pendidikan sosial yang terkandung dalam al...

83
PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL-QURAN SURAT ALI IMRAN AYAT 159 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Putri Kasih Handriyani NIM 109011000042 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: nguyenminh

Post on 17-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL-QURAN SURAT ALI IMRAN AYAT 159

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Putri Kasih Handriyani

NIM 109011000042

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Al-Quran

Surat Ali Imran Ayat 159 disusun oleh Putri Kasih Handriyani. NIM

109011000042. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah

melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya Ilmiah yang berhak

untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan

oleh Fakultas.

Jakarta, Januari 2014

Page 3: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 159 disusun oleh PUTRI KASIH HANDRIYANI NIM 109011000042, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 25 Maret 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, April 2014

Page 4: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Putri Kasih Handriyani

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 26 Mei 1991

NIM : 109011000042

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul : Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surat

Ali Imran Ayat 159

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pendidikan Sosial Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 159 adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen :

Nama Pembimbing : Abdul Ghafur, MA

NIP : 196812081997031003 Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Page 5: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

i

ABSTRAK

Kata Kunci: Pendidikan Sosial, Lemah lembut, Memaafkan, Musyawarah Latar belakang penelitian ini dilandasi oleh adanya kegelisahan tentang

merosotnya nilai-nilai luhur perilaku sosial, kepekaan dan kepedulian sosial di kalangan masyarakat yang tidak berbasis pada ajaran agama. Menyadari sangat vital dan pentingnya kedudukan dan fungsi al-Qur’an bagi umat Islam, maka pengaplikasiannya menjadi urgen dan wajib mendapat kepedulian bersama, sehingga nilai-nilai pendidikan sosial yang tercakup di dalamnya menjadi terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan inilah penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam nilai-nilai pendidikan sosial yang tertuang dalam QS. Ali Imran ayat 159. Penelitian ini bertujuan, Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan sosial yang terkandung dalam QS. Ali Imran ayat 159.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Sumber data primer adalah kitab-kitab tafsir QS. Ali Imran ayat 159. Sedangkan data sekundernya berupa buku-buku pendidikan, artikel, atau tulisan yang menjelaskan tentang pendidikan. Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif analitis karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memaparkan masalah-masalah sebagaimana adanya, disertai argumen-argumen dan menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah atau dokumen lainnya.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, nilai-nilai pendidikan sosial yang dapat digali dari nilai pendidikan sosial dalam dalam QS. Ali Imran ayat 159 adalah sikap sosial lemah lembut, pemaaf atau memaafkan, dan bermusyawarah. Relevansinya dengan pendidikan sosial adalah adanya usaha, pengorbanan, kemanusiaan untuk memiliki sikap empati, menghormati, menghargai orang lain sehingga memiliki rasa tenggang rasa dan kepedulian, toleran dan solidaritas sosial yang tinggi. Ini sifat yang melatih seseorang untuk menunjukkan eksistensi dirinya dalam bermasyarakat. Inilah nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam QS. Ali Imran 159.

Page 6: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

ABSTRACT

Keywords: Social Education, Gentle, Forgiveness, Deliberation

The background of this research is based on the presence of anxiety about the decline of the great value of social behavior, sensitivity and social awareness in the community that are not based on the teachings of agama.Menyadari very vital and important position and function of the Koran for Muslims, then its application become urgent and must obtain a common concern, so that the values of social education are covered in it becomes manifest in everyday social life. Starting from this situation the authors are interested in digging deeper into the social values of education as stipulated in the QS. Ali Imran verse 159. Study aims, to determine the values of social education contained in QS. Ali Imran verse 159.

This study is a library (library research). The primary data source is the books of tafsir QS. Ali Imran verse 159. While secondary data in the form of educational books, articles, or writing which describes in his discussion pendidikan.Adapun writer uses descriptive analytical method for the data collected in the form of words rather than numbers. Descriptive research is intended to describe the problems as they are, with the arguments and describe what it is about something variable, symptoms or circumstances. Moreover collected all likely to be the key to what is observed. Thus the research report will contain excerpts of data to illustrate the presentation of the report. The data may come from manuscripts or other documents.

The results of this study indicate that, the values of social education that can be extracted from the value of social education in the QS. Ali Imran verse 159 is the social attitude of gentleness, forgiveness or pardon, and deliberation. Relevance to the social education is the effort, sacrifice, humanity to have empathy, respect, respect for others that have a sense of tolerance and caring, tolerant and high social solidarity. It's the nature of the train someone to demonstrate his existence in society. This is the social value of education contained in QS. Ali Imran 159.

Page 7: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahi walhamdulillah.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Kiranya tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, sebagai manifestasi rasa syukur kita

kehadirat Illahi Rabbi yang telah menghadiahkan anugerah yang begitu mahal

harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat salam

semoga senantiasa tercurah bagi baginda Nabi Muhammad saw, orang yang

begitu mencintai kita sehingga diakhir hayatnya yang beliau sebut dan kenang

hanyalah kita umatnya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat berterima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-

tingginya atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari beberapa pihak. Ucapan

terima kasih dan penghargaan tersebut diajukan kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M,Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kebijakan yang dibuat selalu

mengarah pada kontinuitas eksistensi mahasiswanya.

3. Ibu Marhamah Saleh, Lc, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam Jakarta. Terima kasih atas waktu luang yang telah diberikan untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa.

4. Bapak Abdul Ghafur, MA yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

iii

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis selama perkuliahan.

6. Pimpinan dan staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah yang telah

memberikan pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis

untuk menelaah dan meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka

penyusunan skripsi ini.

7. Orang Tua penulis, Ayahanda M. Yusuf Effendi (Alm), Wawan Winata dan

Ibunda Hj. Siti Zubaidah tercinta yang dengan tulus ikhlas merawat dan

mendidik penuh rasa kasih sayang, memberikan pengorbanan yang tidak

terhitung nilainya dan senantiasa mendoakan penulis dalam menempuh

perjalanan hidup ini.

8. Kakak dan Adik-adikku tersayang, Iin Setiawati berserta buah hatinya

Tamammun Khoirun Nisa, Nazwa Khusnul Khotimah, Miya Damayanti

semoga selalu menjadi anak-anak yang membanggakan kedua orang tua kita.

Amin..

9. Nur Ahmad Soim, S.Fil,I suami pelipur lara dikala suka dan duka, yang selalu

setia mendampingi perjuanganku sampai detik ini, yang tak pernah henti

memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis untuk cepat

menyelesaikan skripsi ini, serta senantiasa memberikan pengajaran yang

berharga dalam kehidupan ini, dan buah hati kita berdua Niyaz Najiha Ahmad

yang akan menghiasi kebahagian kita sebagai seorang ayah dan bunda.

10. Teman seperjuangan dalam menuntut ilmu, semua teman kelas PAI A

angkatan 2009 khususnya Nuy, Rahma, Acha, Wardah, Ira, Suherni dan

Salimah yang sama-sama menempuh pendidikan program S1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 25 Maret 2014

Penulis

Page 9: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah

dan Perumusan Masalah .......................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI PENDIDIKAN SOSIAL A. Pengertian Pendidikan Sosial ........................................................... 10

B. Obyek Pendidikan Sosial ................................................................. 15

C. Tujuan Pendidikan Sosial ................................................................. 20

D. Unsur-Unsur Pendidikan Sosial ........................................................ 21

E. Metode dan Strategi Pendidikan Sosial ............................................. 28

F. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian ............................................................. 36

B. Metodologi Penelitian ...................................................................... 36

C. Fokus Penelitian ............................................................................... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 38

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Teks dan Terjemah QS. Ali ‘Imran Ayat 159 ............................. 39

B. Makna Kosa Kata Inti ................................................................... 39

C. Asbabun Nuzul .............................................................................. 41

D. Tafsir Surat Ali Imran Ayat 159 .............................................. 42

E. Pendidikan Sosial yang Terkandung

dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran 159 ...................................... 53

Page 10: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

v

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 68

B. Saran ............................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 70

Page 11: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum

muslim di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan

hidup pemeluknya di dunia dan akhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama

yang esensial: berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya.

Allah berfirman, sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk menuju jalan

yang sebaik-baiknya (QS 17:9). Al-Quran memperkenalkan dirinya dengan

berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan

kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu

dipelihara. Allah berfirman, sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran

dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya. (QS. 15:9)

Demikianlah Allah menjamin kemurnian dan keaslian Al-Quran,

jaminan yang diberikan atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya,

serta berkat upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya,

terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap muslim percaya

bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda

sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca dan diajarkan oleh Rasulullah

Saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi Saw.

Page 12: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

2

Menurut seorang ulama besar syiah kontemporer, Muhammad Husain

al-Thabathaba’iy sebagaimana dikutip oleh Quraish Shihab di dalam buku

Membumikan Al-Quran,1 menyatakan bahwa sejarah Al-Quran demikian jelas

dan terbuka, sejak turunnya sampai masa kini. Ia telah dibaca oleh kaum

muslimin sejak dahulu sampai sekarang, sehingga pada hakikatnya Al-Quran

tidak membutuhkan sejarah untuk membuktikan keotentikannya. Kitab suci

tersebut lanjut Thabathaba’iy memperkenalkan dirinya sebagai firman-firman

Allah dan membuktikan hal tersebut dengan menantang siapa pun untuk

menyusun seperti keadaanya. Ini sudah cukup bukti, walaupun tanpa bukti-

bukti kesejarahan.

Al-Qur'an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman

hidup bagi setiap Muslim. Al-Qur'an bukan sekedar memuat petunjuk tentang

hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia

dengan sesamanya (hablum min Allâh wa hablum min al-nâs), bahkan

hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Al-Quran adalah kitabullah yang

memuat banyak ajaran luhur didalamnya. Kandungan dan rahasia yang

tertuang di balik ayat-ayat Al-Quran, sungguh tidak akan pernah tertandingi.

Dengan Al-Quran, tidak akan pernah ada kemaksiatan dan kejahatan, karena

ajaran yang di bawa oleh Al-Quran sudah jelas: sebagai rahmat bagi semua

alam. Membaca dan mengajarkan serta mengamalkan Al-Quran merupakan

tugas ideal seorang muslim, yang telah mendapatkan warisan dari Rasulullah

Saw. Al-Quran telah diwariskan kepada kita umat Islam untuk dibaca, dikaji,

diamalkan dan disebarkan, sehingga ajaran ideal Al-Quran dapat terus

membumi.

Al-Qur'an sebagaimana diketahui, diturunkan dalam bahasa Arab, baik

lafal maupun uslubnya. Suatu bahasa yang kaya kosakata dan sarat

kandungannya. Kendati Al-Quran berbahasa Arab, tidak berarti bahwa semua

1M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, (Bandung: Mizan, 2003), cet. 17, h. 21.

Page 13: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

3

orang Arab atau orang yang mahir dalam bahasa Arab, dapat memahami Al-

Quran secara rinci.2

Menurut Abdullah Darraz, dalam Al-Naba’ Al-‘Azhim, sebagaimana

dikutip oleh Quraish Shihab, mengatakan bahwa: Apabila anda membaca Al-

Quran, maknanya akan jelas di hadapan Anda. Tetapi bila Anda membacanya

sekali lagi, akan Anda temukan pula makna-makna lain yang berbeda dengan

makna-makna sebelumnya. Demikian seterusnya, sampai-sampai Anda

(dapat) menemukan kalimat atau kata yang mempunyai arti bermacam-

macam, semuanya benar atau mungkin benar. (ayat- ayat Al-Quran) bagaikan

intan: setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang

terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak mustahil, jika Anda mempersilakan

orang lain memandangnya, maka ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa

yang Anda lihat.3

Al-Quran adalah peninggalan Nabi yang sangat penting, Al-Quran

adalah akhlak Nabi, sehingga dengan Al-Quran kita dapat memahami ajaran

Nabi terlebih yang terkait dengan akhlak Nabi. Dalam pandangan Islam,

akhlak dapat dilihat sebagai sebuah intuisi yang bersemayam di hati tempat

munculnya tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah.

Sehingga menurut tabi'atnya, intuisi tersebut siap menerima pengaruh

pembinaan yang baik, atau pembinaan salah kepadanya. Jika intuisi tersebut

dibina untuk memilih keutamaan, kebenaran, maka itu menjadi trade mark-

nya dan perbuatan baik muncul dari padanya dengan mudah. Itulah akhlak

yang baik, misalnya akhlak lemah lembut, sabar, pemaaf, adil dan sebagainya.

Dan sebaliknya, jika intuisi tersebut disia-siakan, tidak dibina dengan

pembinaan yang proporsional, bibit-bibit kebaikan di dalamnya tidak

dikembangkan, dan dibina dengan pembinaan yang buruk hingga keburukan

menjadi sesuatu yang dicintainya, kebaikan menjadi sesuatu yang dibencinya,

dan perbuatan serta perkataan buruk keluar daripadanya dengan mudah maka

2Abdul Halim (ed), Al-qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat

Pers, 2002), cet. 1, h. 3. 3Shihab, Membumikan Al-Quran,... h. 16.

Page 14: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

4

dikatakan akhlak yang buruk, misalnya berkhianat, pemarah, dengki dan

sebagainya.

Oleh karena itu, Islam memuji akhlak yang baik menyerukan kaum

muslim membinanya dan mengembangkan di hati mereka. Islam menegaskan

bahwa bukti keimanan ialah jiwa yang baik, dan bukti keislaman ialah akhlak

yang baik. Allah memuji Nabi Muhammad Saw., karena akhlaknya yang baik.

Akhlak yang baik merupakan tingkah laku yang harus dilakukan seperti

Rasulullah Saw.4 Sebagaimana dalam hadis Rasulullah Saw bersabda:

قال رسول اهللا عليه و سلم : انما بثعت التمكارم ماال م( روه امحد ) .قالخ “Rasulullah Saw bersabda; Bahwasanya aku diutus sebagai Rasul

untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR. Ahmad)5

Orang Muslim tidak melihat akhlak berbuat baik sebagai akhlak mulia

yang layak dimiliki, namun ia melihatnya sebagai bagian dari akidah dan

keislamannya, karena agama Islam dibangun di atas tiga pilar yaitu iman,

Islam, dan ihsan. Rasulullah menanamkan iman, Islam, dan ihsan sebagai

pilar agama. Menurut Nurcholis Madjid ketiga pilar ini semuanya

menunjukkan berbagai kualitas pribadi seseorang yang beriman kepada Allah,

lebih lanjut Cak Nur (panggilan sapaan Madjid) mengatakan bahwa kualitas-

kualitas itu membentuk simpul-simpul keagamaan pribadi, sebab semuanya

terletak dalam inti kedirian seseorang dan berpangkal pada batin dan lubuk

hatinya.6 Allah memerintahkan kaum Muslim untuk berbuat baik dalam

banyak firman-Nya, misalnya dalam firman Q.S. Al-Baqarah ayat 195:

يحب الله نإ وأحسنوا التهلكة إلى بأيديكم تلقوا ولا الله سبيل في وأنفقوا )195البقرة: المحسنني. (سورة

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah

kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,

4Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, (Jakarta: Darul Falah, 2000), cet. 1, h.

217. 5Muhyiddin Abdusshomad, Etika Bergaul, (Surabaya: Khalista, 2007), h. 6. 6Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2000), cet. 4 h.

41.

Page 15: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

5

karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S.

Al-Baqarah[1]: 195)

Menurut Zakiah Daradjat, Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman

tidak banyak dibicarakan dalam Al-Quran, tidak sebanyak ajaran yang

berkenaan dengan amal perbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal itulah yang

paling banyak dilaksanakan, sebab semua amal perbuatan manusia dalam

hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia

sesamanya (masyarakat), dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk

lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal saleh. Lebih lanjut Daradjat

mengatakan bahwa pendidikan karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan

untuk membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah.

Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukkan corak dan bentuk amal

dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.7

Di dalam Al-Quran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip

berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Sebagai contoh dapat

dibaca kisah lukman mengajari anaknya dalam surat Lukman ayat 12 s/d 19.

Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah

iman, akhlak ibadat, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan

tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Itu berarti

bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh

karena itu pendidikan Islam harus menggunakan Al-Quran sebagai sumber

utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam.

Mewacanakan tentang pendidikan, maka tidak akan mungkin

melepaskannya dari dinamika kehidupan sosial manusia yang senantiasa

berkembang. Perkembangan sosial itulah yang pada akhirnya memperkaya

konsep-konsep dalam usaha pengembangan dan perbaikan pendidikan. Sudah

menjadi pendapat umum (common sense) bahwa pendidikan adalah

rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perilaku

7Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet. 10, h. 20.

Page 16: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

6

seseorang dan masyarakat.8 Dengan demikian, dinamika sebuah peradaban

sosial, mau tidak mau melibatkan peranan pendidikan, sungguhpun dalam

format dan kapasitas yang sederhana.

Di dalam Islam sangat dianjurkan untuk memiliki sifat kepedulian

dengan orang lain atau dalam istilah lain dikatakan dengan kesalehan sosial.

Akhir-akhir ini kita temukan dimasyarakat, sekolah atau bahkan kampus

munculnya fenomena kekerasan serta permusuhan yang sifatnya turun

temurun seperti tawuran pelajar, mahasiswa, permusuhan antar kampung

(desa) dsb. Di masyarakat kita sepertinya sudah tidak ditemukan naluri

manusia yang hakiki, justru yang muncul belakangan ini adalah budaya

kekerasan dan permusuhan. Minimnya jiwa yang siap berkorban, lebih sering

mendahulukan kepentingan pribadi dari pada orang banyak, egoisme serta

emosional. Ini sangat mengerikan bagi tumbuh kembangnya peradaban.

