pendidikan dan beiajar di negarakesatuan...

27
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah dan Dasar Pemikiran Peningkatan mutu sumber daya manusia yang di- iringi dengan usaha pemerataan memperoleh pelayanan pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan Republik Indonesia secara jelas termaktub dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasi- onal. Dalam pasal 9 dan 10 undang - undang tersebut ditegaskan bahwa setiap usaha pendidikan dl Indone sia diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah. Pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah merupakan satu kesatuan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila, dan bertujuan untuk me ningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha 'Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat ke- bangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pa- sal 10 ayat 3 ) jalur pendidikan luar sekoiah meru- 1

Upload: vandang

Post on 28-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

BAB I

P E N D A H U L U A N

Latar Belakang Masalah dan Dasar Pemikiran

Peningkatan mutu sumber daya manusia yang di-

iringi dengan usaha pemerataan memperoleh pelayanan

pendidikan dan beiajar di Negara Kesatuan Republik

Indonesia secara jelas termaktub dalam Undang-Undang

Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasi-

onal. Dalam pasal 9 dan 10 undang - undang tersebut

ditegaskan bahwa setiap usaha pendidikan dl Indone

sia diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekoiah

dan pendidikan luar sekoiah.

Pendidikan sekoiah dan pendidikan luar sekoiah

merupakan satu kesatuan sistem pendidikan nasional

yang berdasarkan Pancasila, dan bertujuan untuk me

ningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha 'Esa,

kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,

memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat ke-

bangsaan agar dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pa-

sal 10 ayat 3 ) jalur pendidikan luar sekoiah meru-

1

Page 2: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

pakan pendidikan yang diselenggarakan di luar seko

iah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak ha-

rus berjenjang dan berkesinambungan. Sedangkan menu-

rut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73

tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekoiah ( Pasal 1

ayat 1 ) pendidikan luar sekoiah adalah pendidikan

yang diselenggarakan di luar sekoiah baik dilembaga-

kan maupun tidak.

Russel Kleis ( 1974 : 6 ),dalam bukunya yang

berjudul » Nonformal Education « mengemukakah bahwa

pendidikan luar sekoiah adalah usaha pendidikan yang

dilakukan secara sengaja dan sistematis. Pendidikan

ini berbeda dengan pendidikan tradisional terutama

yang menyangkut waktu, materi, isi dan media. Pendi

dikan luar sekoiah dilaksanakan dengan sukarela dan

selektif, sesuai dengan keinginan serta kebutuhan pe-

serta didik yang ingin belajar dengan sungguh-- sung-"

guh.

Pendidikan luar sekoiah sebagai sub sistem da

ri sistem Pendidikan Nasional, mampu memberikan pe-

luang lebih besar kepada anggota masyarakat untuk

terus meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampil-

an yang dimilikinya.

Page 3: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

D. Sudjana ( 1992 : 1 ) memberikan batasan PLS sebagai

berikut :

Pendidikan luar sekoiah adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang dilakukan dengan -\ sengaja,teratur dan berencana di luar sistem sekoiah,ber-langsung sepanjang umur yang bertujuan untuk meng-aktualisasi potensi manusia sehingga terwujud manusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu meningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat. .

Dari keempat definisi di atas dapat disimpulkan ,

yang dimaksud dengan pendididikan luar sekoiah dalam

penelitian ini merupakan pendidikan di luar sistem se

koiah ( di masyarakat dan lembaga ) yang tidak berjen

jang dan berkesinambungan dengan tujuan untuk mengak-

tualisasi potensi setiap manusia agar hidup di dunia

ini lebih baik, lebih berguna dan lebih bermanfaat.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 73 tahun 1991, tujuan pendidikan luar sekoiah a-

dalah (1) melayani warga belajar supaya dapat tumbuh ,

dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya ,

guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, (2)

membina warga belajar agar memiliki pengetahuan,.-kete-

rampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk •eie-

ngembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau .^elan-

jutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,dan (3)

memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat

dipenuhi dalam jalur pendidikan sekoiah.

