pendahuluan i.1. latar...

30
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peran partai dalam Negara demokratis tidak terbantahkan. Partai politik tidak selalu berbicara tentang perannya dalam pemerintahan atau peran dalam menentukan serta mempengaruhi kebijakan pemerintah. Indonesia merupakan Negara demokratis, oleh sebabnya pasca runtuhnya Orde Baru pertumbuhan dan perkembangan partai politik lebih terbuka dengan hadirnya lebih dari 100 partai politik, meskipun dari jumlah itu memang tidak semua partai politik dapat mengikuti pemilu tahun 1999, hanya sekitar 48 partai politik berhasil lolos verifikasi untuk menjadi peserta pemilu tahun 1999. Diantara partai politik yang lolos verifikasi adalah Partai Golkar. Partai Golkar pada umumnya adalah keberlanjutan dari Golkar yang telah lahir dan dibesarkan sejak tahun 1964 (Suryadinata, 1992:15). Era Orde Baru merupakan Era kegemilangan Partai Golkar dengan menjadi penguasa tunggal sejak tahun 1971 hingga pelaksanaan pemilu tahun 1997. Kegemilangan Partai Golkar Era Orde baru hasil manipulatif Orde Baru, menjadikan Partai Golkar sebagai “partai pemerintah” yang bertugas memenangkan pemilu (Haris, 2014: 3). Lengsernya kekuasaan Orde Baru dibawah kendali Soeharto tahun 1998 turut meruntuhkan elemen-elemen otoritarianisme yang telah dibangun selama 32 tahun.

Upload: vuongque

Post on 07-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Peran partai dalam Negara demokratis tidak terbantahkan. Partai politik tidak

selalu berbicara tentang perannya dalam pemerintahan atau peran dalam menentukan

serta mempengaruhi kebijakan pemerintah. Indonesia merupakan Negara demokratis,

oleh sebabnya pasca runtuhnya Orde Baru pertumbuhan dan perkembangan partai

politik lebih terbuka dengan hadirnya lebih dari 100 partai politik, meskipun dari

jumlah itu memang tidak semua partai politik dapat mengikuti pemilu tahun 1999,

hanya sekitar 48 partai politik berhasil lolos verifikasi untuk menjadi peserta pemilu

tahun 1999.

Diantara partai politik yang lolos verifikasi adalah Partai Golkar. Partai Golkar

pada umumnya adalah keberlanjutan dari Golkar yang telah lahir dan dibesarkan sejak

tahun 1964 (Suryadinata, 1992:15). Era Orde Baru merupakan Era kegemilangan Partai

Golkar dengan menjadi penguasa tunggal sejak tahun 1971 hingga pelaksanaan pemilu

tahun 1997. Kegemilangan Partai Golkar Era Orde baru hasil manipulatif Orde Baru,

menjadikan Partai Golkar sebagai “partai pemerintah” yang bertugas memenangkan

pemilu (Haris, 2014: 3). Lengsernya kekuasaan Orde Baru dibawah kendali Soeharto

tahun 1998 turut meruntuhkan elemen-elemen otoritarianisme yang telah dibangun

selama 32 tahun.

Page 2: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

2

Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara

sentralistik dibawah kendali Soeharto sebagai Ketua Dewan Pembina partai. Dengan

kedudukannya sebagai presiden, Soeharto memanfaatkan birokrasi sebagai instrumen

mobilisasi utama dalam memenangkan Partai Golkar selama Orde Baru (Liddle: 1992).

Hasilnya, kemenangan diperoleh Partai Golkar diseluruh daerah di Indonesia di Era

Orde Baru. Sebagai Ketua Dewan Pembina, sentralisasi kekuasaan Soeharto juga

terlihat dari penentuan kepala daerah dan seleksi daftar calon anggota legislatif. Hal ini

menegaskan bahwa kepemimpinan Golkar Era Orde Baru tidak dapat dilepaskan dari

penunjukan dan restu dari presiden Soeharto selaku Ketua Dewan Pembina (Tandjung:

2008).

Proses penyusunan dan penentuan daftar anggota legislatif menjelang pemilu

tahun 1992 tidak lepas dari pengaruh sentralisasi kekuasaan Ketua Dewan Pembina.

Sebelumnya, penentuan calon legislatif diajukan oleh para pimpinan tiga jalur Golkar

yakni Panglima ABRI, Mendagri dan Ketua Umum Golkar, diubah oleh Presiden yang

notabene adalah Ketua Dewan Pembina. Calon legislatif yang terlampau vokal atau

latar belakangnya “tidak sesuai” dicoret oleh Ketua Dewan Pembina (Suryadinata:

1995:153).

Memasuki Era Reformasi tahun 1998, Partai Golkar mendapat resistensi keras

dari berbagai pihak karena dianggap “partai pemerintah” dan sebagai “biang kerok”

terjadinya multi-krisis di Indonesia. Saat itu, Partai Golkar mengalami keterpurukan

akibat kehilangan patron politik serta dihadapkan pada sistem multi partai dan

Page 3: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

3

perubahan sistem politik yang lebih demokratis. Perubahan sistem politik di Era

Reformasi memaksa Partai Golkar untuk secepatnya beradaptasi dengan kondisi politik

saat itu. Perubahan sistem politik tersebut dengan jelas menghilangkan sentralisasi di

internal partai dan Partai Golkar tidak lagi diberi privilege oleh pemerintah sehingga

keberadaan Partai Golkar sejajar dengan partai-partai politik lainnya.

Bukti bahwa telah terjadi perubahan mendasar di internal Golkar adalah tidak

lagi mendapat intervensi dari Dewan Pembina, rekrutmen Partai Golkar lebih terbuka

baik pada rekrutmen kepemimpinan internal dan rekrutmen untuk jabatan-jabatan

publik, baik eksekutif maupun legislatif. Langkah Partai Golkar senantiasa

mengembangkan kepeloporan untuk tegaknya kehidupan politik yang demokratis dan

terbuka (transparan).

Konsolidasi organisasi baik secara vertikal maupun horisontal dilakukan Partai

Golkar dengan mengandalkan sumber daya yang dimilikinya untuk menjadikan Partai

Golkar sebagai partai yang solid. Sejarah berkuasa selama 32 tahun membuat Partai

Golkar mengakar, Partai Golkar selalu mengupayakan anggota dan kadernya tumbuh

serta berkembang dari bawah berdasarkan prestasi (merit system) atau lebih

lengkapnya berdasarkan PD2LT (prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas dan tidak

tercela). Dengan demikian, hal ini sekaligus mambantah tudingan bahwa Golkar hanya

sebagai mesin pengumpul suara dari pemerintah (the ruler’s party). Golkar pasca

reformasi adalah Golkar Baru.

