penda hulu an

81
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Rukmana (1997), tanaman kacang hijanu termasuk tanaman yang multiguna, yakni sebagai bahan pangan, pakan ternak dan pupuk hijau. Untuk kebutuhan makanan sehari-hari kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur, sayur (tauge) dan kue-kue. Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ketahun, sementara peningkatan laju luas areal tanamannya masih dibawah jagung, kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau biasa dikonsumsi dalam bentuk olahan makanan seperti bubur kacang, selai kacang, kue kering,

Upload: andri-apriyanto-ix

Post on 12-Aug-2015

95 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penda Hulu An

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman yang

berpotensi tinggi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan terhadap

kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut

Rukmana (1997), tanaman kacang hijanu termasuk tanaman yang multiguna,

yakni sebagai bahan pangan, pakan ternak dan pupuk hijau. Untuk kebutuhan

makanan sehari-hari kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur, sayur (tauge) dan

kue-kue.

Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang

cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai

dan kacang tanah. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung

meningkat dari tahun ketahun, sementara peningkatan laju luas areal tanamannya

masih dibawah jagung, kedelai dan kacang tanah.

Kacang hijau biasa dikonsumsi dalam bentuk olahan makanan seperti bubur

kacang, selai kacang, kue kering, dan masih banyak lagi, adapun kandungan gizi

yang terdapat dalam 100 gram biji kacang hijau, dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 2: Penda Hulu An

2

Tabel 1. Kandungan Gizi Kacang Hijau (dalam 100 garam bahan)

No.

Jenis Gizi Kandungan

1. Kalori 345,00 kalori

2. Protein 22,20 g

3. Lemak 1,20 g

4. Karbohidrat 62,90 g

5. Kalisium 125,00 mg

6. Fosfor 320,00 mg

7. Besi 6,70 mg

8. Vitamin A 157,00 S1

9. Vitamin B1 0,64 mg

10. Vitamin C 6,00 mg

11. Air 10,00 g

12. Bagian yang dapat dimakan 100,00%

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1981.

Kacang hijau memiliki kandungan karbonhidrat, protein dan serat yang

lebih baik. Komponen karbonhidrat merupakan bagian terbesar yang terdapat

pada kacang hijau yaitu sebesar 62-63%. Karbonhidrat yang terdapat pada kacang

hijau terdiri dari pati, gula sederhana dan serat (Khalil, 2006). Kandungan pati

pada kacang hijau adalah 28,8% dan ameliopektin 71,2%. Gula yang terdapat di

dalamnya terdiri dari sukrosa, fruktosa, glukosa, rafinosa, stakiosa dan verbaskosa

(Kay, 1979).

Komponen terbesar kedua yang terdapat pada kacang hijau adalah protein.

Kacang hijau merupakan sumber protein dan memiliki kualitas protein yang baik

seperti jenis kacang-kacangan pada umumnya, meskipun kandungan lemaknya

rendah. Komposisi kimia kacang hijau bervariasi tergantung macam tanaman,

Page 3: Penda Hulu An

3

keadaan cuaca dan cara bercocok tanam. Secara umum, komposisi zat gizi kacang

hijau mentah dapat dilihat pada tabel 1 di atas.

Seperti protein kacang-kacangan pada umumnya, protein kacang hijau

hanya sedikit mengandung asam amino belerang (metionindansistin). Kekurangan

ini dapat dipengaruhi dengan menambahkan protein dari biji-bijian, sehingga

susunan asam amino menjadi seimbang. Menurut Sundari et., al. (2004), beberapa

fungsi asam amino esensial bagi tubuh diantaranya adalah memiliki peranan

penting bagi pertumbuhan fisik dan mental (histidin, isoleusin dan leusin),

merangsang pembentukan neurotransmitter berupa serotonin dan melatonin

(triptofan), membantu proses pembentukan otot pada tubuh (valin), membantu

proses pada pemeliharaan sistem syaraf serta membantu proses produksi enzim

tirosin yang penting bagi pertumbuhan (fenilalanin). Kandungan asam amino

kacang hijau disajikan pada tabel 2 berikut ini :

Page 4: Penda Hulu An

4

Tabel 2. Kandungan asam amino kacang hijau (per 100% protein)

Komponen Jumlah (%)

Alanin 4,15

Arginin 4,44

Asam aspartat 11,10

Asam glutamat 15,00

Glisin 4,30

Histidin 4,05

Isoleusin* 6,75

Leusin* 11,90

Lisin* 7,92

Metionin* 0,84

Fenilalanin* 5,07

Prolin 4,52

Serin 4,33

Treonin* 4,50

Triptofan* 1,35

Tirosin 2,81

Valin* 7,23

Sumber : Marzuki dan Suprapto 2005

Ket : *asam amino esensial.

Lisin merupakan asam amino esensial yang memiliki banyak fungsi bagi

tubuh. Lisin merupakan prekusor untuk biosintesiskarnitin yang merangsang

proses β-oksidasi asam lemak rantai panjang yang terjadi di mitokondria. Adanya

lisin dapat mengakibatkan kadar lemak dan kolesterol pada tubuh menjadi rendah.

Metionin adalah asam amino yang memiliki komponen belerang. Treonin

berperan pada proses pembentukan kolagen dan elastin, membantu fungsi hati dan

menjaga keseimbangan protein pada tubuh. Sedangkan asam amino esensial yang

Page 5: Penda Hulu An

5

diperlukan tubuh untuk pembentukan cairan seminal dan memperkuat sistem

imun (sundari et al., 2004).

Dalam beberapa hal, kacang hijau mempunyai kelebihan dibandingkan

dengan kacang-kacangan lain, yaitu kandungan zat anti tripsin yang sangat

rendah, paling mudah dicerna dan paling kecil memberikan pengaruh flatulensi.

Flatulensi terutama disebabkan oleh adanya oligosakarida yang terdapat dalam biji

kacang-kacangan, seperti rafinosa, stakhiosa dan verbakosa (Payumo, 1978).

Perbandingan kandungan gizi kacang hijau dengan kacang kedela dan kacang

tanah dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Kandungan gizi kacang hijau, kedelai dan kacang tanah dalam 100g.

UraianKandungan Gizi

Kacang Hijau Kedelai Kacang tanah

Kalori (kal) 345,00 286,00 452,0

Protein (g) 22,00 30,20 25,30

Lemak (g) 1,20 15,60 42,80

Karbonhidrat (g) 62,90 30,10 21,10

Kalsium (mg) 125,00 196,00 58,00

Fosfor (mg) 320,00 506,00 335,00

Zat Besi (mg) 6,70 6,90 1,30

Vitamin A (SI) 157,00 95,00 -

Vitamin B1 (mg) 0,64 0,93 0,30

Citamin C (mg) 6,00 - 3,00

Air (g) 10,00 20,00 4,00

Sumber : Purwono dan Hartono 2008.

Pemanfaatan kacang hijau sebagai bahan pangan telah banyak dilakukkan.

Pengolahan yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara perebusan dengan

Page 6: Penda Hulu An

6

menambahkan gula dan bumbu-bumbu, sehingga terbentuk bubur. Cara lain

adalah dengan dikecambahkan, kemudian digunakan sebagai sayuran yang disebut

tauge, atau diambil patinya untuk dijadikan tepung hunkue. Kacang hijau juga

dapat digunakan sebagai bahan pengisian kue, keripik dan sebagainya.

Menurut data hasil produksi dan kebutuhan tanaman kacang hijau terhadap

pasar adalah setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari

setiap tahunnya. Disebabkan oleh salah satunya adalah bertambahnya jumlah

penduduk di Indonesia dan kebutuhan tingkat gizi masyarakat yang semaking

meningkat, di lihat dari segi berkembangnya pola pikir dan paragdigma

masyarakat, akan tetapi dengan peningktan jumlah penduduk, dan tingkat

kebutuhan gizi tidak di imbangi dengan laju pertumbuhan produksi kacang hijau,

malahan setiap tahunnya indonesia mengalami penurunan, penurunan paling

rendah yaitu pada tahun 2008 yang sekitar 295.234 ton, sedangkan kebutuhan

pada tahun yang sama adalah 355.076 ton maka melihat kenyataan tersebut negara

Indonesia mengalami defisit 60.193 ton seperti yang tercantum dalam tabel 4 di

bawah.

Penurunan produksi ini salah satunya disebabkan oleh menyempitnya

jumlah lahan yang di akibatkan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi

sehingga banyak lahan-lahan pertanian di sulap menjadi gedung-gedung dan

perumahan yang cukup mewah. Dan selain itu juga petani dalam menanam

tanaman kacang hijau tidak sebagai tanaman utama akan tetapi sebagai tanaman

seling atau tanaman sisi sehingga hasil dan produktifiyasnya rendah daripada

tanaman kacang hijau yang ditanam secara khusus atau ditanaman sebagai

tanaman utamanya.

