izin lokasi diberikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota. Izin penggunaan pemanfaatan tanah diberikan berdasarkan izin lokasi.

Izin mendirikan bangunan diberikan berdasarkan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi.

Terkait dengan penyederhanaan perizinan, untuk penyelenggaraan pembangunan perumahan pada tanggal 14 April 2016 telah dikeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2016 tentang Penyederhanaan Perizinan Pembangunan Perumahan.

Inpres Nomor 3 Tahun 2016 itu ditujukan kepada: 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional; 4. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 5. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 6. Menteri Perhubungan; 7. Para Gubernur; dan 8. Para Bupati/Walikota.

Inpres menginstruksikan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk melakukan penyederhanaan perizinan dalam pembangunan perumahan di Kementerian atau Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Khusus kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Presiden menginstruksikan untuk: 1. Melakukan koordinasi dan evaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden ini; dan 2. Melaporkan hasil koordinasi dan evaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden ini kepada Presiden.

Adapun kepada Menteri Dalam Negeri untuk: 1. Melakukan penyederhanaan kebijakan, persyaratan, dan proses penerbitan Izin Gangguan; 2. Mendorong Gubernur, Bupati/Walikota untuk segera mendelegasikan kewenangan terkait perizinan pembangunan perumahan kepada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); 3. Mendorong Gubernur,

Page 22: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

12

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

12

Bupati/Walikota untuk melakukan percepatan penyederhanaan perizinan pembangunan perumahan melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

Selain itu Presiden menginstruksikan Menteri Dalam Negeri untuk: 4. Melakukan percepatan evaluasi peraturan terkait perizinan pembangunan perumahan yang diterbitkan oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota; 5. Mengawasi pelaksanaan proses perizinan pembangunan perumahan yang dilakukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota; dan 6. Melaporkan hasil pengawasan pelaksanaan proses perizinan pembangunan perumahan yang dilakukan oleh Gubernur, Bupati/Walikota kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Khusus kepada M Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Presiden menginstruksikan untuk melakukan penyederhanaan kebijakan, persyaratan dan proses penerbitan Izin Pemanfaatan Ruang dan Izin Lokasi untuk pembangunan perumahan.

Kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Presiden menginstruksikan untuk melakukan penyederhanaan kebijakan, persyaratan dan proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan untuk pembangunan perumahan.

Sedangkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Presiden untuk melakukan penyederhanaan kebijakan, persyaratan dan proses penerbitan Izin Lingkungan untuk pembangunan perumahan.

Presiden juga menginstruksikan Menteri Perhubungan untuk melakukan penyederhanaan kebijakan, persyaratan dan proses persetujuan hasil Analisis Dampak Lalu Lintas (Andal Lalin) untuk pembangunan perumahan.

Sementara kepada Gubernur, Bupati/Walikota, Presiden menginstruksikan untuk: 1. Melaksanakan percepatan pendelegasian kewenangan terkait perizinan pembangunan perumahan kepada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); 2. Melakukan percepatan penyederhanaan perizinan pembangunan perumahan melalui Pelayan Terpadu Satu Pintu (PTSP); 3. Melaksanakan seluruh proses perizinan pembangunan perumahan melalui sistem online paling lambat tahun 2017.

C. PengendalianPemanfaatanRuangUpaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari proses penataan ruang. Pemanfaatan ruang dalam pelaksanaannya tidak selalu sejalan dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Ketidaksesuaian atau pelanggaran tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tekanan perkembangan pasar terhadap

Page 23: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

13

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

13

ruang, belum jelasnya mekanisme pengendalian, dan lemahnya penegakan hukum.

Kondisi ini mengisyaratkan bahwa untuk mewujudkan terciptanya pembangunan yang tertib ruang diperlukan tindakan pengendalian pemanfaatan ruang. Kecenderungan penyimpangan tersebut dapat terjadi karena produk rencana tata ruang kurang memperhatikan aspek pelaksanaan atau sebaliknya bahwa pemanfaatan ruang kurang memperhatikan rencana tata ruang. Pengendalian pemanfaatan tata ruang dilakukan agar pemanfaatan tata ruang dapat berjalan sesuai dengan rencana tata ruang.

Salah satu perangkat pengendalian pemanfaatan ruang adalah perijinan. Ijin yang berlaku pada sebagian besar daerah di Indonesia hanya sampai pada Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tidak sampai pada izin memanfaatkan bangunan, dimana pelanggaran pemanfaatan ruang berawal.

Dalam kaitannya dengan rencana tata ruang, ada tiga jenis pelanggaran/perubahan terhadap dokumen rencana tata ruang, yaitu:

1) Perubahanfungsi, yaitu perubahan yang tidak sesuai dengan fungsi lahan yang telah ditetapkan dalam rencana, yaitu fungsi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.

2) Perubahanblokperuntukan, yaitu pemanfaatan yang tidak sesuai dengan arahan peruntukan yang telah ditetapkan, yaitu perubahan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dan Garis Sempadan Bangunan (GSB) tiap blok yang ditetapkan dalam Rencana Detail Tata Ruang.

3) Perubahanpersyaratanteknis, yaitu pemanfaatan sesuai fungsi dan peruntukan, tetapi persyaratan teknis bangunan tidak sesuai dengan ketentuan dalam rencana dan peraturan bangunan setempat, yaitu persyaratan teknis yang ditetapkan dalam rencana tapak kawasan dan perpetakan yang menyangkut tata letak dan tata bangunan beserta sarana lingkungan dan utilitas umum.3

2.2. PenatagunaanTanahPenatagunaan Tanah adalah suatu kegiatan dalam rangka

mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang sesuai dengan tata ruang, sebagaimana tercantum pada Pasal 1, PP No. 16 tahun 2004 adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah

3 Drs. Sjofjan Bakar, M.Sc, Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah, 2012.

Page 24: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

14

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

14

yang berwujud konsolidasi cpemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. Penatagunaan tanah ini merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan seperti tercantum pada pasal 3 mengenai tujuan dari penatagunaan tanah. Penatagunaan tanah merupakan ujung tombak dalam mengimplementasikan RTRW di lapangan. Hal ini didasarkan bahwa, dalam setiap jengkal tanah, pada hakekatnya telah melekat hak kepemilikan tanah. Sehingga untuk mewujudkan RTRW dalam setiap jengkal tanah mau tidak mau harus berinteraksi dengan pemegang hak atas tanah tersebut.

Posisi penatagunaan tanah juga semakin jelas seperti yang termaktub dalam Pasal 33 UU No.26/2007 Tentang Penataan Ruang, dimana pemanfaatan ruang mengacu pada rencana tata ruang yang dilaksanakan dengan penatagunaan tanah, penatagunaan air, dan penatagunaan udara. Pada hakekatnya, tanah sebagai unsur yang paling dominan dalam penataan ruang, telah dilandasi dengan PP, memiliki peran yang paling strategis dalam mewujudkan penataan ruang. Penatagunaan tanah memiliki dua peran utama dalam mewujudkan rencana tata ruang guna kepentingan masyarakat secara adil. Pertama, peran secara makro, penatagunaan tanah bersama-sama dengan instansi lain baik pusat maupun daerah, bekerja sama untuk merumuskan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Hal ini terwujud dalam pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) maupun didaerah (BKPRD). Perlu diketahui bahwa sampai dengan hari ini, penatagunaan tanah yang diemban oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional (Direktorat Penatagunaan Tanah), masih merupakan instansivertikal. Kondisi ini lebih memudahkan kontrol maupun koordinasi antara penatagunaan tanah nasional maupun daerah.

Peran penatagunaan tanah di level mikro adalah implementasi penatagunaan tanah dalam pada administrasi pertanahan. Di sini peran penatagunaan tanah semakin jelas, dimana secara langsung dalam administrasi pertanahan, penatagunaan tanah dapat terlibat langsung dalam proses administrasi pertanahan. Proses-proses administrasi pertanahan mulai dari penerbitan hak, pemindahan hak, pelepasan hak, dan lain-lain, kesemuanya harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah. Dalam penyelenggaraan penatagunaan tanah, dapat ditempuh melalui penataan kembali, upaya kemitraan, dan penyerahan dan pelepasan hak atas tanah kepada negara. Dalam hal pembinaan dan pengendalian penatagunaan tanah dapat ditempuh melalui pemberian insentif dan disinsentif.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional melalui Direktorat Penatagunaan Tanah mempunyai tugas menyusun Neraca

Page 25: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

15

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

15

Penatagunaan Tanah. Berdasarkan PP 16 Tahun 2004 Pasal 23 ayat (3) dan UU No.26 Tahun 2007 Pasal 33 ayat (2), secara umum neraca penatagunaan tanah diartikan sebagai gambaran perimbangan antara ketersediaan tanah dan kebutuhan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah berdasarkan fungsi kawasan dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Selanjutnya Ketentuan Pasal 33 ayat (3) menyebutkan, dalam penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi Pemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah. Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung, diberikan prioritas pertama bagiPemerintah dan pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak atas tanah jika yang bersangkutan akan melepaskanhaknya.

Hal ini membuka upaya bagi Pemerintah untuk memenuhi di antaranya ketentuan Pasal 29 yaitu aspek penyediaan lahan untuk ruang terbuka hijau (RTH), dan secara khusus adalah untuk pembangunan prasarana (infrastruktur) kepentingan umum.

Neraca penatagunaan tanah meliputi perubahan penggunaan tanah dalam kurun waktu tertentu, kesesuaian penggunaan tanah saat ini terhadap RTRW, dan ketersediaan tanah yang didasarkan pada penggunaan, penguasaan dan RTRW. Dengan menggunakan teknologi GIS, data-data spatial tersebut diolah dan dianalisa dan ditampilkan dalam bentuk peta maupun table analisa.

Secara teknis, kegiatan ini dapat dilakukan di setiap Kabupaten dan Kota apabila tersedia minimal empat data utama (spatial) yaitu dua data penggunaan tanah pada periode tertentu, RTRW, dan data gambaran umum penguasaan tanah ditambah data dasar yaitu administrasi, jalan, sungai, dan toponimi. Perubahan penggunaan tanah dalam periode tertentu ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perubahan penggunaan tanah. Selanjutnya, data perubahan ini dioverlay dengan RTRW sehingga diperoleh gambaran perubahan penggunaan tanah dalam fungsi kawasan. Analisa selanjutnya adalah melihat kesesuaian penggunaan tanah saat ini dengan RTRW. Dua kriteria yang digunakan adalah sesuai dan tidak sesuai. Penggunaan tanah dikatakan sesuai dengan fungsi kawasan apabila penggunaan tanah tersebut sejalan dengan fungsi kawasan, misalnya penggunaan tanah sawah pada kawasan pertanian lahan basah. Sedangkan contoh tidak sesuai misalnya penggunaan tanah industri pada kawasan pertanian lahan basah.

Analisa ketersediaan tanah di fokuskan untuk memberikan gambaran mengenai pola ketersediaan tanah terkini untuk kegiatan pembangunan.

Page 26: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

16

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

16

Kegiatan ini memerlukan data penggunaan tanah, data gambaran umum penguasaan tanah, dan RTRW. Ketiga data tersebut merupakan data terkini. Data akhir analisa ini akan dikelaskan dalam empat informasi yaitu tanah yang tersedia untuk kegiatan lindung, tanah tersedia untuk kegiatan budidaya, tanah yang sudah ada penguasaan namun dengan penggunaan tanah tidak sesuai dengan fungsi kawasan, dan sudah ada penguasaan tanah dengan penggunaan tanah sesuai dengan fungsi kawasan.

Kegiatan penyusunan neraca penatagunaan tanah ini sangat bermanfaat bagi penyediaan informasi ketersediaan tanah untuk keperluan pembangunan maupun investasi. Selain itu, kegiatan ini juga sangat bermanfaat untuk mengevaluasi RTRW guna penyusunan ulang nantinya.4

2.3. FenomenaRTRWSalah satu kritik yang sering dilontarkan masyarakat dalam penataan

ruang adalah bahwa rencana tata ruang belum cukup efektip sebagai alat kendali pembangunan, terbukti dengan maraknya berbagai macam penyimpangan. Penyimpangan tata ruang terjadi pada hampir semua kota dan daerah di Indonesia. Pada kota-kota besar penyimpangan tersebut bahkan sudah sampai pada tingkatan yang mengkhawatirkan karena dampak yang ditimbulkannya sangat meresahkan.

Sebagai contoh di kota Jakarta misalnya, perubahan peruntukan kawasan hunian menjadi kegiatan komersial seperti yang terjadi di daerah Kemang, Menteng, Kebayoran Baru dan belakangan ini mulai merambah ke kawasan Pondok Indah, telah menimbulkan berbagai macam permasalahan antara lain kemacetan lalu lintas, kesemrawutan bangunan, pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan dan lain sebagainya.5

Tidak dapat dipungkiri bahwa dampak pembangunan sangat berpengaruh terhadap perubahan tata ruang. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada hakikatnya berusaha menyelaraskan kebutuhan tempat kehidupan manusia dengan daya dukung lingkungan yang terbatas dan tak terbaharukan (unrenewable environment). Ini berarti bahwa pengembangan kawasan budidaya semestinya dilakukan setelah kepentingan kawasan lindung terjamin. Bahkan UU No. 26 Tahun 2007 mengamanatkan penetapan 30% dari total luasan wilayah sebagai ruang hijau. Secara kontradiktif kecenderungan pembangunan tata ruang perkotaan terutama kota-kota besar belum mampu memenuhi ketentuan undang-undang. RTRW belum dapat berperan secara efektif sebagai instrumen pengendali pembangunan perkotaan, ditandai dengan masih banyaknya

4 https://santosa.wordpress.com5 https://imazu.wordpress.com/2008/01/09/penyimpangan-tata-ruang/

Page 27: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

17

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

17

pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan alokasi peruntukan ruang aktivitas, berkurangnya ruang terbuka hijau, dan pelanggaran peruntukan daerah resapan air (water catchment area), sempadan sungai, dan kawasan terlarang lainnya Di samping itu terdapat indikasi bahwa revisi RTRW dapat dilakukan dengan menghapuskan (write-off) pelanggaran tata ruang yang telah terjadi sebelumnya dengan cara mengubah peruntukannya. Fenomena ketidak harmonisan RTRW dan program pembangunan seperti ini mesti dihindari demi terwujudnya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya daerah yang terbatas.6

2.4. PeranMasyarakatDalamPenataanRuangPelibatan masyarakat dalam perencanaan kota di Indonesia masih

sering diabaikan, padahal penting sekali artinya untuk menumbuhkan harga diri, percaya diri dan jati diri. Apalagi bagi kaum papa yang termasuk kategori “The silent majority”, keterlibatan mereka boleh dikata tidak ada. Sehingga peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup masih sangat terbatas.7

Secara normatif masyarakat berhak untuk dilibatkan dalam pengaturan tata ruang, dapat dilihat pada Konsideran butir d Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa ”keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga diperlukan penataan ruang yang transparan, efektif dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan”. Sehingga dapat dipahami bahwa masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan serta masyarakat berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, produk Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan merupakan hasil kesepakatan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat.

Kemudian dalam pasal 65, disebutkan bahwa “pemerintah melakukan penyelenggaraan penataan ruang dengan melibatkan peran masyarakat” penataan peran masyarakat tersebut, dilakukan antara lain melalui:

1. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang2. partisipasi dalam pemanfaatan ruang, dan3. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang

6 Prihadi Nugroho dan Agung Sugiri, Studi Kebijakan Pembangunan Terhadap Peruba-han Tata Ruang Di Kota Semarang, 2009

7 Eko Budihardjo. Kota yang Berkelanjutan (Sustainable City), UI Press, Jakarta, 1998.

Page 28: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

18

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

18

Bahwa dalam penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan asas-asas yang antara lain meliputi: keterpaduan, keserasian, keselarasan, keseimbangan, keberlanjutan, keterbukaan, akuntabilitas, dan terhadap peran serta masyarakat dalam pengaturan penataan ruang digunakan pendekatan yang demokratis, kesetaraan gender, dan keterbukaan. Pendekatan ini merupakan dasar bagi pendekatan “community driven planning” yang menjadikan masyarakat sebagai penentu dan pemerintah sebagai fasilitatornya. Sejalan dengan proses penataan ruang yang interaktif, maka keterlibatan masyarakat ada pada setiap proses tersebut dan selalu tanggap dan mengikuti setiap dinamika dan perkembangan di dalam masyarakat.8

Dalam PP Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang, yang disebut masyarakat adalah: “orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan nonpemerintah lain dalam penataan ruang” sedangkan untuk peran masyarakat dalam PP tersebut juga disebutkan bahwa “Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang”.

Peran serta masyarakat dalam penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk pengajuan usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah. Dalam mengajukan usul, memberikan saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan ruang bagian Kawasan Perkotaan dapat dilakukan melalui pembentukan forum kota, asosiasi profesi, media massa, LSM, lembaga formal kemasyarakatan (sampai tingkat lembaga perwakilan rakyat).

Di samping hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam penataan ruang, masyarakat juga wajib menjaga kualitas ruang dengan mematuhi dan mentaati segala ketentuan normatif yang telah ditentukan dalam peraturan terkait. Di samping kewajiban menjaga kualitas ruang, peran serta masyarakat dimaksudkan sebagai proses pembelajaran masyarakat dan pemerintah yang secara langsung dapat memperbaiki kapasitas mereka dalam mencapai kesepakatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa rencana tata ruang pada dasarnya merupakan kesepakatan berbagai stakeholders yang dilahirkan melalui serangkaian dialog yang konstruktif dan berkelanjutan. Melalui proses dialog yang terus menerus sepanjang keseluruhan proses penataan ruang akan terjadi proses pembelajaran bersama dan pemahaman bersama (mutual understanding) berbagai pihak tentang penataan ruang.9

8 Pedoman penyusunan tata ruang perkotaan, Bab V, hal V-49 SjofjanBakar,Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang,http://bulletin.penataanruang.net/

Page 29: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

19

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG3BAB

METODE PENELITIAN

Page 30: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

20

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

3.1. PendekatanPenelitianPenelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penilaian

deskriptif dilakukan untuk mempelajari masalah yang ditemukan dalam proses penataan ruang dikaitkan dengan kondisi eksisting dari penggunaan tanah dan akibat serta fenomena yang ditimbulkan dari permasalahan itu. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Pemahaman penelitian secara kualitatif dalam penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan terjadinya fenomena tersebut.

3.2. LokasiPenelitianPenelitian akan dilaksanakan pada 5 Provinsi yang diasumsikan

mempunyai perubahan penggunaan tanah dan Rencana Tata Ruang yang dinamis, antara lain :

1. Jawa Barat2. Jawa Timur3. Kalimantan Barat4. Jambi5. Sulawesi Tengah

Untuk setiap provinsi akan dipilih dua kabupaten/kota secara purposive yaitu :

a. ditentukan pada daerah-daerah yang mempunyai karakteristik wilayah yang kompleks dan dinamis.

b. didasarkan pada keberadaan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Peta Penggunaan Tanah (Neraca Penatagunaan Tanah)

3.3. RespondenPenelitianSesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka

responden/informan yang ditetapkan sebagai berikut :1. Kantor Wilayah :

• Kepala Kantor Wilayah • Kepala Bidang III• Kepala Bidang II• Kepala Bidang I• Kepala Seksi di bidang III, II dan I

2. Kantor Pertanahan : • Kepala Kantor Pertanahan • Kepala Seksi III

Page 31: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

21

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

• Kepala Seksi II• Kepala Seksi I• Kasubsi

3. Pemerintah Daerah (Dinas Tata Ruang, BAPPEDA)4. Stake Holder

3.4. Sumberdata: DataPrimer

Melihat langsung ke titik-titik adanya ketidaksesuaian antara Rencana Tata Ruang dengan Penggunaan Tanah saat ini, disertai dengan wawancara dengan pihak-pihak terkait baik dari Kantor Pertanahan maupun Pemerintah Daerah (Dinas Tata Ruang). DataSekunder

- Peta Rencana Pola Ruang - Peta Penggunaan Tanah

DataPendukung- Peta Administrasi

3.5. PengolahandanAnalisaData MengetahuiKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRencanaTata

RuangWilayah.Dengan melakukan overlay (tumpang-susun) dan Analisa Peta

Panggunaan Tanah dengan Peta Rencana Pola Ruang, maka akan diperoleh Peta Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah.

MengetahuiPersebaranKesesuaianPenggunaanTanahterhadap

RencanaTataRuangWilayah.Dengan melakukan overlay (tumpang-susun) antaraPeta Kesesuaian

Penggunaan Tanah terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah dengan Peta Administrasi akan diketahui Persebaran pada satuan wilayah administrasi.

Page 32: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

22

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Page 33: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

23

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG4BAB

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Page 34: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

24

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

24

4.1. PROVINSI JAMBI

A. WilayahAdministrasiSecara administratif, Provinsi Jambi memiliki luas wilayah

administrasi provinsi sebesar 5.343.592 (lima juta tiga ratus empat puluh tiga ribu lima ratus sembilan puluh dua) hektar. Jumlah penduduknya sebanyak 3.406.178 jiwa. Ibukota Provinsi Jambi adalah Kota Jambi. Suku Bangsa di Provinsi Jambi adalah Melayu, Kubu dan Kerinci. Jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Provinsi Jambi tahun 2010 sebanyak 131 Kecamatan dan 1.372 Desa/Kelurahan, dimana jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan terbanyak di Kabupaten Merangin yaitu 24 Kecamatan dan 212 Desa/Kelurahan.

Secara geografis Provinsi Jambi terletak pada 0o45’-2o45’ Lintang Selatan dan 101o10’-104o55’ Bujur Timur di bagian tengah Pulau Sumatera, sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan Provinsi Kepulauan Riau, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle). Luas wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 tahun 1957, tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 61 tahun 1958 (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 112) adalah seluas 53.435,72 km2 dengan luas daratan 50.160,05 km2 dan luas perairan 3.274,95 Km2 yang terdiri atas :1. Kabupaten Kerinci 3.355,27 Km2 (6,67%)2. Kabupaten Bungo 4.659 Km2 (9,25%)3. Kabupaten Merangin 7.679 Km2 (15,25%)4. Kabupaten Sarolangun 6.184 Km2 (12,28%)5. Kabupaten Batanghari 5.804 Km2 (11,53%)6. Kabupaten Muaro Jambi 5.326 Km2 (10,58%)7. Kabupaten Tanjab Barat 4.649,85 Km2 (9,24%)8. Kabupaten Tanjab Timur 5.445 Km2 (10,82%)9. Kabupaten Tebo 6.641 Km2 (13,19%)10. Kota Jambi 205,43 Km2 (0,41%)11. Kota Sungai Penuh 391,5 Km2 (0,78%)

B. PenggunaanTanahSecara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga) kelompok variasi

Page 35: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

25

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

25

ketinggian (Bappeda, 2010): 1. Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur

sampai tengah. Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin

2. Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m (16,4%), pada wilayah tengah. Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten Batanghari; dan

3. Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah pegunungan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin.

4. Di luar hutan, penggunaan lahan Provinsi Jambi masih didominasi oleh perkebunan karet dengan kontribusi sebesar 26,20%. Diikuti oleh perkebunan sawit sebanyak 19,22%. Sisanya berturut-turut terlihat pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel1.PenggunaanTanahProvinsiJambiTahun2010No. JenisPenggunaan Luas(ha) Persentase1. Lahan Permukiman 49,631 1.012. Sawah Tadah Hujan 126,662 2.583. Tegalan/ladang 117,516 2.404. Kebun Campuran 112,787 2.305. Kebun Karet 1,284,003 26.206. Kebun sawit 941,565 19.227. Kebun Kulit manis 93,609 1.918. Kebun Teh 4,691 0.109. Semak dan alang-alang 87,177 1.78

10. Hutan Lebat 1,433,470 29.2511. Hutan Belukar 413,406 8.4412. Hutan sejenis 187,704 3.8313. Lain-lain 47,757 0.97

Jumlah 4,899,978 100Sumber : Hasil Analisis Bappeda, 2010

C. PenataanRuangProvinsi Jambi sudah mempunyai RTRW yang dimuat dalam

Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Rencana

Page 36: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

26

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

26

Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 – 2033.Dalam Perda tersebut dinyatakan bahwa sistem pusat kegiatan

terdiri dari:1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN); berada di Kota Jambi;2) Pusat Kegiatan Nasional promosi (PKNp); berada di Perkotaan

Muara Bungo dan Perkotaan Sarolangun;3) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW); berada di Perkotaan Kuala Tungkal

dan Perkotaan Muara Bulian;4) Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp); meliputi: Perkotaan Muara

Sabak; Perkotaan Sungai Penuh; Perkotaan Bangko; Perkotaan Sengeti; dan Perkotaan Muara Tebo.

5) Pusat Kegiatan Lokal (PKL).meliputi Perkotaan Batang Sangir; Perkotaan Sanggaran Agung; Perkotaan Siulak; Perkotaan Sungai Manau; Perkotaan Pasar Masurai; Perkotaan Rantau Panjang; Perkotaan Pasar Pamenang; Perkotaan Pekan Gedang; Perkotaan Singkut; Perkotaan Pauh; Perkotaan Rantau Keloyang; Perkotaan Embacang Gedang; Perkotaan Tuo Limbur; Perkotaan Rantau Ikil; Perkotaan Wiroto Agung; Perkotaan Sungai Bengkal; Perkotaan Simpang Sungai Rengas; Perkotaan Muara Tembesi; Perkotaan Muara Jangga ; Perkotaan Pijoan; Perkotaan Sebapo; Perkotaan Marga; Perkotaan Tanjung; Perkotaan Merlung; Perkotaan Tebing Tinggi; Perkotaan Serdang Jaya; Perkotaan Mendahara; Perkotaan Nipah Panjang; dan Perkotaan Pandan Jaya.

Adapun Kawasan Strategis Nasional yang termasuk dalam kawasan wilayah Provinsi Jambi meliputi : 1. Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera

Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan)2. Kawasan Taman Nasional Berbak (Provinsi Jambi) 3. Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (Provinsi Jambi dan Riau) 4. Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (Provinsi Jambi)

4.1.1.KotaJambiA. AdministrasiWilayah

Kota Jambi dengan luas wilayah ± 205.38 km² (berdasarkan UU No. 6 tahun 1986), terletak pada kordinat : 01° 30’ 2.98” - 01° 7’ 1.07” LS dan 103° 40’ 1.67” - 103° 40 0.23” BT. Koordinat tersebut menunjukkan keberadaan Kota Jambi yang terletak di tengah-tengah pulau Sumatera. Secara administratif berbatasan langsung dengan Kab. Muaro Jambi,

Page 37: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

27

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

27

Propinsi Jambi.Secara geomorfologis Kota Jambi terletak di bagian

Barat cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut Sub-Cekungan Jambi, yang merupakan dataran rendah di Sumatera Timur. Ditilik dari topografinya, Kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 0-60 m diatas permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km, dari Danau Atas - Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari membelah Kota Jambi menjadi dua bagian disisi utara dan selatannya.

Tabel2.KepadatanPendudukKotaJambiTahun2015

No Kecamatan

Luas JumlahPenduduk KepadatanPenduduk(Jiwa/Km2)

Ha % Total Jiwa % Total VersiPeta VersiBPS

1 Danau Teluk 1,550.37 9.00 11998 2.08 774 7642 Pelayangan 1,030.44 5.98 13365 2.32 1,297 8743 Jambi Timur 1,760.47 10.22 79251 13.76 4,502 3,9214 Pasar Jambi 167.73 0.97 12593 2.19 7,508 3,1325 Kotabaru 6,455.87 37.48 164030 28.47 2,541 2,1096 Telanaipura 2,628.09 15.26 96798 16.80 3,683 3,1857 Jambi Selatan 2,862.95 16.62 135530 23.53 4,734 3,9788 Jelutung 770.05 4.47 62502 10.85 8,117 7,892

Total 17,225.97 100.00 576,067 100.00 3,344 2,805Sumber : Neraca PGT Kota Jambi 2014 dan Kota Jambi Dalam angka 2016

Dari tabel di atas menunjukkan kepadatan penduduk di Kota jambi tertinggi (versi Peta) di kecamatan Jelutung, kedua di kecamatan pasar Jambi dan ketiga kecamatan Jambi Timur.

B. PenggunaanTanahKota Jambi merupakan kota yang yang sedang

mengalami pertumbuhan secara fisik maupun ekonomi. Kota

Page 38: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

28

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

28

Jambi saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan yaitu berupa lahan-lahan pertanian, serta terdapat beberapa kegiatan kepariwisataan. Komponen ruang kota yang bersifat pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman pangan sawah dan kebun lahan kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland kota dengan hasil produksi yang dipasarkan di dalam kota sendiri dan secara umum belum mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan kota sendiri. Daerah pertanian ini sebagian besar berada di bagian utara dan selatan wilayah kota, terutama di Kecamatan Kota Baru, Jambi Selatan dan Danau Teluk.

Secara keseluruhan komponen ruang berupa pertanian tanah kering masih mendominasi sebagian besar wilayah yaitu seluas 5.939,92Ha (34,48%). Kondisi ini menggambarkan bahwa sebagai sebuah kota yang mana masih terdapat banyak lahan yang perlu dikembangkan secara optimal untuk pembangunan fisik dan ekonomi. Jika dibandingkan dengan kota metropolitan lain yang sudah mengarahkan pembangunan fisik secara vertikal, maka Kota Jambi belum dikategorikan masuk ke dalam kota metropolitan. Penggunaan tanah selanjutnya yang masih cukup luas berupa perumahan tidak teraturyaitu seluas 3.622,87 Ha (21,03%). Ini menandakan bahwa masih banyak pemukiman yang belum ditata dengan baik.

Tabel3.PenggunaanTanahKotaJambiTahun2014No PenggunaanTanah Luas(Ha) % Total1 Akomodasi dan Rekreasi 55.63 0.322 Hutan 26.49 0.153 Industri Non Pertanian 50.32 0.294 Industri Pengolahan Pertanian 78.52 0.465 Instalasi 17.79 0.106 Jasa Kesehatan 23.29 0.147 Jasa Pelayanan Umum 37.50 0.228 Jasa Pemerintahan 178.01 1.039 Jasa Pendidikan 141.04 0.82

10 Jasa Peribadatan 50.30 0.2911 Lembaga Usaha 6.33 0.04

Page 39: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

29

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

29

12 Makam 43.87 0.2513 Pasar 15.51 0.0914 Perdagangan Umum 77.85 0.4515 Pergudangan 66.42 0.3916 Perikanan 39.28 0.2317 Perkantoran Perusahaan Swasta 73.14 0.4218 Pertanian Tanah Basah 2,554.86 14.8319 Pertanian Tanah Kering 5,939.92 34.4820 Perumahan Bertingkat 243.75 1.4221 Perumahan Teratur 879.54 5.1122 Perumahan Tidak Teratur 3,622.87 21.0323 Peternakan 9.60 0.0624 Prasarana Transport 140.62 0.8225 Rawa 186.00 1.0826 Saluran Irigasi 1.37 0.0127 Situ/Danau/Waduk 87.50 0.5128 Sungai 808.69 4.6929 Taman Kota 5.11 0.0330 Tanah Kosong 1,764.86 10.25

Total 17,225.97 100.00Sumber : Neraca PGT Kota Jambi 2014

Adapun penguasaan tanah di Kota Jambi didominasi oleh tanah hak dalam UUPA dan Perorangan yang mencapai 83,15 % dari luas wilayah, selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.

Tabel4.GambaranUmumPenguasaanTanahKotaJambiTahun2014No GambaranUmumPenguasaanTanah Luas(Ha) %LuasWilayah1 Hutan Fungsi Khusus 26.49 0.152 PTSB Industri 128.84 0.753 PTSB Jasa dan Perdagangan 139.85 0.814 PTSB Perumahan 879.54 5.115 PTSB Peternakan 9.60 0.066 Tanah Hak UUPA dan Perorangan 14,322.86 83.157 Tanah Komunal 43.87 0.258 Tanah Negara Lainnya 1,083.55 6.299 Tanah Negara untuk Kepentingan Umum 591.37 3.43

Total 17,225.97 100.00Sumber : Neraca PGT Kota Jambi 2014

Page 40: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

30

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

30

Gambar1.DiskusiPetaPenggunaanTanahKotaJambi

Sumber : Survey Lapangan 2016

C. PenataanRuangDalam Perda Tata Ruang Kota Jambi yaitu Perda No. 9

tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jambi tahun 2013 – 2033, terdapat Rencana pembagian wilayah kota (BWK) terdiri atas :1) BWK I fungsi utama sebagai pusat kegiatan perdagangan

dan jasa skala regional dan nasional; terdiri atas Kelurahan Pasar, Orang Rangkayo Hitam, Beringin, Solok Sipin, Murni, Lebak Bandung, Jelutung, Tambak Sari, Sungai Asam, Sulanjana, Tanjung Pinang, Rajawali, dan Budiman dengan luas kurang lebih 877,65 Ha (delapan ratus tujuh puluh tujuh koma enam lima hektar);

2) BWK II fungsi utama sebagai kawasan cagar budaya/wisata, industri/pergudangan dan lindung; terdiri atas seluruh Kelurahan di Kecamatan Danau Teluk dan Kecamatan Pelayangan dengan luas kurang lebih 2.807,13 Ha (dua ribu delapan ratus tujuh koma tiga belas hektar);

3) BWK III fungsi utama sebagai kegiatan industri/pergudangan, permukiman dan Bandar udara; terdiri atas seluruh Kelurahan di Kecamatan Jambi Timur dan Kecamatan Jambi Selatan dengan luas kurang lebih

Page 41: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

31

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

31

3.425,01 Ha (tiga ribu empat ratus dua puluh lima koma nol satu hektar) ;

4) BWK IV fungsi utama sebagai pusat pemerintahan Kota Jambi, pertambangan, perdagangan dan jasa serta permukiman; terdiri atas Kelurahan Kebun Handil, Handil Jaya, Thehok, Lingkar Selatan, Kenali Asam Atas, Kenali Asam Bawah, serta Kelurahan Paal V dengan luas kurang lebih 2.680,48 Ha (dua ribu enam ratus delapan puluh koma empat delapan hektar);

5) BWK V fungsi utama sebagai kegiatan simpul transportasi regional, pertambangan, permukiman, terdiri atas Kelurahan Suka Karya, Kelurahan Rawasari, Kelurahan Mayang Mengurai, Sebagian Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kelurahan Bagan Pete, dan Kelurahan Kenali Besar dengan luas kurang lebih 4.837,41 Ha (empat ribu delapan ratus tiga puluh tujuh koma empat satu hektar);

6) BWK VI fungsi utama sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jambi serta perdagangan, jasa dan pendidikan. terdiri atas Kelurahan Telanaipura, Pematang Sulur, Simpang IV Sipin, Buluran Kenali, Penyengat Rendah, Sungai Putri, Selamat, dan Payo Lebar dengan luas kurang lebih 2.924,35 Ha (dua ribu sembilan ratus dua puluh empat koma tiga lima hektar).

Tabel5.ArahanFungsiKawasandalamRTRWKotaJambiNo ArahanFungsiKawasanDalamRTRW Luas(Ha) % Total1 Bandara 203.91 1.182 Cagar Budaya 55.61 0.323 Danau 142.07 0.824 Pertanahan Keamanan 49.37 0.295 Industri 36.13 0.216 Industrial Park 63.29 0.377 IPA 0.73 0.008 Kawasan Industri 416.84 2.429 Kawasan Industri Pergudangan 171.08 0.99

10 Kawasan Pertambangan 898.43 5.2211 Kawasan Transportasi Terpadu 106.57 0.6212 Kesehatan 23.23 0.13

Page 42: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

32

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

32

13 Pendidikan 31.96 0.1914 Perdagangan & Jasa 1,616.09 9.3815 Perkantoran 88.25 0.5116 Permukiman 9,083.91 52.7317 Rawan Bencana 38.07 0.2218 Ruang Terbuka Hijau 2,952.99 17.1419 Ruang Terbuka Non Hijau 22.58 0.1320 Sektor Informal 2.79 0.0221 Sempadan Danau 171.52 1.0022 Sempadan Sungai 226.28 1.3123 Sungai 811.36 4.7124 TPA Sanitary Lan 9.19 0.0525 Wisata 3.70 0.02 JUMLAH 17,225.97 100.00

Sumber : Neraca PGT Kota Jambi 2014

Dari Tabel di atas menunjukkan arahan fungsi kawasan dalam RTRW didominasi oleh permukiman (52.73 %), sedangkan Ruang terbuka hijau hanya 17.14 % dari yang seharusnya (30 %).

D. PengendalianKetentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri

atas :1) ketentuan umum peraturan zonasi;2) ketentuan perizinan;3) ketentuan insentif dan disintensif; dan4) arahan sanksi.

