pendidikan karakter dalam buku “pendidikan …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/alin...

92
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI” KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA. SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Alin Mujtamiah 111-12-211 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Upload: truongthien

Post on 06-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU

“PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI”

KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA.

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Alin Mujtamiah

111-12-211

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

Page 2: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi
Page 3: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI” KARYA

Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA.

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Alin Mujtamiah

111-12-211

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

Page 4: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Alin Mujtamiah

NIM : 111-12-211

Fakultas :Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari hasil orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat

dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga , Maret 2017

Yang menyatakan,

Alin Mujtamiah NIM. 111 12 211

Page 5: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi, dan diperbaik, maka skripsi saudara:

Nama : ALIN MUJTAMIAH

NIM : 111-12-211

Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI

Judul :PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “FILSAFAT

PENDIDIKAN AKAL DAN HATI” KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir,

M.A.

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga , Maret 2017

Pembimbing

Drs. Abdul Syukur, M.Si. NIP.19670307 199403 1002

Page 6: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716

Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]

SKRIPSI

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN

HATI” KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A.

DISUSUN OLEH

ALIN MUJTAMIAH

NIM : 111-12-211

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada

tanggal 31 Maret 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrahman, M.Pd.

Sekretaris Penguji : Drs. Abdul Syukur, M.Si.

Penguji I : Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag.

Penguji II : Imam Mas Arum, M.Pd.

Salatiga , ….. April 2017

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK)

Suwardi, M.Pd NIP. 196701121 199923 1 003

Page 7: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

MOTTO

“ Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia semakin berkarakter”

“Jadikanlah karakter kita layaknya air, siapapun, apapun, dan sampai kapanpun akan terus dibutuhkan”

(http//kumpulan kata-kata motivasi.id)

Page 8: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

PERSEMBAHAN

Atas berkah rahmat Allah SWT, karya skiripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku ayahku Nasrodin & ibuku Siti Maemonah yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat dukungan materil serta moral hingga aku seperti sekarang.

2. Kedua kakakku Hidayatur Rofina & Imatus Sholekhat serta adikku Cita Chotmillati yang

selalu memberi dukungan dan memberikan motivasi untuk maju sukses.

3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai Ilmu Pengetahuan

Agama dan Ilmu Umum lainnya.

4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

motivasi, pengarahan yang baik dan bimbingan dalam skripsi ini.

5. Semua teman-temanku di IAIN Salatiga khususnya PAI angkatan 2012 yang selalu

mendukungku, dan banyak melukis kenangan indah dihidupku.

Page 9: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat hidayah-NYA sehingga

saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendidikan Karakter dalam Buku Filsafat

Pendidikan Akal dan Hati Karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A.” Sholawat dan salam semoga

selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta sahabat-sahabat

Nabi Muhammad SAW yang selalu setia kepada beliau baginda Rasul. Dengan diutusnya

beliau menjadi Rasul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah

sampai pada zaman modern saat ini dan menyempurnakan Agama Islam agar manusia berada

dijalan Allah yaitu dijalan yang lurus. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama

Islam di IAIN Salatiga.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan pengarahan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala rendah hati penulis ini

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN

Salatiga.

4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi.

5. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. selaku pembimbing akademik.

Page 10: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang memberikan banyak ilmu kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu karyawan Perpustakaan IAIN Salatiga yang memberikan layanan serta

bantuan dalam menyelesaikan skripsi.

8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi

kepada penulis, baik moral maupun spiritual.

9. Sahabat-sahabat seperjuanganku yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Demikian ucapan trimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa

semoga bentuan dan bimbingan dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT sebagai

amal Ibadah yang baik dan bisa menolong di hari kiamat kelak. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi saya dan pembaca

pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahan dan kemampuan, skripsi ini sangat jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis

harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Page 11: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

ABSTRAK

Mujtamiah, Alin. 2017. 11112211.Pendidikan Karakter Dalam Buku Filsafat Pendidikan Akal Dan Hati Karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan karakter dalam buku filsafat pendidikan akal dan hati karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Kemudian untuk mengetahuu relevansi pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari dalam buku filsafat pendidikan akal dan hati karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir.

Jenis penelitian ini penulis mengunakan jenis penelitian (Library Research) dengan menggunakan deskriptif analisis. Diskriptif analisis ini mengenai blibliografi, hasil ide pemikiran orang lain dengan cara mencari, menganalisis. Penelitian ini menggunakan metode studi tokoh yaitu usaha untuk menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan informasi dan pengetahuan. Sebagai pendekatan sejarah (historical approach).

Hasil dari penelitian ini adalah pendidikan karakter menurut Ahmad Tafsir sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar baku. Maksudnya pendidikan karakter ini di fokus pada tujuan-tujuan etika, moralitas yang mulia serta kecakapan dalam perkembangan sosial siswa. Pendidikan karakter sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menumbuhkan jiwa yang berbudi luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi yang perlu dicontoh. Dan pendidikan karakter yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari pendidikan keluarga serta pendidikan agama Islam di sekolah.

Page 12: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… iii

KEASLIAN PENULISAN………………………………………………... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………… v

PENGESAHAN…………………………………………………………… vi

MOTTO……………………………………………………………………. vii

PERSEMBAHAN………………………………………………………… viii

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. x

ABSTRAK………………………………………………………………… xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………... 6

C. Tujuan Penelitian……………………………………………… 6

D. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 6

E. Metode Penelitian………………………………………………7

F. Penegasan Istilah…………………………………………….. 9

G. Sistematika Penulisan Skripsi………………………………… 10

Page 13: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

BAB II BIOGRAFI AHMAD TAFSIR DAN KARYA-KARYANYA

A. BIOGRAFI AHMAD TAFSIR…………………………………..12

1. Latar Belakang Masalah…………………………………..12

2. Karya-karya Ahmad Tafsir………………………………..13

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT AHMAD TAFSIR…36

1. Pengertian Pendidikan……………………………………...36

2. Pengertian Karakter…………………………………………41

3. Pengertian pendidikan karakter……………………………..46

BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………….58

A. RELEVANSI PENDIDIKAN KARAKTER INDONESIA MENURUT AHMAD

TAFSIR…………………………………………….…58

1. Pendidikan Karakter dalam Sudut Pandang Islam…………58

2. Pendidikan karakter di Indonesia………………………….63

BAB V PENUTUP……………………………………………………….69

A. Kesimpulan………………………………………………………69

B. Saran-Saran………………………………………………………71

Page 14: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia,

pendidikan terutama Islam dengan berbagai coraknya yang berorientasi

memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebhagaiaan

dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu

diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan

zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan

Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati tetapi

kebahagiaan hidup didunia juga bisa diraih.

Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa lepas dari pendidikan, yaitu

sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik).

Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses

pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya

sendiri (Sukardjo dan Ukim, 2009:1). Inilah menjadi titik beda antara pemberian

akal dari Allah kepada manusia dan pemberian akal kepada binatang atau yang

lainnya. Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki

moral, lebih tegasnya yakni “memanusiakan manusia”.

Page 15: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah

tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami

pertumbuhan dan perkembangan. Struktur antropologinya yang terbuka pada

lingkungan memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang

berasal dari luar dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan

berpengetahuan (Doni Koesoema, 2011:109). Yang paling utama tujuan yang

paling mendasar dalam pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi

good and smart.

Nurani Soyomukti mengatakan, dalam buku teori-teori pendidikan

bahwa aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan

antara lain: penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku

(Soyomukti, 2010:27). Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan

dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya,

kecakapannya serta ketrampilannnya kepada generasi muda usaha

menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun

rohaniah (Poerbakawatja, 1982:257).

Tindakan preventif pemerintah Indonesia demi terlaksananya

pendidikan karakter, yaitu dengan menumbuhkan dalam tiap mata pelajaran

berupa pendidikan karakter. Tindakan tersebut membutuhkan proses yang

panjang, tetapi hal itu tidaklah bisa terlaksana tanpa adanya komitmen bersama

dari masyarakat dan pemerintah.

Page 16: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Pemerintah menggalakkan program penanaman pendidikan karakter sejak

usia dini. Hal yang paling penting adalah menumbuhkan kesadaran tiap-tiap

individu untuk menerapkan dan mengaplikasikan pendidikan karakter minimal

dalam diri dan keluarga.

Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya

ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan

oleh kualitas sumber daya manusiannya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa

“Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu

sendiri (Ahmad Tafsir, 2004:2).

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa

dan negara. Individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembuatan

karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas

tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah

mengembanggkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian

dan akhlak mulia. Dalam dunia pendidikan sekarang ini banyak dijumpai mata

pelajaran yang berkenaan dengan dengan karakter dan budi pekerti. Sehingga

banyak menimbulkan masalah bangsa yang yang semakin kompleks yang

mengacu pada masalah akhlak dan moral dikalangan peserta didik pada berbagai

level atau tingkatan (Nurul Zuriah, 2008:118).

Page 17: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan baik,

sehingga sifat anak sudah terukir sejak kecil (Ratna Megawangi, 2004:23). Dalam

pendidikan islam semua aspek kebaikan bersumber dari Allah Swt. Yaitu Al-

Qur’an dan As-Sunnah (hadist Nabi). Al-Qur’an merupakan sumber referensi

agama islam dalam menentukan berbagai hukum. Dalam surat Al-Baqarah ayat

(1-2):

)۲) ذلك الكتاب ال ریب فیھ ھدى للمتقین (۱الم (

“ Alif Laam miin. Kitab (Al Qur;an) ini tidak ada keraguan padanya:

petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. “(Departemen Agama, 1990:8) Islam

menyebutkan orang yang berperilaku baik dan positif itu mereka orang-orang

yang bertakwa yang tidak meragukan Al-Qur’an. Allah juga menyebutkan bahwa

Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa yang pada dasarnya

adalah mereka yang mempunyai karakter dan bertujuan untuk menjadikan

manusia yang seutuhnya (insan kamil).

Memahami sejarah sebuah konsep sungguh sangat penting untuk dapat

memahami dalam konteks apa konsep lahir, dan untuk apa konsep itu

diperjuangkan. Merujuk pada pendapat para tokoh, pemimpin dan pakar

pendidikan dunia yang menyepakati pembentukan karakter sebagai tujuan

pendidikan, maka sejarah pendidikan karakter sama tuanya dengan itu sendiri.

Namun dalam perjalanannya pendidikan karakter sempat tenggelam dan

Page 18: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

terlupakan dari dunia pendidikan terutama sekolah. Dalam sejarah islam, sekitar

tahun 1400 tahun yang lalu, Muhammad SAW. Nabi Muhammad menegaskan

bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan

akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).

Tujuan utama pendidikan tetap pada wilayah serupa, yakni pembentukan

kepribadian manusia yang baik. Bahwa moral dan akhlak atau karakter

merupakan tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Kecerdasan dan

karakter itulah tujuan yang benar dari pendidikan.

Dalam Islam penggagas pendidikan karakter yang sudah ada sejak zaman

dahulu adalah Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan bagi umat

manusia seluruh alam. Di dunia ini tidak ada satu makhlukpun yang lebih

berkarakter dari pada Nabi Muhammad. Sebagai umat beliau kita wajib

mencontoh keteladanan beliau dalam menanamkan karakter kepada umatnya.

Tulisan-tulisan yang membahas tentang adanya pendidikan karakter sudah

banyak, yang meliputi beberapa aspek dari pendidikan karakter yang sudah

disebutkan di atas. Keterkaitan penulis dalam mengkaji dan memahami ajaran

Islam secara mendalam menginspirasi penulis untuk menuangkan ide dan

memberikan sedikit sumbangsih ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan yang

sedang mengalami kemerosotan, karena tidak adanya tindakan nyata dari

Pemerintah. Pendidikan karakterlah yang sangat diperlukan ketika seseorang

sudah tidak ada lagi kepedulian akan tindakan nyata.

Page 19: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Melihat latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul penelitian skripsi

“PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU FILSAFAT UMUM AKAL

DAN HATI TAHUN 2004 TELA’AH PROF. DR.AHMAD TAFSIR

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan,

sebagai berikut:

1) Bagaimana pendidikan karakter dalam buku filsafat pendidikan akal dan hati

karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir ?

2) Relevansi pendidikan karakter di Indonesia dalam buku filsafat pendidikan

hati dan akal karya Prof.Dr.Ahmad Tafsir ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1) Mengetahui pendidikan karakter dalam buku filsafat umum hati dan akal

tela’ah Prof. Dr. Ahmad Tafsir.

2) Mengetahui tinjauan islam tentang pendidikan karakter di Indonesia dalam

buku filsafat umum akal dan hati tela’ah Prof.dr.Ahmad Tafsir.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Secara teoritis

a. Menambah wawasan biografi penulis buku.

Page 20: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana pendidikan.

c. Bagi pembaca di harapkan dapat mengambil nilai-nilai yang tersirat dalam

pendidikan karakter dalam prespektif islam.

2. Secara praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui pendidikan

karakter secara praktis.

b. Mendorong kepada pembaca, terutama tenaga pendidik dan pemerintah untuk

lebih mendalami pendidikan karakter dalam prespektif islam.

E. METODE PENELITIAN

Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang dimaksud

adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan

dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek atau subjek

penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan,

2010:24).

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan

(library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive

of analyze research). Deskriptif analisis ini mengenai blibliografi yaitu pencarian

fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis,

membuat interprestasi serta melekukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang

Page 21: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

di lakukan (Moleong, 2005:29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk

menghasilkan data dekriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis

pemikiran (content analyze) dari suatu teks (Robert B & Steven J, dalam Moleong,

1995:31).

2. Metode Study Tokoh

Usaha untuk menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan

informasi tentang seorang tokoh secara sistematik guna untuk meningkatkan atau

menghasilkan informasi dan pengetahuan. Sebagai pendekatan sejarah (historical

approach). Study ini sering kali dibicarakan oleh tokoh yang bersangkutan. Dan

metode study tokoh inu memerlukan suatu analisis tersendiri.

3. Sumber data

a. Data primer

Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku filsafat umum akal

dan hati kajian Prof. Dr. Ahmad Tafsir.

b. Data sekunder

Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari sumber-sumber

yang lain dengan cara mencari, menganalisis buku-buku, internet, dan informasi

lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

a. Metode deskriptif analisis

Page 22: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Metode ini digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data,

menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Metode ini

digunakan pula untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap

suatu obyek penelitian, yaitu menguraikan dan menjelaskan pemikiran Ahmad

Tafsir.

b. Metode komparatif

Yaitu metode yang digunakan untuk membandingkan beberapa pendapat

para ahli, mengulas, kemudian menarik kesimpulan dari pendapat-pendapat yang

dikutip tersebut. Dalam hal ini pendapat para pakar pendidikan karakter yaitu FW

Foerester.

