pencemaran udara.docx
TRANSCRIPT
Pencemaran Udara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pencemaran udara di beberapa tempat di Indonesia telah sangat memprihatinkan. Beberapa hasil penelitian tentang pencemaran udara dengan segala resikonya telah dipublikasikan, termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat pencemaran udara. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di Indonesia tidak biru lagi. Udara telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.
Di indonesia, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll. Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu diwaspadai, tetapi organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan beberapa jenis polutan yang dianggap serius.Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan,serta mudah merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel aspa dan jelaga, hidrokarbon, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sedangkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal. Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Celakanya, para penderita maupun keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Apa saja faktor penyebab pencemaran udara ?
1.2.2 Bagaimana dampak pencemaran udara ?
1.2.3 Apa saja usaha-usaha pencegahan pencemaran udara ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui Faktor penyebab pencemaran udara.
1.3.2 Mengetahui dampak pencemaran udara.
1.3.3 Menemukan usaha-usaha pencegahan pencemaran udara.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah kita dapat mengetahui lebih dalam tentang masalah pencemaran lingkungan beserta dampak yang ditimbulkannya dan kita dapat mengetahui bahwa sebagian besar pencemaran lingkungan disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
1.5 Landasan Teori
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Secara umum definisi udara tercemar adalah perbedaan komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal dimana komposisi udara aktual tidak mendukung kehidupan manusia. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.
Gas oksigen merupakan komponen esensial bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Komposisi seperti itu merupakan udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia. Namun, akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya.Oleh karena itu dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat ditemukan solusi alternatif untuk mengatasi bahayanya pencemaran udara. dan dengan dilaksanakanya solusi alternatif tersebut diharapkan ada beberapa manfaat yang dapat dirasakan misalnya berkurangnya polusi udara,dampak kesehatan yang ditimbulkan akibat pencemaran udara, dampak terhadap tanaman, Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, mengurangi efek rumah kaca, hujan asam, kerusakan lapisan ozon.
Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam bentuk gas dapat dibedakan menjadi:
· Golongan belerang (sulfur dioksida, hidrogen sulfida, sulfat aerosol)
· Golongan nitrogen (nitrogen oksida, nitrogen monoksida, amoniak, dan nitrogen dioksida)
· Golongan karbon (karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon)
· Golongan gas yang berbahaya (benzene, vinyl klorida, air raksa uap)
Sedangkan jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga, yaitu:
· Mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan timah.
· Bahan organik yang terdiri dari ikatan hidrokarbon, klorinasi alkan, benzene.
· Makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.
Sementara itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu:
· Pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi, pembusukan, dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor.
· Pencemaran udara ruangan meliputi dari asap rokok, bau tidak sedap di ruangan.
Jenis parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, meliputi:
· Sulfur dioksida (SO2)
· Karbon monoksida (CO)
· Nitrogen dioksida (NO2)
· Ozon (O3)
· Hidro karbon (HC)
· PM 10, Partikel debu ( PM 2,5 )
· TSP (debu)
· Pb (Timah Hitam)
Beberapa definisi gangguan fisik pada polusi udara diantaranya :
· Polusi udara.
· Panas.
· Radiasi.
Beberapa definisi gangguan kimia pada polusi udara diantaranya :
· Asap industri.
· Asap kendaraan bermotor.
· Asap pembangkit listrik.
· Asap kebakaran hutan.
· Asap rokok.
Beberapa definisi gangguan biologi pada polusi udara diantaranya :
· Timbunan gas metana pada lokasi urungan tanah.
· Timbunan gas metana pada tempat pembuangan sampah.
· Uap pelarut organik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Faktor penyebab pencemaran udara
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya pencemaran yang ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia atau kombinasi keduanya. Pencemaran udara dapat mengakibatkan dampak pencemaran udara bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global atau tidak langsung dalam kurun waktu lama.
Pencemaran udara dibedakan menjadi pencemaran primer dan pencemaran sekunder. Pencemaran primer adalah substansi pencemaran yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemaran udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemaran sekunder adalah substansi pencemaran yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan rapuh. Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer semakin meningkat.