Page 4: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

4

Meskipun telah melakukan perubahan mendasar di internal, Partai Golkar di

Era Reformasi tidak mampu mempertahankan kegemilangan yang pernah diraih pada

Era Orde Baru. Kemenangan Partai Golkar saat ini tidak diperoleh secara merata.

Hanya terdapat beberapa daerah yang sampai saat ini mampu mempertahankan

dominasi Partai Golkar atas partai politik lainnya, termasuk Gorontalo. Sejak reformasi

bergulir, Partai Golkar di Gorontalo mendominasi perolehan suara pada pemilu

legislatif tahun 1999, 2004, 2009 dan 2014.

Hasil pemilu tahun 1999 secara nasional, Partai Golkar berhasil survive dengan

perolehan suara sebesar 22%. Keberhasilan Partai Golkar diawal bergulirnya reformasi

adalah warisan kelembagaan masih kuat yang telah dibentuk pada masa kepemimpinan

Soeharto dan kemampuan Partai Golkar dalam merumuskan paradigma baru yang

mengandung nilai-nilai demokrasi sebagai pedoman sekaligus citra baru Partai Golkar.

Pengaruh kelembagaan dan keberhasilan Partai Golkar menyesuaikan diri

dengan tuntutan reformasi terus berlanjut pada pemilu tahun 2004, perolehan suara

Partai Golkar mencapai 24% dan menempatkannya sebagai partai pemenang pemilu.

Proyeksi Partai Golkar dengan Paradigma Baru telah membantu untuk

mempertahankan suara partai.1 Secara umum dukungan Partai Golkar telah disiapkan

untuk bersaing dengan partai-partai lain dalam suasana politik yang sangat liberal di

Indonesia (Fionna: 2009).

1 Lihat Moreau dalam Fionna (2009), Golkar: The Embodiment of New Order that Still Appeals,Indonesian Journal of Social Sciences, Volume I. No. 3, Hal. 12.

Page 5: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

5

Upaya adaptasi terhadap sistem politik tidak terjadi seketika, tapi melalui

proses panjang dan didukung adanya benih-benih demokrasi dalam diri Partai Golkar.

Sebab, konstruksi sistem politik otoriter dan hegemonik pada Era Orde Baru tidak

memungkinkan kekuatan-kekuatan demokratis ini muncul. Namun dengan adanya

perubahan politik yang demokratis, maka benih-benih demokrasi yang ada di internal

Golkar tersebut muncul dan berkembang menjadi kekuatan demokrasi yang berhasil

membawa Partai Golkar berperan dalam perpolitikan nasional. Keuntungan

kelembagaan yang dimiliki Partai Golkar merupakan konsekuensi langsung dari

sejarah panjangnya sebagai partai hegemonik selama Orde Baru. Secara signifikan,

tingkatan institusionalisasi partai telah memberikan keuntungan langsung dalam

pemilu ke Partai Golkar, Partai Golkar mampu memanfaatkan kekuatan itu untuk

mengamankan jumlah suara dalam pemilu pada tahun 2004, yang paling

mengagumkan adalah proses inkremental pelembagaan, hal ini dipicu oleh kombinasi

faktor internal dan ekstenal yang dapat menimbulkan tantangan serius bagi partai di

masa depan serta kelemahan yang dimiliki Partai Golkar tidak mampu dimanfaatkan

oleh partai lain, pada saat Partai Golkar mendapat sentimen pasca-Orba partai-partai

baru tidak dapat memanfaatkannya dengan pengecualian Partai Keadilan Sejahtera

(Tomsa: 2008).

Pemilu tahun 2009 perolehan suara Partai Golkar berada dibawah Partai

Demokrat dan pada pemilu tahun 2014, perolehan suara Partai Golkar berada dibawah

PDIP. Perolehan suara Partai Golkar mengalami penurunan sebesar 9% di pemilu tahun

Page 6: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

6

2009, sedangkan pemilu di tahun 2014 penurunan suara Partai Golkar sebesar 6%.

Fluktuasi perolehan suara Partai Golkar secara nasional dapat dilihat pada grafik

dibawah ini:

Grafik 1.1.Perolehan Suara Nasional Partai Golkar

Sumber: Diolah dari data KPU

Fluktuasi perolehan suara yang dialami Partai Golkar juga diakibatkan oleh

hengkangnya beberapa kader Partai Golkar dan kemudian mendirikan partai politik

baru. Mereka diantaranya adalah Wiranto pada tahun 2006 mendirikan Partai Hanura,

Prabowo Subianto mendirikan Partai Gerindra pada tahun 2008 serta Surya Paloh pada

tahun 2011 mendirikan Partai Nasdem. Fenomena membelotnya kader-kader Partai

Golkar tersebut merupakan gejala mulai melemahnya manajemen pengelolaan

organisasi Partai Golkar yang tidak mampu mengelola perbedaan di internal partai.

Berbeda dengan perolehan suara Partai Golkar ditingkat nasional, perolehan

suara Partai Golkar di Provinsi Gorontalo justru menunjukkan hal sebaliknya. Sejak

reformasi bergulir perolehan suara Partai Golkar sangat dominan. Hal ini dapat dilihat

22% 24%

15%18%

0%5%10%15%20%25%30%

1999 2004 2009 2014

Perolehan Suara Partai Golkar

Page 7: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

7

dari pelaksanaan pemilihan gubernur, bupati/walikota dan pemilu legislatif (DPR RI).

Tercatat periode 1999-2014 belum ada partai politik lain yang bisa mengungguli

perolehan suara Partai Golkar khususnya di Gorontalo. Stabilitas perolehan suara Partai

Golkar sebagai partai pemenang dapat dilihat dari grafik dibawah ini:

Grafik 1.2Perolehan Suara Partai Golkar Di Provinsi Gorontalo

Sumber: Diolah dari data KPU

Problematika yang dihadapi Partai Golkar ditingkat pusat tidak membuat Partai

Golkar Gorontalo kehilangan kepercayaan, terbukti pada pemilu legislatif (DPR RI)

tahun 1999 perolehan suara Partai Golkar mencapai 63% menjadikannya salah satu

penyumbang suara terbesar. Dengan kata lain, Golkar dapat merumuskan kembali

strategi elektoralnya dalam pemilu 1999, berkat warisan masa lalu, Golkar memiliki

kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan politik yang baru

(Ambardi, 2009:13).

