pendugaan bidang gelincir menggunakan …digilib.unila.ac.id/24054/3/skripsi tanpa bab...

105
PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS, MASW, DAN DATA MEKANIKA TANAH DI DESA CIMUNCANG KEC. MALAUSMA KAB. MAJALENGKA (Skripsi) Oleh MEZRIN ROMOSI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA 2016

Upload: lammien

Post on 07-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN

METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS, MASW, DAN

DATA MEKANIKA TANAH DI DESA CIMUNCANG

KEC. MALAUSMA KAB. MAJALENGKA

(Skripsi)

Oleh

MEZRIN ROMOSI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

2016

Page 2: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

i

ABSTRAK

PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN METODE

GEOLISTRIK TAHANAN JENIS, MASW, DAN DATA MEKANIKA

TANAH DI DESA CIMUNCANG KEC. MALAUSMA

KAB. MAJALENGKA

Oleh

MEZRIN ROMOSI

Telah dilakukan penelitian mengenai gerakan tanah menggunakan metode

geolistrik tahanan jenis, MASW, dan data mekanika tanah di Desa Cimuncang

Kec. Malausma Kab. Majalengka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai

distribusi tahanan jenis dan distribusi kecepatan gelombang geser VS30, untuk

menentukan dan menganalisis pola perlapisan batuan, kedalaman bidang gelincir

melalui pemodelan 2D dan 3D serta menganalisis nilai faktor keamanan lereng

berdasarkan uji mekanika tanah. Berdasarkan pemodelan geolistrik diperoleh nilai

distribusi tahanan jenis yaitu 6-200 Ωm dimana kedalaman bidang gelincir 5-7 m.

Berdasarkan pemodelan MASW diperoleh nilai distribusi kecepatan gelombang S

40-500 m/s dimana kedalaman bidang gelincir sekitar 5 m. Lapisan yang menjadi

bidang gelincir berdasarkan pemodelan geolistrik yaitu kontak antara lapisan

lempung (<25 Ωm) dengan lapisan tufa (25-75 Ωm), sedangkan berdasarkan

pemodelan MASW lapisan yang dianggap bidang gelincir yaitu antara lapisan

tanah lunak (VS <183 m/s) dan lapisan tanah kaku (VS 183-366 m/s). Berdasarkan

pemodelan Geoslope diperoleh nilai Faktor Keamanan (FK) lereng sebesar 1,26 di

sebelah tenggara yang berarti lereng tersebut relatif stabil dan di baratlaut sebesar

0,98 yang berarti lereng tersebut labil.

Kata kunci: bidang gelincir, tahanan jenis, gelombang geser, faktor keamanan

(FK) lereng

Page 3: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

ii

ABSTRACT

SLIP AREA PREDICTION USING RESISTIVITY METHOD, MASW,

AND SOIL MECHANICAL DATA IN CIMUNCANG, MALAUSMA,

MAJALENGKA

By

MEZRIN ROMOSI

The research of soil movement has been conducted using resistivity method,

MASW, and soil mechanical data in Cimuncang, Malausma, Majalengka. The

research has done in order to know resistivity distribution value and shear wave

velocity VS30, to determine and analyzing rock layers pattern, slip area depth

through 2D and 3D modelling result, and analyzing slope Safety Factor (SF)

based on soil mechanical laboratory testing. The estimation of resistivity value is

done by applying resistivity modelling, the value is vary from 6-200 Ωm which

the depth of slip area is 5-7 m. The estimation of shear wave velocity value is

done by applying MASW modelling, the value is vary from 40-500 m/s which

depth of slip area is about 5 m. The layer that used as slip area based on resistivity

modelling is contact between clay (<25 Ωm) and tuff (25-75 Ωm), and based on

MASW modelling that considered as slip area is between soft soil layer (VS <183

m/s) and stiff soil layer (VS 183-366 m/s). Based on Geoslope modelling gained

slope Safety Factor (SF) is valued 1,26 in southeast that means the slope is

relatively stable and in northwest is valued 0,98 that means the slope is unstable

area.

Keywords: Slip Area, Resistivity, Shear Wave, Slope Safety Factor (SF)

Page 4: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN

METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS, MASW, DAN

DATA MEKANIKA TANAH DI DESA CIMUNCANG

KEC. MALAUSMA KAB. MAJALENGKA

Oleh

MEZRIN ROMOSI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknik Universitas Lampung

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

2016

Page 5: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan
Page 6: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan
Page 7: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan
Page 8: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Krui pada tanggal 20 April 1993 yang

merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan

Bapak Basri dan Ibu Malaratina.

Penulis mengenyam pendidikan formalnya dimulai tahun

1998 di TK Dharma Wanita Krui, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN No. 5

Pasar Krui pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di

SMP N 1 Pesisir Tengah Krui pada tahun 2008, Madrasah Aliyah Negeri (MAN)

Krui pada tahun 2011 dan akhirnya pada tahun yang sama penulis tercatat sebagai

mahasiswa S1 Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui

jalur SNMPTN Tertulis.

Selama menjadi mahasiswa, penulis terdaftar dan aktif dibeberapa organisasi

kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik

sebagai Eksekutif Muda pada tahun 2011, Himpunan Mahasiswa Teknik

Geofisika “Bhuwana” (HIMA TG Bhuwana) sebagai Kepala Divisi Bidang

Kerohanian tahun 2013-2014, American Association of Petroleum Geologist

Student Chapter Unila (AAPG SC Unila) sebagai anggota course pada tahun

2013-2014, serta Society of Exploration Geophysicist Student Chapter Unila (SEG

SC Unila) sebagai ketua divisi Company Vis it pada tahun 2013-2014.

Page 9: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

viii

Penulis pernah menjadi asisten geologi dasar dan geologi struktur pada tahun

2012-2014. Pada tahun 2014 penulis mengikuti kompetisi Geophysical Data

Processing and Interpretation Challenge di UGM Yogyakarta dan meraih juara 3.

Pada bulan Mei 2015 penulis melaksanakan Kerja Praktek (KP) di Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung dan pada bulan

November 2015-Januari 2016 melaksanakan Tugas Akhir (TA) di tempat yang

sama. Hingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya

pada bulan Agustus tahun 2016.

Page 10: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

ix

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan karyaku ini untuk:

ALLAH SWT

Ayahanda Tercinta Bapak Basri dan Ibunda Tercinta Ibu

Malaratina

Kakak serta Adikku Tersayang Cici Gamidarosa, Jani

Paradiska, dan Ikhsan Riva Nanda

Keluarga Besarku

Teknik Geofisika Universitas Lampung 2011

Keluarga Besar Teknik Geofisika UNILA

Almamater Tercinta Universitas Lampung

Page 11: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

x

MOTTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai

sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”

(Qs. Al-Baqarah/2: 216)

“Pahlawan bukanlah orang yang berani meletakkan pedangnya ke pundak lawan, tetapi pahlawan yang sebenarnya adalah orang yang sanggup menguasai

dirinya di kala ia marah.” (Ali bin Abi Thalib)

“Ilmu itu didapat dari lidah yang gemar bertanya dan akal yang suka berpikir” (Abdullah bin Abbas)

“Mengarus tapi tidak hanyut” (Mezrin Romosi)

Page 12: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita melewati masa jahiliyah sampai

ke masa sekarang ini. Skripsi ini mengangkat judul “Pendugaan Bidang Gelincir

Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis, MASW, dan Data

Mekanika Tanah di Desa Cimuncang Kec. Malausma Kab. Majalengka”.

Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian Tugas Akhir yang penulis laksanakan

di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi,

Bandung.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang membangun demi perbaikan serta penyempurnaan di masa depan

sehingga bermanfaat dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis

Mezrin Romosi

Page 13: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xii

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang tidak pernah berhenti

mencurahkan kasih sayang, hidayah serta rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dan Sholawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Pendugaan Bidang Gelincir Menggunakan Metode

Geolistrik, MASW dan Data Mekanika Tanah di Desa Cimuncang Kec.

Malausma Kab. Majalengka” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik di Universitas Lampung.

Penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, sebagai wujud rasa hormat,

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa dan Rasullullah Muhammad SAW.

2. Orang tua ku tersayang, Ayahanda Basri dan Ibunda Malaratina yang tak

hentinya memberikan perhatian, kasih sayang, serta selalu mendoakan dan

memberikan dukungan penuh kepada penulis.

3. Kakakku Cici Gamidarosa serta adikku Jani Paradiska dan Ikhsan Riva

Nanda yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.

Page 14: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xiii

4. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Unila

dan Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan saran-

saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Bagus Sapto Mulyatno, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Geofisika

Unila dan Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang

sangat membantu.

6. Bapak Dr. Ahmad Zaenudin, M.T., selaku Sekretaris Jurusan Teknik

Geofisika dan Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, motivasi,

dan saran-saran yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung

sebagai institusi yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan

penelitian skripsi ini.

8. Bpk. Ir. Kristianto, M.Si selaku pembimbing penelitian skripsi di Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung yang telah

memberikan waktu, bimbingan serta saran-saran yang bermanfaat bagi

penulis.

9. Bapak Yunara, Pak Nana, Pak Imam, Pak Maryono, Ibu Yukni, Pak Afif, Pak

Bagus, Pak Iqbal, Pak Iskandar, Ibu Lestari, Mas Ardi, Mas Yatno dan

seluruh staff bidang mitigasi bencana gempabumi dan gerakan tanah PVMBG

Bandung yang telah membantu dan selalu memberikan masukan selama

penelitian skripsi ini.

10. Dosen-Dosen Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung yang saya

hormati.

Page 15: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xiv

11. Keluarga besar Teknik Geofisika 2011: A. Dezy, Achmadi, Adit, Agung,

Alwi, Andrian Nisar, Annisa, Arenda, Asri, Bagus, Christian Sibuea, Dhian

Nur, Dian Keto, Doni, Farid, Fitri Rusmala, Fitri Wahyu, Guspri, Hardeka,

Hilda, Leo, Lia, M. Herwanda, Nanda, Rahmi, Ratu, Rika, Rosita, Sari,

Syamsul, Titi, Tri, Wilyan, Yeni, Yunita, Yusuf yang selama ini menjadi

tempat berbagi ilmu dan pengalaman baik dalam suka maupun duka di masa

perkuliahan ini.

12. Sahabat dan teman tercinta Keto, Putri Utami, Priesta, Nur Amalina, Mega,

Malik, Bagas, Ilham yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam

skripsi ini.

13. Kakak tingkat dan adik tingkat yang saya banggakan.

14. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam proses pembuatan dan

penyelesain skripsi ini.

Page 16: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................. ii

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... ix

MOTTO ............................................................................................................... x

KATA PENGANTAR ......................................................................................... xi

SANWACANA .................................................................................................... xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

C. Batasan Masalah ..................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Letak dan Posisi Geografis ..................................................................... 5

B. Fisiografi Regional .................................................................................. 7

C. Morfologi dan Kemiringan Lereng Daerah Penelitian............................ 8

D. Struktur Geologi dan Stratigrafi Regional .............................................. 11

Page 17: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xvi

E. Zona Kerentanan Gerakan Tanah............................................................ 16

III. TEORI DASAR A. Pengertian Gerakan Tanah ..................................................................... 20

B. Jenis-jenis Gerakan Tanah ...................................................................... 22

C. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor ..................................................... 25

D. Faktor Keamanan Lereng ....................................................................... 30

E. Metode Geolistrik ................................................................................... 36

F. Aliran Listrik di dalam Bumi .................................................................. 37

1. Elektroda berarus tunggal di bawah permukaan bumi ....................... 37

2. Elektroda berarus tunggal di permukaan bumi .................................. 39

3. Dua arus elektroda di permukaan bumi .............................................. 40

G. Sifat Listrik Batuan ................................................................................ 42

H. Konsep Resistivitas Semu ...................................................................... 44

I. Konfigurasi Wenner-Schlumberger ........................................................ 46

J. Hubungan Parameter Geolistrik dengan Parameter Gerakan Tanah ...... 48

K. Metode MASW (Multichannel Analysis of Surface Wave) ................... 49

L. Jenis-jenis Gelombang Seismik .............................................................. 52

1. Gelombang Badan (Body Waves)........................................................ 52

1.1. Gelombang Primer (P) ................................................................. 52

1.2. Gelombang Sekunder (S) ............................................................. 53

2. Gelombang Permukaan ....................................................................... 53

1.1. Gelombang Rayleigh .................................................................... 53

1.2. Gelombang Love .......................................................................... 56

M. Metode Gelombang Permukaan ............................................................ 57

N. Dispersi Gelombang Rayleigh ............................................................... 58

O. Transformasi Fourier .............................................................................. 59

P. Modulus Geser ....................................................................................... 61

IV. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................. 63

B. Alat dan Bahan ....................................................................................... 64

C. Diagram Alir ........................................................................................... 66

D. Prosedur Pengolahan Data ..................................................................... 67

1. Pengolahan Data Geolistrik ............................................................... 67

2. Pengolahan Data MASW ................................................................... 73

3. Pengolahan Data Mekanika Tanah..................................................... 76

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengolahan Data ........................................................................... 78

1. Hasil Pengolahan Data Geolistrik (2D dan 3D) ................................. 78

2. Hasil Pengolahan MASW (2D dan 3D) ............................................. 83

3. Data Mekanika Tanah ........................................................................ 92

B. Pembahasan ............................................................................................ 94

1. Analisis Bidang Gelincir Dengan Metode Geolistrik ........................ 94

2. Analisis Bidang Gelincir Dengan Metode MASW ............................ 97

3. Analisis Faktor Keamanan (FK) Lereng Berdasarkan Model

Geoslope ............................................................................................. 101

Page 18: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xvii

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 105

B. Saran ....................................................................................................... 107

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 108

Page 19: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xviii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Klasifikasi longsoran ........................................................................... 22

Tabel 2. Laju kecepatan gerakan tanah ............................................................. 24

Tabel 3. Hubungan nilai Faktor Keamanan (FK) lereng dan intensitas

longsor ................................................................................................. 35

Tabel 4. Resistivitas material-material bumi ..................................................... 47

Tabel 5. Resistivitas batuan dan biji mineral .................................................... 47

Tabel 6. Kisaran porositas batuan sedimen ....................................................... 49

Tabel 7. Jadwal kegiatan penelitian................................................................... 64

Tabel 8. Parameter mekanika tanah lintasan 1 hasil uji laboratorium ............... 92

