pendidikan berkarakter lingkungan dalam pendekatan perspektif holistik ekologis

15
  PENDIDIKAN BERKARAKTER LINGKUNGAN DALAM PENDEKATAN PERSPEKTIF HOLISTIK EKOLOGIS  Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu (Prof. DR. Achmad Munandar, M.Pd.) Oleh: Rahmi Wulandiani, S.Pd. PROGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011

Upload: rahmi-wulandiani

Post on 13-Jul-2015

309 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 1/15

 

 

PENDIDIKAN BERKARAKTER LINGKUNGAN DALAM

PENDEKATAN PERSPEKTIF HOLISTIK EKOLOGIS

 Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

(Prof. DR. Achmad Munandar, M.Pd.)

Oleh:

Rahmi Wulandiani, S.Pd.

PROGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2011

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 2/15

 

 

BAB I

PENDAHULUAN 

Kelestarian dan kehidupan mahluk hidup sangat bergantung kepada

lingkungan. Itulah sebabnya lingkungan selalu menjadi isu penting yang

dibicarakan dunia dari waktu ke waktu. Masalah lingkungan mulai dibicarakan di

tingkat internasional pada tahun 1982. Ketika itu UNEP (United Nations

Environment Program) menyelenggarakan sidang istimewa dalam memperingati

10 tahun gerakan lingkungan (1972-1982) di Nairobi, Kenya. Dalam sidang

istimewa tersebut terbentuklah Komisi Internasional yang dinamakan Komisi

Dunia untuk Pembangunan dan Lingkungan. Komisi ini menghasilkan program

yang bernama ³Pembangunan Berkelanjutan´ atau ³Sustainable Development´.Konsep pembangunan berkelanjutan tersebut mengandung makna bahwa segala

upaya pemanfaatan sumber daya alam, pengembangan teknologi, perubahan

tatanan kelembagaan, serta peningkatan investasi harus diarahkan secara harmonis

dan terpadu untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini dan mendatang

(Surtikanti: 2009).

Pada kenyataannya, Setiadi (2007:2) menyatakan bahwa implementasi

  paradigma pembangunan berkelanjutan belum mencapai tingkat yang optimal,

 bahkan terkesan ³jalan di tempat´. Banyak pihak yang melihat bahwa pola-pola

 pembangunan di berbagai negara tidak berubah secara fundamental. Pertumbuhan

ekonomi tetap dijadikan sebagai tujuan utama oleh banyak negara. Berbagai

ukuran yang digunakan dalam pembangunan lebih berorientasi pada standar 

kehidupan material daripada kualitas kehidupan yang lebih holistik. Demikian

  juga dengan kepentingan manusia yang masih ditempatkan sebagai prioritas

utama, sementara alam hanya diposisikan sebagai instrumen demi memenuhi

kebutuhan manusia. Dengan kata lain, sumberdaya alam masih dipandang sebagai

sumberdaya ekonomis (sebagai sumber pendapatan negara dan dayatarik 

investasi) daripada sumberdaya ekologis.

Pada masa ini manusia telah menjadi salah satu spesies organisme heterotrof 

yang paling dominan di planet bumi ini. Kemajuan IPTEK yang selalu mengalami

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 3/15

 

 

inovasi memungkinkan manusia untuk mengeksploitasi, mengolah dan

memanfaatkan segala sesuatu yang terdapat di lingkungannya untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Kondisi ini menggeser kesadaran manusia bahwa

lingkungan mempunyai daya toleransi (daya lenting) yang apabila telah

terlampaui maka kualitas lingkungan terus merosot dan berdampak pada

malapetaka dan ancaman terhadap keberlangsungan hidup manusia di muka bumi.

Jika sudah demikian, maka tak ada lagi warisan alam yang dapat dinikmati oleh

anak cucu kita kelak. Adapun dampak yang tidak dikehendaki sebagai akibat

  perlakuan manusia terhadap lingkungannya bisa beranekaragam, misalnya:

terjadinya pencemaran oleh tumpahan minyak dan oleh limbah buangan industri,

kelangkaan dan kepunahan spesies-spesies berbagai organisme, serta perubahan

 pola cuaca dan iklim akibat penciutan luas bentangan hutan tropika.Untuk mencegah dan memperbaiki lingkungan diperlukan pemahaman yang

cukup luas serta program yang terencana dan jelas yang dilakukan secara bertahap

dan sistematis. Namun demikian, upaya memperbaiki lingkungan tidak cukup

dengan pengetahuan saja, tetapi harus didukung dengan mental, perilaku dan

sikap yang sungguh-sungguh dari setiap komponen masyarakat. Untuk 

membentuk masyarakat yang memiliki kepedulian lingkungan yang tinggi

tersebut, maka dalam bidang pendidikan ke depan diperlukan pendidikan yang

  berwawasan lingkungan sejak dari pendidikan dasar sampai pada pendidikan

tinggi.