F. Penegasan istilah

Untuk mempermudah pembaca memperoleh pemahaman dan gambaran

yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih

dahulu yaitu:

1. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada manusia yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan,

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga

menjadi insan kamil (Sri Narwanti, 2011:14). Jadi banyak aspek yang terkait

dengan nilai-nilai pendidikan karakter menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Page 23: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

2. Prespektif Islam

Merupakan suatu pendapat atau sebuah pandangan yang dikemukakan

seseorang yang mana suatu pandangan tersebut yang berkaitan berdasarkan

Islam tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Sebab Islam merupakan agama

dari Allah yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan

kepada umatnya.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian,

yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

1. Bagian awal terdiri dari:

Sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan

pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas,

halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak,

halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

2. Bagian inti atau isi

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : BIOGRAFI AHMAD TAFSIR DAN KARYA-KARYANYA

Page 24: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Bab ini akan memaparkan yang terdiri dari Biografi Ahmad tafsir,

dari latar belakng kehidupan beliau, serta menjelaskan isi karya-

karya Ahmad Tafsir.

BAB III : DESKRIPSI PEMIKIRAN

Bab ini akan memaparkan tentang pemikiran Ahmad tafsir

tentang pendidikan karakter dalam prespektif Islam.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tinjauan islam tentang pendidikan karakter

di Indonesia dalam pandangan Ahmad Tafsir

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran

Page 25: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

BAB II

BIOGRAFI DAN KARYA-KARYA AHMAD TAFSIR

A. Biografi Ahmad Tafsir

1. Latar Belakang Ahmad Tafsir

Ahmad Tafsir, lahir di Bengkulu 19 April 1942. Pendidikannya diawali di

sekolah rakyat (sekarang SD) di Bengkulu, melanjutkan sekolah di PGA

(Pendidikan Guru Agama) 6 tahun di Yogyakarta. Selanjutnya belajar di Fakultas

Tarbiyah IAIN Yogyakarta, dan menyelesaikan Jurusan Pendidikan Umum tahun

1969. Tahun 1975-1976 (selama 9 bulan) mengambil kursus Filsafat di IAIN

Yogyakarta. Tahun 1982 mengambil Program S2 di IAIN Jakarta. Tahun 1987

sudah menyelesaikan S3 di IAIN Jakarta juga. Sejak tahun 1970, Ahmad Tafsir

mengajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Bandung, sampai sekarang. Tahun 1993, guru

besar Ilmu Pendidikan ini memelopori berdirinya Asosiasi Sarjana Pendidikan

Islam (ASPI). Sejak januari 1997 diangkat menjadi guru besar di Fakultas

Tarbiyah IAIN Bandung (Ahmad tafsir, 2006:343). Saat ini beliau masih hidup,

kini beliau mengajar di salah satu Universitas besar di Bandung yaitu sering kita

dengar dengan Universitas Islam Bandung (UNISBA). Beliau saat ini menjadi

seorang dosen di fakultas Tarbiyah jurusan PAI.

Page 26: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

B. Karya-Karya Ahmad Tafsir

Ahmad Tafsir sebagai guru besar telah banyak mencurahkan pemikirannya

dengan menyusun beberapa karya tulis. Di tengah kesibukannya ia mampu

menuangkan gagasan dan pemikirannya yang dapat dilihat dan dikaji, diantaranya

karya tulis yang sudah di publikasikan antara lain:

1. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)

Buku ini berisi sepuluh bab dan diantara bab tersebut yang diletakkan

sebagai bab pertama adalah tentang hakikat manusia. Sebabnya dijadikan bab

pertama adalah menurut Ahmad Tafsir harus dibicarakan lebih dahulu tentang siapa

manusia itu sebenarnya. Yang berarti pula harus berbicaratentang hakikat

manusia.Pendidikan yang baik harus didesain sesuai dengan pengertian kita tentang

hakikat manusia.Apa hakikat manusia? Penjelasan yang terbaik tentang hakikat

manusia ialah penjelasan dari pencipta manusia itu.Penjelasan oleh rasio manusia

mempunyai kelemahan karena akal itu terbatas kemampuannya. Bukti terbaik

tentang keterbatasan akal ialah akal itu tidak mengetahui apa akal itu sebenarnya

(Ahmad Tafsir, 2006:14).

Berikut dijelaskan hakikat manusia menurut Al-Qur’an adalah kitab yang

secara ilmiah terbukti memuat firman Allah. Menurut Al-Qur’an, manusia adalah

makhluk ciptaan Allah.Jadi manusia itu berasal dan datang dari Allah. Bila ada

argumen yang kuat untuk membuktikan bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan dan

argument itu lebih kuat ketimbang argument bahwa manusia adalah ciptaan Allah,

maka yang akan kita ambil ialah pendapat yang mengatakan bahwa manusia bukan

Page 27: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

ciptaan Allah. Dan bila itu yang diambil maka harus juga dijelaskan bagaimana cara

munculnya manusia itu. Kemungkinan ini (manusia bukan ciptaan Tuhan) sangat

tidak mungkin.

Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur

jasmani (material).Sebagaimana disyaratkan dlam Al-Qur’an. Dan carilah pada apa

yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan

janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat

baiklah kepada orang lain. Sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan (QS. Al-Qashah:77) (Soenarjo, 1992:623). Di

dalam surat Al-A’raf ayat 31 Allah berfirman

ذوا زینتكم عند كل مسجد وكلوا واشربوا وال تسرفوا إنھ ال یحب المسرفین یا بني آدم خ

Yang artinya: “Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang idah di setiap

(memasuki) masjid makan dan minulah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”. (QS.Al-A’raf :

31) Yang mengatakan bahwa makan dan minum bagi manusia adalah suatu

keharusan. Ini suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki unsur jasmani.

Pentingnya fungsi jasmani dalam islam terlihat juga di dalam surat Al-Baqarah ayat

57, 60.

Page 28: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Yang artinya: “Dan kami naungi kamu dengan awan, dan kami turunkan kepadamu

“salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah kami berikan

kepadamu.Dan tidaklah menganiaya diri mereka sendiri.(QS. Al-Baqarah:57)

(Soenarjo, 1992:18).

Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Allah berfirman

"(QS.Al-Baqarah:60) (http//alqur’anonlinebaiturrahman.com).

2. Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2002)

Buku ini terdiri dari sepuluh bab, yang mana buku ini diuraikan

pengertian “metodologi” yang dihubungkan dengan “pengajaran agama islam”.

Menurut Ahmad Tafsir bahwa pengalamannya banyak orang menerjemahkan

atau menyamakan pengertian “metode” dengan “cara”. Ini tidak seluruhnya

salah. Memang metode jug adapt diartikan dengan cara. Untuk mengetahui

pengertian metode secara tepat dapat melihat penggunaan kata metode dalam

bahasa Inggris.Dalam bahasa Inggris ada kata way dan ada kata method. Kedua

kata tersebut sering diterjemahkan cara dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya

yang lebih layak diterjemahkan cara adalah kata way itu,bukan kata method

(Ahmad Tafsir, 2002:9).

Page 29: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Jika saya bertanya “bagaimana cara jalan ke Jakarta?” Maka disini saya

tidak dapat menggunakan kata method, untuk kata cara, saya harus menggunakan

kata way. Jika saya bertanya “bagaimana cara yang paling tepat mengajarkan

shalat pada siswa kelas 1 SD?” Maka disini untuk kata cara saya harus

menggunakan kata method, bukan way. Jadi apa sebenarnya apa metode itu?

Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “ cara

yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “ paling cepat

dan tepat “ itulah yang membedakan method dengan way (yang juga berarti

cara) dalam bahasa Inggris.

Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat. Maka dalam

urutan kerja dalam suatu metod harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah.

Karena itulah suatu metode selalu merupakan hasil dari eksperimen. Kita tahu

bahwa suatu konsep yang dieksperimenkan haruslah telah lulus uji teori, dengan

kata lain suatu konsep yang telah diterima secara teoritis yang boleh

dieksperimenkan. Berdasarkan uraian diatas itu dapat disimpulkan bahwa

metode pengjaran agama islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam

mengajarkan agama islam. Kata tepat dan cepat inilah yang sering diungkapkan

dalam ungkapan “efektif dan efisien”. Kalau begitu metode pengajaran agam

islam ialah cara yang efektif dan efisien dalam mengerjakan agama islam.

Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami siswa secara

sempurna.

Page 30: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang tepat ialah

pengajaran yang yang berfungsi untuk setiap siswa.Yang mana arti dari

berfungsi ialah menjadi milik siswa, pengajaran itu membentuk dan

mempengaruhi pribadinya.Adapun pengajaran yang cepat ialah pengajaran yang

tidak memerlukan peralatan yang mahal.

Bila peralatan itu tidak tersedia maka terpaksa konsep itu diajarkan

kurang cepat. Misalnya saja pengajaran shalat di sekolah dasar, ini akan cepat

bila guru menggunakan rekaman video sholat. Apabila peralatan itu tidak

tersedia maka terpaksalah guru mengajarkannya melalui metodedemonstrasi,

hasilnya akan cepat juga, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama.

Bagaimana cara yang tepat dan cepat dalam mengajarkan agama

islam? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Justru menurut Ahmad Tafsir buku

ini adalah usaha menjawab pertanyaan itu setelah membaca seluruh isi buku ini

akan tahu juga bahwa isi buku ini belum menjawab secara keseluruhan.

Bagaimana cara yang cepat dan tepat dalam mengajarkan agama islam? Untuk

menjawab pertanyaan ini perlu diperjelas dahulu beberapa konsep.Pertama siapa

yang diajar?Anak-anak, remaja, atau orang tua?Kedua, berapa jumlahnya?Satu

orang, tiga orang, satu kelas 50 orang, pengajian umum yang dihadiri 200 orang?

Ketiga, seberapa dalam agam islam itu diajarkan? Mendalam, sedang-sedang

saja, atau sekilas berupa pengantar?Dan masih banyak lagi pertanyaan lain, jadi

jelaslah bahwa pertanyaan tadi tidak mudah dijawab. Buku ini hanya

memberikan teori-teori (itupun pasti belum lengkap) mengajarkan agama islam

Page 31: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

di rumah tangga yang dilaksanakan oleh ayah dan ibu. Jadi, buku ini hanya

mencoba menjawab sebagian kecil saja dari pertanyaan itu, itupun pasti belum

lengkap. Anda bertanya, mengapa tidak dilengkapkan sekalian. Saya beri tahu

anda: ilmu tidak pernah lengkap.

Bilamembicarakan metode mengajar, umumnya orang menjelaskan

terlebih dahulu berbagai macam metode mengajar secara umum.Ini disebut

metode pengajaran umum atau metode umum.Banyak sekali macamnya, seperti

metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, karya wisata,

dan lain-lain.Bila diteruskan maka jumlahnya 20-an, dan itu dapat bertambah

terus, hal tersebut dapat disebut dengan metode umum.Dikatakan umum karena

dapat digunakan dalam mengajarkan apapun juga. Apakah metode-metode

umum itu dapat digunakan dalam mengajarkan agama islam? Bisa dikatakan

mungkin bisa dan mungkin saja tidak bisa, mungkin sebagian iya dan sebagian

tidak.

Maka dari itu kita harus membahas metode itu satu demi satu, dan

pembahasan metode-metode itulah antara lain yang menjadi isi metodologi

pengajaran pengajaran agama islam. Tetapi buku ini tidak membicarakan hal itu.

Jadi apa yang dibahas dalam buku ini? Buku ini membahas cara yang paling

tepat dan cepat cara mengajarkan agam islam di SMP dan SMA. Tetapi tidak

membahas macam-macam metode umum, tidak juga membahas metode umum

yang mana yang dapat digunakan untuk mengajarkan agama islam. Buku ini

mengambil jalan pintas.Yang dibahas dalam buku ini ialah langkah mengajar

Page 32: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

atau teaching steps.Memang pembicaraan mengenai langkah-langkah mengajar

juga dapat dimasukkan dalam metodologi pengajaran.

Langkah-langkah mengajar dimulai dengan membuat lesson

plan.Lesson plan itu dibuat sebelum mengajar.Lesson plan itu banyak macamnya

itu ditentukan oleh banyak hal, sepertioleh tujuan pengajaran, kemampuan guru,

peralatan yang tersedia, waktu, tempat, dan lain-lain.Namun ada teori dasar

dalam membuat lesson plan. Teori dasar itu adalah apa yang disebut basic

teaching model (model pengajaran dasar).Teori ini diambil dari Robbert Glaser.

Inilah induk dari semua model lesson plan.Teori Glaser berisi empat langkah

dalam membuat lesson plan. Langkah pertama dalam pembuatan lesson plan

adalah merumuskan tujuan. Ini dibahas secara mendalam dalam buku

ini.Sekalipun telah dicoba disederhanakan, tetap saja cukup banyak konsep yang

harus dibahas disini.Langkah kedua adalah entering behavior.

Bagian ini membahas tentang bagaimana memulai pelajaran

inti.Salah memulai pengajaran, dapat berakibat fatal pada siswa.Yang paling

penting pada bagian ini adalah mengetahui apakah siswa telah siap menerima

pelajaran baru, apakah konsep-konsep pre-requisitenya telah dikuasai siswa.Dan

ingatlah itu karena itu bukan pre-test.Yang ketiga adalah teaching steps itu

sendiri.Pembahasan disini luas sekali karena bagian inilah adalah bagian pokok

lesson plan itu.Langkah-langkah mengajar banyak sekali variannya.

Page 33: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Langkah-langkah dalam pengajaran ketrampilan akan berbeda

dengan langkah-langkah pengajaran kognitif. Langkah dalam pengajaran

ketrampilan itupun tidak satu macam, demikian juga dalam pengajaran

kognitif.Terakhir ialah evaluasi pada akhir pengajaran hari demi

hari.Pembahasan yang empat inilah yang disebut dengan Metodologi Pengajaran

Agama Islam. Dengan demikian Metodologi Pengajaran Agama Islam ialah

pembasan tentang cara-cara membuat lesson plan agama islam.

