penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin...
TRANSCRIPT
![Page 1: Penduduk Lanjut Usia Merupakan Bagian Dari Anggota Keluarga Dan Anggota Masyarakat Yang Semakin Bertambah Jumlahnya Sejalan Dengan Peningkatan Usia Harapan Hidup](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/55720f78497959fc0b8c93a2/html5/thumbnails/1.jpg)
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 5,3 juta jiwa atau
4,5 persen dari seluruh jumlah penduduk pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia
meningkat menjadi 12,7 juta jiwa atau 6,6 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh
Indonesia menjadi 17,7 juta jiwa pada tahun 2000 atau 8 persen dari seluruh penduduk
dan pada tahun 2010 jumlah penduduk lanjut usia menjadi 23,9 juta jiwa atau 9,8 persen
dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 28 juta jiwa atau
11,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara
konsisten dari waktu ke waktu (Rencana Aksi Nasional Untuk Kesejahteraan, 2000).
Provinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu Provinsi besar dengan jumlah
penduduk lanjut usia pada tahun 2007 mencapai 8,36 persen dari seluruh penduduk,
jumlah ini meningkat menjadi 9,05 persen pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 jumlah
lansia mencapai 8,9 persen dari seluruh penduduk (Profil Kesehatan Kab/Kota).
Meningkatnya jumlah lanjut usia maka membutuhkan penanganan yang serius
karena secara alamiah lanjut usia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi,
maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial, dan budaya
sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan adanya peran sosial dalam
penanganannya. Menurunnya fungsi berbagai organ lansia menjadi rentan terhadap
penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit degeneratif,
penyakit metabolik, gangguan psikososial, dan penyakit infeksi meningkat (Noorkasiani,
2009).
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa merupakan salah satu tempat
untuk merawat lansia di Makassar Sulawesi Selatan, dengan jumlah tempat hunian 100
tempat tidur. Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa merawat dan menampung
lansia sebanyak 100 orang. Kegiatan-kegiatan setiap harinya untuk lansia diatur sesuai
jadwal kegiatan dan dilakukan secara rutinitas setiap harinya (Sumber: hasil wawancara
dari pegawai Humas Panti Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa).
Hasil survey pendahuluan yang penulis laksanakan di Panti Sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji Gowa, pegawai Humas panti menjelaskan jumlah lansia terdiri dari
laki-laki 33 orang dan perempuan 67 orang yang tinggal di panti tersebut, beberapa
disebabkan karena tidak mempunyai keluarga atau sengaja dititipkan oleh anggota
keluarganya, namun demikian perhatian keluarga dapat dikatakan cukup baik, hal ini
dapat diketahui bahwa minimal setiap minggu sekali keluarganya mengunjungi mereka,
namun ada beberapa minggu baru dikunjungi oleh keluarga mereka.
1
![Page 2: Penduduk Lanjut Usia Merupakan Bagian Dari Anggota Keluarga Dan Anggota Masyarakat Yang Semakin Bertambah Jumlahnya Sejalan Dengan Peningkatan Usia Harapan Hidup](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/55720f78497959fc0b8c93a2/html5/thumbnails/2.jpg)
Menurut Stuart and Sundeen (1998) kecemasan adalah suatu keadaan perasaan
kepribadian, rasa gelisah, ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi
ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti gambaran tingkat
kecemasan pada lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.
Rumusan Masalah
Dengan keterbatasan waktu, dana dan kemampuan penulis, maka masalah
dibatasi yaitu: ”Bagaimana gambaran tingkat kecemasan pada lanjut usia di Panti Sosial
Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa?”.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada lanjut usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.
Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa, terdiri dari fase prasenium
yaitu lanjut usia yang berusia antara 55-65 tahun, dan fase senium yaitu lanjut usia
yang berusia lebih dari 65 tahun (Nugroho, 2008).
