pendidikan dan beiajar di negarakesatuan...
TRANSCRIPT
BAB I
P E N D A H U L U A N
Latar Belakang Masalah dan Dasar Pemikiran
Peningkatan mutu sumber daya manusia yang di-
iringi dengan usaha pemerataan memperoleh pelayanan
pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan Republik
Indonesia secara jelas termaktub dalam Undang-Undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasi-
onal. Dalam pasal 9 dan 10 undang - undang tersebut
ditegaskan bahwa setiap usaha pendidikan dl Indone
sia diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekoiah
dan pendidikan luar sekoiah.
Pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah
merupakan satu kesatuan sistem pendidikan nasional
yang berdasarkan Pancasila, dan bertujuan untuk me
ningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha 'Esa,
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat ke-
bangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pa-
sal 10 ayat 3 ) jalur pendidikan luar sekoiah meru-
1
pakan pendidikan yang diselenggarakan di luar seko
iah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak ha-
rus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan menu-
rut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73
tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekoiah ( Pasal 1
ayat 1 ) pendidikan luar sekoiah adalah pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekoiah baik dilembaga-
kan maupun tidak.
Russel Kleis ( 1974 : 6 ),dalam bukunya yang
berjudul » Nonformal Education « mengemukakah bahwa
pendidikan luar sekoiah adalah usaha pendidikan yang
dilakukan secara sengaja dan sistematis. Pendidikan
ini berbeda dengan pendidikan tradisional terutama
yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendi
dikan luar sekoiah dilaksanakan dengan sukarela dan
selektif, sesuai dengan keinginan serta kebutuhan pe-
serta didik yang ingin belajar dengan sungguh-- sung-"
guh.
Pendidikan luar sekoiah sebagai sub sistem da
ri sistem Pendidikan Nasional, mampu memberikan pe-
luang lebih besar kepada anggota masyarakat untuk
terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampil-
an yang dimilikinya.
D. Sudjana ( 1992 : 1 ) memberikan batasan PLS sebagai
berikut :
Pendidikan luar sekoiah adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang dilakukan dengan -\ sengaja,teratur dan berencana di luar sistem sekoiah,ber-langsung sepanjang umur yang bertujuan untuk meng-aktualisasi potensi manusia sehingga terwujud manusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu meningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat. .
Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan ,
yang dimaksud dengan pendididikan luar sekoiah dalam
penelitian ini merupakan pendidikan di luar sistem se
koiah ( di masyarakat dan lembaga ) yang tidak berjen
jang dan berkesinambungan dengan tujuan untuk mengak-
tualisasi potensi setiap manusia agar hidup di dunia
ini lebih baik, lebih berguna dan lebih bermanfaat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 73 tahun 1991, tujuan pendidikan luar sekoiah a-
dalah (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh ,
dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya ,
guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2)
membina warga belajar agar memiliki pengetahuan,.-kete-
rampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk •eie-
ngembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau .^elan-
jutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,dan (3)
memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dipenuhi dalam jalur pendidikan sekoiah.
4
Pendidikan luar sekoiah mempunyai derajat keketa-
tan dan keseragaman yang lebih rendah dibandingkan de
ngan tingkat keketatan dan keseragaman pendidikan seko
iah. Pendidikan luar sekoiah memiliki bentuk dan isi
program yang bervariasi dibandingkan dengan pendidikan
sekoiah. Tujuan program pendidikan luar sekoiah tidak
seragam sedangkan tujuan program pendidikan sekoiah a-
dalah seragam untuk satuan, jenis dan jenjang pendidik
an.Peserta didik ( warga belajar ) dalam program pendi
dikan luar sekoiah tidak memiliki persyaratan ketat se-
bagaimana persyaratan yang berlaku bagi siswa pendidik
an sekoiah ( D. Sudjana, 1991 : 13 )•
Pentingnya peranan PLS dalam memajukan kehidupan
masyarakat diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah(l993:
2 ) sebagai berikut :
Pendidikan luar sekoiah nadir di tengah~rtengah,;masyarakat jauh sebelum masyarakat mengenai lembaga pendidikan sekoiah. Pendidikan luar sekoiahyang ada di masyarakat berjalan seiring denganpembudayaan, pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia melalui lembaga, organisasi dan ke-lompok pembentuk pribadi, alam pikiran dan pan-dangan moral masyarakat. Di Indonesia kegiatan -kegiatan yang merupakan upaya transmisi pengeta-huan, keterampilan, sikap, nilai, norma yang dilakukan secara sistematik,' terarah dan memilikitujuan dalam bentuk yang » indigenous" teiah
berkembang sejak dulu, seperti pewarisan pengetahu.-an, keterampilan, sikap, nilai, norma, melalui pendidikan dalam keluarga, magang, organisasi, pemuda,dan yang lebih terlembagakan adalah kegiatan pendidikan di pondok pesantren.