Pendidikan memberikan peluang yang besar dalam pembentukan wawasan

secara holistik yang dapat membentuk pola pikir manusia untuk lebih memahami

lingkungan dengan lebih bijaksana. Setiadi (2007: 7) mengatakan bahwa saat ini

dunia tidak dapat lagi dipandang seperti pohon yang cenderung bersifat

sentralistik, hirarkis, birokratis, namun kini harus dilihat seperti layaknya

tumbuhan merambat yang dinamis, majemuk, dan sistimik. Dengan demikian pola

  pemikiran yang fragmentik, strukturalis, mekanistik, serta deterministik perlu

digeser ke pola pemikiran yang ekologis-holistik.

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 4/15

 

 

BAB II

PENDIDIKAN BERKARAKTER LINGKUNGAN DALAM

PENDEKATAN PERSPEKTIF HOLISTIK EKOLOGIS

A.  Ontologi

1. Paradigma Holistik-Ekologis

Kerusakan bumi yang terus terjadi hingga saat ini tidak semata-mata

karena ketidakpedulian ataupun keserakahan manusia yang seolah tidak 

  pernah cukup dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika ditelaah lebih jauh,

kerusakan bumi ini merupakan akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan

yang cenderung mereduksi fenomena-fenomena alam.

Sejak tiga ratus tahun yang lalu kebudayaan manusia telah didominasioleh pandangan bahwa tubuh manusia sama halnya dengan mesin. Jiwa

dianggap terpisah dari tubuh, dan alam dipandang sebagai suatu mesin raksasa

yang bergerak secara mekanis layaknya arloji. Pandangan yang terpisah-pisah

ini telah berandil besar dalam menciptakan krisis multidimensi yang tidak 

dapat dipecahkan dengan konsep klasik yang telah mengakar sekian lama.

Berbagai krisis yang tengah dihadapi oleh masyarakat dewasa ini merupakan

timbunan dari berbagai persoalan yang saling terkait satu sama lain. Salah satu

  benang merah yang menguntai krisis multisegi tersebut adalah suatu krisis

 persepsi yang berakar dari pandangan dunia mekanis Descartes dan Newton.

Rene Descartes, seorang ahli matematika, yang memelopori metode

analitik deduktif-reduksionisme sangat meyakini bahwa setiap fenomena alam

yang teramat kompleks dapat dipahami dengan cara mereduksinya menjadi

 bagian-bagian pokoknya (Capra dalam Setiadi (2007: 2). Keyakinan Descartes

tersebut tidak dapat dilepaskan dari pandangannya bahwa alam semesta adalah

sebuah struktur matematis. Melalui struktur tersebut, ia menganalogikan alam

layaknya sebuah ³mesin´ yang berjalan dalam suatu sistim mekanis tertentu.

Sehingga, menurutnya, untuk memahami mesin tersebut cara yang terbaik 

adalah ³membongkar dan meneliti´ setiap komponen yang membentuknya,

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 5/15

 

 

karena hanya dengan cara itulah ilmu pengetahuan dapat menghasilkan

kepastian yang mutlak.

Pandangan Descartes tersebut memberikan dampak luar biasa pada

  perkembangan ilmu pengetahuan yang kemudian berimbas pada tindakan

manusia terhadap alam. Dalam tulisannya, Setiadi (2007: 2) menyatakan:

Ilmu pengetahuan terfragmentasi ke dalam dua bagian besar, yaitu ilmu

kemanusiaan dan ilmu alam. Ilmu kemanusiaan memusatkan perhatian

  pada ³alam pikiran´ (r es cogitans), sedangkan ilmu alam memfokuskan

kajiannya pada ³alam materi´ (r es extensa). Dengan pemisahan ini,

integrasi antara ³akal´ dan ³materi´ yang telah didengungkan secara luas

oleh para filsuf abad pertengahan semakin terpinggirkan. Seiring dengan

itu, orientasi ilmu pengetahuan yang pada awalnya lebih menekankan pada

³kearifan´, ³mengikuti tatanan alam´, dan ³demi keagungan Tuhan´,

  berubah secara drastis ke arah yang berlawanan. Cara pandang terhadapalam sebagai sebuah sistim organis dengan cepat digantikan oleh metaforaalam yang mekanistik. Ilmu pengetahuan pun kemudian lebih ditujukan

