penda hulu an

29
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman produk pertanian. Hasil produksi pertanian di Indonesia antara lain buah-buahan, sayuran, tanaman pangan, dan lain-lain. Komoditas buah-buahan merupakan penyumbang keanekaragaman dan kecukupan gizi bagi masyarakat Indonesia. Buah-buahan sangat penting bagi kesehatan karena mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, serat dan gula Salah satu jenis buah- buahan yang memiliki kandungan gizi yang baik adalah pepaya. Pepaya banyak mengandung vitamin A dan C yang baik untuk kesehatan tubuh. Vitamin C yang terkandung dalam buah pepaya lebih tinggi dibandingkan dengan buah jeruk, mangga, dan belimbing Tanaman pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tanaman buah tropis asal Meksiko Selatan. Tanaman ini 18

Upload: imam-pras

Post on 26-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

phpt

TRANSCRIPT

Page 1: Penda Hulu An

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

produk pertanian. Hasil produksi pertanian di Indonesia antara lain buah-buahan,

sayuran, tanaman pangan, dan lain-lain. Komoditas buah-buahan merupakan

penyumbang keanekaragaman dan kecukupan gizi bagi masyarakat Indonesia. Buah-

buahan sangat penting bagi kesehatan karena mengandung karbohidrat, protein,

lemak, mineral, vitamin, serat dan gula Salah satu jenis buah-buahan yang memiliki

kandungan gizi yang baik adalah pepaya. Pepaya banyak mengandung vitamin A dan

C yang baik untuk kesehatan tubuh. Vitamin C yang terkandung dalam buah pepaya

lebih tinggi dibandingkan dengan buah jeruk, mangga, dan belimbing

Tanaman pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tanaman buah

tropis asal Meksiko Selatan. Tanaman ini diketahui tumbuh di daerah-daerah basah,

kering, daerah dataran rendah, serta pegunungan (sampai ketinggian 1.000 m dpl). Di

daerah dataran tinggi, sebenarnya pepaya dapat tumbuh, tetapi buah yang dihasilkan

kurang optimal .

Pepaya merupakan salah satu komoditas buah yang digemari oleh seluruh

lapisan masyarakat. Produksi pepaya selama lima tahun terakhir termasuk dalam

kelompok lima besar produksi buah-buahan dan buah ini tersedia sepanjang tahun.

Secara agroklimatologi, tanaman ini tidak memerlukan kondisi yang spesifik

18

Page 2: Penda Hulu An

sehingga komoditas ini dapat berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Budidaya yang dilakukan oleh sebagian petani hanya dengan memanfaatkan areal

sekitar pekarangan, namun, akhir-akhir ini komoditas pepaya mempunyai peluang

untuk dibudidayakan secara komersial.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki

keragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik. Cita rasa dan beragamnya jenis

buah-buahan di Indonesia menyebabkan buah-buahan lokal dapat bersaing dengan

buah-buahan impor. Selain itu, buah-buahan lokal memiliki harga yang lebih

terjangkau bila dibandingkan dengan buah-buahan impor. Tingginya kebutuhan

terhadap buah-buahan lokal membuat pengembangan tanaman buah-buahan di

Indonesia mengalami peningkatan. Namun, dalam pengembangannya eksport buah-

buahan lokal mengalami kendala penyediaan benih bermutu, budidaya sampai

penanganan panen. Salah satu kendala dalam budidaya tanaman buah-buahan adalah

adanya serangan hama lalat buah.

Salah satu kendala dalam penanaman pepaya di daerah tropis adalah

tingginya serangan hama dan penyakit. Curah hujan dan kelembaban yang tinggi

sepanjang tahun mengakibatkan perkembangan hama yang sangat cepat. Fluktuasi

suhu yang ekstrem juga berperan dalam penyebaran hama.