Ketentuan umum peraturan zonasi perumahan dengan kepadatan rendah terdiri atas:1) luas kapling paling sedikit 120 m² dengan ketentuan

teknis 2) melakukan pengelolaan sampah secara terpadu sesuai

dengan arahan instansi teknis terkait;3) pola pengembangan infrastruktur perumahan harus

dilakukan secara terpadu dengan kawasan di sekitarnya dan tidak diperkenankan pengembangan perumahan secara tertutup;

4) pengembangan kegiatan pelayanan perumahan dikawasan perumahan disesuaikan dengan skala

Page 43: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

33

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

33

pelayanan perumahan dan hierarki jalan;5) pembangunan perumahan lama/perkampungan

dilakukan secara terpadu baik fisik maupun social ekonomi masyarakat melalui program pembenahan lingkungan, peremajaan kawasan, perbaikan kampung, peningkatan prasarana dan sarana perumahan; dan

6) setiap pengembangan kawasan perumahan diwajibkan melakukan pengelolaan hidrologi untuk memperkecil dan mengatur debit limpasan air hujan ke wilayah luar disesuaikan dengan daya dukung kawasan;

Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib memiliki izin pemanfataan ruang dan wajib melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Ketentuan umum perizinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan dalam RTRW terdiri atas:1) izin prinsip;2) izin lokasi;3) izin penggunaan pemanfaatan ruang;4) izin mendirikan bangunan; dan5) izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang

undangan yang berlaku.

Perizinan sebagaimana dimaksud diberikan oleh pemerintah kota.

Izin prinsip diberikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota; Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada pemohon untuk memperoleh ruang yang diperlukan dalam rangka melakukan aktivitasnya;

Izin penggunaan pemanfaatan ruang diberikan berdasarkan izin lokasi.

Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis, dan diberikan berdasarkan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi;

Izin lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e adalah ketentuan perizinan dan rekomendasi sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

Page 44: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

34

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

34

Prinsip dasar penerapan mekanisme perizinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut :1) setiap kegiatan dan pembangunan harus mengajukan

permohonan izin kepada Pemerintah Kota, yang akan meneliti kesesuaiannya dengan rencana pemanfaatan ruang serta standar administrasi formal;

2) setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum, harus memiliki izin dari Pemerintah Kota ;

3) Setiap permohonan perizinan pembangunan yang bersifat strategis dan menyangkut kebijakan nasional yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dapat diberikan izin setelah melalui pengkajian yang mendalam.Berkaitan dengan pengendalian, ditemukan

pelanggaran tata ruang seperti 1)Mall WTC yang terletak di sempadan sungai/diatas sungai dan dibangun sebelum ada Perda RTRW, namun mengingat mall WTC tersebut memberi dampak positif untuk meningkatkan ekonomi kota jambi dan telah menjadi icon Kota Jambi maka RTRW yang akan di revisi atau RDTR nya disesuaikan dengan kondisi sekarang, 2) Hotel Rumah Kito di Mayang sebenarnya masuk dalam kawasan permukiman tapi dibangun resort, 3) banyaknya ruko terbengkalai yang dijadikan sarang wallet, 4) pergudangan tetapi tata ruangnya untuk permukiman ditemukan di kenali asam, 5) kawasan eksplorasi tambang tetapi di atasnya masih terdapat perumahan.

E. PeranSertaMasyarakatBentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata

ruang, dapat berupa :1) memberi masukan mengenai :a. persiapan penyusunan rencana tata ruang;b. penentuan arah pengembangan wilayah atau

kawasan;c. pengidentifikasian potensi dan masalah wilayah ataud. kawasan;e. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atauf. penetapan rencana tata ruang.2) melakukan kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah

Page 45: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

35

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

35

Provinsi, Pemerintah Kota dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Dalam kegiatan mewujudkan penataan ruang wilayah, masyarakat berhak:a) mengetahui rencana tata ruang;b) menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat

penataan ruang;c) memperoleh penggantian yang layak atas kerugian

yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;

d) mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;

e) mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang;

f) mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian; dan

g) mengetahui rencana tata ruang y ang telah ditetapkan melalui pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah Daerah.

Sebaliknya dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:a) mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;b) memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan

ruang dari pejabat yang berwenang;c) mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam

persyaratan izin pemanfaatan ruang; dand) memberikan akses terhadap kawasan yang oleh

ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum

Menurut pernyataan Sekretaris Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Jambi, masyarakat yang diwakili oleh tokoh masyarakat dan WALHI selalu dilibatkan dalam konsultasi public penyusunan RTRW dan sosialisasi RTRW.

Page 46: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

36

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

36

4.1.2.KabupatenMuaroJambiA. AdministrasiWilayah

Kabupaten Muaro Jambi terletak di antara 10 15’ – 2020’ Lintang Selatan dan di antara 103010’– 1040 20’Bujur Timur.

Luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi ± 5.246 Km2, secara administrasi mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat.b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera

Selatan.c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang

Hari.d) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung

Jabung Timur.

Secara Administratif Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 11 (sebelas) Kecamatan, 150 Desa dan 5 Kelurahan, Jumlah Desa / Kelurahan pada masing-masing Kecamatan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi.

Tabel6.TabelLuasWilayahdanKepadatanPendudukKabupatenMuaroJambiTahun2015

KecamatanLuas JumlahPenduduk KepadatanPenduduk

(Jiwa/Km2)

Ha % Total Jiwa % Total VersiPeta VersiBPSBahar Selatan 19,553.56 3.67 13,684 3.43 70 69.93

Bahar Utara 16,722.20 3.14 15,363 3.85 92 91.85

Jambi Luar Kota 28,012.66 5.26 66,325 16.62 237 236.77

Kumpeh 171,303.06 32.19 25,245 6.32 15 15.22

Kumpeh Ulu 38,664.75 7.27 57,120 14.31 148 147.73

Maro Sebo 26,084.84 4.90 20,460 5.13 78 78.25

Mestong 47,492.88 8.92 42,217 10.58 89 88.93

Sekernan 67,158.04 12.62 47,378 11.87 71 70.54

Sungai Bahar 16,056.24 3.02 26,678 6.68 166 166.22

Sungai Gelam 65,487.03 12.31 73,089 18.31 112 111.69

Taman Rajo 35,631.93 6.70 11,598 2.91 33 32.89

Jumlah 532,167.20 100.00 399,157 100.00 75 75.83Sumber : Peta Administrasi Kab. Muaro Jambi dan Data BPS Kab. Muaro Jambi tahun 2012

Page 47: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

37

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

37

Kepadatan penduduk di Kabupaten Muaro Jambi tertinggi berada di kecamatan Jambi Luar Kota (baik versi peta maupun BPS), kedua kecamatan Sungai Bahar dan ketiga kecamatan Kumpeh Ulu.

B. PenggunaanTanahPenggunaan Tanah di Kabupaten Muaro Jambi

didominasi oleh perkebunan baik perkebunan rakyat maupun besar dengan komoditi karet dan kelapa sawit. Karet sudah dibudidayakan secara turun temurun, sehingga masih banyak ditemui pohon karet yang sudah tua dan belum di replanting. Kelapa sawit mulai dibudidayakan sejak dibukanya transmigrasi, terutama di kecamatan Sungai Bahar, Bahar Utara dan Bahar Selatan. Kebun campuran kebanyakan merupakan tanaman buah-buahan musiman seperti durian dan duku, yang terdapat hampir disemua kecamatan. Selain itu ada juga tanaman kakao, kopi, dan pinang tapi tidak terlalu banyak komoditinya. Di desa Tangkit Kecamatan Sungai Gelam juga terdapat sentra tanaman nanas. Tanaman sayuran juga banyak dibudidayakan masyarakat yang hasilnya dipasok ke Kota Jambi mengingat letak geografis yang berbatasan langsung. Tanaman sayuran kebanyakan hanya sebagai tanaman sampingan, belum menjadi komoditi utama.

Perubahan penggunaan tanah di Kabupaten Muaro Jambi dari tahun 2007 sampai dengan 2013 yang terbesar adalah untuk perkebunan besar (kelapa sawit). Perkebunan rakyat (karet) dan belukar banyak yang dirubah menjadi kebun kelapa sawit, baik yang dikelola perorangan maupun yang dikelola perusahaan besar melaui kemitraan.

Emplasemen (perumahan) juga mengalami tren peningkatan mengingat Kabupaten Muaro Jambi berbatasan langsung dengan Kota Jambi, dimana lahan untuk perumahan yang makin berkurang di kota tersebut. Kawasan hutan juga berkurang akibat dikuasai dan dibudidayakan masyarakat.

Page 48: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

38

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

38

Tabel7.PenggunaanTanahKabupatenMuaroJambiTahun2013No PenggunaanTanah Luas(Ha) % Total1 Emplasemen 736.54 0.142 Hutan Belukar 27,037.34 5.083 Hutan Lebat 121,309.88 22.804 Hutan Sejenis 11,645.18 2.195 Industri Non Pertanian 120.68 0.026 Industri Pertanian 86.77 0.027 Kampung 8,355.09 1.578 Kebun Campuran 26,580.03 4.999 Kolam Air Tawar 101.13 0.02

10 Lapangan Olah Raga/Taman 1.78 0.0011 Perkebunan Besar 107,104.75 20.1312 Perkebunan Rakyat 211,354.93 39.7213 Perumahan 676.82 0.1314 Rawa 2,078.86 0.3915 Sawah Pasang Surut 1x padi/th 6,001.29 1.1316 Semak 3,287.65 0.6217 Sungai 5,015.51 0.9418 Tanah Terbuka Sementara 29.32 0.0119 Tegalan/Ladang 643.64 0.12 JUMLAH 532,167.20 100.00

Sumber : Neraca PGT Kab. Muaro Jambi 2014

Permasalahan yang ditemukan adanya kawasan hutan baik hutan tetap dan hutan produksi, ada beberapa wilayah sudah dikeluarkan dari HP tapi kemudian masuk lagi menjadi APL atau HP ke APL kembali menjadi HP, sehingga terjadi inkonsistensi dalam kebijakan kawasan hutan.

Dinamika perubahan terjadi antara lain di tanjung lajur, APL oleh tim terpadu di deliniasi lagi jadi HP, sehingga menjadi bermasalah karena beberapa sudah diterbitkan sertipikat di atasnya (empat kali terjadi perubahan SK, TGHK tahun 1987, 1999, 2012 dan 2014).

Page 49: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

39

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

39

Tabel8.RekapitulasiPerubahanPenggunaanTanahKabupatenMuaroJambi2007-2013

No PenggunaanTanah

Luas(Ha) PerubahanPenggunaanTanah

Tahun Tahun Luas % Rata-rata/tahun

2007 2013 (Ha) Perubahan (Ha)1 Emplasemen 458.62 736.54 277.92 37.73 46.32

2 Hutan Belukar 31964.95 27037.34 -4927.61 18.23 -821.27

3 Hutan Lebat 121799.74 121309.88 -489.85 0.40 -81.64

4 Hutan Sejenis 11645.18 11645.18 0.00 0.00 0.00

5 Industri Non Pertanian 120.68 120.68 0.00 0.00 0.00

6 Industri Pertanian 48.65 86.77 38.12 43.93 6.35

7 Kampung 5563.38 8617.20 3053.82 35.44 508.97

8 Kebun Campuran 26786.27 26580.02 -206.24 0.78 -34.37

9 Kolam Air Tawar 24.06 101.13 77.07 76.21 12.84

10 Lapangan Olah Raga/Taman 1.78 1.78 0.00 0.00 0.00

11 Perkebunan Besar 92446.14 107104.76 14658.61 13.69 2443.10

12 Perkebunan Rakyat 223035.95 211092.81 -11943.15 5.66 -1990.52

13 Perumahan 113.04 676.82 563.78 83.30 93.96

14 Rawa 2078.86 2078.86 0.00 0.00 0.00

15 Sawah Pasang Surut 1x padi/th 6405.95 6001.29 -404.65 6.74 -67.44

16 Semak 3287.65 3287.65 0.00 0.00 0.00

17 Sungai 5015.51 5015.51 0.00 0.00 0.00

18 Tanah Terbuka Semen-tara 727.13 29.32 -697.80 2379.72 -116.30

19 Tegalan/Ladang 643.64 643.64 0.00 0.00 0.00

Total 532167.19 532167.19 Sumber Kantor Wilayah BPN Provinsi Jambi

Penguasaan tanah didominasi oleh tanah hak dan perorangan sebesar 52,66%, urutan kedua penguasaan tanah skala besar perkebunan 20,13%, Hutan Produksi Terbatas 10,94%, Taman Nasional 4,26%, Hutan Produksi 4,10%, dan selebihnya untuk penguasaan tanah lainnya.

Page 50: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

40

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

40

Tabel9.GambaranUmumPenguasaanTanahKabupatenMuaroJambi2013No. GambaranUmumPenguasaanTanah Luas(Ha) %LuasWilayah

1 Hutan Lindung 20643.78 3.88

2 Hutan Produksi 21844.24 4.10

3 Hutan Produksi Terbatas 58223.19 10.94

4 Penguasaan Tanah Skala Besar Industri 207.45 0.04

5 Penguasaan Tanah Skala Besar Perkebunan 107105.65 20.13

6 Penguasaan Tanah Skala Besar Perumahan 676.82 0.13

7 Taman Hutan Raya 15492.67 2.91

8 Taman Nasional 22673.84 4.26

9 Tanah Hak UUPA, dan Perorangan 280215.96 52.66

10 Tanah Negara untuk Kepentingan Umum 5083.59 0.96

Total 532167.19 100Sumber : Neraca PGT Kab. Muaro Jambi 2014

Penguasaan tanah di Kabupaten Muaro jambi mayoritas untuk tanah hak dan perorangan (52.66 %), kemudian penguasaan tanah skala besar perkebunan (20.13 %) dan Hutan Produksi Terbatas (10.94 %).

C. PenataanRuangBerdasarkan Tata Ruang Wilayah arahan fungsi kawasan

dalam RTRW terbagi atas Kawasan Budidaya Pertanian dan Non Pertanian, Kawasan Hutan Produksi Terbatas, Kawasan Hutan Produksi, Taman Hutan Raya, Hutan Lindung Gambut, dan Taman Nasional. Hampir setengah dari luas Kabupaten Muaro Jambi merupakan Kawasan Budidaya Pertanian dan Non Pertanian (68.08%). Sehingga memungkinkan untuk pengembangan usaha-usaha dalam rangka memajukan perekonomian, terutama untuk pengembangan sektor pertanian yang merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Muaro Jambi. Urutan kedua secara prosentase luasan adalah Hutan Produksi Terbatas (11.28%).

Sistem pusat kegiatan Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 02 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang

Page 51: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

41

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

41

Wilayah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 - 2034 terdiri atas: a. sistem perkotaan; dan b. sistem perdesaan.

Sistem perkotaan meliputi : a. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp); b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL); c. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp); d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan

Sedangkan sistem perdesaan yang dimaksud berupa Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

PKWp berada di Perkotaan Sengeti yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kabupaten, perdagangan dan jasa skala regional, pelayanan transportasi, pusat kesehatan dan pusat peribadatan.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi: a) perkotaan Sebapo di Kecamatan Mestong yang

berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa sub regional, pusat kesehatan lokal, pusat rekreasi, olahraga, wisata, pendidikan dan industri pengelolaan hasil hutan;

b) perkotaan Pijoan di Kecamatan Jambi Luar Kota yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa sub regional, pusat kesehatan lokal, pusat rekreasi, olahraga dan wisata, pusat pendidikan dan simpul transportasi;

c) perkotaan Tanjung di Kecamatan Kumpeh yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa sub regional, pusat kesehatan lokal, pusat rekreasi, olahraga dan wisata, pendidikan dan simpul transportasi; dan

d) perkotaan Marga di Kecamatan Sungai Bahar yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa sub regional, pusat kesehatan lokal, pusat rekreasi, olahraga dan wisata, pendidikan dan simpul transportasi.

Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) meliputi: a) perkotaan Arang–Arang di Kecamatan Kumpeh Ulu,

yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa sub regional, pusat kesehatan lokal, pusat rekreasi, olahraga dan wisata.

Page 52: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

42

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

42

b) perkotaan Tempino di Kecamatan Mestong, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa sub regional, pusat kesehatan lokal, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan simpul transportasi. perkotaan Petaling Jaya di Kecamatan Sungai Gelam, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa sub regional, pusat kesehatan lokal, pusat rekreasi, olahraga dan wisata.

PPK berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat pelayanan fasilitas umum skala kecamatan atau beberapa desa, pasar lokal, industri kecil dan kerajinan rumah tangga meliputi: a) perkotaan Pudak di Kecamatan Kumpeh Ulu yang

berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata, dan serta pintu gerbang timur kabupaten;

b) perkotaan Jambi Kecil di Kecamatan Maro Sebo yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan pelayanan pertanian;

c) perkotaan Sungai Gelam di Kecamatan Sungai Gelam yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata, pelayanan pertanian dan simpul transportasi;

d) perkotaan Kemingking Dalam di Kecamatan Taman Rajo yang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa, kesehatan, olahraga dan wisata, dan pelayanan pertanian;

e) perkotaan Tanjung Mulya di Kecamatan Bahar Selatan yang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa, kesehatan, olahraga dan wisata, dan pelayanan pertanian;

f) perkotaan Talang Bukit di Kecamatan Bahar Utara yang berfungsi sebagai perdagangan dan jasa, kesehatan, olahraga dan wisata, dan pelayanan pertanian;

Page 53: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

43

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

43

g) perkotaan Kedemangan di Kecamatan Jambi Luar Kota yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata, dan pelayanan pertanian;

h) perkotaan Pematang Gajah di Kecamatan Jambi Luar Kota yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata.

i) perkotaan Bukit Baling di Kecamatan Sekernan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata, dan pelayanan pertanian.

j) perkotaan Puding di Kecamatan Kumpeh yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan pelayanan pertanian.

k) perkotaan Matra Manunggal di Kecamatan Kumpeh yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan pelayanan pertanian.

l) perkotaan Rukam di Kecamatan Taman Rajo yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan pelayanan pertanian.

m) perkotaan Mudung Darat di Kecamatan Maro Sebo yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa skala kecamatan, pusat kesehatan, pusat rekreasi, olahraga dan wisata dan pelayanan pertanian.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten meliputi kawasan lindung; dan kawasan budidaya.

Menurut pasal 26 Kawasan Lindung meliputi: a) kawasan hutan lindung; b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahannya;

Page 54: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

44

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

44

c) kawasan perlindungan setempat; d) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar

budaya; dan e) kawasan rawan bencana alam.

Kawasan hutan lindung termasuk didalamnya adalah kawasan hutan gambut. Kawasan bergambut dengan luas 23.638 (dua puluh tiga ribu enam ratus tiga puluh delapan) hektar meliputi: a. kecamatan Taman Rajo; dan b. kecamatan Kumpeh.

Lahan pertanian pangan berkelanjutan ditetapkan dengan luas kurang lebih 80% (Delapan puluh persen) dari luas lahan pertanian tanaman pangan yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten.

Antara kawasan dengan zona ada yang tidak sesuai , kawasan industry di Mendana Laut di plot untuk batubara tapi ternyata tidak ada yang investasi di daerah itu karena daerahnya landau dan lokasi kurang bagus. Saat ini daerah industry didekatkan dengan sungai.

Tabel10.ArahanFungsiKawasanDalamRTRW

No ArahanFungsiKawasanDalamRtrw Luas(Ha) % Total

1 Taman Hutan Rakyat 15,493.73 2.912 Taman Nasional 22,673.84 4.263 Hutan Lindung Gambut 23,683.64 4.454 Hutan Produksi 38,263.36 7.195 Hutan Produksi Terbatas 60,053.20 11.286 Sempadan Sungai 4,696.79 0.887 Areal Penggunaan Lain 362,287.13 68.088 Sungai 5,015.51 0.94

JUMLAH 532,167.20 100.00Sumber : Neraca PGT Kab. Muaro Jambi 2014

Dari table 10 di atas menunjukkan arahan fungsi kawasan dalam RTRW mayoritas untuk kawasan budi daya non kehutanan (areal penggunaan lain)sebesar 68.08 %.

Page 55: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

45

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

45

D. PengendalianJenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di

Kabupaten Muaro Jambi dalam RTRW meliputi: a. persetujuan prinsip; b. izin lingkungan; adalah izin yang diberikan kepada setiap

orang atau badan hukum yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan;

c. izin lokasi; adalah izin yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk memperoleh tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal;

d. izin perubahan penggunaan tanah; adalah izin yang diberikan kepada orang pribadi yang akan mengubah peruntukan tanah pertanian menjadi non pertanian dengan ukuran seluas-luasnya 5000 (lima ribu) meter persegi;

e. izin mendirikan bangunan; f. izin alih fungsi lahan; adalah izin yang diberikan kepada

orang atau badan hukum untuk mengubah peruntukan lahan dari fungsi lindung ke budidaya, atau dari budidaya non terbangun menjadi budidaya terbangun; Izin alih fungsi lahan diperlukan pada lokasi yang belum memiliki rencana tata ruang rinci dan peraturan zonasi, dan dilakukan sebelum atau bersamaan dengan proses izin lokasi;

g. izin lainnya.Secara implementatif, pengendalian tata ruang

dilakukan melalui 1)pemberian rekomendasi kesesuaian tata ruang, dari lebih kurang 10 permohonan sekitar 10 persen ditolak , 2) dibentuk tim pengendali di tata kota, 3) ijin lokasi (ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu) dan ijin lingkungan.

Penolakan dilakukan jika terdapat ketidak sesuaian dengan tata ruang, tidak sesuai dengan penggunaan tanah serta kebijakan peta indikatif. Penyusunan RDTR terkendala SDM dan anggaran serta siapa yang harus mengerjakan (BIG atau LAPAN).

Page 56: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

46

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

46

Gambar2.DiskusidenganSekretarisBAPPEDAKab.MuaroJambi

Sumber : Survey Lapangan 2016

E. PeranSertaMasyarakatPeran serta masyarakat dilibatkan mulai dari proses

perencanaan, dengan mengundang wakil setiap desa, kecamatan, LSM dan koalisasi perempuan dalam konsultasi public.

4.2. PROVINSI JAWA BARATA. WilayahAdministrasiProvinsi Jawa Barat memiliki :

a. Letak geografis : 5050’-7050’ LS dan 104048’-108048’ BTb. Luas wilayah : 35.377.76 km2

c. Batas wilayah : Utara : Laut Jawa dan Provinsi DKI Jakarta Selatan : Samudera Hindia Timur : Provinsi Jawa Tengah Barat : Provinsi Bantend. Jumlah penduduk : tahun 2014 sebanyak 46.497.175 jiwa.

Penduduk tersebar di 26 Kabupaten/Kota, 625 Kecamatan dan 5.899 Desa/Kelurahan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kabupaten Bogor sebanyak 4.966.621 Jiwa (11,03 %), sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kota Banjar yaitu sebanyak 192.903 Jiwa (0,43 %).

Pada tahun 2008, pemerintah Daerah Provinsi mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan

Page 57: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

47

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

47

Ruang Kawasan Bandung Utara. Kawasan Bandung Utara atau dikenal sebagai KBU merupakan sebuah kawasan di sebelah utara Bandung yang berada pada ketinggian di atas 750 meter diatas permukaan laut, terletak di kaki Gunung Burangrang pada bagian barat, kaki Gunung Tangkubanparahu pada bagian tengah, dan kaki Gunung manglayang pada bagian timur. Secara fungsional daerah–daerah yang masuk KBU terbagi ke dalam 4 wilayah administratif pemerintahan, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kota Cimahi, meliputi 21 kecamatan, 89 kelurahan, dan 16 desa. Luas KBU adalah kurang lebih 38.543,33 Ha.

Pada jaman kolonial Belanda, KBU sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi karena daerah ini memiliki potensi resapan air yang tinggi, sehingga secara alami menjadi daerah pasokan air bagi daerah bawahannya yakni Kota Bandung dan sekitarnya. Suplai air tanah bagi wilayah Cekungan Bandung, sekira 60% nya berasal dari KBU, dan sisanya sekira 40% berasal dari Kawasan Bandung Selatan.

Sedangkan jumlah penduduk yang tinggal di Bandung Raya (Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi) sebanyak 8.670.501 Jiwa atau 18% dari total penduduk Jawa Barat, artinya hampir seperlima penduduk Jawa Barat tinggal di Bandung Raya/Ibu Kota Provinsi. Kalau di jumlahkan penduduk yang tinggal di penyangga Ibu Kota dan Bandung Raya, maka didapat jumlah penduduk di kedua daerah tersebut sebanyak 20.601.492 Jiwa atau 44% dari total jumlah penduduk Jawa Barat. Terlihat bahwa hampir separuh penduduk Jawa Barat tinggal di kedua daerah tersebut.

Gambar3.KawasanBandungUtara

Sumber Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat

Page 58: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

48

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

48

Kota cimahi ada 2 kecamatan, 8 kelurahan ( 1.446,58 ha )Kota Bandung 10 kecamatan, 30 kelurahan ( 3.128,19 ha)

1) KBU perlu mendapat perhatian khusus karena pada kakinya terdapat suatu kota metropolitan dengan segala aktivitas dan perkembangannya

2) KBU seperti Lembang, Punclut,Ciumbuleuit, dan Dago memiliki berbagai kelebihan sehingga lahan kawasan tersebut mempunyai nilai ekonomi tinggi

3) Menurut Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan, sedikitnya 60% dari air tanah yang masuk ke cekungan Bandung berasal dari KBU

Gambar4.KoefisienWilayahTerbangunEksisting

Sumber Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat

Pengaturan mengenai pengendalian pemanfaatan ruang di KBU dalam Peraturan Daerah ini merupakan dasar bagi:1) pengaturan pemanfaatan ruang di KBU;1) penetapan perizinan; 3) penyusunan evaluasi terhadap rencana tata ruang wilayah

Kabupaten Bandung, KotaBandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat;

4) pemberian hak atas tanah yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang.

Page 59: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

49

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

49

Dalam memberikan izin pengembangan kawasan dan/atau pembangunan bangunan di KBU, harus menerapkan rekayasa teknik dan/atau eko arsitektur dan/atau rekayasa vegetatif, untuk menghindari penurunan kapasitas penyerapan air ke dalam tanah dan meminimalkan potensi bencana kelongsoran tanah.

Izin pemanfaatan ruang di KBU diterbitkan oleh Bupati/Walikota.Sebelum Bupati/Walikota menerbitkan izin pemanfaatan ruang di

KBU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perlu mendapat rekomendasidariGubernur.

Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang di KBU diselenggarakan melalui kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Penertiban terhadap pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

B. PenggunaanTanahProfil penggunaan tanah di provinsi didominasi oleh persawahan,

kedua kebun campuran, ketiga tegalan/ladang, keempat perkampungan, sedangkan yang paling sedikit adalah penggunaan tanah untuk pertambangan.

Tabel11.ProfilPenggunaanTanahProvinsiJawaBaratTahun2014No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)

1 Hutan Belukar 259.440,1942 Hutan Lebat 104.916,1003 Hutan Sejenis 126.541,2494 Jasa, Industri dan Pergudangan 12.503,0595 Kebun Campuran 874.574,1406 Padang 96.109,6487 Perairan Darat 72.273,3648 Perkampungan 413.357,6389 Perkebunan 159.390,940

10 Persawahan 986.007,98211 Pertambangan 7.083,31512 Sungai/danau 27.231,58513 Tanah Terbuka 9.563,37314 Tegalan/Ladang 561.971,769

JUMLAH 3.710.964,356Sumber : Neraca PGT Kanwil ATR/BPN Provinsi Jawa Barat

Page 60: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

50

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

50

Untuk profil peruntukan tanah didominasi oleh rawan gerakan tanah, kedua sawah irigasi, ketiga resapan air, keempat perkampungan, sedangkan yang paling sedikit peruntukan tanah untuk enclave.

Tabel12.ProfilPeruntukanTanahProvinsiJawaBaratNo. JenisPeruntukanTanah Luas(ha)

1 Bahaya Gunung Api 60.739,935

2 Cadangan HL 33.543,708

3 Enclave 4.655,114

4 Hutan Konservasi 177.136,819

5 Hutan Lindung 245.871,356

6 Hutan Produksi 190.524,707

7 Hutan Produksi Terbatas 156.932,838

8 Kawasan Budidaya Lainnya 722.619,945

9 Penyangga HL 81.034,755

10 Perkampungan 255.514,491

11 Perlindungan Geologi 107.538,981

12 Rawan Gerakan Tanah 643.324,178

13 Resapan Air 286.124,184

14 Sawah Irigasi 554.318,786

15 Sawah Tadah Hujan 164.596,934

Jumlah 3.684.476,731Sumber : Neraca PGT Kanwil ATR/BPN Propinsi Jawa Barat

Wilayah yang paling dinamis perubahan penggunaan tanahnya adalah di wilayah perbatasan antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat.

Data dari Bidang Penata gunaan Tanah menunjukkan bahwa ketidak sesuaian paling tinggi terdapat di kabupaten Bandung sebesar 47,5 % karena adanya 1) KBU – Kota Bandung Utara, 2) adanya cekungan Bandung, 3)perlu rekomendasi Gubernur, yang kedua Kota Bandung mencapai 35 %.

C. PenataanRuangBerdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), sistem perkotaan nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Penetapan PKN dan PKW di Provinsi Jawa Barat mengacu pada RTRWN, yang terdiri dari :1.Pusat Kegiatan Nasional (PKN) terletak di Bodebek, Bandung dan Cirebon.2.Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terletak di Sukabumi, Palabuhanratu, Pangandaran, Kadipaten,

Page 61: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

51

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

51

Cikampek-Cikopo, Tasikmalaya dan Indramayu.Sedangkan penetapan PKL, berdasarkan usulan pemerintah kabupaten/kota.

Perda Nomor 22 tahun 2010 tentang RTRWP jawa Barat tahun 2009-2029 mengatur wilayah Jawa Barat ditetapkan menjadi enam Wilayah Pengembangan (WP)yang meliputi:1) WP Bodebekpunjur , untuk Pariwisata, industri manufaktur,

perikanan, perdagangan, jasa, pertambangan, agribisnis dan agrowisata.

Wilayah pengembangan (WP) Bodebekpunjur meliputi Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor dan sebagian Kabupaten Cianjur(Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi dan Kecamatan Cipanas).

Kawasan Bodebek merupakan kawasan perkotaan yang berkembang pesat, sementara kawasan Puncak merupakan kawasan lindung yang perlu dikendalikan pengembangan fisiknya.

2) WP Purwasuka, untuk Pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, bisnis kelautan, industri pengolahan, pariwisata, dan pertambangan.

Wilayah pengembangan (WP) Purwasuka meliputi Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang. Kawasan ini merupakan kawasan yang terletak di antara dua kawasan yang berkembang pesat, yaitu Bodebek dan Metropolitan

Bandung Raya. Oleh karena itu, kawasan ini rawan terhadap potensi alih fungsi lahan menjadi kawasan industri dan perkotaan, terutama fungsinya sebagai ruang pangan Jawa Barat, alih fungsi lahan produksi pangan menjadi perhatian yang serius.

3) WP Ciayumajakuning untuk Agribisnis, agroindustri, perikanan, pertambangan, periwisata;

Wilayah pengembangan (WP) Ciayumajakuning meliputi Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon. Wilayah pengembangan Ciayumajakuning sebagai fokus pengembangan kawasan di bagian timur Jawa Barat.

4) WP Priangan Timur dan Pangandaran, untuk pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, pertambangan mineral;

Wilayah Pengembangan (WP) Priatim dan Pangandaran meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar. Pengembangan WP Priatim dan Pangandaran dsk memperhatikan peningkatan aksesibilitas

Page 62: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

52

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

52

transportasi dan infrastruktur pendukung perkembangan wilayah dengan tetap mempertahankan kawasan lindung yang ada.

5) WP Sukabumi dan sekitarnya, untuk pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, bisnis kelautan, dan pertambangan mineral:

Wilayah pengembangan (WP) Sukabumi meliputi Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi dan Kabupaten Cianjur. Pengembangan WP Sukabumi diarahkan mendukung terwujudnya fungsi PKW yang terdapat di dalamnya yaitu PKW Sukabumi dan Pelabuhanratu yang hingga saat ini keberadaan PKW tersebut terutama PKW Pelabuhanratu belum optimal.

6) WP Kawasan Khusus (KK) Cekungan Bandung untuk Pertanian hortikultura, industri non-polutif, industri kreatif, perdagangan dan jasa, pariwisata, perkebunan dengan meningkatkan manajemen pembangunan yang berkarakter lintas Kabupaten/Kota yang secara kolektif berbagi peran membangun dan percepatan perwujudan PKN Metropolitan Bandung Raya.Wilayah Pengembangan (WP) Kawasan Khusus (KK) Cekungan Bandung meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung dansebagian Kabupaten Sumedang(Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Pamulihan). WP KK Cekungan Bandung merupakan kawasan yang berkembang pesat yang memerlukan pengendalian pemanfaatan ruang terutama di kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air.

4.2.1.KotaBandungKota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar

di ProvinsiJawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Selain itu, Kota Bandung juga merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila (Gerbangkertosusilo).

A. WilayahAdministrasia. Letak georafis : 107°36’BT,06°55’BT,

Ketinggian400-899mdpl

Page 63: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

53

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

53

b. Luas Wilayah : 16.731 Hac. - Jml Kecamatan : 30 Kecamatan - Jml Kel./desa : 151 Kelurahan,- Desa - Jumlah Penduduk : 2.470.977 Jiwad. Batas-batas wilayah kota terdiri atas:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan: Kabupaten Bandung Barat;

2). Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung;

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Cimahi;3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten

Bandung. Secara topografis Kota Bandung terletak pada

ketinggian 768 meter di atas permukaan laut, titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan terendah di sebelah Selatan adalah 675 meter di atas permukaan laut.

Tabel13.KepadatanPendudukKotaBandungTahun2015

No KecamatanLuas JumlahPenduduk

Tahun2015KepadatanPenduduk

(Jiwa/Km2)

Ha % Total Jiwa % Total VersiPeta VersiBPS1 Andir 392,98 2,35 97.693 3,94 24.859,53 26.332,352 Antapani 431,93 2,58 74.557 3,00 17.261,36 19.672,033 Arcamanik 744,33 4,45 68.293 2,75 9.175,10 11.634,244 Astanaanyar 264,93 1,58 68.991 2,78 26.041,22 23.872,325 Babakan Ciparay 703,66 4,21 148.025 5,97 21.036,44 19.869,136 Bandung Kidul 535,29 3,20 59.331 2,39 11.083,90 9.790,597 Bandung Kulon 690,17 4,13 143.313 5,78 20.764,88 22.184,678 Bandung Wetan 367,91 2,20 30.939 1,25 8.409,39 9.126,559 Batununggal 482,29 2,88 121.076 4,88 25.104,40 24.070,78

10 Bojongloa Kaler 344,20 2,06 121.165 4,88 35.201,92 39.988,4511 Bojongloa Kidul 457,34 2,73 86.363 3,48 18.883,76 13.796,0112 Buahbatu 720,98 4,31 95.356 3,84 13.225,89 12.024,7213 Cibeunying Kaler 431,40 2,58 71.184 2,87 16.500,70 15.818,6714 Cibeunying Kidul 420,26 2,51 108.193 4,36 25.744,30 20.608,1915 Cibiru 689,86 4,12 70.370 2,84 10.200,62 11.134,4916 Cicendo 780,37 4,67 99.898 4,03 12.801,36 14.562,3917 Cidadap 757,29 4,53 58.426 2,35 7.715,14 9.562,3618 Cinambo 419,18 2,51 24.766 1,00 5.908,20 6.729,89

Page 64: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

54

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

54

No KecamatanLuas JumlahPenduduk

Tahun2015KepadatanPenduduk

(Jiwa/Km2)

Ha % Total Jiwa % Total VersiPeta VersiBPS19 Coblong 740,98 4,43 132.002 5,32 17.814,52 17.959,4620 Gedebage 1.063,29 6,36 35.910 1,45 3.377,25 3.748,4321 Kiaracondong 547,49 3,27 132.135 5,32 24.134,69 21.590,6922 Lengkong 577,23 3,45 71.637 2,89 12.410,48 12.141,8623 Mandalajati 471,85 2,82 63.147 2,54 13.382,85 9.467,3224 Panyileukan 517,88 3,10 39.339 1,59 7.596,16 7.713,5325 Rancasari 654,65 3,91 75.469 3,04 11.528,14 10.295,9126 Regol 458,86 2,74 81.987 3,30 17.867,54 19.066,7427 Sukajadi 505,98 3,02 108.512 4,37 21.445,91 25.235,3528 Sukasari 639,27 3,82 82.012 3,30 12.829,01 13.080,0629 Sumur Bandung 344,94 2,06 35.903 1,45 10.408,48 10.559,7130 Ujungberung 572,86 3,42 75.477 3,04 13.175,47 11.793,28

GrandTotal 16.729,65 100,00 2.481.469 100,00 14.832,76 14.831,56Sumber : Kota Bandung Dalam Angka Tahun 2013

B. PenggunaanTanahPola penggunaan tanah Tahun 2014 tidak berubah dari

penggunaan tanah tahun 2010, namun terjadi perubahan jumlah luas pada masing penggunaan tanah. Hal ini akibat meningkatnya aktivitas masyarakat dan peningkatan jumlah penduduk akibat dari urbanisasi yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan tanah untuk permukiman dan kegiatan lainnya.

Kondisi penggunaan tanah Tahun 2014, permukiman yang paling dominan seluas 7041.78Ha (42.088%). Dibanding data penggunaan tanah tahun 2010 permukiman mengalami penambahan sebesar 393,085 Ha, sedangkan penggunaan tanah pedesaan yang meliputi: kolam/empang/tebat, pertanian tanah basah dan pertanian tanah kering mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 63,419 Ha (0,38%), yang berarti terjadi penurunan sebanyak 3.325,711 Ha, dan luas penggunaan lainnya seluas 16.666,231 Ha (99,62%). Rincian luas dan jenis penggunaan tanah Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah.