Page 7: Penda Hulu An

7

Tabel 4. Produksi dan Kebutuhan Kacang Hijau 5 Tahun Terakhir Indonesia 2004-2008

Tahun Kebutuhan (Ton) Produksi (Ton) Surplus /Defisit (Ton)

2004 337.653 310.412 (27.241)

2005 343.228 320.963 (22.265)

2006 346.157 316.134 (29.996)

2007 352.915 322.487 (30.745)

2008 355.427 295.234 (60.193)

Rerata 347.076 312.988 (34.088)

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009

Selain itu juga rendahnya produktifitas kacang hijau disebabkan antara lain

tidak digunakannya varietas unggul, sulitnya mendapatkan benih kacang hijau

untuk dibudidayakan, pemupukan tidak sesuai dengan rekomendasi atau bahkan

tidak menggunakan pupuk sama sekali dan cara bercocoktanam kacang hijau yang

masih bersifat tradisional. Selain itu juga disebabkan tingkat kesuburan tanah

yang rendah yang semakin rendah disebabkan petani sering sekali menggunakan

pupuk anorganik yang residunya dapat menurunkan kadar hara yang terkandung

di dalam tanah. Tanah yang kurang subur ini diasanya ditandai beberapa ciri

yaitu : pH rendah (kemasaman tinggi), kandungan unsur hara N, P, K, Ca dan Mg

rendah, kandungan Al dan Fe yang tinggi dan daya pegang air rendah sehingga

menyebabkan jumlah air yang tersedia bagi tanaman berkurang. Dengan kualitas

tanah yang seperti ini petani memaksakan untuk menanan tanaman misalnya

tanaman kacang hijau, maka tanaman kacang hijau tersebut akan mengalami

penurunan produktifitas dan daya pertumbuhannya pun akan rendah dan ada

beberapa tanaman yang karena lingkungan tempat tumbuhnya tidak sesuai

mengakibatkan kematian pada tanaman tersebut (Kartasapoetra dan Sutedjo,

2002).

Page 8: Penda Hulu An

8

Salah satu cara untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan

produktifitas lahan adalah dengan melakukan pemupukan. Salah satunya

penggunaan pupuk organik perlu dilakukan untuk memulihkan kondisi tanah,

meningkatkan aktifitas mikroorganisme, selain itu juga meningkatkan

produktifitas lahan dan kesehatan bagi manusianya (Darma Susetya, 2011). Dan

untuk mendapatkan efesiensi pemupukan yang optimal, pemupukan harus

diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman dan disesuaikan

dengan jenih tanah (Setyamidjaja, 1986).

Menurut Darma Susetya (2011) dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat

dua kelompok besar pupuk. (1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa inggris:

manure) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan (bahasa inggris: fertilizer). Pupuk

organik mencangkup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau

organ hewan pada tumbuhan, sedangkan pupuk kimia buat melalui proses

pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih

“murni” daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat

dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya

keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu

pengikatan air secara intensif. Namaun masyarakat pada umumnya hanya

menginginkan bagaimana tanaman yang ia tanam itu tumbuh dengan subur dan

dengan melukan proses budidaya dan pemupukan yang tidak terlalu rumit, maka

ambilah alternatif untuk meningkatkan produksi dari tanaman tersebut

menggunakan pupuk kimia atau pupuk anorganik.

Dengan semakin seringnya suatu lahan dan tanaman yang dibudidayakan

selalu menggunakan pupuk kimia, maka akan mengakibatkan tanah semakin

Page 9: Penda Hulu An

9

miskin akan unsur hara sehingga tanah akan pecah-pecah kemasaman tinggi

kandungan Al dan Fe juga akan tingga yang kemudian akan meracuni tanah dan

tanaman yang di tanaman pada tanah tersebut selain itu juga ekosistem yang ada

dalam tanah tersebut akan terganggu sehingga tanah tersebut tidak dapat ditanami

oleh tanaman apapun, bahkan ada yang dapat menyebabkan pemanasan global.

Hasil penelitian Pinem (2002) menunjukan pemberian pupuk trace Nutrient

Fertilizer (TNF) 2,25 ml/liter, memberikan pertumbuhan tertinggi terhadap tinggi

tanaman, total luas daun, bobot kering akar, bobot kering pupus dan jumlah

polong berisi pada tanaman dan kacang hijau. Hasil penelitian Mitratani Maju

Gemilang yang bekerja sama dengan SMKN 1 Kedaung, Sragen, dengan

penyemprotan Plant Catalyst 2006 konsentrasi 0,25% sebanyak lima kali,

produksi kedelai meningkat dari 803 kg/ha menjadi 2.426 kg/ha (PT. Citra Insan

Cemerlang,2002).

Pupuk organik buatan banyak beredar, pada dasarnya semua sama, yaitu

berasal dari bahan organik. Salah satu pupuk organik buatan tersebut adalah

Saponite. Pupuk Saponite merupakan pupuk organik yang mengandung nutrisi

dan mineral yang sesuai kebutuhan tanaman. Saponite tidak menimbulkan residu

atau zat kimia dalam tanah, apabila diaplikasikan dalam tanah mampu

mengaktifkan mikroorganisme dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan

subur. Penggunaan pupuk Saponite dapat diterapkan pada semua jenis tanaman.

Pemakaian pupuk Saponite ini dapat dilakukan dengan cara penaburan atau

penyemprotan pada tanaman karena sifatnya muda larut dalam air dan tidak

menimbulkan bau (PT. Dahlia Duta Utama, 2005). Oleh karena itu, dengan

menggunakan pupuk Saponite ini diharapkan dapat memperbaiki struktur tanah

Page 10: Penda Hulu An

10

sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta memiliki hasil

yang terbaik dari sebelumnya.

Hasil Uji coba Saponite pada tanaman kelapa sawit (PTPN XIV, PKS Unit

Keera Siswa, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan) menunjukan bahwa

tanaman kelapa sawit sangat respon terhadap perlakuan pemupukan dengan

Saponite, pada bulan pertama kedua aplikasi tanaman menunjukan perubahan

yang positif. Selain itu, pemupukan Saponite dapat meningkatkan sex rasio pada

tanaman (PT. Dahlia Duta Utama, 2005).

Pupuk Saponite berbentuk tepung (powder) warna putih yang memiliki

manfaat merangsang pertumbuhan tanaman, mempercepat pembungaan dan

pembuahan, mampu meningkatkan produksi panen kurang lebih 50%

dibandingkan dengan pemakaian pupuk tunggal, mengaktifkan mikroba dalam

tanah dan mengembalikan kesuburan tanah, mengandung unsur hara makro dan

mikro yang sesuai kebutuhan tanaman, m,emulihkan jaringan/sel tanaman yang

rusak, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit serta

mudah larut (PT. Dahlia Duta Utama, 2005).

I.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian dari Esrita ini memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Mengetahui bagaimana respons tanaman kacang hijau terhadap pupuk

organik lengkap Saponite.

b. Mengetahui pada dosis berapakah pemberian pupuk organik lengkap

Saponoite yang memberikan hasil yang terbaik.

Page 11: Penda Hulu An

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek

(kurang lebih 60 hari). Menurut Gembong (2004), tanaman ini disebut juga

mungbean, green gram atau golden gram. Tanaman kacang hijau termasuk suku

(family) leguminosae yang banyak varietasnya. Kedudukan tanaman kacang hijau

dalam taksonomi tumbuhan, menurut Purwono (2005) diklasifikasika sebgai

berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbij tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeoing dua)

Ordo : Rosales

Famili : Leguminosae (Papilonaceae)

Genus : Vigna

Spesies :Vigna radiata L (Wilczek) dan Phaseolus radiatus L

(Roxb)

Menurut Rukmana (1997) kerabat dekat kacang hijau adalah kacang hijau

india (P.mungo), kratok (P. lunatus L.), kacang merah (P. vulgaris L.), kacang

kapri (Pisum sativum L.), dan lain-lain. Di Indonesia, koleksi plasma nutfah

kacang hijau diperkirakan lebih dari 2.000 varietas, tetapi varietas unggul yang

sudah dilepas masih sedikit.

Page 12: Penda Hulu An

12

2.2 Morfologi Kacang Hijau

Menurut Soeprapto (1993), susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang

hijau terdiri atas batang, daun, bunga, buah/polong, biji, dan akar.

1. Batang

Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau

kecoklat-coklatan atau kemerah-merahan. Tanaman kacang hijau berbatang tegak

dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya.

Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna

batang dan cabangnya ada yang hijau ada yang ungu.

2. Daun

Daun kacang hijau berbentuk trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan

letaknya berseling. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan

berwarna hijau muda hingga hijau tua. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih

panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hiaju tua.

3. Bunga

Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaphrodite), berbentuk kupu-

kupu dan berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta

batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari

hingga pada pagi hari bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu. Bunga

kacang hijau akan muncul dipercabangan pada umur 30 hari (Hartono, 2008).

Page 13: Penda Hulu An

13

4. Buah

Buah kacang hijau berpolong, polong kacang hijau berebntuk silindris

dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda

polong berwarna hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap

polong berisi 10-15 biji.

