penda hulu an
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permintaan konsumen terhadap sabun cair cenderung meningkat dari tahun ke tahun,
jika dibandingkan dengan sabun batang. Watkinson (2000) melaporkan bahwa perbandingan
pasar sabun padat:sabun cair pada akhir Juli 2000 adalah 60:40, sedangkan pada tahun 1994
sebesar 80:20. Tetapnya permintaan sabun batang di internasional disebabkan karena
konsumen lebih memilih untuk menggunakan sabun cair dan shower gels daripada sabun
batang.
Sabun cair memiliki beberapa keunggulan daripada sabun padat, yaitu persepsi
konsumen bahwa sabun cair lebih higienis, produk sabun cair lebih menguntungkan, praktis
serta ekonomis bagi konsumen dan produksi sabun cair lebih mudah dan menguntungkan
bagi produsen (Watkinson 2000). Dari 26 sampel kamar mandi umum yang diobservasi,
sabun cair diketahui memberikan hasil negatif terhadap kandungan bakteri, sedangkan 84
sampel sabun batang yang diperoleh memberikan hasil yang positif (Nix 2005).
Semakin berkembangnya teknologi dan penggunaan sabun pada saat ini, bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan sabun pun semakin bervariasi. Oleh karena itu, produsen
sabun berlomba-lomba mencari formula sabun untuk memproduksi sabun yang ekonomis,
higienis, tidak membahayakan kesehatan, mudah diolah, mudah didapat dan memiliki nilai
jual yang terjangkau.
Penambahan bahan alami yang aman bagi kesehatan pada sabun cair perlu
dikembangkan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengaruh positif atau fungsi tertentu
terhadap sabun cair yang dihasilkan. Fungsi tersebut antara lain memberikan kesan halus,
kesan lembut, melembabkan kulit dan memiliki aktivitas antibakteri bila digunakan. Selain
1
itu, dengan penambahan bahan alami tersebut diharapkan dapat memperbaiki tekstur dan
penampakan serta kandungan kimia sabun cair.
Beras merah kaya akan serat alami, vit B dan vit E, dan kaya akan mineral, sehingga
dapat menjaga elastisitas kulit dan kulit bersinar sehat. Selain itu, beras merah juga
mengandung berbagai zat seperti fenolat yang merupakan antioksidan kuat. Beras merah juga
dapat menyembuhkan jerawat karena adanya kandungan selenium dan beras merah membuat
kulit lebih halus, lembab sehingga cocok untuk kulit kering.
Bahan aktif yang telah banyak diimplementasikan pada sabun mandi maupun parfum,
yaitu Lavandula latifolia (Lavender). Lavender juga berkhasiat sebagai anti bakteri atau anti
jamur serta anti nyamuk . Selain itu, aromanya yang alami dan memiliki banyak keunggulan
apabila dipadukan dengan C. pyrenoidosa diharapkan akan membentuk sebuah sabun mandi
gel alami yang sehat, tidak berbahaya bagi kulit, serta memberikan sensasi nyaman bagi
konsumennya.
B. Identifikasi Masalah
Apakah tepung beras merah dapat diformulasi menjadi sabun mandi cair?
C. Tujuan Penelitian
Untuk membuat suatu sediaan sabun mandi cair dari tepung beras merah dengan
penambahan minyak atsiri lavender (Lavandula latifolia Chaix).
D. Manfaat Penelitian
Melalui data ilmiah yang didapat, penelitian diharapkan dapat menjadi sumber
informasi tentang formulasi sabun mandi cair dari beras merah dan lavender, sehingga
peneliti dan pembaca dapat mengoptimalkan manfaat dari suatu kekayaan alam khususnya
dari beras.
2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Tinjauan Botani Beras Merah
1.1.1 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Oryza
Spesies : Oryza nivara
1.1.2 Morfologi Tanaman
. Sistem perakaran serabut (Radix adventicia), karena tidak terdapat akar utama/
akar pokok dan digantikan oleh sejumlah akar yang ukurannya kurang lebih sama besar
dan semuanya keluar dari pangkal batang. Batang berbentuk bulat (teres), Sifat batang
beras merah yakni batang rumput (calmus),yaitu batang yang tidak keras, mempunyai
ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga. Permukaan batang licin (laevis) Arah
tumbuh batang tegak (erectus),yaitu arah tumbuhnya lurus ke atas. Warna batang
hijau,namun pada pangkal batang berwarna merah. Semakin ke ujung berwarna hijau.