Page 4: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

4

Pendidikan luar sekoiah mempunyai derajat keketa-

tan dan keseragaman yang lebih rendah dibandingkan de

ngan tingkat keketatan dan keseragaman pendidikan seko

iah. Pendidikan luar sekoiah memiliki bentuk dan isi

program yang bervariasi dibandingkan dengan pendidikan

sekoiah. Tujuan program pendidikan luar sekoiah tidak

seragam sedangkan tujuan program pendidikan sekoiah a-

dalah seragam untuk satuan, jenis dan jenjang pendidik

an.Peserta didik ( warga belajar ) dalam program pendi

dikan luar sekoiah tidak memiliki persyaratan ketat se-

bagaimana persyaratan yang berlaku bagi siswa pendidik

an sekoiah ( D. Sudjana, 1991 : 13 )•

Pentingnya peranan PLS dalam memajukan kehidupan

masyarakat diungkapkan oleh Sutaryat Trisnamansyah(l993:

2 ) sebagai berikut :

Pendidikan luar sekoiah nadir di tengah~rtengah,;masyarakat jauh sebelum masyarakat mengenai lembaga pendidikan sekoiah. Pendidikan luar sekoiahyang ada di masyarakat berjalan seiring denganpembudayaan, pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia melalui lembaga, organisasi dan ke-lompok pembentuk pribadi, alam pikiran dan pan-dangan moral masyarakat. Di Indonesia kegiatan -kegiatan yang merupakan upaya transmisi pengeta-huan, keterampilan, sikap, nilai, norma yang dilakukan secara sistematik,' terarah dan memilikitujuan dalam bentuk yang » indigenous" teiah

Page 5: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

berkembang sejak dulu, seperti pewarisan pengetahu.-an, keterampilan, sikap, nilai, norma, melalui pendidikan dalam keluarga, magang, organisasi, pemuda,dan yang lebih terlembagakan adalah kegiatan pendidikan di pondok pesantren.

Pendidikan luar sekoiah sebagai bagian integral da

ri sistem pendidikan nasional, memiliki fungsi yang se-

jajar dengan pendidikan persekolahan, yaitu :mengembang-^

kan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat

manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasio -

nal.

Mengacu kepada Undang - Undang Republik '.Indonesia

Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

terutama yang terdapat pada (1) Pasal 9 ayat 3, satuan

pendidikan luar sekoiah meliputi keluarga, kelompok be -

lajar, kursus, dan satuan pendidikan sejenis, (2) Pasal

10 ayat 3, jalur pendidikan luar sekoiah merupakan pen -

didikan yang diselenggarakan di luar sekoiah melalui ke

giatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan

bersinambungan. Ini mengandung pengertian bahwa ciri-ci-

ri yang membedakan pendidikan luar sekoiah dengan pendi

dikan sekoiah adalah keluwesan pendidikan luar sekoiah

berkenaan dengan waktu dan lamanya belajar, usia peserta

didik, isi pelajaran, cara penyelenggaraan pengajaran ,

dan cara penilaian hasil belajar.

Page 6: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

Menurut D. Sudjana ( 1991 : 44-51 ) pendidikan luar

sekoiah,sebagai subsistem pendidikan nasional menca-

kup berbagai pendidikan lainnya sepanjang pendidikan

tersebut diselenggarakan di luar subsistem sekoiah.

Jenis-jenis pendidikan tersebut diantaranya ialah

Pendidikan Massa, Pendidikan Orang Dewasa, dan Pen

didikan Perluasan.

Pendidikan Massa ( Mass Education ) adalah ke-

sempatan pendidikan yang diberikan kepada masyarakat

luas dengan tujuan untuk membantu masyarakat agar

warganya memiliki kecakapan membaca, menulis, berhi-

tung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam upa

ya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya sebagai

warga masyarakat dan sebagai warga negara.Dalam per-

kembangan lebih lanjut, pendidikan massa •menjangkau

pula kegiatan-kegiatan latihan bagi para pemimpin

masyarakat yang secara sukarela menyelenggarakan dan

mengadakan pendidikan massa, dan meliputi pula pe-

nyebaran informasi untuk menumbuhkan keyakinan ma

syarakat terhadap usaha-usaha sosial yang perlu di-

lakuKan secara dinamis.