5. Biji

Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna

bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna

kuning, cokelat dan hitam. Menurut Rahmat Rukmana (1997), bobot (berat)

kacang hijau tiap butirnya adalah 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1.000 butirnya

antara 36 g – 78 g.

6. Akar

Sistem perakaran yang dimiliki tanaman kacang hijau dapat dikelompokan

menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes, mesophytes mempunyai banyak

cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar.

Sementara xerophytes mempunyai akar cabang lebih sedikit dan memanjang

kearah bawah (Martono, 2004).

Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada

perkecambahan selanjutnya akan tumbuh akar sekunder dan akar rambut yang

berfungsi menyerap unsur hara dan air karena tanaman mulai berfotosintesis.

Perakaran kacang hijau membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Makin banyak

nodula akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N) sehingga dapat menyuburkan

tanah.

Page 14: Penda Hulu An

14

2.3 Syarat Tumbuh

Dalam membudidayakan tanaman, agar tanaman tersebut dapat tumbuh

dengan baik kita harus mengetahui terlebih dahulu syarat tumbuh tanaman yang

akan dibudidayakan. Menurut Rahmat Rukmana (1997), syarat tumbuh kacang

hijau meliputi keadaan iklim dan keadaan tanah.

1. Keadaan Iklim

Tanaman kacang hijau dapat beradaptasi luas di berbagai daerah yang

beriklim panas (tropik). Di Indonesia, kacang hijau dapat tumbuh dan berproduksi

dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut

(dpl). Di daerah berketinggian 750 m dpl, kacang hijau masih tumbuh baik, tetapi

hasilnya cenderung turun (rendah).

Daerah sentra produsen kacang hijau Indonesia terdapat di Pasuruan,

Probolinggo, Bondowoso, Madura, Mojosari, Jombang, (Jawa Timur),

Pekalongan, Banyumas, Jepara (Jawa Tengah), Cirebon, Subang, dan Banten

(Jawa Barat). Berdasarkan indikator di daerah sentra produsen tersebut, keadaan

iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 25°C -

27°C dengan kelembapan udara 50% - 80%, curah huja antara 50 mm – 200 mm

per bulan, dan cukup mendapatkan sinar matahari (tempat terbuka).

Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman

ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya

rendah. Di daerah yang bercurah hujan tinggi, pertanaman kacang hijau

mengalami banyak hambatan atau gangguan. Misalnya mudah rebah dan mudah

Page 15: Penda Hulu An

15

terserang penyakit. Produksi kacang hijau pada musim hujan umumnya lebih

rendah daripada produksi musim kemarau.

2. Keadaan Tanah

Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk budidaya tanaman kacang

hijau. Jenis tanah yag dikehendaki tanaman kacang hijau adalah liat berlempung

atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik, seperti tanah

Podsolik Merah Kuning (PMK) dan latosol.

Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi kebun kacang hijau

adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organic (humus),

aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 – 6,5. Untuk tanah

yang ber-pH kurang dari 5,8 perlu dilakukan pengapuran. Fungsi pengapuran

adalah untuk meningkatkan mineralisasi nitrogen organik dalam sisa-sia tanaman,

membebaskan nitrogen sebagai ion ammonium dan nitrat agar tersedia bagi

tanaman, membantu memperbaiki kegemburan, serta meningkatkan pH mendekati

netral (Rahmat Rukmana, 1997).

Takaran kapur yang dianjurkan amat bervariasi, tergantung pada pH tanah.

kebutuhan kapur pada tanah podsolik merah kuning dan latosol dapat dilihat pada

Tabel 5.

Hasil penelitian Puslitbang Tanaman Pangan menunjukkan bahwa

pemberian kapur 3 ton/hektar pada tanah podsolik merah kuning dapat

meningkatkan hasil kacang hijau varietas Bhakti dari 0,69 ton/hektar menjadi 1,42

ton/hektar. Hasil penelitian lain membuktikan bahwa kapur 3 ton/hektar dapat

Page 16: Penda Hulu An

16

meningkatkan hasil kacang hijau dari 0,75 – 0,93 ton/hektar menjadi 1,26 – 1,28

ton/hektar.

Tabel 5. Kebutuhan Kapur untuk Menaikkan pH Lapisan Olah Sedalam 18 cm pada Tanah Podsolik Merah Kuning dan Latosol

Tekstur Tanah

Banyaknya bahan kapur (ton/ha)

untuk menaikkan pH dari:

3,4 ke 4,5 4,5 ke 5,5 5,5 ke 6,5

Pasir dan lempung berpasir 0,6 0,6 0,9

Pasir berlempung - 1,1 1,5

Lempung - 1,7 2,2

Lempung berdebu - 2,6 3.2

Lempung berliat - 3,4 4,3

Sumber : Soediyanto, dkk (1979) dalam Rahmat Rukmana (1997).

2.4 Pupuk Organik

Para ahli lingkungan khawatir terhadap pemakaian pupuk mineral yang

berasal dari pabrik karena akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya

berpengaruh juga terhadap kesehatan tanaman dan manusia. Hal ini terjadi karena

bahan makanan kita adalah hewan yang mengkonsumsi tanaman atau berupa

tanaman yang mengambil hara dari tanah. Pencernaan air tanah juga disebabkan

oleh pemupukan yang berlebihan (Afandi R. danNasig Widya Y., 2002).

Berdasarkan hal tersebut, makin berkembang alasan untuk mengurangi

penggunaan pupuk mineral dan agar pembuatan pabrik-pabrik pupuk di dunia

dikurangi atau dihentikan sama sekali agar manusia terhindar dari petaka polusi.

Upaya membudidayakan tanaman dengan pertanian organik merupakan usaha

untuk mendapatkan bahan makanan tanpa penggunaan pupuk anorganik. Dengan

sistem ini diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada masukan dari luar sehingga

Page 17: Penda Hulu An

17

kehidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup yang tertutup (Afandi R. danNasig

Widya Y., 2002).

Menurut Afandie R. Dan Nasih Widya Y. (2002) banyak sifat baik pupuk

organik terhadap kesuburan tanah antara lain sebagai berikut :

a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman

yang lengkap (N, P, K, Cs, Mg, S serta hara mikro) dalam jumlah tidak

tentu dan relatif kecil.

b. Bahan organik dapat mempebaiki struktur tanah, menyebabkan tanah

menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.

c. Bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat.

d. Bahan organik meningkatkan daya menahan air (water holding capacity),

sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak.

Kelangsaan air tanah lebih terjaga.

e. Bahan organik membuat permeabilitas tanah menjadi baik. Menurunkan

permeabelitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran) dan meningkatkan

permeabelitasan pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan).

f. Bahan organik meningkatkan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation) sehingga

kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Akibatnya jika tanah

yang dipupuk dengan bahan organik dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak

mudah tercuci.

g. Bahan organik memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan tingkat

tinggi maupun tingkat rendah) menjadi lebih baik karena ketersediaan

makan lebih terjamin.

Page 18: Penda Hulu An

18

h. Bahan organik dapat meningkatkan daya sangga (buffering capasity)

terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah.

i. Bahan organik mengandung mikribia dalam jumlah cukup yang berperanan

dalam proses dekomposisi bahan organik.

Sedangkan sifat yang kurang baik dari bahan organik terhadap tanah antara

lain sebagai berikut.

a. Bahan organik mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah. Kompos

yang belum matang (C/N Tinggi) dianggap merugikan karena bila diberikan

langsung ke dalam tanah. Sebab, bahan organik tersebut akan diserang oleh

mikroba (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh energi. Dengan

demikian, populasi mikrobia yang tinggi memerlukan juga harah tanaman

untuk tumbuh dan berkembangbiak. Hara yang seharusnya digunakan oleh

tanaman digunakan oleh mikrobia. Dengan kata lain, mikrobia bersaing

dengan tanaman untuk memperebutkan hara yang ada. Hara menjadi tidak

tersedia unvailable) karena berubah dari senyawa anorganik menjadi

senyawa organik jaringan mikrobia yang disebut immobilisasi hara.

Terjadinya immobilisasi hara tanaman sering menimbulkan adanya gejala

defisiensi. Makin banyak bahan organik mentah diberikan ke dalam tanah,

makin tinggi populasi mikrobia yang menyerang sehingga makin banyak

hara yang mengalami immobilisasi. Walaupun demikian, bila mikrobia mati

akan mengalami dekomposisi hara yang immobil dan berubah menjadi

tersedia lagi. Jadi, immobilisasi merupakan pengikatan hara tersedia

menjadi tidak tersedia dalam jangka waktu yang relatif tidak terlalu lama.

Page 19: Penda Hulu An

19

b. Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering

mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk

terhadap tanaman, hewan dan manusia.

1. Pengertian Pupuk

Dalam arti luas yang dimaksud dengan pupuk ialah suatu bahan yang

digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi

lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah

suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman.

2. Pengertian Secara Lain

Pupuk adalah material tambahan pada media tanam atau tanaman untuk

mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu

berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun

non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk

mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara

suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.

Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material

suplemen.

Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tambahan tersebut,

agar tumbuhan tidak mendapatkan terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit

atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat

diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun.