Pemilu legislatif (DPR RI) tahun 2004 Partai Golkar kembali mendominasi

perolehan suara di Gorontalo dengan perolehan suara sebesar 53%. Kemudian di

63%

53%

30%

49%

0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%55%60%65%70%

1999 2004 2009 2014

Pers

enta

se

Tahun

GolkarPDIPPPPPANDemokratPKS

Page 8: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

8

pemilu tahun 2009 perolehan suara Partai Golkar mengalami penurunan sebesar 23%

menjadi 30%, ini terjadi akibat menguatnya Partai Demokrat dengan popularitas SBY

ditingkat pusat yang begitu kuat turut mempengaruhi perolehan suara Partai Golkar di

Gorontalo. Meskipun perolehan suara Partai Golkar mengalami penurunan secara

signifikan, Partai Golkar masih mendominasi perolehan suara di Provinsi Gorontalo.

Partai Golkar berhasil merebut satu kursi DPR RI dari total 3 kursi yang diperebutkan.

Pada pemilu legislatif tahun 2014, Partai Golkar kembali mendominasi perolehan suara

di Gorontalo untuk pemilu legislatif DPR RI. Perolehan suara Partai Golkar naik 19%

menjadi 49% dan berhasil merebut dua kursi DPR RI dari tiga kursi yang diperebutkan.

Keberhasilan Partai Golkar tidak hanya pada pemilihan DPR RI. Pemilihan

Gubernur Gorontalo tahun 2001, 2006, dan 2011 Partai Golkar berhasil menempatkan

kader partai sebagai Gubernur Gorontalo. Pemilihan Bupati dan Walikota, Partai

Golkar secara umum mampu menempatkan kader partai sebagai pemenang, yakni pada

Pemilihan Bupati Gorontalo Utara tahun 2008 dan 2013, Pemilihan Walikota tahun

2008 dan 2013, Pemilihan Bupati Bone Bolango tahun 2005, Pemilihan Bupati

Pohuwato tahun 2005, 2010, dan 2015, Pemilihan Bupati Boalemo tahun 2011, dan

pada Pemilihan Bupati Kabupaten Gorontalo tahun 2010 Partai Golkar sebagai

pengusung, berhasil memenangkan pasangan David Bobihoe-Tonny Yunus, meski

bukan kader partai.

Dominasi Partai Golkar ini menimbulkan pertanyaan apakah disebabkan oleh

kuatnya institusi Partai Golkar sehingga menjadi faktor utama dalam dominasi tersebut.

Page 9: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

9

Berdasarkan pertanyaan tersebut diatas dirasa perlu untuk memikirkan kembali bahwa

pada sisi yang lain juga memberi peluang kuatnya pemanfaatan faktor personalisasi di

internal Partai Golkar. Jangan sampai kita terhenti pada suatu kesimpulan bahwa dalam

konteks tertentu asumsi tersebut sama sekali tidak mempengaruhi perkembangan partai

politik di Indonesia.

Personalisasi sudah menjadi gejala umum dihampir semua partai politik di

Indonesia, gejala yang sama juga terjadi di Partai Golkar Gorontalo. Keberadaan Fadel

Muhammad di internal Partai Golkar sejak terpilih menjadi Gubernur Gorontalo

menjadikannya sebagai figur atau individu yang sangat personalistik. Menguatnya

personalisasi di internal partai politik setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya sistem pemilu, sistem politik, dan perilaku memilih (Manin: 1997, Oberg:

2007, Campbell: 1960, Miller & Shanks: 1991, 1996; Evans: 2004, Karvonen: 2010,

Hermansson: 2010).2 Ketiga faktor tersebut diatas juga dipengaruhi oleh perubahan

struktur sosial yang berdampak pada memudarnya ideologi partai, identifikasi dan

loyalitas rendah serta perubahan perilaku dari figur politik yang menyesuaikan diri

terhadap kondisi politik tersebut. Faktor-faktor tersebut diatas menjadi pendorong kuat

bagi partai politik dalam melakukan kandidasi di internal partai politik. Pragmatisme

partai politik dalam melakukan kandidasi semata-mata bertujuan untuk memenangkan

kompetisi elektoral.

2 Lihat Hermansson (2010): The Personalization of Party Politics: The Voters’ Perspective.

Page 10: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

10

Sistem pemilu yang lebih terbuka memposisikan individu (calon) sebagai

penentu baik dalam kompetisi di internal partai politik maupun dalam kompetisi

elektoral lebih luas (pemilu). Fenomena tersebut berdampak pada menguatnya figur-

figur yang semakin dominan terhadap partai secara institusi. Dampak dari perubahan

sistem pemilu ini mendorong figur untuk menonjolkan reputasi-reputasi yang bersifat

personal ketimbang menonjolkan identitas kepartaian (Karnoven: 2010). Secara

perlahan dampak ini membuat individu lebih mendominasi terhadap institusi partai

politik.

Fenomena menguatnya personalisasi ini terlihat jelas dibeberapa partai politik

di Indonesia, baik dalam skala nasional maupun lokal. Dalam skala nasional, pemilihan

presiden menggambarkan kuatnya faktor personalistik, begitu juga ditingkat lokal

dimana figur-figur populer memiliki peluang untuk memenangkan kompetisi elektoral.

Hal ini senada dengan hasil riset Power, Welfare and Democracy (PWD) dimana

terdapat kecenderungan menguatnya figur yang menempatkan tokoh atau figur sebagai

faktor penentu dalam kompetisi elektoral. Gejala yang sama juga terjadi di Gorontalo,

kekuatan personal Fadel Muhammad berhasil menempatkannya sebagai figur atau

individu yang berpengaruh baik di internal partai maupun diluar partai.

Personalisasi Fadel Muhammad di Gorontalo berdasarkan pada apa yang telah

dilalui atau dimiliki Fadel Muhammad. Pertama, Fadel Muhammad merupakan tokoh

senior Partai Golkar. Kedua, Fadel Muhammad adalah mantan Gubernur Gorontalo

selama dua periode. Ketiga, Fadel Muhammad adalah mantan Menteri Perikanan dan

Page 11: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

11

Kelautan. Reputasi Fadel Muhammad sebagai tokoh senior Partai Golkar, mantan

Gubernur Gorontalo dan mantan Menteri menjadikannya sebagai figur yang lebih

dikenal ketimbang Partai Golkar yang selama ini dijadikannya sebagai kendaraan

politik.