Masyarakat kita harus segera berubah menjadi lebih baik. Masyarakat harus

di didik untuk memiliki nilai-nilai kebaikan dan kesalehan antar sesama

manusia dan lingkungan. Berbuat baik kepada manusia secara umum ialah

dengan berkata lembut kepada mereka, mempergauli mereka dengan

pergaulan yang baik setelah sebelumnya menyuruh mereka kepada kebaikan,

melarang mereka dari kemungkaran, memberi petunjuk kepada orang yang

tersesat di antara mereka, mengajari orang bodoh di antara mereka, mengakui

hak-hak mereka, tidak menggangu mereka dengan mengerjakan tindakan

yang membahayakan mereka, memaafkan segala kesalahan dan lain

sebagainya.9

Nilai-nilai kebaikan ini merupakan bagian penting dari pendidikan,

lebih tepatnya pendidikan yang mengarahkan pada kepedulian sosial atau

dalam istilah pendidikan sering disebut dengan pendidikan sosial. Menurut

pendapat St. Vembriarto yang dikutip oleh Soelaeman Joesoef dalam

bukunya Pengantar Pendidikan Sosial, menyatakan bahwa: “Pendidikan

sosial adalah usaha mempengaruhi dan mengembangkan sikap sosial

8Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2002), h. 133.

9Abu Bakr Jabir Al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim,... h. 240-24.

Page 17: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

7

seseorang.”10 S. Hamidjoyo, memperjelas bahwa pendidikan sosial

merupakan suatu proses yang diusahakan dengan sengaja di dalam

masyarakat untuk mendidik (atau membina, membimbing, membangun)

individu dalam lingkungan sosial dan alamnya supaya secara bebas dan

bertanggung jawab menjadi pendorong ke arah perubahan dan kemajuan.11

Berdasarkan pengertian tentang pendidikan sosial di atas, dapat

dipahami bahwa pengertian pendidikan sosial adalah esensi yang melekat

pada suatu kegiatan pendidikan yang mana pendidikan tersebut dilaksanakan

dalam rangka membantu proses perkembangan sosial untuk mencapai

kedewasaan seseorang. Di dalam Al-Quran terdapat nilai-nilai pendidikan

sosial yang cukup untuk mengatakan bahwa Islampun mengajarkan tentang

pendidikan sosial, sikap lemah lembut, pemaaf dan bermusyawarah,

merupakan inti dari pendidikan sosial, di dalam kehidupan ini sikap lemah

lembut merupakan awalan seseorang untuk membuka dirinya dengan orang

lain, dengan sikap lemah lembut ini seseorang dituntut untuk menghormati,

menghargai, dan berpartisipasi, toleransi dan solidaritas sosial akan segera

terjalin manakala sikap lemah lembut ini dimiliki bersama. Sementara sifat

memaafkan adalah langkah berikutnya dimana rasa pengorbanan dalam

bermasyarakat dibuktikan. Memaafkan memerlukan jiwa yang besar, yaitu

jiwa yang penuh kepasrahan pada tuhannya. Ketika perasaan sudah

dikembalikan pada sang pencipta maka secara lambat laun perilaku dan

kepribadiaan seorang pemaaf akan diangkat derajatnya oleh sang pencipta,

setelah itu secara otomatis makhluknya dengan sadar akan memuliakannya.

Sehingga terjalinlah harmonisasi kehidupan karena saling memaafkan dan

memuliakan. Dan yang terakhir adalah sikap suka bermusyawarah. Sikap yang

mulia, karena merasakan ada orang lain selain dirinya, sikap ini mengajarkan

di dalam hidup bermasyarakat, sifat egois, menang sendiri harus disingkirkan

serta memprioritaskan kepada kepentingan bersama dan kepedulian sosial.

10Soelaeman Joesoef dan Slamet Santoso, Pengantar Pendidikan Sosial, (Surabaya:

Usaha Nasional, 1981), h. 17. 11Soelaeman Joesoef, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,

1992), h. 100.

Page 18: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

8

cita-cita untuk membangun masyarakat yang damai dan sejahtera segera akan

terwujud manakala dalam bermasyarakat antar warga suka bermusyawarah.

Inilah nilai-nilai pendidikan sosial yang diajarkan oleh Nabi kepada kita.

Pakar pendidikan Islam, Abdullah Nashih Ulwan pernah merumuskan

bahwa pendidikan sosial dalam Islam, adalah pendidikan anak sejak kecil

agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dengan dasar-dasar psikis

yang mulia serta bersumber pada aqidah Islamiyah yang abadi dengan

diiringi perasaan keimanan yang mendalam agar di dalam masyarakat nanti ia

terbiasa dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang

matang serta tindakan yang bijaksana.12

Berdasarkan penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengkaji serta

menganalisa konsep pendidikan sosial yang ada dalam Al-Qur'an, untuk itu

penulis mengambil judul, “PENDIDIKAN SOSIAL YANG

TERKANDUNG DALAM AL-QURAN SURAT ALI IMRAN AYAT

159.”

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut:

a. Masih banyak manusia (peserta didik) yang tidak mampu menahan

dirinya dari sikap egois dan lebih cenderung emosional

b. Begitu banyak manusia yang tidak mampu untuk mengelola emosinya

c. Menyelesaikan masalah dengan tidak menggunakan pendekatan

musyawarah untuk mencari kesepakatan

12Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam, (Arab Saudi: Darus Salam,

1997), h. 273.

Page 19: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

9

2. Pembatasan Masalah

Dengan adanya identifikasi di atas, penulis membatasi masalah

yaitu, “pendidikan sosial yang terkandung dalam tafsir Q.S. Ali Imran ayat

159”

3. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya “Bagaimana nilai-nilai pendidikan

sosial dalam Q.S. Ali Imran ayat 159?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan sosial dalam Q.S. Ali Imran

ayat 159.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademik

Dapat memotivasi bagi pengembangan khazanah keilmuan di

bidang tafsir pendidikan sosial, membuka kemungkinan penelitian lebih

lanjut dan peninjauan kembali hasil pengkajian ini.

2. Bagi Masyarakat

Dapat mengetahui dan diaplikasikan pendidikan sosial dalam

kehidupan bermasyarakat.

3. Bagi penulis

Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Program Strata

Satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 20: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

10

BAB II

KAJIAN TEORI PENDIDIKAN SOSIAL

A. Pengertian Pendidikan Sosial

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,1 pendidikan berasal dari kata

“didik,” lalu diberikan awalan kata “me-” sehingga menjadi “mendidik” yang

artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi

latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan

kecerdasan pemikiran.

Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Th.

2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Sedangkan pengertian pendidikan menurut para ahli mengemukakan

pendapatnya tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

Menurut Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo, pendidikan diartikan

sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada

1W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,

1985), h. 232. 2Undang-Undang Sisdiknas UU RI No.20 Th.2003, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), cet.2,

h. 3.

Page 21: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

11

terbentuknya kepribadian peserta didik.3 M. Ngalim Purwanto mendefinisikan,

pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak

untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan,

lebih lanjut Purwanto menambahkan pendidikan ialah pimpinan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam

pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi

masyarakat.4

Selanjutnya, menurut Poerbakawatja dan Harahap sebagaimana dikutip

oleh Muhibbin Syah, pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang

dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang

selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala

perbuatannya, orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang

atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik

mislanya guru sekolah, pendeta atau kiyai dalam lingkungan keagamaan,

kepala-kepala asrama dan sebagainya.5 Menurut Kingsley Price sebagaimana

dikutip oleh Hery Noer Aly, mengatakan bahwa pendidikan ialah proses di

mana kekayaan budaya non fisik dipelihara atau dikembangkan dalam

mengasuh anak-anak atau mengajar orang-orang dewasa.6

Pendidikan dalam konteks Islam, mengacu pada tiga unsur yaitu: al-

tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut, al-tarbiyah yang

terpopuler digunakan dalam praktek pendidikan Islam. Sedangkan term al-

ta’lim dan al-ta’dib jarang di gunakan.7 Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal

dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian

dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, mengatur

dan menjaga kelestarian atau eksistensinya. Memang kata tarbiyah dengan

3Umar Tirtarahardja dan S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2005), cet. 2, h. 34. 4M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosda, 2007),

cet. 18, h. 10. 5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), Cet.

18, h. 11. 6Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Ciputat, Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 3. 7Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,

Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKiS, 2009), h. 14.

Page 22: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

12

kata kerja “rabba” merupakan kata umum, kata yang digunakan adalah kata

“pengajaran” dalam bahasa arabnya adalah ta’lim, dengan kata kerjanya

“allama.” Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arab berarti “tarbiyah wa

ta’lim”. Kata kerja Rabba (mendidik), sudah digunakan pada zaman Nabi

Muhammad Saw. Dalam kata benda “rabba” ini digunakan juga untuk

“Tuhan,” mungkin karena Tuhan yang bersifat mendidik, mengasuh,

memelihara, malah menciptakan. Kata lain yang berarti pendidikan itu ialah

‘addaba’ kata ta’lim dengan kata kerjanya ‘allama’ juga sudah di gunakan

pada zaman Nabi.8

Sebagai langkah awal untuk mengerti konsep, definisi kiranya dapat

digunakan. Namun, untuk mengerti konsep sebagaimana mestinya, definisi

selalu tidak representatif. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan bahasa dan

kemampuan intelektual untuk merumuskan definisi, disamping subyektivitas

si perumus itu sendiri. Akan tetapi sebagai bahan tambahan rumusan

pendidikan, didalam pendidikan Islam terdapat konsep-konsep dasar yang

membentuknya. (1) usaha. Pendidikan adalah usaha, yaitu suatu aktivitas

mengerahkan kemampuan dalam mengatasi hambatan-hambatan untuk

mencapai suatu tujuan. Pendidikan bukan penetapan yang didalamnya hanya

terdapat saat memberi dan menerima tanpa hambatan. Sebagai usaha,

pendidikan mesti berhubungan dengan tujuan. Sulit dibayangkan ada usaha

yang tidak bertujuan, terutama karena pendidikan adalah usaha yang

dilakukan manusia dan terhadap manusia. Suatu hal yang membedakan

tindakan manusia dari tindakan binatang ialah sifatnya yang teologis

(mengarah kepada tujuan). (2). Kemanusiaan. Pendidikan merupakan sesuatu

yang khas bagi manusia, dan karenanya tidak diterapkan pada binatang

ataupun tumbuh-tumbuhan. Ini sesuai tabiat risalah Islam yang memang

diperuntukkan untuk umat manusia. Atas dasar itu, pengembangan sumber

daya manusia bisa merupakan aktivitas pendidikan, tetapi pengembangan

sumber daya alam tidak akan pernah dipandang sebagai aktivitas pendidikan,

kecuali apabila dilaksanakan dalam rangka yang pertama. (3) perkembangan.

8Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 25-26.

Page 23: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

13

Yang diperbuat pendidikan terhadap manusia ialah mengembangkannya untuk

menjadi pribadinya, bukan menjadi yang berada diluar pribadinya. Proses

“mau jadi dokter, mau jadi pramugari, bahkan mau jadi presiden “bukanlah

pendidikan, kecuali apabila semua ke-mau-an itu merupakan sesuatu yang

membedakan pribadinya dari yang lain.9

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar oleh orang dewasa terhadap perkembangan jasmani dan

rohani, untuk menumbuhkan dan membentuk personalitas yang utuh dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab di masyarakat.

Adapun pengertian sosial, menurut Kamus Sosiologi dan

Kependudukan, ialah hubungan seorang individu dengan yang lainnya dari

jenis yang sama; atau pada sejumlah individu yang yang membentuk lebih

banyak atau lebih sedikit kelompok-kelompok yang terorganisir, juga tentang

kecenderungan-kecenderungan dan impuls-impuls yang berhubungan dengan

yang lainnya.10 Dari beberapa pendapat di atas di simpulkan bahwa

pendidikan sosial adalah usaha sadar oleh seseorang pendidik terhadap anak

untuk mempengaruhi dan mengarahkan pada proses sosial.

Kesimpulan tersebut, selaras dengan pendapat para ahli pendidikan

dalam menafsirkan pendidikan sosial, di antaranya menurut H.A.R. Tilaar dan

Sardin Pabbadja, pendidikan sosial adalah sebagai proses sosialisasi anak,

yang berarti akan mengarahkan kegiatannya pada sosialisasi anak dalam

lingkungan sosial. Menurut Santoso S. Hamidjojo sebagaimana dikutip St.

Vembriarto, mengatakan bahwa pendidikan sosial adalah suatu proses yang

diusahakan dengan sengaja di dalam masyarakat untuk mendidik (atau

membina, membimbing, membangun) individu dalam lingkungan sosial dan

alamnya supaya secara bebas dan bertanggungjawab menjadi pendorong ke

arah perubahan dan kemajuan.11

9Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam,... h. 11. 10 G. Kartasapoetra dan Hartini, Kamus Sosiologi dan Kependudukan (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), cet. 2, h. 382. 11St. Vembriarto, Pendidikan Sosial, (Yogyakarta: Paramita, 1981), h. 7.

Page 24: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

14

Sedangkan M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa pendidikan sosial

adalah pengaruh yang disengaja yang datang dari pendidik-pendidik (seperti

nenek, paman dan bibi, ayah dan ibu, dan guru-guru), dan pengaruh itu

berguna untuk: 1) Menjadikan anak itu anggota yang baik dalam golongannya,

2) Mengajar anak itu supaya dengan sabar berbuat sosial dalam masyarakat,

seperti dalam rapat-rapat, di jalan, dalam kereta api, di pasar, di dalam gedung

bioskop, di Kantor Pos, di warung koperasi, dan sebagainya. Pendeknya, di

mana dan bilamana saja ia berhubungan dengan orang-orang lain.12

Definisi pendidikan sosial yang lebih luas diberikan oleh Abdullah

Nasih Ulwan. Ia menjelaskan bahwa pendidikan sosial adalah:

المقصود باتربية الاجتماعية تاديب الولد منذ نعومة اظفاره على التزام اداب عية فاضلة واصول نفسية نبيلة تنبع من العقيدة الاسالمية اخلالدة والشعور اجتما

االيماني العميق ليظهر الولد فى املجتمع على خير ما يظهر به من حسن التعامل تاالب واالدموياحلك فرصالتج واضقل النالعو انز.

“Pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa

menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia dan

bersumber pada aqidah islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang

mendalam agar di dalam masyarakat nanti ia terbiasa dengan pergaulan dan

adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang

bijaksana.”13

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, dapat penulis

simpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah usaha

mempengaruhi yang dilakukan dengan sadar, sengaja dan sistematis agar

individu dapat membiasakan diri dalam mengembangkan dan mengamalkan

sikap-sikap dan perilaku sosial dengan baik dan mulia dalam lingkungan

masyarakat sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat

dan sebagai warga negara.

12M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,... h. 171-172. 13Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam, (Arab Saudi: Darus Salam,

1997), 273.

Page 25: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

15

Atau dalam kesimpulan lain pendidikan sosial di atas, dapat penulis

simpulkan bahwa pengertian pendidikan sosial adalah esensi yang melekat

pada suatu kegiatan pendidikan yang mana pendidikan tersebut dilaksanakan

dalam rangka membantu proses perkembangan sosial sehingga anak didik

akan memilih dan melaksanakan adab sosial yang baik agar dapat hidup rukun

ditengah-tengah masyarakatnya.

B. Obyek Pendidikan Sosial

Pembahasan tentang pendidikan tidak mungkin terlepas dari obyek

yang menjadi sasarannya, yaitu manusia. Manusia diciptakan Tuhan dengan

kedudukan yang mulia, bentuk fisik yang bagus dan seimbang. Untuk

mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentuk pribadi yang bagus

itu, Allah melengkapinya dengan akal dan perasaan yang memungkinkannya

menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan membudayakan ilmu

yang dimilikinya. Ini berarti bahwa kedudukan manusia sebagai makhluk yang

mulia itu karena (1) akal dan perasaan, (2) ilmu pengetahuan dan (3)

kebudayaan, yang seluruhnya dikaitkan kepada pengabdian pada sang

pencipta, Allah Swt.14 Obyek dari pendidikan sosial yang ingin penulis capai

adalah, manusia (peserta didik) setidaknya memiliki minimal tiga sikap

dibawah ini:

1. Sikap Berserah Diri Kepada Tuhan.

Menurut Nurcholis Madjid, Sikap berserah diri kepada Tuhan (ber-

islam) itu secara inheren mengandung berbagai konsekuensi. Pertama,

konsekuensi dalam bentuk pengakuan yang tulus bahwa Tuhanlah satu-

satunya sumber otoritas yang serba mutlak. Karena itu Tuhan bukan untuk

diketahui, sebab “mengetahui Tuhan” adalah mustahil. Dalam keadaan

tidak mungkin mengetahui, yang harus dilakukan manusia ialah usaha

terus menerus dan penuh kesungguhan untuk mendekatkan diri kepada-

Nya. Ini diwujudkan dengan merentangkan garis lurus itu merentang

sejajar secara berhimpitan dengan hati nurani. Berada di lubuk yang paling

14Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam,... h. 4.

Page 26: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

16

dalam pada hati nurani itu ialah kerinduan kepada kebenaran, yang dalam

bentuk tertingginya ialah hasrat bertemu Tuhan itu dalam semangat

berserah diri kepada-Nya. Inilah alam, tabiat atau fitrah manusia. Alam

manusia ini merupakan wujud perjanjian primordial antara Tuhan dan

manusia. Maka sikap berserah diri kepada Tuhan itulah jalan lurus menuju

kepada-Nya. Karena sikap itu berada dalam lubuk hati yang paling dalam

pada diri manusia sendiri, menerima jalan lurus itu bagi manusia adalah

sikap yang paling fitri, alami dan wajar.

Jadi sikap berserah diri kepada Tuhan ber-islam bagi manusia

adalah sesuatu yang alami dan wajar. Ber-islam menghasilkan bentuk

hubungan yang serasi antara manusia dan alam sekitar, karena alam sekitar

ini semuanya telah berserah diri serta tunduk patuh kepada Tuhan secara

alami pula. Sebaliknya, tidak berserah diri kepada Tuhan bagi manusia

adalah tindakan yang tidak alami. Manusia harus mencari kemuliaan

hanya pada Tuhan, dan bukannya pada yang lain. Ber-islam sebagai jalan

mendekati Tuhan itu ialah dengan berbuat baik kepada sesama manusia,

disertai sikap menunggalkan tujuan hidup kepada-Nya tanpa kepada yang

lain apa pun juga.15

Lebih lanjut Cak Nur (panggilan Nurcholis Madjid) menyatakan

bahwa salah satu kelanjutan logis prinsip ketuhanan itu ialah paham

persamaan manusia. Yakni bahwa seluruh umat manusia, dari segi harkat

dan martabatnya asasinya, adalah sama. Tidak seorangpun dari sesama

manusia berhak merendahkan atau menguasai harkat dan martabat

manusia lainnya, misalnya dengan memaksakan kehendak dan

pandangannya kepada orang lain. Manusia tidak mungkin mengetahui

kebenaran mutlak, pengetahuan manusia itu, betapa pun tingginya, tetap

terbatas. Karena itu setiap manusia dituntut untuk bersikap rendah diri

guna bisa mengakui adanya kemungkinan orang lain yang mempunyai

pengetahuan yang lebih tinggi. Dia harus selalu menginsafi dan

15 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Paramadina, 2000), cet. 4 h.

