pendahuluan a. latar belakang masalah · tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer...

14
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat dipungkiri bahwa masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan peradaban manusia. Pendidikan berperan dalam membentuk pribadi manusia yang baik menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, sejalan dengan reformasi nasional saat ini pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, karena dengan menerapkan sistem pendidikan nasional yang baik dan ditunjang pula oleh guru yang bermutu dan profesional diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu bersaing dalam era globalisasi (Sujarwo dan Bujang Rahman, 2008:1) Salah satu masalah krusial yang dihadapi bangsa ini adalah rendahnya mutu pendidikan, yang bermuara pada lemahnya daya saing Sumber Daya Manusia (SDM) dan rendahnya produktifitas manusia Indonesia pada umumnya. Kualitas pendidikan Indonesia yang oleh banyak kalangan masih dianggap rendah ini diperlihatkan dengan indikator Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah pada Tabel 1.1 (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat 110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108). Bandingkan dengan negara Cina yang memiliki peringkat 111 pada tahun 1995 tetapi pada

Upload: leque

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

dipungkiri bahwa masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan peradaban manusia.

Pendidikan berperan dalam membentuk pribadi manusia yang baik menurut

ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, sejalan dengan reformasi nasional

saat ini pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, karena dengan

menerapkan sistem pendidikan nasional yang baik dan ditunjang pula oleh guru

yang bermutu dan profesional diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang

berkualitas dan mampu bersaing dalam era globalisasi (Sujarwo dan Bujang

Rahman, 2008:1)

Salah satu masalah krusial yang dihadapi bangsa ini adalah rendahnya

mutu pendidikan, yang bermuara pada lemahnya daya saing Sumber Daya

Manusia (SDM) dan rendahnya produktifitas manusia Indonesia pada umumnya.

Kualitas pendidikan Indonesia yang oleh banyak kalangan masih dianggap rendah

ini diperlihatkan dengan indikator Human Development Index (HDI) Indonesia

yang masih rendah pada Tabel 1.1 (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan

tahun 2005 peringkat 110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108). Bandingkan

dengan negara Cina yang memiliki peringkat 111 pada tahun 1995 tetapi pada

Page 2: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

2

2

tahun 2005 sudah mencapai peringkat 85, suatu kemajuan yang memiliki prestasi

tersendiri.

Tabel 1.1 Ranking Indonesia berdasarkan HDI dibandingkan beberapa negara

tahun 1995, 2000, 2003, 2004, 2005

No Negara Peringkat Pada Tahun

1995 2000 2003 2004 2005 1 2 3 4 5 6

Thailand Malaysia Philipina Indonesia Cina Vietnam

58 59

100 104 111 120

76 61 77

109 99

108

74 58 85

112 104 109

76 59 83

111 94

112

73 61 84

110 85

108 Sumber : Kunandar 2007

Dibandingkan dengan kualitas sistem pendidikan dikaitkan dengan daya

saing tenaga kerja pada 12 negara Asia, peringkatnya sangat jauh dengan rasio

6,59 menempati posisi akhir paling bawah, bahkan di bawah negara Malaysia dan

Vietnam (Tabel 1.2). Ini menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Indonesia

tidak mampu bersaing di tingkat Internasional khususnya di kawasan Asia.

Tabel 1.2. Kualitas Sistem Pendidikan Dikaitkan dengan Daya Saing Tenaga

Kerja pada 12 Negara Asia No Negara Skor ... 7 8 9 10 11 12

Malaysia Hongkong Philipina Thailand Vietnam Indonesia

4,41 4,72 5,47 5,96 6,21 6,59

Sumber : PERC dalam Kunandar 2007

Persoalan yang dihadapi sektor pendidikan amatlah kompleks, salah

satunya adalah masalah yang berkaitan dengan aspek substansial seperti

kelayakan mengajar dan sulitnya mengimplementasikan kurikulum yang memiliki

basis kompetensi. Tabel 1.3 tampak jelas pada semua jenjang pendidikan (SD,

Page 3: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

3

3

SMP, SMA dan SMK) persentase guru yang tidak layak mengajar masih cukup

besar, terlebih pada jenjang Sekolah Dasar.