Pendidikan luar sekoiah sebagai bagian integral da
ri sistem pendidikan nasional, memiliki fungsi yang se-
jajar dengan pendidikan persekolahan, yaitu :mengembang-^
kan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasio -
nal.
Mengacu kepada Undang - Undang Republik '.Indonesia
Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
terutama yang terdapat pada (1) Pasal 9 ayat 3, satuan
pendidikan luar sekoiah meliputi keluarga, kelompok be -
lajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis, (2) Pasal
10 ayat 3, jalur pendidikan luar sekoiah merupakan pen -
didikan yang diselenggarakan di luar sekoiah melalui ke
giatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan
bersinambungan. Ini mengandung pengertian bahwa ciri-ci-
ri yang membedakan pendidikan luar sekoiah dengan pendi
dikan sekoiah adalah keluwesan pendidikan luar sekoiah
berkenaan dengan waktu dan lamanya belajar, usia peserta
didik, isi pelajaran, cara penyelenggaraan pengajaran ,
dan cara penilaian hasil belajar.
Menurut D. Sudjana ( 1991 : 44-51 ) pendidikan luar
sekoiah,sebagai subsistem pendidikan nasional menca-
kup berbagai pendidikan lainnya sepanjang pendidikan
tersebut diselenggarakan di luar subsistem sekoiah.
Jenis-jenis pendidikan tersebut diantaranya ialah
Pendidikan Massa, Pendidikan Orang Dewasa, dan Pen
didikan Perluasan.
Pendidikan Massa ( Mass Education ) adalah ke-
sempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat
luas dengan tujuan untuk membantu masyarakat agar
warganya memiliki kecakapan membaca, menulis, berhi-
tung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam upa
ya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya sebagai
warga masyarakat dan sebagai warga negara.Dalam per-
kembangan lebih lanjut, pendidikan massa •menjangkau
pula kegiatan-kegiatan latihan bagi para pemimpin
masyarakat yang secara sukarela menyelenggarakan dan
mengadakan pendidikan massa, dan meliputi pula pe-
nyebaran informasi untuk menumbuhkan keyakinan ma
syarakat terhadap usaha-usaha sosial yang perlu di-
lakuKan secara dinamis.
Pendidikan orang dewasa ( Adult Education)ada-
lah jenis pendidikan,yang disajikan untuk ; memoela-
jarkan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa merupa-
kan seluruh proses pendidikan yang terorganisasi di
luar sekoiah dengan berbagai bahan belajar, tingkat-
an, dan metoda, baik bersifat resmi maupun tidak,me-
liputi upaya keianjutan atau perDaikan pendidikan
yang diperoleh dari sekoiah, akademi, universitas,a-
tau magang. Pendidikan tersebut diperuntukan bagi
orang-orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya,a-
gar mereka dapat mengembangkan kemampuan:, memperkaya
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik kete-
rampilan dan profesi yang teiah dimilikinya, memper
oleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan peri-
lakunya. Tujuannya adalah agar orang-orang dewasa
mengembangkan pribadinya secara optimal dan berpar -
tisifasi secara seimbang dalam kehidupan sosial,eko-
nomi dan budaya yang terus berkembang. Sesuai dengan
deiinisi di atas, pendidikan orang dewasa !• memiliki
berbagai jenis pendidikan seperti pendidikan berke-
lanjutan, pendidikan perbaikan, pendidikan populer ,
pendidikan kader dan pendidikan kehidupan keluarga.