2-3.

Page 27: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

17

memastikan bahwa senantiasa ada Dia Yang Maha tahu. Maka manusia

dituntut untuk bisa saling mendengar sesamannya, dan mengikuti mana

saja dari banyak pandangan manusia itu paling baik.16

2. Sikap Toleransi

Toleransi adalah sikap bersedia menerima keanekaragaman dan

kebebasan agama yang dianut dan kepercayaan yang dihayati oleh pihak

atau golongan lain. Hal ini dapat terjadi karena keberadaan atau eksistensi

suatu golongan, agama, atau kepercayaan diakui dan dihormati oleh pihak

lain. Pengakuan tersebut tidak terbatas pada persamaan derajat, baik dalam

tatanan kenegaraan, tatanan kemasyarakatan, maupun dihadapan Tuhan

tetapi juga perbedaan-perbedaan dalam cara-cara penghayatan dan

peribadatannya yang sesuai dengan dasar kemanusian dan beradab.

Menurut Umar Hasyim, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan

kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk

menjalankan keyakinannya, atau mengatur hidupnya, dan menentukan

nasibnya masing-masing selama tidak melanggar dan tidak bertentangan

dengan syarat-syarat asas terciptanya ketertiban dan keamanan dalam

masyarakat. Berdasarkan pemahaman ini, pada dasarnya bentuk sikap

toleransi, lebih-lebih di suatu kawasan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

demokrasi dan egalitarianisme, sangat terkait erat dengan suatu pandangan

yang mengakui the right of self determination, yaitu suatu hak menentukan

sendiri nasib pribadi masing-masing umat dalam menentukan

keyakinannya untuk memilih suatu agama. Selanjutnya untuk lebih

memperjelas aplikasi terminologi toleransi di atas dalam kehidupan umat

beragama, ada baiknya diperhatikan segi-segi atau elemen-elemen dalam

toleransi, yang dalam hal ini setidak-tidaknya dijumpai 5 hal,17 yaitu:

16 Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban,... h. 4-5. 17 Haris Muchit (eds), Sarung dan Demokrasi dari NU untuk Peradaban Keindonesiaan,

(Surabaya: Khalista, 2008), h. 256.

Page 28: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

18

a. Mengakui hak setiap orang. Artinya suatu sikap mental dari kalangan

umat beragama yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan

pilihannya dalam beragama.

b. Menghormati keyakinan orang lain. Arah dari elemen yang kedua ini

adalah tidak dibenarkan seseorang memaksakan apa yang diyakininya

untuk juga diyakini oleh orang atau golongan lain. Karena

bagaimanapun soal keyakinan dalam hal ini agama adalah urusan

pribadi yang bersifat transendental.

c. Agree in disagreement, yakni setuju dalam perbedaan. Fokus elemen

ini adalah perbedaan itu tidak harus melahirkan permusuhan, karena ia

selalu ada di dunia ini kapanpun dan dimanapun. Untuk itu, fenomena

perbedaan agama tidak semestinya memunculkan pertentangan.

d. Saling pengertian di antara umat beragama. Artinya, bila hal ini tidak

dimiliki oleh masing-masing pemeluk agama maka yang terjadi adalah

saling membenci, saling berebut pengaruh dalam rangka memonopoli

kebenaran. Dan ujung-ujungnya adalah konflik di antara umat

beragama akan terjadi.

e. Kesadaran dan kejujuran. Dalam hal ini dapat diilustrasikan, di sebuah

kendaraan bus umum terdapat seorang ibu dengan anaknya yang masih

kecil menangis dengan keras. Orang-orang yang ada disekitarnya bila

tidak toleran, tentunya mereka akan menggerutu atau bahkan

mengumpat ibu itu karena dirasakan sangat menganggu. Sementara

yang berjiwa toleran, tentunya mereka akan menekan perasaannya,

atau justru merasa kasihan kepada si ibu tadi. Dari ilustrasi tadi dapat

disimpulkan, bahwa toleransi itu menyangkut sikap jiwa dan kesadaran

batin seseorang. Kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dalam sikap

dan tingkah laku.18

18Haris Muchit (eds), Sarung dan Demokrasi dari NU,.... h. 257.

Page 29: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

19

3. Solidaritas Sosial

Manusia adalah makhluk sosial. Kebersamaan antara beberapa

individu dalam wilayah membentuk masyarakat yang walaupun berbeda

sifatnya dengan individu-individu tersebut, namun tidak dapat dipisahkan

darinya. Manusia tidak dapat hidup tanpa masyarakatnya, sekian banyak

pengetahuan diperolehnya melalui masyarakatnya seperti bahasa, adat

istiadat, sopan santun dan lain-lain. Demikan juga dalam bidang material.

Betapapun seseorang memiliki kepandaian, namun hasil-hasil material

yang diperolehnya adalah berkat bantuan pihak-pihak lain, baik secara

langsung dan disadari, maupun tidak. Seseorang bisa berhasil itu tidak

mungkin dengan sendirinya dan diwujudkannya dengan mandiri. Manusia

itu mengelola, tetapi Allah yang menciptakan dan memilikinya. Dengan

demikian wajar jika Allah memerintahkan untuk mengeluarkan sebagian

kecil dari harta yang diamanatkan kepada seseorang itu demi kepentingan

orang lain.19

Menurut Said Aqil Siroj, lahirnya persaudaraan (ukhuwah)

diilhami oleh eksistensi manusia sebagai makhluk sosial. Ia lahir dari

lembaga institusi terkecil dalam komunitas sosial yang dinamakan

keluarga. Beberapa keluarga kemudian membentuk RT, RW, desa,

kelurahan, kecamatan, kabupaten, propinsi, hingga terwujud sebuah

bangunan negara. Semakin melebar dan membesarnya institusi-institusi di

atas keluarga, tentu tidak dimaksudkan untuk memudarkan nilai-nilai

persaudaraan, namun justru harus semakin merekatkan suatu bangunan

keluarga besar. Segenap individu yang berada dalam suatu wadah negara,

dengan demikian, mutlak memerlukan adanya rasa saling memilki,

mencintai serta menyayangi antara satu dengan lainnya sebagai

manifestasi kehidupan “keluarga besar” tersebut.20

19M. Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2000), h. 324. 20 Said Aqil Siroj, Tasawuf sebagai kritik sosial, (Jakarta: LTN PBNU, 2012), h. 282.

Page 30: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

20

C. Tujuan Pendidikan Sosial

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Dengan

demikian tujuan merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan

pendidikan. Menurut undang-undang SISDIKNAS RI tahun 2003 tujuan

pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab.21 Secara umum tujuan

pendidikan dapat dikatakan membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri

(mandiri) di dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat.22 Menurut

Jalaluddin, karena pendidikan berdimensi sosial, maka tujuan pendidikan

diarahkan kepada pembentukan manusia yang memiliki kesadaran akan

kewajiban, hak dan tanggung jawab sosial, serta sikap toleran, agar

keharmonisan hubungan antar sesama manusia dapat berjalan dengan

harmonis. Lebih lanjut Jalaluddin, menyatakan dalam kaitan dengan

kehidupan bermasyarakat tujuan pendidikan diarahkan pada pembentukan

manusia sosial yang memiliki sifat takwa sebagai dasar sikap dan perilaku.23

Sementara tujuan pendidikan sosial sebagaimana dijelaskan oleh M. Ngalim

Purwanto MP adalah:

1. Mengajar anak-anak yang hanya mempunyai hak saja, menjadi manusia

yang tahu dan menginsafi tugas dan kewajibannya terhadap bermacam-

macam golongan dalam masyarakat.

2. Membiasakan anak-anak berbuat mematuhi dan memenuhi tugas

kewajiban sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga negar.24

Dari pengertian di atas, pendidikan sosial bertujuan agar individu dapat

mengimplementasikan hak dan kewajibannya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

21Undang-Undang SISDIKNAS UU RI Nomor 20 Tahun 2003, (Jakarta: Sinar Grafika,

2009), h. 7. 22B. Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka cipta,

2010), h. 9. 23Jalaluddin, Teologi Pendidikan, ( Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet. 2 h. 97. 24M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,.... h. 171.

Page 31: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

21

D. Unsur-Unsur Pendidikan Sosial

Unsur-unsur pendidikan sosial adalah hal yang memungkinkan

terselenggaranya proses pendidikan, unsur tersebut memiliki hubungan yang

erat antara satu unsur dengan unsur yang lainnya. Dalam pendidikan sosial

tidak dijelaskan secara khusus tentang unsur-unsur pendidikan sosial,

melainkan merupakan penjabaran atas unsur-unsur pendidikan secara umum

kemudian diarahkan kepada pendidikan sosial. Di dalam buku pengantar

pendidikan, dijelaskan beberapa unsur pokok pendidikan yaitu: Subjek yang

dibimbing (peserta didik), orang yang membimbing (pendidik), interaksi

antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif), Ke arah mana

bimbingan ditujukkan (tujuan pendidikan), pengaruh yang diberikan dalam

bimbingan (materi pendidikan), cara yang digunakan dalam bimbingan (alat

dan metode).25

Berdasarkan pendidikan tersebut di atas maka unsur-unsur yang harus

ada dalam pendidikan sosial adalah:

1. Subjek Yang Di Bimbing (Peserta Didik)

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern

cenderung menyebut demikian oleh karena peserta didik (tanpa pandang

usia) adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui

keberadaannya. Selaku pribadi yang memiliki ciri khas dan otonomi, ia

ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus-menerus guna

memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik, yaitu:

a. Individu Yang Memiliki Potensi Fisik Dan Psikis Yang Khas,

Sehingga Menjadi Insan Yang Unik.

Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin

dikembangkan dan diaktualisasikan. Unuk mengaktualisasikannya

membutuhkan bantuan dan bimbingan.

25Umar Tirtarahardja dan S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan,.... h. 51-52.

Page 32: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

22

b. Individu Yang Sedang Berkembang

Yang dimaksud dengan perkembangan disini ialah perubahan

yang terjadi dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan

kepada diri sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan.

c. Individu Yang Membutuhkan Bimbingan Individual Dan Perlakuan

Manusiawi.

Dalam proses perkembangannya peserta didik membutuhkan

bantuan dan bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan hayati

tidak terlepas dari ibunya, seharusnya setelah ia tumbuh berkembang

menjadi dewasa ia sudah dapat hidup sendiri. Tetapi kenyataannya

untuk kebutuhan perkembangan hidupnya, ia masih menggantungkan

diri sepenuhnya kepada orang dewasa, sepanjang ia belum dewasa. Hal

ini menunjukkan bahwa pada diri peserta didik ada dua hal yang

menggejala, yaitu:

1) Keadaannya yang tidak berdaya menyebabkan ia membutuhkan

bantuan. Hal ini menimbulkan kewajiban orang tua untuk

membantunya.

2) Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini

membutuhkan bimbingan. Orang tua berkewajiban untuk

membimbingnya. Agar bantuan dan bimbingan itu mencapai hasil

maka harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.

d. Individu Yang Memiliki Kemampuan Untuk Mandiri

Dalam perkembangan peserta didik ia mempunyai kemampuan

untuk berkembang ke arah kedewasaan. Pada diri anak ada

kecenderungan untuk memerdekakan diri. Hal ini menimbulkan

kewajiban pendidik dan orang tua (si pendidik) untuk setapak demi

setapak memberikan kebebasan dan pada akhirnya mengundurkan diri.

Jadi, pendidik tidak boleh memaksakan agar peserta didik berbuat

menurut pola yang dikehendaki pendidik. Ini dimaksud agar peserta

didik memperoleh kesempatan memerdekakan diri dan bertanggung

Page 33: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

23

jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri. Pada saat ini si anak telah

dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri.26

Menurut M. Ngalim Purwanto, mengapa mendidik itu

dikatakan memimpin perkembangan anak, dan bukan membentuk

anak? Memang, kata “memimpin” di sini tepat. Anak bukanlah

seumpama segumpal tanah liat yang dapat di remas-remas dan

dibentuk dijadikan sesuatu menurut kehendak si pendidik. Jika

sekiranya betul demikian, sudah tentu kita dapat mengharapkan bahwa

nanti manusia itu akan menjadi “baik” semua. Sebab menurut

kenyataan hampir semua manusia diusahakan dididik, baik oleh orang

tuanya maupun oleh masyarakat dan negara. Sehingga akhirnya

mungkin pemerintah atau negara tidak perlu lagi mengadakan polisi

dan penjara.

Pendidikan disebut pimpinan karena dengan perkataan ini

tersimpul arti bahwa si anak aktif sendiri, memperkembangkan diri,

tumbuh sendiri, tetapi di dalam keaktifannya itu harus dibantu dan di

pimpin.27

2. Orang Yang Membimbing (Pendidik)

Yang dimaksud dengan pendidik adalah orang yang

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran

peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga

lingkungan yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu yang bertanggungjawab terhadap

pendidikan ialah orang tua, guru dan masyarakat.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak

mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam

kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu

26Umar Tirtarahardja dan S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan,.... h. 52-53. 27M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,.... h. 15.

Page 34: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

24

bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari

pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan

strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi

pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan

hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua

dan anak.28

Sementara tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan

bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan

generasi kualitas masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan

rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar

dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru.

Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua

berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus

dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang

dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,

mempengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota

masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan

menghasilkan sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. Guru

dituntut harus mampu membelajarkan kepada siswanya tentang

kedisiplinan diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu,

belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib dan belajar

bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga

disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.29 Sedangkan

tanggungjawab masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah

terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin mayarakat atau

penguasa yang ada didalamnya. Pemimpin masyarakat agamis tentu saja

menghendaki agar setiap anak didik menjadi anggota yang taat dan patuh

menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarganya, anggota

28Zakiah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam,.... h. 35. 29Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2011), h. 55.

Page 35: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

25

sepermainannya, kelompok kelasnya dan sekolahnya. Bila anak telah besar

diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga

kota dan warga negara. 30

Dengan demikian, dipundak mereka terpikul keikutsertaan

membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa

orang tua, guru, dan pemimpin/penguasa dari masyarakat ikut

bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebab

tanggungjawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggungjawab

moral dari setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan maupun sebagai

kelompok sosial.

3. Interaksi Antara Peserta Didik Dengan Pendidik (Interaksi Edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik

antar peserta didik dan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.

Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses

berkomunikasi intensif dengan memanipulasi isi, metode serta alat-alat

pendidikan.

4. Pengaruh Yang Diberikan Dalam Bimbingan (Materi Pendidikan)

Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah disiapkan

dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.

Materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi ini bersifat

nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa.

Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebhinekaan

kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian

jiwa dan semangat bhineka tunggal ika dapat di tumbuh kembangkan.

5. Cara Yang Digunakan Dalam Bimbingan (Alat Dan Metode)

Alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi dari satu mata uang.

Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan

30Zakiah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam,..... h. 45.

Page 36: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

26

efektivitasnya. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang

dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan

pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif dan yang

kuratif.

a. Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya

hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan,

peringatan bahkan juga hukuman.

b. Yang bersifat kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya

ajakan, contoh, nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran,

penjelasan, bahkan juga hukuman.

Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1) Kesesuaian denggan tujuan yang ingin dicapai

2) Kesesuaian dengan peserta didik

3) Kesesuaian dengan pendidik

4) Kesesuaian dengan situasi dan kondisi saat digunakannya alat

tersebut.

Persyaratan tersebut perlu diperhatikan agar jangan sampai salah.

Sebab kesalahan pemakaian alat dan metode menjadikan peserta didik frustasi.

Salah satu alat pendidikan yang sangat istimewa dan bersifat khusus yaitu

hukuman. Sebab karena hukuman menimbulkan penderitaan, sehingga

penggunaan hukuman harus dipertimbangkan dengan seksama, baru boleh

digunakan manakala sudah tidak ada alat lain yang berkhasiat. Itu pun harus

diperhitungkan sedemikian rupa sehingga hukuman dapat menimbulkan efek

jera sesuai dengan kemampuan si pelaku untuk memikulnya. Inilah yang

dimaksud dengan hukuman yang pedagogis. Hanya hukuman yang demikian

bersifat memperbaiki yaitu menjadikan si pelaku menyadari kesalahannya,

menyesali perbuatannya, dan memperbaiki dirinya. 31

Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaklah: senantiasa merupakan

jawaban atas suatu pelanggaran, sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak

31Umar Tirtarahardja dan S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan,.... h. 52-56.

Page 37: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

27

menyenangkan, selalu bertujuan ke arah perbaikan; hukuman itu hendaklah

diberikan untuk kepentingan anak itu sendiri, Ngalim Purwanto menyatakan

bahwa maksud orang memberi hukuman itu bermacam-macam. Hal ini sangat

bertalian erat dengan pendapat orang tentang teori-teori hukuman.

1. Teori Pembalasan

Teori inilah yang tertua. Menurut teori ini, hukuman diadakan

sebagai pembalasan dendam terhadap kelainan dan pelanggaran yang telah

dilakukan seseorang. Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam

pendidikan di sekolah.

2. Teori Perbaikan

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan.

Jadi, maksud hukuman itu ialah untuk memperbaiki si pelanggar agar

jangan berbuat kesalahan semaacam itu lagi. Teori inilah yang lebih

bersifat pedagogis karena bermaksud memperbaiki si pelanggar, baik

lahiriah maupun batiniahnya.

3. Teori Perlindungan

Menurut teori ini hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat

dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Dengan adanya hukuman ini,

masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan yang telah dilakukan oleh si

pelanggar.