19

Page 3: Penda Hulu An

B. Tujuan

Praktikum Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu acara Pengenalan dan

Pengamatan Serangan Hama pada Tanaman Pangan bertujuan untuk :

1. Mengenal jenis hama utama pada tanaman pangan.

2. Mengenal gejala serangan hama utama pada tanaman pangan.

Membuat analisis agroekosistem berdasarkan hasil pengamatan

20

Page 4: Penda Hulu An

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu tanaman buah

tropis asal Meksiko Selatan. Tanaman ini diketahui tumbuh di daerah-daerah basah,

kering, daerah dataran rendah, serta pegunungan (sampai ketinggian 1.000 m dpl).

Di daerah dataran tinggi, sebenarnya pepaya dapat tumbuh, tetapi buah yang

dihasilkan kurang optimal (Suketi dan Sujiprihati, 2009).

Pepaya merupakan salah satu komoditas buah yang digemari oleh seluruh

lapisan masyarakat. Produksi pepaya selama lima tahun terakhir termasuk dalam

kelompok lima besar produksi buah-buahan dan buah ini tersedia sepanjang tahun.

Secara agroklimatologi, tanaman ini tidak memerlukan kondisi yang spesifik

sehingga komoditas ini dapat berkembang hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Budidaya yang dilakukan oleh sebagian petani hanya dengan memanfaatkan areal

sekitar pekarangan, namun, akhir-akhir ini komoditas pepaya mempunyai peluang

untuk dibudidayakan secara komersial (Muljana, 1997).

P. marginatus merupakan serangga asli Meksiko/Amerika Tengah. Serangga

ini dilaporkan menjadi hama pertama kali ditemukan di Florida pada tahun 1998

(Walker et al., 2003). Hama ini merupakan salah satu jenis hama yang memiliki

kisaran inang yang cukup luas. Menurut Miller dan Miller (2002) hama ini memiliki

lebih dari 25 suku tanaman yang bernilai ekonomi sebagai inangnya, di antaranya

tanaman pepaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, alpukat melon, dan kembang sepatu.

Selain itu, hama ini juga menyerang tanaman jambu, jagung dan akasia.

21

Page 5: Penda Hulu An

Alternatif pengendalian yang lebih aman baik bagi produk maupun

lingkungan sekitarnya perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan hama ini.

Karena produk buah pepaya dikonsumsi segar, maka produk dituntut bebas dari

residu racun. Pengendalian hayati adalah salah satu alternatif pengendalian hama

pepaya ini. Pengendalian hayati dengan memanfaatkan cendawan entomopatogen

berpotensi untuk dikembangkan. Jenis cendawan entomopatogen yang telah

ditemukan di ekosistem rawa lebak Sumatera Selatan adalah Beauveria bassiana

(Herlinda et al. 2006a; Herlinda 2010), dan Metarhizium anisopliae (Herlinda et al.

2008a, b; Herlinda et al. 2010). Cendawan ini terbukti cukup efektif membunuh

serangga hama dari ordo Hemiptera (Herlinda et al. 2006a) dan Lepidoptera

(Nunilahwati et al. 2012). Metarhizium juga efektif mematikan telur dan larva

Spodoptera litura (Trizelia et al. 2011). Selain itu, cendawan lainnya yang

dimanfaatkan untuk pengendalian serangga hama adalah Nomuraea rileyi (Trizelia

2008). Dalam pemanfaatan cendawan ini perlu perlu upaya untuk mempertahankan

keefektifan dan persistensinya melalui pengembangan formulasinya. Keefektifan

dan persistensi formulasi dipengaruhi media perbanyakan, carrier (bahan

pembawa), dan konidia cendawannya (Feng et al. 1994). Penelitian ini bertujuan

untuk melakukan bioesai bioinsektisida dari B. bassiana terhadap nimfa kutu putih

pepaya, P. marginatu.