Pendidikan perluasan (Extension Education)ada-
lah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya,
ke luar peserta didik di perguruan tinggi, yaitu ke
pada masyarakat. Misalnya penyuluhan pertanian.
8
Berdasarkan pembahasan mengenai pendidikan luar seko
iah di atas, penulis dalam penelitian ini mengungkap-
kan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas pengemudi
kendaraan bermotor sebagai kajian dari pendidikan lu
ar sekoiah, yaitu jenis pendidikan orang dewasa. Se-
dangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No.73 Tahun
1991 ( Bab III Pasal 3, ayat 2 dan 4 )termasuk jenis
pendidikan umum dan pendidikan jabatan kerja.
(2) Pendidikan umum merupakan pendidikan yangmengutamakan perluasan dan peningkatan kete-rarapilan dan sikap warga belajar dalam bi-dang tertentu.
(4) Pendidikan jabatan kerja merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan pengetahuankemampuan dan sikap warga belajar untuk memenuhi persyaratan peKerjaan tertentu padasatuan Kerja yang bersangkutan.
Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas bisa
diterapkan pada saat warga belajar mengikuti pendi
dikan mengemudi ( pada kursus dan magang ) atau sete-
lah mereka menjadi pengemudi. Pelaksanaan dalam pen
didikan ini sangat penting untuk menanggulangi perma
salahan lalu-llntas yang dewasa ini terjadi di kota-
kota besar, khususnya Kotamadya Bandung. Permasalahan
lalu-lintas itu berupa pelanggaran, kemacetan dan ke-
celakaan lalu-lintas.
9
Menurut data POLRI, di Indonesia pada tahun 1994 ter
dapat 11.004 orang tewas di jalanan. Jumlah itu terus
meningkat menjadi 11.019 orang pada tahun 1995 ( sam
pai minggu ketiga Desember ). Data itu belum termasuk
korban yang luka berat sehingga cacat seumur hidup
( Tajuk Rencana : Tak Nyaman Lagi di Jalan,Harian U-
mum Pikiran Rakyat, Selasa 9 April 1996 ). Dalam dasa
warsa terakhir ini di Indonesia diperkirakan ' lebih
dari 100.000 orang tewas di jalan raya dengan kerugi-
an harta benda lebih dari 100 milyar rupiah ( Tabah,
1991 : 304 ).
Menurut data dari Polisi Daerah Jawa Barat,ter-
catat selama tahun 1992 akibat kecelakaan lalu-lintas
1.628 orang meninggal dunia dengan kerugian materi di
perkirakan Rp. 1.508.372.000,- sedangkan pada tahun
1993 di Provinsi Jawa Barat akibat kecelakaan lalu-
lintas mengalami peningkatan menjadi 1.773 orang me
ninggal dunia dengan kerugian materi diperkirakan Rp.
1.913.981.000,- ( Eddi Sopandi, 1994 : 4 ).
Apabila diinventarisasi faktor penyeoab masalah
lalu-lintas ( pelanggaran, kecelakaan dan kemacetan
lalu-lintas ) ada empat, meliputi (1) Paktor manusia
sebagai pemakai jalan, seperti pengemudi, pejalan ka-
10
ki, penumpang angkutan umum dan penumpang mobil pri-
badi yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas, (2)
Paktor kendaraan, seperti kuantitas dan kualitas ken-
daraan, kelengkapan flsik kendaraan, serta kelengkap-
an surat-surat kendaraan, (3) Paktor jalan/lingkungan
seperti ruas dan badan jalan, jembatan, saluran air,
tempat pejalan kaki, pinggiran jalan, tepi jalan, se-
lokan jalan, lereng jalan dan rambu-rambu jalan, dan
(4) Faktor pengaturan lalu-lintas, jraitu koordinaei
antara petugas yang terkait seperti Polisi, DLLAJR,
POM ABRI, Departemen Pekerjaan Umum, petugas parkir,
teknik lalu-lintas, pendidikan lalu-lintas serta pe-
negakan hukum dan Undang-Undang Lalu-Lintas.