Page 65: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

55

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

55

Tabel14.ProfilPenggunaanTanahKotaBandungTahun2014No PenggunaanTanah Luas(ha) %LuasWilayah1 Akomodasi dan Rekreasi 54.105 0.3232 Bandar Udara 129.442 0.7743 Belukar/Semak 4.093 0.0244 Depo Minyak/Gas 16.737 0.1005 Fasilitas Umum Olahraga 99.737 0.5966 Hotel/Motel/Penginapan 63.196 0.3787 Industri Non Pertanian 899.238 5.3758 Instalasi Listrik 7.62 0.0469 Instalasi Telekomunikasi dan Komunikasi 0.495 0.003

10 Jalan 1121.665 6.70411 Jasa Kesehatan 40.223 0.24012 Jasa Pelayanan Umum 42.368 0.25313 Jasa Pendidikan 293.224 1.75314 Jasa Peribadatan 18.772 0.11215 Kantor/Bangunan Militer 220.319 1.31716 Kantor/Instansi Pemerintahan 103.948 0.62117 Kolam/Empang/Tebat 3.818 0.02318 Lembaga Keuangan/Bank 11.009 0.06619 Makam 151.986 0.90820 Pasar 33.483 0.20021 Perbengkelan 1.937 0.01222 Perdagangan Umum 681.795 4.07523 Pergudangan 42.587 0.25524 Perkantoran 203.569 1.21725 Permukiman 7041.78 42.08826 Pertanian Tanah Basah 1310.42 7.83227 Pertanian Tanah Kering 988.993 5.91128 Perumahan 2540.17 15.18229 Perumahan Bertingkat 20.077 0.12030 Prasarana dan Transport 40.316 0.24131 Saluran Air 0.093 0.00132 SPBU 7.972 0.04833 Sungai 130.216 0.77834 Taman/Rumput 223.59 1.33635 Tanah Kosong Diperuntukkan 180.743 1.08036 Tugu 1.426 0.009

16731.162 100Sumber Neraca Penggunaan Tanah Kota BandungTahun 2014

Untuk Profil Peruntukan berdasarkan arahan fungsi kawasan mayoritas peruntukan tanah untuk kawasan

Page 66: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

56

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

56

perumahan kepadatan sedang, kedua adalah perumahan kepadatan sedang dan yang ketiga untuk jasa.

Tabel15.ProfilPeruntukanTanahKotaBandungNo ArahanKawasanFungsi Luas(ha) %LuasWilayah1 Bandara 128.228 0.7662 Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit) 0.002 0.0003 Jalan 1131.705 6.7644 Industri dan Pergudangan 513.250 3.0685 Jasa 1263.650 7.5536 Kawasan Industri (Berwawasan Lingkungan) 0.000 0.0007 Kawasan Pusat Primer Gedebage 0.000 0.0008 Kesehatan 56.520 0.3389 Kws Perlindungan Plasma 13.937 0.083

10 Kws Perlindungan thdp kws bawahannya 620.940 3.71111 Makam 0.000 0.00012 Pemerintahan 0.162 0.00113 Pendidikan 176.187 1.05314 Pendidikan (Perguruan Tinggi) 0.006 0.00015 Perdagangan 1420.550 8.49016 Peribadatan 7.509 0.04517 Perkantoran (Pemerintahan) 188.372 1.12618 Pertahanan dan Keamanan 247.757 1.48119 Pertanian 62.045 0.37120 Perumahan kpdt rendah 461.640 2.75921 Perumahan kpdt sedang 5557.400 33.21622 Perumahan kpdt tinggi 3706.100 22.15123 Rencana Danau 28.171 0.16824 Rencana Terminal Terpadu 13.013 0.07825 RTH 431.686 2.58026 Sarana Infrastruktur Perkotaan 6.962 0.04227 Sempadan KA 62.686 0.37528 Sempadan Sungai 36.994 0.22129 Sempadan SUTET 201.377 1.20430 Sempadan Tol 247.517 1.47931 Stasiun KA 7.212 0.04332 Sungai 130.216 0.77833 Terminal 4.302 0.02634 Wisata Buatan 5.067 0.030 16731.162 100

Sumber Neraca Penggunaan Tanah Tahun 2014

Page 67: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

57

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

57

Selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, di wilayah Kota Bandung telah terjadi perkembangan luas penggunaan tanah antara lain a) perumahan mengalami penambahan sebesar 474,454 Ha. Rata-rata penambahan luas penggunaan tanah perumahan seluas 118,614 Ha per tahun, b) Penggunaan tanah pertanian lahan basah dalam kurun waktu 4 tahun berkurang dengan jumlah yang cukup signifikan yaitu 617,260 Ha, hal ini terjadi karena pertanian lahan basah berubah fungsi menjadi perumahan, permukiman maupun penggunaan tanah budidaya non pertanian lainnya dan c) Penggunaan tanah lain yang mengalami perubahan cukup besar adalah pertanian lahan kering yang berkurang seluas 465,836 Ha.

Wilayah yang paling dinamis perubahan penggunaan tanahnya adalah Kelurahan Cisaranten Kulon Kecamatan Arcamanik sedangkan daerah lain merata.

C. PenataanRuangKota Bandung sudah memiliki Perda RTRW yaitu Perda

No 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung dan Perda No. 10 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Peraturan Zonasi Kota Bandung. Terhadap Perda tersebut direncanakan akan revisi pada tahun 2017 nanti.

Dalam Perda tersebut disebutkan bahwa :1) Wilayah Bandung Barat adalah wilayah Bandung

bagian barat yang mencakup SWK Bojonagara, SWK Cibeunying, SWK Tegallega, dan SWK Karees.

2) Wilayah Bandung Timur adalah wilayah Bandung bagian timur yang mencakup SWK Arcamanik, SWK Ujung Berung, SWK Kordon dan SWK Gedebage.

3) Kawasan Bandung Utara yang selanjutnya disebut KBU adalah kawasan yang meliputi sebagian wilayah Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat dengan batas di sebelah utara dan timur dibatasi oleh punggung topografi yang menghubungkan puncak Gunung Burangrang, Masigit, Gedongan, Sunda, Tangkubanparahu dan Manglayang, sedangkan di sebelah barat dan selatan dibatasi oleh garis (kontur) 750 m di atas permukaan laut (dpl) yang

Page 68: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

58

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

58

secara geografis terletak antara 107º 27’ – 107 º Bujur Timur, 6º 44’ – 6º 56’ Lintang Selatan.

4) Kawasan Cekungan Bandung adalah sebagian wilayah Kabupaten Bandung, seluruh wilayah Kota Bandung, seluruh wilayah Kota Cimahi, sebagian wilayah Kabupaten Sumedang dan sebagian wilayah Kabupaten Bandung Barat.

Dalam pasal 10 disebutkan bahwa, Strategi untuk perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota sebagai kota perdagangan dan jasa dalam lingkup Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) meliputi: 1) mengembangkan 2 (dua) PPK untuk wilayah Bandung

Barat dan wilayah Bandung Timur;2) membagi kota menjadi 8 (delapan) SWK, masing-

masing dilayani oleh 1 (satu) SPK; 3) mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan

secara merata; 4) menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat

pelayanan sesuai skala pelayanannya; dan 5) menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat

pelayanan dengan fungsi dan kapasitas jaringan jalan.

Strategi pola ruang kota untuk optimalisasi pembangunan wilayah terbangun meliputi: 1) mengembangkan pola ruang kota yang kompak,

intensif dan hijau, serta berorientasi pada pola jaringan transportasi;

2) mendorong dan memprioritaskan pengembangan ke Bandung bagian timur yang terdiri atas SWK Arcamanik, SWK Ujung Berung, SWK Kordon, dan SWK Gedebage;

3) mengendalikan bagian barat kota yang telah berkembang pesat dengan kepadatan tinggi, yang terdiri atas SWK Bojonagara, SWK Cibeunying, SWK Tegallega, dan SWK Karees;

4) membatasi pembangunan di Kawasan Bandung Utara yang berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan berfungsi lindung bagi kawasan bawahannya;

Page 69: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

59

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

59

5) mempertahankan fungsi dan menata RTNH; dan 6) menata, mengendalikan dan mewajibkan penyediaan

lahan dan fasilitas ystem yang memadai bagi kegiatan pada kawasan peruntukan lainnya.

Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang merujuk pada ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan umum mekanisme perizinan pemanfaatan ruang, ketentuan umum insentif dan disinsentif untuk mengendalikan dan/atau membatasi pembangunan yang berdampak terhadap fungsi kawasan strategis, serta arahan sanksi.

Pusat Pelayanan Kota terdiri atas: a. PPK Alun-alun; dan b. PPK Gedebage.

PPK Alun-alun dan PPK Gedebage direncanakan melayani kota, PKN Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional.

PPK Alun-alun dilengkapi paling kurang oleh fasilitas: a. peribadatan : masjid wilayah dan tempat peribadatan lainnya; b. gedung pertemuan umum; c. olahraga/rekreasi : komplek olahraga dengan gelanggang olahraga, gedung hiburan dan rekreasi, gedung kesenian, taman kota; d. pemerintahan : kantor pemerintahan, kantor pos wilayah, kantor Kodim, kantor telekomunikasi wilayah, kantor Perusahaan Listrik Negara (PLN) wilayah, kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) wilayah, Kantor Urusan Agama, pos pemadam kebakaran, Kantor Polisi sesuai dengan struktur yang berlaku di lembaga Kepolisian Republik Indonesia; e e. perbelanjaan/niaga : pusat perbelanjaan utama (grosir), pasar, pertokoan, bank-bank, perusahaan swasta dan jasa-jasa lain.

PPK Gedebage dilengkapi paling kurang oleh fasilitas: a. pendidikan : perguruan tinggi dan perpustakaan; b. kesehatan : rumah sakit kelas A; c. peribadatan : masjid wilayah dan tempat peribadatan lainnya; d. gedung pertemuan umum; e. olahraga/rekreasi : komplek olahraga dengan gelanggang olahraga, gedung hiburan dan rekreasi, gedung kesenian, taman kota, gedung seni tradisional; f. pemerintahan : kantor pemerintahan, kantor pos wilayah, kantor telekomunikasi wilayah, kantor Perusahaan Listrik Negara (PLN) wilayah, kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) wilayah, Kantor Urusan Agama, pos pemadam kebakaran, Kantor Polisi sesuai

Page 70: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

60

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

60

dengan struktur yang berlaku di lembaga Kepolisian Republik Indonesia; g. perbelanjaan/niaga : pusat perbelanjaan utama (grosir), pasar, pertokoan, bank-bank, perusahaan swasta dan jasa-jasa lain; dan h. transportasi : terminal dan umum, i. perbelanjaan/niaga : pusat perbelanjaan utama (grosir), pasar, pertokoan, bank-bank, perusahaan swasta dan jasa-jasa lain.

Arahan pemanfaatan tanah (RTRW) Kota Bandung pada tabel dibawah ini :

Tabel16.RencanaTataRuangWilayahKotaBandungNo. ArahanFungsiKawasandalamRTRW Luas(Ha) %

1 Bandara 126,606 0,76 2 Fasilitas Kesehatan (Rumah Sakit) 0,002 0,00 3 Gang 0,475 0,00 4 Industri dan Pergudangan 509,677 3,05 5 Industri dan Pergudangan (Berwawasan Lingkungan) 0,016 0,00 6 Jalan 1.172,539 7,01 7 Jalur Hijau, Sempadan Sungai 0,138 0,00 8 Jasa 1.271,586 7,60 9 Kawasan Industri (Berwawasan Lingkungan) 0,000 0,00

10 Kawasan Pusat Primer Gedebage 0,000 0,00 11 Kesehatan 63,297 0,38 12 Kawasan Perlindungan Plasma 13,764 0,08 13 Kawasan Perlindungan thdp kawasan bawahannya 613,212 3,67 14 Makam 0,000 0,00 15 Pemerintahan 0,160 0,00 16 Pendidikan 199,976 1,20 17 Pendidikan (Perguruan Tinggi) 0,006 0,00 18 Perdagangan 1.412,260 8,44 19 Peribadatan 7,414 0,04 20 Perkantoran (Pemerintahan) 203,409 1,22 21 Pertahanan dan Keamanan 248,125 1,48 22 Pertanian 61,260 0,37 23 Perumahan kepadatan rendah 456,001 2,73 24 Perumahan kepadatan sedang 5.506,636 32,92 25 Perumahan kepadatan tinggi 3.687,977 22,04 26 Rencana Danau 27,814 0,17 27 Rencana Terminal Terpadu 13,515 0,08 28 RTH 322,458 1,93 29 RTH (Sarana Olahraga) 110,312 0,66 30 Ruang Terbuka Hijau (Taman, Lap. OR, Pemakaman) 1,600 0,01

Page 71: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

61

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

61

31 Sarana Infrastruktur Perkotaan 6,873 0,04 32 Sempadan KA 62,661 0,37 33 Sempadan Sungai 36,388 0,22 34 Sempadan SUTET 199,608 1,19 35 Sempadan Tol 247,823 1,48 36 Stasiun KA 7,120 0,04 37 Sungai 129,689 0,78 38 Terminal 4,248 0,03 39 Wisata Buatan 5,003 0,03

Sumber : Olahan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031 (Perda Kota Bandung No. 18 Tahun 2011)

Alokasi ruang yang paling besar pertama adalah perumahan kepadatan sedang, kedua perumahan kepadatan tinggi dan yang ketiga perdagangan.

D. PengendalianMekanisme Perijinan Pengendalian pemanfaatan

ruang selain dilakukan melalui pengawasan dan penertiban, juga dilakukan melalui mekanisme perijinan yang berlaku. Perijinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum. Mekanisme perijinan merupakan mekanisme terdepan dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan memiliki peran yang sangat penting dalam menarik atau menghambat investasi di suatu daerah. Mekanisme perijinan yang efektif akan mempermudah pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata ruang, namun jika sebaliknya, penyimpangan ini akan sulit untuk dikendalikan dan ditertibkan. Mekanisme ini dapat dimanfaatkan sebagai perangkat insentif untuk mendorong pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang, atau perangkat disinsetif untuk menghambat pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Perijinan yang terkait langsung dengan pemanfaatan ruang adalah Izin Lokasi, Izin Perencanaan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Jenis izin dan/atau pertimbangan kelayakan berdasarkan analisis rencana lingkungan yang masih erat kaitannya adalah Izin Undang-Undang Gangguan (IUUG) dan/atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Page 72: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

62

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

62

Ijin pemanfaatan ruang ini adalah ijin yang berkaitan dengan lokasi, kualitas dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, adat dan kebiasaan yang berlaku. Prinsip dasar penerapan mekanisme perijinan dalam pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut : a. Setiap kegiatan yang berpeluang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum pada dasarnya akan dilarang kecuali dengan ijin dari pemerintah kota. B. Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon ijin dari pemerintah setempat yang akan memeriksa kesesuaianya dengan rencana, serta standar administrasi legal. C. Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh lebih besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum dapat diberikan ijin.

Pelaksanaan perijinan tersebut diatas didasarkan atas pertimbangan dan tujuan untuk melindungi kepentingan umum, menghindari eksternalitas dan menjamin pembangunan sesuai dengan rencana serta standar minimum yang ditetapkan pemerintah kota.

Perijinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan di Kota Bandung terdiri dari 5 jenis, yaitu : 1) Perijinan kegiatan/lisensi (SIUP, TDP, dll). 2) Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan (ijin

lokasi, ijin peruntukan penggunaan tanah/IPPT, ijin penggunaan bangunan/IPB).

3) Perijinan kontruksi (ijin mendirikan bangunan/IMB). 4) Perijinan lingkungan (Amdal, yang terdiri dari Analisis

Dampak Lingkungan, Rencana Pemantauan Lingkungan, dan Rencana Pengelolan Lingkungan, Ijin Gangguan/HO).

5) Perijinan khusus (pengambilan air tanah, dll)

Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kota Bandung didasarkan :1) pada arahan-arahan yang tercantum dalam rencana

struktur tata ruang dan pemanfaatan ruang. 2) Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan

terhadap kawasan lindung dan kawasan budidaya yang meliputi ystem pusat kegiatan, pemanfaatan ruang

Page 73: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

63

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

63

sistem dan privat, ketentuan teknis bangunan, berbagai ystem kegiatan, ystem prasarana wilayah, serta fasilitas dan utilitas kota.

3) Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang termasuk terhadap pemanfaatan air permukaan, air bawah tanah, udara serta pemanfaatan ruang bawah tanah.

4) Koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) yang ditetapkan oleh walikota.

5) Untuk rujukan pengendalian yang lebih teknis, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota harus dijabarkan dalam : a. Rencana rinci (Rencana Detail Tata Ruang Kota) dan rencana rancangan (disain). B. Perangkat pengendalian, seperti peraturan pembangunan/zoning regulation, kajian rancangan (design review), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Panduan Rancang Kota (design guidelines), dan standar teknis yang ditetapkan.

Bentuk pengendalian dalam pelaksanaan penataan ruang yang sudah dilaksanakan salah satunya adalah Pemberian izin lokasi adalah esensi dari upaya pemanfaatan dan pengendalian penggunaan tanah dalam rangka menciptakan kondisi ruang yang telah direncanakan melalui suatu rencana tata ruang. Izin lokasi harus dipertahankan sebagai suatu system pengendalian penggunaan dan pemanfaatan tanah, terutama untuk perlidungan tanah pertanian. Namun demikian diperlukan sejumlah langkah-langkah korektif agar dapat diaplikasikan secara lebih efektif.

Izin Lokasi sudah masuk dalam wewenang Pemerintah Daerah, sedangkan yang masih wewenang BPN adalah pertimbangan teknis pertanahan dalam rangka penetapan lokasi.

Dalam rangka pengendalian tata ruang maka ijin yang dikeluarkan adalah1) Ijin Perubahan Penggunaan Tanah, 2) Ijin Lokasi, 3) Penetapan lokasi.

Terdapat ketidak sesuaian penggunaan tanah dengan

Page 74: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

64

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

64

tata ruang :a) Daerah Gedebage (Summarecon), fisiknya perumahan

namun RTRW untuk industry, penyesuain nya secara detail dalam RDTR.

b) Daerah kawaluyan, secara existing merupakan perumahan sedangkan dalam RTRW merupakan perkantoran.

E. PeranSertaMasyarakatDalam mendukung masyarakat untuk mengetahui

rencana tata ruang dan peraturan pelaksanaannya, Pemerintah Daerah mengumumkan dan menyebarluaskan RTRW dan melalui penempelan/pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempat-tempat umum dan kantor-kantor pelayanan umum, penerbitan booklet atau brosur, pengunggahan pada situs pemerintah daerah, atau pada media cetak dan elektronik lainnya yang sah.

Berkaitan dengan adanya KBU maka peran serta masyarakat baik perorangan maupunkelompok sebagai berikut :1) memberikan kontribusi terhadap pengendalian

pemanfaatan ruang di KBU;2) menjadi pelaku dalam pengendalian pemanfaatan

ruang di KBU;3) menjaga, memelihara dan melestarikan KBU;4) meningkatkan nilai ekonomis dari keberadaan KBU

yang berfungsi ekologis.

4.2.2.KabupatenBandungLetak Kabupaten Bandung secara administratif di dalam

Provinsi Jawa Barat terletak diantara Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut.

A. Administrasiwilayaha. Letak georafis : 107o14’ – 107o56’ BT dan

6o49’ – 7o18’ LSb. Luas Wilayah : 176.238,67Hac. - Jml Kecamatan : 31 Kecamatan - Jml Kel./

desa : 270 Kelurahan,10 Desa

Page 75: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

65

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

65

d. - Jumlah Penduduk : 3.470.393 jiwa e. Batas-batas wilayah kota terdiri atas:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kabupaten Sumedang;

2) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut;

3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur;

4) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kota Cimahi.

Tabel17.KepadatanPendudukKabupatenBandung.

No Kecamatan LuasWilayah(Km2)

JumlahPenduduk(Jiwa)

KepadatanPenduduk(Km2/Jiwa)

1. Ciwidey 48,47 74.260 1.532 2. Rancabali 148,37 48.449 327 3. Pasirjambu 239,58 81.297 339 4. Cimaung 55,00 74.502 1.355 5. Pangalengan 195,41 141.285 723 6. Kertasari 152,07 66.659 438 7. Pacet 91,94 102.970 1.120 8. Ibun 54,57 77.321 1.417 9. Paseh 51,03 122.206 2.395

10. Cikancung 40,14 84.455 2.104 11. Cicalengka 35,99 111.374 3.095 12. Nagreg 49,30 48.980 994 13. Rancaekek 45,25 170.325 3.764 14. Majalaya 25,36 154.161 6.079 15. Solokanjeruk 24,01 78.978 3.289 16. Ciparay 46,18 154.072 3.336 17. Baleendah 41,56 233.336 5.614 18. Arjasari 64,98 92.888 1.429 19. Banjaran 42,92 117.016 2.726 20. Cangkuang 24,61 67.507 2.743 21. Pameungpeuk 14,62 71.276 4.875 22. Katapang 15,72 114.054 7.255 23. Soreang 25,51 107.198 4.202 24. Kutawaringin 47,30 92.036 1.946 25. Margaasih 18,35 138.871 7.568 26. Margahayu 10,54 122.335 11.607

Page 76: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

66

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

66

27. Dayeuhkolot 11,03 114.577 10.388 28. Bojongsoang 27,81 108.884 3.915 29. Cileunyi 31,58 173.114 5.482 30. Cilengkrang 30,12 48.247 1.602 31. Cimenyan 53,08 107.355 2.023

KabupatenBandung 1.762,39 3.299.988 1.872

Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2012

Dari tabel diatas terlihat bahwa Kabupaten Bandung memiliki luas wilayah sebesar 1.762,39 Km2dengan jumlah penduduk sebesar 3.299.088 jiwa, sehingga tingkat kepadatanan penduduk rata-rata mencapai 1.872 jiwa per Km2. Dari 31 wilayah kecamatan yangtercakup dalam wilayahKabupaten Bandung terlihat bahwa Kecamatan Margahayu merupakan wilayah kecamatan paling padat pertama dengan luas wilayah 10,54 Km2memiliki jumlah penduduk 122.335 jiwa, maka tingkat kepadatan penduduknya mencapai11.607 jiwa per Km2, sedangkan Kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terpadat kedua adalah Kecamatan Dayeuhkolot,dengan luas wilayah 11,03 Km2memiliki jumlah penduduk 114.577 jiwa,maka tingkat kepadatan penduduknya mencapai 10.388 jiwa per Km2.

Untuk wilayah kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terendah pertama adalah Kecamatan Rancabali dengan luas wilayah 148,37 Km2memiliki jumlah penduduk 48.449 jiwa, maka tingkat kepadatan penduduknya sebesar 327 jiwa per Km2, sedangkan kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk terrendah kedua adalah Kecamatan Pasirjambu, dengan luas wilayah 239,58 Km2memiliki jumlah penduduk 81.297 jiwa,maka tingkat kepadatan penduduknya sebesar 339 jiwa per Km2.

B. PenggunaanTanah Jumlah penggunaan tanah dalam kelompok

budidaya pertanian masih cukup dominan, yaitu seluas 109.845,45 hektar atau 62,32 persen dari luas Kabupaten Bandung. Mayoritas penggunaan tanah kabupaten Bandung pada tahun 2013 di dominasi oleh perkebunan besar seluas 37.386,83 ha, kedua sawah irigasi teknis 2 x`padi, ketiga kampong/perumahan, keempat tegalan/ladang, dan yang

Page 77: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

67

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

67

terkecil penggunaan tanah untuk rawa.Untuk lebih jelasnya mengenai luasan penggunaan

tanah di Kabupaten Bandung pada Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel18.PenggunaanTanahKabupatenBandungTahun2013

No. PenggunaanTanah Luas(ha) %Luas

I. Budidayanonpertanian 32.336,17 18,34

1. Kampong/Perumahan 25.700,87 14,582. Emplasemen 629,72 0,363. Industri 719,44 0,414. Kuburan/Pemakaman 137,39 0,085. Bandar Udara 67,85 0,046. Lapangan Golf 53,82 0,037. Lapangan Olah Raga 29,24 0,028. Hutan sejenis 4.873,57 2,769. Pertambangan 9,44 0,01

10. Tanah terbuka 114,84 0,07

II. BudidayaPertanian 109.845,45 62,32

11. Sawah irigasi teknis 2 x padi 31.060,22 17,6212. Sawah tadah hujan 3.264,52 1,8513. Tegalan/Ladang 19.766,32 11,2114. Kebun Campuran 18.367,56 10,4215. Perkebunan Besar 37.386,83 21,21

III. NonBudidaya 29.741,69 16,87

16. Hutan Lebat 11.740,29 6,6617. Hutan Belukar 5.066,49 2,8718. Semak 12.918,70 7,3319. Rawa 0,44 0,0020. Tanah Rusak 15,77 0,01

IV. Lain-lain 4.343,77 2,46

21. Jalan 3.479,42 1,9722. Jalan Kereta Api 26,76 0,0223. Sungai/Danau/Situ 837,59 0,48

Jumlah 176.267,07 100,00Sumber : Hasil Perhitungan Data Spasial (BPN Prov. Jawa Barat, 2013)

Terdapat perbedaan data penggunaan lahan yang dikeluarkan oleh Bappeda Provinsi Jawa Barat tahun 2011

Page 78: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

68

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

68

seluas 176.238,67 ha.Jika dibandingkan dengan penggunaan tanah tahun

2004 maka terdapat beberapa jenis penggunaan tanah yang mengalami perubahan, yaitu :1) Hutan Lebat selama dalam kurun waktu 9 tahun

mengalami perubahan (berkurang) seluas 23.877,14 hektar. Perubahan yang dominan adalah berubah menjadi perkebunan basar seluas 13.875,35 hektar, berubah menjadi semak seluas 4.714,45 hektar, berubah menjadi kebun campuran seluas 2.873,32 hektar dan berubah menjadi hutan belukar seluas 1.759,38 hektar;

2) Sawah irigasi teknis selama dalam kurun waktu 9 tahun mengalami perubahan (berkurang) seluas 16.297,15 hektar. Perubahan yang dominan adalahberubah menjadi kampong dan perumahan seluas4.852,94 hektar, berubah menjadi tegalan/ladang seluas 3.646,20 hektar, berubah menjadi perkebunan besar seluas 3.130,98 hektar, dan berubah menjadi kebun campuran seluas 2.198,81 hektar;

3) Semak selama dalam kurun waktu 9 tahun mengalami perubahan (berkurang) seluas 16.151,52 hektar. Perubahan yang dominan adalah berubah menjadi kebun campuran seluas 4.253,40 hektar, berubah menjadi tegalan/lading seluas 2.449,05 hektar,berubah menjadi perkebunan besar seluas 2.375,84 hektar, dan berubah menjadi hutan belukar seluas 2.368,46 hektar;

4) Tegalan/lading selama dalam kurun waktu 9 tahun mengalami perubahan (berkurang) seluas 12.223,61 hektar. Perubahan yang dominan adalah berubah menjadi perkebunan besar seluas 3.045,08 hektar, berubah menjadi kebun campuran seluas 2.646,59 hektar, berubah menjadi sawah irigasi teknis seluas 2.355,24 hektar,berubah menjadi kampong dan perumahan seluas 2.210,91 hektar, dan berubah menjadi semak seluas 21.103,17 hektar;

5) Perkebunan besar selama dalam kurun waktu 9 tahun mengalami perubahan (berkurang) seluas 4.396,18 hektar. Perubahan yang dominan adalahberubah

Page 79: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

69

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

69

menjadi kebun campuran seluas 1.721,64 hektar, berubah menjadi tegalan seluas 1.238,28 hektar berubah menjadi kampong dan perumahan seluas 662,67 hektar dan berubah menjadi semak seluas 710,23 hektar;

6) Kebun campuranselama dalam kurun waktu 9 tahun mengalami perubahan(berkurang) seluas 3.795,24 hektar. Perubahan yang dominan adalah berubah menjadi tegalan seluas 2.009,55 hektar dan berubah menjadi kampung dan perumahan seluas 1.684,81 hektar;

7) Industri selama dalam kurun waktu 9 tahun mengalami perubahan (berkurang) seluas 661,66 hektar. Perubahan yang dominan adalah berubah menjadi kampong dan perumahan seluas 362,38 hektar dan berubah menjadi emplasement seluas 268,11 hektar;

8) Penggunaan tanah lainnya yang mengalami perubahan (berkurang) namun perubahan tersebut tidak terlalu siknifikan adalah emplacement berkurang 160,66 hektar, padang rumput berkurang 50,11 hektar, dan rawa berkurang 12,59 hektar. Wilayah yang paling dinamis perubahan penggunaan

tanahnya adalah kecamatan Bojongsoang (kawasan industry), kecamatan Soreang (pusat pemerintahan dan pembangunan tol), kecamatan Kutawaringin dan Margahayu (tol).

Tabel19.GambaranUmumPenguasaanTanahKabupatenBandungTahun2013

No. GambaranUmumPenguasaanTanahLuas(ha)

%terhadapLuasWilayah

(Ha)

1. Tanah UUPA/Tanah Milik Adat 113.909,13 64,93

2. Penguasaan Tanah Sekala Besar (HGU) 3.628,87 2,07

3. Tanah Negara 54.385,30 31,00

4. Lain-lain (Jalan, Jalan Kereta dan Sungai/Danau 4.343,77 2,46

Jumlah 176.267,07 100,00Sumber Neraca Penggunaan Tanah Kabupaten Bandung Tahun 2013

Berdasarkan data pada Tabel di atas diketahui

Page 80: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

70

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

70

bahwa 64,93 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung merupakanTanah Hak UUPA/Tanah Milik Adat, yakni seluas 113,909,13 hektar, kemudian penguasaan tanah yang dominan kedua adalah Tanah Negara, yakni seluas 54.385,30 hektar, atau 31,00 persen, dan selebihnya merupakan penguasaan tanah sekala besar (HGU), yakni seluas 3.628,87 hektar atau 2,07 persendari luas wilayah Kabupaten Bandung.

C. PenataanRuangPerda RTRW Kabupaten Bandung dimuat dalam Perda

Nomor 3 tahun 2008 mengenai Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Kabupaten Bandung untuk kurun waktu tahun 2010– 2030. Perda ini sedang dalam proses revisi.

Rencana tata ruang Kabupaten Bandung berdasarkan fungsi utamanya, terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.Penetapan kawasan lindung di Kabupaten Bandung menjadi titik tolak di dalam pengembangan tata ruang wilayah yang berlandaskan pada prinsip pembangunan berkelanjutan.

Penetapan Rencana kawasan lindungKabupaten Bandung tidak cukup ideal, yakni hanya dialokasikan sebesar 20,00 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung, sedangkan edialnya untuk kawasan lindung adalah sebesar 30 persen dari luas wilayah. Kawasan lindung dialokasi seluas 44.832,12 hektar atau 25,43 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung, yang berupa hutan lindung, hutan konservasi dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan sempadan sungai, sedangkan kawasan budidaya dialokasikan seluas 123.657,21 hektar atau 70,15 persen, yang berupa kawasan permukiman,kawasan pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering, kawasan tanaman tahunan dan peruntukan lainnya. Sedangkan kawasan hutan dialokasikan seluas 2.881,59hektar atau 1,63 persen, yang terdiri dari kawasan hutan produksi dan kawasan hutan rakyat. Secara rinci data luas arahan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang wilayah dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 81: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

71

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

71

Tabel20.RencanaTataRuangWilayahKabupatenBandung

No. ArahanFungsiKawasandalamRTRW

Jumlah(Ha)

%TerhadapLuasWilayah

A. KawasanBudidaya 123.657,21 70,151. Kawasan Permukiman 29.941,75 16,992. Kawasan Peruntukan Industri 5.403,15 3,073. Pemerintahan/Fasum 325,64 0,184. Hankam 561,27 0,325. Wisata (Buatan) 489,39 0,286. Perdagangan/Jasa 2.116,53 1,207. Peternakan 101,70 0,068. Kawasan Pertanian Lahan Basah 33.145,38 18,809. Kawasan Pertanian Lahan Kering 11.490,95 6,52

10. Kawasan Tanaman Tahunan 39.351,61 22,3211. Kawasan Perikanan 729,85 0,41B. KawasanHutan 2.881,59 1,6312. Hutan Produksi 39,16 0,0213. Hutan Rakyat 2.842,42 1,61C. KawasanLindung 44.832,12 25,43

14. Kaw. Hutan Lindung 34.081,90 19,3415. Kaw. Hutan Konservasi 9.586,58 5,4416. Kaw. Ruang Terbuka Hijau (RTH) 284,78 0,1617. Kaw. Sepadan Sungai 878,86 0,50

D. Lain-lain (Jalan, Jalan Kereta dan Sungai/Danau 4.343,77 2,46

Jumlah 176.267,07 100,00Sumber Neraca Penggunaan Tanah Kabupaten Bandung Tahun 2013

Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa arahan

fungsi kawasan yang paling dominan pada kawasan budidaya adalah arahan fungsi kawasan untuk kegiatan tanaman tahunan, yakni seluas 39.351,38 hektar atau31,82persen dariluas kawasan budidaya dan 22,32 persendari luas wilayah Kabupaten Bandung, sedangkan arahan fungsi kawasan yang dominan kedua pada kawasan budidaya adalah arahan fungsi kawasan untuk kegiatan pertanian lahan basah, yakni seluas 33.145,38 hektar atau 26,80 persen dari luas kawasan budidaya dan 18,80 persendari luas wilayah Kabupaten Bandung.Kemudian arahan fungsi kawasan yang terkecilpertamapada kawasan budidaya adalah arahan fungsi kawasan untuk peternakan,yakni seluas 101,70 hektar atau 0,08 persen dari kawasan budidaya dan 0,06 persen dari luas wilayah

Page 82: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

72

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

72

Kabupaten Bandung, sedangkan arahan fungsi kawasan yang terkecil kedua pada kawasan budidaya adalah arahan fungsi kawasan untuk fasilitas umum dan pemerintahan, yakni seluas 325,64 hektar atau0,26 persen dari luas kawasan budidaya dan 0,18 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung.

Arahan fungsi kawasan untuk kawasan hutan dialokasikan seluas 2.896,16 hektar atau 1,63 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung. Arahan kawasan untuk kawasan hutan tersebut terdiri dari kawasan hutan produksi seluas 39,351 hektar atau 1,36 persen dari luas kawasan hutan atau 0,02 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung, dan kawasan hutan rakyat seluas 2.842,42 hektar atau 98,64 persen dari luas kawasan hutan atau 1,61 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung.

Sedangkan arahan fungsi kawasan untuk kawasan lindung dialokasikan seluas 44.832,12 hektar atau 25,42 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung.Arahan fungsi kawasan untuk kawasan lindung yang paling dominan adalah kawasan hutan lindung, yakni seluas 34.081,90 hektar atau 76,02 persen dari luas kawasan lindung atau 19,34 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung, sedangkan kawasan hutan konservasi dialokasi seluas 9.586,58 hektar atau 21,38 persen dari luas kawasan lindung atau 5,44 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung.

Ketidak sesuaian penggunaan tanah dengan RTRW mencapai sekitar 40 % atau hampir sebagian dari wilayah Kabupaten Bandung, seperti ciwidey merupakan kawasan hutan milik perhutani menjadi kawasan wisata.

Upaya yang dilakukan untuk menyesuaikan penggunaan tanah dengan RTRW melalui 1) perijinan satu atap oleh BPMP diperketat, 2)adanya Perda/ketentuan khusus dengan mewajibkan IPPT untuk setiap perubahan penggunaan tanah di bawah luas objek ijin lokasi.

D. PengendalianPengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan

melalui mekanisme perijinan, baik ijin lokasi dan site plan, kegiatan pengawasan dan penertiban. Untuk KBU diberikan berdasarkan koefisien wilayah sebesar 15 sampai 20 % dan harus ada rekomendasi dari Gubernur. KDB di kawasan

Page 83: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

73

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

73

perkotaan adalah sebesar maksimal 40 % dan Koefisien Dasar Hijau minimal sebesar 52 % sedangkan untuk kawasan pedesaan KDB maksimal sebesar 20 % dan KDH minimal sebesar 76 %, untuk kawasan tertentu KDB maksimal sebesar 15 % dan KDH sebesar minimal 82 %.

Kawasan Bandung Utara atau dikenal sebagai KBU merupakan sebuah kawasan di sebelah utara Bandung yang berada pada ketinggian di atas 750 meter diatas permukaan laut, terletak di kaki Gunung Burangrang pada bagian barat, kaki Gunung Tangkuban parahu pada bagian tengah, dan kaki GUnung manglayang pada bagian timur. Secara fungsional daerah–daerah yang masuk KBU terbagi ke dalam 4 wilayah administratif pemerintahan, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kota Cimahi, meliputi 21 kecamatan, 89 kelurahan, dan 16 desa. Luas KBU adalah kurang lebih 38.543,33 Ha.

Pada jaman kolonial Belanda, KBU sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi karena daerah ini memiliki potensi resapan air yang tinggi, sehingga secara alami menjadi daerah pasokan air bagi daerah bawahannya yakni Kota Bandung dan sekitarnya. Suplai air tanah bagi wilayah Cekungan Bandung, sekira 60% nya berasal dari KBU, dan sisanya sekira 40% berasal dari Kawasan Bandung Selatan.