Pengusahaan suatu jenis tanaman, baik buah-buahan maupun sayuran sering

mendapat gangguan serangan hama. Salah satu kelompok hama yang

mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang signifikan secara ekonomi dan

menyebabkan produksi buah-buahan dan sayuran di Indonesia tertekan adalah

22

Page 6: Penda Hulu An

adanya hama lalat buah Bactrocera sp (Diptera : Tephritidaea : Decinae). Putra

(2001), menyatakan bahwa kerusakan yang dimaksud dapat bersifat kuantitatif

yakni menyebabkan penurunan jumlah hasil panen, dan bersifat kualitatif yakni

buah-buahan dan sayur mengalami penurunan kualitas akibat kerusakan pada bagian

tertentu atau seluruh bagian, seperti pembusukan.

Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik secara

tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau

daun kelapa maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Atraktan seperti metil

eugenol juga digunakan untuk menginventarisasi lalat buah di Indonesia (Iwashi et

al. 1996). Di negara lain, petani mengendalikan lalat buah dengan atraktan, yaitu

senyawa yang dapat menarik lalat buah jantan untuk memproduksi feromon. Teknik

ini efektif mengendalikan lalat buah jantan yang masuk ke dalam perangkap

beratraktan. Teknik mandul jantan adalah suatu cara pengendalian dengan membuat

lalat buah jantan menjadi infertil, artinya lalat buah jantan masih dapat membuahi

betina, namun telur yang dihasilkan steril dan larva dalam keadaan rusak

(Vijaysegaran dan Osman 1991 dalam Shiga 1991).

23

Page 7: Penda Hulu An

III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan praktikum ini adalah pertanaman jagung dan alat yang

digunakan pada praktikum ini antara lain pertanaman singkong, kantong plastik,

kamera, kertas plano, dan alat tulis.

B. Prosedur Kerja

1. Praktikan dikelompokkan sesuai dengan rombongannya (tiap kelompok 5

mahasiswa).

2. Gejala serangan hama dilapangan diamati oleh masing–masing kelompok

sesuai dengan pembagian kelompok kerjanya.

3. Gejala serangan dicatat dan diperkirakan nama hama penyebabnya.

4. Intensitas serangan hama tersebut diprediksi.

5. Bagian tanaman yang diamati kemudian dibawa untuk ditunjukkan kepada

mahasiswa lain bagaimana gejala yang ditimbulkannya.

6. Hasil analisis agroekosistem ditulis pada kertas plano, meliputi gambar keadaan

umum agroekosistem, data hasil pengamatan, serangga netral, pembahasan,

simpulan, dan rencana tindak lanjut.

24

Page 8: Penda Hulu An

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hari, tanggal : Jumat, 12 September 2014

Lokasi : Desa Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Utara

Luas : 250 ubin

Waktu pengamatan : Pukul 14.00 WIB

Metode sampling : Zig zag

Tabel 2. Hasil pengamatan pengenalan dan pengamatan serangan hama pada

tanaman kangkung

Komponen Keberadaan / Keterangan

A. Biotik

1. Tanaman pokok Pepaya

2. Tanaman lain Jagung

Cabai

Ketela rambat

3. Penyakit

a. Kutu putih (+) ringan. Gejala serangan : terdapat sebuk

putih pada daun atau buah

b. Lalat buah (+) ringan. Gejala serangan terdapat bekas

tusukan pada buah yang menyebabkan buah

25

Page 9: Penda Hulu An

bercak hitam

c. bekicot (+) ringan. Gejala serangan : menyebabkan

tanaman mati

B. Abiotik

1. Tanah Subur

2. Cuaca Cerah

3. Air Irigasi semi teknis

4. Kelembapan Kondisi lahan kering

C. Sistem pertanaman Tumpangsari

D. Kondisi Lahan Kotor

1. Keadaan Naungan

2. Sistem Irigasi Irigasi semi teknis

E. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan, untuk pengendalian penyakit

pada tanaman pepaya, petani masih kurang

memperhatikan, petani lebih tertuju pada

pengendalian hama yang menyerang pada

tanaman pepaya.

F. Simpulan Dalam pengamatan budidaya pepaya gejala

seranan hama masih tergolong ringan

(tidak merugikan).