Pendidikan orang dewasa ( Adult Education)ada-

lah jenis pendidikan,yang disajikan untuk ; memoela-

jarkan orang dewasa. Pendidikan orang dewasa merupa-

Page 7: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

kan seluruh proses pendidikan yang terorganisasi di

luar sekoiah dengan berbagai bahan belajar, tingkat-

an, dan metoda, baik bersifat resmi maupun tidak,me-

liputi upaya keianjutan atau perDaikan pendidikan

yang diperoleh dari sekoiah, akademi, universitas,a-

tau magang. Pendidikan tersebut diperuntukan bagi

orang-orang dewasa dalam lingkungan masyarakatnya,a-

gar mereka dapat mengembangkan kemampuan:, memperkaya

pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknik kete-

rampilan dan profesi yang teiah dimilikinya, memper

oleh cara-cara baru, serta mengubah sikap dan peri-

lakunya. Tujuannya adalah agar orang-orang dewasa

mengembangkan pribadinya secara optimal dan berpar -

tisifasi secara seimbang dalam kehidupan sosial,eko-

nomi dan budaya yang terus berkembang. Sesuai dengan

deiinisi di atas, pendidikan orang dewasa !• memiliki

berbagai jenis pendidikan seperti pendidikan berke-

lanjutan, pendidikan perbaikan, pendidikan populer ,

pendidikan kader dan pendidikan kehidupan keluarga.

Pendidikan perluasan (Extension Education)ada-

lah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya,

ke luar peserta didik di perguruan tinggi, yaitu ke

pada masyarakat. Misalnya penyuluhan pertanian.

Page 8: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

8

Berdasarkan pembahasan mengenai pendidikan luar seko

iah di atas, penulis dalam penelitian ini mengungkap-

kan pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas pengemudi

kendaraan bermotor sebagai kajian dari pendidikan lu

ar sekoiah, yaitu jenis pendidikan orang dewasa. Se-

dangkan menurut Peraturan Pemerintah RI No.73 Tahun

1991 ( Bab III Pasal 3, ayat 2 dan 4 )termasuk jenis

pendidikan umum dan pendidikan jabatan kerja.

(2) Pendidikan umum merupakan pendidikan yangmengutamakan perluasan dan peningkatan kete-rarapilan dan sikap warga belajar dalam bi-dang tertentu.

(4) Pendidikan jabatan kerja merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan pengetahuankemampuan dan sikap warga belajar untuk memenuhi persyaratan peKerjaan tertentu padasatuan Kerja yang bersangkutan.

Pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas bisa

diterapkan pada saat warga belajar mengikuti pendi

dikan mengemudi ( pada kursus dan magang ) atau sete-

lah mereka menjadi pengemudi. Pelaksanaan dalam pen

didikan ini sangat penting untuk menanggulangi perma

salahan lalu-llntas yang dewasa ini terjadi di kota-

kota besar, khususnya Kotamadya Bandung. Permasalahan

lalu-lintas itu berupa pelanggaran, kemacetan dan ke-

celakaan lalu-lintas.

Page 9: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

9

Menurut data POLRI, di Indonesia pada tahun 1994 ter

dapat 11.004 orang tewas di jalanan. Jumlah itu terus

meningkat menjadi 11.019 orang pada tahun 1995 ( sam

pai minggu ketiga Desember ). Data itu belum termasuk

korban yang luka berat sehingga cacat seumur hidup

( Tajuk Rencana : Tak Nyaman Lagi di Jalan,Harian U-

mum Pikiran Rakyat, Selasa 9 April 1996 ). Dalam dasa

warsa terakhir ini di Indonesia diperkirakan ' lebih

dari 100.000 orang tewas di jalan raya dengan kerugi-

an harta benda lebih dari 100 milyar rupiah ( Tabah,

1991 : 304 ).

Menurut data dari Polisi Daerah Jawa Barat,ter-

catat selama tahun 1992 akibat kecelakaan lalu-lintas

1.628 orang meninggal dunia dengan kerugian materi di

perkirakan Rp. 1.508.372.000,- sedangkan pada tahun

1993 di Provinsi Jawa Barat akibat kecelakaan lalu-

lintas mengalami peningkatan menjadi 1.773 orang me

ninggal dunia dengan kerugian materi diperkirakan Rp.

1.913.981.000,- ( Eddi Sopandi, 1994 : 4 ).

Apabila diinventarisasi faktor penyeoab masalah

lalu-lintas ( pelanggaran, kecelakaan dan kemacetan

lalu-lintas ) ada empat, meliputi (1) Paktor manusia

sebagai pemakai jalan, seperti pengemudi, pejalan ka-

Page 10: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

10

ki, penumpang angkutan umum dan penumpang mobil pri-

badi yang tidak mematuhi peraturan lalu-lintas, (2)

Paktor kendaraan, seperti kuantitas dan kualitas ken-

daraan, kelengkapan flsik kendaraan, serta kelengkap-

an surat-surat kendaraan, (3) Paktor jalan/lingkungan

seperti ruas dan badan jalan, jembatan, saluran air,

tempat pejalan kaki, pinggiran jalan, tepi jalan, se-

lokan jalan, lereng jalan dan rambu-rambu jalan, dan

(4) Faktor pengaturan lalu-lintas, jraitu koordinaei

antara petugas yang terkait seperti Polisi, DLLAJR,

POM ABRI, Departemen Pekerjaan Umum, petugas parkir,

teknik lalu-lintas, pendidikan lalu-lintas serta pe-

negakan hukum dan Undang-Undang Lalu-Lintas.

