penda hulu an

46
Pendahuluan Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat. Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai,

Upload: nimas-dwi-ayu-r

Post on 13-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Penda Hulu An

  Pendahuluan             Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak

ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai

sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur

tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan

alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi,

pariwisata dan sebagainya. Karena itu pemanfaatan hutan dan

perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No

23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa

keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan

Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan

terus berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat.            

Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin

sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan

cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman

hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan

iklim mikro maupun global, dan asapnya mengganggu kesehatan

masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat, sungai, danau, laut

dan udara. Gangguan asap karena kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir

ini telah melintasi batas negara.             Berbagai upaya pencegahan dan

perlindungan kebakaran hutan telah dilakukan termasuk mengefektifkan

perangkat hukum (undang-undang, PP, dan SK Menteri sampai Dirjen),

namun belum memberikan hasil yang optimal. Sejak kebakaran hutan yang

cukup besar tahun 1982/83 di Kalimantan Timur, intensitas kebakaran

hutan makin sering terjadi dan sebarannya makin meluas. Tercatat

beberapa kebakaran cukup besar berikutnya yaitu tahun 1987, 1991, 1994

dan 1997 hingga 2003.  Oleh karena itu perlu pengkajian yang mendalam

Page 2: Penda Hulu An

untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan.             Tulisan ini

merupakan sintesa dari berbagai pengetahuan tentang hutan, kebakaran

hutan dan penanggulangannya yang dikumpulkan dari berbagai sumber

dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi para

peneliti, pengambil kebijakan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi

para pencinta lingkungan dan kehutanan.              II.   Kebakaran Hutan

dan Faktor Penyebabnya Api sebagai alat atau teknologi awal yang

dikuasai manusia untuk mengubah lingkungan hidup dan sumberdaya alam

dimulai pada pertengahan hingga akhir zaman Paleolitik, 1.400.000-

700.000 tahun lalu. Sejak manusia mengenal dan menguasai teknologi api,

maka api dianggap sebagai modal dasar bagi perkembangan manusia

karena dapat digunakan untuk membuka hutan, meningkatkan kualitas

lahan pengembalaan, memburu satwa liar, mengusir satwa liar,

berkomunikasi sosial disekitar api unggun dan sebagainya (Soeriaatmadja,

1997). Analisis terhadap arang dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa

hutan telah terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun

yang lalu. Kebakaran besar kemungkinan terjadi secara alamiah selama

periode iklim yang lebih kering dari iklim saat itu. Namun, manusia juga

telah membakar hutan l ebih dari 10 ribu tahun yang lalu untuk

mempermudah perburuan dan membuka lahan pertanian. Catatan tertulis

satu abad yang lalu dan sejarah lisan dari masyarakat yang tinggal di hutan

membenarkan bahwa kebakaran hutan bukanlah hal yang baru bagi hutan

Indonesia (Schweithelm, J. dan D. Glover,  1999). Menurut Danny (2001),

penyebab utama terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan Timur adalah

karena aktivitas manusia dan hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh

kejadian alam. Proses kebakaran alami menurut Soeriaatmadja (1997),

Page 3: Penda Hulu An

bisa terjadi karena sambaran petir, benturan longsuran batu, singkapan

batu bara, dan tumpukan srasahan. Namun menurut Saharjo dan Husaeni

(1998), kebakaran karena proses alam tersebut sangat kecil dan untuk

kasus Kalimatan kurang dari 1 %. Kebakaran hutan besar terpicu pula oleh

munculnya fenomena iklim El-Nino seperti kebakaran yang terjadi pada

tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 (Kantor Menteri Negara Lingkungan

Hidup dan UNDP, 1998). Perkembangan kebakaran tersebut juga

memperlihatkan terjadinya perluasan penyebaran lokasi kebakaran yang

tidak hanya di Kalimantan Timur, tetapi hampir di seluruh propinsi, serta

tidak hanya terjadi di kawasan hutan tetapi juga di lahan non hutan.

Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik

perdebatan, apakah karena alami atau karena kegiatan manusia. Namun

berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab

utama kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan

atau permasalahan sebagai berikut: 1.     Sistem perladangan tradisional

dari penduduk setempat yang berpindah-pindah. 2.     Pembukaan hutan

oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk insdustri kayu

maupun perkebunan kelapa sawit. 3.     Penyebab struktural, yaitu

kombinasi antara kemiskinan, kebijakan pembangunan dan tata

pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar hukum adat dan hukum

positif negara. Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian

tradisional di kawasan hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan

dengan cara pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun

pembukaan lahan untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas

dan terkendali karena telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988).