Tabel 9. Parameter mekanika tanah lintasan 4 hasil uji laboratorium ............... 92

Tabel 10. Parameter mekanika tanah lintasan 1 setelah dikonversi .................. 93

Tabel 11. Parameter mekanika tanah lintasan 4 setelah dikonversi .................. 94

Tabel 12. Klasifikasi tanah NEHRP .................................................................. 98

Page 20: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xix

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 1. Kerusakan jalan dan permukiman ...................................................2

Gambar 2. Peta lokasi penelitian di Kabupaten Majalengka .............................6

Gambar 3. Peta fisiografi Jawa Barat ................................................................8

Gambar 4. Peta morfologi daerah penelitian di Kabupaten Majalengka ...........9

Gambar 5. Peta kemiringan lereng daerah penelitian ........................................10

Gambar 6. Mandala sedimentasi Jawa Barat .....................................................13

Gambar 7. Peta geologi daerah Malausma dan sekitarnya ................................18

Gambar 8. Peta zona kerentanan gerakan tanah daerah penelitian ....................19

Gambar 9. Komponen gaya yang bekerja pada lereng ......................................21

Gambar 10. Model lereng dengan bidang runtuhan yang berupa gabungan

dari sebuah busur lingkaran dengan segmen garis lurus ...............31

Gambar 11. Gaya yang bekerja pada bidang irisan metode

Morgenstern-Price .........................................................................34

Gambar 12. Sebuah elektroda arus di bawah permukaan ..................................39

Gambar 13. Titik sumber arus pada permukaan medium homogen ..................40

Gambar 14. Konfigurasi elektroda arus dan potensial pada permukaan

medium homogen isotropis ...........................................................41

Gambar 15. Silinder konduktor .........................................................................43

Gambar 16. Medium berlapis dengan variasi resistivitas ..................................45

Gambar 17. Pengaturan elektroda konfigurasi Wenner-Schlumberger .............46

Gambar 18. Gambaran umum survei metode MASW ......................................50

Gambar 19. Skema survei lapangan metode MASW aktif ................................51

Gambar 20. Metode MASW pasif remote .........................................................51

Gambar 21. Metode MASW pasif roadside ......................................................51

Gambar 22. Amplitudo gelombang Rayleigh berkurang terhadap kedalaman .54

Page 21: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xx

Gambar 23. Pola pergerakan partikel gelombang Rayleigh ..............................55

Gambar 24. Sifat penetrasi partikel gelombang Rayleigh .................................56

Gambar 25. Gelombang Love ............................................................................57

Gambar 26. Profil vertikal dari gelombang geser..............................................57

Gambar 27. Grafik kecepatan sudut gelombang Rayleigh sebagai fungsi

frekuensi ........................................................................................59

Gambar 28. Lokasi penelitian ............................................................................63

Gambar 29. 1 set alat resistivitymeter ...............................................................65

Gambar 30. 1 set alat Oyo McSeis beserta proses akuisisi data MASW ..........65

Gambar 31. Diagram alir ...................................................................................66

Gambar 32. Penyimpanan data dalam bentuk *dat ...........................................68

Gambar 33. Hasil awal inversion ......................................................................68

Gambar 34. Tampilan datum point ....................................................................69

Gambar 35. Hasil inversi 2D dengan topografi .................................................69

Gambar 36. Simpan dalam format XYZ ...........................................................70

Gambar 37. Tampilan awal software rockwock ................................................71

Gambar 38. Tampilan awal “P-Data” model ....................................................72

Gambar 39. Hasil 3D “P-Data” model ..............................................................72

Gambar 40. Hasil 3D “P-Data” fence ................................................................73

Gambar 41. Tampilan awal pickwin .................................................................74

Gambar 42. Edit geometri .................................................................................74

Gambar 43. CMP Cross Correlation (CMPCC) gathers ..................................74

Gambar 44. Kontur kecepatan fase terhadap frekuensi .....................................75

Gambar 45. Kurva dispersi hasil picking...........................................................75

Gambar 46. Proses model iterasi .......................................................................76

Gambar 47. Hasil model kecepatan gelombang S dua dimensi ........................76

Gambar 48. Hasil pemodelan nilai faktor keamanan lereng .............................77

Gambar 49. Hasil dua dimensi tahanan jenis lintasan 1 dengan

Koreksi topografi ...........................................................................80

Gambar 50. Hasil dua dimensi tahanan jenis lintasan 2 dengan

koreksi topografi ............................................................................80

Gambar 51. Hasil dua dimensi tahanan jenis lintasan 3 dengan

koreksi topografi ............................................................................81

Gambar 52. Hasil dua dimensi tahanan jenis lintasan 4 dengan

Page 22: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

xxi

koreksi topografi ............................................................................82

Gambar 53. Hasil pengolahan slice 3D lintasan 2 dan lintasan 3 geolistrik .....83

Gambar 54. Geometri CMP Cross Correlation (CMPCC) ...............................84

Gambar 55. Geometri CMP Cross Correlation (CMPCC) gathers lintasan 2 ..84

Gambar 56. Geometri CMP Cross Correlation (CMPCC) gathers lintasan 3 ..85

Gambar 57. Kontur kecepatan fase terhadap frekuensi lintasan 2 source 11 ....86

Gambar 58. Kontur kecepatan fase terhadap frekuensi lintasan 3 source 37 ....86

Gambar 59. Kurva dispersi hasil picking lintasan 2 ..........................................87

Gambar 60. Kurva dispersi hasil picking lintasan 3 ..........................................87

Gambar 61. Proses inversi berbasis iterasi lintasan 2 ........................................88

Gambar 62. Profil 1D kecepatan gelombang S terhadap kedalaman

lintasan 2 ........................................................................................88

Gambar 63. Proses inversi berbasis iterasi lintasan 3 ........................................89

Gambar 64. Profil 1D kecepatan gelombang S terhadap kedalaman

lintasan 3 ........................................................................................89

Gambar 65. Hasil 2D MASW lintasan 2 ...........................................................90

Gambar 66. Hasil 2D MASW lintasan 3 ...........................................................91

Gambar 67. Hasil pengolahan slice 3D lintasan 2 dan lintasan 3 MASW ........92

Gambar 68. Hasil gabungan 2D pemodelan geolistrik dan MASW

lintasan 2 ........................................................................................99

Gambar 69. Hasil gabungan 2D pemodelan geolistrik dan MASW

lintasan 3 ........................................................................................100

Gambar 70. Hasil Geoslope lintasan 1 metode Morgenstern-Price ..................101

Gambar 71. Hasil Geoslope lintasan 4 metode Morgenstern-Price ..................102

Page 23: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses geodinamika Indonesia yang aktif menjadikan kejadian letusan

gunungapi, gerakan tanah, gempabumi, dan bahaya geologi lainnya akan

terus terjadi dari waktu ke waktu. Sebagai wilayah tropis, curah hujan cukup

tinggi di Indonesia. Air ikut mempercepat proses pelapukan batuan dan

pembentukan soil, dimana pada proses selanjutnya air juga menjadi

katalisator gerakan tanah karena pengurangan kohesi batuan atau tanah. Oleh

kondisi lahan yang berupa tebing dengan tingkat pelapukan tinggi, kejadian

gerakan tanah akan selalu berulang terutama setiap musim hujan.

Penggundulan lahan dan pertambahan penduduk semakin meningkatkan

resiko bencana gerakan tanah. Dari waktu ke waktu semakin terasa bahwa

frekuensi kejadian gerakan tanah semakin meningkat (Wirakusumah, 2012).

Salah satu daerah di Indonesia yang rawan akan bencana gerakan tanah

(longsor), yaitu Provinsi Jawa Barat. Menurut Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2013 setidaknya ada 83 kasus

kejadian tanah longsor di Jawa Barat, diantaranya yang terjadi di Dusun

Cigintung Desa Cimuncang Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka

Page 24: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

2

pada tanggal 14 April 2013 yang mengakibatkan permukiman warga, lahan

pertanian, dan jalan di dusun tersebut mengalami kerusakan.

Gambar 1. Kerusakan jalan dan permukiman (Irawan, 2013).

Gerakan tanah merupakan gerakan massa tanah atau batuan, ataupun

percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya

kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Gangguan kestabilan

tanah diakibatkan oleh terganggunya gaya yang bekerja pada lereng yang

disebabkan karena adanya suatu proses yang menaikkan gaya pendorong atau

mengurangi gaya penahan pada lereng (Indrawati, 2009 dalam Herlin, 2012).

Faktor-faktor yang mengontrol terjadinya gerakan tanah adalah kondisi

geologi, morfologi, keairan, dan tata guna lahan. Faktor pemicu umumnya

curah hujan dan getaran gempabumi, pemicu lainnya bisa akibat ulah

manusia. Pada saat terjadi hujan, air hujan akan meresap dan menembus tanah

hingga ke lapisan kedap air. Lapisan inilah yang akan berperan sebagai

bidang gelincir, sehingga menyebabkan gerakan tanah atau longsor. Dalam

penyelidikan gerakan tanah keberadaan bidang gelincir ini menjadi salah satu

faktor yang menarik untuk dikaji.

Untuk mengetahui keadaan bawah permukaan khususnya bidang gelincir,

dapat digunakan survei geofisika. Salah satu metode geofisika yang

Page 25: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

3

digunakan dalam pencarian keberadaan bidang gelincir adalah metode

geolistrik. Metode geofisika yang digunakan untuk menganalisis pergerakan

tanah di daerah penelitian yaitu menggunakan metode geolistrik tahanan jenis

dua dimensi (2D) konfigurasi Wenner-Schlumberger. Metode ini dapat

menghasilkan gambaran lapisan batuan bawah permukaan secara dua dimensi

(2D) berdasarkan nilai tahanan jenis (resistivitas) batuan penyusun lapisan

tersebut. Metode geofisika lainnya juga memiliki peranan penting dalam

mendukung pendugaan bidang gelincir gerakan tanah seperti MASW

(Multichannel Analysis of Surface Wave) yang digunakan untuk mengetahui

lapisan yang dianggap sebagai bidang lemah berdasarkan nilai kecepatan

penjalaran gelombang geser hingga kedalaman 30 meter (VS30) serta

digunakan juga data mekanika tanah daerah penelitian. Metode tersebut

nantinya digunakan sebagai data pendukung dalam model 2D dan 3D bawah

permukaan geolistrik guna mendapatkan struktur bawah permukaan

khususnya bidang gelincir gerakan tanah yang lebih akurat.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui nilai distribusi tahanan jenis dan kecepatan gelombang geser

VS30 yang terukur di daerah penelitian.

2. Menentukan dan menganalisis perlapisan batuan berdasarkan nilai tahanan

jenis dan kecepatan gelombang geser VS30.

3. Menentukan kedalaman bidang gelincir atau bidang geser.

Page 26: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

4

4. Menganalisis jenis dan pola lapisan batuan yang terdapat pada daerah

penelitian melalui hasil pemodelan 2D dan 3D.

5. Menganalisis nilai faktor keamanan (FK) lereng berdasarkan uji mekanika

tanah dan hasil pemodelan software Geoslope 2004.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di Dusun Cigintung Desa Cimuncang Kecamatan

Malausma Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat dengan

menggunakan metode geolistrik tahanan jenis dua dimensi (2D)

konfigurasi Wenner-Schlumberger sebanyak empat lintasan.

2. Pada penelitian ini menggunakan data tambahan, yaitu data mekanika

tanah lintasan 1 dan 4 serta data MASW (Multichannel Analysis of Surface

Wave) lintasan 2 dan 3.

3. Pada pembahasan penelitian ini hanya sampai pendugaan bidang gelincir

berdasarkan hasil pemodelan inversi 2D dan 3D serta hasil perhitungan

faktor keamanan lereng menggunakan software Geoslope 2004.

Page 27: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Letak dan Posisi Geografis

Kabupaten Majalengka merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat

yang Ibukotanya adalah Majalengka. Berdasarkan koordinat sistem proyeksi

UTM WGS84 zona 49S wilayah Kabupaten Majalengka terletak pada

171389-196172 UTM X dan 107039-107792 UTM Y dengan luas 1.204,24

km2 atau 2,71% luas total Provinsi Jawa Barat. Di sebelah utara kabupaten ini

berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, serta sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Berdasarkan koordinat sistem proyeksi UTM WGS84 zona 49S lokasi

penelitian ini terletak pada 199737-199882 UTM X dan 9219893-9220507

UTM Y dengan luas 0,08 km2 yang terletak di Dusun Cigintung Desa

Cimuncang Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka atau letak

geografis wilayah Kecamatan Malausma berada di kawasan selatan

Kabupaten Majalengka. Kondisi topografi merupakan dataran tinggi atau

pegunungan dengan luas wilayah 43,7 km2 atau 3,62% dari luas wilayah

Kabupaten Majalengka, yaitu kurang lebih 1.204,24 km2.

Page 28: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

6

Gambar 2. Peta lokasi penelitian di Kabupaten Majalengka.

6

Page 29: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

7

Secara administratif Kecamatan Malausma terdiri dari 11 desa yang salah

satu desa tersebut merupakan Desa Cimuncang seperti pada Gambar 2. Batas-

batas wilayah Kecamatan Malausma, yaitu sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Lemahsugih, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Talaga

dan Kecamatan Cingambul, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan

Bantarujeg, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Ciamis.

B. Fisiografi Regional

Berdasarkan pembagian fisiografi (Van Bemmelen, 1949), daerah Kabupaten

Majalengka termasuk ke dalam Zona Bogor bagian timur. Zona Bogor

terdapat di bagian selatan Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta dan

membentang dari barat ke timur mulai dari Rangkasbitung, Bogor, Subang,

Sumedang dan berakhir di Bumiayu dengan panjang sekitar 40 km. Zona ini

disusun oleh batuan yang berumur Neogen yang terlipat kuat dan juga zona

ini telah mengalami proses tektonik yang kuat, sehingga terlipatkan dan

membentuk antiklinorium yang cembung ke utara dengan arah sumbu lipatan

barat-timur. Inti antiklinorium ini terdiri dari lapisan-lapisan batuan berumur

Miosen dan sayapnya ditempati batuan yang lebih muda sekitar Pliosen-

Pleistosen atau sezaman dengan terbentuknya Patahan Lembang dan

pengangkatan Pegunungan Selatan. Zona Bogor umumnya bermorfologi

perbukitan yang memanjang barat-timur dengan lebar maksimum sekitar 40

km. Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen tersier dan batuan beku baik

intrusif maupun ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun oleh batuan

Page 30: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

8

beku intrusif, seperti yang ditemukan di komplek Pegunungan Sanggabuana,

Purwakarta.

