penda hulu an
DESCRIPTION
PendahuluTRANSCRIPT
Laporan Kasus
“Tatalaksana Diabetes Melitus pada Kehamilan”
Ida Bgs. Suryadi Putra D. (0970121023)
Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam
FKIK Universitas Warmadewa / RSUD SanjiwaniGianyar
Pendahuluan
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) merupakan suatu gangguan toleransi
glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil. Di Indonesia
insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita yang pernah
mengalami DMG akan mengidap diabetes mellitus tipe 2 atau gangguan toleransi
glukosa pada pengamatan lanjut pasca persalinan. Gangguan DM terjadi 3-10%
dari semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan usia kehamilan.
DMG merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi kehidupan janin atau bayi
dimasa yang akan datang, maupun saat persalinan. Hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah kejadian tersebut adalah dilakukan pemeriksaan penyaring pada
wanita hamil dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam post-
prandial, dan ditambah dengan tes tantangan glukosa atau tes toleransi glukosa
oral untuk lebih meyakinkan dalam menegakkan diagnosis.1,2
Kasus
Pasien perempuan usia 21 tahun datang ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan
membawa rujukan dari kebidanan untuk pemeriksaan lebih lanjut mengenai kadar
gula darahnya yang tinggi setelah melahirkan janin yang meninggal dalam rahim
sekitar 7 hari sebelum pemeriksaan ke poli. Kadar gula darah yang tinggi ini baru
diketahui oleh pasien saat ini. Sebelumnya pasien tidak pernah melakukan
pemeriksaan darah selama kehamilannya, saat kunjungan-kunjungan
kehamilannya, hanya dilakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang seperti pengukuran berat badan maupun USG kehamilan.
Saat usia kehamilan mendekati kelahiran dikatakan kondisi janinnya dalam
keadaan normal. Pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala adanya gangguan
glukosa darah sehingga tidak diindikasikan untuk melakukan pemeriksaan gula
1
darah. Kehamilan terakhir ini merupakan kehamilan yang kedua dimana
sebelumnya pasien pernah mengalami keguguran saat usia kehamilan dua bulan.
Penyebab keguguran tersebut dirasa pasien karena aktivitas yang terlalu berat.
Pasien bekerja sebagai pegawai tabungan koperasi dimana pasien bertugas
berkeliling untuk menemui para nasabah koperasi. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit kronis sebelumnya, seperti kencing manis dan hipertensi. Pasien juga
menyangkal ada mengonsumsi obat-obatan tertentu selama atau sebelum
kehamilan. Sedangkan dikeluarga, kedua orang tua pasien mengidap diabetes
mellitus sudah cukup lama.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan secara umum dalam keadaan
normal. Tanda vital pasien dalam batas normal yaitu, tekanan darah pasien 100/70
mmHg, nadi 88 x/menit, frekuensi pernapasan 20 x/menit, dan temperatur aksila
36oC. Tidak ditemukan adanya kelaianan organ pada pasien. Pada pemeriksaan
kandungan ditemukan jahitan bekas robekan perineum, yang masih terasa nyeri.
Pada pemeriksaan penunjang, yaitu dilakukan pemeriksaan darah lengkap
ditemukan tanda infeksi yang direpresentasikan oleh jumlah sel darah putih
15.000/µL. Kemudian elektrolit yang juga dalam batas normal. Sedangkan gula
darah pasien, yaitu gula darah acak 115 mg/dl dan gula darah 2 jam post-prandial
411 mg/dl pada tanggal 15 Agustus 2014. Dengan pengumpulan data-data
anamnesis serta pemeriksaan klinis dan penunjang pasien di diagnosis dengan
Diabetes Mellitus Gestasional dengan infeksi sekunder.
Pasien diberikan terapi berupa infus 2 jalur yaitui RL dengan tetesan 20
tetes/menit, dan drip Novorapid 2 unit/jam dalam infus NaCl 0,9% dengan tetesan
20 tetes/menit hingga penurunan kadar gula darah tercapai, yaitu dibawah 110.
Kemudian Cefotaxime 3 x 1 gram intravena, Paracetamol 3 x 500 mg per oral,
dan Pantoprazole 1 x 40 mg intravena.
