penelitian eksperimen (supardi)

21
PENELITIAN EKSPERIMEN DI BIDANG PENDIDIKAN Oleh : Prof. Supardi A. PENDAHULUAN Setiap guru yang telah senior merasakan bahwa kenaikan pangkat dari IIIa ke Pembina/IVa sangat mudah, cepat dan lancar tanpa dituntut persyaratan yang dapat memberatkan guru, akibatnya sangat banyak guru yang menduduki pangkat/jabatan tersebut. Sedangkan untuk menduduki Pembina Tk.I/gol. IVb harus memunyai nilai kredit pengembangan profesi. Mengapa banyak guru Pembina/gol. IVa usulan kenaikan pangkatnya banyak yang belum berhasil? Karena karya ilmiah (KTI) yang diusulkan belum memenuhi syarat, antara lain: (a)banyak KTI yang tidak asli, jiplakan, bukan buatan sendiri, (b) KTInya berisi uraian yang terlalu umum, tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam mengembangakan profesinya, (c) sistematika tulisannya tidak mengikuti sistematika karya ilmiah. Apakah untuk naik ke Pembina Tk I/IVb melalui pengembangan profesi sangat berat? Sebenarnya tidak asalkan mau berusaha, belajar, dan menulis sesuai dengan profesinya sebagai guru. Apakah KTI merupakan satu-satunya kegiatan pengembangan profesi? Tidak, KTI bukan merupakan satu-satunya kegiatan pengembangan profesi guru. Namun, karena berbagai alasan yang antara lain belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan selain KTI, maka kegiatan pengembangan profesi sebagian terbesar dilakukan melalui KTI. Apa saja jenis KTI itu? KTI itu ada 7 jenis, yaitu penelitian, kajian ilmiah hasil gagasan sendiri, ilmiah populer, makalah seminar, Buku pelajaran/modul, diktat pelajaran, dan Hasil terjemahan. Dari ketujuh jenis KTI itu, hasil penelitian yang mempunyai nilai kredit tertinggi, maka guru cenderung memilih jenis ini untuk kenaikan pangkatnya walaupun banyak yang belum menguasai cara/metode penelitiannya.

Upload: taqur

Post on 15-Jun-2015

861 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

PENELITIAN EKSPERIMEN

DI BIDANG PENDIDIKAN

Oleh : Prof. Supardi

A. PENDAHULUAN

Setiap guru yang telah senior merasakan bahwa kenaikan pangkat dari IIIa

ke Pembina/IVa sangat mudah, cepat dan lancar tanpa dituntut persyaratan

yang dapat memberatkan guru, akibatnya sangat banyak guru yang

menduduki pangkat/jabatan tersebut. Sedangkan untuk menduduki Pembina

Tk.I/gol. IVb harus memunyai nilai kredit pengembangan profesi. Mengapa

banyak guru Pembina/gol. IVa usulan kenaikan pangkatnya banyak yang

belum berhasil? Karena karya ilmiah (KTI) yang diusulkan belum memenuhi

syarat, antara lain: (a)banyak KTI yang tidak asli, jiplakan, bukan buatan

sendiri, (b) KTInya berisi uraian yang terlalu umum, tidak berkaitan dengan

permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan guru dalam

mengembangakan profesinya, (c) sistematika tulisannya tidak mengikuti

sistematika karya ilmiah.

Apakah untuk naik ke Pembina Tk I/IVb melalui pengembangan profesi

sangat berat? Sebenarnya tidak asalkan mau berusaha, belajar, dan menulis

sesuai dengan profesinya sebagai guru. Apakah KTI merupakan satu-satunya

kegiatan pengembangan profesi? Tidak, KTI bukan merupakan satu-satunya

kegiatan pengembangan profesi guru. Namun, karena berbagai alasan yang

antara lain belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan dan penilaian

dari kegiatan selain KTI, maka kegiatan pengembangan profesi sebagian

terbesar dilakukan melalui KTI. Apa saja jenis KTI itu? KTI itu ada 7 jenis,

yaitu penelitian, kajian ilmiah hasil gagasan sendiri, ilmiah populer, makalah

seminar, Buku pelajaran/modul, diktat pelajaran, dan Hasil terjemahan. Dari

ketujuh jenis KTI itu, hasil penelitian yang mempunyai nilai kredit tertinggi,

maka guru cenderung memilih jenis ini untuk kenaikan pangkatnya walaupun

banyak yang belum menguasai cara/metode penelitiannya.

