penelitian bab 1

8
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perawatan kesehatan gigi secara dini sangat berguna bagi anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Perawatan gigi desidui sangat penting agar anak dapat mengolah makanan dengan baik. Gigi desidui juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dan estetik. Selain itu, peranan gigi desidui juga berperan penting dalam membantu anak berbicara serta sebagai petunjuk jalan bagi tumbuhnya gigi permanen. Salah satu perawatan gigi yang dilakukan pada pasien anak-anak yaitu ekstraksi gigi desidui. 1 Ekstraksi gigi adalah proses pengeluaran gigi dari alveolus dalam rongga mulut. 2 Masalah dalam ekstraksi 1

Upload: dwi-akbarini-awi

Post on 11-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

mbjvj

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

I.1.Latar BelakangPerawatan kesehatan gigi secara dini sangat berguna bagi anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Perawatan gigi desidui sangat penting agar anak dapat mengolah makanan dengan baik. Gigi desidui juga dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang dan estetik. Selain itu, peranan gigi desidui juga berperan penting dalam membantu anak berbicara serta sebagai petunjuk jalan bagi tumbuhnya gigi permanen. Salah satu perawatan gigi yang dilakukan pada pasien anak-anak yaitu ekstraksi gigi desidui.1 Ekstraksi gigi adalah proses pengeluaran gigi dari alveolus dalam rongga mulut.2 Masalah dalam ekstraksi gigi yang sering timbul terutama pada pasien anak merupakan suatu tantangan yang tidak akan berakhir. Banyak anak merasa cemas jika harus berkunjung ke dokter gigi karena anak merasa bahwa alat-alat yang berada di dalam tempat praktek menakutkan dan mengakibatkan rasa nyeri. Kecemasan dalam praktek dokter gigi merupakan halangan yang sering memengaruhi perilaku pasien dalam perawatan gigi, terutama prosedur ekstraksi gigi merupakan penyebab kecemasan dental paling tinggi yang ditakutkan pada anak-anak.3Tiga komponen yang harus bekerja sama dalam melakukan perawatan gigi anak agar perawatan dapat berlangsung dengan lancar yaitu anak, keluarga dan dokter gigi. Komponen tersebut digambarkan dalam bentuk segitiga yang dikenal sebagai segitiga perawatan gigi anak. Segitiga tersebut saling berhubungan secara dinamik.4Anak-anak memiliki berbagai macam perilaku yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, masyarakat dan lingkungan praktek dokter gigi. Dalam melakukan perawatan terhadap pasien anak-anak yang harus diperhatikan adalah bagaimana perilaku anak saat menerima suatu perawatan yang diberikan oleh dokter gigi. Setiap anak yang datang berobat ke dokter gigi memiliki kondisi kesehatan gigi yang berbeda-beda dan akan memperlihatkan perilaku yang berbeda pula terhadap perawatan gigi dan mulut yang akan diberikan.4Orang tua harus berperan aktif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan membawa anaknya berkunjung ke dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi sejak dini diharapkan untuk membiasakan anak melakukan pemeriksaan gigi secara rutin dan mengatasi rasa cemas dan ketakutan anak terhadap perawatan gigi dan mulut. Usia ideal untuk memulai kunjungan ke dokter gigi adalah 2-3 tahun.1Dokter gigi harus memiliki kemampuan menetapkan diagnosis perilaku pasien anak dan harus mampu melakukan manajemen perilaku anak yang sesuai dengan diagnosis perilaku. Hal tersebut dilakukan untuk merubah perilaku anak agar dapat bersikap kooperatif terhadap ekstraksi gigi.1Wright telah mengklasifikasikan perilaku anak dalam 3 diagnosis perilaku, yakni pasien anak kooperatif, tidak mampu kooperatif dan berpotensi kooperatif. Pendekatan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi dalam pengelolaan tingkah laku anak, antara lain komunikasi, modeling, tell show do, HOME, distraksi, desensitisasi, pengaturan suara (voice control), dan reinforcement. Ada anak yang berperilaku kooperatif terhadap perawatan gigi dan tidak sedikit yang berperilaku tidak kooperatif.5 Perilaku yang tidak kooperatif merupakan manifestasi dari rasa takut dan cemas anak terhadap perawatan gigi dan mulut.1Berdasarkan penelitian sebelumnya, insidensi rasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi sebanyak 16% ditemukan pada anak-anak usia sekolah. Penelitian lain menunjukkan bahwa anak-anak yang cemas cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar dan sulit beradaptasi. Hasil penelitian di Indonesia ditemukan sebanyak 22% menyatakan rasa takut dan cemas terhadap perawatan gigi. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak-anak seperti itu akan mendatangkan lebih banyak masalah pada kunjungan ke dokter gigi. Perilaku anak tersebut akan sangat mempengaruhi keberhasilan perawatan gigi dan mulutnya karena akan menyulitkan dokter gigi dalam memberikan perawatan.1 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang klasifikasi perilaku anak terhadap tindakan ekstraksi gigi desidui di Puskesmas Plaju Palembang.

I.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah, yaitu bagaimana klasifikasi perilaku anak menurut Wright terhadap tindakan ekstraksi gigi desidui di Puskesmas Plaju Palembang?

I.3.Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan UmumTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi perilaku anak menurut Wright terhadap tindakan ekstraksi gigi desidui di Puskesmas Plaju Palembang.I.3.2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku anak terhadap tindakan ekstraksi gigi desidui di Puskesmas Plaju Palembang.b. Untuk mengetahui manajemen perilaku yang efektif terhadap tindakan ekstraksi gigi desidui di Puskesmas Plaju Palembang.

I.4.Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: I.4.1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah pemahaman mengenai berbagai klasifikasi perilaku anak terhadap tindakan ekstraksi gigi sehingga dapat melakukan manajemen perilaku yang efektif dan optimal sebagai kunci keberhasilan tindakan ekstraksi gigi. b. Untuk masukan dalam penatalaksanaan perilaku anak untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gigi, termasuk program promosi kesehatan gigi untuk anak-anak. I.4.2. Manfaat Praktis a. Untuk menentukan diagnosis perilaku anak pada setiap kunjungan dan dapat melakukan manajemen perilaku sesuai perilaku yang ditunjukkan anak terhadap perawatan gigi dan mulut. b. Untuk memberi pemahaman bahwa orang tua dapat berperan aktif dalam menumbuhkan sikap kooperatif anak terhadap tindakan ekstraksi gigi sebagaimana konsep Pedodontic Treatmant Triangle.

2