Kebakaran liar mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai

Page 4: Penda Hulu An

kamuflasa dari penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di

kawasan HPH. Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan

perkebunan untuk pengembangan tanaman industri dan perkebunan

umumnya mencakup areal yang cukup luas. Metoda pembukaan lahan

dengan cara tebang habis dan pembakaran merupakan alternatif

pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini

sering berakibat kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan

untuk pengembangan tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke

hutan lindung, hutan produksi dan lahan lainnya.  Sedangkan penyebab

struktural, umumnya berawal dari  suatu konflik antara para pemilik modal

industri perkayuan maupun pertambangan, dengan penduduk asli yang

merasa kepemilikan tradisional (adat) mereka atas lahan, hutan dan tanah

dikuasai oleh para investor yang diberi pengesahan melalui hukum positif

negara. Akibatnya kekesalan masyarakat dilampiaskan dengan melakukan

pembakaran demi mempertahankan lahan yang telah mereka miliki secara

turun temurun. Disini kemiskinan dan ketidak adilan menjadi pemicu

kebakaran hutan dan masyarakat tidak akan mau berpartisipasi untuk

memadamkannya. III.  Kerugian dan Dampak Kebakaran Hutan 3.1. Areal

hutan yang terbakar Beberapa tahun terakhir kebakaran hutan terjadi

hampir setiap tahun, khususnya pada musim kering. Kebakaran yang

cukup besar terjadi di Kalimantan Timur yaitu pada tahun 1982/83 dan

tahun 1997/98. Pada tahun 1982/83 kebakaran telah menghanguskan

hutan sekitar 3,5 juta hektar di Kalimantan Timur dan ini merupakan rekor

terbesar kebakaran hutan dunia setelah kebakaran hutan di Brazil yang

mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963 (Soeriaatmadja, 1997). Kemudian

rekor tersebut dipecahkan lagi oleh kebakaran hutan Indonesia pada tahun

Page 5: Penda Hulu An

1997/98 yang telah menghanguskan seluas 11,7 juta hektar. Kebakaran

terluas terjadi di Kalimantan dengan total lahan terbakar 8,13 juta hektar,

disusul Sumatera, Papua Barat, Sulawesi dan Jawa masing-masing 2,07

juta hektar, 1 juta hektar, 400 ribu hektar dan 100 ribu hektar (Tacconi,

2003).  Selanjutnya kebakaran hutan Indonesia terus berlangsung setiap

tahun meskipun luas areal yang terbakar dan kerugian yang ditimbulkannya

relatif kecil dan umumnya tidak terdokumentasi dengan baik. Data dari

Direktotar Jenderal Perlindungan hutan dan Konservasi Alam menunjukkan

bahwa kebakaran hutan yang terjadi tiap tahun sejak tahun 1998 hingga

tahun 2002 tercatat berkisar antara 3 ribu hektar sampai 515 ribu hektar

(Direktotar Jenderal Perlindungan hutan dan Konservasi Alam, 2003). 3.2.

Kerugian yang ditimbulkannya Kebakaran hutan akhir-akhir ini menjadi

perhatian internasional sebagai isu lingkungan dan ekonomi khususnya

setelah terjadi kebakaran besar di berbagai belahan dunia tahun 1997/98

yang menghanguskan lahan seluas 25 juta hektar. Kebakaran tahun

1997/98 mengakibatkan degradasi hutan dan deforestasi menelan biaya

ekonomi sekitar  US $ 1,6-2,7 milyar dan biaya akibat pencemaran kabut

sekitar US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita akibat kebakaran hutan

tersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan dampak

ekonomi bagi kegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya

yang terkait dengan emisi karbon kemungkinan mencapai US $ 2,8 milyar

(Tacconi, 2003).             Hasil perhitungan ulang kerugian ekonomi yang

dihimpun Tacconi (2003), menunjukkan bahwa kebakaran hutan Indonesia

telah menelan kerugian antara US $ 2,84 milayar sampai US $ 4,86 milyar

yang meliputi kerugian yang dinilai dengan uang dan kerugian yang tidak

dinilai dengan uang. Kerugian tersebut mencakup kerusakan yang terkait

Page 6: Penda Hulu An

dengan kebakaran seperti kayu, kematian pohon, HTI, kebun, bangunan,

biaya pengendalian dan sebagainya serta biaya yang terkait dengan kabut

asap seperti kesehatan, pariwisata dan transportasi. 3.3. Dampak

Kebakaran Hutan Kebakaran hutan yang cukup besar seperti yang terjadi

pada tahun 1997/98 menimbulkan dampak yang sangat luas disamping

kerugian material kayu, non kayu dan hewan. Dampak negatif yang sampai

menjadi isu global adalah asap dari hasil pembakaran yang telah melintasi

batas negara. Sisa pembakaran selain menimbulkan kabut juga mencemari

udara dan meningkatkan gas rumah kaca. Asap tebal dari kebakaran hutan

berdampak negatif karena dapat mengganggu kesehatan masyarakat

terutama gangguan saluran pernapasan. Selain itu asap tebal juga

mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara disamping

transportasi darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan

yang cukup besar banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau

dibatalkan. Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut

terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan

hilangnya nyawa dan harta benda. Kerugian karena terganggunya

kesehatan masyarakat, penundaan atau pembatalan penerbangan, dan

kecelakaan transportasi  di darat, dan di air memang tidak bisa

diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besar

membebani masyarakat dan pelaku bisnis. Dampak kebakaran hutan

Indonesia berupa asap tersebut telah melintasi batas negara terutama

Singapura, Brunai Darussalam,  Malaysia dan Thailand. Dampak lainnya

adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan hilangnya

margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena

struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan

Page 7: Penda Hulu An

menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi

menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana

banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar.

Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan. Analisis dampak

kebakaran hutan masih dalam tahap pengembangan awal, pengetahuan

tentang  ekosistem yang rumit belum berkembang dengan baik dan

informasi berupa ambang kritis perubahan ekologis berkaitan dengan

kebakaran sangat terbatas, sehingga dampak kebakaran hutan sulit

diperhitungkan secara tepat. Meskipun demikian, berdasarkan perhitungan

kasar yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kebakaran

hutan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat sekitarnya,

bahkan dampak tersebut sampai ke negara tetangga. IV.  Upaya

Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan             Sejak

kebakaran hutan yang cukup besar yang terjadi pada tahun 1982/83 yang

kemudian diikuti rentetan kebakaran hutan beberapa tahun berikutnya,

sebenarnya telah dilaksanakan beberapa langkah, baik bersifat antisipatif

(pencegahan) maupun penanggulangannya. 4.1.      Upaya  Pencegahan

Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan

antara lain (Soemarsono, 1997): (a)          Memantapkan kelembagaan

dengan membentuk dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran Hutan

dan Lembaga non struktural berupa Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan

Satlak serta Brigade-brigade pemadam kebakaran hutan di masing-masing

HPH dan HTI; (b)         Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan

petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan;

(c)          Melengkapi perangkat keras  berupa peralatan pencegah dan

pemadam kebakaran hutan; (d)         Melakukan pelatihan pengendalian

Page 8: Penda Hulu An

kebakaran hutan bagi aparat pemerintah, tenaga BUMN dan perusahaan

kehutanan serta masyarakat sekitar hutan; (e)          Kampanye dan

penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian kebakaran hutan;

(f)           Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI,

perkebunan dan Transmigrasi), Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh

Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup; (g)          Dalam

setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non

kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar. 4.2.     

Upaya Penanggulangan Disamping melakukan pencegahan, pemerintah

juga nelakukan penanggulangan melalui berbagai kegiatan antara lain

(Soemarsono, 1997): (a)          Memberdayakan posko-posko kebakaran

hutan di semua tingkat, serta melakukan pembinaan mengenai hal-hal yang

harus dilakukan selama siaga I dan II. (b)         Mobilitas semua

sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua tingkatan, baik di

jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun

perusahaan-perusahaan. (c)          Meningkatkan koordinasi dengan

instansi terkait di tingkat pusat melalui PUSDALKARHUTNAS dan di tingkat

daerah melalui PUSDALKARHUTDA Tk I dan SATLAK kebakaran hutan

dan lahan. (d)         Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan

kebakaran antara lain: pasukan BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di

Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan pesawat AT 130 dari Australia

dan Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung; Bantuan masker,

obat-obatan dan sebagainya dari negara-negara Asean, Korea Selatan,

Cina dan lain-lain. 4.3.      Peningkatan Upaya Pencegahan dan

Penanggulangan Upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah

dilakukan selama ini ternyata belum memberikan hasil yang optimal dan

Page 9: Penda Hulu An

kebakaran hutan masih terus terjadi pada setiap musim kemarau. Kondisi

ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: (a)          Kemiskinan dan

ketidak adilan bagi masyarakat pinggiran atau dalam kawasan hutan.

(b)         Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran

masih rendah. (c)          Kemampuan aparatur pemerintah khususnya untuk

koordinasi, memberikan penyuluhan untuk kesadaran masyarakat, dan

melakukan upaya pemadaman kebakaran semak belukar dan hutan masih

rendah. (d)         Upaya pendidikan baik formal maupun informal untuk

penanggulangan kebakaran hutan belum memadai. Hasil identifikasi dari

serentetan kebakaran hutan menunjukkan bahwa penyebab utama

kebakaran hutan adalah faktor manusia dan faktor yang memicu

meluasnya areal kebakaran adalah kegiatan perladangan, pembukaan HTI

dan perkebunan serta konflik hukum adat dengan hukum negara, maka

untuk meningkatkan efektivitas dan optimasi kegiatan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran hutan perlu upaya penyelesaian masalah yang

terkait dengan faktor-faktor tersebut. Di sisi lain belum efektifnya

penanggulangan kebakaran disebabkan oleh faktor kemiskinan dan ketidak

adilan, rendahnya kesadaran masyarakat, terbatasnya kemampuan aparat,

dan minimnya fasilitas untuk penanggulangan kebakaran, maka untuk

mengoptimalkan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan

di masa depan antara lain: a.       Melakukan pembinaan dan penyuluhan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam

kawasan hutan, sekaligus berupaya untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan semak belukar. b.     

Memberikan penghargaan terhadap hukum adat sama seperti hukum

negara, atau merevisi hukum negara dengan mengadopsi hukum adat.

Page 10: Penda Hulu An

c.       Peningkatan kemampuan sumberdaya aparat pemerintah melalui

pelatihan maupun pendidikan formal. Pembukaan program studi

penanggulangan kebakaran hutan merupakan alternatif yang bisa

ditawarkan. d.      Melengkapi fasilitas untuk menanggulagi kebakaran

hutan, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. e.       Penerapan

sangsi hukum pada pelaku pelanggaran dibidang lingkungan khususnya

yang memicu atau penyebab langsung terjadinya kebakaran. V.     Penutup

Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai

berikut: 1.      Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai

harganya karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai

sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur

tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, dan sebagainya.