Kelihatannya mudah saja, toh hanya langkah-langkah. Tidak juga

karena orang baru mungkin mampu membuat lesson plan (yang intinya langkah-

langkah mengajar) bila ia banyak mengetahui banyak hal seperti menguasai

bahan pengajaran,mengetahui berbagai metode mengajar umum, mengetahui

psikologi pendidikan, mengetahui teori-teori belajar, memahami penggunaan

alat, mampu mengatur waktu dan lain-lain. Dengan demikian, tidak mungkin

hanya menguasai teori cara membuat lesson plan saja.

Secara ringkas, metodologi ialah pembahasan tentang metode atau

metode-metode. Metodologi pengajaran agama islam adalah pembahasan tentang

metode atau metode-metode pengajaran agam islam. Sedangkan metodologi

pengajaran agama islam yang dibahas dalam buku ini ialah teori –teori tentang

langkah-langkah dalam pengajaran agama islam kenyataannya yang dibahas

ialah teori-teori membuat lesson plan agama islam.

Page 34: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

3. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi Epistimologi dan Aksiologi Pengetahuan

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)

Buku ini berjumlah empat bab. Dalam buku ini diuraikan Ahmad

Tafsir bahwa orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit

kebingungan dalam menghadapi kata “ilmu”, dalam bahasa Arab al-ilm

berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan kata “ilmu” dalam bahasa

Indonesia biasanya merupakan terjemahan science. Imu dalam arti science

seharusnya diterjemahkan sains saja.Maksudnya agar orang-orang yang

mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu (sain) dengan

kata al-ilm yang berarti knowledge.

Dalam buku ini yang diuraikan tidak hanya pengetahuan sains

(science), diuraikan juga seluruh yang disebut pengetahuan termasuk

pengetahuan yang “aneh-aneh” seperti pellet, kebal, santet, dan lain-lain. Apa

yang disebut dengan pengetahuan itu? Menurut Ahmad Tafsir pengetahuan

ialah semua yang diketahui. Menurut Al-Qur’an, tatkala manusia dalam perut

ibunya, ia tidak tahu apa-apa.

Kalaupun bayi yang baru lahir itu menangis barangkali bayi itu

kaget saja, mungkin matanya merasakan silau atau badannya merasa dingin.

Dalam rahim bayi tidak merasakan silau maupun kedinginan, lantas ia

menangis. Tatkala bayi itu menjad orang dewasa, katakanlah ketika ia telah

berumur 40 tahunan pengetahuannya sudah banyak sekali.

Page 35: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Begitu banyaknya sampai-sampai ia tidak tahu lagi berapa banyak

pengetahuannya dan tidak tahu lagi apa saja yang diketahuinya, bahkan

kadang-kadang ia juga tidak tahu apa sebenarnya pengetahuan itu. Semakin

bertambah umur manusia itu semakin banyak pengetahuannya.

Dilihat dari segi motifnya pengetahuan itu dapat diperoleh dari dua

cara. Yang pertama, pengetahuan pengetahuan yang diperoleh begitu saja,

tanpa niat, tanpa motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha. Tanpa ingin tahu

lantas ia tahu-tahu ia mngerti dan faham. Yang kedua, pengetahuan yang

didasari dengan motif ingin tahu, pengetahuan diperoleh karena diusahakan

biasanya karena belajar (Ahmad Tafsir, 2004:3).

Dari mana rasa ingin tahu?Saya tidak tahu dari mana dari

mana.Barangkali rasa ingin tahu yang ada pada manusia itu sudah built-in

dalam pencipataan manusia, jadi rasa ingin tahu itu sudah takdir. Manusia

ingin tahu dengan cara ia selau mencari. Dan pada akhirnya manusia tahu

akan sesuatu.Yang pada intinya pengetahuan itu adalah semua yang diketahui.

Salah satu tujuan perkuliahan filsafat pengetahuan ialah ia agar memahami

kapling tentang pengetahuan akan dapat memperlakukan.

Masing-masing pengetahuan itu sesuai dengan kaplingnya. Yang

akan dibahas berikut ini hanyalah pengetahuan yang diushakan. Seseorang

ingin tahu, jika jeruk ditanam buahnya apa. Ia menanam bibit jeruk. Ia tunggu

beberapa tahun, dan ternyata buahnya jeruk.

Page 36: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Tahulah ia bahwa jeruk berbuah jeruk. Pengetahuan jenis inilah yang disebut

penetahuan sain (scientific knowledge).

3. Filsafat Pendidikan Akal dan Hati (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,

2004)

Buku ini berjumlah lima bab. Dalam buku ini diuraiakn bahwa

maanusia membawa sejak lahir (innate) kata hati(suara hati) yang bersifat

imperative. Suara hati adalah suara yang selalu mengajak menjadi orang yang

baik. Akhlak itu sifat baik buruknya terdapat didalam diri seseorang. Mereka

memiliki akhlak yang berbeda-beda.Akhlak itu ada pada diri seseorang bukan

bawaan dari Allah.Akhlak tumbuh dengan hati yang bersih, tidak lepas

dengan karakter, karakter itu bisa dikatakan dengan sifat. Sifat seseorang itu

berbeda beda ada yang memiliki sifat keras, lemah lembut mudah bergaul,dan

sebagainya. Karakter merupakan watak atau tabi’at seseorang yang memiliki

perbedaan dengan yang lain. Karakter bisa dikatakan dengan khas seseorang.

Karakter muncul disebabkan adanya faktor lingkungan disekitar. Yang mana

membawa dampak pada diri seseorang dengan berbagai macam karakter khas

seseorang.

Begitu juga dengan rasa moral, rasa moral itu bukan ciptaan dari

Allah yang ditanamkan pada dalam diri manusia.Moral itu tidak

absolute.Moral itu adalh aturan berbuat yang bervariasi sesuai dengan variasi

kelompok masyarakat. Dengan kata lain, mereka ingin mengatakan bahwa

moral yang imperative itu sesungguhnya muncul setelah manusia bergaul

Page 37: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

dengan masyarakat (lingkungannya).Moral itu dibentuk oleh pengaruh

lingkungan. Demikian kata mereka persoalan ini dapat dilihat dengan cara

lain.

Suara hati itu merupakan antenna ketiga manusia. Manusia

memiliki tiga antenna: indera, akal, hati atau rasa. Daerah ketiga ini tidak

dapat dimasuki oleh antenna kedua (akal), apalagi oleh antenna pertama

(indera). Al-Ghazali telah menyatakan lebih jauh tatkala ia membicarakan

cara menghidupkan suara hati agar ia mampu memahami rahasia daerah ghaib

tersebut.Cara menghidupkan suara hati itu, menurut Al-Ghazali ialah dengan

menghentikan kemaksiatan atau perbuatan yang menimbulkan dosa (tobat),

berbuat baik, perenungan, dan menghentikan kerja logika.Inilah yang disebut

dengan thariqah atau metode Al-Ghazali (Ahmad Tafsir, 2004: 249). Di dalam

islam, misalnya ada satu contoh yang baik untuk memperlihatkan salah satu

persoalan yang hanya dapat dipahami oleh suara hati, yaitu mengenai takdir

atau nasib manusia.

4. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam (Bandung: PT Rosdakarya,

2004)

Buku ini berjumlah lima bab. Dalam buku ini diuraikan bahwa

Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah

teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Jika membuka buku ilmu bumi,

akan ditemukan teori-teori tentang bumi. Ilmu sejara berisi tentang ilmu

Page 38: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

sejarah. Maka isi dari ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan

berdasarkan ajaran islam. Apakah ada teori yang tidak berdasarkan

Islam?Inilah salah satu persoalan yang perlu dibahas di dalam ilmu

pendidikan Islam. Akan tetapi, apakah isi ilmu hanya kumpulan teori? Secara

esensial emang ya, tetapi sebenarnya secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah

hanya teori. Jadi lengkapnya isi ilmu adalah:

1) Teori.

2) Penjelasan tentang teori itu sendiri.

3) Pendukung dari penjelasan.

Apabila membuka buku tentang ilmu pendidikan Islam,

sewajarnyalah menemukan tiga macam isi tersebut.Ilmu pendidikan Islam

adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa

oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi tentang seperangkat ajaran tentang

kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada

Al-Qur’an dan Hadis serta akal.Jika demikian, maka ilmu pendidikan Islam

adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis serta akal.

Penggunaaan dasar ini haruslah berurutan , maka Al-Qur’an yang

terlebih dahulu bila tidak ada atau tidak jelas di dalam A-Qur’an maka harus

dicari di dalam hadis, apabila kurang jelas atau tidak ada di dalam hadis,

barulah menggunakan akal (pemikiran) tapi temuan akal itu tidak boleh

bertentangan dengan jiwa Al-Qur’an atau Hadis. Oleh karena itu, teori dalam

pendidikan Islam haruslah dilengkapi dengan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis

Page 39: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

serta argument (akal) yang menjamin teori tersebut.Jadi pembuatan dan

penulisan teori dalam ilmu pendidikan Islam tidak jauh berbeda dari

pembuatan dan penulisan teori dan fikih.

Pada uraian diatas sudah mulai jelas apa sebenarnya ilmu pendidikan

Islam itu. Agar lebih jelas ada beberapa konsep yang bersangkutan dengan itu

yang perlu diuraikan lebih lanjut yaitu:

1) Apa sebenarnya perbedaan antara ilmu pendidikan Islam dan filsafat

pendidikan Islam.

2) Bagaimana penjelasan bahwa isi ilmu adalah teori, dan apa sebenarnya

yang dimaksud dengan teori.

3) Mengapa ilmu pendidikan Islam harus berdasarkan Islam.

Pertanyaan-pertanyaan di atas sesungguhnya amat mendasar.

Jawaban terhadap pertanyaan itu akan merupakan landasan epistemologis

untuk ilmu pendidikan Islam, sekurang-kurangnya untuk sebagian. Uraian

tentang jawaban pertanyaan itu juga akan memperjelas posisi ilmu Pendidikan

Islam terhadap filsafat pendidikan Islam yang selama ini dirasakan belum

begitu jelas. Jawaban itu juga akan memperlihatkan posisi teknik pendidikan

Islam terhadap filsafat dan ilmu pendidikan Islam. Jawaban terhadap ketiga

pertanyaan di atas juga akan menghapus kebingungan selama ini dalam

membedakan konsep filsafat, ilmu, dan teknik itu sendiri secara umum.

Tegasnya akan dapat diketahui dengan mudah mana teori filsafat pendidikan

Page 40: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Islam, mana teori pendidikan Islam, dan mana teknik pendidikan Islam

(Ahmad Tafsir, 2004:12).

Di dalam buku atau artikel yang membicarakan (katanya) filsafat

pendidikan Islam tidak jarang akan ditemukan uraian atau pembahasan selain

filsafat pendidikan Islam, juga ilmu pendidikan Islam: bahkan kadang-kadang

teknik pendidikan Islam menyelip juga di sana. Apabila membuka buku yang

berjudul atau artikel yang membahas ilmu pendidikan Islam, juga akan

menemukan selain uraian tentang ilmu pendidikan Islam, juga pembahasan

tentang filsafat pendidikan Islam, kadang-kang teknik pendidikan Islam juga

terselip juga di sana. Sebenarnya uraian seperti itu tidaklah amat salah boleh

saja membuat uraian seperti itu.Kadang-kadang memang tidak dapat begitu

konsisten hanya membuat uraian yang 100% filsafat yang didalamnya

kadang-kadang harus berbicara juga tentang konsep-konsep ilmu (sains)

bahkan tentang teknik.Akan tetapi sebaliknya, bila tentang filsaat konsep sains

atau teknik itu hanya digunakan sebagai pembantu dalam menjelaskan. Di

pihak lain pembaca harus mempunyai kriteria terlebih dahulu tentang mana

filsafat, sains, dan teknik.

Apa sebelumnya perbedaan antara filsafat dan ilmu (sains) itu?

Berikut ini Ahmad Tafsir menjelaskan dengan menggunakan matriks

pengetahuan manusia.Pengetahuan ialah semua yang diketahui.Semua yang

diketahui manusia, dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai

Page 41: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

berikut.Pengetahuan manusia jenis pertama ialah pengetahuan sains.Ini adalah

terjemahan tepat untuk kata dalam bahasa Inggris science.Bila science

diterjemahkan dengan ilmu, maka timbullah kebingungan. Ilmu bagi orang

Indonesia, yang umumnya telah dipengaruhi rasa bahasa Arab dapat berarti

pengetahuan (knowledge).

Anehnya di Indonesia dikenal juga ilmu filsafat.Jelas, bagi orang

Indonesia pada umumnya ilmu diartikan pengetahuan.Oleh karena itu,

alangkah baiknya bila science itu di Indonesiakan menjadi sains seperti orang

Malaysia yang melakukannya. Jadi untuk ilmu pendidikan pakai saja sains

pendidikan. Akan tetapi, di sini mengalami kesulitan karena kata ilmu

pendidikan telah dibakukan di dalam kurikulum sekolah-sekolah. Di dalam

buku ini diguanakan istilah “ilmu pendidikan” tetapi dalm ilmu sains

pendidikan.

Ilmu sains adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh

dengan riset terhadap objek-objek yang empiris benar tidaknya suatu teori

sains (ilmu) ditentukan oleh logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris.

Bila teori itu logis ia adalah pengetahuan filsafat. Bila tidak logis, tetapi ada

bukti empiris, itu namanya pengetahuan khayal. Contohnya: bila ada gerhana,

pukullah kentongan, gerhana itu akan menghilang.Pernyataan ini benar dalam

arti dapat dibuktikan secara empiris. Coba saja bila ada gerhana pukul terus

kentongan, lama kelamaan gerhana akan menghilang. Akan tetapi ini tidak

Page 42: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

logis: apa hubungan antara gerhana dengan kentongan yang dipukul? Ternyata

kentongan tidak dipukul pun gerhana menghilang juga.Oleh karena itu, karena

tidak logis sekalipun ada bukti empiris, pengetahuan jenis ini bukan sains.

Pengetahuan ini dinamakan dengan pengetahuan khayal.Akan

tetapi pengetahuan jemis ini banyak juga dimiliki oleh masyarakat, mengapa?