Page 2: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

Sebagai contoh; ada seorang guru menghadapi masalah proses

pembelajaran di klas: siswa sulit memahami pokok bahasan pada pelajaran

tertentu, sebagian besar siswa prestasi belajarnya rendah, tidak berani

mengeluarkan pendapat, dan motivasi/minat belajar kurang. Timbul

pertanyaan pernahkah guru mencari upaya untuk mengatasinya? Apa yang

harus dilakukan guru? Apa tidak perlu dicari akar masalahnya? Apa guru

tetap mengajar seperti biasanya dan masalah itu diabaikan? Tentunya tidak,

dan ternyata umumnya guru sudah berupaya untuk mengatasinya dengan

berbagai cara/metode/pendekatan melalui perubahan cara mengajar seperti

metode/pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning), Quantum learing,

cooperative learning, tutor sebaya, local material learning, dan lain-lain.

Hasilnya menunjuk kan ada perubahan ke arah perbaikan Hal ini memberi

gambaran bahwa guru tersebut sudah melakukan kegiatan pengembangan

profesi, namun belum ditulis secara sistematis sehingga tidak punya bukti

untuk diusulkan kenaikan pangkat melalui pengembangan profesi. Ada pula

guru yang sepulang mengikuti Diklat, langsung mencoba metode mengajar

yang baru saja diperolehnya, dan hasilnya memberikan kepuasan baik prestasi

belajar, suasana belajar maupun keberanian bertanya, dan menambah percaya

diri guru. Guru tersebut sudah melakukan kegiatan ilmiah, sudah

melaksanakan pengembangan profesiya, namun lagi-lagi tidak ada bukti

tertulis yang terdokumensi yang harus disampaikan waktu akan mengusulkan

kenaikan pangkat.

Pada waktu melihat prestasi siswanya rendah guru sudah berpikir

bagaimana cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang

diikutinya, mereka ingin mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah

hasil belajar siswa yang diajar dengan metode belajar yang selama ini

dilakukan lebih jelek dibandingkan dengan metode baru yang diperoleh

waktu diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak memahami jenis penelitian

apa yang tepat digunakan untuk mengatasi masalah itu? Guru belum semua

menguasai berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan

guru dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas,

Page 3: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

penelitian deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis

pendekatan penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru

dalam membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar

adalah melalui penelitian eksperimen.

Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara

melakukan yang benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar

memenuhi syarat dan dapat nilai kreditnya?. Marilah kita belajar bersama

untuk memahami dan kemudian melaksanakan secara hati-hati dan terarah.

Penelitian eksperimen (Experimental Research) kegiatan penelitian yang

bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment

pendidikan terhadap tingkah laku siswa ata menguji hipotesis tentang ada-

tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain.

Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah

untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu

kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan

perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk

menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan

metode pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa

SMU atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan

tersebut bila dibandingkan dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di

dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua tindakan,

semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui

pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada

mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan

tetapi juga ingin menguji sampai seberapa besar tingkat signifikansinya

(kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila dibandingkan

dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.

Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita renungkan jawaban

ini. Proses yang disebabkan oleh satu macam tindakan/perlakuan, kita tidak

pernah dapat menyatakan bahwa tindakan dan proses itu menghasilkan

Page 4: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

sesuatu yang lebih baik, kurang baik, dan kita baru dapat menyatakan kalau

sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu tindakan kita hanya dapat

menyatakan bahwa proses begini dan begitu itu akan menimbulkan gejala

yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan lebih baik jika gejala

lain jadi ukuran sebagai pembanding. Karena itu dalam suatu eksperimen

ilmiah dituntut sedikitnya dua grup, yang satu ditugaskan sebagai grup

pembanding (control group), sedang grup yang satu lagi sebagai grup yang

dibandingkan (experimental group).

Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian eksperimen ini ?. Untuk

melaksanakan suatu eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih

dahulu segala sesuatu yang berkait dengan komponen-komponen

eksperimen. Baik yang berkaitan dengan pola-pola eksperimen (design

experimental), maupun penentuan kelompok eksperimen dan kontrol,

bagaimana kondisi kedua kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara

pelaksanaannya, kesesatan-kesesatan yang dapat mempengaruhi hasil

eksperimen, cara pengumpulan data, dan teknik analisis statistik yang tepat

digunakan. Hal itu semua, para guru dapat mempelajari, mempersiapkan dan

melaksanakan kegiatan penelitian itu, tanpa meninggalkan tugas sehari-hari di

kelas.

B. MEMPERSIAPKAN EKSPERIMEN

Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen secara baik. Sebelum

peneliti melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan. Sebagai ilustrasi seorang guru akan mengadakan percobaan

tentang keampuhan dua metode mengajar dalam bidang Matematika, Mana di

antara dua macam metode yang dapat memberikan prestasi belajar lebih baik

(metode pemahaman konsep atau metode pemecahan soal). Karena,

ditemukan selama guru menggunakan metode pemahaman konsep prestasi

belajar siswanya belum menggembirakan.