Menguatnya personalisasi dalam penelitian diatas adalah sebagai akibat dari

perubahan sosial politik yang dinamis, namun secara khusus belum membahas lebih

mendalam bagaimana proses individu/tokoh tersebut “terpersonalisasi”. Sehingga

menarik untuk melihat indikator apa saja yang dimiliki oleh individu tersebut dalam

menjadikan dirinya sebagai individu/aktor yang memiliki pengaruh kuat dimata

pemilih. Penelitian ini secara lebih khusus melihat indikator-indikator tersebut sebagai

salah satu faktor menguatnya personalisasi di internal Partai Golkar dan hubungannya

dengan pelembagaan Partai Golkar di Gorontalo.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Mengapa personalisasi muncul di Partai Golkar Gorontalo dan bagaimana

proses terbentuknya personalisasi Fadel Muhammad di Partai Golkar ?

2. Bagaimana bentuk-bentuk personalisasi Fadel Muhammad dan

pengaruhnya terhadap kinerja elektoral Partai Golkar di Gorontalo?

Page 12: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

12

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk personalisasi,

proses terbentuknya personalisasi Fadel Muhammad dan pengaruhnya terhadap Partai

Golkar di Gorontalo. Selain itu, studi ini diharapkan dapat memberi jawaban sementara

seputar faktor penentu keberhasilan Partai Golkar dalam menjaga stabilitas politiknya

di Gorontalo. Sedangkan manfaat dari penelitian ini dapat menambah inventaris kajian

ilmu-ilmu sosial-politik, terutama kajian ilmiah mengenai stabilitas partai politik dalam

pemilu dan sebagai hasil penelitian ini dapat menjadi informasi seputar partai politik

di aras lokal untuk kelanjutan-kelanjutan penelitian serupa.

1.4. Literature Review

Dalam beberapa literature review mengenai Partai Golkar ditemukan bahwa

keberhasilan Partai Golkar untuk tetap survive dan mampu menjaga stabilitas politik

sebenarnya sudah dijelaskan melalui Thesis Akbar Tandjung (2007), ditengah

keterpurukan Partai Golkar pasca lengsernya Soeharto sebagai patron politik Golkar,

menyebabkan organisasi politik terbesar ini seakan kehilangan pegangan dan haluan

politiknya. Sejumlah pengamat, politisi, ilmuwan, membuat prediksi bahwa Golkar

tidak akan mampu bertahan hidup dan akan segera menyusul runtuhnya kekuasaan

Soeharto dengan rezim Orde Baru-nya. Akan tetapi, sejalan dengan terjadinya

perubahan politik menuju demokrasi, Partai Golkar merumuskan paradigma baru yang

Page 13: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

13

mengandung nilai-nilai demokrasi sebagai pedoman dan sekaligus citra baru Partai

Golkar.

Paradigma Baru Partai Golkar menyebutkan bahwa Partai Golkar adalah partai

yang demokratis, mandiri, berakar dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan

rakyat. Internalisasi nilai-nilai baru inilah yang oleh Randall dan Svasand disebut

sebagai value infusion. Survive-nya Partai Golkar tersebut karena secara kelembagaan,

Partai Golkar berhasil melakukan adaptasi terhadap situasi dan kondisi politik yang

lebih demokratis, hal itu ditandai antara lain dengan kebijakan-kebijakan yang

dilakukan oleh dalam mendukung reformasi. Partai Golkar ikut berperan dalam

menetapkan berbagai putusan-putusan politik yang strategis khususnya dalam lembaga

perwakilan yang menjadi dasar bagi proses transisi menuju demokrasi, seperti

Amandemen UUD 1945 di MPR dan pembahasan UU Politik di DPR, dimana Partai

Golkar senantiasa menyampaikan pikiran-pikiran yang bersifat reformis.

Sementara itu secara internal Partai Golkar melakukan demokratisasi yang

dimulai dengan pemilihan ketua umunmya secara demokratis pada Munaslub 1998,

kemudian penyelenggaraan Konvensi Penetapan Calon Presiden Partai Golkar 2004,

dan dilanjutkan pada pemilihan ketua umun pada Munas VII 2004 di Bali.

Demokratisasi internal tersebut membuka peluang bagi segenap jajaran kepemimpinan

Partai Golkar tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota untuk mengambil bagian

dalam proses pengambilan keputusan penting partai, berbagai kebijakan inovasi politik

tersebut, menunjukkan kesungguhan Partai Golkar melakukan reformasi. Bahkan

Page 14: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

14

dalam konvensi penetapan calon presiden, inovasi yang hanya dilakukan oleh Partai

Golkar mendapat apresiasi yang luas dari masyarakat, sehingga mampu meningkatkan

citra partai ini.

Upaya adaptasi terhadap lingkungan politik demokratis yang dilakukan Partai

Golkar ini merupakan proses yang panjang. Proses ini tidak mungkin terjadi secara

seketika, apabila di dalam diri Golkar tidak ada benih­ benih demokrasi. Dengan sistem

politik otoriter dan hegemonik yang dirancang pemerintah Orde Baru tidak

memungkinkan kekuatan-kekuatan demokratis ini muncul. Namun dengan adanya

perubahan politik yang demokratis, maka benih-benih demokrasi yang ada di internal

Golkar tersebut muncul dan berkembang menjadi kekuatan demokrasi yang berhasil

membawa Partai Golkar berperan dalam kepolitikan nasional pada era transisi.

Dirk Tomsa (2008) mengemukakan tiga argument utama. Pertama, Partai

Golkar merupakan partai yang memiliki pelembagaan yang sangat baik di Indonesia,

keuntungan kelembagaan yang dimiliki Partai Golkar merupakan konsekuensi

langsung dari sejarah panjangnya sebagai partai hegemonik selama Orde Baru. Secara

signifikan, tingkatan institusionalisasi partai telah memberikan keuntungan langsung

dalam pemilu ke Partai Golkar, partai telah memanfaatkan kekuatan itu untuk

mengamankan jumlah suara dalam pemilu pada tahun 2004. Kedua, yang paling

mengagumkan adalah proses inkremental pelembagaan, hal ini dipicu oleh kombinasi

faktor internal dan ekstenal yang dapat menimbulkan tantangan serius bagi partai di

masa depan. Ketiga, kelemahan yang dimiliki Partai Golkar tidak mampu

Page 15: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

15

dimanfaatkan oleh partai lain, pada saat Partai Golkar mendapat sentiment pasca-Orba

partai-partai baru tidak dapat memanfaatkannya dengan pengecualian Partai Keadilan

Sejahtera.