G. Rencana Tindak Lanjut 1.Pada proses pengendalian penyakit

sebaiknya tidak mengaplikasikan pestisida

26

Page 10: Penda Hulu An

kimiawi pada awal pemeliharaan.

2. Dilakukan sanitasi tanaman.

3. Dilakukan rotasi tanaman

Gambar hama utama :

Gambar KeteranganKutu putih

Lalat buah

Bekicot

B. Pembahasan

Salah satu kendala dalam penanaman pepaya di daerah tropis adalah

tingginya serangan hama dan penyakit. Curah hujan dan kelembaban yang tinggi

sepanjang tahun mengakibatkan perkembangan hama yang sangat cepat. Fluktuasi

suhu yang ekstrem juga berperan dalam penyebaran hama. Akhir-akhir ini terdapat

hama baru yang menyerang tanaman pepaya, yaitu kutu putih pepaya Paracoccus

27

Page 11: Penda Hulu An

marginatus. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas buah

(Suketi dan Sujiprihati, 2009).

P. marginatus merupakan serangga asli Meksiko/Amerika Tengah. Serangga

ini dilaporkan menjadi hama pertama kali ditemukan di Florida pada tahun 1998

(Walker et al., 2003). Hama ini merupakan salah satu jenis hama yang memiliki

kisaran inang yang cukup luas. Menurut Miller dan Miller (2002) hama ini memiliki

lebih dari 25 suku tanaman yang bernilai ekonomi sebagai inangnya, di antaranya

tanaman pepaya, ubi kayu, jarak pagar, tomat, alpukat melon, dan kembang sepatu.

Selain itu, hama ini juga menyerang tanaman jambu, jagung dan akasia

Hama kutu putih biasanya bergerombol sampai puluhan ribu ekor. Mereka

merusak dengan cara mengisap cairan. Semua bagian tanaman bisa diserangnya dari

buah sampai pucuk. Serangan pada pucuk menyebabkan daun kerdil dan keriput

seperti terbakar. Hama ini juga menghasilkan embun madu yang kemudian ditumbuhi

cendawan jelaga sehingga tanaman yang diserang akan berwarna hitam.

Kutu putih dewasa jantan bisa berukuran 3 mm dan bersayap. Induk betinanya

mampu bertelur hingga 500 butir, yang diletakkan dalam satu kantung telur terbuat

dari lilin. Dengan siklus hidup sepanjang sebulan. P. marginatus bisa berbiak 11-12

generasi dalam setahun (Rauf, 2008).

Individu kutu putih betina dan jantan sudah dapat dibedakan sejak stadium

nimfa instar kedua dengan bantuan kaca pembesar untuk mendapatkan hasil yang

lebih jelas, yaitu dengan membedakan warna tubuhnya. Individu betina memiliki

28

Page 12: Penda Hulu An

warna tubuh kuning sedangkan individu jantan memiliki tubuh yang berwarna merah

muda, namun terkadang kuning.

Hama kutu putih ini apabila menyerang daun, akan menunjukkan gejala kerdil

sehingga dapat menghambat proses assimilasi yang juga memberi pengaruh terhadap

proses pertumbuhan tanaman itu sendiri. Apabila menyerang pada bahagian batang

akan menunjukkan gejala kehitam-hitaman pada bahagian terserang dan pada

serangan berat akan mengakibatkan buah gugur dan batang membusuk serta dalam

waktu tidak begitu lama batang akan mati. Buah yang terserang tidak dapat dipanen

lagi akibat buah membusuk dan berwarna hitam. Pengendalian yang terlambat

dilakukan sangat memberikan dampak yang menyebabkan kerugian secara siknifikan

dan dalam waktu singkat. Pada serangan berat proses penyembuhan tamanan agak

sulit dilakukan, sedangkan pada serangan ringan proses penyembuhan agak cepat

apabila diberi pemupukan secara berimbang. Serangan  hama ini harus dikendalikan

sedini mungkin. Tanpa perhatian dan upaya pengendalian  yang baik ataupun upaya

preventif kemungkinan akan menimbulkan kerugian yang besar.