Sulit untuk dijawab apa alasanya, jadi kesimpulnnya sains(ilmu) adalah

pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti yang empiris. Kaidah ini

diguanakan dalam ilmu pendidikan Islam haruslah dapat diuji secara logis dan

sekaligus empiris. Bila kurang satu saja, maka ia bukan ilmu pendidikan

Islam.Adapun filsafat adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis saja,

tentang objek-objek yang abstrak.Bisa saja objek penelitiannya kongkrit,

tetapi yang ingin diketahuinya adalah bagian abstraknya. Suatu teori filsafat

benar bila ia dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan untuk selama-

lamanya tidak akan dapat dibuktikan secara empiris, maka ia segera berubah

menjadi ilmu. Berdasarkan itu maka filsafat pendidikan Islam adalah

kumpulan teori pendidikan Islam yang hanya dapat dipertanggungjawabkan

secara logis dan tidak akan dapat dibuktikan secara empiris.

Untuk melengkapinya dalam buku ini diuraiakan sekaligus

pengetahuan jenis ketiga, yaitu pengetahuan mistik.Kata mistik adalah istilah

yang digunakan sementara sebelum ditemukan istilah yang lebih

tepat.Pengetahuan mistik ialah pengetahuan tentang objek-objek abstrak

Page 43: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

supralogis, atau suprarasional, atau metarasional.Pengetahuan ini bukan

diperoleh dengan indera seperti pada sains, bukan pula dengan akal seperti

pengetahuan filsafat.Bukan dengan akal supraakal, di atas akal. Pengetahuan

jenis ini diketahui dengan dengan cara merasakan,mempercayai begitu saja.

Rasa itullah yang bekerja untuk menerima dan memperoleh pengetahuan jenis

ini.Pengetahuan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebangsanya bukan

diperoleh lewat akal, melainkan diperoleh lewat iamn, iamn itu adalah

hakikatnya adalah rasa.Untuk memperjelas pengertian ketiga macam

pengetahuan itu Ahmad memberikan contoh sederhana sebagai berikut ini:

siapa yang membuat hukum itu? Setelah ditemukan bahwa yang membuat

hukum itu pasti yang maha pintar.

Pengetahuan bahwa gene itu dibuat oleh yang mahapintar masih

merupakan pengetahuan filsafat karena diperoleh dengan berpikir, dan tidak

mungkin dapat dibuktikan secara empiris.Yang mahapintar itu di sebut

Tuhan.Kata Tuhan di sini hanyalah suatu istilah, bukan filsafat. Teori-teori di

dalam filsafat pendidikan Islam adalah teori-teori seperti itu: logis dan tidak

mungkin dibuktikan secara empiris. Batas ini mulai jelas: kapling sains ialah

logis-empiris, kapling filsafat (juga filsafat pendidikan Islam) ialah logis saja

tuhan tidak dapat dipahami dengan akal untuk mengetahui Tuhan mesti

banyak potensi yang lain yaitu hati atau rasa (qalbu).

Page 44: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Kerja hati pada dasarnya adalah iman.Untuk mencapai iman

diperlukan pelatihan.Pelatihan itu dalam bahasa Arab adalah riyadlah.Dengan

melakukan pelatihan secara intensif, konon ada orang yang mampu melihat

Tuhan, mampu berhasil melihat surga, neraka dan sebagainya. Pengetahuan

jenis ini sungguh amat subjektif, sama subjektifnya dengan mengukur

manisnya gula, rasa naik sepeda, rasa sedih dan gembira. Oleh karena itu sulit

diukur dengan menggunakan ukuran yang disepakati.

Cara mengukurya adalah dengan mengalami seperti yang

dilakukan oleh orang yang telah mencapai pengetahuan itu.Jadi ada tiga

macam pengetahuan yaitu sains, filsaft, dan mistik.Mengenai pengetahuan

seni, ini belum dapat diselesaikan secara memuaskan.Kelihatannya

pengetahuan jenis ini merupakan pengetahuan hasil kerja indera, akal, dan

hati, dan hati mengambil porsi yang paling terbesar. Bagaimana dengan teknik

pendidikan Islam?Teknik yang dimaksud di sini bukanlah teknologi, teknologi

masih berada pada daerah sains, selevel dengan sains.Teknik adalah juklak

(petunjuk pelaksanaan) teori-teori sains. Yang dimaksud dengan teknik adalah

manual, yaitu cara operasional dalam melaksanakan ajaran-ajaran teori.

Bagaimana kedudukan teknik ini dalam struktur pengetahuan tadi? Bagi umat

muslim sumber pengetahuan adalah Allah, tidak ada pengetahuan selain yang

datang dari Allah. Allah berfirman dalam surah al-baqarah:32.

Page 45: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Yang artiya: Mereka menjawab: maha suci engkau tidak ada yang kami

ketahui selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami sesungguhnya

engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana (al-baqarah:32)

(http//Al-Qur’an online.com)

Sumber pertama ini sekarang sudah ada di dalam Al-Qur’an dan

hadis Rasul Saw. Inilah kebenaran yang pertama (kebenran tingkat

pertama).Manusia menafsirkan ayat atau hadis itu.Sudah sewajarnya

penafsiran itu tidak satu macam.Oleh karena itu terdapatlah lebih dari satu

tafsir. Tafsir ini sebenarnya berada pada tingkat kedua: ini adalah tingkat

filsafat.Filsafat dapat melahirkan lebih dari satu teori pada tingkat sains, dan

satu teori sains dapat melahirkan lebih dari satu manual.Manual inilah yang

sering disebut dengan teknik.Jadi jika wahyu berada pada tingkat pengetahuan

yang paling atas, maka manual merupakan pengetahuan pada tingkat yang

paling bawah: wahyu paling baah dan manual yang paling kongkrit.

Sistem pengetahuan barat kelihatannya hampir sama dengan sistem

pengetahuan Islami, bedanya ialah dengan pengetahuan barat biasanya level

satu (wahyu) tidak dimasukkan sebagai satu tingkat pengetahuan.Teori

kebenaran dan rasionalisme, materialism, semuanya itu tidak mempunyai

Page 46: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

tempat di dalam sistem pengetahuan Islami itu.Jadi teknik atau manual-

manual itu sebenarnya tidaklah liar tetapi mempunyai gantungan ke atas. Jika

firman Allah itu level pertama dan teori filsafat level kedua bersifat universal,

berlaku diamana saja dan kapan saja, maka teori sains level tiga tingkat ke

universalannya mulai menurun. Sebuah teori sains dapat saja berlaku pada

masa tertentu, tetapi salah pada masa yang lain: benar di tempat tertentu tetapi

tidak benar di tempat lain. Sekalipun demikian tingkat”keumumannya” jauh

lebih tinggi dibandingakan dengan keuniversalan teknik (manual). Teknik

benar-benar terbatas keuniversalannya.Teknik dapat berubah dengan cepat,

hanya berlaku pada lokasi-lokasi tertentu. Pemikiran Ahmad Tafsir tidak

hanya seputar pendidikan Islam dalam arti sempit, melainkan juga ia sebagai

salah seorang pakar pendidikan Islam dapat dilihat pemikirannya tentang

ekonomi dan social. Dalam sector ekonomi, Ahmad Tafsir melihat bahwa

krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia adalah disebabkan

oleh:Sistem ekonomi Indonesia yang tidak berorientasi kerakyatan.

Rapuhnya fundamental ekonomi Indonesia disebabkan sikap

ketergantungan pada luar negeri dan hutang negara yang demikian tinggi

sehingga untuk menutupi bunganya saja sudah kesulitan, hal itu tampak

manakala sudah jatuh tempo maka Indonesia selalu meminta re scheduling

(penjadwalan baru jatuh tempo hutang).Tingginya tingkat korupsi di kalangan

birokrasi di Indonesia.Lemahnya sumber daya manusia. Moralitas bangsa

yang semakin merosot

Page 47: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Dalam aspek social, Ahmad Tafsir melihat kenyataan masih

banyaknya orang yang kurang peduli terhadap sesamanya, hal itu terbukti dari

semakin pudarnya sikap gotong royong dan makin menipisnya ikatan batin

antara anggota masyarakat. Ahmad Tafsir melihat masyarakat Indonesia

makin terjebak pada budaya individualitas tanpa memperdulikan sesame

sehingga satu sama lain kurang mengenal dan tidak terjadinya hubungan yang

harmonis.

Page 48: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN AKAL

DAN HATI KARYA AHMAD TAFSIR

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, pendidikan

terutama Islam dengan berbagai coraknya yang berorientasi memberikan bekal

kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebhagaiaan dunia dan akhirat. Oleh

karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan

aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan

temporal, agar peserta didik dalam pendidikan islam tidak hanya berorientasi pada

kebahagiaan hidup setelah mati tetapi kebahagiaan hidup didunia juga bisa diraih.

Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa lepas dari pendidikan, yaitu

sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik). Dengan

kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan,

baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri (Sukardjo

dan Ukim, 2009:1).

Inilah menjadi titik beda antara pemberian akal dari Allah kepada

manusia dan pemberian akal kepada binatang atau yang lainnya. Kita harus

menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki moral, lebih tegasnya yakni

“memanusiakan manusia”.

Page 49: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah

tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami pertumbuhan

dan perkembangan. Struktur antropologinya yang terbuka pada lingkungan

memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang berasal dari luar

dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan berpengetahuan

(Doni Koesoema, 2011:109). Yang paling utama tujuan yang paling mendasar dalam

pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.

Nurani Soyomukti mengatakan, dalam buku teori-teori pendidikan bahwa

aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan antara lain:

penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku (Soyomukti, 2010:27).

Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua

untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta

ketrampilannnya kepada generasi muda usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi

fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah (Poerbakawatja, 1982:257).

Kata “Islam” dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan

tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam. Apa pendidikan itu menurut Islam?

Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu dibahas definisi pendidikan menurut

para pakar, setelah itu barulah dibahas apa pendidikan itu dalam prespektif atau

sering kita dengar dalam pandangan Islam Pembahasan tentang apa pendidikan itu

menurut Islam terutama di dalam Al-Qur’an dan

Page 50: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

hadis, serta diambil juga dari pendapat para pakar pendidikan islam maupun pakar

pendidikan umum (Maulana, 2000: 4).

Pendidikan menurut orang awam, adalah mengajari murid di sekolah,

melatih anak hidup sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke

masjid atau ketempat beribadah, melatih anak dalam seni dan lain-lain. Menurut

Ahmad Tafsir pendidikan mengawali dengan mengutip definisi dari Ahmad D

Marimba yang menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh di pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si

terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1998: 20).

Menurut Ahmad Tafsir bahwa di Indonesia agaknya definisi ini telah

begitu mapan. Boleh menanyai mahasiswa yang belajar ilmu pendidikan tentang

definisi pendidikan. Akan tetapi definisi itu masih terlalu sempit, belum mencakup

seluruh kegiatan yang disebut pendidikan. Pendidikan itu terbatas pada kegiatan

pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik berupa ora, jadi ada yang mendidik.

Kenyataanya dalam proses pengembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya

dipengaruhi oleh orang lain ia juga menerima pengaruh (entah bimbingan, entah

bukan, tidak menjadi soal) dari selain manusia, itu dapat diterima dari kebudayaan,

alam fisik dan lain-lainnya, maka dari situlah menyatakan bahwa pendidikan itu

menyangkut seluruh pengalaman (Lodge, 1974:23).

Bagaimana dengan definisi Marimba? Definisi itu baik, tetapi belum

mencakup semua yang dikenal sebagai pendidikan.

Page 51: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Definisi itu mencukupi bila membatasi pendidikan hanyalah yang berupa pengaruh

seseorang kepada orang lain dengan sadar dan sengaja. Pendidikan oleh diri sendiri,

pendidikan oleh lingkungan tidak dimasukkan sebagai pendidikan. Pengaruh-

pengaruh yang disebut terakhir ini disebut pengaruh saja bukan pendidikan. Jadi

pengaruh dari orang disebut pendidikan sedangkan pengaruh dari selain orang disebut

pengaruh saja (Zahra Idris, 1981:9). Di sini pendidikan itu malahan sudah amat

sempit pengertiannya: pendidikan adalah pengajaran. Jika hendak mengambil

pengertian pendidikan yang sempit. Alfred North Whitehead mengambil pengertian

pendidikan yang sempit. Ia menyatakan bahwa pendidikan adalah pembinaan

ketrampilan menggunakan pengetahuan. Lodge menyatakan bahwa pendidikan dalam

pengertian sempit malahan sekadar pendidikan di sekolah. Akan tetapi harus

konsisten, bila pengertian yang sempit yang digunakan, maka pengaruh selain dari

seseorang kepada orang lain harus dianggap bukan pendidikan itu bisa berpengaruh

(Syaiful Bahri, 2000:22).

Menurut Ahmad Tafsir sulitnya merumuskan definisi pendidikan

disebabkan antara lain oleh:

1. Banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut sebagai kegiatan pendidikan

2. Luasnya aspek yang dibina oleh pendidikan.

Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat dibagi tiga macam yaitu:

Adapun binaan pendidikan dalam garis besarnya mencakup tiga daerah

diantaranya adalah daerah jasmani, daerah akal, daerah hati. Kemudian tempat

Page 52: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

pendidikan juga ada tiga pokok yaitu, di dalam rumah, di dalam masyarakat, dan di

sekolah. Sebenarnya, definisi pendidikan dapat saja disusun, tetapi definisi itu akan

panjang sekali. Bila tidak panjang definisi itu akan panjang sekali. Inilah sebabnya

sebagian orang bahkan semua orang lebih senang mengambil definisi pendidikan

dalam arti sempit saja, yaitu pendidikan sebagai bimbingan yang sadar oleh seseorang

(pendidik) kepada orang lain (anak didik) agar ia menjadi orang yang lebih baik ini

adalah definisi pendidikan oleh Marimba. Kemudian kata pendidikan secara umum

adalah upaya memengaruhi orang lain agar berubah pola pikir, ucapan, perbuatan,

sifat dan wataknya sesui dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

Setelah mengemukakan pengertian pendidikan dari para pakar, maka

Ahmad Tafsir mengemukakan pendapatnya bahwa dalam pengertian yang luas yaitu,

pendidikan ialah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya dengan penjelasan

bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh

diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan

oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.

Ahmad Tafsir berpendapat jadi keberhasilan seseorang dan suatu bangsa

dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber

daya alam, tetapi sangat ditentukan dengan kualitas sumber daya manusianya. Bukan

ada yang mengatakan bahwa “bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter

bangsa (manusia) itu sendiri.” Karena tujuan pendidikan secra umum adalah untuk

memanusiakan manusia, memberikan ibarat dengan sebuah bawang merah.

