penda hulu an
TRANSCRIPT
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam sebuah rantai makanan terdapat komponen yang menyusunnya
yang saling berkaitan antara satu komponen satu dengan komponen lainnya.
Adapun komponen – komponen penyusun rantai makanan antara lain, produsen,
konsumen, dan dekomposer. Pembagian ini berdasarkan aliran energi yang ada
pada tiap komponen tersebut. Rantai makanan terdapat di seluruh ekosistem baik
di darat maupun di perairan.
Di dalam ekosistem perairan tawar terdapat dua macam tipe ekosistem
yakni ekosistem air tawar lotic yang meliputi danau, rawa, dan bendungan serta
ekosistem air tawar lentic contohnya adalah sungai. Dalam dua ekosistem ini,
terdapat rantai makanan dimana organisme antara satu ekosistem badan air
dengan ekosistem badan air lainnya berbeda. Perbedaan ini diakibatkan oleh
berbedanya lingkungan pada organisme tersebut. Salah satu komponen yang
mendasar dalam sebuah ekosistem adalah detritus dan dekomposer.
Menurut Arifin (2010), Detritus adalah hasil dari penguraian sampah
atau tumbuhan dan binatang yang telah mati. Selain itu detritus merupakan
hancuran jaringan hewan atau tumbuhan. Detritus juga didefenisikan bahan
organik yang tidak hidup, seperti feses, daun yang gugur, dan bangkai organisme
mati, dari semua tingkat trofik. Sedangkan decomposer menurut Hayat (2013)
adalah organisme yang mengurai atau memecah organisme yang sudah mati,
proses penguraian yang dilakukannya disebut dekomposisi. Decomposer ini dapat
berupa mikroorganisme maupun makroorganisme dimana mereka menguraikan
bahan – bahan anorganik menjadi organic.
Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa detritus dan
decomposer dalam hal ini adalah mikroorganisme saprofit memiliki beberapa
peranan dalam sebuah ekosistem khususnya pada ekosistem perairan tawar.
Sehingga kami mengangkat judul “Macam dan Peranan Detritus serta
Mikroorganisme Saprofit pada Ekosistem Air Tawar”.
1
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui rantai detritus pada ekosistem air tawar
2. Untuk mengetahui macam – macam mikroorganisme saprofit pada
ekosistem air tawar
3. Untuk mengetahui peranan mikroorganisme saprofit apada ekosistem
air tawar
2
2. PEMBAHASAN
2.1. Ekosistem Danau
Menurut Anonymous (2012), danau merupakan suatu badan air yang
menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter
persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya
matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi
fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari
disebut daerah afotik.
Menurut Karmana (2007), di danau terdapat pembagian daerah
berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Pembagian daerah tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Zona litoral adalah daerah perairan yang dangkal dengan penetrasi cahaya
sampai dasar.
2. Zona limnetik adalah daerah terbuka sampai kedalaman yang dicapai oleh
penetrasi cahaya efektif. Pada daerah ini kecepatan fotosintesis seimbang
dengan respirasi.
3. Zona profundal adalah bagian dasar dan daerah air dalam, yang tidak
tercapai oleh penetrasi cahaya efektif.
Gambar 2.1 Ekosistem Danau
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pada daerah benthic terdapat
komunitas detritus dan decomposer baik makroorganisme maupun mikroorganime
yang bersifat saprofit.
3
Pada ekosistem danau, detritus dapat berasal dari plankton maupun
tanaman air serta hewan air yang telah mati dan mengendap di dasar pengairan.
Menurut Asmoro (2011), aktivitas manusia seperti pembuangan sisa-sisa pupuk
buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan
buangan sejumlah nitrogen dan fosfor mengakibatkan pertumbuhan alga akan
cepat dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi detritus. Contoh dari
beberapa plankton yang menjadi sumber detritus antara lain dari genus Anabaena,
Oscillatoria, Zygnema, Diatoma, Navicula dan Tabellaria. Menurut Maulana
(2012), detritus ini akan mengembalikan senyawa – senyawa organic kembali ke
tanah menjadi senyawa – senyawa anorganik sehingga dapat dimanfaatkan
kembali oleh organisme autotrof.
Menurut Fardiaz (1992), mikroorganisme yang terdapat di dalam air
berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup
atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan
organic lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama
hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang cocok. Jumlah dan jenis
mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air tersebut, misalnya air
atmosfer (air hujan, salju), air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata
air), air tergenang, air laut, dan sebagainya.