2.4.1 Kategori Pupuk

Page 20: Penda Hulu An

20

Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara

penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya

berdasarkan asalnya dibedakan :

1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan

alam tanpa proses yang berarti. Misalnya : pupuk kompos, guano, pupuk

hijau dan pupuk buatan P.

2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik, misalnya : TSP, urea,

rustikadan nitrophoska dan/atau kimia.

Berdasarkan senyawanya dibedakan :

1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan

pupuk alam tergolong pupuk organik (pupuk kandang, kompos, guano).

Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat,

umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2].

2. Pupuk anorganik atau minerall merupakan pupuk dari senyawa anorganik.

Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.

Berdasakan fasa-nya dibedakan :

1. Pupuk padat. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam

mulai yang mudah larut air sampai sukar larut.

2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu

dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan kedaun. Karena mengandung

banyak hara, baik mikro maupun makro, harganya relatif mahal. Pupuk

amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N nya sangat tinggi sekitar

83% penggunaannya dapat lewat tanah (injeksi).

Page 21: Penda Hulu An

21

Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan :

1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukannya dilarutkan dalam air dan

disemprotkan pada permukaan daun.

2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah

disekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.

Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan :

1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologisnya masam artinya bila pupuk

tersenut diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih

masam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya Za dan urea.

2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologisnya basa ialah pupuk yang bila

diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik,

misalnya : pupuk chili salpeter, calnitro, kalsium sianida.

Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan :

1. Pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara tanaman saja. Misalnya :

urea hanya mengandung N, TSP hanya dipentingkan P sdaja (Sebetulnya

mengandung Ca).

2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara

tanaman. Contohnya : NPK, amophoska, nitriphoska dan rustika.

Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan :

1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja : NPK,

Nitrophoska, Gandasil.

Page 22: Penda Hulu An

22

2. Pupuk mkro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja

misalnya : mikrovet, mikroplet, metalik.

3. Campuran mako dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika,

sering juga ke dalam pupuk campuran makro dan mikro ditambahkan juga

zat pengatur tumbuh (hormon tumbuh).

2.4.2 Macam-macam Pupuk Organik

1. Pupuk hijau

Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan

ke dalam tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari famili

leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah).

Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap

haranya lebih besar dan mempunyai akar yang membantu mengiklat nitrogen dari

udara.

Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain :

a. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air.

b. Mencegah adanya erosi.

c. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah

dan gulma jika ditanam pada waktu tanah bero.

d. Sangat bernanfaat pada daerah-daerah yuang sulit dijangkau untuk suplai

pupuk anorganik.

Page 23: Penda Hulu An

23

Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu : Tanaman hijau dapat

sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan san air pada pola tanam yang

menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang penyakit dapat

menimbulkan persaingan dengan tanaman pokok dalam hal tempa, air dan hara

pada pertanaman tumpang sari.

2. Kompos

Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami

pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi dan lain-lain termasuk kotoran

hewan. Sebenernya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebagai pupuk

kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifikasi mengenai kompos.

Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah atau sampah domestik

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat diperbaharui yang

tidak tercampur logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat menanggulangi

adanya timbunan sampah yang menggunung serta menguranhi polusi pencemaran

di perkotaan.

3. Pupuk Kandang

Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai

pupuk karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap

tanaman. Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian

dan peternakan yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian.

Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk

organik lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu pupuk kandang merupakan

humus banyak mengandung unsur-unsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah.

Page 24: Penda Hulu An

24

Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan

banyak mengandung oksigen. 

Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi

pertanian. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara

akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh buluh akar. Sumber hara makro dan

mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa

disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain. Pupuk

kandang banyak mengandung mikroorganisme yang dapat membanru pembetukan

humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi

tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat

diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat

digantikan oleh pupuk lain.

4. Pupuk Seresah

Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen

tanaman yang sudah tidak terpakai. Misal jerami kering, bonggol jerami, rumput

tebasan, tongkol jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk

penutup tanah karena pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan

pada permukaan tanah di sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini

diantaranya :

Dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan

pengairan

Page 25: Penda Hulu An

25

Mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut

dan terbawa air

Menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan

Menjaga tekstur tanah tetap remah

Menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan

Memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan

tanah dan sumber humus.

5. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti

pupuk anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman

karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu

banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat

berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu

dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai

pupuk cair.

Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti

pupuk anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman

karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu

banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat

berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu

dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai

pupuk cair.

2.4.3 Pupuk Anorganik

Page 26: Penda Hulu An

26

Secara umum ada dua jenis pupuk anorganik yang tersedia di pasaran :

1. Pupuk Tunggal : Pupuk yang Dibuat dari satu unsur secara domain.

Contoh : Urea yang mengandung N, TSP atau SP-36 dengan P dan KCl

dengan K yang domainan.

2. Pupuk Majemuk : Pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur.

Contoh : Pupuk DAP dan Amofos yang terbuat dari N dan P. Pupuk

majemuk juga bisa tersusun dari 3 unsur. Sebut juga restika yellow dan

mutiara. Kedua pupuk ini dilengkapi dengan kandungan N, P dan K.

Produsen pupuk biasanya juga menambahkan unsur-unsur mikro seperti Fe,

B, Mo, Mn dan Cu.

2.4.4 Unsur Yang Diperlukan Oleh Tumbuhan

1. Unsur Makro

Unsur hara makro berisi hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah

banyak. Namun, tidak berarti jumlah yang diberikan tak terbatas. Ada ambang

tertentu yang ditoleransi tanaman. Meebihi batas itu, tanaman mengalami

keracunan yang bisa berlanjut hingga mati.

2. Macam-macam Unsur Makro

a. Nitrogen (N)

Dibutuhkan untuk menyusun 1-4 % bahan kering (bagian keras) tanaman,

seperti batang, kulit, dan biji.

Diambil dari tanah dalam bentuk nitrat (NO3-) atau amonium (NH4+).

Page 27: Penda Hulu An

27

Berguna dalam pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman; sebagai

penyusun protein, bahan sintetis klorofil, dan juga ikut berperandalam

sebagian proses pertumbuhan dan pembentukan produksi tanaman, seperti

buah, daun, dan umbi.

Gejala kekurangan : tanaman yang kekurangan nitrogen dikenali dari daun

bagian bawah, daun itu menguningkarena kekurangan klorofil, mengering

dan rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan daun mudah tampak pucat.

Pertumbuhan tanaman lambat, kerdil dan lemah. Produksi bunga dan biji

rendah.

Gejala kelebihan : Warna daun terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun.

Proses pembuahan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sukulen karena

mengandung banyak air. Hal ini menyebabkan rentan serangan cendawan

dan penyakit, dan mudah roboh. Produksi bunga menurun.

b. Fosfor (P)

Fosfor merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP,

RNA, dan DNA. ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA

dan DNA menentukan sifat genetik tanaman. Unsur P juga berperan pada

pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Dengan membaiknya struktur

perakaran sehingga daya serap nutrisi pun lebih baik. Berfungsi juga dalam

proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman, untuk pembelahan sel.

Page 28: Penda Hulu An

28

Bila kekurangan daun tua cenderung kelabu. Tepi daun coklat, tulang daun

muda berwarna hijau gelap, hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil,

akhirnya rontok, fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.

Bila kelebihan penyerapan unsur seperti besi (Fe), tembaga (Cu), dan seng

(Zn) terganggu. Tetapi gejalanya tidak terlihat secara fisik pada tanaman.

c. Kalium (K)

Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti

fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka

menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan sel,

Gejala kekurangn daun menjadi kecil, memutih, kekuningan, atau

kemerahan. Bagian pingggir daun berwarna kuning atau kemerahan,

menjadi coklat, terbakar, dan akhirnya mati.

Gejala kelebihan menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu.

Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tanaman mengalami defisiensi.

d. Magnesium (Mg)

Berperan dalam transportasi energi beberapa enzim didalam tanaman. Unsur

ini sangat dominan di daun, terutama untuk ketersediaan klorofil. Unsur ini

juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai

proses sintesis protein.

Page 29: Penda Hulu An

29

Gejala kekurangn muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal

ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan

akhirnya mudah terserang penyakit, terutama embun tepung (powdery

mildew)

Bila kelebihan tidak menimbulkan gejala yang ekstrim

e. Kalsium (Ca)

Berperan dalam pertumbuhan sel, menguatkan dan mengatur daya tembus,

serta merawat dinding sel.

Gejala kekurangan yaitu titik tumbuh lemah, terjadi perubahan bentuk daun,

mengeriting, kecil, dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman

tinggi tetapi tidak kekar, karena efek langsung pada titik tumbuh, juga

menyebabkan produksi bunga terhambat, bunga gugur.