1. Langkah awal dijumpai ada problem terhadap prestasi belajar matematika

yang selama ini diajarkan melalui metode pemahaman konsep. Seorang

Page 5: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

guru matematika waktu mengikuti diklat mendapat metode baru yaitu

metode pemecahan soal“ muncul pertanyaan: manakah di antara dua

metode pembelajaran Matematika yang dapat menumbuhkan prestasi

belajar lebih baik?

2. Tujuannya: Untuk mengetahui apakah metode pemecahan soal lebih baik

dalam mengembangkan kecakapan matematika dibandingkan dengan

pemahaman konsep (Untuk mengetahui pengaruh metode pemecahan soal

terhadap prestasi belajar matematika). Guru juga dapat mengetahui sikap

siswa terhadap metode pembelajaran tersebut.

3. Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang berkaitan dengan variabel

penelitian (metode pembelajaran pemecahan soal dan pemahaman konsep,

serta prestasi belajar). Diupayakan adanya kerangka pemikiran yang

mengarah pada simpulan bahwa metode pemecahan soal lebih baik dalam

menanamkan pemahaman matematika dibandingkan dengan metode

pemahaman konsep.

4. Selanjutnya, perlu dikemukakan hipotesisnya: “Metode pemecahan soal

lebih baik dibandingkan metode pemahaman konsep dalam meningkatkan

prestasi belajar matematika”. Hipotesis ini diperlukan untuk pedoman

peneliti dalam merancang lebih lanjut.

5. Langkah awal bagian metode penelitian adalah melakukan pengukuran

kepada dua kelompok yang siswanya mempunyai kesamaan kemampuan

/IQ dalam matematika. Dari dua kelompok yang sudah mempunyai

kesamaan itu dipilih secara random untuk menentukan mana kelompok

kontrol dan mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok eksperimen.

6. Menentukan siapa guru yang akan ditugasi untuk mengajar pada masing-

masing kelopok tersebut. Bilamana telah mendapatkan guru yang

memiliki kualitas yang sama, dipilih secara random untuk ditugaskan ke

kelompok eksperimen/kontrol. Kalau gurunya sama/satu orang, wajib

menjaga obyektivitas dalam menerapkan kedua metode tersebut.

7. Persiapkan materi ajar dan rincian tindakan yang akan dilakukan pada

metode yang telah ditetapkan untuk kedua kelompok tersebut.

Page 6: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

Sesudah memahami langkah-langkah tersebut, kita perlu melihat kembali hal

hal mendasar yang perlu diperhatikan sebelum eksperimen dilakukan. Kalau

semua komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan baik dan lengkap

barulah mencoba menyusun rancangan/desain eksperimennya.

C. FAKTOR YANG PERLU DIKONTROL

Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai faktor, variable, serta

kondisi apa saja yang berkaitan dengan kegiatan eksperimen perlu

diperhatikan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya perbedaan sesudah

eksperimen itu benar-benar disebabkan oleh metode bukan karena faktor

lain. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :

1. Latar belakang kebudayaan. Pelajar yang mempunyai kebudayaan yang

berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan kebiasaan yang berbeda

pula. Untuk itu perlu diperhatian agar adanya perbedaan bukan karena

faktor ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap hari

selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran

tambahan setiap sore.

2. Dasar matematika; Sebelum eksperimen dimulai siswa masing-masing

kelas/kelompok perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah satu kelas

terdiri atas siswa yang pandai sedang lainnya terdiri atas siswa yang

sedang dan kurang pandai. Sehingga adanya perbedaan hasil akhir

eksperimen bukan disebabkan oleh metode mengajar tetapi oleh kondisi

siswa yang berbeda.

3. Ruangan kelas. Ruangan kelas kedua calon kelompok eksperimen dan

control itu harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada perbedaan

kebisingan, kepengapan, ventilasi, serta tata ruang lainnya.

4. Waktu belajar: Perlu diperhatikan waktu berlangsungnya jam pelajaran,

tidak diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk pagi kelompok

control (K) masuk sore atau sebaliknya.Jika kelas E masuk pagi, kelas K

harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak boleh

Page 7: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

masuk jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor masuk

sekolah. Jumlah jam kedua kelas/kelompok harus sama.

5. Cara mengajar : Metode-metode yang akan dicobakan harus ditetapkan

dan dirancang lebih dahulu serta dijalankan secara tertib dan benar. Cara

guru mengajar harus sesuai dengan pola yang ditetapkan dalam desain

eksperimen yang dipersiapkan.

6. Guru/pengajar : Latar belakang pendidikan, serta pengalaman mengajar

di upayakan mempunyai derajat yang seimbang. Demikian tingkat

kedisiplinan maupun kemampuannya.

7. Lain-lain : walaupun peneliti sudah berupaya mengendalikan variable non

eksperimen agar tidak memengaruhi hasil eksperimen, namun sering

dijumpai adanya kejadian yang sulit dikontrol dan diprediksi, misalnya:

tiba-tiba dijumpai adanya anak yang suka mengganggu jalannya pelajaran,

sehingga memengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau terganggu

konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi

pula adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam pelajaran, baik oleh

anggota keluarga atau yang lain..

Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali faktor yang mungkin dapat

berpengaruh terhadap eksperimen. Oleh karena itu, peneliti eksperimen perlu

hati-hati pada setiap langkah agar selalu memperhatikan adanya kemungkinan

timbulnya kesesatan, dan ada upaya untuk mengendalikan.

D. KESESATAN DALAM EKSPERIMEN

Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan,

atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut

variable. Dalam eksperimen selalu dibedakan adanya variable-variabel yang

berkaitan secara langsung diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan

tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering

disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variable yang

tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen

disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi

Page 8: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk

mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok , yaitu kelompok

eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda (

misalnya metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode

pemahaman konsep untuk kelompok control) atau yang bervariasi.

Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel yang dikontrol

atau controlled variabel. Akan tetapi sebagian lagi dari variabel non-

eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau

dikendalikan. Ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam

setiap eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol

sebagian disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena

pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan

eksperimen harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.

Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti/guru/

pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, bukan secara

mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi karena

adanya variable luar/ekstrane yang ikut memengaruhinya. Besar kecilnya

pengaruh variable ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan

dengan yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau

errors. Dalam eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu :

(1) Kesesatan konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan

kompensatoris). Kesesatan konstan merupakan pengaruh akibat variable

ekstrane, yang selalu ada dalam setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat

diketahui, tidak dapat diukur dan sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah

untuk diperhitungkan dan dipisahkan dengan perbedaan hasil yang

ditimbulkan oleh variable eksperimen. Sebagai contoh dari kesesatan konstan

adalah sebagai berikut:

Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu

metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar matematika. Prosedur

eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologis yang benar, maka

Page 9: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa nanti secara

mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia tidak menyadari

adanya berbagai variable yang mungkin dapat mengganggu proses dan hasil

eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada

kelompok kontrol terdapat anak-anak/siswa yang pada sore hari ikut pelajaran

tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli

sekali terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu

selalu diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar di

kelompok kontrol mempunyai kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar,

kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur

kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi

yang diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variable luar/ekstrane

yang sulit diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul

adanya kesesatan konstan.

Dengan adanya kesesatan itu, akibatnya setelah data akhir eksperimen

diperoleh dan dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara hasil belajar

matematika bagi siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakukan metode

A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode B

(pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ? Pada hal secara teori jelas

bahwa metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode

pemahaman konsep. Apa jawabannya? Hal ini terjadi karena banyaknya

variabel luar/ekstrane yang muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat

waktu pelaksanaan eksperimen. Jadi hasil belajar pada siswa kelompok

kontrol telah dicemar oleh varibel ekstrane yang peneliti tidak mampu

memperhitungkan. Pada hal kalau eksperimen berjalan dengan mulus tanpa

banyak dipengaruhi variable yang menyesatkan, besar kemungkinan metode

yang dicobakan pada kelompok eksperimen akan mampu memberikan hasil

belajar yang lebih baik.

Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan guru yang akan

melakukan eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal berbagai

komponen yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada

Page 10: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode

pembelajaran yang akan ditreatmenkan/diperlakukan, materi pelajaran, guru

pelakasana tindakan, siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas,

lingkungan belajar, maupun komponen lain yang mungkin dapat

memengaruhi hasil eksperimen. Selama proses kegiatan ekperimen

berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya variabel lain yang

dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan untuk

mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil

eksperimen.

Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak konstan itu?

Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu atau beberapa

kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu kelompok

lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat diperhatikan atau

dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau menentukan pola

eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan kedalam tiga jenis, yaitu:

1). Kesesatan tipe S (Subyek).

2). Kesesatan tipe G (Grup), dan

3). Kesesatan tipe R (Replikasi).

Untuk mendapatkn pemahaman tentang beberpa tipe kesesatan tersebut di atas

berikut ini disampaikan penjelasan singkatnya.

1) Kesesaatan Tipe S

Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subjeks sampling pada

suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok

pembanding/kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan

muncul karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun beberapa

orang dalam segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok.

Misalnya, dalam suatu eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode

terhadap hasil belajar matematika pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin

sekali secara kebetulan pada kelas pembanding terhimpun siswa yang

memiliki IQ yang tinggi dan rajin belajar.Setelah proses eksperimen berakhir,

Page 11: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

diadakan tes kepada kedua kedua kelompok secara bersamaan. Setelah

diadakan analisis statistik dengan menggunakan uji t diperoleh kesimpulan

bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara metode A dan metode B terhadap

hasil belajar matematika pada siswa kelas tertentu pada SD tersebut. Mengapa

demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil belajar dari kedua kelompok

eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan disebabkan oleh pengaruh

metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang ditugasi pada kedua

kelompok tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen, distribusi subyek

yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus

diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi para peneliti

eksperimen pembelajaran.