Page 53: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Kalau anda memegang bawang merah dan anda mengupasnya bagian luar. Anda

mengupas kulit bawang: anda mendapatkan kulit bawang. Dan anda kupas terus, pada

bagian paling dalam anda akan menemukan bawang yang amat kecil. Ini adalah

“lembaga” (kotiledon) bawang. Lembaga inilah yang akan tumbuh bila ditanam. Kulit

yang berlapis tadi bukan bawang, itu hanya kulit bawang yang tidak akan tumbuh bila

ditanam (Tafsir, 2008: 29).

2. Pengertian karakter

Secara kohern karakter memancar dari hasil oleh pikir, olah rasa dan

karsa, serta olahraga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan

ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Budimansyah, 2010: 23). Dan

secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian

yaitu, olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga sehingga menghasilkan enam

karakter utama dalam seorang individu, yaitu jujur, tanggung jawab, cerdas, bersih ,

tegas, sehat, peduli, dan kreatif. Keenam karakter tersebut dikembangkan dalam

setiap pribadi manusia terutama di Indonesia.

Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam

islam adalah kepribadian. Kepribadian itu komponennya ada tiga hal yaitu tahu

(pengetahusn), sikap, dan perilaku. Yang dimaksud dengan kepribadian utuh ialah

bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama denngan perilaku. Kepribadian pecah

ialah bila pengetahuan sama dengan sikap tetaoi tidak sama dengan perilakunya atau

pengetahuan tidak sama dengan sikap, tidak sama dengan perilaku. Dia tahu jujur itu

Page 54: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

baik, dia siap menjadi orang jujur, tetapi perilakunya sering tidak jujur, ini adalah

kepribadian pecah.

Ahmad Tafsir mengemukakan jelaslah bahwa akhlak atau karakter itu

sangat penting. Ia menjadi penanda bahwa seseorang itu layak disebut manusia.

Karena pendidikan akhlak adalah bidang pendidikan yang terpenting. Karena akhlak

itu adalah kepribadian, maka paradigm pendidikannya sangat berbeda bila

dibandingkan dengan pendidikan bidang-bidang pengetahuan dan ketrampilan.

Pendekatannya adalah pendekatan untuk pendekatan kepribadian (Tafsir, 2004: 23).

Akhlak atau karakter itu diajarkan melalui metode internalisasi, tekhnik

pendidikannya ialah peneladanan, pembiasaan, penegakan peraturan dan

pemotivasian.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa

dan negara. Individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembuatan

karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas

tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah

mengembanggkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan

akhlak mulia. Dalam dunia pendidikan sekarang ini banyak dijumpai mata pelajaran

yang berkenaan dengan dengan karakter dan budi pekerti. Sehingga banyak

menimbulkan masalah bangsa yang yang semakin kompleks yang mengacu pada

Page 55: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

masalah akhlak dan moral dikalangan peserta didik pada berbagai level atau

tingkatan (Nurul Zuriah, 2008:118).Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan

dan Bohlin, mengandung tiga unsure pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing

the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the

good) (Majid, 2011:11). Menurut bahasa, karakter berasal dari bahasa Inggris,

character yang brarti sifat, watak, dan karakter (John M, 1979:107).

Di dalam bahasa Arab kata karakter sering disebut dengan istilah akhlak

yang oleh para ulama sering diartikan bermacam-macam. Ibn Miskawih berkata sifat

atau keadaan yang tertanam dalam jiwa yang paling dalam yang selanjutnya

melahirkan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran

pertimbangan lagi (Ibn Miskawih, 1934:40).

Bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”,

“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris adalah character dan Indonesia

“karakter”, Yunani character dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat

dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, dan

sifat-sifat kewajiban, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan

yang lain. Nama dari jumlah seluruh cirri pribadi yang meliputi hal-hal seperti

perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi,

nilai-nilai dan pola pemikiran (Poerwadarminta, 1991:1149).

Menurut Ahmad Tafsir istilah karakter dan kepribadian atau watak sering

digunakan secara bertukar-tukar, watak adalah kepribadian dinilai, dan kepribadian

adalah watak yang tak dinilai. Karakter ini adalah sifat batin manusia yang

Page 56: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

mempengarui segenap pikiran dan perbuatannya. Banyak yang memandang atau

mengartikan identik dengan kepribadian dan hanya merupakan salah satu aspek

kepribadian sebagaimana juga temperamen. Watak dan karakter berkenan dengan

kecenderungan dengan penilaian tingkah laku individu berdasarkan standar-standar

moral dan etika. Sikap dan tingkah laku seorang individu dinilai oleh masyarakat

sekitarnya sebagai sikap dan tingkah laku yang diinginkan atau ditolak, dipuji atau

dicela, baik ataupun jahat.

Dalam kaitannya dengan definisi karakter sebagai sebuah pola, baik itu

pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat

dan sulit dihilangkan. Lebih lanjut di jelaskan karakter yang berarti mengukir, dari

arti tersebut mununjukkan tentang apa yang dimaksud dengan karakter. Sifat ukiran

adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Menghilangkan ukiran sama saja

dengan menghilangkan benda yang diukir itu. Sebab, ukiran melekat dan menyatu

dengan bendanya, begitu juga dengan karakter kalau sudah melekat dihati baik

karakter itu baik maupun buruk pada seseorang (Munir, 2010: 3).

Dengan mengetahui adanya karakter (watak, sifat dan tabi’at maupun

perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya terhadap berbagai

fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubungannya dengan orang lain, dalam

berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya. Karakter dapat ditemukan

dalam sikap-sikap seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap tugas-

tugas yang dipercayakan padanya dan dalam situasi-situasi yang lainnya (Majid,

2011: 12). Dilihat dari sudut pengertian ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki

perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang

Page 57: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam pada pola pikiran, dan

dengan kata lain keduanya dapat disebut dengan kebiasaan (Dian, 2010: 13).

Menurut Ahmad Tafsir karakter tidak lepas juga dari pendidikan budi

pekerti, budi pekerti adalah perilaku yang tercermin dalam kata, perbuatan, pikiran,

sikap, perasaan, keinginan dan hasil karya (Tafsir, 2004: 16). Dalam hal ini budi

pekerti diartikan sebagai sikap atau perilaku sehari-hari individu, baik keluarga,

maupun masyarakat bangsa yang mengandung nilai-nilai yang berlaku dan dianut

dalam bentuk jati diri, nilai persatuan dan kesatuan dan kesinambungan masa depan

dalam suatu sistem nilai moral, dan yang menjadi pedoman perilaku manusia

Indonesia untuk bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan besumber pada

falsafah Pancasila dan diilhami oleh ajaran agama serta budaya Indonesia (Badan

Pertimbangan Pendidikan Nasional, 1995).

Budi pekerti memiliki hubungan dengan etika akhlak dan moral. Moral

adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,

kewajiban dan sebagainya. Etika secara singkat adalah batasan baik buruk.

Sedangkan budi pekerti adalah hasil tingkah laku. Pendidikan budi pekerti pun

dimaksudkan sebagai bimbingan atau latihan untuk membentuk tingkah laku yang

baik yang merupakan ungkapan atau ekspresi nilai-nilai mulia. Pendidikan budi

pekerti itu ialah pendidikan yang membentuk perilaku berdasarkan nilai-nilai umum

(Andewi, 2001: 60).

Page 58: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Dalam hal ini etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik mana

yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat

diketahui akal pikiran. Walau ada yang berpendapat bahwa etika sama dengan

akhlak karena memang keduanya membahas mana yang baik dan buruk tentang

tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan

ide yang sama bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran

tingkah laku yang aik dan buruksejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran

manusia. Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan etika dan akhlak (Ya’kub, 1983:

14).

1. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumbe moral, ukuran baik buruknya

perbuatan, didasarkan pada ajaran Allah Swt. Al-qur’an dan As-sunnah.

2. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh

manusia di segala waktu dan tempat.

3. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang

luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah

Swt, menuju keridhoannya.

3. Pengertian Pendidikan Karakter

Sejak tahun 1990-an, terminology pendidikan karakter mulai ramai

dibicarakan. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya melalui karyanya yang

semakin memukau, The Return of Character Education sebuah buku yang

menyadarkan dunia barat secara khusus dimana tempat Lickona hidup, dan seluruh

dunia pendidikan secara umum, bahwa pendidikan karakter adalah sebuah

Page 59: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

keharusan. Inilah awal dari kebangkitan pendidikan Karakter sebagaimana

didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin, mengandung tiga unsure pokok, yaitu

mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan

melakukan kebaikan (doing the good) (Majid, 2011:11). Menurut bahasa, karakter

berasal dari bahasa Inggris, character yang brarti sifat, watak, dan karakter (John M,

1979:107).

Pendidikan karakter adalah usaha sadar yang dilakuan pendidik kepada

peserta didik untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan

membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik dan berakhlak mulia yang

menumbuhkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk

serta mewujudkan kebaikan itu dalam sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan,

pengajaran.

Pendidikan memiliki beberapa cirri dasar pendidikan karakter, yang

dikemukankan oleh Forester sebagai berikut ini :

1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hirarki nilai. Nilai

menjadi pedoman normative setiap tindakan.

2. Koherensi yang memberi keberanian membuat seseorang teguh pada prinsip, dan

tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi

merupakan dasar yang dapat meruntuhkan kredibilitas seseorang.

Page 60: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

3. Otonomi, disana sesorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi

nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi

tanpa terpengaruh dari desakan lain.

4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan dan kesetiaan merupakan daya tahan

seseorang guna menginginkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaaan

merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Menurut forester , kematangan keempat karakter ini memungkinkan manusia

melewati tahap individualitas menuju personalitas Orang-orang modern sering

mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku

rohani, antara indenpendensi eksterior dan interior. Karakter inilah yang menentukan

forma seorang pribadi dalam segala tindakannya (Abdul Majid, 2004: 36).

Pendidiakan karakter termasuk salah satu isu penting yang mendapat

perhatian yang cukup besar dari kalangan muslim. Di masa sekarang pendidikan

karaker mendesak untuk diterapkan, karena gejala kemerosotan moral yang semakin

hari semakin turun dan memburuk dan nilai-nilai pendidikan karakter sesorang yang

baik sudah mulai luntur. Akhlak, moral seseorang sudah mulai terkikis Karena banyak

pengaruh arus pendidikan global yang masuk.

Tak terasa krisis moral sudah merambah kemana-mana, dan bahkan yang

lebih tragis lagi anak kita yang masih duduk di bangku sekolahpun sudah dapat saling

menyakitai di jalanan. Lebih jauh lagi kini antar anak bangsa saja sudah saling curiga

dan mencurigai, misalnya dengan yang berbeda etnis, agama, dan kelas sosial.

Bahakan ada indikasi yang lebih buruk lagi walupun baru indikasi yakni munculnya

Page 61: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

suatu kondisi yang oleh founding father-nya India Mahatma Ghandi, disebut dengan

sebutan 7 dosa yang mematikan (Soedarsono, 2010: 24) yaitu:

1. Semakin merebaknya nilai-nilai dan perilaku memperoleh kekayaan tanpa

bekerja.

2. Kesenangan tanpa hati nurani.

3. Pengetahuan tanpa karakter.

4. Bisnis tanpa moralitas.

5. Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan..

Faktor yang menyebabkan rendahnya pendidikan karakter adalah yang

pertama sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter, yag

kedua kondisi lingkungan yang kurang mendukung dalam pembangunan karaktr

yang baik. Apabila pendidikan karakter tidak kita gagas dari sekarang, maka yang

akan terjadi adalah generasi muda yang tidak memiliki nilai-nilai kesopanan, nilai

keadilan, nilai kasih sayang, bahkan akhlak dan moral akan luntur.

Untuk itu mulai dari sekarang kita sebgai guru pendidikan agama Islam

alangkah baiknya memberikan pendidikan karakter kepada peseta didik. Agar

mereka memiliki rasa budi yang luhur dan selalu tertanam pada diri peserta didik.

Dengan dibekali pendidikan karakter mereka akan menjadi peseta didik yang

diharapkan dalam agama, bangsa dan negara,dan pondasi mereka kuat karena sudah

dibekali sedikit demi sedikit pendidikan karakter.Tanpa adanya pondasi yang kuat

maka, pada diri sesorang mudah sekali untuk masuk kedalam dunia yang tak

Page 62: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

berpendidikan dan memiliki banyak mudharatnya. Pendidikan karakter selalu

menjadi dasar pertimbangan, tujuan utama dan jiwa dari setiap gagasan dan

pemikiran yang dikemukakan. Karena setiap gagasan, pemikiran yang dikemukakan

harus memiliki dasar yang bagus. Berbagai kajian yang mereka lakukan, baik dalam

bidang agama, sosial, politik, ekonomi, hukum, pendidikan, dakwah, dan

sebagainya pada akhirnya selalu ditujukan pada pembinaan karakter. Salah satu

tokoh intelektual muslim Fazlur rahman memberikan perhatian yang besar terhadap

pendidikan karakter, sebagaimana dapat dijumpai dalam berbagai karya tulis yang

dilakukan. Perhatiannya terhadap pendidikan karakter yang demikian itu perlu

diapresiasi dan dikaji untuk kemudian digunakan sebagai bahan rujukan dalam

mengatasi krisis moral yang meneladani kehidupan manusia pada umumnya, dan

sebagian bangsa Indonesia pada khususnya.

Tujuan utama pendidikan yang selama ini terabaikan atau mungkin gagal

tercapai adalah pembentukan karakter (character building). Pengabaian atau

kegagalan ini dapat dilihat dari berbagai hal. Anak-anak tidak sopan kepada orang

tua dan orang yang lebih tua, kurang peduli terhadap sesama, kata-kata yang kotor

yang jauh dari etika, perselisihan dan tawuran yang dengan sangat cepat dan mudah

terjadi, pergaulan bebas, merokok narkoba, adalah pemandangan umum yang

hampir pasti kita temukan di mana saja kita menemukan remaja.

Dalam pandangan Islam, pembentukan karakter (character building) ini

sudah sangat jelas ditegaskan oleh Rasulullah Saw sebagai misi kerasulannya.

