identifikasi zona bidang gelincir tanah longsor dengan

8
JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 2 AGUSTUS 2011 69 Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan Metode Georadar Deniyatno Jurusan Fisika F.MIPA Universitas Haluoleo Kampus Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari, Sulawesi Tenggara E-mail : [email protected] Abstrak Metode georadar telah digunakan pada penelitian ini untuk menentukan zona bidang gelincir tanah longsor berdaarkan penampang radargram yang dihasilkan dari proses perekaman dilapangan. Survei Georadar dilakukan dengan metode Radar Reflection Profiling(antenna bistatic mode) dengan membawa antena radar (tansmitter dan receiver) bergerak bersamaan pada permukaan tanah pada spasi pengambilan data 1 meter dengan jarak antena 0,1 m dengan frekuensi kerja yang digunakan adalah 100 MHz. Pengolahan serta interpretasi data georadar pada penelitian ini menggunakan piranti lunak pengolah data GPR Reflexw. Pada pemrosesan data kali ini kami gunakan beberapa jenis antara lain gaining, dewow, DC-shift, koreksi statik, bandpass filter (butterworth), background removal, fk migration (Stolt). Hasil penelitian menujukkan kemenerusan pada bidang dengan kontras kecepatan tersebut sebagai bidang kontak antara batupasir kering (v=±0,15 m/ns) dan batulempung (v=±0,06 m/ns) yang diinterpretasikan sebagai kontak batuan yang potensial sebagai zona bidang gelincir dari longsoran, hal ini berkaitan dengan sifat fisis batupasir kering dan batulempung, dimana batulempung lebih mudah menggelincirkan material massif di atasnya. Kata Kunci : Georadar, Tanah Longsor, Bidang gelincir, Reflexw 1. Pendahuluan Perkembangan piranti dan teknologi elektronika dalam beberapa tahun ini, telah melahirkan suatu metode yang relatif baru dalam dunia eksplorasi geofisika, yaitu ground penetrating radar (GPR). Perkembangan piranti elektronika juga mempengaruhi perkembangan piranti radar yang digunakan dalam eksplorasi. Karakterisitik antara radiasi gelombang elektromagnetik pada medium /struktur bumi (diteruskan, dihamburkan, dan dipantulkan) ditentukan oleh kontras parameter fisika, yaitu : permeabilitas magnetik, permitivitas listrik, serta konduktivitas. Pulsa radar diteruskan, dipantulkan dan dihamburkan oleh struktur bawah permukaan dan oleh adanya anomali bawah permukaan. Keunggulan yang dimiliki metode Georadar ini antara lain adalah keakuratannya dalam mendeteksi/memetakan struktur bawah permukaan seperti pecarian pipa, air tanah, fosil arkeologi purbakala, eksplorasi bahan mineral dan sebagainya. Frekuensi gelombang berbanding terbalik dengan daya tembus material (mengikuti persamaan gelombang), sehingga dalam penggunaan sumber gelombang harus dipertimbangkan kedalaman dari objek amatnya. Berdasarkan uraian tersebut, dalam penelitian ini kami memanfaatkan keunggulan metode georadar untuk melihat kontras antara bidang gelincir tanah longsor dengan material longsoran yang ada diatas bidang gelincir dengan mengamati parameter kecepatan gelombang elektromagnetik dalam suatu medium. 2. Dasar Teori Metode Georadar didasarkan atas persamaan Maxwell yang merupakan perumusan matematis untuk hukum-hukum fisika yang mendasari semua fenomena elektromagnetik. Persamaan Maxwell terdiri dari empat persamaan medan, masing-masing dapat dipandang sebagai hubungan antara medan distribusi sumber (muatan atau arus) yang bersangkutan. Persamaan Maxwell yang pertama adalah persamaan yang

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 7 NOMOR 2 AGUSTUS 2011

69

Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan Metode Georadar

Deniyatno

Jurusan Fisika F.MIPA Universitas Haluoleo

Kampus Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari, Sulawesi Tenggara

E-mail : [email protected]

Abstrak

Metode georadar telah digunakan pada penelitian ini untuk menentukan zona bidang gelincir tanah

longsor berdaarkan penampang radargram yang dihasilkan dari proses perekaman dilapangan. Survei

Georadar dilakukan dengan metode Radar Reflection Profiling(antenna bistatic mode) dengan membawa

antena radar (tansmitter dan receiver) bergerak bersamaan pada permukaan tanah pada spasi pengambilan data 1 meter dengan jarak antena 0,1 m dengan frekuensi kerja yang digunakan adalah 100 MHz.

