pendahuluan dual act of communication) yang...

31
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan salah satu bentuk komunikasi dan interaksi antar bahasa. Brisset (dalam Venuti, 2000:343) berpendapat bahwa penerjemahan adalah suatu tindak komunikasi dua arah (dual act of communication) yang mensyaratkan adanya dua kode yang berbeda, yakni bahasa sumber dan bahasa sasaran. Komunikasi tersebut, menurut Catford (1965:20), lebih pada pemindahan materi tekstual kebahasaan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Berdasarkan penjelasan tersebut, penerjemahan dapat dikatakan sebagai media bertukar informasi dari satu bahasa ke bahasa lain dalam lingkup suatu negara ataupun antar negara di seluruh dunia. Penerjemahan sebagai sarana pertukaran informasi tersebut memiliki berbagai manfaat di dalamnya. Soesilo (dalam Kaswanti Purwo, 1990:180) menggarisbawahi pentingnya penerjemahan, diantaranya sebagai sarana menggali berbagai macam informasi dari negara lain tanpa harus belajar bahasanya terlebih dahulu, membuka pintu informasi di seluruh dunia, menghilangkan dinding pemisah antar bangsa, sarana kerjasama, pengertian, dan perdamaian dunia. Selain itu, penerjemahan juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran suatu bahasa. Nadar (2007:5-6) mencontohkan kegiatan penerjemahan teks Bahasa Inggris ke Indonesia dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris, terutama bidang tata bahasa dan kosakata. Secara terperinci, Newmark (1991:61-

Upload: hadan

Post on 19-Aug-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penerjemahan merupakan salah satu bentuk komunikasi dan interaksi antar

bahasa. Brisset (dalam Venuti, 2000:343) berpendapat bahwa penerjemahan

adalah suatu tindak komunikasi dua arah (dual act of communication) yang

mensyaratkan adanya dua kode yang berbeda, yakni bahasa sumber dan bahasa

sasaran. Komunikasi tersebut, menurut Catford (1965:20), lebih pada pemindahan

materi tekstual kebahasaan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Berdasarkan

penjelasan tersebut, penerjemahan dapat dikatakan sebagai media bertukar

informasi dari satu bahasa ke bahasa lain dalam lingkup suatu negara ataupun

antar negara di seluruh dunia.

Penerjemahan sebagai sarana pertukaran informasi tersebut memiliki

berbagai manfaat di dalamnya. Soesilo (dalam Kaswanti Purwo, 1990:180)

menggarisbawahi pentingnya penerjemahan, diantaranya sebagai sarana menggali

berbagai macam informasi dari negara lain tanpa harus belajar bahasanya terlebih

dahulu, membuka pintu informasi di seluruh dunia, menghilangkan dinding

pemisah antar bangsa, sarana kerjasama, pengertian, dan perdamaian dunia. Selain

itu, penerjemahan juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran suatu

bahasa. Nadar (2007:5-6) mencontohkan kegiatan penerjemahan teks Bahasa

Inggris ke Indonesia dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris,

terutama bidang tata bahasa dan kosakata. Secara terperinci, Newmark (1991:61-

Page 2: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

2

62) menjelaskan bahwa penerjemahan dapat lebih berguna dalam pembelajaran

bahasa kedua apabila disesuaikan dengan tingkat kemampuan pembelajar. Tingkat

kemampuan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu tingkat dasar (elementary stage),

tingkat menengah (middle stage), dan tingkat lanjut atau akhir (advanced or final

stage). Pada tingkat dasar, penerjemahan dapat digunakan untuk meningkatkan

kosakata dan mengenalkan tata bahasa dasar pada bahasa sasaran. Pada tingkat

menengah, penerjemahan dapat digunakan untuk membantu pembelajar

mempelajari kesalahan dalam berbahasa yang dilakukannya, sedangkan

pembelajar pada tingkat lanjut atau akhir dapat digunakan untuk meningkatkan

pemahaman dalam komunikasi dan pengetahuan sosial budaya. Selain itu,

penerjemahan juga memberikan manfaat pada keakuratan dalam pembelajaran

bahasa kedua.

Penerjemahan memang memiliki banyak manfaat, tetapi tidak sedikit juga

kendala yang dihadapinya. Baker (1992:68-70) berpendapat bahwa masalah utama

dalam penerjemahan adalah kesepadanan yang muncul pada berbagai tingkatan

bahasa. Permasalahan kesepadanan tersebut diantaranya, bahasa sasaran tidak

memiliki kesepadanan dengan bahasa sumber, bahasa sasaran memiliki

kesepadanan tapi berbeda konteks penggunaannya, bahasa sasaran tidak memiliki

situasi kebahasaan yang sama, dan bahasa sasaran tidak memiliki tipe teks seperti

bahasa sumber. Kendala berikutnya adalah adanya muatan budaya pada bentuk

atau unsur kebahasaan dalam bahasa sumber yang berbeda atau tidak dimiliki

bahasa sasaran (Bassnett, 2002:32; Fahrurrozi, 2003:2; Wijana, 2004:109). Kedua

Page 3: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

3

kendala tersebut seringkali ditemukan pada beberapa bentuk bahasa, salah satunya

adalah idiom.

Idiom merupakan bentuk jadian yang unik dalam suatu bahasa. Keunikan

tersebut ditunjukkan oleh makna pada unsur-unsur pembentuknya yang tidak

mencerminkan makna dari bentuk jadian itu sendiri atau tidak dapat ‘diramalkan’

dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal unsur-unsurnya,

sehingga diperlukan pengetahuan yang lebih (Cruse, 1986:37; Chaer, 2009:74).

Keadaan tersebut menyebabkan sulitnya mencari padanan idiom dalam bahasa

sasaran. Selain bentuknya yang unik, idiom juga memiliki muatan budaya yang

menjadi hambatan dalam penerjemahannya karena bahasa sumber dan bahasa

sasaran belum tentu memiliki budaya yang sama. Dalam penelitian ini, budaya

Inggris dan budaya Indonesia seringkali tidak menemui adanya kesamaan. Oleh

karena itu, masalah terjemahan idiom baik dalam Bahasa Inggris dan Indonesia

tersebut memang merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan

penerjemahan.

Idiom dalam Bahasa Inggris sendiri memiliki intensitas penggunaan yang

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya idiom dalam Bahasa Inggris yang

sering dijumpai dalam percakapan sehari-hari, seperti what’s up, man? untuk

memberikan sapaan pada teman, so long, mate! ketika berpisah, watch your step!

atau take care! saat menyarankan agar berhati-hati, cross your fingers! untuk

memberikan harapan, enjoy yourself! saat mengucapkan selamat berlibur, beg

your pardon? ketika kurang jelas dengan apa yang dikatakan lawan bicara, how

come untuk meminta penjelasan atau menyalahkan, get on the move saat

Page 4: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

4

memeinta untuk segera bergegas, light bulbs ketika mendapat suatu ide, it’s been

ages ketika menunggu terlalu lama, don’t give up untuk memberikan semangat

agar tidak menyerah, shut up ketika meminta lawan tutur untuk diam atau berhenti

bicara, dan lain sebagainya. Selain itu, penggunaan idiom juga sering ditemukan

dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa Inggris.

