pendidikan wirausaha untuk keberdayaan perempuan

180
Pendidikan Wirausaha untuk Keberdayaan Perempuan Oleh : Madekhan Ali Moh. Yaskun Pustaka Prakarsa

Upload: madekhan.ali

Post on 24-Nov-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Buku Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan ini sebagai sebuah jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh kaum perempuan sebagai pelaku usaha kecil ataupun yang baru akan memulai usaha (berwirausaha) tentang bagaimana cara menjalankan dan mengembangkan usaha mereka. Buku ini menitikberatkan pada pembahasan tentang pengetahuan dasar kewirausahaan. Pengetahuan dasar wirausaha ini menekankan pada penanaman jiwa wirausaha. Dalam buku ini juga distimulasi melalui penyampaian cerita sukses dari beberapa perempuan yang sukses menjadi pelaku wirausahan. Secara khusus kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Yayasan Prakarsa atas bimbingan dan arahannya sehingga buku ini bisa diterbitkan. Akhir kata kami berharap kehadiran buku ini dapat memberi kontribusi positif dalam membangun kesadaran, pengetahuan dan mengembangkan usaha kecil bagi kaum perempuan khususnya. Amien.

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Wirausaha untuk

Keberdayaan Perempuan

Oleh :

Madekhan Ali

Moh. Yaskun

Pustaka Prakarsa

Page 2: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

ii

Pendidikan Wirausaha untuk

Keberdayaan Perempuan

Disusun Oleh : Madekhan Ali Moh. Yaskun

Buku ini diterbitkan oleh Prakarsa Jawa Timur

ISBN : 978 602 50143 07

Prakarsa Jawa Timur Tuwiri RT. 02 / RW. 02 Desa Tambakrigadung

Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan Telp. 0322 – 316519

Website : www.prakarsa-jatim.com Email : [email protected]

Page 3: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan iii

Kata Pengantar

Buku Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan

Perempuan ini sebagai sebuah jawaban atas permasalahan

yang dihadapi oleh kaum perempuan sebagai pelaku usaha

kecil ataupun yang baru akan memulai usaha (berwirausaha)

tentang bagaimana cara menjalankan dan mengembangkan

usaha mereka.

Buku ini menitikberatkan pada pembahasan tentang

pengetahuan dasar kewirausahaan. Pengetahuan dasar

wirausaha ini menekankan pada penanaman jiwa wirausaha.

Dalam buku ini juga distimulasi melalui penyampaian cerita

sukses dari beberapa perempuan yang sukses menjadi pelaku

wirausahan.

Secara khusus kami menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Yayasan

Prakarsa atas bimbingan dan arahannya sehingga buku ini bisa

diterbitkan.

Akhir kata kami berharap kehadiran buku ini dapat

memberi kontribusi positif dalam membangun kesadaran,

pengetahuan dan mengembangkan usaha kecil bagi kaum

perempuan khususnya. Amien.

Penulis,

Page 4: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

iv

Daftar isi

Sampul ........................................................................... i

Kata Pengantar ............................................................ iii

Daftar isi .................................................................... iv

Bagian 1 : Persepsi Pemberdayaan Perempuan

Wirausaha

A. Perempuan dalam Organisasi Kerja Patriarki ...... 1

B. Marjinalisasi Perempuan Wirausaha .................... 5

Bagian 2 : Membangun Jiwa Kewirausahaan

Perempuan Mandiri

A. Kepribadian Wirausaha ...................................... 20

B. Sifat-sifat Unggul Wirausaha ............................. 23

C. Ciri-ciri Wirausaha Berhasil ............................... 24

D. Membangun Motivasi Sukses dalam

Berwirausaha ...................................................... 25

E. Penyebab Hilangnya Motivasi ............................ 27

Page 5: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan v

F. Miliki 7 Kebiasaan Manusia Efektif ................... 28

G. Miliki Etos Kerja Sukses .................................... 29

H. Revolusi Sikap Menjadi Pengusaha

(Entrepeneur) ........................................................ 30

Bagian 3 : Konsep Kewirausahaan Perempuan

Mandiri

A. Definisi Wirausaha dan Kewirausahaan ............... 39

B. Wirausahawan Dilahirkan, Dicetak, atau

Lingkungan ........................................................... 41

C. Karakteristik Pribadi Wirausaha ........................... 44

D. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya ................. 47

E. Mitos dalam Kewirausahaan ................................. 48

F. Wirausaha, Manajer dan Organisasi ..................... 50

Bagian 4 : Manajemen Usaha Kecil

A. Aspek Pemasaran ................................................ 52

B. Aspek Permodalan .............................................. 93

C. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) .............. 100

Page 6: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

vi

D. Aspek Produksi ................................................. 104

Bagian 5 : Perencanaan Usaha Kecil

A. Pentingnya Perencanaan Usaha ........................ 113

B. Penyusunan Rencana Usaha ............................. 117

C. Contoh Perencanaan Usaha .............................. 121

Bagian 6 : Sumber Pendanaan Bagi Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM)

A. Lembaga Keuangan dan Non Lembaga

Keuangan sebagai Sumber Dana bagi

UMKM ..............................................................139

B. Peranan Bank sebagai Lembaga Pemberi

Kredit ................................................................ 144

C. Akses UMKM Terhadap Jasa Kredit

Perbankan ......................................................... 151

D. Penyaluran Kredit oleh Bank Terhadap

UMKM ..............................................................159

E. Syarat UMKM Mendapat Kucuran Dana

dari Bank ........................................................... 162

Page 7: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan vii

F. Permasalahan yang Dihadapi UMKM

dalam Mendapatkan Kredit dari

Perbankan ......................................................... 164

Referensi ................................................................. 169

Page 8: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan
Page 9: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 1

Bagian 1

Perspektif Pemberdayaan

Perempuan Wirausaha

A. Perempuan dalam Organisasi Kerja Patriarki

Patriarki dalam organisasi kerja mengacu pada

kondisi dimana secara tradisi perempuan ditempatkan

dalam pekerjaaan-pekerjaan rendahan. Tingkat gaji juga

lebih rendah daripada laki-laki, tidak menetap akibat

adanya tanggung jawab melaksanakan kerja-kerja

domestik tanpa standar upah. Rosabeth Moss Kanter

(1977) dalam bukunya Men and Women of The

Corporation. Dia mengekplorasi isu terkait jender, dari

tokenisme (promosi sejumlah kecil perempuan dalam

posisi-posisi tinggi) sampai peran “sekretaris ekskutif”

dan “para istri perusahaan”. Analisisnya memperjelas

Page 10: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

2 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

bahwa isu jender begitu memenuhi kehidupan organisasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak para

pakar komunikasi organisasi mengadopsi teori aliran

feminis sebagai landasan kerja mereka (Ashcraft dan

Mumby, 2004; Buzzanell, 1994; Mumby, 1996) .

Banyak pakar feminis mencatat bahwa organisasi

kerja-- dalam bentuk tradisional maupun birokratis --

sangat patriarki. Mereka lebih jauh mengungkapkan

bahwa perempuan memiliki cara pandang khas terhadap

dunia dan menciptakan makna-makna melalui interaksi.

Sebagai contoh Buzzanel (1994) mengatakan bahwa

pandangan tradisional dalam komunikasi organisasi

begitu menyoroti individualisme, pola pikir sebab-akibat

dan otonomi. Dalam kondisi tempat kerja demikian,

komoditas yang paling dihargai adalah karakter tipe laki-

laki seperti agresivitas, dan kompetitifnes. Sebaliknya,

karakter tipe perempuan seperti intuisi, emosi, empati,

kerukunan, dan kerjasama sepertinya diremehkan dalam

kehidupan organisasi. Para pakar feminisme mengatakan

Page 11: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 3

bahwa konsep yang digunakan dalam memahami

kehidupan organisasi, (seperti rasionalitas dan hirarki)

cenderung bias laki-laki (Mumby dan Putnam, 1992) dan

bahwa struktur bahasa di organisasi juga bersifat patriarki

(lihat juga Penelope,1990). Pendeknya, para pakar

feminis meyakini bahwa perempuan di organisasi bisa

tertindas/terpinggirkan dalam kehidupan organisasi

akibat dinamika relasi gender yang bentukan struktur

organisasi yang patriarki.

Karakter organisasi kerja yang patriaki menjadi

jawaban mengapa meski perempuan membanjiri pasar

kerja, tingkat pendapatan mereka tidak lebih baik dari

pekerja laki-laki. Reskin (1985) dan Bergman (1986),

mengungkapkan bahwa pertama, perempuan memiliki

pendidikan, kemampuan, pengalaman kerja, dan

keterampilan yang kurang dibandingkan dengan laki-laki.

Kedua, tanggungjawab perempuan terhadap keluarga

mempengaruhi karier mereka. Apalagi kehamilan,

melahirkan, dan merawat bayi menyebabkan mereka

Page 12: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

4 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

mengambil cuti dalam waktu yang lama. Oleh karena itu,

pengusaha (laki-laki) cenderung tidak mempromosikan

pekerja perempuan, kecuali yang memiliki prestasi kerja

spektakuler. Namun kalau ada dua orang pekerja (laki-

laki dan perempuan) yang menunjukkan prestasi

spektakuler, yang diprioritaskan tetap laki-laki . Karena

faktor-faktor seperti itu, kebanyakan perempuan

terperangkap dalam pekerjaan-pekerjaan “kerah pink”,

gaji sedikit dan didominasi oleh perempuan. Singkatnya,

peraturan-peraturan dibuat sedemikian rupa sehingga

pekerjaan-pekerjaan yang didominasi oleh perempuan

menghasilkan pendapatan yang sedikit.

Tindak kekerasan laki-laki menjadi struktur keempat

dan memperjelas bagaimana pola sikap laki-laki terhadap

perempuan secara sistematis didukung dan ditoleransi

oleh negara melalui berbagai pengabaian atas berbagai

tindak kekerasan yang berlangsung. Dalam situasi

subordinatif, perempuan relatif tidak memiliki kontrol

atas sumberdaya ekonomi keluarga; status lebih rendah,

Page 13: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 5

dan posisi pengambilan keputusan dan kekuasaan lebih

didominasi si suami, dengan karakter relasi perilaku di

antara keduanya lebih mencerminkan hirarki superior

menindas inferior. Di dalam memandang kekerasan dan

eksistensi rumah tangga, konseptualisasi lebih berujung

pada pernyataan bahwa kekerasan rumah tangga sebagai

gejala subordinasi perempuan sekaligus salah satu sarana

praktis untuk menjalankannya. Kekerasan fisik terhadap

perempuan didasarkan atas dan berguna untuk menjaga

subordinasi ini, dan memang tidak dapat dijelaskan tanpa

merujuk kepada konsep subordinasi itu sendiri

(Campbell, 1992; Binney, 1985) .

B. Marjinalisasi Perempuan Wirausaha

Berdasarkan hasil penelitian Dewayanti dan Chotim

(Tambunan 2016), bahwa marjinalisasi dan eksploitasi

perempuan adalah faktor-faktor sebab musabab dari

rendahnya pembangunan dari bisnis-bisnis mikro atau

informal yang implikasinya adalah penambahan beban

Page 14: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

6 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

bagi wanita yang melakukannya. Proses marjinalisasi

perempuan tersebut menciptakan penyebaran kemiskinan

karena kebanyakan wanita bekerja di Usaha Mikro Dan

Informal (UMI) di pedesaan. Mereka menemukan bahwa

isu marjinalisasi lebih mendesak bagi kaum perempuan

daripada kaum laki-laki karena pola pembagian kerja di

sebuah rumah tangga menempatkan wanita untuk

menerima beban-beban lebih berat untuk tugas-tugas di

dalam rumah. Pemilihan atau penentuan jenis-jenis

pekerjaan yang perlu dilakukan oleh wanita dan upaya

pemilihannya tidak bisa dilakukan secara terpisah dari

pola-pola pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rumah

tangga atau keluarga. Secara ekonomi, pembagian

pekerjaan dapat dijelaskan oleh gejala kemiskinan, bahwa

keluarga-keluarga miskin dapat menyuruh anggota-

anggota keluarga wanita untuk mengerahkan kemampuan

mereka untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan

keluarga. Untuk menciptakan efisiensi, pekerjaan-

pekerjaan wanita yang produktif di dalam wilayah rumah

Page 15: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 7

tangga agar mereka juga bisa menyelesaikan/melakukan

kewajiban-kewajiban mereka mengurus rumah tangga.

Menghadapi kondisi yang sulit seperti ini, menurut

kedua peneliti itu, perempuan memainkan peran sangat

penting untuk pekerjaan tambahan, seperti

membuka/menjalankan warung makan/rokok, menjaga/

memelihara ternak dan kebun, membuat sumber tabungan

keluarga seperti perkebunan yang produktif dan

menyimpan perhiasan emas, dan mengembangkan

industri-industri kerajinan. Mereka juga menemukan

selama penelitian bahwa kebanyakan dari wanita yang

didampingi oleh LSM-LSM merasa percaya diri setelah

mereka bisa membuktikan kepada masyarakat dan

keluarga mereka bahwa mereka bisa berkontribusi kepada

perekonomian keluarga. Saat isu-isu politik dan gender

diperkenalkan, hanya kader-kader lokal yang sanggup

mengimbangi kegiatan-kegiatan LSM dengan politik.

Sedangkan, kebanyakan wanita lainnya yang mereka

wawancarai/amati tidak bisa mengikuti kegiatan seperti

Page 16: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

8 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

ini karena mereka masih harus bergumul dengan

kebutuhan-kebutuhan ekonomi keluarga.

Page 17: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 9

Kelompok Perempuan, Lebih Dari Sekedar

Tambah Wawasan

“Awalnya karena saya ingin mencari wawasan lebih

yang lebih dan pengen bisa melatih mental kerjasama dengan

dengan banyak orang,” Kata Mbak Riska sambil memegang

canting batik. Alasan itu sepertinya yang seringkali

menyemangati Riska selalu hadir dan aktif dalam kegiatan

Kelompok Srikandi Perak. Sebuah kelompok beranggotakan

20 orang perempuan, bisa dikatakan kelompok ibu-ibu rumah

tangga, yang memilih fokus kegiatan wirausaha sebagai misi

organisasi di Perak, Jombang.

Pada awal Maret 2017, Srikandi Perak melaksanakan

pelatihan membatik. Bekerjasama dengan Prakarsa Jatim

sebagai lembaga pendamping, pelatihan menghadirkan Pak

Sutrisno, instruktur batik yang tinggal di Jombang. Usulan

kelompok agar Prakarsa memfasilitasi pelatihan Batik cukup

beralasan. Hasil Musyawarah Kelompok di akhir Februari

mengungkapkan bahwa usaha produk olahan makanan

pemasaran dirasa sudah terlalu banyak pesaing. Anggota

kelompok juga telah banyak memiliki keterampilan

memproduksi dan berjualan makanan. Karenanya pelatihan

batik dipandang bisa jadi keterampilan alternatif, sekaligus

pemasaran produknya lebih luas.

“Selain ingin ada keterampilan usaha baru selain produk

makanan, ibu-ibu di sini menilai kain batik tidak

Page 18: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

10 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

ada kadaluarsanya. Prospek usahanya bagus karena di sini

banyak penjahit, juga sisa kain perca bisa digunakan untuk

banyak produk suvenir atau yang lain.” Ujar Bu Diana, ketua

kelompok.

Menurut Riska, sebagai anggota termuda di kelompok

Srikandi Perak, dia mengaku sama sekali tidak pernah tahu cara

membatik sebelumnya. Setelah mengikuti pelatihan membatik

selama satu minggu, Riska bersama 20 ibu-ibu Desa Perak yang

lain saat ini memiliki keterampilan membatik. Dari membuat

pola atau sketsa gambar sampai mewarnai.

“Sebelum pelatihan, membatik itu saya kira sulit, apalagi

saya rasa saya tidak bisa menggambar waktu sekolah dulu. Pada

saat pelatihan kemarin, Pak Tris memberi contoh gambar-

gambar batik, dari contoh itu saya kembangkan sendiri.

Sekarang menurut saya membatik itu menyenangkan. Kalau

sudah buat gambar atau mencairkan cairan lilin (malam), saya

sering lupa waktu.” Ujar Riska bersemangat.

Pada saat membuka pelatihan, Camat Perak menyatakan

komitmennya untuk membantu pemasaran batik yang dihasilkan

Srikandi Perak. Beliau juga akan berkoordinasi dengan instansi

terkait di Kabupaten Jombang untuk turut mendukung kegiatan-

kegiatan kelompok Srikandi Perak. Salah satunya, bersama

Dinas Pendidikan, akan mendorong keterampilan Batik sebagai

muatan lokal kurikulum SD di Kecamatan Perak.

Page 19: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 11

Tentu hasil pelatihan ini masih memerlukan banyak

pengembangan. Berbekal alat dan bahan pelatihan yang

disediakan Prakarsa Jatim, mereka mentargetkan akhir tahun

2017 sudah berhasil memasarkan produknya. Memang bahan

baku menjadi kesulitan tersendiri karena harus membeli dari

pusat batik di Solo.

“Saat ini kelompok masih ingin mengasah kemampuan

dulu, kalau waktu praktek ada kesulitan kita kontak instruktur.

Terutama pada tahap penguncian dan pelunturan, Pak Tris

masih ikut memandu lewat telpon atau kita datang ke rumahnya

bila ingin lebih paham”. Ujar Riska.

Pengurus kelompok menyadari bahwa batik yang

diproduksi memerlukan pemasaran produk. Mereka

mentargetkan adanya promosi. Stategi promosi yang diterapkan

adalah mengikuti pameran dan mempromosikan batik kepada

masyarakat sekitar dan instansi pemerintah.

Sementara ini, Srikandi Perak memutuskan mengusung

tema batik dengan pola gambar “jeruk nipis” sebagai buah khas

kecamatan Perak. Seperti yang dipesankan Pak Tris, instruktur

pelatihan, masing-masing anggota kelompok hendaknya

membuat gambar sendiri. Hal ini dikarenakan setiap gambar

memiliki hak cipta, sehingga bila memiliki gambar sendiri tidak

ada pihak yang merasa karyanya ditiru. Lebih dari itu, semakin

banyak gambar akan memungkinkan semakin banyak peminat

batik.

Page 20: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

12 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Cerita Para Perintis Srikandi

Bu Barning, demikian biasanya ibu-ibu anggota kelompok

memanggil perempuan 51 tahun ini. Suaminya baru saja pensiun

dari perusahaan di Surabaya. Ia adalah salah satu dari ibu rumah

tangga yang selalu berusaha membantu ekonomi keluarga.

Sebagai ibu dari ketiga anaknya, Bu Barning juga aktif di PKK,

sebagai ibu RW I, Desa Perak, Kecamatan Perak, Jombang.

Berbekal keterampilan dalam usaha katering, ia dan sejumlah

ibu-ibu di Dusun Plumpung, menyatukan diri dalam kelompok

Srikandi Perak.

Apakah kegiatan kelompok tidak mengganggu aktifitas

usaha yang telah dijalani saat ini? Bu Barning mengatakan,

“Kegiatan di kelompok selalu diadakan menyesuaikan waktu

ibu-ibu di sini. Pelatihan usaha dua bulan lalu contohnya, pihak

pengurus sepakat diadakan setelah Jam 10 pagi sampai jam 2

sore. Pertimbangannya kan, setelah jam 10 ibu-ibu sudah selesai

dengan pekerjaan di rumah, nah biasanya setelah jam 2 bapak

sudah pulang kerja, kita juga sudah di rumah toh”.

Aktifitas ibu rumah tangga dalam organisasi seringkali

memang dibayangi dengan kekhawatiran kurangnya dukungan

suami. Paling tidak, tidak bisa dipungkiri bahwa pekerjaan

sebagai istri dan pengasuh anak-anak, sering dikhawatirkan

terbengkalai karena ibu-ibu harus beraktifitas di luar rumah.

.

Page 21: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 13

“Bapak tidak melarang, suami saya sudah terbiasa juga

melihat ibu-ibu di sini bekerja di luar rumah. Dasarnya

bapak-bapak di sini mendukung karena ingin kita lebih

memiliki kreatifitas, wawasan dan keterampilan usaha.

Mereka berharap juga hasil kelompok kita bisa menambah

penghasilan keluarga.” Ujar Bu Safira, di sela praktek

membatik di rumah Bu Barning, sore itu.

Kelompok wirausaha Srikandi Perak saat ini

beranggotakan 20 ibu rumah tangga. Mereka disatukan oleh

satu tekad untuk memiliki unit usaha yang mampu

mendukung kesejahteraan keluarga. Menurut Bu Diana,

Ketua Srikandi Perak, “Sederhana saja yang menyatukan

kami, kami akan memiliki kebanggaan sebagai ibu rumah

tangga yang mampu menghasilkan sesuatu yang bernilai,

selain apa yang sudah dihasilkan suami.”

Kemauan mereka bersambut dengan program

kewirausahaan ibu rumah tangga yang dirintis oleh Prakarsa

Jatim. Atas dukungan dana dari PT. HM. Sampoerna,

Prakarsa Jatim melakukan penguatan kapasitas ibu-ibu rumah

tangga di Kecamatan Perak. Menurut Subhan, Regional

Program Manager Jombang, “Ada dua desa yang menjadi

lokasi program, Desa Perak dan Desa Pagerwojo. Kedua desa

ini dipilih sebagaimana kriteria potensi wilayah semi urban

dengan masyarakat agrikultur, namun yang telah bersentuhan

banyak dengan ragam wirausaha non pertanian.

