penda hulu an
DESCRIPTION
sefalgiaTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Cephalgia adalah nyeri atau sakit di sekitar kepala, termasuk nyeri di belakang mata serta
perbatasan antara leher dan kepala bagian belakang.
Klasifikasi ini secara garis besar membagi kepala menjadi dua yaitu nyeri kepala primer
dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer terjadi antara lain migren, nyeri kepala klaster,
nyeri kepala tipe tegang dan nyeri kepala lain yang tidak berhubungan dengan lesi struktural.
Sedangkan nyeri kepala sekunder antara lain disebabkan oleh trauma kepala, gangguan
pembuluh darah, gangguan dalam tengkorak, pemakaian obat, infeksi, gangguan metabolik.
Nyeri di sekitar wajah juga bisa menyebabkan nyeri kepala sekunder. Nyeri jenis ini biasanya
terkait kelainan tengkorak, leher, telinga, hidung, dan sinus. Kerusakan saraf kepala juga
termasuk nyeri kepala sekunder. 1
Trauma kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa
disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. 2
Trauma kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada
kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, selain
penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan
tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis
selanjutnya. Tindakan resusitasi anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neorologi harus
segera dilakukan secara serentak agar dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi
unsur vital. 3
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan patologi dapat dibagi menjadi beberapa jenis.
Trauma kepala primer berupa fraktur linier, depresi, basis kranii, kebocoran likuor, cedera fokal
yang berupa kontusi kup atau konterkup, hematom epidural, subduran atau intraserebral, cedera
difus yang berupa kontusi ringan atau klasik atau berupa cedera aksonal difusa yang ringan
hingga berat, dan luka tembak. Trauma kepala sekunder dapat diakibatkan oleh gangguan
sistemik seperti akibat hipoksia-hipotensi, gangguan metabolism energi, kegagalan autoregulasi
dan juga hematoma traumatika pada epidural, subdural (akut atau kronis) dan intraserebral.
Selanjutnya trauma kepala dapat disebabkan oleh edema serebal perifokal generalisa dan herniasi
batang otak.4
Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan kemajuan teknologi dan
pembangunan, frekuensinya cenderung semakin meningkat. Trauma kepala berperan hampir
pada separuh dari seluruh kematian akibat trauma, mengingat kepala merupakan bagian yang
tersering dan rentan terlibat dalam suatu kecelakaan. Kasus cedera kepala terutama melibatkan
kelompok usia produktif, yaitu antara 15-44 tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki- laki
dibandingkan perempuan. Penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas dan disusul dengan
kasus jatuh terutama pada kelompok usia anak- anak. 5