Dari ke empat faktor penyebab timbulnya masalah

lalu-lintas tersebut di atas, manusia merupakan pe

nyebab atama (human error). Menurut PT Jasa Marga(lN-

DOSIAR, 6 April 1996) penyebab terjadinya kecelakaan

lalu-lintas di jalan Tol 69 % disebabkan oleh manusia

dan 31 %disebabkan oleh kendaraan dan lingkungan.Me

nurut Polisi Daerah Jawa Barat, pelanggaran lalu-lin

tas di Jawa Barat dilakukan oleh soplr kendaraan umum

(54,72 %), sopir perusahaan/lembaga (19,15 %), sopir

pribadi (13,67 %), pelajar/mahasiswa (4,32 %), ABRI

(1,58 %) dan Iain-lain 6,56 %{ Eddi Sopandi,1994: 80)

Page 11: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

11

Menurut Brigadir Jenderal Polisi Drs. Sumarsono,SH

( Direktur Lalu-Lintas POLRI ) pelanggaran lalu lintas

yang dilakukan oleh para sopir, disebabkan para sopir

itu tidak menjiwai tugas sebagai sopir, mereka asal

kerja sehingga tidak disiplin dalam berlalu-lintas(Per

bincangan lalu lintas di ANTEVE, 29 Januari 1996 jam

22.30 - 23.00 ).

Demikian pula halnya dengan keadaan di Kotamad

ya Bandung, nampaknya permasalahan lalu lintas pada

tahun-tahun terakhlr ini dapat dirasakan Iangsung oleh

para pemakai Jalan dan bisa disaksikan Iangsung di la-

pangan. Permasalahan lalu lintas di kotamadya Bandung

ini umumnya berupa pelanggaran lalu lintas yang nenia-

bulkan terjadinya kemacetan dan kecelakaan lalu lintas

Berdasarkan data dari Kantor Polisi Wiiayah Kota

Besar Bandung, banyaknya kasus pelanggaran lalu-lintas

pada tiga . tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Tahun 1993 terjadi 35.142 kasus pelanggaran,tahun1994 terjadi 30.270 kasus pelanggaran, dan tahun1995 terjadi 37.356 kasus pelanggaran lalu-lintas( POLWILTABES Bandung, 1996 : 38 )

Tingkat pendidikan pelaku pelanggaran lalu-lintas

pada tahun 1995 tercatat SD ( 5,02 %), SLTP (28,21 %)

Page 12: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

12

SLTA ( 56,53 %), dan Perguruan Tinggi ( 10,24 %).Pro-

fesi pelaku pelanggaran lalu-lintas pada tahun 1995 di-

ketahui terdiri dari Pegawai Negeri ( 5,49 %)t pegawai

swasta ( 31,73 %), mahasiswa ( 7,01 %), pelajar (12,

37 %), sopir ( 5,56 %), sopir umum ( 32,57 %), peda-

gang ( 3,27 %), dan Iain-lain ( 2,20 %). Selanjutnya

pelaku pelanggaran lalu-lintas yang ditilang berdasar -

kan golongan SIM pada tahun 1995 terdiri dari SIM A(16,

25 %), SIM A Umum ( 23,19 %), SIM B 1 ( 6,26 %), SIM

B 1 Umum ( 17,79 %), SIM B 2 ( 0,99 %), SIM B 2 Umum

( 3,82 %), SIM C ( 24,15 %), dan tidak memiliki SIM

sebesar 7,55 %( POLWILTABES Bandung, 1996 : 40 - 41 ).

Kecelakaan lalu-lintas yang terjadi di Kotamadya

Bandung selama tahun 1995 tercatat 466 kejadian dengan

korban meninggal dunia 97 orang, luka berat 88 orang,lu

ka ringan 121 orang dan kerugian materi ditaksir seki -

tar Rp. 533.540.000,- ( POLWILTABES Bandung, 1996 :32)

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas ma-

ka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih

adanya kesenjangan antara figur pengemudi yang ada

dalam kenyataan dewasa ini dengan figur pengemudi i^

deal yang diharapkan oleh masyarakat. Para pengemudi

dewasa ini cenderung memiliki sikap mental tidak ta-

Page 13: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

13

at pada peraturan lalu-lintas, tidak sopan dalam

berlalu-lintas, dan rendahnya kesadaran pengemudi

seoagai pelayan masyarakat.