Tingginya intensitas idiom tersebut juga dikuatkan oleh temuan Weinreich

(melalui Jackendoff, 1997:157) bahwa sekurang-kurangnya terdapat lebih dari

25.000 idiom dalam Bahasa Inggris.

Idiom merupakan tantangan dalam dunia penerjemahan. Berdasarkan

penelitian awal yang telah dilakukan pada pertengahan tahun 2013 dengan

membandingan hasil terjemahan penerjemah yang pernah mendapat teori

penerjemahan, penerjemah yang belum pernah mendapat teori penerjemahan, dan

mesin penerjemah (Google Translate) dapat disimpulkan bahwa idiom merupakan

salah satu kendala dalam penerjemahan. Ketika melakukan penerjemahan, idiom

sulit dimengerti secara awam dan seringkali membingungkan jika diartikan secara

harfiah atau kata per kata, misalnya chew the fat yang memiliki makna

‘mengobrol’ akan membingungkan jika diartikan ‘mengunyah lemak’ atau a tough

nut to crack yang bermakna ‘masalah yang sulit untuk dipecahkan’ menjadi aneh

ketika diterjemahkan ‘kacang sulit untuk retak’, kemudian lend an ear yang

mempunyai makna ‘mendengarkan dengan seksama’ terdengar sedikit mengerikan

jika dimaknai dengan ‘meminjamkan telinga’. Hal yang sama terjadi pada idiom

every cloud has a silver lining yang memiliki makna sebenarnya ‘ada hikmah di

balik setiap masalah’ menjadi tidak masuk akal ketika diartikan ‘setiap awan

Page 5: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

5

memiliki sebuah lapisan perak’. Selain itu, hasil terjemahan idiom juga dapat

menimbulkan suatu kelucuan ketika idiom now don't go bananas! yang bermakna

‘Sekarang, jangan membuat keributan!’ diterjemahkan menjadi ‘Sekarang, jangan

pergi pisang-pisang!’.

Idiom Bahasa Inggris bahkan dapat memiliki makna berlawanan dari makna

sesungguhnya apabila diartikan secara harfiah. Hal ini dapat dilihat pada

ungkapan he left no stone unturned yang memiliki makna sebenarnya ‘ia mencoba

semua hal yang bisa dilakukan’ memiliki makna berlawanan ketika diterjemahkan

secara harfiah menjadi ‘ia pergi tanpa melakukan apapun’ atau ‘ia pergi tanpa satu

batu pun terbalik’. Bahkan mesin penerjemah yang populer saat ini, seperti

Google Translate, pun tidak mampu menerjemahkan idiom. Mesin penerjemah

tersebut menerjemahkan ungkapan he left no stone unturned menjadi ‘ia

meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat’. Penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa mesin penerjemah yang paling populer sekalipun, Google Translate, masih

kewalahan menghadapi bentuk bahasa seperti idiom.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa intensitas penggunaan idiom yang

tinggi dalam Bahasa Inggris dan ketidakmampuan alat bantu penerjemahan

menjadi kendala dalam penerjemahan. Penelitian mengenai penerjemahan idiom

ataupun strategi penerjemahannya ini memang pernah dilakukan, tetapi sejauh ini

belum ditemui penelitian yang secara khusus mengamati penerjemahan idiom

dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada kelas penerjemahan. Uraian di atas

melatarbelakangi pentingnya pengkajian penerjemahan idiom tersebut dilakukan.

Page 6: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

6

Penelitian ini berusaha mengamati beberapa hal terkait penerjemahan idiom

Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Penelitian tersebut diawali dengan

mengemukakan strategi yang digunakan responden dalam menerjemahkan idiom

Bahasa Inggris yang dilanjutkan dengan melakukan analisis pada tingkat

pencapaian hasil terjemahan, tingkat kesulitan dalam penerjemahan, dan faktor

kebahasaan yang mempengaruhinya. Dalam proses analisisnya, penelitian ini

mengadopsi cara kerja analisis kesalahan yang kemudian ditransformasikan

menjadi analisis ketercapaian hasil terjemahan yang diukur dengan menggunakan

skala Larson (1998:19)1. Pada akhir pembahasan, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan solusi untuk mengefektifkan strategi penerjemahan idiom agar

mencapai tingkat terjemahan idiomatik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang di atas, maka berbagai

permasalahan mengenai idiom Bahasa Inggris tersebut dapat dirumuskan sebagai

berikut.

1) Bagaimana tingkat pencapaian hasil terjemahan idiom berdasarkan strategi

penerjemahan yang diterapkan?

2) Bagaimana tingkat kesulitan penerjemahan idiom dan faktor kebahasaan yang

mempengaruhinya?

3) Bagaimana upaya mengefektifkan strategi penerjemahan idiom agar mencapai

tingkat terjemahan idiomatik?

1 Penjelasan mengenai analisis ketercapaian hasil terjemahan skala Larson (1998:19) disajikanpada subbab 1.6.2 halaman 18-20.

Page 7: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan

tujuan, sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan tingkat pencapaian hasil terjemahan idiom berdasarkan

strategi penerjemahan yang diterapkan.

2) Mendeskripsikan tingkat kesulitan penerjemahan idiom dan faktor kebahasaan

yang mempengaruhinya.

3) Mendeskripsikan upaya mengefektifkan strategi penerjemahan idiom agar

mencapai tingkat terjemahan idiomatik.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat, diantaranya

manfaat dari hasil penelitian, manfaat secara teoretis, dan manfaat secara praktis,

sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat hasil penelitian

Temuan hasil penelitian dapat memberikan penjelasan ilmiah mengenai

strategi-strategi yang digunakan dalam penerjemahan idiom, tingkat pencapaian

hasil terjemahan berdasarkan strategi yang diterapkan tersebut, tingkat kesulitan

penerjemahan idiom, faktor-faktor kebahasaan yang berpengaruh terhadap tingkat

kesulitan tersebut, hal-hal dalam strategi dan proses penerjemahan yang masih

perlu untuk diefektifkan, serta upaya yang dapat dilakukakan untuk

mengefektifkan strategi penerjemahan tersebut dalam usaha menghasilkan

terjemahan pada tingkat terjemahan idiomatik.

Page 8: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

8

1.4.2 Manfaat teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah hasil temuan ilmiah,

informasi, dan wawasan mengenai strategi yang paling efektif dalam

penerjemahan idiom, permasalahan kesepadanan antara idiom Bahasa Inggris dan

Indonesia, hambatan kebahasaan yang muncul dalam kegiatan penerjemahannya,

tahapan-tahapan yang menentukan dihasilkannya jenis terjemahan idiomatik pada

proses penerjemahan, tingkat kesulitan penerjemahan idiom, dan faktor-faktor

kebahasaan yang berpengaruh pada tingkat kesulitan tersebut. Temuan hasil

penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori-teori penerjemahan sebelumnya

yang menyentuh beberapa bidang, yaitu dalam bidang penerjemahan, kebahasaan,

dan pendidikan.