Page 22: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

14 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Saat pembentukan, menurut Bu Diana, kesepakatan

awal terutama terkait kriteria anggota. Karena kelompok

yang dirintis bertujuan meningkatkan keterampilan

wirausaha maka diupayakan anggotanya telah memiliki

usaha rumahan. Tentu di Dusun Plumpung tidak semua ibu

rumah tangga memiliki usaha sampingan. Sehingga

keanggotaan kelompok dibatasi 20 orang dulu, dimana bagi

yang belum memiliki usaha rumahan, setidaknya dalam

rentang usia produktif antara 25 tahun sampai 45 tahun. Saat

ini, kelompok Srikandi Perak beranggotakan ibu-ibu yang di

antaranya telah mengelola usaha toko, pengrajin suvenir,

katering, susu, dan kue kering, dan jajanan keluarga.

Keberadaan Kelompok Srikandi Perak saat ini telah

mendapatkan perhatian besar dari pemerintah setempat.

Kepala Desa Perak memang pada awalnya menghendaki

kelompok ini masuk dalam binaan PKK Desa Perak. Namun,

pengurus kelompok lebih menghendaki Srikandi Perak

bergerak mandiri dulu. Menurut mereka, kemandirian

kelompok dipandang lebih memacu kreatifitas dan

kekompakan kerja kelompok.

Bagi pengurus, agenda prioritas saat ini adalah

memperkuat komitmen anggota untuk berwirausaha. Mereka

menyusun “Kontrak Kerja Organisasi”, semacam AD/ART.

Agar masyarakat dan pemerintah semakin mendukung

keberadaan kelompok, pengurus berupaya tidak meminta

bantuan dana kepada pemerintah desa maupun pemerintah

kabupaten. Bagi Srikandi Perak,

Page 23: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 15

kepercayaan pemerintah dipandang jauh lebih penting

daripada bantuan dana.

“Kita ini bukan kelompok ibu rumah tangga yang

khusus berkecimpung dalam wirausaha, dan insyaallah tidak

berorientasi bantuan proyek pemerintah. Tetapi kami terus

menggalang dukungan dan komunikasi dengan pemerintah

desa, kecamatan maupun Kabupaten Jombang. Apalagi

sebagai kelompok usaha kami butuh jaringan pemasaran.

Untuk masuk sebagai bagian program kerja PKK desa, kami

pandang belum waktunya. Biarkan kami membuktikan diri

dulu, bahwa dengan jerih payah kelompok kami bisa

mempertahankan kekompakan anggota. Dalam tahap

penguatan organisasi sekarang, kami masih berusaha keras

membekali anggota dengan keterampilan usaha.” Tandas Bu

Diana.

Saat ini, selain keterampilan yang dimiliki masing-

masing anggota, Srikandi Perak sedang membekali

anggotanya dengan keterampilan membatik. Atas usulan

Srikandi Perak, pelatihan membatik telah diadakan tim

Prakarsa Jatim pada awal Maret 2017 lalu. Didukung bahan

dan alat hibah dari PT. HM. Sampoerna, Pelatihan ini telah

memberi keterampilan baru bagi anggota kelompok.

Menurut Bu Riska, salah seorang peserta, “Kemampuan

membatik nantinya bisa menjadi lahan usaha alternatif dari

usaha yang sudah ada.”

Page 24: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

16 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Ketika Kader Posyandu Berwirausaha

“Separuh anggota Kelompok Sanmor adalah kader

Posyandu yang banyak aktif berkegiatan di PKK Kraksaan.”

Kata Bu Khusnul mengawali perbincangan sore itu. Dia

tercatat sebagai ketua Kelompok Kraksaan Timur,

Probolinggo. Bagi 20 anggotanya, kelompok perempuan

wirausaha ini disingkat Kelompok “Sanmor”. Kelompok ibu

rumah tangga ini dirintis Bu Khusnul atau biasa dipanggil Bu

Nunung, bersama Bu Mardiah, dan Bu Ratri, yang masing-

masing menjadi sekretaris dan bendahara.

Selain Kelompok Sanmor, ada lagi Kelompok

perempuan Kebonagung yang diketuai Bu Dede. Kelompok

Kebonagung juga beranggotakan 20 perempuan yang aktif di

Posyandu. Atas kesepakatan anggota, kedua kelompok ini

dibina dalam satu kepengurusan Tim 5 yang diketuai Bu

Nunung.

Sebagai salah seorang Bu RW di Kraksaan Wetan, tidak

sulit bagi Bu Nunung dibantu kedua rekannya menggerakan

kelompok perempuan di Kraksaan, Probolinggo. Setidaknya

sebagian besar anggota telah lebih dulu aktif sebagai kader

posyandu. “Ketika pendamping Prakarsa menghubungi saya

sekitar November tahun lalu, saya langsung mulai mendata

ibu-ibu yang aktif di Posyandu, dan tentu berminat

wirausaha. Pokoknya saya ajak siapa saja yang punya

kemauan maju di Kraksaan Wetan” Kata Ibu dua anak ini.

Page 25: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 17

Sejauh ini keyakinan Bu Nunung dan ibu-ibu anggota

kelompok Sanmor adalah pada terbukanya kesempatan

wirausaha. Mereka mengetahui banyak peluang usaha yang

masih terbuka untuk ibu-ibu rumah tangga. Masih banyak

waktu luang, selain sebagai ibu rumah tangga, yang mereka

bisa dimanfaatkan untuk berwirausaha. Mereka berharap

selain tambahan penghasilan, juga berkeinginan lebih

mengembangkan wawasan usahanya.

“Era sekarang, para suami sudah sangat memaklumi bila

istrinya punya kegiatan di luar rumah. Apalagi ikut berusaha

mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Kuncinya

pada menempatkan kegiatan kelompok pada jam-jam yang

tepat. Sebelum mengadakan kegiatan, kita melakukan

penjajakan dulu, hari dan jam berapa agar semua anggota bisa

hadir.” Ujar Bu Nunung.

Menurut Bu Nunung, anggota kelompok Sanmor saat ini

sangat aktif. Kemauan kuat mereka terutama pada keinginan

mendapatkan ilmu dan mengembangkan bakat wirausaha.

Tuntutan ekonomi, terutama untuk memenuhi biaya sekolah

anak, mendorong mereka selalu hadir dalam pelatihan

kelompok.

“Saya sekedar mengarahkan kegiatan kelompok, ketika

Prakarsa datang menemui Pak Lurah, kita sudah mendengar

sendiri bagaimana Pak Lurah sangat mendukung agar ada

peningkatan ekonomi keluarga.” Kata Bu Nunung, demikian

Bu RW ini biasa dipanggil warganya.

Page 26: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

18 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Kripik dan Rengginang “Daun Mangga”

dari Probolinggo

Sekilas ide-ide wirausaha ibu-ibu di Kraksaan,

Probolinggo ini sederhana. Tetapi rupanya mereka telah

memahami benar prospek pasar, paling tidak di Kabupaten

Probolinggo. Ibu-ibu ini tergabung dalam dua kelompok

wirausaha. Kelompok Sanmor (Kraksaan Wetan) dan

Kelompok Kebonangung. Kedua kelompok perempuan ini

sama – sama di wilayah Desa Kraksaan. Meski belum genap

satu tahun umur pembentukannya, namun kedua kelompok

ini sudah terlibat berbagai kegiatan pelatihan, praktek

mandiri, dan juga pameran produk kelompok.

Menurut Bu Dede, Ketua Kelompok Kebonagung, dia

optimis hasil produk olahan makanan ringan akan banyak

laku di pasar Kraksaan, bahkan bisa keluar Probolinggo.

Niatan mereka semakin kuat setelah mendapatkan Pelatihan

Wirausaha dari Prakarsa Jatim atas dukungan dana

Sampoerna Indonesia. Pasca pelatihan, mereka memutuskan

dua produk usaha kelompok, ringginang dan keripik.

Berbekal pendampingan dan bantuan alat wirausaha, 40 ibu

rumah tangga di Kecamatan Kraksaan ini memutuskan untuk

mengembangkan daun mangga sebagai supplement makanan

ringan.

Page 27: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 19

“Jangan dinilai dari nama produknya, kita membuat

aneka rasa ringginang dan keripik. Kita sedang berusaha

memproduksi rengginang dan keripik khas Kraksaan yang

bisa jadi ikon probolinggo.” Jelas Bu Ratri.

Apa kekhasan rengginang dan kripik produksi

Kraksaan? Mereka rupanya berinovasi dengan daun mangga.

Ketika dimintakan pendapat pakar gizi, ibu-ibu ini semakin

mantap dengan inovasi daun mangganya. Mereka yakin

produk mereka bisa dikembangkan dan akan menjadi ikon

jajanan Kraksaan.

“Menurut ahli gizi yang diundang Prakarsa Jatim di

Pelatihan Februari lalu, rengginang dan kripik dengan

campuran daun mangga bisa menurunkan resiko kolesterol

dan hipertensi. Karena itu, kita sedang giat melakukan

praktek untuk mendapatkan komposisi bahan yang tepat.

Sampai saat ini, rengginang dan keripik daun mangga sudah

kita olah menjadi beberapa rasa. Ada rasa udang dan terasi.”

Kata Bu Dede, Ketua Kelompok Kebonagung.

Seperti dikatakan Bu Emli kalau kripik dan rengginang

dari Probolinggo saat ini bisa sampai dikirim ke Papua.

Sayangnya selama ini ibu-ibu Kraksaan kebanyakan sekedar

membeli bahan kripik dan mengemasnya sampai siap dikirim.

“Ibu-ibu ini memberi sentuhan lebih dari sekedar

rengginang dan kripik yang saat ini ada. Kita bercita-cita

produk ini tidak sekedar makanan ringan tapi bisa menjadi

ikon inovasi makanan Probolinggo ” Kata Bu Nunung, Ketua

Kelompok Sanmor.

Page 28: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

20 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Bagian 2

Membangun Jiwa Kewirausahaan

Perempuan Mandiri

A. Kepribadian Wirausaha

Hasil studi seorang pakar kewirausahaan Indonesia

Sukardi (1999) menyimpulkan adanya sifat-sifat umum

wirausaha:

1. Sifat instrumental, yaitu tanggap terhadap peluang dan

kesempatan berusaha maupun yang berkaitan dengan

perbaikan kerja.

2. Sifat prestatif, yaitu selalu berusaha memperbaiki

prestasi, mempergunakan umpan balik, menyenangi

tantangan dan berupaya agar hasil kerjanya selalu

lebih baik dari sebelumnya.

Page 29: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 21

3. Sifat keluwesan bergaul, yaitu selalu aktif bergaul

dengan siapa saja, membina kenalan-kenalan baru dan

berusaha menyesuaikan diri dalam berbagai situasi.

4. Sifat kerja keras, yaitu berusaha selalu terlibat dalam

situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum

pekerjaan selesai. Tidak pernah memberi dirinya

kesempatan untuk berpangku tangan, mencurahkan

perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, dan memiliki

tenaga untuk terlibat terus menerus dalam kerja.

5. Sifat keyakinan diri, yaitu dalam segala kegiatannya

penuh optimisme bahwa usahanya akan berhasil.

Percaya diri dengan bergairah langsung terlibat dalam

kegiatan konkrit, jarang terlihat ragu-ragu.

6. Sifat pengambil risiko yang diperhitungkan, yaitu

tidak khawatir akan menghadapi situasi yang serba

tidak pasti di mana usahanya belum tentu

membuahkan keberhasilan. Dia berani mengambil

risiko kegagalan dan selalu antisipatif terhadap

Page 30: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

22 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

kemungkinan-kemungkinan kegagalan. Segala

tindakannya diperhitungkan secara cermat.

7. Sifat swa-kendali, yaitu benar-benar menentukan apa

yang harus dilakukan dan bertanggung jawab terhadap

dirinya sendiri.

8. Sifat inovatif, yaitu selalu bekerja keras mencari cara-

cara baru untuk memperbaiki kinerjanya. Terbuka

untuk gagasan, pandangan, penemuan-penemuan baru

yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

kinerjanya. Tidak terpaku pada masa lampau,

gagasan-gagasan lama, tetapi berpandangan ke depan

dan mencari ide-ide baru.

9. Sifat mandiri, yaitu apa yang dilakukan merupakan

tanggung jawab pribadi. Keberhasilan dan kegagalan

dikaitkan dengan tindakan-tindakan pribadinya. Dia

lebih menyenangi kebebasan dalam mengambil

keputusan untuk bertindak dan tidak mau bergantung

pada orang lain.

Page 31: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 23

B. Sifat-Sifat Unggul Wirausaha

Dari berbagai kajian ilmiah tentang kewirausahaan,

ditemukan sedikitnya terdapat 19 sifat penting wirausaha.

Dari 19 sifat tersebut dikelompokkan menjadi 6 sifat

unggul dari wirausaha:

1. Percaya diri, terdiri atas sifat yakin, mandiri,

individualitas, optimisme, kepemimpinan, dan

dinamis.

2. Originalitas, terdiri atas sifat inovatif, kreatif,

mampu mengatasi masalah baru, inisiatif, mampu

mengerjakan banyak hal dengan baik, dan memiliki

pengetahuan.

3. Berorientasi manusia, terdiri atas sifat suka bergaul,

fleksibel, cepat tanggap terhadap saran/kritik.

4. Berorientasi hasil kerja, terdiri atas sifat ingin

berprestasi, berorientasi keuntungan, teguh, tekun,

kerja keras, dan penuh semangat.

Page 32: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

24 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

5. Berorientasi masa depan, terdiri atas sifat pandangan

ke depan, dan keinginan untuk maju.

6. Berani ambil risiko, terdiri atas sifat mampu ambil

risiko, dan suka tantangan.

C. Ciri-ciri Wirausaha Berhasil

Ketika seorang telah memasuki dunia usaha (praktik

bisnis), faktor-faktor kepribadian juga tetap memegang

peranan penting sebagai pendorong keberhasilan

wirausaha. Menurut hasil dari penelitian yang dilakukan

di berbagai negara terhadap para pelaku usaha kecil,

ditemukan bahwa setidaknya ada 9 ciri wirausaha yang

berhasil, yang dibagi ke dalam tiga kategori:

1. Ciri proaktif, yaitu inisiatif yang tinggi dan inovatif.

2. Ciri orientasi prestasi, yaitu melihat

kesempatan/peluang dan bertindak langsung,

menekankan pekerjaan dengan kualitas tinggi,

perencanaan yang sistematis, dan melakukan evaluasi.

Page 33: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 25

3. Ciri komitmen, yaitu komitmen yang tinggi terhadap

pekerjaan, dan menyadari pentingnya hubungan bisnis

yang mendasar.

D. Membangun Motivasi Sukses dalam

Berwirausaha

Pada usia berapa rata-rata orang memulai

berwirausaha? Salah satu hasil kajian yang dilakukan

terhadap para wirausahawan (entrepreneur) yang telah

berhasil dalam dunia bisnis di negara maju, diketahui

bahwa usia rata-rata mereka memulai bisnis adalah

sebagai berikut:

No. Usia Mulai Wirausaha Prosentase (%)

1 < 20 tahun 1%

2 20 – 24 tahun 8%

3 25 – 29 tahun 17%

4 30 – 34 tahun 21%

5 35 – 39 tahun 18%

6 40 – 44 tahun 15%

7 45 – 49 tahun 9%

Page 34: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

26 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

No. Usia Mulai Wirausaha Prosentase (%)

8 50 – 54 tahun 7%

9 > 54 tahun 4%

Dari data tersebut kebanyakan orang berwirausaha

berada di kelompok usia 25-44 tahun. Anda belum

terlambat untuk meraih kesuksesan melalui karir

kewirausahaan. Setiap orang kalau ditanya pasti ingin

sukses dalam hidupnya. Tetapi ketika kita mencoba

melakukan telaah apa yang biasa dilakukan kebanyakan

orang, ternyata sebagian besar dari mereka membungkus

diri dengan kesulitan. Mereka tidak sadar sesungguhnya

banyak hal yang bisa dilakukan tetapi mereka tidak

melakukan. Banyak hal yang mereka harus tidak

melakukan (karena hal itu dapat merusak motivasi) tetapi

malah ia lakukan. Itulah yang dinamakan sebagai

membungkus diri dengan kesulitan.

Anda termasuk tipe yang mana dari 4 tipe orang

sukses di bawah ini:

Page 35: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 27

1. Tidak Punya Teori dan Tidak Melakukan Banyak Hal:

mereka adalah miskin kesadaran, miskin pengertian,

miskin tindakan. Hidup tak terarah.

2. Punya Teori Tidak Dipraktikkan: ada potensi, tetapi

tidak digunakan. Hidup mereka biasa-biasa saja.

3. Tidak Punya Teori Tetapi Melakukan Tindakan:

mereka digerakkan oleh kekuatan dari dalam,

motivator sejati, mereka adalah otodidak (belajar

sendiri).

4. Punya Teori dan Mempraktikkan: kondisi ideal yang

diinginkan semua orang. Mereka adalah orang sukses

sejati.

E. Penyebab Hilangnya Motivasi

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan

hilangnya motivasi seseorang dalam berusaha:

a. Selalu berpikir negatif

b. Perasaan tidak berharga

Page 36: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

28 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

c. Suasana kerja

d. Penghargaan

e. Keadilan dan partisipasi

f. Tidak adanya kedisiplinan

F. Miliki 7 Kebiasaan Manusia Efektif

Wirausahawan seharusnya memiliki 7 kebiasaan

yang bisa membuat usahanya lebih efektif, yaitu:

a. Proaktif, bukan menunggu

b. Berorientasi pada tujuan

c. Bekerja berdasarkan prioritas

d. Berpikir ‘win-win’ (integritas, dewasa, positif)

e. Bersinergi, bekerjasama

f. Selalu melakukan perbaikan diri

g. Menggunakan energi spiritual

Page 37: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 29

G. Miliki Etos Kerja Sukses

Etos kerja menjadi hal sangat penting untuk

mencapai kesuksesan dalam berwirausaha, yaitu:

✓ Sanggup bekerja benar (kerja itu suci, kerja sebagai

panggilan)

✓ Sanggup bekerja keras (kerja itu sehat, kerja sebagai

aktualisasi diri)

✓ Sanggup bekerja tulus (kerja itu rahmat, kerja

sebagai tanda terima kasih/syukur)

✓ Sanggup bekerja tuntas (kerja itu amanah, kerja

merupakan tanggung jawabku)

✓ Sanggup bekerja kreatif (kerja itu seni, kerja sebagai

kesukaan)

✓ Sanggup bekerja serius (kerja itu ibadah, kerja

sebagai pengabdian)

✓ Sanggup bekerja sempurna (kerja itu mulia, kerja

merupakan sebuah pelayanan)

Page 38: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

30 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

✓ Sanggup bekerja unggul (kerja itu kehormatan, kerja

sebagai kewajiban).

H. Revolusi Sikap Menjadi Pengusaha

(Entrepreneur)

Apakah Anda ingin kaya? Kalau ya, ada tiga cara

menjadi kaya (Dion Alexander Nugraha, 2008), yaitu (1)

mewarisi uang, (2) menikahi orang kaya, dan (3)

menghasilkan uang. Untuk yang nomor 1 dan 2,

barangkali tergantung pada nasib. Tetapi untuk yang

ketiga, sesungguhnya merupakan peluang yang dapat

diperjuangkan bagi setiap orang. Kaya tidak harus secara

materi, tetapi juga pribadi yang kaya yang dapat

mengembangkan kekuatan diri sendiri tanpa batas untuk

mencapai sesuatu.

Menurut Dion (2008) dalam bukunya yang berjudul

8 Revolusi Sikap Menjadi Entrepreneur, ditegaskan

bahwa jika Anda seorang pemilik usaha kecil yang ingin

Page 39: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 31

berkembang, seorang wiraswasta berprospek, seorang

yang ingin mendaki tangga karir, atau bahkan seorang

yang belum memutuskan arah mana yang hendak

diambil, maka 8 revolusi sikap menjadi entrepreneur,

perlu mendapatkan perhatian:

1. Berani mencoba (memulai)

2. Sikap terhadap uang (pengendalian dalam

penggunaan uang).

3. Mematahkan mitos (untuk menjadi kaya kita harus

terlahir kaya, kita harus cemerlang secara akademis,

semua itu hanyalah keberuntungan, latar belakang

keluarga yang mapan, harus memiliki kepribadian

sesuai dengan tren yang diinginkan, kita harus muda

agar kita sukses, kita harus melakukan kejahatan agar

kaya). Semua mitos tersebut hatus dipatahkan.

4. Kekuatan dalam sebuah kegagalan (kegagalan adalah

guru yang terbaik, kegagalan akan membuat Anda

mengubah tindakan, kegagalan akan membuat lebih

berhati-hati, kegagalan membuat kita lebih waspada.