Karena itu pemanfaatan dan perlindungannya diatur oleh Undang-undang

dan peraturan pemerintah. 2.      Kebakaran merupakan salah satu bentuk

gangguan terhadap sumberdaya hutan dan akhir-akhir ini makin sering

terjadi. Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan

dampaknya sangat luas, bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya

pencegahan dan pengendalian yang dilakukan selama ini masih belum

memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara

menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat

pinggiran atau dalam kawasan hutan. 3.      Berbagai upaya perbaikan yang

perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan kepada masyarakat

khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kebakaran hutan,

peningkatan kemampuan aparatur pemerintah terutama dari Departemen

Kehutanan, peningkatan fasilitas untuk mencegah dan menanggulagi

kebakaran hutan, pembenahan bidang hukum dan penerapan sangsi

Page 11: Penda Hulu An

secara tegas. Daftar Pustaka Danny, W., 2001. Interaksi Ekologi dan Sosial

Ekonomi Dengan Kebakaran di Hutan Propinsi Kalimantan Timur,

Indonesia. Paper Presentasi pada Pusdiklat Kehutanan. Bogor. 33 hal.

Direktotar Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2003.

Kebakaran Hutan Menurut Fungsi Hutan, Lima Tahun Terakhir. Direktotar

Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Jakarta. Dove, M.R.,

1988. Sistem Perladangan di Indonesia. Suatu studi-kasus dari Kalimantan

Barat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 510 hal. Soemarsono,

1997. Kebakaran Lahan, Semak Belukar dan Hutan di Indonesia

(Penyebab, Upaya dan Perspektif Upaya di Masa Depan). Prosiding

Simposium: “Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya Alam dan

Lingkungan”. Tanggal 16 Desember 1997 di Yogyakarta. hal:1-14.

Soeriaatmadja, R.E. 1997. Dampak Kebakaran Hutan Serta Daya Tanggap

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam Terhadapnya.

Prosiding Simposium: “Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sumberdaya

Alam dan Lingkungan”. Tanggal 16 Desember 1997 di Yogyakarta. hal: 36-

39. Schweithelm, J. dan D. Glover,  1999.  Penyebab dan Dampak

Kebakaran. dalam Mahalnya Harga Sebuah Bencana: Kerugian

Lingkungan Akibat Kebakaran dan Asap di Indonesia. Editor: D. Glover & T.

Jessup Saharjo dan Husaeni, 1998. East Kalimantan Burns. Wildfire

7(7):19-21. Tacconi, T., 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia, Penyebab,

biaya dan implikasi kebijakan. Center for International Forestry Research

(CIFOR), Bogor, Indonesia. 22 hal

Sumber: http://forester-untad.blogspot.com/2013/01/makalah-kebakaran-

Page 12: Penda Hulu An

hutan-dan-cara.html

Konten adalah milik dan hak cipta forester untad blog

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh

pepohonan dan tumbuhan. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di

wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung

karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus

hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer

Bumi yang paling penting.

Page 13: Penda Hulu An

Indonesia sebagai salah satu Negara yang memiliki sumber daya hutan

terbesar kedua sedunia ini merupakan paru-paru dunia. Lebih kurang 4000

jenis tumbuhan yang tumbuh pada berbagai formasi hutan dan tipe hutan

telah diketahui (terutama di Hutan Hujan Tropis) dan sekitar 400 jenis

pohon telah diketahui nilai komersial kayunya.

Kebakaran merupakan salah satu fenomea yang menggangu aktivitas

manusia, baik dari segi ekologi, sosial, budaya, ekonomi maupun

kerusakkan lingkungan dan lain-lain. Hanya saja wawasan masyarakat

akan pentingnya pengetahuan penyebab, dampak, proses, pencegahan

dan penanggulangan dinilai masih cukup kurang bahkan tidak ada rasa

kepedulian sama sekali. Walaupun sudah diteapkan peraturan dan

perundangan tentang kehutanan (UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN) tetap

saja masyarakat belum mengetahui isi keseluruhan peraturan tersebut.

Berawal dari masalah tersebut penyusunan makalah  ini dissun dan

dipublikasikan. Agar masyarakat lebih mengetahui dengan cara sosialisasi

seputar kebakaran hutan. Karena dengan cara tersebut kebakaran hutan

dapat dicegah.

1.2 Landasan Teori

A. Jenis Hutan Di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia.

Luas hutan tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus berkurang

drastis akibat kebodohan oknum pemerintah dan penjahat yang selalu haus

Page 14: Penda Hulu An

uang dengan membabat dan menggunduli hutan demi mendapat

keuntungan yang besar tanpa melihat dampak bagi lingkungan global.

Berikut di bawah ini adalah pembagian macam-macam atau jenis-jenis

hutan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia disertai arti definisi

dan pengertian :

1.      Hutan Bakau

Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai berlumpur.

Contoh : pantai timur kalimantan, pantai selatan cilacap, dll.

2.      Hutan Sabana

Hutan sabana adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah

pohon yang sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah. Contoh : Nusa

tenggara.

3.      Hutan Rawa

Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan

nipah tumbuh di hutan rawa. Contoh : Papua selatan, Kalimantan, dsb.