Sedangkan pengemudi ideal adalah •pengemudi

yang menjadi dambaan masyarakat. la memiliki de-

dikasi yang tinggi terhadap aktifitas mengemudi

sebagai profesinya. Pengemudi ideal ini memenuhi

persyaratan dari aspek-aspek kognitif,afektif dan

psikomotorik.

Aspek-aspek kognitif yang perlu dimiliki o-

leh seorang pengemudi adalah (1) memiliki •penge-

tahuan yang luas tentang peraturan lalu - lintas,

undang-undang lalu-lintas, jenis kendaraan, ukur-

an kendaraan, muatan, kualitas kendaraan, kelas

jalan, dan persyaratan pengemudi, (2)memiliki pe-

ngetahuan tentang letak dan lokasi jalan atau me-

nguasai peta mental, (3) memiliki pengetahuan ta-

ta cara pergaulan dan kehidupan masyarakat.

Aspek-aspek afektif yang perlu dimiliki o-

leh seorang pengemudi adalah (1) selalu patuh dan

taat pada peraturan lalu-lintas baik pada waktu

ada petugas pengawas maupun tidak ada petugas pe-

Page 14: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

14

ngawas lalu-lintas serta melaksanakannya dalam ke

hidupan nyata, (2) memiliki sikap sopan santun da

lam berlalu-lintas di jalan,tidak mementingkan di

rinya sendiri dalam mengendarai kendaraan, selalu

memberikan kesempatan kepada pemakai jalan lain

yang memerlukan, seperti : barisan ABRI, rombongan

anak sekoiah, pemadam kebakaran, ambulans, kenda -

raan yang mengangkut orang sakit atau ,. "kecelakaan

lalu-lintas dan kendaraan jenazah, (3) selalu men-

jaga hak dan kewajibannya sebagai pengemudi,(4)me-

melihara dan menjaga kendaraannya dengan baik ser

ta menyimpan kendaraannya selalu pada tempat yang

aman, (5) tindakan dan perbuatannya dalam mengemu

di selalu ditujukan untuk keselamatan dirinya dan

orang-orang pada umumnya, (6) bagi pengemudi ang

kutan umum selalu menjaga keselamatan diri, kenda

raan, dan penumpang yang dibawanya baik manusia a-

tau barang, (7) dalam berbicara atau bertegur sapa

dengan orang lain seperti petugas, sesama pengemu

di, penumpang dan seDagainya selalu -/menggunakan

kata-kata yang sopan dan pantas, (8) pandai berga-

ul dan berkomunikasi dengan masyarakat umum, khu

susnya dengan penumpang, (9) memperhatikan dan me-

Page 15: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

15

matuhi waktu istirahat dan bekerja, agar terjaga

keselamatan diri, kendaraan serta penumpang yang

dibawanya. Bagi pengemudi angkutan umum antar kota

perlu memberikan kesempatan kepada penumpang untuk

ke WC, sembahyang, makan, minum dan istirahat.

Aspek-aspek psikomotorik yang perlu dimiliki

oleh pengemudi adalah (1) memiliki dan .. menguasai

keterampilan mengemudikan kendaraan yang dibawanya

baik siang hari maupun malam hari, cuaca cerah a-

tau hujan (2) memiliki keterampilan untuk member-

baiki dan menanggulangi kendaraan yang dibawanya

apabila mogok di jalan atau mengalami kerusakan,

(3) memiliki keterampilan dalam pertolongan perta-

ma pada kecelakaan ( PPPK ) sehingga untuk semen-

tara waktu ia dapat memberikan pertolongan pada

dirinya, pemakai jalan dan penumpang yang mengala

mi kecelakaan..

Dalam tesis ini yang akan diteliti sebagai me

dia pembina kedisiplinan para pengemudi adalah :

a. Lembaga-lembaga kursus mengemudi kendaraan ber-

motor di Kotamadya Bandung.

b. Pengelola angkutan umum, yaitu Bus DAMRI, Taksi,

dan Angkutan Kota.

c. Para pengemudi/sopir senior yang memiliki kernet

( calon pengemudi ).