4. Teori Ganti Rugi

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian

yang telah diderita akibat dari kejahatan atau pelanggaran itu. Hukuman

ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintahan. Dalam proses

pendidikan, teori ini masih belum cukup. Sebab dengan hukuman

semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa bersalah atau berdosa

karena kesalahannya itu telah terbayar dengan hukuman.

Page 38: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

28

5. Teori Menakut-nakuti

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan

takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya yang melannggar itu

sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau

meninggalkannya. Teori ini masih membutuhkan teori perbaikan. Sebab

dengan teori ini besar kemungkinan anak meninggalkan suatu perbuatan

itu hanya karena takut, bukan keinsafan bahwa perbuatannya memang

sesat atau memang buruk. Dalam hal ini anak tidak terbentuk kata

hatinya.32

E. Metode dan Strategi Pendidikan Sosial

Pemilihan strategi pembelajaran (pendidikan) yang tepat sangatlah

penting. Artinya, bagaimana guru dapat memilih kegiatan pembelajaran yang

paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik,

yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan

pembelajaran. Namun perlu diingat bahwa tidak satu pun strategi

pembelajaran yang paling sesuai untuk semua situasi dan kondisi yang

berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Artinya

dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam memilih dan

menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan

karakteristik peserta didik dan sesuai kondisi yang diharapkan.

Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah suatu rencana untuk

mencapai tujuan. Terdiri dari metode, teknik, dan prosedur yang mampu

menjamin peserta didik benar-benar akan dapat mencapai tujuan akhir

kegiataan pembelajaran (pendidikan).33

Terkait dengan strategi pendidikan sosial penyusun berupaya

menggabungkan dengan metode pendidikan sosial, hal ini dikarenakan karena

metode adalah bagian dari strategi pendidikan.

32M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,.... h.187-188. 33Hamzah B. Uno, Nurdin Mohamad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM (Jakarta:

Bumi Aksara 2011), h. 6.

Page 39: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

29

Menurut Abdullah Nashih Ulwan, metode pendidikan sosial ini

berkisar pada hal-hal berikut ini:

1. Penanaman Dasar-dasar Psikis yang mulia

Islam telah menegaskan dasar-dasar pendidikan yang utama di

dalam jiwa individu-individu, baik kecil maupun besar, laki-laki maupun

wanita, orang tua maupun pemuda, di atas dasar-dasar kejiwaan yang

mulia dan mapan. Untuk menanamkan dasar-dasar psikhis di dalam diri

individu dan kelompok, Islam telah menetapkan arahan-arahan yang

sangat berharga, demi tercapainya kesempurnaan pendidikan sosial, dari

segi makna maupun tujuannya. Berikut ini beberapa dasar psikis

terpenting yang diutamakan Islam untuk ditanamkan antara lain:

a. Takwa

Takwa ialah membersihkan hati dari kotoran dan membersihkan badan

dari dosa, baik dosa tangan, kaki, kemaluan, mulut, mata, hidung,

maupun telinga. Takwa ialah waspada dan berhati-hati dari

penyimpangan apa pun. Orang tanpa dosa itulah orang yang benar-

benar bertakwa.34 Takwa merupakan suatu nilai akhir dan hasil alami

dari perasaan keimanan secara mendalam yang berhubungan dengan

ingat kepada Allah, takut kepada murka dan siksa-Nya serta harapan

akan ampunan dan pahala-Nya. Menurut definisi para ulama, takwa

adalah Allah tidak melihatmu di dalam apa saja yang diperintahkan-

Nya kepadamu. Menurut sebagian ulama lain, takwa adalah

menghindarkan adzab Allah Swt, dengan jalan melaksanakan amal

saleh, dan takut kepada Allah, baik dalam keadaan sembunyi-

sembunyi maupun terang-terangan.35

Di samping dapat menguasai hati orang mu’min dengan ketakutan

kepada Allah dan selalu mengingat-Nya, takwa juga merupakan

sumber, keutamaan sosial, bahkan satu-satunya jalan untuk

menghindar berbagai kerusakan, kejahatan, dosa dan duri. Bahkan ia

34Muchlis M. Hanafi (ed), Spiritualitas dan Akhlak, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2010), h. 78.

35Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,.... h. 274.

Page 40: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

30

merupakan sarana pertama yang mewujudkan kesadarannya di dalam

diri individu secara sempurna terhadap masyarakat dan seluruh

makhluk hidup yang ditemuinya.

b. Persaudaraan

Persaudaraan adalah ikatan kejiwaan yang mewarisi perasaan

mendalam tentang kasih sayang, kecintaan dan pengorbanan terhadap

setiap orang yang diikat oleh perjanjian-perjanjian akidah islamiyah,

keimanan dan ketakwaan. Perasaan persaudaraan yang benar ini

melahirkan perasaan-perasaan mulia di dalam jiwa muslim untuk

membentuk sikap-sikap positif, seperti saling tolong menolong,

mengutamakan orang lain, kasih sayang, dan pemberian maaf serta

menjauhi sikap-sikap negatif, seperti menjauhi setiap hal yang

membahayakan manusia di dalam diri, harta dan kehormatan mereka.

Islam telah menganjurkan persaudaraan ini di jalan Allah, dan telah

menjelaskan segala permasalahan dan kelazimannya di dalam banyak

ayat Al-Qur’an dan hadits.36 Sebagai hasil dari persaudaraan dan

percintaan dijalan Allah ini mereka saling kasih mengasihi, saling

mengutamakan kepentingan orang lain, saling tolong menolong dan

saling memberi jaminan.

c. Kasih Sayang

Kasih sayang adalah suatu kelembutan di dalam hati, perasaan halus di

dalam hati nurani, dan suatu ketajaman perasaan yang mengarah pada

perlakuan lemah lembut terhadap orang lain, keturutsertaan di dalam

merasakan kepedihan, belas kasih terhadap mereka dan upaya

menghapus air mata kesedihan dan penderitaan. Ia merupakan suatu

perasaan yang menyerukan orang mu’min untuk lari dari penderitaan,

36Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,... h. 276.

Page 41: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

31

menjauhi kejahatan menjadi suatu sumber kebaikan, kebajikan dan

keselamatan bagi seluruh umat manusia 37

d. Mengutamakan Orang Lain

Masalah ini merupakan suatu perasaan psikologis yang lebih

mengutamakan orang lain dibanding dirinya sendiri dalam berbagai

kebaikan dan kepentingan pribadi yang bermanfaat. Mengutamakan

orang lain merupakan suatu perangai mulia yang apabila dimaksudkan

untuk mendapatkan keridhaan Allah, ia akan menjadi salah satu dasar

kejiwaan berdasarkan kebenaran iman, ketulusan niat dan kesucian

diri. Pada waktu yang bersamaan, ia merupakan salah satu sendi yang

kuat bagi jaminan sosial dan perwujudan kebaikan bagi umat

manusia.38

e. Pemberian Maaf

Pemberian maaf merupakan suatu kemuliaan perasaan psikologis yang

meliputi rasa toleransi penyerahan hak, sekalipun orang yang

memusuhi itu adalah orang zalim. Dengan syarat, bahwa orang

teraniaya itu mampu membalas dendam bukan terhadap kehormatan

ad-din dan kesucian Islam. Jika tidak demikian, maka pemberian maaf

disini bermakna suatu kehinaan, penyerahan diri dan sikap tunduk.

Maaf dengan makna dan persyaratan ini merupakan tabiat akhlak

secara murni yang menunjukkan dalamnya keimanan dan ketinggian

adab Islami. 39

f. Keberanian

Keberanian merupakan suatu kekuatan psikologis yang diserap oleh

orang mu’min dari keimanan terhadap Tuhan yang diyakini sebagai

kebenaran yang ia peluk, keabadian yang ia yakini, qadar yang ia

37Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,... h. 278. 38Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,.... h. 280. 39Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,.... h. 282.

Page 42: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

32

serahkan dirinya kepadanya, tanggungjawab yang ia sadari dan

pendidikan yang menumbuhkannya. Kadar kekuatan keberanian dan

mengatakan kalimat yang haq yang dimiliki

oleh seorang mu’min sesuai dengan kadar keimanannya kepada Allah

yang tiada terkalahkan, kebenaran yang tiada terabaikan, qadar yang

tidak berubah, tanggungjawab yang tiada pernah lelah dan pendidikan

yang tiada membosankan.40

2. Memelihara Hak-hak Orang-orang Lain

Hak-hak sosial terpenting yang harus disampaikan sebagai upaya

pendidikan kepada anak agar ia dapat melaksanakannya secara baik

adalah: hak terhadap kedua orang tua, hak terhadap saudara-saudara, hak

terhadap guru, hak terhadap teman, hak terhadap orang besar. Tugas

pendidik hendaknya mengajarkan dan menanamkan semua itu kepada

anak-anak didik.

Sehingga setahap demi setahap anak dapat menghormati orang

yang lebih tua dan orang tua. Di samping itu, sejak kecilnya ia sudah dapat

memahami hak orang yang usianya lebih tua dibanding dirinya, serta

berlaku sopan terhadap orang-orang yang mempunyai kelebihan di dalam

ilmu, keutamaan dan kedudukan. Jika pendidik meletakkan dasar-dasar

kesopanan dan berbuat baik kepada anak-anak, maka tidak diragukan lagi

mereka akan menghormati orang-orang yang mempunyai keutamaan,

terutama orang tua.

Untuk ini kita sangat membutuhkan para pendidik dan guru yang

memahami hakekat-hakekat pendidikan dalam Islam, di samping gigih di

dalam menanamkan sistem ini, maka umat Islam akan dapat mencapai

akhlak sosial dan adab islami yang tinggi. Dan ketika itu seluruh kaum

mu’minin akan merasa gembira dengan terciptanya generasi yang tumbuh,

masyarakat yang mulia dan ketenteraman yang diharapkan.41

40Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,.... h. 285. 41Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,.... h. 290.

Page 43: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

33

3. Melaksanakan Adab-adab Sosial

Adab-adab sosial berkait erat dengan penanaman dasar-dasar

psikhis. Pelaksanaan adab-adab sosial secara umum berpijak pada

landasan akidah iman dan takwa, persaudaraan, kasih sayang, lebih

mengutamakan orang lain dan sopan santun, sehingga pendidikan sosial

akan mencapai tujuannya yang paling tinggi. Bahkan ia akan tampil di

masyarakat dengan perangai, akhlak dan interaksi yang sangat baik

sebagai insan yang lurus, cerdas, bijak dan harmonis.

Contoh dari adab-adab sosial adalah adab makan dan minum, adab

memberi salam, adab meminta izin, adab di dalam majelis, adab berbicara,

adab bergurau, adab mengucapkan selamat, adab menjenguk orang sakit,

adab bertakziyah, adab bersin dan menguap.42

4. Pengawasan Dan Kritik Sosial

Di antara dasar sosial terpenting di dalam membentuk perangai dan

mendidik kehidupan sosial anak, adalah membiasakan anak sejak kecil

untuk mengadakan pengawasan dan kritik sosial, membina setiap individu

yang dipergauli, diikuti atau mengikuti, dan memberikan nasehat kepada

setiap individu yang tampaknya menyimpang dan menyeleweng43.

Ringkasnya, membiasakan anak sejak masa pertumbuhannya untuk

melaksanakan kewajiban memerintahkan kebaikan dan mencegah

kemungkaran, yang merupakan salah satu dasar Islam yang fundamental di

dalam memelihara pendapat umum, memerangi kerusakan dan

penyimpangan serta memelihara nilai, keteladanan dan akhlak umat Islam.

Kata kunci dalam pengawasan dan kritik sosial adalah introspeksi

dan menerima kritikan orang lain. Menurut Khalil al-Musawi Introspeksi

adalah salah satu bentuk penghitungan diri, dan merupakan alat penting

bagi manusia dalam memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Bila orang

tidak mempunyai penasehat dari dalam dirinya, maka nasihat apapun tidak

42Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,.... h.300. 43Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam,.... h.310.

Page 44: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

34

bermanfaat baginya. Bila orang tidak mau menerima kritikan dari

nuraninya sendiri, maka ia tidak akan dapat menerimanya dari orang lain.

Lebih lanjut Khalil menyatakan, disamping melakukan introspeksi diri,

seseorang juga harus mau menerima kritikan yang dilontarkan orang lain.

Orang yang mau menerima kritikan orang lain adalah orang yang memiliki

jiwa positif dan konstruktif. Mau menerima kritikan orang lain adalah

pertanda kelapangan dada, kesabaran, kemampuan mengendalikan diri,

kedalaman akal dan hikmah. 44

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis

lakukan adalah sebagai berikut:

1. Ninik Chamidah, dengan tema “Konsep Zakat dalam Islam dan

Implikasinya Terhadap Pendidikan Sosial.” Karya ini menjelaskan

pengaruh zakat dalam pendidikan sosial mempunyai arti dan peran penting

yang berkaitan dengan kesejahteraan dan pemerataan pengembangan

ekonomi masyarakat miskin melalui jalan memperkecil jurang dan jarak

antara si kaya dan si miskin dan akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan

persaudaraan dalam persatuan Islam di dalam masyarakat yang

bersangkutan.45 Ajaran Islam menjadikan Ibadah yang mempunyai aspek

sosial sebagai landasan membangun satu sistem yang mewujudkan

kesejahteraan dunia dan akhirat. Dengan mengintegrasikannya dalam

Ibadah berarti memberikan peranan penting pada keyakinan keimanan

yang mengendalikan seorang mukmin dalam hidupnya. Namun demikian,

zakat bukanlah satu-satunya gambaran dari sistem yang ditampilkan oleh

ajaran Islam dalam mewujudkan keejahteraan umum bagi masyarakat.

Namun juga harus diakui bahwa zakat sangat penting arti dan

kedudukannya karena merupakan titik sentral dari sistem tersebut.

44 Khalil al-Musawi, Terapi Akhlak, (Jakarta: Zaytuna, 2011), h. 102-103. 45Ninik Chamidah, Konsep Zakat dalam Islam dan Implikasinya Terhadap Pendidikan

Sosial (Semarang: UIN Sunan Kalijaga Press, 2006).

Page 45: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

35

2. Aunur Rofiq, dengan karya ilmiah berjudul “Konsep Metode Pendidikan

Sosial Anak Perspektif Abdullah Nashih Ulwan (Studi Dalam Manusiab

Tarbiyatul Awlad Fil Islam).46 Karya ini menjelaskan bahwa metode

pendidikan sosial anak ialah jalan/cara untuk menanamkan pengetahuan

sosial pada diri seseorang anak sehingga terlihat dalam pribadi obyek

sasaran yaitu pribadi yang mempunyai kecakapan sosial. Adapun Macam-

macam Metode Pendidikan sosial anak menurut Nashih Ulwan meliputi 4

hal yakni metode penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia, metode

memelihara hak orang lain, metode disiplin etika sosial, dan metode

kontrol dan kritik sosial. Sementara macam-macam metode pendidikan

sosial konvensional Islam, antara lain: Metode Keteladanan, Metode

Pembiasaan, Metode Hukuman dan Ganjaran, Metode kisah Qur'ani,

Metode Ibrah dan Mauidzah, Metode tarhib wa targhib.

3. Suyadi, dengan tema “Konsep Fiqih Sosial dan Implikasinya Terhadap

Pendidikan Islam (Telaah Pemikiran KH. Sahal Mahfudh).” Karya ini

berpijak pada kerangka epistemologi Fiqih sosial KH. MA. Sahal

Mahfudh. Fiqih sosial, perbincangan antara fiqih dengan realitas yang ada,

berkembang. Menempatkan fiqih tidak hanya sebagai mengenai ritual

agama (hubungan vertikal). Tapi lebih pada prinsip mencari kemaslahatan

bersama (ibadah sosial). Dengan dalil, yaitu mempertahankan hal lama

yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. Kemudian manusia

cari implikasi pemikiran di atas terhadap Pendidikan Islam.

Karenanya secara konteksnya, antara fiqih dengan pendidikan Islam

mempunyai kesamaan. Penulis merujuk pada buku babon fikih sosialnya

Sahal Mahfudh untuk kemudian dibandingkan dengan Tafsir al-Qur'an

Tematik (Sosial).47

46Aunur Rofiq, Konsep Metode Pendidikan Sosial Anak Perspektif Abdullah Nashih

Ulwan (Studi Dalam Kitab Tarbiyatul Awlad Fil Islam) (Surabaya: UIN-Sunan Ampel Press, 2010).

47Suyadi, Konsep Fiqih Sosial dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam (Telaah Pemikiran KH. Sahal Mahfudh) , (Solo: Tiga Serangkai, 2006).

Page 46: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

1. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mengenai pendidikan sosial

yang terkandung dalam surat Ali Imran ayat 159.

2. Waktu penelitian

Adapun waktu yang dilalui penulis dalam penelitian ini adalah

mulai tanggal 19 februari 2013 sampai tanggal 15 Januari 2014.

B. Metode Penulisan

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data penelitian

kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan

menggunakan teknik analisis kajian melalui studi kepustakaan (Library

Reseach).

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini berasal dari literatur-literatur yang

berkaitan dengan tema dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut

terdiri dari data primer, yaitu kitab suci al-Qur’an dan kitab-kitab tafsir al-

Qur’an yang menjelaskan ayat 159 surat Ali Imran, di antaranya: kitab

Al-Qur’an dan Tafsirnya, Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab,

Tafsir Nurul Qur’an karya Alamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Al-

Page 47: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

37

Qurthubi dan Tafsir Al-Azhar karya Hamka. Dan data sekunder, yaitu

dari buku-buku yang membahas mengenai pendidikan sosial.

3. Analisis Data

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan analisis metode tafsir tahlili.

Dalam metode ini biasanya mufasir menguraikan makna yang

dikandung oleh Al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat sesuai

dengan urutannya di dalam mushaf. Uraian tersebut menyangkut berbagai

aspek yang dikandung ayat yang ditafsirkan seperti pengertian, kosa kata,

konotasi, kalimatnya, latar belakang turun ayat, kaitannya dengan ayat

lain, baik sebelum maupun sesudahnya (munasabat), dan tidak

ketinggalan pendapat-pendapat yang telah diberikan berkenaan dengan

tafsiran ayat-ayat tersebut; baik yang disampaikan oleh Nabi, sahabat

maupun para tabi’in dan ahli tafsir lainnya.1

C. Fokus Penelitian

Menurut Sugiyono, “batasan masalah dalam penelitian kualitatif

disebut fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum”.2

Dengan melihat pendapat Sugiyono, maka penulis mencantumkan apa yang

terdapat dalam batasan masalah menjadi fokus penelitian dalam penulisan ini.