2) Kesesatan Tipe G

Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang

mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan

eksperimen, tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan.

Dalam suatu eksperimen bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi

untuk mengajar dengan metode CTL (eksperimen), sedemikian baiknya

sehingga memberikan pengaruh yang sangat sistematis terhadap prestasi

belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain, diajar oleh guru yang kurang

mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai bahan ajar, dan bahkan

kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu kelompok eksperimen

terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu teman waktu pelajaran

sedang berlangsung, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada kelas

tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah memengaruhi

eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.

3) Kesesatan Tipe R

Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang

dilakukan secara serentak dengan menggunakan sample dari bermacam-

macam sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut Replikasi.

Berdasarkan pada istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.

Page 12: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode mengajar yang

dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan seorang guru. Akan tetapi, guru

lain juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang sama) setelah

memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R ini

terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis

terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang

lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya mungkin

memberikan landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang

dicobakan, dan tidak demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya.

Metode yang akan dicobakan ternyata sudah biasa diberikan, sehingga

siswa pada sekolah itu akan mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik

daripada sekiranya mereka diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen

ini dilaksanakan pada suatu sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang

diobservasi dapat dianggap bebas dari kesesatan R itu. Tetapi kalau ditinjau

dari segi banyaknya replikasi pada suatu eksperimen yang diadakan di

beberapa sekolah, mungkin terjadi kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap

rerata dari variabel yang dieksperimenkan.

E. PELAKSANAAN EKSPERIMEN

Sesudah mempersiapkan desain/rancangan eksperimen serta berusaha

mengantisipasi berbagai kesesatan yang mungkin dapat mengganggu

pelaksanaan dan hasil eksperimen, maka apa yang harus dilakukan agar

eksperimen terssebut dapat berjalan dengan baik? Namun, sebelum ke

pelaksanaannya perlu dikaji ulang, apakah materi yang akan diajarkan sudah

disiapkan dengan baik? Apakah kedua kelompok eksperimen sudah

dipersiapkan sesuai prosedur penelitian eksperimen? Dan, guru yang akan

melaksanakan sudah dipersiapkan secara memadai dan memiliki kualitas yang

seimbang? Kalau semuanya sudah dikaji barulah kita memperhatikan langkah

berikut ini:

1. Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya) kelompok A sebagai

kelompok eksperimen diberikan materi yang sama dengan kelompok

Page 13: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

kontrol. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan berbeda.

Kelompok A dengan metode pemecahan soal, sedangkan kelompok B

dengan metode pemahaman konsep (umpama ini yang direncanakan).

2. Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan semaksimal mungkin agar

kesesatan tidak timbul terutama kesesatan yang tidak konstan, baik siswa

maupun guru pelaksana, agar tidak mengganggu hasil eksperimen.

3. Selama eksperimen perlu diamati semua perubahan yang terjadi

berdasarkan pedoman observasi yang telah dipersiapkan, misalnya aspek

perhatian siswa, keberanian siswa berpendapat, kondisi kelas, kedisiplinan

siswa dan lain-lain.

4. Sesudah waktu eksperimen selesai (sesudah 4 bulan), diadakan tes akhir

eksperimen. Jenis tes, materi tes serta waktu pelaksanaan tes yang

diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol harus sama.

5. Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap, ditabulasi dan diskripsikan

sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang sudah disusun dari kedua

kelompok tersebut dianalisis dengan statistik uji t. Kalau kesimpulan

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka perlu dilihat mana

Meannya yang lebih besar itulah yang lebih efektif/baik. Kalau Mean pada

kelompok eksperimen lebih baik, maka dapat disimpulkan bahwa metode

pemecahan soal lebih efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar

matematika yang berarti hipotesis kerjanya diterima.

Bagaimana kalau hasil eksperimen ternyata menolak hipotesis kerja? Apakah

penelitian itu kemudian tidak berarti dan tidak dapat diajukan untuk

mendapatkan kredit pengembangan profesi? Kalau diajukan apakah tidak

dapat dinilai sehingga hasil penelitian itu tidak bermanfaat? Kita tidak bisa

langsung menjawab ya atau tidak. Perlu dikaji secara hati-hati dengan

menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah kita diperhatikan

beberapa asumsi berikut untuk direnungkan:

1. Dasar penyusunan hipotesis apakah sudah menggunakan dasar teori serta

temuan ilmiah yang relevan? Jawabannya sudah, kalau sudah kita ke alur

berikutnya.

Page 14: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

2. Bilamana riset itu merupakan penelitian eksperimen, apakah persiapan

eksperimen sudah dilakukan secara ilmiah menurut dasar-dasar penelitian

eksperimen? Jawabannya sudah; baik yang menyangkut penetapan kedua

kelompok kontrol dan eksperimen), maupun penetapan pelaksana

eksperimen. Kalau sudah, marilah ke pertanyaan berikutnya.

3. Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada kedua kelompok

eksperimen tersebut sudah diperhatikan dengan baik dan seimbang?

Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah, lingkungan kelas, peralatan/

alat peraga serta bahan ajar yang akan diberikan dan komponen lain yang

terkait. Kalau demikian perlu kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.

4. Penyebabnya ada kemungkinan peneliti kurang memperhatikan adanya

kesesatan tidak konstan yang ditimbulkan dari berbagai aspek, misalnya

adanya siswa yang sering mengganggu salah satu kelompok eksperimen,

atau adanya tindakan guru pelaksana eksperimen/kontrol yang kurang

serius dalam bertugas, atau di suatu kelas terhimpun siswa yang memiliki

dasar kuat yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dieksperimenkan.

Misalnya pelajaran matematika, di suatu kelas terhimpun siswa yang

IQnya bagus-bagus dan tidak demikian pada kelas yang lain. Kalau hal ini

jawabannya tidak dan masalah itu sudah diperhatikan serta sudah

dilaksanakan guru pelaku eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu

mengajukan pertanyaan berikutnya.

5. Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat evaluasi belajar hasil

eksperimen tidak memperhatikan tingkat validitas dan reliabilitasnya.

Artinya ketepatan dan ketelitian alat evaluasinya tidak terpenuhi, atau

tingkat keterandalannya belum diperhatikan, belum mencakup seluruh

materi pelajaran. Atau, waktu pelaksanaan evaluasi/tes akhir tidak

dilakukan bersamaan, sehingga siswa pada salah satu kelas mendapatkan

bocoran dari kelas lain. Kalau jawabannya juga tidak, maka lanjutkan ke

pertanyaan yang ke-6.

6. Jika demikian ada kemungkinan cara analisis datanya tidak tepat, tidak

mengikuti teknik analisis statistik eksperimen sesuai dengan pola yang

Page 15: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

digunakan. Mulai koreksi hasil post test/evaluasi akhir, tabulasi sampai

penggunaan pada analisis dengan teknik statistiknya harus benar,

kesalahan tanda koma saja dapat mengakibatkan dari ada perbedaan

menjadi tidak ada atau sebaliknya. Bilamana hal ini juga sudah

dilakasanakan dengan statistik dan prosedur analisis yang tepat dan

hati-hati oleh peneliti. maka tinggal kemungkinan/ alternative atau asumsi

terakhir.

7. Kalau keenam hal di atas sudah dilaksanakan dengan baik, hati-hati dan

juga tidak melakukan penyimpangan, maka kemungkinan terakhir yaitu

adanya kesesatan konstan yang tidak mungkin peneliti mampu untuk

mengatasi/ menghilangkan, tetapi peneliti juga tidak mencoba mengurangi

kesesatan ini Kondisi itu misalnya, pada salah satu kelompok sebagian

besar siswa pada sore hari mengikuti les tambahan, banyak dibimbing

saudara/orang tuanya pada malam hari, budaya disiplin belajar telah

tertanam pada sebagian siswa, alat/media belajar lengkap atau sebaliknya

pada kelompok lain banyak anak yang malas belajar dan faktor lain yang

dapat berpengaruh terhadap hasil belajar.

Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak hipotesis dan peneliti

mampu memberi alasan/bahasan yang logis dan argumentasi yang jelas, dan

kuat maka hasil penelitian tersebut tetap dapat diajukan dan bahkan mungkin

mempunyai nilai/kredit atau dapat diusulkan/diajukan untuk kenaikan jabatan/

pangkat pengembangan profesi. Justru kalau hasil penelitian menolak,

hipotesisnya dibangun dengan mempunyai dasar kuat dan data lapangan yang

dihasilkan secara faktual memang mendukung adanya, maka akan dapat

menumbuhkan pemikiran baru, konsep baru yang dapat mengarah ke

pembentukan teori baru kalau penelitian lanjutan untuk memperkuat hasil

penelitian tersebut dilakukan. Akibatnya, diperolehnya konsep baru, preposisi

baru akan dapat mengembangkan teori baru dan meninggalkan teori lama.

Memang jarang dijumpai adanya peneliti yang demikian atau peneliti tidak

berani menyampaikan hasil penelitiannya bilamana hasil analisis tidak

Page 16: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

menerima hipotesis kerjanya, karena peneliti belum mampu memberikan

alasan yang mendasar atas ditolaknya hipotesis tersebut.

Sesudah memahami bagaimana mempersiapkan/menyusun rancangan

eksperimen, melaksanakan serta faktor apa yang harus dikendalikan agar tidak

mengganggu hasil eksperimen, perlu mempelajari beberapa jenis eksperimen

mana yang paling sesuai bagi guru yang akan mencoba metode pembelajaran

dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa. Dipersilahkan membaca bagian

selanjutnya.

