pendahuluan 1.1 latar belakang...

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Karena fungsi bank sangatlah vital, diantaranya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi, dan jasa keuangan lainnya. Kurun waktu 2003-2007 merupakan tahun yang penuh dinamika bagi industri perbankan nasional. Ditengah beratnya tantangan yang dihadapi pada tahun 2006, bank pada umumnya mampu mempertahankan kinerja yang positif. Profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas bank stabil pada tingkat yang memadai. Namun demikian, fungsi intermediasi masih terkendala akibat perubahan kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan. Kondisi ini mendorong bank lebih berhati-hati dalam mengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif yang berisiko rendah, antara lain Sertifikat Bank Indonesia. Industri perbankan Indonesia saat ini memasuki tahapan dimana perbankan dihadapkan pada tantangan untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga

Upload: letruc

Post on 10-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank

merupakan "nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Karena

fungsi bank sangatlah vital, diantaranya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan

uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan

uang, tempat melakukan investasi, dan jasa keuangan lainnya.

Kurun waktu 2003-2007 merupakan tahun yang penuh dinamika bagi industri

perbankan nasional. Ditengah beratnya tantangan yang dihadapi pada tahun 2006,

bank pada umumnya mampu mempertahankan kinerja yang positif. Profitabilitas,

likuiditas dan solvabilitas bank stabil pada tingkat yang memadai. Namun demikian,

fungsi intermediasi masih terkendala akibat perubahan kondisi perekonomian yang

kurang menguntungkan. Kondisi ini mendorong bank lebih berhati-hati dalam

mengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva

produktif yang berisiko rendah, antara lain Sertifikat Bank Indonesia.

Industri perbankan Indonesia saat ini memasuki tahapan dimana perbankan

dihadapkan pada tantangan untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga

Page 2: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

2

intermediasi dan berorientasi pada penciptaan nilai tambah ataupun laba dengan

menerapkan prudential banking atau kehati-hatian.

Kinerja perbankan pada tahun 2007 meningkat secara signifikan sejalan

dengan kondisi perekonomian yang semakin kondusif. Peningkatan kinerja tersebut

terutama tercermin pada penyaluran kredit yang melampaui target, kualitas kredit

yang semakin baik, dan rasio kecukupan modal yang jauh di atas ketentuan minimum.

Perhatian perbankan dalam penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah (MKM)

masih tetap tinggi yang tercermin pada peningkatan pertumbuhan kredit MKM pada

tahun laporan. Sementara dari sisi permodalan, perbankan mampu memenuhi

persyaratan modal minimum yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar Rp. 80 miliar.

Sejalan dengan perkembangan positif pada bank umum, perkembangan perbankan

syariah dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga menunjukkan kinerja yang terus

meningkat. (LPI Bank Indonesia, 2007)

Pelayanan perbankan kepada masyarakat semakin luas dengan bertambahnya

jumlah kantor bank. Peningkatan pelayanan tersebut diikuti oleh perbaikan kinerja

perbankan Salah satu indikator peningkatan kinerja perbankan adalah pertumbuhan

kredit yang mencapai 25,5%, lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar 22%.

Pencapaian tersebut juga diikuti oleh membaiknya kualitas kredit perbankan yang

tercermin dari menurunnya rasio Non Performing Loan (NPL), baik secara gross

maupun net. Peningkatan penyaluran kredit bersamaan dengan turunnya suku bunga

dana berdampak positif pada profitabilitas bank yang ditunjukkan oleh meningkatnya

Page 3: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

3

net interest income. Pertumbuhan kredit lebih tinggi daripada pertumbuhan

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Pada akhir tahun2007, total kredit perbankan

mencapai Rp. 1.045,7 triliun, dengan pertumbuhan 25,5%. Sementara itu, dana pihak

ketiga mencapai Rp1.510,7 triliun, dengan pertumbuhan 17,4%. Peningkatan kredit

yang signifikan tersebut meningkatkan pangsa kredit dalam aktiva produktif

perbankan dari 53,6% menjadi 57,3% yang tercermin dalam dalam gambar 1.

Gambar 1. Komposisi Aktiva Produktif

Kondisi tersebut mendorong peningkatan loan to deposit ratio (LDR) perbankan

menjadi sebes ar 69,2%, yang merupakan rasio tertinggi pascakrisis (Grafik 9.2).

Page 4: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

4

Pencapaian kinerja kredit tersebut meningkatkan peran perbankan dalam pembiayaan

ekonomi.