Page 16: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

16

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas,yang men

jadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah pengelolaan dan proses pembelajaran PLS

pada kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor

di Kotamadya Bandung sudah mengacu kepada upaya

membina sikap disiplin berlalu-lintas terhadap

calon pengemudi'?

bi Apakah pengelola angkutan umum sudah memberikan

pembinaan sikap disiplin berlalu-lintas kepada

para pengemudinya ?

c. Apakah sopir-sopir senior sudah memberikan pem

binaan sikap disiplin berlalu-lintas pada calon

pengemudi dan bagaimana dampak terhadap kedisi

plinan para pengemudi baru ?

d. Paktor-faktor apa yang berpengaruh pada pembi-

naan sikap disiplin berlalu-lintas.

C. Dffifinisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam menaf-

sirkan judul tesis ini, penulis merasa perlu untuk

menjelaskan istilah-istilah yang dipakai dalam pene

litian.

Page 17: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

17

1. Pengelolaan

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-

Zain, 1994 : 650 ) pengelolaan memiliki arti peng-

urusan, penyelenggaraan atau manajemen. Pengertian

manajemen menurut Donnely, Gibson dan Ivancevich

(1987 : 5) adalah sebagai berikut :

Management is the process undertaken by oneor more individuals to coordinate the "aclri-vities of others to achieve results •nvrt''* a-chievable by one individual acting alone.Andthe process of management should be studiedby anyone planning to become a successful manager.

artinya, manajemen adalah proses berusaha yang di

lakukan oleh seseorang atau banyak \: orang untuk

mengkoordinasi berbagai kegiatan dalam mencapai ha

sil, dimana kegiatan tersebut tidak dapat ,(dilaku

kan oleh seorang individu secara sendirian.Dan pro

ses manajemen akan dimulai dari seseorang mempela-

jari perencanaan sampai ia menjadi manajer yang

berhasil.

Sedangkan menurut D. Sudjana ( 1992:11) pe

ngelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan ke

terampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan

bersama orang lain atau melalui orang lain dalam

mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya D. Sudjana

( 1992 : 12 ) berKesimpulan ;

Page 18: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

18

Manajemen merupakan serangkaian kegiatan meren-canakan, mengorganisasikan,menggerakan, mengen-dalikan dan mengembangkan segala upaya di dalammengatur dan mendayagunakan sumber daya manusiasarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang teiah ditetapkan secara efisiendan efektif.

Dari beberapa pengertian di atas penulis berke-

simpulan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan dalam

penelitian ini adalah proses berusaha yang dilakukan

oleh sejumlah orang secara terpadu dengan mendayagu

nakan sumber daya manusia dan sumber daya non manusia

dalam mencapai tujuan yang teiah ditetapkan.

2. Pembelajaran

Menurut D. Sudjana ( 1993 : 5 ), pembelajaran

dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik

dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar

terjadi kegiatan belajar raembelajarkan. Di dalam ke

giatan pembelajaran akan terjadi interaksi aktif an-

tara dua pihak, yaitu warga belajar dan sumber bela

jar. Warga belajar melakukan kegiatan belajar dan

sumber belajar berperan untuk membantu agar warga

belajar melakukan kegiatan belajar secara aktif.

Dalam pembelajaran ini aktifitasnya ditekankan

pada warga. belajar yang melibatkan diri sepenuh ke

mampuan untuk belajar dan bukan mengutamakan kegiat

an mengajar yang didominasi oleh sumber belajar.

Page 19: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

19

3. Pendidikan Luar Sekoiah ( PLS )

Menurut The South East Asian Ministry of Edu

cation Organization ( SEAMEO, 1971 ),pendidikan lu

ar sekoiah adalah setiap upaya pendidikan dalam ar-

ti luas yang di .dalamnya terdapat komunikasi yang

teratur dan terarah diselenggarakan di luar sekoiah

sehingga seseorang atau kelompok memperoleh infor -

masi mengenai pengetahuan, latihan dan bimbingan

sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya

( D. Sudjana, 1993 : 43 ).