Adapun fokus penelitian tersebut adalah mengenai pendidikan sosial yang

terdapat dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159. Jadi dalam penelitian ini

penulis bermaksud mencari nilai-nilai nilai-nilai pendidikan sosial yang

terkandung dalam ayat tersebut, dengan mencari data-data dan sumber-

sumber yang membahas mengenai ayat 159 dalam surat Ali Imran.

1M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan

Umat, (Bandung, Mizan: 1996), h. xi-xii. 2Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitataif dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2008), cet. IV, h. 285-286.

Page 48: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

38

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Oleh karena itu teknik

yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pengumpulan data literer

yaitu bahan-bahan pustaka yang koheren dengan objek pembahasan yang

dimaksud.3 Data yang ada dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan

diolah dengan cara:

1. Editing yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi

kelengkapan, kejelasan makna, dan keselarasan makna antara yang satu

dengan yang lain.

2. Organizing, yaitu mengorganisir data-data yang diperoleh dengan

kerangka yang sudah diperlukan.

3. Penemuan hasil penelitian yaitu melakukan analisis lanjutan terhadap

hasil pengorganisasian data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori

dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan tertentu

yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1990), h. 24.

Page 49: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

39

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Teks dan Terjemah QS. Ali ‘Imran Ayat 159 حولك من لانفضوا القلب غليظ فظا كنت ولو لهم لنت الله من رحمة فبما

ففاع مهنع رفغتاسو مله مهاورشي ور ففإذا الأم تمزكل عولى فتع إن الله الله بحي نيكلوت159عمران: آل سورة. (الم(

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran[3]: 159)

B. Makna Kosa Kata Inti

Secara etimologis, linta (تنل) terambil dari akar kata al-lin (نيل) yang

berarti “lemah lembut”, lawan al-khusyunah atau kasar. Pada asalnya kata lin

( لينا وليانا ولينة –الن ) bermakna lunak atau lemas, هنلاي نلي bersikap halus, نليت

هالنتسا menjadi sangat lembut, menganggap lembut, نة الينوالليو yang lunak,

lembek, ناللي نالليو kelembutan, kelunakkan, kelembekan, نااللي )ج االين ( yang

Page 50: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

40

lunak, halus, kelemahlembutan.1 Dengan demikian, makna Linta berarti kamu

lemah lembut.

Dalam kalimat selanjutnya disebutkan sebagai fa’fu anhum (مهنع ففاع)

(maafkan mereka). Kata فاع -فوعا-يفوع berarti memaafkan, mengampuni

dosanya, فىأع, menyembuhkan, membiarkan, افىعت berarti sembuh dan afiat.

Kata فاهعتسا, meminta ma’af kepadanya, فوفاء-عع , hapus, افوع dengan kemauan

sendiri atau maafkanlah saya. Kata افع-فتعم , yang hapus. Sedangkan kata,

bermakna meminta maaf.2 استفاء

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa kosa kata afwun bermakna

memberi maaf dan membuka lembaran baru. Memaafkan adalah

menghapuskan bekas luka dihati akibat perilaku pihak lain yang tidak wajar.3

Kalimat selanjutnya مهاورشو “maka bermusyawarahlah.” Kata

musyawarah berasal dari ارش-روشا-يروش bermakna mengeluarkan mengambil

madu dari sarang lebah. Kata روش-ارأش , berarti mengisyaratkan, menunjukkan,

kata هراوة-شراوشم , mengandung arti bermusyawarah atau meminta nasehat

kepadanya. Sedangkan kata ىروالش- هروشالم , bermakna permusyawaratan atau

hal bermusyawarah.4

Menurut M. Quraish Shihab kata musyawarah dari akar kata (روش)

yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna

ini kemudian berkembang sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat

1AW. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka

Prograssif, 1997), h. 1302-1303. 2Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), h. 272-273. 3M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, Vol. 2

(Jakarta: Lentera Hati, 2011), h. 313. 4Yunus, Kamus Arab-Indonesia,.... h. 207.

Page 51: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

41

diambil/dikeluarkan dari yang lain (termasuk pendapat). Kata musyawarah,

pada dasarnya, hanya digunakan untuk hal-hal yang baik, sejalan dengan

makna dasar di atas5Musyawarah dimaksud adalah salaing bertukar

pandangan untuk menemukan penyelesaian terbaik dalam menghadapi suatu

masalah.

C. Asbabun Nuzul

Asbabun Nuzul ayat ini adalah, Pada waktu kaum muslimin

mendapatkan kemenangan dalam peperangan Badar, banyak orang-orang

musyrikin yang menjadi tawanan perang. Untuk menyelesaikan masalah itu

Rasulullah Saw mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar As-Shiddiq dan

Umar bin Khattab. Rasulullah meminta pendapat Abu Bakar tentang tawanan

perang itu, menurut Abu Bakar sebaiknya dikembalikan kepada keluarganya

dengan membayar tebusan. Hal ini sebagaimana sebagai bukti bahwa Islam itu

lunak, apalagi kehadirannya baru saja. Kepada Umar bin Khattab juga

dimintai pendapatnya. Dia mengemukakan, bahwa tawanan perang itu

dibunuh saja. Yang diperintah membunuh adalah keluarganya. Hal ini

sebagaimana dimaksudkan agar di belakang hari mereka tidak berani lagi

menghina dan mencaci Islam. Sebab bagaimanapun Islam perlu menunjukkan

kekuatannya di hadapan mereka.

Dari dua pendapat yang bertolak belakang ini Rasulullah sangat

kesulitan untuk mengambil kesimpulan. Akhirnya Allah menurunkan surat Ali

Imran ayat ke 159 yang menegaskan agar Rasulullah Saw., berbuat lemah

lembut. Kalau berkeras hati, tentu mereka tidak akan menarik simpati

sehingga mereka akan lari dari ajaran Islam. Alhasil ayat ini diturunkan

sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar As-Shiddiq. Di sisi lain memberi

peringatan kepada Umar bin Khattab, apabila dalam permusyawarahan

pendapatnya tidak diterima hendaklah bertawakkal kepada Allah swt. Sebab

Allah sangat mencintai orang-orang yang bertawakkal. Dengan turunnya ayat

5M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h. 312.

Page 52: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

42

ini maka tawanan perang dilepaskan sebagaimana saran Abu Bakar As-

Shiddiq. ( HR. Kalabi dari Abi Shalih dari Ibnu Abbas ).6

D. Tafsir Surat Ali Imran Ayat 159

رحمة من اهللا لنت لهم فبما adalah (maka disebabkan rahmat dari Allah-lah) فبما رحمة من اهللا

tambahan untuk penegasan. Demikian yang dikatakan oleh Sibawaih dan

lainnya. Ibnu Kaisan mengatakan, “Kata ini nakirah pada posisi jar karena

pengaruh huruf ba’, sementara rahmah sebagai badal darinya.” Pendapat

pertama lebih sesuai dengan kaidah bahasa Arab, ini seperti firman-Nya :

“maka kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan”, disebabkan

mereka melanggar perjanjian itu.”(QS. An-Nnisaa’ ayat 155). Jar dan

majrur-nya terkait dengan kalimat “kamu berlaku lemah lembut terhadap

mereka” yang pengungkapannya didahulukan untuk maksud membatasi, dan

tanwin pada kata رمحة untuk menunjukkan betapa besarnya. Maknanya: Bahwa

sikap lemah lembut terhadap mereka hanyalah karena disebabkan rahmat yang

besar dari Allah. Ada juga yang mengatakan, bahwa kata ما di sini adalah

partikel tanya, maknanya: maka dengan rahmat Allah yang mana kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka ? Di sini terkandung makna takjub.

Namun pendapat ini jauh dari tepat, karena jika demikian, tentulah alif-nya

pada kata ما dibuang. Ada juga yang mengatakan, bahwa maknanya adalah:

Maka disebabkan rahmat dari Allah.7

Di dalam kitab Tajut Tafsir kata لنت لھم (kamu berlaku lemah lembut

terhadap mereka) diartikan bersikap lembut kepada mereka dan

memperlakukan mereka dengan kasih sayang serta berakhlak mulia yang telah

dianugerahkan oleh Allah kepadamu, dan yang kamu akui sendiri melalui

6A. Mujab Mahali, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman al-Qur'an (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. 1, h. 184.

7Imam Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir 2, (Jakarta: Buku Islsm Rahmatan, 2008), h. 568.

Page 53: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

43

sabdamu yang mengatakan “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk

menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.”8

Di dalam kitab Tarikhnya Imam Bukhari sebagaimana dikutip oleh Al-

Imam Muhammad ‘Usman ‘Abdullah Al-Mirgani disebutkan bahwa

Rasulullah telah bersabda : “Sesungguhnya aku diutus hanyalah membawa

rahmat dan aku diutus bukan untuk membawa azab (Allah).”9

Menurut penulis, ini adalah seruan untuk bertutur kata dengan lembut

dan baik. Ini adalah salah satu sifat orang mukmin. Salah satu sifat Nabi

adalah lemah lembut dalam bertutur kata. Sifat ini sangat tepat untuk

menyatukan manusia, sikap yang mampu membawa toleransi dalam beragama

atau bermasyarakat.

لوو تكنكلوح نوا مفضيظ القلب ال نا غلفظ Menurut Al-Sa’di, penggalan افظ تكن لوو, “.... sekiranya kamu bersikap

keras....,” artinya berakhlak buruk, kemudian lagi ظ القلبيغل “lagi berhati

keras,” artinya, berhati kasar, ال كلوح نا موفضن , “tentulah mereka menjauhkan

diri dari sekelilingmu,” karena sikap seperti ini membuat mereka lari dan

mereka benci orang yang memiliki akhlak jelek. Akhlak yang baik merupakan

ajaran pokok dalam agama yang menarik manusia kepada agama Allah dan

membuat mereka senang kepadanya. Sebaliknya, akhlak yang buruk

merupakan masalah paling pokok dalam agama yang menjauhkan manusia

dari agama Allah dan membuat mereka benci kepadanya disamping apa yang

diperoleh oleh pelakunya berupa celaan dan hukuman yang setimpal.10

Sementara menurut M. Quraish Shihab Firman-Nya: sekiranya engkau

bersikap keras lagi berhati kasar...., mengandung makna bahwa engkau

Muhammad, bukanlah seseorang yang berhati keras. Ini dipahami dari kata

yang diterjemahkan sekiranya. Kata ini digunakan untuk menggambarkan (لو)

8Al-Imam Muhammad ‘Usman ‘Abdullah al-Mirgani, Mahkota Tafsir, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), cet. 1, h. 482.

9Al-Imam Muhammad ‘Usman ‘Abdullah al-Mirgani, Mahkota Tafsir,... h. 483. 10Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir As-Sa’di (terj.), Muhammad Iqbal

et.al, (Jakarta: Darul Haq, 2006), h. 574.

Page 54: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

44

sesuatu yang bersyarat, tetapi syarat tersebut tidak dapat wujud. Lebih lanjut

Quraish mencontohkan dengan ilustrasi sebagai berikut “sekiranya ayah saya

hidup, saya akan menamatkan kuliah.” Karena ayahnya telah wafat, kehidupan

yang diandaikannya pada hakikatnya tidak ada dan dengan demikian, tamat

yang diharapkannya pun tidak mungkin wujud. Jika demikian, ketika ayat ini

menyatakan sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati keras, tentulah

mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, tidak akan pernah terjadi.11 Masih

menurut Quraish firman-Nya: berlaku keras lagi berhati keras

menggambarkan sisi dalam dan sisi luar manusia, berlaku keras menunjukkan

sisi luar manusia dan berhati kasar, menunjukkan sisi dalamnya. Kedua hal itu

dinafikan dari Rasul saw. Memang keduanya perlu dinafikan secara

bersamaan karena boleh jadi ada yang berlaku keras tapi hatinya lembut atau

hatinya lembut tapi tidak mengetehui sopan santun. Karena yang terbaik

adalah yang menggabung keindahan sisi luar dalam perilaku yang sopan, kata-

kata yang indah, sekaligus hati yang luhur. Penuh kasih sayang.12

Dalam tafsir Nurul Quran dijelaskan bahwa orang yang berhati keras

dan kaku tidak bisa beramah tamah dengan orang lain.13 Menurut penulis

sikap ramah dan lembutnya nabi merupakan magnet tersendiri didalam

dakwah Islam saat itu, kekerasan jangan dilawan dengan kekerasan, maka

sungguh tepat nabi mengajarkan akan sikap lembut dalam mensyiarkan agama

Allah.

مهنع ففاع مله رفغتاسو

مهنع ففاع “maka maafkanlah mereka,” mohon maafkanlah mereka,

mohonkanlah ampunan untuk mereka.14 Diperbolehkan memaafkan atas

perlakuan zalim kepadamu, dan atas dosa yang mereka perbuat, yang

berkaitan dengan Allah. Mohonkanlah ampun bagi mereka kepada Allah, dan

11M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h. 311. 12 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h. 311-312. 13Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Quran, (Jakarta: Al-Huda, 2003), cet. 1, h.

370. 14Muhammad Nasib Ar-Rifai, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (terj) Syihabuddin, (Jakarta:

Gema Insan Press, 1999), h. 608.

Page 55: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

45

awasilah mereka dengan bermusyawarah dengan mereka dalam urusan-urusan

politik dan sosial.15Allah swt memerintahkan kepada Nabi-Nya dengan

perintah-perintah secara berangsur-angsur. Artinya, Allah swt memerintahkan

kepada beliau untuk memaafkan mereka atas kesalahan mereka terhadap

beliau karena telah meninggalkan tanggung jawab yang diberikan beliau.

Setelah mereka mendapatkan maaf, Allah swt memerintahkan beliau untuk

memintakan ampun atas kesalahan mereka terhadap Allah swt. Setelah mereka

mendapatkan hal ini, maka mereka pantas untuk diajak bermusyawarah dalam

segala perkara.16

Menurut Quraish ayat ini terkait dengan sikap dalam bermusyawarah.

Di dalam bermusyawarah seseorang harus menyiapkan mentalnya untuk selalu

bersedia memberi maaf karena boleh jadi, ketika melakukan musyawarah,

terjadi perbedaan pendapat atau keluar dari pihak lain kalimat atau pendapat

yang menyinggung, dan bila mampir ke hati akan mengeruhkan pikiran,

bahkan boleh jadi mengubah musyawarah menjadi pertengkaran. Kemudian,

yang melakukan musyawarah harus menyadari bahwa kecerahan pikiran atau

ketajaman analisis saja belum cukup.17 Untuk mencapai yang terbaik dari hasil

musyawarah hubungan dengan Tuhan pun harus harmonis, itu sebabnya hal

yang harus mengiringi musyawarah adalah permohonan maghfirah dan

ampunan Ilahi, sebagaimana ditegaskan oleh pesan Q.S. Ali Imran [3]: 159 di

atas, wa istighfir lahum18

Menurut penulis Sikap memaafkan merupakan sikap yang mulia, yang

harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menebar perdamaian, toleransi dan

kemanusiaan. Allah Swt berfirman “Pemberian maafmu itu lebih dekat kepada

takwa”. Seorang hakim berkata, “salah satu keutamaan dari akhlak adalah

dimaafkannya dosa”19

15Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Quran,... h. 370. 16Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi 4, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), cet.1,

h. 622. 17M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h. 313. 18M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h. 314. 19Lukman Hakim Arifin, dkk, Kumpulan Kata Mutiara dan Falsafah Hidup, (Jakarta:

Turos, 2013), h. 209.

Page 56: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

46

وشاور هم فى األمر

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan“ وشاور هم ىف االمر

itu” menunjukkan kebolehan ijtihad dalam semua perkara dan menentukkan

perkiraan bersama yang didasari dengan wahyu. Sebab Allah mengizinkan hal

ini kepada Rasul-Nya. Para ta’wil berpendapat tentang makna perintah Allah

swt itu, sebagaimana ditulis oleh Imam al-Qurthubi di dalam kitab tafsirnya,

Tafsir al-Qurthubi, pendapat sekelompok ulama berkata, bahwa musyawarah

yang dimaksud adalah dalam hal taktik perang dan ketika berhadapan dengan

musuh untuk menenangkan hati mereka, meninggikan derajat mereka dan

menumbuhkan rasa cinta kepada agama mereka, sekalipun Allah swt telah

mencukupkan beliau dengan wahyu-Nya dari pendapat mereka”

Kelompok lain berkata, “Musyawarah yang dimaksud adalah dalam

hal yang tidak ada wahyu tentangnya.” Pendapat ini diriwayatkan dari Hasan

al-Bashri dan Dhahhak. Mereka berkata, “Allah swt tidak memerintahkan

kepada Nabi-Nya untuk bermusyawarah karena Dia membutuhlkan pendapat

mereka, akan tetapi Dia hanya ingin memberitahukan keutamaan yang ada di

dalam musyawarah kepada mereka dan agar umat beliau dapat

menauladaninya.20

Menurut Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, tafsir “Dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” yaitu perkara-perkara

yang membutuhkan musyawarah, tukar pikiran dan pendapat. Karena

bermusyawarah memiliki faedah yang banyak dalam mashlahat agama

maupun dunia yang tidak mungkin dibatasi.21 Di dalam kitab Mu’jamal Ausat,

Imam Tabrani sebagaimana dikutip oleh Al-Imam Muhammad Usman

Abdullah al-Mirgani, mengatakan bahwa Rasulullah saw. Pernah bersabda:

“Tidak akan merugi orang yang beristikharah, dan tidak akan menyesal orang

yang bermusyawarah, serta tidak akan jatuh miskin orang yang berhemat.”

20Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi,.... h. 623-624. 21Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir As-sa’di, (terj) Muhammad Iqbal dkk,

(Jakarta: Pustaka Sahifa, 2007), h. 574-575.