Dari ke empat faktor penyebab timbulnya masalah
lalu-lintas tersebut di atas, manusia merupakan pe
nyebab atama (human error). Menurut PT Jasa Marga(lN-
DOSIAR, 6 April 1996) penyebab terjadinya kecelakaan
lalu-lintas di jalan Tol 69 % disebabkan oleh manusia
dan 31 %disebabkan oleh kendaraan dan lingkungan.Me
nurut Polisi Daerah Jawa Barat, pelanggaran lalu-lin
tas di Jawa Barat dilakukan oleh soplr kendaraan umum
(54,72 %), sopir perusahaan/lembaga (19,15 %), sopir
pribadi (13,67 %), pelajar/mahasiswa (4,32 %), ABRI
(1,58 %) dan Iain-lain 6,56 %{ Eddi Sopandi,1994: 80)
11
Menurut Brigadir Jenderal Polisi Drs. Sumarsono,SH
( Direktur Lalu-Lintas POLRI ) pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan oleh para sopir, disebabkan para sopir
itu tidak menjiwai tugas sebagai sopir, mereka asal
kerja sehingga tidak disiplin dalam berlalu-lintas(Per
bincangan lalu lintas di ANTEVE, 29 Januari 1996 jam
22.30 - 23.00 ).
Demikian pula halnya dengan keadaan di Kotamad
ya Bandung, nampaknya permasalahan lalu lintas pada
tahun-tahun terakhlr ini dapat dirasakan Iangsung oleh
para pemakai Jalan dan bisa disaksikan Iangsung di la-
pangan. Permasalahan lalu lintas di kotamadya Bandung
ini umumnya berupa pelanggaran lalu lintas yang nenia-
bulkan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas
Berdasarkan data dari Kantor Polisi Wiiayah Kota
Besar Bandung, banyaknya kasus pelanggaran lalu-lintas
pada tiga . tahun terakhir adalah sebagai berikut :
Tahun 1993 terjadi 35.142 kasus pelanggaran,tahun1994 terjadi 30.270 kasus pelanggaran, dan tahun1995 terjadi 37.356 kasus pelanggaran lalu-lintas( POLWILTABES Bandung, 1996 : 38 )
Tingkat pendidikan pelaku pelanggaran lalu-lintas
pada tahun 1995 tercatat SD ( 5,02 %), SLTP (28,21 %)
12
SLTA ( 56,53 %), dan Perguruan Tinggi ( 10,24 %).Pro-
fesi pelaku pelanggaran lalu-lintas pada tahun 1995 di-
ketahui terdiri dari Pegawai Negeri ( 5,49 %)t pegawai
swasta ( 31,73 %), mahasiswa ( 7,01 %), pelajar (12,
37 %), sopir ( 5,56 %), sopir umum ( 32,57 %), peda-
gang ( 3,27 %), dan Iain-lain ( 2,20 %). Selanjutnya
pelaku pelanggaran lalu-lintas yang ditilang berdasar -
kan golongan SIM pada tahun 1995 terdiri dari SIM A(16,
25 %), SIM A Umum ( 23,19 %), SIM B 1 ( 6,26 %), SIM
B 1 Umum ( 17,79 %), SIM B 2 ( 0,99 %), SIM B 2 Umum
( 3,82 %), SIM C ( 24,15 %), dan tidak memiliki SIM
sebesar 7,55 %( POLWILTABES Bandung, 1996 : 40 - 41 ).
Kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di Kotamadya
Bandung selama tahun 1995 tercatat 466 kejadian dengan
korban meninggal dunia 97 orang, luka berat 88 orang,lu
ka ringan 121 orang dan kerugian materi ditaksir seki -
tar Rp. 533.540.000,- ( POLWILTABES Bandung, 1996 :32)
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas ma-
ka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih
adanya kesenjangan antara figur pengemudi yang ada
dalam kenyataan dewasa ini dengan figur pengemudi i^
deal yang diharapkan oleh masyarakat. Para pengemudi
dewasa ini cenderung memiliki sikap mental tidak ta-
13
at pada peraturan lalu-lintas, tidak sopan dalam
berlalu-lintas, dan rendahnya kesadaran pengemudi
seoagai pelayan masyarakat.