Pada danau, mikroorganisme ada yang bersifat autotrof maupun
heterotrof. Mikroorganisme heterotrof biasanya merombak bahan – bahan organic
dari sisa – sisa makhluk hidup lainnya menjadi bahan – bahan anorganikatau yang
disebut dengan saprofit. Kebanyakan mikroorganisme saprofit berupa bakteri atau
jamur yang berada di daerah benthic. Pada perairan tergenang seperti danau
memiliki jenis mikroorganisme saprofit yang bervariasi karena faktor yang
menyebabkan adanya mikroorganisme saprofit ini. Menurut Fardiaz (1992), air
yang mengandung tanaman mati atau bangkai hewan biasanya mengandung
bakteri kolioform yang tergolong Enterobacter, sedangkan adanya sampah
organic yang mengumpul pada dasar tabung sering menyebabkan pertumbuhan
bakteri anaerobic seperti desulfovibrio dan Clostridium. Air yang banyak
mengandung tanah sering terdapat mikroorganisme saprofit tanah seperti
4
Spirilium, Vibrio, Sarcina, Micrococcus, Mycobacterium, Bacillus, Leptospira,
Sphaerotilus, khamir, kapang, dan ganggang.
2.2. Ekosistem Rawa
Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang
penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh
tumbuhan (vegetasi). Secara umum, pemanfaatan rawa lebak masih terbatas dan
hanya bersifat untuk menopang kehidupan sehari-hari dan masih tertinggal jika
dibandingkan dengan agroekosistem lain, seperti lahan kering atau lahan irigasi.
Pada rawa terdapat juga detritus dan mikroorganisme saprofit. Detritus memiliki
kontribusi yang tinggi karena detritus merupakan materi yang melimpah di
dataran banjir yang berasal dari daratan dan hulu sungai. Bahan baku untuk
detritus organik di perairan lotic adalah : tanaman allochthonous sampah dari
vegetasi riparian dalam bentuk daun dan kayu ; bahan mati dari tumbuhan air dan
bryophytes , ganggang mati dan fitoplankton ; zooplankton mati, invertebrata dan
vertebrata lainnya , kotoran hewan hidup.
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai.
Misalnya jamur dan bakteri. Peran dekomposer ditempati oleh organisme yang
bersifat saprofit, yaitu bakteri pengurai dan jamur saproba. Keberadaan
dekomposer sangat penting dalam ekosistem. Oleh dekomposer, hewan atau
tumbuhan yang mati akan diuraikan dan dikembalikan ke tanah menjadi unsur
hara (zat anorganik) yang penting bagi pertumbuhan tumbuhan. Aktivitas
pengurai juga menghasilkan gas karbondioksida yang penting bagi fotosintesis.
Mikroorganisme saprofit pada daerah rawa diantaranya adalah :
1. Diatomeae atau Bacillariophyta adalah jasad renik bersel satu yang masih
dekat dengan Flagellatae. Beberapa jenis Diatomeae tidak mempunyai zat
warna dan hidup sebagai saprofit. Diatomeae hidup dalam air tawar maupun
dalam air laut, tetapi juga di atas tanah-tanah basah, terpisah-pisah atau
membentuk koloni. Diatomeae dibagi menjadi 2 bangsa yaitu Centrales dan
Pennales.
2. Archaebacteria terdiri dari bakteri-bakteri yang hidup di tempat tempat
kritis atau ekstrim, misalnya bakteri yang hidup di air panas, bakteri yang
5
hidup di tempat berkadar garam tinggi, dan bakteri yang hidup di tempat
yang panas atau asam, di kawah gunung berapi, dan di lahan gambut.
Menurut para ahli, Archaebacteria dikelompokkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrim
(termoasidofil).
3. Bakteri Thiobacillus ferrooxidans adalah Bakteri gram negatif aerobik
khemolitotrofik Bakteri berbentuk batang. Merupakan bakteri saprofit, yaitu
bakteri yang hidupnya dari sisa-sisa organisme mati atau sampah,
Thiobacillus adalah warna, dengan kutub flagella bakteri. Mereka memiliki
sebuah besi oxida, yang memungkinkan mereka untuk memetabolisme ion
besi. Thiobacillus ferrooxidans adalah bakteri di udara. bakteri thermophilic,
memilih dari suhu 45-50 derajat Celcius. Selain itu, dan bakter acidophilic,
memilih sebuah pH dari 1,5 menjadi 2,5. Beberapa spesies, namun hanya
tumbuh dalam pH netral.