E. PeranSertaMasyarakat Peran masyarakat dilibatkan dalam proses

penyusunan RTRW melalui sosialisasi dalam bentuk FGD yang dilakukan sebanyak 3 kali. Untuk pemberian intensif dan disinsentif belum pernah dilakukan karena regulasinya belum ada.

4.3. PROVINSI JAWA TIMURA. WilayahAdministrasi

Secara administrasi Provinsi Jawa Timur memiliki :a. Letak geografis : 11100 Bujur Timur – 11404’ Bujur Timur dan

70 12’Lintang Selatan – 8048”Lintang Selatanb. Luas wilayah : 47.963 km2 meliputi dua bagian utama. Yaitu Jawa

Timur daratan dan Kepulauan Madura. Wilayah daratan Jawa Timur sebesar 88,70 persen atau 42.541 km2, sementara luas Kepulauan Madura memiliki luas 11.30 persen atau sebesar

Page 84: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

74

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

74

5.422 km2c. Jumlah penduduk : tahun 2010 sebanyak 37.476.757 jiwad. Batas Daerah : 1) Sebelah Utara dengan Laut Jawa dan Pulau Kalimantan, Propinsi

Kalimantan Selatan2) Sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia3) Sebelah Barat dengan Propinsi Jawa Tengah4) Sebelah Timur dengan Selat Bali / Propinsi BaliSecara administratif Jawa Timur terbagi menjadi 29 kabupaten dan

9 kota, dengan Kota Surabaya sebagai ibukota provinsi. Ini menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi yang memiliki jumlah kabupaten/kota terbanyak di Indonesia. Jawa Timur terbagi dalam 4 Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil ), sebagai berikut Bakorwil I Madiun meliputi Kota Madiun, Kab. Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ponorogo, Kab. Ngawi, Kab. Trenggalek, Kab. Tulungagung, Kota Blitar, Kkab. Blitar, dan Kab. Nganjuk. Bakorwil II Bojonegoro meliputi Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kota Mojokerto, Kota Kediri, kab. Kediri, Kab. Jombang, dan Kab. Lamongan. Bakorwil III Malang, meliputi Kota Malang, Kab. Malang, Kota Batu, Kota Pasuruan, Kab. Pasuruan, Kota Probolinggo, kab. Probolinggo, kab. Lumajang, kab. Jember, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo dan Kab. Banyuwangi. Bakorwil IV Pamekasan meliputi, Kota Surabaya, Kab. Sidoarajo, kab. Gresik, kab. Bangkalan, Kab. Sampang, Kab. Pamekasan, dan kab Sumenep.

B. PenggunaanTanahPenggunaan tanah di Provinsi Jawa timur terbesar dimanfaatkan

sebagai kawasan non-hutan (permukiman, industri dan lainnya), dengan luas penggunaan tanahnya sebesar 3.054.389 Ha. Selanjutnya, kawasan hutan dengan luas 1.680.959 Ha. Untuk tanah yang digunakan sebagai LP2B, dialokasikan seluas 3.292.078 Ha, dimana 1.646.183 Ha dimanfaatkan sebagai sawah irigasi, 428.991 sebagai kawasan sawah non-irigasi dan 1.216.904 Ha sebagai lahan non-sawah. Provinsi Jawa Timur memiliki 37 Kabupaten/Kota, dimana kabupaten/kota yang terbesar adalah Kabupaten Lamongan dengan luas wilayah mencapai 161.379 Ha atau 7,8% dari total luas wilayah provinsi Jawa Timur. Sedangkan kabupaten/kota yang memiliki luas wilayah terkecil berada di Kota Mojokerto, dengan luas wilayah yang hanya seluas 645 Ha atau 0,03% dari luas wilayah keseluruhan.

C. PenataanRuangWilayah Provinsi terdiri atas 8 (delapan) wilayah yang meliputi: 1) WP Germakertosusila Plus dengan pusat di Kota Surabaya

Page 85: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

75

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

75

meliputi: Kota Surabaya, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, dan industri;

2) WP Malang Raya dengan pusat di Kota Malang meliputi: Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri;

3) WP Madiun dan sekitarnya dengan pusat di Kota Madiun meliputi: Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, kehutanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, kesehatan, dan industri;

4) WP Kediri dan sekitarnya dengan pusat di Kota Kediri, meliputi: Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Trenggalek, dan Kabupaten Tulungagung dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri;

5) WP Probolinggo–Lumajang dengan pusat di Kota Probolinggo meliputi: Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang, dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan;

6) WP Blitar dengan pusat di Kota Blitar meliputi: Kota Blitar dan Kabupaten Blitar dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata;

7) WP Jember dan sekitarnya dengan pusat di Perkotaan Jember meliputi: Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dengan fungsi pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata; dan

Page 86: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

76

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

76

8) WP Banyuwangi dengan pusat di Perkotaan Banyuwangi meliputi: Kabupaten Banyuwangi dengan fungsi: pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.

4.3.1.KabupatenBanyuwangiKabupaten Banyuwangi adalah sebuah kabupaten

di ProvinsiJawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung paling timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, dan berbatasan dengan Kabupaten Situbondo di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur sekaligus menjadi yang terluas di Pulau Jawa, dengan luas wilayahnya yang mencapai 5.782,50 km2, atau lebih luas dari Pulau Bali (5.636,66 km2).

A. AdministrasiWilayahSecara geografis terletak pada koordinat 7º 45’ 15” – 80

43’ 2” lintang selatan dan 113º 38’ 10” Bujur Timur Wilayah kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif.Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan pengembangan penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo. Pantai timur Banyuwangi (Selat Bali) merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Indonesia. Di Muncar terdapat pelabuhan perikanan khususnya tuna di indonesia.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi

Page 87: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

77

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

77

merupakan daerah kawasan hutan. Area hutan ini mencapai sekitar 32%, persawahan sebesar 12%, perkebunan sebesar 14%, 22% dimanfaatkan sebagai daerah pemukiman, ladang sebesar 3% dan 17% untuk Tambak10.

Tabel21.KepadatanPendudukKabupatenBanyuwangi

Sumber : Banyuwangi Dalam Angka 2016

Kepadatan penduduk di kabupaten Banyuwangi tertinggi berada di kecamatan banyuwangi sebesar 3.594 orang/km2, kedua di kecamatan Giri sebesar 1.382 orang/km2 dan ketiga adalah kecamatan Genteng sebesar 1.031 orang/km2, sisanya rata-rata kecamatan kepadatannya berada di bawah 1000 orang per km2.

B. PenggunaanTanahSebagian besar penggunaan tanah di Kabupaten

banyuwangi adalah untuk hutan seluas 111020,612 ha (30,

10 SumberBPSkabupatenBanyuwangitahun2015

Page 88: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

78

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

78

82 %), kedua untuk sawah irigasi seluas 73744,816 ha (20,47 %), ketiga untuk kebun seluas 71217,747 (19,82 %) , ke empat untuk pemukiman sebesar 8,64 % sedangkan yang terkecil untuk tanah jasa 0,007 %.

Tabel22.PenggunaantanahKab.Banyuwangitahun2011No. PenggunaanTanah Luas(ha) %LuasWilayah

1. Hutan 111020,612 30,8172. Permukiman 31138,061 8,6433. Kebun 71217,747 19,7684. Padang 25362,06 7,0405. Sawah Irigasi 73744,816 20,4706. Sawah Tadah hujan 352,707 0,0987. Tanah Terbuka 302,005 0,0848. Tanah Jasa 25,035 0,0079. Tegalan/Ladang 15894,89 4,41210. Sungai/Danau 1172,646 0,32511. Kolam Air Tawar 1478,205 0,41012. Rawa 1430,029 0,39713. Perkebunan 27121,726 7,528

Total 360260,539 100,00Sumber Neraca Penggunaan Tanah BPN Provinsi jawa Timur 2011

Perkembangan Perubahan Penggunaan tanah dari

tahun 2004 ke 2011 sangat rendah, yang mengalami perubahan sawah berkurang -0,093 %, budi daya pertanian lainnya sebesar -0,048 %, dan perumahan 0,146 %. Dari 21 Kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi , ada sekitar 10 kecamatan yang tidak terdapat perubahan penggunaan tanah yaitu Bangorejo, Kalibaru, Muncar, Pasanggrahan, Purwoharjo, Sempu, Singojuruh, Songgon, Srono, dan Tegaldlimo.

Adapun gambaran penguasaan tanah sebagian besar merupakan tanah negara dikuasai (51,71 %) dan Hak Milik (26,11%).

Tabel23.PenguasaanTanahtahun2011No. Gambaran Umum Penguasaan Tanah Luas(ha) %Total1. Hak Adat 46158.438 12.812. Hak Milik 94056.541 26.113. Tanah Negara Dikuasai 186286.597 51.714. Sungai/Danau 1172.646 0.335. Hak Guna Usaha 32586.317 9.05

Total 360260.539 100.00Sumber Neraca Penggunaan Tanah BPN Provinsi jawa Timur 2011

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

Page 89: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

79

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

79

C. PenataanRuangVisi penataan ruang Kabupaten Banyuwangi adalah

terwujudnya pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi kabupaten berbasis pada potensi sumber daya alam daerah yang didukung oleh pembangunan sarana dan prasarana yang memadai dengan memperhatikan harmonisasi antara pengelolaan kawasan budidaya, kawasan lindung, dan pengendalian kawasan rawan bencana secara praktis pemerintah banyuwangi mempunyai misi sebagaimana berikut:1. Mewujudkan pengelolaan kawasan lindung, kawasan

budidaya, dan pengendalian kawasan rawan bencana secara harmonis dan berkelanjutan;

2. Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah perkotaan dan perdesaan untuk mendukung pengembangan wilayah dan untuk mengurangi disparitas antar wilayah;

3. Mewujudkan pengembangan kawasan ekonomi unggulan yang berbasis sumber daya lokal berupa pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

4. Mewujudkan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, industri kecil dan menengah serta industri besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi;

5. Mewujudkan pengembangan pendidikan yang berbasis sumber daya lokal dalam rangka mendukung peningkatan sumber daya manusia;

6. Meningkatkan kerjasama investasi antara pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan

7. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam secara optimal untuk mendorong kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam 7 point tersebut disusun kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten banyuwangi meliputi:

Page 90: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

80

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

80

a. pengembangan kawasan pertanian; b. pengembangan kawasan perikanan; c. pengembangan kawasan pariwisata terpadu berbasis

potensi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan;

d. pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi perdesaan dan perkotaan yang menunjang sistem pemasaran hasil pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa;

e. penataan sektor informal; f. pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah yang

mendukung kawasan pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa, kawasan pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta pelayanan dasar masyarakat;

g. pengembangan kawasan strategis kabupaten; h. pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung

lahan, daya tampung kawasan dan aspek konservasi sumber daya alam;

i. pengembangan kawasan budidaya dengan menumbuhkan kearifan lokal dan memperhatikan aspek ekologis;

j. pengendalian dan pelestarian kawasan lindung; k. pengendalian kawasan rawan bencana alam; dan l. Peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan

Keamanan Negara.

Untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang wilayah ditetapkan strategi penataan ruang wilayah kabupaten. Pengembangan kawasan pertanian di banyuwangi dengan strategi meliputi: a. mengembangkan lahan pertanian baru; b. mempertahankan kawasan pertanian produktif; c. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian; d. menetapkan kawasan pertanian tanaman pangan

berkelanjutan atau lahan pertanian abadi; e. mengoptimalkan pengelolaan lahan pertanian basah

dan lahan pertanian kering;f. mengembangkan dan mengoptimalkan kawasan

agropolitan; g. mengembangkan agroindustri dan agrobisnis di

Page 91: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

81

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

81

kawasan agropolitan; h. mengembangkan produk-produk unggulan budidaya

pertanian dan hortikultura; i. mengembangkan kawasan budidaya peternakan,

perkebunan dan kehutanan;j. mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur

sumberdaya air; k. meningkatkan infrastruktur penunjang kawasan

pertanian; l. mengembangkan budidaya pertanian dan hortikultura

yang ramah lingkungan; dan m. meningkatkan kelembagaan pengelolaan kawasan

pertanian.

Pengembangan kawasan pariwisata terpadu berbasis potensi wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan mencakup strategi: a. mengembangkan potensi daya tarik wisata alam, wisata

budaya, dan wisata buatan sesuai dengan Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP);

b. mengembangkan kawasan obyek wisata unggulan pada setiap WPP;

c. mengembangkan jalur pariwisata terpadu yang terintegrasi dengan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah;

d. mengembangkan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan;

e. melestarikan nilai-nilai tradisi atau kearifan budaya masyarakat lokal beserta lingkungannya sebagai daya tarik wisata budaya;

f. melestarikan kawasan peninggalan sejarah dan situs budaya sebagai aset budaya daerah dan pariwisata;

g. meningkatkan kerjasama dalam pengelolaan pariwisata pada kawasan konservasi, kawasan lindung, cagar alam, hutan produksi, dan perkebunan melalui pengembangan ekowisata; dan

h. meningkatkan peranserta masyarakat dan pelaku usaha pariwisata dengan pembinaan, penyuluhan, pelatihan, dan promosi bagi pengembangan pariwisata.

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

Page 92: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

82

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

82

perdesaan dan perkotaan yang menunjang sistem pemasaran hasil pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa dengan strategi meliputi:

a. menetapkan wilayah fungsional Kabupaten sesuai dengan potensi kawasan;

b. meningkatkan peran ibukota perkotaan Banyuwangi sebagai PKW dan peningkatan peran ibukota kecamatan bagi penunjang kegiatan skala lokal;

c. mengembangkan kawasan strategis di Kabupaten; d. memantapkan keterkaitan dan interaksi antara simpul-

simpul pertumbuhan ekonomi perkotaan dengan kawasan perdesaan sebagai hinterlandnya;

e. mengembangkan jaringan prasarana wilayah antara sentra produksi dengan pusat produksi; dan,

f. meningkatkan aksesibilitas barang, jasa dan informasi bagi kemudahan investasi di kawasan pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan, dan jasa.

Penataan sektor informal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf e dengan strategi meliputi: a. menertibkan sektor informal yang berkembang secara

alami; b. merelokasi sektor informal pada kawasan yang

ditentukan khusus untuk pengembangan sektor informal; dan

c. penataan sektor informal dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung, yaitu: 1. tersedianya tempat sampah; 2. tersedianya sumber air (PDAM); 3. tersedianya tempat parkir; dan 4. tersedianya fasilitas penunjang lainnya seperti

tempat duduk, tenda peneduh, gerobak yang bersih dan menarik.

Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah yang mendukung kawasan pertanian, perikanan, pariwisata, industri, perdagangan dan jasa, kawasan pemerintahan, pertahanan dan keamanan, serta pelayanan dasar masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf f dengan strategi meliputi:

Page 93: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

83

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

83

a. meningkatkan dan mengoptimalkan jaringan jalan bagi pengembangan kawasan agropolitan, kawasan minapolitan, kawasan pariwisata, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pemerintahan, pertahanan dan keamanan;

b. meningkatkan dan mengoptimalkan jaringan jalan menuju pusat kegiatan pelayanan dasar masyarakat;

c. mengembangkan jalan baru menuju kawasan potensi ekonomi wilayah;

d. mengembangkan jalan lingkar perkotaan; e. mengembangkan angkutan umum yang mengakses

pusat kegiatan di kawasan perdesaan;f. mengoptimalkan sistem jaringan kereta api; g. mengoptimalkan fungsi bandar udara yang telah

dikembangkan sebagai gerbang pertumbuhan ekonomi;

h. mengoptimalkan sistem pelabuhan laut dan angkutan laut;

i. meningkatkan dan mengoptimalkan jaringan irigasi; j. mengembangkan prasarana sumberdaya air; k. mengembangkan prasarana telekomunikasi; dan l. mengembangkan prasarana sumberdaya energi

alternatif baru terbarukan.

Pengembangan kawasan strategis kabupaten sebagaimana dengan strategi meliputi: a. menetapkan kawasan strategis kabupaten didukung

dengan penyusunan dokumen rencana rinci tata ruang kawasan, studi kelayakan dan rencana detail desain kawasan;

b. mengembangkan infrastruktur penunjang di kawasan strategis;

c. mengoptimalkan percepatan pengembangan kawasan strategis melalui kerjasama investasi pemerintah, swasta dan masyarakat;

d. mempersiapkan lahan pengembangan dan mengendalikan tata guna lahan di sekitar kawasan strategis; dan

e. mengoptimalkan proses pelayanan perizinan terpadu yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel guna mendorong minat investasi di kawasan strategis.

Page 94: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

84

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

84

Pengelolaan wilayah yang memperhatikan daya dukung lahan, daya tampung kawasan dan aspek konservasi sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf h dengan strategi meliputi: a. mengembangkan dan mengendalikan pengelolaan

wilayah-wilayah pesisir, kelautan dan pulau-pulau kecil;

b. mempertahankan kawasan hutan lindung; c. mengembangkan kawasan hutan produksi; d. mengembangkan kawasan perkebunan; e. mengembangkan hutan dan perkebunan rakyat; f. mengembangkan dan mengendalikan ruang terbuka

hijau pada kawasan perkotaan, sempadan jalan, sempadan sungai, sempadan pantai, ruang evakuasi bencana alam, dan kawasan perlindungan bawahan;

g. melestarikan dan merehabilitasi pada daerah tangkapan air dan sumber-sumber air; dan

h. pengendalian daya rusak air dilakukan pada sungai, danau, waduk, dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, pemulihan;

Pengembangan kawasan budidaya dengan menumbuhkan kearifan lokal dan memperhatikan aspek ekologis, sebagaimana dimaksud dengan strategi meliputi: a. mengembangkan kawasan peruntukan pertanian,

kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan kehutanan, dan kawasan peruntukan peternakan yang terintegrasi dengan pengembangan agroindustri dan agrobisnis;

b. mengembangkan kawasan peruntukan pariwisata dan kawasan budaya daerah yang berwawasan lingkungan;

c. mengembangkan kawasan peruntukan industri atau kawasan industri dengan memperhatikan daya dukung, kelestarian lingkungan, pemerataan, penyediaan infrasruktur penunjang kawasan, yaitu: 1. tersedianya akses jalan untuk kelancaran

transportasi; 2. tersedianya sumber energi (listrik dan gas);

Page 95: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

85

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

85

3. tersedianya sumber air (air permukaan, PDAM, air tanah bawah);

4. tersedianya sIstem dan jaringan telekomunikasi; dan

5. tersedianya fasilitas penunjang lainnya, seperti: kantor pengelola, kantin, bank, pemadam kebakaran, poliklinik, sarana ibadah, pos kemanan, sarana olah raga, dan halte angkutan umum.

d. mengembangkan sentra industri kecil dan industri rumah tangga berbasis sumberdaya lokal dan ramah lingkungan;

e. mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan berdasarkan potensi bahan galian, geologi dan geohidrologi dengan prinsip memperhatikan kelestarian lingkungan;

f. mengembangkan peruntukan kawasan perdagangan dan jasa; dan

g. mengembangkan peruntukan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman perdesaan yang seimbang dalam penyediaan sarana dan prasarana permukiman dengan ruang terbuka hijau, berwawasan lingkungan, serta terintegrasi dengan sistem trasnportasi. Pengendalian kawasan rawan bencana alam dengan

strategi meliputi: a. menetapkan kawasan rawan bencana alam sesuai

sifat dan jenis bencana alam berupa bencana gempa, bencana banjir, bencana kerentanan gerakan tanah, bencana letusan gunung berapi, bencana gelombang pasang dan tsunami, bencana kebakaran hutan;

b. mengidentifikasi tingkat resiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam;

c. mengembangkan jalur dan ruang evakuasi bencana sesuai sifat dan jenis bencana, serta karakteristik wilayah;

d. mengembangkan sistem mitigasi bencana; dan e. mengembangkan manajemen perencanaan,

pencegahan, kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada kawasan rawan bencana alam.

Page 96: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

86

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

86

Gambar5.DiskusidenganKepalaBidangTataBangunandanTataRuangKabupatenBanyuwangi

Sumber : Survey Lapangan 2016

D. PengendalianTahun 2014 lalu Pemkab Banyuwangi Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menobatkan Kabupaten Banyuwangi sebagai kabupaten dengan penataan ruang terbaik se-Indonesia. Penilaian penataan ruang terbaik tersebut berdasarkan tiga kriteria penilaian, yaitu perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang.

Perencanaan tata ruang daerah telah tercantum dalam Perda RT/RW, yang menjadi acuan wajib dalam setiap penerbitan advice planning oleh Badan Perencanaan Kabupaten dan izin mendirikan bangunan (IMB) oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT).

Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan mengenai zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi atas pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang rencana tata ruang. Penegakan terhadap aturan zonasi, misalnya kecamatan A masuk zonasi kawasan industri, maka perencanaan investasi diarahkan ke kecamatan itu. Sedangkan kecamatan B jadi kawasan bandara, maka pengembangannya sebagai daya dukung bandara.

Terkait pengendalian, Banyuwangi dianggap mampu membuat terobosan dengan penindakan yang tegas dan

Page 97: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

87

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

87

terorganisasi. Contohnya, kebijakan bangunan harus mundur 10 meter dari bahu jalan. Pembangunan yang tidak mematuhi aturan itu langsung disegel dan dihentikan operasinya. Begitu juga dengan bangunan tanpa IMB langsung disegel dan diberikan papan peringatan.

Gambar6.NotulenIjinPemanfaatanRuangUntukPembangunanHotel

Sumber : Survey Lapangan 2016

E. PeranSertaMasyarakatDalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang

wilayah, masyarakat berhak :1) mengetahui rencana tata ruang artinya masyarakat

dapat mengetahui rencana tata ruang melalui Lembaran Daerah, pengumuman atau penyebarluasan oleh pemerintah.

2) menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang artinya pertambahan nilai ruang dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi, sosial, budaya dan kualitas lingkungan yang dapat berupa dampak langsung terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, sosial, budaya dan kualitas lingkungan.

3) memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang maksudnya dengan penggantian yang layak adalah nilai atau besarnya penggantian tidak menurunkan tingkat kesejahteraan orang yang diberi penggantian sesuai dengan ketentuan

Page 98: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

88

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

88

peraturan perundang-undangan.4) mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang

terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

5) mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang.

6) mengajukan gugatan ganti rugi kerugian kepada pemerintah atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

Pelibatan masyarakat dalam penataan ruang bertujuan agar masyarakat ikut memahami, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas ruang.

Peran serta masyarakat dilakukan melalui : 1) partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;2) partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan3) partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

1) Partisipasi penyusunan rencana tata ruang terdiri atas:

a. Masukan mengenai Persiapan penyusunan rencana tata ruang;

b. Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;

c. Pengidentifikasian potensi dan masalah pebangunan wilayah atau kawasan;

d. Perumusan konsepsi rencana tata ruang ; dan/atau

e. Penetapan dengan pemerintah daerah dan/atau sesama unsur masyarakat

f. Kerjasama dengan pemerintah daerah dan atau sesama unsur masyarakat;

2) Partisipasi pemanfaatan ruang terdiri atas: a. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan

ruang;b. Kerjasama dengan pemerintah daerah, dan/ atau

sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;

c. Kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang

Page 99: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

89

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

89

yang telah ditetapkan;d. Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian

dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan negara negara serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan

f. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Partisipasi pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:

a. Masukan terkait arahan dan / atau peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi

b. Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

c. Pelaporan kepada instansi dan / atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan

d. Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

4.3.2.KabupatenJemberWilayah Kabupaten Jember berada pada jarak sekitar

198 km dari ibukota Propinsi Jawa Timur di bagian timur-selatan wilayah Propinsi Jawa Timur, tepatnya berada pada posisi 7°59’6’ – 8°33’56’’ Lintang Selatan dan 113°25’00’’–114°12’00’’ Bujur Timur. Kabupaten Jember berada pada ketinggian antara 0 – 3330 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan daerah dengan ketinggian antara 100 – 500 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten jember mempunyai wilayah seluas 3.293,34 km2, dengan karakter topografi berbukit hingga pegunungan

Page 100: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

90

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

90

di sisi Utara dan Timur serta merupakan dataran subur yang luas ke arah Selatan. Kabupaten Jember selain memiliki karakter topografi berbukit serta daratan memiliki sekitar 67 pulau-pulau kecil, 16 pulau diantaranya sudah memiliki nama dan 51 pulau lainnya belum memiliki nama.

A. AdministrasiWilayahSecara administratif Kabupaten Jember terbagi menjadi

8 Pembantu Bupati, yang meliputi 31 kecamatan dan 247 desa/kelurahan.

Dilihat dari sisi luas, wilayah terluas adalah Kecamatan Tempurejo yang mencapai 524,46 km2 dan yang tersempit adalah Kecamatan Kaliwates seluas 24,94 km2. Jarak antar kecamatan pada wilayah perencanaan yang terjauh adalah antara ibu kota Kecamatan Jombang ke ibukota Kecamatan Sumberjambe, yaitu 85 km. Sedangkan jarak terdekat adalah dari ibukota Kecamatan Arjasa ke ibukota Kecamatan Patrang yaitu 2 km.

Kabupaten Jember memiliki batas administrasi, sebagai berikut:• Sebelah Utara : Kabupaten Bondowoso dan

Kabupaten Probolinggo;• Sebelah Selatan : Samudera Indonesia;• Sebelah Timur : Kabupaten Banyuwangi; dan• Sebelah Barat : Kabupaten Lumajang.

B. PenggunaanTanahPenggunaan Tanah di Kabupaten Jember didominasi

oleh hutan sebesar 36,75 %, kemudian sawah sebesar 26,29 %, tegalan sebesar 13,22%, perkebunan sebesar 10,50 % dan perkampungan sebesar 9,68 %.

Tabel24.PenggunaanTanahKabupatenJemberNo. PenggunaanTanah Luas(ha) Persentase(%)1. Hutan 121.039,61 36,752. Perkampungan 31.877 9,683. Sawah 86.568,18 26,294. Tegal 43.522,84 13,225. Perkebunan 34.590,46 10,506. Tambak 368,66 0,117. Rawa 35,62 0,01

Page 101: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

91

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

91

8. Semak/padang rumput 289,06 0,099. Tanah rusak/tandus 1.469,26 0,45

10. Lain-lain 9.574,26 2,91Sumber BPN Kabupaten Jember 2011

C. PenataanRuangJember telah memiliki Perda Tata Ruang yaitu

Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2015 Dalam Perda tersebutterdapat pembagian Wilayah Pembangunan yang tersebar merata mencakup seluruh wilayah Kabupaten Jember, maka distribusi fasilitas pelayanan umum tidak hanya akan terpusat di salah satu wilayah saja, namun dapat merata ke semua Wilayah Pembangunan yang melingkupi beberapa kecamatan di dalamnya. Kelengkapan fasilitas sosial ekonomi di tiap sub satuan wilayah pembangunan diharapkan dapat meningkatkan aktifitas masyarakat di dalam wilayah tersebut. Secara umum pembagian WP di Kabupaten Jember telah berjalan konsisten dan efektif dalam mengembangkan kegiatan pada sektor-sektor unggulan yang dimiliki, meliputi :I. WP Jember Tengah dengan Pusat WP : Kecamatan

Kaliwates, Fungsi WP adalah kawasan pendidikan, kesehatan, pemerintahan, perdagangan, perumahan, perhubungan dan aneka industri dan jasa. Fungsi pusat pengembangan/perkotaan adalah pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan dan perhubungan.

II. WP Jember Utara Barat, dengan Pusat WP : Kecamatan Tanggul, Fungsi WP adalah kawasan pendidikan, kesehatan, perumahan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perdagangan dan industri kecil.Fungsi pusat pengembangan/perkotaan adalah pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, industri kecil dan pariwisata.

III. WP Jember Utara Timur, dengan Pusat WP : Kecamatan Kalisat, Fungsi WP adalah kawasan pendidikan, kesehatan, perumahan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan industri kecil. Fungsi pusat pengembangan/perkotaan adalah pusat pemerintahan, perdagangan, kesehatan dan pertambangan.

IV. WP Jember Selatan Timur, dengan Pusat WP :

Page 102: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

92

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

92

Kecamatan Ambulu, Fungsi WP adalah kawasan pendidikan, kesehatan, perumahan, perdagangan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pariwisata dan industri kecil. Fungsi pusat pengembangan/perkotaan adalah pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, perikanan dan pariwisata.

V. WP Jember Selatan Barat, dengan Pusat WP : Kecamatan Balung, Fungsi WP adalah kawasan pendidikan, kesehatan, perumahan, pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, industri, pertambangan, peternakan, perikanan dan pariwisata. Fungsi pusat pengembangan/perkotaan adalah pusat pusat pemerintahan, perdagangan dan kesehatan.

Berdasarkan perkembangan ketersediaan fasilitas pelayanan umum dan kependudukan yang dimiliki masing-masing kecamatan di Kabupaten Jember, beberapa pusat pengembangan sub satuan wilayah pembangunan Kabupaten Jember pada saat ini masih memiliki kondisi yang tetap dapat mendukung fungsinya sebagai pusat pelayanan wilayah di sekitarnya.

Berdasarkan arahan kebijakan penataan ruang nasional dan propinsi, rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten Jember hendaknya didasarkan pada:a. Kebijakan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun

2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) pasal 11 ayat 1, mengatur Sistem Perkotaan Nasional yang terbagi menjadi: Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Sedangkan pada pasal 14 penetapan sistem perkotaan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : • Pusat Kegiatan Nasional (PKN) ditetapkan dengan

kriteria:- kawasan perkotaan yang berfungsi atau

berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa

Page 103: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

93

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

93

provinsi; dan/atau- kawasan perkotaan yang berfungsi atau

berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

• Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) ditetapkan dengan kriteria:

- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

• Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan dengan kriteria:

- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan;

- kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

b. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur tentang RTRW Provinsi, menetapkan bahwa Kabupaten jember merupakan bagian Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Perkotaan Jember dan merupakan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Lebih jelasya disajikan pada gambar disamping dan tabel dibawah.

D. PengendalianPengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan

melalui :1. Arahan peraturan zonasi;2. Arahan perizinan;3. Arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan4. Arahan dan pengenaan sanksi

Page 104: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

94

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

94

Setiap orang dan/atau badan hukum yang memerlukan tanah dalam rangka penanaman modal wajib memperoleh izin pemanfaatan ruang dari Bupati.

Arahan perizinan terdiri atas:a. Izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT);b. Izin lokasi;c. Izin mendirikan bangunan gedung; dand. Izin lainnya.

Arahan izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT) merupakan :a. Izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT) merupakan

izin yang diberikan kepada orang dan atau badan hukum untuk kegiatan pemanfaatan ruang dengan batasan luasan tanah kurang dari 1 (satu) hektar; dan

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara izin penggunaan pemanfaatan tanah akan ditetapkan dengan peraturan bupati.

c. Arahan izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan :

d. Izin lokasi merupakan izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya;

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara izin lokasi akan ditetapkan dengan peraturan bupati.

Arahan izin mendirikan bangunan gedung merupakan:a. Izin mendirikan bangunan merupakan izin yang diberikan

kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis; dan

b. Ketentuan lebih lanjut mengenai izin mendirikan bangunan gedung akan ditetapkan dengan peraturan bupati.

Page 105: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

95

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

95

Arahan izin lainnya terkait pemanfaatan ruang merupakan ketentuan izin usaha pertambangan, perkebunan, pariwisata, industri, perdagangan dan pengembangan sektoral lainnya, yang disyaratkan sesuai peraturan perundang-undangan.

E. PeranSertaMasyarakatBentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang

berupa :1) Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;2) Kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan/atau sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;

3) Kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

4) Peningkatan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

5) Menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan

6) Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7) Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, berupa :

8) Masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;

9) Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

10) Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan

11) Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap

Page 106: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

96

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

96

tidak sesuai dengan rencana tata ruang.12) Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat,

pemerintah dan pemerintah daerah membangun sistem informasi dan komunikasi penyelenggaraan penetaan ruang yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

4.4. PROVINSI SULAWESI TENGAH A. WilayahAdministrasi

Secara administratif Sulawesi Tengah dibagi dalam 13 kabupaten dan 1 kota dengan 175 kecamatan serta 1839 desa dan 170 kelurahan. Total jumlah kelurahan dan desa 2009 desa/kelurahan. Jumlah penduduk mencapai 2.876.689 jiwa.

Tabel25.WilayahAdministrasiProvinsiSulawesiTengahNo. Kab/Kota Luas(km2) Kec Desa Kelurahan

1. Banggai Kepulauan 2.488,79 12 141 32. banggai 9.672,70 23 291 463. Morowali 3.037,04 9 126 74. Poso 7.112,25 19 143 235. Donggala 4.275,08 16 158 96. Toli-toli 4.079,77 10 99 77. Buol 4.043,57 11 108 78. Parigi Moutong 5.089,91 23 278 59. Tojo Una-una 5.721,15 12 134 1210. Sigi 5.196,02 15 176 -11. Banggai Laut 725,67 7 63 312. Morowali Utara 10.004,28 10 122 313. Palu 395,06 8 - 45

Jumlah 61.841,29 175 1839 170Sumber BPS Sulawesi Tengah

B. PenggunaanTanahPenggunaan tanah di provinsi Sulawesi Tengah di dominasi oleh

Hutan seluas 4.281.636 ha atau 70,09 dari luas wilayah.

Tabel26.ProfilPenggunaanTanahdiwilayahSulawesiTengahNo PenggunaanTanah Luas(Ha) % Total1 Permukiman 20.422 0,332 Sawah 99.683 1,63

Page 107: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

97

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

97

3 Tegalan 216.920 3,554 Perkebunan 138.136 2,265 Kebun Campuran 927.975 15,196 Hutan 4.281.636 70,097 Semak/Alang-alang 223.990 3,678 Perairan 65.248 1,079 Tanah Terbuka 134.672 2,21 JUMLAH 6.108.682 100,00

Sumber : Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka 2016

Wilayah yang paling dinamis perubahan penggunaan tanahnya ada di wilayah Kota Palu Barat dan kecamatan Palu Timur serta wilayah kabupaten Sisi (kecamatan sigi Biromaru).

Tabel27.ProfilPeruntukanTanahProvinsiSulawesiTengahNo. RencanaPeruntukantanah Luas(ha) %luaswilayah1. Hutan lindung 765.39 20.332. Hutan Produksi terbatas 239.41 11.103. Kawasan industri 534.12 4.024. Kawasan lindung lainnya 3.03 0.015. Kawasan Pariwisata 291.52 0.766. Kawasan Perdagangan & Jasa 448.93 1.187. Kawasan Perkantoran 199.22 0.528. Kawasan Perlindungan setempat 855.66 2.249. Kawasan Perumahan 032.21 23.65

10. Kawasan Peruntukan Lainnya 396.74 11.5111. Kawasan Rawan Bencana Alam 326.13 6.0912. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya 551.33 14.5313. Ruang Terbuka Hijau Kota 553.82 4.07

JUMLAH 8,197.50 100Sumber Kantor Wilayah ATR/BPN Sulawesi Tengah

C. PenataanRuangPeraturan Daerah Provinsi Sulawesi TengahNomor 08 Tahun 2013

Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah berlaku untuk Tahun 2013-2033.

RTRW membagi kawasan strategis antara lain :1) Kawasan Strategis Nasional

a. Rincian Kawasan Pertahanan Dan KeamananNo. Nama KSN

Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk delapan belas pulau kecil terluar dengan Negara Malaysia/Filipina.

Tolitoli (Pulau Lingian, Pulau Salando, dan Pulau Dolangon)

Page 108: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

98

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

98

b. Rincian Kawasan Pertumbuhan EkonomiNo. Nama KSN Nama Kabupaten/Kota

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) PALAPAS (sebagai pengganti KAPET BATUI)

Palu, Donggala, Parigi dan Sigi

c. Rincian Kawasan Sosial BudayaNo. Nama KSN Nama Kabupaten/Kota

Kawasan Poso dsk. Poso

d. Rincian Kawasan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

No. Nama KSN Nama Kabupaten/Kota1. Kawasan Kritis Lingkungan Balingara Tojo Una-una dan Banggai2. Kawasan Kritis Lingkungan Lambunu – Buol Buol dan Parigi Moutong.