Tabel 1.3 Guru menurut Kelayakan Mengajar Tahun 2002/2003

No Jenjang Pendidikan Negeri % Swasta % Jumlah % 1 2 3 4

SD Jumlah SMP Jumlah SMA Jumlah SMK Jumlah

Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak Layak Tidak

584.395 558.675

1.143.070 202.720 108.811 311.531

87.379 35.424

122.803 27.967 20.678 48.645

47,3 45,2 92,6 43,4 23,3 66,7 38,0 15,4 53,4 19,0 14,0 33,0

41.315 50.542 91.857 96.385 58.832

155.217 67.051 40.260

107.311 55.631 43.283 98.914

3,3 4,1 7,4 20,7 12,6 33,3 29,1 17,5 46,6 37,7 29,3 67,0

625.710 609.217

1.234.927 299.105 167.643 466.748 154.430

75.648 230.114 83.598 63.961

147.559

50,7 49,3 100 64,1 35,9 100 67,1 32,9 100 56,7 43,3 100

Sumber : Balitbang Depdiknas dalam Kunandar 2007

Dalam konteks reformasi pendidikan, guru adalah unsur utama dalam

proses pendidikan. Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer

pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, guru juga mempunyai tugas

mendidik membantu perkembangan semua potensi peserta didik agar mereka

menjadi matang dan dewasa sehingga mampu berkiprah di masa yang akan

datang. Sangat disadari bahwa semua harapan itu, salah satu kata kuncinya adalah

pendidikan, dan kata kunci di dalam pendidikan itu adalah guru. Guru adalah

unsur terdepan dalam keseluruhan proses pendidikan. Oleh karena itu sangatlah

wajar jika saat ini pemerintah memberikan perhatian yang serius terhadap

berbagai aspek kehidupan guru (Sujarwo dan Bujang Rahman, 2008:1).

Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas,

sarana dan prasarana pendidikan, lemahnya unsur manajemen di tingkat satuan

pendidikan, hingga kurangnya partisipasi dari unsur-unsur masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan. Semua itu merupakan rangkaian masalah yang

Page 4: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

4

4

membutuhkan penanganan serius dan komitmen yang kuat dari semua pihak

untuk mengatasinya. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu pendidikan,

dibutuhkan upaya-upaya yang sistematis, komprehensif dan konsisten serta

menyentuh pada aspek-aspek yang spesifik dalam sistem pendidikan itu sendiri.

Guru adalah garda depan dari sistem pendidikan. Untuk mewujudkan

pendidikan yang bermutu maka harus dipastikan juga guru-guru yang

menyelenggarakan kegiatan pembelajaran bagi siswa di sekolah, juga sudah

bermutu. Terlepas dari atmosfer politik yang tidak begitu menguntungkan bagi

guru, secara jujur juga harus diakui, guru masih belum mampu tampil optimal

dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab profesinya. Kompetensi pedagogik,

kepribadian, profesional, dan sosial yang harus dimiliki oleh guru sebagai agen

pembelajaran sebagaimana diamanatkan PP Nomor 19/2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (SNP), pasal 28 ayat 3 masih dipertanyakan banyak kalangan

(Sawali Tuhusetya, 2008:1, dalam http://sawali.info/2008/06/09/mampukah-

pemberdayaan-mgmp-menjadi/).

Dari keempat kompetensi yang harus dimiliki guru, menurut Sawali

Tuhusetya (2008:1) dua di antaranya dinilai masih menjadi problem serius dan

krusial di kalangan guru terutama kompetensi pedagogik dan kompetensi

profesional. Dari aspek kompetensi pedagogik, guru dinilai belum mampu

mengelola pembelajaran secara maksimal, baik dalam hal pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

maupun pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya. Dari aspek kompetensi profesional, banyak guru yang dianggap

Page 5: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

5

5

masih gagap dalam menguasai materi ajar secara luas dan mendalam sehingga

gagal menyajikan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi

siswa.