Pengolahan serta interpretasi data georadar pada penelitian ini menggunakan piranti lunak pengolah data

GPR Reflexw. Pada pemrosesan data kali ini kami gunakan beberapa jenis antara lain gaining, dewow,

DC-shift, koreksi statik, bandpass filter (butterworth), background removal, fk migration (Stolt). Hasil

penelitian menujukkan kemenerusan pada bidang dengan kontras kecepatan tersebut sebagai bidang kontak

antara batupasir kering (v=±0,15 m/ns) dan batulempung (v=±0,06 m/ns) yang diinterpretasikan sebagai kontak batuan yang potensial sebagai zona bidang gelincir dari longsoran, hal ini berkaitan dengan sifat

fisis batupasir kering dan batulempung, dimana batulempung lebih mudah menggelincirkan material massif

di atasnya.

Kata Kunci : Georadar, Tanah Longsor, Bidang gelincir, Reflexw

1. Pendahuluan

Perkembangan piranti dan teknologi

elektronika dalam beberapa tahun ini, telah

melahirkan suatu metode yang relatif baru

dalam dunia eksplorasi geofisika, yaitu ground

penetrating radar (GPR). Perkembangan

piranti elektronika juga mempengaruhi

perkembangan piranti radar yang digunakan

dalam eksplorasi.

Karakterisitik antara radiasi

gelombang elektromagnetik pada medium

/struktur bumi (diteruskan, dihamburkan, dan

dipantulkan) ditentukan oleh kontras parameter

fisika, yaitu : permeabilitas magnetik,

permitivitas listrik, serta konduktivitas. Pulsa

radar diteruskan, dipantulkan dan dihamburkan

oleh struktur bawah permukaan dan oleh

adanya anomali bawah permukaan.

Keunggulan yang dimiliki metode Georadar

ini antara lain adalah keakuratannya dalam

mendeteksi/memetakan struktur bawah

permukaan seperti pecarian pipa, air tanah,

fosil arkeologi purbakala, eksplorasi bahan

mineral dan sebagainya. Frekuensi gelombang

berbanding terbalik dengan daya tembus

material (mengikuti persamaan gelombang),

sehingga dalam penggunaan sumber

gelombang harus dipertimbangkan kedalaman

dari objek amatnya.

Berdasarkan uraian tersebut, dalam

penelitian ini kami memanfaatkan keunggulan

metode georadar untuk melihat kontras antara

bidang gelincir tanah longsor dengan material

longsoran yang ada diatas bidang gelincir

dengan mengamati parameter kecepatan

gelombang elektromagnetik dalam suatu

medium.

2. Dasar Teori

Metode Georadar didasarkan atas persamaan

Maxwell yang merupakan perumusan

matematis untuk hukum-hukum fisika yang

mendasari semua fenomena elektromagnetik.

Persamaan Maxwell terdiri dari empat

persamaan medan, masing-masing dapat

dipandang sebagai hubungan antara medan

distribusi sumber (muatan atau arus) yang

bersangkutan. Persamaan Maxwell yang

pertama adalah persamaan yang

Page 2: Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan

JAF, Vol. 7 No. 2 (2011), 69-76

70

menghubungkan medan listrik Ē dengan rapat muatan listrik ρ :

· Ē = ρ/Є0 (1)

dimana Є0 adalah permitivitas listrik untuk

ruang hampa (Є0 = 8,854 x 10-12

C2/N-m

2).

Persamaan ini juga dikenal sebagai persamaan

Gauss dan merupakan turunan dari hukum

Coulomb.

Persamaan Maxwell yang kedua

berasal dari hukkum Biot-Savart-Ampere

mengenai interaksi magnetostatis yang

dinyatakan oleh :

· B = 0 (2)

Dalam persamaan 2 menujukkan tidak

adanya muatan sumber medan yang berupa

medan magnetis B (x).