Pengendalian hayati. Pada awal kedatangan hama ini tidak banyak musuh

alami yang ditemukan di lapangan, Namun sejalan dengan waktu terjadi rekrutmen

musuh alami, baik yang berupa predator, patogen maupun parasitoid. Predator yang

dijumpai meliputi beberapa jenis kumbang Coccinellidae seperti Curinus

coeruleus, Cryptolaemus montrouzieri, Chilocorus sp., Scymnus sp., serta kepik

Anthocoridae dan larva Syrphidae.  Namun predator yang paling sering dijumpai di

lapangan adalah Plesiochrysa ramburi (Neouroptera: Chrysopidae). Musuh alami

29

Page 13: Penda Hulu An

lainnya yang  ditemukan adalah parasitoid Acerophagus papayae Noyes and

Schauff (Hymenoptera: Encyrtidae). A. papayae umumnya memarasit nimfa instar-2

atau instar-3 nimfa kutu putih. Nimfa yang terparasit membentuk mumi yang

berwarna cokelat.  Dari mumi tadi kemudian keluar imago parasitoid yang berwarna

oranye pucat, berukuran 0,4-0,7 mm.  Parasitoid A. papayae diduga terbawa masuk

ke Indonesia bersama inangnya kutu putih pepaya.  Tampaknya parasitoid ini cukup

efektif dalam mengendalikan perkembangan populasi kutu putih pepaya.  Di lapangan

banyak pula dijumpai kutu putih yang mati terinfeksi jamur Neozygites sp.  Kutu

yang demikian mudah dikenali dari warnanya yang berubah menjadi kehitaman.

Kutu putih umumnya sulit dikendalikan dengan insektisida. Ada beberapa

karakteristik biologi yang membuat pengendalian kimiawi kurang efektif:  

1. Lapisan lilin menutupi stadia telur sampai dengan imago.  Hanya nimfa

instar-1 yang relatif bebas dari lilin.  Lilin ini mampu melindungi kutu

dari insektisida yang diaplikasikan. Kutu putih kadangkala ditemukan

pada tempat yang terlindung seperti di balik buah atau rangkaian pucuk

dimana insektisida yang diaplikasikan tidak dapat mengenainya.

2. Kutu putih sering hidup bertumpukan sehingga hanya individu yang ada

pada bagian terluar yang akan terkena insektisida. 

3. Kutu putih bersifat polifag dengan inang mencakup berbagai jenis gulma

yang tumbuh di sekitar pertanaman. Dengan demikian, tanaman yang telah

disemprot dapat dengan segera mengalami infestasi ulang.

Lalat buah ini sering ditemukan di Asia, yang penyebarannya meliputi India,

Pakistan, Myanmar, Thailand, Philipina, Indonesia, Vietnam, Jepang dan beberapa

30

Page 14: Penda Hulu An

negara lain di Asia. Lalat ini mempunyai kisaran inang yang banyak (polyphag)

menyerang hamper semua jenis buah-buahan antara lain Belimbing, Jambu Biji,

jambu air, mangga, pear, pisang, jeruk, pepaya, cabe, tomat dan sebagainya (White

and Elson Haris, 1992). Menurut Drew (1994), hama ini mempunyai spesies yang

sangat banyak (lebih dari 40 spesies), sehingga untuk mengetahui perbedaan

taksonomi diantara spesies sangat sulit. Karena untuk mengetahui perbedaan tersebut

secara akurat dilakukan penelitian dengan memperhatikan perbedaan morfologi

diantara spesies, penyebaran geografis, biologi (tanaman inang dan percobaan

kopulasi), genetis (sitologi, DNA dan elektroforesis enzim jaringan), dan senyawa

kimia dalam feromon.