2.3. Ekosistem Sungai
Menurut Effendi (2003), Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan
relative kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat
dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan lotik seperti
sungai terdapat detritus serta mikroorganisme saprofit. Menurut Waluyo (2009),
mikroorganisme merupakan bagian komponen biologis, dimana komposisi dan
ukurannya tergantung dari kondisi fisik dan kimiawi. Bakteri dan fungi
berdistribusi hampir pada semua air. Distribusi mikroorganisme dalam air
merupakan hasil dari interaksi semua faktor biotik dan faktor abiotik. Tipe air
seperti sungai, danau, dan laut juga mempengaruhi distribusi dari bakteri dan
fungi.
Bakteri saprofit adalah bakteri yang memperoleh makanan dari sisa-
sisa organisme atau produk organisme lain. Sisa-sisa organisme, misalnya daun
yang gugur dan kotoran hewan, sedangkan produk organisme, misalnya susu dan
daging. Sisa organisme atau produk organisme yang mengandung bakteri akan
mengalami proses penguraian. Bakteri saprofit merupakan salah satu organisme
pengurai (dekomposer) di alam termasuk di perairan mengalir seperti sungai.
6
Contoh bakteri saprofit pada sungai adalah Escherichia coli. Hanya sedikit bakteri
yang ditemukan dalam mata air, karena nutriennya sedikit. Jumlah total bakteri
berkisar dari ratusan hingga ribuan per mililiter dan jumlah saprofit umumnya
antara 10 sampai beberapa ribu. Hal ini karena mata air mengandung konsentrasi
nutrien yang rendah, dan biasanya terdapat bakteri yang sangat kecil berbentuk
kokus dan batang pendek bila dilihat dengan mikroskop cahaya. Jumlah bakteri
saprofit di sungai dan mata air tergantung dari musim. Pada musim panas dan
musim dingin akan memiliki jumlah yang berbeda dan mengalami fluktuasi.
Jumlah bakteri tertinggi pernah dihitung selama musim dingin dengan keadaan
temperatur rendah dengan nutrisi yang didapatkan dari limbah. Jumlah yeast di
sungai meningkat karena limbah yang dibuang ke sungai cukup besar. Pada arus
air yang jernih yeast jarang ditemukan. Spora-spora jamur tingkat tinggi secara
melimpah berada di sungai dan merupakan bagian penting dari peningkatan
limbah. Sedangkan komposisi populasi fungi tingkat rendah tergantung dari
jumlah bahan organik yang masuk.
Pada sungai juga terdapat detritus sama seperti perairan tawar lainnya.
Detritus adalah hasil dari penguraian sampah atau tumbuhan dan binatang yang
telah mati. Selain itu detritus merupakan hancuran jaringan hewan atau tumbuhan.
Detritus juga didefenisikan bahan organik yang tidak hidup, seperti feses, daun
yang gugur, dan bangkai organisme mati, dari semua tingkat trofik (Campbell et
al., 2005). Dalam biologi, detritus adalah non-hidup partikulat bahan organic
(sebagai lawan dari bahan organic terlarut), ini biasanya meliputi badan atau
fragmen dari organisme mati serta feses. Detritus biasanya dimanfaatkan oleh
komunitas mikroorganisme yang bertindak untuk membusuk (atau remineralize)
bahan tersebut. Detritus ekosistem perairan adalah bahan organik yang tersuspensi
dalam air. Dalam ekosistem perairan, sebagian besar detritus tersuspensi dalam
air, dan secara bertahap mengendap. Secara khusus, berbagai jenis bahan yang
dikumpulkan bersama oleh arus, dan banyak bahan berdiam di daerah yang
mengalir perlahan.
7
2.4. Ekosistem Waduk
Menurut Samadi (2007), danau buatan (waduk) adalah danau yang
sengaja dibuat oleh manusia untuk menunjang keperluan dan tujuan – tujuan.