Persamaan Maxwell yang ketiga adalah :

x Ē = 0 (3)

Persamaan ini menyatakan sifat konservatif

medan elektrostatis.

tt

BE

00B

D

Persamaan yang keempat adalah :

x B = μ Ј (4)

Dimana :

Ē = Medan listrik (volt/m), B = Medan magnet (ohm.meter),

μ = Permeabilitas maagnetik (H), Ј = Rapat arus (ampere/m2

)

Persamaan yang menghubungkan sifat

fisik medium dengan medan yang timbul pada

medium tersebut dapat dinyatakan dengan :

B = μ H

D = Є E

J = σ E = E/ρ

Dimana :

H = Intensitas medan magnet (Ampere/m),

D = Perpindahan listrik (Coulomb/m2)

Є = Permitivitas listrik (Farad/m) σ = Konduktivitas (Ohm- 1/m)

Untuk menyederhanakan masalah,

sifat fisik medium diasumsikan tidak

bervariasi terhadap waktu dan posisi (homogen

isotropis). Maka persamaan Maxwell dapat

ditulis sebagai berikut :

x Ē = - μt

H

t

H

x H = σ Ē + Єt

E

t

E

(5)

· Ē = 0

· H = 0

Persamaan Maxwell ini merupakan

landasan berpikir dari perambatan gelombang

elektromagnet. Pada material dielektrik murni

suseptibilitas magnetik (μ) dan permitivitas listrik (Є) adalah konstan dan tidak terdapat atenuasi dalam perambatan gelombang. Tidak

sama halnya jika kita berhadapan dengan

material dielektrik yang ada.[3][4]

Sifat-sifat dari material bumi

bergantung dari komposisi dan kandungan air

mineral tersebut. Keduanya ini mempengaruhi

cepat rambat perambatan gelombang dan

atenuasi gelombang elektromagnet.

2.1. Energi Yang Hilang dan Atenuasi

Refleksi atau transmisi di sekitar batas

lapisan menyebabkan energi hilang. Jika

kemudian ditemukan benda yang memiliki

dimensi yang sama dengan panjang gelombang

dari sinyal gelombang elektromagnet maka

benda ini menyebabkan penyebaran energi

secara acak. Absorbsi ( mengubah energi

elektromagnet menjadi energi panas ) dapat

menyebabkan energi hilang. Penyebab yang

paling utama hilangnya energi karena atenuasi

fungsi kompleks dari sifat listrik dan

dielektrika media yang dilalui sinyal radar.

Atenuasi tergantung dari konduktifitas,

permeabilitas magnetik, dan permitivity dari

media yang dilalui oleh sinyal dan frekuensi

dari sinyal itu sendiri. Sifat bulk dari material

Page 3: Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan

Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor dengan Metode ........... (Deniyatno.)

71

ditentukan oleh sifat fisik dari unsur pokok

yang ada dan komposisinya.

2.2. Skins Depth

Skin depth adalah kedalaman sinyal

yang telah berkurang menjadi 1/e (37%) dari

nilai awal dan berbanding terbalik dengan

faktor atenuasi. Definisi matematik dari faktor

atenuasi dan skin depth seperti dibawah ini :

xexpE

E

x

o xe

(6)

Eo adalah puncak medan listrik saat

transmisi dan pada jarak x dari titik awal

berkurang menjadi Ex, persamaan tersebut

merupakan perbandingan dari kedua amplitudo

ini.

2

1

2

1

22

2

112

e2

122

11122

2e

DtanL t

1

Keterangan :

= koefisien atenuasi

L = loss factor

= skin depth

2

1

2 2222, pada saat tan D <<1

/31,5 r , dalam mS/m

2.3. Sifat Dielektrik Material Bumi

Sifat dielektrik diberikan oleh

persamaan komplek permitivitas dari material

non-konduktif :

"i' "i'

Jika material memiliki konduktifitas, maka :

os /"i' os /"i'

Persamaan komplek konduktivitas diberikan

oleh persamaan :

oj"i'

2.4. Koefisien Refleksi dan Transmisi

Keberhasilan dari metoda Georadar

bergantung pada variasi bawah permukaan

yang dapat menyebabkan gelombang

tertransmisikan. Perbandingan energi yang

direfleksikan disebut koefisien refleksi (R)

yang ditentukan oleh perbedaan cepat rambat

gelombang elektromagnet dan lebih mendasar

lagi adalah perbedaan dari konstanta dielektrik

relatif dari media yang berdekatan. Hal ini

dapat terlihat pada persamaan berikut :