Sekitar 75 % tanaman buah-buahan dari berbagai jenis yang dibudidayakan di

Indonesia telah terserang lalat buah (Sutrisno, 1999 dalam Sahabudin, 2004). Di

samping menyerang buahbuahan, sekitar 40 % larva lalat buah juga hidup dan

berkembang pada tanaman famili asteraceae (Compositae), selebihnya hidup pada

tanaman famili lainnya atau menjadi penggorok pada daun, batang dan jaringan akar.

Kerugian yang diakibatkannya bisa mencapai 30 – 60 % (Kuswadi, 2001).

Kerugian kuantitatif yang diakibatkan yaitu berkurangnya produksi buah,

sedangkan kerugian kualitatifnya yaitu buah yang cacat berupa bercak, busuk,

berlubang yang akhirnya kurang diminatioleh Ekspor buah mangga Indonesia pernah

ditolak oleh negara tujuan dengan alasan mengandung lalat buah yang merusak

daging buah, sehingga buah menjadi busuk. Selain itu , konsumen sering kecewa

karena buah yang dibelinya busuk dan terdapat ulat atau larva (Kuswadi, 2001).

31

Page 15: Penda Hulu An

Gejala serangan lalat buah yaitu Pada buah yang hampir masak terdapat

bintik-bintik hitam bekas tusukan ovipositor lalat buah betina ketika memasukan telur

ke dalam jaringan buah. Larva yang telah menetas mengeluarkan enzim perusak atau

pencerna yang berfungsi melunakan daging buah sehingga mudah disedot dan

dicerna. Enzim ini juga mempercepat pembusukan sehingga buah berwarna coklat,

tidak menarik dan terasa pahit bila dimakan. Apabila aktivitas pembusukan sudah

mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah bersamaan dengan masaknya larva

lalat buah yang siap memasuki fase pupa.

Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik secara

tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau daun

kelapa maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Atraktan seperti metil

eugenol juga digunakan untuk menginventarisasi lalat buah di Indonesia (Iwashi et al.

1996). Di negara lain, petani mengendalikan lalat buah dengan atraktan, yaitu

senyawa yang dapat menarik lalat buah jantan untuk memproduksi feromon. Teknik

ini efektif mengendalikan lalat buah jantan yang masuk ke dalam perangkap

beratraktan. Teknik mandul jantan adalah suatu cara pengendalian dengan membuat

lalat buah jantan menjadi infertil, artinya lalat buah jantan masih dapat membuahi

betina, namun telur yang dihasilkan steril dan larva dalam keadaan rusak

(Vijaysegaran dan Osman 1991 dalam Shiga 1991).

   Hama yang cukup merepotkan pada tanaman pepaya california adalah

bekicot, hama ini tergolong pasif bila terkena matahari langsung, namun bila malam

hari tiba bekicot akan memakan daun papaya, bunga dan bakal buah yang masih kecil

yang nantinya bunga akan menjadi rusak dan mati. Langkah pencegahan untuk hama

32

Page 16: Penda Hulu An

bekicot ini umumnya dilakukan secara manual yaitu dengan mengelilingi lahan

diambil satu persatu dari tiap pohon kemudian dikumpulkan dan dimusnahkan, bisa

juga untuk makanan ternak dan lain sebagainya

Bekicot memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang

keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing

ujungnya terdapat mata. Pada ujung anterior sebelah bawah terdapat alat mulut yang

dilengkapi dengan gigi parut (radula). Lubang genetalia terdapat pada bagian samping

sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel

tubuh dekat dengan cangkok/shell.

Bekicot atau siput bersifat hermaprodit, sehingga setiap individu dapat

menghasilkan sejumlah telur fertil. Bekicot aktif pada malam hari serta hidup baik

pada kelembaban tinggi. Pada siang hari biasanya bersembunyi pada tempat-tempat

terlindung atau pada dinding-dinding bangunan, pohon atau tempat lain yang

tersembunyi.