Bahkan dalam kajian lebih dalam yang dialakukan para ulama klasik dan

kontemporer disimpulkan bahwa akhlak mulia sebagai hasil dari character building

Page 63: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

adalah jantung ajaran Islam. Maka tak diragukan lagi pembentukan akhlak mulia

merupakan tujuan tertinggi bagi setiap lembaga pendidikan Islam.

Dalam Islam. Tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika-etika Islam.

Dan pentingnya komparasi antara akal dan wahyu dalam menentukan nilai moral

terbuka untuk diperdebatkan. Bagi kebanyakan muslim segala yang dianggap

halal dan haram dalam Islam, dipahami sebagai keputusan Allah tentang benar

dan baik. Dalam Islam terdapat tiga nilai utama, yaitu akhlak, adab, dan

keteladanan. Akhlak merujuk pada tugas dan tanggung jawab selain syari’ah dan

ajaran Islam secara umum.

Dalam Islam akhlak menempati kedudukan penting dan dianggap

memiliki fungsi yang vital dalam memadu kehidupan masyarakat. Pendidikan

akhlak di dalam Islam di peruntukkan bagi manusia yang merindukan

kebahagiaan dalam arti yang hakiki, bukan kebahagian semu. Akhlak Islam

adalah akhlak yang benar-benar memelihara eksitensi manusia sebagai makhluk

terhormat sesuai dengan fitrahnya. Prinsip akhlak Islami termanifestasi dalam

aspek kehidupan yang diwarnai dengan keseimbangan, realis, efektif, efisien, azas

manusia disiplin, dan terencana serta memiliki dasar analisis yang cermat.

Kualitas akhlak sesorang dapat dilihat dari tiga indicator (Mubarok, 2001: 20) :

1. Konsistensi antara yang dikatakan dengan dilakukan, dengan kata lain ada

kesesuaian antara perkataan dan perbuatan.

Page 64: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

2. Konsistensi orientasi yakni adanya kesesuaian antara pandangan dalam satu

hal dengan pandangan dalam bidang lain.

3. Konsistensi pola hidup sederhana dalam taswuf, sikap mental yang selalu

memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk

kebaikan, dan selalu bersikap kebajikan pada hakikatnya adalah cerminan dari

akhlak yang mulia.

Sedangkan term adab merujuk kepada sikap yang dihubungkan dengan

tingkah laku yang baik. Dan keteladanan merujuk kepada kualitas karakter yang

ditampilkan oleh seorang muslim yang baik yang mengikuti keteladanan Nabi

Muhammad Saw. Ketiga inilah yang menjadi pilar pendidikan karakter dalam

Islam. Sebagai usaha yang identik dengan ajaran agama, pendidikan karakter

dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan pendidikan karakter di

dunia barat.

Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap prinsip-

prinsip agama yang abadi, aturan dan hukum dalam memperkuat moralitas,

perbedan tentang pemahaman tentang kebenaran, penolakan terhadap otonomi

moral sebagai tujuan pendidikan moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai

motivasi perilaku bermoral. Inti dari perbedaan –perbedaan ini adalah keberadaan

wahyu ilahi sebagai sumber dan rambu-rambu pendidikan karakter dalam Islam.

Akibatnya, pendidikan karakter dalam Islam lebih sering dilakukan secara logis

(Tafsir, 2008:22).

Page 65: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Dalam pendidikan karakter kebaikan itu sering kali dirangkum dalam

sederet sifat-sifat yang baik. Dengan demikian Ahmad Tafsir berpendapat bahwa

pendidikan karakter adalah sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia

menuju standar-standar baku. Upaya ini juga memberi jalan untuk menghargai

persepsi dan nilai-nilai pribadi yang ditampilkan di sekolah. Focus pendidikan

karakter adalah pada tujuan-tujuan etika, tetapi praktiknya meliputi penguatan

kecakapan-kecakapan yang penting yang mencakup perkembangan social siswa.

Dalam prespektif Islam/pandangan Islam pendidikan karakter merupakan usaha

sadar yang dilakukan pendidk kepada peserta didik untuk membentuk suatu

kpribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral, etika dan rasa

berbudaya yang baik serta memiliki akhlak mulia yang akan mnumbuhkan

kemampuan peserta didik. Dan akan memberikan keputusan baik dan buruk serta

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Dan menjauhkan dirinya

dari keburukan yang berdampak pada nilai-nilai moralitasnya peserta didik.

Pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi dari pada

pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana

yang salah. Lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan

(habituation) tentang baik sehingga siswa didik menjadi paham, mampu

merasakan, dan mau melakukan yang baik. Dalam istilah lain pendidikan karakter

datang sebagai bentuk kritik dan kekecewaan terhadap praktik pendidikan moral

selama ini. Itulah karenanya terminologi yang ramai dibicarakan sekarang ini

adalah pendidikan karakter (character education) bukan pendidikan moral (moral

Page 66: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

education), walaupun secara subtansial keduanya tidak memiliki perbedaan yang

prinsipil. Pengertian karakter secara sederhana dapat diartikan membentuk tabi’at,

perangai, watak dan kepribadian seseorang dengan cara menanamkan nilai-nilai

luhur, sehingga nilai-nilai tersebut mendarah daging, menyatu dalam hati, pikiran,

ucapan, perbuatan, dan menampakkan pengaruhnya dalam realitas kehidupan

secaara mudah, atas kemauan sendiri, orisinal dank arena ikhlas semata karena

Allah Swt. Penanaman dan pembentukan kepribadian tersebut bukan dilakukan

bukan hanya dengan cara memberikan pengertian dan mengubah pola pikir dan

pola pandang seseorang tentang sesuatu yang baik dan benar, melainkan nilai-

nilai kebaikan tersebut dibiasakan, dilatihkan, dicontohkan, dilakukan secara terus

menerus dan dipraktikkan dalam keidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai

pada diri siswa atau peserta didik , melainkan merupakan usaha bersama untuk

menciptakan sebuah lingkungan pendidikan tempat setiap individu dapat

menghayati kebebasannya sebagai sebuah prasyarat bagi kehidupan moral yang

dewasa. Dengan demikian pendidikan karakter bukan hanya sekedar memberikan

pengertian atau definisi-definisi tentang yang baik dan buruk, melaikan sebagai

upaya mengubah sifat, watak dan kepribadian dan keadaan batin manusia sesuai

dengan nilai-nilai dan keadaan yang luhur dan terpuji. Melalui pendidikan

karakter ini diharapkan dapat dilahirkan manusia yang memiliki kebebasan

menentukan pilihannya, tanpa paksaan dan penuh tanggung jawab.

Page 67: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Yaitu manusia-manusia yang merdeka, dinamis, kreatif, inovatif dan

bertanggun jawab, baik terhadap Tuhan, manusia, masyarakat, maupun dirinya

sendiri. Pengertian pendidikan karakter yang demikian itu jika dihubungkan

dengan Al-Qur’an dan As-sunnah tampak memiliki berbagai kesamaan. Di dalam

Al-qur’an kata-kata karakter dalam arti sifat, tabi’at, dan sikap batin sebagaimana

tersebut di atas dengan pengertian akhlaq yang jamaknya khuluq. Yang mana di

dalam Al-Qur’an di jelaskan yang mana “dan sesungguhnya kamu (Muhammad)

benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Dengan demikian pendidikan karakter bukan sekedar berdimensi

intregatif, dalam arti mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi

pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal

maupun social. Pendidikan karakter bisa menjadi salah satu sarana penyembuh

penyakit social. Pendidikan karakter menjadi sebuah jalan keluar bagi proses

perbaikan dalam masyarakat kita. Situasi sosial yang ada menjadi alasan utama

agar pendidikan karakter segera dilaksanakan dalam lembaga pendidikan kita

(Doni Koesoema, 2007: 190).

Pendidikan karakter yang secara sistematis diterapkan di lemaga-lembaga

pendidikan merupakan sebuah daya tawar bagi seluruh komunitas. Para siswa

akan mendapatkan keuntungan dengan memperoleh perilaku dan kebiasaan diri

mereka, membuat hidup mereka lebih bahagia dan lebih produktif. Tugas guru

akan menjadi ringan dan lebih memberikan kepuasan ketika siswa memiliki

Page 68: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

disiplin yang lebih besar di dalam kelas. Orang tua bergembira ketika anak-anak

mereka belajar untuk menjadi lebih sopan, memiliki rasa hormat dan produktif.

Para pengelola sekolah akan menyaksikan berbagai macam perbaikan dalam hal

disiplin, kehadiran, pengenalan nilai-nilai moral, bagi para siswa, maupun guru,

demikian pula berkurangnya tindakan-tindakan di sekolah.

Agar pendidikan karakter tersebut dapat tercapai sebagaimana yang

dikehendaki, maka diperlukan pula dukungan dari pendidikan moral, nilai agama,

dan kearganegaraan. Pendidikan moral berfungsi sebagai dasar bagi sebuah

pendidikan karakter, berupa keputusan moral individual. Kemudian pendidikan

nilai berkaitan dengan nilai-nilai budi pekerti, tata krama, sopan santun dalam

masyarakat dan akhlak, befungsi membantu peserta didik mengenal, menyadari

pentingnya dan menghayati nilai-nilai yang pantas dan semestinya dijadikan

panduan bagi sikap dan perilaku manusia, baik secara perorangan maupun

bersama-sama dalam suatu masyarakat. Sementara itu, pendidikan agama

berfungsi sebagai fondasi yang lebih kokoh, kemantapan paling luhur, kekayaan

paling tinggi dan sumber kedamaian manusia paling dalam, mempersatukan

dirinya dengan realitas terakhir yang lebih tinggi, yaitu Allah Sang Pencipta yang

menjadi fondasi kehidupan mereka.

Pendidikan karakter pada lembaga pendidikan selain dilakukan dengan

menerapkan institutional value atau living values, seperti kejujuran, keadilan,

kemandirian, kerja keras, melayani, memberi dan inovasi juga harus didukung

Page 69: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

oleh penerapan seluruh lokus pendidikan. Yakni menjadikan sekolah sebagai

wahana aktualisasi nilai, setiap penjumpaan adalah momen pendidikan nilai,

manajemen kelas yang berbasis nilai, penegakan disiplin sekolah, pendampingan

perwalian, pendidikan agama bagi pembentuk karakter, pendidikan jasmani dan

estetika, pengembangan kurikulum, dan pendidikan melalui pengalaman (Doeni,

2007: 222).

Dalam pembentukan karakter pada seseorang dapat dilihat dari pendidikan

agama sesorang tersebut. Apabila sesorang memiliki pendidikan agama yang baik

kemungkinan besar ia juga memiliki karakter yang baik, karena dalam diri mereka

sudah terbekali pendidikan agama yang cukup baik. Jadi dalam pembentukan

karakter seseorang pendidikan agama juga ikut berperan penting. Saat ini

perdebatan yang mungkin belum atau dan tidak akan pernah berhenti dikalangan

kita seputar pendidikan agama dalam pembentukan pendidikan karakter. Karena

pendidikan agama merupakan dukungan dasar yang tak tergantikan bagi keutuhan

pendidikan karakter, karena dalam agama terkandung nilai-nilai luhur yang

mutlak kebaikan dan kebenarannya (Dian, 2004: 64).

Mantan presiden RI pertama Soekarno berulang-ulang menegaskan

bahwa “Agama adalah unsur mutlak dalam Nasional and Character Building”

(Sumahamijaya dkk, 2003: 45). Hal ini diperkuat dengan pendapat Sumahamijaya

itu sendiri yang mengatakan bahwa karakter harus mempunyai landasan yang

kokoh dan jelas. Tanpa landasan yang jelas, karakter kemandirian tidak punya

Page 70: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

arah, mengambang, keropos sehingga tidak berarti apa-apa. Oleh karena itu,

landasan dari pendidikan karakter itu tidak lepas dari pendidikan agama. Dan

yang paling penting pendidikan karakter tidak lepas dari pendidikan agama lebih

tepatnya di agama Islam.

Page 71: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Relevansi Pendidikan Karakter di Indonesia tela’ah Ahmad Tafsir

1. Pendidikan Karakter dalam sudut pandang Islam

Dalam pendidikan Islam istilah al-khuluq (karakter) adalah bentuk jamak

dari akhlak. Kondisi batiniah (dalam) bukan kondisi luar yang mencakup al-

thab‟u (tabiat) dan al-sajiyah (bakat). Dalam terminologi psikologi, karakter

(character) adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas; satu sifat atau kualitas

yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk

mengidentifikasi seorang pribadi. Elemen karakter terdiri atas dorongan-

dorongan, insting, refleks-refleks, kebiasaan-kebiasaan, kecenderungan-

kecenderungan, perasaan, emosi, sentimen, minat, kebajikan dan dosa serta

kemauan (Mujib, 2006:45).

Dalam dunia keislaman pendidikan karakter tidak lepas dari pendidikan

islam yang mana di dalam pendidikan Islam di dalamnya terdapat hal-ha yang

sangat penting diantaranya adalah Islam memandang bahwa pendidikan

merupakan usaha untuk membumikan ajaran Islam yang pada intinya adalah

membangun karakter umat manusia secara utuh (kaffah), sehingga mereka

menjadi umat yang ummatan wasathan (umat yang ideal), khaira (umat yang

baik), siya’ (obat penawar), mau’idzah (ajaran yang menyentuh hati).

Page 72: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Islam memiliki peran penyelamatan manusia dari kehancuran dengan cara

memberikan hudan (menyentuhhati), dan rahmat bagi seluruh alam.

Lickona (1992) dalam bukunya Masnur Muslich mengungkapkan

penekanan tiga komponen karakter yang baik (components of good character)

yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan

tentang moral, dan moral action atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar

anak mampu memahami, merasakan, dan mengerjakan sekaligus nilai-nilai

kebajikan (Muslich, 2011:133).

Dalam jurnal Internasional, The Journal of Moral Education, nilai-nilai

dalam ajaran Islam pernah diangkat sebagai hot issue yang dikupa secara khusus

volume 36 tahun 2007. Dalam diskursus pendidikan karakter ini memberikan

pesan bahwa spiritualitas dan nilai-nilai agama tidak bisa dipisahkan dengan

pendidikan karakter. Moral dan nilai-nilai spiritual sangat fundamental dalam

membangun kesejahteraan dalam organisasi sosial maupun. Tanpa adanya

keduanya maka elemen vital yang mengikat kehidupan masyarakat dapat

dipastikan lenyap.