untuk memperkuat dominasi manusia terhadap alam. Bahkan, hingga saatini, ilmu pengetahuan seringkali digunakan untuk memberikan justifikasi

ilmiah guna memanipulasi dan mengeksploitasi alam. Dalam perangkap perkembangan ilmu pengetahuan seperti di atas, perilakuperilaku ekologis

akan semakin langka ditemukan di tengah masyarakat luas.

Keterbatasan metode ilmiah klasik untuk mengurai serta merumuskan

solusi atas jalinan berbagai persoalan tersebut menuntun pada pergeseran

  paradigma yang mensyaratkan perubahan radikal dalam konsepsi mengenai

realitas. Perubahan tersebut tidak hanya ditandai dengan kemunculan fisika

  baru yang telah merombak hampir seluruh konsepsi fisika klasik tentang

realitas dunia mekanis seperti yang berkembang dewasa ini, akan tetapi juga

telah tumbuh dalam berbagai disiplin ilmu lain yang menemui keterbatasan-

keterbatasan pandangan dunia mekanis. Berkaitan dengan bidang yang

digelutinya yakni fisika, dan dari pemahaman lintas disiplinernya, Capra

melihat bahwa konsep-konsep baru dalam berbagai bidang ilmu tersebut telah

menimbulkan suatu perubahan yang signifikan. Konsep-konsep baru tersebut

menunjukkan suatu pergeseran paradigma, dari paradigma positivistik-

mekanistik yang berasal dari Descartes dan Newton menjadi suatu pandangan

holistik.

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 6/15

 

 

Pandangan hidup holistik adalah suatu pandangan yang menekankan

  pentingnya saling hubungan dan saling ketergantungan semua fenomena.

Pandangan holistik mencoba memahami alam bukan hanya dalam pengertian

struktur-struktur dasar, melainkan dalam pengertian proses-proses dinamis.

Paradigma baru tersebut juga bisa disebut sebagai pandangan ekologis dalam

arti yang lebih luas dan mendalam, yakni suatu kesadaran akan

kesalingtergantungan fundamental semua fenomena, dan fakta bahwa individu

dan masyarakat terlekat dan bergantung secara mutlak pada proses siklis alam

(Capra, 2001: 16). Kedua istilah tersebut ± holistik dan ekologis ± memiliki

makna yang berbeda, meski digunakan untuk mewakili realitas yang sama.

Capra mengungkapkan perbedaan tersebut dengan memakai analogi sebuah

sepeda.Sebuah pandangan holistik, katakanlah, tentang sebuah sepeda, berarti

melihat sepeda sebagai suatu keseluruhan fungsional dan karena itu

mengerti kesalingtergantungan bagian-bagiannya. Sebuah pandangan

ekologis mengenai sepeda mencakup pandangan holistik, tetapi

menambahkan persepsi tentang bagaimana sepeda tersebut terlekat dalamlingkungan alamiah dan sosialnya-darimana didapatkan bahan mentahnya,

 bagaimana sepeda itu diproduksi secara massal, bagaimana pemakaiannyamempengaruhi lingkungan alamiah dan komunitas yang memakainya

(Capra, 2001: 16-17).

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa perspektif holistik-ekologis berarti

 pandangan tentang suatu realitas tertentu sebagai suatu keseluruhan fungsional

dan memahami keterkaitan antar bagiannya, serta keterkaitannya dengan

lingkungan sosial dan alamiahnya.

Pendekatan holistik akan membawa kita pada pemahaman bahwa alam

semesta merupakan satu kesatuan yang utuh, saling terhubung, dan penuh

dengan dinamika. Pemahaman tehadap alam sebagai sesuatu yang bersifat

organis, sistemik, dinamis, dan kompleks merupakan salah satu faktor kunci

guna mencapai keberlanjutan ekologis. Tak ada pemisahan antara komponenspiritual dan komponen materi. Keduanya justru melebur menjadi satu,

  berinteraksi, dan bahkan saling ³berkomunikasi´ membentuk jaring-jaring

kehidupan (the web of life). Faktor spiritual seperti perasaan, etika, nilai,

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 7/15

 

 

motif, selera, kepercayaan, pengetahuan, dan kesadaran menjadi bagian

integral dari sistem alam secara keseluruhan. Faktor-faktor itulah yang akan

memberikan pemaknaan terhadap setiap gejala kehidupan. Bahkan lebih dari

  pada itu, faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi dinamika alam sesuai

dengan hukum-hukum ekosistem (Setiadi, 2007: 3).