2) kawasan Strategis Provinsia. Rincian Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan

Pertumbuhan EkonomiNo. Nama KSP Nama Kabupaten/Kota1. Kawasan Strategis Ekonomi (KSE) Palu Utara Kota Palu2. Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) yaitu:

KTM Air TerangKTM Tawaru-BungkuKTM Bahari Bolano LambunuKTM PadauloyoKTM Tampolore

BuolMorowaliParigi MoutongTojo Una-unaPoso

3. Kawasan Agrotourism Sausu – Manggalapi - Palolo dsk.

Kab. Parigi Moutong, Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi

Page 109: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

99

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

99

4 Kawasan Perbatasan; Kawasan Tindantana

Kawasan Teluk Matarape

Kawasan Surumana

Kawasan Umu

Kawasan Kepulauan Togian

Kawasan Molosipat

Kawasan Pulau Sonit

perbatasan Kabupaten Poso dengan Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan;perbatasan Kabupaten Morowali dengan Provinsi Sulawesi Tenggara; perbatasan Kabupaten Donggala dengan Provinsi Sulawesi Barat; perbatasan Kabupaten Buol dengan Provinsi Gorontalo;perbatasan Kabupaten Tojo Una-Una dengan Provinsi Gorontalo;perbatasan Kabupaten Parigi-Moutong dengan Provinsi Gorontalo;perbatasan Kabupaten Banggai Laut dengan Provinsi Maluku Utara

b. Rincian Kawasan Pengembangan PerkotaanNo. Nama KSP Ket

BALUMBAPOLIPAMenghubungkan Banawa, Palu, Mamboro, Bora, Pantoloan, Toboli dan Parigi

c. Rincian Kawasan Sosial BudayaNo. Nama KSP Nama Kabupaten/Kota

1. Kawasan Istana Raja Banggai Kepulauan Banggai Kepulauan2. Kawasan Istana Raja Palu Palu3. Kawasan Istana Raja Una-Una Tojo Una-Una4. Kawasan Istana Raja Tinombo Parigi Moutong5. Kawasan Lembah Bada dan Lembah Besoa Poso

d. Rincian Kawasan Pendayagunaan Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi

No. Nama KSP Nama Kawasan Nama Kabupaten/Kota1. Kawasan Sumber Daya Air

sebagai sumber energi PLTADanau PosoDanau Lindu

PosoSigi

2. Kawasan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan

Zona I: Selat Makassar dan Laut Sulawesi

Zona II: Teluk Tomini

Zona III: Teluk Tolo

Donggala, Kota Palu, Tolitoli dan Buol

Parigi Moutong, Poso, Tojo Una-Una dan Banggai

Banggai, Banggai Kepulauan, Kabupaten Banggai Laut dan Morowali

Page 110: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

100

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

100

e. Rincian Kawasan Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

No. Nama KSP Nama Kabupaten/Kota1. Kawasan Kritis Lingkungan, yaitu;

Kaw. Sungai Podi dskTojo Una-Una

2. Kawasan Wilayah Sungai yang memiliki nilai strategis , yaitu;Kaw. WS Parigi – Poso; Kaw. WS Laa-TambalakoKaw. WS Randangan

Kaw. WS Palu – Lariang;

Kaw. WS Kaluku-Karama;

Kaw. WS Bongka– Mentawa;

Kaw. WS Pompengan-Lorena;

Kaw. WS Lambunu-Buol

Kaw. WS Bongka-Mentawa

Parigi Moutong – Poso;Poso-MorowaliProv. Gorontalo-Sulawesi Tengah - Sulawesi BaratProv. Sulawesi Tengah -Prov. Sulawesi SelatanProv. Sulawesi Barat-Sulawesi Tengah; Tojo Una-Una – Banggai-Morowali; Prov. Sulawesi Selatan-Sulawesi Tengah-Sulawesi Tenggara; Buol-Donggala-Parigi Moutong-TolitoliTojo Una-Una-Banggai-Morowali

3. Kawasan Penanganan Khusus Endemik Schistosomiasis

Sigi dan Poso

4. Kawasan Terusan khatulistiwa, dsk. Parigi Moutong –Donggala.

4.4.1.KotaPaluA. AdministrasiWilayah

Kota Palu terbagi ke dalam 8 wilayah kecamatan dengan ibu kotanya yaitu Kota Palu, yang mana Kota Palu merupakan pusat kota dari Provinsi Sulawesi Tengah dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:- Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Tanantovea,

Kota Palu Donggala- Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Marawola

dan Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi- Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Finembani,

Kecamatan Kinovaro dan Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Donggala

- Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan Parigi Kota PaluParigi Moutong dan Kecamatan Tanantovea, Kabupaten DonggalaLuas wilayah Kota Palu menurut kecamatan

menunjukkan bahwa Kecamatan Mantikulore merupakan kecamatan yang mempunyai luas wilayah terbesar yakni

Page 111: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

101

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

101

19.834,73 Ha (51,16 %) serta memiliki jumlah penduduk 57.044 jiwa dengan kepadatan penduduk 35 jiwa/km2, luas wilayah kecamatan yang terluas kedua yaitu Kecamatan Tawaeli dengan luas 6.068,41 Ha (15,65 %) serta memiliki jumlah penduduk sejumlah 19.105 jiwaserta dengan kepadatan penduduk sejumlah 32 jiwa/km2. Sebaliknya kecamatan yang mempunyai wilayah terkecil adalah Kecamatan Palu Timur dan Kecamatan Palu Barat dengan luas wilayah masing-masing 593,47 Ha (1,53 %) dan 784,66 Ha (2,02 %). Kedua kecamatan ini merupakan kecamatan yang baru saja dimekarkan masing-masing yaitu Kecamatan Tatang dan Kecamatan Mantikulore, hal ini yang menyebabkan luas wilayah Kecamatan menjadi lebih kecil dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya. Untuk mengetahui luas wilayah, jumlah pendudukdan kepadatan penduduk menurut kecamatan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel28.LuasdanJumlahPendudukWilayahAdministrasiKotaPaluTahun2013

No. KECAMATANLUAS JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN

PENDUDUK (Jiwa/Km2)Ha % Wilayah Jiwa % Wilayah

1 Palu Utara 3.022,27 7,80 21.284 105 7042 Palu Timur 593,47 1,53 67.385 100 11.3543 Palu Selatan 2.208,92 5,70 64.113 105 29024 Palu Barat 784,66 2,02 58.306 100 74315 Tawaeli 6.068,41 15,65 19.105 98 3156 Mantikulore 19.834,73 51,16 57.044 103 2887 Tatanga 1.437,32 3,71 35.562 102 24748 Ulujadi 4.822,04 12,44 25.057 103 520

Total 38.771,82 100,00 347.856 897Sumber : Perhitungan Luas Peta Administrasi, Kanwil BPN Provinsi Sulawesi TengahDan Kantor Statistik (Tahun 2013)

Dari 8 (delapan) kecamatan yang ada di Kota Palu, terdapat 4 kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk di atas rata-rata kepadatan penduduk Kota Palu, yaitu Kecamatan Palu Timur, Kecamatan Palu Selatan, Kecamatan Palu Barat dan Kecamatan Tatanga. Sementara kecamatan yang kepadatan penduduknya di bawah kepadatan rata-

Page 112: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

102

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

102

rata penduduk Kota Palu juga terdapat di4 kecamatan, yaitu Kecamatan Palu Utara, Kecaatan Tawaeli, Kecamatan Matikulore dan Kecamatan Ulujadi. Apabila diperhatikan data kependudukan di atas hal yang menarik untuk dikemukakan adalah kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah rata-rata kepadatan Kota Palu dikarenakan adanya pemekaran kecamatan yang baru yaitu Kecamatan Tawaeli, Kecamatan Mantikulore, Kecamatan Tantang dan Kecamatan Ulujadi.

B. PenggunaanTanahPenggunaan tanah eksisting tahun 2013 di Kota Palu

secara umum dapat diklasifikasikan penggunaan tanah budidaya dan penggunaan tanah non budidaya. Jenis penggunaan tanah budidaya di Kota Palu terbesar adalah berupa tegalan/ladang seluas 66.525,04 Ha (5,12%) yang tersebar di semua kecamatan. Penggunaan tanah budidaya lainnya adalah berupa kebun campuran seluas 26.583,39 Ha (2,05%), perkebunan rakyat seluas 21.903,08 Ha (1,69%) tersebar di beberapa kecamatan. Sawah Tadah Hujan seluas 9.177,71 Ha (0,71 %) dan Kampung seluas 5.418, 55 Ha (0,42%) tersebar di semua kecamatan.

Sedangkan penggunaan tanah non budidaya berturut-turut adalah berupa hutan lebat yang merupakan penggunaan tanah paling dominan/terbesar di Kota Palu yaitu seluas 1.007.441,43 Ha (77,51%) tersebar disemua kecamatan. Hutan belukar seluas 79.571,14 Ha (6,12%) , Hutan sejenis seluas 31.062,53 Ha (2,43%) tersebar di Kecamatan Bumi Raya, Bungku Tengah, Bungku Utara, Mori Atas, Petasia, Soyo Jaya dan Wita Ponda.

Adapun pola penggunaan tanah di Kota Palu secara umum, untuk kawasan budidaya dominan berada di kawasan budidaya non kehutanan (area penggunaan lain), untuk jenis penggunaan tanah kampung atau kawasan terbangun polanya linier mengikuti jaringan jalan utama dan mengelompok pada pusat-pusat ibukota kecamatan maupun ibukota desa. Sedangkan jenis penggunaan lain seperti misalnya tegalan/ladang, kebun campuran dan lain-lain tersebar berada di sekitar permukiman/kampung tersebut sebagai tanah garapan masyarakat. Sedangkan penggunaan tanah non budidaya

Page 113: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

103

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

103

seperti hutan lebat, hutan belukar dan hutan sejenis dominan berada di kawasan kehutanan.

Secara lebih jelas, penggunaan tanah eksisting di Kota Palu dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel29.LuasPenggunaanTanahdiKotaPaluTahun2013No. PENGGUNAAN TANAH LUAS(ha) % LUAS WILAYAH

1 Bandara 174,16 0,452 Gudang 3,53 0,013 Hutan Belukar 4.886,36 12,604 Hutan Buatan 284,20 0,735 Hutan Lebat 15.079,59 38,896 Industri Sedang 14,73 0,047 Kantor 3,73 0,018 Kawasan Pendidikan 205,61 0,539 Kawasan Wisata 13,94 0,04

10 Kebun Campuran 3.134,16 8,0811 Kebun Sejenis / Kelapa 410,57 1,0612 Komp. Olah Raga/Lap.Olah Raga 18,36 0,0513 Lapangan Golf 30,50 0,0814 Makam Khusus 1,43 0,0015 Padang Rumput 1.872,30 4,8316 Pelabuhan Laut 11,99 0,0317 Pemakaman Umum 14,94 0,0418 Penggaraman 19,16 0,0519 Perkantoran 8,64 0,0220 Permukiman 3.967,99 10,2321 Pertokoan 4,24 0,0122 Hotel 2,32 0,0123 Sabana 431,19 1,1124 Sawah 1x 492,36 1,2725 Semak 2.219,92 5,7326 Sungai 308,81 0,8027 Taman Kota 1,88 0,0028 TambangTerbuka 10,78 0,0329 Tanah Terbuka 63,47 0,1630 Tanah Terbuka Rusak 514,62 1,3331 Tanah Terbuka Sementara 797,83 2,0632 Tanah Terbuka Tandus 960,81 2,4833 Tegalan/Ladang 2.760,83 7,1234 Tempat Pembuangan Sampah 1,42 0,0035 Tempat Pengolah Limbah 2,33 0,01

Page 114: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

104

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

104

36 Terminal 3,30 0,0137 Danau/Telaga/Rawa 39,82 0,10

Total 38.771,82 100,00Sumber : Kanwil BPN Prov. Suleng (2013)

PenguasaanTanahKotaPaluPenguasaan tanah di Kota Palu antara lain adalah tanah

negara yang dikuasai oleh Kehutanan yang merupakan status penguasaan tanah paling besar yakni seluas 15.979,51 Ha (41,21%) yang tersebarkecamatan di Kecamatan Palu Utara, Kecamatan Tawaeli, Kecamatan Mantikulore dan Kecamatan Ulujadi. Disusul tanah Negara lainnya yang tersebar diseluruh wilayah kecamatan seluas 10.786,48 ha (27,82%). Selanjutnya penguasaan tanah berupa tanah hak menurut UUPA dan perorangan juga tersebar merata diseluruh wilayah kota palu atau disetiap kecamatan terdapat sebarannya seluas 8.973,88 ha (23,15%). Kota Palu terdapat juga penguasaan tanah berupa wilayah industri, jasa dan perdangangan dan kawasan perumahan dalam skala besar yaitu seluas 2.499,70 ha (6,45%).

Tabel30.GambaranUmumPenguasaanTanahdiKotaPaluTahun2013No. GambaranUmumPenguasaanTanah Luas(Ha) %LuasWilayah

1 Kawasan Hutan 15.979,51 41,212 Tanah Hak UUPA dan Perorangan 8.973,88 23,153 Tanah Negara Bukan Untuk Kepentingan Umum 488,15 1,264 Tanah Negara Lainnya 10.786,48 27,825 Tanah Negara Untuk Kepentingan Umum 44,10 0,116 PTSB Industri 2.138,64 5,527 PTSB Jasa dan Perdagangan 5,54 0,018 PTSB Perumahan 355,52 0,92

Jumlah 38.771,82 100,00Sumber : Kanwil BPN Prov. Sulteng (2013)

Hasil overlay (tumpang tindih) peta penggunaan tanah lama dan baru, dapat digambarkan bahwa penggunaan tanah di Kota Palu dalam periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2013, secara kumulatif terdapat luasan jenis penggunaan tanah yang berkurang dan terkonversi/beralih fungsi ke jenis penggunaan lain sehingga luasannya bertambah.

Jenis penggunaan tanah yang berkurang luasannya antara lain adalah hutan lebat yang secara kumulatif

Page 115: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

105

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

105

berkurang seluas 10,50 Ha atau -0,07% dari luasan semula pada tahun 2006 yang terletak di semua kecamatan. Hutan belukar berkurang seluas 1,87 Ha (-0,04%) dan hutan buatan juga mengalami perubahan luas yaitu 26,26 ha, luas perubahan kawasan tersebut terbagi hampir diseluruh wilayah Kecamatan yang ada di Kota Palu. Oleh karena kota palu merupakan pusat ibukota provinsi, maka tedapat pengembangan bandara seluas 96 ha (55,15%) dari luas bandara yang telah ada, demukian juga keberadaan pemanfaatan lahan untuk gudang terjadi perubahan bertambah luasnya yaitu 3,53 ha.

Untuk lebih jelasnya mengenai luasan perubahan penggunaan tanah dalam periode tahun 2006-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel31.RekapitulasiPerubahanPenggunaanTanahTahun2006-2013

No. PENGGUNAAN TANAH

LUAS (ha) PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH

TAHUN 2006

TAHUN 2013 LUAS (ha) % PERUBA-

HAN

RATA –RATA /TAHUN

(ha)1 Bandara 78,11 174,16 96,05 55,15 4,602 Gudang - 3,53 3,53 100,00 8,333 Hutan Belukar 4.888,23 4.886,36 (1,87) -0,04 0,004 Hutan Buatan 310,46 284,20 (26,26) -9,24 -0,775 Hutan Lebat 15.090,10 15.079,59 (10,50) -0,07 -0,016 Industri Sedang - 14,73 14,73 100,00 8,337 Kantor - 3,73 3,73 100,00 8,338 Kawasan Pendidikan 196,12 205,61 9,49 4,62 0,389 Kawasan Wisata 14,99 13,94 (1,05) -7,50 -0,62

10 Kebun Campuran 3.211,68 3.134,16 (77,52) -2,47 -0,2111 Kebun Sejenis / Kelapa 415,04 410,57 (4,47) -1,09 -0,09

12 Komp. Olah Raga/Lap.Olah Raga 18,36 18,36 - 0,00 0,00

13 Lapangan Golf 30,53 30,50 (0,03) -0,10 -0,0114 Makam Khusus 1,43 1,43 (0,00) -0,28 -0,0215 Padang Rumput 1.933,46 1.872,30 (61,16) -3,27 -0,2716 Pelabuhan Laut 11,99 11,99 (0,00) -0,01 0,0017 Pemakaman Umum 15,16 14,94 (0,22) -1,46 -0,1218 Penggaraman 19,16 19,16 (0,00) -0,01 0,0019 Perkantoran - 8,64 8,64 100,00 8,3320 Permukiman 3.756,06 3.967,99 211,93 5,34 0,45

Page 116: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

106

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

106

21 Pertokoan - 4,24 4,24 100,00 8,3322 Hotel - 2,32 2,32 100,00 8,3323 Sabana 463,39 431,19 (32,20) -7,47 -0,6224 Sawah 1x 500,59 492,36 (8,23) -1,67 -0,1425 Semak 2.233,95 2.219,92 (14,03) -0,63 -0,0526 Sungai 312,19 308,81 (3,38) -1,09 -0,0927 Taman Kota 1,88 1,88 - 0,00 0,0028 TambangTerbuka - 10,78 10,78 100,00 8,3329 Tanah Terbuka 10,78 63,47 52,69 83,02 6,9230 Tanah Terbuka Rusak 516,33 514,62 (1,71) -0,33 -0,03

31 Tanah Terbuka Sementara 872,44 797,83 (74,61) -9,35 -0,78

32 Tanah Terbuka Tandus 963,73 960,81 (2,92) -0,30 -0,0333 Tegalan/Ladang 2.853,16 2.760,83 (92,33) -3,34 -0,28

34 Tempat Pembuangan Sampah 6,67 1,42 (5,25) -369,72 -30,81

35 Tempat Pengolah Limbah 2,33 2,33 - 0,00 0,00

36 Terminal 3,30 3,30 - 0,00 0,0037 Danau/Telaga/Rawa 40,22 39,82 (0,40) -1,00 -0,08

Sumber : Kanwil BPN Prov. Sulteng (2013)

Berdasarkan data yang disajikan di atas, terlihat bahwa perkembangan penggunaan tanah dalam periode waktu tahun 2006 sampai dengan tahun 2013, kelompok penggunaan tanah budidaya baik pertanian, maupun non pertanian pada umumnya mengalami pertambahan, sebaliknya kelompok penggunaan tanah non budidaya mengalami pengurangan areal. Kelompok penggunaan tanah budidaya pertanian berupa sawah mengalami penguranagan seluas 8,23 Ha atau 1,67 Ha setiap tahun, budidaya pertanian perkebunan bertambah 174,32 Ha atau 6,91 Ha setiap tahun.

Perubahan kelompok penggunaan tanah budidaya non pertanian berupa permukiman mengalami perubahan bertambah luasannya yaitu seluas 211,93 Ha atau rata-rata bertambah 5,34 Ha setiap tahun dan industri seluas 14,73 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai luasan penggunaan tanah berdasarkan kelompok penggunaan tanah dalam periode tahun 2006-2013 dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 117: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

107

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

107

Tabel32.PerkembanganPenggunaanTanahBerdasarkanKelompokPenggunaanTanahTahun2006-2013

No. KELOMPOK PENGGUNAAN TANAH

LUAS (Ha) PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH 2006 - 2013

TAHUN 2006

TAHUN 2013

PERUBAHAN LUAS (Ha)

% PERUBAHAN

RATA -RATA/ TAHUN (Ha)

1 Budidaya Pertanian

a. Sawah 500,59 492,36 (8,23) (1,67) (0,14)

b. Perkebunan 6.479,88 6.305,56 174,32 (6,91) (0,58)

c. Perikanan - - - - -

d. Non Budidaya Lainnya - - - - -

2 Budidaya Non-Pertanian

a. Perumahan 3.756,06 3.967,99 211,93 5,34 0,45

b. Industri - 14,73 14,73 100,00 8,33

c. Pertambangan - - - - -

d. Non Budidaya Lainnya - - - - -

3 Non-Budidaya

a. Hutan 20.288,78 20.250,15 38,63 (9,35) (0,78)

b. Tanah Terbuka 2.363,28 2.347,51 15,77 173,03 14,42

c. Padang Rumput 4.630,79 4.523,41 107,38 (11,37) (0,95)

d. Non Budidaya Lainnya 400,03 521,48 121,45 180,70 15,06

4 Sungai dan Perairan Lainnya 352,41 348,63 3,78 (2,10) (0,17)Sumber : Kanwil BPN Prov. Sulteng (2013)

Gambaran di atas menunjukkan bahwa :a. Penggunaan tanah pada tahun 2013 didominasi oleh

penggunaan tanah berupa hutan lebat seluas 15.079,59 Ha atau 38,89% dari luas wilayah Kota Palu, Sedangkan pada penggunaan tanah eksisting tahun 2006, saat ini penggunaan tanahnya juga masih sama didominasi oleh hutan lebat seluas 15.090,10 Ha (38,92%).

b. Dalam kurun waktu selama 7 tahun (periode tahun 2006-2013) telah terjadi perubahan penggunaan tanah di wilayah Kota Palu yang tercermin dengan adanya

Page 118: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

108

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

108

penyusutan luasan pada penggunaan tanah yang tidak begitu berarti luasnya berupa hutan lebat yang secara kumulatif berkurang seluas kurang dari 5 ha luasan semula pada tahun 2006. Hutan sejenis atau hutan buatan yang dikelula sebagai tanaman penghijauan oleh Pemda Kota Palu berkurang seluas 9,24 Ha (-0,77%), Padang rumput/sabana berkurang seluas 3,27 Ha (-0,27%). Penyusutan luasan pada penggunaan tanah diatas, telah berlih fungsi kedalam berbagai jenis penggunaan tanah antara lain permukiman dan tempat pembuangan sampah.

c. Dilihat dari perubahan penggunaan tanah dalam periode 7 (tujuh) tahun seperti diuraikan diatas, terlihat bahwa terdapat beberapa jenis penggunaan tanah khususnya penggunaan tanah budidaya dalam hal pertambahan luasan secara kumulatif cukup signifikan yaitu permukiman, perdagangan/jasa dan industri. Hal ini mengindikasikan bahwa trend atau kecenderungan penggunaan tanah non budidaya di wilayah Kota Palu didominasi oleh kedua jenis penggunaan tanah khususnya penggunaan tanah non budidaya tersebut. Kecenderungan pada penggunaan tanah berupa permukiman, perdagangan/jasa serta kawasan industri dimana pertambahan rata-rata luasannya sebesar 8,33 Ha setiap. Perubahan tersebut lebih banyak disebabkan karena seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang sebagian besar mata pencaharian masyarakat disektor jasa, maka sering membuka lahan-lahan baru sebagai tempat usaha mereka di area penggunaan tanah non budidaya yang telah ditetapkan oleh RTRW kota Palu. Sedangkan kecenderungan pada penggunaan tanah yang lain walaupun secara kuantitatif luasannya kecil adalah perkebunan, tegalan/ledang yang berkurang rata-rata seluas 6,5 Ha setiap tahunnya.

d. Penggunaan tanah eksisting tahun 2013 yang termasuk klasifikasi sesuai dengan arahan peruntukan menurut RTRW Kota Palu mencapai area seluas 23.265,31 Ha atau 60,01% dari luas wilayah Kota Palu. Sedangkan yang termasuk klasifikasi tidak sesuai dengan arahan peruntukan RTRW Kota Palu seluas 15.506,51 Ha (39,99%). Penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan

Page 119: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

109

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

109

arahan RTRW Kota Palu tersebut dikarenakan masih banyaknya jenis penggunaan tanah yang semestinya ideal diusahakan pada kawasan budidaya namun dijumpai pada kawasan lindung yang meliputi kampung seluas 120,47 Ha atau 2,22% dari luas penggunaan kampung pada tahun 2013.

e. Ketersediaan tanah dalam tata ruang secara umum di Kota Palu antara lain meliputi tanah-tanah yang tersedia untuk difungsikan kawasan lindung seluas 7.256,08 Ha atau 18,71% dari wilayah Kota Palu, Tanah-tanah yang tersedia untuk pengembangan kegiatan budidaya seluas 5.093,07 Ha atau 13,14%. Tanah-tanah yang tersedia dalam rangka penyesuaian penggunaan tanah (sudah ada penguasaan tanah namun penggunaan tanahnya tidak sesuai dengan RTRW) seluas 17.408,44 Ha atau 44,90%. Sedangkan tanah-tanah yang tersedia dalam rangka optimlasasi penggunaan tanah (sudah ada penguasaan tanah dan penggunaan tanahnya sesuai dengan RTRW) seluas 8.974,01 Ha atau 23,15%.

C. PenataanRuangDalam Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 16 Tahun

2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu Tahun 2010 – 2030, pada ketentuan umum disebutkan bahwa :a) Souraja atau disebut dengan nama lain Banua Madika

adalah perwujudan bangunan (rumah tinggal) pada masyarakat Kaili yang mendiami lembah palu yang membagi pola atas tiga struktur ruang terdiri dari gandaria, tatangana, dan poavua. Kemudian

b) Gandaria adalah wajah depan dari bangunan souraja yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu yang dapat diartikan sebagai ruang publik. Dan Tatangana adalah ruang tengah dari bangunan souraja yang berfungsi sebagai tempat aktifitas hunian.

c) Sera Poavua adalah dapur sebagai ruang belakang yang menjadi penyangga aktifitas tatangana dan gandaria. Hal ini terkait dengan pembentukan pusat pelayanan

kota yang berhirarki mengikuti bentuk dasar Kota Palu sebagai kota teluk dengan konsep arsitektur souraja yaitu: 1. penataan kawasan pesisir pantai sebagai beranda depan kota

Page 120: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

110

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

110

dengan konsep gandaria ; 2. penataan kawasan perdagangan, pemerintahan, pendidikan, budaya dan permukiman sebagai bagian tengah kota dengan konsep tatangana; dan 3. penataan kawasan pertanian, industri, dan pertambangan sebagai bagian belakang kota dengan konsep poavua.

Adapun rencana pengembangan sistem pusat pelayanan Kota Palu sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 2 huruf a ditetapkan pada kawasan pusat pengembangan kegiatan perdagangan regional, jasa, transportasi dan pemerintahan yang mencakup pada wilayah Kecamatan Palu Barat, Kecamatan Palu Selatan, dan Kecamatan Palu Timur.

Sedangkan Rencana pengembangan sistem sub pusat pelayanan Kota Palu sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat 2 huruf b meliputi kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan jasa, serta pelayanan sosial dan budaya yang tersebar di 4 (empat) kecamatan, yaitu Kecamatan Palu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kecamatan Palu Selatan, dan Kecamatan Palu Barat.

Rencana pola ruang kota mencakup rencana pengembangan: a. kawasan lindung; dan b. kawasan budi daya. Rencana pengembangan kawasan lindung Kota Palu seluas kurang lebih 22.290 hektar atau 56,42 persen dari luas wilayah Kota Palu.

Rencana pengembangan kawasan budi daya meliputi kawasan budi daya wilayah darat dengan luas kurang lebih 17.246 hektar atau 43,58 persen dari luas wilayah Kota Palu dan kawasan peruntukan perikanan dengan luas kurang lebih 10.460 hektar.

Rencana pengembangan kawasan lindung Kota Palu meliputi: a. hutan lindung; b. kawasan perlindungan setempat; c. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota; d. kawasan suaka alam dan cagar budaya; e. kawasan rawan bencana alam; dan f. kawasan lindung geologi.

Hutan lindung sebagaimana dimaksud meliputi kawasan hutan lindung di Kota Palu yang terletak di perbukitan yang ada di Kecamatan Palu Barat, Kecamatan Palu Selatan, dan Kecamatan Palu Timur seluas kurang lebih 7.141 hektar.

RTH publik yang telah ada di Kota Palu meliputi kawasan seluas kurang lebih 1.833 hektar atau sekitar kurang lebih 4,64 persen dari luas wilayah Kota Palu yang meliputi: a. taman kota yang terdistribusi di Kecamatan Palu Timur, Palu

Page 121: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

111

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

111

Selatan, dan Palu Barat, dengan luas kurang lebih 7,39 hektar; b. hutan kota kurang lebih seluas 395,56 hektar yang meliputi wilayah Kecamatan Palu Timur; c. pemakaman umum dan Taman Makam Pahlawan seluas kurang lebih 91,39 hektar yang terdistribusi di Kecamatan Palu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kecamatan Palu Selatan dan Kecamatan Palu Barat; d. arboretum di Kelurahan Talise, Kecamatan Palu Timur seluas kurang lebih 95 hektar; e. daerah penyangga Tahura di Kelurahan Poboya seluas kurang lebih 21,64 hektar; f. daerah penyangga hutan di Kecamatan Palu Barat seluas kurang lebih 208,40 hektar; g. daerah penyangga hutan di Kecamatan Palu Timur seluas kurang lebih 134,41 hektar; dan lainnya.

Sementara itu, rencana pengembangan RTH Kota Palu untuk mencapai 30,10 persen dari luas wilayah kota yaitu seluas 11.889,74 hektar, yang terdiri dari 20,00 persen RTH Publik dan 10,10 persen RTH Privat meliputi: a. pengembangan taman RT dan RW yang akan didistribusikan pada pusat unit-unit pengembangan perumahan; b. pemanfaatan halaman depan perkantoran pemerintahan dan swasta sebagai taman publik; c. pengembangan taman kota yang akan diditribusikan di setiap kelurahan dan kecamatan pada wilayah Kota Palu; d. pengembangan median dan pedestrian ruas jalan di Kota Palu sebagai ruang terbuka hijau; e. pengembangan ruang terbuka hijau pada Kawasan Industri Palu di Kecamatan Palu Utara berupa taman lingkungan, taman pada pedestrian dan median jalan kurang lebih seluas kurang lebih 300 hektar; f. pengembangan agro wisata di Kelurahan Lambara Kecamatan Palu Utara seluas kurang lebih 150 hektar; g. pengembangan hutan kota di Kelurahan Kawatuna Kecamatan Palu Selatan seluas kurang lebih 100 hektar dan kebun raya di Kecamatan Palu Utara seluas kurang lebih 200 hektar; h. Pengembangan daerah sempadan SUTT di Kecamatan Palu Utara dan Palu Timur seluas kurang lebih 55,18 hektar; i. Pengembangan Hutan Kota di Kecamatan Palu Timur seluas kurang lebih 612 hektar; j. Pengembangan daerah KKOP disekitar Bandara Mutiara Palu menjadi Ruang Terbuka Hijau seluas kurang lebih 165,3 hektar; k. pengembangan fungsi-fungsi kawasan lindung lainnya menjadi ruang terbuka hijau yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar mata air, sempadan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), kawasan

Page 122: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

112

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

112

rawan bencana dan lindung geologi kota Palu.

D. PengendalianKetentuan perizinan merupakan alat untuk

mengendalikan pemanfaatan ruang dan bertujuan untuk: 1) menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana

tata ruang, standar, dan kualitas minimum yang ditetapkan;

2) menghindari eksternalitas negatif; dan 3) melindungi kepentingan umum.

Izin pemanfaatan ruang yang berlaku di Kota Palu terdiri atas : 1) izin prinsip;a)diwajibkan bagi perusahaan dan/atau

masyarakat yang akan melakukan investasi yang berdampak besar terhadap lingkungan sekitarnya, b)bagi pemohon yang melakukan kegiatan investasi yang tidak berdampak besar, tidak memerlukan izin prinsip dan dapat langsung mengajukan permohonan izin lokasi.

2) Izin lokasi; a) izin lokasi diberikan kepada perusahaan dan/atau/ masyarakat yang sudah mendapat persetujuan penanaman modal untuk memperoleh tanah yang diperlukan, b)permohonan izin lokasi yang disetujui harus diberitahukan kepada masyarakat setempat.

3) Izin peruntukan penggunaan tanah; a) Setiap orang atau badan hukum yang akan memanfaatkan ruang harus mendapatkan izin peruntukan penggunaan tanah, b) diberikan berdasarkan rencana tata ruang, rencana rinci tata ruang dan/ atau peraturan zonasi sebagai persetujuan terhadap kegiatan budidaya secara rinci yang akan dikembangkan dalam kawasan, c)dapat berlaku selama 1 tahun dan dapat diperpanjang 1 kali berdasarkan permohonan yang bersangkutan, d) permohonan izin peruntukan penggunaan tanah ditolak apabila tidak sesuai dengan rencana tata ruang, rencana detail tata ruang dan atau peraturan zonasi serta persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa.

4) Izin mendirikan bangunan; a) setiap orang atau badan

Page 123: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

113

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

113

hukum yang melaksanakan pembangunan fisik tanpa memiliki izin mendirikan bangunan akan dikenakan sanksi, b) permohonan izin mendirikan bangunan ditolak apabila tidak sesuai dengan fungsi bangunan, ketentuan atas KDB, KTB, KLB, GSB, dan ketinggian bangunan, garis sempadan yang diatur dalam rencana tata ruang serta persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa.

5) Izin lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. PeranSertaMasyarakatBentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata

ruang berupa:1) Masukan mengenai:

a. Persiapan penyusunan rencana tata ruang;b. Penentuan arah pengembangan wilayah atau

kawasan;c. Pengidentifikasian potensi dan masalah

pembangunan wilayah atau kawasan ; dan/ ataud. Penetapan rencana tata ruang.

2) Kerjasama dengan pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang

3) keikut sertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan

4) pelaporan kepada instansi dan /atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan

5) pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

4.4.2.KabupatenSigiKabupaten Sigi merupakan Kabupaten termuda di

Sulawesi Tengah. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten Sigi

Page 124: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

114

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

114

merupakan pemekaran dari Kabupaten Donggala.

A. AdministrasiWilayahSecara Geografis, Kabupaten Sigi terletak pada

koordinat 00 52’ - 20 03’ Lintang Selatan dan 1190 38’ - 1200 21’ Bujur Timur.

Berdasarkan posisi geografisnya, batas-batas kabupaten sigi adalah :a) Sebelah Utara : Kabupaten Donggala dan Kota

Palub) Sebelah Selatan : Provinsi Sulawesi Selatanc) Sebelah Barat : Kabupaten Donggala dan Provinsi Sulawesi Baratd) Sebelah Timur : Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso

Luas wilayah Kabupaten Sigi secara keseluruhan adalah 5.196,02 km2 atau sekitar 7,64 persen dari total luas wilayah Sulawesi Tengah. Ibukota Kabupaten Sigi adalah Bora. Secara administratif, kabupaten Sigi terbagi menjadi 15 Kecamatan, 156 desa dan 1 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT).

Tabel33.LuasKabupatenSigiMenurutKecamatan

No Kecamatan LuasKm² % Wilayah

1 Pipikoro 956.13 18.402 Kulawi Selatan 418.12 8.053 Kulawi 1053.56 20.284 Lindu 552.03 10.625 Nokilalaki 75.19 1.456 Palolo 626.09 12.057 Gumbasa 176.49 3.408 Dolo Selatan 584.71 11.259 Dolo Barat 112.18 2.16

10 Tanambulava 56.33 1.0811 Dolo 36.05 0.6912 Sigi Biromaru 289.60 5.5713 Marawola 38.65 0.7414 Marawola Barat 150.51 2.9015 Kinovaro 70.38 1.35

Page 125: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

115

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

115

SIGI 5196.02 100Sumber : BPS Kabupaten Sigi (2011)

Berdasarkan pembagian luas wilayah administratif kecamatan sebagaimana disajikan di atas. terlihat bahwa Kecamatan Kulawi merupakan Kecamatan yang mempunyai luas wilayah terbesar 1.053,56 Km². Sebaliknya Kecamatan Dolo merupakan kecamatan yang mempunyai luas wilayah terkecil 36,05 Km².

Luas wilayah Kabupaten Sigi berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Sigi di Provinsi Sulawesi Tengah, ternyata berbeda dengan luas wilayah menurut hasil perhitungan spasial peta administrasi Kabupaten Sigi. Hasil perhitungan spasial peta administrasi diperoleh bahwa luas Kabupaten Sigi adalah 5,420.40 km2 atau 542,039.63 Ha. Terdapat selisih 224.38 km2 (4.14%) dimana luas hasil perhitungan peta lebih besar dibanding dengan luas wilayah menurut Undang-undang Nomor 27 tahun 2008. Perbedaan luas wilayah tersebut dimungkinkan terjadi karena beberapa faktor antara lain perbedaan sumber peta yang digunakan baik skala maupun system proyeksi. Peta dasar administrasi yang digunakan dalam penyusunan neraca penatagunaan tanah mengacu pada peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000 dengan sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal. Peta dasar ini selanjutnya dijadikan dasar dalam melakukan analisis spasial dengan system overlay antara satu peta dengan peta lainnya.

Luas Wilayah Kabupaten Sigi menurut kecamatan berdasarkan hasil perhitungan spasial dapat dilihat pada tabel berikut.

Table34.LuasKabupatenSigiMenurutKecamatanBerdasarkanPerhitunganSpasialTahun2011

No KecamatanLuas

Km² %Wilayah1 Pipikoro 996.94 18.392 Kulawi Selatan 433.26 7.993 Kulawi 1132.77 20.904 Lindu 575.74 10.62

Page 126: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

116

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

116

5 Nokilalaki 75.09 1.396 Palolo 647.58 11.957 Gumbasa 202.34 3.738 Dolo Selatan 597.42 11.029 Dolo Barat 109.32 2.02

10 Tanambulava 44.52 0.8211 Dolo 38.97 0.7212 Sigi Biromaru 305.44 5.6413 Marawola 38.85 0.7214 Marawola Barat 162.33 2.9915 Kinovaro 59.83 1.10

SIGI 5420.4 100Sumber : Perhitungan luas peta administrasi, Kanwil BPN Prov. Sulteng (2011)

Jumlah penduduk di Kabupaten Sigi pada akhir tahun 2010 adalah sebesar 215.030 jiwa terdiri dari 110.767 jiwa (laki-laki) dan 104.263 jiwa (perempuan) yang tersebar di 15 (Lima belas) kecamatan. Proporsi penduduk terbesar terkonsentrasi di Kecamatan Sigi Biromaru yakni 42.857 jiwa (19,93%), sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Lindu yakni 4.690 jiwa (2,18%).

Apabila jumlah penduduk menurut kecamatan di wilayah itu dibandingkan dengan luas wilayah diperoleh bahwa kepadatan penduduk geografis terpadat di Kecamatan Marawola yakni 540.31 jiwa/km², disusul Kecamatan Dolo dengan kepadatan 528.38 jiwa/km². Sebaliknya kepadatan pendududuk terendah di Kecamatan Pipikoro dengan tingkat kepadatan 7.84 jiwa/km².