Page 57: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

47

Lebih lanjut al-Mirgani mengatakan bahwa sehubungan dengan etika

musyawarah Rasulullah Saw telah bersabda: “Orang yang dimintai pendapat

adalah orang yang dipercaya.”22 Di dalam tafsir al-Qurthubi dikatakan bahwa

kriteria orang yang diajak musyawah adalah orang yang memiliki ilmu dan

mengamalkan ajaran agama, memilki akal, pengalaman dan santun kepada

orang yang mengajak bermusyawarah.23 Bermusyawarah dengan orang yang

memiliki pengalaman, akan memberikan pendapatnya kepadamu berdasarkan

pengalaman berharga yang pernah dialaminya.

Menurut Sayyid Quthb, Urgensi bermusyawarah ialah membolak-

balikkan pemikiran dan memilih pandangan yang diajukan. Apabila sudah

sampai pada batas ini, maka selesailah putaran syura (bermusyawarah) dan

tibalah tahap pelaksanaan dengan penuh tekad dan semangat, dengan

bertawakal kepada Allah, menghubungkan urusan kepada kadar-Nya, dan

menyerahkan kepada kehendak-Nya, bagaimanapun hasilnya nanti.24

Rasul saw, tidak meletakkan petunjuk tegas yang terperinci tentang

cara dan pola syura karena, jika beliau sendiri yang meletakkannya, ini

bertentangan dengan prinsip syura yang diperintahkan al-Quran, sedang bila

beliau bersama yang lain yang menetapkannya, itu pun hanya berlaku untuk

masa beliau saja. Tidak berlaku perincian itu untuk masa sesudahnya.

Sungguh tepat keterangan pakar tafsir Muhammad Rasyid Ridha sebagaimana

dinukil oleh Quraish Shihab, menyatakan bahawa “Allah telah

menganugerahkan kepada kita kemerdekaan penuh dan kebebasan yang

sempurna dalam urusan dunia dan kepentingan masyarakat dengan jalan

memberi petunjuk untuk melakukan musyawarah, yakni yang dilakukan oleh

orang-orang yang cakap dan terpandang yang kita percayai, guna menetapkan

bagi kita (masyarakat) pada setiap periode hal-hal-yang bermanfaat dan

membahagiakan masyarakat.

22Al-Imam Muhammad ‘Usman ‘Abdullah al-Mirgani, Mahkota Tafsir,.... h. 483. 23Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi,.... h. 625-626. 24Sayyid Quthb, Tafsir fi Zhilalil Qur’an, (terj). As’ad Yasin dkk, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2001), h. 195.

Page 58: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

48

Kita sering kali mengikat diri kita sendiri dengan berbagai ikatan

(syarat) yang kita ciptakan, kemudian kita namakan syarat itu sebagai ajaran

agama, tetapi pada akhirnya syarat-syarat itu membelenggu diri kita

sendiri.25Dalam bermusyawarah pasti ada perbedaan. Maka orang yang

bermusyawarah harus memperhatikan perbedaan itu dan memperhatikan

pendapat yang paling dekat dengan kitabullah dan Sunnah.

Di dalam kitab Tafsir Imam Syafii karya Syaikh Ahmad Musthafa al-

Farran, tafsir “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”

Imam Syafii menyatakan sebenarnya Nabi tidak membutuhkan musyawarah

dengan mereka, hanya saja Allah berkehendak agar beliau memberikan

tauladan kepada para pemimpin setelahnya.26

Menurut penulis, Allah mengajarkan melalui Nabinya bahwa

musyawarah adalah mengambil manfaat dari sekumpulan pendapat yang ada

tentang suatu masalah, dengan mengambil pendapat yang paling benar. Cara

yang demikian akan menjauhkan manusia dari kesalahan dan kegagalan.

ى اهللالع لكوتف تمزا عذأف

Kemudian apabila kamu telah membulatkan“ فا ذا عزمت فتوكل على اهللا

tekad maka bertawakallah kepada Allah.” Qatadah berkata, “Allah swt

memerintahkan kepada Nabi-Nya apabila telah membulatkan tekad atas suatu

perkara agar melaksanakannya sambil bertawakal kepada Allah, bukan

tawakal kepada musyawarah mereka. العزم adalah perkara yang diputuskan

dengan hati-hati lagi teliti. Sedangkan mengambil pendapat tanpa kehati-

hatian bukan disebut مزع. Naqqasy berkata, العزم dan احلزم bermakna sama.

Huruf ha’ adalah pengganti huruf ‘ain.” Ibnu ‘Athiyah berkata, “Ini adalah

keliru. Sebab احلزم adalah betul-betul waspada dari terjadinya kesalahan di

dalamnya. Sedangkan العزم adalah bertekad untuk melakukan. Allah swt

25M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h. 317-318. 26Ahmad Musthafa al-Farran, Tafsir Imam Syafii, (Jakarta: Almahira, 2007), h. 577.

Page 59: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

49

berfirman ىف االمر وشاورهم “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam

urusan itu. ”.Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad فاذا عزمت

Maksudnya musyawarah atau yang semakna dengannnya disebut احلزم.Orang

Arab berkata, قد احزم لو اعزم “Sungguh sudah kupikirkan betul-betul

seandainya aku sudah bertekad untuk melakukannya.”

Ja’far Ash-Shadiq dan Jabir bin Zaid membaca فاذا عزمت “Apabila aku

membulatkan tekad,” yaitu dengan huruf ta” berharakat dhamamah.

Disandarkan kebulatan tekad kepada Allah, karena hal itu adalah dengan

sebab hidayah dan taufik-Nya. Sama seperti firman Allah وما رميت اذ رميت ولكن

رمىاهللا “Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-

lah yang melempar.” Jadi maknanya Aku telah membulatkan tekad untukmu,

memberi taufik kepadamu dan menunjukimu. فتوكل على اهللا “maka

bertawakallah kepada Allah.” Sementara ahli qiraat lainnya membaca dengan

huruf ta’ berharakat fathah.27

Sementara menurut As-Sa’di, فإذا عزمت, “kemudian apabila kamu telah

membulatkan tekad,” yaitu atas suatu perkara setelah bermusyawarah

padanya, apabila membutuhkan kepada musyawarah, فتوكل على اهللا “Maka

bertawakal kepada Allah,” maksudnya bersandarlah kepada upaya Allah dan

kekuatan-Nya dan berlepas diri dari kemampuan dan kekuatan dirimu.28

Menurut penulis dari penjelasan di atas dapat di pahami bahwa

menghasilkan tekad bulat itu melalui proses, sehingga menghasilkan

keputusan yang baik, prosesnya berwujud musyawarah, karena dengan cara

musyawarah maka akan mendapatkan hasil yang maksimal dan bisa

memperkecil dampak perpecahan dalam sebuah keputusan.

27Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi,.... h. 628. 28Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir As-sa’di,.... h. 576.

Page 60: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

50

ان اهللا يحب المتوكلين فتوكل على اهللا

artinya berpegang teguh kepada Allah sembari menampakkan التوكل

kelemahan. Bentuk isimnya adalah التكال ن . Dikatakan, عليه ىف امري اتكلت (aku

berpegang kepadanya pada perkaraku). Asalnya adalah اوتكلت, lalu huruf waw

diganti dengan huruf ya’ karena sebelumnya berharakat kasrah, kemudian

huruf ya’ itu diganti dengan huruf ta’, lalu diidghamkan (dimasukkan) pada

huruf ta’ pola افتعال.

Para ulama berbeda pendapat tentang tawakal. Suatu kelompok sufi

berkata, “Tidak akan dapat melakukannya kecuali orang yang hatinya tidak

dicampuri oleh takut kepada selain Allah, baik takut kepada binatang buas

atau lainnya dan hingga dia meninggalkan usaha mencari rezeki karena yakin

dengan jaminan Allah.

Mayoritas ahli fikih mengatakan seperti apa yang telah dipaparkan

pada penjelasan firman Allah وعلى اهللا فليتوكل املؤمنون“Karena itu hendaklah

kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal,” dan inilah yang benar

sebagaimana yang telah kami terangkan.29

Menurut Quraish Shihab, tawakal adalah kesadaran akan kelemahan

diri di hadapan Allah dan habisnya upaya disertai kesadaran bahwa Allah

adalah penyebab yang menentukkan keberhasilan dan kegagalan manusia.

Dengan demikian, upaya dan tawakal adalah gabungan sebab dan penyebab.

Allah mensyaratkan melalui sunatullah bahwa penyebab baru akan turun

tangan jika sebab telah dilaksanakan. Karena itu, perintah bertawakal dalam

Al-Qur’an selalu didahului oleh perintah berupaya sekuat kemampuan.30

Menurut Hamka dalam ilmu tasawuf, tawakal selalu diiringi dengan

syukur dan sabar. Syukur jika apa yang dikehendaki tercapai, sabar jika hasil

29Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi,.... h. 631. 30M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h.318.

Page 61: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

51

yang didapat masih mengecewakan, dan ikhlas menyerahkan diri kepada

Allah, sehingga hidayahNya selalu turun dan kita tidak kehilangan akal.31

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tawakal adalah pengakuan

seorang hamba pada sang pencipta akan keterbatasan hamba, sehingga

berharap akan bantuan dan arahan dari sang pencipta, biarkan Tuhan yang

mengarahkan kita, jangan kita yang menginginkan, kalau tuhan yang

mengarahkan pasti itu yang terbaik buat hambanya.

Para pakar tafsir sangat beragam ketika menafsirkan Tafsir surat Ali

Imran ayat 159, Menurut Allamah Kamal Faqih Imani, Surat Ali Imran ayat

159 ini bisa diterapkan sebagai perintah umum tertentu, namun sebab

turunnya ayat ini adalah tentang perang uhud. Umat Islam yang melarikan diri

dari Perang Uhud dan kalah., dilanda penyesalan yang dalam, rasa bersalah,

dan penderitaan. Mereka berkumpul di sekeliling Nabi saw dan memohon

maaf. Lantas, Tuhan memberikan perintah untuk memberikan maaf secara

umum bagi mereka, melalui ayat ini.32 Sementara Menurut Hamka, dalam ayat

ini bertemulah pujian yang tinggi dari Allah terhadap Rasul-Nya, karena

sikapnya yang lemah lembut, tidak lekas marah kepada umatNya yang tengah

dituntun dan dididiknya iman mereka lebih sempurna. Sudah demikian

kesalah beberapa orang yang meninggalkan tugasnya, karena laba akan harta

itu, namun Rasulullah tidaklah terus marah-marah saja. Melainkan dengan

jiwa besar mereka dipimpin. Dalam ayat ini Allah menegaskan, sebagai pujian

kepada Rasul, bahwasanya sikap yang lemah lembut itu, ialah karena ke

dalam dirinya telah dimasukkan oleh Allah rahmatNya. Rasa rahmat, belas

kasihan, cinta kasih itu telah ditanamkan Allah ke dalam diri beliau, sehingga

rahmat itu pulalah yang mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin.33

Sementara Sayyid Quthb berpendapat bahawa ayat ini ditujukan

kepada Rasulullah saw. Untuk menenangkan dan menyenangkan hati beliau,

dan ditujukan kepada kaum muslimin untuk menyadarkan mereka terhadap

nikmat Allah atas mereka. Diingatkan-Nya kepada beliau dan kepada mereka

31Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987), cet 1, h. 137. 32Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Quran,..., h. 369. 33Hamka, Tafsir Al-Azhar,.... h. 129.

Page 62: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

52

akan rahmat Allah yang terlukis di dalam akhlak beliau yang mulia dan

penyayang, yang menjadi tambatan hati para pengikut beliau. Hal itu

dimaksudkan untuk memfokuskan perhatian kepada rahmat yang tersimpan di

dalam hati beliau sehingga bekas-bekasnya dapat mengungguli tindakan

mereka terhadap beliau dan mereka dapat merasakan hakikat nikmat Ilahi

yang berupa nabi yang penyayang ini. Kemudian diserunya mereka,

dimaafkannya kesalahan mereka, dan dimintakannya ampunan kepada Allah

bagi mereka. Diajaknya mereka bermusyawarah dalam menghadapi urusan

ini, sebagaimana beliau bisa bermusyawarah dengan mereka, dengan tidak

terpengaruh emosinya terhadap hasil-hasil musyawarah itu yang dapat

membatalkan prinsip yang asasi dalam kehidupan Islami.34

M. Quraish Shihab, di dalam Tafsirnya al-Misbah menyatakan bahwa

ayat ini diberikan Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk menuntun dan

membimbingnya, sambil menyebutkan sikap lemah lembut Nabi kepada kaum

muslimin, khususnya mereka yang telah melakukan pelanggaran dan

kesalahan dalam perang uhud itu. Sebenarnya cukup banyak hal dalam

peristiwa Perang Uhud yang dapat mengandung emosi manusia untuk marah,

namun demikian, cukup banyak pula bukti yang menunjukan kelemah

lembutan Nabi saw. Beliau bermusyawarah dengan mereka sebelum

memutuskan perang, beliau menerima masukan mayoritas mereka, walau

beliau kurang berkenan, beliau tidak memaki dan mempersalahkan para

pemanah yang meninggalkan markas mereka, tetapi hanya menegurnya

dengan halus, dan lain lain.35

Meskipun para ahli tafsir berbeda namun mereka tetap sepakat bahwa

rahmat yang diberikan oleh Allah untuk kekasih itu merupakan kehendak

Allah yang mutlak, sementara sifat terpuji yang dimiliki oleh Rasul adalah

bagian penting dari alat atau media yang harus dimiliki dalam rangka syiar

agama Allah, Tanpa sifat mulia maka agama tidak akan berkembang.

Musyawarah adalah pembuktian bahwa agama Islam sangat menjunjung

34Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, juz 2 (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 192. 35M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h. 309.

Page 63: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

53

tinggi akan peranan akal, tanpa akal tidak mungkin akan terjadi musyawarah,

maka tidak berlebihan jika mengatakan bahwa musyawarah adalah ladang

berijtihad dalam memutuskan sebuah permasalahan keduniaan.

E. Pendidikan Sosial yang Terkandung dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran

159

Dari berbagai aspek yang terkandung dalam surat Ali Imran Ayat 159,

hasil penelitian yang penulis temukan tentang nilai-nilai pendidikan sosial

yang terkandung dalam surat Ali Imran ayat 159 adalah sebagai berikut:

1. Lemah-Lembut

Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat

159 yang pertama ialah sifat lemah lembut, sifat lemah lembut selalu

dicontohkan Nabi, Kepribadian beliau dibentuk sehingga bukan hanya

pengetahuan yang Allah limpahkan kepada beliau melalui wahyu-wahyu

al-Qur’an, tetapi juga qalbu beliau disinari, bahkan totalitas wujud beliau

merupakan rahmat bagi seluruh alam.36ini dapat menjadi salah satu bukti

bahwa Allah sendiri yang mendidik dan membentuk kepribadian Nabi

Muhammad saw, sebagaimana sabda Beliau: “Aku di didik oleh Tuhan-

Ku, maka sungguh baik hasil pendidikan-Nya.”

Inilah salah satu sifat yang dicintai Allah dan disukai oleh manusia.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Disebutkan bahwa

Rasulullah bersabda kepada Mundzir bin’Aidz ra. “Sesungguhnya pada

dirimu terdapat dua sifat yang disukai Allah Swt: lemah lembut dan

sabar.” (HR. Muslim)37

Kasih sayang adalah suatu kelembutan di dalam hati, perasaan

halus di dalam hati nurani, dan suatu ketajaman perasaan yang mengarah

pada perlakuan lemah lembut terhadap orang lain. Rasulallah Saw telah

menjadikan kasih sayang manusia sesama mereka sebagai jalan untuk

36Al-Imam Abu al-Fida Ismail Ibnu Katsir al-Dimasqi, Tafsir Ibnu Katsir Juz 4: Surat Ali

Imran 92 s.d An-Nisa 23, (terj.) Syihabuddin, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), h. 244. 37Mahran Mahir Utsman, Serba Tiga Dari Nabi Muhammad Saw, (terj) Abdullah Abbas

& Arif Rahman (Ciputat: Lentera Hati, 2011 ), h. 312.

Page 64: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

54

mendapatkan kasih sayang dari Allah kepada mereka. At-Tirmidzi, Abu

Daud dan Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda:

“Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh Yang Maha Pengasih.

Kasihilah oleh kalian siapa yang ada di bumi, niscaya kalian akan

dikasihi oleh siapa yang ada di langit”38

Islam mengajarkan agar kita senantiasa menebarkan kebaikan.

Penetrasi kebaikan seseorang bisa dilihat dari sikap, perbuatan dan tutur

katanya yang selalu membawa kesejukan. Nabi Muhammad Saw

bersabda: “Sebagian dari akhlak orang yanag beriman adalah baik tutur

katanya ketika berbicara, mendengarrkan dengan baik apabila diajak

bicara, manis muka ketika bertemu dan menepati janji manakala berjanji”

(HR. Ad-Dailami).

Hadist di atas menegaskan betapa perilaku seseorang mempunyai

keterkaitan erat dengan keimanan yang dimiliki. Lidah orang yang

beriman akan senantiasa mengeluarkan tutur kata yang lemah lembut dan

baik. Sebab apa yang keluar dari lidah adalah merupakan cerminan apa

yang ada di dalam qolbu. Apabila qolbu dilumuri dengan berbagai macam

kotoran dan dosa, maka ia hanya akan merekam kesalahan dan kekeliruan

orang lain. Disamping hasud dan dengki enggan untuk pergi

meninggalkannya, yang pada gilirannya lidah mengeluarkan caci maki,

fitnah, dan semacamnya sembari menganggap dirinya paling suci.

Namun sebaliknya, apabila qolbu dihiasi berbagai sifat terpuji,

maka tentu kata-kata indah akan selalu menghiasi ucapannya. Yakni

untaian perkataan yang penuh hikmah dan membawa kesejukan,

kedamaian serta kebahagiaan bagi siapa saja yang mendengarnya.

Sehingga orang lain menaruh hormat dan segan. Namun, orang bijak tidak

hanya bisa bertutur kata yanga baik. Perlu diingat, orang tidak hanya ingin

mendengarkan kata-kata kita, tapi mereka juga ingin didengarkan

pembicaraannya. Bermuka manis adalah bagian dari yang dianjurkan Nabi

38Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Asy-Syifa),

h. 400.