Pertumbuhan batang dapat mencapai 2 meter.
3
Daun padi beras merah termasuk daun tidak lengkap,karena hanya memiliki
helaian daun (lamina) dan pelepah daun (vagina) saja. Memiliki alat tambahan pada
daun yaitu lidah-lidah (ligula). Merupakan suatu selaput kecil yang biasanya terdapat
pada batas antara pelepah dan helaian daun. Alat ini berguna untuk mencegah masuknya
air hujan kedalam ketiak antara batang dan pelepah daun, sehingga kemungkinan
pembusukan dapat dihindarkan. Tipe lidah-lidah (ligula) pada padi beras merah yaitu
ligula tipe selaput. Bangun/bentuk daun pada padi beras merah yaitu daun bentuk Pita
(ligulatus). Ujung daun berbentuk runcing (acutus),pangkal daun berbentuk rata
(truncatus),dan bertepi rata (integer). Memiliki pertulangan daun yang sejajar
(rectinervis) dan permukaan daun yang berbulu halus (villosus) dan berdaging tipis.
Daun berwarna hijau pada bagian tengah,namun pada bagian tepi,daun berwarna merah.
Padi beras merah termasuk buah sejati tunggal yang kering (siccus) yaitu buah
sejati tunggal yang bagian luarnya keras dan mengayu speri kulit yang kering. Padi beras
merah dibagi menjadi lebih spesifik lagi yaitu buah sejati tunggal yang kering jika masak
tidak pecah (indehiscens), dan termasuk dalam Buah Padi (caryopsis) yaitu buah
berdinding tipis,mengandung satu biji dan kulit buah berlekatan dengan kulit biji. Oleh
karena itu,biji yang sehari-hari kita makan,sebenarnya adalah buah.
1.1.3 Kandungan Kimia
Kandungan beras merah yaitu kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat,
vitamin B kompleks dan vitamin E dan mineral Ca, Mg, Fe, K. Sekitar 1 cangkir beras
merah terdiri atas 88 persen mangan, 27,3 persen selenium, 20,9 persen magnesium, 18,7
persen triptofan dan kalori hanya 12 persen kalori. Proses perubahan beras dari merah
menjadi putih menghancurkan sekitar 60 persen zat besi, 80 persen vitamin B1, 67
persen vitamin B3, 90 persen vitamin B6, 60 persen dari besi dan hampir setengah
fosfor, mangan dan serat makanan alami yang ada dalam beras.
4
1.1.4 Khasiat dan Kegunaan
Khasiat dan Manfaat Beras Merah Bagi Kesehatan antara lain beras merah
dapat mengatasi alergi pada kulit dan dapat membuat kulit menjadi halus. Beras merah
dapat mengurangi resiko penyakit turunan seperti halnya penyakit Diabetes militus,
asma, lever dan lain sebagainya. Beras merah bermanfaat sebagai pelancar pencernaan
dan mampu mengobati magh serta gangguan pencernaan lain karena memiliki serat yang
tinggi. Beras merah dipercaya mampu meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh.
Mengkonsumsi beras merah dapat mengurangi resiko terkena penyakit rematik, pegal-
pegal dan juga beri-beri karena memiliki kandungan vitamin B yang ideal bagi kesehatan
tubuh.
1.2. Tinjauan Botani Lavender
1.2.1 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Lavandula
Spesies : Lavandula angustifolia Mill.
1.2.2 Morfologi Tanaman
5
Lavandula latifolia atau dalam Bahasa Indonesia disebut lavender merupakan
semak, paling tinggi 1 meter, daunnya bertulang sejajar, bunga berwarna ungu kebiruan
di ujung daun. L. latifolia dikategorikan ke dalam tanaman biopestisida. Tumbuhan ini
tumbuh liar di beberapa tempat di Indonesia. Habitat tempat tumbuhnya lavender berada
pada ketinggian 500-1300 meter dpl. Semakin tinggi tempat tumbuhnya, maka semakin
tinggi juga kandungan minyaknya.