Page 40: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

32 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

5. Miliki motivasi diri

6. Deklarasi sikap dengan perkataan

Untuk membangun jiwa kewirausahaan, Dion

menawarkan model deklarasi sikap yang diberi nama

’Successibility thinking’ konsep ini pertama kali

diperkenalkan oleh Gerry Robert, yaitu

menggambarkan suatu sikap menolak untuk

menyerah, tindakan atau aksi yang harus dikerjakan

tanpa henti. Ada 31 deklarasi sikap yang harus

diucapkan terus menerus setiap saat. Di antaranya

adalah:

Saya adalah orang hebat;

Saya bisa karena saya berpikir saya bisa;

Saya orang kuat;

Saya percaya segalanya dimungkinkan;

Saya mengawalinya dengan senyum; Saya adalah orang yang

optimis;

Saya adalah orang yang selalu berpikir positif;

Saya menikmati hidup, meski terkadang musibah menimpa;

Saya akan maju terus;

Saya akan mengisi hidup saya segala dengan hal yang positif;

Tidak ada orang yang sempurna termasuk saya;

Saya bagaikan memiliki berlian di dalam diri saya;

Saya orang yang penuh komitmen;

Saya adalah orang yang memiliki daya imajinasi tanpa batas;

Page 41: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 33

7. Sadar akan kelemahan diri

8. Konsisten

Di samping itu ada 5 sikap dasar yang harus kita

miliki dalam berusaha, apapun jenis usaha atau pekerjaan

yang harus dilakukannya, Disiplin, Kejujuran, Tanggung

jawab, Tekun dan focus, Keseimbangan hubungan antar

sesama dan Tuhan sebagai sumber apapun.

Page 42: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

34 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Cerita Sukses:

Rizki Elsani, Pelaku Usaha Nugget dari

Bekasi – Jawa Barat

Seorang ibu rumah tangga yang telah berhasil

merintis dan menjalankan usaha kecil di bidang makanan

di daerah Bekasi Jawa Barat. Ibu rumah tangga dengan

usia 35 tahun ini memiliki bisnis nugget ikan sebagai

usaha sampingannya di rumah. Pemilihan jenis nugget

ikan tersebut bukan dilakukan tanpa perhitungan namun

telah dipertimbangkan dengan matang usaha nugget

berbahan dasar ikan. Ibu rumah tangga ini awalnya

bukanlah seorang pengusaha rumahan karena sebelumnya

pernah mengajar sebagai guru bahasa Inggris di sebuah

sekolah play grup Lembaga Kids 2 Succes dan Gymboree.

Dengan modal awal kurang dari 1 juta, Rizky Elsany

telah bereksperimen untuk membuat nugget dari ikan

dimana selama ini biasanya bahan nugget adalah ayam.

Berbagai percobaan telah dilakukannya untuk menciptakan

resep nugget ikan yang spesial.

Page 43: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 35

Menurutnya, nugget ikan adalah sebuah produk baru

yang belum banyak dikenal oleh masyarakat namun

memiliki prospek bagus karena nugget merupakan salah

satu makanan yang digemari oleh anak-anak.

Bisnis nuggetnya kini telah berusia lebih dari 2 tahun,

telah memiliki sertifikasi halal dari Disperindag & UKM

Bekasi. Untuk pemasarannya, ibu rumah tangga ini

biasanya memanfaatkaan internet sebagai sarananya

seperti lewat Facebook, Twitter dan website serta BBM.

Jangkauan pasarnya mulai dari Jawa, Sumatera, dan

sebagian Sulawesi. Untuk saat ini, Rizky Elsany fokus

mengembangkan bisnis nuggetnya di rumah karena selain

dapat memberikan lowongan kerja buat ibu rumah tangga

di sekitar rumahnya karena telah direkrut sebagai

karyawan bagian produksi, bisnis rumahannya ini telah

memberikan pemasukan lumayan dan membantu

meningkatkan tingkat ekonomi rumah tangganya.

Page 44: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

36 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Claudia Syanny Latif, Pelaku Usaha

Cemilan Marguerite Nougat

Seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun, memiliki

usaha sendiri di rumahnya dengan membikin usaha camilan.

Usaha makanan kecil berupa camilan bukanlah sembarang

camilan karena Claudia membikin camilan tanpa bahan

pengawet sama sekali. Pemilihan jenis makanan camilan

tanpa pengawet didasarkan kepada kenyataan bahwa dewasa

ini makin banyak makanan tidak sehat bahkan sangat

berbahaya untuk kesehatan konsumen karena telah

dicampur dengan bahan kimia berbahaya. Oleh sebab itu,

Claudia Syanny Latif telah melakukan percobaan berbulan-

bulan untuk menemukan sebuah resep camilan tanpa

pengawet yang bisa tahan sampai 6 bulan lamanya.

Claudia Syanny Latif akhirnya berhasil membuat

camilan yang bisa tahan berbulan-bulan dan sangat aman

untuk kesehatan karena tidak memakai bahan pengawet

sekalipun. Produknya adalah Marguerite Nougat yang telah

dirintis sejak tahun 2008 dan sekarang berhasil memperoleh

keuntungan berkisar 20 jutaan perbulan dan bisa tembus 50

juta jika pada saat mendekati hari-hari besar keagamaan,

sebuah penghasilan lumayan untuk seorang ibu rumah

tangga mengingat latar belakang pendidikannya tidak ada

sama sekali sekali hubungannya dengan bisnis makanan.

Page 45: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 37

Dengan jumlah karyawan sekitar 7 orang, saat ini

bisnis Marguerite Nougatnya telah digemari di Indonesia

dan bahkan sampai ke Singapura. Di tahun-tahun

mendatang, ibu rumah tangga ini akan mengembangkan

bisnisnya dengan mencoba membuka gerai atau toko

makanan karena selama ini pemasaran yang dilakukannya

hanya melalui media online.

Dari sebuah ide usaha, hobi dan kerja keras adalah

menjadi kunci sebuah usaha rumahan yang

menguntungkan sekaligus menghasilkan.

Page 46: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

38 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Fen Saparita, Pemilik Usaha Binatu

Pada awal memulai usaha ia sudah beberapa kali mengalami

kegagalan. Pada tahun 1996, ia memutuskan untuk mencoba

berusaha sendiri, karena itu mengundurkan diri dari pabrik semen

gresik tempat ia bekerja. Ia beralih menekuni bisnis binatu. Selain

modalnya murah, hal ini sudah menjadi kebutuhan orang banyak. Ia

mulai membeli mesin cuci dan mesin uap untuk memulai bisnisnya,

membuka lowongan kerja untuk karyawan yang kelak menjalankan

bisnis ini. Fen benar-benar nekat, karena sebenarnya ia tidak tahu

menahu mengenai bisnis ini. Ia justru berharap akan mendapat

pengetahuannya dari para karyawannya.

Fen membuka counter di kawasan Universitas Gajah Mada

untuk menjaring mahasiswa yang mau mencuci dan

menyeterikakan pakaiannya. Oleh karena targetnya adalah

mahasiswa, maka ia memberikan harga yang cukup murah.

Sayangnya nyaris tidak ada yang melirik usaha ini walau telah

diberikan harga yang murah. Oleh karena itu, ia harus keluar dari

lingkungan kampus, dan kali ini ia menyewa tempat di toserba Hero

dan mengharapkan kalangan menengah atas mau menggunakan

jasanya.

Harga yang dipasang pun relatif cukup tinggi. Tak diduga

order cuciannya mengalir dan terus meningkat. Fen sampai

membuka outlet baru di mal Galeria. Setelah itu usaha Fen pun

terus berkembang. Saat ini di Jogjakarta siapa yang tidak mengenal

Melia Laundry yang sudah memiliki puluhan cabang di beberapa

kota dengan ratusan agen pendukungnya.

Page 47: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 39

Bagian 3

Konsep Kewirausahaan

Perempuan Mandiri

A. Definisi Wirausaha dan Kewirausahaan

Kata entrepreneurship yang dahulunya sering

diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan akhir-akhir

ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan.

Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu

entreprendre yang artinya memulai atau melaksanakan.

Wiraswasta/ wirausaha berasal dari kata: Wira: utama,

gagah berani, luhur, swa: sendiri, sta: berdiri, usaha:

kegiatan produktif.

Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya

ditujukan pada orang-orang yang dapat berdiri sendiri. Di

Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-

Page 48: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

40 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

orang yang tidak bekerja pada sektor pemerintah yaitu;

para pedagang, pengusaha, dan orang-orang yang bekerja

di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah

orang-orang yang mempunyai usaha sendiri.

Wirausahawan adalah orang yang berani membuka

kegiatan produktif yang mandiri.

Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:10)

mendifinisikan: Kewirausahaan adalah proses penciptaan

sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan

upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan,

fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima

imbalan uang yang dihasilkan, sertra kepuasan dan

kebebasan pribadi. Kewirausahaan dapat didefinisikan

sebagai berikut: Wirausaha usaha merupakan

pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri

denga memanfaatkan peluang-peluang untuk

menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang

inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang

Page 49: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 41

menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-

tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006).

Kata kunci dari kewirausahaan adalah;

(1) Pengambilan resiko

(2) Menjalankan usaha sendiri

(3) Memanfaatkan peluang-peluang

(4) Menciptakan usaha baru

(5) Pendekatan yang inovatif

(6) Mandiri (misal; tidak bergatung pada bantuan

pemerintah)

B. Wirausahawan Dilahirkan, Dicetak, Atau

Lingkungan

Sebuah pertanyaan yang sering diperdebatkan adalah

mengenai apakah wirausahawan itu dilahirkan yang

menyebabkan seseorang mempunyai bakat lahiriah untuk

menjadi wirausahawan atau sebaliknya wirausahawan itu

dibentuk atau dicetak. Sebagian pakar berpendapat bahwa

wirausahawan itu dilahirkan sebagian pendapat

mengatakan bahwa wirausahawan itu dapat dibentuk

Page 50: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

42 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

dengan berbagai contoh dan argumentasinya. Misalnya

Bu Yuni tidak mengenyam pendidikan tinggi tetapi kini

dia menjadi pengusa besar nasional. Dilain pihak kini

banyak pemimpin/pemilik perusahaan yang

berpendidikan tinggi tetapi reputasinya belum melebihi

Bu Yuni tersebut.

Pendapat lain adalah wirausahawan itu dapat

dibentuk melalui suatu pendidikan atau pelatihan

kewirausahaan. Contohnya, setelah Perang Dunia ke-2

beberapa veteran perang di Amerika belajar

berwirausaha. Mereka belajar berwirausaha melalui suatu

pendidikan atau pelatihan baik pendidikan/pelatihan

singkat maupun pendidikan/ pelatihan yang berjenjang.

Dengan modal pengetahuan dan fasilitas lainnya mereka

berwirausaha. Samuel Whalton pendiri Walmart yang

kini menjadi retailer terbesar dunia adalah veteran yang

memulai usahanya pada usia 47 tahun. Ross Perot pendiri

Texas Instrument yang pernah mencalonkan diri sebagai

Page 51: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 43

presiden Amerika dari partai independen juga seorang

veteran yang berhasil dibentuk menjadi wirausahawan.

Pendapat yang sangat moderat adalah tidak

mempertentangkan antara apakah wirausahawan itu

dilahirkan, dibentuk atau karena lingkungan. Pendapat

tersebut menyatakan bahwa untuk menjadi wirausahawan

tidak cukup hanya karena bakat (dilahirkan) atau hanya

karena dibentuk. Wirausahawan yang akan berhasil

adalah wirausahawan yang memiliki bakat yang

selanjutnya dibentuk melalui suatu pendidikan atau

pelatihan, dan hidup di lingkungan yang berhubungan

dengan dunia usaha.

Seseorang yang meskipun berbakat tetapi tidak

dibentuk dalam suatu pendidikan/pelatihan tidaklah akan

mudah untuk berwirausaha pada masa kini. Hal ini

disebabkan dunia usaha pada era ini menghadapi

permasalahan-permasalahan yang lebih kompleks

dibandingkan dengan era sebelumnya. Sebaliknya orang

yang bakatnya belum terlihat atau mungkin masih

Page 52: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

44 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

terpendam jika ia memiliki minat dengan motivasi yang

kuat akan lebih mudah untuk dibentuk menjadi

wirausahawan. Bagi yang ingin mempelajari

kewirausahan janganlah berpedoman pada berbakat atau

tidak. Yang penting memiliki minat dan motivasi yang

kuat untuk belajar berwirausaha.

C. Karakteristik Pribadi Wirausaha

Sifat kepribadian wirausaha dipelajari guna

mengetahui karakteristik perorangan yang membedakan

seorang wirausaha dan bukan wirausaha. David

McCleland mengindikasikan ada korelasi positif antara

tingkah laku orang yang memiliki motif prestasi tinggi

dengan tingkah laku wirausaha. Karakteristik orang-

orang yang mempunyai motif prestasi tinggi adalah:

a) Memilih resiko “moderate”, dalam tindakannya dia

memilih melakukan sesuatu yang ada tantangannya,

namun dengan cukup kemungkinan untuk berhasil.

Page 53: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 45

b) Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-

perbuatan. Artinya kecil sekali kecenderungan untuk

mencari “kambing hitam” atas kegagalan atau

kesalahan yang dilakukannya.

c) Mencari umpan balik tentang perbuatan-

perbuatannya.

d) Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru.

Upaya untuk mengungkapkan karakteristik utama

wirausaha juga dilakukan oleh para ahli dengan

menggunakan teori letak kendali yang dikemukakan

oleh J.B. Rotter. Teori letak kendali menggambarkan

bagaimana meletakkan sebab dari suatu kejadian

dalam hidupnya. Apakah sebab kejadian tersebut

oleh faktor dalam dirinya dan dalam lingkup

kendalinya atau faktor diluar kendalinya.

Dua kategori letak kendali menurut Rotter yaitu:

1. Internal

Orang yang beranggapan bahwa dirinya

mempunyai kendali atas apa yang akan dicapainya.

Karakteristik ini sejalan dengan karakteristik

Page 54: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

46 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

wirausaha seperti lebih cepat mau menerima

pembaharuan (inovasi).

2. Eksternal

Orang yang beranggapan keberhasilan tidak

semata tergantung pada usaha seseorang, melainkan

juga oleh keberuntungan, nasib, atau ketergantungan

pada pihak lain, karena adanya kekuatan besar

disekeliling seseorang.

Management Systems International (MSI)

menyebutkan karakteristik pribadi wirausaha (personal

entrepreneurial characteristics) sebagai berikut:

a. Mencari peluang

b. Keuletan

c. Tanggungjawab terhadap pekerjaan

d. Tuntutan atas kualitas dan efisiensi

e. Pengambilan resiko

f. Menetapkan sasaran

g. Mencari informasi

h. Perencanaan yang sistematis dan pengawasannya

i. Persuasi dan jejaring/koneksi

j. Percaya diri

Page 55: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 47

D. Peran Wirausaha Bagi Lingkungannya

Dalam pandangan Schumpeter, seorang wirausaha

adalah inovator. Hanya seseorang yang sedang

melakukan inovasi yang dapat disebut sebagai wirausaha.

Mereka yang tidak lagi melakukan inovasi, walaupun

pernah, tidak dapat lagi dianggap sebagai wirausaha.

Wirausaha bukanlah jabatan, melainkan suatu peran.

Berdasarkan pengertian tentang wirausaha yang telah

dibahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa peran

wirausaha yang utama bagi lingkungannya adalah sebagai

berikut:

(1) Memperbaharui dengan “merusak secara kreatif”.

(2) Dengan keberaniannya melihat dan mengubah apa

yang sudah dianggap mapan, rutin, dan memuaskan.

(3) Inovator, menghadirkan hal yang baru di masyarakat.

(4) Mengambil dan memperhitungkan risiko

(5) Mencari peluang dan memanfaatkannya

(6) Menciptakan organisasi baru

Page 56: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

48 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

E. Mitos Dalam Kewirausahaan

Berikut ini rincian mitos kewirausahaan yang

dikumpulkan oleh Michael Robert dan Alan Weiss, dan

sejumlah bukti yang dikumpulkan dari berbagai sumber

yang menetang mitos tersebut.

1. Wirausaha adalah pengambil resiko besar

a) Wirausaha bukan pengambil resiko besar,

melainkan seorang yang menghitung resiko yang

akan diambilnya. Tantangan ada namun dengan

upaya akan dapat dicapai.

b) Wirausaha bijaksana dalam memilih resiko dan

bukan penjudi.

2. Wirausaha adalah pemilik usaha, bukan pegawai

a) Yang mengubah restoran “fast food” McDonald’s

menjadi raja dibidang “franchising” adalah Ray

Kroc, pimpinan perusahaan, dan bukan

pemiliknya yaitu McDonald bersaudara.

b) Intrepreneur di dalam perusahaan bukanlah

pemilik.

Page 57: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 49

3. Inovasi hanya di perusahaan kecil

a) Inovasi dilakukan dengan ketrampilan atau

keahlian dan bukan pembawaan atau milik budaya

tertentu. Ia dilakukan dimana-mana.

b) Musuh inovasi adalah birokrasi yang terdapat di

perusahaan besar ataupun kecil.

4. Inovasi adalah gagasan besar

Sebagian keberhasilan besar dimulai dari gagasan baru

yang sederhana, misalnya “walkman” muncul sebagai

produk baru yang sukses berasal dari keinginan tetap

mendengar musik secara pribadi selagi berolahraga.

5. Wirausaha adalah pencetus gagasan saja: Seorang

inovator terjun langsung menerapkan gagasannya.

6. Wirausaha menyediakan sarananya termasuk modal

sendiri

a) Wirausaha tidak sama dengan kapitalis.

b) Wirausaha menggunakan sarana yang ada dengan

cara baru.

Page 58: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

50 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

7. Wirausaha dilahirkan dan kewirausahaan tidak

dapat dilatihkan

Seperti ketrampilan dokter atau pengacara,

ketrampilan kewirausahaan dapat dilatihkan.

F. Wirausaha, Manajer dan Organisasi

Peran wirausaha pendiri adalah melahirkan suatu

organisasi baru, baik sendiri maupun bersama suatu

kelompok. Setelah lahir maka wirausaha pendiri

melakukan upaya pengembangan organisasi hingga

sampai organisasi tidak lagi tergantung pada pendiri.

Pelaksanaan organisasi memerlukan manajemen yang

menguatkan organisasi dengan sistem manajemen dan

mengurangi ketidak-pastian dan ketergantungan pada

faktor subjektivitas pendiri.

Pengembangan sistem dan budaya organisasi harus

dapat menampung manajemen yang baik dan juga adanya

kewirausahaan. Salah satu pola yang ada untuk

menampung kewirausahaan di dalam organisasi mapan

Page 59: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 51

adalah wirausaha-intra (intrapreneurs). Pengembangan

kewirausahaan di dalam perusahaan dapat terjadi pada

tiga tingkatan, yaitu:

a. Individual

b. Kelompok kerja

c. Oganisasi/Perusahaan

Di Indonesia tidak jarang ditemui perusahaan yang

berada dalam kotak “tidak layak untuk terus” yaitu baik

manajemen dan kewirausahaan yang dimilikinya belum

cukup menyiapkan manajemennya dan sudah

“meninggalkan” perusahaan untuk membangun bisnis

baru. Wirausaha pendiri dapat dianggap sempurna bila

organisasi yang didirikannya dapat mencapai kotak

“ideal” yaitu baik manajemennya dan kewirausahaan

organisasinya dalam taraf “baik”.

Page 60: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

52 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Bagian 4

Manajemen Usaha Kecil

A. Aspek Pemasaran

Beberapa konsep dasar yang perlu dipahami dalam

aspek pemasaran adalah sebagai berikut: “Kebutuhan”

yang menggambarkan kebutuhan dasar manusia seperti

pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, rekreasi,

dan sebagainya. Kebutuhan menjadi keinginan jika

kebutuhan telah mengarah pada satu keinginan yang

tertentu yang dapat memberikan kepuasan.

Permintaan adalah keinginan terhadap produk jasa

yang spesifik atau barang dan didukung oleh ketersediaan

dana atau daya beli untuk membayar barang atau jasa.

Produk adalah sesuatu yang ditawarkan untuk dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan seseorang.

Page 61: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 53

Brand (merk) adalah suatu yang ditawarkan dari satu

sumber yang diketahui sumbernya yang telah

menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan. Konsep pemasaran: adalah (1) Kepuasan

Pelanggan, (2) Total usaha perusahaan terhadap produk

yang dihasilkan dan (3) Keuntungan bagi penghasil

barang dan jasa. Pada saat ini terjadi perubahan tentang

persepsi manajemen pemasaran. Persepsi manajemen

pemasaran saat ini berfokus pada: strategi, berorientasi

pada jangka panjang, dan berbasis komunikasi, dengan

menggunakan berbagai media teknologi komunikasi yang

canggih dan dikendalikan pelanggan.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dimana ada

kelompok masyarakat atau individu ingin memenuhi

kebutuhannya melalui kegiatan menciptakan,

menawarkan dan mempertukarkan secara bebas produk

atau jasa yang bernilai dengan pihak lain (Philip Kotler).

Untuk memahami konsep pemasaran ada tiga kunci

dasar yaitu: Segmentasi; Mengenali kelompok pasar yang

Page 62: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

54 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

berkaitan dengan potensi dan target yang ada dan

perbedaan masing masing dalam kelompok tersebut.

Memilih target atau kelompok sasaran yaitu Targeting;

Memilih kelompok yang akan menjadi fokus pasar

dengan menggunakan media komunikasi, kampanye,

penawaran. Mendudukan pesan apa yang ingin

disampaikn dan apa yang diinginkan dari target sasaran

dalam menilai bisnis atau Positioning.

1. Aktivitas Pemasaran

Jenis usaha yang dikembangkan pada kawasan sentra

produk unggulan melakukan proses produksi barang dan

jasa untuk memenuhi kebutuhan pelanggan/masyarakat.