B. PenggunaanTanahPenggunaan tanah di wilayah Kabupaten Sigi

sampai bulan September tahun 2012, terdapat perubahan dibandingkan tahun 2007, penggunaan tanah yang termasuk kelompok non budidaya yaitu hutan lebat mempunyai presentase terbesar yakni seluas 348.769,34 Ha (64,34%) mengalami pengurangan luasan, secara lengkap dapat dilihat dalam table berikut.

Page 127: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

117

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

117

Tabel35.PenggunaanTanahdiKabupatenSigiTahun2012No. PenggunaanTanah Luas(Ha) %Luaswilayah

1 Alang-alang 3.257,94 0.602 Hutan belukar 77.905,33 14,373 Hutan lebat 348.769,34 64,344 Kampung 2.999,19 0,555 Kebun campuran 25.476,89 4,706 Kebun Sejenis 18.250,63 3,377 Padang rumput/Sabana 1.275,97 0,248 Sawah irigasi 2xpadi/th 28.204,30 5,209 Sawah tadah hujan 27,98 0,01

10 Semak 3.424,90 0,6311 Sungai/danau/situ/telaga 5.833,03 1,0812 Tanah tandus 1.230,52 0,2313 Tanah terbuka sementara 160,38 0,0314 Tegalan/Ladang 25.223,21 4,65

Total 542.039,63 100.00Sumber : Kanwil BPN Prov. Sulteng,(2012)

Sebagai gambaran umum penguasaan tanah di Kabupaten Sigi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yaitu Tanah yang dikuasai kehutanan, tanah hak menurut Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) dan tanah Negara.Tanah yang telah dilekati hak menurut UUPA berupa Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Pengelolaan dan Hak Guna Usaha mencakup areal seluas 1.988,51 Ha atau 0,37 persen dari total luas Kabupaten Sigi, tanah tersebut tersebar di dua wilayah kecamatan yaitu di Kecamatan Palolo dan Sigi Biromaru. Sementara ada tiga belas wilayah kecamatan yang bidang tanahnya belum pernah didaftarkan pada Kantor Pertanahan Kabupaten Sigi (belum ada sertipikat yang diterbitkan), yaitu Kecamatan Dolo, Dolo Barat, Dolo Selatan, Gumbasa, Kinovaro, Kulawi, Kulawi Selatan, Lindu, Marawola, Marawola Barat, Nokilalaki, Pipikoro dan Tanambulava.

Untuk tanah Negara dikuasai tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan persentase terbesar terdapat di Kecamatan Sigi Biromaru seluas 7.880,63 Ha (14,86%), sementara persentase terkecil berada di Kecamatan Marawola Barat yaitu hanya seluas 64,47 Ha (0,12%). Untuk tanah Negara lainnya tersebar di seluruh wilayah kecamatan

Page 128: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

118

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

118

dengan persentase terbesar di wilayah kecamatan Kulawi seluas 17.763,29 Ha (24,07%), disusul di Kecamatan Kulawi Selatan 11.451,87 Ha (15,52%), Kecamatan Pipikoro 8.998,92 Ha (12,19%), dan Kecamatan Dolo Selatan seluas 7.314,38 Ha (9,91%).

Tabel36.GambaranUmumPenguasaanTanahdiKabupatenSigiNo GambaranUmumPenguasaanTanah Luas(ha) %LuasWilayah 1 Cagar Alam 3.283,22 0,612 Hutan Lindung 139.453,26 25,733 Hutan Produksi 1.560,83 0,294 Hutan Produksi Konversi 10.180,90 1,885 Hutan Produksi Terbatas 140.296,82 25,886 Sungai/Danau/Situ/Telaga 5.826,90 1,077 Taman Nasional 112.638,00 20,788 Tanah Hak UUPA 1.988,51 0,379 Tanah Negara Dikuasai 53.023,86 9,78

10 Tanah Negara Lain 73.787,33 13,61 Total 542.039,63 100,00Sumber : Kanwil BPN Prov. Sulteng (2012)

Hasil overlay (tumpang tindih) peta penggunaan tanah tahun 2007 dengan peta penggunaan tanah tahun 2012 menunjukan bahwa dalam kurun waktu lima tahun penggunaan tanah di wilayah itu ada yang luasnya bertambah dan ada yang berkurang. Penggunaan tanah yang berkurang telah beralih fungsi menjadi penggunaan tanah lain, demikian pula sebaliknya penggunaan tanah yang bertambah luasnya karena ada ekstensifikasi ke areal penggunaan lain.

C. PenataanRuangPeruntukan penggunaan tanah menurut Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sigi secara umum diarahkan menjadi delapan fungsi kawasan, yaitu hutan lindung, hutan produksi, hutan produksi terbatas, hutan produksi yang dapat dikonversi, permukiman, kawasan pengelolaan alam (KPA), pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering. Wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung seluas 139.683,13 Ha (25,77%), hutan produksi 1.563,18 Ha (0.29%) hutan produksi yang dapat dikonversi 10.345,01 Ha (1,91%), hutan produksi terbatas 140.531,17 Ha

Page 129: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

119

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

119

(25,93%), Taman Nasional 116.007,52 Ha (21,40%). Arahan peruntukan untuk kawasan budidaya non kehutanan terdiri atas permukiman seluas 10.781,96 Ha (1,99%), pertanian lahan basah 30.180,71 Ha (5,57%), dan pertanian semusim lahan kering 89.479,36 Ha (16,51%).

Wilayah yang diperuntukan sebagai pengembangan pertanian semusim lahan kering persentase terbesar diarahkan ke Kecamatan Kulawi yakni seluas 20.552,34 Ha atau 68,09 persen dari total wilayah yang diarahkan untuk pengembangan pertanian semusim lahan kering, disusul di Kecamatan Kulawi Selatan seluas 14.651,73 Ha (16,37%). Wilayah yang diarahkan sebagai pengembangan pertanian semusim lahan kering hampir mencakup seluruh wilayah kecamatan kecuali Kecamatan Dolo dan Lindu yang tidak diarahkan sebagai pengembangan pertanian semusim lahan kering. Untuk kecamatan Dolo Barat dan Kecamatan Tanambulava luas peruntukannya juga tidak signifikan masing-masing hanya mencakup areal seluas 1.275,64 Ha (1,43%) dan 1.514,88 Ha (1,69%).

Peruntukan pengembangan pertanian lahan basah hanya diarahkan kesebelas wilayah kecamatan, hal ini sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayah yang dominan sesuai dikembangkan sebagai pertanian lahan basah. Kesebelas kecamatan yang diarahkan sebagai pengembangan pertanian lahan basah yakni Kecamatan Dolo seluas 2.960,96Ha atau 9,81 persen dari total areal yang diperuntukan sebagai pertanian lahan basah. Wilayah kecamatan lain yang juga diperuntukan sebagai lokasi pengembangan pertanian lahan basah adalah Kecamatan Dolo Barat1.448,40 Ha (4,80%), Kecamatan Dolo Selatan 4.264,69 Ha (14,13%), Kecamatan Gumbasa717,82 Ha (2,38), Kecamatan Kulawi 264,69 Ha (0,88%), Kecamatan Lindu8.965,70 Ha (29,71%), Kecamatan Marawola 1.119,47 Ha (3,71%), Kecamatan Nokilalaki 541,21 Ha (1,79%), Kecamatan Palolo 3.686,75 Ha (12,22%), Kecamatan Sigi Biromaru 5.969,84 Ha (19,78%), dan Kecamatan Tanambulava241,17 Ha (0,79%).

Untuk lebih jelasnya, arahan fungsi kawasan dalam

Page 130: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

120

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

120

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel37.RencanaTataRuangWilayahKabupatenSigiNo ArahanFungsiKawasandalamRTRW Luas(ha) %Wilayah1 HL 139.683,13 25,772 HP 1.563,18 0,293 HPK 10.345,01 1,914 HPT 140.531,17 25,935 Kawasan Pemukiman 10.781,96 1,996 Taman Nasional 116.007,52 21,407 Pertanian Lahan Basah 30.180,71 5,578 Pertanian Lahan Kering 89.479,36 16,519 Sungai 3.467,58 0,64 Total 542.039,63 100,00

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Sigi

D. PengendalianKetentuan pengendalian pemanfaatan ruang digunakan

sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :1) indikasi ketentuan peraturan zonasi sistem kabupaten;2) ketentuan perizinan;3) ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan4) ketentuan sanksi.

Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Sigi terdiri atas :1) izin prinsip;2) izin lokasi;3) izin penggunaan pemanfaatan tanah; dan4) izin mendirikan bangunan;

Mekanisme perizinan diatur dengan Peraturan Bupati.

E. PeranSertaMasyarakatBentuk peran serta masyarakat pada tahap

perencanaan tata ruang dapat berupa :1) memberikan masukan mengenai :

a. penentuan arah pengembangan wilayah;a. potensi dan masalah pembangunan;b. perumusan rencana tata ruang; dan

Page 131: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

121

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

121

c. penyusunan rencana struktur pola ruang dan penetapan kawasan

d. strategis.2) menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana

tata ruang; dan3) melakukan kerja sama dengan pemerintah, pemerintah

daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat.

Bentuk peran serta masyarakat pada tahap pemanfaatan ruang dapat berupa :1) melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai

dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

2) menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

3) memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam pengelolaan pemanfaatan ruang;

4) meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

5) melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau dengan pihak lainnya secara bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan penataan ruang;

6) mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain apabila kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan; dan

7) melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian.

Bentuk peran serta masyarakat pada tahap pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa :1) memberikan masukan mengenai arahan zonasi,

perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;

2) turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang, rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dan pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;

Page 132: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

122

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

122

3) melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan, tidak memenuhi standar pelayanan minimal dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang;

4) mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan

5) mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada instansi/pejabat yang berwenang.

4.5. PROVINSI KALIMANTAN BARATA. WilayahAdministrasi

Propinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2o08 LU serta 3005 LS serta di antara 108o0 BT dan 114o10 BT pada peta bumi. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini maka, daerah Kalimantan Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 0o) tepatnya di atas Kota Pontianak. Karena pengaruh letak ini pula, maka Kalbar adalah salah satu daerah tropik dengan suhu udara cukup tinggi serta diiringi kelembaban yang tinggi.

Ciri-ciri spesifik lainnya adalah bahwa wilayah Kalimantan Barat termasuk salah satu propinsi di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara asing, yaitu dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia Timur. Bahkan dengan posisi ini, maka daerah Kalimantan Barat kini merupakan satu-satunya propinsi di Indonesia yang secara resmi telah mempunyai akses jalan darat untuk masuk dan keluar dari negara asing. Hal ini dapat terjadi karena antara Kalbar dan Sarawak telah terbuka jalan darat antar negara Pontianak - Entikong - Kuching (Sarawak, Malaysia) sepanjang sekitar 400 km dan dapat ditempuh sekitar enam sampai delapan jam perjalanan.

Batas-batas wilayah selengkapnya bagi daerah propinsi Kalbar adalah :• Utara : Sarawak (Malaysia)• Selatan : Laut Jawa & Kalteng• Timur : Kalimantan Timur• Barat : Laut Natuna dan Selat Karimata

Sebelah utara Kalbar terdapat empat kabupaten yang langsung berhadapan dengan negara jiran yaitu; Sambas, Sanggau, Sintang dan

Page 133: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

123

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

123

Kapuas Hulu, yang membujur sepanjang Pegunungan Kalingkang - Kapuas Hulu.

Sebagian besar wilayah Kalimantan Barat adalah merupakan daratan berdataran rendah dengan luas sekitar 146.807 km2 atau 7,53 persen dari luas Indonesia atau 1,13 kali luas pulau Jawa. Wilayah ini membentang lurus dari Utara ke Selatan sepanjang lebih dari 600 km dan sekitar 850 km dari Barat ke Timur.

Dilihat dari besarnya wilayah, maka Kalimantan Barat termasuk Provinsi terbesar keempat setelah pertama Irian Jaya (421.891 km2), kedua Kalimantan Timur (202.440 km2) dan ketiga Kalimantan Tengah (152.600 km2).

Dilihat dari luas menurut Kabupaten/kota, maka yang terbesar adalah Kabupaten Ketapang (35.809 km2 ata 24,39 persen) kemudian diikuti Kapuas Hulu (29.842 km2 atau 20.33 peresen), dan Kabupaten Sintang (21.635 km atau 14,74 persen), sedangkan sisanya tersebar pada 9 (sembilan) kabupaten/kota lainnya.

B. PenggunaanTanahSebagian besar luas tanah di Kalimantan Barat adalah hutan lebat

(41,21 %). Adapun areal hutan terluas terletak di Kabupaten Kapuas Hulu seluas 1.960.578 ha, sedangkan padang/belukar terluas berada di Kabupaten Ketapang yaitu seluas 1.084.278 ha. Sementara itu areal perkebunan mencapai 1.691.617 ha atau 11,52 persen. Dari 14,68 juta ha luas Kalimantan Barat, areal untuk pemukiman hanya berkisar 0,43 persen. Adapun areal pemukiman terluas berada di Kabupaten Sintang diikuti kemudian oleh Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Sanggau.

Tabel38.ProfilPenggunaanTanahProvinsiKalimantanBaratTahun2014No PenggunaanTanah Luas(Ha) %Wilayah1 Permukiman 63,234.24 0.432 Sawah 200,647.53 1.363 Tegalan / Ladang 108,928.10 0.744 Kebun Campuran 257,307.66 1.745 Perkebunan Besar 1,454,402.80 9.846 Perkebunan Rakyat 1,859,439.17 12.587 Pertambangan 1,926.69 0.018 Tambak 7,476.07 0.059 Padang Rumput 1,208.18 0.01

10 Semak 942,456.10 6.3811 Alang - Alang 229,783.59 1.5512 Tanah Terbuka 57,589.50 0.39

Page 134: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

124

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

124

13 Hutan Belukar 3,081,818.34 20.8514 Hutan Lebat 6,091,234.53 41.2115 Hutan Sejenis 203,457.31 1.3818 Tanah Rusak 29,714.11 0.2019 Rawa 5,642.01 0.0420 Sungai / Danau 183,942.16 1.24

Jumlah 14,780,208.09 100.00Sumber : Kanwil ATR/BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2015

Wilayah yang paling dinamis perubahan penggunaan tanahnya ada di wilayah Kabupaten Kuburaya.

C. PenataanRuangPeraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 10 tahun 2014

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014-2034 menetapkan Rencana pusat-pusat kegiatan terdiri atas:

a. PKN yaitu Kawasan Metropolitan Pontianak yang mencakup Kota Pontianak beserta bagian wilayah Kabupaten Kubu Raya dan bagian wilayah Kabupaten Mempawah yang berbatasan dengan Kota Pontianak;

b. PKW meliputi:1. Perkotaan Sambas (ibukota Kabupaten Sambas);2. Perkotaan Singkawang;3. Perkotaan Mempawah (ibukota Kabupaten Mempawah);4. Perkotaan Entikong (ibukota Kecamatan Entikong di

Kabupaten Sanggau);5. Perkotaan Sanggau (ibukota Kabupaten Sanggau);6. Perkotaan Sintang (ibukota Kabupaten Sintang);7. Perkotaan Putussibau (ibukota Kabupaten Kapuas Hulu);

dan8. Perkotaan Ketapang (ibukota Kabupaten Ketapang);

c. PKSN meliputi:1. Perkotaan Temajuk (di Kecamatan Paloh Kabupaten

Sambas);2. Perkotaan Aruk (di Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten

Sambas);3. Perkotaan Jagoi Babang (di Kecamatan Jagoi Babang

Kabupaten Bengkayang);4. Perkotaan Entikong (di Kecamatan Entikong Kabupaten

Sanggau);5. Perkotaan Jasa (di Kecamatan Ketungau Hulu Kabupaten

Sintang); dan6. Perkotaan Badau (di Kecamatan Badau Kabupaten Kapuas

Hulu);

Page 135: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

125

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

125

d. PKWp meliputi:1. Perkotaan Bengkayang (ibukota Kabupaten Bengkayang);2. Perkotaan Ngabang (ibukota Kabupaten Landak);3. Perkotaan Sekadau (ibukota Kabupaten Sekadau);4. Perkotaan Nanga Pinoh (ibukota Kabupaten Melawi);

Perkotaan Sukadana-Teluk Melano Teluk Batang (di Kabupaten Kayong Utara);

e. PKL meliputi:1. Perkotaan Liku, Sekura, Sentebang, Tebas, Pemangkat, dan

Selakau (Kabupaten Sambas);2. Perkotaan Seluas, Ledo, Samalantan, dan Sungai Duri

(Kabupaten Bengkayang);3. Perkotaan Sungai Kunyit, Sungai Pinyuh, dan Anjongan

(Kabupaten Mempawah);4. Perkotaan Karangan, Pahauman, dan Darit (Kabupaten

Landak);5. Perkotaan Sungai Kakap, Rasau Jaya, Kubu, dan Batu Ampar

(Kabupaten Kubu Raya);6. Perkotaan Kendawangan, Manismata, Tumbang Titi, Sandai,

dan Balai Berkuak (Kabupaten Ketapang);7. Perkotaan Tayan, Sosok, Kembayan, Balai Karangan, dan

Pusat Damai (Kabupaten Sanggau);8. Perkotaan Sungai Ayak dan Nanga Taman (Kabupaten

Sekadau);9. Perkotaan Kota Baru dan Nanga Ella (Kabupaten Melawi);10. Perkotaan Nanga Serawai, Nanga Mau, Nanga Sepauk, dan

NangaMerakai (Kabupaten Sintang); dan11. Perkotaan Semitau dan Nanga Tepuai (Kabupaten Kapuas

Hulu).

Tabel39.RencanaTataRuangWilayahProvinsiKalimantanBaratNo ARAHAN FUNGSI KAWASAN LUAS(Ha) % WILAYAH1 Cagar Alam 153,679.17 1.042 Taman Nasional 1,228,712.64 8.313 Suaka Alam Laut 4,862.29 0.034 Taman Wisata Alam 31,726.97 0.215 Hutan Lindung 2,297,661.08 15.556 Hutan Produksi Terbatas 2,132,228.70 14.437 Hutan Produksi 2,145,198.47 14.518 Hutan Produksi Konversi 207,047.30 1.409 Areal Penggunaan Lain 6,579,091.47 44.51 JUMLAH 14,780,208.09 100.00

Sumber Kantor Wilayah ATR/BPN Provinsi Kalimantan barat

Dari table di atas menunjukkan bahwa arahan fungsi kawasan yang

Page 136: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

126

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

126

paling luas adalah untuk Areal Penggunaan lain sebesar 44.51 % .

4.5.1 KabupatenMempawahA. WilayahAdministrasi

Luas wilayah Kabupaten Mempawah (Luas daratan dan perairan) menurut Administrasi Pemerintahan 2.797,88 km² atau sekitar 1,90 % dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat, 146.807 km².

Secara administratif, Kabupaten Mempawah berbatasan dengan:a. Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten

Bengkayangb. Sebelah timur : berbatasan dengan Kab. Landakc. Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten

Kubu Raya dan Kota Pontianakd. Sebelah barat : berbatasan dengan Selat

Karimata

Wilayah Kabupaten Mempawah terdiri dari 9 kecamatan, yang terbentuk dari 60 desa dan 7 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Sadaniang dengan luas 456,043 km²atau 21,99 % sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Mempawah Timur dengan luas sebesar 103,094 km² atau 4,97 % dari luas wilayah Kabupaten Mempawah.

Tabel40.KepadatanPendudukKabupatenMempawahTahun2015

No KECAMATANLUAS JUMLAH PENDUDUK

KEPADATAN PENDUDUK(Jiwa/

Km2)

Ha % Total Jiwa % Total VersiPeta

VersiBPS

1 ANJONGAN 13,926.17 6.68 17,897 7.11 129 2222 MEMPAWAH HILIR 18,486.27 8.86 36,929 14.66 200 2773 MEMPAWAH TIMUR 9,513.50 4.56 27,132 10.78 285 2244 SADANIANG 43,462.80 20.84 10,896 4.33 25 515 SEGEDONG 27,823.13 13.34 21,776 8.65 78 1336 SIANTAN 27,102.95 13 43,442 17.25 160 2717 SUNGAI KUNYIT 19,589.69 9.39 23,737 9.43 121 1528 SUNGAI PINYUH 20,550.13 9.85 50,902 20.22 248 4209 TOHO 28,106.99 13.48 19,064 7.57 68 151 JUMLAH 208,561.63 100 251,775 100 121 197

Sumber Kantor Wilayah ATR/BPN Provinsi Kalimantan Barat dan Badan Pusat Statistik

Page 137: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

127

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

127

Tabel di atas menunjukkan tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi terdapat di kecamatan Mempawah Timur berdasarkan peta sedangkan menurut versi BPS kepadatan tertinggi terdapat di kecamatan Sungai Pinyuh.

B. PenggunaanTanahPenggunaan Tanah di kabupaten Mempawah di

dominasi oleh perkebunan rakyat sebesar 29.93 %, kemudian hutan lebat sebesar 21.33 % dan hutan belukar 17.51 %.

Tabel41.ProfilPenggunaanTanahKabupatenMempawah2013

No PENGGUNAAN TANAH LUAS(Ha) % TOTAL

1 Hutan Belukar 36,522.09 17.512 Hutan Lebat 44,478.38 21.333 Hutan Sejenis 2,192.25 1.054 Industri 97.64 0.055 Kebun Campuran 6,803.84 3.266 Perkebunan Besar 8,935.66 4.287 Perkebunan Rakyat 62,426.99 29.938 Permukiman 3,788.57 1.829 Pertambangan 5.10 0.00

10 Sawah 21,133.70 10.1311 Semak 11,749.92 5.6312 Sungai 1,284.23 0.6213 Tambak 498.29 0.2414 Tanah Rusak 2,024.96 0.9715 Tanah Terbuka 2,287.22 1.1016 Tegalan/Ladang 4,332.79 2.08

JUMLAH 208,561.63 100.00Sumber Kantor Wilayah ATR/BPN Provinsi Kalimantan Barat

C. PenataanRuang RTRW Kabupaten Mempawah ditetapkan berdasarkan

Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2014.Rencana pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Mempawah adalah sebagai berikut:1. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) terdapat di Kota

Mempawah (Kecamatan Mempawah Hilir dan Kecamatan Mempawah Timur) dengan fungsi sebagai

Page 138: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

128

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

128

pusat jasa pelayanan pemerintahan skala kabupaten, pendidikan, kesehatan, objek wisata skala kota dan permukiman.

2. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) terdapat di Sungai Pinyuh, Sungai Kunyit dan Anjongan dengan fungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, permukiman, objek wisata skala kecamatan, pertanian tanaman pangan dan hortikultura.

3. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) terdapat di kota kecamatan, yaitu Siantan, Segedong, dan Toho dengan fungsi sebagai pusat kegiatan industri, pertanian tanaman pangan, hortikultura dan permukiman.

4. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) terdapat di desa Pentek, Takong (sepang), Semudun, Sungai Bakau Kecil, Peniraman, Sungai Purun Kecil, Wajok Hulu dan Sembora dengan fungsi sebagai pusat pemerintahan skala lokal, pendidikan skala lokal dan pusat pengumpul/pengolahan skala lokal.

Tabel42.RencanaTataRuangWilayahKabupatenMempawahNo ARAHAN FUNGSI KAWASAN RTRW LUAS(Ha) % TOTAL1 Hortikultura 6,167.39 2.962 Hutan Lindung 34.25 0.023 Hutan Produksi 51,492.58 24.694 Hutan Produksi Konversi 4,127.40 1.985 Hutan Produksi Terbatas 15,967.86 7.656 Kawasan Budidaya Lain 26,099.81 12.517 Kawasan Industri 1,621.81 0.788 Perkebunan 46,378.60 22.249 Permukiman 3,229.45 1.55

10 Sempadan Pantai 1,027.67 0.4911 Sempadan Sungai 1,359.40 0.6512 Sungai 887.12 0.4213 Tanaman Pangan 49,004.47 23.514 Unidentify 1,163.82 0.56 JUMLAH 208,561.63 100

Sumber Kantor Wilayah ATR/BPN Provinsi Kalimantan Barat

Arahan fungsi Kawasan Berdasarkan RTRW ditetapkan kawasan yang terluas yaitu hutan produksi (24.69 %), tanaman pangan (23.5 %) dan perkebunan (22.24 %), sisanya untuk

Page 139: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

129

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

129

fungsi kawasan budidaya lain dan lainnya yang luasnya di bawah 13 % dari wilayah.

Arahan fungsi Kawasan Berdasarkan RTRW ditetapkan kawasan yang terluas yaitu hutan produksi (24.69 %), tanaman pangan (23.5 %) dan perkebunan (22.24 %), sisanya untuk fungsi kawasan budidaya lain dan lainnya yang luasnya di bawah 13 % dari wilayah.

Gambar7.DiskusidenganKabidFisikdanTataRuangBAPPEDAKabupatenMempawah

Sumber : Survey Lapangan 2016

D. PengendalianMelalui Perda Zonasi yang memberikan sanksi

terhadap pelanggaran zonasi yaitusanksi administrative, dapat berupa tindakan pembatalan izin dan pencabutan hak. Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang. Sanksi administrative merupakan sanksi yang dikenakan terlebih dahulu, dibandingkan sanksi-sanksi lainnya. Dalam pemantauan pemanfaatan ruang (pelanggaran persil) kemungkinan yang melakukan pelanggaran adalah pemilik persil atau lembaga pemberi izin (dalam hal ini diwakili oleh pejabat yang bertanggung jawab). Sanksi yang dikenakan adalah;1. Aparat pemerintah (Teguran, Pemecatan, Denda,

Mutasi)

Page 140: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

130

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

130

2. Masyarakat (Teguran, Pencabutan izin maupun pidana, Penghentian pembangunan, Pembongkaran.

E. PeranSertaMasyarakatPartisipasi masyarakat terutama diharapkan dalam

upaya pemeliharaan fasilitaspelayanan yang telah disediakan oleh pemerintah daerah. Langkah yang perludilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan menanamkankesadaran kepada warga bahwa sebagai penerima manfaat dari prasarana, makasudah selayaknya jika masyarakat ikut pula memberikan kontribusinya. Disamping itu,perlu juga ditanamkan bahwa kontribusi yang dibayarkan kepada pemerintah daerahnantinyaakan dikembalikan dalam bentuk pembangunan dan pelayanan yang lebih baik lagi.

Bentuk kerjasama lain yang dapat dijalin antara masyarakat dan pemerintah daerahadalah bertolak dari pemikiran bahwa masyarakat di satu pihak memiliki lahan meskipun luasnya terbatas dan terpecah-pecah menjadi milik perorangan. Sementara itu, pemerintah daerah di pihak lain memiliki dana untuk pembangunan prasarana kota. Apabila kedua belah pihak dapat bekerjasama, maka berarti suatu beban pembangunan yakni berupa kesulitan lahan segera dapat diatasi atau paling tidak dikurangi. Secara konkret kerjasama ini dapat diwujudkan dengan melakukan program konsolidasi lahan, sehingga pemerintah daerah dapat memperoleh tanah untuk pembangunan prasarana melalui sumbangan masyarakat. Sebaliknya untuk masyarakat yang telah menyumbangkan tanahnya tersebut dapat memperoleh pelayanan yang disediakan pemerintah daerah.

4.5.2 KotaSingkawangA. AdministrasiWilayah

Secara geografis, Kota Singkawang yang memiliki luas 50.400 ha dan mempunyai kedudukan yang strategis, baik dari segi ekonomi maupun sosial budaya. Dari segi potensi pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan serta pariwisata Kota Singkawang mempunyai prospek yang baik bagi pemenuhan kebutuhan pasar dalam dan luar negeri.

Wilayah Kota Singkawang terbagi atas lima kecamatan yaitu Singkawang Barat, Singkawang Timur, Singkawang

Page 141: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

131

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

131

Selatan, Singkawang Utara dan Singkawang Tengah.Kota Singkawang mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut :1) Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Selakau

wilayah Kabupaten Sambas;2) Bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungai

Raya wilayah Kabupaten Bengkayang;3) Bagian timur berbatasan dengan Kecamatan

Samalantan wilayah Kabupaten Bengkayang;4) Bagian barat berbatasan dengan Laut Natuna.

Tabel43.KepadatanPendudukKotaSingkawangTahun2015

No KECAMATANLUAS JUMLAH PENDUDUK

TAHUN2014KEPADATAN

PENDUDUK(Jiwa/Km2)

Ha % Total Jiwa % Total VersiPeta VersiBPS

1 Singkawang Barat 2,038.12 3.74 51,028 25.24 2,504 3,392.822 Singkawang Selatan 19,844.68 36.46 44,837 22.17 226 199.743 Singkawang Tengah 1,975.30 3.63 61,700 30.52 3,124 1,954.394 Singkawang Timur 22,494.51 41.33 20,833 10.30 93 125.305 Singkawang Utara 8,079.51 14.84 23,798 11.77 295 357.06 JUMLAH 54,432.12 100.00 202,196 100.00 372 401.18

Sumber Kantor Wilayah ATR/BPN Provinsi Kalimantan Barat dan Badan Pusat Statistik

Tingkat kepadatan penduduk Kota Singkawang tertinggi versi BPS berada di kecamatan Singkawang Barat sebesar 3,392.82 jiwa per km2 , sedangkan versi peta kepadatan tertinggi berada di kecamatan Singkawang Tengah sebesar 3,124 jiwa per km2.

B. PenggunaanTanahPenggunaan tanah di kota Singkawang mayoritas

adalah hutan belukar sebesar 37.30 %, dan perkebunan rakyat sebesar 17.52 %.

Tabel44.PenggunaanTanahKotaSingkawangTahun2014No PENGGUNAAN TANAH LUAS(Ha) % TOTAL1 Akomodasi dan Rekreasi 96.29 0.182 Emplasemen 21.87 0.043 Fasilitas Olahraga 17.56 0.03

Page 142: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

132

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

132

4 Hutan Belukar 20,302.53 37.305 Hutan Lebat 1,807.51 3.326 Hutan Sejenis 164.85 0.307 Industri/Pergudangan 85.78 0.158 Instalasi 3.68 0.019 Jasa Kesehatan 9.23 0.02

10 Jasa Pelayanan Umum 0.98 0.0011 Jasa Pemerintahan 25.11 0.0512 Jasa Pendidikan 39.25 0.0713 Jasa Peribadatan 11.19 0.0214 Kebun Campuran 2,990.66 5.4915 Komplek Militer 30.45 0.0616 Pasar 1.35 0.0017 Pemakaman 103.71 0.1918 Perdagangan dan Jasa 46.69 0.0919 Perkampungan Jarang 498.28 0.9120 Perkampungan Padat 1,726.17 3.1721 Perkantoran Swasta 3.28 0.0122 Perkebunan Besar 1,111.85 2.0423 Perkebunan Rakyat 9,534.49 17.5224 Pertambangan 45.25 0.0825 Perumahan Padat 84.95 0.1626 Peternakan 199.83 0.3727 PLTD 4.65 0.0128 Prasarana Transport 3.03 0.0129 Sawah Irigasi 3,587.08 6.5930 Sawah Non Irigasi 967.20 1.7831 Semak 5,368.58 9.8632 Sungai / Danau 228.45 0.4233 Taman 1.64 0.0034 Tambak 58.17 0.1135 Tanah Rusak 1,373.61 2.5236 Tanah Terbuka 411.64 0.7537 Tegalan/Ladang 3,465.28 6.37

JUMLAH 54,432.12 100.00Sumber Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014

C. PenataanRuangKota Singkawang sudah mempunyai RTRW yang

ditetapkan dalam Perda Nomor 1 tahun 2014Tentang Rencana

Page 143: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

133

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

133

Tata Ruang Wilayah Kota Singkawang Tahun 2013-2032.

Tabel45.RencanaTataRuangWilayahKotaSingkawangNo ARAHAN FUNGSI KAWASAN RTRW LUAS(Ha) % TOTAL1 Bandara 277.43 0.512 Cagar Alam 2,668.02 4.903 Hankam 81.83 0.154 Hutan Produksi 5,195.56 9.555 Industri 20.02 0.046 Instalasi Pengolahan Air Bersih 1.35 0.007 Kawasan Budidaya Terbatas 53.53 0.108 Kesehatan 7.57 0.019 Pariwisata 1,275.89 2.34

10 Pelabuhan 479.44 0.8811 Pemakaman Umum 50.52 0.0912 Pemerintahan 28.06 0.0513 Pendidikan 103.69 0.1914 Perairan 152.02 0.2815 Perdagangan dan Jasa 420.88 0.7716 Peribadatan 3.18 0.0117 Perkebunan 1,621.44 2.9818 Permukiman 9,118.60 16.7519 Pertanian Lahan Basah 2,821.29 5.1820 Pertanian Lahan Kering 16,003.32 29.4021 Pertanian Tanaman Tahunan 6,410.10 11.7822 Peternakan dan Pertanian Terpadu 1,111.79 2.0423 PLTD 2.67 0.0124 RTH Arboretum 2,339.62 4.3025 RTH Bumi Perkemahan 96.64 0.1826 RTH Hutan Kota Penyangga 1,540.40 2.8327 RTH Hutan Kota Perbatasan 603.64 1.1128 RTH Hutan Kota Perlindungan 751.80 1.3829 RTH Hutan Kota Perlindungan Abrasi 278.22 0.5130 RTH Kebun Botani 334.71 0.6231 RTH LOR dan Taman Kota 111.08 0.2032 RTH Penyangga Bandara 159.28 0.2933 RTH Sabuk Hijau 104.79 0.1934 Tambak 158.60 0.2935 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) 41.27 0.0836 Terminal Tipe A 3.87 0.01 JUMLAH 54,432.12 100.00

Sumber Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014

Page 144: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

134

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

134

Arahan fungsi kawasan dalam RTRW yang tertinggi adalah kawasan pertanian lahan kering 29.40 %, kemudian permukiman 16.75 % dan pertanian tanaman tahunan 11.78%.

D. PengendalianDalam pengendalian pemanfaatan ruang di Kota

Singkawang , harus mendapatkan 1) rekomendasi perubahan penggunaan tanah dari Pemda, 2)Ijin Penggunaan Pemanfaatan Tanah, 3) advis planning, 4) terkait dengan lingkungan hidup harus ada ijin gangguan, 5) ijin untuk perumahan di lahan kering diberikan kalau sudah ada rumah-rumah disekitarnya.

E. PeranSertaMasyarakatMenurut keterangan dari Bappeda Kota Singkawang,

masyarakat ikut dilibatkan dalam proses penyusunan Perda, baik konsuktasi public maupun sosialisasi. Masyarakat juga berpartisipasi dalam mengawal pelaksanaan tata ruang sehingga dapat menginformasikan jika terjadi pelanggaran pembangunan.

Page 145: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

135

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG5BAB

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN

Page 146: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

136

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

136

5.1. AnalisaKesesuaianSecara umum sebagian besar penggunaan tanah sudah sesuai dengan

arahan fungsi kawasan menurut RTRW. Namun demikian pada beberapa kasus ditemukan adanya ketidaksesuaian antara penggunaan tanah dengan RTRW. Belum sesuainya penggunaan tanah dengan RTRW secara fisik dapat dilihat di wilayah yang menjadi sampel penelitian. Dari beberapa area yang tidak sesuai, sebenarnya masih dapat dikategorikan lagi ke dalam dua kategori yaitu belum sesuai dan akan disesuaikan. Sebagai contoh untuk yang belum sesuai misalnya di dalam RTRW disebutkan penggunaan tanahnya untuk industry namun fisiknya atau eksisting sekarang ini masih digunakan untuk semak belukar atau kebun campuran. Dan untuk contoh yang akan disesuaikan misalnya bangunan untuk komersiil/perdagangan yang berada di sempadan sungai atau di kawasan hutan.

Tabel 46 menunjukkan prosesentase tingkat kesesuaian penggunaan tanah terhadap arahan fungsi kawasan dalam RTRW.

Tabel46.KesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWmasing-masinglokasisampel

No KABUPATEN/KOTAKESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP RTRW

Sesuai % TOTAL TidakSesuai % TOTAL

1 KOTA JAMBI 16.793,14 97,49 432,83 2,512 KAB MUARO JAMBI 504.276,11 94,76 27.891,08 5,243 KOTA BANDUNG 9.482,87 61,47 5.944,08 38,534 KAB BANDUNG 89.024,90 51,79 82.876,40 48,215 KAB BANYUWANGI 274.189,32 75,93 86.912,92 24,076 KAB JEMBER 274.189,32 75,93 86.912,92 24,077 KOTA PALU 23.265,31 60,01 15.506,51 39,998 KAB SIGI 433.711,59 80,01 108.328,03 19,999 KOTA SINGKAWANG 26.298,19 48,31 28.133,93 51,69

10 KAB MEMPAWAH 131.935,48 63,26 76.626,15 36,74Sumber : Hasil Pengolahan Data

Dari table di atas menunjukkan bahwa kota Jambi mempunyai tingkat kesesuaian yang paling tinggi antara penggunaan tanah dengan RTRW sebesar 97,49 persen, kedua kabupaten Muaro jambi sebesar 94,76 persen, dan ketiga Kabupaten Sigi sebesar 80,01 persen. Keempat, berimbang untuk kabupaten banyuwangi dan Kabupaten Jember sebesar 75,93 persen. Sedangkan ketidaksesuaian tertinggi antara penggunaan terhadap RTRW berada di Kota Singkawang yaitu sebesar 51,69 persen,

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

Page 147: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

137

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

137

kedua adalah Kabupaten Bandung sebesar 48,21 persen, ketiga Kota Palu sebesar 39,99 persen dan keempat Kota Bandung sebesar 38,58 persen.