Berikut faktor yang dapat menyebabkan pencemaran udara, diantaranya:
Kegiatan manusia
· Transportasi
· Industri
· Pembangkit listrik
· Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis bahan bakar)
· Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
Sumber alami
· Gunung berapi
· Rawa-rawa
· Kebakaran hutan
· Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
Sumber-sumber lain
· Transportasi amonia
· Kebocoran tangki klor
· Timbulan gas metana dari lahan uruk/tempat pembuangan akhir sampah
· Uap pelarut organik
Jenis-jenis pencemar
· Karbon monoksida
· Oksida nitrogen
· Oksida sulfur
· CFC
· Hidrokarbon
· Ozon
· Volatile Organic Compounds
· Partikulat
2.2 Dampak pencemaran udara
2.2.1 Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat
berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
2.2.2 Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
2.2.3 Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
· Mempengaruhi kualitas air permukaan.
· Merusak tanaman.
· Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan.
· Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan.
2.2.4 Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
· Pencairan es di kutub.
· Perubahan iklim regional dan global.
· Perubahan siklus hidup flora dan fauna.
2.2.5 Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon
yang berada di
stratosfer
(ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter
radiasi
ultraviolet
B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul
molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkan
kanker
kulit serta penyakit pada tanaman.
2.3 Usaha-usaha pencegahan pencemaran udara
Untuk pembersih udara yang mengandung butir-butir halus, seperti debu atau fume, dipilih salah satu cara berikut ini :
2.3.1 Kamar pengendap yang memberikan kesempatan kepada butir-butir halus yang terdapat dalam udara kotor untuk mengendap di kamar tersebut sebelum dialirkan ke luar.
2.3.2 Perangkat kelembapan yaitu alat yang pada saat dilalui udara kotor akan dapat merubah arah aliran, sehingga butir halus tidak ikut bersama aliran udara, lalu dapat terpisah/mengendap.
2.3.3 Alat silikon yakni suatu ruangan yang dijalani udara kotor secara melingkar, sehingga butir-butir halus melekat pada pendinginnya.
2.3.4 Presiptor, seperti baling-baling yang menyebabkan butir-butir halus terhempas dan terkumpul di sekitar baling-baling.
2.3.5 Saringan yang menyaring dan menahan butir-butir halus ; yang terbuat dari wol, nylon, asbes, atau kapuk dan lainnya.
2.3.6 Presiptasi listrik yaitu pengendapan debu-debu oleh karena adanya tegangan antara dua kutub listrik.
Untuk membersihkan udara yang mengandung gas atau uap, yaitu sebagai berikut :
a. Cara pembakaran
Cara pembakaran yaitu membakar hubungan bahan/gas yang terdapat dalam udara kotor tersebut dengan mempergunakan cara-cara kimia yang khusus, agar terjadi pembakaran sempurna.
b. Cara pencucian
Cara memncuci yaitu mengalirkan udara kotor melalui air atau sejenis larutan yang mudah bereaksi dan mengikat gas atau uap beracun yang dikandung udara tersebut.
c. Penyegaran udara
Untuk ruangan umum seperti rumah tinggal, kantor, rumah kerja, pabrik , bioskop, diperlukan penyegaran udara agar tidak terjadi pengotoran udara di dalamnya, sirkulasi udara dari luar gedung yang masih segarbdan bersih ke dalam.
Ada beberapa persyaratan untuk penyegaran udara, antara lain:
a. Udara segar yang diperlukan harus bebas debu, sisi industri dalam keadaan suhu dan kelembapan yang cocok untuk kesehatan.
b. Jumlah udara segar harus cukup untuk menggantikan udara pengap di dalam ruangan.
Berbagai macam – macam cara untuk mendaptkan penyegaran udara adalah sebagai berikut:
1. Ventilasi secara alamiah
a. Porositas atau rongga-rongga yang terdapat pada pembatas ruangan seperti dinding, langit-langit atau lantai.
b. Kerenggangan yang terdapat pada pintu, jendela, serta lubang-lubang ventilasi khusus dibuat pada dinding-dinding.
c. Pintu dan jendela dibuka sewaktu-waktu.