Pembahasan
Regulasi glukosa abnormal maternal terjadi pada 3-10% kehamilan dan DMG.
Terjadi perubahan metabolisme selama dan setalah masa kehamilan, kondisi ini
untuk memastikan suplai glukosa yang adekuat dan konstan untuk perkembangan
janin. Glukosa maternal ditransfer ke janin melalu proses difusi-difasilitasi,
2
sedangkan insulin ibu tidak menembus plasenta jadi janin menyekresikan
insulinnya sendiri, biasanya pada usia gestasi sepuluh minggu. Pada ibu terjadi
resistensi insulin untuk penghematan kadar glukosa yang akan digunakan oleh
janin, hal ini dipengerahui oleh hormon-hormon pada plasenta seperti estrogen,
progesteron, dan chorionic somatomammotropin yang kadarnya meningkat secara
linier pada trimester dua dan tiga, hal ini akan diikuti dengan peningkatan kadar
insulin dalam darah maternal. Salah satu efek dari hormon plasenta adalah
lambatnya reabsorpsi makanan sehingga terjadi hiperglikemia yang relatif lama
dan ini menuntut kebutuhan insulin. Sebetulnya, cenderung terjadi hipoglikemia
pada wanita hamil (glukosa darah 65-75 mg/dl) bahkan tetap terjadi pada periode
diantara waktu makan dan selama tidur. Keadaan ini disebabkan karena janin
tetap mengambil glukosa dari aliran darah ibu melalui plasenta, saat ibu dalam
keadaan puasa juga terjadi. Jika respon pankreatik maternal tidak adekuat, akan
terjadi hiperglikemia pada ibu dan kemudian pada janin, yang nantinya ditandai
dengan episode recurrent postprandial hyperglicemic. Episode ini yang
menyebabkan terjadinya aselerasi pertumbuhan janin dan termasuk
komplikasinya.1-3
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin yaitu, keguguran, defek janin,
pertumbuhan janin terhambat, dan makrosomia. Keguguran terutama terjadi pada
trimester pertama dan pada kondisi prediabetes, karena pada masa ini
pertumbuhan dan perkembangan janin sangat sensitif dan rentan. Kondisi
hiperglikemia terutama yang sama sekali tidak terkontrol akan mudah
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada trimester pertama dan defek janin bila
berhasil melewati masa ini. Sedangkan pertumbuhan janin terhambat umumnya
terjadi pada ibu dengan Diabetes Mellitus tipe 1, namun mekanismenya belum
diketahui dengan jelas. Prediabetes merupakan kecendurangan gangguan toleransi
glukosa berupa kadar glukosa darah yang tinggi yang sudah diketahui sebelum
masa kehamlan. Kadar glukosa yang tinggi pada maternal yang tidak dapat
diseimbangkan oleh kadar insulin maternal yang tidak adekuat menyebabkan
kadar glikemia yang tinggi juga pada aliran darah fetus, karena kadar glukosa
darah ibu dan janin adalah sama. Hiperglikemia pada aliran darah fetus
menyebabkan terpacunya prankreas untuk menyekresi insulin dan terjadi
3
hiperinsulinemia. Akibatnya janin akan mengelami makrosomia, yaitu berat badan
lahir di atas persentil 90 untuk usia gestasi atau berat badan lebih dari 4000 gr.
Makrosomia nantinya akan menyebabkan trauma bayi saat persalinan yang bisa
diakibatkan oleh distosia bahu, partus lama karena gangguan kontraksi rahim,
chepalohematoma, cedera saraf fasial dan pleksus brasialis.1-3
Untuk mencegah terjadi DMG dapat dilakukan pemeriksaan penyaring.
Berdasarkan rekomendasi American Diabetes Association dari “Standards of
Medical Care in Diabetes-2010” untuk menilai risiko pada wanita hamil pada
kunjungan asuhan antenatal pertama (KI). Wanita dengan risiko sangat tinggi
harus menjalankan standar diagnostik untuk mengetahui adanya diabetes. Risiko
tersebut yaitu obesitas berat, DMG selama kehamilan sebelumnya atau
melahirkan bayi LGA (large for gestasinal age, terjadi glikosuria, mengidap
polycystic ovarian syndrome, riwayat diabetes mellitus yang kuat di keluarga.