Berbagai perkembangan positif tersebut juga mengindikasikan bahwa

ketahanan perbankan pada tahun 2007 lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga

dapat menjadi modal yang kuat untuk menghadapi tantangan dan peningkatan

intermediasi pada tahun 2008. Indikator profitabilitas perbankan hingga September

2007 secara konsisten menunjukkan trend peningkatan. Pertumbuhan kredit yang

menggembirakan ini menunjukan bahwa fungsi intermediasi perbankan nasional

mulai sesuai dengan yang diharapkan. Ekspansi kredit yang cukup memadai dan

penurunan tingkat suku bunga menjadi faktor utama yang menjadi penunjang

kenaikan tingkat profitabilitas perbankan nasional. Efisiensi perbankan juga

memberikan kontribusi terhadap penguatan profitabilitas perbankan nasional.

Kredit konsumsi menjadi pilihan bank karena karakteristik debiturnya tersebar dan

plafonnya kecil sehingga risikonya lebih terdiversifikasi dan terukur.. Kredit konsumsi

didominasi oleh jenis kredit pemilikan rumah (KPR) dengan porsi sebesar 33,4% atau

9,0% dari total kredit perbankan. Dari segi pertumbuhan, KPR juga memiliki

pertumbuhan tertinggi sebesar 29,6%, disusul kartu kredit sebesar 19,7%. Penyaluran

KPR didominasi oleh kelompok bank swasta devisa dan bank BUMN dengan pangsa

masing-masing sebesar 45,8% dan 40,8%. Untuk kartu kredit dikuasai oleh bank asing

dengan pangsa sebesar 49,7%, disusul bank swasta devisa sebesar 26,5%, dan bank

BUMN sebesar 15,9%. Sementara itu, penyaluran jenis kredit konsumsi lainnya

Page 5: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

dikuasai oleh kelompok bank BUMN dengan

swasta devisa dan BPD dengan pangsa masing

Secara umum, kualitas kredit konsumsi cukup baik kecuali

Nominal NPL kartu kredit meningkat

tahun sebelumnya sehingga rasio NPL

12,2%. Sementara NPL

rendah, yaitu masing

kredit konsumsi lainnya mengalami sedikit

trennya cenderung stabil pada level yang rendah. Sementara tren NPL

kredit meningkat tajam sejak tahun 2006

pemasaran kartu kredit yang memberikan

dikuasai oleh kelompok bank BUMN dengan pangsa sebesar 31,8%, diikuti bank

BPD dengan pangsa masing-masing sebesar 29,5%dan 25,4%.

Gambar 2. Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Secara umum, kualitas kredit konsumsi cukup baik kecuali

Nominal NPL kartu kredit meningkat cukup signifikan (65,0%) dibandingkan dengan

sebelumnya sehingga rasio NPL gross-nya meningkat dari

12,2%. Sementara NPL gross untuk KPR dan kredit konsumsi lainnya tercatat cukup

masing-masing sebesar 3,0% dan 1,9%. Walaupun NPL

kredit konsumsi lainnya mengalami sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya,

stabil pada level yang rendah. Sementara tren NPL

kredit meningkat tajam sejak tahun 2006 seperti digambarkan pada gambar 3

pemasaran kartu kredit yang memberikan banyak kemudahan mendorong masyarakat

5

sebesar 31,8%, diikuti bank

masing sebesar 29,5%dan 25,4%.

Secara umum, kualitas kredit konsumsi cukup baik kecuali untuk kartu kredit.

cukup signifikan (65,0%) dibandingkan dengan

nya meningkat dari 9,1% menjadi

dan kredit konsumsi lainnya tercatat cukup

un NPLgross KPR dan

peningkatan dari tahun sebelumnya,

stabil pada level yang rendah. Sementara tren NPL gross kartu

seperti digambarkan pada gambar 3. Strategi

banyak kemudahan mendorong masyarakat

Page 6: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

menjadi lebih konsumtif sehingga intensitas debitur menggunakan kartu

semakin tinggi. Di sisi lain, kondisi ekonomi dan

akibat kenaikan harga

selektif dalam menerbitkan kartu kredit untuk menghindari

lanjut.