Pengertian pendidikan luar sekoiah yang lain

dikemukakan oleh Philip Coombs ( 1973 : 11 ) seba -

gai berikut :

Non formal education : any organized .eaucati-*onal activity outside the established formalsystem - whether operating separately or as animportant feature of some broader :^aetivity-that is intended to serve identifiable learning clienteles ana learning oojectives.

artinya pendidikan luar sekoiah (pendidikan non for

mal) adalah setiap kegiatan yang terorganisasi dan

sistematis, di luar sistem persekolahan, yang aise-

diakan untuk melayani bentuk-bentuk belajar bagi pe

serta didik tertentu untuk mencapai tujuan belajar.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpul -

kan, bahwa pendidikan luar seKolah bukan hanya meru-

Page 20: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

20

pakan kegiatan proses belajar mengajar, akan tetapi

lebih luas daripada itu, di dalamnya terdapat komu-

nikasi yang teratur aan terarah oaik secara indivi-

du maupun kelompok mengenai ini'ormasi yang dibutuh-

kan untuk mengembangkan. potensi setiap orang baik

anak-anak maupun orang dewasa agar mereka mampu me

ningkatkan tarap kehidupannya. Disamping itu pendi

dikan luar sekoiah ini aapat melayani oentuk-bentuk

belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. dengan

sembarang dasar pendidikan, berkenaan dengan hampir

segala jenis ilmu yang hendak dituntut, dapat meng-

anaalkan aneka ragam sponsor dan sumber dana atau

dukungan, dan dapat diadakan dengan aneka corak dan

bentuk, menggunakan aneka ragam tenaga pengajar dan

metode pengajaran, dapat diselenggarakan pada sem

barang waktu dan tempat, dengan kata lain PLS dapat

diselenggarakan secara pragmatis.

4. Pembinaan

Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya meme-

lihara dan membawa sesuatu keadaan yang seharusnya

terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana aslinya.Di

dalam manajemen pendidikan-'luar sekoiah, pembinaan

dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program

Page 21: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

21

yang sedang dilaksanakan tidak menyimpang dari ren-

cana ( V. Sudjana, 1992 : 157 ).

-Dalam penelitian ini, pembinaan dimaksudkan,

setiap upaya yang dilakukan oleh pengelola/ sumber

belajar atau permagang dalam kegiatan pembelajaran

PLS kepada calon pengemudi atau warga belajar.

Bentuk dari pembinaan itu dapat menggunakan

pendekatan Iangsung dan tidak Iangsung. Pendekatan

Iangsung terjadi apabila pihak pembina ( pengelola

atau sumber belajar ) bertatap muka.dengan warga

belajar melalui kegiatan ceramah, penataran,rapat,

diskusi, tanya jawab dan sebagainya. Sedangkan pen

dekatan tidak Iangsung dapat dilakukan melalui pe-

tunjuk tertulis atau perjanjian kerja.

5. Sikap —

Pengertian sikap menurut Krech, Crutchfield,

dan Ballachey (1962: 139) adalah sebagai berikut :

...attitudes-enduring systems of positive ornegative evaluations, emosional feeling andpro or contra action tendencies with respectto social objects.

artinya, sikap yaitu sistem yang menetap dari peni-

laian-penilaian positif atau negatif,perasaan- pe-

Page 22: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

22

rasaan emosional dan kecenderungan- kecenderungan

untuk mengadakan tindakan pro atau kontra terha -

dap obyek-obyek sosial.

Menurut Zimbardo dan Ebbesen ( dalam Abu Ah-

madi, 1990 : 163 ) :

Sikap adalah suatu predisposisi ( keadaan mu-dah terpengaruh ) terhadap seseorang,ide atauobyek yang ber isi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior.

sedangkan menurut Gerungan ( 1988 : 137 ) attitude

merupakan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat

merupakan sikap pandangan atau perasaan,tetapi si

kap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk ber-

tindak sesuai dengan sikap terhadap ooyek tadi itu.

Dari ketiga pengertian di atas dapat diambil

kesimpulan walaupun adanya perbedaan dalam mende -

finisikan sikap namun ada beberapa ciri yang sama

yaitu para akhli setuju bahwa sikap merupakan pre

disposisi yang dapat mempengaruhi tingkah laku,si

kap ini dapat dipelajari dan dapat dihayati, se

hingga bisa menjadi permanen dalam hati dan pikir-

an seseorang. karena itu baik buruknya sikap sese-

orang terhadap obyek sosial tertentu tergantung pa-

Page 23: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

23

da dua faktor, yaitu (1) faktor intern yang terda -

pat dalam pribadi manusia, mempengaruhi seseorang

untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari

luar dirinya; (2) faktor ekstern yaitu faktor yang

berasal dari luar pribadi manusia, dapat mempenga -

ruhi seseorang melalui interaksi manusia dalam ma -

syarakat.