1.2.3 Kandungan Kimia
Minyak atsiri lavender mengandung linalool 49,47 %, α-terpineol 1,08 %, γ-
terpineol 0,09 %, borneol 1,43 %, iso-borneol 0,82 %, myrcene 0,41 %, α-pinene 0,54 %,
β-pinene 0,33 %, camphene 0,30 %, eucalyptol 25,91 %, β-caryophyllene 2,10 %, α-
humulene 0,28 %, camphor 13,00 %.
1.2.4 Khasiat dan Kegunaan
Beberapa studi ilmiah menunjukkan bahwa minyak lavender memiliki banyak
manfaat, di antaranya sebagai penenang lambung, mengobati kegelisahan, insomnia,
gangguan usus neuron, mengobati kurangnya nafsu makan, gangguan perut, dan
gangguan saraf usus.
Selain itu lavender juga dapat mengobati gejala-gejala gangguan saraf,
terutama ketidakmampuan untuk tidur serta sakit kepala. Biasanya digunakan dalam
produk obat pengusir serangga. Lavender mampu berfungsi sebagai analgesik alami, anti
depresi, aroma terapi, dan obat penenang.
Menurut Cavanagh dan Wilkinson [8], lavender juga berkhasiat untuk
mengatasi berbagai jenis infeksi jamur. Khasiat anti jamur atau anti bakteri pada minyak
lavender disebut mempunyai spektrum yang luas, yang artinya bisa membunuh lebih
banyak spesies jamur patogen. Termasuk diantaranya adalah 2 golongan jamur yang
paling banyak memicu infeksi, yakni dermatofita dan candida [24]. Dermatofita
6
merupakan jenis jamur patogen atau pemicu infeksi penyakit pada kulit, antara lain
athlete’s foot, kudis, ketombe, dan infeksi di bawah permukaan kuku. Sementara,
candida adalah pemicu candidiasis yang dampaknya bisa sangat serius jika jamurnya
masuk ke dalam pembuluh darah.
Minyak atsiri lavender yang didestilasi atau dimurnikan dari bunga lavender
(L. latifolia) memiliki kandungan anti jamur yang bisa membunuh jamur-jamur patogen
tersebut [24]. Minyak ini mampu merusak membran sel jamur sehingga pertumbuhannya
terhambat lalu mati. Lavender sangat banyak dan sering diaplikasikan sebagai bahan
aktif di sabun mandi. Hal ini dikarenakan aroma harumnya yang disukai oleh konsumen
namun tidak disukai oleh nyamuk (anti nyamuk). Alasan lain adalah karena lavender
juga memiliki khasiat anti bakteri atau anti jamur, sehingga khasiat tersebut dapat
dimanfaatkan ke dalam sabun mandi anti bakteri.
1.3. Kulit
Kulit merupakan organ paling luar, dimana membatasi organ lain di dalam
tubuh dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang paling essencial dan
vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan, disamping itu kulit juga
merupakan barier tubuh yang pertama terhadap rangsangan luar baik oleh bahan kimia,
mikroba fisik maupun oleh sinar matahari.
1.3.1 Anataomi Kulit
Kulit terdiri dari bagian ektoderm yaitu epidermis dengan kelengkapannya
yaitu rambut, kelenjar keringat, kuku pada tangan dan kaki dan bagian jaringan ikat atau
korium.
Secara hispatologis kulit terdiri dari :
1. Lapisan epidermis
7
Lapisan epidermis merupakan lapisan epitel yang terluas, dimana berfungsi
sebagai pelindung dari pengaruh luar. Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :
Stratum korneum
Lapisan ini merupakan lapisan yang menentukan terjadinya penetrasi perkautan
yang merupakan lapisan kulit terluar dan terdiri dari beberapa lapisan sel yang
kompak, rata kering dan sel kreatin.
Lapisan lusidum
Lapisan ini merupakan lapisan transparan tepat di bawah stratum korneum
dengan kandungan hialin minimum.
Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri dari sel yang berbentuk polygonal. Diantara sel tersebut
terdapat jembatan antar sel yang disebut dermosom yang dapat pecah sehingga
melanosit dan leukosit dapat bermigrasi.