2. Ventilasi secara buat-buatan
Dalam ruangan penuh sesak, seperti ruang bioskop atau ruang tutup, keadaan udaranya dapat menjadi panas, lembab dan mengandung karbon dioksida makin tinggi. Keadaan seperti ini menyebabkan udara menjadi pengap dan dapat berbahaya bagi kesehatan.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka dapat kita gunakan :
a. Memasang kipas angin atau ventilasi melalui pengipasan udara (aspirasi) dan ventilasi melalui peniupan udara (pulsi).
b. Cara memasang sebagai kontruksi atap pada dinding-dinding sehingga udara dapat masuk atau keluar dari ruangan.
c. Cara lain kita gunakan AC (air conditioner).
3. Ventilasi mempergunakan saluran khusus.
Untuk keperluan ventilasi udara segar pada ruangan kerja yang besar, seperti pada pabrik-pabrik atau kantor-kantor besar, terutama pada bagian-bagian/ruangan bawah tanah, sering juga digunakan saluran udara khusus. Untuk ini diperlukan satuan pompa udara besar yang dihubungkan dengan satuan alat “pekondisian udara”.
JL. Wastukencana, No. 2, Bandung, West Java, Indonesia
+62 22 4210832
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahwa pencemaran udara selain disebabkan oleh fakor alam, pencemaran udara lebih banyak disebabkan oleh manusia, misalnya dari kenderaan bermotor, kegiatan industri dan sebagainya.
Selain dapat membahayakan lingkungan, pencemaran udara juga dapat membahayakan kesehatan manusia.
3.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut hendaknya kita semua ikut menjaga kebersihan udara dan meminimalkan pencemaran udara, misalnya tidak memakai kendaraan motor yang sudah tua, tidak membuang gas yang berbahaya secara sembarangan terutama bagi kegiatan industri, dan lain sebagainya agar kebersihan udara tetap terjaga.
DAFTAR PUTAKA
Sarditjo dan Sapardi Borojo Kudoyo, 1962. Bakteorologi Umum, Jakarta : Penerbit Universitas.
Rudy Gunawan. 1979. Pedoman Perencanaan Rumah Sehat, Jakarta : Yayasan Sarana Cipta.
Steve Pollach, 1992. Udara, Jakarta : Rosda Jaya Putra.
Iskandar Danu Sugondho.1982. Dasar-dasar Teknik Tata Udara. I, Ditektorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Suhartini Tjokro Kusumo. 1983. Pendidikan Kesehatan, Ditektorat Pendidikan Kejuruan.
http:// www.walhi.or.id/ kampanye/cemar/udara/penc_udara_info_0.
Mikrobiologi Udara Praktikum
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada yang menghuni tanah, air, dan udara.
Studi tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba. Ekologi
merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organism atau
kelompok organisme dengan lingkungannya.
Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama
untuk mempertahankan kehidupan. Udara dapat dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan
(outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat
mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan.
Sebanyak 400 sampai 500 juta orang khususnya di negara yang sedang berkembang sedang
berhadapan dengan masalah polusi udara dalam ruangan.
Udara bukan merupakan habitat asli dari mikroba, tetapi udara sekeliling kita sampai
beberapa kilometer di atas permukaan bumi mengandung bermacam-macam jenis
mikroorganisme dalam jumlah yang beragam. Peran udara dapat juga sebagai sarana infeksi
nosokomial (infeksi rumah sakit). Bidang-bidang terapan dari mikrobiologi udara adalah pada
bidang kesehatan, bidang industry, ruang angkasa, dan lain-lain. Dilihat dari hal diatas, jelaslah
bahwa mikrobiologi lingkungan merupakan salah satu bidang mikrobiologi terapan. Sebagai ilmu
terapan, maka secara langsung jasad-jasad yang terdapat di dalamnya berperan dalam
lingkungan hidup, yang terutama terdiri dari tanah, air, dan udara. Bahkan perananan mikroba
dalam lingkungan hidup pada saat sekarang adalah sebagai jasad yang secara langsung atau
secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan; dan juga baik jasad yang secara langsung
maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan.
Sebenarnya tidak benar-benar ada organisme yang hidup di udara, karena organisme tidak
dapat hidup dan terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas
organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu.