Faktor yang menjadikan adanya ketidaksesuaian antara penggunaan tanah dengan RTRWyaitu:1. Dari segi implementasi

a) Adanya kepentingan Pemerintah daerah dalam rangka pembangunan, namun sampai saat ini masih belum terlaksana.

b) Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya perubahan kawasan dalam RTRW pada lokasi yang dimanfaatkan. Ketidaktahuan ini bisa disebabkan karena kurangnya sosialisasi atau memang dari masyarakat yang tidak mau tahu.

c) Ketersediaan sarana dan prasaranan disekitar kawasan untuk suatu arahan kawasan tertentu (contoh :industry/perdagangan, dan jasa mengikuti fungsi jalan tertentu (arteri/kolektor).

d) Lemahnya fungsi kontrol dan pemberlakuan peraturan oleh lembaga terkait.

2. Dari segi Penyusunan Peta RTRWa) penggunaan peta dasar tidak dari satu sumber, sehingga

penarikan polygon yang dilakukan berulang akan menimbulkan ketidak sesuaian pola garis. Perlunya kebijakan satu sumber data supaya tidak menimbulkan perbedaan posisi obyek pada peta.

b) sumber data peta penggunaan tanah yang dilakukan dalam proses pembuatan perencanaan RTRW tidak menggunakan peta/data penggunaan tanah dalam Neraca Penatagunaan Tanah.

c) pembuatan perencanaan RTRW dilakukan oleh pihak ke 3 yang tidak berada di wilayah kerja, sehingga data dan informasi yang terus berkembang tidak dapat dikumpulkan secara maksimal bahkan dalam rapat pembahasan laporan pelaksanaan RTRW masukan-masukan yang sifatnya koreksi/perbaikan fakta lapangan tidak dilakukan perbaikan lagi hingga laporan akhir diterbitkan.

3. Faktor Kebijakan a) aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun

daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan. Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang dikonversi.

Page 148: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

138

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

138

b) Semakin meningkatnya keinginan Pemda untuk memperbesar pendapatan asli daerah (PAD) tanpa mempertimbangkan kelestarian (sustainability) sumberdaya alam di era otonomi.

5.1.1 KotaJambiSecara umum sebagian besar penggunaan tanah sudah

sesuai dengan arahan fungsi kawasanmenurut RTRW yaitu seluas 16,793.14 ha ( 97.49 %).Namun demikian, luasnya tingkat kesesuaian penggunaan tanah yang mendukung serta masih adanya luasan yang tidak sesuai mencerminkan perlunya langkah-langkah dari semua pihak terkait untuk mengimplementasikan Rencana Tata Ruang Wilayah. Hasil analisis dapat dilihat pada peta.

Gambar8.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKotaJambi

Sumber : Neraca PGT Kota Jambi 2014

Page 149: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

139

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

139

Tabel47.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWKotaJambi

No ArahanFungsiKawasandalamRTRW

KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWSesuai TidakSesuai

Luas(Ha) %Kawasan Luas(Ha) %Kawasan1 Bandara 177.10 1.03 26.81 0.162 Cagar Budaya 11.12 0.06 44.49 0.263 Danau 141.72 0.82 0.35 0.004 HANKAM 41.16 0.24 8.20 0.055 Industri 36.13 0.21 0.006 Industrial Park 63.29 0.37 0.007 IPA 0.73 0.00 0.008 Kawasan Industri 416.84 2.42 0.009 Kawasan Industri Pergudangan 171.08 0.99 0.00

10 Kawasan Pertambangan 888.69 5.16 9.74 0.0611 Kawasan Transportasi Terpadu 106.57 0.62 0.0012 KESEHATAN 23.03 0.13 0.20 0.0013 Pendidikan 31.92 0.19 0.04 0.0014 Perdagangan & Jasa 1,613.50 9.37 2.60 0.0215 Perkantoran 88.25 0.51 0.0016 Permukiman 8,991.39 52.20 92.52 0.5417 Rawan Bencana 38.07 0.22 0.0018 RTH 2,797.27 16.24 155.73 0.9019 RTNH 21.90 0.13 0.68 0.0020 Sektor Informal 2.79 0.02 0.0021 Sempadan Danau 148.50 0.86 23.01 0.1322 Sempadan Sungai 158.16 0.92 68.12 0.4023 Sungai 811.03 4.71 0.33 0.0024 TPA Sanitary Lan 9.19 0.05 0.0025 Wisata 3.70 0.02 0.00

Total 16,793.14 97.49 432.83 2.51Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Pv. Jambi (tahun 2014)

Terdapat ketidak sesuaian antara penggunaan tanah dengan RTRW seluas 432.83 ha ( 2.51 %). Dari ketidak sesuaian tersebut, setelah dilakukan cek lapangan ditemukan beberapa kasus antara lain :a. kasus WTC terdapat ada mall Matahari dan Hotel Wiltop

yang berada di sempadan sungai, bangunan ini sudah ada pada waktu Perda RTRW disusun, rencananya Perda RTRW akan disesuaikan(direvisi)

b. kasus ruko di kawasan perdagangan yang berubah fungsi menjadi sarang wallet

Page 150: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

140

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

140

c. kasus Hotel Rumah Kito di Mayong, berada di kawasan permukiman

d. Tanah pertanian kering dan permukiman yang berada di kawasan eksplorasi tambang minyak bumi.

e. Kasus pergudangan di kenali asam yang arahan fungsinya sebagai permukiman

Gambar9.WTCKotaJambidanHotelWiltopberadadiSempadanSungai

Sumber : Survey Lapangan 2016

Gambar10.RumahWaletberadadiKawasanPerdagangan

Sumber : Survey Lapangan 2016

Page 151: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

141

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

141

Gambar11.ArealdimanfaatkanResortyangberadadiKawasanPermukiman

Sumber : Survey Lapangan 2016

Gambar12.KawasanPertambanganMinyakBumi

Sumber : Survey Lapangan 2016

Page 152: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

142

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

142

Tabel48.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWBerdasarkanKecamatanKotaJambi

No KECAMATANKESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP RTRW

Sesuai % TOTAL TidakSesuai % TOTAL

1 Danau Teluk 1.514,47 97,68 35,90 2,322 Jambi Selatan 2.770,29 96,76 92,67 3,243 Jambi Timur 1.709,29 97,09 51,19 2,914 Jelutung 754,46 97,97 15,59 2,035 Kotabaru 6.385,91 98,92 69,96 1,086 Pasar Jambi 161,52 96,3 6,21 3,77 Pelayangan 959,71 93,14 70,73 6,868 Telanaipura 2.537,50 96,55 90,58 3,45 JUMLAH 16.793,14 97,49 432,83 2,51

Sumber Hasil Pengolahan Data 2016

Dari table di atas menunjukkan kesesuaian paling tinggi ada di kecamatan Kota baru (98,92 %), kedua kecamatan Jelutung (97,97 %) dan ketiga kecamatan Danau Teluk (97,68 %). Sedangkan kecamatan yang ketidak sesuaiannya paling tinggi ada di kecamatan Pelayangan (96,68 %), kedua adalah kecamatan Pasar Jambi (3,7 %) dan ketiga di kecamatan Telanaipura (3,45%).

5.1.2.KabupatenMuaroJambiDari hasil analisis didapatkan 94,76% penggunaan

tanah yang ada di Kabupaten Muaro Jambi sesuai dengan arahan penggunaan tanah menurut RTRW dan 5,24% tidak sesuai dengan RTRW. Penggunaan tanah yang paling tinggi tingkat ketidaksesuaiannya adalah Hutan Produksi. Pada arahan penggunaan tanah untuk Hutan Produksi terdapat penggunaan tanah berupa perkampungan, kebun campuran, perkebunan, dan emplasemen.

Di area yang diperuntukan untuk sempadan sungai juga terdapat penggunaan tanah yang tidak sesuai yaitu perkebunan, kampung, dan emplasemen. Secara umum sebagian besar penggunaan tanah sudah sesuai dengan arahan penggunaan tanah menurut RTRW. Namun demikian, luasnya tingkat kesesuaian penggunaan tanah yang mendukung serta masih adanya luasan yang tidak sesuai

Page 153: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

143

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

143

mencerminkan perlunya langkah-langkah dari semua pihak terkait untuk mengimplementasikan Rencana Tata Ruang Wilayah. Gambaran dari kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar13.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKabupatenMuarojambi

Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Jambi (tahun 2014)

Tabel49.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWKabupatenMuaroJambi

No.

Arahan Fungsi Kawasan Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW

dalam RTRW Sesuai Tidak Sesuai

Luas (ha) % Kawasan Luas (ha) % Kawasan

1 Areal Penggunaan Lain 362287.12 68.08 0.00 0.00

2 Hutan Lindung Gambut 20643.78 3.88 3039.86 0.57

3 Hutan Produksi 16217.09 3.05 22046.27 4.14

4 Hutan Produksi Terbatas 58029.78 10.90 2023.41 0.38

5 Sempadan Sungai 3916.32 0.74 780.48 0.15

6 Sungai 5015.51 0.94 0.00 0.00

Page 154: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

144

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

144

7 Taman Hutan Raya 15492.67 2.91 1.06 0.00

8 Taman Nasional 22673.84 4.26 0.00 0.00

Total 504276.11 94.76 27891.08 5.24Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Jambi (tahun 2014)

Dari table di atas menunjukkan ketidaksesuaian antara penggunaan tanah dengan RTRW seluas 27891.08ha (5.24 %). Dari ketidak sesuaian tersebut, setelah dilakukan cek lapangan ditemukan beberapa kasus antara lain :a. Kasus Pelepasan kawasan hutan di Tanjung Lajur,

dinyatakan sebagai APL oleh Tim Terpadu dideliniasi lagi jadi HP , padahal sudah ada sertipikat. Perubahan sampai 4 kali, sebagai TGHK tahun 1987, HP 1999, APL 2012 kembali HP 2014.

b. Rumah terbangun di Sempadan pantai .c. Antara kawasan dengan zona tidak sesuai, yaitu

kawasan industry di Mendana Laut di plot untuk batu bara tapi ternyata tidak ada yang investasi karena daerahnya landai.

Tabel50.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWBerdasarkanKecamatanKabupatenMuaroJambi

No KECAMATANKESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP RTRW

Sesuai % TOTAL TidakSesuai % TOTAL1 BAHAR SELATAN 19.523,47 99,85 30,09 0,152 BAHAR UTARA 16.722,20 100,00 - 0,003 JAMBI LUAR KOTA 27.923,18 99,68 89,47 0,324 KUMPEH 163.356,65 95,36 7.946,42 4,645 KUMPEH ULU 38.664,75 100,00 - 0,006 MARO SEBO 21.904,89 83,98 4.179,95 16,027 MESTONG 47.492,88 100,00 - 0,008 SEKERNAN 56.312,46 83,85 10.845,58 16,159 SUNGAI BAHAR 16.056,25 100,00 - 0,00

10 SUNGAI GELAM 63.608,85 97,13 1.878,19 2,8711 TAMAN RAJO 32.710,54 91,80 2.921,40 8,20 JUMLAH 504.276,11 94,76 27.891,08 5,24

Sumber : hasil Pengolahan Data 2016

Ketidaksesuaian yang paling tinggi berada di kecamatan Sekernan.

Page 155: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

145

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

145

5.1.3.KotaBandungSelama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun

2014, di wilayah Kota Bandung telah terjadi perubahan penggunaan tanah pada beberapa jenis penggunaan tanah.

Dari data ditemukan bahwa : a) Perumahan mengalami penambahan sebesar 474,454

Ha. Rata-rata penambahan luas penggunaan tanah perumahan seluas 118,614 Ha per tahun ;

b) Penggunaan tanah pertanian lahan basah dalam kurun waktu 4 tahun berkurang dengan jumlah yang cukup signifikan yaitu 617,260 Ha , hal ini terjadi karena pertanian lahan basah berubah fungsi menjadi perumahan, permukiman maupun penggunaan tanah budidaya non pertanian lainnya ;

c) Penggunaan tanah lain yang mengalami perubahan cukup besar adalah pertanian lahan kering yang berkurang seluas 465,836 Ha.

Analisis lebih lanjut dengan cara superimpose antara Peta RTRW dengan Peta Penggunaan Tanah menghasilkan Peta/data mengenai Kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW.

Berdasarkan analisis kesesuaian tanah antara kondisi faktual penggunaan tanah dan rencana fungsi kawasan dari rencana tata ruang wilayah, maka dapat diperoleh gambaran bahwa penggunaan tanah yang sesuai dengan rencana fungsi kawasan sebesar 56,68% dan yang belum sesuai sebesar 35,53%.

Page 156: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

146

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

146

Gambar14.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKotaBandung

Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Jawa Barat(tahun 2014)

Tabel51.KesesuaianPenggunaanTanahDenganRTRWKotaBandung

No KECAMATANKESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP RTRW

Sesuai % TOTAL TidakSesuai % TOTAL1 Andir 184,323 50,61 179,912 49,392 Antapani 321,844 81,92 71,053 18,083 Arcamanik 459,085 65,64 240,269 34,364 Astanaanyar 143,519 61,41 90,175 38,595 Babakan Ciparay 404,253 62,33 244,352 37,676 Bandung Kidul 303,003 62,15 184,552 37,857 Bandung Kulon 372,325 58,26 266,763 41,748 Bandung Wetan 191,514 60,94 122,746 39,069 Batununggal 216,987 49,25 223,641 50,75

10 Bojongloa Kaler 217,778 68,44 100,414 31,5611 Bojongloa Kidul 312,805 74,45 107,366 25,5512 Buahbatu 424,713 63,47 244,470 36,5313 Cibeunying Kaler 249,695 62,31 151,051 37,6914 Cibeunying Kidul 242,838 62,55 145,373 37,45

Page 157: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

147

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

147

15 Cibiru 488,851 73,14 179,487 26,8616 Cicendo 460,816 65,8 239,560 34,217 Cidadap 453,948 63,46 261,429 36,5418 Cinambo 192,540 48,63 203,383 51,3719 Coblong 448,225 65,56 235,475 34,4420 Gedebage 310,147 30,93 692,691 69,0721 Kiaracondong 365,791 71,49 145,851 28,5122 Lengkong 322,289 64,83 174,825 35,1723 Mandalajati 249,156 54,69 206,463 45,3124 Panyileukan 247,329 52,61 222,775 47,3925 Rancasari 364,459 60,66 236,341 39,3426 Regol 234,400 57,78 171,243 42,2227 Sukajadi 378,548 80,65 90,813 19,3528 Sukasari 383,283 65,95 197,914 34,0529 Sumur Bandung 146,205 48,89 152,836 51,1130 Ujungberung 392,203 70,92 160,855 29,08

JUMLAH 9.482,870 61,47 5.944,077 38,53Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Jawa Barat (tahun 2014)

Tabel di atas menunjukkan kesesuaian penggunaan tanah berdasarkan kecamatan yang tertinggi di kecamatan Antapani sebesar 81,92 persen, kedua terdapat di kecamatan Sukajadi sebesar 80,65 persen, ketiga Bojongloa Kidul sebesar 74,45 persen, keempat kecamatan Cibiru. Sedangkan kecamatan yang tertinggi ketidak sesuaian penggunaan tanah dengan RTRW ada di kecamatan Gedebage sebesar 69,07 persen, kedua kecamatan Cinambo sebesar 51,37 persen, ketiga adalah kecamatan Sumur Bandung sebesar 51,11 persen dan keempat kecamatan batununggal sebesar 50,75 persen.

5.1.4.KabupatenBandungDiperoleh data selama dalam kurun waktu 9 tahun dari

2004-2013 terjadi perubahan penggunaan tanah terhadap arahan fungsi kawasan di Kabupaten Bandung. Kawasan lindung dialokasi seluas 44.832,12 hektar atau 25,43 persen, sedangkan kawasan budidaya dialokasi seluas 127.091,19 hektar atau 72,10 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung.

Page 158: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

148

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

148

Terhadap kawasan lindung, baik penggunaan tanah tahun 2004 maupun penggunaan tanah tahun 2013 yang tidak sesuai dengan arahan fungsi lindung seluas 29.109,42 hektar atau 64,93 persen dari luas fungsi kawasan lindung, sedangkan penggunaan tanah yang sesuai dengan arahan fungsi lindung adalah seluas 15.772,70 hektar atau 35,07 persen dari fungsi kawasan lindung.

Jenis penggunaan tanah budaya pada kawasan lindung yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan lindung namun mengalami peningkatan luas yang cukup siknifikan dalam kurun waktu 9 tahun adalah sebagai berikut :1. Perkebunan besar bertambah 14.236,70 hektar;2. Kuburan/Pemakaman hamper seluruh area kuburan

baru tidak sesuai dengan fungsi kawasan yaituseluas 4.479,58 hektar;

3. Kampung bertambah 455,91 hektar;4. Sawah tadah hujan bertambah 143,30 hektar;

Dari hasil super impose diperoleh ketidaksesuaian antara penggunaan tanah dengan arahan kawasan dalam RTRW dihasilkan Peta Kesesuaian Penggunaan tanah terhadap RTRW, sebagaimana disajikan pada gambar 9..

Gambar15.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKabupatenBandung

Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Jawa Barat (tahun 2013)

Page 159: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

149

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

149

Tabel52.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWKabupatenBandung

No. Arahan Fungsi Kawasan dalam RTRW

Luas Kawasan

(Ha)Tidak Sesuai

Luas (ha) % thd Kws Luas (ha) %

thd KwsA. Kws Lindung 44.832,12 15.722,70 35,07 29.109,42 64,93 1 . Hutan Lindung 34.081,90 14.003,45 31,24 20.078,45 44,79 2 . Hutan Konservasi 9.586,58 1.678,93 3,74 7.907,65 17,64 3 . Ruang Terbuka Hijau (RTH) 284,78 40,32 0,09 244,46 0,55 4. Sempadan Sungai 878,86 - - 878,86 1,96 B. Kws Budidaya 94.267,85 54.771,65 58,10 39.496,20 41,90 1. Kws. Permukiman 29.941,75 16.764,40 17,78 13.177,35 13,98 2. Kws. Pemerintahan 325,64 - - 325,64 0,35 3. Kws. Perdagangan/Jasa 2.116,53 10,00 0,01 2.106,53 2,23 4. Kws. Hankam 561,27 67,85 0,07 493,42 0,52 5. Kws. Peruntukan Industri 5.403,15 943,16 1,00 4.459,99 4,73 6. Kws. Perikanan 729,85 - - 729,85 0,77 7. Kws. Wisata (Buatan) 489,39 50,55 0,05 438,84 0,47 8. Kws. Pertanian Lahan Basah 33.145,38 18.530,35 19,66 14.615,03 15,50 9. Kws. Pertanian Lahan Kering 11.490,95 8.213,38 8,71 3.277,57 3,48

10. Kws. Tanaman Tahunan 39.351,61 26.956,36 28,60 12.395,25 13,15 11. Kws. Peternakan 101,70 - - 101,70 0,11 12. Kws. Perairan 552,39 - - 552,39 0,59 C. Kws Hutan 2.881,59 1.766,06 61,29 1.115,53 38,71 1 . Kws. Hutan Produksi 39,16 39,16 1,36 - -2 . Kws. Hutan Rakyat 2.842,42 1.726,90 59,93 1.115,53 38,71 D. Lain-lain

(Jalan Tol, Jalan Kereta, Dungai/Danau/Situ)

4.343,77

Jumlah 176.267,07 89.024,81 50,51 82.898,50 47,03Sumber: Hasil perhitungan data spasial (BPN Prov. Jawa Barat 2013)

Berdasarkan data pada tabel di atas dapatdilihat bahwa persentase kesesuaian dengan arahan fungsi kawasan mencapai 50,51 % sedangkan yang belum sesuai mencapai 47,03 %.

Page 160: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

150

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

150

Tabel53.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWBerdasarkanKecamatanKabupatenBandung

No KECAMATANKESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP RTRW

Sesuai(Ha) % TOTAL TidakSesuai(Ha) % TOTAL1 Arjasari 2.976,33 46,38 3.441,04 53,622 Baleendah 2.366,92 58,84 1.655,38 41,163 Banjaran 2.636,50 62,39 1.589,57 37,614 Bojongsoang 832,47 31,10 1.844,17 68,905 Cangkuang 1.186,04 49,22 1.223,39 50,786 Cicalengka 1.890,83 53,47 1.645,39 46,537 Cikancung 1.858,95 46,96 2.099,78 53,048 Cilengkrang 1.180,36 40,16 1.759,03 59,849 Cileunyi 1.222,51 40,10 1.826,35 59,90

10 Cimaung 3.179,63 58,81 2.227,33 41,1911 Cimenyan 1.976,77 38,21 3.197,06 61,7912 Ciparay 3.188,37 70,18 1.354,82 29,8213 Ciwidey 1.934,58 40,44 2.849,48 59,5614 Dayeuhkolot 599,91 57,42 444,96 42,5815 Ibun 3.087,65 58,10 2.226,78 41,9016 Katapang 768,85 50,85 743,09 49,1517 Kertasari 10.052,25 67,62 4.814,00 32,3818 Kutawaringin 2.485,61 53,61 2.150,52 46,3919 Majalaya 1.386,62 56,16 1.082,61 43,8420 Margaasih 779,12 44,48 972,33 55,5221 Margahayu 561,18 58,06 405,36 41,9422 Nagreg 1.797,89 36,91 3.073,19 63,0923 Pacet 4.706,88 51,88 4.365,76 48,1224 Pameungpeuk 980,59 68,99 440,85 31,0125 Pangalengan 11.742,33 62,78 6.962,26 37,2226 Paseh 2.784,15 55,48 2.234,58 44,5227 Pasirjambu 9.770,81 41,52 13.761,46 58,4828 Rancabali 7.113,56 49,52 7.252,64 50,4829 Rancaekek 1.915,92 43,39 2.499,60 56,6130 Solokanjeruk 966,58 41,41 1.367,35 58,5931 Soreang 1.094,75 44,48 1.366,28 55,52

JUMLAH 89.024,90 51,79 82.876,40 48,21Sumber : Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional RI Provinsi Jawa Barat (tahun 2013)

Page 161: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

151

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

151

5.1.5.KabupatenBanyuwangi

Berdasarkan hasil overlay peta penggunaan tanah dengan RTRW Kabupaten Banyuwangi tahun 2009-2029 diketahui kesesuaian penggunaan tanah dengan arahan fungsi kawasan dalam RTRW menunjukkan persentase kawasan yang sesuai adalah 75,9 % dengan luasan terbesar yakni penggunaan tanah kawasan pertanian beririgasi seluas 64.902 (18%), kawasan perkebunan seluas 58.214 ha (16,2%) dan taman nasional seluas 58.336,3 (16,2%). Sedangkan kawasan yang tidak sesuai dengan RTRW terluas adalah kawasan hutan produksi yaitu 11,7 % dengan luas 42.180 ha dan kawasan hutan lindung sebesar 4,2 % atau 15.293 ha.

Gambar16.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKabupatenBanyuwangi

Sumber : Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur, 2011

Page 162: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

152

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

152

Tabel54.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWKabupatenBanyuwangi

NoArahanFungsi KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRW

Kawasan Sesuai TidakSesuaidalamRTRW Luas(ha) %Kawasan Luas(ha) %kawasan

1 Kawasan lindung 6,86 0,00 - -2 Kawasan hutan produksi 14.057,34 3,90 42.180,10 11,713 Kawasan pertanian beririgasi 64.750,05 17,97 6.729,20 1,874 Cagar alam 1.542,56 0,43 23,89 0,015 Kawasan pertanian hortikultura 4.863,68 1,35 6.554,73 1,826 Kawasan perkebunan 58.214,89 16,16 5.161,01 1,437 Kawasan hutan Lindung 35.313,27 9,80 15.293,30 4,258 Kawasan tambak 1.339,21 0,37 441,45 0,129 Permukiman 32.638,25 9,06 5.871,88 1,63

10 Taman wisata alam 5,56 0,00 46,76 0,0111 Taman nasional 58.336,32 16,19 3.941,01 1,0912 Rawa 668,18 0,19 31,32 0,0113 Kawasan industri 225,93 0,06 129,66 0,0414 Kawah farung - - 103,80 0,0315 Sempadan Sungai 1,34 0,00 23,41 0,0116 Sungai/Danau 2.223,60 0,62 - -17 Pengembangan BU 2,28 0,00 381,42 0,11

Total 274.189,32 76,11 86.912,92 24,13Sumber : Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur, 2011

Pada beberapa penggunaan tanah eksisting dengan yang ditetapkan sebagai arahan RTRW mengalami penurunan fungsi yaitu :1) Kecamatan bangorejo, Banyuwangi, Cluring, Genteng,

Giri, Glagah, Glenmore, Kabat, Kalipuro, Muncar, Pesanggrahan, Purwoharjo, Rogojampi, Sempu, Singojuruh, Songgon, Srono, Tegaldlimo dan Wongsorejo terdapat lahan eksisting berupa pemukiman dan diarahkan RTRW Kabupaten Banyuwangi sebagai kawasan hutan produksi.

2) Pada seluruh kecamatan terdapat lahan eksistingberupa sawah tadah hujan dan arahan fungsi kawasan pada RTRW adalah sebagai kawasan perkebunan, perlu kajian teknis mengenai penetapan ini mengingat Pemerintah sedang menggalakkan penyediaan lahan pertanian

Page 163: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

153

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

153

pangan berkelanjutan.3) Pada seluruh kecamatan terdapat lahan eksisting

berupa kolam air tawar dan arahan fungsi kawasan pada RTRW adalah sebagai taman nasional, perlu kajian teknis mengenai penetapan pola ruang, hal ini terkait dengan aspek potensi wilayah dan lingkungan.

4) Pada seluruh kecamatan terdapat lahan eksisting berupa perkebunan, dan arahan fungsi kawasan pada RTRW adalah sebagai kawasan industry. Perlu kajian mengenai hal ini terkait dengan hampir seluruh wilayah terdapat rencana kawasan industry.

Tabel55.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWBerdasarkanKecamatandiKabupatenBanyuwangi

No KECAMATANKESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP RTRW

Sesuai % TOTAL TidakSesuai % TOTAL

1 BANGOREJO 7.122,09 58,96 4.957,74 41,042 BANYUWANGI 1.962,99 76,55 601,29 23,453 CLURING 6.641,66 94,27 404,06 5,734 GAMBIRAN 8.928,93 90,16 974,13 9,845 GENTENG 4.531,73 86,4 713,52 13,66 GIRI 1.690,70 83,74 328,26 16,267 GLAGAH 14.535,64 84,26 2.715,14 15,748 GLENMORE 21.977,07 77,23 6.480,31 22,779 KABAT 7.622,06 93,03 570,67 6,97

10 KALIBARU 23.275,96 80,85 5.513,28 19,1511 KALIPURO 13.181,34 66,38 6.676,32 33,6212 MUNCAR 7.994,91 94,07 503,67 5,9313 PESANGGARAN 36.481,35 67,77 17.347,09 32,2314 PURWOHARJO 7.072,82 62,17 4.303,25 37,8315 ROGOJAMPI 6.773,05 89,24 816,58 10,7616 SEMPU 5.853,03 50,85 5.657,73 49,1517 SINGOJURUH 4.248,11 96,44 156,90 3,5618 SONGGON 19.109,50 82,33 4.102,37 17,6719 SRONO 7.014,37 92,96 531,35 7,0420 TEGALDLIMO 47.176,09 85,87 8.325,82 14,1321 WONGSOREJO 18.916,25 55,33 15.272,79 44,67 JUMLAH 272.109,66 75,78 86.952,25 24,22

Sumber ; hasil Olah data

Page 164: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

154

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

154

Tabel di atas menunjukkan kecamatan yang paling tinggi kesesuaian penggunaan tanah dengan RTRW adalah Kecamatan kecamatan Singojuruh sebesar 96,44, kedua kecamatan Cluring sebesar 94,27 %, ketiga kecamatan Muncar sebesar 94,07 %, keempat kecamatan Kabat sebesar 93,03 %. Sedangkan persentase kecamatan yang paling tidak sesuai pertama adalah kecamatan Sempu sebesar 49,15 %, kedua kecamatan Wongsorejo sebesar 44,67 %, ketiga kecamatan Bangorejo sebesar 41,04 %, dan keempat kecamatan Purwoharjo sebesar 37,83 %.

Di kecamatan wongsorejo, terjadi sengketa tanah berawal saat pemberian izin hak guna usaha (HGU) Kebun Randu seluas 603 ha sejak 1980 kepada PT Wongsorejo. Hak guna usaha tersebut telah berakhir pada tahun 2012, kemudian diperpanjang menjadi hak guna bangunan (HGB) untuk kawasan industri.Didalam HGB terdapat 287 keluarga petani yang menetap sejak 1950-an. Mereka meminta hak tanahnya seluas 220 ha sebagai permukiman dan pertanian. Akan tetapi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan PT Wongsorejo hanya bersedia memberikan lahan seluas 60 ha.

Dusun Pancer, salah satu wilayah di Banyuwangi yang porak poranda ketika tsunami menghantam sekitar 22 tahun lalu, Dengan adanya pertambangan emas di Tumpang Pitu berpotensi meningkatkan risiko bencana bagi warga sekitar karena terjadi penurunan kualitas ekosistim. Kondisi eksisting menunjukkan pantai Pancer sebagai daerah wisata dan terdapat permukiman yang akan dijadikan obyek konsolidasi tanah. Kondisi ini perlu ditinjau kembali mengingat wilayah ini merupakan potensi bencana, sebagaimana gambar di bawah ini.

Page 165: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

155

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

155

Gambar17.PemukimannelayanPantaiMustikayangberadadiKawasanRawanBencanaTsunami

Sumber : Survey Lapangan 2016

Gambar18.ArealPertambanganTumpangPituyangdianggapmerusaklingkungan

Sumber : Survey Lapangan 2016

Ketidak sesuaian kondisi existing penggunaan tanah dengan RTRW juga ditemukan di Kecamatan Cluring, tata ruangnya sawah irigasi namun secara eksisting sebagian besar merupakan perumahan dan perdagangan (jalan jember-

Page 166: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

156

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

156

Banyuwangi), yang terletak dipinggir jalan demikian pula di kecamatan rogojampi.

5.6. KabupatenJember

Berdasarkan hasil overlay peta penggunaan tanah dengan RTRW Kabupaten Jember tahun 2010-2030 maka diketahui bahwa kesesuaian penggunaan tanah pada tahun 2011 dengan arahan fungsi kawasan dalam RTRW menunjukkan presentase kawasan yang sesuai adalah 74 %, dengan luasan terbesar yaitu penggunaan tanah kawasan pertanian lahan basah seluas 65.110,9 ha (18,68 %) dan kawasan pertanian lahan kering seluas 51.279 ha (15,5 %) sedangkan kawasan yang tidak sesuai dengan RTRW seluas 87.605,2 ha (26 %) dengan luasan terbesar adalah kawasan pertanian lahan basah seluas 52.437,8 ha (15,8 %) dan kawasan pertanian lahan kering seluas 22.300,13 ha (6,7 %). Gambaran tentang kesesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW disajikan pada gambar 15. Sedangkan untuk luasan dan prosesntase disajikan pada Tabel 57.

Gambar19.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKabupatenJember

Sumber : Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur, 2011

Page 167: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

157

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

157

Tabel56.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWKabupatenJember

No ArahanFungsiKawasandalamRTRW

KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWSesuai TidakSesuai

Luas(ha) %Kawasan Luas(ha) %kawasan1 Kawasan lindung 6,86 0,00 - -2 Kawasan hutan produksi 14.057,34 3,90 42.180,10 11,713 Kawasan pertanian beririgasi 64.750,05 17,97 6.729,20 1,874 Cagar alam 1.542,56 0,43 23,89 0,015 Kawasan pertanian hortikultura 4.863,68 1,35 6.554,73 1,82

6 Kawasan perkebunan 58.214,89 16,16 5.161,01 1,43

7 Kawasan hutan Lindung 35.313,27 9,80 15.293,30 4,25

8 Kawasan tambak 1.339,21 0,37 441,45 0,12

9 Permukiman 32.638,25 9,06 5.871,88 1,63

10 Taman wisata alam 5,56 0,00 46,76 0,01

11 Taman nasional 58.336,32 16,19 3.941,01 1,09

12 Rawa 668,18 0,19 31,32 0,01

13 Kawasan industri 225,93 0,06 129,66 0,04

14 Kawah farung - - 103,80 0,03

15 Sempadan Sungai 1,34 0,00 23,41 0,01

16 Sungai/Danau 2.223,60 0,62 - -

17 Pengembangan BU 2,28 0,00 381,42 0,11

Total 274.189,32 76,11 86.912,92 24,13Sumber : Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur, 2011

Tabel di atas menunjukkan kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW sebesar 76,11 persen sedangkan ketidak sesuaian mencapai 24,13 persen.

Beberapa penggunaan tanah secara eksisting terdapat ketidaksesuaian dengan RTRW yaitu :1) Kecamatan Ajung, Ambulu, Arjasa, Balung, Bangsalsari,

Gumukmas, Jelbuk, Jenggawah, Jombang, kalisat, kaliwates, KIencong, Ledokombo.Mayang, Mumbulsari, Pakusari, Panti, Patrang, Puger, Rambiji, Semboro, Silo, Sukorambi, Sukowono, Sumberbaru, Sumberjambe, Sumbersari, Tanggul, Tempurejo, Umbulsari, Wuluhan, terdapat lahan eksisting berupa pemukiman dan diarahkan RTRW Kabupaten Jember 2010-2030 sebagai nkawasan pertanian lahan kering. Berdasarkan kondisi

Page 168: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

158

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

158

tersebut perlu sinkronisasi rencana tata ruang wilayah, mana yang akan dikembangkan sesuai karakter wilayahnya sehingga perlu pertimbangan dan kajian khusus terkait mengalih fungsikan kawasan budidaya non pertanian menjadi kawasan pertanian.

2) Kecamatan Ajung, Ambulu, Arjasa, balung, Bangsalsari, gumukmas, Jelbuk, Jenggawah, Jombang, Kalisat, Kaliwates, kencong, Ledokombo, mayang, Mumbulsari, Pakusari, Panti, Patrang, Puger, Rambiji, Semboro, Silo, Sukorambi, Sukowono, Sumberbaru, Sumberjambe, Sumbersari, Tanggul, Tempurejo, Umbulsari, Wuluhan, pada kondisi eksisting merupakan kawasan industry. Penetapan ini perlu dievaluasi ulang mengingat wilayah ini telah berkembang sebagai kawasan terbangun. Mengarahkannya sebagai hutan suaka alam memiliki pengertian bahwa dimasa mendatang memungkinkan adanya kegiatan relokasi lahan dan hal ini tidak efisien.

3) Pada seluruh kecamatan terdapat lahan eksisting berupa pergudangan dan arahan fungsi kawasan pada RTRW adalah hutan rakyat.

Bandara Notohadinegoro menggunakan tanah bekas PTP XII seluas 120 ha disebut bandara pengumpan namun letaknya berada ditengah perkebunan PTP.

Dikawasan Silo merupakan daerah pertambangan, dalam RTRW termasuk kawasan peruntukan pertambangan mineral logam namun keberadaan tambang emas tidak disetujui oleh banyak pihak terutama DPR yang melarang penambahan lokasi penambangan.

5.1.7.KotaPaluDari hasil overlay peta penggunaan tanah eksisting

tahun 2013 dengan peta RTRW Kota Palu dan dengan mengacu pada matriks kesesuaian, maka didapatkan bahwa secara umum di wilayah Kota Palu penggunaan tanah didalam berbagai fungsi kawasan yang diarahkan di dalam RTRW pada saat ini dapat dikatakan relatif sudah baik yang dapat dilihat dari luasan secara kumulatif penggunaan tanahnya sudah sesuai dengan RTRW yaitu seluas 23.265,31 Ha atau 60,01% dari luas wilayah Kota Palu. Sedangkan penggunaan

Page 169: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

159

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

159

tanah yang tidak sesuai dengan RTRW seluas 15.506,51 Ha (39,99%).

Fungsi kawasan dimana penggunaan tanahnya telah sesuai, dari hasil analisa menunjukkan bahwa didominasi di wilayah kawasan kehutanan yaitu pada fungsi kawasan hutan lindung yang sesuai penggunaan tanahnya seluas 6.209,72 Ha atau sebesar 85,58% dari kawasan hutan lindung tersebar di Kecamatan Mantikulore dan Kecamatan Ulujadi. Disusul pada fungsi kawasan suaka alam dan hutan wisata, dimana penggunaan tanahnya yang sesuai seluas 5.357,74 (95,22%) dan tersebar di Kecamatan Mantikulore dan Kecamatan Tawaeli. Pada kawasan hutan produksi terbatas dimana penggunaan tanah yang sesuai seluas 3.189,37 Ha (98,72%) di Kecamatan Mantikulore, Tawaeli dan Kecamatan Palu Barat. Pada kawasan Industri dan Perumahan dimana masing-masing penggunaan tanah yang sesuai seluas 1.556,77 Ha (99,74%) dan perumahan seluas 2.815,74 ha atau 30,98 %. Dan tersebar diseluruh wilayah kecamatan. Untuk kesesuaian penggunaan tanah lainnya dapat dilihat pada peta dan tabel berikut ini.