Proses menikmati barang atau jasa tidak mungkin dapat

berjalan tanpa proses jual-beli antara penghasil produk

dengan konsumen.

Bila proses jual-beli tersebut tidak berlangsung,

maka barang atau jasa yang dihasilkan oleh pelaku

UMKM tidak akan sampai ke konsumen, dengan

Page 63: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 55

demikian kebutuhan masyarakat tidak akan terpenuhi.

Sebaliknya pebisnis UMKM yang menghasilkan barang

juga tidak dapat menjual barangnya, sehingga tidak

mencapai tujuannya untuk mendapatkan keuntungan.

Pemasaran merupakan suatu fungsi yang luas yang

mempengaruhi seluruh aspek operasi bisnis UMKM,

sebab berawal dan berakhir pada konsumen, oleh karena

itu tujuan pokok dari pelaku UMKM adalah melayani

kesejahteraan pelanggan/konsumen.

Pemasaran adalah proses dalam masyarakat, di mana

struktur permintaan akan barang ekonomis dan jasa-jasa

diantisipasi, disebarluaskan dan dipenuhi melalui

konsepsi, promosi, pertukaran, dan distribusi fisik dari

barang dan jasa.

Pada hakekatnya pemasaran meliputi berbagai upaya

untuk menumbuhkan permintaan efektif terhadap produk

yang dihasilkan oleh pebisnis UMKM, sehingga terjadi

proses jual beli dan kebutuhan konsumen dapat

Page 64: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

56 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

terpuaskan serta tujuan pebisnis UMKM untuk

mendapatkan keuntungan juga dapat tercapai.

Terjadinya transaksi barang dapat dilakukan di pasar.

Pasar diartikan sebagai:

a. Pasar tempat pertemuan antara pembeli dan penjual

dan terjadinya penyerahan barang atau jasa

b. Sebagai jumlah total permintaan atas barang

c. Keadaan dan kekuatan yang menentukan harga

barang

d. Sekumpulan orang atau badan yang mempunyai

kebutuhan atas suatu produk dan mempunyai daya

beli.

2. Fungsi Pemasaran

Proses pemasaran mengandung beberapa fungsi yang

harus ditampung oleh pihak produsen UMKM dan

lembaga atau mata rantai distribusi produknya, dan sering

kali terjadi masalah yang harus dipecahkan baik oleh

produsen maupun lembaga distributor penyalur barang.

Page 65: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 57

Fungsi fungsi yang dimaksud adalah (1) pembelian,

pengumpulan, pengemasan, (2) penjualan, penyebaran

atau distribusi, (3) pengangkutan atau transportasi, (4)

penyimpanan, (5) pembiayaan atau pendanaan, (6) risiko,

(7) informasi pasar.

Berbagai kegiatan pemasaran meliputi:

(a) Perencanaan dan keputusan mengenai jenis barang

yang mempunyai keunggulan komparatif dan

kompetetif. Dalam perencanaan dan keputusan itu

juga tercakup mutu barang yang akan dihasilkan

yang ditujukan untuk masyarakat konsumen yang

mana, atau segmen konsumen yang mana, pemberian

merek/tanda agar barang mudah dikenal oleh

konsumen

(b) Perencanaan dan penentuan harga penjualan dari

produk yang ditawarkan kepada konsumen, dimana

turut diperhitungkan juga faktor-faktor yang ikut

menentukan nilai jual barang.

Page 66: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

58 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

(c) Perencanaan dan penentuan kelompok sasaran

konsumen yang akan didorong untuk membeli

produk/jasa, baik ditinjau dari segi daerah tempat

tinggal, tingkat daya beli, tingkat kehidupan dan

kelompok konsumen.

(d) Perencanaan dan penentuan penyampaian produk

kepada konsumen, apakah langsung dengan cara

eceran, atau melalui badan penyalur, atau distributor.

(e) Mempengaruhi masyarakat konsumen agar tertarik

akan produk perusahaan melalui promosi.

(f) Segala upaya dalam kegiatan pemasaran perlu

dilandasi dengan pengetahuan mengenai: Perilaku

dan kesukaan masyarakat konsumen, selera pilihan

sesuai dengan pengelompokan berdasarkan tempat

tinggal, tingkat kehidupan, jenis kelamin dan usia.

(g) Mengidentifikasi berapa kebutuhan yang ada dari

tiap segmen masyarakat konsumen, apakah

senantiasa tetap, atau berubah. Kalau kebutuhan

Page 67: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 59

sifatnya berubah ubah bagaimana pola perubahannya,

menurut musim atau tanggal.

(h) Jika permintaan barang belum terasa apakah dapat

memperkenalkan produk baru.

(i) Mengkaji penyaing yang menghasilkan jenis barang

baru yang juga menjualnya kepada kalangan

konsumen yang sama. Perlu juga dikaji berapa besar

kemampuan pesaing dalam mengisi kebutuhan

masyarakat.

3. Pengemasan Produk

Pengemasan sebagai salah satu dari sub fungsi

pemasaran dari fungsi pembelian dan pengumpulan suatu

produk. Pelaku UMKM masih sangat kurang

memperhatikan tentang pengemasan produk yang

dihasilkan. Banyak produk produk unggulan khususnya

hasil agribisnis memerlukan pengemasan yang baik,

tetapi kegiatan ini lebih banyak ditangani oleh para

pedagang pengumpul, yang merupakan bagian dari fungsi

Page 68: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

60 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

pemasaran. Kegiatan ini dimulai dari tahap setelah pasca

panen atau setelah pengolahan produk hasil hasil

pertanian, misalnya produk pindang bandeng, atau

produk hasil pengolahan buah buahan dan sayuran.

Para pelaku UMKM dalam bidang industri dan

agroindustri memerlukan pengetahuan dasar dasar

pengemasan, khususnya bagi barang barang yang akan

dipasarkan ke pasar regional atau ekspor. Barang-barang

tersebut biasanya disampaikan dalam bentuk kemasan

atau pembungkus kepada konsumen.

Fungsi utama dari kemasan adalah untuk melindungi

barang yang dijual kepada konsumen agar tidak rusak,

karena penguruh udara, benturan, kotoran, pengambilan

sebagian. Kemasan juga mempunyai fungsi tambahan

untuk menambah daya tarik perhatian konsumen dan

memudahkan penyerahan kepada konsumen. Misalnya

menjual sirup ABC dalam botol dan diberi etiket (aturan

penyajian). Karena itu dalam upaya pemasaran perlu

Page 69: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 61

memikirkan disain kemasan untuk menarik konsumen,

misalnya dengan warna dan gambar.

Kemasan adalah bagian yang sangat penting dari

produk agribisnis (khususnya perikanan dan tanaman

pangan dan hortikultura). Kemasan bertujuan untuk

mewadahi, melindungi, dan mempresentasikan produk.

Kemasan yang dilakukan oleh pengolala skala kecil

(UMKM) pada umumnya jauh dari persyaratan mutu

yang ditentukan dan penampilan kurang menarik.

Sedangkan disisi lain masih banyak kemasan yang tidak

sesuai dengan produk yang dikemas. Oleh karena itu

pemilihan bahan pengemas dan cara pengemasannya

harus disesuaikan dengan sifat produk, lama

penyimpanan dan kondisi yang diperlukan.

Pemilihan kemasan/wadah yang tepat akan

membantu mempertahankan mutu produk yang dikemas.

Dengan berkembangnya peralatan pengemas dapat

memberikan kemudahan dalam pengembangan

pemasaran. Keuntungan dari tipe pengemas modern ini

Page 70: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

62 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

selain memberikan penampilan yang menarik juga

berfungsi untuk melindungi adanya kerusakan produk,

sehingga memungkinkan untuk dipasarkan atau

didistribusikan dalam waktu relatif lama dan tempat yang

jauh.

a. Kemasan berfungsi sebagai wadah

Wadah dari produk yang merupakan fungsi dasar

dari kemasan karena pengemas harus menahan

produk tetap dalam satu unit selama transportasi dan

penyimpanan. Jadi fungsi kemasan di sini

mempermudah pengangkutan atau supaya produk

tidak berserakan, karena tidak semua produk dapat

dipindahkan satu persatu bahkan ada produk yang

bila tidak menggunakan kemasan tidak mungkin

dapat dipindahkan dari satu tempat ketempat lainnya.

b. Melindungi dan mengawetkan produk

Selama transit, penyimpanan dan dipajang pada

tempat penjualan dan akhirnya dibawa dan disimpan

Page 71: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 63

di rumah konsumen. Pengemasan mempengaruhi

keamanan mutu dan daya awet dari produk. Untuk

produk tertentu pemilihan sistim pengemasan dan

bahan pengemas akan mampu menahan daya awet.

Untuk melindungi produk perlu mengetahui

karateristik produk tersebut, misalnya makanan,

yaitu: Tidak terlalu kuat secara mekanis; Mudah

mengalami perubahan kadar air dilingkungannya;

Memberikan media bagi pertumbuhan bakteri;

Mudah mengalami reaksi kimia.

Sebagai pelindung, pengemas tidak hanya

melindungi produk yang dikemas tetapi juga

merupakan pelindung dari lingkungan dimana

produk tersebut berada, diantaranya memberikan

perlindungan terhadap uap air agar tidak bebas keluar

masuk kemasan dengan menggunakan kemasan

kedap air. Memberikan perlindungan terhadap zat

folatil dimana bahan pengemas yang dipakai kedap

gas dan uap air. Selain itu memberikan perlindungan

Page 72: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

64 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

terhadap oksigen, invektasi serangga dan

perlindungan bahan yang rapuh.

4. Mempresentasikan Produk

Salah satu strategi pemasaran suatu produk adalah

menarik calon pembeli diantaranya melalui: (1)

Penampilan yang menarik dengan warna, bentuk dan

disain yang baik, (2) Sumber informasi mengenai produk,

(3) Memuat pesan-pesan dari produsen, (4)

Mempermudah atau memberi kenyamanan.

Muatan pesan, disain dari pengemasan sangat erat

hubungannya dengan dunia iklan. Tujuan dari

penggunaan grafis, warna, dan bentuk adalah untuk

memberikan image terhadap merek dan produk itu

sendiri. Iklan yang baik harus memberikan perhatian pada

pengemas yang merupakan presentasi dari produk

ditempat pemasaran. Pengemas yang mudah dikenal

seperti penggunaan logo atau merek tertentu akan

memberikan kemudahan kepada konsumen untuk

Page 73: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 65

membeli kembali produk tersebut. Sering kali desain

pengemasan dapat digunakan untuk memberi rasa

familiar sehingga konsumen membeli produk lain dari

perusahaan yang sama. Pemasaran yang sukses juga

memerlukan pengemas yang memuat informasi seperti

nilai nutrisi atau rekomendasi mengenai metode

penyimpanan, pengolahan dan penyajian.

Ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan,

dalam menentukan pilihan bentuk dan bahan kemasan

yaitu :

a) Tidak bersifat toksin (beracun) baik langsung

maupun tidak lansung maupun tidak

b) Mudah dan aman untuk mengeluarkan isi

c) Melindungi bahan terhadap tumpahan, penguapan,

kotoran, debu, serangga, dan serangan

mikroorganisme

d) Harga murah

e) Secara fisik tahan terhadap keretakan, gesekan, dan

perubahan suhu/cuaca.

Page 74: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

66 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Selain itu ada beberapa sifat penting bahan pengemas

yang harus diperhatikan yaitu:

1) Sifat permeabilitas (dapat ditembus) terhadap air.

Sifat ini mempunyai keistimewaan dapat meloloskan

air atau garam. Wadah yang dibuat dengan sifat ini

tidak boleh untuk mengemas produk yang

mempunyai kandungan air yang tinggi, juga untuk

produk kering yang harus disimpan dalam kondisi

kelembaban tinggi.

2) Sifat permeabilitas terhadap lemak. Wadah ini

mempunyai keistimewaan dapat meloloskan lemak

atau menghidap lemak dari luar (melewati bahan ini).

Karena itu tidak boleh mengemas produk yang

mempunyai kandungan lemak tinggi.

3) Sifat permeabilitas terhadap uap air. Tidak cocok

untuk mengemas produk dengan kadar air tinggi,

sebab dapat kering bila disimpan pada ruangan yang

kelembabannya rendah.

Page 75: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 67

4) Sifat perrneabilitas terhadap gas. Wadah ini bersifat

dapat meloloskan gas, misalnya oksigen. Sehingga

untuk mencegah produk yang dikemas dari

terjadinya oksigeil lemak harus digunakan bahan

pengemas dengan sifat permeabilitas terhadap

oksigen harus sekecil mungkin.

5) Sifat permeabilitas terhadap aroma. Wadah ini

mampu meloloskan aroma. Karena itu sifat ini harus

sekecil mungkin untuk melindungi kehilangan aroma

atau masuknya aroma asing kedalam wadah.

6) Mempunyai daya tahan terhadap panas. Sifat ini

artinya konstan pada suhu penyimpanan atau suhu

suhu yang terjadi.

Dalam perancangan pengemasan, disamping seleksi

bahan baku yang bersyarat menarik dan tidak merugikan,

juga peralatan serta metode pengemasan yang hemat serta

disain yang serasi. Kemasan produk juga harus

memenuhi persyaratan fisik seperti tahan retak, kikisan,

Page 76: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

68 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

gesekan, perubahan suhu serta cuaca dan kelembaban

yang lama.

Bahan pengemas pada umumnya untuk produk

agrobisnis amat bervariasi sesuai dengan tujuan kegunaan

produk tersebut. Misalnya produk perikanan dikemas

dalam kaleng, botol gelas, wadah kertas dan kantong

plastik (plastik pouches) atau wadah dimana dapat

mempertahankan selama distribusi. Bahan kemasan

kaleng untuk produk perikanan biasanya dibuat dari

lembaran logam tipis (0,2-0,4 mm) dengan komposisi

kimia: belerang, pospor, silisium dan mangan. Bentuk

botol (jars) biasanya digunakan untuk ikan dalam bentuk

asin yang diberi bumbu vinegar dan cream saus.

Keuntungan kemasan botol ini adalah dapat digunakan

lebih dari satu kali dan transparan sehingga dapat melihat

produk tanpa harus membukanya. Kerugiannya adalah

kemasan ini mudah pecah dan berat.

Page 77: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 69

a) Kertas/Karton

Masih akan bertahan untuk jangka waktu yang lama.

Hal ini karena harga yang murah, mudah diperoleh

dan penggunaannya luas. Untuk produks perikanan,

misalnya kertas/karton digunakan untuk produk yang

sudah dikemas dalam kaleng, kantong plastik (plastic

pouches) atau produk beku (master countainer). Sifat

pengemasan dari kertas sangat bervariasi tergantung

dari proses pembuatannya dan perlakuan tambahan

yang diberikan. Sifat fisiko kimia kertas, seperti

permeabilitas terhadap cairan, uap dan gas, dapat

dimodifikasi dengan penjenuhan, pelapisan dan

laminating. Bahan-bahan yang dapat digunakan

untuk tujuan ini termasuk malam (waxes), piastik,

resin, gum, adhesif dan bahan lainnya. Sifat

ketahanan air dari kertas akan lebih baik dan lebih

kuat bila dilapisi dengan lilin. Kertas lilin (waxed

paper) ini mempunyai peranan yang sangat pesting

dalam pembungkus bahan-bahan yang lengket seperti

Page 78: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

70 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

permen, mentega. Penggunaan kertas lilin mulai

berkurang setelah munculnya kertas almunium foil

dan plastik.

b) Plastik

Dalam dua dasawarsa terakhir, kemasan plastik telah

mampu merebut pangsa pasar kemasan dunia yang

awalnya didominasi oleh kemasan kaleng dan gelas.

Jenis bahan kemasan dari plastik yang fleksibel

(luwes) diantaranya adalah polietilen (PE),

polipropilen (PP), polyester, nilon serta film vinil

menempati 53% dari jumlah plastik yang digunakan

untuk mengemas makanan. Sedangkan plastik

dengan kemasan kaku banyak digunakan untuk

minuman beverage. Keunggulan kemasan plastik

karena sifatnya yang kuat tetapi ringan, inert, tidak

karetan dan termoplastis (heat seal) serta dapat diberi

warna. Sedangkan kelemahannya adalah pada zat

monomer dan molekul kecil lain dari plastik yang

Page 79: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 71

pindah ke dalam produk. Di pasaran diperkirakan

banyak dijumpai bahan kemasan yang sebenarnya

kurang cocok dengan jenis makanan yang sifatnya

perlu dilindungi. Kesalahan material kemasan dapat

mengakibatkan kerusakan bahan makanan yang

dikemas.

Berikut adalah contoh-contoh:

Kerupuk ikan, produk tersebut memerlukan

perlindungan terhadap kelembaban oleh karena

itu kemasan yang digunakan harus memiliki

ketahanan (barrier) terhadap uap air misalnya

LDPE (Low Density Poly Ethylene)

Keripik memerlukan kemasan yang mekiliki

ketahanan terhadap oksigen dan uap air serta

lemak. Kemasan yang tepat adalah PVCP (Poly

Vinylidenc Chlorida) yang dilapisi selofan atau

dilaminasi alumunium atau PVDC glassin

Produk daging ikan, untuk mempertahankan

kesegaran, kernasan yang tepat yaitu kemasan

Page 80: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

72 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

yang tinggi daya transmisi oksigen dan tinggi

tingkat pencegahan hilangnya kadar air.

Kemasan yang cocok adalah PVDC.

Beberapa plastik baru sebagai bahan pengemas yang

baik ketahanannya adalah metalized polythylene

(PET), almunium foil, polylofelin dan ethylene high

vinyl alcohol copolymer.

5. Pengembangan Produk

Produk adalah faktor yang sangat penting dalam

pemasaran. Produk adalah barang atau jasa yang

digunakan untuk memuaskan konsumen.

Jenis barang yang dipasarkan dapat digolongkan

sebagai:

a) Bahan baku berasal dari hasil pertanian/perkebunan,

mineral, hasil laut atau hasil sintesa dari suatu

kawasan produksi.

b) Barang jadi hasil pengolahan secara mekanik,

kimiawi, atau kerajinan dari dari kawasan tertentu,

Page 81: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 73

gerabah, kain tenun, dan peoduk khas dari hasil

budaya setempat.

Dari segi konsumen barang dapat digolongkan pada:

1) Barang konsumsi, yaitu barang yang akan dipakai

langsung oleh konsumen akhir, seperti pakaian batik,

makanan khas daerah tertentu, yang sangat bervariasi

untuk setiap daerah.

2) Barang industri, yaitu produk barang yang akan

digunakan untuk memproduksi barang lain.

6. Daur Hidup Produk

Produk yang dipasarkan mempunyai daur hidup

sendiri sendiri, yaitu daya untuk tetap dibutuhkan

masyarakat, ada yang lama atau yang singkat, misalnya

sepatu sejak lama sampai kini masih tetap diperlukan

oleh masyarakat konsumen.

Pertama, Tahapan Perkenalan, pada waktu itu

masyarakat konsumen belum mengenalnya dan

memerlukan pengenalan terhadap manfaat barang

Page 82: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

74 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

sehingga timbul perasaan memerlukannya. Pemasar

memperkenalkan produk mereka ke calon pelanggan.

Tingkat penerimaan yang tinggi jarang terjadi. Produk

baru harus masuk pasar dan bersaing dengan produk yang

telah ada. Calon pelanggan harus mendapat informasi,

melalui iklan dan promosi. Biayanya sangat tinggi, oleh

karena itu pebisnis UMKM sangat sulit memperkenalkan

produk baru.

Kedua, Tahapan pengembangan, pada waktu itu

masyarakat konsumen telah merasakan kebutuhannya

terhadap barang dan kebutuhan itu terus meningkat,

sehingga diperlukan peningkatan kemampuan untuk

memenuhi permintaan. Pengembangan produk baru

merupakan bagian terpenting dalam pemasaran. Namun

demikian, dalam tahap pengembangan produk ini sering

timbul risiko yang besar dan hamper 80% produk gagal-

gagal. Ada beberapa alasan mengapa produk baru gagal:

a. Produk baru tidak berbeda secara memadai dengan

produk yang ada di pasar.

Page 83: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 75

b. Pengusaha tidak memiliki pengetahuan yang

memadai tentang pasar.

c. Perusahaan sangat miskin perencanaan dan kurang

gencar dalam memperkenalkan produk-produk

barunya.

d. Pengusaha kurang untuk menyesuaikan strategi

produknya ketika terjadi perubahan minat

pelanggan/konsumen.

e. Perusahaan kekurangan dana yang memadai dan

kurang fokus terhadap produk baru.

Untuk mengurangi resiko yang timbul dalam

memperkenalkan produk atau jasa baru, pelaku UKM

harus mempertimbangkan aturan-aturan dalam

pengembangan produk scbagai berikut:

1) Simplicity (sederhana). Produk baru harus mudah

digunakan (user-friendly), yaitu mudah dikenal dan

digunakan oleh konsumen. Misalkan, alat elektronik

yang mudah dihidupkan dengan remote control atau

alat-alat otomatis.

Page 84: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

76 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

2) Integrity (integritas). Desain produk harus baik dari

sejak awal sampai akhir pakai.

3) Human focus (fokuskan pada orangnya).

Memerhatikan peranan komplementer pemakai akhir

untuk mendesain integritas. Keberhasilan suatu

produk adalah produk yang memerhatikan

pemakainya secara ekonomis.