Stratum granulosum
Lapisan ini merupakan tempat terjadinya aktifitas biokimia dan perubahan bentuk
morfologi sel, sehingga pada zona ini terdapat campuran sel yang hidup dengan
kreatin mati.
Stratum basale
Lapisan ini akan mempengaruhi lapisan epidermis melalui pembelahan sel
mitosis secara berkesinambungan, pada lapisan ini terdapat pigmen melanin yang
berperan dalam penentuan warna kulit.
2. Lapisan dermis
8
Lapisan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu ketebalannya 3-5 mm dan terbentuk
oleh jaringan elastis dan fibrosa padat dengan elemen seluler, lapisan dermis terdiri
dari komponen : kolagen 75%, elastin 4%, retikulin 0,4%, pembuluh darah banyak
terdapat lapisan ini yang berfungsi sebagai regulator temperatur dan tekanan serta
menyalurkan dan membuang bahan makanan serta eksresi.
3. Lapisan hipodermis
Lapisan ini terletak di bawah dermis dan mengandung banyak jaringan adipose yang
membentuk agregat dengan jaringan kolagen. Lapisan ini merupakan kelanjutan
dermis terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan ini
berfungsi sebagai pelindung panas dan mekanis.
1.3.2 Fungsi kulit
Kulit merupakan suatu sistem yang secara aktif secara multi guna. Secara garis
besar fungsi utama kulit adalah :
a. Fungsi proteksi : untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme, bahan kimia,
radiasi, panas, listrik dan rangsangan mekanik.
b. Fungsi absorpsi : kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
kelembaban dan metabolisme.
c. Fungsi eksresi : kelenjar-kelenjar kulit akan mengeluarkan zat-zat yang tidak
berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa natrium klorida, urea,
asam urat dan ammonia.
d. Fungsi persepsi :kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis.
9
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh : kulit melakukan peranan ini dengan
mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah
kulit, sehingga suhu tubuh dapat diatur.
f. Fungsi pembentukan pigmen : sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di
lapisan basal yang berasal dari lapisan saraf. Warna kulit tidak sepenuhya
dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb,
oksihemoglobin dan karoten.
g. Fungsi kreatinasi : proses kreatinasi berlangsung normal selama kira-kira 14-21
hari, dapat memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
h. Fungsi pembentukan vitamin D : dimungkinkan dengan mengubah provitamin D
(7-dehidroksi kolesterol) dengan bantuan sinar matahari.
10
1.4. Tinjauan Sabun Cair
Catatan pertama tentang sabun berasal dari Sumeria, bangsa Semit, 4500 tahun
yang lalu yang menggunakan lemak tumbuhan dan bubuk kayu sebagi pembersih kulit
dan baju (Wasitaatmadja 1997). Pembersih dibuat untuk menghilangkan kotoran,
keringat dan minyak yang dikeluarkan oleh kulit. Kotoran tersebut dikeluarkan
menggunakan surfaktan yang dapat mengangkat kotoran dan mengikat minyak
(Ananthapadamanabhan et.al 2004).
Seorang tabib Yunani bernama Galen menulis tentang bahan pembersih yang
disebut dengan sapo yang berkhasiat membersihkan dan menyembuhkan luka. Sejak itu
penggunaan sabun meluas ke seluruh pelosok dunia melalui perdagangan dan
penyebaran agama. Penggunaan sabun sehari-hari lebih ditujukan untuk kesehatan
daripada kemewahan. Sangat menarik untuk dicatat bahwa formulasi sabun sekarang
ternyata tidak jauh berbeda dari formulasi tempo doeloe (Anonim 2008).
Sabun adalah surfaktan yang terdiri dari gabungan antara air sebagai pencuci
dan pembersih yang terdapat pada sabun batang dan dalam bentuk sabun cair. Secara
kimia, sabun adalah garam dari asam lemak. Secara tradisional, sabun merupakan hasil
reaksi dari lemak dan sodium hidroksida, potassium hidroksida dan sodium karbonat.
Reaksi kimia pada pembuatan sabun dikenal dengan saponifikasi (Anonim 2008)
Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan
air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Asam lemak
jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat,
asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah
asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Asam lemak tidak lain adalah asam
alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6) (Arifin 2007).