Gejala kekurangan tidak berefek banyak, hanya mempengaruhi pH tanah

f. Sulfur (S)

Berperan untuk pertumbuhan tanaman, menyusun protein dan membentuk

klorofil

Bila kekurangan pertumbuhan kerdil, kurus, meninggi, daun menguning

termasuk daun yang baru muncul, terlambat dalam proses pematangan

Page 30: Penda Hulu An

30

3. Macam-macam Unsur Mikro

a. Boron (B)

Boron berkaitan erat dengan proses pembentukan, pembelahan, dan

diferensiasi, dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya

dalam sintesis RNA, bahan dasar pembentukan sel.

Bila kekurangan daun lebih gelap dibanding daun normal, tebal, dan

mengkerut.

Bila kelebihan daun kuning dan mengalami nekrosis

b. Tembaga (Cu)

Berperan sebagai aktivator dan membawa beberapa enzim, membantu

kelancaran proses fotosintesis , pembentukan klorofil, dan berperan dalam

fungsi produksi.

Bila kekurangan daun berwarna hijau kebiruan, tunas daun menguncup dan

tumbuh kecil, pertumbuhan bunga terhambat

Bila kelebihan tanaman tumbuh kerdil, percabangan terbatas, pembentukan

akar terhambat, akar menebal dan berwarna gelap.

c. Seng (Zn)

Berperan dalam aktivator enzim, pembentukan klorofil dan membantu

proses fotosintesis.

Page 31: Penda Hulu An

31

Kekurangan pertumbuhan lambat, jarak antar buku pendek, daun kerdil,

mengkerut, atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan.

Bakal buah menguning terbuka, dan akhirnya gugur. Buahpun akan lebih

lemas dan sehingga buah yang seharusnya lurus membengkok.

Kelebihan unsur seng tidak menunjukkan dampak nyata.

d. Besi (Fe)

Berperan dalam proses pembentukan protein, sebagai katalisator

pembentuka klorofil, pembawa elektron pada proses fotosintesis dan

respirasi. Aktivator beberapa enzim.

Gejala kekurangan klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Daun muda

tampak putih, akar rusak.

Bila kelebihan menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya

bintik-bintik hitam pada daun.

e. Molibdenum (Mo)

berperan sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim,

berperan juga dalam fiksasi nitrogen.

Kekurangan ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua, kemudian

menjalar ke daun muda.

Bila kelebihan tidak menunjukkan gejala yang nyata pada adenium

Page 32: Penda Hulu An

32

2.4.5 Macam-macam Pupuk Organik Cair

a. Pupuk Organik Cair Yang Mengandung N, P dan K

Dalam pertumbuhannya tanaman memerlukan tiga unsur hara penting, yaitu

nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K). Peranan utama nitrogen (N) adalah untuk

merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama pada fase

vegetatif, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan

penting dalam pembentukan hijau daun (klorofil) yang sangat berguna dalam

proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai

persenyawaan organik lainnya.

Unsur fosfor (P) bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman,

berguna untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, khususnya akar

benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor juga berfungsi sebagai bahan mentah

untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan

pernapasan, mempercepat pembungaan dan pembuahan, serta mempercepat

pemasakan biji dan buah.

Sedangkan fungsi utama kalium (K) adalah membantu pembentukan

protein, karbohidrat dan gula. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh

tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Membantu pengankutan

gula dari daun ke buah atau umbi. Yang tidak bisa dilupakan adalah kalium pun

merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan

serangan penyakit.

Page 33: Penda Hulu An

33

Bahan-bahan alami yang mengandung unsur nitrogen diantaranya azolla,

kacang-kacangan, jerami atau dedaunan yang berwarna hijau, serta urin dan

kotoran hewan atau manusia. Sementara bahan alami yang mengandung unsur

fosfor dan kalium antara lain ampas tebu, batang pisang, sabut kelapa, dan abu

kayu. Berikut adalah cara pembuatan pupuk organik cair (POC) berdasarkan

kandungan unsur haranya.

b. POC dengan unsur hara N

Nitrogen menjadi sangat penting bagi tanaman pada fase vegetatif.

Kekurangan hara ini akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat.

Mula-mula daun menguning dan mengering, lalu rontok. Daun yg menguning

diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat POC berunsur hara N adalah

daun salam 1 kg, babadotan 1 kg, air kelapa 1 liter, bintil akar kacang tanah 1

kg, EM TANI100 cc, dan gula pasir 10 sendok. Daun salam, babadotan, dan bintil

akar kacang tanah ditumbuk sampai halus, lalu dimasukan ke dalam ember berisi

air kelapa yang sudah dicampur EM TANI dan gula pasir. Selanjutnya ember

ditutup rapat dan dibiarkan selama tiga minggu. Setelah itu cairan disaring dan

siap untuk digunakan.

c. POC dengan unsur hara P

Gejala yang ditunjukan tanaman akibat kekurangan unsur fosfor adalah

daun bawah berubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap merah keunguan.

Kemudian menjadi kuning keabuan dan rontok. Tepi daun, cabang, dan batang

Page 34: Penda Hulu An

34

berwarna merah keunguan. Batang kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan

buah. Jika sudah terlanjur berbuah ukurannya kecil, jelek, dan lekas matang.

Bahan yang diperlukan untuk membuat POC berunsur hara P adalah batang

pisang 1 kg, gula pasir 1 ons, dan air 1 liter. Untuk pembuatannya adalah sebagai

brikut:

Larutkan gula dengan air dalam ember dan iris-iris batang pisang.

Masuka irisan tersebut pada plasitk yang sudah dilubangi sebelumnya atau

dibungkus dengan kain kasa, lalu ikat jangan samapai irisan batang pisang

berceceran.

Masukan plastik atau kain kasa yang berisi irisan batang pisang ke dalam

ember yang berisi larutan gula.

Supaya tenggelam, platik atau kain kasa diberi pemberat.

Tutup ember rapat-rapat.

Setelah dua minggu irisan batang pisang dikeluarkan dari pembungkusnya,

kemudian diremas-remas sampai airnya habis.

Setelah disaring, larutan siap digunakan.

d. POC dengan unsur hara K

Kalium sangat penting bagi tanaman khususnya pada fase generatif,

terutama dalam pembentukan biji, supaya biji tersebut bernas (berisi). Ciri

tanaman yang kekurangan kalium adalah daun mengkerut atau keriting, timbul

bercak-bercak merah kecoklatan lalu kering dan mati. Perkembangan akar lambat.

Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, jelek, dan tidak tahan lama.

Page 35: Penda Hulu An

35

Bahan untuk pembuatan pupuk cair ini adalah sabut kelapa sekitar 5 kg dan

air 100 liter. Sabut kelapa dicacah, lalu dimasukan kedalam drum. Setelah itu,

drum diisi air dan ditutup rapat. Supaya sabut kelapa tidak berantakan, sebaiknya

dimasukan kedalam wadah (seperti irisan batang pisang), diikat dan diberi

pemberat agar tenggelam. Setelah dibiarkan selama dua minggu air akan berubah

warna menjadi coklat kehitaman. Selanjutnya air disaring dan siap untuk

digunakan.

2.4.6 Pupuk Organik Lengkap

1. Saponite

Pupuk Saponite merupakan pupuk alternatif multiguna yang mampu

mengurangi pemakaian pupuk konvisional secara signifikan dan yang lebih

penting adalah Saponite ramah lingkungan terhadap lingkungan. Pupuk Saponite

terbukti memberikan hasil panen yang maksimal dan bermutu tinggi, juga mampu

berfungsi sebagai sumber unsur hara dan sumber energi bagi mikro organisme

penguraian, sehingga tanah akan berfungsi normal kembali.

Saponite juga tidak berbahaya baik bagi tanah, hewan maupun manusia,

berbentuk tepung berwarna putih dan mudah larut dalam air. Saponite tidak

menimbulkan zat kimia dan efek negatif pada tanah, tetapi sebaliknya apabila

diaplikasikan secara kontinyu (terus menerus) dapat menjadikan tanah lebih

gembur, subur dan meningkatkan unsur hara dalam tanan.

Sdaponite merupakan pupuk yang lahir dari proses penelitian selama

pupuhan tahun dan terbukti dapat memaksimalkan hasil panen dan meningkatkan

mutu hasil panen. Bahkan penemu pupuk Saponite telah mendapatkan Piagam

Page 36: Penda Hulu An

36

Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia

atas nama Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Mei 2004.

Penelitian yang berkesinambungan dan menyeluruh telah menghasilkan satu

pupuk alternatif ungulan yang lengkap dan ramah lingkungan yang dapat menjadi

andalan para petan. Kandungan unsur hara berdasarkan hasil analisis laboratorium

BPTP Sulawesi Selatab No. 127 adalah sebagai berikut unsur hara makro dari

pupuk Saponite ini adalah Nitrogen 8,73%, P2O5 13,44%, K2O 19,54% dan

kandungan unsur hara mikronya adalah Ca 0,005%,Mg 0,012%, S 2,48 ppm, Fe

0,016%, Zn 2,52 ppm, Ni 1,82, Pb 2,91 ppm, Cu 3,64 ppm.

Keunggulan pupuk Saponite dibandingkan pupuk konvensional dapat

disimpulkan :

1. Mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap yang diperlukan oleh

tanaman.