Pertumbuhan kredit lebi

pihak ketiga (DPK). Pada akhir tahun 2007, total kredit perbankan mencapai

pertumbuhan 25,5%. Sementara itu, dana pihak ketiga mencapai

17,4%. Peningkatan kredit yang signifikan te

konsumtif sehingga intensitas debitur menggunakan kartu

semakin tinggi. Di sisi lain, kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat yang menurun

an harga BBM belum sepenuhnya pulih. Untuk itu, bank harus lebih

selektif dalam menerbitkan kartu kredit untuk menghindari peningkatan NPL lebih

Gambar 3. NPL Gross Kredit Konsumsi

Pertumbuhan kredit lebih tinggi daripada pertumbuhan penghimpunan dana

pihak ketiga (DPK). Pada akhir tahun 2007, total kredit perbankan mencapai

pertumbuhan 25,5%. Sementara itu, dana pihak ketiga mencapai tingkat

17,4%. Peningkatan kredit yang signifikan tersebut meningkatkan pangsa kredit dalam

6

konsumtif sehingga intensitas debitur menggunakan kartu kredit

daya beli masyarakat yang menurun

BBM belum sepenuhnya pulih. Untuk itu, bank harus lebih

peningkatan NPL lebih

h tinggi daripada pertumbuhan penghimpunan dana

pihak ketiga (DPK). Pada akhir tahun 2007, total kredit perbankan mencapai tingkat

tingkat pertumbuhan

rsebut meningkatkan pangsa kredit dalam

Page 7: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

7

aktiva produktif perbankan dari 53,6% menjadi 57,3%. Pencapaian kinerja kredit

tersebut meningkatkan peran perbankan dalam pembiayaan ekonomi.

Sumber : Bank Indonesia, 2007

Gambar 4. Perkembangan Kredit dan DPK

Kenaikan kontribusi pendapatan bunga kredit tidak lepas dari peranan kredit

konsumsi yang bersama-sama dengan kredit modal kerja telah menjadi motor

penggerak utama pertumbuhan kredit perbankan. Berdasarkan Statistik Ekonomi

Keuangan Indonesia April 2007 yang diterbitkan Bank Indonesia (BI), rata-rata suku

bunga kredit konsumsi pada akhir Maret 2007 mencapai 17,38 persen, naik

Page 8: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

8

dibandingkan dengan Januari 2006 yang sebesar 17,08 persen. Kredit konsumsi

merupakan pembiayaan untuk kebutuhan barang-barang konsumsi.

Sumber : Bank Indonesia, 2007

Gambar 5. Kontribusi Kredit Konsumsi Terhadap Pertumbuhan Kredit

Salah satu faktor yang mendorong perkembangan konsumsi adalah kredit

untuk tujuan konsumsi yang juga cenderung meningkat dalam periode yang sama.

Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa selama periode April 2006 hingga

November 2007, posisi kredit konsumsi Bank Umum mengalami kenaikan sekitar 400

persen (Website Bank Indonesia). Angka ini akan lebih besar lagi apabila besaran

kredit konsumsi dari Bank Perkreditan Rakyat dan perusahaan pembiayaan juga

diikutsertakan. Pada periode 2006-2007, proporsi kredit konsumsi yang disalurkan

oleh Bank Umum rata-rata sebesar 27 persen. Kredit konsumsi menempati urutan

Page 9: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

9

kedua setelah kredit modal kerja, dengan proporsi sekitar 30% dari total kredit yang

disalurkan oleh seluruh jenis bank di Indonesia.

Kredit konsumsi bersifat tidak elastis dan banyak peminatnya. Artinya, jika

dinaikkan suku bunganya pun tidak menyurutkan permintaan. Terbukti, pertumbuhan

kredit konsumsi selama triwulan I-2007 lebih tinggi dibandingkan dengan kredit

modal kerja dan kredit investasi. Berdasarkan data BI, posisi kredit konsumsi

perbankan nasional per akhir Maret 2007 sebesar Rp 231,26 triliun, tumbuh 2,5 persen

dibandingkan dengan akhir tahun 2006 (Laporan Perekonomian Indonesia, 2007).

Dalam periode yang sama, kredit investasi dan modal kerja hanya tumbuh 0,9

persen dan 0,4 persen. Secara keseluruhan, posisi kredit akhir triwulan I-2007 sebesar

Rp 800,37 triliun, tumbuh 1 persen dibandingkan dengan akhir tahun 2006. Menurut

Tony, karena permintaannya tinggi dan tidak sensitif terhadap suku bunga, bank pun

sangat mengandalkan kredit konsumsi. Bank berupaya mendapatkan kesempatan

meraih keuntungan dari kredit konsumsi. Kredit investasi dan modal kerja memang

memerlukan stimulus penurunan suku bunga untuk mendorong permintaan.