Page 65: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

55

Saw. Wajah yang cerah, berseri-seri adalah ekspresi dari kegembiraan

dalam menyongsong lawan bicara. Hal ini akan memberi kesejukan

kepada orang yanag kita hadapai. Tanpa bicarapun, mereka sudah tau, kita

senang dan terbuka.

Tauladan Rasulullah Saw., di dalam kelembutan dan kehalusan itu,

tampak dalam contoh berikut ini: Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu

Hurairah ra. “Seorang Badawi kencing di dalam masjid. Kemudian, orang-

orang berdiri menghampirinya untuk menghantamnya. Maka Nabi Saw.

Bersabda, ‘Tinggalkan dia dan siramkanlah seember air di tempat air

kencingnya. Karena sesungguhnya kalian itu di utus untuk menjadi orang-

orang yang memudahkan dan tidak diutus untuk menjadi orang-orang

yang menyukarkan”.39

Sikap lemah lembut sebenarnya tidak hanya dianjurkan kepada

saudara seiman saja tapi juga kepada semua orang termasuk juga pemeluk

agama lain dan orang-orang yang telah berbuat jelek kepada kita. Selain

secara tekstual Islam mengajarkan tentang sikap lemah lembut, Islam juga

memberikan contoh konkrit melalui sikap dan perilaku nabi Muhammad

saw, ketika beliau disakiti dan mendapatkan berbagai macam perlakuan

jelek dari kaum kafir Quraish saat awal-awal beliau mensyiarkan Islam.

Rasulullah bersabda: “Tidaklah kalian akan beriman sebelum kalian

mengasihi.” Mereka berkata, “Wahai Rasullullah, masing-masing kami

adalah orang yang mengasihi.” Beliau bersabda, “Kasih sayang itu

bukanlah kasih sayang seseorang di antara kamu kepada sahabatnya

(yang mu’min) saja, tetapi kasih sayang yang menyeluruh (kepada seluruh

umat manusia).”

Berbuat baik kepada manusia secara umum ialah dengan berkata

lemah lembut kepada mereka, mempergauli mereka dengan pergaulan

yang baik setelah sebelumnya menyuruh mereka kepada kebaikan,

melarang mereka dari kemungkaran, memberi pertunjuk kepada orang

yang tersesat di antara mereka, mengajari orang bodoh diantara mereka,

39Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan,.... h. 555.

Page 66: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

56

mempergauli hak-hak mereka, tidak mengganggu mereka dengan

mengerjakan tindakan yang membahayakan mereka, dan sebagainya.40

Individu memiliki kemampuan emosional tertentu untuk menghadapi

orang lain, hal ini sering dianggap sebagai inteligensi emosional. Sebagai

contoh, sebagian orang mampu berempati, toleran sementara yang lain tak

acuh. Psikolog Daniel Goleman sebagaimana dikutip oleh Howard S.

Friedman dan Miriam W. Schustack mengemukakan bahwa inteligensi

emosional terdiri dari 5 komponen: mampu menyadari diri sendiri, mampu

mengontrol amarah dan kecemasan, tekun dan optimis dalam menghadapi

hambatan, mampu berempati, dan mampu berinteraksi dengan baik dengan

orang lain.41

Kemampuan untuk mengambil sudut pandang orang lain dan untuk

menempatkan dirinya ke dalam posisi orang lain merupakan sumber

kesadaran akan persamaan derajat dan timbal balik yang berdasarkan

keadilan. Karena kebanyakan persoalan yang terjadi di masyarakat

disebabkan oleh ketidakmampuan untuk membayangkan aspek batiniah

dari kehidupan orang lain. Untuk itu pengelolaan pembelajaran moral yang

bertujuan meningkatkan empati siswa perlu ditingkatkan dan

dikembangkan. Kegiatan-kegiatan diskusi kelompok dalam bentuk

sharing,. Permainan peran, penyelesaian tugas-tugas secara kelompok, dan

keterlibatan dalam kegiatan sosial dimasyarakat yang dirancang sesuai

dengan kemampuan siswa akan meningkatkan empatinya.

Untuk meningkatkan empati dan peran sosial. Goleman,

sebagaimana ditulis C. Asri Budiningsih, menyarankan agar dalam

pembelajaran moral kegiatan bermain peran dan partisipasi aktif dalam

kegiatan sosial kemasyarakatan ditingkatkan. Kegiatan-kegiatan tersebut

akan mendukung perkembangan moral, sebab kematangan moral didukung

40Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, (Jakarta: Darul Falah, 2000), cet. 1, h.

242. 41Howard S. Friedman dan Miriam W. Schustack, Kepribadian Teori Klasik dan Riset

Modern, (terj) Fransiska Dian Ikarini, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 268.

Page 67: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

57

dan berkembang sejajar dengan perkembangan empati dan peran sosial.42

Menurut Bertens moral selain dikaji secara kognitif juga menyangkut

sikap batin seseorang, dan norma-norma moral kitu sifatnya subyektif.

Hukum hanya dapat melarang perbuatan-perbuatan manusia secara

lahiriah, sedangkan dalam konteks moralitas sikap batin sangat

dipentingkan. Satu-satunya sanksi di bidang moralitas adalah hati nurani

yang tidak tenang karena menuduh si pelaku akan perbuatannya yang tidak

baik. Hati nurani juga memainkan peranan, baik yang menyangkut

perasaan, kehendak, maupun rasio. Hati nurani akan berkembang sejalan

dengan perkembangan seluruh pribadi manusia.43 Manusia yang

mempunyai hati nurani biasanya memiliki hati yang lembut sehingga

punya sikap lemah lembut juga, sikap batiniah akan memancarkan ke sifat

lahiriah.

Di hal lain, Sikap lemah-lembut memberikan pengaruh timbal

balik dalam hubungan antara guru dan murid. Ketika seseorang guru,

misalnya, tidak mencintai anak didiknya maka bagaimana mungkin ia

mampu mengarahkan dan membimbingnya. Karena itu, sikap lemah

lembut memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, dan ia bisa

dikategorikan sebagai salah satu faktor utama dalam pendidikan dan dalam

membangun hubungan/interaksi yang harmonis antara pendidik dan

peserta didiknya.

Secara psikologis peserta didik membutuhkan dalam pergaulan dan

persahabatan dengan sikap kasih sayang, sikap lemah lembut, dan

perhatian. Orang tua sebagai pembimbing awal peserta didik harus

memperhatikan apakah sikap lemah lembut sudah terpenuhi dengan baik

pada mereka, karena kasih sayang dengan sikap lemah lembut merupakan

pilar dan pondasi dalam pendidikan. Ketika kasih sayang terpenuhi dengan

baik maka akan terwujud ketenangan jiwa, perasaan aman, percaya diri,

dan timbulnya kepercayaan kepada orang tua. Bahkan sejatinya kasih

42C. Asri budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 89. 43C. Asri budiningsih, Pembelajaran Moral,.... h. 69.

Page 68: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

58

sayang yang didapatkan seorang anak secara proporsional akan

berpengaruh pada keselamatan jasmani peserta didik tersebut.

Betapa besarnya kemauan kita kepada para pendidik yang

mengetahui sistem Islam di dalam pendidikan psikis dan metode rasulullah

di dalam mengadakan perbaikan supaya mereka dapat menjalankan

kewajiban dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya, dan agar kita

mendapatkan generasi berkepribadian sempurna, baik gerak langkanya,

luhur budinya dan selamat dari bahaya psikologis, jika para pendidik

berusaha keras dalam melaksanakan tanggung jawab mereka, maka tidak

sulit bagi pendidik untuk mewujudkan nilai-nilai sosial dalam dunia

pendidikan.

2. Pemaaf

Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat

159 yang kedua ialah sifat pemaaf, memaafkan kesalahan yang dilakukan

orang lain, artinya memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya.

Bukanlah memaafkan namanya, apabila masih ada tersisa bekas luka itu di

dalam hati, bila masih ada dendam yang membara. Boleh jadi, ketika itu,

apa yang dilakukan baru sampai pada tahap “menahan amarah”. Usahakan

untuk menghilangkan segala noda itu, sebab dengan begitu baru bisa

dikatakan memaafkan orang lain.

Ayat ini menurut Quraish Shihab sekali lagi bukanlah kewajiban.

Ini karena membalas merupakan salah satu yang menyertai setiap jiwa

sehingga sangat sulit jika hal itu diwajibkan. Allah menganjurkan agar

seseorang dapat meningkat pada tingkat terpuji dengan meneladani sifat-

sifat Allah.

Di dalam QS.Al Imran ayat 134 Allah mengemukakan adanya tiga

tingkatan manusia dalam jenjang sikapnya. Pertama, yang mampu

menahan amarahnya, yakni seseorang berusaha menahan dirinya untuk

tidak membalas dengang perbuatan negatif. Kedua adalah tingkatan yang

lebih tinggi yakni yang memaafkan. Kata maaf di sini juga bisa diartikan

Page 69: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

59

menghapus. Seseorang yang telah memaafkan orang lain berarti ia

menghapus bekas luka hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain.

Ketiga, adalah berbuat baik kepada orang yang telah pernah melakukan

kesalahan sebab Allah sangat menyukai sikap tersebut.Demikianlah

penjelasan Quraish Shihab mengenai ayat ini.44

Orang yang bermurah hati seperti itulah yang dijanjikan oleh Allah

SWT pahala (kebaikan dunia dan akhirat).

يحب لا إنه الله على فأجره وأصلح عفا فمن مثلها سيئة سيئة وجزاء .نيم40(سورة الشورى: الظال (

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan serupa.Maka

barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya (menjadi

tanggungan) Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang-orang yang

zhalim.” (QS. Asy-Syura [42]: 40).

Ath-Thabrani meriwayatkan bahwa Ubadah bin Shamit berkata:

Rasulallah Saw bersabda, “Bolehkah aku memberitahukan kepada kalian

apa yang dapat meninggikan bangunan dan mengangkat derajat?” Mereka

berkata, “Ya, wahai Rasulallah!. Beliau bersabda, “Berlemah lembutlah

terhadap orang yang berlaku bodoh kepadamu, berilah maaf kepada orang

yang berbuat aniaya kepadamu, berilah orang yang kikir kepadamu dan

bersilaturahmilah dengan orang memutuskannya darimu”.45

Keluhuran akhlak seseorang dan kemampuannya mengenali

amarah tidak begitu mencolok dengan sifatnya memaafkan orang lain pada

saat tidak berkuasa. Kemampuannya menahan amarah akan sangat

mencolok manakala dia memaafkan orang lain dikala berkuasa.

Memberikan maaf tatkala mampu dan berkuasa adalah salah satu sifat

menonjol dari Rasulullah Saw, shiddiqin, para orang-orang saleh.

Dikisahkan bahwa Rasulullah Saw, usai melakukan salah satu

peperangan, duduk dikaki sebuah bukit. Lalu seorang musyrik

44M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h. 265. 45Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan,.... h. 411.

Page 70: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

60

mendatanginya, mengambil pedangnya dan menghunuskannya kepada

Rasulullah Saw, seraya berkata,”sekarang siapa yang akan

membebaskanmu dari ku, wahai Muhammad”. Tatkala itu, batu tempat

orang musyrik itu berdiri bergerak, dan iapun jatuh ke bumi, sementara

pedangnya terlepas dari tangannya. Rasulullah Saw menggunakan

kesempatan tersebut dengan mengambil pedangnya, kemudian berkata,

“sekarang, siapa yang akan membebaskanmu dari ku”. Orang musyrik itu

berkata, “ampunanmu, wahai Rasulallah, “Mendengar itu, Rasulullah pun

mengampuninya, padahal dia mampu membunuhnya dan mengirimnya ke

neraka. Imam Ali AS berkata, “sesuatu yang paling durhaka adalah

berbuat lalim tatkala kuasa”.46

Berdasarkan teks-teks keagamaan para pakar hukum menuntut dari

seseorang yang memohon maaf dari orang lain agar terlebih dahulu

menyesali perbuatannya, bertekad untuk tidak akan melakukannya lagi,

serta memohon maaf sambil mengembalikan hak yang pernah diambilnya

itu. Kalau berupa materi, maka materinya itu dijelaskan kepada yang

dimohonkan maafnya.

Dari segi praktis, mungkin hal itu akan sangat sulit dilakukan oleh

seseorang yang telah berbuat kesalahan. Apalagi dengan menyampaikan

kesalahan yang telah dilakukan terhadap orang lain-mungkin bukanya

maaf yang akan diterima, tetapi justru kemarahan dan putus hubungan.47

Dalam hal ini, Rasul mengajarkan sebuah doa: “Ya Allah,

sesungguhnya aku memiliki dosa padaMu dan dosa yang kulakukan pada

makhlukMu. Aku bermohon ya Allah, agar Engkau mengampuni dosa

yang kulakukkan padaMu, serta mengambil alih dan menanggung dosa

yang kulakukan pada makhlukMu.” Dengan demikian, diharapkan dosa-

dosa yang dilakukan terhadap orang lain, yang telah dimohonkan maaf

kepada yang bersangkutan akan diambil alih oleh Allah, walaupun yang

bersangkutan tidak memaafkannya. Pengambilalihan tersebut antara lain

46Khalil al-Musawi, Terapi Akhlak, (terj) Ahmad Subandi, (Jakarta: Zaytuna, 2011), h. 161.

47M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 2003), h. 322.

Page 71: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

61

dengan jalan memberikan kepada yang bersangkutan ganti rugi berupa

imbalan kebaikan atau pengampunan dosa-dosanya.

Memaafkan bukan berarti menafikan penegakan hukum dan

keadilan, melainkan mengedepankan moral kemanusiaan. Mereka yang

terbukti bersalah secara hukum harus ditindak tegas. Jika hukuman sudah

dijalani dan yang bersangkutan sudah menyadari kesalahannya, maka dosa

sosial dan moralnya perlu dimaafkan. Jadi, kita semua perlu terus belajar

menjadi arif, agar kita tidak mudah terjebak dalam kemarahan permanen.

Dalam dunia pendidikan, nilai memaafkan sangat penting

diterapkan oleh civitas akademika pendidikan, terutama guru. Guru

sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan

setiap usaha pendidikan.

Tentunya suatu cobaan bagi seorang guru apabila anak didiknya

berperilaku yang tidak baik. Entah itu bertutur kata kotor, melawan guru

atau hal-hal yang mencerminkan perilaku tercela. Akan tetapi justru

disitulah sikap seorang guru dituntut agar mampu mengubahnya. Bertolak

pada pemikiran KH. Hasyim Asy’ari bahwa Penyiaran Islam itu untuk

memperbaiki manusia, jika manusia sudah baik maka apalagi yang harus

diperbaiki.48Dari pernyataan tersebut kita tahu bahwa pendidikan itu

berusaha agar manusia berperilaku selayaknya manusia, bukan didasari

pada hawa nafsu. Meskipun belum tentu pendidikan itu mampu mengubah

karakter manusia secara total, tetapi setidaknya ada upaya bagi kita selaku

pendidik untuk mengupayakannya. Karena sejatinya manusia tidak senang

pada keburukan atau kemungkaran, maka tidaklah salah jika ada

pernyataan bahwa pendidikan itu berusaha mengubah manusia agar

memiliki budi pekerti yang baik.

Seseorang yang berakhlak mulia, pemaaf dan toleran, berarti ia

akan menjadi teladan yang diikuti dalam kelembutannya, ketinggian

akhlak, dan kebaikan pergaulannya. Bahkan ia akan menjadi seperti

48Rohinah M.Noor, MA, KH. Hasyim Asy’ari Memodernisasi NU & Pendidikan Islam,

(Jakarta Selatan: Grafindo Khazanah Ilmu, 2010), Cet. II, h. 15.

Page 72: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

62

malaikat yang berjalan di muka bumi dalam kemulian, kesucian dan

ketulusannya, inilah yang dimaksud dengan sifat pemaaf adalah bagian

penting dari awal sifat sesorang menjadi sosial, sehingga tepat kalau

dikatakan bahwa pemaaf adalah sifat yang mengandung nilai-nilai

pendidikan sosial.

3. Musyawarah

Nilai pendidikan sosial yang terdapat dalam Surat Ali Imran ayat

159 yang ketiga adalah musyawarah, Islam memandang musyawarah

sebagai salah satu hal yang amat penting bagi kehidupan insani, bukan saja

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan dalam kehidupan

berumah tangga dan lain-lainnya. Ini terbukti dari perhatian al-Qur’an dan

Hadis yang memerintahkan atau menganjurkan umat pemeluknya supaya

bermusyawarah dalam memecah berbagai persoalan yang mereka hadapi.

Dari al-Qur’an, ditemukan dua ayat lain yang menggunakan akar

kata musyawarah, yang dapat diangkat di sini, guna memahami lapangan

musyawarah.

Pertama Q.S. al-Baqarah [2]: 223.

كماؤث نسرح وا لكمفأت ثكمرى حأن مئتوا شمقدو فسكمأنقوا لاتو الله )223البقرة: سورةالمؤمنني. ( وبشر ملاقوه أنكم واعلموا

Ayat ini membicarakan bagaimana seharusnya hubungan suami-

istri dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan rumah tangga dan

anak-anak, seperti soal menyapih anak. Di sana, Allah memberi petunjuk

agar persoalan itu (dan juga persoalan-persoalan rumah tangga lainnya)

dimusyawarahkan antara suami-istri.

Ayat kedua, adalah QS. Asy-Syura ayat 38.

ينالذوا وابجتاس همبروا لأقاملاة والص مهرأمى وورش مهنيا بممو ماهقنزر )38: الشورى سورةينفقون. (

Ayat yang menjanjikan bagi orang mukmin ganjaran yang lebih

baik dan kekal di sisi Allah. Orang-orang mukmin dimaksud memiliki

Page 73: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

63

sifat-sifat, antara lain adalah urusan mereka diputuskan dengan

musyawarah antar-mereka.

Dalam soal amr atau urusan, dari Al-Qur’an ditemukan adanya

urusan yang hanya menjadi wewenang Allah semata-mata, bukan

wewenang manusia betapa pun agungnya. Ia antara lain, terlihat dalam

jawaban Allah tentang ruh. Demikian juga soal taubat, serta ketentuan

syariat agama, dan lain-lain. Dalam konteks ketetapan Allah dan ketetapan

Rasul yang bersumber dari wahyu, secara tegas al-qur’an menyatakan

bahwa: “Tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi

perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan

suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan

mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka

sungguh, dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab ayat 36)49Jika

demikian, lapangan musyawarah adalah persoalan-persoalan

kemasyarakatan, seperti yang dipahami dari Q.S. Asy-Syura diatas.