Sedangkan pengemudi ideal adalah •pengemudi
yang menjadi dambaan masyarakat. la memiliki de-
dikasi yang tinggi terhadap aktifitas mengemudi
sebagai profesinya. Pengemudi ideal ini memenuhi
persyaratan dari aspek-aspek kognitif,afektif dan
psikomotorik.
Aspek-aspek kognitif yang perlu dimiliki o-
leh seorang pengemudi adalah (1) memiliki •penge-
tahuan yang luas tentang peraturan lalu - lintas,
undang-undang lalu-lintas, jenis kendaraan, ukur-
an kendaraan, muatan, kualitas kendaraan, kelas
jalan, dan persyaratan pengemudi, (2)memiliki pe-
ngetahuan tentang letak dan lokasi jalan atau me-
nguasai peta mental, (3) memiliki pengetahuan ta-
ta cara pergaulan dan kehidupan masyarakat.
Aspek-aspek afektif yang perlu dimiliki o-
leh seorang pengemudi adalah (1) selalu patuh dan
taat pada peraturan lalu-lintas baik pada waktu
ada petugas pengawas maupun tidak ada petugas pe-
14
ngawas lalu-lintas serta melaksanakannya dalam ke
hidupan nyata, (2) memiliki sikap sopan santun da
lam berlalu-lintas di jalan,tidak mementingkan di
rinya sendiri dalam mengendarai kendaraan, selalu
memberikan kesempatan kepada pemakai jalan lain
yang memerlukan, seperti : barisan ABRI, rombongan
anak sekoiah, pemadam kebakaran, ambulans, kenda -
raan yang mengangkut orang sakit atau ,. "kecelakaan
lalu-lintas dan kendaraan jenazah, (3) selalu men-
jaga hak dan kewajibannya sebagai pengemudi,(4)me-
melihara dan menjaga kendaraannya dengan baik ser
ta menyimpan kendaraannya selalu pada tempat yang
aman, (5) tindakan dan perbuatannya dalam mengemu
di selalu ditujukan untuk keselamatan dirinya dan
orang-orang pada umumnya, (6) bagi pengemudi ang
kutan umum selalu menjaga keselamatan diri, kenda
raan, dan penumpang yang dibawanya baik manusia a-
tau barang, (7) dalam berbicara atau bertegur sapa
dengan orang lain seperti petugas, sesama pengemu
di, penumpang dan seDagainya selalu -/menggunakan
kata-kata yang sopan dan pantas, (8) pandai berga-
ul dan berkomunikasi dengan masyarakat umum, khu
susnya dengan penumpang, (9) memperhatikan dan me-
15
matuhi waktu istirahat dan bekerja, agar terjaga
keselamatan diri, kendaraan serta penumpang yang
dibawanya. Bagi pengemudi angkutan umum antar kota
perlu memberikan kesempatan kepada penumpang untuk
ke WC, sembahyang, makan, minum dan istirahat.
Aspek-aspek psikomotorik yang perlu dimiliki
oleh pengemudi adalah (1) memiliki dan .. menguasai
keterampilan mengemudikan kendaraan yang dibawanya
baik siang hari maupun malam hari, cuaca cerah a-
tau hujan (2) memiliki keterampilan untuk member-
baiki dan menanggulangi kendaraan yang dibawanya
apabila mogok di jalan atau mengalami kerusakan,
(3) memiliki keterampilan dalam pertolongan perta-
ma pada kecelakaan ( PPPK ) sehingga untuk semen-
tara waktu ia dapat memberikan pertolongan pada
dirinya, pemakai jalan dan penumpang yang mengala
mi kecelakaan..
Dalam tesis ini yang akan diteliti sebagai me
dia pembina kedisiplinan para pengemudi adalah :
a. Lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan ber-
motor di Kotamadya Bandung.
b. Pengelola angkutan umum, yaitu Bus DAMRI, Taksi,
dan Angkutan Kota.
c. Para pengemudi/sopir senior yang memiliki kernet
( calon pengemudi ).