Semua partai telah gagal untuk mengembangkan infrastruktur partai yang

efektif dan/atau menghadirkan platform kebijakan yang menarik. Sebaliknya, mereka

telah mencoba untuk membangun daya tarik pada kharismatik pemimpin individu,

penggunaan gaya lama seperti politik uang atau eksploitasi sentiment sektarian secara

sempit. Akibatnya, Partai Golkar mampu menegakkan dan bahkan memperkuat

cengkeramannya pada sistem kepartaian.

Umar Ibnu Alkhatab (2009), dalam studi tentang Partai Golkar, secara umum

menyatakan bahwa mekanisme pertahanan diri Partai Golkar dilihat dari perspektif

teori Parson. Teori Parson yang menjadi alat analisanya adalah teori tindakan

voluntaristik dan skema A-G-I-L. Teori ini digunakan untuk memahami bagaimana

sistem tindakan Partai Golkar dalam suasana politik baru yang menuntut suatu

pembaruan dan pembauran politik yang cerdas sehingga dapat bertahan. Dengan kata

lain, setiap tantangan membutuhkan jawaban. Apabila jawaban yang diberikan salah,

maka akan terjadi kekacauan.

Salah seorang ilmuwan transisi ke demokrasi, Giuseppe Di Palma, secara

eksplisit mengatakan bahwa demokrasi adalah a matter of political crafting, persoalan

menciptakan kiat-kiat politik (dalam Effendi, 2001: 229). Dari thesis Di Palma ini

Page 16: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

16

dapat disimpulkan bahwa keberhasilan sebuah institusi (politik) untuk tetap survive

dalam suasana politik yang demokratis, sangat ditentukan oleh kiat-kiat tertentu yang

diciptakan oleh institusi (politik) itu. Pendeknya, survive-nya sebuah institusi (politik)

merupakan sesuatu yang dapat diciptakan. Thesis ini dapat dijadikan acuan untuk

melihat bagaimana Partai Golkar mempertahankan eksistensinya dari ancaman

genocide politik yang ditentukan oleh masyarakat, terutama oleh musuh politiknya

yang menaruh dendam terhadapnya.

Ulla Fionna (2009), mengemukakan bahwa secara umum dapat dikatakan

bahwa dukungan untuk Partai Golkar telah disiapkan untuk bersaing dengan partai-

partai lain yang muncul pasca-reformasi (pasca-Soeharto) dan dalam suasana politik

yang sangat liberal di Indonesia. Pengawasan publik dalam menerima kebebasan lebih

besar, dengan demikian partai harus lebih berhati-hati dalam menyenangkan rakyat.

Pada saat yang sama, kiprah dari yayasan Soeharto yang merupakan sumber pendanaan

diserahkan kepada pemerintah (Zenzie, 1999: 177-180). Dalam lingkungan seperti itu,

Partai Golkar masih menempati dua posisi teratas dalam pemilu, berkat pengaruh

organisasi yang tepat ke tingkat desa. Keberadaan cabang partai di tingkat kabupaten

telah dipertahankan dan sampai pada tingkat kesadaran di kalangan pemilih. Proyeksi

Partai Golkar dengan Paradigma Baru boleh dibilang telah membantu untuk

mempertahankan suara untuk partai.3

3 Ibid

Page 17: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

17

Partai Golkar dengan bijaksana dalam mempromosikan kandidat yang relatif

jauh dari bayang-bayang Soeharto dan memiliki citra yang bersih, seperti Marzuki

Darusman4 dan Sultan Hamengkubuwono X.5 Jika melihat dua pemilu yang

dilaksanakan pasca-reformasi yakni pada rahun 1999 dan 2004, jumlah perolehan suara

Partai Golkar cukup tinggi. Pada tahun 1999, rakyat masih memberikan suara untuk

Partai Golkar karena pada umumnya orang sudah tidak melihat efek Soeharto. Pada

pemilu 2004, dapat dikatakan bahwa ada rasa ketidakpuasan terhadap kepemimpinan

pemerintahan reformasi (Shari, 2004: 58).

Lebih maju lagi, David Reeve (2013), berpendapat bahwa pada tahun 1998,

banyak orang yang berpendapat bahwa Partai Golkar akan tersapu bersama Soeharto

dan sebagian besar unsur Orde Baru Lainnya. Pada kenyataannya, Golkar mampu

untuk bertahan dan muncul sebagai salah satu kekuatan politik terbesar dalam

pemilihan-pemilihan umum di Indonesia pada tahun 1999, 2004 dan 2009. Tetapi

terdapat perubahan berbeda. Pada 1957, Partai Golkar diasumsikan akan menjadi

alternatif bagi partai-partai, tetapi seperti yang telah dianalisa oleh Dirk Tomsa secara

berhati-hati, pada kenyataannya Partai Golkar telah menjadi sebuah partai. Gagasan

partai telah menang, mengalahkan gagasan anti-partai. Alternatif bagi partai-partai

menjadi sebuah partai alternatif.

4 Darusman is a popular human rights activist.5 Sultan HB X is a charismatic Javanese leader from Yogyakarta, whoon celedarally to oppose NewOrder government. Hew as once a presidential candidate for Partai Golkar in the 2004 election, but withdrew soon after wards.

Page 18: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

18

Jelasnya, Partai Golkar sekarang menjadi partai para pengusaha kaya yang

terbukti dari peran Aburizal Bakrie sebagai ketua umum dan kemungkinan menjadi

kandidat presiden. Dengan telah perginya sebagian besar tokoh-tokoh militer,

sekelompok pengusaha mengambil alih kepemimpinan. Mereka sudah berada dalam

organisasi yang dibawa masuk selama kepemimpinan Sudharmono.