Elastisitas permintaan kredit konsumsi disebabkan cukup dominannya

pengaruh faktor non-suku bunga terhadap keputusan konsumen. Faktor-faktor tersebut

antara lain perbaikan daya beli masyarakat, ekspektasi konsumen yang positif

terhadap perbaikan pendapatan, kemampuan konsumen membayar cicilan kredit, dan

promosi yang dilakukan oleh produsen barang-barang tahan lama seperti mobil, motor

dan rumah.

Page 10: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

10

Daya beli masyarakat, yang mengalami penurunan akibat kenaikan harga

BBM pada Oktober 2005 lalu, belum sepenuhnya pulih. Meskipun demikian, laju

inflasi yang lebih terkendali, dan ekspektasi konsumen yang masih menunjukkan

optimisme terhadap perbaikan penghasilan selama 6 bulan kedepan, serta tawaran

kredit rumah dan kendaraan bermotor dengan bunga tetap (fixed rate) selama 1-3

tahun pertama mampu mendongkrak kembali pertumbuhan kredit konsumsi dan

penjualan kendaraan bermotor yang sempat mengalami penurunan selama tahun 2006.

Proses pemulihan penjualan kendaraan bermotor dan pertumbuhan kredit konsumsi ini

justru terjadi pada situasi dimana suku bunga kredit konsumsi hanya mengalami

penurunan yang sangat terbatas.

Inelastisitas permintaan kredit konsumsi menguntungkan perbankan. Tingkat

suku bunga konsumsi yang tinggi dan kredit konsumsi yang terus tumbuh seharusnya

mampu meningkatkan pendapatan bank. Data menunjukkan kontribusi pendapatan

bunga kredit terhadap total pendapatan operasional perbankan secara konsisten

mengalami peningkatan selama periode 2002 – 2006. Kenaikan kontribusi pendapatan

bunga kredit tidak lepas dari peranan kredit konsumsi yang bersama-sama dengan

kredit modal kerja telah menjadi motor penggerak utama pertumbuhan kredit

perbankan.

Berdasarkan hasil survey triwulan III-2007 yang dilakukan oleh Bank

Indonesia, permintaan masyarakat terhadap kredit baru menunjukkan peningkatan

sebesar 84,8% lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu (92,8%).

Meningkatnya kebutuhan pembiayaan, penurunan suku bunga kredit serta semakin

Page 11: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

11

membaiknya prospek usaha nasabah merupakan faktor utama yang mendorong

meningkatnya permintaan kredit baru dengan pemintaan terbesar berupa kredit modal

kerja diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi.

Tingkat suku bunga konsumsi yang tinggi dan kredit konsumsi yang terus

tumbuh seharusnya mampu meningkatkan pendapatan bank. Data menunjukkan

kontribusi pendapatan bunga kredit terhadap total pendapatan operasional perbankan

secara konsisten mengalami peningkatan selama periode 2002 – 2006.

Sumber : Bank Indonesia, 2007

Gambar 6. Pendapatan Operasional Bank Umum

Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya, diantaranya : Mukti Andriani (1999) dalam penelitiannya

Page 12: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

12

yang mengambil judul pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai bunga yang

diterima perbankan di Indonesia dari segi makro ekonomi. Variabel dependen yang

digunakan dalam penelitian Mukti adalah nilai tingkat bunga deposito sedangkan

variabel independent yang digunakan adalah likuiditas perekonomian, pendapatan

nasional dan pengeluaran pemerintah. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa

likuiditas perekonomian, pendapatan nasional dan pengeluaran pemerintah secara

bersama-sama mempengaruhi nilai tingkat bunga perbankan di Indonesia. Secara

parsial, likuiditas perekonomian berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat bunga

di Indonesia. Sedangkan variabel pendapatan nasional dan pengeluaran pemerintah

masing-masing kurang memiliki pengaruh secara nyata terhadap tingkat bunga.

Sedangkan penelitian kali ini berusaha untuk mengukur kekuatan faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan perbankan di

Indonesia, objek penelitian kali ini adalah Bank Umum di Indonesia, Variabel

dependen yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah nilai tingkat suku bunga

kredit konsumsi Bank Umum di Indonesia. Sedangkan variabel independen yang

digunakan adalah indikator perbankan.

Ulasan dan data-data yang ada serta peningkatan yang cukup signifikan akan

kinerja perbankan serta perkembangan kredit khususnya kredit konsumsi yang akhir-

akhir ini begitu pesat pertumbuhannya akhirnya menjadi dasar pemikiran untuk

dilakukan penelitian mengenai pengaruh Non Performing Loan, Dana Pihak Ketiga

dan Net Interest Margin terhadap tingkat suku bunga kredit pada bank umum dan

implikasinya terhadap pertumbuhan kredit bank umum.