F. DESAIN EKSPERIMEN

Apakah desain eksperimen itu? Desain eksperimen adalah suatu rancangan

percobaan dengan setiap langkah tindakan yang terdefinisikan, sehingga

informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan untuk persoalan yang

akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan kata lain, desain

sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu diambil

jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan

dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan

yang berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.

Untuk meneliti pengaruh metode pemecahan soal terhadap prestasi belajar

matematika, misalnya, maka perlu dipersiapkan rancangan/proposal

penelitian. Untuk itu, perlu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:

a. Persoalan apa yang menjadi pusat perhatian peneliti sehingga harus

melakukan penelitian dengan penelitian eksperimen?

b. Bagaimana mempersiapkan kelompok eksperimen dan kontrol?

c. Karakteristik metode pembelajaran yang akan dibandingkan?

d. Variabel tergantung (dependent) apa yang menjadi pusat perhatian peneliti

dan apa instrumen pengukurnya?

e. Apa teori dasar yang harus dipersiapkan?

f. Berapa lama eksperimen akan dilakukan?

g. Metode analisis apa yang tepat digunakan?

h. Bagaimana mengurangi kesesatan pada kedua kelompok?

Page 17: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk mengerjakan

suatu eksperimen perlu dipikirkan selengkap dan serinci mungkin.agar dapat

dipakai pegangan dalam pelaksanaannya.

Dalam penelitian eksperimen kita tidak terkonsentrasi pada satu jenis

desain/ pola eksperimen saja, ada tiga desain yang disajikan, guru dapat

memilih alternatif mana yang paling tepat untuk mencoba suatu tindakan

tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah mengalami masalah. Setiap

pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan kebaikannya, namun

peneliti harus mampu memilih desain eksperimen yang dapat dilaksanakan

dan paling minim mengandung resiko kelemahan.

Sebenarnya lebih dari 8 (delapan)desain eksperimen yang dapat kita

pelajari, namun berikut ini hanya disampaikan beberapa desain eksperimen

yang sering digunakan guru dalam memperbaiki hasil belajar siswa, yaitu:

1) Treatments by Levels Designs,

2) Treatment by Groups Designs, dan

3) Matched Subjects Designs

Untuk mendapatkan gambaran yang agak jelas berikut ini diuraikan secara

singkat ketiga desain eksperimen tersebut.

1. Treatment by Levels Designs.

Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih

baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya

siswa yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada anak-anak yang pandai

dan kurang pandai, maka melalui desain ini stratifikasi itu perlu mendapat

perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan eksperimen. Kondisi

semacam ini dalam pelaksanaan suatu eksperimen perlu diperhatikan agar

tidak banyak mengganggu hasil akhir eksperimen.

Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti harus menentukan dua

kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang berkemampuan yang

seimbang. Walupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas

dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan

pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok eksperimen atau di

Page 18: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan

kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Disamping itu,

juga perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil

eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya.

2. Matched Group Designs

Desain eksperimen ini merupakan desain yang paling banyak digunakan

para guru dalam menguji keampuhan suatu metode pembelajaran

dibandingkan metode lain. Data untuk persiapan dengan desain eksperimen ini

dapat diperoleh dari dokumen atau memberikan pretest kepada siswa yang

akan dijadikan subyek penelitian. Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih

awal pada grup matching adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar

grup-grup yang mengikuti eksperimen dapat berjalan pada kondisi

eksperimental tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua faktor

yang dipandang dapat memengaruhi/mengotori pengaruh tindakan/treatment

harus di-matched/jodohkan sebelum tindakan atau eksperimen dilakukan.

Misalnya prestasi belajar, dan inteligensi dipandang akan berpengaruh pada

hasil eksperimen, maka kedua faktor itu harus di-matched.

Cara melakukan matching dapat melakukan dengan menguji perbedaan

grup-grup yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dengan analisis t-test. Bilamana ada perbedaan antara kedua kelompok

itu eksperimen tidak dapat diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus

menujukkan adanya kesamaan.

3. Matched Subjects Designs

Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua

kelompok yang dipersiapkan untuk eksperimen. Pada matched groups, yang

dipakai dasar adalah menjodohkan kedua kelompok itu dengan perhitungan

seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok, sedang matched subjects yang

dijodohkan tiap-tiap subyek pada kelompok yang satu dengan subyek pada

kelompok yang lain. Pada matched subjects dapat dijodohkan dengan system:

a) nominal pairing, b) ordinal piring, atau c) combined pairing. Nominal

pairing yang dipasang-pasangkan umpama jenis kelamin, jenis pekerjaan

Page 19: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

orang tua, sedang orninal pairing yang dipasang-pasangkan adalah intelegensi,

prestasi belajar, atau tingkat pendidikan, Pada pelaksanaannya sangat

tergantung pada pelaku eksperimen, sistem apa yang akan dipakai.

Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi

dibandingkan dengan desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh

tindakan/treatment, apalagi kalau mampu memperhatikan faktor-faktor lain

yang dapat mencemari hasil eksperimen.

G. LAPORAN PENELITIAN

Kegiatan paling akhir dan sering tertunda-tunda serta menjemukan adalah

menyusun laporan hasil penelitian. Agar tidak tertunda dan tetap segar untuk

menyusun laporan dapat dimulai sejak peneliti melaksanakan kegiatan

eksperimennya. Apa yang harus ditulis awal, penelitiannya saja baru mulai?

Kalau kita memperhatikan materi yang akan ditulis pada laporan hasil

penelitian itu, harus ingat pada rancangan/proposal penelitian yang sudah

disusun awal. Rancangan penelitian yang sudah lengkap dan terstruktur secara

sistematis, akan memberikan bahan dasar laporan yang sangat berharga dan

mengurangi beban waktu penyusunan laporan. Tiga bab dari lima bab pada

laporan sudah ada di rancangan/proposal penelitian, walaupun masih perlu

dipertajam, disempurnakan dan dilengkapi sesuai dengan apa yang akan

dilaksaknakan peneliti. Maka sambil melaksanakan eksperimen guru/peneliti

dapat mengawali menyusun laporan pada bab pendahuluan, kajian teori dan

pustaka, serta bab metode penelitiannya.

Bab atau bagian baru dan lebih membutuhkan pemikiran dan belum ada di

proposal adalah bab IV yang menyajikan hasil penelitian dan pembahasan.

Bab ini baru dapat ditulis kalau kegiatan pengumpulan data, kegiatan

eksperimennya sudah selesai. Semua data dari proses sampai hasil akhir

eksperimen harus disajikan pada bagian ini. Cara menyajikan dapat dalam

bentuk tabel, grafik, skema atau bagan, dan bertujuan untuk mempermudah

pembaca memahmi makna yang disampaikan peneliti. Hasil analisis data

Page 20: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

didasarkan pada hasil yang diperoleh dari tes materi pelajaran serta angket

pada ahkir pelajaran/eksperimen.

Untuk menyusun laporan penelitian, guru diharapkan memahami

sistematika penulisan yang sudah ditetapkan, seperti yang terlampir pada

bagian akhir dari hand-out ini. Pada prinsipnya sistematika pembhasan

mengandung tiga bagian pokok yaitu, bagian awal, bagian inti dan bagian

pendukung. Agar karya ilmiah jenis penelitian ini memenuhi syarat untuk

dinilai angka kreditnya, diwajibkan ada pengesahan dari kepala sekolah dan

perpustakaan sekolah dari guru pengusul.

H. PENUTUP

Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian yang dapat dilaksanakan

oleh guru disamping penelitian tindakan kelas. Kalau dilakukan dengan hati-

hati dan cermat besar kemungkinan akan mendapatkan kepuasan tersendiri,

baik dalam bidang akademik maupun ilmu pengetahuan yang diperoleh. Guru

sering sekali memperoleh ilmu baru, mendapat metode baru yang dapat

dicobakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas perbedaan yang

diakibatkan, terlebih kalau mampu mengendalikan variabel pengganggu

pelaksanaan eksperimen. Untuk itu mempelajari berbagai jenis penelitian

sangat penting dalam mengantarkan guru dalam meningkatkan/

mengembangkan profesinya secara nyata dalam menghayati berbagai

masalah yang dihadapi kesehariannya di kelas. Dengan penguasaan penelitian

eksperimen akan dapat melengkapi tugas guru dalam upaya mengantarkan

para siswanya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik. Selamat mencoba

untuk melakukan penelitian eksperimen yang sesuai dengan disiplin ilmu

yang sedang ditekuni dan kembangkan.

Jakarta, awal 2007

DAFTAR PUSTAKA

Linquit EP, 1986, Design and Analysis of Experiments in Psychologi and

Education, Boston: Houghton Mifflin Company

Page 21: PENELITIAN EKSPERIMEN (supardi)

Federer, WT, 1974, Experiment Design,: Theory and Applications, Oford &

LBH Publishing Co., New Delhi

Kempthorne, O., 1984, The Design andAnalysis of Experiments, Wiley Eastern

Private Ltd. New Delhi

Montgomery, D C., 1976., Design and Analysis of Experiment, John Wiley &

Sons, New York

Sudjana, 1994, Desain dan Analisis Eksperimen, Penerbit Tarsito Bandung.

Sukardi, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta

Sutrisno Hadi, 2004, Metodologi Research,: untuk menulis laporan, skripsi

thesis dan disertasi, Penerbit Andi Yogyakarta

Last modified: Senin, 9 April 2007, 11:34