Dengan melihat keadaan guru di lapangan yang sangat bervariasi dilihat

dari latar belakang pendidikan, pangkat dan golongan, masa kerja, pengalaman

mengajar, serta keadaan wilayah, keberadaan MGMP (Musyawarah Guru Mata

Pelajaran) sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas mata pelajaran.

Terutama untuk menyamakan persepsi, substansi materi, pemilihan metode, serta

penentuan pola evaluasi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kondisi yang

ada. Mengingat setiap mata pelajaran bersifat dinamis dan melibatkan manusia.

Kompetensi guru yang dinilai masih lemah kini tengah diupayakan secara

serius oleh pemerintah melalui Dinas Pendidikan, Lembaga Penjamin Mutu

Pendidikan (LPMP), dan P4TK dalam bentuk program pemberdayaan

Musyawatah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah (SMP dan SMA).

Kegiatan-kegiatan MGMP pada umumnya bertujuan memotivasi para guru

untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam membuat perencanaan,

melaksanakan, dan melakukan evaluasi program pembelajaran, sehingga terwujud

proses pembelajaran yang bermutu di kelas. Selain itu kegiatan MGMP juga dapat

menjadi ajang untuk mendiskusikan dan mencari solusi bagi persoalan-persoalan

yang dihadapi para guru dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, menjadi

sumber informasi yang memungkinkan para guru memperoleh berbagai

pengetahuan dan wawasan mengenai perkembangan yang terjadi, inovasi-inovasi

Page 6: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

6

6

di bidang pendidikan dan kebijakan-kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat

maupun daerah, yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan.

Direktorat Pendidikan Menengah Umum sejak anggaran tahun 2001 telah

merintis revitalisasi MGMP dan telah disosialisasikan di daerah. Sejalan dengan

amanah otonomi daerah, peran dan fungsi MGMP untuk meningkatkan

profesionalisme dalam upaya menyelenggarakan class reform dan perubahan

paradigma reorientasi pembelajaran di kelas (Dikmenum, 2004:2)

Karena itu cukup beralasan jika pemerintah memandang bahwa

keberadaan MGMP amat potensial sebagai salah satu leading sector dalam upaya

peningkatan kompetensi profesional guru.. Hal ini diwujudkan oleh pemerintah

dengan pemberian dana block grant bagi pemberdayaan MGMP yang disalurkan

melalui LPMP di seluruh Indonesia.

Apabila melihat fenomena di lapangan menunjukkan bahwa

sesungguhnya peran dan eksistensi MGMP khususnya di Kabupaten Bandung

masih dipertanyakan baik dari segi kuantitas maupun kualitas kinerjanya sesuai

dengan tujuan keberadaan MGMP. Hal ini tercermin dari hasil Ujian Nasional

(UN) tahun 2008 rayon Kabupaten Bandung tingkat SMA pada jurusan IPS

(Tabel 1.4) yang perlu dicermati lebih jauh, dimana mata pelajaran Geografi

menempati nilai rata-rata terendah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Guru

yang memiliki kompetensi dan kemampuan profesional yang tinggi dapat

membawa siswa pada prestasi hasil belajar yang tinggi. Salah satu tolak ukur

keberhasilan siswa adalah nilai UN, disamping faktor-faktor keberhasilan

pembelajaran dilihat dari sisi yang lain. Melihat hal tersebut di atas tampaknya

Page 7: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

7

7

cukup menjadi bahan yang perlu dikaji dan menjadi pokok permasalahan

pendidikan yang ada di daerah Kabupaten Bandung.