Gambar 3. Peta fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949).

C. Morfologi dan Kemiringan Lereng Daerah Penelitian

Berdasarkan morfologi ( Van Zuidam, 1985 dalam Ardiansyah dkk, 2015),

wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam tujuh klasifikasi, yaitu

dataran rendah (<50 mdpl), dataran rendah pedalaman (50-100 mdpl),

perbukitan rendah (100-200 mdpl), perbukitan (200-500 mdpl), perbukitan

tinggi (500-1500 mdpl), pegunungan (1500-3000 mdpl) dan pegunungan

tinggi (>3000 mdpl) seperti pada Gambar 4. Dimana dari gambar tersebut

diketahui bahwasannya daerah penelitian yang terletak di Dusun Cigintung

Desa Cimuncang Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka berada pada

morfologi perbukitan tinggi (500-1500 mdpl).

Page 31: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

9

Gambar 4. Peta morfologi daerah penelitian di Kabupaten Majalengka. 9

Page 32: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

10

Gambar 5. Peta kemiringan lereng daerah penelitian. 10

Page 33: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

11

Sedangkan ditinjau dari kemiringan lereng (Van Zuidam, 1985 dalam

Ardiansyah dkk, 2015) seperti pada Gambar 5, diketahui daerah penelitian

berada pada klasifikasi kemiringan lereng landai (berwarna kuning) yang

mempunyai kemiringan lereng sekitar 8-13% dan kemiringan lereng agak

curam (berwarna orange) yang mempunyai kemiringan lereng sekitar 21-

55%.

D. Struktur Geologi dan Stratigrafi Regional

Van Bemmelen (1949) telah membagi Jawa bagian barat menjadi beberapa

jalur fisiografi dan struktural dimana daerah Kabupaten Majalengka termasuk

pada jalur struktur geologi Zona Bogor bagian timur yang telah terlipat kuat

sehingga menghasilkan antiklinorium dengan sumbu berarah barat-timur. Di

bagian utara zona ini, keadaan struktur geologinya berarah utara karena

adanya tekanan dari arah selatan. Menurut Van Bemmelen (1949), Zona

Bogor telah mengalami dua kali masa periode tektonik, yaitu: periode intra

Miosen atau Miosen Pliosen dan periode Pliosen-Pleistosen.

1. Periode Intra Miosen

Pada periode tektonik intra Miosen, berlangsung pembentukan geantiklin

Jawa di bagian selatan yang menyebabkan timbulnya gaya-gaya ke arah

utara sehingga terbentuk struktur lipatan dan sesar yang berumur Miosen

tengah dan terutama di bagian tengah dan utara pulau Jawa. Sejalan

dengan itu berjalan pula terobosan instrusi dasit dan andesit hornblende,

disamping itu terjadi pula ekstrusi breksi kumbang di ujung timur Zona

Bogor.

Page 34: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

12

2. Periode Pliosen-Pleistosen

Pada periode tektonik Pliosen-Pleistosen, terjadi proses perlipatan dan

penyesaran yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang mengarah ke utara

disebabkan oleh turunnya bagian utara Zona Bandung sehingga menekan

Zona Bogor dengan kuat. Tekanan ini menimbulkan struktur perlipatan

dan sesar naik di bagian utara Zona Bogor yang merupakan suatu zona

memanjang antara Subang dan Gunung Ceremai. Kegiatan tektonik

Pliosen-Pleistosen di daerah ini mengakibatkan terjadinya sesar terobosan

kompleks kromong yang andesitis dan dasitis. Setelah berakhir kegiatan

tersebut terbentuklah Tambakan Beds yang berumur Pleistosen bawah dan

menutupi satuan lainnya secara tidak selaras. Pada Pleistosen tengah

sampai atas di Zona Bogor bagian tengah dan timur terbentuk endapan

vulkanik tua dan vulkanik muda. Tekanan yang menimbulkan struktur

perlipatan dan sesar naik pada Zona Bogor dikenal sebagai “Baribis

Thrust”.

Menurut Martodjojo (1984), wilayah Jawa Barat dapat dibagi menjadi tiga

mandala sedimentasi, yaitu Mandala Paparan Kontinen Utara terletak pada

lokasi yang sama dengan Zona Dataran Pantai Jakarta pada pembagian zona

fisiografi Jawa Barat oleh Van Bemmelen (1949). Mandala ini dicirikan oleh

endapan paparan yang umumnya terdiri dari batugamping, batulempung, dan

batupasir kuarsa, serta lingkungan pengendapan umumnya laut dangkal

dengan ketebalan sedimen dapat mencapai 5000 meter. Kedua, Mandala

Sedimentasi Banten hanya dari sedikit data. Pada Tersier Awal, mandala ini

cenderung menyerupai Mandala Paparan Kotinen. Sedangkan pada saat

Page 35: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

13

Tersier Akhir, ciri mandala ini sangat mendekati Mandala Cekugan Bogor.

Ketiga, Mandala Cekungan Bogor terletak di Selatan Mandala Paparan

Kontinen Utara. Pada pembagian zona fisografi Jawa Barat (Van Bemmelen

1949), mandala ini meliputi Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona

Pegunungan Selatan. Mandala ini merupakan mandala sedimentasi yang

dicirikan oleh endapan aliran gravitasi, yang kebanyakan berupa fragmen

batuan beku dan batuan sedimen seperti andesit, basalt, tufa, dan

batugamping. Ketebalan sedimen diperkirakan lebih dari 7000 meter. Gambar

6. Menunjukkan mandala sedimentasi Jawa Barat.

Gambar 6. Mandala sedimentasi Jawa Barat (Martodjojo,1984).

Berdasarkan pembagian mandala sedimentasi di atas, daerah penelitian

terletak pada Mandala Cekungan Bogor. Mandala Cekungan Bogor menurut

Martdjojo (1984) mengalami perubahan dari waktu ke waktu sepanjang

Page 36: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

14

zaman Tersier-Kuarter. Mandala ini terdiri dari tiga siklus pengendapan.

Pertama-tama diendapkan sedimen laut dalam, kemudian sedimen darat yang

berangsur berubah menjadi sedimen laut dangkal dan yang terakhir

diendapkan sedimen dengan mekanisme aliran gravitasi. Siklus pertama dan

kedua berasal dari utara sedangkan siklus ketiga berasal dari selatan. Van

Bemmelen (1949) telah mengurutkan stratigrafi Zona Bogor bagian tengah

dan timur dengan batuan tertua Anggota Pemali Bawah yang berumur

Oligosen sampai Miosen Bawah. Di atas formasi itu diendapkan batuan dari

Formasi Pemali Anggota Atas yang dikenal dengan Kompleks Annulatus

(Annulatus Complex), yang berumur Miosen bawah bagian atas sampai

Miosen tengah bagian bawah. Formasi ini terbagi kedalam fasies utara dan

fasies selatan. Fasies utara terdiri dari batupasir kuarsa, napal, batulempung,

serpih, tufa, dan batugamping Kelapanunggal. Sedangkan fasies selatan

terdiri dari batupasir kuarsa, lapisan tipis batubara, batugamping napalan, dan

sisipan hasil erupsi gunungapi. Batuan-batuan tersebut sebagian besar

diperkirakan berasal dari Dataran Sunda, yang interkalasi dengan batuan

vulkanik dari selatan. Di atas Formasi Pemali secara selaras diendapkan

Formasi Cidadap atau disebut juga Formasi Halang bagian atas, yang terdiri

dari batulempung, serpih dengan fasies laut yang tersebar di bagian utara,

breksi vulkanik, dan batupasir tufaan yang tersebar di bagian selatan.

Ketebalan lapisan ini diperkirakan 1200-1500 meter di Zona Bogor bagian

tengah, dan sekitar 1500-2500 meter di Zona Bogor bagian timur.

Di atas Formasi Cidadap diendapkan secara tidak selaras batuan yang

merupakan hasil kegiatan vulkanik yang disertai dengan intrusi-intrusi

Page 37: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

15

hornblenda, andesit, dasit, diorit, dan kuarsa yang dikenal dengan nama

Breksi kumbang yang berumur Miosen atas. Secara selaras di atas Breksi

kumbang diendapkan Formasi Kaliwangu yang terdiri dari serpih,

batulempung, napal, batupasir tufaan, andesitik, dasitik, konglomerat, dan

breksi, serta lapisan tipis batubara muda berumur Pliosen bawah. Secara

selaras di atas Formasi Kaliwangu diendapkan Formasi Ciherang yang

berumur Pliosen atas. Di atas Formasi Ciherang diendapkan secara tidak

selaras Formasi Tambakan yang merupakan hasil gunungapi yang berumur

Pleistosen bawah. Produk termuda dari stratigrafi ini adalah endapan aluvium

yang diendapkan di atas formasi-formasi lainnya. Menurut Budhitrisna dkk,

1986 dalam peta geologi lembar Tasikmalaya (Gambar 7), diketahui bahwa

daerah Kabupaten Majalengka khususnya Desa Cimuncang Kecamatan

Malausma dan sekitarnya berada pada formasi seperti berikut ini:

1. Alluvium (Qa) yang dicirikan dengan adanya lempung, lanau, pasir,

bongkah yang diendapkan di daerah banjir sungai besar. Umurnya sekitar

Holosen.

2. Hasil Gunungapi Tua Qvt (s,k,b,c,r,d) yang dicirikan dengan breksi

gunungapi, breksi aliran, tufa, dan lava bersusunan andesit sampai basal

dari G. Sawal (Qvts), G. Kukus (Qvtk), G. Cakrabuana (Qvtb), G.

Sadakeling (Qvtd), G. Cereme (Qvtr) dan G. Cikuray (Qvtc). Umurnya

sekitar Pleistosen tengah-Pleistosen atas.

3. Formasi Kaliwangu (Tpkw) yang dicirikan dengan batulempung

bersisipan batupasir tufaan, konglomerat, batupasir gampingan dan

batugamping. Tebal melebihi 300 m serta umurnya sekitar Pliosen bawah.

Page 38: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

16

4. Formasi Cijulang (Tpc) yang dicirikan dengan breksi gunungapi, aliran

lava dan retas bersusunan andesit, tufa dan batupasir tufaan. Paling tebal

1000 m yang umurnya sekitar Pliosen bawah.

5. Formasi Halang (Tmph) yang dicirikan dengan turbidit yang terdiri atas

perselingan batupasir, batulempung dan batulanau dengan sisipan breksi

dan batupasir gampingan. Tebal melebihi 400 m dengan umurnya sekitar

Miosen tengah-Miosen atas.

6. Tpa yang dicirikan dengan andesit dan andesit hornblenda. Umurnya

sekitar Pliosen atas.

E. Zona Kerentanan Gerakan Tanah

Menurut peta zona kerentanan gerakan tanah (PVMBG, 2014) Kabupaten

Majalengka terdapat 4 zona kerentanan gerakan tanah, yaitu zona kerentanan

gerakan tanah sangat rendah, rendah, menengah dan zona kerentanan gerakan

tanah tinggi. Dimana pada daerah penelitian ini berada pada zona kerentanan

gerakan tanah menengah dan tinggi seperti pada Gambar 8.

1. Zona kerentanan gerakan tanah menengah

Merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk

terkena gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama

pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan

atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif

kembali akibat curah hujan yang tinggi dan erosi kuat. Kisaran

kemiringan lereng mulai dari landai (5-15%) sampai curam hingga hampir

tegak (>70%), tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan

Page 39: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

17

serta tanah pelapukan pembentuk lereng. Kondisi vegetasi penutup

umumnya kurang sampai sangat jarang.

2. Zona kerentanan gerakan tanah tinggi

Merupakan daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk

terkena gerakan tanah. Pada zona sering terjadi gerakan tanah, sedangkan

gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat

curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng

mulai dari agak terjal (30-50%) hingga hampir tegak (>70%) tergantung

pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan serta tanah pelapukan

pembentuk lereng. Kondisi vegetasi penutup umumnya sangat kurang.

Page 40: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

18

Gambar 7. Peta geologi daerah Malausma dan sekitarnya (Budhitrisna dkk, 1986). 18

Page 41: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

19

Gambar 8. Peta zona kerentanan gerakan tanah daerah penelitian (PVMBG,2014). 19

Page 42: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

III. TEORI DASAR

A. Pengertian Gerakan Tanah

Gerakan tanah adalah gerakan perpindahan atau gerakan lereng dari bagian

atas atau perpindahan massa tanah maupun batu pada arah tegak, mendatar

atau miring dari kedudukan semula (Varnes, 1978 dalam Zakaria, 2009).

Gerakan tanah merupakan suatu konsekuensi fenomena dinamis alam untuk

mencapai kondisi baru akibat gangguan keseimbangan lereng yang terjadi

baik secara alamiah maupun akibat ulah manusia. Gerakan tanah merupakan

gerakan material pembentuk lereng berupa tanah, batuan atau kombinasi jenis

material tersebut ke tempat yang lebih rendah karena pengaruh gaya gravitasi

(Chowdhuri, 1978). Semakin curam suatu lereng semakin besar kemungkinan

material tersebut jatuh ke tempat yang lebih rendah. Longsor terjadi karena

adanya gangguan kesetimbangan gaya yang bekerja pada lereng yakni gaya

pendorong (tegangan geser) dan gaya penahan (kuat geser). Kesetimbangan

gaya yang bekerja tersebut disebabkan oleh adanya suatu proses yang

menaikkan gaya pendorong atau mengurangi gaya penahan massa

tanah/batuan yang menyebabkan lereng menjadi tidak stabil, sehingga massa

tanah/batuan bergerak turun.

Page 43: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

21

Secara umum pengaruh gravitasi dapat dinyatakan sebagai berikut:

ΣF = m.a (1)

Dimana ΣF merupakan resultan gaya yang bekerja pada benda (N), m

merupakan massa benda (kg), dan a merupakan percepatan benda (m/s).

Gambar 9. Komponen gaya yang bekerja pada lereng (Chowdhuri, 1978).