11
Gaya tarik antara dua molekul polar (gaya tarik dipol-dipol) menyebabkan
larutan polar larut dalam larutan polar. Molekul polar mempunyai dipol yang permanen
sehingga menginduksi awan elektron non polar sehingga terbentuk dipol terinduksi,
maka larutan non polar dapat larut dalam non polar. Hal tersebut dapat menjelaskan
proses yang terjadi saat kita mencuci tangan. Saat pencucian tangan, air yang merupakan
senyawa polar menginduksi awan elektron sabun sehingga dapat membantu larutnya
asam lemak yang juga merupakan senyawa non polar. Maka dari itu, bila kita mencuci
tangan dengan menggunakan sabun, lemak yang menempel pada tangan akan melarut
bersama sabun dengan bantuan air (Arifin 2007).
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 06-4085-1996, sabun
cair didefinisikan sebagai sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan
dasar sabun atau deterjen dengan penambahan bahan lain yang diijinkan dan digunakan
tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Sabun cair yang memiliki kriteria yang sesuai
dengan standar aman bagi kesehatan kulit.
Tabel 1. Syarat mutu sabun cair
Kriteria Uji Satuan PersyaratanKeadaan
Bentuk Bau Warna
Cairan homogenKhasKhas
pH, 25°C 6-8Kadar Alkali Bebas % Tidak dipersyaratkanBobot Jenis Relatif, 25°C g/ml 1,01-1,10
Cemaran Mikroba: Angka Lempeng Total
Koloni/ml Maks. 1 x 105
Sumber : SNI, 1996
12
1.5. Formulasi Sabun Cair (Studi Preformulasi)
1.5.1. M inyak Zaitun
Minyak zaitun adlah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan dingin
biji masak Olea europaea L. Pemerian berupa cairan, kuning pucat atau kuning
kehijauan, bau lemah, tidak tengik, rasa khas. Kelarutannya sukar larut dalam etanol,
mudah larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam eter minyak tanah. Bilangan
asamnya tidak lebih dari 2,0 dan bilangan iodiumnya antara 79-88.
Ketika didinginkan, minyak zaitun menjadi keruh sekitar 10°C, dan menjadi massa
butterlike di 0°C. Minyak zaitun harus disimpan di tempat sejuk dan kering dalamwadah,
ketat wellfilled, terlindung dari cahaya. Minyak zaitun dapat disaponifikasi oleh hidroksida alkali.
Karenamengandung proporsi yang tinggi dari asam lemak tak jenuh,minyak zaitun
adalah rentan terhadap oksidasi dan tidak kompatibeldengan agen oksidasi.
1.5.2. VCO (Virgin Coconut Oil)
Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni adalah minyak lemak yang
dimurnikan dengan cara suling bertingkat, diperoleh dari endosperma Cocos nucifera
yang telah dikeringkan. Terdiri dari campuran trigliserida yang mengandung asam lemak
jenuh dengan rantai atom karbon pendek dan sedang, terutama asam oktanoat dan asam
dekanoat.
Pemeriannya berupa cairan putih, kuning pucat, tidak berbau atau berbau
lemah dan mempunyao rasa yang khas. Memadat pada suhu 0° dan mempunyai
kekentalan rendah walaupun, pada suhu mendekati suhu beku. Kelarutannya praktis tidak
larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
1.5.3. Kalium Hidroksida (KOH)
KOH adalah basa yang merupakan bahan dasar sabun dan membentuk reaksi
saponifikasi dengan lemak dan minyak. KOH sebagai surfaktan antara kotoran dengan
13
kulit pada air, sehingga nantinya kotoran bisa terbilas sehingga kulit menjadi bersih.
Penambahan KOH dalam pembuatan sabun harus tepat, karena apabila terlalu banyak
dapat memberikan pengaruh negatif, yaitu iritasi kulit. Sedangkan bila terlalu sedikit
maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas tinggi yang
mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran.
Pemeriannya kristal, butir, serpih, padat, batang yang berwarna putih sampai
kuning dan tidak berbau. Kalium hidroksida memiliki rumus molekul KOH; pH 13,5
(larutan 0,1 M); Berat molekul 56,11; Titik didih 2408 °F (1320 °C); Titik lebur 680 °F
(360 °C); Kerapatan relatif 2,04; Tekanan uap 1 mmHg @ 714°C; Mudah larut dalam air
dingin, air panas, tidak larut dalam dietil eter.