Tabel 1.4 Hasil Ujian Nasional 2008

Propinsi : Jawa Barat Jumlah Sekolah : 94 Kabupaten : Bandung Jumlah Peserta : 6007 Jenis Sekolah : SMA Negeri/Swasta Jur : IPS Jumlah Lulus : 5959 (99,20%)

Statistik Nilai

Bahasa Indonesia

Bahasa Inggris Matematika Ekonomi Sosiologi Geografi

Jumlah Nilai

Klasifikasi B B A A A B A Rata-rata 7,47 7,27 7,47 7,99 8,03 6,66 45,16 Terendah 4,00 1,80 1,00 2,25 4,25 3,00 30,45 Tertinggi 9,60 9,40 10,00 10,00 10,00 9,00 53,90 St.Deviasi 0,92 0,93 0,98 0,83 0,75 0,83 3,19

Sumber : Publikasi Hasil Ujian Nasional 2008 oleh PUSPENDIK

Untuk itu agar dapat memahami fenomena ini secara lebih akurat dan

mendalam, perlu dilakukan suatu penelitian tentang “ Peran Forum Musyawarah

Guru Mata Pelajaran Terhadap Kompetensi Guru di MGMP Geografi Tingkat

SMA Kabupaten Bandung ”.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah guru-guru geografi yang tergabung dalam MGMP

Geografi SMA di Kabupaten Bandung. Aspek yang akan diteliti yaitu

persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP, partisipasi guru geografi

dalam kegiatan MGMP, kompetensi profesional geografi guru, hubungan

partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi

profesional geografi guru, dan hubungan persepsi guru geografi terhadap

eksistensi MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.

Page 8: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

8

8

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimana persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP tingkat

SMA di Kabupaten Bandung ?

2. Bagimana partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP di Kabupaten

Bandung ?

3. Bagaimana kompetensi profesional geografi guru di Kabupaten Bandung ?

4. Bagaimana hubungan antara partisipasi guru geografi dalam kegiatan

MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru ?

5. Bagaimana hubungan persepsi guru geografi terhadap eksistensi dengan

kompetensi profesional geografi guru ?

6. Bagaimana hubungan antara partisipasi guru geografi dalam kegiatan

MGMP dan persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP dengan

kompetensi profesional geografi guru ?

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Dari permasalahan pokok di atas maka terdapat variabel pokok yang

terbagi ke dalam variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

(independen) dalam penelitian ini adalah persepsi guru geografi terhadap

eksistensi MGMP (X1), partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP

(X2), sedangkan variabel terikat (dependen) adalah kompetensi profesional

geografi guru (Y).

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini, dapat didefinisikan

dan dijelaskan sebagai berikut :

Page 9: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

9

9

1. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah suatu wadah

asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata pelajaran pada jenjang SMP

dan SMA, yang berada disuatu sanggar, kabupaten/kota yang berfungsi

sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar, dan bertukar pikiran

dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai

praktisi/pelaku perubahan reorientasi pembelajaran di kelas (Direktorat

Pendidikan Menengah Umum, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2004:1).

2. Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk

mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar

memberikan makna kepada lingkungan mereka. Persepsi guru geografi

terhadap eksistensi MGMP merupakan proses pemahaman guru geografi

terhadap sesuatu yang diterimanya dalam hal ini dalam forum MGMP,

berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan kepribadian yang ada pada

diri guru geografi. Pada intinya persepsi merupakan suatu ekspresi sikap

individu (guru geografi) terhadap obyek atau lingkungan tertentu

(MGMP) sehingga menjadi suatu keyakinan bagi dirinya.

3. Eksistensi adalah hal berada, keberadaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Ketiga Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002).

Dalam konteks penelitian ini keberadaan yang dimaksud adalah

keberadaan MGMP sebagai wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru

mata pelajaran pada jenjang SMP dan SMA.

Page 10: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

10

10

4. Partisipasi adalah : perihal turut berperan serta di suatu kegiatan ;

keikutsertaan; peran serta; berpartisipasi : melakukan partisipasi:

berperan serta dalam kegiatan. Sedangkan Partisipan adalah orang yang

ikut berperan serta di suatu kegiatan (pertemuan, konferensi, seminar,

dan sebagainya). (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Pusat

Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Sumber lain

mengatakan bahwa Partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana

orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut

memikul tanggungjawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat

kewajibannya (Poerbawakatja 1982, dalam Nyni Makaliwe, 2003:48).

