PENDAHULUAN Karsinoma laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT. Sebagai gambaran, di luar negeri tumor ganas laring menempati urutan pertama dalam urutan penyakit keganasan dibidang THT. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) karsinoma laring menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal (Soepardi, E. A, dkk, 2007) Karsinoma laring umumnya berupa karsinoma sel skuamosa, yang sering menyerang pria berusia 56-65 tahun dan memiliki riwayat merokok. (Broker.K, 2009) Karsinoma laring lebih sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan angka kejadian 5 : 1 dan terbanyak pada usia 56-69 tahun. (Soepardi, E. A, dkk, 2007, Spector) Penyebab pasti penyakit ini sampai saat ini belum diketahui, dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang yang beresiko tinggi terhadap karsinoma laring. Penelitian epidemiologik menggambarkan ada beberapa hal yang diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring diantaranya ialah rokok, alkohol, dan terpajan oleh sinar radioaktif. (Soepardi, E. A, dkk, 2007) Hal yang terpenting pada penanggulangan karsinoma laring adalah diagnosis dini dan pengobatan/tindakan yang tepat serta kuratif. Tujuan utama dari penatalaksanaan karsinoma laring ialah mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi spfingter laring. (Soepardi, E. A, dkk, 2007) Terapi kanker laring yang utama adalah dengan melakukan operasi dan terapi radiasi, namun saat melakukan terapi radikal kanker harus diupayakan untuk menjaga atau merekonstruksi fungsi vokal pasien dan meningkatkan kualitas hidup pasien. (Desen W, Japries W, 2011)