Page 13: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

13

Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini berjudul " Pengaruh Kinerja

Perbankan Terhadap Tingkat Suku Bunga Kredit Konsumsi Pada Bank Umum

Dan Implikasinya Kepada Perkembangan Kedit Konsumsi (Suatu Penelitian Pada

Periode 2003 - 2007)”.

1.2 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang penelitian, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana pengaruh non performing loan pada bank umum terhadap tingkat suku

bunga kredit konsumsi ?

b. Bagaimana pengaruh dana pihak ketiga pada bank umum terhadap tingkat suku

bunga kredit konsumsi ?

c. Bagaimana pengaruh net interest margin pada bank umum terhadap tingkat suku

bunga kredit konsumsi ?

d. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan kredit konsumsi

pada bak umum ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mempelajari :

a. Pengaruh non performing loan pada bank umum terhadap tingkat suku bunga

kredit konsumsi berdasarkan data pada kurun waktu tahun 2003 sampai tahun

2007

Page 14: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

14

b. Bagaimana pengaruh dana pihak ketiga pada bank umum terhadap tingkat suku

bunga kredit konsumsi berdasarkan data pada kurun waktu tahun 2003 sampai

tahun 2007

c. Bagaimana pengaruh net interest margin pada bank umum terhadap tingkat suku

bunga kredit konsumsi berdasarkan data pada kurun waktu tahun 2003 sampai

tahun 2007

d. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan kredit konsumsi

pada bak umum berdasarkan data pada kurun waktu tahun 2003 sampai tahun

2007

1.4 Asumsi Penelitian

Model yang diajukan dalam penelitian ini dapat berlaku dengan beberapa

asumsi berikut :

a. Kondisi negara selama tahun pengamatan stabil, tidak ada bencana alam,

kerusuhan, dan stabilitas keamanan terjaga.

b. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat suku bunga di luar informasi

kinerja keuangan seperti peran aktif insider trading, siklus bisnis, makroekonomi,

dan prosfek industri di masa yang akan datang dalam penelitian ini dianggap

konstan.

c. Informasi kinerja keuangan perbankan dianggap mencerminkan semua informasi

yang tersedia mengenai nilai sebuah aset.

Page 15: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

15

1.5. Lokasi dan Sampel Penelitian

Objek penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tingkat suku

bunga kredit konsumsi pada bank umum, serta implikasinya terhadap perkembangan

kredit konsumsi pada periode Januari 2003 sampai dengan Desember 2007.

Sedangkan unit analisisnya adalah laporan keuangan yang tercermin dalam prospektus

masing-masing bank umum yang berupa Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak

Ketiga, dan Net Interest Margin (NIM).

Jenis data yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah sepenuhnya

berbentuk data kuantitatif dalam artian data yang terdiri dari angka-angka. Selain itu,

keseluruhan data variabel-variabel dalam penelitian ini merupakan data time series

dengan periode pengamatan dari bulan Januari 2003 sampai dengan Desember 2007.

Sumber data yang digunakan sepenuhnya berasal dari data sekunder, yaitu

jenis data yang di peroleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan

diolah oleh pihak lain biasanya dalam bentuk publikasi. Data sekunder diperoleh dari

perpustakaan Bank Indonesia cabang Bandung Jln. Merdeka no 26 Bandung, Badan

Pusat Statistik, internet, buku-buku, literatur, dan jurnal-jurnal penelitian. Penggunaan

data sekunder dalam penelitian ini dikarenakan efektivitas biaya dan penghematan

waktu.

Objek penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tingkat suku

bunga kredit konsumsi pada bank umum, serta implikasinya terhadap perkembangan

kredit konsumsi pada periode Januari 2003 sampai dengan Desember 2007.

Page 16: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitianrepository.upi.edu/8980/2/t_mmb_0604177_chapter1.pdfmengelola risiko portofolionya dan cenderung menempatkan dananya pada aktiva produktif

16

Sedangkan unit analisisnya adalah laporan keuangan yang tercermin dalam prospektus

masing-masing bank umum yang berupa Non Performing Loan (NPL), Dana Pihak

Ketiga, dan Net Interest Margin (NIM).

Jenis data yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah sepenuhnya

berbentuk data kuantitatif dalam artian data yang terdiri dari angka-angka. Selain itu,

keseluruhan data variabel-variabel dalam penelitian ini merupakan data time series

dengan periode pengamatan dari bulan Januari 2003 sampai dengan Desember 2007.