Partisipasi guru geografi dalam MGMP diartikan sebagai keterlibatan

mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang (guru geografi) didalam

situasi kelompok (forum MGMP geografi) yang mendorongnya untuk

memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan

serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

5. Kompetensi Profesional Guru adalah merupakan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan

materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang

menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi

keilmuannya (PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 tentang Standar

Nasional Pendidikan).

Page 11: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

11

11

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi dan memberi gambaran yang kongkrit bagaimana

peran MGMP Geografi SMA di Kabupaten Bandung dalam meningkatkan

kompetensi profesional geografi guru. Kondisi yang akan diteliti adalah

persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP, partisipasi guru geografi

dalam kegiatan MGMP, dan kompetensi profesional geografi guru.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi teoritis

dan praktis, sehingga dapat diharapkan :

1. Secara teoritis-akademis, penelitian ini memberikan peluang bagi

perluasan kajian akademik berkaitan dengan peran forum Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) Geografi SMA dalam meningkatkan

kompetensi profesional geografi guru serta sebagai bahan untuk penelitian

lebih lanjut.

2. Secara praktis menjadi referensi yang dapat dipakai untuk

mengembangkan program-program pemberdayaan MGMP ke depan, baik

yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, LPMP, P4TK, maupun pihak-

pihak terkait.

Page 12: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

12

12

G. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

1. H0 : Tidak terdapat hubungan antara persepsi guru geografi terhadap

eksistensi MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.

H1 : Terdapat hubungan yang positif/signifikan antara persepsi guru

geografi terhadap eksistensi MGMP dengan kompetensi profesional

geografi guru

2. H0 : Tidak terdapat hubungan antara partisipasi guru geografi dalam

kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.

H1 : Terdapat hubungan yang positif/signifikan antara partisipasi dalam

kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.

3. H0 : Tidak terdapat hubungan antara persepsi guru geografi terhadap

eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan

MGMP dengan kompetensi profesional geografi guru.

H1 : Terdapat hubungan yang positif/signifikan antara persepsi guru

geografi terhadap eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi

dalam kegiatan MGMP dengan kompetensi profesional geografi

guru.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) dengan

pendekatan kuantitatif yang bermaksud untuk mengungkap, menguji dan

Page 13: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

13

13

menyajikan pemahaman tentang fenomena yang sementara ini baru sedikit

diketahui. Fenomena yang akan diungkap adalah persepsi guru geografi

terhadap eksistensi MGMP dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan

MGMP dalam meningkatkan kompetensi profesional geografi guru. Data

yang dikumpulkan diperoleh melalui alat ukur berupa instrumen tes dan

instrumen kuesioner untuk dianalisis secara kuantitatif dengan statistika

korelasioal.

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Bandung (Gambar 1.1), sesuai

dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “ Peran Forum

Musyawarah Guru Mata Pelajaran Terhadap Kompetensi Guru di MGMP

Geografi Tingkat SMA Kabupaten Bandung ”. Populasi dalam penelitian

ini adalah guru-guru geografi SMA Negeri/Swasta yang tergabung di

MGMP geografi di Kabupaten Bandung, sedangkan sampel yang diambil

adalah guru-guru geografi tingkat SMA yang terlibat sebagai pengurus dan

anggota MGMP geografi dengan teknik simple random sampling

(pengambilan sampel secara acak).

Page 14: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah · Tugas guru sangat kompleks, selain bertugas menstransfer ... Bermula dari rendahnya kompetensi guru, kurang memadainya fasilitas, sarana dan

14

14

6º41' LS

107º22' BT 108º05' BT

107º22' BT

6º41' LS

7º19' LS

108º05' BT

7º19' LS

Gambar 1.1. Peta Lokasi Penelitian

Sumber : Situs web resmi: http://www.bandungkab.go.id/

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

PROPINSI JAWA BARAT

PETA LOKASI PENELITIAN

KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

SKALA 1 : 389.000

0 3,89 7,78 11,67 KM

Dilayout kembali oleh : ROBERT SITOMPUL (NIM 0706403

Batas kecamatan Batas kabupaten Lokasi Penelitian

LEGENDA :