21

21

VV

VVR

V

V (7)

12

12R12

12 (8)

Dimana :

V1 = cepat rambat geombang

elektromagnet pada lapisan 1

V2 = cepat rambat gelombang

elektromagnet pd lapisan 2 dan

V1 < V2

1 dan 2 = konstanta dielektrik relatif

lapisan 1 dan lapisan 2

Dalam semua kasus, besarnya R terletak

antara -1 dan 1. bagian dari energi yang

ditransmisikan sama dengan 1-R. Persamaan

diatas daplikasikan untuk keadaan normal pada

permukaan bidang datar. Dengan asumsi tidak

ada sinyal yang hilang sehubungan dengan

amplitudo sinyal. Jejak yang terdapat pada

rekaman georadar merupakan konvolusi dari

koefisien refleksi dan impulse georadar

ditunjukkan oleh persamaan :

)t(n)t(F)t(r)t(A nFr (9)

Dimana :

r(t) = koefisien refleksi

A(t) = amplitudo rekaman georadar

F(t) = impulse radar

n(t) = noise radar

Page 4: Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan

JAF, Vol. 7 No. 2 (2011), 69-76

72

Besar amplitudo rekaman georadar r(t) akan

tampak pada penampang rekaman georadar

berupa variasi warna.[2]

3. Metode Penelitian

Pada survei dengan metode GPR

dilakukan dengan metode Radar Reflection Profiling (antenna bistatic mode). Cara ini

dilakukan dengan membawa antena radar

(tansmitter dan receiver) bergerak bersamaan

di atas permukaan tanah dengan jarak

pengambilan sampel 1 meter, dimana. Mode

antena bistatik merupakan seting untuk kedua

antena dengan jarak pemisah tertentu, dalam

survey kali ini seting antena memiliki jarak

pemisah 0, 1 m. Frekuensi kerja yang

digunakan adalah 100 MHz

Gambar 1. Seperangkat peralatan Georadar

Pengolahan serta interpretasi data

georadar menggunakan piranti lunak pengolah

data GPR Reflexw. Pada pemrosesan ini

menggunakan beberapa jenis, antara lain

gaining, dewow, DC-shift, koreksi statik,

bandpass filter (butterworth), background

removal, fk migration (Stolt). Hal ini karena

data radargram yang diperoleh dari lapangan

memiliki data amplitudo yang kecil sehingga

akan membuat perbesaran amplitudo noise

ketika dilakukan filtering. Parameter filter

yang dilakukan dalam pengolahan data

georadar kali ini secara rinci sebagai berikut:

Ø Koreksi Topografi (Trace interpolation)

Koreksi ini adalah untuk meminimalkan

efek topografi disesuaikan dengan elevasi

pengukuran daerah setempat. Dalam

koreksi topografi ini dilakukan dengan

cara memasukkan data topografi

pengukuran ke dalam 3 bentuk koordinat

x, y, z, di mana koordinat x merupakan

trace pengukuran, y (kita nol-kan saja

karena tidak terdapat dalam radargram/non

3D), sedangkan koordinat z adalah

kedalaman penetrasi pada radargram

(dalam hal ini adalah disesuaikan dengan

elevasi). Sehingga dengan memasukkan

koreksi ini, hasil pemrosesan radargram

lebih mendekati keadaan sebenarnya,

walalupun tidak sama benar.

Ø Penguatan (gain) Pada pengambilan data ini terjadi

pelemahan energi sinyal pada batuan

ataupun lapisan tanah karena frekuensi

tinggi diserap lebih cepat dibandingkan

dengan frekuensi rendah dan terjadi juga

spherical divergensi yaitu energi

gelombang yang menjalar berkurang

berbanding terbalik dengan kuadrat dari

sumber dan hal ini sejalan dengan jarak

dan waktu, maka untuk menghilangkannya

dilakukan penguatan kembali amplitudo

yang hilang sehingga seolah-olah di setiap

titik energinya sama. Penguatan sesuai

dengan persamaan :

Cflog20BtAdBGAin CBA

Keterangan :

t = waktu (second)

A = faktor atenuasi

B = faktor spherical divergence

C = faktor konstanta gain

Fungsi ini dicari dengan metoda RMS

yaitu amplitudo dari masing-masing

contoh dikuadratkan kemudian dihitung

nilai RMS-nya pada jendela tertentu.