4) Sinergy (berdaya juang). Desain produk yang baik

memerlukan kombinasi antara pengalaman,

pengetahuan, kecakapan dari suatu tim profesional.

5) Creativify (kreativitas). Keberhasilan produk sangat

tergantung pada keahlian kreatif dari banyak orang.

Manajer perusahaan kecil harus mendorong

perkembangan lingkungan kreatif.

6) Risk (risiko). Desain produk yang baik ditunjukkan

oleh produk yang terus eksis sampai batas akhir.

Ketiga, Tahapan stabilisasi, merupakan tahap

kematangan dan persaingan. Penjualan terus meningkat

tetapi laba memncak dan kemuian menurun ketika

Page 85: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 77

pesaing masuk pasar.Umumnya harga jual diturunkan

untuk bersaing dan pangsa pasar dapat bertahan di

pasaran. Pada saat ini juga terjadi tahap kejenuhan pasar

dari daur hidup produk yang menunjukkan peringatan

bagi pemasar adalah saat memperkenalkan produk pada

generasi berikutnya. Jika suatu barang ternyata disukai

konsumen, maka pemakaian banyak produksi yang sama

dipasarkan karena banyak pesaing masuk pasar. Dalam

keadaan demikian perusahaan harus berusaha

memantapkan pasarnya. Banyak cara untuk merekayasa

produk barang dan jasa agar diminati oleh konsumen, di

antaranya:

✓ Jenis jenisnya diperbarui.

✓ Kualitasnya dibeda-bedakan dan ditingkatkan.

✓ Model dan desainnya bermacam-macam dan

dibedakan.

✓ Kemasan, warna, bentuk, ukuran, standar, merek

dibuat sedemikian rupa sehingga lebih menarik.

Page 86: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

78 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Keempat, Tahapan menurun dan menghilangnya,

ialah tahap penjualan terus menurun, laba juga menurun

secara drastis. Kebutuhan terhadap barang yang

bersangkutan, biasanya karena ada barang lain yang

menggantikannya atau karena masyarakat konsumen

sudah bosan.

Panjang atau pendeknya daur hidup produk sangat

menentukan bentuk program pemasarannya. Selama

tahap perkenalan, penjualan barang mungkin kurang

menguntungkan bagi perusahaan dan akan menjadi beban

kerugian.

Pebisnis UMKM yang baru berdiri, dan kemampuan

keuangannya terbatas tidak mungkin mengikuti beban

keuangan membiayai tahapan perkenalan suatu produk

barang. Oleh karena itu sebaiknya memilih barang yang

akan dihasilkannya yang sudah dikenal masyarakat,

dengan memperbaiki mutu dan harga yang bersaing.

Pola perilaku dan kesukaan masyarakat konsumen

sangat besar pengaruhnya terhadap panjang atau

Page 87: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 79

pendeknya daur hidup barang di pasaran. Konsumen

membeli barang ingin mendapatkan barang yang

seimbang dengan nilai uang yang dikorbannya. Karena

itu mutu barang yang dihasilkan tidak senantiasa harus

yang paling tinggi, tetapi harus sesuai dengan harganya.

Karena itu pebisnis UMKM selayaknya mempertahankan

mutu yang diproduksinya agar:

Seimbang dengan tingkat harganya,

Senantiasa tetap pada tingkat mutu yang sama.

Untuk mencegah kekecewaan konsumen Pemerintah

mengadakan ketentuan yang disebut standard untuk mutu

berbagai jenis barang. Oleh karena itu ditetapkan Standar

Nasioanal Indonesia (SNI) untuk setiap jenis barang.

Untuk pengembangan suatu produk baru diperlukan

inovasi dan kreaktivitas agar memiliki daur hidup barang

yang panjang. Produk baru adalah suatu barang yang

dihasilkan yang sama sekali baru, yang merupakan suatu

hasil kemajuan teknologi.

Page 88: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

80 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Daur hidup suatu produk tertentu lebih banyak

dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan. Konsep daur hidup

produk berguna bagi usahawan karena dapat

memfokuskan perhatian pada kemungkinan pola-pola

penjualan di masa mendatang jika tidak diadakan

tindakan korektif. Ketika penjualan mulai menurun,

pebisnis UMKM harus memulai suatu program perluasan

jenis produk serta pengembangan pasar untuk menarik

mereka ke dalam tahap pertumbuhan yang lebih panjang,

dan harus memulai mencari poduk-produk baru, dan

mencari pasar yang potensial untuk diversifikasi.

7. Harga Jual Produk

Sesuai dengan prinsip bahwa perusahaan patut

mendapatkan keuntungan, maka harga jual yang

ditetapkan harus lebih besar dari biaya biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan produk barang sehingga

masih akan ada selisih yang disebut laba.

Page 89: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 81

Harga jual barang adalah biaya biaya untuk

menghasilkan barang ditambah dengan keuntungan yang

diharapkan oleh perusahaan. Dalam kenyataanya tidaklah

semudah itu untuk menentukan harga jual barang atau

jasa yang dihasilkan, karena ada faktor lain yang perlu

ditelaah.

Salah satu contoh faktor dalam menentukan harga

jual adalah apabila barang itu yang dihasilkan

mempunyai saingan yang serupa di pasaran atau mirip

dipasaran. Masyarakat konsumen akan membandingkan

harga barang yang ditawarkan dengan harga yang

dihasilkan oleh perusahaan lain. Hal ini disebabkan

konsumen ingin mendapatkan kepuasan setinggi

mungkin, maka konsumen akan berusaha mengurangi

pengorbanan uangnya dan membeli barang dengan harga

yang lebih rendah untuk mendapatkan barang yang

mutunya sama. Dalam keadaan persaingan bebas, karena

konsumen cenderung untuk membayar harga lebih rendah

Page 90: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

82 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

dari pada yang diperhitungkan oleh perusahaan maka

harus dicari cara untuk menekan harga jual produk.

Cara yang mudah dengan menurunkan mutu

sehingga biaya untuk menghasilkan barang lebih rendah.

Cara ini cukup berbahaya, karena harus diingat konsumen

ingin tetap mendapatkan harga yang lebih rendah tetapi

mutu yang sama. Karena itu cara untuk menurunkan mutu

sama artinya dengan mengurangi kepuasan dan akan

mengurangi konsumen untuk membeli produk yang

dihasilkan.

Cara lain adalah dengan mengurangi laba yang akan

diterima. Cara ini dapat ditempuh, tetapi juga harus

dijaga agar laba tidak terlalu kecil, sehingga perusahaan

tidak lagi membiayai hidup perusahaan. Cara lain

ditempuh dengan menekan biaya produksi dengan cara

memproduksi barang yang lebih efisien, dengan

penggunaan teknologi baru, atau mengurangi

pemborosan, misalnya barang yang tidak laku dijual

menjadi lebih rendah. Atau pemakaian bahan bahan baku

Page 91: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 83

dapat dihemat tanpa mengurangi mutu, atau bahan baku

pengganti yang dapat menghasilkan mutu yang sama.

Oleh karena itu penelitian dan pengembangan produk

bagi perusahaan besar sangat berperan dalam

pengembangan produk menekan biaya produksi, sehingga

tetap mampu bersaing dengan perusahaan yang

menghasilkan barang yang sejenis. Hal yang sama juga

untuk produk unggulan dikawasan tertentu.

Perusahaan berkepentingan untuk mendorong agar

jumlah barang yang terjual makin besar, kalau perlu

dengan mengorbankan sebagian keuntungan. Keuntungan

itu dapat dibagi dengan pihak lain, misalnya penyalur

atau pengecer dalam bentuk “komisi” atau “korting

harga” yang diberikan kepada pihak pihak pembeli dalam

jumlah besar. Cara ini ditempuh untuk merangsang orang

membeli dalam jumlah besar.

Dalam penentuan kebijakan harga sangat penting

diketahui keadaan pasaran terutama mengenai selera dan

kesediaan masyarakat untuk membayar harga barang

Page 92: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

84 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

sejenis. Dan saingan saingan yang menghasilkan barang

yang serupa.

8. Saluran Distribusi

Pebisnis UMKM yang kemampuan produksinya

terbatas hanya dapat mengisi kebutuhan masyarakat yang

tinggal disekitar perusahaan itu sendiri. Semakin besar

kemampuan produksinya semakin luas masyarakat

konsumen yang dapat dipenuhi kebutuhannya, karena itu

diperlukan saluran distribusi untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat konsumen dan memperbesar peluang

keuntungan bagi perusahaan penghasil produk barang.

Pedagang eceran adalah salah satu pihak yang

dapat mendekatkan sumber persediaan barang kepada

kosumen, sehingga konsumen tidak perlu menempuh

jarak jauh untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber

persediaan barang yang dekat dengan konsumen

memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen.

Page 93: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 85

Karena pedagang eceran tempatnya terpencar

mendekati tempat konsumen, maka para pengecer sering

mengalami kesulitan untuk mendapatkan persediaan

barang kalau selalu harus mengambilnya sendiri ke

perusahaan yang memproduksi barang. Oleh karena itu

perlu ada pihak lain yang berdiri ditengah–tengah yaitu

para penyalur.

Para penyalur atau grosir juga mempunyai fungsi

untuk memantapkan persediaan barang. Penyalur biasa

menyimpan barang persediaan barang untuk memenuhi

kebutuhan konsumen selama jangka waktu tertentu.

Persediaan itu dapat memenuhi kebutuhan para

pengecer disekitarnya, walaupun persediaan dari pabrik

atau perusahaan hanya diterima misalnya seminggu

sekali. Usaha penyalur/grosir dan para pengecer harus

dapat keuntungan dari kegiatan usahanya. Keuntungan itu

berupa selisih harga yang dibayar oleh konsumen dengan

harga yang dibayarkan kepada konsumen.

Page 94: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

86 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Agar pola penyampaian barang dari produsen

kepada konsumen itu dapat berjalan terus, maka produsen

harus memikirkan dan memperhitungkan besarnya

keuntungan yang harus diterima oleh para penyalur dan

pengecer, atau membagi keuntungan selisih dari apa yang

dibayarkan oleh konsumen dengan biaya produksi.

Tanpa kesediaan tersebut penyaluran barang akan

terhenti dan produsen tidak akan mampu menyalurkan

sendiri hasil produksinya kepada konsumen.

9. Promosi Produk

Kebutuhan terhadap barang ada yang sudah

dirasakan oleh konsumen sebelum ada perusahaan

didirikan, tetapi ada juga ada kebutuhan yang belum

disadari oleh masyarakat sehingga perlu dibangkitkan

atau dirangsang. Kebutuhan yang sudah ada dapat

ditingkatkan dengan merangsang masyarakat.

Upaya untuk membangkitkan timbulnya kebutuhan

masyarakat dapat dilakukan dengan promosi atau dengan

Page 95: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 87

iklan. Iklan dan promosi harus dibuat sedemikian rupa

sehingga masyarakat, atau kelompok tertentu segmen

pasar), merasa perlu mendapatkan dan membeli barang

yang bersangkutan.

Iklan dan promosi dalam bentuk pameran dagang

sebagai upaya meningkatkan penjualan suatu produk

hasil perusahaan atau para pelaku bisnis UMKM Promosi

senantiasa memerlukan biaya, karena itu harus dipikirkan

bahwa apa yang dilakukan dalam bentuk iklan dan

pameran dapat mencapai hasil yang seimbang dengan

biaya yang dikeluarkan.

Promosi dalam pemasaran dapat memilih pemakaian

alat-alat promosi dalam berbagai jumlah dan kombinasi,

dapat memilih memakai iklan sebagai metode utama

untuk komunikasi kepada konsumen, atau dapat

memakainya hanya sebagai pelengkap untuk bentuk

komunikasi yang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan

memilih berbagai tipe media (misalnya televisi, radio,

Page 96: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

88 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

surat kabar dan majalah), dan mempunyai pilihan khusus

yang tersedia dalam masing-masing kategori media ini.

Iklan dapat dipilih untuk menggunakan lebih banyak

atau lebih sedikit penjualan perorangan (personal

selling), mengarahkannya pada berbagai target pasar,

menggunakan dengan berbagai cara, memakai berbagai

daya tarik.

Dalam beberapa hal, terbuka pilihan baginya untuk

memilih antara pemakaian iklan atau penjualan

perorangan dalam perencanaan strateginya, sedangkan

dalam hal lain, hanya memakai salah satu saja. Promosi

penjualan pun merupakan suatu faktor pula bagi strategi

promosi yang bentuknya beraneka ragam, dan dapat

digunakan dalam berbagai jumlah, yang terdiri dari

berbagai cara seperti etalase, pameran interior,

perlombaan konsumen, contoh cuma-cuma, penawaran

berhadiah, dan banyak aktivitas lain. Untuk berbagai

produk, promosi penjualan sangat diandalkan, sedangkan

Page 97: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 89

untuk produk lainnya hanya merupakan unsur kecil saja

atau tidak ada sama sekali.

10. Perencanaan Strategi Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu proses penciptaan dan

penyampaian barang dan jasa yang diinginkan pelanggan

yang meliputi kegiatan yang berkaitan dengan menarik

dan mempertahankan pelanggan setia. Rahasia pemasaran

yang berhail adalah adalah memahami siapa pelanggan,

apa kebutuhan, permintaan, dan keinginannya sebelum

pesaing menawarkan produk dan jasanya yang akan

memuaskan kebutuhan, permintaan dan keinginanya dan

memberikan jasa, kecocokan dan sesuatu bernilai pada

pelanggan sehingga dia mau kembali lagi. Aktivitas ini

merupakan kajian pasar yang sederhana. Dengan makin

bergejolaknya lingkungan global, pemilik usaha kecil

harus memahami pentingnya mengembangkan strategi

pemasaran yang relevan.

Page 98: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

90 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Perencanaan pemasaran berfokus terhadap pelanggan

dan menyadari bahwa memuaskan pelanggan merupkan

landasan setiap bisnis UMKM. Perencanaan pemasaran

harus memiliki empat tujuan:

a) Menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan

melalui riset pasar

b) Menetapkan pasar pasar sasaran yang akan dilayani

oleh pebisnis UMKM

c) Menganalisis keungulan bersaing perusahaan dan

membangun strategi pemasaran di sekitarnya

d) Membantu menciptakan bauran pemasaran dengan

kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Untuk menentukan kebutuhan dan keinginan

pelanggan dilakukan melaui kajian pasar. Kajian pasar

merupakan sarana untuk mengumpulkan informasi yang

menjadi dasar perencanaan pemasaran. Kegiatannya

mencakup pengumpulan, analisis, dan interpretai data

secara sistematis yang berkaitan dengan pasar, pelanggan

dan perusahan pesaing.

Page 99: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 91

Kajian pasar akan menjawab pertanyaan:

Siapa pelanggan dan pelanggan potensial?

Apa yang mereka cari?

Orang seperti apa mereka itu?

Dimana mereka tinggal?

Seberapa sering mereka membeli produk atau jasa?

Model, jenis, atau rasa apa yang mereka sukai?

Kajian pasar yang bermanfat bagi pebisnis kecil tidak

perlu bersifat resmi dan mahal biaya. Pemilik bisnis dapat

melakukan sendiri dengan ”melacak kecenderungan”

perilaku dan tindakan pelanggan dan pemilik bisnis kecil

dapat menggeser lini produk dan jasanya sesuai dengan

perubahan selera di pasar. Pertanyan itu dapat langsung

ditanyakan kepada pelanggan atau pembeli. Hal dapat

dilakukan oleh pebisnis UMKM.

Sesuai dengan makna pemasaran, yaitu kegiatan

meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen,

menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan kebutuhan

dan keinginan konsumen (product), menentukan tingkat

Page 100: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

92 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

harga (price), mempromosikannya agar produk dikenal

konsumen (promotion), dan mendistiribusikan produk ke

tempat konsumen (place), maka tujuan pemasaran adalah

bagaimana agar barang atau jasa yang dihasilkan disukai,

dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen.

Prinsip dasar pemasaran adalah menciptakan nilai

bagi pelanggan, keunggulan bersaing, dan fokus

pemasaran. Tujuan pemasaran bukanlah untuk

mendapatkan langganan, akan tetapi memperbaiki situasi

bersaing. Dalam konteks ini, seorang wirausaha harus

mampu memproduksi barang atau jasa dengan mutu yang

lebih baik, harga yang lebih murah, dan penyerahan yang

lebih cepat daripada pesaing.

Page 101: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 93

B. Aspek Permodalan

1. Manajemen Permodalan

Manajemen Permodalan adalah alat fundamental

yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan

dengan teknik investasi modal dan pencarian sumber-

sumber modal secara efektif dan efisien. Hal yang sangat

penting dalam kelancaran melakukan kegiatan usaha atau

perusahaan adalah bagaimana mengelola keuangan usaha,

perusahaan agar lancar, mendatangkan manfaat jangka

panjang. Beberapa permasalahan yang berhubungan

dengan pengelolaan keuangan adalah sebagai berikut:

Berapa dana yang dibutuhkan untuk menjalankan

perusahaan?

Bagaimana cara mendapatkan dana?

Bagaimana mengalokasikan dana yang terbatas untuk

mendatangkan manfaat maksimal?

Bagaimana mengatur aktiva (kekayaan) tetap, dan

aktiva (kekayaan) lancar?

Page 102: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

94 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Bagaimana menghitung dan mendistribusikan

keuntungan yang diperoleh?

Bagaimana mengelola modal kerja?

Alat apa yang digunakan untuk mengukur kinerja?

Fungsi pengelolaan keuangan meliputi, Pertama,

Cara mengivestasikan atau menggunakan dana. Dana

merupakan darah segar bagi kelangsungan hidup usaha.

Dana dalam perusahaan dapat digunakan untuk membeli

bahan, upah buruh, aktiva dan membayar berbagai biaya

untuk kegiatan operasional usaha. Dana secara umum

digunakan pengaturan investasi untuk berbagai aktivitas,

seperti:

(1) Kas, sebagai bagian dari modal kerja yang dapat

berupa uang tunai dan uang dibank yang

pencairannya dapat setiap waktu. Motivasi

memegang uang kas adalah:

a) Motif aspekulasi dimaksudkan pemegangan

uang tunai bertujuan untuk memanfaatkan

Page 103: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 95

kesempatan pertama untuk meraih keuntungan.

Dengan adanya kas di tangan, maka transaksi per

kas pertama yang biasa mendadak dan dalam

waktu relatif singkat dan dengan leluasa bisa

segera dilakukan.

b) Motif berjaga-jaga dimaksudkan sebagai usaha

perusahaan menyediakan uang tunai untuk

berjaga-jaga. Motif ini bertujuan untuk menjaga

kemungkinan timbulnya hambatan terhadap

kontinuitas proses usaha perusahaan.

c) Motif transaksi dimaksudkan untuk menutup

transaksi operasional setiap hari yang merupakan

rutinitas kegiatan perusahaan. Transaksi pada

umumnya dapat ditutup dengan cara tunai dan

cara kredit.

(2) Piutang, dimaksudkan sebagai sejumlah tagihan

terhadap pihak lain akibat transaksi usaha yang

disetujui dengan pembayaran yang ditunda selama

jangka waktu tertentu.

Page 104: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

96 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

(3) Persediaan barang merupakan jenis investasi modal

kerja yang dinamis, baik di perusahaan perdagangan

maupun manufaktur. Untuk perusahaan perdagangan

jenis persediaan berupa barang dagangan. Untuk

perusahaan yang melakukan proses produksi, jenis

persediaan dibagi dalam 3 bentuk persediaan, yaitu:

(1) bahan mentah, (2) barang sedang dalam proses

atau (3) barang jadi.

(4) Mesin, peralatan yang digunakan untuk proses

produksi dan diperhitungkan sebagai biaya overhead

pabrik.

(5) Gedung dan bangunan

(6) Aktiva tetap lain, seperti tanah.

Kedua, Cara Mencari Sumber-sumber dana. Dana

dalam perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber

pendanaan, baik sumber dana internal maupun sumber

dana ekstemal seperti:

Page 105: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 97

(1) Modal sendiri, merupakan sejumlah harta pemilik

yang diikut sertakan dalam melakukan kegiatan

usaha perusahaan. Modal tersebut kelak akan turut

diperhitungkan menerima laba dan menanggung

kerugiaan dalam kegiatan usaha apabila rugi.

(2) Hutang jangka pendek, merupakan kredit dengan

jangka waktu paling lama 12 bulan. Kredit ini

sebagian besar berupa kredit perdagangan untuk

menggerakkan kegiatan usaha, seperti:

a. Kredit penjual

b. Kredit pembeli

c. Kredit rekening koran

d. Kredit wesel

e. Kredit promis

(3) Hutang jangka menengah, merupakan jenis hutang

yang jangka waktunya antara 1 – 5 tahun.

(4) Hutang jangka panjang, merupakan kredit dengan

jangka waktu lima tahun atau lebih.

Page 106: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

98 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

(5) Sumber pendanaan lain yang sah, seperti modal

ventura, dan lain-lain.

2. Menentukan Kebutuhan Modal Usaha

Pada hakekatnya masalah pembelanjaan atau

keuangan adalah menyangkut masalah keseimbangan

finansial di dalam usaha. Dengan demikian, pembelajaan

berarti (a) mengadakan keseimbangan antara aktiva (pos-

pos sebelah debet Neraca) dengan pasiva (pos-pos

sebelah kredit Neraca) yang diperlukan perusahaan, dan

(b) mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva

tersebut dengan sebaik-baiknya. Pemilihan susunan

kualitatif aktiva akan menentukan “Struktur kekayaan”,

dan susunan kualitatif pasiva akan menetukan “Struktur

finansial” dan “struktur modal”.