4.      Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropis adalah hutan lebat atau hutan rimba belantara yang

tumbuh di sekitar garis khatulistiwa (ekuator) yang memiliki curah hujan

yang sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan

yang tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan basah serta sulit untuk

dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat disukai pembalak hutan liar dan

juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan dan merugikan

negara trilyunan rupiah. Contoh : hutan kalimantan, hutan sumatera, dsb.

5.      Hutan Musim

Page 15: Penda Hulu An

Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya

periode musim kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di kala

kemarau menyelimuti hutan.

Di samping itu hutan terbagi atau dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu :

1.      Hutan Wisata

Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk

melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan / binatang langka agar tidak

musnah / punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang

dan diganggu dialih fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata

menjadi tempat rekreasi orang dan tempat penelitian.

2.      Hutan Cadangan

Hutan cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan pertanian

dan pemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat sekitar 20 juta hektar

hutan cadangan.

3.      Hutan Lindung

Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga ketaraturan

air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi

serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang

pencematan udara seperti CO2(karbon dioksida) dan CO (karbon

monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan

hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir

pantai.

4.      Hutan Produksi atau Hutan Industri

Page 16: Penda Hulu An

Hutan produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan

sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi

dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah

hutan yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja

dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan

rimba yang diusahakan manusia harus menebang pohon denga sistem

tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar

yang masih kecil tidak ikut rusak.

B. Fungsi Hutan Di Indonesia

     Hutan berfungsi sebagai: penampung karbon dioksida (carbon dioxide

sink) karbondioksida diketahui sebagai salah satu gas yang dapat

menyebabkan efek rumah kaca. Karbondioksida dihasilkan dari hasil

pernapasan makhluk hidup, dalam hal ini manusia dan hewan, dan dari

sisa buangan industri dan kendaraan bermotor.

Lain halnya dengan tumbuhan dan pepohonan. Tumbuhan dan pepohonan

memerlukan gas karbondioksida untuk dapat hidup. Fungsi hutan sebagai

penampung karbondioksida ini erat kaitannya dengan keberadaan

tumbuhan dan pepohonan di tempat tersebut. Seperti yang telah kita

ketahui bersama pohon dan tumbuhan akan mengkonversi gas

karbondioksida menjadi gas oksigen melalui proses fotosintesis. Gas

oksigen diketahui sebagai gas yang sangat diperlukan oleh manusia untuk

melangsungkan hidupnya.

Reaksi konversi gas karbon dioksida menjadi gas oksigen adalah sebagai

berikut :

Page 17: Penda Hulu An

12 H2O + 6 CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6 O2 + 6 H2O

Pada hasil reaksi terdapat glukosa yang digunakan oleh tumbuhan dan

pohon sebagai energi untuk tumbuh dan berkembang. Proses fotosintesis

ini berlangsung pada daun dari tumbuhan dan pepohonan. Laju fotosintesis

ini dipengaruhi dari luas permukaan dari daun tumbuhan dan pepohonan.

Semakin luas permukaan daun, semakin tinggi laju fotosintesis yang berarti

semakin tinggi laju penyerapan gas karbondioksida.

·        habitat hewan

Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak.

Pada dasarnya, habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya

di sekeliling populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan

oleh spesies tersebut. Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat

adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar suatu spesies, atau populasi

spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas. Hutan merupakan salah

satu contoh habitat hewan.

·                 modulator arus hidrologika

siklus atau arus hidrologika adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti

dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi,

presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses

siklus hidrologika tersebut dapat berjalan secara kontinu.

Fungsi dari hutan dalam arus hidrologika ini sendiri adalah sebagai

modulator, yaitu salah satu tempat pemodifikasian dari uap air ke air begitu

Page 18: Penda Hulu An

seterusnya tidak berhenti. Dan jika arusnya dihentikan dengan terbakarnya

hutan dapat mengganggu siklus atau arus tersebut.

·                 pelestari tanah

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang

berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan

lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada

hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan

bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan

lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan.

Akar-akar dari pohon di hutan berfungsi sebagai unsur yang menahan

lapisan tanah pada tempatnya. Sehingga peristiwa seperti diatas tidak

terjadi.

·   merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting

Biosfer adalah bagian luar dari planet Bumi, mencakup udara, daratan,

danair, yang memungkinkan kehidupan dan proses biotik berlangsung.

Dalam pengertian luas menurut geofisiologi, biosfer adalah sistem ekologis

global yang menyatukan seluruh makhluk hidup dan hubungan

antarmereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer (batuan),

hidrosfer (air), dan atmosfer (udara) Bumi. Bumi hingga sekarang adalah

satu-satunya tempat yang diketahui yang mendukung kehidupan. Salah

satu contoh biosfer yang paling penting adalah hutan.

C. Pengertian Kebakaran Hutan

Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, kebakaran

rumput, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di

Page 19: Penda Hulu An

alam liar, tetapi dapat juga memusnahkan rumah-rumah atau sumber daya

pertanian. Penyebab umum termasuk petir,kecerobohan manusia, dan

pembakaran.

Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab

utama kebakaran hutan besar.

Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari

sebuah sinonimdari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang

digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata maritim.

D. Jenis Kebakaran Hutan

Jenis Kebakaran Hutan dikategorikan menjadi tiga tipe, yaitu Surface Fire,

Crown Fire dan Ground Fire. Atau dapat diuraikan sebagai berikut:

Surface Fire

Api dapat membakar hutan terutama di permukaan, menyebar melalui

serasah, ranting dan rumput kering di sepanjang permukaan tanah dan

ditelan oleh api yang menyebar.

Crown Fire

Jenis lain kebakaran hutan adalah Crown Fire di mana mahkota pohon dan

semak terbakar, seringkali ditopang oleh api permukaan. Api mahkota

terutama sangat berbahaya di hutan jenis konifera karena bahan resinous

diberikan dari pembakaran kayu membakar marah. Pada lereng bukit, jika

api mulai menurun, menyebar dengan cepat seperti udara dipanaskan

berdekatan dengan lereng cenderung mengalir ke atas lereng penyebaran

Page 20: Penda Hulu An

api bersama dengan itu. Jika api mulai menanjak, ada kemungkinan kurang

dari itu menyebar ke bawah.

Ground Fire

kebakaran pemukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas

permukaan, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan

dibawah permukaan

E. Proses Terjadinya Kebakaran Hutan

     Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran pemukaan

dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan, kemudian

api menyebar tidak menentu secara perlahan dibawah permukaan,

membakar bahan organik melalui pori-pori gambut dan melalui akar semak

belukar/pohon yang bagian atasnya terbakar. Dalam perkembangannya,

api menjalar secara vertical dan horizontal membentuk kantong asap

dengan pembakaran tidak menyala (soldering) sehingga hanya asap yang

berwarna putih saja yang tampak di atas permukaan. Mengingat peristiwa

kebakaran terjadinya didalam tanah dan hanya asapnya saja yang muncul

ke permukaan, maka kegiatan pemadaman akan mengalami banyak

kesulitan.

Page 21: Penda Hulu An

BAB II

PENYEBAB DAN AKIBAT TERJADINYA KEBAKARAN HUTAN

2.1 Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan

Penyebab kebakaran hutan dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor alam dan

faktor ulah tangan dan kecerobohan manusia. Dapat diuraikan sebagai

berikut:

A.    Faktor Alam

         Sambaran petir 

petir memiliki energi yang berubah menjadi percikan api yang apabila

terkena pada dedaunan dan kayu kering dapat menimbulkan titik api yang

lebih besar.

·        benturan longsuran batu

Satu batu dengan batu lainnya apabila bergesekkan akan menimbulkan

energi yang dapat berubah menjadi oercikan api yang sproses selanjutnya

sama seperti di atas.

·                     singkapan batu bara

Batubara merupakan salah satu bahan bakar, apabila iklim suhu terlalu

tinggi dapat membakar batu bara dengan sendirinya.

·                     tumpukan daun kering

Sama seperti hal di atas.

Page 22: Penda Hulu An

·                     fenomena iklim El-Nino

El Nino adalah fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah diartikan

dengan meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur

sepanjang ekuator dari nilai rata-ratanya dan secara fisik El Nino tidak

dapat dilihat.  Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian

besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini

sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi

geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak

seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.

El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan

berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya

kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya.

·                     dll.

B.     Faktor Ulah Tangan Dan Kecerobohan Manusia

•     Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang

berpindah-pindah.

Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan

hutan dimana pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara

pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan

untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali

karena telah mengikuti aturan turun temurun (Dove, 1988). Kebakaran liar

mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflasa dari

penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH.

•     Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan

(HPH) untuk insdustri kayu maupun perkebunan kelapa sawit.

Page 23: Penda Hulu An

Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk

pengembangan tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup

areal yang cukup luas. Metoda pembukaan lahan dengan cara tebang

habis dan pembakaran merupakan alternatif pembukaan lahan yang paling

murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat kebakaran

tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan

tanaman industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan

produksi dan lahan lainnya. 

•     Kecerobohan dengan merokok dan membuang puntung rokok di hutan.

Sikap waspada di hutan dengan tidak menyalakan sumber api

sembarangan sangat di perlukan, karena menghindari terjadinya sambaran

api dari sumber api ke dedaunan atau kayu kering yang ada dihutan.

•     Membiarkan bara api setelah berkemah, dll.

Bara api yang tidak dipadamkan secara benar-benar padam dapat tertiup

udara bebas dan akhirnya menimbulkan nyala api yang lebih besar dan

menyambar ke dedaunan atau kayu kering yang ada dihutan.

2.2 Akibat Terjadinya Kebakaran Hutan

Dampak atau akibat terjadinya kebakaran hutan dikategorikan menjadi

empat faktor yaitu:

A.       Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan

·           Tercemarnya udara, oleh gas CO dan CO2.

Reaksi oksidasi  yang terjadi pada proses pembakaran zat organik pada

kayu atau daun kering akan menghasilkan gas CO dan CO2,terutama gas

CO2 yang akan membuat suhu bumi meningkat.