16
2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas,yang men
jadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
a. Apakah pengelolaan dan proses pembelajaran PLS
pada kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor
di Kotamadya Bandung sudah mengacu kepada upaya
membina sikap disiplin berlalu-lintas terhadap
calon pengemudi'?
bi Apakah pengelola angkutan umum sudah memberikan
pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas kepada
para pengemudinya ?
c. Apakah sopir-sopir senior sudah memberikan pem
binaan sikap disiplin berlalu-lintas pada calon
pengemudi dan bagaimana dampak terhadap kedisi
plinan para pengemudi baru ?
d. Paktor-faktor apa yang berpengaruh pada pembi-
naan sikap disiplin berlalu-lintas.
C. Dffifinisi Operasional
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menaf-
sirkan judul tesis ini, penulis merasa perlu untuk
menjelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam pene
litian.
17
1. Pengelolaan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-
Zain, 1994 : 650 ) pengelolaan memiliki arti peng-
urusan, penyelenggaraan atau manajemen. Pengertian
manajemen menurut Donnely, Gibson dan Ivancevich
(1987 : 5) adalah sebagai berikut :
Management is the process undertaken by oneor more individuals to coordinate the "aclri-vities of others to achieve results •nvrt''* a-chievable by one individual acting alone.Andthe process of management should be studiedby anyone planning to become a successful manager.
artinya, manajemen adalah proses berusaha yang di
lakukan oleh seseorang atau banyak \: orang untuk
mengkoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai ha
sil, dimana kegiatan tersebut tidak dapat ,(dilaku
kan oleh seorang individu secara sendirian.Dan pro
ses manajemen akan dimulai dari seseorang mempela-
jari perencanaan sampai ia menjadi manajer yang
berhasil.
Sedangkan menurut D. Sudjana ( 1992:11) pe
ngelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan ke
terampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan
bersama orang lain atau melalui orang lain dalam
mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya D. Sudjana
( 1992 : 12 ) berKesimpulan ;
18
Manajemen merupakan serangkaian kegiatan meren-canakan, mengorganisasikan,menggerakan, mengen-dalikan dan mengembangkan segala upaya di dalammengatur dan mendayagunakan sumber daya manusiasarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang teiah ditetapkan secara efisiendan efektif.
Dari beberapa pengertian di atas penulis berke-
simpulan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan dalam
penelitian ini adalah proses berusaha yang dilakukan
oleh sejumlah orang secara terpadu dengan mendayagu
nakan sumber daya manusia dan sumber daya non manusia
dalam mencapai tujuan yang teiah ditetapkan.
2. Pembelajaran
Menurut D. Sudjana ( 1993 : 5 ), pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik
dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar
terjadi kegiatan belajar raembelajarkan. Di dalam ke
giatan pembelajaran akan terjadi interaksi aktif an-
tara dua pihak, yaitu warga belajar dan sumber bela
jar. Warga belajar melakukan kegiatan belajar dan
sumber belajar berperan untuk membantu agar warga
belajar melakukan kegiatan belajar secara aktif.
Dalam pembelajaran ini aktifitasnya ditekankan
pada warga. belajar yang melibatkan diri sepenuh ke
mampuan untuk belajar dan bukan mengutamakan kegiat
an mengajar yang didominasi oleh sumber belajar.
19
3. Pendidikan Luar Sekoiah ( PLS )
Menurut The South East Asian Ministry of Edu
cation Organization ( SEAMEO, 1971 ),pendidikan lu
ar sekoiah adalah setiap upaya pendidikan dalam ar-
ti luas yang di .dalamnya terdapat komunikasi yang
teratur dan terarah diselenggarakan di luar sekoiah
sehingga seseorang atau kelompok memperoleh infor -
masi mengenai pengetahuan, latihan dan bimbingan
sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya
( D. Sudjana, 1993 : 43 ).
