penda hulu an

3
PENDAHULUAN Tanaman sayur mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk kesehatan manusia. Bahkan serat kasar yang tidak memiliki nilai gizi pun ternyata amat bermanfaat dalam membantu pencernaan. Fauziah, (2003), Orang dapat mengonsumsinya dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan. Tetapi, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gizi bahan pangan yang dikonsumsi, di masyarakat telah terjadi perubahan pola konsumsi sayur. Dewasa ini masyarakat lebih suka mengkonsumsi sayur segar (sayur mentah) sebagai lalapan di antara sayur tersebut adalah kubis, selada, dan kemangi. Ditinjau dari gizinya, lalapan mentah mengandung unsur gizi lebih banyak dibanding lalapan matang. Tetapi dari segi keamananya, lalapan mentah beresiko terkontaminasi pestisida atau bakteri berbahaya. Terutama sayuran yang menjalar di permukaan tanah atau ketinggiannya dekat dengan tanah. Untuk meningkatkan kesuburan tanah, para petani seringkali menggunakan pupuk organik berupa humus atau kotoran ternak. Ini meningkatkan jumlah cemaran bahan pangan. Proses pencucian sayur yang tidak sempurna juga perlu diwaspadai. Pasalnya beberapa zat kimia dalam pastisida ada yang tidak bisa hilang meski dicuci. Kandungan air pada sayuran cukup tinggi (70-90%) sehingga memungkinkan adanya pertumbuhan bakteri patogen. Contohnya bakteri patogen yang berasal dari tinja adalah Eschericia coli yang dapat menimbulkan diare, salmonella typhi dan salmonella paratyphi penyebab demam tifus. Salmonella juga dapat menyebabkan gangguan perut, dengan gejala diare, sakit kepala,muntah-muntah, dan demam.(sumoprastowo,2004). Usaha mengngurangi jumlah mikroba dilakukan dengan pencucian. Pencucian tidak dapat membersihkan bahan dari semua mikroba karena air pencucian yang di gunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Sementara pencucian dilakukan sudah

Upload: azki-awalia-candra

Post on 27-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penda Hulu An

PENDAHULUAN

Tanaman sayur mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk kesehatan manusia.

Bahkan serat kasar yang tidak memiliki nilai gizi pun ternyata amat bermanfaat dalam

membantu pencernaan. Fauziah, (2003), Orang dapat mengonsumsinya dalam bentuk segar

maupun dalam bentuk olahan. Tetapi, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan gizi bahan

pangan yang dikonsumsi, di masyarakat telah terjadi perubahan pola konsumsi sayur. Dewasa

ini masyarakat lebih suka mengkonsumsi sayur segar (sayur mentah) sebagai lalapan di antara

sayur tersebut adalah kubis, selada, dan kemangi. Ditinjau dari gizinya, lalapan mentah

mengandung unsur gizi lebih banyak dibanding lalapan matang. Tetapi dari segi keamananya,

lalapan mentah beresiko terkontaminasi pestisida atau bakteri berbahaya. Terutama sayuran

yang menjalar di permukaan tanah atau ketinggiannya dekat dengan tanah. Untuk

meningkatkan kesuburan tanah, para petani seringkali menggunakan pupuk organik berupa

humus atau kotoran ternak. Ini meningkatkan jumlah cemaran bahan pangan.

Proses pencucian sayur yang tidak sempurna juga perlu diwaspadai. Pasalnya beberapa

zat kimia dalam pastisida ada yang tidak bisa hilang meski dicuci. Kandungan air pada sayuran

cukup tinggi (70-90%) sehingga memungkinkan adanya pertumbuhan bakteri patogen.

Contohnya bakteri patogen yang berasal dari tinja adalah Eschericia coli yang dapat

menimbulkan diare, salmonella typhi dan salmonella paratyphi penyebab demam tifus.

Salmonella juga dapat menyebabkan gangguan perut, dengan gejala diare, sakit

kepala,muntah-muntah, dan demam.(sumoprastowo,2004).

Usaha mengngurangi jumlah mikroba dilakukan dengan pencucian. Pencucian tidak

dapat membersihkan bahan dari semua mikroba karena air pencucian yang di gunakan

biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Sementara pencucian dilakukan sudah dengan

efektif menghilangkan kotoran, maka disinfektan dapat ditambahkan untuk mengendalikan

bakteri. Untuk mengatasi hal tersebut dapat ditambahkan bahan pencucinya seperti sabun cair,

klorin,kaporit, dll zat yang ditambahkkan dalam bahan pencuci tersebut diharapkan dapat

menurunkan angka kuman dalam sayuran. (muchidin, 1984). Riset menunjukan bahwa

berbagai jenis mikroba tertentu penyebab penyakit seringkali mampu menghindar dari

pembersih kimia. Bakteri ini terbilang “lihai” bersembunyi jenis mikroba seperti escherichia coli

dapat menimbulkan penyakit pada manusia dengan memproduksi toksin.gejala infeksinya

menyerupai cholera. Mengatasi kontaminan pada sayuran tidak cukup hanya mengetahui

tingkat kontaminannya tetapi perlu upaya lain misalnya mengaplikasikan sanitaizer yang

terbukti efektif menurunkan mikroba kontaminan.

Page 2: Penda Hulu An

Klorin adalah bahan kimia yang umum ditambahkan untuk pengendalian

mikroorganisme tersebut. Chlorin antara lain telah digunakan dalam larutan pencuci buah dan

sayuran. Klorin efektif jika larutan dijaga pada pH netral. Perlakukan klorin dengan konsentrasi

100-150 ppm dapat membantu mengendalikan pathogen seperti escherichia coli. Dalam air

dengan jumlah yang cukup akan merusak sebagian besar kuman penyebab penyakit tanpa

membahayakan manusia. Namun demikian saat organisme telah rusak, klorin juga akan habis.

Jika klorin yang ditambahkan cukup, setelah semua organisme rusak akan terdapat sisa klorin

bebas. Klorin bebas akan tetap berada dalam air sampai hilang di dunia luar atau terpakai

untuk membunuh kontaminasi baru. (Muchidin, 1984).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis desinfektan dan

jenis desinfektan dan jenis sayuran terhadap total bakteri, sisa chlor dan pertumbuhan

Escherchia coli. Hasil penelitian diharapan dapat memberikan informasi mengenai jenis

desinfektan yang efektif membunuh kuman dan mempunyai kadar sisa chlor yang sedikit. Dan

mengetahui beberapa zat yang aman digunakan sebagai bahan pencuci makanan mentah.