Page 24: Penda Hulu An

·           Hilangnya sejumlah spesies flora & fauna,

Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis pohon namun

juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya. Umumnya satwa

yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan

keluar karena api telah mengepung dari segala penjuru. Belum ada

penelitian yang mendalam seberapa banyak spesies yang ikut tebakar

dalam kebakaran hutan diIndonesia.

·           Ancaman erosi

Kebakaran yang terjadi di lereng-lereng pegunungan ataupun di dataran

tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang juga berfungsi menahan

laju tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat hujan turun

dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah - akibat terbakar - sebagai

pengikat akan menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke bawah yang

pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga

longsor.

·           Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan,

Hutan sebelum terbakar secara otomatis memiliki banyak fungsi. Sebagai

catchment area, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata rantai

dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet

bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut juga

hilang dan karbondioksida tidak lagi disaring namun melayang-layang

diudara. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat

terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang

telah terbakar tersebut.

Page 25: Penda Hulu An

Hutan itu sendiri mengalami perubahan peruntukkan menjadi lahan-lahan

perkebunan dan kalaupun tidak maka ia akan menjadi padang ilalang yang

akan membutuhkan waktu lama untuk kembali pada fungsinya semula.

·           Penurunan kualitas air,

Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan perubahan

kualitas air. Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi yang

muncul di bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang

dalam menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang

ada di atasnya untuk masuk kedalam sungai-sungai yang ada. Akibatnya

adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang apabila

ada hujan di atas gunung ataupun di hulu sungai sana.

·           Terganggunya ekosistem terumbu karang,

Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih disebabkan faktor asap.

Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya

lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa

spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk melakukan fotosintesa.

·           Sedimentasi di aliran sungai.

Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di

bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai

bersangkutan akibat erosis yang terus menerus.

B.       Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi

Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat yang tinggal di pinggiran

dan sekitar hutan, Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan

hidupnya dari hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang

Page 26: Penda Hulu An

ditimbulkan dari kebakaran tersebut sedikit banyak mengganggu

aktivitasnya yang secara otomatis juga ikut mempengaruhi penghasilannya.

Setelah kebakaran usaipun dipastikan bahwa masyarakat kehilangan

sejumlah areal dimana ia biasa mengambil hasil hutan tersebut seperti

rotan, karet dsb.

          Terganggunya aktivitas sehari-hari, 

Adanya gangguan asap secara otomatis juga mengganggu aktivitas yang

dilakukan manusia sehari-hari. Misalnya pada pagi hari sebagianorang

tidak dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar matahari

menembus udara yang penuh dengan asap. Demikian pula terhadap

banyak aktivoitas yang menuntut manusia untuk berada di luar ruangan.

Adanya gangguan asap akan mengurangi intensitas dirinya untuk berada di

luar ruangan.

·           Peningkatan jumlah hama,

Sejumlah spesies dikatakan sebagai hama bila keberadaan dan

aktivitasnya mengganggu proses produksi manusia. Bila tidak

“mencampuri” urusan produksi manusia maka ia akan tetap menjadi

spesies sebagaimana spesies yang lain.

Sejumlah spesies yang potensial untuk menjadi hama tersebut selama ini

berada di hutan dan melakukan interaksi dengan lingkungannya

membentuk rantai kehidupan. Kebakaran yang terjadi justru memaksanya

terlempar dari rantai ekosistem tersebut. Dan dalam beberapa kasus ‘ia’

masuk dalam komunitas manusia dan berubah fungsi menjadi hama

dengan merusak proses produksi manusia yang ia tumpangi atau

dilaluinya.

Page 27: Penda Hulu An

Hama itu sendiri tidak harus berbentuk kecil. Gajah dan beberapa binatang

bertubuh besar lainnya ‘harus’ memorakmorandakan kawasan yang

dilaluinya dalam upaya menyelamatkan diri dan dalam upaya menemukan

habitat barunya karena habitat lamanya telah musnah terbakar.

·           Terganggunya kesehatan masyarakat (karena asapnya),

Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi penyebab utama

munculnya penyakit ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan. Gejalanya bisa

ditandai dengan rasa sesak di dada dan mata agak berair. Untuk Riau

kasus yang paling sering terjadi menimpa di daerah Kerinci, Kabupaten

Pelalawan (dulu Kabupaten Kampar) dan bahkan di Pekanbaru sendiri

lebih dari 200orang harus dirawat di rumah sakit akibat asap tersebut.

·           Produktivitas masyarakat menurun,

Munculnya asap juga menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita

bisa keluar dengan menggunakan masker tetapi sinar matahari dipagi hari

tidak mampu menembus ketebalan asap yang ada. Secara otomatis waktu

kerja seseorangpun berkurang karena ia harus menunggu sedikit lama agar

matahari mampu memberikan sinar terangnya.

Ketebalan asap juga memaksa orang menggunakan masker yang sedikit

banyak mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

·           Menurunnya devisa negara.

Turunnya produktivitas secara otomatis mempengaruhi perekonomian

mikro yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan negara.

C.       Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara

Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sayangnya tidak mengenal

batas administratif. Asap tersebut justru terbawa angin ke negara tetangga

sehingga sebagian negara tetangga ikut menghirup asap yang ditimbulkan

Page 28: Penda Hulu An

dari kebakaran di negara Indonesia. Akibatnya adalah hubungan antara

negara menjadi terganggu dengan munculnya protes keras dari Malaysia

dan Singapura kepada Indonesia agar kita bisa secepatnya melokalisir

kebakaran hutan agar asap yang ditimbulkannya tidak semakin tebal.