1.5.4. Gliserin
Gliserin mempunyai rumus kimia CH2COH CHOH CH2OH dengan bobot
molekul 92,10. Pemeriannya berupa cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa
manis; hanya boleh berbau khas lemah higroskopis, netral terhadap lakmus, 0,6x lebih
manis dari sukrosa. Kelarutannya dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol; tidak
larut dalam minyak lemak dan minyak menguap. BJ; tidak kurang dari 1,249. Khasiatnya
sebagai pembawa dan pengawet antimikroba. Viskositas; konsentrasi 10% = 1,311mPas
(1,311 cPs) pada suhu 20ºC. Gliserin mengkristal pada suhu rendah. OTT; oksidator kuat
seperti kromium trioksida, potassium klorat, potassium permanganat.
Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati
dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin juga berfungsi sebagai humektan
sehingga berfungsi sebagai pelembab pada kulit pada kondisi atmosfir sedang ataupun
pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas.
14
1.5.5. Vitamin E
Pemerian berupa cairan minyak, kental, bening, tidak berwarna atau coklat
kekuningan. Fungsinya sebagai antioksidan dan zat terapeutik. Konsentrasi
penggunaannya antara 0,001 - 0,05%. Kelarutan; praktis tidak larut air, mudah larut
dalam aseton, etanol, eter, dan minyak sayur. Stabilitas dan kondisi penyimpanan;
tokoferol teroksidasi lambat oleh oksigen atmosfer, dan cepat teroksidasi dengan adanya
besi dan garam perak. Penyimpanan di bawah gas inert, dalam wadah tertutup rapat,
kering, sejuk, terhindar dari cahaya. Inkompatibel; tokoferol inkompatibel dengan
peroksida dan ion logam terutama besi, tembaga dan perak. Tokoferol terabsorbsi dalam
plastik. ADI menurut WHO : 0,15-2,0 mg/kg bb.
15
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penilitian yang dilakukan di laboratorium. Penelitian
diawali dengan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan, kemudian untuk beras
merah terlebih dahulu dilakukan penggilingan sampai menjadi tepung. Untuk pembuatan
sabun mandi cair terlebih dahulu dilakukan pencampuran minyak-minyak kemudian
campuran minyak dicampurkan dengan KOH 20%. Setelah itu homogenisasi dan
pemanasan pada suhu 70-80°C. Lalu ditambahkan tepung beras merah dengan berbagai
konsentrasi sambil homogenisasi dan pemanasan pada suhu 70-80°C. Kemuadian
ditambahkan minyak atsiri lavender dan vitamin E dan homogenisasi dan pemanasan
juga pada suhu 70-80°C. Setelah menjadi sabun cair kemudian dilakukan evaluasi
sediaan yang terdiri dari uji organoleptik, pH, Bobot jenis (BJ) dan Viskositas.
16
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Gelas piala, gelas ukur, erlenmeyer, pemanas, magnetic stirrer, timbangan digital,
termometer, pH meter,Viskometer Bookfield, botol kosmetik, labu erlenmeyer, dan penangas
air.
3.2 Bahan
Minyak zaitun, VCO (Virgin Coconut Oil), minyak atsiri Lavender, KOH 20%, tepung
beras merah, gliserin, vitamin E, aquadest.
17
BAB IV
RENCANA KERJA
4.1 Penyediaan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras merah dan minyak atsiri
lavender. Beras diperoleh dari daerah Samarang Garut. Sedangkan minyak atsiri lavender
diperoleh dari toko minyak atsiri di Jalan Embong Arab, Malang.
4.2 Pembuatan Ekstrak Beras Merah
Beras merah yang sudah diperoleh digiling sampai menjadi tepung beras merah.
Kemudian dibuat ekstrak beras merah dengan menambahkan aquadest secukupnya.
4.3 Formulasi Sediaan Sabun Mandi Cair dengan Bahan Dasar Beras Merah dengan
Berbagai Konsentrasi yang dikombinasi dengan Minyak Atsiri Lavender.