Apabila benda bergerak ke bawah dengan percepatan tetap, maka gaya pada

arah sumbu y:

ΣFy = m.ay (ay= 0)

N – w cos θ = 0

N = w cos θ = m g cos θ (2)

Pada arah sumbu x:

ΣFx = m.ax

W sin θ – fk = m.a

A = w sin θ – fk / m (3)

Page 44: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

22

B. Jenis-jenis Gerakan Tanah

Longsoran (landslide) merupakan bagian dari gerakan tanah yang jenis-

jenisnya terdiri dari jatuhan (fall), jungkiran (toople), luncuran (slide),

nendatan (slump), aliran (flow), gerak horizontal atau bentangan lateral

(lateral spread), rayapan (creep) dan longsoran majemuk. Adapun klasifikasi

longsoran oleh Varnes (1978) dalam Zakaria (2009) seperti pada Tabel 1,

yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi longsoran (Varnes, 1978 dalam Zakaria, 2009).

Jenis Gerakan (type of movement)

Jenis Material (type of material)

Batuan dasar

Tanah keteknikan

Bebas, butir

kasar

Berbutir

halus

Jatuhan (falls)

Jatuhan batu

Jatuhan bahan

rombakan Jatuhan

tanah

Jungkiran (toople)

Jungkiran batu

Jungkiran

bahan

rombakan

Jungkiran

tanah

Gel

inci

ran (

Sli

des

)

Rotasi

Satuan sedikit

Nendatan batu

Nendatan

bahan

rombakan

Nendatan

tanah

Translasi

Satuan banyak

Luncuran

bongkah batu

Luncuran

bongkah

bahan

rombakan

Luncuran

bongkah

tanah

Luncuran batu

Luncuran

bahan

rombakan

Luncuran

tanah

Gerak horizontal/bentang lateral Bentang lateral

batu Bentang

lateral bahan

Bentang

lateral

tanah

Aliran (flow)

Aliran

batu/rayapan

dalam

Aliran bahan

rombakan

Aliran

tanah

Rayapan tanah

Majemuk (complex) Gabungan dua atau lebih gerakan

Page 45: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

23

Untuk membedakan longsoran, landslide yang mengandung pengertian luas,

maka istilah slides digunakan kepada longsoran gelinciran yang terdiri atas

luncuran atau slide (longsoran gelinciran translasional) dan nendatan atau

slump (longsoran gelinciran rotasional). Menurut Nandi (2007), ada 6 jenis

tanah longsor, yaitu longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,

runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Jenis longsoran

translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan longsoran

yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan

rombakan.

1. Longsoran Translasi

Merupakan bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir

berbentuk rata atau menggelombang landai.

2. Longsoran Rotasi

Merupakan bergeraknya masssa tanah dan batuan pada bidang gelincir

berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok

Merupakan perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir

berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu.

4. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain

bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng

yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. Batu-batu

besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

Page 46: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

24

5. Rayapan Tanah

Merupakan jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya

berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hampir tidak dapat

dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa

menyebabkan tiang-tiang telpon, pohon atau rumah miring ke bawah.

Untuk membedakan longsoran dan rayapan tanah, maka kecepatan

gerakan tanah perlu diketahui (Tabel 2). Rayapan dibedakan menjadi tiga

jenis yaitu rayapan musiman yang dipengaruhi iklim, rayapan

bersinambungan yang dipengaruhi kuat geser dari material dan rayapan

melaju yang berhubungan dengan keruntuhan lereng atau perpindahan

massa lainnya (Hansen, 1984 dalam Zakaria, 2009).

Tabel 2. Laju kecepatan gerakan tanah (Hansen, 1984 dalam Zakaria, 2009).

Kecepatan Keterangan

> 3 meter/detik Ekstrim sangat cepat

3 meter/detik s.d. 0.3 meter/menit Sangat cepat

0.3 meter/menit s.d. 1.5 meter/hari Cepat

1.5 meter/hari s.d. 1.5 meter/bulan Sedang

1.5 meter/bulan s.d. 1.5 meter/tahun Lambat

0.06 meter/tahun s.d. 1.5 meter/tahun Sangat lambat

< 0.06 meter/ tahun Ekstrim sangat lambat

6. Aliran Bahan Rombakan

Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh

air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan

tekanan air dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah

dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa

sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi.

Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

Page 47: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

25

Faktor-faktor penyebab lereng rawan longsor meliputi faktor internal (dari

tubuh lereng sendiri) maupun faktor eksternal (dari luar lereng) antara lain:

kegempaan, iklim (curah hujan), vegetasi, morfologi, batuan/tanah maupun

situasi setempat (Hirnawan, 1994 dalam Zakaria, 2009), tingkat kelembaban

tanah (moisture), adanya rembesan dan aktivitas geologi seperti patahan

(terutama yang masih aktif), rekahan dan liniasi. Proses eksternal penyebab

longsor (Brunsden, 1993; Dikau, 1997 dalam Zakaria, 2009) diantaranya

adalah pelapukan (fisika, kimia dan biologi), erosi, penurunan tanah, deposisi

(fluvial, glasial dan gerakan tanah), getaran dan aktivitas seismik, jatuhan

tepra serta perubahan rejim air. Penyebab lain dari kejadian longsor adalah

ganguan-gangguan internal, yaitu yang datang dari dalam tubuh lereng sendiri

terutama karena ikut sertanya peranan air dalam tubuh lereng, kondisi ini tak

lepas dari pengaruh luar yaitu iklim yang diwakili oleh curah hujan. Jumlah air

yang meningkat dicirikan oleh peningkatan kadar airtanah, derajat kejenuhan

atau muka airtanah. Kenaikan airtanah akan menurunkan sifat fisik dan

mekanik tanah serta meningkatkan tekanan pori (μ) yang berarti memperkecil

ketahanan geser dari massa lereng. Debit airtanah juga membesar dan erosi di

bawah permukaan meningkat. Akibatnya lebih banyak fraksi halus (lanau)

dari massa tanah yang dihanyutkan, lebih jauh ketahanan massa akan menurun

(Hirnawan, 1993 dalam Zakaria, 2009).

C. Penyebab Terjadinya Tanah Longsor

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi apabila gaya pendorong pada lereng

lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan pada umumnya dipengaruhi

Page 48: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

26

oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong

dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah

batuan. Pada umumnya gejala tanah longsor dapat berupa retakan-retakan di

lereng yang sejajar dengan arah tebing, munculnya mata air baru secara tiba-

tiba, tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan serta biasanya terjadi setelah

hujan. Adapun menurut Nandi (2007), faktor-faktor penyebab tanah longsor

yaitu sebagai berikut:

1. Hujan

Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena

meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan

menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah

besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah

hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air

akan menyusup kebagian yang retak, sehingga tanah dengan cepat

mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang

tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi

jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat

menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah air akan masuk

dan terakumulasi dibagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan

lateral.

2. Lereng terjal

Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng

yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan

Page 49: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

27

angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180º

apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsornya mendatar.

3. Tanah yang kurang padat dan tebal

Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan

ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini

memiliki potensi untuk untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi

hujan. Selain itu, tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena

menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu panas.

4. Batuan yang kurang kuat

Batuan endapan gunungapi dan sedimen berukuran pasir dan campuran

antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut

akan mudah menjadi tanah apabila mengalami proses pelapukan dan

umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang

terjal.

5. Jenis tata lahan

Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,

perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan

persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat

tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah menjadi

longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena

akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan

umumnya terjadi di daerah longsoran lama.

Page 50: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

28

6. Getaran

Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan,

getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang

ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah

menjadi retak.

7. Susut muka air danau atau bendungan

Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng

menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi

longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

8. Adanya beban tambahan

Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan

kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama

di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering

terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.

9. Pengikisan atau erosi

Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu,

akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi

terjal.

10. Adanya material timbunan pada tebing

Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya

dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan

pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang

berada dibawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah

yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

Page 51: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

29

11. Longsoran lama

Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadinya

pengendapan material gunungapi pada lereng yang relatif terjal atau pada

saat/sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memiliki

ciri-ciri: adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal

kuda, umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena

tanahnya gembur dan subur, daerah badan longsor bagian atas umumnya

relatif landai, dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah,

dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil

pada longsoran lama, dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai

retakan dan longsoran kecil, serta longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)

Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri-ciri: bidang perlapisan batuan,

bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar, bidang kontak

antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat, bidang kontak

antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak

melewatkan air, serta bidang kontak antara tanah yang lembek dengan

tanah yang padat. Bidang-bidang tersebut merupakan bidang-bidang lemah

dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.

13. Penggundulan hutan

Kejadian tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif

gundul, dimana pengikatan air tanah sangat kurang.

Page 52: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

30

14. Daerah pembuangan sampah

Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam

jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah

dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di TPAS Leuwigajah di Cimahi

yang mengakibatkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

D. Faktor Keamanan Lereng

Banyak rumus perhitungan faktor keamanan lereng (material tanah) yang

diperkenalkan untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng ini. Salah satu

metode yang sangat populer dalam analisis kestabilan lereng yaitu metode

irisan. Metode ini telah terbukti dapat diandalkan dalam praktek rekayasa serta

membutuhkan data yang relatif sedikit dibandingkan metode lainnya seperti

metode elemen hingga. Semua metode irisan menyatakan kondisi kestabilan

suatu lereng dinyatakan dalam suatu indeks yang disebut faktor keamanan (F).

Faktor keamanan diasumsikan mempunyai nilai yang sama untuk setiap irisan.

Kekuatan geser material yang tersedia untuk menahan material sehingga

lereng tidak longsor dinyatakan dalam kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb

sebagai berikut:

s = c'+(σn-u) tan ϕ ' (4)

Dimana s merupakan kekuatan geser, c' merupakan kohesi efektif, σn

merupakan tegangan normal total, u merupakan tekanan air pori dan ϕ '

merupakan sudut geser efektif.

Kekuatan geser tersebut dianggap tidak tergantung pada kondisi tegangan-

regangan yang ada pada lereng. Besarnya tahanan geser yang diperlukan agar

Page 53: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

31

lereng berada pada kondisi tepat setimbang (Sm) dapat dinyatakan dengan

persamaan berikut ini:

Sm = =

Sm = (5)

Karakteristik lainnya yaitu geometri dari bidang gelinciran harus ditentukan

atau diasumsikan terlebih dahulu. Untuk menyederhanakan perhitungan,

bidang runtuh biasanya dianggap berbentuk sebuah busur lingkaran, gabungan

busur lingkaran dengan garis lurus atau gabungan dari beberapa segmen garis

lurus.

Gambar 10. Model lereng dengan bidang runtuhan yang berupa gabungan

dari sebuah busur lingkaran dengan segmen garis lurus

(Saifuddin, 2008 dalam Syaeful, 2012).

Page 54: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

32

Adapun definisi dari variabel-variabel pada gambar diatas adalah sebagai

berikut:

W merupakan berat total irisan, N merupakan gaya normal total pada dasar

irisan, Sm merupakan gaya geser pada dasar irisan yang diperlukan agar irisan

berada dalam kondisi tepat seimbang, E merupakan gaya antar irisan

horisontal (titik bawah L dan R menunjukan masing-masing untuk sebelah kiri

dan kanan dari irisan), X merupakan gaya antar irisan vertikal (titik bawah L

dan R menunjukan masing-masing untuk sebelah kiri dan kanan dari irisan),

kW merupakan gaya seismik horisontal yang bekerja pada pusat massa irisan

(dimana k adalah koefisien seismik), R merupakan radius lingkaran untuk

bidang runtuh busur lingkaran atau lengan momen dari gaya geser Sm terdapat

pusat momen untuk bidang runtuh yang bukan busur lingkaran, f merupakan

jarak tegak lurus dari gaya normal N terhadap pusat momen, x merupakan

jarak horisontal dari pusat massa irisan terhadap pusat momen, e merupakan

jarak vertikal dari pusat massa irisan terhadap pusat momen, h merupakan

tinggi rata-rata irisan, b merupakan lebar irisan, β merupakan panjang dasar

irisan, a merupakan jarak vertikal dari gaya hidrostatik terhadap pusat momen,

A merupakan Gaya hidrostatik pada retakan tarik dan α merupakan sudut

kemiringan dari garis singgung pada titik di tengah dasar irisan terhadap

bidang horisontal. Sudut kemiringan bernilai positif apabila searah dengan

kemiringan lereng dan bernilai negatif apabila berlawanan arah dengan

kemiringan lereng.

Setelah geometri dari bidang runtuh ditentukan kemudian selanjutnya massa di

atas bidang runtuh dibagi ke dalam sejumlah irisan tertentu, tujuannya untuk

Page 55: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

33

mempertimbangkan terdapatnya variasi kekuatan geser dan tekanan air pori

sepanjang bidang runtuh. Berdasarkan kondisi kesetimbangan yang dapat

dipenuhi, metode irisan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:

1. Metode yang tidak memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan

momen seperti metode irisan biasa, metode Bishop dan Janbu yang

disederhanakan.

2. Metode yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan momen

seperti metode Morgenstern-Price dan metode kesetimbangan batas umum.

Salah satu metode yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan

momen adalah metode Morgenstern-Price. Metode ini merupakan salah satu

metode yang berdasarkan prinsip kesetimbangan batas yang dikembangkan

oleh Morgenstern dan Price tahun 1965, dimana proses analisisnya merupakan

hasil dari kesetimbangan setiap gaya-gaya normal dan momen yang bekerja

pada tiap irisan dari bidang kelongsoran lereng tersebut. Metode menggunakan

asumsi yang sama dengan metode kesetimbangan batas umum yaitu terdapat

hubungan antara gaya geser antar irisan dan gaya normal antar irisan yang

dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

X = λ. f(x). E (6)

Dimana X merupakan gaya geser di sekitar irisan, λ merupakan suatu faktor

pengali yang nilainya akan diasumsikan dalam perhitungan ini, f(x)

merupakan asumsi dari sebuah nilai suatu fungsi dan E merupakan gaya

normal di sekitar irisan.

Nilai dari asumsi yang tidak diketahui dalam metode ini yaitu faktor keamanan

(F), faktor pengali (λ), gaya normal yang bekerja pada dasar bidang irisan (P),

Page 56: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

34

gaya di sekitar bidang irisan yang bekerja secara horisontal dan titik dimana

gaya di sekitar bidang irisan bekerja. Dari analisis dengan kesetimbangan,

maka asumsi diatas akan dapat diketahui dan komponen gaya geser yang

bekerja di sekitar irisan (X) dapat dihitung dengan persamaan (7). Gaya-gaya

yang bekerja pada tiap irisan bidang kelongsoran terdapat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 11. Gaya yang bekerja pada bidang irisan metode Morgenstern-Price

(Morgenstern-Price, 1965).