Yang menarik, justru akibat munculnya protes dari tetangga inilah

pemerintah Indonesia seperti kebakaran jenggot dengan menyibukkan diri

dan berubah fungsi sebagai barisan pemadam kebakaran. Hilangnya

sejumlah spesies dan berbagai dampak yang ditimbulkan ternyata kalah

penting dibanding jeweran dari tetangga.

D.       Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata

Tebalnya asap juga mengganggu transportasi udara. Sering sekali

terdengar sebuah pesawat tidak bisa turun di satu tempat karena tebalnya

asap yang melingkungi tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan

mengganggu bisnis pariwisata karena keengganan wisatawan untuk

berada di tempat yang dipenuhi asap.

BAB III

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN

3.1  Pencegahan Kebakaran Hutan

Page 29: Penda Hulu An

3.1.1        Sosialisasi kepada masyarakat  tentang pengelolaan hutan yang

lebih baik.

Sosialisasi merupakan media yang baik bagi masyarakat, karena dengan

adanya sosialisasi bagaimana cara mengelola hutan yang baik, cara

menindaklanjuti jika terjadi kebakaran hutan, mulai dari pengenalan, proses

pengelolahan, dan pencapaian hasil

3.1.2        Memperkecil jumlah titik api

Suatu kebakaran dapat terjadi karena adanya titik api yang di area hutan.

Dengan adaya gas oksigen dan alat yang mudah terbakar membantu

berkembangnya api. Api yang bermula hanya titik atau berupa sumber

dengan adanya faktor pendukung maka terjadilah kobaran api yang besar.

3.1.3        Mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system)

Pemberitahuan kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinnya

kebakaran hutan, atau untuk mencegah agar tidak terjadi kebakaran hutan

perlu diberikan peringatan dan aturan-aturan yang berkaitan dengan

penyebab kebakaran hutan dan dampak bagi masyarakat sekitar.

3.1.4        Membangun satuan-satuan pemadam kebakaran hutan (brigade

kebakaran) di tiap daerah yang rawan gangguan kebakaran hutan dengan

dukungan dana, sarana dan prasarana yang memadai.

3.1.5         Mengadakan kampanye penanggulangan kebakaran hutan.

Page 30: Penda Hulu An

3.2  Penanggulangan Kebakaran Hutan

Pembangunan jejaring kerja antar daerah dalam upaya penanggulangan

kebakaran hutan yang efektif dan sinergis.

Dalam jangka panjang penanggulangan kebakaran hutan dilaksanakan

dengan membangun kelembagaan daerah dengan dukungan pusat yang

melibatkan peran aktif masyarakat di dalam dan sekitar hutan.

Melakukan rehabilitasi dan penghijauan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kebakaran hutan di Indonesia  disebakan faktor alam : sambaran petir,

tumpukan srasahan, iklim El-Nino

Sedang  faktor ulah tangan /kecerobohan manusia : sistem perladangan

tradisional dari penduduk yang berpindah-pindah, Pembukaan hutan oleh

pemegang HPH untuk insdustri kayu/ perkebunan kelapa sawit, membuang

puntung rokok di hutan, membiarkan bara api setelah berkemah.

dampak negatif  kebakaran terhadap ekologis ; sosial, budaya dan

ekonomi; hubungan antar negara; perhubungan dan pariwisata.

Pencegahan kebakaran hutan : sosialisasi  pengelolaan hutan yang baik,

memperkecil jumlah titik api, mengembangkan sistem peringatan dini ,

Page 31: Penda Hulu An

membangun  brigade kebakaran di tiap daerah  rawan  kebakaran,

mengadakan kampanye penanggulangan kebakaran hutan

Penanggulan terhadap kebakaran hutan : pembangunan jejaring kerja antar

daerah dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan yang efektif dan

sinergis, membangun kelembagaan daerah dengan dukungan pusat yang

melibatkan peran aktif masyarakat di dalam dan sekitar hutan, Melakukan

rehabilitasi dan penghijauan

·         Intensitas kebakaran hutan di Indonesia menurun akibat curah hujan

yang meningkat (Replubika, 2010).

4.2 Saran

Perbanyaklah pengetahuan seputar dampak dan penyebab terjadinya

kebakaran hutan.

Cegahlah kebakaran hutan dengan cara sosialisasi tentang kebakaran

hutan, intruksikan pada pemerintah daerah untuk membangun satuan

pemadam, bersikap waspada dalam menyalakan sumber api di hutan, dll.

·         Jika terjadi kebakaran tetap tenang, dan lakukanlah penanganan

awal dengan cara menghubungi pihak yang berwenang menangani

DAFTAR PUSTAKA

http://air.bappenas.go.id/main/doc/pdf/yang_telah_disahkan/

UU_41_1999_KEHUTAAN.html

http://indonesianforest.com/frameset.php

Page 32: Penda Hulu An

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/lingkungan/10/11/04/14470

2-luas-kebakaran-hutan-di-indonesia-menurun