Struktur kekayaan adalah perbandingan antara aktiva

lancer dengan aktiva tetap. Aktiva lancer meliputi

sejumlah investasi dalam kas/giro bank, persediaan

barang, piutang dagang, sedangkan aktiva tetap meliputi

Page 107: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 99

investai untuk pengadaan alat perlengkapan, mesin,

gedung dan tanah. Struktur keuangan adalah

perbandingan antara jumlah modal asing (modal

pinjaman/kredit dari para kreditur, baik jangka pendek

maupun jangka panjang) dengan jumlah modal sendiri.

Struktur modal adalah pembelanjaan permanent yang

menunjuka perbandingan antara modal asing jangka

panjang (kredit berjangka lebih dari 1 tahun) dengan

modal sendiri (modal setoran dari pemilik/pemegang

saham). Dalam hubungannya dengan struktur kekayaan

dan struktur finansiil ini, dikenal adanya “pedoman”

struktur finansial konservatif yang didasarkan pada

prinsip keamanan yang dapat memberikan perlindungan

terhadap kreditur maupun terhadap perusahaan.

Aturan fianansial vertika menetapkan bahwa

besarnya modal asing tidak beloh melebihi besarnya

modal sendiri. koefisien utang yaitu angka perbandiangan

antara jumlah modal asing dengan modal sendiri tidak

melebihi 1:1. Adapun aturan stuktur finansiil konservatif

Page 108: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

100 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

yang horisonal memberikan batas imbangan besarnya

modal sendiri dengan besarnya aktiva tetap plus

persediaan minimum 1:1. Artinya keseluruhan “aktiva

tetap” dan “persediaan (persediaan minimal yang harus

ada)” harus sepenuhnya dapat dibiayai dengan modal

sendiri.

C. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)

1. Pengertian SDM

Banyak Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

beroperasi tanpa karyawan. Semua aspek dikerjaan

sendiri oleh pemiliknya, kadang dibantu teman dan

keluarga. Ketika tiba saatnya harus merekrut karyawan

hal ini dianggap sebagai suatu lompatan besar karena

kerjaan pemilik UKM kini bertambah. Dia mulai harus

memikirkan gaji karyawan, asuransi kesehatan, pajak

penghasilan karyawan dan lain-lain.

Page 109: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 101

Manajemen Sumber Daya Manusia tidaklah

sederhana. Secara administratif meliputi:

a) Penyusunan struktur organisasi, seleksi dan

rekrutmen

b) Pelatihan dan pengembangan tenaga kerja

c) Peraturan kebijakan dan prosedur; asuransi

kesehatan, standar keselamatan, jam kerja, serikat

buruh

d) Pencatatan data karyawan

e) Administrasi upah dan gaji; deskripsi jabatan,

struktur gaji, pajak penghasilan, fasilitas perusahaan

untuk karyawan.

Perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 25 orang

karyawan wajib memiliki badan hukum yang disahkan

oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

2. Pengadaan Tenaga Kerja

Pengadaan karyawan merupakan upaya untuk

memperoleh jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat

Page 110: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

102 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

untuk memenuhi kebutuhan organisasi dalam rangka

mencapai tujuan bisnis. Kebutuhan tenaga kerja telah

ditentukan perlu direkrut sesegera mungkin. Oleh karena

itu pengadaan tenaga kerja ini meliputi (a) penarikan

tenaga kerja, (b) seleksi tenaga kerja, dan (c) penempatan

tenaga kerja. Jenis tenaga kerja terdiri dari:

a) Tenaga kerja terdidik/tenaga ahli/tenaga mahir

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang

mendapatkan suatu keahlian atau kemahiran pada

suatu bidang karena sekolah atau pendidikan formal

dan non formal. Contohnya sarjana ekonomi,

insinyur, sarjana muda, doktor, master, dan lain

sebagainya.

b) Tenaga kerja terlatih

Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang

memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang

didapat melalui pengalaman kerja. Keahlian terlatih

ini tidak memerlukan pendidikan karena yang

dibutuhkan adalah latihan dan melakukannya

Page 111: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 103

berulang-ulang sampai bisa dan menguasai pekerjaan

tersebut. Contohnya adalah supir, pelayan toko,

tukang masak, montir, pelukis, dan lain-lain.

c) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih

Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah

tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga

saja. Contoh tenaga kerja model ini seperti kuli,

buruh angkut, buruh pabrik, pembantu, tukang becak,

dan lain-lain.

3. Pelatihan dan Pengembangan

Bagi karyawan baru yang belum memiliki

pengalaman kerja perlu diberi pelatihan. Tujuan untuk

membiasakan mereka bekerja di lingkungan perusahaan.

Diharapkan setelah mengikuti pelatihan keahlian mereka

bertambah atau meningkat sehingga mereka siap untuk

dipekerjakan. Materi pelatihan diberikan kepada mereka

sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan. Di samping itu

dipertimbangkan juga minat dan bakat karyawan. Jangka

Page 112: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

104 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

waktu pelatihan ditentukan sesuai kebutuhan pengalaman

karyawan. Tempat pelatihan bisa dipilih di dalam atau di

luar perusahaan.

Begitu pula manajemen juga harus melaksanakan

fungsi pengembangan pada karyawan yang sudah

bekerja sebelumnya melalui pendidikan dan pelatihan.

Pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan mereka sehingga mampu memenuhi

tuntutan organisasi dalam mengahadapi perkembangan

dan persaingan.

D. Aspek Produksi

1. Pengertian dan Fungsi Pengelolaan Produksi

Manajemen produksi adalah suatu proses secara

berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-

fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai

sumberdaya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan.

Page 113: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 105

Manajemen produksi merupakan kegiatan manajemen

yang berhubungan dengan pembuatan barang dan jasa.

Manajemen produksi sendiri memiliki beberapa

fungsi yang meliputi,

(1) Fungsi Perencanaan, mencakup penentuan peranan

dari kegiatan produksi termasuk perencanaan produk,

perencanaan fasilitas, dan perencanaan pengunaan

sumber daya produksi.

(2) Fungsi Pengorganisasian, mencakup penentuan

struktur organisasi dan kebutuhan sumberdaya yang

diperlukan di bagian produksi untuk mencapai tujuan

operasi serta mengatur wewenang dan tanggung

jawab yang diperlukan dalam pelaksanaannya.

(3) Fungsi Penggerakan, mencakup kegiatan

memotivasi karyawan bagian produksi untuk

melaksanakan tugasnya.

(4) Fungsi Kontrol, mencakup kegiatan

mengembangkan standar kualitas, standar waktu

kerja dan standar hasil kerja pada bagian produksi.

Page 114: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

106 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Ukuran utama yang digunakan untuk mengukur

kinerja dari manajemen operasi adalah produktivitas.

Produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya

suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk

mencapai hasil yang diinginkan. Secara umum

produktivitas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Contoh:

Perusahaan roti “Lily” Lamongan pada tahun 2016

menghasilkan 28.000kg roti kering. Perusahaan

menggunakan input: tenaga kerja 10.000 jam @

Rp.6.000,-/jam, energi listrik 8.000 KVA @

Rp.5.000/KVA, dan bahan baku 40.000 kg @

Rp.1.000/kg.

Maka produktivitas = 28.0000kg/(10X6+ 8X5 +

40X1) = 2000kg/juta rupiah

Produktivitas = Pengeluaran/Biaya (biaya tenaga

kerja+biaya mesin+material)

Page 115: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 107

2. Perencanaan Fasilitas

Perencanaan fasilitas adalah menentukan bagaimana

suatu asset tetap perusahaan digunakan secara efektif dan

efisien dalam menunjang kegiatan produksi. Adapun

tujuan perencanaan fasilitas adalah:

(1) Peningkatan pengadaan dan penyimpanan bahan

baku

✓ Menggunakan tenaga kerja, peralatan, ruang dan

energi secara efektif

✓ Meminimalkan investasi modal

✓ Mempermudah pemeliharaan fasilitas

✓ Meningkatkan keselamatan dan kepuasan kerja

(2) Perencanaan fasilitas produksi meliputi kegiatan-

kegiatan:

✓ Tetapkan jenis barang yang akan diproduksi

✓ Tentukan proses produksi yang diperlukan

✓ Tentukan hubungan antar departemen

✓ Tentukan kebutuhan ruangan untuk semua

bagian dalam produksi

Page 116: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

108 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

✓ Susun rencana fasilitas

✓ Pemeliharaan fasilitas.

(3) Perencanaan fasilitas produksi dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

Pertama, Perencanaan lokasi. Tujuan perencanaan

lokasi adalah untuk menentukan tempat pabrik

sebaik mungkin agar dapat berproduksi dengan

lancar, dengan biaya operasi yang murah dan

memungkinkan perluasan di masa depan. Penentuan

lokasi pabrik perlu mempertimbangkan: (a) mudah

dijangkau oleh konsumen, (b) dekat dengan bahan

baku, (c) ketersediaan tenaga kerja, (d) ketersediaan

tenaga listrik, (e) ketersediaan air, (f) ketersediaan

alat transportasi, dan (g) memungkinkan perluasan di

masa depan.

Kedua, Perencanaan Tata Letak Pabrik. Perencanaan

tata letak merupakan salah satu tahap perencanaan

fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu

sistem produksi yang efeketif dan efisien, sehingga

Page 117: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 109

mampu mencapai kapasitas optimel dan biaya

produksi paling ekonomis. Tujuan penyusunan tata

letak adalah:

Pemanfaatan peralatan pabrik secara optimal

Penggunaan jumlah tenaga kerja paling

minimum

Aliran bahan baku dan produk yang lancar

Kebutuhan persediaan yang rendah

Pemakaian ruang yang efisien

Ruang gerak yang cukup untuk kegiatan

operasional dan pemeliharaan

Biaya produksi dan investasi yang rendah

Keselamatan kerja yang tinggi

Suasana kerja yang menyenangkan

3. Pengaturan Tata Letak Alat/Mesin Produksi

Tata-letak Proses artinya bahwa penyusunan tata

letak mesin di mana alat produksi yang sejenis atau

berfungsi sama ditempatkan pada bagian yang sama.

Page 118: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

110 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Model tata letak ini cocok untuk perusahaan yang

membuat produk bervariasi. Keuntungan model tata letak

(layout mesin) ini adalah: (a) pemanfaatan mesin yang

yang tinggi, (b) memungkinkan penggunaan mesin yang

multi guna sehingga cepat mengikuti perubahan produk,

(c) investasi yang rendah karena dapat mengurangi

duplikasi mesin, (d) sangat fleksibel dalam

mengalokasikan personel. Namun ada juga

kelemahannya, yaitu (a) pengawasan produksi sulit,

karena satu mesin bisa dipakai bermacam produk, (b)

waktu produksi per unit lebih lama, (c) memerlukan skill

yang tinggi, (d) tidak dapat digunakan model ban

berjalan.

Tata letak produk yaitu bahwa penyusunan tata

letak didasarkan pada tahapan operasi yang sama sejak

awal hingga akhir. Model tata letak ini cocok untuk

perusahaan yang proses produksinya sudah distandarkan

dan produksi massal dalam jumlah besar. Keuntungan

model tata letak produk adalah (a) aliran material yang

Page 119: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 111

simpel dan langsung, (b) total waktu produksi lebih cepat,

(c) tidak memerlukan skill tenaga kerja yang tinggi, (d)

pengawasan proses produksi mudah, (e) dapat digunakan

mesin otomatis, (f) dapat digunakan model ban berjalan.

Namun kelemahannya adalah (a) kerusakan pada sebuah

mesin tertentu dapat menghentikan produksi, (b)

perubahan desain produk akan mengubah tata letak

mesin, (c) memerlukan investasi yang besar, (d) karena

proses monoton mengakibatkan kebosanan para personel.

4. Menentukan Tingkat Produksi

Salah satu keputusan penting dalapm perusahaan

adalah menentukan tingkat (volume) produksi. Penentuan

volume produksi harus disesuaikan dengan jumlah

permintaan pasar. Tingkat produksi terlalu besar

disbanding permintaan pasar dapat mengakibatkan

pemborosam biaya seperti biaya penyimpanan, biaya

modal dan biaya kerusakan barang selama penyimpanan.

Tetapi tingkat produksi yang terlalu kecil dibanding

Page 120: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

112 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

permintaan juga mengakibatkan hilangnya kesempatan

memperoleh keuntungan dan hilangnya para pelanggan

kita.

Salah satu cara penentuan volume produksi adalah

menggunakan model peramalan (estimasi). Estimasi

dapat dilakukan dengan (a) metode kuantitatif yaitu

membuat ramalan dengan bantuan metode statistik dan

matematika, (b) metode kualitatif yaitu memperkirakan

jumlah produksi dengan pendapat melihat data penjualan

sebelumnya.

Page 121: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 113

Bagian 5

Perencanaan Usaha Kecil

A. Pentingnya Perencanaan Usaha

Dalam membuat bisnis plan, maka yang pertama kali

kita lakukan adalah mengenali dimana posisi kita,

kemana kita akan pergi (tujuan), mengapa kita ingin pergi

ke sana dan apa yang akan kita capai. Ukuran-ukuran

tersebut penting. Intinya adalah bagaimana cara yang

paling baik untuk mencapai tujuan yang kita capai.

Disitulah dibutuhkan sebuah strategi bagaimana kita

kesana. Pada masing-masing orang tentunya akan

berbeda dalam membuat strategi. Ketika menuju ke suatu

tempat, ada yang menganggap efektif naik taxi, tapi bisa

juga yang lain berpendapatbahwa akan ebih menghemat

Page 122: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

114 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

biaya, maka efektifnya dengan bus, angkot atau bajaj.

Karenanya, bisnis plan yang dibuat untuk setiap usaha

pastinya tidak sama.

Berikut adalah manfaat dari bisnis plan bagi sebuah

usaha :

1) Fungsi dari perencanaan yang disusun secara

sistematis dapat menjadi sarana komunikasi bagi

semua pihak penyelenggara perusahaan.

2) Perencanaan bisa menjadi dasar pengaturan alokasi

sumberdaya.

3) Sebagai alat pendorong bagi pelaku bisnis untuk

melihat ke depan dan menyadari betapa pentingnya

variabel waktu.

4) Menjadi pegangan dan tolok ukur fungsi

pengendalian.

Idealnya, sebuah bisnis berawal dari sebuah ide atau

konsep, yang kemudian diterjemahkan dalam sebuah

perencanaan. Berbekal sebuah bisnis plan, maka bisnis

bisa dilaksanakan. Dari hasil kerja yang telah dilakukan,

Page 123: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 115

perlu adanya evaluasi, yaitu sinkronisasi antara hasil dan

rencana.

Dari hasil evaluasi, maka akan berfungsi untuk

melakukan pengembangan usaha yang terus

berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan konsep PDCA (Plan,

Do, Check, Action), yang relevan tidak hanya untuk

bisnis, namun untuk semua aktifitas dalam kehidupan

kita.

a) Plan merupakan tahap pengembangan dari sebuah

gagasan yang dituangkan dari sebuah perencanaan.

b) Do merupakan implementasi dari perencanaan yang

telah dibuat.

c) Check merupakan evaluasi dari implementasi yang

telah kita lakukan.

d) Action merupakan pelaksanaan dari hasil evaluasi,

sehingga terjadi improvement (perkembangan) yang

lebih baik dari yang sebelumnya.

Dalam memulai bisnis, maka yang harus dirumuskan

adalah visi, misi dan nilai-nilai perusahaan (corporate

Page 124: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

116 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

value). Misalnya saja Anda ingin membuat usaha yang

excellent, jujur, amanah dan sebagainya. Hal itu penting

karena akan menjadi jiwa perusahaan. Point-point

tersebut dituangkan dalam sebuah bisnis plan, yang

mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Visi

2. Misi

3. Nilai-nilai perusahaan

4. Sasaran

5. Strategi

6. Proyeksi keuangan

7. Inisiatif dan rencana tindakan

8. Rencana kebutuhan SDM

9. Struktur organisasi

Page 125: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 117

B. Penyusunan Rencana Usaha

Dalam melakukan suatu usaha apapun yang

diharapkan adalah keuntungan, namun kenyataan yang

terjadi bahwa setiap pelaku usaha belum banyak

membuat perencanaan yang sistematis. Oleh karena itu

yang kita harapkan adanya suatu rencana usaha yang

dapat menjadi acuan dalam menjalankan usahanya.

Pada saat melakukan sebuah rencana usaha, kita

harus bisa menganalisa dan menyusun sebuah rencana

agar tujuan dari sebuah rencana usaha tersebut bisa di

targetkan nilai untung dan ruginya membuat sebuah

rencana usaha.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun

rencana usaha adalah:

1. Mimpi terhadap usaha yang akan

dikembangkan/Visi:

a. Maksimal

b. Standart

Page 126: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

118 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

c. Minimal

Prinsip: sesuai potensi, terukur (Kuantitas dan

kualitas), jangka waktu jelas, dapat dicapai.

2. Ringkasan Pasar: kecenderungan pasar terhadap

produk/jasa yang kita tawarkan, baik di masa lalu,

masa sekarang dan yang akan datang.

3. Analisa pesaing:

✓ Siapa pesaing kita

✓ Produk/jasa apa yang dijual,berapa haganya

✓ Kekuatan dan kelemahan pesaing

4. Analisis internal produk/jasa yang kita jual

a. Apa keunggulannya

b. Bagaimana ketersediaannya. Harus dikaitkan

dengan rencana produksi, meliputi:

(1) Sistem produksi yang paling cocok:

Padat karya atau padat modal

Urutan proses produksi

Bahan baku dan bahan pembantu

Kontrol kualitas

Page 127: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 119

Perlakuan limbah

(2) Penentuan

Lokasi usaha

Mesin dan peralatan

Tenaga kerja yang dipakai

Tata ruang dan tata letaknya

Sistem dan alat transportasi

Perkiraan dana

5. Aspek Pasar

a. Siapa pembeli potensial produk/jasa kita?

b. Dimana posisi konsumen

6. Modal yang dibutuhkan

a. Modal investasi (modal yang tidak habis

pakai,jangka panjang)

Modal jangka panjang apa yang dibutuhkan?

Berapa biaya yang dibutuhkan

Darimana asal modal investasi ini?

Page 128: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

120 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

b. Modal Kerja (Modal jangka pendek/habis pakai)

Berapa kebutuhannya

Darimana sumbernya

c. Penentuan harga:

Harus menghitung total biaya yang

dikeluarkan dan produk yang dihasilkan

Harga pokok produksi = Total Biaya : Jumlah

Produk

BEP (Break Event Point) = titik impas yaitu

jumlah keadaan di mana usaha tidak

mengalami laba atau rugi. Tujuannya adalah

untuk mengetahui harga pokok produk dan

menentukan berapa penjualan minimum

untuk menghasilkan untung.

Berapa harga jualnya? Untuk usaha mantap

harga jual biasanya ditentukan dengan

menambahkan 20-30% dari BEP.

Page 129: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 121

7. Perkiraan Penjualan

a. Bagaimana melakukan promosi

b. Bagaimana distibusinya

8. Proyeksi Rugi Laba

a. Membandingkan antara pendapatan dan

pengeluaran dalam jangka waktu tertentu

b. Biasa dibuat dalam jangka waktu tertentu

C. Contoh Perencanaan Usaha

Berikut Contoh Perencanaan Usaha Pembuatan

Keripik Pisang Manis

I. Latar Belakang

Di zaman yang makin maju ini, kesempatan

untuk mencari lapangan pekerjaan sangatlah sulit.

Ketrampilan, pengetahuan seakan menjadi modal

utama untuk bisa bertahan hidup. Dalam tulisan ini,

saya akan membahas tentang rencana bisnis/usaha

yang berhubungan dengan produksi makanan,

Page 130: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

122 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

tepatnya saya akan menjalankan bisnis/usaha kripik

pisang. Usaha saya ini, saya beri nama ‘Keripik

Pisang Manis’’. Sebelum saya membahas tentang

bisnis Keripik Pisang itu sendiri, ada baiknya kita

tinjau makna dari judul tulisan ini secara harfiah.

Bisnis adalah suatu kegiatan dengan tujuan

untuk memperoleh keuntungan. Melihat situasi

sekarang ini, bisnis kadang-kadang perlu bahkan

harus dilakukan oleh seseorang karena saat ini

untuk mencari sebuah pekerjaan sangat sulit.

Sekarang ini kita harus dapat menggantungkan

masa depan kita pada diri sendiri. Dalam hal ini kita

tidak boleh tergantung pada orang lain saja tetapi

kita juga harus dapat berusaha untuk

mengembangkan kemampuan kita untuk dapat

memenuhi segala kebutuhan kita dengan jalan

membuka usaha sendiri atau berwirausaha.