Dimana P merupakan gaya normal, c' merupakan kohesi, Wn merupakan gaya

akibat beban tanah ke-n, α merupakan sudut antara titik tengah bidang irisan

dengan titik pusat busur bidang longsor, b merupakan lebar irisan, ϕ '

merupakan sudut geser tanah, u merupakan tekanan air pori, XL dan XR

merupakan gaya antar irisan vertikal yang bekerja di tepi irisan, EL dan ER

merupakan gaya antar irisan horisontal yang bekerja di tepi irisan dan l

merupakan panjang segmen tiap irisan.

Page 57: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

35

Dalam metode ini, analisis faktor keamanan dilakukan dengan dua prinsip

yaitu kesetimbangan momen (Fm) dan kesetimbangan gaya (Ff). Faktor

keamanan dari prinsip kesetimbangan momen untuk bidang kelongsoran

circular:

Fm = (7)

Dan nilai faktor keamanan dengan prinsip kesetimbangan gaya:

Ff = (8)

Oleh karena letak dari bidang runtuh tidak diketahui dan harus diasumsikan

terlebih dahulu, maka harus dilakukan perhitungan pada sejumlah bidang

runtuh. Hal tersebut dilakukan untuk mencari bidang runtuh yang memberikan

Faktor Keamanan (FK) terkecil. Bidang runtuh yang menghasilkan Faktor

Keamanan (FK) terkecil dinamakan bidang runtuh kritis.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan dan studi-studi yang

menyeluruh tentang keruntuhan lereng, maka dibagi 3 kelompok rentang

Faktor Keamanan (FK) yang ditinjau dari intensitas kelongsorannya seperti

yang diperlihatkan pada Tabel 3 (Bowles, 1989 dalam Zakaria, 2009).

Tabel 3. Hubungan nilai Faktor Keamanan (FK) lereng dan intensitas longsor

(Bowles, 1989 dalam Zakaria, 2009).

Nilai faktor keamanan Kejadian/intensitas longsor

F kurang dari 1,07 Longsor sering/biasa terjadi (lereng labil)

F antara 1,07 sampai 1,25 Longsor pernah terjadi ( lereng kritis)

F diatas 1,25 Longsor jarang terjadi (lereng relatif stabil)

Page 58: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

36

E. Metode Geolistrik

Metode geolistrik adalah suatu teknik investigasi dari permukaan tanah untuk

mengetahui lapisan-lapisan batuan atau material berdasarkan pada prinsip

bahwa lapisan batuan atau masing-masing material mempunyai nilai

resistivitas atau hambatan jenis yang berbeda-beda. Tujuan dari survei

geolistrik adalah untuk menentukan distribusi nilai resistivitas dari

pengukuran yang dilakukan di permukaan tanah (Telford dkk, 1990).

Metode resistivitas merupakan salah satu dari kelompok metode geolistrik

yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan cara

mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah permukaan bumi.

Adapun yang dipelajari mencakup pendeteksian besaran medan potensial dan

medan elektromagnetik yang diakibatkan oleh aliran arus listrik. Metode ini

dilakukan dengan mengalirkan arus listrik searah ke dalam bumi melalui

elektroda arus, selanjutnya distribusi medan potensial diukur dengan elektroda

potensial. Variasi nilai tahanan jenis dihitung berdasarkan besar arus dan

potensial yang terukur (Santoso, 2002).

Penurunan potensial yang terukur mengikuti asumsi bahwa bumi merupakan

medium homogen isotropis. Jika medium tersebut dialiri arus listrik searah I

maka elemen arus δI yang melewati elemen permukaan δA dengan densitas

arus J adalah:

δI = J δ A (9)

Berdasarkan hukum ohm, hubungan antara kerapatan arus listrik J dengan

mdan listrik E adalah:

J = σE (10)

Page 59: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

37

Dimana, E adalah medan listrik dalam volt/meter, σ adalah konduktivitas

bahan dalam meter/ohm dan ρ adalah resistivitas dalam ohmmeter. Medan

listrik E dapat dinyatakan sebagai gradien potensial (Telford dkk, 1990):

E = - V (11)

V dalam satuan volt, maka jika persamaan (11) disubstitusikan ke persamaan

(10) menjadi:

J = σE = -σ V (12)

Aliran arus listrik dalam suatu medium memenuhi hukum kontinuitas untuk

arus dan didasarkan pada prinsip kekekalan muatan yang dapat dituliskan

sebagai berikut:

J = - (13)

Dimana q merupakan rapat muatan dalam satuan coulumb/m3. Apabila

arusnya stasioner, maka:

. J = 0 (14)

Jika persamaan (12) disubstitusikan ke dalam persamaan (14) maka diperoleh:

(σ V) = 0 (15)

Untuk ruang homogen isotropik, potensial adalah konstan maka persamaan

memenuhi persamaan Laplace:

2V = 0 (16)

F. Aliran Listrik di dalam Bumi

1. Elektroda berarus tunggal di bawah permukaan bumi

Apabila sebuah elektroda arus yang kecil diinjeksikan kedalam medium

yang homogen isotropik, maka rangkaian arus dengan elektroda lainnya

Page 60: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

38

biasa diletakkan di permukaan dan sangat jauh agar pengaruhnya terhadap

elektroda pertama dapat diabaikan. Dalam sistem koordinat bola

persamaan Laplace dapat dituliskan sebagai berikut:

2V =

2 (r

2 ) + (sin θ ) +

2

2V/ θ

2 (17)

Karena sifat homogen dari medium maka V hanya merupakan fungsi

jarak, sehingga:

2V =

2 (r

2 )= 0 (18)

2V =

2V/ r

2 + = 0 (19)

Atau 2V/ r

2 = - (20)

Persamaan dikalikan dengan r2, sehingga diperoleh:

r2

2V/ r

2 = - (21)

Dengan mengintegrasikan persamaan (21) diperoleh solusi persamaan:

V = - + B (22)

Dengan A dan B adalah konstanta, karena V = 0 untuk r mendekati tak

hingga maka nilai dari B = 0. Sehingga total arus yang melewati

permukaan bola adalah:

I = 4 r2J = -4 r

2 σ = 4 σA (23)

Dari persamaan (23) diperoleh:

A = - dengan ρ = (24)

Sehingga nilai potensial elektroda tunggal ini adalah:

V = atau ρ = (25)

Page 61: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

39

Pada bidang equipotensial, disetiap ortogonal pada garis aliran arus,

akan menjadi permukaan bola dengan r = konstan. Diilustrasikan pada

gambar dibawah ini:

Gambar 12. Sebuah elektroda arus di bawah permukaan (Telford dkk, 1990).

2. Elektroda berarus tunggal di permukaan bumi

Jika elektroda arus I yang terletak di permukaan medium homogen

isotropik dan terdapat konduktivitas udara diatasnya, kondisi batas antara

arus di permukaan bumi sedikit berbeda dibandingkan dengan elektroda

arus di bawah permukaan walaupun B = 0. Pada saat V = 0 untuk r dan

juga = 0 pada z = 0 (karena σudara = 0). Kondisi ini terpenuhi karena:

= = - = A2 / r2 (26)

Dimana r2 = x

2 + y

2 + z

2.

Untuk permukaan setengah bola arus yang mengalir memenuhi persamaan

(27):

I = 2 r2J = - 2 r

2 = - 2 r

2σA / r

2 = - 2 σA (27)

Page 62: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

40

Maka A = - dengan ρ = (28)

Sehingga diperoleh:

V = = atau ρ = 2 r (29)

Potensial yang sama pada permukaan setengah bola di dalam tanah dapat

ditunjukkan dari gambar dibawah ini:

Gambar 13. Titik sumber arus pada permukaan medium homogen

(Telford dkk, 1990).

3. Dua arus elektroda di permukaan bumi

Jika jarak antara kedua elektroda terbatas (Gambar 14) potensial listrik

pada titik-titik yang berdekatan di permukaan akan dipengaruhi oleh kedua

elektroda arus tersebut.

Page 63: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

41

Gambar 14. Konfigurasi elektroda arus dan potensial pada permukaan medium

homogen isotropis (Loke dan Barker, 1996).

Nilai potensial listrik adalah respon dari dua elektroda yang merupakan

penjumlahan harga potensial dari masing-masing elektroda. Apabila jarak

antara kedua elektroda terhingga, maka potensial pada suatu titik permukaan

dipengaruhi oleh kedua elektroda. Sehingga potensial yang disebabkan oleh

C1 dan P2 adalah:

V1 = - A1/r1 dimana A1 = - (30)

Demikian juga potensial yang disebabkan C2 dan P1 adalah:

V2 = - A2/r2 dimana A2 = - A1 = (31)

(Tanda berlawanan disebabkan arus pada kedua elektroda sama tetapi arahnya

berlawanan). Sehingga potensial pada titik P1 adalah:

V1 + V2 = (32)

Page 64: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

42

Dengan cara yang sama maka dapat menentukan potensial di titik P2.

Sehingga, diperoleh beda potensial antara P1 dan P2 adalah:

atau = K (33)

K merupakan faktor geometri yang tergantung pada susunan elektroda. Harga

K ini dapat dihitung apabila jarak antar elektroda satu dengan yang lainnya

diketahui, selanjutnya dapat ditentukan dengan pembacaan (antara P1 dan

P2) dan arus yang dialirkan. Biasanya pada alat harga / I dapat dibaca

langsung serta nilai resistivitas semu dapat diperoleh dengan persamaan:

(34)

Dengan I (arus dalam Ampere), V (beda potensial dalam Volt), ρ (tahanan

jenis dalam Ohm meter) dan K (faktor geometri elektroda dalam meter).

Untuk jarak elektroda yang panjang/jauh ρ merupakan resistivitas semu dan

untuk jarak yang pendek biasanya berhubungan langsung dengan lapisan

permukaan yang merupakan tahanan lapisan jenis pertama (Paulus, 2012).

G. Sifat Listrik Batuan

Aliran arus listrik didalam batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga

macam yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik dan

konduksi secara dielektrik (Telford dkk, 1990).

1. Kondisi secara elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak

elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan/mineral

tersebut oleh elektron-elektron bebas itu. Aliran listrik ini juga dipengaruhi

oleh sifat atau karakteristik masing-masing batuan yang dilewatinya. Salah

satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan

Page 65: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

43

jenis), dimana resistivitas (tahanan jenis) merupakan karakteristik bahan

yang mampu menunjukan kemampuan batuan tersebut untuk

menghantarkan arus listrik. Resistivitas mempunyai pengertian yang

berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana resistansi tidak hanya

tergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor geometri atau

bentuk bahan tersebut. Sedangkan resistivitas tidak bergantung pada faktor

geometri.

Gambar 15. Silinder konduktor (Rahmawati, 2009).

Jika ditinjau silinder konduktor dengan panjang L, luas penampang A dan

resistansi R, maka dapat dirumuskan:

R = ρ (35)

Dimana ρ merupakan resistivitas (Ωm), L merupakan panjang silinder

konduktor (m), A merupakan luas penampang silinder konduktor (m2) dan

R merupakan resistansi (Ω).

Sedangkan menurut hukum Ohm, resistansi R dirumuskan:

R = (36)

Dimana R merupakan resistivitas (Ω), V merupakan beda potensial (volt)

dan I merupakan kuat arus (ampere).

Page 66: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

44

Dari kedua rumus tersebut diperoleh nilai resistivitas (ρ) sebesar:

ρ = (37)

2. Konduksi elektrolitik terjadi jika batuan/mineral bersifat pori-pori tersebut

terisi oleh cairan-cairan elektrolitik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa

oleh ion-ion elektrolit. Konduktivitas dan resistivitas batuan porous

bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan

semakin besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak dan

sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika kandungan air dalam

batuan berkurang.

3. Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap

aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai

elektron bebas sedikit bahkan tidak sama sekali. Tetapi karena adanya

pengaruh medan listrik dari luar maka elektron dalam bahan berpindah dan

berkumpul terpisah dari inti sehingga terjadi polarisasi.

Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan/mineral digolongkan menjadi

tiga yaitu:

1. Konduktor baik : 10-8

<ρ<1 ohm meter

2. Konduktor pertengahan : 1<ρ<107 ohm meter

3. Isolator : ρ<107 ohm meter

H. Konsep Resistivitas Semu

Metode ini diasumsikan bahwa bumi mempunyai sifat homogen isotropis.

Dengan asumsi ini, resistivitas yang terukur merupakan resistivitas sebenarnya

dan tidak tergantung atas spasi elektroda . Pada kenyataannya, bumi

Page 67: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

45

terdiri atas lapisan-lapisan dengan ρ yang berbeda-beda sehingga potensial

yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Maka harga

resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resistivitas untuk satu lapisan

saja, hal ini terutama untuk spasi elektroda yang lebar.

(38)

Dengan ρa merupakan resistivitas semu yang bergantung pada spasi elektroda.

Untuk kasus tak homogen, bumi diasumsikan berlapis-lapis dengan masing-

masing lapisan mempunyai harga resistivitas yang berbeda. Resistivitas semu

merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen

dengan medium berlapis yang ditinjau. Sebagai contoh medium berlapis yang

ditinjau misalnya terdiri dari dua lapis yang mempunyai resistivitas yang

berbeda (ρ1 dan ρ2) dianggap sebagai medium satu lapis homogen yang

mempunyai satu harga resistivitas yaitu resistivitas semu ρa, dengan

konduktansi lapisan fiktif sama dengan jumlah konduktansi masing-masing

lapisan σf = σ1+σ2 (Adhi, 2007 dalam Rahmawati, 2009).

ρ1

ρa

ρ2

ρ3 ρ3

Gambar 16. Medium berlapis dengan variasi resistivitas (Rahmawati, 2009).

Page 68: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

46

I. Konfigurasi Wenner-Schlumberger

Konfigurasi Wenner-Schlumberger adalah konfigurasi dengan sistem aturan

spasi yang konstan dengan catatan faktor “n” untuk konfigurasi ini adalah

perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 atau C2-P2 dengan spasi antara

P1-P2 seperti pada Gambar 14. Jika jarak antar elektroda potensial (P1 dan

P2) adalah a maka jarak antar elektroda arus (C1 dan C2) adalah 2na+a.