Demikian pula dengan sikap seseorang atau ba

nyak orang terhadap disiplin berlalu-lintas dapat

ditanamkan sedini mungkin melalui proses pembelajar

an sehingga menjadi sikap permanen yang positif.Ka-

rena itu bila seorang pengemudi memiliki sikap yang

positif terhadap disiplin berlalu-lintas maka ia a-

kan menjadi pengemudi ideal yang selalu mematuhi a-

turan lalu-lintas, tetapi sebaliknya bila seorang

pengemudi memiliki sikap yang negatif terhadap di

siplin berlalu-lintas maka ia akan melanggar terha

dap peraturan lalu lintas.

5. Disiplin

Menurut W.J.S. Poerwadarminta ( 1985 :254)di-

siplin dapat diartikan ketaatan pada aturan dan ta

ta tertib, atau latihan batin dan watak dengan mak-

sud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata

tertib.

Page 24: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

24

Dalam penelitian inipun yang dimaksud dengan disip-

'lin adalah ketaatan pada aturan dan tata tertib ya

itu pada peraturan lalu lintas.

6. Lalu Lintas

Menurut Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkut

an Jalan 1992 ( Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992 )

yang dimaksud dengan lalu lintas adalah gerak ken -

daraan, orang dan hewan di jalan. Sedangkan menurut

Djajapermana ( 1980 :1 ) lalu lintas adalah gerak

pindah manusia baik dengan alat penggerak maupun

tanpa alat penggerak dari satu tempat ke tempat lain.

Dalam penelitian ini pengertian lalu - lintas

dibatasi pada gerak kendaraan bermotor roda empat

yang dikemudikan oleh sopir, baik kendaraan pribadi/

preman maupun kendaraan angkutan umum ( angkutan ma

nusia dan barang ).

i>ari penjelasan istilah-istilah yang dipakai

dalam tesis ini akhirnya penulis menyimpulkan ruang

lingkup penelitian adalah membahas dan mengkaji pe

nyelenggaraan program PLS yang berupa kursus-kursus

mengemudi dan kegiatan magang calon pengemudi ken -

daraan bermotor di Kotamadya Bandung dalam membina

sikap disiplin atau taat pada peraturan lalu lintas.

Page 25: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

25

D. Tujuan Penelitian

Dengan berpijak pada rumusan masalah dan per

tanyaan penelitian yang teiah dikemukakan sebelumnya

penulis menetapkan tujuan sebagai berikut :

1. Ingin Mengidentifikasi kondisi yang berkenaan de

ngan pengelolaan dan proses pembelajaran PLS pada

kursus-kursus mengemudi kendaraan bermotor di Ko

tamadya Bandung.

2. Ingin mengidentifikasi kondisi pengelolaan angkut

an umum dalam fmembina sikap disiplin '. berlalu-

lintas kepada para pengemudinya.

3» Untuk memahami proses pembelajaran magang dalam

kegiatan. mengemudi dan dampaknya terhadap kedisi

plinan para pengemudi baru*

4. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang

berpengaruh pada pembinaan sikap disiplin berlalu

lintas.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi iembaga-lembaga penyelenggara kursus menge

mudi kendaraan, hasil penelitian ini sebagai .ma

sukan untuk memperbaiki,restrukturisasi,dan meng-

evaluasi program pendidikan yang teiah dilaksana-

Page 26: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah

26

kan selama ini.

2. Untuk lembaga pendidikan tinggi, khususnya pro

gram pendidikan luar sekoiah, penelitian ini da

pat menghasilkan konsep pemberdayaan sumber daya

manusia pengemudi.

3. Bagi sumber belajar, hasil penelitian ini dapat

dipakai dalam melengkapi proses pembelajaran ke

pada calon pengemudi (warga belajar) terutama

yang berkenaan dengan pembinaan mental psikologi

berlalu-lintas.

4. Untuk para pengemudi hasil penelitian ini ber-

manfaat dalam mengevaluasi diri dari hasil bela

jar dan pengalaman sehari-hari.

5. Bagi instansi yang berwenang memberikan izin u-

saha dan izin penyelenggaraan kepada - lemoaga-

lembaga kursus mengemudi kendaraan, hasil pene

litian ini dapat dijadikan salah satu acuan da

lam memberikan izin tadi.

Page 27: pendidikan dan beiajar di NegaraKesatuan Republikrepository.upi.edu/736/4/T_PLS_949628_Chapter1.pdfD. Sudjana (1992 :1)memberikan batasan PLS sebagai berikut : Pendidikan luar sekoiah