2. Pendidikan Berkarakter Lingkungan

Masih hangat dalam perbincangan mengenai pendidikan karakter yang

sedang dikembangkan dalam upaya menanamkan nilai-nilai positif peserta

didik. Adapun yang dimaksud dengan karakter adalah nilai-nilai yang

melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan,

hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Sedangkan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga

sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan

untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan

kamil.

Terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur 

keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter ini. Indikator-indikator tersebut

seiring dengan pencapaian kriteria pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

SMP. Indikator-indikator tersebut di antaranya:

  Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

 perkembangan remaja;

  Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;

  Menunjukkan sikap percaya diri;

  Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih

luas;

  Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup nasional;

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 8/15

 

 

  Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-

sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;

  Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;

  Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi

yang dimilikinya;

  Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari;

  Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;

  Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;

  Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

  berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia;  Menghargai karya seni dan budaya nasional;

  Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;

  Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang dengan baik;

  Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;

  Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;

  Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;

  Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;

  Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

menengah;

  Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa dalam pandangan

holistik, faktor spiritual seperti perasaan, etika, nilai, motif, selera,

kepercayaan, pengetahuan, dan kesadaran menjadi bagian integral dari sistem

alam secara keseluruhan. Dengan demikian, jika dipandang secara holistik,

seharusnya ada upaya untuk mengintegrasikan antara indikator yang satu

dengan indikator lainnya dalam upaya menumbuhkan individu yang memiliki

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 9/15

 

 

kepedulian tinggi terhadap lingkungan melalui pembelajaran berwawasan

lingkungan. Adapun, dari sekian banyak indikator yang ditampilkan di atas,

indikator-indikator yang merupakan pilar untuk mengembangkan pendidikan

 berwawasan lingkungan di sekolah secara holistik antara lain:

  Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-

sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;

  Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;

  Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi

yang dimilikinya;

  Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari;

  Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;  Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;

  Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

  berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia;

  Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; dan

  Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang dengan baik.

Pengintegrasian indikator-indikator di atas dapat dilakukan dengan

  pemilihan metode, pendekatan, strategi, ataupun model pembelajaran yang

tepat sehingga pendidikan lingkungan tidak menjadi sesuatu yang hanya

sekedar pembelajaran formal di sekolah. Pendekatan secara holistik akan

membentuk siswa yang memiliki kesadaran bahwa dirinya merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari lingkungan.

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 10/15

 

 

B.  Epistomologi: Mengkonstruk Pemahaman Siswa Mengenai Pembelajaran

Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik 

Ekologis

Meskipun pembelajaran yang berkarakter lingkungan telah dijalankan

selama beberapa tahun di beberapa sekolah melalui mata pelajaran PLH,

namun demikian sejauh ini pembelajaran tersebut masih belum menyentuh

ranah holistik-ekologis. Selama ini siswa hanya dijejali teori tanpa berusaha

untuk melibatkan aspek perasaan, etika, nilai, motif, selera, kepercayaan,

 pengetahuan, dan kesadaran mereka akan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut

dipicu oleh pemahaman guru yang salah bahwa pembelajaran berbasis

lingkungan hanya melibatkan dua indikator saja, yaitu:

  Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab; dan  Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang dengan baik.

Dalam pendekatan holistik-ekologis, siswa akan digiring untuk 

memahami bahwa lingkungan merupakan bagian integral dari kehidupan,

sehingga usaha yang dilakukan untuk menjaga lingkungan tidak terbatas pada

tindakan nyata, misalnya: membuang sampah pada tempatnya, menanam

 pohon, dsb. akan tetapi sekaligus menyadari mengapa tindakan tersebut harus

dilakukan, mengembangkan rasa ingin tahu yang lebih tentang lingkungan,

menjadi agen pengubah lingkungan yang kreatif, serta menyadari dirinya

sebagai bagian dari lingkungan sosial dimana orang lain mungkin tidak 

memiliki pemahaman yang sama tentang lingkungan dengan seperti apa yang

dia pahami. Oleh karena itu, guru perlu menyadari bahwa ada banyak 

indikator terkait yang perlu dijabarkan dalam pembelajaran yang tepat untuk 

menyajikan pendidikan berwawasan lingkungan ini sebagai suatu

 pembelajaran yang bersifat holistik ekologis.