Dari beberapa literature review tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

stabilitas dukungan yang diperoleh Partai Golkar adalah sebagai wujud dari

keberhasilan partai dalam membangun kelembagaan yang kuat. Keberhasilan ini

menjadikan Partai Golkar mampu melakukan adaptasi terhadap perubahan situasi dan

kondisi politik melalui internalisasi nilai-nilai baru, selanjutnya Partai Golkar

diuntungkan dengan akar sejarah yang kuat sehingga Partai Golkar dapat

memanfaatkan infrastruktur politik yang telah ada, selain itu Partai Golkar berhasil

membangun citra baik dengan cara mempromosikan kandidat yang jauh dari bayang-

bayang Soeharto.

Dari literature review di atas maka kajian ini melihat Personalisasi di internal

Partai Gokar. Secara khusus kajian ini melihat personalisasi Fadel Muhammad di Partai

Golkar dalam konteks lokal di Gorontalo. Kajian ini menjadi sangat menarik

dikarenakan Partai Golkar secara nasional mengedepankan pendekatan institusional

dalam membangun organisasi, akan tetapi dalam konteks lokal Partai Golkar di

Gorontalo menggunakan pendekatan personalisasi dalam mempertahankan

dominasinya. Personalisasi merupakan perspektif baru, kajian ini juga lebih fokus ke

Page 19: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

19

daerah yang menjadi cagar politik Partai Golkar di Indonesia. Hal inilah yang

membedakan perspektif personalisasi dengan beberapa kajian sebelumnya yang lebih

melihat Partai Golkar di tingkat nasional dengan menggunakan perspektif

pelembagaan.

I.5. Kerangka Teoritik

Beberapa kajian Partai Golkar pada umumnya menggunakan pendekatan

pelembagaan partai dalam melihat kebertahanan Partai Golkar. Akbar Tandjung

(2007), Ullah Fionna (2009), Dirk Tomsa (2008), dalam analisanya menyatakan bahwa

kebertahanan Partai Golkar dikarenakan Partai Golkar mampu mendayagunakan

kelembagaan yang telah mengakar secara kuat, dan pada saat yang sama Partai Golkar

melakukan berbagai kebijakan penyesuaian (adaptasi) terhadap lingkungan sistem

politik baru yang lebih demokratis. Analisis tersebut merujuk pada teori pelembagaan

Samuel P. Huntington yang menyatakan agar partai politik survive, partai tersebut

harus memiliki kelembagaan yang kuat. Huntington mendefinisikan pelembagaan

politik sebagai proses di mana organisasi dan prosedur memperoleh nilai baku dan

stabil. Huntington mengukur tingkat pelembagaan politik ini dari tingkat adaptabilitas,

kompleksitas, otonomi, dan koherensi. Menurutnya, semakin mudah organisasi

menyesuaikan diri (beradaptasi), semakin tinggi pula derajat pelembagaannya. Begitu

pula semakin banyak tantangan yang timbul dan semakin tua umur organisasi, semakin

besar pula kemampuannya menyesuaikan diri terhadap lingkungannya (beradaptasi).

Page 20: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

20

Akan tetapi dalam perjalanannya, terdapat perspektif lain untuk membaca atau

mengurai fenomena yang terjadi di Partai Golkar khususnya dalam konteks penelitian

ini di Gorontalo. Indikasi teori pelembagaan yang menyebabkan partai politik bisa

survive dan stabil belum cukup untuk membaca fenomena yang terjadi di internal Partai

Golkar Gorontalo dengan munculnya kekuatan personalisasi dalam menopang

perolehan suara Partai Golkar. Personalisasi politik (personalization of politics) yang

dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada individu atau person di internal Partai

Golkar yang mampu mengakomodasi modal sosial dan jaringannya sebagai kekuatan

politik.

Perubahan politik yang menempatkan figur sebagai aktor penting dalam

kompetisi elektoral, dalam penelitian ini dipandang sebagai menguatnya gejala

personalisasi. Personalisasi politik (personalization of politics) yang dimaksud dalam

penelitian ini merujuk pada individu atau person (Hermansson: 2010) yang dapat

merubah ekspresi politik masyarakat dari “apa” dan “bagaimana” menjadi “siapa”.

Dari perubahan ekspresi politik masyarakat itu menempatkan figur menjadi lebih

penting daripada ide maupun gagasan, individu berada diatas partai politik (Garzia:

2011). Argumentasi ini menjadi penting untuk melihat lebih jauh bahwa personalisasi

individu/tokoh terbentuk dan memberikan pengaruh yang kuat terhadap pengelolaan

institusi Partai Golkar.

Kajian-kajian terdahulu mengenai personalisasi politik Allister (2005), Garzia

(2010), Hermansson (2011) memakai sudut pandang pemilih (voters). Perspektif ini

Page 21: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

21

menjelaskan bagaimana gejala menguatnya personalisasi dengan melihat pada

kecenderungan memilih dalam menentukan pilihan politik mereka yang berbasis pada

penilaian terhadap figur tertentu, sehingga perolahan suara dan kemenangan dalam

kompetisi elektoral menjadi tolak ukur kuat atau lemahnya personalisasi.

Personalisasi ini muncul sebagai dampak atau konsekuensi logis dari lemahnya

kepercayaan masyarakat terhadap kelompok tertentu terutama partai politik

(unaffiliated), dalam konteks masyarakat Eropa (Hemansson: 2011). Teori

personalisasi yang dipakai oleh Allister, Hermansson, Garzia digunakan untuk

menjelaskan personalisasi yang ada di Gorontalo dari sudut pandang pemilih (voters).

Perilaku memilih yang bergantung pada personalisasi turut dipengaruhi oleh sistem

pemilu dan sistem politik.

Akan tetapi, teori ini belum sepenuhnya dapat menjelaskan bagaimana

personalisasi terbentuk pada figur tertentu, dalam konteks penilitian ini figur dimaksud

adalah Fadel Muhammad. Salah satu faktor penyebabnya adalah perbedaan kultur dan

struktur sosial masyarakat di Eropa dan Indonesia, secara khusus di Gorontalo.

Sehingga, untuk lebih dapat menjelaskan fenomena personalisasi di Gorontalo perlu

adanya penambahan konsep personalisasi yang memakai sudut pandang figur tersebut.

Hal ini dimaksudkan dengan tujuan dapat mengeksplor secara mendalam bagaimana

seorang figur membangun personalisasi melalui modalitas yang dimiliki dan

memanfaatkan faktor-faktor budaya dan sosial yang ada di Gorontalo.