1.4.3 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi

pegiat penerjemahan, penyelenggara pendidikan, dan pengamat/ pemerhati di

bidang penerjemahan terkait tantangan-tantangan dalam penerjemahan idiom, hal-

hal yang harus mendapat perhatian dalam penerjemahan tersebut, strategi yang

tepat dalam menghadapinya, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk lebih

mengefektifkan strategi tersebut, serta pertimbangan, penekanan, dan upaya

perbaikan dalam pembelajaran penerjemahan. Selain itu, hasil penelitian ini

diharapkan dapat berguna sebagai tambahan informasi dan referensi bagi para

peneliti di bidang yang sama atau terkait penerjemahan idiom pada masa

mendatang.

Page 9: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

9

1.5 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan, terdapat beberapa

penelitian yang telah menyinggung permasalahan terkait penerjemahan idiom,

akan tetapi penelitian tersebut lebih banyak dilakukan pada karya sastra, seperti

novel. Beberapa penelitian diantaranya adalah skripsi yang ditulis oleh Wahyuni,

mahasiswi UNIKOM, tahun 2010 yang berjudul “Analisis Penerjemahan Idiom

pada Novel Hercule Poirot’s Christmas karya Agatha Christie (Ditinjau dari Segi

Sintaktis dan Semantis)” menyimpulkan bahwa idiom dalam Bahasa Inggris

umumnya diterjemahkan dari bentuk idiomatik menjadi bentuk non-idiom dalam

Bahasa Indonesia.

Kemudian, hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Humanis Volume IV.

No. 1. Februari 2013 ditulis oleh Suryanata dengan judul “Penerjemahan Idiom

Bahasa Inggris ke Indonesia di Eat, Pray, Love dan Terjemahannya” meneliti

masalah jenis idiom dan penyesuaian semantik yang digunakan oleh penerjemah

ketika menerjemahkan idiom Bahasa Inggris ke Indonesia. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa terdapat tiga jenis idiom Bahasa Inggris, yaitu kata kerja

phrasal, frase preposisional, dan idiom parsial, serta ada dua jenis penyesuaian

semantik, yaitu bentuk idiom ke idiom dan idiom ke non idiom.

Selain itu, ada juga disertasi yang ditulis mahasiswa S-3 UNS, Hartono,

dengan judul “Penerjemahan Idiom dan Gaya Bahasa (Metafora, Kiasan,

Personifikasi, Dan Aliterasi) dalam Novel To Kill A Mockingbird Karya Harper

Lee dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia (Pendekatan Kritik Holistik)” yang

secara umum mengkaji permasalahan mengenai penerjemahan idiom dan gaya

Page 10: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

10

bahasa metafora, kiasan, personifikasi, dan aliterasi dalam novel To Kill a

Mockingbird (TKM) karya Harper Lee dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia

dengan kesimpulan bahwa idiom sudah diterjemahkan dengan metode dan teknik

yang tepat, hanya saja gaya bahasa metafora, kiasan, personifikasi, dan aliterasi

belum diterjemahkan dengan tepat. Penelitian secara khusus mengenai strategi

penerjemahan idiom juga pernah dilakukan. Penelitian tersebut diangkat oleh

Putri, mahasiswi Universitas Padjadjaran (Unpad), dengan judul “Strategi

Penerjemahan Idiom pada Novel City of Bone karya Cassandra Clare dan

Terjemahannya”. Penelitian tersebut menemukan tiga macam strategi, yaitu

penerjemahan idiom dengan strategi parafrasa, strategi penghilangan idiom, dan

strategi kesepadanan.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut cenderung lebih banyak

dilakukan pada karya-karya sastra saja, padahal berbagai hambatan dalam

penerjemahan idiom juga banyak ditemukan dalam pembelajaran penerjemahan di

kelas. Hal ini dibuktikan oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh Morin, dosen

Universitas Cendrawasih, pada tahun 1998 dengan judul “Kesalahan-kesalahan

dan penyebabnya dalam penerjemahan yang dilakukan oleh mahasiswa semester

VII dan VIII Tahun Akademik 1997/1998 program studi Bahasa Inggris Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unversitas Cenderawasih”. Penelitian tersebut

menemukan bahwa kesalahan penerjemahan pada idiom serta kata dan frasa

dalam kalimat merupakan kesalahan yang paling sering dilakukan oleh para

mahasiswa/ pembelajar.

Page 11: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

11

Berdasarkan penelusuran pustaka di atas, keterbatasan dan kurangnya

penelitian penerjemahan idiom yang dilakukan dalam pembelajaran penerjemahan

menunjukkan pentingnya penelitian ini dilakukan. Urgensi dalam penelitian ini

juga dapat dilihat dari peran dunia pendidikan dalam mencetak penerjemah-

penerjemah profesional, sehingga diperlukan peningkatan kualitas melalui

penelitian pada bidang tersebut. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan lebih banyak manfaat teoretis mengingat idiom memiliki bentuk

kebahasaan yang unik dengan berbagai faktor kebahasaan yang

mempengaruhinya.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Idiom

Crystal (melalui Wijana, 2004:109) mendefinisikan idiom sebagai

“ungkapan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat

ditafsirkan dari elemen-elemen pembentuknya secara sintaktik memiliki bentuk

yang tetap”. Definisi di atas tidak jauh berbeda dengan pengertian idiom oleh

Dixson (melalui Hanafi, 1986:48), Larson (1998:23), Palmer dan Seidi &

McMordie (melalui Hartati, 2002:13), serta Kridalaksana (2008:90) yang

menyebutkan bahwa idiom merupakan suatu konstruksi yang memiliki makna

gabungan yang berbeda dari makna unsur-unsur pembentuknya. Di sisi lain, Cruse

(1986:37), yang berpendapat bahwa definisi tersebut masih tradisionil, memiliki

definisi sendiri tentang idiom yang lebih modern, yaitu “an idiom is an expression

whose meaning cannot be accounted for as a compositional function of the

Page 12: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

12

meaning its parts have when they are not parts of idioms”. Definisi tersebut

kemudian diadaptasi dalam pandangan idiom menurut Chaer (2009:74), yaitu

satuan-satuan bahasa (berupa kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya tidak

dapat “diramalkan” dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna

gramatikal unsur-unsur tersebut. Dengan kata lain, idiom lebih pada pembentukan

makna baru dari makna yang dimiliki unsur-unsurnya sebelumnya (Curry melalui

Sujono, 2003:25).

Ditinjau dari keeratan relasi unsur-unsurnya dalam membentuk makna baru,

Palmer (1976:98-99) membagi bentuk idiom menjadi 2 macam, yaitu idiom penuh

(fully idioms) dan idiom sebagian (partial idioms). Chaer (2009:75) dan Suwandi

(2008:96) sebagai pengikutnya memberikan penjelasan bahwa idiom penuh

merupakan idiom yang seluruh unsur-unsurnya telah “menyimpang” dari makna

leksikal dan gramatikal pembentuknya atau maknanya sama sekali tidak dapat

dilihat dari unsur-unsur pembentuknya, sedangkan idiom sebagian merupakan

idiom yang masih memiliki unsur makna leksikal sendiri atau salah satu unsurnya

memperlihatkan makna sebenarnya (makna leksikal). Idiom penuh dalam Bahasa

Inggris dapat ditemukan pada ungkapan a piece of cake ‘sangat mudah’, feeding

frenzy ‘serangan agresif pada seseorang’, dan he lost his head ‘sangat marah’.