Pada pemrosesan kali ini, dengan filosofi

penguatan dari persamaan di atas berupa

persamaan linier, maka kami

menggunakan penguatan (gaining) data

dengan linear gain 15 db dalam arah y.

Ø Dewowing (substract-mean) Wow merupakan salah satu noise frekunesi

rendah yang terekam oleh sistem radar.

Hal ini terjadi karena instrumen elektronik

tersaturasi oleh nilai amplitudo besar dari

Page 5: Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan

Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor dengan Metode ........... (Deniyatno.)

73

gelombang langsung dan gelombang

udara. Pada pemrosesan digunakan proses

dewow dengan nilai time window yang

digunakan adalah pada 15 ns.

Ø DC-Shift DC-shift disebut juga zero mean atau

pengurangan dari keberadaan waktu

konstan yang bergeser. Di dalam waktu ini

mencakup rata-rata dihitung untuk masing-

masing trace, sesudah itu dikurangi dari

semua contoh trace masing-masing. Oleh

karena itu, harus dijamin bahwa rata-rata

nilai bersesuaian dalam rentang waktu

konstan tersebut harus dimasukkan dalam

pergeseran.

Ø Koreksi statik

Koreksi digunakan untuk tiap trace, yaitu

sebagai koreksi waktu independen untuk

tiap trace pada arah domain waktu. Pada

proses kali ini ditujukan untuk

menginversi/mengubah kemungkinan nilai

delay time sebenarnya dengan cara

menggeser/shifting. Sehingga pada

Reflexw digunakan jenis koreksi statik

move to negative time untuk tujuan di atas.

Ø Bandpass filter (butterworth)

Jenis filter bandpass ini merupakan jenis

filter yang mudah diaplikasikan karena

hanya memasukkan 2 nilai frekuensi saja,

yaitu frekuensi rendah dan frekuensi

tinggi. Untuk pemerosesan kali ini

dimasukkan nilai frekuensi rendah 25

MHz dan frekuensi tinggi 400 MHz.

Ø Background removal

Filter ini diterapkan terhadap semua trace.

Prinsip filter ini adalah pengurangan dari

suatu trace yang dirata-ratakan dari

rentang waktu yang dipilih. Filter dapat

mengurangi efek noise karena first arrival

yang superposisi dengan shallow diffractor

dan efek elektronik dari alat.

Ø f-k migration (Stolt) Sebuah gabungan fk filter dan migrasi

yang dilakukan cepat untuk profil 2D

setelah Stolt atas dasar kecepatan konstan

yang ada. Migrasi ini bertujuan untuk

menelusur balik energi difraksi dan

refleksi pada sumber sumbernya.

Setelah dilakukan penapisan (filtering) di atas, selanjutnya dibuat model lapisan 2D

dengan Reflexw juga. Model dibuat

berdasarkan hasil picking pada radargram yang

telah melalui filtering.

Proses picking dibuat dalam 2 jenis,

yaitu phase follower picking dan continous picking. Phase follower picking adalah jenis

picking yang dilakukan otomatis mengikuti

phase gelombang yang kita pilih pada awal

pick, selanjutnya komputer akan mengikuti

jenis fase gelombang yang sama. Sedangkan

continous picking adalah jenis picking yang

dilakukan secara kontinyu dengan menarik

garis sesuai yang kita inginkan, tentu saja

berdasarkan pola difraksi atau refleksi yang

terjadi dan sesuai intuisi kita.

Kedua jenis picking tersebut masing-

masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Untuk phase follower, mudah diterapkan pada

radargram yang memiliki phase gelombang

yang seragam, tetapi memungkinkan untuk

membelokkan hasil pick pada phase berbeda

untuk radargram dengan phase gelombang

beragam. Sedangkan continous pick memiliki

kelebihan dan kekurangan sebaliknya dari

phase follower.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil pemrosesan di atas dengan

panjang lintasan georadar 140 meter Spasi

trigger rekaman tiap 1 meter. Hasil radargram

setelah pemrosesan pada gambar 4.