Page 131: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 123

Beberapa faktor yang mendukung pemilihan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pada usaha produksi kripik pisang ini

menghasilkan keuntungan yang cukup

menjanjikan karena usaha ini menghasilkan

keuntungan tiap bulannya Rp 1.080.000 dengan

rincian Rp 500.000 untuk pemilik dan Rp

580.000 untuk produksi sehingga tiap bulannya

jumlah hasil produksi dapat ditingkatkan

sehingga jumlah keuntungan tiap bulan akan

meningkat.

b. Dalam pembuatan kripik pisang ini sang pemilik

tidak membutuhkan keahlian khusus karena

membuat kripik pisang merupakan

kegemarannya.

c. Dalam pemasaran kripik pisang ini tidak

mengalami hambatan karena banyak orang yang

menyukainya.

Page 132: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

124 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

d. Bahan baku pada usaha produksi kripik pisang

ini dapat diperoleh dengan mudah karena

didaerah ini dekat dengan pasar tradisional yang

masih banyak menjual bahan baku utama yaitu

pisang.

e. Pada usaha produksi kripik pisang ini tidak

memerlukan tenaga kerja tambahan karena usaha

ini hanya dijalankan oleh pemilik sehingga

keuntungan sepenuhnya dimiliki pemilik.

f. Pada usaha produksi kripik pisang ini

menggunakan modal sendiri karena usaha ini

tidak memerlukan modal yang cukup besar.

g. Pada usaha produksi kripik pisang ini tidak

memiliki tingkat resiko yang besar, karena

resiko yang mungkin terjadi hanyalah kerugian

bila kripik pisang tidak terjual semua tetapi hal

ini masih dapat diatasi dengan keuntungan hasil

penjualan kripuk pisang sebelumnya.

Page 133: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 125

h. Pada usaha produksi kripik pisang ini tidak ada

pesaing jadi bisa dikatakan usaha ini cukup

menjanjikan.

i. Pada usaha produksi kripik pisang ini bila sang

pemilik menginginkan usahanya diperbesar,

sang pemilik dapat menggunakan fasilitas dari

pemerintah yaitu berupa peminjaman modal dari

pemerintah dengan bunga rendah.

j. Pada usaha produksi kripik pisang ini sangat

ramah lingkungan karena tidak menghasilkan

limbah yang mencemari lingkungan.

k. Menejemen dari usaha ini cukup mudah karena

hanya dijalankan oleh perseorangan.

II. Bentuk Badan Usaha

Pada produksi kripik pisang ini, sang pemilik

menggunakan modal sendiri dan mengelolanya

sendiri, maka jelaslah bahwa bentuk usaha

merupakan usaha perorangan. Karena usaha keripik

pisang ini merupakan usaha perseorangan maka

Page 134: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

126 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

keuntungan sepenuhnya dipegang oleh pemilik.

Produksi kripik pisang ini satu-satunya di daerah

tersebut sehingga dapat dikatakan jenis usaha ini

tanpa pesaing dan menjanjikan.

III. Pembuatan Studi Kelayakan

1. Pengantar

a. Manfaat Umum

Di zaman yang modern ini, kesempatan

untuk mencari lapangan pekerjaan sangatlah

sulit. Tapi meskipun begitu bukan berarti

kita hanya berpangku tangan dan putus asa.

Kita harus bisa berpikir kreatif untuk bisa

tetap bertahan hidup. Karena terpacu dengan

hidup yang serba sulit, maka penulis akan

berencana membangun usaha produksi

keripik pisang. Usaha yang dijalankan ini

belum ada pesaingnya dan cukup digemari

banyak orang, sehingga hasil yang

Page 135: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 127

didapatkan cukup menjanjikan untuk bisa

mencukupi kebutuhan hidup.

b. Manfaat Ekonomis

Usaha produksi keripik ini menggunakan

modal sediri dan hanya dikerjakan oleh

pemilik usaha, tidak menarik tenaga kerja

lain, sehingga hal ini dapat menghemat

biaya operasional.

2. Profil Perusahaan

✓ Nama Perusahaan : Keripik Pisang Manis

✓ Pemilik perusahaan : Desi Indah Sari

✓ Bentuk perusahaan : Perseorangan

✓ Lokasi Perusahaan : Ds. Kraksaan Timur No.

86 Kec. Kraksaan

Kabupaten Probolinggo

✓ Ketenagakerjaan :

Proses produksi ini dijalankan oleh pemilik

usaha sendiri. Pemilik usaha tidak menggunakan

Page 136: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

128 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

tenaga kerja lain karena untuk menghemat biaya

operasional.

3. Perizinan

✓ Izin usaha : Terlampir

✓ Izin Penggunaan Tanah : Terlampir

✓ Izin UU Gangguan : Terlampir

✓ Izin Lain-Lain : Terlampir

4. Rencana Produksi

✓ Jenis Produksi : Produksi makanan

✓ Kapasitas Produksi : 25 bungkus/hari

✓ Rencana Produksi Real : 900 bungkus/bulan

5. Pemasaran dan Pesaing

✓ Daerah pemasaran :Tembalang dan sekitarnya

✓ Jumlah yang dapat dijual (dipasarkan) : 25

bungkus/hari

✓ Sistem Penjualan : Titipan

✓ Pesaing produk sejenis : Tidak ada

✓ Jumlah industri sejenis (di sekitarnya) : Tidak

ada

Page 137: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 129

✓ Jumlah seluruh produksi dari industri sejenis :

Tidak ada

6. Modal Tetap Yang Diperlukan

a. Tanah dan bangunan :

✓ Tanah 90 m2 : Rp 16.000.000,-

✓ Bangunan 80 m2 : Rp 48.000.000,- +

= Rp 64.000.000,-

b. Mesin dan peralatan :

✓ 2 buah kompor minyak : Rp. 210.000,-

✓ 2 buah penggorengan : Rp. 64.000,-

✓ 3 tempat adonan keripik : Rp. 33.000,-

✓ Cobek : Rp. 25.000,-

✓ Plastik kemasan : Rp 30.000,-

✓ Lain-lain : Rp. 10.000,-

= Rp. 380.000,-

Jumlah modal tetap = Rp 64.380.000,-

Page 138: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

130 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

7. Modal Kerja Yang Diperlukan

a. Tenaga Kerja (3 bulan)

Gaji pemilik/pimpinan : Rp. 500.000,- / bln

: Rp. 1.500.000,-/3 bln

b. Bahan baku dan penolong

Bahan

Pengeluaran

per bulan

(Rp.)

Total 3

bulan (Rp.)

Gula pasir 210.000 630.000

Pisang Olah 90.000 270.000

Telur 98.000 294.000

Bumbu 45.000 135.000

Minyak goreng 275.000 825.000

Minyak tanah 180.000 540.000

Jumlah 2.694.000

Page 139: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 131

Modal kerja yang dibutuhkan dalam waktu 3

bulan adalah :

= Tenaga Kerja + Bahan Baku dan Penolong

= Rp. 1.500.000 + Rp. 2.694.000

= Rp. 4.194.000,-

Sehingga Jumlah modal yang dibutuhkan untuk

menjalankan usaha selama 3 (tiga) bulan adalah :

= Modal Tetap + Modal Kerja

= Rp. 64.380.000 + Rp. 4.194.000

= Rp. 68.574.000,-

8. Biaya Produksi Selama Satu Tahun

a. Bahan baku penolong

Bahan

Pengeluaran

per bulan

(Rp.)

Total 1

tahun (Rp.)

Gula pasir 210.000 2.520.000

Pisang Olah 90.000 1.080.000

Telur 98.000 1.176.000

Bumbu 45.000 540.000

Page 140: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

132 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Bahan

Pengeluaran

per bulan

(Rp.)

Total 1

tahun (Rp.)

Minyak goreng 275.000 3.300.000

Minyak tanah 180.000 2.160.000

Jumlah 10.776..000

b. Gaji/upah

Gaji Pemilik : Rp. 6.000.000,-

c. Penyusutan

Jenis Jumlah (Rp.)

Bangunan

5% x Rp. 48.000.000 2.400.000

Peralatan

15% x Rp. 380.000 57.000

Jumlah Penyusutan 2.457.000

Page 141: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 133

d. Bunga modal pinjaman

Pinjaman modal investasi : Rp. 0,-

Pinjaman modal kerja : Rp. 0,-

Bunga pinjaman modal investasi : Rp. 0,-

e. Biaya lain-lain

Listrik : Rp 700.000,-

Air : Rp 850.000,-

Trasportasi : Rp 600.000,-

Gedung : Rp. 850.000,- +

= Rp. 3.000.000,-

Jumlah seluruh biaya produksi = Rp. 22.233.000,-

9. Rencana Penjualan

Penjualan (produksi) tahun ke-I 8.500

bungkus@ Rp 3.500,- : Rp 29.750.000,-

Penjualan (produksi) tahun ke-II 9.000

bungkus@ Rp 3.500,- : Rp 31.000.000,-

Penjualan (produksi) tahun ke-III 9.500

bungkus@ Rp 3.500,- : Rp 33.250.000,-

Page 142: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

134 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

10. Pendapatan Perusahaan

a. Hasil Penjualan : Rp. 29.750.000

(Biaya tetap + Biaya variable) : Rp. 22.233.000 -

: Rp. 7.517.000,-

b. Pendapatan (laba) sebelum dikurangi bunga &

pajak : Rp 7.517.000,-

Bunga (tidak dimasukkan biaya tetap) : Rp

7.517.000,-

c. Pendapatan (laba) sebelum pajak : Rp.

7.517.000,-

PPn : 10% x Rp. DP

= 10% x 100/110 x Laba kotor

= 10% x 100/110 x Rp. 7.517.000,-

= Rp. 683.700,-

PPh : 1,5% x (laba kotor – PPn )

= 1,5 % x (Rp 7.517.000,- – Rp 683.700,-)

= Rp. 102.500,-

Page 143: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 135

Zakat : 2,5% x (laba kotor – PPn – PPh)

= 2,5% x ( Rp. 7.517.000 – Rp. 683.700 –

Rp. 102.500)

= Rp. 168.300,-

11. Laba bersih perusahaan

= Laba Sebelum dikurangi pajak – PPn – PPh –

Zakat

= Rp. 7.517.000 – Rp. 683.700 – Rp. 102.500 –

Rp. 168.300

= Rp 6.562.500,-

12. Waktu Balik Modal

a. Laba barsih perusahaan ×100 %

= Rp 6.562.500,- × 100% = 9.6 %

b. Modal tetap + modal kerja = Rp. 68.574.000,-

BEP = Modal seluruh / Laba bersih

= Rp 68.574.000,- / Rp 6.562.500,-

= 10.4 Tahun

Page 144: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

136 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Alternatif dari X:

Perhitungan Laba

1. Penjualan (tahun) : Rp. 29.750.000,-

2. Harga Pokok Penjualan

Sediaan awal produksi jadi : Rp. 15.033.000,-

Produk jadi yang dibuat : Rp. 3.000.000,- +

: Rp. 18.033.000,-

Nilai seluruh produk yang dapat dijual (a+b) : Rp.

18.033.000,-

Sediaan akhir produk jadi : Rp. 18.033.000,-

Harga pokok penjualan : Rp. 4.000,-

3. Pendapatan Kotor (Profit on sales) : Rp. 7.517.000,-

4. Biaya pemasaran : Rp. 200.000,-

Gaji tenaga pemasaran : Rp. 0,-

Biaya iklan/promosi : Rp. 0,-

Biaya penggudangan : Rp. 0,-

Biaya penyaluran : Rp. 0,-

Biaya kotor : Rp. 0,-

Biaya pemasaran : Rp. 200.000,-

Page 145: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 137

Laba kotor : Rp. 7.317.000,-

5. Bunga pinjaman : Rp. 0,-

6. Laba sebelum potong pajak : Rp. 7.317.000,-

7. Pajak 5% x Rp 11.517.000 : Rp. 365.850,-

8. Laba bersih : Rp. 6.951.150,-

13. Pemilihan Lokasi Usaha

a. Faktor Bahan Baku

Bahan baku dalam usaha ini seperti gula pasir,

pisang olah, telur, bumbu, minyak goreng.

Bahan baku mudah diperoleh karena tempat

produksi dekat dengan pasar tradisional yang

berjarak kurang lebih hanya 2 km, sehingga

dapat menghemat biaya transportasi.

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang saya pilih untuk tempat

usaha keripik pisang adalah lingkungan yang

padad penduduk karena semakin banyak

jumlah penduduk maka persentase terjualnya

keripik pisang ini akan semakin tinggi

sehingga keuntungan yang diperoleh

maksimal.

Page 146: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

138 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

c. Faktor-faktor Lain

Faktor lain yang dimaksud di sini adalah

fasilitas dan kemudahan. Apabila usaha awal

yang saya rintis ini terlihat hasilnya maka saya

akan memperbesar hasil produksi dan

memperluas daerah pemasaran, yaitu dengan

mengguanakan salah satu progam pemerintah

“peminjaman modal dengan bunga ringan”

dengan jumlah produksi yang semakin banyak

maka hasil keuntungan yang diperoleh juga

semakin meningkat.

Page 147: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 139

Bagian 6

Sumber Pendanaan Bagi Usaha

Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM)

A. Lembaga Keuangan dan Non Lembaga

Keuangan sebagai Sumber Dana bagi

UMKM

Fungsi Lembaga Keuangan adalah sebagai perantara

antara kelompok masyarakat yang kelebihan dana dengan

kelompok masyarakat yang mengalami kekurangan dana.

Kelompok masyarakat yang kelebihan dana adalah

kelompok yang dengan berbagai alasan menyimpan

Page 148: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

140 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

uangnya pada Bank atau Lembaga Keuangan lainnya

dengan alasan safety, liquidity, accessibility, convenience

dan untuk mencapai target jumlah tertentu.

Kelompok yang mengalami kekurangan dana terbagi

menjadi kelompok yang mengalami kekurangan modal

kerja, kelompok yang memerlukan dana untuk investasi

dan kelompok yang memerlukan dana konsumtif.

Lembaga Keuangan Perbankan. Bank adalah

Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak (menurut UU No. 10 tahun 1998). Bank pada

dasarnya adalah badan usaha yang melakukan usaha di

bidang:

1. Jasa perantaraan di bidang keuangan dalam bentuk

menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian

disalurkan kembali kepada masyarakat,

2. Jasa dibidang lalu lintas pembayaran.

Page 149: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 141

Berdasarkan hal tersebut, bank akan

mengembangkan jenis-jenis produknya dalam bentuk

berbagai pelayanan perbankan. Produk itu berkembangan

sesuai dengan perkembangan kebutuhan pelayanan dan

variasinya dan berkembang sesuai dengan kemajuan

teknologi informasi. Tetapi keragaman tersebut dibatasi

oleh jenis banknya, karena setiap Bank memiliki ciri

khas, keleluasaan dan keterbatasan tertentu.

Berdasarkan undang-undang yang berlaku,

pengelompokan bank di Indonesia dibedakan

berdasarkan:

a. Cakupan kegiatannya, dimana dibedakan antara Bank

umum dan Bank Perkreditan Rakyat,

b. Berdasarkan pola kerjanya, dimana dibedakan Bank

yang bekerja berdasarkan sistem bunga atau secara

konvensional dan Bank yang bekerja dengan prinsip

Syariah.

Sistem perbankan di Indonesia berdasarkan atas

Undang-undang No. 10 Tahun 1998 serta Undang-

Page 150: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

142 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

undang 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sistem

perbankan Indonesia terdiri atas:

1) Bank Indonesaia sebagai Bank Sentral Republik

Indonesia yang bertujuan untuk mencapai dan

memelihara kestabilan nilai Rupiah atau dengan

perkataan lain Bank Indonesia adalah otoritas

moneter di negara kita.

2) Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan

kegiatannya secara konvesional atau berdasarkan

prinsip Syariah.

3) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah Bank yang

melaksanakan kegiatan usahanya secara konvesional

atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

Lembaga Keuangan Non Perbankan adalah

lembaga yang menyalurkan dana bagi berbagai kegiatan

usaha mikro, kecil dan menengah yang sumbernya

berasal dari Pemerintah dan Swasta/BUMN/BUMD dan

Page 151: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 143

Pegadaian. Saat ini banyak juga perusahaan-perusahaan

terutama perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), yang mempunyai program untuk membantu

pengusaha kecil, baik pusat maupun di daerah dengan

memberikan bantuan kredit dana bergulir. Contoh bentuk

program kemitraan bina lingkungan (PKBL) seperti

dilakukan oleh PT. Pertamina dengan membantu para

kelompok tani andalan untuk mengikuti pelatihan, PT.

Telkom dalam bentuk bantuan dana bagi usaha mikro dan

BUMN lainnya serta perusahaan-perusahaan swasta.

Lembaga Keuangan non perbankan yang juga

memberikan modal usaha dalam pinjaman bergulir adalah

pemerintah pusat dan daerah, BUMN/BUMD dan

perusahaan swasta besar sebagai pogram kemitraan bina

lingkungan (PKBL) dalam bentuk pinjaman dana

bergulir. Bunga pinjaman bergulir biasanya sangat rendah

kredit dan persyaratannya sangat lebih mudah dan sering

tanpa agunan, menjadi salah satu bentuk insentif bagi

Page 152: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

144 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

UMKM walaupun harus tetap mengikuti prosedur dan

persyaratan lainnya.

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau unit Usaha

Simpan Pinjam Koperasi (USP) juga sebagai alternatif

lembaga keuangan non perbankan seperti KSP Dalam

koperasi serba usaha; seperti Koperasi Warga PT. Semen

Gresik (KWSG), Kopkar PT. HM Sampoerna, dimana

terdapat Unit Usaha Simpan Pinjam.

B. Peranan Bank sebagai Lembaga Pemberi

Kredit

Bank sebagai lembaga pemberi kredit sangat

berperan membantu pengusaha- pengusaha daerah guna

meningkatkan kegiatan perekonomian di daerah, guna

memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat. Kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak

Page 153: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 145

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

perimbangan bunga.

Program pemerintah memfasilitasi kredit melalui

Bank-bank untuk UMKM sudah ada sejak lama, tetapi

minim bagi usaha mikro. Dukungan pemerintah tersebut

sebagai pendanaan bagi kegiatan pemberdayaan UMKM

dan koperasi dapat berasal dari dana pemerintah melalui

APBN, dana yang dihimpun perbankan serta dana yang

dihimpun lembaga khusus yang ditunjuk pemerintah.

1. Tujuan Pemberian Kredit

Prosedur pemberian kredit melalui alat anasilis

dengan:

a. Prinsip 5 C; Character (watak/kepribadian),

Capacity (kemampuan), Capital (modal),

Condition of economy (kondisi ekonomi),

Collateral (jaminan/agunan).

Page 154: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

146 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

b. Prinsip 5 P; Party (penggolongan), Purpose

(tujuan), Payment (pembayaran), Profitability

(kemampuan memperoleh laba), Protection

(perlindungan).

c. Prinsip 3R; Returns/returning (hasil yang

dicapai), Repayment (pembayaran kembali), Risk

of bearing ability (kemampuan untuk

menanggung risiko).

Tujuan utama pemberian kredit antara lain:

a. Mencari Keuntungan. Pemberian kredit

merupakan upaya untuk memperoleh keuntungan

dari pemberian kredit tersebut. Terutama dalam

bentuk bunga yang diterima oleh Bank sebagai

balas jasa dan biaya administrasi kredit yang

dibebankan kepada nasabah, dengan harapan

nasabah yang memperoleh kredit pun bertambah

maju dalam usahanya. Keuntungan nasabah ini

penting untuk kelangsungan hidup Bank dan

kemajuan usaha nasabah.

Page 155: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 147

b. Membantu Usaha Nasabah. Membantu usaha

nasabah yang memerlukan dana, baik dana

investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan

dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat

mengembangkan dan memperluas usahanya.

c. Membantu Pemerintah. Semakin banyak kredit

yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka

semakin banyak pengusaha yang dapat

berkembang, mengingat semakin banyak kredit

berarti adanya peningkatan pembangunan di

berbagai sektor. Semakin banyak pembangunan

tersebut maka semakin banyak kemungkinan

pendapatan pemerintah dari sektor pajak.

2. Pertimbangan dan Prosedur Pemberian Kredit

Pertimbangan. Kredit merupakan aktivitas Bank dari

sisi aktiva yaitu pinjaman yang diberikan untuk

mendapatkan penghasilan. Bank dalam memberikan

kredit kepada nasabahnya melakukan penelitian yang

Page 156: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

148 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

mendalam, dimana bank umum dan Bank Syariah dalam

memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip

Syariah, wajib mempunyai keyakinan berdasarkan

analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta

kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya,

sesuai dengan yang dijanjikan.

Prosedur Pemberian Kredit. Lembaga perbankan

sejak lama sudah melaksanakan prosedur pemberian

kredit dengan terlebih dahulu melakukan penganalisaan,

karena undang-undang telah mengatur hal tersebut.

Analisis sebelum memberikan kredit bertujuan

untuk:

a. Mendapatkan keyakinan. Bahwa bank harus benar-

benar yakin bahwa calon debitur mempunyai itikad

baik dalam menggunakan kredit dan

pengembaliannya.

b. Kemampuan. Dalam arti bahwa calon debitur diyakini

mempunyai sumber yang dapat diperhitungkan untuk

pengembalian kredit.