Proses penentuan resistivitas menggunakan empat buah elektroda yang

diletakkan dalam sebuah garis lurus (Sakka, 2001 dalam Priambodo dkk,

2011).

na a na

C1 P1 P2 C2

Gambar 17. Pengaturan elektroda konfigurasi Wenner-Schlumberger

(Sakka, 2001 dalam Priambodo dkk, 2011).

Adapun persamaan faktor geometri yang diperoleh dari konfigurasi ini

adalah:

K =

K =

K =

K = π n (n+1) a (39)

I

V

Page 69: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

47

Tabel 4. Resistivitas material-material bumi (Telford dkk, 1990 dalam

Priambodo dkk, 2011).

Material resistivitas (Ohm meter) Material resistivitas (Ohm meter)

Pyrite (Pirit) 0,01-100 Shales (Serpih) 20-2.000

Quartz (Kwarsa) 500-800.000 Sand (Pasir) 1-1.000

Calcite (Kalsit) 1x1012

-1x1013

Clay (Lempung) 1-100

Rock salt (Garam batu) 30-1x1013

Groundwater (Airtanah) 0,5-300

Granite (Granit) 200-100.000 Sea water (Air asin) 0,2

Andesite (Andesit) 1,7x102-45x10

4 Magnetite (Magnetit) 0,01-1.000

Basalt (Basal) 200-100.000 Drygravel (Kerikil

kering) 600-10.000

Limestones (Gampimg) 500-10.000 Alluvium (Aluvium) 10-80

Sandstones (Batupasir) 200-8.000 Gravel (Kerikil) 100-600

Breksi 75-200 Silt (Lanau) 10-200

Marls (Batulumpur) 3-70 Tufa Vulkanik 20-100

Konglomerat 2x103-10

4 Lava 100-500x10

4

Tabel 5. Resistivitas batuan dan biji mineral (Milsom, 2003).

Material resitivitas (Ohm meter) Material resitivitas (Ohm meter)

Topsoil 50-100 Graphitic schist 10-500

Loose sand 500-5000 Slates (Batu tulis) 500-500.000

Gravel (Kerikil) 100-600 Quartzite (Kwarsit) 500-800.000

Clay (Lempung) 1-100 Pyrite (Pirit) 0,01-100

Weathered bedrock 100-1000 Pyrrhotite 0,001-0,01

Sandstone (Batupasir) 200-8.000 Chalcopyrite 0,005-0,1

Limestone (Gamping) 500-10.000 Galena 0,001-100

Greenstone 500-200.000 Sphalerite 1000-

1.000.000

Gabbro 100-500.000 Magnetit 0,01-1.000

Granite (Granit) 200-100.000 Cassiterite 0,001-10.000

Basalt (Basal) 200-100.000 Hematit 0,01-

1.000.000

Page 70: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

48

J. Hubungan Parameter Geolistrik dengan Parameter Gerakan Tanah

Umumnya batuan menghambat arus listrik dan kebanyakan batuan penyusun

kerak bumi merupakan senyawa ionik atau kovalen. Setiap batuan dalam

kerak bumi memiliki pori-pori yang biasanya terisi oleh fluida terutama air.

Air dalam pori tersebut mengandung larutan garam atau zat-zat kimia

sehingga bersifat elektrolit dan besaran yang menyangkut pori-pori ini disebut

porositas. Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume pori

(ruang pori) dengan volume total batuan.

atau (40)

Dimana Vp merupakan volume pori, Vm merupakan volume matrix, V

merupakan volume total batuan, dan merupakan porositas.

Persamaan Archie I menyangkut hubungan antara tahanan jenis batuan dengan

pori-pori dan cairan yang mengisinya ditulis dalam bentuk matematika:

ρ = a ρw -m

(41)

Dimana ρ merupakan tahanan jenis batuan, ρw merupakan tahanan jenis cairan

yang terkandung dalam pori batuan (Ω-m), merupakan porositas, a

merupakan tetapan empiris yang mencirikan karakter batuan, dan m

merupakan tetapan empiris yang mencirikan karakter sementasi.

Kisaran harga porositas suatu benda dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

Page 71: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

49

Tabel 6. Kisaran porositas batuan sedimen (Todd, 1961).

Jenis bahan sedimen Porositas (%)

Tanah/Soil 50-60

Lempung/Clay 45-55

Lanau/Silt 45-50

Pasir sedang kasar 35-40

Pasir ukuran sama 30-40

Pasir halus-sedang 30-35

Kerikil 30-40

Kerikil dan pasir 20-30

Batu pasir/breksi 10-20

Batu serpih 1-10

Batu kapur/Gamping 1-10

K. Metode MASW (Multichannel Analysis of Surface Wave)

Metode ini merupakan metode yang memanfaatkan fenomena dispersi

gelombang permukaan yang bertujuan untuk mengevaluasi karakter suatu

medium solid. Secara garis besar metode ini akan mengukur variasi kecepatan

gelombang permukaan seiring dengan bertambahnya kedalaman. Panjang

gelombang berhubungan dengan kedalaman, panjang gelombang akan

berkurang seiring bertambahnya kedalaman. Pengukuran metode ini

membutuhkan sumber seismik pasif dan atau aktif untuk menghasilkan

gelombang permukaan dengan 12 sampai 24 geophone. Geophone tersebut

akan menerima dan mengukur hasil rekaman yang ditimbulkan pada beberapa

jarak dari sumber getaran, dimana tiap geophone mengandung banyak

gelombang permukaan dengan masing-masing panjang gelombang yang

berbeda-beda. Metode ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan

metoda seismik lainnya antara lain:

1. Non ekspolsif, sehingga tidak merusak lingkungan.

Page 72: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

50

2. Lebih murah dikarenakan tidak diperlukan pengeboran.

3. Peralatannya mudah dibawa dengan tenaga manusia.

4. Dapat digunakan survei dangkal maupun mencapai ratusan meter.

5. Mudah dalam menentukan persebaran nilai rata-rata VS30 untuk

menentukan jenis tanah.

Metode MASW terbagi menjadi dua jenis yaitu metode MASW aktif dan

pasif. Perbedaan dari kedua metode ini terletak pada sumber gelombang yang

digunakan, pada MASW aktif sumber gelombang yang digunakan harus

memiliki frekuensi yang tinggi yaitu dapat berupa palu atau weightdrop.

Sedangkan metode MASW pasif menggunakan sumber dengan frekuensi

rendah seperti pasang surut air laut, lalu lintas kendaraan ataupun kerumunan

pejalan kaki.

Gambar 18. Gambaran umum survei metode MASW (Park dkk, 1999).

Page 73: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

51

Gambar 19. Skema survei lapangan metode MASW aktif (Park dkk, 1999).

Gambar 20. Metode MASW pasif remote (Park dkk, 2004: 2005).

Gambar 21. Metode MASW pasif roadside (Park dan Miller, 2005).

Konfigurasi remote digunakan untuk survei 1D. Konfigurasi geophone disusun

berbentuk simetris misalnya lingkaran, silang, persegi atau segitiga.

Sedangkan konfigurasi roadside dapat digunakan untuk survei 2D, dimana

Page 74: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

52

metode ini memanfaatkan gelombang permukaan yang dihasilkan dari lalu

lintas lokal. Hasilnya mungkin kurang akurat dibandingkan dengan metode

remote, namun konfigurasi ini paling mudah digunakan dalam survei

dikarenakan tidak memerlukan banyak ruang untuk konfigurasi geophone nya.

L. Jenis-jenis Gelombang Seismik

1. Gelombang Badan (Body Waves)

Gelombang badan merupakan gelombang yang menjalar melalui bagian

dalam bumi atau disebut juga free wave karena dapat menjalar ke segala

arah di dalam bumi. Gelombang badan terdiri dari gelombang primer (P)

dan gelombang sekunder (S).

1.1. Gelombang Primer (P)

Gelombang ini disebut juga gelombang kompresi atau gelombang

longitudinal jika arah pergerakan partikel tersebut sejajar dengan arah

penjalaran gelombang. Gelombang ini memiliki kecepatan rambat

paling besar dibandingkan dengan gelombang seismik lain serta dapat

melalui medium padat, cair dan gas. Kecepatan rambat gelombang P

(VP) adalah:

VP = (42)

Dimana K merupakan modulus bulk (inkompresibilitas), μ

merupakan modulus geser dan ρ merupakan densitas.

Page 75: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

53

1.2. Gelombang Sekunder (S)

Gelombang ini disebut juga sebagai gelombang geser (shear) jika

memiliki pergerakan partikel tegak lurus dengan arah penjalaran

gelombang. Kecepatan rambat gelombang S (VS) adalah:

VS = (43)

Dimana μ merupakan modulus geser dan ρ merupakan densitas. Pada

cairan atau gas modulus gesernya adalah nol sehingga gelombang S

tidak bisa merambat dalam medium tersebut (Brown, 2005 dalam

Nasution, 2016).

2. Gelombang Permukaan

Gelombang permukaan merupakan gelombang seismik yang merambat

secara paralel ke permukaan bumi tanpa adanya penyebaran energi ke

dalam interior bumi. Amplitudonya akan berkurang secara eksponensial

terhadap kedalaman, dan kebanyakan energi merambat pada daerah

dangkal yang setara dengan satu panjang gelombang (Ariestianty, 2010

dalam Nasution, 2016).

Perambatan gelombang dipengaruhi oleh sifat bagian lapisan yang

terbatasi. Pada metode MASW, gelombang permukaan dimanfaatkan

untuk menentukan profil kecepatan gelombang S pada tanah. Gelombang

permukaan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1.1. Gelombang Rayleigh

Merupakan gelombang yang pergerakannya merupakan gabungan

dari getaran transversal dan longitudinal sehingga menimbulkan

Page 76: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

54

pergerakan partikel berbentuk elips. Kecepatan gelombang Rayleigh

dalam medium homogen lebih kecil bila dibanding dengan kecepatan

gelombang geser. Jika terdapat variasi sifat elastik terhadap

kedalaman, gelombang Rayleigh akan terdispersi, dimana panjang

gelombang yang berbeda akan merambat dengan kecepatan berbeda.

Amplitudo gelombang Rayleigh akan berkurang dengan

bertambahnya kedalaman (Gambar 22). Kecepatan gelombang

Rayleigh dirumuskan sebagai berikut :

VR = 0.92 (44)

Gambar 22. Amplitudo gelombang Rayleigh berkurang terhadap

kedalaman (Hartantyo, 2010).

Gelombang Rayleigh dicirikan dengan amplitudo yang besar dan

frekuensi yang kecil. Jenis-jenis yang berbeda dari gelombang

direkam dengan menggunakan susunan multichannel termasuk

gelombang datang dan gelombang pantul, fundamental dan mode

tinggi dari gelombang Rayleigh, gelombang udara, penghamburan dan

ambient noise. Sifat dispersi dari jenis-jenis gelombang digambarkan

melalui perubahan 2D gelombang di lapangan menjadi gambar

dispersi. Gangguan yang pasti dari gelombang di lapangan adalah

Page 77: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

55

seperti hamburan kembali gelombang permukaan dan beberapa jenis

gelombang badan disaring selama perubahan ini. Dari gambar

dispersi, sebuah kurva dispersi dari modus dasar gelombang

Rayleigh dipilih kemudian diinversi untuk profil 1D kecepatan

gelombang S. Gelombang Rayleigh merupakan jenis gelombang

permukaan yang dapat mencitrakan struktur bawah permukaan

dengan mudah yang diaplikasikan pada karakterisasi geoteknik.

Sebab, gelombang Rayleigh mempunyai sifat yang unik yaitu setiap

perambatan gelombang yang melewati batas lapisan material bumi

akan mengalami dispersi (Wijaya, 2003 dalam Sholihan, 2009).

Selain itu efek dari gelombang Rayleigh sangat besar, bila kekuatan

sumber atau source diterapkan di permukaan tanah. Gelombang

Rayleigh mencapai 67% dari energi total yang dihasilkan oleh

sumber. Oleh karena itu, gelombang Rayleigh sangat baik digunakan

untuk mengidentifikasi masalah struktur tanah karena pengurangan

energi dalam perambatannya lebih rendah dari jenis gelombang

seismik lainnya (Santosa, 2002 dalam Sholihan, 2009).

Gambar 23. Pola pergerakan partikel gelombang Rayleigh (Lowrie,

2007 dalam Sholihan, 2009).

Page 78: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

56

Gambar 24. Sifat penetrasi partikel gelombang Rayleigh (Rosyidi, 2006).

Gambar 24 menjelaskan bahwa panjang gelombang pendek dengan

frekuensi tinggi hanya merambat pada permukaan yang dangkal,

sedangkan gelombang yang lebih panjang dengan frekuensi rendah

akan merambat lebih dalam.

1.2. Gelombang Love

Gelombang ini merupakan gelombang permukaan yang hanya terjadi

pada kondisi stratigrafi khusus, dimana kecepatan geser pada lapisan

teratas lebih kecil dari lapisan bawahnya dan pergerakan partikelnya

memotong arah rambat dan paralel terhadap permukaan bebas.

Gelombang ini juga merupakan hasil polarisasi gelombang S dalam

arah horizontal. Gelombang tersebut tidak dapat terjadi pada medium

homogen dan pada medium berlapis gelombang love terdispersi,

dimana kecepatannya cenderung kepada kecepatan geser pada lapisan

teratas pada frekuensi tinggi dan cenderung kepada kecepatan geser

pada lapisan bawah pada frekuensi rendah.

Page 79: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

57

Gambar 25. Gelombang Love (Shearer, 2009).

M. Metode Gelombang Permukaan

Metode gelombang permukaan merupakan metode karakterisasi seismik yang

berdasarkan analisis dispersi geometrik dari gelombang permukaan, dimana

distribusi vertikal modulus geser dinamik suatu lapisan bawah permukaan

dapat diperoleh dengan metode ini. Prosedurnya terdiri dari estimasi sifat

dispersi suatu daerah, dan kemudian menginversi data-data tersebut untuk

mengestimasi sifat bawah permukaan. Hasil yang didapatkan merupakan

profil vertikal dari kecepatan gelombang geser.

Gambar 26. Profil vertikal dari gelombang geser (Rosyidi, 2006).