Semua wanita hamil harus dilakukan pemeriksaan penyaring untuk DMG pada
usia gestasi 24-28 minggu, termasuk yang memiliki hasil negatif pada
pemeriksaan penyaring pada trimester pertama, kecuali wanita tersebut
mempunyai risiko rendah. Pertimbangan terhadap wanita yang memiliki risiko
rendah yaitu berupa usia < 25 tahun, berat badan nomal sebelum kehamilan,
merupakan suku atau etnis dengan prevalensi diabetes rendah, tidak ada riwayat
diabetes pada first-degree relatives, tidak ada riwayat toleransu glukosa abnormal,
tidak ada riwayat obstetri buruk. Etnis dengan prevalensi diabetes yang tinggi
adalah wanita kulit gelap, Hispanik, Amerika natif, dan Asia. Pada populasi
wanita kult hitam, Hispanik, dan Asia angka insidennya 5-8%.1-3
Rekomendasi oleh Endocrine Society yang dikeluarkan bulan November 2013
yaitu
1. Semua wanita hamil yang belum terdiagnosis dengan diabetes harus
dilakukan pemeriksaan penyaring berupa gula darah puasa (GDP), HbA1c,
atau gula darah sewaktu (GDS) pada kunjungan petama
2. Gula darah puasa ≥126 mg/dl, GDS ≥200 mg/dl, atau HbA1c ≥6,5%
menunjukkan seseorang jelas menderita diabetes (tipe 1, tipe 2 atau tipe lain),
sedangkan GDS 92-125 mg/dl mengindikasikan DMG.
4
3. Diagnosis diabetes yang jelas memberlukan tes konfirmasi yang keua (GDS,
GDA, HbA1c atau tes toleransi glukosa oral {TTGO]), tes ini harus dilakukan
meskipun gejala hiperglikemia tidak ada dan pasti akan timbul pada suatu
saat.
4. Pada usia gestasi 24-28 minggu, hasil 2 jam setelah TTGO 75 gr menunjukan
153-199 mg/dl mengindikasikan DMG, sedangkan bila hasilnya
menunjukkan ≥200 mg/dl memastikan bahwa penderita menderita mengalami
diabetes,
5. Terapi awal terhadap DMG harus berisi perubahan gaya hidup yang berupa
pengaturan menu makanan dan olah raga.
6. Jika perubahan gaya hidup tidak memungkinkan untuk mengontrol glukosa
darah, bisa digantikan dengan terapi farmakologis.
7. Wanita dengan DMG harus menjalani TTGO pada 6-8 minggu pasca
persalinan untuk mengeksklusi diabetes atau prediabetes; mereka harus
menjalani pemeriksaan reguler untuk diabetes, terutama mendekati kehamilan
berikutnya.
8. Pemeriksaan mata untuk mengetahui diabetes retinopati harus dilakukan pada
wanita dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2; bila ditemukan, harus diobati
terlebih dahulu sebelum konsepsi.