Lebih lanjut, idiom sebagian (partial idioms) dalam Bahasa Inggris dapat dilihat

pada ungkapan blacklist ‘daftar hitam/ orang yang dicurigai/ bersalah’ yang

menunjukkan makna leksikal ‘daftar’ pada unsur list, cup of joe ‘secangkir kopi’

yang memperlihatkan makna leksikal dari ‘cangkir’ pada unsur cup, dsb.

Page 13: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

13

Idiom sebagai suatu bentuk bahasa yang unik memiliki beberapa ciri-ciri

khusus. Cruse (1986:37) berpendapat bahwa idiom memiliki dua macam ciri-ciri,

yaitu idiom secara leksikal atau idiom terdiri lebih dari satu konstituen leksikal

dan idiom yang merupakan konstituen semantis minimal tunggal. Dengan kata

lain, idiom memang merupakan suatu bentuk berisikan beberapa unsur yang

kemudian dipandang menjadi satu kesatuan makna. Sementara Rahyono

(2011:103), yang berpijak dari penjelasan Cruse tersebut, menambahkan bahwa

idiom memiliki kemungkinan untuk berpindah posisi pada kalimat atau tidak

terpaku pada satu posisi. Secara spesifik, Palmer (1976:98-99) menjelaskan

beberapa ciri-ciri idiom Bahasa Inggris, diantaranya idiom frasal dalam Bahasa

Inggris sebagian besar merupakan kombinasi dari verba dan adverbial atau

preposisi, seperti make up, get up, put down, dll.

Idiom bahasa Inggris memang memiliki struktur beku di dalamnya, tetapi

sebagian diantaranya memiliki keluwesan dalam kalimat (Jackendoff, 2002:171-

172). Hal tersebut ditunjukkan pada idiom yang memiliki unsur verba dapat

menyesuaikan tenses, sedangkan pada unsur nomina dan ajektivanya ada yang

dapat dirubah, namun ada yang tidak (Palmer, 1976:98-99). Bentuk idiom dengan

penyesuaian tenses dicontohkan pada ungkapan kicked the bucket bukan kick the

bucketed* atau spilled the beans bukan spill the bean*. Pada idiom berunsur

nomina, idiom dapat dirubah menjadi bentuk jamak dalam red herring menjadi

red herrings. Pada idiom berunsur ajektiva, idiom tidak dapat dirubah menjadi

bentuk komparatif (-er form), seperti red herrings yang tidak bisa dirubah menjadi

*redder herrings. Secara sintaktik, beberapa idiom dalam bahasa Inggris dapat

Page 14: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

14

dipasifkan, namun ada juga yang tidak dapat dipasifkan, misalnya spilled the

beans dapat dipasifkan menjadi the beans have been spilled, tapi kick the buckets

tidak bisa dipasifkan menjadi the buckets was kicked*. (Palmer, 1976:98-99).

Berdasarkan tingkat satuan kebahasaannya, idiom dapat berbentuk kata

(kata majemuk), frase, klausa, dan kalimat (Hartati, 2002; Sujono, 2003:33). Salah

satu hal yang menimbulkan perdebatan adalah satuan kebahasaan idiom pada

tataran kata. Salah satu ahli bahasa, Cruse (1986), berpendapat idiom tidak berada

pada tataran kata, sedangkan ahli lainnya, Wood (1986:93), menyatakan idiom

dapat berada pada tataran kata, namun bertindak sebagai kata majemuk

(compound words). Idiom tersebut dapat berwujud kata majemuk karena salah

satu atau semua unsurnya merupakan pokok kata yang strukturnya tidak dapat

diubah atau dipisahkan (Ramlan melalui Hartati, 2002), misalnya kata majemuk

keyword (key bermakna ‘kunci’, word bermakna ‘kata’) yang bermakna ‘kata

kunci’ atau ‘kata penting’, underdog (under bermakna ‘di bawah’, dog bermakna

‘anjing’) yang bermakna ‘tak diunggulkan’ (lih. Oxford Dictionary, 2014), dsb.

1.6.2 Penerjemahan

Penerjemahan memiliki beberapa definisi sebagaimana dikemukakan oleh

para ahli. Catford (1965:20) mendefinisikan penerjemahan sebagai pemindahan

materi tekstual dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan materi tekstual yang

ekuivalen di bahasa lain (bahasa sasaran). Sejalan dengan pandangan Catford,

Bell (1991:13) mendefinisikan penerjemahan sebagai proses dalam menghasilkan

produk yang disebut sebagai terjemahan. Proses tersebut harus memperhatikan isi

Page 15: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

15

dan gaya bahasa dari bahasa sumber atau memberikan fokus pada kesepadanan.

Lebih lanjut, Nida dan Taber (1982:13) menambahkan bahwa penerjemahan

merupakan upaya menciptakan kembali pesan dalam bahasa sumber ke dalam

bahasa sasaran dengan padanan sedekat mungkin, dalam hal makna kemudian

gaya bahasanya. Berdasarkan definisi-definisi di atas, ada beberapa poin penting

yang selalu ada dalam penerjemahan sebagaimana digarisbawahi oleh Syafei

(2007:1), yaitu sesuatu yang akan dialihbahasakan ke bahasa sasaran (makna),

pemindahan atau penciptaan kembali, dan kesepadanan. Ketiga hal tersebut

merupakan komponen utama dalam ihwal penerjemahan.

Secara umum, penerjemahan merupakan suatu proses pemindahan makna

dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Larson (1998:519) memandang suatu

proses penerjemahan dimulai dari sebuah teks dari bahasa sumber, kemudian

menganalisis struktur semantiknya (menemukan makna atau isi pesan di

dalamnya), lalu merekonstruksi atau mengungkapkannya secara padu padan pada

bahasa sasaran. Proses tersebut disajikan pada bagan 1 di berikut ini.

BAHASA SUMBER BAHASA SASARAN

Bagan 1. Proses Penerjemahan oleh Larson (1998:4)

Teks yang akanditerjemahkan

Analisis maknayang terkandung

Pengungkapanmakna

Makna

Hasil terjemahan

Page 16: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

16

Bagan tersebut menunjukkan bahwa bentuk bahasa pada bahasa sumber

dapat dipindahkan (transfer) ke bahasa sasaran dengan menemukan kandungan

maknanya melalui tahap analisis yang kemudian menyelaraskannya pada bahasa

sasaran pada tahap pengungkapan. Dengan konsep yang sama, Nida & Taber

(1982:33) membagi sistem penerjemahan menjadi tiga tahap, yaitu analisis,

pemindahan, dan restrukturisasi. Lebih lanjut, Bassnett (2002:24) memahami

pandangan tersebut dengan istilah decoding dan recoding. Konsep proses

penerjemahan ini dapat dilihat pada bagan 2 berikut ini.