Berdasarkan pemrosesan data yang

telah dibuat, maka kami melakukan

interpretasi sehingga menghasilkan model

lapisan 2D di atas. Model tersebut

didasarkan atas adanya kontras kecepatan

pada radargram. Kontras kecepatan hasil

picking pada masing-masing lapisan

menandakan adanya perubahan jenis

batuan dilihat juga dari kontras amplitude

picking (karena kecepatan berbanding

lurus dengan amplitudo gelombang). Pada

prnrlitian ini mengambil model 3 lapisan

(gambar 6) karena adanya kontras

amplitudo dilihat dari warna yang

mencolok sekali pada radargram.

Page 6: Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan

JAF, Vol. 7 No. 2 (2011), 69-76

74

Gambar 4. Penampang radargram setelah pemrosesan dalam tampilan pointmode

Gambar 5. Penampang radargram setelah pemrosesan dalam tampilan wigglemode

Dari data radargram pada menujukkan

kemenerusan garis serta dari intensitas warna

pada tampilan penampang merupakan citra

dari kuat lemahnya amplitudo. Semakin kuat

intensitas warna semakin kuat amplitudonya,

dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan suatu

kontak litologi Dengan asumsi yang dipakai

bahwa kecepatan gelombang EM nya adalah

0.13 m/ns, maka dapat ditentukan kedalaman

batas antar lapisan tersebut yaitu sekitar 3,5 m

cenderung ke arah bagian utara lintasan.

Tafsiran kedalaman pada radargram ini,

didasarkan atas adanya beda kecepatan pada

kemenerusan garis biru, dimana pada garis

Page 7: Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan

Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor dengan Metode ........... (Deniyatno.)

75

biru (lapisan ke-2) ke arah bagian atas

dominan warna gelap/tua (biru-ungu) yang

menunjukkan amplitudo tinggi. Sedangkan

daerah di bawah garis picking biru dominan

warna muda yang menunujukkan warna muda

(hijau-kuning). Pada garis biru inilah terdapat

kontras kecepatan yang diperoleh dari dua kali

jarak dibagi two-way time. Pada bagian biru,

memiliki kecepatan berkisar 0,18 m/ns,

sedangkan di bawah garis biru yang dominan

warna muda memiliki kecepatan sekitar

0,08m/ns.

Gambar 6. Model perlapisan

Page 8: Identifikasi Zona Bidang Gelincir Tanah Longsor Dengan

JAF, Vol. 7 No. 2 (2011), 69-76

76

Maka, berdasarkan referensi

ditafsirkan kemenerusan pada bidang dengan

kontras kecepatan tersebut sebagai bidang

kontak antara batupasir kering (v=±0,15 m/ns)

dan batulempung (v=±0,06 m/ns). Sehingga

pada bagian berwarna gelap diinterpretasikan

sebagai batupasir yang merupakan lapisan

yang memiliki konduktivitas lebih rendah

dibandingkan dengan konduktivitas pada

radargram berwarna muda (hijau), dalam hal

ini adalah batulempung. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa yang merupakan

kontak batuan yang potensial sebagai zona

bidang gelincir dari longsoran ini dikaitkan

dengan sifat fisis adalah batupasir kering dan

batulempung, dimana batulempung lebih

mudah menggelincirkan material massif di

atasnya.

Daftar Pustaka

[1]. Asikin, Sukendar, dkk ,1976, Geologi Lembar

Kebumen

[2]. Annan, A.P., 1992. Ground Penetrating

Radar, Workshop Notes, Sensors & Software

Inc.

[3]. Blakely, R. J.,1996, Potential theory in

gravity and magnetic applications, Cambidge

University press, USA.

[4]. Grant, F.S.,West, 1965, Interpretation Theory

in Applied Geophysics, McGraw Hill

Corporation.

[5]. Sanmeier, K.J, 1998, Manual Reflexw v.4.5

program for the processing of seismic,

acoustic or electromagnetic

reflection,refraction and transmission data,

Karisruhe, Germany

[6]. Soebowo, eko , dkk,, Panduan Ekskursi Gerakan Tanah di Kabupaten Kebumen, LIPI.