Musyawarah itu di pandang penting, antara lain karena

musyawarah merupakan salah satu alat yang mampu mempersekutukan

sekelompok orang atau umat di samping sebagai salah satu sarana untuk

menghimpun atau mencari pendapat yang lebih dan baik. Adapun

bagaimana sistem permusyawaratan itu harus dilakukan, baik Al-Qur’an

maupun Hadis tidak memberikan penjelasan secara tegas. Oleh karena itu

soal sistem permusyawaratan diserahkan sepenuhnya kepada umat sesuai

dengan cara yang mereka anggap baik.

Tertera dalam tulisan Abu Daud, dari Abu Hurairah ra. Dia

berkata. “Rasulullah Saw, bersabda, yang artinya: “Orang yang diajak

bermusyawarah adalah orang yang dapat dipercaya”. Para ulama berkata,

“Kriteria orang yang layak untuk diajak musyawarah dalam masalah

hukum adalah memiliki ilmu dan mengamalkan ajaran agama. Dan kriteria

ini jarang sekali ada kecuali pada orang yang berakal.” Hasan berkata,

49M.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah,.... h. 312.

Page 74: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

64

“Tidaklah sempurna agama seseorang selama akalnya belum sempurna.”50

Maka apabila orang yang memenuhi kriteria di atas diajak untuk

bermusyawarah dan dia bersungguh-sungguh dalam memberikan pendapat

namun pendapat yang disampaikannya keliru maka tidak ada ganti rugi

atasnya. Demikian yang dikatakan oleh Al Khaththabi dan lainnya.

Musyawarah menjadi keharusan karena manusia mempunyai

kekuatan dan kelemahan yang tidak sama dari individu ke individu yang

lain. Kekuatan dan kelemahan dalam bidang yang berbeda-beda membuat

individu-individu manusia berlebih dan berkurang. Adanya kelebihan dan

kekurangan itu tidak mengganggu kesamaan manusia dalam hal harkat dan

martabat. Tetapi ia melahirkan keharusan adanya penyusunan masyarakat

melalui organisasi (pendidikan), dengan kejelasan pembagian kerja antara

para anggotanya.

Sebagian orang berpendapat bahwa musyawarah akan

memperlemah keberanian mengambil keputusan pada diri manusia.

Pendapat tersebut salah! Justru, musyawarah adalah penolong bagi

keteguhan dan keberanian dalam mengambil keputusan. Musyawarah

tidak terbatas pada orang-orang awam saja. Setiap manusia, sebanyak apa

pun ilmu dan keahlian yang dimilikinya, dari bangsa mana pun dia, dan

seberapa besar pun sifat-sifat kepemimpinan yang ada pada dirinya, tetap

memerlukan musyawarah.

Dalam dunia pendidikan, metode musyawarah dalam memecahkan

masalah kerap digunakan untuk melatih peserta didik dalam memutuskan

masalah secara sistematis dan dengan cara-cara yang logis. Bila peserta

didik terbiasa terlatih dengan pemecahan semacam ini, kelak mereka akan

mudah mengenal permasalahan yang dihadapi. Metode musyawarah ini

akan dapat menghilangkan sikap-sikap emosional, yang hanya akan

merugikan perkembangan intelektual dan mental seseorang.

Dalam membiasakan peserta didik bermusyawarah dalam

memecahkan permasalahan mereka, hendaklah orang tua bersedia

50Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi,.... h. 625.

Page 75: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

65

mendengarkan keluhan anak, atau menanyakan problem yang dihadapi

anak dan meluangkan waktu yang cukup membantu anak-anak

memecahkan problemnya. Orang tua harus dapat menunjukkan cara

pemecahan masalah dari yang mudah sampai yang sulit, dengan metode

sederhana sampai yang rumit. Selain itu, dalam menghadapi problem

dirinya orang tua juga membiasakan musyawarah dengan ibu atau ayah

anak-anaknya. Seorang bapak jangan sampai memberikan kesan kepada

anak-anaknya bahwa kalau mereka memecahkan masaah, mereka

menyelesaikannya secara emosional saja. Karena hal semacam ini tidak

akan memberikan contoh yang baik kepada mereka. Dengan praktek

sehari-hari yang dilakukan orang tua bersama anak-anaknya atau sesama

orang tua yaitu bapak dan ibu, insya Allah kelak menempuh cara-cara

yang benar dan diridhai oleh Allah. Memecahkan masalah secara benar

dan diridhai oleh Allah adalah bagian dari amal saleh.51

Dalam menerapkan pendidikan sosial, sikap sosial bermusyawarah

seringkali digunakan untuk melatih peserta didik, menurut Ramayulis,

dikenal pula dalam metode pembelajaran dengan sistem diskusi. Metode

"diskusi" berasal dari bahasa latin yaitu "discussus" yang berarti "to

examine", atau "investigate" yang berarti memeriksa, menyelidiki. Dalam

pengertian yang umum diskusi ialah "suatu proses yang melibatkan dua

atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan

muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara

tukar-menukar informasi (information sharing), mempertahankan

pendapat (self maintenance), atau pemecahan masalah (problem

solving).”52

Zakiah Darajat mengatakan bahwa, “metode diskusi bukanlah

hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena ada

masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-

51Muhammad Thalib, 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih, (Bandung: Irsyad

Baitus Salam, 1996), cet. 10, h. 179. 52Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), h.

127.

Page 76: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

66

macam”.53 Maka peran guru dalam pelaksanaan metode diskusi ini adalah

sebagai fasilitator, yaitu yang memfasilitasi, memantau, mengarahkan

murid-muridnya dalam melaksanakan metode diskusi ini. Zakiah Darajat

juga menerangkan peran guru menggunakan metode diskusi ini, di

antaranya; pertama, Guru atau pemimpin diskusi harus berusaha dengan

semaksimal mungkin agar semua murid turut aktif dan berperan dalam

diskusi tersebut. kedua, Guru atau pemimpin diskusi sebagai pengatur lalu

lintas pembicaraan, harus bijaksana dalam mengarahkan diskusi, sehingga

diskusi tersebut berjalan dengan lancar dan aman. ketiga, Membimbing

diskusi agar sampai kepada suatu kesimpulan.54

Metode diskusi yang terkandung dalam ayat ini adalah contoh dari

kegiatan active learning yang merupakan salah satu kegiatan yang

dilakukan dalam proses belajar mengajar dalam acuan kurikulum 2013. Ini

membuktikan bahwa, jauh sebelum para pakar pendidikan merancang

mengenai kegiatan active learning ini al-Qur’an telah lebih dahulu

menjelaskan mengenai kegiatan pendidikan yang menjadikan murid

sebagai center-nya.

Bagi seorang pendidik yang mempunyai tanggung jawab yang

besar untuk mendidik untuk bisa mengarahkan peserta didiknya

sebagaimana dijelaskan di atas, hal ini sesuai dengan fitrah yang telah

diberikan Allah kepada mereka. Manusia harus berbuat fitri kepada yang

lain. Salah satu sikap fitri itu ialah mendahulukan baik sangka kepada

sesama. Sebaliknya, sebagian dari prasangka sendiri adalah kejahatan

(dosa), karena tidak sejalan dengan asas kemanusiaan yang fitri. Lagi pula

prasangka tidak akan membawa seseorang kepada kebenaran. Karena itu

setiap orang harus mampu menilai sesamanya secara adil. Rasa keadilan

adalah sikap jiwa yang paling diridhai Tuhan, karena rasa keadilan itu

paling mendekati realisasi pandangan hidup yang bertaqwa kepada-Nya.

Sikap fitri manusia inilah yang diajarkan Nabi melalui firman Tuhannya.

53Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), cet. IV, h. 292.

54Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,.... h. 292-293.

Page 77: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

67

Mengamalkan akhlak merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari pengamalan Ajaran Islam. Sikap lemah lembut, pemaaf dan

bermusyawarah, sebenarnya merupakan inti dari kehidupan

bermasyarakat, di dalam kehidupan ini sikap lemah lembut merupakan

awalan seseorang untuk membuka dirinya dengan orang lain, dengan sikap

lemah lembut ini seseorang dituntut untuk menghormati, menghargai, dan

berpartisipasi, toleransi dan solidaritas sosial akan segera terjalin manakala

sikap lemah lembut ini dimiliki bersama.

Sementara sifat memaafkan adalah langkah berikutnya dimana rasa

pengorbanan dalam bermasyarakat dibuktikan. Memaafkan memerlukan

jiwa yang besar, yaitu jiwa yang penuh kepasrahan pada tuhannya. Ketika

perasaan sudah dikembalikan pada sang pencipta maka secara lambat laun

perilaku dan kepribadiaan seorang pemaaf akan diangkat derajatnya oleh

sang pencipta, setelah itu secara otomatis makhluknya dengan sadar akan

memuliakannya. Sehingga terjalinlah harmonisasi kehidupan karena saling

memaafkan dan memuliakan.

Dan yang terakhir adalah sikap suka bermusyawarah. Sikap yang

mulia, karena merasakan ada orang lain selain dirinya, sikap ini

mengajarkan di dalam hidup bermasyarakat, sifat egois, menang sendiri

harus disingkirkan serta memprioritaskan kepada kepentingan bersama

dan kepedulian sosial. cita-cita untuk membangun masyarakat yang damai

dan sejahtera segera akan terwujud manakala dalam bermasyarakat antar

warga suka bermusyawarah. Inilah nilai-nilai pendidikan social yang

diajarkan oleh Nabi kepada kita. Bersikap dengan hal yang telah

dijelaskan di atas berarti telah melaksanakan perintah Allah dan Rasulnya.

Dan itulah yang kelak akan menjadi salah satu perantara yang dapat

mengantarkan seorang muslim menuju ketenangan dan kesuksesan hidup

di dunia. Sekaligus menggapai bahagia di kehidupan akhirat yang kekal

dan abadi.

Page 78: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari rumusan masalah diatas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa

nilai-nilai pendidikan sosial dalam Q.S Ali Imran ayat 159, yaitu:

Pertama, sifat lembut merupakan nilai pendidikan sosial yang terdapat

dalam QS. Ali Imran 159, sifat ini mempunyai nilai pendidikan sosial karena

terkait dengan adanya usaha untuk menjadi orang yang bisa menghargai orang

lain, kepedulian dan toleran. Sifat lemah lembut bisa dipelajari dan dilatih

sehingga terdapat nilai pendidikan yang terdapat didalam nya.

Kedua, Pemaaf atau memaafkan adalah sifat yang mengandung nilai

kemanusian dan pengorbanan yang tinggi didalam pendikan sosial sangat

terkait sekali dengan pertimbangan kemanusian. Ketiga, Musyawarah. Sifat

ini adalah merupakan perkembangan sikap yang dituntun seseorang didalam

bermasyarakat untuk menjadikan dirinya memiliki eksistensi hidup didalam

bermasyarakat. Yang diperbuat pendidikan terhadap manusia ialah

mengembangkannya untuk menjadi pribadinya, bukan menjadi yang berada

diluar pribadinya. Inilah nilai-nilai pendidikan sosial terdapat dalam QS Ali

Imran 159.

Page 79: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

69

B. Saran

Dunia pendidikan di Indonesia sangat urgen untuk sesegera mungkin

membumikan nilai-nilai pendidikan sosial sebagaimana yang terkandung

dalam QS. Ali Imran ayat 159. Begitu penting peran kasih sayang dalam

pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak.Teguh tidaknya

pendirian dan kebaikan perilaku seseorang bergantung banyak sejauh mana

kasih sayang yang diterimanya selama masa pendidikan. Kondisi keluarga

yang penuh dengan kasih sayang menyebabkan kelembutan sikap anak-anak.

Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan

perhatian akan memiliki kepribadian yang mulia, suka mencintai orang lain

dan berperilaku baik dalam masyarakat. Kehangatan cinta dan kasih saying

yang diterima anak-anak akan menjadikan kehidupan mereka bermakna,

membangkitkan semangat, melejitkan potensi dan bakat yang terpendam, serta

mendorong untuk bekerja/berusaha secara kreatif.

Page 80: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

70

DAFTAR PUSTAKA

Abdusshomad, Muhyiddin, Etika Bergaul, Surabaya : Khalista, 2007, Cet. 1 Al-Dimasqi Al-Imam Abu al-Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz 4:

Surat Ali Imran 92 s.d An-Nisa 23 (terj.) Syihabuddin, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000

Al-Farran, Ahmad Musthafa, Tafsir Imam Syafii, Jakarta: Almahira, 2007 Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir, Ensiklopedi Muslim, Jakarta: Darul Falah, 2000, Cet. 1 Al-Mirgani, Al-Imam Muhammad ‘Usman ‘Abdullah, Mahkota Tafsir, Bandung:

Sinar Baru Algensindo, 2009, Cet. 1 Al-Musawi, Khalil, Terapi Akhlak, Jakarta: Zaytuna, 2011 Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat, Logos Wacana Ilmu, 1999 Arifin, Lukman Hakim, dkk, Kumpulan Kata Mutiara dan Falsafah Hidup,

Jakarta: Turos, 2013 Ar-Rifai, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (terj) Syihabuddin,

Jakarta: Gema Insan Press, 1999 As-Sa’di, Syaikh Abdurrahman bin Nashir, Tafsir As-Sa’di (terj.), Muhammad

Iqbal et.al, Jakarta: Darul Haq, 2006 Asy-Syaukani, Imam Tafsir Fathul Qadir 2, Jakarta : Buku Islsm Rahmatan, 2008

Arikunto, Suharsimi Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

Chamidah, Ninik, Konsep Zakat dalam Islam dan Implikasinya Terhadap

Pendidikan Sosial Semarang: UIN Sunan Kalijaga Press, 2006

Budiningsih, C. Asri, Pembelajaran Moral, Jakarta: Rineka Cipta, 2008 Daradjat, Zakiah dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi

Aksara,2008), cet. IV

Page 81: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

71

Friedman, Howard S. dan Schustack, Miriam W., Kepribadian Teori Klasik dan

Riset Modern, (terj) Fransiska Dian Ikarini, Jakarta: Erlangga, 2008 Halim, Abdul, Al-qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat

Pers, 2002, Cet. 1 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987, Cet 1 Hanafi, Muchlis M.(ed), Spiritualitas dan Akhlak, Jakarta: Lajnah Pentashihan

Mushaf Al-Quran, 2010 Haris, Muchit (eds), Sarung dan Demokrasi dari NU untuk Peradaban

Keindonesiaan, (ed) Tim LTN-NU Jawa Timur, Surabaya: Khalista, 2008

Imani, Allamah Kamal Faqih, Tafsir Nurul Quran, Jakarta: Al-Huda, 2003, Cet. 1 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002, Cet. 2 Joesoef, Soelaman dan Slamet Santoso, Pengantar Pendidikan Sosial, Surabaya:

Usaha Nasional, 1981 Joesoef, Soelaman , Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992). Kartasapoetra, G. dan Hartini, Kamus Sosiologi dan Kependudukan Jakarta: Bumi

Aksara, 2007 Madjid, Nurcholis, Islam, Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2000,

Cet. 4 Mahali, A. Mujab, Asbabun Nuzul: Studi Pendalaman Al-Qur’an, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2002, Cet. 1 Mahran, Mahir Utsman, Serba Tiga Dari Nabi Muhammad Saw, (terj) Abdullah

Abbas & Arif Rahman, Ciputat: Lentera Hati, 2011 Mohamad, Hamzah B. Uno, Nurdin Belajar dengan Pendekatan PAILKEM,

Jakarta: Bumi Aksara 2011 Munawwir, AW. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya:

Pustaka Prograssif, 1997

Page 82: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

72

Noor, Rohinah M., MA, KH. Hasyim Asy’ari Memodernisasi NU & Pendidikan Islam, Jakarta Selatan : Grafindo Khazanah Ilmu, 2010, Cet. II

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1985 Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2000 Qurthubi, Imam, Tafsir al-Qurthubi, (terj). Dudi Rosyadi, dkk, Jakarta: Azzam,

2008 Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Juz 2, Jakarta: Gema Insani, 2001 Rahardjo, Mudjia, Penelitian Manajemen Pendidikan Islam: (Sebuah Pencarian

Metodologik), diakses pada 14 April 2012 05:47 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994 Rofiq, Ainur, Konsep Metode Pendidikan Sosial Anak Perspektif Abdullah Nashih

Ulwan (Studi Dalam Kitab Tarbiyatul Awlad Fil Islam) Surabaya: UIN-Sunan Ampel Press, 2010.

Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan Integratif di

Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat , Yogyakarta: LKIS, 2009. Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,,

Jakarta: Rajawali Pers, 2011 Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an

Vol. 2, Jakarta: Lentera Hati, 2011 Shihab, M. Quraish Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai

Persoalan Umat, Bandung, Mizan: 1996 Shihab, Quraisy Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2000 Siroj, Said Aqil, Tasawuf sebagai kritik sosial, Jakarta: LTN PBNU, 2012 Suryosubroto, B. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka

Cipta, 2010 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013,

Cet. 18 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitataif dan

R&D, Bandung: Alfabeta, 2008, cet. IV

Page 83: PENDIDIKAN SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM AL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24570/1/PTRI... · terwujudkan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Bermula dari keadaan

73

Suyadi, Konsep Fiqih Sosial dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam (Telaah Pemikiran KH. Sahal Mahfudh) ,Solo: Tiga Serangkai, 2006.

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam Jakarta: Rajawali Pers, 2002 Thalib, Muhammad, 50 Pedoman Mendidik Anak Menjadi Shalih, Bandung:

Irsyad Baitus Salam, 1996, Cet. 10 Ulwan, Abdullah Nashih Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam, Arab Saudi: Darus Salam,

1997 Umar Tirtarahardja dan S.L.La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka

Cipta, 2005, Cet. 2 Undang-Undang Sisdiknas UU RI No.20 Th.2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2009,

Cet.2 Vembriarto, St. Pendidikan sosial, Yogyakarta: Paramita, 1981 Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989