Kreativitas guru yang kurang dalam mengaplikasikan konsep yang

dipahami agar menjadi sesuatu yang lebih mengena dengan kehidupan siswa.

menyebabkan pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang mengenai

sasaran. Darsiharjo (----: 7-8) memberikan beberapa contoh pola pendidikan

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 11/15

 

 

yang salah dan tidak mendukung pada lingkungan yang berkelanjutan di

 berbagai jenjang pendidikan, diantaranya:

1. Pada Tingkat Taman Kanak-kanak dan Balita

Guru sering memperkenalkan buah-buahan dan sayuran, seperti pada

  permainan bongkar pasang dan menggambar. Akan tetapi yang disajikan

adalah produk pertanian di daerah iklim sedang, sehingga anak-anak lebih

menyukai tanaman iklim sedang dari pada tanaman tropika.

2. Pada Tingkat Pendidikan Dasar 

Sering disajikan informasi bahwa Indonesia tanahnya subur dan kaya raya,

 bahkan tongkat kayu dilempar pun jadi tanaman. Padahal kondisi alam kita

tidak selamanya seperti itu. Asumsi ini menyebabkan anak-anak menjadi

malas.3. Pada Tingkat Pendidikan Menengah

Pemahaman dan perilaku siswa tidak diajak pada pemahaman nyata, seperti

misalnya pengetahuan tentang tindakan konservasi tidak diiringi dengan

contoh di sekolah. Misalnya: tidak adanya upaya pembuatan sumur resapan

agar air yang jatuh di sekolah tidak mengalir ke luar; halaman terbuka

untuk istirahat siswa hampir tidak ada karena dibuat bangunan untuk 

tambahan kelas baru, ruang laboratorium, ruang serba guna, kantin dan

ruang yang lainnya yang berlantai beton dan tembok; serta penanaman

tanaman yang hanya menggunakan pot.

4. Pada Perguruan Tinggi

Sikap dan perilaku mahasiswa dijauhkan dari kondisi alam nyata dan

  bersifat konsumtif. Seperti pada saat orientasi mahasiswa kegiatannya

diarahkan untuk mencari dan membeli barang dan alat-alat yang kadang-

kadang tidak bermanfaat seperti balon gas dan karung terigu. Padahal akan

lebih bermanfaat jika membawa bibit tanaman untuk program penghijauan.

Belajar dari pola-pola pendidikan di atas, perlu kiranya guru berkaca

dan mengubah pola pengajaran berwawasan lingkungan menjadi lebih nyata,

lebih dekat, dan lebih mendatangkan manfaat. Dengan kata lain, guru harus

dapat mengkonstruk siswa agar mampu berbuat banyak untuk lingkungannya

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 12/15

 

 

  bukan hanya sekedar atas dasar tanggung jawab, tapi diarahkan pada

kebutuhan yang terintegrasi dengan kehidupan.

C. 

AKSIOLOGI: Aplikasi Mengenai Pembelajaran BerkarakterLingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, guru

tampaknya harus menelaah kembali pembelajaran-pembelajaran yang telah

dilakukan supaya pembelajaran yang berbasis lingkungan ini dapat

dimanfaatkan sebagai sarana untuk menanamkan pemahaman holistik siswa

dalam memandang diri dan lingkungannya. Adapun upaya nyata yang dapat

dilakukan untuk mengintegrasikan antara konsep dan kepedulian siswa

terhadap lingkungan di antaranya:1.  Sekolah menyusun program sederhana yang dapat meningkatkan kualitas

lingkungan sekolah, misalnya:

a.  Melakukan proses penanaman/penghijauan di lingkungan sekolah

dengan melibatkan siswa dalam upaya pemeliharaannya. Supaya lebih

termotivasi, tanaman yang ditanam sebaiknya tanaman produktif agar 

siswa lebih µbersemangat¶ dalam merawat tanamannya.

 b.  Pemberian nama/pelabelan pada setiap jenis tanaman yang berada di

lingkungan sekolah, sehingga siswa tertarik untuk mengenal lebih

dekat tanaman-tanaman yang mereka tanam.

c.  Melakukan program Jumat Bersih (Jumsih) sebagai upaya untuk 

memperkuat doktrin bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman.