Metode yang terbaik untuk digunakan dalam pemeriksaan penyaring untuk DMG
masih kontroversi. Sistem dua langkah (2-step) baru-baru ini direkomendasi di
Amerika Serikat, yaitu tes tantangan glukosa dengan pembebanan 50 gr dan
diukur satu jam kemudian, kemudian dengan pembebanan 100 gr dan diukur 3
jam kemudian, bila hasil awalnya abnormal. Alternativenya dilakukan pada
wanita dengan risiko tinggi atau pada daerah dengan prevalensi resistensi insulin
≥5% (Amerika Barat Daya dan Tenggara), yaitu sistem satu langkah (1-step)
dengan TTGO dengan pembebanan 100 gr dan diukur 3 jam kemudian. Pada
pedoman terbaru dari American Diabetes Association penggunaan salah satu dari
sistem/pendekatan diatas dapat diterima.1-4
Dalam tatalaksana DMG dapat dilakukan melalui terapi nutrisi dan
pengunaan insulin. Namun secara umum penggunaan insulin akan diperlukan
dalam keadaan kehamilan dengan diabetes mellitus. Adapun jenis dan kerja
5
insulin ada yang kerja cepat (rapid acting insulin) atau kerja pendek (short acting
insulin).Pada kasus didapatkan perempuan usia 21 tahun pasca persalinan dengan
KJDR dan riwayat abortus, serta ada riwayat diabetes melitus pada kedua orang
tua. Masalah yang ditemukan adalah pada kehamilan terkahir ini tidak dilakukan
skrining, padahal pasien sudah termasuk risiko tinggi menjadi DMG. Untuk
kehamilan berikutnya disarankan pasien melakukan skrining pada KI dan UK 24-
28 minggu, serta melakukan pemeriksaan mata sebelum konsepsi.Pada awal
pemeriksaan ditemukan GDA pasien 115 dan 2 jam PP 411 dan diberikan terpai
insulin intravena 2U/jam, sampai glukosa mencapai target normal. Hal ini sudah
sesuai dengan teori.Pada perawatan rumah sakit, pasien dirawat selama 7 hari.
Selama 7 hari pasien tidak memiliki keluhan baru selain nyeri pada kemaluan
karena episiotomi. Tanda-tanda vital normal, dan tidak ada kelainan pada
pemeriksaan fisik. Terjadi infeksi berdasarkan hasil laboratorium, yang diyakini
berasal dari luka jahitan dan kadar glukosa yang belum stabil. Memberikan
antibiotik berupa Cefotaxim 3x1 gr sudah sesuai, dan ditambah Paracetamol
3x500 mg bila ditemukan demam akibat proses inflamasi dari infeksi.5-8
Ringkasan
Pada pasien melalaui anamnesis ditemukan bahwa pasien menderita DMG namun
belum dapat dipastikan apakah terjadi gangguan toleransi glukosa maupun
mengidap diabetes mellitus (tipe 1 atau tipe 2) pasca persalinan. DMG pada
pasien ini didapatkan melalui adanya faktor risiko yang kuat yaitu riwayat
diabetes pada kedua orang tua, kemudian terjadi kematian janin di dalam rahim
pada usia aterm yang tidak diketahui penyebab pastinnya, namun pasien memili
kadar glukosa darah yang tinggi pasca persalinan. Pasien juga memili riwayat
obstetri buruk yaitu terjadi keguguran pada anak pertama dengan usia gestasi 8-
10 minggu. Hal yang seharusnya dilakukan oleh pasien adalah melakukan
pemeriksaan penyaring diabetes pada kunjungan asuhan antenatal pertama, dapat
dilakukan dengan pendeketan atau sistem satu langkah atau dua langkah.
Tatalaksana pada pasien ini adalah menggunakan terapi insulin.
6
DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association. Gestational Diabetes Mellitus. Diabetes
Care, Vol. 26, Supplement 1, Januari 2003
2. Moore TR, Griffing GT. Diabetes Mellitus and Pregnancy. Medscape, Juli
2014
3. Kitzmiller JL, Dang-kilduff L, Taslimi MM. Gestational Diabetes After
Delivery: Short-term management and long-term risks. Diabetes Care,
Volume 30, Supplement 2, July 2007.
4. Royale College of Obstetricians and Gynaecologists. Diagnosis and
Treatment of Gestational Diabetes. Scientific Impact Paper No. 23, Januari
2011
5. Gestational Diabetes: Screening and Treatment Guideline. Group Health
Cooperative. 2002-2011
6. American Diabetes Association. Standards of Medical Care in Diabetes –
2014. Diabetes Care, Vol. 37, Supplement 1, Januari 2014 (Position
Statement)
7. Wardani NWS, Saputra WE, Budiyasa, DGA, dkk. Diabetes Mellitus.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam RSUD Sanjiwani. SMF
Ilmu Penyakit Dalam RSUD Sanjiwani, 2013.
8. Suatika K, Soeatmadji DW, Asdie HAH, dkk. Petunjuk Praktis Terapi Insulin
pada Pasien Diabetes Melitus.
7