Page 22: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

22

Personalisasi politik (personalization of politics) merujuk pada keberadaan

individu yang mempunyai modal sosial dan ekonomi sehingga mampu mendapatkan

dukungan dalam pemilihan umum maupun dukungan politik lainnya, pengaruh

personalisasi tidak terbatas hanya pada individu yang bersangkutan, namun secara luas

personalisasi individu tersebut juga memberikan pengaruh dalam aktivitas politiknya.

Aktivitas politik tersebut tidak terbatas pada kompetisi elektoral semata, namun

berpengaruh dalam dinamika internal partai politik termasuk dalam nominasi dan

promosi kandidat tertentu untuk diajukan sebagai kandidat pejabat publik.

Secara sederhana, modal sosial adalah “investasi” dalam hubungan yang dapat

mendatangkan keuntungan-keuntungan yang seringkali belum terbayangkan pada saat

interaksi dan hubungan sosial itu terjadi. Modal sosial yang dimiliki oleh individu

tersebut terakumulasi dan tercipta melalui proses yang panjang sehingga menjadikan

individu itu menjadi sosok kharismatik. Secara sederhana, modal sosial dibangun dan

dimanfaatkan untuk mencapai tujuan politik tertentu oleh individu. Melalui modal

sosial yang telah terbangun dan dimanfaatkan, menghasilkan jaringan kerjasama,

pertukaran sosial, saling percaya dan terbentuknya nilai, norma dalam hubungan

tersebut.

Jaringan dan rasa saling percaya merupakan karakter yang melekat dalam

personalisasi individu sehingga dalam prosesnya terjadi kolaborasi sosial untuk

kepentingan bersama. Ini juga bermakna modal sosial memerlukan ikatan atau jaringan

sosial yang ada dalam masyarakat.

Page 23: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

23

Selain modal sosial, modal ekonomi juga memiliki peranan penting yang

dimiliki oleh individu. Modal ekonomi disimbolkan dengan materi (uang), dalam

perspektif ekonomi, modal juga bisa diartikan berupa investasi yang diberikan

seseorang pada pihak lain, kemudian dipertukarkan dengan keuntungan berupa barang

atau uang/jasa politik. Salah satu fakta bahwa modal ekonomi memiliki peranan

penting yakni dengan banyaknya pengusaha terjun ke dalam arena politik. Modal

ekonomi berfungsi sebagai “penggerak” dalam membangun jaringan/relasi dan dengan

modal ekonomi yang dimiliki oleh individu dalam partai politik membuka peluang

terjadinya penetrasi individu tanpa melibatkan partai politik.

Konsep personalisasi individu dalam penelitian ini dibangun melalui proses

kolaborasi modal sosial dengan modal ekonomi. Modal sosial yang dibangun individu

pada prosesnya ditopang oleh modal ekonomi, dukungan modal ekonomi terhadap

modal sosial ini menjadikan individu sebagai aktor berpengaruh yang disegani,

dihormati dan dipercaya sehingga pada akhirnya individu ini sangat mudah

mendapatkan dukungan dari masyarakat baik untuk dirinya sendiri ataupun partai

politik dimana individu tergabung didalamnya. Dukungan tersebut merupakan bentuk

atau gambaran bahwa individu mendapatkan kepatuhan dari masyarakat.

Page 24: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

24

I.6. Metode Penelitian

I.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagai instrument

akademik untuk mengungkap masalah dalam penelitian. Penelitian kualitatif dalam

penelitian ini dimaksud untuk membantu memahami, memberikan penafsiran pada

fenomena yang dilihat baik dalam bentuk informasi personal narasumber maupun dari

data tertulis atau data lainnya. Menyesuaikan dengan tujuan dan maksud penelitian

maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus untuk dapat menggali

dan memahami lebih dalam realitas dan fenomena politik yang dialami oleh Partai

Golkar dengan menggali informasi dari informan yang terlibat secara individu dan

emosional dalam perjalanan Partai Golkar di pentas politik lokal Gorontalo.

Beranjak dari pendekatan yang digunakan, penelitian ini pada dasarnya

bertumpu pada penelitian kualitatif, sedangkan metode studi kasus dipilih karena

metode ini merupakan pengujian secara rinci terhadap suatu latar atau suatu objek atau

suatu tempat penyimpanan dokumen atau suatu peristiwa tertentu. Dengan kata lain,

metode studi kasus merupakan metode penelitian yang memusatkan perhatian pada

satu kasus secara intensif, rinci dan mendalam. Berpijak pada batasan tersebut, maka

batasan studi kasus meliputi: Pertama, sasaran penelitian dalam hal ini Fadel

Muhammad dan Partai Golkar. Personalisasi Fadel Muhammad dilihat dalam banyak

hal kemudian mengukurnya pada pemilu elektoral pilkada dan pemilu legislatif.

Page 25: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

25

Selanjutnya, personalisasi Fadel Muhammad dianalisa secara mendalam sesuai konteks

atau momen pemilu dengan tujuan dapat memahami kaitan personalisasi Fadel

Muhammad dan kemenangan Partai Golkar pada kompetisi elektoral di Gorontalo.

I.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua metode. Pertama,

kajian literatur, penelitian ini menggunakan studi kepustakaan atau analisis dokumen,

yakni mengumpulkan data yang bersifat sekunder yang diperoleh melalui sejumlah

literatur kepustakaan, artikel, majalah, jurnal, koran, arsip, rekaman video, catatan

maupun laporan yang berkaitan dengan sejarah Partai Golkar di Gorontalo meliputi

perolehan suara Partai Golkar baik pemilihan kepala daerah maupun pemilihan

legislatif. Selain itu juga dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan kiprah

Fadel Muhammad dalam perpolitikan di Gorontalo.