BAHASA SUMBER BAHASA SASARAN

Bagan 2. Proses Penerjemahan oleh Nida & Taber (1982:33) dan Bassnett

(2002:24)

Nida & Taber (1982:33) menjelaskan bahwa tahap analisis merupakan tahap

pemerolehan makna/ isi pesan dari bahasa sumber yang kemudian menghasilkan

makna “x”. Tahap ini disebut juga dengan tahap decoding (Bassnett, 2002:24).

Makna “x” tersebut kemudian dipindahkan (dalam pikiran penerjemah) dari

bahasa sumber ke bahasa sasaran menjadi makna “y”. Tahap terakhir adalah

penstrukturan/ pengungkapan kembali makna “y” tersebut pada bahasa sasaran.

Tahap ini disebut juga dengan tahap recoding (Bassnett, 2002:24). Dalam proses

penerjemahan, beberapa bentuk bahasa seringkali mengalami hambatan karena

Analisis Restrukturisasi

Pemindahan(Transfer)

x y

DECODING

RECODING

Page 17: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

17

bentuk tersebut memiliki muatan budaya atau terikat dengan konteks situasi, salah

satunya adalah bentuk idiom, sehingga Tou (melalui Choliludin, 2013:31-32)

memberikan tambahan pentingnya memperhatikan hal tersebut, sebagaimana

disajikan pada bagan 3 berikut ini.

BAHASA SUMBER BAHASA SASARAN

Bagan 3. Proses Penerjemahan oleh Tou (melalui Choliludin, 2013:31-32)

Proses penerjemahan tersebut dapat dilaksanakan dengan prosedur

penerjemahan. Larson (1998:519) menyebutkan setidaknya ada 7 tahapan dalam

penerjemahan, yaitu persiapan, analisis, transfer, pembuatan naskah awal (initial

draft), pengecekan (naskah) ulang, pengujian hasil terjemahan, revisi dan

penyempurnaan hasil terjemahan, serta persiapan naskah untuk penerbit. Secara

garis besar, Nadar (2007:22) membagi ketujuh tahapan tersebut menjadi 3 tahapan

utama, yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan, dan pengecekan ulang/ revisi (tahap

akhir), sebelum akhirnya dicetak atau diterbitkan.

Teks yang akanditerjemahkan

Analisis maknayang terkandung

Rekonstruksimakna

Makna

Hasil terjemahan

Konteks Budaya

Konteks Situasi

Konteks Budaya

Konteks Situasi

Page 18: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

18

Ditinjau dari tipenya, penerjemahan dapat dibagi menjadi dua tipe

berdasarkan dua aspek utama di dalamnya. Aspek tersebut adalah makna dan

bentuk atau gaya bahasa (Nida dan Taber, 1982:13; Tytler melalui Hanafi,

1986:78; Larson, 1998:3). Kedua aspek tersebut kemudian berkembang menjadi

dua tipe penerjemahan, yaitu penerjemahan berdasarkan makna (meaning based

translation) yang mengutamakan makna atau pesan dan penerjemahan

berdasarkan bentuk (form based translation) yang mengutamakan struktur atau

bentuk (Larson, 1998:17).

Larson (1998:19) berpendapat bahwa tujuan utama (goal) dalam

penerjemahan adalah mencapai tingkat terjemahan idiomatik. Berdasarkan tujuan

utama (goal) penerjemahan tersebut serta tipe dasar penerjemahan, hasil

terjemahan tersebut kemudian dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu terjemahan sangat

harfiah (very literal), harfiah (literal), harfiah yang dimodifikasi (modified literal),

campuran yang tidak konsisten (inconsistent mixture), semi idiomatik (near

idiomatic), idiomatik (idiomatic), dan terlalu bebas (unduly free).

Ketujuh jenis terjemahan tersebut dikembangkan oleh Larson dengan

membuat skala kontinum sebagaimana dapat dilihat pada penjelasan dan bagan di

bawah ini.

“Translation then falls on a continuum from very literal to literal, tomodified literal, to near idiomatic, to idiomatic, and may fall, evenmore on the unduly free as displayed below (Larson, 1998:19).”

Very Literal LiteralModified

Literal

Inconsistent

Mixture

Near

IdiomaticIdiomatic Unduly Free

Bagan 4. Skala Terjemahan Larson (1998:19)

Translator’s goal

Page 19: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

19

Terjemahan bertipe form based translation atau kata demi kata (word-for-

word) dapat dilihat pada jenis terjemahan sangat harfiah, harfiah, dan harfiah yang

dimodifikasi atau terjemahan yang masih memiliki kekakuan pada struktur dan

makna hasil terjemahan (Soesilo dalam Kaswanti Purwa, 1990:189; Soegeng dan

Ekosusilo, 1994:12). Kekakuan tersebut lebih terasa ketika bahasa sumber dan

bahasa sasaran memiliki struktur sintaksis yang berbeda. Menurut Larson

(1998:17-19), terjemahan harfiah merupakan terjemahan yang sulit dipahami dan

kurang komunikatif. Berdasarkan ciri-cirinya, terjemahan sangat harfiah

merupakan terjemahan yang paling kaku dan kurang berterima, sedangkan

terjemahan harfiah sedikit lebih masuk akal walaupun strukturnya masih terasa

kaku. Terjemahan harfiah yang dimodifikasi sudah memiliki urutan kata dan

struktur yang berterima walaupun maknanya masih kurang alamiah.

Di sisi lain, terjemahan bertipe meaning based translation dibagi menjadi

terjemahan idiomatik dan semi idiomatik. Ditinjau dari ciri-cirinya, terjemahan

idiomatik merupakan terjemahan yang terasa begitu alami dengan menggunakan

padanan yang sama pada bahasa sasaran. Terjemahan jenis ini merupakan

terjemahan terbaik dan dijadikan pencapaian jenis terjemahan tertinggi atau tujuan

utama dari penerjemahan karena terjemahan ini terdengar sama alamiahnya ketika

sudah diterjemahakan ke bahasa sasaran, sebagaimana pendapat Larson (1998:18-

19) berikut ini.

“Idiomatic translations use the natural forms of the receptor language,both in the grammatical constructions and the choice of lexical items. Atruly idiomatic translation does not sound like translation. It sounds like itwas written originally in the receptor language. Therefore, a goodtranslator will try to translate idiomatically. This is his goal.” (Larson,1998:18-19)

Page 20: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

20

Selain terjemahan idiomatik, ada juga hasil terjemahan yang hampir mendekati

jenis terjemahan tersebut, yaitu terjemahan semi idiomatik. Terjemahan semi

idomatik dapat dikatakan sebagai hasil terjemahan yang berterima dan sudah baik

secara struktur, hanya saja terjemahan ini belum menggunakan padanan sedekat

terjemahan idiomatik atau padanan alami (natural equivalence).

Diantara jenis terjemahan harfiah dan idiomatik, ada juga terjemahan

campuran yang tidak konsisten dan terjemahan terlalu bebas. Terjemahan

campuran yang tidak konsisten adalah terjemahan yang sebagian hasilnya berupa

terjemahan harfiah dan sebagian lagi sudah idiomatik. Terjemahan jenis ini

merupakan terjemahan yang tidak konsisten dan mencampuradukkan aspek

makna dan bentuk dalam terjemahan harfiah dan idiomatik. Selanjutnya,

terjemahan terlalu bebas adalah terjemahan yang tidak berterima karena

terjemahan ini merubah makna bahasa sumber, menambahkan informasi yang

tidak ada dalam bahasa sumber, memasukkan unsur-unsur yang tidak sesuai, serta

menyimpangkan latar historis dan kultural dari bahasa sumber.