Pandangan Ahmad tafsir dalam Islam, tidak ada disiplin Ilmu yang

terpisah dari etika-etika Islam. Dan pentingnya komparasi antara akal dan wahyu

dalam menentukan nilai-nilai moral terbuka untuk diperlibatkan. Bagi

kebanyakan muslim segala yang dianggap halal dan haram dalam Islam, dipahami

sebagai keputusaan Allah tentang benar dan baik. Dalam Islam terdapat tiga nilai

utama, yaitu akhlak, adab, dan keteladanan (Tafsir, 2004: 58).

Page 73: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Akhlak merujuk kepada tugas dan tanggung jawab selain syari’ah dan

ajaran Islam secara umum. Sedangkan term adab merujuk kepada sikap yang

dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Dan keteladanan merujuk kepada

kualitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang baik yang

mengikuti keteladanan Nabi Muhammad Saw. Ketiga inilah yang menjadi pilar

pendidikan karakter dalam islam. Sebagai usaha yang identik dengan ajaran

agama, pendidikan karakter dalam Islam memiliki keuikan dan perbedaan dengan

pendidikan karakter di dunia Barat. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup

penekanan terhadap prinsip-prinsip agama yang abadi, aturan dan hukum dalam

memperkuat moralitas, perbedaan pemahaman tentang kebenaran sebagai tujuan

pendidikan moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai motivasi perilaku

bermoral.

Pendekatan ini semacam membuat pendidikan karakter dalam Islam lebih

cenderung pada teacing right and wrong. Atas kelemahan ini, pakar-pakar

pendidikan Islam kontemporer seperti Muhammad Iqbal, Sayyed Hoesn Nasr,

Nauqib Al-Attas dan Wan Daud, menawarkan pendekatan yang memungkinkan

pembicaraan yang menghargai bagaimana pendidikan moral dinilai, dipHmi

secara berbeda dan membangkitkan pertanyaan mengenai penerapan model

pendidikan moral barat (Majid, 2011: 59).

Hal penting yang dapat disimpulkan dari paparan diatas adalah kekayaan

pendidikan Islam dengan ajaran moral yang sangat menarik untuk dijadikan

content dari pendidikan karakter. Namun demikian, pada tataran operasional,

Page 74: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

pendidikan Islam belum mampu mengolah content ini menjadi materi yang

menarik dengan metode dan teknik yang efektif.

Implementasi akhlak dalam Islam tersimpul dalam karakter pribadi

Rasulallah Saw. Dalam pribadi Rasul, bersemai nilai-nilai akhlak yang mulia dan

agung. Al-Qur’an dalam surah al- Ahzab ayat 21 yang menyatakan:

والیوم اآلخر وذكر هللا أسوة حسنة لمن كان یرجو هللا كثیرالقد كان لكم في رسول هللا

Yang artinya: “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulallah suri

tauladan yang baik”.

Akhlak tidak diragukan lagi memiliki peran besar dalam keidupan

manusia. Pembinaan akhlak dimulai dari individu. Hakikat akhlak itu memang

individual, meskipun ia dapat berlaku dalam konteks yang tidak individual.

Karenanya pembinaan akhlak dimulai dari sebuah gerakan individual, yang

kemudian diproyeksikan menyebar ke individu-individu lainnya, lalu setelah

jumlah individu yang tercerahkan secara akhlak menjadi banyak, dengan

sendirinya akan mewarnai kehidupan masyarakat. Melalui dengan pembinaan

akhlak pada setiap individu dan keluarga akan tercipta peradaban masyarakat

yang tentram dan sejahtera (Dian Andayani, 2011: 61).

Menurut ahmad tafsir dalam Islam, akhlak menempati kedudukan penting

dan dianggap memiliki fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat.

Pendidikan akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan

kebahagiaan dalam arti yang hakiki, bukan kebahagiaan semu.

Page 75: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Akhlak Islam adalah akhlak ynag benar-benar memelihara eksitensi manusia

sebagai makhluk terhormat sesuai dengan fitrahnya (Ahmad, 2007:60).

Kualitas akhlak seseorang setidaknya dapat dilihat dari tiga indicator.

Pertama, konsisten antara yang dikatakan dengan yang dilakukan, dengan kata

lain adanya kesesuaian antar perkataan dengan perbuatan. Kedua,

konsisternorientasi, yakni adanya kesesuaian antara pandangan dalam satu hal

dengan pandangannya dalam bidang lainnya. Ketiga, konsisten dengan pola hidup

sederhana. Dalam tasawuf, sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri,

beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan, dan selalu bersikap

kebajikan pada hakikatnya adalah cerminan dari akhlak yang mulia.

Ajaran akhlak senantiasa bersifat praktis, dalam arti langsung

dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat. Ajaran akhlak yang bersifat antipatif

terhadap kebutuhan sejumlah prinsip yang lentur yang dapat mengarahkan warga

masyarakat pada perubahan, misalnya adalah prinsip membawa manfaat. Prinsip

inilah salah satu yang menjaga agar reaksi-reaksi sesaat yang umumnya negatife

terhadap gagasan dan gaya baru, justru tidak mematikannya (Majid, 2012: 61).

Dari dapat kita lihat bahwa pendidikan akhlak dalam Islam mempunyai

orientasi yang sama dengan pendidikan karakter yang sedang booming saat ini,

yaitu pembentukan karakter. Perbedaan bahwa pendidikan akhlak terkesan timur

dan Islam, sedangkan pendidikan karakter terkesan barat dan sekuler, bukan

alasan untuk dipertentangkan. Pada kenyataannya keduanya memiliki ruang untuk

Page 76: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

saling mengisi. Bahkan Licona sebagai bapak Pendidikan Karakter di Amerika

justru mengisyaratkan keterkaitan erat antara akarakter dan spiritualitas.

Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat

seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulallah Saw juga

menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk

mengupayakan pembentukan karakter yang baik. Tokoh pendidikan barat yang

mendunia seperti Socrates, klipatrick, Lickona, Brooks dan Goble seakan

menggemakan kembali gaung yang disuarakan Nabi Muhammad saw, bahwa

moral akhlak atau karakter adalah tujuan yang tak dapat dihindarkan dari dunia

pendidikan (Muslich, 2011:20).

Dengan demikian bila sejauh ini pendidikan karakter telah berhasil

dirumuskan oleh para penggiatnya sampai pada tahap yang sangat operasional

melalui metode, strategi, dan teknik, sedang pendidikan akhlak syarat dengan

informasi criteria ideal dan sumber karakter baik, maka memadukan keduanya

menjadi suatu tawaran yang sangat inspiratif. Hal ini sekaligus menjadi entry

point bahwa pendidikan karakter memiliki ikatan yang kuat dengan nilai

spiritualitas dan agama.

2. Pendidikan Karakter di Indonesia

Pendidikan karakter dalam perspektif Islam sejatinya adalah internalisasi

nilai-nilai akhlak ke dalam pribadi pelajar. Internalisasi ini merupakan proses

pembangunan jiwa yang berasaskan konsep keimanan. Gagalnya sebuah

pendidikan karakter yang terjadi selama ini, dapat disebabkan karena tidak adanya

Page 77: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

karakter yang mengajarkan nilai keimanan dan konsep akhlak. Sehingga, proses

pembangunan karakter tersendat bahkan hilang sama sekali. Untuk membentuk

penuntut ilmu berkarakter dan berakhlak, maka pendidikan Islam harus

mengarahkan target pendidikan kepada pembangunan individu yang memahami

tentang kedudukannya, baik kedudukan di hadapan Tuhan, di hadapan masyarakat

dan di dalam dirinya sendiri (Ahmad Tafsir, 2005:32).

Pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah

pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya

bangsa Indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian generasi muda (Narwanti,

2011:16).

Nilai-nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, Pancasila,

budaya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu (Narwanti, 2011:28):

religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli

sosial, tanggung jawab yang seluruhnya harus mengacu pada tiga komponen yaitu

moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (merasakan moral) dan moral

acting (tindakan moral). Ketiga aspek tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan

Islam yaitu:

a. Tujuan Pendidikan Jasmani

Pendidikan Islam memberikan perhatian terhadap tubuh manusia, bertujuan

menyajikan fakta-fakta relevan kepada siswa

Page 78: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

mengenai tubuhnya. Bertujuan membantu siswa mencapai kemampuan yang

menjadikannya lebih kuat dan membantunya menanamkam sikap positif

terhadap tubuhnya (Abdullah, 1991:157).

b. Tujuan Pendidikan Rohani

Para ahli pendidikan menyamakan tujuan religious dengan tujuan

pendidikan rohani ini (Abdullah, 1991:158). Dimensi spiritual yang

dimaksudkan adalah sisi jiwa yang memilki sifat-sifat ilahiyah (ketuhanan) dan

memiliki daya untuk menarik dan mendorong dimensi-dimensi lainnya untuk

mewujudkan sifat-sifat tuhan dalam dirinya. Pemikiran sifat-sifat tuhan

bermakna memiliki potensi-potensi luhur batin. Potensi-potensi ini melekat

pada dimensi-dimensi psikis manusia dan memerlukan aktualisasi. Dimensi

manusia yang bersumber secara langsung dari tuhan ini adalah dimensi al-Ruh

(Baharudin, 2007:136).

c. Tujuan Pendidikan Akal

Secara bahasa aql mempunyai aneka makna. Diantaranya bermakna al-

Hijr atau al-nuha yang berarti kecerdasan. Sedangkan kata kerja (fi’il) aqala

bermakna habasa yang berarti mengikat atau menawan. Karena itulah orang

yang menggunakan akalnya disebut aqil yaitu orang yang dapat mengikat dan

menawan hawa nafsunya (Baharudin, 2007:115).

Dari ketiga tujuan dimensi pendidikan tersebut, fisik, ruh dan akal ini

menegaskan bahwa kebutuhan dasar yang berakar pada fitrah manusia mesti

mendapatkan perhatian penuh. Oleh karena itu dalam teori pendidikan benar

Page 79: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

bahwasannya tidak boleh mengabaikan salah satu dari ketiga aspek yaitu kognitif,

afektif dan psikomotorik yang memang menghasilkan pendidikan ketiga dimensi

di atas.

Sudah memasuki tahun kedua setelah dicanangkannya pendidikan karakter

oleh kemendiknas, namun kentan di lapangan (di sekolah-sekolah) masih seperti

sebelumnya dan belum menunjukkan tanda-tanda peningkatan kualitasnya. Nilai-

nilai budi pekerti belum sepenuhnya terakomodinir oleh materi pendidikan agama

dan materi pendidikan kewarganegaraan. Di samping itu materi agama termasuk

budi pekerti yang disampaikan oleh guru agama masih bersifat normative dan

“melangit”. Dalam pengertiannya rumusan tujuannya bersifat teosentris dan

abstrak. Hal ini bukanya tidak sah, tetapi cenderung mengabaikan realita nyata,

dimana peserta didik hidup dan berinteraksi. Sehingga pendidikan agama

dianggap belum bisa memperkuat moralitas anak (Muin, 2011:89).

Model pengintegrasikan pendidikan karakter pada semua mata pelajaran,

termasuk pengintegrasian pada ekstrakulikuler, juga belum dapat dilaksnakan

secara optimal, baik oleh pemerintah maupun pelaku pendidikan (kepala sekolah

dan guru). Menurut Ahmad tafsir terdapat empat kelemahan yang menyebabkan

pendidikan karakter belum optimal. Pertama, guru belum memahami sepenuhnya

bagaiamana mengintegrasikan nilai karakter pada masing-masing materi

pelajaran. Sehingga ketika menyantumkan nilai karakter saat penyusunan silabus

dan RPP terkesan asal yang penting ada bunyi nilai karakter “formalitas”. Kedua,

Page 80: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

karena silabus dan RPP hanya sebagai formalitas, maka dalam proses

pembelajaran berjalan secara konvensional sesuai gaya guru masing-masing dan

tidak mencerminkan pelaksanaan dari silabus dan RPP, sehingga pesan

penanaman nilai karakter juga tidak terealisasikan. Ketiga, masih kuatnya

orientasi pendidikan pada dimensi pengetahuan dan kurang memperhatikan aspek

pengembangan sikap. Hal ini menyebabkan peserta didik mengetahui banyak hal,

namun kurang memiliki sistem nilai, sikap, minat maupun apresiasi secara positif

terhadap apa yang diketahuinya. Keempat, masih kuatnya asumsi bahwa jika

aspek perkembangan kognitif, jika pengalaman pembelajaran kognitif (Tafsir,

2005: 89).

Sampai saat ini, mungkin pola pendekatan pembiasaan dan keteladanan

masih sangat efektif untuk menanamkan nilai karakter atau budi pekerti peserta

didik. Terealisasinya pendidikan karakter ini harus ditopang oleh tiga pilar utama

lembaga pendidikan, yaitu rumah tangga, sekolah dan masyarakat tidak lupa

Negara. Dari pilar tersebut sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter.

Dengan adanya pendidikan karakter di Indonesia dalam Islam akan menjadikan

peserta didik yang memiliki jiwa toleransi, menghormati, inovasi dan kreatif dan

memiliki moral yang baik serta menjalankan sesuatu dilandasi dengan aturan

agama tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku.

Apalagi saat ini akhlah moralitas pada peserta didik sudah mulai menurun

karena timbulnya pengaruh-pengaruh negative dari luar. Sehingga dengan mudah

mereka mudah terpengaruhi. Akhlak moral seseorang sangat mudah dipengaruhi,

Page 81: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

yang mana datang dari lingkungan, teman dan sebagainya. Banyak sekolah-

sekolah yang mana peserta didiknya telah luntur akhlak moralnya. Di beberapa

sekolah yang ada di Indonesia banyak terjadi penyimpangan akhlak. Oleh sebab

itu pendidikan karakter sangatlah setuju apabila diterapkan di Indonesia saat ini

dengan melihat nilai moralitas anak mulai menurun. Yang paling penting

pendidikan karakter berbasis Islam yang harus diterapkan disekolah sekolah,

keluarga yang ada di Indonesia.

Maka dari itu disetiap sekolah-sekolah memberikan pelajaran siswa yang

berupa pendidikan agama Islam dan budi pekerti. Dari hal tersebut siswa akan

dilatih dan dibiasakan untuk berbuat akhlaqul karimah. Pembiasaan berarti pola

kegiatan yang dilakukan secara continue. Dengan pola pembiasaan dapat muncul

nilai-nilai karakter seperti disiplin, tanggungjawab, jujur, peduli, dan tentunya

religious. Pola pembiasaan dan keteladanan ini dapat kita lihat dari pola

pembelajaran di pondok pesantren, sekolah-sekolah yang menerapkan sistem

asramah dan lain-lain.