Pengertian pendidikan luar sekoiah yang lain
dikemukakan oleh Philip Coombs ( 1973 : 11 ) seba -
gai berikut :
Non formal education : any organized .eaucati-*onal activity outside the established formalsystem - whether operating separately or as animportant feature of some broader :^aetivity-that is intended to serve identifiable learning clienteles ana learning oojectives.
artinya pendidikan luar sekoiah (pendidikan non for
mal) adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dan
sistematis, di luar sistem persekolahan, yang aise-
diakan untuk melayani bentuk-bentuk belajar bagi pe
serta didik tertentu untuk mencapai tujuan belajar.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpul -
kan, bahwa pendidikan luar seKolah bukan hanya meru-
20
pakan kegiatan proses belajar mengajar, akan tetapi
lebih luas daripada itu, di dalamnya terdapat komu-
nikasi yang teratur aan terarah oaik secara indivi-
du maupun kelompok mengenai ini'ormasi yang dibutuh-
kan untuk mengembangkan. potensi setiap orang baik
anak-anak maupun orang dewasa agar mereka mampu me
ningkatkan tarap kehidupannya. Disamping itu pendi
dikan luar sekoiah ini aapat melayani oentuk-bentuk
belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. dengan
sembarang dasar pendidikan, berkenaan dengan hampir
segala jenis ilmu yang hendak dituntut, dapat meng-
anaalkan aneka ragam sponsor dan sumber dana atau
dukungan, dan dapat diadakan dengan aneka corak dan
bentuk, menggunakan aneka ragam tenaga pengajar dan
metode pengajaran, dapat diselenggarakan pada sem
barang waktu dan tempat, dengan kata lain PLS dapat
diselenggarakan secara pragmatis.
4. Pembinaan
Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya meme-
lihara dan membawa sesuatu keadaan yang seharusnya
terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya.Di
dalam manajemen pendidikan-'luar sekoiah, pembinaan
dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program
21
yang sedang dilaksanakan tidak menyimpang dari ren-
cana ( V. Sudjana, 1992 : 157 ).
-Dalam penelitian ini, pembinaan dimaksudkan,
setiap upaya yang dilakukan oleh pengelola/ sumber
belajar atau permagang dalam kegiatan pembelajaran
PLS kepada calon pengemudi atau warga belajar.
Bentuk dari pembinaan itu dapat menggunakan
pendekatan Iangsung dan tidak Iangsung. Pendekatan
Iangsung terjadi apabila pihak pembina ( pengelola
atau sumber belajar ) bertatap muka.dengan warga
belajar melalui kegiatan ceramah, penataran,rapat,
diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Sedangkan pen
dekatan tidak Iangsung dapat dilakukan melalui pe-
tunjuk tertulis atau perjanjian kerja.
5. Sikap —
Pengertian sikap menurut Krech, Crutchfield,
dan Ballachey (1962: 139) adalah sebagai berikut :
...attitudes-enduring systems of positive ornegative evaluations, emosional feeling andpro or contra action tendencies with respectto social objects.
artinya, sikap yaitu sistem yang menetap dari peni-
laian-penilaian positif atau negatif,perasaan- pe-
22
rasaan emosional dan kecenderungan- kecenderungan
untuk mengadakan tindakan pro atau kontra terha -
dap obyek-obyek sosial.
Menurut Zimbardo dan Ebbesen ( dalam Abu Ah-
madi, 1990 : 163 ) :
Sikap adalah suatu predisposisi ( keadaan mu-dah terpengaruh ) terhadap seseorang,ide atauobyek yang ber isi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior.
sedangkan menurut Gerungan ( 1988 : 137 ) attitude
merupakan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat
merupakan sikap pandangan atau perasaan,tetapi si
kap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk ber-
tindak sesuai dengan sikap terhadap ooyek tadi itu.
Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil
kesimpulan walaupun adanya perbedaan dalam mende -
finisikan sikap namun ada beberapa ciri yang sama
yaitu para akhli setuju bahwa sikap merupakan pre
disposisi yang dapat mempengaruhi tingkah laku,si
kap ini dapat dipelajari dan dapat dihayati, se
hingga bisa menjadi permanen dalam hati dan pikir-
an seseorang. karena itu baik buruknya sikap sese-
orang terhadap obyek sosial tertentu tergantung pa-
23
da dua faktor, yaitu (1) faktor intern yang terda -
pat dalam pribadi manusia, mempengaruhi seseorang
untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari
luar dirinya; (2) faktor ekstern yaitu faktor yang
berasal dari luar pribadi manusia, dapat mempenga -
ruhi seseorang melalui interaksi manusia dalam ma -
syarakat.