1.6.3 Kendala dan Strategi Penerjemahan Idiom

Idiom merupakan bentuk unik yang sukar dipahami maknanya secara

harfiah berdasarkan unsur-unsur yang menyusunnya (Dixson melalui Hanafi,

1986:48; Larson, 1998:23; Crystal melalui Wijana, 2004:109; Kridalaksana,

2008:90), sehingga penerjemahannya pun mengalami kendala. Menurut Eftekhari

(2008) dan Baker (1992:68-70), sedikitnya ada empat kendala dalam

menerjemahkan idiom, yaitu:

Page 21: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

21

a) idiom seringkali tidak memiliki padanan kata dalam bahasa sasaran. Hal ini

disebabkan karena idiom seringkali memiliki kaitan erat dengan budaya

penuturnya (lih. Bassnett, 2002:32; Fahrurrozi, 2003:2; Wijana, 2004:109),

sehingga ketika penerjemah tidak mengetahui budaya pada bahasa sasaran,

maka akan menemui kesulitan pada saat proses penerjemahan,

b) suatu idiom mungkin memiliki imbangan makna dalam bahasa sasaran, akan

tetapi berada pada konteks yang berbeda (lih.Fahrurrozi, 2003:2),

c) suatu idiom mungkin juga digunakan dalam teks bahasa sumber dengan

makna yang literal dan idiomatis,

d) idiom memiliki kaidah penggunaan pada tiap jenis teks, dan hal itu akan

menjadi masalah jika dalam bahasa sasaran tidak memiliki jenis teks yang

memuat penggunaan idiom itu di bahasa sumber.

Kendala tersebut mengimplikasikan diperlukannya strategi dalam

penerjemahannya. Secara umum, ada beberapa strategi yang biasanya digunakan

dalam penerjemahan, seperti strategi struktural dan semantis. Strategi struktural

diantaranya adalah penambahan, pengurangan, dan transposisi, sedangkan strategi

semantis meliputi pungutan, padanan budaya, padanan deskriptif, sinonim,

terjemahan resmi, pungutan, penyusutan, perluasan, penambahan, penghapusan,

dan modulasi (Suryawinata dan Hariyanto, 2003:67-76).

Eftekhari (2008) menyebutkan ada lima strategi untuk mengatasi kendala

dalam penerjemahan idiom. Pertama, strategi padanan budaya (cultural

equivalent) atau menggunakan idiom yang memiliki persamaan makna dan bentuk

pada bahasa sasaran. Suryawinata dan Hariyanto (2003:72&157) berpendapat

Page 22: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

22

bahwa penerjemahan yang paling baik adalah menerjemahkan idiom dengan

idiom pula. Kedua, menggunakan suatu idiom yang memiliki makna yang sama

tetapi bentuk yang berbeda. Ketiga, menggunakan parafrase. Strategi ini hampir

sama dengan teknik modulasi yang lebih memperhatikan pesan terkandung dalam

idiom tersebut, kemudian menerjemahkannya dengan cara berfikir yang berbeda

(Newmark, 1988:88). Sejauh ini, cara ini merupakan cara yang sering digunakan.

Keempat, strategi penghapusan (omission atau deletion), yaitu penghapusan idiom

atau tidak memunculkan idiom pada hasil terjemahan. Strategi ini biasanya

digunakan dengan pertimbangan daripada hasil terjemahan menjadi

membingungkan, lebih baik jika hal yang membingungkan tersebut dihilangkan

saja (Suryawinata dan Hariyanto, 2003:75). Dengan kata lain, hal ini bisa

dilakukan asal tidak merubah makna kalimat secara keseluruhan. Kelima, strategi

kompensasi, yaitu strategi yang memungkinkan penerjemah untuk menghilangkan

atau mengganti idiom dalam teks sumber dan menggunakan konteks lain dalam

teks sasaran yang lebih mudah dimengerti.

Selain lima strategi Eftekhari (2008) tersebut, para ahli lainnya juga

memiliki pendapat masing-masing. Hanafi (1986:49) menyarankan pada

penerjemah untuk menghafalkan atau memiliki buku tentang idiom sebagai jalan

pintas yang paling bijak. Selanjutnya, idiom juga dapat diatasi dengan melihat

kamus atau belajar melalui pengalaman penggunaan bahasa (Hartati, 2002:120),

akan tetapi apabila dilihat dari segi kepraktisan dan keefektifannya, Syafei

(2007:52) dan Suryawinata-Hariyanto (2003:116-117) berpendapat bahwa melihat

konteks dalam penggunaan idiom merupakan strategi yang paling efektif karena

Page 23: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

23

konteks tersebut memiliki peran penting dalam memberikan informasi pada

penerjemah, sehingga penerjemah dapat menebak makna idiom tersebut dan

menyesuaikannya ke dalam bahasa sasaran.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang didukung

dengan data-data kuantitatif. Penelitian ini berusaha memerikan data yang

berwujud kualitatif berupa lisan atau tulisan dari obyek penelitian yang diamati.

Obyek penelitian tersebut adalah hasil terjemahan idiom, sedangkan subyek

penelitiannya adalah mahasiswa konsentrasi penerjemahan jurusan Bahasa dan

Sastra Inggris yang duduk di bangku semester V. Mahasiswa tersebut dirasa telah

cukup mengenyam teori dasar penerjemahan pada semester-semester sebelumnya.

Lokasi penelitian tersebut diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta

(UNY). Penentuan lokasi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa

hal, yaitu tipe mahasiswa yang homogen atau memiliki karakteristik dan latar

belakang yang hampir sama, seperti daerah asal yang sebagian besar berasal dari

Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah, tingkat pendidikan, bahasa ibu, budaya,

dll., sehingga pengambilan data menjadi lebih representatif. Selain itu, UNY juga

memiliki kualitas pendidikan yang mumpuni di Yogyakarta sebagai sebuah

universitas negeri dan memiliki paket konsentrasi penerjemahan. Peneliti juga

lebih memahami karakter mahasiswa dan lebih mengenal staf pengajar serta

pegawainya. Hal ini memudahkan peneliti dalam perijinan dan pelaksanaan

penelitian ini.

Page 24: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

24

Metode penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu penyediaan data,

analisis data, dan penyajian data, sebagaimana dijelaskan berikut ini:

1.7.1 Penyediaan Data

Data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah berbagai hal terkait strategi

penerjemahan idiom tersebut, yaitu hasil terjemahan idiom Bahasa Inggris dan

lembar kuesioner dari responden, lembar pengamatan di kelas, dan dokumen-

dokumen terkait. Tahap penyediaan data tersebut telah dilaksanakan pada bulan

Desember 2013. Dalam pelaksanaannya, penyediaan data tersebut dibagi menjadi

3 langkah, yaitu penyebaran instrumen penelitian, tabulasi data, dan klasifikasi

data.