Pembuatan waduk biasanya berkaitan dengan kepentingan pengadaan listrik
tenaga air, perikanan, pertanian dan rekreasi. Menurut Mikrujjudi, et al. (2007),
waduk dibuat dengan membendung air sungai di daerah yang memiliki cekungan
yang luas. Pembendungan sungai biasanya dilakukan di tempat penyempitan air
sungai. Pada ekosistem waduk terdapat hubungan antar komunitas sama seperti
yang terdapat pada ekosistem danau. Salah satunya ketersediaan detritus pada
waduk yang sama seperti ekosistem danau, dimana salah sumber detritus sama
seperti yang terdapat pada danau, yang membedakan adalah terdapat detritus yang
dibawa oleh aliran sungai dan akhirnya mengendap pada waduk. Detritus dapat
berasal dari plankton maupun tanaman air serta hewan air yang telah mati dan
mengendap di dasar pengairan. Contoh dari beberapa plankton yang menjadi
sumber detritus antara lain dari genus Anabaena, Oscillatoria, Zygnema,
Diatoma, Navicula dan Tabellaria. Menurut Maulana (2012), detritus ini akan
mengembalikan senyawa – senyawa organic kembali ke tanah menjadi senyawa –
senyawa anorganik sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh organisme
autotrof.
Pada waduk juga terdapat mikroorganisme saprofit yang memiliki
peran mendekomposisi bahan organic yang terdapat di perairan. Kebanyakan
mikroorganisme saprofit berupa bakteri atau jamur yang berada di daerah benthic.
Pada perairan tergenang seperti waduk memiliki jenis mikroorganisme saprofit
yang bervariasi karena faktor yang menyebabkan adanya mikroorganisme saprofit
ini. Menurut Fardiaz (1992), air yang mengandung tanaman mati atau bangkai
hewan biasanya mengandung bakteri kolioform yang tergolong Enterobacter,
sedangkan adanya sampah organic yang mengumpul pada dasar tabung sering
menyebabkan pertumbuhan bakteri anaerobic seperti desulfovibrio dan
Clostridium. Air yang banyak mengandung tanah sering terdapat mikroorganisme
saprofit tanah seperti Spirilium, Vibrio, Sarcina, Micrococcus, Mycobacterium,
Bacillus, Leptospira, Sphaerotilus, khamir, kapang, dan ganggang.
8
3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang diperoleh
yakni sebagai berikut:
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari
beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.
Pada ekosistem danau, detritus dapat berasal dari plankton maupun tanaman
air serta hewan air yang telah mati dan mengendap di dasar pengairan.
Contoh dari beberapa plankton yang menjadi sumber detritus antara lain
dari genus Anabaena, Oscillatoria, Zygnema, Diatoma, Navicula dan
Tabellaria.
Jumlah dan jenis mikroorganisme di dalam air dipengaruhi oleh sumber air
tersebut. Contoh mikroorganisme pada danau antara lain Spirilium, Vibrio,
Sarcina, Micrococcus, Mycobacterium, Bacillus, Leptospira, Sphaerotilus,
khamir, kapang, dan ganggang.
Rawa merupakan sebutan bagi semua lahan yang tergenang air, yang
penggenangannya dapat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi
oleh tumbuhan (vegetasi).
Bahan baku untuk detritus organik di perairan lotic adalah : tanaman
allochthonous sampah dari vegetasi riparian dalam bentuk daun dan kayu ;
bahan mati dari tumbuhan air dan bryophytes , ganggang mati dan
fitoplankton ; zooplankton mati, invertebrata dan vertebrata lainnya ,
kotoran hewan hidup.
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya
jamur dan bakteri. Peran dekomposer ditempati oleh organisme yang
bersifat saprofit, yaitu bakteri pengurai dan jamur saproba.
Mikroorganisme saprofit pada daerah rawa diantaranya Diatomeae atau
Bacillariophyta, Archaebacteria, Thiobacillus ferrooxidans.
Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relative kencang, dengan
kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh
waktu, iklim, dan pola drainase
9
Bahan pembentuk detritus pada sungai antara lain feses, daun yang gugur,
dan bangkai organisme mati, dari semua tingkat trofik. Sedangkan contoh
bakteri saprofit pada sungai adalah Escherichia coli.
Danau buatan (waduk) adalah danau yang sengaja dibuat oleh manusia
untuk menunjang keperluan dan tujuan – tujuan.
Contoh dari beberapa plankton yang menjadi sumber detritus pada waduk
antara lain dari genus Anabaena, Oscillatoria, Zygnema, Diatoma, Navicula
dan Tabellaria.
Contoh mikroorganisme pada waduk antara lain Spirilium, Vibrio, Sarcina,
Micrococcus, Mycobacterium, Bacillus, Leptospira, Sphaerotilus, khamir,
kapang, dan ganggang.
10