Batasan-batasan lanjut usia
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi empat
tahap yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Perubahan-perubahan pada lanjut usia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah faktor kesehatan meliputi
keadaan fisik dan keadaan psikososial lanjut usia.
a. Kesehatan fisik
Menurut Nugroho (2008) perubahan secara fisik meliputi sistem persyarafan,
sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan
suhu tubuh, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem genitourinaria, sistem
endokrin, sistem integumen, dan sistem muskuloskeletal yang mulai menurun pada
tahap-tahap tertentu.
b. Kesehatan psikososial
Nugroho (2008), menurunnya kondisi psikososial ditandai sebagai berikut:
(1) merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup (2)
kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (3) adanya penyakit kronis
dan ketidakmampuan (4) timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
(5) adanya gangguan syaraf, panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian (6)
gangguan gizi akibat kehilangan jabatan (7) rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan
2
![Page 3: Penduduk Lanjut Usia Merupakan Bagian Dari Anggota Keluarga Dan Anggota Masyarakat Yang Semakin Bertambah Jumlahnya Sejalan Dengan Peningkatan Usia Harapan Hidup](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/55720f78497959fc0b8c93a2/html5/thumbnails/3.jpg)
hubungan dengan teman dan family dan (8) hilangnya kekuatan dan ketegapan
fisik yaitu perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri.
Kebutuhan hidup lanjut usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup
yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup lanjut usia antara lain
kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-
kebutuhan sosial seperti bersosialisasi
Definisi kecemasan
Kecemasan adalah ketegangan rasa tidak aman dan khawatir yang timbul
karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumber sebagian
besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (Depkes RI, 2002).
Kecemasan dapat didefinisikan suatu keadaan perasaan, kepribadian, rasa gelisah,
ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual
yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart dan Sundeen, 1998).
Menurut Stuart (2006), kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Faktor presdiposisi kecemasan
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan
menurut Stuart (2006), yaitu:
c. Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian: Id dan Super Ego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya
d. Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
e. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
f. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam
keluarga.
g. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan kecemasan.
Faktor pencetus kecemasan
3
![Page 4: Penduduk Lanjut Usia Merupakan Bagian Dari Anggota Keluarga Dan Anggota Masyarakat Yang Semakin Bertambah Jumlahnya Sejalan Dengan Peningkatan Usia Harapan Hidup](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/55720f78497959fc0b8c93a2/html5/thumbnails/4.jpg)
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori, menurut Stuart, Gail W (2006),
yaitu:
h. Ancaman terhadap Integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
i. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
Tanda dan gejala kecemasan
Kecemasan ditandai oleh rasa ketakutan yang berlebihan, tidak menyenangkan
dan samar-samar. Seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala,
berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, hipertensi, gelisah, tremor, gangguan
lambung, diare, dan frekuensi urin berlebih. Seseorang yang cemas mungkin juga
merasa gelisah seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk atau
berdiri lama. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan
cenderung bervariasi dari orang ke orang
Tingkat kecemasan
Stuart menggolongkan kecemasan menjadi empat yaitu: (1) Kecemasan
ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya (2)
Kecemasan sedang, berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain. (3) Kecemasan berat, sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. 4)
Tingkat panik dari kecemasan, berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan
teror.
Pengukuran kecemasan
Menurut Hawari (2004), tingkat kecemasan dapat diukur dengan menggunakan alat
ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-
A),
A. Kerangka Konsep
Variabel independen
Variabel dependen
4
Tingkat kecemasan: Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Panik
Lanjut Usia
![Page 5: Penduduk Lanjut Usia Merupakan Bagian Dari Anggota Keluarga Dan Anggota Masyarakat Yang Semakin Bertambah Jumlahnya Sejalan Dengan Peningkatan Usia Harapan Hidup](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/55720f78497959fc0b8c93a2/html5/thumbnails/5.jpg)
Defenisi Operasional
5
Variabel
PenelitianDefenisi Operasional
Alat ukur Hasil
Ukur
1. Kecemasan
ringan
2. Kecemasan
sedang
3. Kecemasan
berat
4. Panik
5. Lansia
Perasaan bahwa ada
sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian
khusus. Kecemasan ringan
apabila responden
menjawab dengan skor <17.
Perasaan yang
mengganggu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar
berbeda dimana seseorang
akan menjadi gugup.
Kecemasan sedang apabila
responden menjawab
dengan skor 18-24
Perasaan bahwa ada
sesuatu yang berbeda dan
ada ancaman dimana
seseorang memperlihatkan
respon takut dan distres.