Dibuat formulasi sabun mandi cair dengan mencampurkan minyak zaitun dan VCO
terlebih dahulu kemudian dipanaskan sampai suhu 80°C. Campuran minyak tersebut
kemuadian ditambahkan KOH 20% kemudian dilakukan homogenisasi dan pemanasan pada
suhu 70-80°C selama 4-5 jam. Kemudian ditambah aquadest sebanyak 10 mL sambil
homogenisasi dan pemanasan pada suhu 70-80°C hasilnya menjadi adonan 1. Adonan 1
tersebut ditambah ekstrak beras merah dengan konsentrasi 1%, 3%, dan 5%. Lalu dilakukan
juga homogenisasi dan pemanasan pada suhu 70-80°C selama 2,5 jam dalam keadaan
terbuka. Setelah itu ditambahkan vitamin E dan minyak atsiri Lavender sambil dilakukan
pengadukan dan pendinginan hingga suhu ruang.
18
4.4 Pengujian Stabilitas Fisik Sabun Cair
4.4.1 Pengamatan Organoleptik
Setiap sediaan sabun mandi cair yang dibuat diamatai perubahan warna, bau dan
konsistensinya. Pengamatan organoleptik ini dilakukan pada hari ke 1, 7, dan selanjutnya
setiap minggu selama 28 hari penyimpanan.
4.4.2 Pengukuran pH
Diukur dangan pH meter, kemudian pH yang terukur dicatat. Pengukuran pH ini
dilakukan pada hari ke 1, 7, dan selanjutnya setiap minggu selama 28 hari penyimpanan.
4.4.3 Pengukuran Viskositas
Setiap sediaan yang dibuat diukur dengan menggunakan alat Viskometer brookfield,
nilai viskositas dapat diketahui dengan cara membaca skala pada alat. Pengukuran viskositas
ini dilakukan pada hari ke 1, 7, dan selanjutnya setiap minggu selama 28 hari penyimpanan.
4.4.4 Pengukuran Bobot Jenis
Diawali dengan pembersihan piknometer kemudian dikeringkan dan ditimbang.
Sampel sabun gel didinginkan lebih rendah dari suhu penetapan pada piknometer. Sampel
dimasukkan ke dalam piknometer yang terendam air es, lalu dibiarkan sampai suhu 25C
dan ditetapkan sampai garis tera. Piknometer diangkat dari dalam rendaman air es dan
didiamkan pada suhu kamar kemudian ditimbang. Pengerjaan tersebut diulangi dengan
memakai air suling sebagai pengganti sampel.
Rumus yang digunakan adalah:
19
Bobot jenis sabun cair = bobot sabun cairbobot air
DAFTAR PUSTAKA
1. Affandi, M, Nurrochmat, 2008,” Teknologi Sediaan Kosmetika”, Garut : Universitas
Garut
2. C. Rowe, Raymond, Paul J. Sheskey and Sian C. Owen. 2006. Handbook
of pharmaceutical exsipients, 5 th edition.USA : Pharmaceutical press and
AmericanPharmacists Association3
3. Damai, Hangga, 2009, “Pemanfaatan Kitosan dan Karagenan Pada Produk Sabun
Cair”, Tugas Akhir Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Insitut Pertanian Bogor, Bogor
4. Deiner, Fadilah, 2008, “Formulasi Bath Gel Bengkuang-Madu”, Tugas Akhir Sarjana
Teknologi pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Insitut Pertanian Bogor, Bogor
5. Departemen Kesehatan RI, 1979, “Farmakope Indonesia“, Edisi III, Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
6. Departemen Kesehatan RI, 1995, “Farmakope Indonesia”, Edisi IV, Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
7. Djuanda, Adhi, 1987, “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin”, Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
8. Nurhadi, Siely, Cicilia, 2012, “Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami dengan Bahan
Aktif Mikroalga Chlorella pyrenoidosa Beyerinck dan Minyak Atsiri Lavandula
latifolia Chaix, Laporan Hasil Tugas Akhir, Universitas Ma Chung, Malang.
9. Soebagio, dkk., 1998, “Formulasi Sabun Mandi Cair dengan Lendir Daun Lidah
Buaya (Aloe vera Linn.)”, Jurnal Farmasi
20