Gelombang permukaan merupakan gelombang seismik yang merambat secara

paralel ke permukaan bumi tanpa adanya penyebaran energi ke dalam interior

bumi. Amplitudonya akan berkurang secara eksponensial terhadap kedalaman,

Page 80: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

58

dan kebanyakan energi merambat pada daerah dangkal yang setara dengan

satu panjang gelombang. Gelombang permukaan Rayleigh sering menjadi hal

yang dominan pada rekaman data seismik yang menyebarkan energi kesemua

arah. Hal ini disebabkan energinya lebih banyak dan penyebaran secara

geometri lebih rendah dari gelombang badan (Mufida, 2013).

N. Dispersi Gelombang Rayleigh

Gelombang seismik merambat secara mekanik ke dalam medium berlapis

bumi yang merupakan gelombang elastis atau mekanis yang ditimbulkan

akibat regangan medium elastis. Berdasarkan sistem penjalarannya,

gelombang seismik dibagi menjadi dua bagian yaitu gelombang badan dan

gelombang permukaan (Sholihan, 2009). Gelombang permukaan ini

digunakan untuk estimasi kecepatan gelombang geser sebagai fungsi

kedalaman, dimana selanjutnya nilai gelombang geser ini dapat digunakan

untuk mengetahui sifat (porositas, densitas, saturasi air dan jenis batuan)

struktur bawah permukaan.

Pembuatan kurva dispersi gelombang Rayleigh dapat dilakukan dengan cara

mengkroskorelasikan gelombang Rayleigh pada fungsi frekuensi yang

terdeteksi geophone dengan jarak sebesar D meter.

Gy1y2 = Y1(f) * Y2 (45)

Dimana * menandakan kompleks konjugat. Estimasi selanjutnya berupa

perbedaan sudut θ (f) dan t (f) waktu yang dibentuk oleh penjalaran kedua

gelombang Rayleigh dengan pendekatan persamaan

θ y1y2 = tan-1

(46)

Page 81: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

59

t (f) = θ y1y2 / 2 π f (47)

dimana θ y1y2 (f) merupakan perbedaan sudut dan t(f) waktu penjalaran

gelombang. Selanjutnya dilakukan estimasi kecepatan sudut gelombang

Rayleigh dengan menggunakan persamaan berikut:

VR (f) = (48)

Dimana VR (f) merupakan kecepatan sudut gelombang Rayleigh, D

merupakan jarak geophone dan t(f) merupakan waktu rambat gelombang.

Kecepatan sudut gelombang Rayleigh jika dibuat grafik sebagai fungsi dari

frekuensi, nampak seperti pada Gambar 27. Grafik yang demikian, sering kali

disebut sebagai dispersi gelombang Rayleigh atau kurva dispersi.

Gambar 27. Grafik kecepatan sudut gelombang Rayleigh sebagai fungsi

frekuensi (Sholihan, 2009).

O. Tranformasi Fourier

Merupakan metode untuk analisis spektral dengan tujuan agar sinyal yang

diperoleh dalam domain waktu merubah menjadi domain frekuensi. Hal ini

dilakukan karena perhitungan lebih mudah dalam domain frekuensi

dibandingkan dengan domain waktu. Selain itu, fenomena geofisika berkaitan

Page 82: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

60

erat dengan frekuensi, sehingga frekuensi menjadi parameter penting dalam

menjelaskan fenomena-fenomena tersebut. Transformasi Fourier adalah dari

sebuah fungsi f(t) didefinisikan sebagai berikut:

F (ω) = e-iωt

dt (49)

Dimana: ω = 2 π f (variabel frekuensi sudut dengan satuan radian per detik)

Invers dari transformasi Fourier dinyatakan sebagai:

f (t) = e-iωt

dω (50)

Kedua fungsi tersebut, f (t) dan F (ω) merupakan pasangan transformasi

Fourier yang dinyatakan dengan:

f (t) ⟺ F (ω) (51)

Secara umum spektral merupakan fungsi kompleks yang dapat dinyatakan

dalam dua bentuk berikut:

Penjumlahan bagian riil dan imajiner

e iωt

= cos ωt + i sin ωt (52)

Dimana ω = 2 π f

e i2πft

= cos 2 π f t + i sin 2 π f t (53)

Sehingga,

F (ω) = e-iωt

dt (54)

F (ω) = cos (2 π f t) dt-i sin (2 π f t) dt (55)

F (ω) pada kompleks spektrum atau kompleks densitas dari F (t) adalah:

F (ω) = Re [F(ω)]+i lm [F (ω)] atau (56)

F (ω) = A (ω) eiϕ(ω)

(57)

Dimana:

( ) = | ( )| = (58)

Page 83: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

61

(ω) = tan-1

(59)

Kemudian dilakukan transformasi phi-omega untuk memperoleh kecepatan

sebagai fungsi dari frekuensi.

(∅, ) = (60)

Dengan F (ω) merupakan spektral, Re (ω) merupakan variabel riil, lm(ω)

merupakan variabel imajiner, A(ω) merupakan spektrum amplitudo, (ω)

merupakan spektrum fase, ω merupakan frekuensi sudut (rad/s) dan f

merupakan frekuensi (Hz). Maka akan menghasilkan spektrum kurva dispersi

yang menunjukan berbagai frekuensi dengan kecepatan fase yang berbeda.

P. Modulus Geser

Kecepatan gelombang geser (VS), modulus geser (G) dan rasio redaman (D)

merupakan parameter yang penting dan diperlukan dalam analisis respon

dinamik tanah. Penentuan parameter dinamik tanah ini dapat dilakukan dari

pengujian lapangan dengan metode seismik seperti cross-hole, down-hole,

spectral analysis of surface wave (SASW) dan multichannel analysis of

surface wave (MASW). SASW dan MASW merupakan metode seismik non-

destruktif yang merekam perambatan gelombang permukaan (gelombang

Rayleigh). Sifat kekakuan tanah dapat dinilai dari kecepatan gelombang

gesernya, dimana keduanya menunjukkan hubungan yang elastik linier.

Semakin besar nilai kecepatan gelombang geser, maka akan semakin besar

juga nilai kekakuan tanahnya atau semakin keras dan padat. Kecepatan

gelombang geser hanya berkaitan dengan kekakuan geser dari struktur tanah,

sedangkan pengaruh tingkat kejenuhan tanah pada kecepatan gelombang

Page 84: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

62

geser lebih terkaitan dengan kepadatan tanah. Semakin rendah tingkat

kejenuhan tanah, maka akan semakin tinggi nilai VS dan G. Perambatan

getaran selama gempabumi berlangsung/terjadi dapat menyebabkan tegangan

geser siklik pada elemen tanah. Modulus geser tanah adalah merupakan salah

satu parameter tanah yang harus diketahui untuk menjalarkan getaran akibat

gempabumi. Parameter dinamis tanah modulus geser dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan berikut ini:

G max = ρ. VS (61)

Dimana G max merupakan modulus geser, ρ merupakan kerapatan massa dan

VS merupakan kecepatan gelombang geser. Berdasarkan persamaan tersebut

di atas dan dengan menggunakan nilai VS yang diperoleh dari metode MASW,

nilai G untuk masing masing lokasi dapat ditentukan.

Page 85: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan

Januari 2016 di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)

Bandung dan di Laboratorium Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik

Universitas Lampung, Bandar Lampung yang berjudul tentang “Pendugaan

Bidang Gelincir Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis,

MASW, dan Data Mekanika Tanah di Desa Cimuncang Kec. Malausma

Kab. Majalengka”.

B.

Gambar 28. Lokasi Penelitian.

Page 86: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

64

Adapun jadwal kegiatan penelitian yang diperlihatkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jadwal kegiatan penelitian.

Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan

Bulan

Nov

2015

Des

2015

Jan

2016

Feb

2016

Mar

2016

Apr

2016

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi literatur

Pengumpulan dan input

data

Pengolahan data

Analisis data

Pembuatan laporan

B. Alat dan Bahan

Data penelitian ini terdiri dari 3 jenis data yaitu data geolistrik dan MASW

(Multichannel Analysis of Surface Wave) yang merupakan data primer serta

data mekanika tanah yang merupakan data sekunder. Ketiga data ini

diperoleh dari Badan Geologi Kementrian ESDM, Pusat Vulkanologi dan

Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung Sub Bidang Gerakan Tanah

pada tahun 2015.

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. 1 set alat resistivitymeter.

2. 1 set alat Oyo McSeis seismik beserta 24 geophone, palu dengan berat 5 kg

dan plat besi berukuran 10x15 cm

3. Garmin GPSMap 76CSx, aki 12 volt, dan meteran.

4. Buku Pengamatan Data Geolistrik dan Pulpen.

5. Laptop dan peta geologi lembar Tasikmalaya.

Page 87: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

65

6. Software Res2dinv, Surfer 10, Software MapInfo, Arcgis 10, Geoslope

2004, Seismager Pickwin, Seismager WaveEq, Seismager GeoPlot, Global

Mapper, Software Rockwock 14, Microsoft Excel 2007, dan Software

Notepad ++.

Gambar 29. 1 set alat resistivitymeter.

Gambar 30. 1 set alat Oyo McSeis beserta proses akuisisi data MASW.

Page 88: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

66

C. Diagram Alir

Adapun diagram alir dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 31. Diagram alir.

Mulai

Pengolahan data excel

(K dan ρ)

Pemodelan 2D

Res2Dinv

Analisis

Selesai

Akuisisi data

Survei Lapangan

Pemodelan 3D Rockwock

Lintasan 2 dan 3

SIMPULAN

Akuisisi data

Geolistrik( ∆V dan I)

Akuisisi data MASW

(sg2/.dat)

Pengambilan sampel

tanah

Edit geometri Pemodelan Geoslope

Lintasan 1 dan 4

Analisis CMP Cross

Correlation dan Mengubah

ke domain frekuensi

Picking kecepatan fase

Analisis kurva dispersi

Pemodelan awal dan inversi

Hasil uji

laboratorium

Model FK

lereng

Model 2D

Model 3D

Data

resistivitas

Data pengukuran

MASW

Model 2D

Page 89: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

67

D. Prosedur Pengolahan data

Pada pengolahan ini, data yang digunakan yaitu data geolistrik, MASW, dan

juga data mekanika tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam pengolahan

datanya, yaitu sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Geolistrik

Pengolahan data geolistrik tahanan jenis 2D dilakukan dengan

menggunakan software microsoft excel dan Res2dinv serta pengolahan

data geolistrik tahanan jenis 3D dilakukan dengan menggunakan software

Rockwock14. Adapun tahapan pengolahan datanya, yaitu sebagai berikut:

1.1. Buka software microsoft excel kemudian masukkan nilai arus dan

potensial yang terukur. Kemudian cari nilai faktor geometri (k)

konfigurasi Wenner-Schlumberger dengan rumus k = π n (n+1) a.

Selanjutnya mencari nilai apparent resistivity (ρ) dengan rumus:

(63)

1.2. Susun data hasil pengukuran sebelum disimpan dalam format *.dat

ke dalam notepad. Dan perlu diketahui bahwasannya 6 kolom

pertama itu menandakan nama lintasan, jarak antar elektroda, jenis

konfigurasi, jumlah titik datum, elektroda pertama, dan nilai patok

untuk resistivitas. Copy data tersebut ke notepad dalam format *.dat.

Page 90: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

68

Gambar 32. Penyimpanan data dalam bentuk *dat.

1.3. Buka software Res2dinv lalu klik menu file, kemudian pilih read

data file, masukkan data lintasan yang akan di jalankan (*.dat) dan

input datanya kemudian oke. Pilih menu “inversion” dan pilih “least

square inversion”.

Gambar 33. Hasil awal inversion.

1.4. Untuk meminimalkan error, pilih menu “edit” kemudian pilih

“exterminate bad datum points” lalu klik bagian yang menunjam.

Page 91: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

69

Gambar 34. Tampilan datum point.

1.5. Kemudian pilih display lalu pilih show inversion result, lalu Klik

file > pilih “read file with inversion results”. Klik “change display

settings”,pilih “number of sections displayed” kemudian centang

pada kolom “display 1 sections”. Pada “select tipe of contour

intervals” pilih “logarithmic contour intervals. Dan untuk

menampilkan hasil penampang setelah iterasi klik display section

lalu display data and model section. Kemudian pilih include

topography in model display dan ketika muncul logaritmic pilih

Oke.

Gambar 35. Hasil inversi 2D dengan topografi.

Page 92: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

70

1.6. Buka Software Surfer kemudian klik menu “Grid”, lalu pilih “Data”.

Lalu lakukan proses gridding untuk melihat peta lokasi survei, yang

akan digunakan sebagai dasar untuk membuat dimensi bidang

pemodelan 3D. Klik “Map” dan pilih “Limits”, kemudian akan

muncul koordinat minimum dan maksimum yang akan digunakan

untuk membuat dimensi pemodelan 3D pada langkah berikutnya.

Kemudian buka Software Res2dinv sampai ketahap hasil seperti

gambar dibawah ini.

Gambar 36. Simpan dalam format XYZ.

1.7. Setelah tampil seperti gambar diatas, kemudian klik menu “File”,

pilih “Save data in XYZ format” lalu Oke, tuliskan nama file yang

diinginkan di kolom “File Name” klik “Save”. Buka Software

ms.excel , kemudian buka file yang berformat “XYZ”. Setelah itu

pilih file yang akan dibuka kemudian klik “open”, lalu pilih type file

“Fixed Width” dan klik “Next”. Kemudian atur batas kolom dengan

menggeser batasnya, kemudian klik “Finish”. Lalu susun nilai

conductivity dan resistivity berdasarkan kedalaman dan nilai X yang

sama. Buat borehole dengan membuka ms excel, kemudian

membuka file koordinat elektroda.

Page 93: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

71

1.8. Buka Software Rockwork, kemudian klik menu “Project” pilih

“New”, klik “Ok”.

Gambar 37. Tampilan awal software rockwock.

1.9. Membuat borehole pada software Rockwork dengan cara

memasukkan Nama borehole, koordinat, ketinggian dan kedalaman.