Kecemasan berat apabila
responden menjawab
dengan skor 25-30.
Tidak mampu melakukan
sesuatu karena seseorang
kehilangan kendali. Tingkat
panik apabila responden
menjawab dengan skor >30
Usia yang rentan pada
kesehatan fisik dan mental.
Prasenium jika responden
berusia antara 55-65 tahun
dan senium jika responden
berusia >65 tahun.
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuisioner
Kecemasan
ringan
Kecemasan
sedang
Kecemasan
berat
Panik
Prasenium
Senium
![Page 6: Penduduk Lanjut Usia Merupakan Bagian Dari Anggota Keluarga Dan Anggota Masyarakat Yang Semakin Bertambah Jumlahnya Sejalan Dengan Peningkatan Usia Harapan Hidup](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/55720f78497959fc0b8c93a2/html5/thumbnails/6.jpg)
A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu untuk
menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan
sekelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu (Notoatmodjo,
2010).
Penelitian ini bertujuan menggambarkan tingkat kecemasan pada lanjut usia di
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian akan dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Gowa.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia yang
tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa yang berjumlah 100 lansia.
2. Sampel dan kriteria
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu lansia yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan responden penelitian.
Kriteria inklusi:
a. Dapat berkomunikasi dengan baik
b. Bersedia dan mau dijadikan sampel penelitian atau responden
c. Masih ada komunikasi dengan keluarga dalam 1 tahun terakhir
d. Lansia yang beragama Islam.
Kriteria eksklusi:
a. Tidak dapat berkomunikasi dengan baik
b. Tidak bersedia dan tidak mau dijadikan sampel penelitian atau responden..
c. Tidak ada komunikasi dengan keluarga dalam 1 tahun terakhir
d. Lansia yang non muslim.
Jadi jumlah sampel yang akurat adalah 30 lansia dari 100 daftar nama
penghuni Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa dan memenuhi kriteria untuk
menjadi responden penelitian.
D. Pengumpulan data
6
![Page 7: Penduduk Lanjut Usia Merupakan Bagian Dari Anggota Keluarga Dan Anggota Masyarakat Yang Semakin Bertambah Jumlahnya Sejalan Dengan Peningkatan Usia Harapan Hidup](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/55720f78497959fc0b8c93a2/html5/thumbnails/7.jpg)
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui kuisioner yang diberikan
kepada responden, yaitu lansia yang memenuhi kriteria untuk dijadikan responden
penelitian yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data dari Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
Gowa.
E. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul dari hasil pengumpulan data segera dialakukan
pengolahan data dengan tahap sebagai berikut (Notoadmodjo, 2010):
a. Editing
Dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh sehingga dapat
dilakukan perbaikan data yang kurang.
b. Coding
Pemberian kode dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengelolaan data
dan proses selanjutnya melalui tindakan pengklarifikasian data.
c. Tabulating
Data yang telah diberikan skor kemudian disusun dan dibagikan dalam bentuk
tabel. Selanjutnya pengolahan data atau analisis.
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan persentase berdasarkan rumus (Budiarto Eko, 2001).
p= fnx100%
Keterangan :
p = Presentase yang dicari
f = frekuensi
n = jumlah sampel
F. Etika Penelitian
Etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
karena keperawatan akan berhubungan dengan manusia dan manusia mempunyai hak
asasi dalam kegiatan penelitian. Etika dalam penelitian dapat meliputi:
1. Informed consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang
memenuhi kriteria inklusi disertai judul dan manfaat penelitian, bila subjek menolak
maka penelitian tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
2. Anonimity (tanpa nama)
7
![Page 8: Penduduk Lanjut Usia Merupakan Bagian Dari Anggota Keluarga Dan Anggota Masyarakat Yang Semakin Bertambah Jumlahnya Sejalan Dengan Peningkatan Usia Harapan Hidup](https://reader038.vdokumen.com/reader038/viewer/2022100507/55720f78497959fc0b8c93a2/html5/thumbnails/8.jpg)
Untuk menjaga kerahasiaan penelitian tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar tersebut di beri kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
8