Penyebaran instrumen tersebut dimulai dengan pembuatan instrumen

penelitian dan uji coba instrumen terlebih dahulu. Instrumen tersebut disusun

berdasarkan metode yang digunakan, yaitu metode tes tertulis, kuesioner,

pengamatan, dan dokumentasi. Metode tes tertulis menggunakan instrumen

berupa soal tes yang berisi 15 soal idiom dalam teks dialog Bahasa Inggris.

Selanjutnya, responden diminta untuk menerjemahkannya ke dalam Bahasa

Indonesia sealamiah (idiomatik) mungkin. Idiom yang digunakan dalam

instrumen tersebut dipilih dan disusun berdasarkan variabel-variabel yang telah

ditetapkan sebelumnya yang meliputi adanya kesepadanan dengan idiom Bahasa

Indonesia, kesamaan asosiasi, frekuensi penggunaan, tipe idiom, dan jenis unsur

pembentuknya. Variabel-variabel tersebut disajikan pada lampiran 1.1.

Lebih lanjut, metode kuesioner menggunakan instrumen penelitian berupa

lembar kuesioner atau angket yang berjenis kuesioner terbuka dengan

Page 25: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

25

memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab pertanyaan dengan

kalimatnya sendiri (Arikunto, 1998:141). Kuesioner tersebut digunakan untuk

memperoleh berbagai informasi terkait strategi penerjemahan yang dilakukan

responden, pengalaman dan pengetahuan dalam menerjemahkan, serta kebiasaan

dan kendala dalam penerjemahan dan perkuliahan.

Metode lainnya yang digunakan untuk memberikan informasi tambahan

adalah metode pengamatan dan dokumentasi. Dalam penerapannya, metode

pengamatan menggunakan instrumen berupa blangko atau lembar pengamatan.

Metode ini digunakan untuk mengamati apa saja yang dilakukan responden ketika

melakukan aktifitas menerjemahkan, sikap dalam melakukan penerjemahan, dan

catatan-catatan khusus lainnya yang dianggap penting, sedangkan metode

dokumentasi menyelidiki benda-benda tertulis, seperti silabus perkuliahan dan

buku panduan mengenai kurikulum tahun 2009 yang digunakan pada jurusan

Bahasa dan Sastra Inggris UNY untuk memberikan informasi mengenai

penyelenggaraan perkuliahan Bahasa Inggris secara umum dan kelas konsentrasi

penerjemahan secara khusus, serta dokumentasi kegiatan selama pengambilan

data. Instrumen-instrumen penelitian yang digunakan tersebut selengkapnya

disertakan pada Lampiran 1.

Setelah dilakukan pembuatan instrumen, uji coba, konsultasi dengan

pembimbing, dan revisi, instrumen-instrumen tersebut didistribusikan untuk

menyediakan data yang dibutuhkan. Selanjutnya, data yang telah terkumpul diolah

pada langkah selanjutnya, yaitu tabulasi data. Data tabulasi berisi hasil tes atau

terjemahan idiom Bahasa inggris responden. Data tersebut disajikan dalam bentuk

Page 26: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

26

tabel yang memuat nama-nama inisial responden (Responden 1 - 11) beserta hasil

terjemahannya. Setelah melakukan tabulasi data, data tersebut kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang menjadi fokus pengamatan

pada tahapan analisis data. Data berupa hasil terjemahan tersebut kemudian

diklasifikasikan berdasarkan skala hasil terjemahan Larson (1998:19). Skala hasil

terjemahan tersebut diadopsi dan disusun dalam bentuk rubrik yang digunakan

sebagai alat bantu klasifikasi jenis terjemahan. Rubrik tersebut disajikan pada

tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Rubrik Skala Hasil Terjemahan

JenisTerjemahan

Aspek dalam Penerjemahan

Makna Bentuk atau Gaya BahasaTerjemahansangat harfiah(very literal)

Memiliki makna yang sesuai padatataran kata, tetapi tidak sesuaidengan konteksnya sebagai idiom.

Terjemahan langsung kata per kata.Memiliki gaya/ bentuk yang terkesandipaksakan dengan bentuk atau gayaasli dari bahasa sumber.

Terjemahanharfiah (literal)

Memiliki makna yang sesuai padatataran kata, tetapi tidak sesuaidengan konteksnya sebagai idiom.

Memiliki bentuk atau gaya yangmasih kaku, namun sudah mengikutibentuk atau gaya pada bahasasasaran.

Terjemahanharfiah yangdimodifikasi(modifiedliteral)

Memiliki makna yang sesuai padatataran kata, tetapi tidak sesuaidengan konteksnya sebagai idiom.

Memiliki gaya atau bentuk yangsudah tidak terlalu kaku dan telahdimodifikasi mengikuti bentuk ataugaya pada bahasa sasaran.

Terjemahancampuran yangtidak konsisten(inconsistentmixture)

Memiliki makna yang taksa atauagak kabur, akan tetapi masihmemiliki nilai kebenaran ataumendekati kebenaran. Memilikikualitas hasil terjemahan yanglemah/ masih agakmembingungkan.

Menggunakan gaya atau bentuk yangtidak konsisten atau mencampurkanantara terjemahan harfiah danidiomatik, seperti mempertahankanatau tidak menerjemahkan salah satubentuk kata.

Terjemahansemi idiomatik(near idiomatic)

Memiliki makna yang benar dansesuai dengan konteksnya sebagaiidiom.

Menggunakan kata lain yangmemiliki ungkapan sama sesuai gayaatau bentuknya, walaupun terkadangmenggunakan uraian kata untukmenjelaskan maksudnya.

Page 27: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

27

Terjemahanidiomatik(idiomatic)

Memiliki makna yang benar danalamiah atau sepadan sesuaidengan konteksnya sebagai idiom.

Memiliki ungkapan yang padan(equivalent) atau sedekat dansealamiah mungkin pada bahasasasaran.

Terjemahanterlalu bebas(unduly free)

Memiliki makna yang telahberubah dan menyimpang.

Mengikuti bentuk atau gaya padabahasa sasaran, tidak kaku, dankadang kala menggunakan uraiankata untuk menjelaskan maksudnya.

Berikut ini adalah contoh hasil terjemahan berdasarkan rubrik skala hasil

terjemahan di atas.

Tabel 2. Contoh Hasil Penerjemahan Idiom berdasarkan Jenis Terjemahannya

Jenis TerjemahanHasil Terjemahan Idiom

In hot water BookwormIt sells like hot

cakesTerjemahan sangatharfiah (very literal)

Dalam panas air Buku cacing Itu menjualseperti panaskue-kue

Terjemahan harfiah(literal)

Dalam air panas Cacing buku Menjual sepertikue-kue panas

Terjemahan harfiahyang dimodifikasi(modified literal)

Di dalam air yangpanas

Cacing yangmemakan buku

Terjual sepertikue-kue yangmasih panas

Terjemahan campuranyang tidak konsisten(inconsistent mixture)

Khawatir Pengoleksi buku Terjual larisseperti hot cakes

Terjemahan semiidiomatik (nearidiomatic)

Berada dalamsituasi yang kritis/genting

Penggemar buku/orang yang gemarmembaca buku

Sangat laris dipasaran

Terjemahan idiomatik(idiomatic)

Bagai telur diujung tanduk

Kutu buku Laku keras/ larismanis

Terjemahan terlalubebas (unduly free)

Sedang mandi Buku Pengetahuan Berjualan kuepanas

Keterangan: data hasil terjemahan pada tabel di atas hanya sebagai contoh(bukan data sebenarnya).