Demikian pula dengan sikap seseorang atau ba
nyak orang terhadap disiplin berlalu-lintas dapat
ditanamkan sedini mungkin melalui proses pembelajar
an sehingga menjadi sikap permanen yang positif.Ka-
rena itu bila seorang pengemudi memiliki sikap yang
positif terhadap disiplin berlalu-lintas maka ia a-
kan menjadi pengemudi ideal yang selalu mematuhi a-
turan lalu-lintas, tetapi sebaliknya bila seorang
pengemudi memiliki sikap yang negatif terhadap di
siplin berlalu-lintas maka ia akan melanggar terha
dap peraturan lalu lintas.
5. Disiplin
Menurut W.J.S. Poerwadarminta ( 1985 :254)di-
siplin dapat diartikan ketaatan pada aturan dan ta
ta tertib, atau latihan batin dan watak dengan mak-
sud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata
tertib.
24
Dalam penelitian inipun yang dimaksud dengan disip-
'lin adalah ketaatan pada aturan dan tata tertib ya
itu pada peraturan lalu lintas.
6. Lalu Lintas
Menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkut
an Jalan 1992 ( Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 )
yang dimaksud dengan lalu lintas adalah gerak ken -
daraan, orang dan hewan di jalan. Sedangkan menurut
Djajapermana ( 1980 :1 ) lalu lintas adalah gerak
pindah manusia baik dengan alat penggerak maupun
tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat lain.
Dalam penelitian ini pengertian lalu - lintas
dibatasi pada gerak kendaraan bermotor roda empat
yang dikemudikan oleh sopir, baik kendaraan pribadi/
preman maupun kendaraan angkutan umum ( angkutan ma
nusia dan barang ).
i>ari penjelasan istilah-istilah yang dipakai
dalam tesis ini akhirnya penulis menyimpulkan ruang
lingkup penelitian adalah membahas dan mengkaji pe
nyelenggaraan program PLS yang berupa kursus-kursus
mengemudi dan kegiatan magang calon pengemudi ken -
daraan bermotor di Kotamadya Bandung dalam membina
sikap disiplin atau taat pada peraturan lalu lintas.
25
D. Tujuan Penelitian
Dengan berpijak pada rumusan masalah dan per
tanyaan penelitian yang teiah dikemukakan sebelumnya
penulis menetapkan tujuan sebagai berikut :
1. Ingin Mengidentifikasi kondisi yang berkenaan de
ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada
kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor di Ko
tamadya Bandung.
2. Ingin mengidentifikasi kondisi pengelolaan angkut
an umum dalam fmembina sikap disiplin '. berlalu-
lintas kepada para pengemudinya.
3» Untuk memahami proses pembelajaran magang dalam
kegiatan. mengemudi dan dampaknya terhadap kedisi
plinan para pengemudi baru*
4. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang
berpengaruh pada pembinaan sikap disiplin berlalu
lintas.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi iembaga-lembaga penyelenggara kursus menge
mudi kendaraan, hasil penelitian ini sebagai .ma
sukan untuk memperbaiki,restrukturisasi,dan meng-
evaluasi program pendidikan yang teiah dilaksana-
26
kan selama ini.
2. Untuk lembaga pendidikan tinggi, khususnya pro
gram pendidikan luar sekoiah, penelitian ini da
pat menghasilkan konsep pemberdayaan sumber daya
manusia pengemudi.
3. Bagi sumber belajar, hasil penelitian ini dapat
dipakai dalam melengkapi proses pembelajaran ke
pada calon pengemudi (warga belajar) terutama
yang berkenaan dengan pembinaan mental psikologi
berlalu-lintas.
4. Untuk para pengemudi hasil penelitian ini ber-
manfaat dalam mengevaluasi diri dari hasil bela
jar dan pengalaman sehari-hari.
5. Bagi instansi yang berwenang memberikan izin u-
saha dan izin penyelenggaraan kepada - lemoaga-
lembaga kursus mengemudi kendaraan, hasil pene
litian ini dapat dijadikan salah satu acuan da
lam memberikan izin tadi.