Menurt Ahmad Tafsir Pendidikan krakter sangat penting diterpakan demi

mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan

dilaksanakannya pendidikan karakter pada disetiap sekolah-sekolah di Indonesia.

Diharapakan dapat menjadi solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi di

masyarakat. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan pada

ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah

Page 82: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pendidikan karakter dalam prespektif

Islam tela’ah Ahmad Tafsir, maka dapat disimpulkan, sebagai berikut:

1. Pendidikan Karakter Menurut Ahmad Tafsir

Menurut Ahmad Tafsir pendidikan mengawali dengan mengutip definisi

dari Ahmad D Marimba yang menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh di pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Menurut Ahmad tafsir bahwa di Indonesia agaknya definisi ini telah begitu

mapan. Pendidikan itu terbatas pada kegiatan pengembangan pribadi anak didik.

Ahmad Tafsir berpendapat jadi keberhasilan seseorang dan suatu bangsa

dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya

sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan dengan kualitas sumber daya

manusianya. Bukan ada yang mengatakan bahwa “bangsa yang besar dapat

dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri.”

Menurut Ahmad Tafsir istilah karakter dan watak sering digunakan secara

tukar-menukar. Karakter ini adalah sifat batin manusia yang mempengarui

segenap pikiran dan perbuatannya. Banyak yang memandang atau mengartikan

Page 83: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

identik dengan kepribadian dan hanya merupakan salah satu aspek kepribadian

sebagaimana juga temperamen. Watak dan karakter berkenan dengan

kecenderungan dengan penilaian tingkah laku individu berdasarkan standar-

standar moral dan etika. Menurut Ahmad Tafsir karakter tidak lepas juga dari

pendidikan budi pekerti, budi pekerti adalah perilaku yang tercermin dalam kata,

perbuatan, pikiran, sikap, perasaan, keinginan dan hasil karya Pendidikan karakter

adalah usaha sadar yang dilakuan pendidik kepada peserta didik untuk

membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan dan membentuk moral,

etika, dan rasa berbudaya yang baik dan berakhlak mulia yang menumbuhkan

kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta

mewujudkan kebaikan itu dalam sehari-hari dengan cara melakukan pendidikan,

pengajaran.

Dalam pendidikan Islam istilah al-khuluq (karakter) adalah bentuk jamak

dari akhlak. Kondisi batiniah (dalam) bukan kondisi luar yang mencakup al-

thab‟u (tabiat) dan al-sajiyah (bakat). Dalam terminologi psikologi, karakter

(character) adalah watak, perangai, sifat dasar yang khas; satu sifat atau kualitas

yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk

mengidentifikasi seorang pribadi. Elemen karakter terdiri atas dorongan-

dorongan, insting, refleks-refleks, kebiasaan-kebiasaan, kecenderungan-

kecenderungan, perasaan, emosi, sentimen, minat, kebajikan dan dosa serta

kemauan. Pandangan Ahmad tafsir dalam Islam, tidak ada disiplin Ilmu yang

terpisah dari etika-etika Islam. Dan pentingnya komparasi antara akal dan wahyu

Page 84: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

dalam menentukan nilai-nilai moral terbuka untuk diperlibatkan. Bagi

kebanyakan muslim segala yang dianggap halal dan haram dalam Islam, dipahami

sebagai keputusaan Allah tentang benar dan baik. Dalam Islam terdapat tiga nilai

utama, yaitu akhlak, adab, dan keteladanan.

2. Relevansi Pendidikan karakter di Indonesia

Pendidikan karakter dalam perspektif Islam sejatinya adalah internalisasi

nilai-nilai akhlak ke dalam pribadi pelajar. Internalisasi ini merupakan proses

pembangunan jiwa yang berasaskan konsep keimanan. Gagalnya sebuah

pendidikan karakter yang terjadi selama ini, dapat disebabkan karena tidak adanya

karakter yang mengajarkan nilai keimanan dan konsep akhlak. Menurut Ahmad

Tafsir Pendidikan krakter sangat penting diterpakan demi mengembalikan

karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan dilaksanakannya

pendidikan karakter pada disetiap sekolah-sekolah di Indonesia. Diharapakan

dapat menjadi solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan pada ranah

pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat

kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan

keseharian dirumah dan masyarakat.

B. Saran-saran

Dari pembahasan Pendidikan Karakter dalam Prespektif Islam tela’ah Ahmad

Tafsir maka perlu diajukan saran-saran sebagai berikut:

Page 85: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

1. Bagi dunia pendidikan

Untuk meningkatkan pembelajaran dalam pendidikan, maka dunia pendidikan

harus semakin dikembangkan. Lebih tepatnya dalam pendidikan islam, dalam

pendidikan islam tidak lepas dengan pendidikan karakter. Dengan pendidikan

karakter yang kuat akan menghasilkan benih-benih peserta didik yang

berkompeten dan bermoral yang baik.

2. Bagi Dunia penelitian

Dalam proses penelitian kajian pustaka memerlukan bahan bacaan yang lebih

banyak. Bagi yang berminat untuk melakukan penelitian ini, perlu lebih awal

melakukan keiatan membaca untuk mendukung pengetahuan dan

mempermudah penelitian.

3. Bagi Pemerintah

Diharapkan pemerintah Indonesia mampu mengeluarkan kebijakan-kebijakan

yang mengarah pada pembentukan karakter. Yang berakhir pada

pemusnahannya tindak criminal yang merajalela di Negeri tercinta ini.

Page 86: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman, Shaleh. 2005. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Jakarta:Rineka Cipta.

Ali, Muhammad Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam, Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Anton, Bakker. 1984. Metode- Metode Filsafat, Jakarta:Ghaila Indonesia.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:PT. Rineka Cipta.

Baharuddin. 2007. Paradigma Psikologi Islami Studi Tentang Psikologi Dari Al-Qur’an, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Dewantara, Ki Hajar. 1962. Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta:Majelis Luhur Taman Siswa.

Djamarah. 2004. Pola Komunkasi Orang Tua Dan Anak Dalam Keluarga, Jakarta:PT. Rineka Cipta.

Echols, Jhon M. 1979. Kamus Inggris Indonesia, Jakarta:Gramedia.

Kosoema, Doeni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Pendidikan Anak Di Zaman Global. Jakarta:PT Grasindo.

Lickona, Thomas. 1991. Educating For Character. Newyork:Delta Kppn.

Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:Al-Ma’arif.

Masnur, Muslich. 2011. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Jakarta:Bumi Aksara.

Miskawih, thaqiq,Ibn. 1934. Tahdzib al-Akhlaq, Mesir:Dar Al-Syuruq.

Majid, Abdul, Andayani, D. 2010. Pendidikan Karakter Dalam Islam, Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta:Lemaga Penerbit FE-UI.

Mishad. 2012. Pendidikan Karakter:Prespektif Islam, Malang:MPA.

Mubarok, Ahmad. 2001. Psikologi Dakwah, Jakarta:Pustaka Firdaus.

Mujib, Abdul. 2006. Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Page 87: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter Pengintegrasian 18 Nilai Dalam Mata Pelajaran, Yogyakarta:Familia.

Nata, Abuddin. 2011. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta:Raja Grafindo.

Poerbakawatja, Soegarda. 1982. Ensiklopedi Pendidikan,Jakarta:Gunung Agung.

Poerwadarminta, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka.

Rahman, Fazlur. 1987. Terjemahan Senoaji Saleh, Jakarta:Bumi Aksara.

Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Sukamdinata, Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Sukardjo dan Komarudin, Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep Dan Aplikasinya,

Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Prespektif Islam, Bandung:Remaja Rosdakarya.

--------, 2004. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Pengetahuan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

--------, 2004. Filsafat Pendidikan Akal dan Hati , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

--------, 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta:PT Armas Duta Jaya.

Zuhriah, Heni. 2008. Pendidikan Karakter:Studi Perbandingan Antara Konsep Doeni Koesoema Dan Ibn Miskawih, Surabaya:IAIN Sunan Ampel.

Page 88: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi
Page 89: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Alin Mujtamiah

Tempat, tanggal lahir : Kec. Tuntang Kab. Semarang, 10 Mei 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Nama Ayah : Nasrodin

Nama Ibu : Siti Maemunah

Alamat : RT:2 RW:5 Jombor Kalisari 2 Kec. Tuntang Kab. Semarang

Jenjang Pendidikan : 1. MI JOMBOR Kec. Tuntang Kab. Semarang 2000-2006

2. SMP Negeri 2 Tuntang Kec. Tuntang Kab. Semarang 2006-2009

3. PKBM PERMATA Salatiga 2011-2012

4. IAIN Salatiga 2012-2017

Page 90: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

DAFTAR NILAI SKK

Nama : Alin Mujtamiah Jurusan : PAI

NIM : 111-12-211 Dosen P.A. : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.

NO Kegiatan Tanggal Sebagai Nilai

1

Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) “ Progresif Kaum Muda, Kunci Perubahan Indonesia”

05-07 september 2012 Peserta 3

2

Orintasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga “ Mewujudkan Gerakan Mahasiswa Tarbiyah Sebagai Tonggak Kebangkitan Pendidikan Indonesia”

8-9 September 2012 Peserta 2

3 Orientasi Dasar Keislaman ( ODK ) STAIN Salatiga

10 September 2012 Peserta 2

4 Seminar Entrepreneurship Dan Perkoperasian 2012, “Explore Your Entrepreneurship Talent”

11 September 2012 Peserta 2

5 Achievement Motivation Training (AMT) “ Dengan AMT, Bangun Karakter Raih Prestasi”

12 September 2012 Peserta 2

6 Sertifikat UPT Perpustakaan “Library User Education”

13 September 2012 Peserta 2

7 Sertifikat Seminar Nasional Mahasiswa “Urgensi Media Dalam Pergulatan Politik”

29 September 2012 Peserta 8

8

Sertifikat MAPABA Joko Tingkir Salatiga “Membentuk Militansi Kader Menuju Mahasiswa Yang Ideal”

7 Oktober 2012 Peserta 2

9 Sertifikat bedah buku “Berhenti Kerja Semakin Kaya” 5 April 2013 Peserta 2

10 Sertifikat “Haflah Qur’an dan Haul KH. Nur Cholis Ke-8 7 Agustus 2013 Panitia 3

11

Sertifikat PDP Pendidikan Dasar Perkoperasian “Menumbuhkan Jiwa Berwirausaha Melalui Koperasi Mahasiswa”

27-29 Desember 2013 Peserta 2

Page 91: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

12

Sertifikat PLP Pendidikan Lanjutan Perkoperasian “Membentuk Jiwa Dengan Jati Diri Koperasi dan Mental Entrepreneur”

16-18 Mei 2014 Peserta 2

13

Sertifikat gebyar seni Qur’aniyy umum ke-VI sejateng “Aktualisasi Makna dan Syi’ar Al-Quran sebagai sumber Inspirasi”

5 November 2014 Peserta 4

14 Sertifikat “Wisata Religi PONPES TAHFIDZUL QUR’AN DAARUL QUDDUSIS SALAM”

18 November 2014 Panitia 3

15

Sertifikat “PERBASIS “Perbandingan Bahasa Arab Bahasa Inggris/ CEA Comparison English Arabic” CEC dan ITTAQO

27 November 2014 Panitia 3

16

Sertifikat Pendidikan Dasar Perkoperasian PDP “Membangun Jiwa Entrepreneur dengan Berkoperasi”

28 November 2014 Panitia 3

17 Certificate of Participation has involved in Study Club CEC

7 Desember 2014 Peserta 2

18 Sertifikat “Seminar Kesehatan PONPES Tahfidzul Qur’an daarul quddusis salam”

13 Februari 2015 Panitia 3

19 Sertifikat PLP “Membentuk Mental Entrepreneurship Dengan Jati Diri Koperasi”

5-7 Juni 2015 Panitia 3

20

Sertifikat “Pesantren Kilat Ramadhan 1436H PONPES Tahfidzul Qur’an Daarul Quddusis Salam”

27 Juni 2015 Panitia 3

21 Sertifikat “Inkubasi Bisnis Tahap Awal Angkatan Tiga”

11 Oktober 2015 Peserta 2

22

Sertifikat Training of Trainer “Memahami Kepribadian Kepemimpinan yang Berkualitas serta Fungsi dan Peran dalam Koperasi dan Organisasi”

10-11 oktober 2015 Panitia

3

23 Seminar Nasional Kewirausahaan “Jiwa Muda, Berani Berwirausaha”

30 Oktober 2015 Peserta 8

24

Sertifikat IAIN Salatiga Bersholawat “Menyemai Nilai-Nilai Islam Indonesia Untuk Memperkokoh NKRI dalam Mewujudkan Baldatun

6 November 2015 Peserta 2

Page 92: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1586/1/Alin Mujtamiah.pdf · luhur terhadap sesama, memiliki jiwa sosial yang baik, sikap toleransi

Toyyibatun Warrobun Ghofur”

25

Sertifikat seminar Nasional “Reiventing Kebudayaan Untuk Kebangkitan HMI di Era Modern” 28 Mei 2016 Peserta 8

26

Sertifikat Ngaji Akbar Jurnalistik dan Seminar Nasional literasi Islam bertajuk “Membangun Budaya Literasi Islam di Era Informasi Digital”

6, 10, dan 26 Juni 2016 Peserta 8

27

Sertifikat seminar Jurnalistik yang bertajuk “Santri Menulis” 7 Agustus 2016

Panitia 3

28

Sertifikat “Haflah Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 dan Khotmil Qur’an serta Haul KH. Nur Cholis Ke-9”

7 Agustus 2016 Panitia 3

29

Sertifikat dalam acara Musyawarah Wilayah Ikatan Mahasiswa PGMI Se- Indonesia WIJAYATIRTA ke-11 dengan tema “Menciptakan Suasana Kekeluargaan untuk Menumbuhka Semangat dalam Berdemokrasi” oleh HMJ PGMI IAIN Salatiga

10-12 November 2016 Peserta

8

30

SK PENGURUS KOPMA FATAWA IAIN SALATIGA “posisi sebagai fatawa coorpreneurship study center (focust)”

17 Maret 2015 Pengurus 4

Total 105

Mengetahui,Salatiga, Maret 2017 Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama

Achmad Maimun, M.Ag NIP. 19700510 199803 1 003