Dalam penerapannya, hasil terjemahan responden kemudian dilihat makna

dan bentuk/ gaya bahasanya. Setelah itu, ditentukan jenis terjemahannya

Page 28: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

28

berdasarkan rubrik tersebut. Data hasil klasifikasi tersebut digunakan sebagai

bahan analisis pada proses olah data selanjutnya. Hasil klasifikasi data

selengkapnya disertakan pada Lampiran 3.

1.7.2 Analisis Data

Tahapan analisis data ini dimulai dengan melakukan pengamatan pada data

kuesioner untuk mengidentifikasi strategi penerjemahan yang diterapkan

responden dalam menerjemahkan idiom Bahasa Inggris, sedangkan tingkat

pencapaian hasil terjemahannya diamati dengan mengklasifikasi dan mengukur

data hasil tes tertulis atau terjemahan responden dengan menggunakan skala

Larson (1998:19) yang kemudian dihitung persentase tingkat pencapaian hasil

terjemahan benar, idiomatik, campuran yang tidak konsisten, dan terlalu bebas.

Pencapaian hasil terjemahan tersebut kemudian dibandingkan dengan strategi

penerjemahan yang diterapkan untuk melihat tingkat pencapaian strategi tersebut.

Analisis pencapaian strategi penerjemahan tersebut lebih lanjut mengamati

tingkat ketercapaian dan ketidaktercapaiannya dalam penerjemahan idiom

berdasarkan terjemahan yang dihasilkan. Tingkat ketercapaian dalam

penerjemahan idiom selanjutnya dibagi menjadi dua macam, yaitu ketercapaian

terjemahan idiomatik sebagai patokan utama dan terjemahan benar2 sebagai

tambahan analisis. Tingginya persentase capaian hasil terjemahan benar dan

idiomatik tersebut diasumsikan berbanding lurus dengan keberhasilan strategi

yang diterapkan. Dengan kata lain, strategi yang diterapkan tersebut dianggap

2 Terjemahan benar adalah hasil terjemahan responden pada tingkat semi idiomatik dan idiomatikyang dianggap telah berterima sebagai hasil terjemahan yang sesuai maknanya dengan makna daribahasa sumber.

Page 29: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

29

kurang berhasil apabila hasil terjemahannya tidak banyak menghasilkan

terjemahan benar dan idiomatik. Di sisi lain, tingkat ketidaktercapaian akan dilihat

berdasarkan hasil terjemahan yang mengarah pada terjemahan campuran yang

tidak konsisten dan terjemahan bebas. Diasumsikan juga bahwa semakin tinggi

persentase pada kedua jenis terjemahan tersebut, semakin tinggi pula tingkat

ketidakberhasilan strategi yang diterapkan.

Analisis berikutnya dilakukan untuk mengetahui tingkat kesulitan

penerjemahan idiom yang dilakukan dengan mengamati tingkat keberhasilan dan

ketidakberhasilannya ketika diterjemahkan, sedangkan faktor kebahasaan yang

berpengaruh di dalamnya dikaji dengan melakukan pengujian pengaruh faktor

kebahasaan idiom yang telah dikategorikan berdasarkan terdapatnya padanan

idiom pada bahasa sasaran, kesamaan asosiasi, frekuensi penggunaan, tipe idiom,

dan jenis unsur pembentuknya. Berdasarkan temuan dari hasil analisis, dilakukan

upaya perbaikan untuk mengurangi atau mengatasi masalah dan hambatan dalam

penerapan strategi penerjemahan idiom tersebut.

1.7.3 Penyajian Data

Data hasil analisis tersebut kemudian disajikan dengan memberikan

penjelasan secara deskriptif berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian

strategi penerjemahan idiom Bahasa Inggris ini. Deskripsi tersebut kemudian

disajikan secara informal dengan menggunakan uraian kata-kata biasa dari penulis

dan secara formal menggunaan tanda atau lambang-lambang, termasuk tabel,

bagan, gambar, dll (Sudaryanto, 1993:145).

Page 30: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

30

1.8 Sistematika Penulisan

Penelitian ini menyajikan laporan hasil penelitian dalam lima Bab. Bab I

sebagai pendahuluan, Bab II sebagai uraian hasil temuan dan analisis umum

mengenai strategi dan tingkat pencapaian hasil terjemahannya, Bab III sebagai

uraian hasil analisis tingkat kesulitan penerjemahan idiom dan faktor kebahasaan

yang mempengaruhinya, Bab IV sebagai pembahasan upaya mengefektifkan

strategi penerjemahan idiom, dan Bab V sebagai penutup. Kelima Bab tersebut

akan secara lebih rinci dijelaskan sebagai berikut.

Bab I sebagai pendahuluan memiliki beberapa bagian di dalamnya,

diantaranya latar belakang masalah yang berisi pertimbangan mengenai

diangkatnya topik penelitian mengenai strategi penerjemahan idiom Bahasa

Inggris, kemudian rumusan masalah yang memformulasikan masalah berkenaan

dengan penelitian tersebut, dilanjutkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan

manfaatnya. Lebih lanjut, tinjauan pustaka dalam penelitian ini digunakan sebagai

acuan sejauh mana penelitian mengenai topik tersebut sudah dilakukan,

pertimbangan pentingnya pengkajian suatu topik permasalahan, dan referensi

tambahan dalam penelitian, sedangkan landasan teori dijadikan sebagai kerangka

berfikir teoretis atau pijakan awal untuk menganalisis masalah-masalah dalam

penelitian strategi penerjemahan idiom ini.

Pembahasan inti mengenai strategi penerjemahan idiom disajikan dalam tiga

Bab, yaitu Bab II, Bab III, dan Bab IV. Bab II mengawali pembahasan tersebut

dengan mendiskusikan perihal strategi penerjemahan idiom responden dan tingkat

pencapaiannya. Bab III membuka ruang diskusi selanjutnya dengan memerikan

Page 31: PENDAHULUAN dual act of communication) yang …etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70858/potongan/S2-2014... · dalam karya sastra novel, cerpen, puisi, lagu, maupun artikel berbahasa

31

tingkat kesulitan penerjemahan idiom dan faktor kebahasaan yang

mempengaruhinya, kemudian Bab IV membahas mengenai upaya mengefektifkan

strategi penerjemahan tersebut. Bab V merupakan Bab terakhir atau penutup

dalam penelitian ini yang berisi kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi

ikhtisar berdasarkan temuan dan penjelasan dalam strategi penerjemahan idiom

Bahasa Inggris yang telah diuraikan pada Bab-Bab sebelumnya, sedangkan pada

bagian saran berisi masukan-masukan terkait topik dan hasil penelitian untuk

beberapa pihak, diantaranya penerjemah, penyelenggara pendidikan

penerjemahan, dan peneliti bidang penerjemahan.