2. Mengaktifkan kembali jaringan/sel yang telah rusak.

3. Menekan efisiensi biaya pupuk konvensional hingga 75%.

4. Merangsang pertumbuhan akar, batang dan pucuk tanaman secara intensif,

sehingga mempercepat pertumbuha tanaman.

5. Mengaktifkan mikroba dalam tanah sehingga mengembalikan kesuburan

tanah.

6. Meningkatkan hasil produksi panen hingga 50% dan meningkatkan kualitas

hasil panen

7. Meningkatkan daya tahan tanaman dari serangan hama dan penyakit.

8. Ramah terhadap lingkungan dan makhluk hidup.

Page 37: Penda Hulu An

37

Kenapa tanaman harus dipupuk? Adalah karena setiap memanen tanaman

biagian yang dipanen mengankut unsur hara dari tanah. Sebagai contoh : setiap

ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang dipanen unsur hara yang

terambil 28 kg N, 0,5 Kg P2O5, 37 kg K2O dan setiap ton panen padi 20 kg N, 5 kg

P2O5, dan 44 kg K2O. Jika setiap hektar menghasilkan 15 ton TBS selama setahun

dan 8 ton padi sekali panen bisa diperkiraan berepa besar unsur hara terangkut

dari tanah. Pemupukan merupakan upaya memperbaiki kondisi lingkungan

tanaman agar tersedia unsur hara yang cukup dan dalam kondisi mudah diserap

tanaman.

Selama masa pertumbuhan dan produksi usur hara esensial yang dibutuhkan

tanaman sebanyak 16 unsur yang apabila satu atau lebih unsur hara tersebut tidak

tersedia [ertumbuhan tanaman akan terganggu. Umumnya unsur hara dibedakan

ata unsur hara makroo merupakan unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman

dan unsur hara mikro merupakan yang dibutuhkan lengkap dan dengan cara

pemupukan yang baik maka kebutuhan hara tanaman dapat dipennuhi.

Apa penyebab pemupukan bisa berkurang efektif ? yaitu kalau sudah

menyadari pentingnya pemupukan pengusaha dan petani masih sering dihadapkan

pada persoalan tidak efektifnya pemupukan uang menimbulkan kerugian usaha

baik segi ekonomi sosial maupunlingkungan. Pemupukan bisa kurang efektif

antara lain disebabkan oleh : (1) hilang atau tercucinya pupuk karena kondisi

tanah yang kurang ideal )berpasir keasaman terlalu rendah atau tinggi lahan

gambut menipisnya kandungan bahan organik tanah pasang surut dll.) (2)

pertanaman monokultur akan terjadi penyerapan unsur hara yang agresif sehingga

menggangu keseimbangan unsur hara makro dan mikro. (3) hal yang sama juga

Page 38: Penda Hulu An

38

terjadi pada pemakaian beberapa jenis pupuk tunggal yang berbeda karena saling

mempengaruhi satu sama lain. (4) aplikasi pupuk kimia dalam jangka waktu lama

akan merusak struktur kimia danmikrobiologi tanah serta kapasitas tukar kation.

Dan (5) tidak memberi pupuk K yang cukup padahal unsur K terambil paling

banyak dari tanah karena salah satu unsur penting pembentuh buah.

Berikut ini adalah beberapa keunggulan pupuk Saponite pada berbagai

komoditi tanaman :

a. Kelapa Sawit

Pupuk organik Saponite mampu merontokkan buah jantan pada sawit dan

membuat buah betina muncul dan tumbuh pada pelepah yang sama atau pelepah

yang lain. Saponite mampu membuat tanaman sawit yang steril menjadi produktif

kembali dan meningkatkan banyaknya tandan buah pada tanaman. Penyemprotan

Saponite satu bulan atau dua minggu sebelum panen pada sawit membuat buah

sawit menjadi lebih mengkilap, rendemen lebih tinggi dan buah mencapai ukuran

maksimal.

b. Kakao

Pupuk organik Saponite mampu mencegah dan mengatasi hama pada buah

kakao seperti : penggerek batang, lumut pada batang dan penyakit pengerasan

pada buah kakao (PBK). Saponite mampu membuat buah kakao yang telah dipetik

dan terkena PBK menjadi normal kembali dengan cara direndam pada campuran

Saponite dan air selama 7-10 jam. Penyemprotan Saponite pada buah kakao satu

minggu sebelum pemetikan mencegah adanya penyakit PBK sehingga semua

buah baik yang kecil maupun yang bermasalah dapat dipergunakan.

Page 39: Penda Hulu An

39

c. Padi

Pupuk organik Saponite meningkatkan kesuburan tanah sawah sehingga

menjadi gembur dan mudah diolah pada musim tanam berikutnya. Mempercepat

pertumbuhan tanaman, meningkatkan peranakan padi, anakan produktif mencapai

35-50 anak per rumpun. Hasil panen (beras) menjadi organik, yaitu tidak

mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

d. Karet

Tanaman karet yang berhenti mengeluarkan getah dapat berproduksi Lateks

(Kadar Karet Kering) kembali, getah karet menetes deras dan kental.

Memperbaiki/memulihkan kulit batang dan bidang sadap (Brown Bast). Kulit

batang yang keras ketika disadap menjadi lunak.

Selain itu untuk tanaman-tanaman tersebut di atas Saponite juga telah

terbukti dapat meningkatkan hasil produksi. Dan masih banyak lagi manfaat yang

didapat dari pemakaian pupuk Saponite secara tepat waktu, tepat dosis dan

berkesinambungan.

2. Agrodyke

Pupuk Agrodyke adalah pupuk organik terlengkap dan serbaguna serta

ramah lingkungan yang berbentuk powder (tepung) berwarna putih dan mudah

larut dalam air. Pupuk ini merupakan merupakan hasil inovasi industri pupuk

yang memadukan fungsi biokimia dari berbagai senyawa dengan siproduksi

dengan teknologi yang memadukan modern mengandung unsur hara makro dan

mikro serta dapat digunakan pada semua jenis tanaman baik tanaman perkebunan

pangan atau kehutanan. Kandungan unsur hara makro : Nitrogen 6,14%, P2O5

15,43%, K2O 5,87% dan unsur hara mikro Ca 0,01 ppm, Mg 0,04 ppm, S 4,96

Page 40: Penda Hulu An

40

ppm, Fe 0,14%, Zn 69,72 ppm, Ni 0,02%, Co 5,76 ppm, Mn 10,00 ppm, B 16,74

ppm, Mo 4,56 ppm, Cu 44,13 ppm, Si 3,00 ppm dan Al 0,3 ppm.

Pupuk organik Agrodyke ini ditaburkan pada tanah, unsur hara yang

dikandungnya dengan mudah diserap dan mampu melepaskan ion-ion unsur hara

yang terikat oleh mineral liat pada tanah hardpan (tanah sawah jenuh air) dan glay

horizon (tanah tegalan tak jenuh air) dengan proses kimia melalui biometabolisme

oleh mikroorganisme sampai kedalaman 60 cm.

Cara pengaplikasian pupuk ini yaitu dengan disemprotkan ke batang dan

buah tanaman mampu memperbaiki kerusakan sel-sel sehingga lalu lintas unsur

hara dari akar ke daun dan makanan yang diproduksi di daun akan lancar

didistribusikan ke seluruh bagian tanaman. Tanaman menjadi sehat produksi akan

meningkat.

Keunggulan pupuk organik Agrodyke dibandingkan pupuk konvensional

dapat disimpulkan :

1. Mengurangi pemakaian pupuk konvensional 60-75%.

2. Meningkatkan efisiensi biaya dan tenaga kerja sampai 50%.

3. Meningkatkan produksi sampai 40%.

4. Mengaktfkan mikroba dalam tanah dan menambah kesuburan tanah.

5. Memperbaiki dan mengaktifkan jaringan sel tanaman yang rusak dan

mempercepat pertumbuhan.

6. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.

7. Mudah didapat tersedia tepat waktu dibutuhkan.

8. Ramah dan tidak merusak lingkungan.

Page 41: Penda Hulu An

41

III. METODE DAN PEMBAHASAN

3.1 Metode Penelitian

Kajian penelitian ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh

Esrita yang dilaksanakan pada bulan Desember 2006 sampai Februari 2007 di

kebun percobaan fakultas pertanian universitas Jambi kampus pinang masak

mendalo darat KM 15, dengan ketinggian tempat 35 mdpl. Jenis tanah Ultisol

dengan pH 5,45.

Bahan yang dibunakan dalam penelitian ini adalah benih varietas unggul

“Kutilang”, tanah bekas tanaman kacang hijau sebagai inokulan, ekstrak daun

sirih sebagai pestisida organi yang ramah lingkungan, pupuk kotoran ayam yang

kaya akan unsur hara dan pupuk saponite itu sendiri.

Penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok sederhana yang

terdiri lima taraf perlakuan dan lima ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai

berikut :

S0 : tanpa Penyemprotan Saponite (kontrol)

S1 : penyemprotan Saponite 20g dalam 15 liter air.