Gambar20.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKotaPalu

Sumber : Kanwil BPN Prov. Sulteng (2013)

Page 170: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

160

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

160

Tabel57.KesesuaianPenggunaanTanahDenganRTRWKotaPalu

No. Arahan Fungsi Kawasan Luas (ha)Kesesuaian Penggunaan Tanah dengan RTRW

Sesuai Tidak SesuaiLuas (ha) % Luas (ha) %

1 Hutan Lindung 7.256,08 6.209,72 85,58 1.046,36 14,422 Hutan Produksi Terbatas 3.230,87 3.189,37 98,72 41,50 1,283 Kawasan Industri 1.560,85 1.556,77 99,74 4,08 0,264 Kawasan Pariwisata 288,49 88,25 30,59 200,24 69,41

5 Kawasan Perdagangan & Jasa 448,94 373,25 83,14 75,69 16,86

6 Kawasan Perkantoran 198,13 158,89 80,19 39,24 19,81

7 Kawasan Perlindungan Setempat 772,55 45,96 5,95 726,59 94,05

8 Kawasan Perumahan 9.090,19 2.815,74 30,98 6.274,45 69,02

9 Kawasan Peruntukan Lainnya 6.689,43 1.941,72 29,03 4.747,71 70,97

10 Kawasan Rawan Bencana Alam 2.060,41 674,28 32,73 1.386,13 67,27

11 Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya 5.626,98 5.357,74 95,22 269,24 4,78

12 Ruang Terbuka Hijau Kota 1.548,90 853,62 55,11 695,28 44,89 Jumlah 38.771,82 23.265,31 60,00 15.506,51 40,00

Sumber : Kanwil BPN Prov. Sulteng (2013)

Terdapat ketidak sesuaian antara penggunaan tanah dengan RTRW seluas 38.771,82 ha (%). Dari ketidak sesuaian tersebut, yang paling dominan adalah kawasan perlindungan setempat (94,05 %), kawasan peruntukan lainnya seluas 4.747,71 ha ( 70,97 %) dan kawasan pariwisata seluas 200,24 ha ( 69,41 %).

Temuan di Kota Palu terkait tata ruang, adanya hotel di bibir pantai (swissbel) yang termasuk daerah rawan bencana karena wilayah tersebut pernah diterjang tsunami pada tahun 2007 setelah peristiwa tsunami aceh.

5.1.8.KabupatenSigiHasil super-impose antara peta penggunaan tanah

tahun 2012 dengan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sigi menunjukan bahwa secara umum penggunaan tanah di wilayah itu yang sesuai dengan arahan peruntukan penggunaan tanah yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) seluas 433.711,59 Ha atau 80,01%, sedangkan yang tidak sesuai seluas108.328,03 Ha atau

Page 171: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

161

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

161

19,99%. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan tanah di wilayah Kabupaten Sigi telah memenuhi atau mematuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam rencana tata ruang wilayah.

Meskipun demikian ternyata di beberapa tempat juga masih dijumpai penggunaan tanah yang tidak atau belum sesuai dengan arahan peruntukan penggunaan tanah dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW), yang luasnya masih mencapai 108.328,03 Ha (19,99%). Sejumlah penggunaan tanah budi daya non kehutanan masih ditemukan dalam fungsi kawasan lindung, serta fungsi kawasan kehutanan, baik hutan lindung maupun hutan produksi. Menurut ketentuan penggunaan tanah semacam ini seharusnya diusahakan pada fungsi kawasan budi daya non kehutanan. Gambaran ini mengindikasikan bahwa fungsi koordinasi antar pihak terkait dalam rangkan pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang belum berjalan efektif.

Apabila hasil analisis kesesuaian antara penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) ditinjau menurut arahan fungsi kawasan, terlihat bahwa presentase kesesuaian penggunaan tanah dalam fungsi kawasan hutan lindung adalah yang sebesar 131.992,76 Ha (94,49 %) tersebar di 11 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Kinovaro, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan, Kecamatan Marawola, Kecamatan Marawola Barat, Kecamatan Palolo, Kecamatan Pipikoro dan Kecamatan Sigi Biromaru.

Pada fungsi kawasan hutan produksi penggunaan tanah yang sesuai seluas 1.416,64 Ha (90,63 %), tersebar di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Pipikoro. Pada fungsi kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi penggunaan tanahnya yang sesuai seluas 9.485,27 Ha (91,69 %) tersebar di empat wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan, Kecamatan Palolo, dan Kecamatan Pipikoro. Pada fungsi kawasan hutan produksi terbatas penggunaan tanah yang sesuai seluas 126.743,93 Ha (90,19 %) tersebar di Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan, Kecamatan Marawola Barat, Kecamatan Palolo, Kecamatan Pipikoro, dan

Page 172: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

162

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

162

Kecamatan Sigi Biromaru. Pada Fungsi Kawasan Pengelolaan Alam penggunaan tanah yang sesuai seluas 105.118,01 Ha (90,61%) tersebar di Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan, Kecamatan Lindu, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Palolo, Kecamatan Pipikoro, Kecamatan Sigi Biromaru dan Kecamatan Tanambulava.

Sebaliknya dalam fungsi kawasan budi daya non kehutanan seperti fungsi kawasan permukiman penggunaan tanah yang sesuai hanya seluas 2.555,83 Ha (23,70 %), sedangkan penggunaan tanah yang tidak sesuai seluas 8.226,13 Ha (76,30 %). Penggunaan tanah yang sesuai dengan fungsi kawasan permukiman tersebar di Kecamatan Dolo, Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Kinovaro, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan, Kecamatan Marawola, Kecamatan Marawola Barat, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Palolo, Kecamatan Pipikoro, Kecamatan Sigi Biromaru dan Kecamatan Tanambulava.Penggunaan tanah berupa pemukiman yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan permukiman dijumpai di hampir seluruh Kecamatan di Kabupaten Sigi kecuali Kecamatan Lindu.

Dalam fungsi kawasan pertanian lahan basah penggunaan tanah yang sesuai seluas 24.870,74 Ha (82,41 %), yang tidak sesuai seluas 5.309,97 Ha (17,59 %).Penggunaan tanah yang sesuai dengan fungsi kawasan pertanian lahan basah dijumpai di sepuluh wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Dolo, Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Lindu, Kecamatan Marawola, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Palolo, Kecamatan Sigi Biromaru dan Kecamatan Tanambulava, sedangkan penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan pertanian lahan basah dijumpai di Kecamatan Dolo, Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Lindu, Kecamatan Marawola, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Palolo, Kecamatan Sigi Biromaru dan Kecamatan Tanambulava.

Dalam fungsi kawasan pertanian lahan kering penggunaan tanah yang sesuai seluas 28.308,11 Ha atau 31,64 %, tersebar di Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Kinovaro, Kecamatan

Page 173: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

163

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

163

Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan, Kecamatan Marawola, Kecamatan Marawola Barat, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Palolo, Kecamatan Pipikoro, Kecamatan Sigi Biromaru dan Kecamatan Tanambulava.Sedangkan penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan pertanian lahan kering seluas 61.171,25 Ha (68,36%), dijumpai di Kecamatan Dolo Barat, Kecamatan Dolo Selatan, Kecamatan Gumbasa, Kecamatan Kinovaro, Kecamatan Kulawi, Kecamatan Kulawi Selatan, Kecamatan Marawola, Kecamatan Marawola Barat, Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Palolo, Kecamatan Pipikoro, Kecamatan Sigi Biromaru dan Kecamatan Tanambulava.

Dalam fungsi kawasan sungai, penggunaan yang sesuai seluas 3.220,31 Ha (92,87%) yang tersebar di dua wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Kulawi Selatan dan Kecamatan Lindu. Sementara penggunaan tanah yang tidak sesuai seluas 247,27 Ha (7,13 %) yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Sigi.

Rincian mengenai tingkat kesesuaian penggunaan dengan RTRW Kabupaten Sigi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel58.KesesuaianPenggunaanTanahDenganRTRWKabupatenSigi

No ArahanFungsiKawasanDalamRTRW

KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWSesuai TidakSesuai

Luas(Ha) %Kawasan Luas(Ha) %Kawasan1 Hutan lindung 131.992,76 94,49 7.690,37 5,512 Hutan produksi 1.416,64 90,63 146,54 9,373 Hutan produksi konversi 9.485,27 91,69 859,75 8,314 Hutan produksi terbatas 126.743,93 90,19 13.787,24 9,815 Kawasan permukiman 2.555,83 23,70 8.226,13 76,306 Pertanian lahan basah 24.870,74 82,41 5.309,97 17,597 Pertanian lahan kering 28.308,11 31,64 61.171,25 68,36

8 Kawasan Pengelolaan Alam (KPA) 105.118,01 90,61 10.889,51 9,39

9 Sungai/danau/situ/telaga 3.220,31 92,87 247,27 7,13Total 433.711,59 80,01 108.328,03 19,99

Sumber : Kanwil BPN Prov. Sulteng (2012)

Adanya temuan dimana terdapat kesesuaian antara fungsi kawasan dengan RTRW namun ternyata RTRW kurang

Page 174: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

164

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

164

tepat, dalam arahan fungsi kawasan merupakan daerah perkantoran tetapi ternyata wilayahnya rawan bencana seperti Kantor BPN Kabupaten Sigi yang berada dalam kompleks kantor Pemerintah Daerah di kecamatan Bora, tanahnya sering bergeser sehingga bangunan kantor di atasnya retak-retak dan tidak bisa digunakan.

Gambar21.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKabupatenSigi

Sumber : Kanwil BPN Prov. Sulteng (2012)

Gambar22.KondisiKantorPertanahanKabupatenSigiyangberadadiKawasanRawanBencana

Page 175: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

165

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

165

5.1.9.KabupatenMempawahGambar23. merupakan gambaran kesesuaian

penggunaan tanah terhadap RTRW Kabupaten Mempawah, yang menunjukkan prosentase tingkat kesesuaian cukup besar yaitu sebesar 63,26 %. Untuk tingkat kesesuaian paling tinggi berada di Kecamatan Mempawah Hilir, sebesar 73,11 %. Luasan dan prosentase pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 60.

Gambar23.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKabupatenMempawah

Sumber : Kanwil BPN Prov. Kalbar (2014)

Tabel59.KesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKabupatenMempawah

No ARAHAN FUNGSI KAWASAN RTRW

KESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP RTRWSesuai % TOTAL TidakSesuai % TOTAL

1 Hortikultura 213,80 3,47 5.953,59 96,532 Hutan Lindung 0,00 0,00 34,25 100,003 Hutan Produksi 43.255,36 84,00 8.237,22 16,004 Hutan Produksi Konversi 2.042,98 49,50 2.084,42 50,505 Hutan Produksi Terbatas 10.257,00 64,24 5.710,86 35,766 Kawasan Budidaya Lain 14.115,06 54,08 11.984,75 45,92

Page 176: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

166

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

166

7 Kawasan Industri 86,17 5,31 1.535,64 94,698 Perkebunan 26.391,50 56,90 19.987,10 43,109 Permukiman 697,41 21,60 2.532,04 78,40

10 Sempadan Pantai 700,29 68,14 327,38 31,8611 Sempadan Sungai 99,00 7,28 1.260,40 92,7212 Tanaman Pangan 32.913,09 67,16 16.091,38 32,8413 Unidentify 1.163,82 100,00 0,00 0,0014 Sungai 887,12 100,00 0,00 0,00 JUMLAH 132.822,60 63,69 75.739,03 36,31

Sumber : Kantor Wilayah BPN Kalimantan Barat, 2015

Tingkat kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW berdasarkan fungsi kawasan sebesar 63,69 % , sedangkan yang tidak sesuai mencapai 36,31 % yaitu antara lain tertinggi kawasan hutan lindung, kedua kawasan industri dan ketiga permukiman.

Adapun untuk kecamatan, kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW tertinggi berada di kecamatan Mempawah Hilir sebesar 73,17 %, kedua kecamatan Sungai Pinyuh ( 67,82 %) dan Toho ( 67,46 %). Selengkapnya terdapat dalam tabel 60.

Tabel60.KesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWBerdasarkanKecamatanKabupatenMempawah

No KECAMATANKESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP RTRW

Sesuai % TOTAL TidakSesuai % TOTAL1 ANJONGAN 8750.15 62.83 5176.02 37.172 MEMPAWAH HILIR 13527.17 73.17 4959.1 26.833 MEMPAWAH TIMUR 5498.68 57.8 4014.82 42.24 SADANIANG 21211.58 48.8 22251.22 51.25 SEGEDONG 21227.8 76.3 6595.33 23.76 SIANTAN 15459.75 57.04 11643.2 42.967 SUNGAI KUNYIT 13362.08 68.21 6227.61 31.798 SUNGAI PINYUH 13936.58 67.82 6613.55 32.189 TOHO 18961.69 67.46 9145.3 32.54

JUMLAH 131935.48 63.26 76626.15 36.74Sumber : Hasil Pengolahan Data 2016

Belum sesuainya penggunaan tanah terhadap arahan fungsi kawasan dalam RTRW didominasi pada kawasan pertanian lahan kering atau kawasan perkebunan, yang

Page 177: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

167

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

167

penggunaan tanahnya masih berupa hutan belukar yang berada di Kecamatan Sadaniang. Sebaliknya, ada arahan kawasan sebagai kawasan hutan tetapi penggunaan tanahnya berupa perkebunan masyarakat. Pada areal lain ada juga yang arahan fungsi kawasannya untuk industry tetapi kondisi fisiknya masih berupa lahan pertanian.

5.1.10. KotaSingkawangGambar24. merupakan gambaran kesesuaian

penggunaan tanah terhadap RTRW Kota Singkawang, yang menunjukkan prosentase tingkat kesesuaian cukup rendah yaitu sebesar 48,31 %. Untuk tingkat kesesuaian paling tinggi berada di Kecamatan singkawang Selatan, sebesar 54,68 %. Luasan dan prosentase pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 62.

Gambar24.PetaKesesuaianPenggunaanTanahterhadapRTRWKotaSingkawang

Sumber : Kanwil BPN Prov. Kalbar (2014)

Page 178: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

168

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

168

Tabel61.KesesuaianPenggunaanTanahdenganRTRWKotaSingkawang

No ARAHAN FUNGSI KAWASAN RTRWKESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP

RTRWSesuai % TOTAL TidakSesuai % TOTAL

1 Bandara 0,00 0,00 277,43 100,002 Cagar Alam 2.668,00 100,00 0,02 0,003 Hankam 25,04 30,60 56,79 69,404 Hutan Produksi 4.101,18 78,94 1.094,38 21,065 Industri 0,00 0,00 20,02 100,006 Instalasi Pengolahan Air Bersih 1,29 95,56 0,06 4,447 Kawasan Budidaya Terbatas 47,36 88,47 6,17 11,538 Kesehatan 6,42 84,81 1,15 15,199 Pariwisata 880,20 68,99 395,69 31,01

10 Pelabuhan 5,37 1,12 474,07 98,8811 Pemakaman Umum 43,82 86,74 6,70 13,2612 Pemerintahan 15,30 54,53 12,76 45,4713 Pendidikan 33,10 31,92 70,59 68,0814 Perairan 127,22 83,69 24,80 16,3115 Perdagangan dan Jasa 55,07 13,08 365,81 86,9216 Peribadatan 2,35 73,90 0,83 26,1017 Perkebunan 404,07 24,92 1.217,37 75,0818 Permukiman 1.871,62 20,53 7.246,98 79,4719 Pertanian Lahan Basah 1.362,50 48,29 1.458,79 51,7120 Pertanian Lahan Kering 7.302,33 45,63 8.700,99 54,3721 Pertanian Tanaman Tahunan 1.536,92 23,98 4.873,18 76,0222 Peternakan dan Pertanian Terpadu 534,68 48,09 577,11 51,9123 PLTD 1,59 59,55 1,08 40,4524 RTH Arboretum 2.179,12 93,14 160,50 6,8625 RTH Bumi Perkemahan 56,97 58,95 39,67 41,0526 RTH Hutan Kota Penyangga 1.417,64 92,03 122,76 7,9727 RTH Hutan Kota Perbatasan 192,13 31,83 411,51 68,1728 RTH Hutan Kota Perlindungan 680,52 90,52 71,28 9,4829 RTH Hutan Kota Perlindungan Abrasi 252,41 90,72 25,81 9,2830 RTH Kebun Botani 282,98 84,54 51,73 15,4631 RTH LOR dan Taman Kota 11,00 9,90 100,08 90,1032 RTH Penyangga Bandara 159,28 100,00 0,00 0,0033 RTH Sabuk Hijau 14,63 13,96 90,16 86,0434 Tambak 19,92 12,56 138,68 87,4435 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) 6,16 14,93 35,11 85,0736 Terminal Tipe A 0,00 0,00 3,87 100,00

JUMLAH 26.298,19 48,31 28.133,93 51,69

Page 179: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

169

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

169

Dari table di atas menunjukkan tingkat kesesuaian penggunaan tanah terhadap RTRW di Kota Singkawang mencapai 48,31 % dan ketidak sesuaian sebesar 51,69 %.

Tabel62.KesesuaianPenggunaanTanahTerhadapRTRWberdasarkanKecamatanKotaSingkawang

No KECAMATANKESESUAIAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP RTRW

Sesuai % TOTAL TidakSesuai % TOTAL1 SINGKAWANG BARAT 751,67 36,88 1.286,45 63,122 SINGKAWANG SELATAN 10.850,98 54,68 8.993,70 45,323 SINGKAWANG TENGAH 764,77 38,72 1.210,53 61,284 SINGKAWANG TIMUR 10.217,02 45,42 12.277,49 54,585 SINGKAWANG UTARA 3.713,75 45,97 4.365,76 54,03

KOTA SINGKAWANG 26.298,19 48,31 28.133,93 51,69Sumber Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, 2014

Banyaknya penggunaan tanah yang belum sesuai terhadap RTRW disebabkan antara lain ; banyak bangunan-bangunan baru di wilayah tersebut yang belum berizin. Ada kecenderungan dari masyarakat yang mendirikan bangunan terlebih dahulu, kemudian baru mengurus perizinannya, yang ternyata tidak sesuai dengan arahan fungsi kawasan dalam RTRW. Di samping itu ada juga arahan fungsi kawasan sebagai kawasan pertanian lahan kering atau kawasan perkebunan, padahal penggunaan tanahnya masih berupa hutan belukar.

Untuk di bagian selatan terdapat kawasan rencana Bandar Udara, yang mana penggunaan tanahnya berupa perkebunan besar. Menurut responden dari Bappeda Kota Singkawang, akan dilakukan revisi RTRW untuk menggeser kawasan Bandar Udara Lebih ke arah barat.

5.2. EfektifitaskebijakanPenataanRuangSecara normatif telah diatur dalam PP Nomor 15 tahun 2010 pasal

182 bahwa setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang penataan ruang yang berkenaan dengan :

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan

ruang yang diberikan oleh pejabat berwenang;c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang

Page 180: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

170

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

170

diberikan oleh pejabat yang berwenang;dan/ataud. menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh

peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.dikenakan sanksi administratif. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dapat berupa:

a. peringatan tertulis;b. penghentian sementara kegiatan;c. penghentian sementara pelayanan umum;d. penutupan lokasi;e. pencabutan izin;f. pembatalan izin;g. pembongkaran bangunan;h. pemulihan fungsi ruang; dan/ataui. denda administratif.

Disamping sanksi administrative, UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang juga mengenakan sanksi pidana terhadap pelanggaran tata ruang yang dimuat dalam beberapa pasal, namun belum diketahui apakah sudah pernah dikenakan terhadap perorangan atau korporasi yang melakukan pelanggaran tata ruang.

Tabel63.PasalpidanadalamUUPenataanRuang

Pasal BentukPelanggaran UnsurPelanggaran Contoh

Sanksi

Perseorangan Korporasi

69 ay (1) Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang

a. memanfaatkan ruang dengan izin pemanfaatan ruang dilokasi yang tidak sesuai dengan peruntukkannya

b. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang sesuai peruntukannya; dan

c. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang tidak sesuai peruntukannya.

a. Pembangunan rumah dengan IMB di RTH.

b. Membangun rumah tanpa IMB di kawasan perumahan

c. Membangun Rumah tanpa IMB di RTH.

Berubahya fungsi ruang RTH menjadi perumahan • Pidana penjara paling lama 3 tahun; dan

• denda paling banyak Rp 500.000.000

pidana dendadenganpemberatan 3(tiga) kali

Page 181: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

171

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

171

71 Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang

a. melanggar batas sempadan yang telah ditentukan;

b. melanggar ketentuan koefisien lantai bangunan yang telah ditentukan;

c. melanggar ketentuan koefisien dasar bangunan dan koefisien dasar hijau;

d. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi bangunan;

e. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi lahan; dan

f. tidak menyediakan fasilitas sosial atau fasilitas umum sesuai dengan persyaratan dalam izin pemanfaatan ruang.

a. Membangun rumah melanggar garis sempadan bangunan.

b. Membangun apartemen melanggar koefisien lantai bangunan.

Administratif1. pidana

penjara paling lama 3 tahun

• denda paling banyak Rp 500.000.000

pidana dendadenganpemberatan 3(tiga) kali

72 Setiap orang yang Tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang undangan dinyatakansebagai milik umum

a. menutup akses ke pesisir pantai, sungai, danau, situ, dan sumber daya alam serta prasarana publik

b. menutup akses terhadap sumber air;

c. menutup akses terhadap taman dan ruang terbuka hijau;

d. menutup akses terhadap fasilitas pejalan kaki;

e. menutup akses terhadap lokasi dan jalur evakuasi bencana; dan

f. menutup akses terhadap jalan umum tanpa izin yang berwenang.

Membangun hotel dengan menutupi akses umum ke pantai.

Administratif• pidana

penjara paling lama 1 tahun

• denda paling banyak Rp 100.000.000

pidana dendadenganpemberatan 3(tiga) kali

Mekanisme perijinan tidak sama di seluruh lokasi penelitian, seperti ijin lokasi tidak ditemukan di Kabupaten Banyuwangi sehingga pembangunan perumahan kurang terkendali.

Page 182: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

172

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

172

Tabel64.Mekanismeperijinansebagaialatpengendalitataruangdilokasisampel

No. LokasiSampel JenisPerijinan

1. Kota Jambi• izin prinsip;• izin lokasi;• izin penggunaan pemanfaatan ruang;• izin mendirikan bangunan;

2. Kabupaten Muaro Jambi

• pemberian rekomendasi kesesuaian tata ruang, dari lebih kurang 10 permohonan sekitar 10 persen ditolak ,

• dibentuk tim pengendali di tata kota,• ijin lokasi (ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu) dan • ijin lingkungan.

3. Kota Bandung• Ijin Perubahan Penggunaan Tanah, • Ijin Lokasi, • Penetapan lokasi.

4. Kabupaten Bandung • Ijin lokasi• Site plan

5. Kabupaten Banyuwangi • advice planning oleh Badan Perencanaan Kabupaten dan• izin mendirikan bangunan (IMB) oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

6. Kabupaten Jember• Ijin penggunaan pemanfaatan tanah• Ijin lokasi• Rekomendasi informasi kesesuaian pemanfaatan ruang• IMB

7. Kota Palu• Rekomendasi kesesuaian tata ruang• Rekomendasi alih fungsi dari tanah pertanian ke non pertanian• Ijin lokasi di PTSP• IMB

8. Kabupaten Sigi• Ijin lokasi di PTSP• izin penggunaan pemanfaatan tanah• IMB

9. Kabupaten Mempawah• Ijin lokasi, • Ijin penggunaan Pemanfaatan Tanah• IMB di Kantor Pelayanan Terpadu

10. Kota Singkawang• Ijin penggunaan Pemanfaatan Tanah• Advis planning

Kebijakan penataan ruang belum cukup efektif dalam mengendalikan pemanfaatan ruang meskipun perangkat pengendalian pemanfaatan ruang telah diselenggarakan melalui kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang. Perijinan yang terkait langsung dengan pemanfaatan ruang adalah Izin Lokasi, Izin Perencanaan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Jenis izin dan/atau pertimbangan kelayakan berdasarkan analisis rencana lingkungan yang masih erat kaitannya adalah Izin Undang-Undang Gangguan (IUUG) dan/atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Efektivitas penyelenggaraan penataan ruang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan perangkat regulasi rencana tata ruang (RTR) serta konsistensi dalam pelaksanaan regulasi tata ruang tersebut. Namun sampai saat ini belum semua wilayah kabupaten memiliki RTRW dikarenakan masih dalam proses penyusunan.

Page 183: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

173

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

173

Disamping itu, Efektifitas kebijakan penataan ruang yang dibuat Pusat terkendala dengan kebijakan tata ruang daerah yang terkadang lebih memprioritaskan kepentingan ekonomi yang dapat memberikan tambahan penghasilan ekonomi daerah, sehingga walaupun ada perijinan yang harus dilalui oleh investor namun jika dampak ekonomi usaha tersebut lebih menjanjikan maka akan terjadi penyesuaian tata ruang oleh daerah. Kondisi ini merupakan salah satu penyumbang terjadinya bencana banjir, longsor dan sebagainya.

Yang menjadi permasalahan adalah konsistensi dengan Tata Ruang Pusat terutama tata ruang untuk daerah rawan bencana, seperti di Kabupaten Banyuwangi diwilayah pinggir pantai Pancer menjadi daerah wisata dan terdapat permukiman disekitarnya yang rencananya akan dilakukan Konsolidasi tanah, padahal wilayah tersebut pada tahun 1994 pernah terkena tsunami yang mengakibatkan ribuan orang meninggal. Maka perlu ada pengawasan dari Pusat sehingga daerah rawan bencana tidak dimanfaatkan untuk perumahan. Demikian pula terhadap daerah yang menjadi langganan banjir dan longsor, pengawasan terhadap setiap pembangunan harus dikawal tidak hanya di awal pembangunan tetapi sampai selesai dibangun.Mengintegrasikan upaya pengurangan risiko bencana ke dalam penataan ruang harus menjadi prioritas Pemerintah dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat. RTRW sebaiknya disusun berdasarkan perspektif mitigasi bencana, yang sangat berguna dalam meminimalisir terjadinya bencana yang akan merugikan masyarakat secara sosial, ekonomi, dan sarana prasarana.

Selama ini ada BKPRD yang mempunyai peran penting untuk mengawal konsistensi antara RTRW dan pemanfaatan ruang. Terutama yang menyangkut tata ruang atau tempat strategis, agar tidak terjadi kesalahan ketika mengeluarkan rekomendasi izin. BKPRD merupakan pelimpahan kewenangan pemerintahan provinsi sebagai wakil pemerintah di daerah melalui mekanisme dekonsentrasi. Pelimpahan kewenangan ini juga dimaksudkan untuk mendukung tercapainya efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan terhadap kepentingan umum masyarakat khususnya dibidang penataan ruang.Namun demikian fungsi BKPRD kurang berjalan karena lebih mengedepankan terlaksananya program pemerintah daerah sehingga dalam beberapa kasus rekomendasi atau ijin tetap dikeluarkan walaupun tidak sesuai dengan RTRW dengan cara merubah dalam RDTR atau merevisi RTRW yang ada. Dengan dihapuskannya BKPRD maka pengendalian harus lebih ditingkatkan tidak hanya melalui perijinan tetapi juga perlu ada pendampingan dari pusat untuk tetap mengawal tersusunnya RTRW

Page 184: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

174

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

174

provinsi dan Kabupaten/Kota. Peran PPNS juga penting untuk mengawasi pelanggaran RTRW.

Adapun kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang terdiri dari pemantauan, pelaporan dan evaluasi. Pengawasan yang dilakukan berupa pengawasan umum terhadap pemanfaatan ruang dan penyimpangan/pelanggaran rencana tata ruang harus dilakukan oleh aparat pada unit terkecil, yaitu kecamatan, kelurahan, RW dan RT, serta oleh masyarakat umum serta pengawasan khusus terhadap penyimpangan atau pelanggaran rencana tata ruang yang harus dilakukan oleh instansi pemberi ijin dan instansi lain yang terkait. Selain itu mengintensifkan upaya penertiban secara tegas dan konsisten terhadap kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan atau tidak berijin secara bertahap.

Pengendalian pemanfaatan ruang oleh pemerintah tidak akan berhasil bila tanpa didukung oleh masyarakat dan semua pihak yang berperan dalam pembangunan. Instrumen pengendalian hanyalah alat, alat akan berfungsi sebagaimana mestinya bila semua pihak berkeinginan menggunakannya dengan benar. Pemerintah dengan komitmen penuh harus mengawal setiap kegiatan agar sesuai dengan rencana yang ada. Masyarakat juga bisa membantu pemerintah dalam mengontrol pemanfaatan ruang, yaitu dengan mengadukan kepada pemerintah setiap kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Pemerintah pun harus mengambil tindakan tegas terhadap setiap kegiatan yang melanggar. Bila semua pihak telah berperan positif dalam pemanfaatan ruang di Indonesia, tentunya akan terwujud wajah kota dan wilayah yang mempunyai estetika dan menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi warganya.

Kendala yang paling utama dalam pengendalian RTRW adalah tidak adanya control dari Pusat Ke daerah dalam penyusunan RTRW, karena Penataan Ruang sudah di otonomikan sehingga terlepas dari kontrol Pusat.Dengan terjadinya berbagai bencana di berbagai kota baik karena banjir, longsor dan sebagainya harus disikapi oleh Pemerintah dengan melakukan evaluasi terhadap RTRW yang sudah di Perdakan. Pemerintah Pusat yang diwakili oleh Kementerian ATR/BPN harus mampu mengendalikan dan mengarahkan provinsi dan daerah dalam penyusunan RTRW sehingga tidak terjadi pelanggaran dalam tata ruang seperti rencana pemanfaatan ruang di wilayah rawan bencana, daerah resapan serta mendukung pemenuhan RTH minimal 30 % disetiap wilayah.

5.3. KendalaDanUpayaYangDiperlukanUntukMengharmonisasikan KebijakanPenatagunaanTanahDenganTataRuang

Penatagunaan tanah memiliki dua peran utama dalam mewujudkan

Page 185: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

175

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

175

rencana tata ruang guna kepentingan masyarakat secara adil. Pertama, peran secara makro, penatagunaan tanah bersama-sama dengan instansi lain baik pusat maupun daerah, bekerja sama untuk merumuskan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagai instansi vertical melakukan koordinasi antara penatagunaan tanah nasional maupun daerah melalui penyusunan neraca penggunaan tanah. Di dalam neraca tersebut terdapat evalusai kesesuaian RTRW dengan penggunaan tanah saat ini, serta ketersediaan tanah untuk pembangunan didasarkan pada RTRW, penggunaan, dan penguasaan tanah. Neraca penggunaan tanah sangat berguna dalam revisi dan evaluasi RTRW.Peran penatagunaan tanah di level mikro adalah implementing penatagunaan tanah dalamadministrasi pertanahan. Di sini peran penatagunaan tanah semakin jelas, dimana secara langsung dalam administrasi pertanahan, penatagunaan tanah dapat terlibat langsung dalam proses administrasi pertanahan. Proses-proses administrasi pertanahan mulai dari penerbitan hak, pemindahan hak, pelepasan hak, dan lain-lain, kesemuanya harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah. 11

Instrumen yang digunakan dalam penyusunan neraca penggunaan tanah adalah peta penggunaan tanah dan peta RTRW, data yang disajikan dalam Neraca Penatagunaan Tanah menggambarkan penggunaan, penguasaan dan pemanfaatan tanah, sedangkan instrument dalam penyusunan RTRW seharusnya digunakan data dan informasi bidang pertanahan sebagaimana termuat dalam Neraca Penatagunaan tanah. Tidak digunakannya neraca penggunaan tanah sebagai instrument penyusunan RTRW menurut responden karena kurang terbukanya informasi dari Kementerian ATR/BPN sehingga sulit mendapatkan akses data untuk menyusun RTRW. Sebagai lembaga yang mempunyai fungsi mengatur tata ruang maka data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan RTRW seharusnya lebih terbuka sehingga tidak ditemukan lagi adanya ketidak sesuaian antara kondisi exsisting dengan RTRW.

Sebagai subsistem penataan ruang, penatagunaan tanah memiliki fungsi yang unik yaitu mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang sesuai fungsi kawasan pada RTRW. Dalam perjalanan dari waktu ke waktu pada periode penataan ruang, penatagunaan tanah meletakkan fungsinya sebagai pemberi informasi terhadap perlu tidaknya RTRW disempurnakan atau direvisi. Dalam kedudukan yang strategis itu, maka penatagunaan tanah menyusun suatu rekomendasi untuk dipakai

11 https://santosa.wordpress.com/2009/12/02/peran-penatagunaan-tanah-dalam-mewujudkan-tataru-ang-roles-of-land-use-in-implementing-spatial-planning/

Page 186: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

176

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

176

sebagai pedoman dalam mewujudkan dan memberi masukan untuk RTRW. Ke depannya Kementerian ATR/BPN harus lebih terbuka dalam

memberikan informasi penggunaan tanah kepada Daerah sehingga dapat dijadikan referensi dalam penyusunan RTRW agar diperoleh kesesuaian dalam informasi peta penggunaan tanah dan RTRW walaupun skala yang digunakan berbeda.

Page 187: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

177

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG6BAB

KESIMPULAN

Page 188: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

178

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

178

1. Prosentase Ketidaksesuaian Penggunaan Tanah terhadap RTRW paling tinggi terdapat di Kota Singkawang sebesar 51,69 %, kedua Kabupaten Bandung sebesar 48,21 %, dan ketiga Kota Palu sebesar 39,99 %. Sedangkan prosentase ketidaksesuaian yang terendah terdapat di Kota Jambi sebesar 2,51 %, dan Kabupaten Muaro Jambi sebesar 5.24 %.

Faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian antara lain : lemahnya fungsi pengawasan ketika terjadi pelanggaran, adanya perbedaan peta dasar sebagai sumber data, dan keinginan Pemerintah Daerah dalam pembangunan.

2. Kebijakan penataan ruang belum cukup efektif dalam mengendalikan pemanfaatan ruang meskipun perangkat pengendalian pemanfaatan ruang telah diselenggarakan melalui kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini terjadi karena kebijakan penataan ruang yang dibuat Pemerintah Pusat terkendala dengan kebijakan tata ruang daerah yang terkadang lebih memprioritaskan kepentingan ekonomi untuk memberikan tambahan pendapatan asli daerah (PAD).

Dari kebijakan penatagunaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui penerbitan pertimbangan teknis pertanahan yang mengacu pada arahan fungsi kawasan dalam RTRW.

3. Neraca penggunaan tanah belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai instrument penyusunan RTRW, karena kurangnya koordinasi antara Kementerian ATR/BPN dengan Dinas Tata Ruang di daerah dan kurang terbukanya informasi dari Kementerian ATR/BPN sehingga sulit mendapatkan akses data dalam menyusun RTRW.

Page 189: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

179

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

DAFTAR PUSTAKA

Page 190: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

180

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria

Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah

Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah

Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 10 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jambi Tahun 2013 - 2033

Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jambi Tahun 2013-2033

Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 02 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014 – 2034

Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2008 tentang Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara

Perda No 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung

Perda No. 10 Tahun 2015 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota dan Peraturan Zonasi Kota Bandung

Eko Budihardjo. Kota yang Berkelanjutan (Sustainable City), UI Press, Jakarta, 1998

Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, cetakan kedua, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010.

Iwan Taruna Isa, Penataan Ruang dalam Perspektif Pertanahan, bulletin PU, 2007.

Prihadi Nugroho dan Agung Sugiri, Studi Kebijakan Pembangunan Terhadap Perubahan Tata Ruang Di Kota Semarang, 2009

Drs. Sjofjan Bakar, M.Sc, Kelembagaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Daerah, 2012.

_____________________, Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang, bulletin Penataan Ruang, 2011.

Page 191: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

181

PENELITIAN IMPLEMENTASIPENYELENGGARAAN PENATAGUNAAN TANAH SEBAGAI INSTRUMEN TATA RUANG

Kantor Wilayah BPN Provinsi Jambi, Neraca Penatagunaan Tanah Kota Jambi, 2014

Kantor Wilayah BPN Provinsi Jambi, Neraca Penatagunaan Tanah Kabupaten Muaro Jambi, 2013

Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat, Neraca Penatagunaan Tanah Kota Bandung, 2014

Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Barat, Neraca Penatagunaan Tanah KabupatenBandung, 2013

Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur, Neraca Penatagunaan Tanah Kabupaten Banyuwangi, 2011

Kantor Wilayah BPN Provinsi Jawa Timur, Neraca Penatagunaan Tanah Kabupaten Jember, 2011

Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Tengah, Neraca Penatagunaan Tanah Kota Palu, 2013

Kantor Wilayah BPN Provinsi Sulawesi Tengah, Neraca Penatagunaan Tanah Kabupaten Sigi, 2012

Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, Neraca Penatagunaan Tanah Kabupaten Mempawah, 2010

Kantor Wilayah BPN Provinsi Kalimantan Barat, Neraca Penatagunaan

Tanah Kota Singkawang, 2014

www.penataanruang.com

www.santosa.wordpress.com

https://imazu.wordpress.com/2008/01/09/penyimpangan-tata-ruang/

Page 192: Penelitian Implementasi Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah Sebagai … · 2021. 8. 6. · Peran Serta Masyarakat BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian 3.2. Lokasi

182

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGANKEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG / BADAN PERTANAHAN NASIONAL