Kedua, melakukan wawancara mendalam, wawancara secara mendalam

terhadap informan yang telah ditentukan yang dianggap memiliki pengetahuan, terlibat

langsung dengan objek yang sedang diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah

orang-orang yang terlibat secara langsung dalam aktivitas dan pembuatan keputusan

strategis partai di tingkat lokal secara structural kepartaian baik di Dewan Pimpinan

Daerah dan struktur pimpinan partai di DPRD/fraksi Partai Golkar serta orang-orang

yang sebelumnya punya hubungan dan ikatan emosional dan keterliabatan dalam

partai. Untuk keperluan wawancara dengan informan tersebut penelitian ini dilakukan

Page 26: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

26

di Gorontalo. Tepatnya di Kantor DPD I Partai Golkar, Jl. Samratulangi No. 10,

Gorontalo. Selain untuk melengkapi dan menguatkan data dan argument dalam

penelitian ini peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa anggota DPRD

Provinsi Gorontalo dari fraksi Partai Golkar, serta beberapa mantan kader Partai

Golkar. Penulis juga melakukan wawancara dengan para aktivis dan akademisi serta

masyarakat pemilih di Gorontalo. Adapun informan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel I.2. Daftar Informan Penelitian

No Nama Waktu Wawancara Keterangan Informan

1 Fadel Muhammad 17 Oktober 2015 Anggota DPR RI, MantanGubernur Gorontalo danMantan Ketua DPD IPartai Golkar

Utama

2 Paris Jusuf 10 November 2015 Sekretaris DPD I PartaiGolkar dan Ketua DPRDProvinsi Gorontalo

Utama

3 Hamzah Sidik 20 Oktober 2015 Anggota DPRD ProvinsiGorontalo dari PartaiGolkar

Utama

4 Fikram Salilama 20 November 2015 Pengurus Partai Golkar,calon anggota DPRDProvinsi pada pemilutahun 2014

Utama

5 Dahlan Usman 12 Desember 2015 Pengurus Partai Golkar Utama

6 Rustam Akili 05 November 2015

Ketua DPD II PartaiGolkar KabupatenGorontalo

Utama

Page 27: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

27

7 Adhan Dambea 15 November 2015 Mantan Ketua DPD IIKota Gorontalo

Utama

8 Gusti Goma 21 November 2016 Pengurus DPD II PartaiGolkar KabupatenPohuwato

Utama

9 Amin Mootalu 17 November 2016 Pengurus DPD II PartaiGolkar KabupatenGorontalo

Utama

10 Thariq Modanggu 19 November 2016 Akademisi IAIN SultanAmay Gorontalo

Utama

11 Ulul Azmi Kadji 18 November 2016 Pengurus DPD II PartaiGolkar KabupatenBoalemo

Utama

12 Amran Mustapa 17 November 2016 Politisi PDI-P Pendukung

13 Basri Amin 13 November 2015 Akademisi UniversitasNegeri Gorontalo

Pendukung

14 Iskandar Ibrahim 11 November 2015 Akademisi UniversitasIchsan Gorontalo

Pendukung

15 Syafrudin Abubakar 01 November 2015 Pengamat Politik Lokal Pendukung

16 Funco Tanipu 12 Oktober 2016 Akademisi UniversitasNegeri Gorontalo

Pendukung

17 Lukman Laliyo 5 Februari 2016 Akademisi UniversitasNegeri Gorontalo

Pendukung

18 Yerri Sinubu 15 Desember 2015 Staf Ahli FadelMuhammad

Pendukung

19 Ardi 16 November 2016 Masyarakat KotaGorontalo

Pendukung

20 Sabrin Inaku 14 November 2016 Masyarakat KotaGorontalo

Pendukung

Page 28: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

28

21 Erros Kaluku 19 November 2016 Masyarakat KabupatenBone Bolango

Pendukung

22 Ririn Yunus 03 November 2015 Masyarakat Pemilih padapemilu legislatif tahun2014

Pendukung

23 Oneng 15 November 2015 Masyarakat Pemilih padapemilu legislatif tahun2014

Pendukung

I.6.3. Unit Analisis

Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah individu dalam hal ini

Fadel Muhammad dan Partai Golkar, sehingga diharapkan jawaban dari penelitian ini

akan menggambarkan realitas dari partai politik berkaitan dengan keberhasilan Partai

Golkar dalam menghadapi pemilu.

I.6.4. Analisis Data

Data-data mengenai Partai Golkar dan Fadel Muhammad yang telah diperoleh

di lapangan diuraikan dalam bentuk data kualitatif. Kemudian data tersebut di analisis

secara interpretatif yaitu berupa interpretasi yang bertujuan untuk mencapai pengertian

dari apa yang ditemukan di lapangan dengan menggunakan pemikiran logis dan

disajikan dalam bentuk deskriptif analisis yang merupakan ciri-ciri pendekatan

kualitatif. Dengan menggunakan kerangka teori personalisasi.

Page 29: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

29

Analisis data dilakukan dengan pengorganisasian data yang terkumpul berupa

hasil wawancara dalam bentuk catatan, rekaman wawancara, dokumen atau arsip

resmi, gambar dan foto sebagai dokumentasi, kemudian dikategorikan kedalam

kelompok tertentu untuk lebih mudah dipahami. Proses analisis data kemudian

dilakukan dengan menggunakan reduksi data, penyajian dan kesimpulan. Reduksi data

dimaksudkan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyederhanaa data

yang diperoleh dari lapangan. Tahap selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan

dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada

catatan-catatan lapangan dengan tujuan data-data tersebut bisa teruji validitas data

tersebut.

I.7. Sistematika Penulisan

Thesis ini terdiri dari lima bab, uraian dalam bagian ini adalah Bab I. Kemudian

dilanjutkan ke pembahasan Bab II yang merupakan uraian yang berkaitan dengan

biografi dan rekam jejak Fadel Muhammad, bab ini menjelaskan karir Fadel

Muhammad sebagai seorang pengusaha dan politisi serta berbagai prestasi yang

berhasil diraihnya. Bab III menguraikan peran sentral Fadel Muhammad di Partai

Golkar pada pemilukada tahun 2001, 2006, 2011, melacak personalisasi Fadel

Muhammad pada pelaksanaan pilkada di Kabupaten/Kota serta menjelaskan pengaruh

personalisasi Fadel Muhammad di internal Partai Golkar. Setelah melakukan analisis

terhadap personalisasi Fadel Muhammad di pilkada dan Partai Golkar Bab IV

menjelaskan personalisasi Fadel Muhammad di Partai Golkar dan pengaruhnya pada

Page 30: PENDAHULUAN I.1. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/109577/potongan/S2-2017...Kegemilangan Partai Golkar pada masa Orde Baru karena dikelola secara ... mengandung

30

pemilu legislatif DPR RI tahun 2004, 2009, 2014, dan pemilu legislatif DPD RI tahun

2004, 2009, 2014 di Provinsi Gorontalo. Kajian ini ditutup dengan Bab V yang

merupakan kesimpulan dari penelitian yang merupakan intisari dari rangkaian analisis

yang telah diurai pada bab-bab sebelumnya.