S2 : penyemprotan Saponite 40g dalam 15 liter air.

S3 : penyemprotan Saponite 60g dalam 15 liter air.

S4 : penyemprotan Saponite 80g dalam 15 liter air.

Ukuran petak percobaan 2,5 x 2 m, dengan jarak tanam dari pinggir bedengan 15

cm. Jarak antar petakan percobaan 50 cm. Jarak antar ulangan 100 cm dan tinggi

petakan percobaan kurang lebih 25 cm.

Page 42: Penda Hulu An

42

Variebel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman kacang

hijau (cm) pada umur 35 HST, bobot kering pupus (g), jumlah polong per

tanaman (butir), bobot 1000 biji (g) dan hasil per tanaman (g). Data dianalisis

menggunakan analisis varians dan uji Duncan pada taraf 5%.

3.2 Pembahasan

Dari hasil analisis menunjukan bahwa pengaruh pupuk saponite terlihat

nyata pada variabel tinggi tanaman dan hasil pertanaman. Sedangkan pupuk

saponite tidak berpengaruh pada jumlah polong per tanaman, bobot 1000 biji,

bobot kering pupus.

Esrita (2007) melaporkan hasil analisisnya yang berupa tinggi tanaman 35

HST terhadap pemberian pupuk organik saponite disajikan dalam tabel 5.

Tabel 7. Data Hasil Analisis Tinggi Tanaman 35 HST

Perlakuan (g Saponite 15 liter-1 air) Tinggi Tanaman (cm)

S0 0 32,45 b

S1 20 31,37 b

S2 40 36,32 a

S3 60 37,78 a

S4 80 37,22 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.

Melihat data hasil analisis di atas dapat disimpilkan bahwa perlakuan S2 (40

g/15 liter air), S3 ( 60 g/15 liter air) dan S4 (80 g/15 liter air) menghasilkan tinggi

tanaman yang tertinggi serta berbeda nyata terhadap perlakuan S0 (tanpa

Page 43: Penda Hulu An

43

pemberian pupuk Saponite) dan S1 (20 g/15 liter air). Dari perlakuan yang berbeda

nyata di atas, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi dari perlakuan

lainnya adalah perlakuan S3 (60 g/15 liter air) dengan tinggi tanaman kacang

hijaunya adalah 37,78 cm. Ini di sebabkan optimalnya tanaman menyerap unsur

hara yang ada di pupuk organik Saponite ini dan juga kebutuhan akan unsur hara

pada dosis 60 g/15 liter ini sangat menunjang untuk proses vegetatif tanaman

karena disebabkan juga dengan kandungan Nitrogen yang ada dalam pupuk

tersebut. Selain itu juga fungsi dari pupuk saponite ini salah satunya merangsang

pertumbuhan akar, batang dan pucuk tanaman secara intensif, sehingga

mempercepat pertumbuhan tanaman (PT. Dahlia Duta Utama).

Menurut Esrita (2007) pertumbuhan tinggi tanaman ditentukan oleh

pertambahan ukuran dan berat kering suatu organisme, hal ini mencerminkan

bertambahnya protoplsama baik ukuran sel maupun jumlahnya. Pada dasarnya

pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan hasil dari aktifitas

metabolisme sel-selnya. Pertumbuhan vegetatif tanaman ditandai degan

perkembangan organ vegetatif seperti tinggi tanaman, berat kering pupus, luas

daun, diameter batang dan lain-lain (Nyakpa, et.al., 1998).

Bertambahnya tinggi tanaman adalah sebagai akibat dari aktifitas jaringan

meristem. Tjirosomo (1983) dalam Pinem (2002) menyatakan bahwa jaringan

meristem yang terdapat pada ujung batang tanaman disebut jaringan meristem

apikal dimana pada jaringan ini sel-selnya aktif dalam pembentukan sel-sel baru

melalui proses pembelaan sel. Ketika proses pembelahan sel berlangsung ujung

batang tanaman akan bergerak ke atas meninggalkan sel-sel yang telah terbentuk

tersebut sehingga batang akan bertambah panjang. Selanjutnya dikatakan bahwa

Page 44: Penda Hulu An

44

dalam proses pembelahan sel yang terjadi pada jaringan meristem apikal

dibutuhkan karbonhidrat sebagai sumber energi.

Menurut Esrita (2007) Pemberian perlakuan beberapa dosis Saponite

menyebabkan meningkatnya pH tanah. Hasil analisis pH tanah sebelum diberi

perlakuan pupuk organik sebesar 5,54, pH tersebut sudah cocok untuk bididaya

tanaman kacang hijau yang berkisar antara 5,5-6,5. Setelah diberi perlakuan

beberapa dosis Saponite pH tanah tiap petak perlakuan mengalami peningkatan,

dimana berdasarkan hasil analisis tanah pH tanah setelah penelitian mengalami

peningkatan hingga 5,72 yaitu pada perlakuan 80g Saponite 15 L-1 air.

Meningkatnya pH tanah maka ketersediaan unsur hara seimbang sangat

menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini terlihat pada

pemberian Saponite dengan dosis 60 g Saponite 15 L-1 air memberikan tinggi

tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian

Saponite, yang diduga pada dosis tersenut dapat memacu pertumbuhan tanaman

kacang hijau. Hal ini ditegaskan oleh Soepardi (1983) bahwa penambahan unsur

hara kedalam tanah merupakan tmbahan dari unsur hara yang telah ada, sehingga

jumlah keseluruan N, P dan K yang tersedia bagi tanaman berada dalam

perbandingan yang tepat.

Unsur seng, tembaga dan mangan merupakan unsur mikro yang terdapat

dalam pupuk Saponite yang dapat meningkatkan proses pembentukan klorofil

daun, sehingga keberadaan pupuk Saponite tersebut meningkatkan hasil fotosintat

yang dapat menggiatkan pembelahan sel sehingga terjadi pembelahan tinggi

tanaman.

Page 45: Penda Hulu An

45

Tabel 8. Data Hasil Analisis Berat Kering Pupus Menurut Pemberian Beberapa Dosis Saponite.

Perlakuan (g Saponite 15 liter-1

air)

Berat Kering Pupus (g)

Jumlah Polong Per Tanaman (biji)

Bobot 1000 Biji (g)

S0 0 3,90 a 8,11 a 64,54 a

S1 20 4,80 a 7,80 a 65,76 a

S2 40 4,08 a 8,11 a 66,22 a

S3 60 3,98 a 8,75 a 66,12 a

S4 80 4,06 a 8,47 a 66,04 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji Duncan.

Melihat hasil dari analisis data pemberian berbagai dosis pupuk organik

Saponite semua variabel pertumbuhan dan perkembangan tidak mengalami

perbedaan yang nyata untuk setiap dosis perlakuannya. Baik itu berat pupus

kering, jumlah polong pertanaman dan bobot 1000 biji nya. Idi disebabkan dari

pemberian pupuk dasar yang belum mencukupi dalam kebutuhan tanaman kacang

hijau untuk kegiatan budidaya yang dianjurkan. Pemberian pupuk dasar yang

telah dilakukan pada percobaan tersebut adalah berupa pupuk kotoran ayam

sebanyak 10 ton/ha dan pupuk dasar Saponite 4 kg/ha. Pendapat tersebut

didukung oleh pendapat dari Rukmana (1997) yaitu pemberian pupuk dasar untuk

kegiatan budidaya tanaman kacang hijau adalah 25-50 kg/ Urea, 100 kg TSP dan

25-37,5 kg/ha. Pemberian pupuk tersebut dibagi menjadi dua periode yaitu pada

setengah dosis pada saat tanam dan periode ke-dua diaplikasikan pada saat satu

bulan setelah tanam.

Pemberian Saponite pada dosis yang berbeda tersebut adalah bakteri

rhizobium belum mampu memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut

Page 46: Penda Hulu An

46

Rukmana (1997) perakaran kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil

akar dengan baik sehingga dapat memperbaiki tekstur tanah dan kandungan

organik. Makin banyak nodular akar makin tinggi kandungan nitrogen sehingga

menyuburkan tanah.

Dari hasil analisis perlakuan pemberian pupuk organik Saponite tidak

berpengaruh nyata terhadap jumlah polong pertanaman. Ini disebabkan oleh dosis

pupuk Saponite yang diberikan tidak optimal untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman kacang hijau. Untuk pertumbuhan kacang hijau unsur

hara yang terdapat dalam tanah yang bersumber dari pupuk Saponite salah satunya

itu dapat dimanfaatkan dengan baik itu terbukti dengan komponen pertumbuhan

tinggi tanaman hasil analisisnya mengalami pengaruh yang berbeda nyata

terhadap pemberian pupuk saphonite S2 (40 g/15 liter air), S3 (60 g/15 liter air) dan

S4 (80 g/15 liter air)

Sedangkan untuk pertumbuhan generatif di pacuh dengan baik dan

memanfaatkan unsur hara untuk pertumbuhan generatif ini dengan optimal. Akan

tetapi tidak membentuk polong secara optimal, terbukti dengan tidak berpengaruh

yang nyata komponen pertumbuhan jumlah polong per tanaman ini. Mungkin

disebabkan dalam proses perkembangan generatif bunga tidak banyak

menghasilkan polong yang begitu banyak dapat di akibatkan oleh kecepatan angin

yang sangat kencang sehingga merontokkan bunga-bunga kacang hijau, kurang

tepatnya waktu pemupukan dan dosis pemupukan yang kurang ideal untuk

pertumbuhan generatif tanaman.