Kemudian pilih menu “P-Data(Point)”, Klik tombol kanan pada

mouse atau touchpad pilih “Show Column Names dialog.”. Untuk

penambahan atau pengurangan baris dengan cara klik tombol kanan

pada mouse atau touchpad, pilih “Insert a Row” atau “Delete a

Row”. Selanjutnya masukan nilai “Depth (kedalaman)”,

“Conductivity”, dan “Resistivity”. Nilai tersebut berdasarkan

borehole masing-masing, kemudian save data tersebut. Lakukan

pengisian nilai koordinat minimum dan maximum, serta interval

yang akan digunakan untuk membuat dimensi suatu bidang 3D.

kemudian klik “Scan All Borehole”. Kemudian klik menu “P-Data”

pilih “Model” atau klik menu “P-Data” pilih “Fence”.

Page 94: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

72

Gambar 38. Tampilan awal “P-Data” model.

1.10. Klik “Solid Model Name”, kemudian klik “Save” untuk menyimpan

model tersebut. Klik “P-Data Track” pilih Resistivity atau

Conductivity, kemudian klik “Continue” untuk melanjutkan ke

proses berikutnya.

Gambar 39. Hasil 3D “P-Data” model.

1.11. Klik kanan pada tombol mouse atau touchpad, pilih “Resistivity

Model”, “Options”, kemudian klik “P-Data” lalu pilih Fence yang

langkah selanjutnya hampir sama dengan yang diatas. Kemudian

klik continue, klik kedua ujung titik pengukuran yang bersilangan,

lalu klik continue lagi.

Page 95: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

73

Gambar 40. Hasil 3D “P-Data” fence.

2. Pengolahan Data MASW

Adapun tahapan yang dilakukan pada pengolahan data metode MASW ini

terdiri dari beberapa tahapan dengan menggunakan software McSEIS

Seismager pickwin, WaveEq, dan GeoPlot. Pengolahan data dibagi

menjadi dua tahap, yaitu penentuan kurva dispersi dengan menggunakan

Pickwin dan inversi untuk analisis gelombang geser menggunakan

WaveEq dan GeoPlot. Adapun langkah – langkah dalam pengolahan data,

yaitu sebagai berikut:

2.1. Buka software McSEIS Seismager pickwin, pilih no data aquisition

lalu oke. kemudian klik Group File List-Make File List, open data,

lalu oke.

Page 96: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

74

Gambar 41. Tampilan awal Pickwin.

2.2. Kemudian klik Group File List-Set up geometry, lalu oke.

Gambar 42. Edit geometri.

2.3. Selanjutnya klik Group File List-Set up geometry lalu klik Surface

wave analysis, pilih Make CMP gather file (2D), lalu oke.

Gambar 43. CMP Cross Correlation (CMPCC) gathers.

Page 97: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

75

2.4. Klik Surface wave analysis pilih Phase velocity-frequency

transformation, hal ini dilakukan untuk memperoleh spektrum kurva

dispersi mode dasar. Kemudian pilih frekuensi dan kecepatan fasa

yang akan digunakan.

Gambar 44. Kontur kecepatan fase terhadap frekuensi.

2.5. Klik Surface wave analysis pilih Show phase velocity curves (2D).

Kemudian buka software WaveEq pilih Dispersion curves lalu delete

low quality data dan delete higher mode.

Gambar 45. Kurva dispersi hasil picking.

2.6. Kemudian klik MASW 2D lalu pilih Initial Model dan oke.

Selanjutnya klik Inversion (2D all data), pilih iterasi yang akan

digunakan lalu oke.

Page 98: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

76

Gambar 46. Proses model iterasi.

2.7. Kemudian klik MASW 2D lalu pilih Show 2D velocity

model(launches GeoPlot). Lalu buka software GeoPlot kemudian

pilih File lalu simpan dalam format XYZ file.

Gambar 47. Hasil model kecepatan gelombang S dua dimensi.

3. Pengolahan Data Mekanika Tanah

Adapun tahapan pada pengolahan data mekanika tanah dilakukan dengan

menggunakan software Geoslope 2004. Langkah-langkah dalam

pengolahan datanya, yaitu sebagai berikut:

Page 99: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

77

3.1. Pembuatan Model Lereng

Buka software GeoStudio 2004, lalu pilih Create a Slope/W analysis

kemudian klik KeyIn guna memilih metode irisan yang akan

digunakan dengan cara memilih analysis setting. Kemudian pada

tahap ini juga akan dilakukan pemasukkan material properties dan isi

parameter yang diperlukan seperti unit weight, kohesi serta phi.

Selanjutnya klik set-page guna untuk mengatur ukuran skala, grid

dan bentuk model lereng yang akan dibuat dengan cara memilih set-

scale lalu pilih set-grid, pilih set-axes, kemudian oke dan simpan.

Kemudian untuk menggambar bentuk lereng yang diinginkan klik

Sketch line lalu pilih Line Thicknes. Kemudian klik Draw-region,

Draw-pore-water pressure-all-draw (jika dilokasi penelitian

ditemukan muka air tanah).

3.2. Penentuan Faktor Keamanan Lereng

Pada tahapan ini langkah selanjutnya yaitu klik draw-slipe surface-

entry and exit, lalu pilih Verivy-done kemudian klik Solve-start. Dan

terakhir klik countur.

Gambar 48. Hasil pemodelan nilai faktor keamanan lereng.

Page 100: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan pemodelan geolistrik 2D dan 3D diperoleh nilai distribusi

tahanan jenis untuk keempat lintasan yaitu berkisar antara 6-200 Ωm yang

diduga mempunyai tiga lapisan yaitu lapisan dengan nilai tahanan jenis

<25 Ωm diduga merupakan lapisan lempung, nilai tahanan jenis 25-75 Ωm

diduga merupakan lapisan tufa, dan nilai tahanan jenis >75 Ωm diduga

merupakan lapisan breksi tak terkonsolidasi.

2. Berdasarkan pemodelan MASW 2D dan 3D lintasan 2 dan lintasan 3

diperoleh nilai distribusi kecepatan gelombang S (VS) 40-500 m/s dengan

rincian nilai VS 40-183 m/s diduga merupakan lapisan tanah lunak, nilai

VS 183-366 m/s diduga merupakan lapisan tanah kaku, dan nilai VS 366-

500 m/s diduga merupakan lapisan tanah padat dan batuan lunak.

3. Lapisan yang diduga menjadi kontak bidang gelincir berdasarkan

pemodelan geolistrik yaitu kontak antara lapisan lempung dengan lapisan

tufa dan berdasarkan pemodelan MASW yaitu kontak antara lapisan tanah

lunak dengan lapisan tanah kaku.

Page 101: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

106

4. Kedalaman kontak bidang gelincir berdasarkan pemodelan geolistrik pada

lintasan 1, lintasan 2, dan lintasan 3 berada pada kedalaman 5 m di bawah

permukaan sedangkan pada lintasan 4 berada pada kedalaman 7 m di

bawah permukaan. Kedalaman kontak bidang lemah atau bidang gelincir

berdasarkan pemodelan MASW lintasan 2 dan lintasan 3 berada pada

kedalaman 5 m.

5. Jenis lapisan batuan pada daerah penelitian untuk keempat lintasan yaitu

lapisan lempung, tufa, dan breksi tak terkonsolidasi dengan pola lapisan

pada lintasan 1 merupakan pola lapisan dengan kemiringannya searah

dengan kemiringan lereng, dan besarnya kemiringan lapisan sama dengan

kemiringan lereng. Sedangkan lintasan 2, lintasan 3, dan lintasan 4

merupakan pola lapisan dengan kemiringannya yang searah dengan

kemiringan lereng, dimana kemiringan lapisan lebih besar dari kemiringan

lereng.

6. Pemodelan kestabilan lereng menggunakan software Geoslope

menunjukkan nilai Faktor Keamanan (FK) lereng sebesar 1,261 pada

lintasan 1 yang menandakan lereng tersebut relatif stabil dan nilai Faktor

Keamanan (FK) lereng sebesar 0,980 pada lintasan 4 yang menandakan

lereng tersebut labil.

Page 102: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

107

B. Saran

Agar hasil penelitian lebih akurat kedepannya, maka dibutuhkan referensi

tambahan seperti penambahan titik pengukuran geolistrik dan MASW serta

data pengukuran GPS guna mengetahui kecepatan pergerakan tanah pada

daerah penelitian.

Page 103: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, N., I. Syafri., dan L. Jurnaliah. 2015. Geomorfologi Daerah

Majalangu dan Sekitarnya, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten

Pemalang, Jawa Tengah. Unpad. Jatinangor.

Athanasius, C. dan A. Solikhin. 2015. Pendugaan Kecepatan Gelombang

Permukaan (VS30) di Pulau Sulawesi Berdasarkan Klasifikasi

Geomorfologi dan Aplikasinya. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi. Bandung.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). 2013. Pantauan Bencana.

http://geospasial.bnpb.go.id/pantauanbencana/data/datalongsorall.php.

Diakses pada hari Kamis, 3 Maret 2016 pukul 09.15 wib. Budhitrisna, T., J.B. Supandjono., H. Panggabean., dan Marino. 1986. Peta

Geologi Lembar Tasikmalaya, Jawa Barat skala 1:100.000. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Chowdhury, R.N. 1978. Slope Analysis. Elsevier Amsterdam.

Irawan, W. 2013. Landslide in Indonesia, Case Study: Malausma Landslide in

Majalengka Region, West Java. Proceedings of the Thematic Session,

49th CCOP Annual Session. Sendai. Japan. Hartantyo, E. dan K.S. Brotopuspito. 2010. Analysis on MASW Near and Far

Offsets at High Vs Velocity Limestone. Submitted to International Conferences of HAGI-SEG Joint Convention. Bali.

Herlin, H.S. dan A. Budiman. 2012. Penentuan Bidang Gelincir Gerakan Tanah

Dengan Aplikasi Geolistrik Metode Tahanan Jenis Dua Dimensi

Konfigurasi Wenner-Schlumberger (Studi Kasus di Sekitar Gedung

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Limau Manis, Padang). Jurnal

Fisika Unand Vol. 1, No.1. Padang.

Loke, M.H. dan R.D. Barker. 1996. Rapid Least-square Inversion of Apparent

Resistivity Pseudosection by A Quasi-Newton Method. Geophysical

Prospecting, Vol. 44.

Page 104: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

109

Martodjojo, S. 1984. Data stratigrafi, pola tektonik dan perkembangan cekungan

pada jalur anjakan lipatan di Pulau Jawa: Kumpulan Makalah Seminar

Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa sejak Akhir Mesozoik hingga

Kuarter. Geology Department. University of Gajah Mada. Halaman 15 –

26.

Milsom, J. 2003. Field Geophysics Third Edition. John Willey and Sons Ltd, 249

p. England. Morgenstern, N.R. dan V.E. Price. 1965. The Analysis of the Stability of General

Slip Surface. Geotechnique, Vol. 15, No.1, pp. 70-93. Mufida, A. 2013. Profiling Kecepatan Gelombang Geser (Vs) Surabaya

Berdasarkan Pengolahan Data Mikrotremor. Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol. 2, No. 2, (2013) 2337-3520.

Nandi. 2007. Longsor. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Nasution, A.H. 2016. Pemetaan Kecepatan Gelombang Geser (VS30) Menggunakan

Metode MASW (Multichannel Analysis of Surface Wave) di Kota Kalabahi Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Park, C.B., R.D. Miller., dan J. Xia. 1999. Multichannel Analysis of Surface

Waves. Geophysics, Vol. 64, No. 3 (May-June 1999); P. 800-808. Park, C.B. dan R.D. Miller. 2005. Seismic Characterization of Wind Turbine Sites

in Kansas by the MASW Method. Kansas Geological Survei. Open File Report 2005-23. Report to Barr Engineering Company. Minneapolis.

Paulus. 2012. Pemodelan 3D Cavity Daerah “X” Dengan Menggunakan Metode

Resistivity Konfigurasi Dipole-Dipole. Skripsi. Program Studi Fisika

FMIPA. Universitas Indonesia. Depok.

Priambodo, I.C. H. Purnomo. N. Rukmana. dan Juanda. 2011. Aplikasi Metoda

Geolistrik Konfigurasi Wenner-Schlumberger Pada Survey Gerakan

Tanah di Bajawa, NTT. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi. Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor

2, Agustus 2011:1-10.

PVMBG. 2014. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Majalengka.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Bandung.

Rahmawati, A. 2009. Pendugaan Bidang Gelincir Tanah Longsor Berdasarkan

Sifat Kelistrikan Bumi Dengan Aplikasi Geolistrik Metode Tahanan

Jenis Konfigurasi Schlumberger (Studi Kasus di Daerah

Karangsambung dan Sekitarnya, Kabupaten Kebumen). Skripsi.

Program Sarjana Sains FMIPA. Universitas Negeri Semarang.

Rosyidi, S.A. 2006. Kajian Metode Analisis Gelombang Seismik Permukaan

Untuk Mengembangkan Teknik Evaluasi Perkerasan Lentur dan Kaku di

Indonesia. Volume 14, No. 13, Edisi 26 (Oktober 2006).

Page 105: PENDUGAAN BIDANG GELINCIR MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/24054/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · i abstrak pendugaan bidang gelincir menggunakan metode geolistrik tahanan

110

Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Institut Teknologi Bandung.

Bandung.

Shearer, M. 2009. Introduction to Seismology Second Edition. Cambridge

University press. New York. USA.

Sholihan, A. dan B.J. Santosa. 2009. Analisis Dispersi Gelombang Rayleigh

Struktur Geologi Bawah Permukaan Studi Kasus: Daerah Pasir Putih

Dalegan Gresik. Jurusan Fisika FMIPA ITS. Surabaya.

Syaeful, H. 2012. Potensi dan Bentuk Bidang Runtuhan pada Lereng Tambang

Terbuka. Prosiding Seminar Geologi Nuklir dan Sumber Daya Tambang.

BATAN. Jakarta.

Telford, W.M., L.P. Geldart., dan R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics Second

Edition. New York: Cambridge University.

Todd. 1961. Groundwater Hydrology. John Willey and Sons, Inc. New York.

Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia (1A). Martinus Nijnhoff,

The Haque. 732 pp.

Wesley, L.D. 2012. Mekanika Tanah Untuk Tanah Endapan dan Residu Edisi I.

Penerbit Andi. Yogyakarta.

Wirakusumah, A.D. 2012. Gunungapi Ilmu dan Aplikasinya. Pusat Survei

Geologi. Bandung.

Zakaria, Z. 2009. Analisis Kestabilan Lereng Tanah. Universitas Padjadjaran.

Bandung.