Selain itu, program ini juga dapat mempererat kebersamaan di antara

siswa, menjadikan mereka sebagai mahluk sosial yang saling

membutuhkan.

d.  Mencanangkan program 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace),

sehingga selain permasalahan sampah dapat tertanggulangi, juga dapat

mengasah kreativitas siswa sekaligus menanamkan jiwa

kewirausahaan mereka (memasarkan hasil prodak daur ulang).

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 13/15

 

 

2.  Guru memperbaiki proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan

metode dan pendekatan yang tepat yang lebih mengaktifkan siswa dalam

  pembelajarannya, menggiring minat dan ketertarikan mereka terhadap

lingkungan. Pendekatan yang tepat dilakukan di antaranya pendekatan

STM atau pendekatan kontekstual.

3.  Pemberian penghargaan terhadap sekolah-sekolah yang dinilai dapat

menjaga kelestarian lingkungannya dengan baik oleh pemerintah daerah

setempat.

Semua upaya di atas dilakukan dalam upaya menanamkan tiga kunci

teori sistem dalam pemahaman terhadap hakikat kehidupan yang diungkapkan

oleh Capra (2001: 228-230), yakni:

1.  Pola (bentuk), meliputi suatu pemahaman tentang konfigurasi hubungan-hubungan yang menentukan karakteristik-karakteristik dasar suatu sistem.

2.  Struktur (materi), meliputi pemahaman tentang perwujudan fisik yang

mencakup pelukisan komponen-komponen fisikal yang aktual, baik 

 berupa bentuk, komposisi dan lain sebagainya.

3.  Proses, meliputi pemahaman yang mencakup aktivitas yang diperlukan

dalam mewujudkan pola pengaturan sistem yang berlangsung secara terus

menerus. Kriteria proses adalah hubungan antara pola dan struktur.

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 14/15

 

 

BAB III

KESIMPULAN

Kerusakan lingkungan semakin hari semakin intensif dan terus meningkat,

sehingga dampaknya pada kehidupan manusia semakin berat dan kompleks.

Dampak perusakan lingkungan oleh manusia berlangsung secara perlahan-lahan

sehingga sering tidak disadari oleh pelaku (perusak lingkungan), karena pada

awalnya lingkungan mempunyai daya toleransi (daya lenting).

Untuk mencegah dan memperbaiki lingkungan diperlukan pemahaman yang

cukup luas serta program yang terencana dan jelas yang dilakukan secara bertahap

dan sistematis. Namun demikian, upaya memperbaiki lingkungan tidak cukup

dengan pengetahuan saja, tetapi harus didukung dengan mental, perilaku dansikap yang sungguh-sungguh dari setiap komponen masyarakat. Untuk 

membentuk masyarakat yang memiliki kepedulian lingkungan yang tinggi

tersebut, maka dalam bidang pendidikan ke depan diperlukan pendidikan yang

  berwawasan lingkungan sejak dari pendidikan dasar sampai pada pendidikan

tinggi.

Terdapat kekeliruan atau ketidak tepatan antara misi pendidikan lingkungan

dengan pemahaman lingkungan dan pelaksanaannya di masyarakat, sehingga

  perlu ada perbaikan dari sisi materi yang harus diajarkan pada siswa maupun

  pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendekatan holistik akan membawa

kita pada pemahaman bahwa alam semesta merupakan satu kesatuan yang utuh,

saling terhubung, dan penuh dengan dinamika. Pemahaman tehadap alam sebagai

sesuatu yang bersifat organis, sistemik, dinamis, dan kompleks merupakan salah

satu faktor kunci guna mencapai keberlanjutan ekologis.

5/12/2018 Pendidikan Berkarakter Lingkungan Dalam Pendekatan Perspektif Holistik Ekologis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pendidikan-berkarakter-lingkungan-dalam-pendekatan-perspektif-holistik-ekologis 15/15

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Capra, Fritjof. (2001).  J ar ing-jar ing Kehidupan, Visi Bar u Epistemologi dan

 Kehidupan, alih bahasa Saut Pasaribu. Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta.

Darsiharjo. (____).  Pendidikan Ber wawasan Lingkungan. Universitas Pendidikan

Indonesia: tidak diterbitkan

Setiadi, Hafid. (2007).   Pembangunan Wilayah: Gagasan Ruang Ekologis dan

 Pembangunan Ber kelanjutan. FPMIPA UI: tidak diterbitkan.

Surtikanti, Koosbandiah H. (2009).  Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press

Prodaktama.