Perlakuan pemberian beberapa dosis Saponite tidak berpengaruh nyata

terhadap jumlah polong pertanaman dan bobot 100 biji, diduga disebabkan

Page 47: Penda Hulu An

47

kandungan unsur hara pada pupuk dasar yang digunakan belum mencukupi untuk

kebutuhan pertumbuhan tanaman kacang hijau. Sebelum penanaman petak

percobaan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 10 ton/ha dan pupuk dasar

Saponite 4 kg/ha. Pupuk dasar Saponite diberikan dengan cara dilarutkan dalam

15 liter air kemudian disiram keseluruh petak percobaan (25 petak). Diduga pupuk

dasar Saponite 4 kg/ha yang digunakan belum setara dengan dosis anjuran untuk

budidaya kacang hijau, dimana dosis anjuran N, P dan K yang diberik masing-

masing 50 kg Urea, 75 kg TSP dan KCl dengan perhitungan pupuk yang

dibutuhkan yaitu Urea 22,5 kg, SP-36 27 kg dan KCl 25 kg. Didalam pupuk

Saponite terkandung unsur hara makro yaitu N 3,24%, P2O5 15,43% dan K2O

0,235kg. Berdasarkan perhitungan perhitungan tersebut terlihat bahwa unsur-

unsur yang terkandung di dalam Saponite tersebut masih rendah jika

dibandingkan dengan pupuk anjuran untuk kacang hijau sehingga belum

mencukupi untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau.

Berdasarkan kandungan pupuk tersebut, unsur P cukup tinggi dibandingkan

dengan unsur lainnya. Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa P berfungsi

dalam pembentukan bunga, buah dan biji serta mempercepat pematangan. Hal ini

diperkuat oleh pernyataan Nyakpa, et.al., (1986) yang mana dikatakan bahwa

fosfor berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dapat

meningkatkan produksi tanaman ataupun bahan kering serta memperbaiki kualitas

hasil. P tersedia akan meningkatkan nukleat dan fosfolid. Ketersediaan kedua

senyawa tersebut sangat penting dalam masa primordio tanaman yang selanjutnya

mendukung fase generatif terutama terbentuk perkembangan kuncup bunga, buah,

biji dan pendewasaan struktur penyimpanan makanan, akar dan batang.

Page 48: Penda Hulu An

48

Tabel 9. Data Hasil Analisis Hasil per Tanaman (g)

Perlakuan (g Saponite 15 liter-1 air) Hasil per Tanaman (g)

S0 0 3,31 b

S1 20 4,00 a

S2 40 4,43 a

S3 60 4,72 a

S4 80 4,85 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.

Esrita (2007) melaporkan hasil penelitianya yang menunjukan bahwa

pemberian beberapa dosis Saponite pada tanaman dapat meningkatkan hasil per

tanaman. Hal ini terihat pada pemberian Saponite dengan dosis 20 g/15 liter air

sudah mampu memberikan hasil terbaik yaitu sebesar 4,00 g, dengan rata-rata

hasil sebesar 0,96 ton. Diduga karena semakin Besar dosis Saponite yang

diberikan maka unsur hara yang disumbangkan ke dalam tanah semakin banyak

pula sehingga terjadi keseimbangan unsur hara yang diserap oleh tanaman yang

menyebabkan meningkatnya hasil tanaman. Penjelasan tersebut juga dapat dilihat

pada pemberian dosis Saponite yang lebih tinggi yaitu 80 g/15 liter air mampu

memberikan hasil tertinggi sebesar 4,85 g, dengan rata-rata hasil sebesar 1,164

ton/ha. Unsur Ca dalam Saponite dapat mencegah terbentuknya polong kosong.

Sedangkan unsur pospor akan merangsang pembentukan bunga, buah dan biji

serta mampu membuat biji menjadi bernas. Unsur K dapat memperbaiki ukuran

dan kualitas biji sehingga hasil yang didapatkan juga akan meningkat (Afandie

dan Nasih Widya Y, 2002).

Page 49: Penda Hulu An

49

Menurut Hakim (1985) hasil tanaman yang baik dapat dicapai apabila

lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan.

Bila salah satu faktor tersebut tidak seimbang dengan faktor lain, dapat menekan

atau menghentikan pertumbuhan tanaman. Prinsip ini dapat disebut sebagai faktor

pembatas, dimana tingkat produksi tidak akan lebih tinggi apa yang dapat dicapai

oleh tanaman yang tumbuh dalam keadaan dengan faktor-faktor yang paling

minimum. Konsep ini sangat penting dan selalu harus diperhitungkan dan

dipertimbangkan, dimana tidak hanya penyediaan hara dengan faktor lain yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan (Salibury dan Ross, 1995)

Esrita (2007) melaporkan selama penelitian yang dilakukannya curah hujan

selama penelitian (rata-rata 223,9 mm per bulan) tidak sesuai dengan kebutuhan

kacang hijau dimana curah hujan yang cocok untuk budidaya kacang hijau

berkisar antara 50-200 mm per bulan. Curah hujan yang bervariasi selama

penelitian dapat menyebabkan tanaman kekurangan air dan hanya terpaku pada

saat penyiraman rutin. Lakitan (2000) menyatakan bahwa laju fotosintesis dibatasi

oleh ketersediaan air. Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis,

terutama karena pengaruhnya terhadap turgiditas sel penjaga akan menurun, hal

ini menyebabkan stomata menutup. Penutupan stomata ini akan menghambat

serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis karbonhidrat. CO2 merupakan bahan

baku sintesis karbonhidrat. Kekurangan CO2 akan menyebabkan laju fotosintesis.

Esrita (2007) juga melaporkan selama penelitian kisaran suhu selama

penelitian yaitu 240C-270C cocok bagi tanaman kacang hijau untuk dapat tumbuh

dengan baik. Menurut Salisbury dan Ross (1995) bahwa pengaruh suhu terhadap

fotosintesis tergantung pada spesies, kondisi lingkungan tempat tumbuhnya dan

Page 50: Penda Hulu An

50

keadaan lingkungan saat pengukuran atau penelitian. Tanaman yang tumbuh baik

pada daerah dataran rendah tropis mempunyai suhu optimum untuk fotosintesis

lebih tinggi dibandingkan tanaman didaerah yang beriklim sejuk. Secara umum

suhu optimum untuk fotosintesis setara dengan suhu siang hari pada asal habitat

tumbuhan tersebut. Peningkatan suhu akan meningkatkan laju fotosintesis sampai

terjadinya denaturasi enzim dan perombakan fotosistem mulai terjadi (Lakitan,

2000).

Suhu tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan jaringan. Selang suhu

tertentu sering menyebabkan fase kritis pada proses pertumbuhan tanaman seperti

perkecambahan biji, awal pembungaan serta induksi atau berakhirnya dormansi

pada tumbuhan tahunan. Respons perkembangan tersebut sering dipengaruhi oleh

faktor lingkungan selain suhu, seperti cahaya, lama penyinaran dan kelembaban

(Salisbury dan Ross 1995)

Page 51: Penda Hulu An

51

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Esrita (2007) dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemberian pupuk organik lengkap Saponite dapat memberikan pengaruh

yang nyata terhadap komponen variabel pertumbuha dan perkembangan

tinggi tanaman dan hasil per tanaman. Sedankan untuk variabel

pertumbuhan dan perkembangan berat kering pupus, jumlah polong per

tanaman dan bobot 1000 biji tanaman kacang hijau tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap beberapa dosis pemberian pupuk organik

lengkap Saponite yang dilakukan telah di aplikasikan.

2. Dosis pemberian pupuk organik lengkap Saponite yang terbaik pada

komponen variabel pertumbuhan dan perkembangan yang memberikan

pengaruh hasil yang nyata terhadap tinggi tanaman adalah pada perlakuan

dosis Saponite adalah pada perlakuan S3 (60g/ 15 liter air) dengan hasil

tertinggi tinggi tanamannya adalah 37,78 cm. Dan komponen variabel

pertumbuhan dan perkembangan hasil per tanaman pada perlakuan dosis

pupuk organik lengkap Saponite adalah pada perlakuan S4 (80g/15 liter air)

dengan memberikan hasil tertinggi hasil per tanaman adalah 4,85g dengan

hasil rata-rata sebesar 1,164 ton/ha. Walaupun menurut Esrita (2007) semua

taraf dosis yang diberikan dalam penelitanya tersebut tidak menunjukan

adanya perbedaan hasil yang signifikan.

Page 52: Penda Hulu An

52

Daftar Pustaka

Purwono. 2005. Kacang Hijau. Depok : Penebar Swadaya.