V. PENUTUP

A. Simpulan

1. Hama pada tanaman pepaya di lahan yang kami dapati pada desa Arca

33

Page 17: Penda Hulu An

winangun adalah kutu putih, lalat buah dan bekicot.

2. Serangan hama pada pertanaman singkong di desa Arca winangun

menyebabkan penurunan hasil produksi dikarenakan perawatan tanaman yang

tidak intensif.

B. Saran

Sebaiknya pengendalian yang dilakukan terhadap tanaman perkebunan adalah

dengan menggunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) seperti

penggunaan musuh alami (biologis), pemangkasan (mekanik), dan cara–cara lain

yang bersifat

DAFTAR PUSTAKA

Drew, R.A.I. 1994. The Bactrocera dorsalis compleks of fruit flies (Diptera; Tephritidae;

Dacinae) In Asian Bull. Entomol. Res. Supple. Ser.2 (Suppl. 2).

34

Page 18: Penda Hulu An

Herlinda S, Irsan C, Mayasari R, Septariani S. 2010. Identification and selection of

entomopathogenic fungi as biocontrol agents for Aphis gossypii from South

Sumatra. Microbiology Indonesia 4:137- 142.

Herlinda S, Mulyati SI, Suwandi. 2008a. Jamur entomopatogen untuk mengendalikan wereng

coklat pada tanaman padi. Agritrop 27:119-126. Herlinda S, Mulyati SI, Suwandi.

2008b. Selection of isolates of entomopathogenic fungi, and the bioefficacy of their

liquid production against Leptocorisa oratorius Fabricius nymphs. Microbiology

Indonesia 2:141-145.

Iwahashi, O. and Tati, S. Subahar. 1998. The Mysteri of Methyl Eugenol: I. Why Methyl

Eugenol is so Effective for Controlling Fruit Flies. Paper Presented in International

Congress of entomology. Firence. Italy.

Kuswadi, A.N., 2001. Pengendalian Terpadu Hama Lalat Buah di Sentra Produksi Mangga

Kabupaten Takalar dengan Teknik Serangga Mandul (TSM). Makalah disampaikan

pada Apresiasi Penerapan Teknologi Pengendalian Lalat Buah. Cisarua, 22-24

April 2001.

Pertanian Bogor.

Miller DR, GL. Miller. 2002. Redescription of Paracoccus marginatus Williams and

Granada de Willink (Hemiptera: Coccidae: Pseudococcidae), including descriptions

of the immature stages and adult male. Proc. Entamol. Soc.wash.104(1): 1-23.

Rauf, A. 2008. Hama Kutu Putih Paracoccus marginatus. Pusat Penelitian Ilmu Hama

Tanaman. Institut Pertanian Bogor..

Shiga, M. 1991. Future prospects of eradication of fruit flies. p. 126-136. In K. Kawasaki, O..

Suketi, K. & S. Sujiprihati. 2009. Budidaya Pepaya Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

35

Page 19: Penda Hulu An

Trizelia. 2008. Patogenitas cendawan cntomopatogen Nomuraea rileyi (Farl.) Sams. terhadap

hama Spodoptera exigua Hübner (Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal Entomologi

Indonesia 5:108-115.

Trizelia, Syahrawati MY, Mardiah A. 2011. Patogenisitas Beberapa Isolat Cendawan

Entomopatogen Metarhizium spp. terhadap Telur Spodoptera litura Fabricius

(Lepidoptera: Noctuidae). Jurnal Entomologi Indonesia 8:45-54

Walker A, Hoy M, and Meyerdirk D. 2003. Papaya mealybug (Paracoccus marginatus

Williams and Granada de Willink (Insecta: Hemiptera: Pseudococcidae). Featured

creatures. Institut of Food and Agricultural Sciences, Universit

White Jan M. and Marlene M. Elson-Harris. 1992. Fruit Flies of Economic Signifocance:

Their Identification and Bionomics. CAB International, Wallingford, Oxon, UK and

The Australian Center for Agricultural Research, Canberra, Australia. 601 p.

36