Page 157: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 149

c. Kesanggupan, bank harus yakin nasabah masih tetap

sanggup untuk membayar utangnya dengan

mencairkan agunan kredit. Jadi dalam pemberian

kredit oleh Bank harus didapatkan dua keyakinan

mengenai dua jaminan kredit yaitu: Keyakinan

jaminan pemberian kredit dapat dinilai dari

kemampuan nasabah untuk berusaha, sehingga

berpenghasilan yang menjadi sumber yang pasti untuk

mengembalikan kredit. Keyakinan jaminan kredit,

yaitu apabila usaha gagal sehingga tidak ada

penghasilan untuk mengembalikan kredit, ada agunan

yang dapat dicairkan untuk melunasi kredit.

d. Proses pengajuan kredit kepada Bank diperlukan

seperangkat analisis yang merupakan pertimbangan

Bank sebelum menyalurkan dananya. Sebagai sarana

analisis adalah: (1) Prinsip 5C; Character (watak /

kepribadian), Capacity (kemampuan), Capital (modal),

Condition of economy (kondisi ekonomi), Collateral

(jaminan/agunan). (2) Prinsip 5P; Party

Page 158: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

150 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

(penggolongan), Purpose (tujuan), Payment

(pembayaran), Profitability (kemampuan memperoleh

laba), Protection (perlindungan), dan (3) Prinsip 3R;

Returns/returning (hasil yang dicapai), Repayment

(pembayaran kembali), Risk of bearing ability

(kemampuan untuk menanggung risiko).

Kilas Balik Pemberian Kredit kepada Usaha Kecil.

Pada masa lalu pemerintah telah berupaya menyediakan

berbagai program penyediaan dana dalam bentuk skim

kredit yang beraneka ragam untuk para pengusaha kecil.

Misalnya program pemerintah yang dititipkan

pelaksanaannya kepada Bank-bank umum, seperti: Kredit

KIK/KMKP, Kredit KUK, Kredit Koperasi, Kredit

Perusahaan Inti Rakyat (KPIR), Kredit Usaha Tani

(KUT), Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Tambak Inti

Rakyat (TIR), dan Kredit Candak Kulak (KCK).

Hasil yang dicapai belum optimal dari upaya

pemberian dana pinjaman kepada usaha kecil. Untuk

memperbaiki hasil yang diharapkan lebih optimal adalah

Page 159: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 151

didirikan BPR (Bank Perkreditan Rakyat). Bank

Pembangunan Daerah berfungsi sebagai intermediasi

dengan BPR atau Bank Syariah dengan tujuan untuk

memberikan pelayanan perbankan bagi masyarakat di

pedesaan. Saat ini banyak juga perusahaan-perusahaan

terutama perusahaan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang

mempunyai program untuk membantu pengusaha kecil,

pedagang kaki lima, pengusaha makanan catering/kue-

kue dan lain-lain, baik di pusat maupun di daerah dengan

memberikan bantuan kredit dalam bentuk dana bergulir.

C. Akses UMKM Terhadap Jasa Kredit

Perbankan

Dalam memberikan pembiayaan kepada sektor

UMKM, Bank tetap harus melakukan langkah-langkah

“prudential banking” serta melakukan manajemen risiko

sebagaimana yang telah digariskan dalam Standard

Page 160: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

152 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Operasional dan Prosedur (SOP). Bank akan melakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Prinsip Kehati-hatian

Dalam melakukan prinsip kehati-hatian, bank harus

memperhatikan:

a. Prinsip utama dalam mengelola risiko kredit adalah:

Pemisahan pejabat kredit

Penerapan Risk Scoring System.

Pemisahan pengelolaan kredit bermasalah.

b. Prosedur Perkreditan yang sehat.

Bank harus melakukan prosedur yang sehat, dengan

melakukan:

Penetapan Pasar Sasaran.

Kriteria Risiko yang dapat diterima.

Pengawasan ekspansi kredit.

c. Jenis usaha yang dilarang atau dihindari untuk dibiayai

Page 161: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 153

2. Dalam Kebijakan Umum Perkreditan

Bahwa setiap proses dan keputusan kredit harus

melalui langkah-langkah yang baku, sebagai berikut:

a. Ada permohonan kredit dari debitur secara tertulis,

b. Dilengkapi dokumen yang dipersyaratkan,

c. Disertai proposal kredit,

d. Dibuat rekomendasi dan keputusan kredit oleh

pejabat yang berwenang,

e. Pemberitahuan keputusan kredit (offering letter),

f. Melaksanakan perjanjian kredit secara hukum,

g. Proses pencairan kredit,

h. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi.

3. Pre screening dan seleksi calon debitur UMKM

Permohonan kredit dapat diproses apabila telah lolos

pre screening, yaitu;

a. Memenuhi Pasar Sasaran.

b. Tidak termasuk jenis usaha yang dilarang.

Page 162: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

154 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

c. Tidak termasuk dalam jenis usaha yang perlu

dihindari .

d. Tidak termasuk dalam Daftar Hitam BI.

e. Tidak termasuk dalam Daftar Kredit Macet BI.

f. Tidak termasuk dalam Daftar Hitam Intern Bank.

4. Bank juga melakukan penilaian rating atas

kesehatan debitur, melalui Credit Risk Rating

(CRR).

Credit Risk Rating ini merupakan alat penilaian

standar: untuk penilaian risiko kredit secara individual,

menetapkan langkah-langkah penanganan yang

diperlukan sejak dini, menetapkan standar ukuran risiko

yang dapat diterima Bank, memperkirakan kemungkinan

tingkat kegagalan pengembalian kredit.

Page 163: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 155

5. Apabila telah melalui proses penilaian rating dan

nilainya memenuhi standar yang ditetapkan, maka

akan disusun proposal analisis kredit, sebagai

bahan pertimbangan apakah usaha yang dibiayai

layak atau tidak untuk diberikan kredit.

Proposal analisis kredit bukan laporan deskriptif,

tetapi merupakan hasil analisis yang menyimpulkan

tingkat risiko calon debitur (layak atau tidak), sekaligus

rekomendasi serta mitigasi risiko (yang akan dituangkan

dalam bentuk loan structure, covenant, insurance dan

collateral). Prinsip penyusunan laporan analisis kredit,

harus memenuhi unsur: Obyektif, komunikatif (siapapun

yang membaca mempunyai persepsi yang sama), memuat

informasi pokok yang dibutuhkan pemutus kredit, dan

simpel.

Page 164: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

156 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

6. Bank tetap harus memantau jalannya usaha

debitur, serta menerapkan Early Warning System

(EWS).

Early Warning System adalah mekanisme

deteksi/pengenalan terhadap gejala/tanda-tanda awal yang

diperkirakan dapat mempengaruhi/menyebabkan

kemungkinan terjadinya kegagalan debitur dalam

memenuhi kewajibannya. Tujuan EWS adalah

memberikan peringatan dini atas kondisi debitur yang

diperkirakan akan berdampak negatif terhadap kelancaran

pemenuhan kewajiban atas kredit yang telah diberikan.

Sasaran EWS adalah:

a. Mengindentifikasi dan mendeteksi debitur-debitur

yang diperkirakan akan berpotensi gagal dalam

memenuhi kewajibannya.

b. Mendukung proses monitoring portofolio pinjaman

secara keseluruhan.

c. Mengindetifikasi langkah-langkah perbaikan dan

penetapan rencana tindak lanjut yang efektif.

Page 165: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 157

7. Bank juga harus melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap kredit yang telah diberikan.

Prinsip pembinaan dan pengawasan adalah:

a. Setiap tahapan proses pemberian kredit harus

didasarkan atas azas-azas perkreditan yang sehat.

b. Setiap pemberian kredit harus mengandung unsur

pengawasan ganda dan pengawasan melekat

secara berkesinambungan.

c. Setiap pemberian kredit harus dipantau

perkembangan usaha debitur yang bersangkutan,

agar kredit mencapai sasaran dan mencegah

kemungkinan penurunan kualitas kredit.

d. Setiap perkembangan kredit tidak hanya diawasi

oleh pejabat kredit saja, tetapi juga oleh unit kerja

yang dibentuk melalui fungsi pengawasan, yaitu

audit internal.

Page 166: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

158 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

8. Selain melakukan pembinaan dan pengawasan,

Bank juga harus merapikan dokumentasi kredit,

agar sewaktu-waktu dapat dimonitor.

Dokumentasi kredit ini menjadi bagian tak

terpisahkan dari paket kredit, merupakan salah satu aspek

penting yang dapat menjamin pengembalian kredit, serta

dokumentasi kredit wajib dilaksanakan dengan baik,

tertib dan lengkap.

Pada akhirnya, dengan kebijakan dan sistem yang

baik, akan diperoleh tingkat kesehatan bank. Di satu sisi,

setiap pejabat/staf dari bank yang berperan menganalisis

suatu usaha debitur telah mempunyai perangkat yang

dapat digunakan, sehingga manajemen risiko, serta early

warning system dapat dijalankan dengan baik. Dan yang

paling utama, jika semua prosedur standar telah dipenuhi,

maka budaya kredit (credit culture) yang sehat akan

berperan aktif dalam membuat bank dapat berperan serta

dalam menumbuhkan perekonomian untuk debitur

UMKM.

Page 167: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 159

D. Penyaluran Kredit Oleh Bank Terhadap

UMKM

Pada kenyataannya penyaluran kredit pada UMKM

masih kecil dibandingkan dengan usaha besar.

Pemecahan masalah tersebut secara makro seperti

kebijakan pemerintah mewajibkan Bank Umum untuk

menyalurkan 20 % kredit kepada UMKM dari total

kreditnya, KUT, program program promosi akses kredit

UMKM kepada lembaga keuangan dan lain-lainnya

ternyata hasilnya masih jauh dari memuaskan. Hal ini

disebabkan selain karena ketidak mampuan UMKM

mengakses bank juga disebabkan oleh :

1. Officer Bank kekurangan pengetahuan atau

pengalaman, sehingga bank kesulitan menilai

prospek bisnis UMKM, sehingga untuk

meminimalisasi resiko perlu menetapkan persyaratan

jaminan yang ketat. Skema kredit UMKM kurang

Page 168: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

160 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

bervariasi mengikuti variasi karakteristik usaha

UMKM yang spesifik.

2. Pada UMKM yang mengajukan kredit, Officer Bank

masih kesulitan untuk menemukan yang prospektif

untuk dibiayai.

Untuk mendorong penyelesaian masalah ditingkat

mikro tersebut semestinya menjadi perioritas dalam

mempromosikan akses kredit UMKM pada lembaga

keuangan. secara teknis bank harus punya target pasar

spesifik untuk UMKM sebagaimana juga bank memiliki

target pasar spesifik untuk usaha besar, tetapi menetapkan

target pasar untuk UMKM ternyata lebih rumit dari pada

menetapkan target pasar kredit usaha besar, hal ini

disebabkan :

a. Tidak tersedianya data sekunder yang memadai

tentang UMKM, data yang tersedia pada dinas teknis

dan BPS sangat tidak memadai sebagai pertimbangan

dalam merumuskan target pasar kredit UMKM.

Page 169: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 161

b. Faktor lokalitas pada tingkat Kabupaten/propinsi

bahkan pada tingkat wilayah yang lebih kecil sangat

mempengaruhi potensi pengembangan UMKM,

dengan demikian data Nasional akan sangat bisa jika

digunakan dalam memilih sektor UMKM.

c. Pengelompokkan UMKM selama ini berdasarkan sub

sektor telah menjadi pola analisis, padahal

pengelompokkan tersebut pada dasarnya untuk

kepentingan administrasi (Pemerintah & BI) bukan

kepentingan analisis bisnis. Analisis yang paling

rasional adalah berdasarkan rantai bisnis dan wilayah

(wilayah yang dibatasi oleh keterkaitan pelaku bukan

wilayah administrasi).

Karena sebagian besar UMKM tidak memiliki

dokumen usaha dan data tentang UMKM sangat sedikit

maka untuk bisa menyalurkan kredit kepada UMKM,

bank perlu mengenal dengan baik karakteristik dan pola

bisnis UMKM, perlu cara lain dalam analisis pasar dan

Page 170: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

162 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

potensi sektor agar penyaluran kredit pada UMKM tetap

dengan pendekatan koridor biasa.

E. Syarat UMKM Mendapat Kucuran Dana

dari Bank

Para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) harus memenuhi persyaratan agar usahanya

dinilai visible dan bankable bagi perbankan. Sehingga

perbankan bersedia untuk mengucurkan kredit. Ada tiga

syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Dokumentasi usaha yang jelas,

2. Track record yang positif, dan

3. Bisnis atau cashflow yang positif.

Seandainya aset usaha UMKM tersebut tergolong

besar tapi cashflownya negatif, perbankan tetap enggan

mengucurkan kreditnya. dalam hal ini Kementerian

Koperasi dan UMKM akan bekerjasama membuat

pelatihan bagi para pelaku UMKM, agar bisa bankable

Page 171: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 163

sehingga bisa memperoleh pinjaman dari perbankan

untuk mengembangkan usaha.

Pada saat ini pemerintah berusaha untuk

merealisasikan UU tentang penjaminan kredit kepada

para pelaku UMKM. Sehingga nantinya Bank Indonesia

(BI) mempunyai payung hukum untuk melonggarkan

aturannya bagi perbankan dalam menyalurkan kredit ke

sektor UMKM, agar para pelaku UMKM tidak terbebani

masalah jaminan pinjaman kepada perbankan. Pada saat

ini bahkan ada pelaku UMKM yang memberikan jaminan

lebih besar kepada perbankan dibandingkan jumlah

pinjamannya.

Beberapa persyaratan administrasi untuk

permohonan kredit di bank adalah:

1. Membuat proposal permohonan kredit dan

direkomendasikan dinas terkait

2. Fotocopy KTP Nasabah, istri atau suami

(Perorangan)

3. Fotocopy KSK Nasabah (Perorangan)

Page 172: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

164 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

4. Surat Nikah Nasabah (Perorangan)

5. Fotocopy KTP Pengurus (Badan Hukum)

6. Akte Pendirian (Badan Hukum)

7. Fotocopy Jaminan & SPPT.

8. Ijin Usaha, SIUP, NPWP, TDP.

9. Neraca tahun terakhir dan tahun berjalan (Badan

Hukum)

10. Kelengkapan peryaratan lain dibicarakan pada saat

survey.

F. Permasalahan yang Dihadapi UMKM

dalam Mendapatkan Kredit Dari

Perbankan

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini

tengah menghadapi fenomena paradoks. Disatu sisi

UMKM terlihat sangat strategis karena merupakan pilar

pendukung utama dan terdepan dalam pembangunan

ekonomi. UMKM merupakan lapangan usaha yang paling

Page 173: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 165

banyak dan paling mudah diakses oleh masyarakat bawah

di Indonesia. UMKM paling besar dan paling cepat dalam

memberikan peluang lapangan pekerjaan dan

memberikan sumber penghasilan bagi kebanyakan

masyarakat kita. UMKM paling fleksibel dan dapat

dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah

perekonomian dan UMKM juga cukup terdiversifikasi

dan memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan

perdagangan. Betapa luar biasanya peran UMKM di

Indonesia kita ini. Namun disisi lain kita juga banyak

menemukan persoalan pelik ditubuh UMKM.

Kelembagaan UMKM di Indonesia lemah. Hal ini

disebabkan karena secara ekonomi politik,

keberadaannya tidak diperhitungkan terutama pada masa

rezim Orde Baru. Dominasi keberpihakan rezim Orde

Baru kepada pelaku ekonomi besar telah menyebabkan

UMKM di Indonesia lemah secara kelembagaan.

Sehingga UMKM kita menjadi lambat mandiri, lambat

mengembangkan diri dan menjadi lemah dalam hal akses.

Page 174: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

166 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

sudah menjadi rahasia umum UMKM di Indonesia,

bahwa dari dahulu permasalahan klasik yang selalu

mendera UMKM antara lain adalah permasalahan;

1. Rumitnya proses perizinan dan penyederhanaan

pencatatan usaha.

Perizinan usaha di Indonesia sangat berbelit dan

memakan waktu yang sangat lama jika dibandingkan

dengan negara-negara lain padahal untuk UMKM izin

usaha adalah modal paling dasar jika mau berkembang

dan mendapat akses dengan baik terutama sekali akses

permodalan. Menurut Bank Dunia, dibutuhkan rata-rata

sekitar 151 hari serta 12 prosedur untuk mendapatkan izin

usaha. Padahal kemudahan perizinan ini akan

menciptakan tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar

0.25 % PDB.

Page 175: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 167

2. Sulitnya akses penambahan modal melalui kredit

bank.

Kebanyakan UMKM tidak berhasil mendapatkan

kredit dari bank karena UMKM tidak memenuhi

persyaratan untuk layak diberi kredit. Hal ini antara lain

karena UMKM belum memiliki pengetahuan dan

kesiapan dalam memenuhi persyaratan kredit sehingga

para pelaku UMKM memandang prosedur kredit sulit.

Sulaeman di Indonesia alasan utama yang dikemukakan

oleh UMKM kenapa UMKM tidak meminjam ke bank

adalah: (1) prosedur sulit (30,30 %), (2) Tidak berminat

(25,34 %), (3) Tidak punya agunan (19,28 %), (4) Tidak

tahu prosedur (14,33 %), (5) Suku bunga tinggi (8,82 %),

dan (6) Proposal ditolak (1,93 %) (Sulaeman, 2004)

3. Lemahnya kemampuan UMKM dalam hal

manajemen.

Permasalahan sebagian besar UMKM di Indonesia

adalah lemahnya kemampuan manajemen. Karena

sebagian besar pelaku UMKM memiliki tingkat

Page 176: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

168 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

pendidikan SMU atau sederajat, maka penguasaan ini

sangat lemah. Padahal ini merupakan kunci jika UMKM

mau menilai perkembangan dan ingin mendapat akses

kredit modal usaha di perbanka

4. Lemahnya penguasaan terhadap networking atau

jaringan kerja dan akses pasar.

Hal ini muncul akibat lemahnya kemampuan UMKM

mengorganisir diri dan lemahnya kemampuan pemasaran

UMKM, lemahnya penguasaan jaringan pasar, dan

lemahnya penguasaan fasilitas teknologi dan informasi

(IT) oleh UMKM.

Page 177: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 169

Referensi

Andibya, Budut dkk. 2007. Wirausahawan Tahan

Banting Sosok “Manusia Setengah Langka”

Pelajaran Berharga Bagi yang Berjiwa

Entrepreneur. Buku Kedua. Jakarta: Gibon

Book.

Arman Hakim Nasution, dkk. 2007. Entrepreneurship,

Membangun Spirit Teknopreneurship. Penerbit

Andi. Yogyakarta.

Benedicta Prihatin. Dwi Riyanti. 2003. Kewirausahaan

Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian.

Grassindo. Jakarta.

Chandra, Purdi E. 2008. Cara Gila Jadi Pengusaha.

Jakarta: PT Gramedia dan Alex Media

Komputindo.

Page 178: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

170 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Dion Alexander Nugraha. 2008. 8 Revolusi Sikap

Menjadi Entrepreneur. Penerbit PT. Elex Media

Komputindo. Kompas Gramedia Jakarta.

Direktorat Usaha dan Investasi Ditjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perikanan, Departemen

Kelautan dan Perikanan. 2006.

Frida Rustiani. 2006. Mengembangkan Ekonomi

masyarakat Dalam Era Globalisasi: Masalah

Peluang dan Strategi Praktis. Diterbitkan Atas

Kerja Sama Yayasan AKTIGA-YAPIKA.

Indarti, Nurul. 2007. Entrepreneurship dan Usaha Kecil

Menengah di Indonesia. Yogyakarta: Ardana

Media.

Ismeth Abdullah. 2004. Berbagai masalah yang dihadapi

oleh Usaha Simpan Pinjam Koperasi sebagai

Lembaga Keuangan Mikro Infokom Nomor 24

Tahun XX 2004. Pemerhati masalah koperasi,

Anggota Dewan Redaksi Majalah Warta

Page 179: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

Pendidikan Kewirausahaan Perempuan 171

Koperasi dan Sekarang Gubernur Riau

Kepulauan.

Kementerian KUKM. Rencana Tindak Jangka Menengah

(RTJM) Pemberdayaan Koperasi dan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah 2005-2009.

Komite Penanggulangan Kemiskinan. Thn 2006.

Pengantar Pengetahuan Perbankan dan

Perkreditan, Bank Indonesia.

Komite Penanggulan Kemiskinan. Thn 2003. Kemiskinan

dan Keuangan Mikro, Diterbitkan oleh Gema

PKM Indoensia.

Muhammad Taufik. 2003. Membangun sistem pembiyaan

bagi Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi

(UMKMK). Infokop Nomor 23 Tahun XIX.

2003. Media Pengkajian Koperasi Usaha Kecil

dan Menengah. Deputi Pengembangan dan

Restrukurisasi Usaha Kementerian Koperasi,

Usaha Kecil dan Menengah.

Page 180: Pendidikan Wirausaha Untuk Keberdayaan Perempuan

172 Pendidikan Kewirausahaan Perempuan

Suryadharma Ali yang diungkapkan kepada Media

Indonesia. Tgl 28 Oktober 2006.

Suryana. 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat

dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba

Empat.

Syarif. A. 2008. Mengenal bank dan Lembaga Keuangan

Non Bank. Jakarta: Djambatan.

Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough. 2002.

Pengantar Kewirausahaan dan Bisnis Kecil.

Tunggal, Amin Widjaja. 2007. Kewirausahaan

(Entrepreneurship) Teori dan Praktik. Jakarta:

Harvarindo.

Yusuf, Nasrullah. 2006. Wirausaha dan Usaha Kecil.

Modul PTKPNF Depdiknas. Jakarta.