Setiap kegiatan manusia agaknya menimbulkan bakteri di udara. Batuk dan bersin menimbulkan
aerosol biologi (yaitu kumpulan partikel udara). Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu
besar untuk mencapai paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah pernapasan
atas. Sebaliknya, partikel-partikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-tapak infektif yang
berpotensi. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya
hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara
Mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat
mikroorganisme tumbuh, tetapimerupakan pembawa bahan partikulat debu dan tetesan cairan,
yang kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Untuk mengetahui atau memperkirakan secara
akurat berapa jauh pengotoran udara sangat sukar karena memang sulit untuk menghitung
organisme dalam suatu volume udara. Namun ada satu teknik kualitatif sederhana, menurut Volk
& Wheeler (1989) yaitu mendedahkan cawan hara atau medium di udara untuk beberapa saat.
Selama waktu pendedahan ini, beberapa bakteri di udara akan menetap pada cawan yang
terdedah. Semakin banyak bakteri maka bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak.
Kemudian cawan tersebut diinkubasi selama 24 jam hingga 48 jam maka akan tampak koloni-
koloni bakteri, khamir dan jamur yang mampu tumbuh pada medium yang digunakan.
Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi sesuai dengan
lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu
mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya hujan, salju atau hujan es
akan cenderung mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh partikel yang lebih
berat dan mengendapkan debu. Jumlah mikroorganisme menurun secara menyolok di atas
samudera, dan jumlah ini semakin berkurang pada ketinggian (altitude) yang tinggi.
Jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga ditentukan oleh sumber pencemaran di
dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk
dan bersin, dan partikel-partikel debu, yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran
besar dan tersuspensikan, dan dalam “inti tetesan” yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran
kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau
beberapa kilometer; sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat
bertahan hidup selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi. Nasib akhir
mikroorganisme yang berasal dari udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya
(termasuk keadaan atmosfer, kelembaban, cahaya matahari dan suhu), ukuran partikel yang
membawa mikroorganisme itu, serta ciri-ciri mikroorganismenya terutama kerentanannya
terhadap keadaan fisik di atmosfer.
1. Tujuan
a) Untuk mengetahui mikroba di udara
b) Untuk mengetahui bentuk koloni mikroba di udara
A. Dasar Teori
Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba
lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya.
Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya
distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami
dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang
dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mik roorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut
mengakibatkan kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan yang disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building
Syndrome (TBS). Banyaknya aktivitas di gedung me ningkatkan jumlah polutan dalam
ruangan. Kenyataan ini menyebabkan risiko terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap
manusia semakin tinggi, namun hal
ini masih jarang diketahui oleh masyarakat. Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk
mengatur suhu ruangan secara kontinu dapat mengeluarkan bahan polutan. Kadar gas-gas
SO2, CO2, dan O2 di dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan AC. Bahan
partikulat dapat dikurangi secara signifikan oleh AC dengan filter yang efektif. Kadar
pollen di dalam ruangan dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah bakteri
dan spora di gedung dengan AC kemungkinan akan lebih sedikit daripada gedung tanpa
AC (Anonim 1 , 2011:2).
Ada 5 sumber pencemaran di dalam ruangan yaitu (anonim, 1, 2011):
a. Pencemaran dari alat -alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan
pembersih ruangan.
b. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, gas
dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya dapat
terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.
c. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran
formaldehid, lem, as bes, fibreglass dan bahan -bahan lain yang merupakan komponen
pembentuk gedung tersebut.
d. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya
yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sist emnya.
e. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya
distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Jenis dan distribusi mikroba di udara Krisno, 2011 :
Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur
(termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada
yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora).
Belum ada mikroba yang habitat aslinya di udara. Pada sub pokok bahasan sebelumnya
mikrooganisme di udara dibagi menjadi 2, yaitu mikroorganisme udara di luar ruangan dan
mikroorganisme udara di dalam ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan.
1) Mikroba di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di udara
pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang
melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah
masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada
ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur,
terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah kutub
maupun tropis. Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah
ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus danClostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora
fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, danCorynebacterium, dan lain-lain.
2) Mikroba di dalam Ruangan
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang menderita
penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum, streptokokus,
pneumokokus, dan staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara,
dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung
mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu
dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan yang
mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan
berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba.
Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai
100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke tempat lain melalui udara
dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi
spora jamur di udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran mikroba udara :
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer,
kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua
faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi
dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait
erat dengan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan. Ada
peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -18° C sampai
49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza, polio dan
virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-24° C. tingkat
kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme adalah antara 40
sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian
mikroorganisme. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada
udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi.
Kualitas Udara dalam ruangan
Kualitas fisik udara
Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena tubuh manusia
menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan muskuler. Namun dari
semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20 % saja yang dipergunakan dan sisanya
akan dibuang ke lingkungan. Suhu udara ruang kerja yang terlalu dingin dapat
menimbulkan gangguan kerja bagi karyawan, salah satunya gangguan konsentrasi dimana
pegawai tidak dapat bekerja dengan tenang karena berusaha untuk menghilangkan rasa
dingin tersebut. Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat
menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban tinggi akan
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme (Anonim 1, 2011).
Kualitas mikrobiologi udara
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau
sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan bakteri.
Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem ventilasi.
Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan dan dari
perkembangbiakan dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila kondisi terlalu
berdesakan (crowded). Pengaruh kesehatan yang ditimbulkan oleh bioaerosol ini terutama
3 macam, yaitu infeksi, alergi, dan iritasi.. Kontaminasi bioaerosol pada sumber air sistem
ventilasi ( humidifier) yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang
berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang. Pada usap AC
ditemukan gram positif batang dan gram negatif batang. Pencemar yang bersifat biologis
terdiri atas berbagai jenis mikroba patogen, antara lain jamur, metazoa, bakteri, maupun
virus. Penyakit yang disebabkannya seringkali diklasifikasikan sebagai penyakit yang
menyebar lewat udara (air-borne diseases) (Anonim 1, 2011)
Kandungan mikroba di dalam udara
Meskipun tidak ada mikroorganisme yang mempunyai habitat asli udara, tetapi udara di
sekeliling kita sampai beberapa kilometer di atas permukaan bumi mengandung berbagai
macam jenis mikroba dalam jumlah yang beragam.a. Udara di dalam ruangan
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti laju ventilasi, padatnya orang, dan sifat serta taraf kegiatan orang-orang yang
menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme dapat terhembuskan dalam bentuk percikan
dari hidung dan mulut misalnya selama bersin, batuk dan bahkan saat bercakap-cakap.
Titik-titik air yang terhembuskan dari saluran penapasan mempunyai ukuran yang beragam
dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh dalam kisaran
mikrometer yang rendah tinggal di udara sampai beberapa lama, tetapi yang berukuran
besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain. Debu dari permukaan ini kadang-
kadang akan berada dalam udara selama berlangsungnya kegiatan dalam ruangan
tersebut.
b. Udara di luar atmosfer
Permukaan bumi, yaitu daratan dan lautan merupakan sumber dari sebagian besar
mikroorganisme yang ada dalam atmosfer. Angin menimbulkan debu dari tanah, kemudian
partikel-partikel debu tersebut akan membawa mikroorganisme yang menghuni tanah.
Sejumlah besar air dalam bentuk titik-titik air memasuki atmosfer dari permukaan laut, teluk,
dan kumpulan air alamiah lainnya. Di samping itu, ada banyak fasilitas pengolahan industri,
pertanian, baik lokal maupun regional mempunyai potensi menghasilkan aerosol berisikan
mikroorganisme. Beberapa contoh antara lain,
Penyiraman air irigasi tanaman pertanian atau daerah hutan dengan limbah air
Pelaksanaan penebahan air skala besar
Saringan “tricling-bed” di pabrik-pabrik pembersih air
Rumah pemotongan hewan dan peleburan minyak
Contoh penyakit serta cara penyebarannya melalui udaraa) Tuberkulosis atau TBC
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam penularannya. Pada
umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si
penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas penderita.
Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lamanya dari terkumpulnya kuman sampai
timbulnya gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampi tahunan membuat penyakit ini
digolongkan penyakit kronis
b) Meningitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui
batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok
bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada
yang mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum
makan dan setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan.
c) Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat pada unggas dan dapat menyerang
manusia. Penularan virus flu burung berlangsung melalui saluran pernapasan. Unggas yang
terinfeksi virus ini akan mengeluarkan virus dalam jumlah besar di kotorannya. Manusia dapat
terjangkit virus ini bila kotoran unggas bervirus ini menjadi kering, terbang bersama debu, lalu
terhirup oleh saluran napas manusia.
d) Pneumonia
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala
yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas,
napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas. Penyakit ini
umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae danHemopilus influenzae yang
berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut sering ditemukan pada
saluran pernapasan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
B. Pelaksanaan Praktikum
1. Waktu dan Tempat
- Waktu dan pelaksanaan praktikum pada 28 Desember 2011 pukul 11.00 wib
- Tempat pelaksanaan praktikum Tempat ber- AC, dilaksanakan diruang dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas
muhammadiyah palembang Tempat Non AC, Dilaksanakan diruang kelas fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas
muhammadiyah Palembang Alam terbuka atau atmosfer, dilaksanakan didekat kantin depan laboratorium fakultas keguruan
dan ilmu pendidikan universitas muhammadiyah palembang
2. Alat dan bahan
- Alat : Cawan petri, Bunsen, autoklap, incubator
- Bahan : Media NA, spritus, korek api, Bunsen, mikroba yang ada di atmosfer, mikroba diruangan
ber AC, mikroba dirungan non ber AC
3. Cara kerja
- Diruangan ber Ac Buka tutup cawan petri yang berisi media NA steril dengan sudut 45 derajat selama lebih kurang
10 menit Setelah 10 menit tutup kembali cawan petri. Panaskan pinggiran cawan dengan api Bunsen
(tindakan aseptis) Bungkus cawan petri secara terbalik, incubator selama 24 jam dalam inkubator pada suhu 37
derajat Setelah 24 jam, amati pertumbuhan koloni mikroba di udara ( bentuk koloni, tepian, elevasi,
warna, diameter, dan jumlah)
- Di ruangan non Ac Buka tutup cawan petri yang berisi media NA steril dengan sudut 45 derajat selama lebih kurang
10 menit Setelah 10 menit tutup kembali cawan petri. Panaskan pinggiran cawan dengan api Bunsen
(tindakan aseptis) Bungkus cawan petri secara terbalik, incubator selama 24 jam dalam inkubator pada suhu 37
derajat Setelah 24 jam, amati pertumbuhan koloni mikroba di udara ( bentuk koloni, tepian, elevasi,
warna, diameter, dan jumlah)
- Di Alam Terbuka Buka tutup cawan petri yang berisi media NA steril dengan sudut 45 derajat selama lebih kurang
10 menit Setelah 10 menit tutup kembali cawan petri. Panaskan pinggiran cawan dengan api Bunsen
(tindakan aseptis) Bungkus cawan petri secara terbalik, incubator selama 24 jam dalam inkubator pada suhu 37
derajat Setelah 24 jam, amati pertumbuhan koloni mikroba di udara ( bentuk koloni, tepian, elevasi,
warna, diameter, dan jumlah)
C. Hasil Pengamatan
1. Hasil
Ruangan Ber-AC(Sumber: dok. Pribadi,2011)
Ruangan Non AC Udara Bebas
(Sumber: dok. Pribadi,2011) (Sumber: dok. Pribadi,2011)
Tabel 1. Hasil Pengamatan morfologi koloni mikroba diudara
LOkasi No Koloni Tepian Warna Elevasi Jumlah Diameter
Ruang Ber AC 1
2
3
4
5
6
Bulat besar
Bulat besar
Bulat besar
Bulat kecil
Bulat dengan
tepian timbul
Berbenang-
benang
Licin
Licin
Berlekuk
Licin
Berombak
Berombak
Putih
Kuning
Putih
Kuning
Putih
Putih
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
Cembung
7
6
3
51
18
6
0,8 cm
0,5 cm
1 cm
0,1 cm
0,5 cm
0,5 cm
Ruang Non
AC
1 Bulat kecil Licin Kuning Datar 46 0,1 cm
(kelpk.6) 2
3
Tak beraturan
Bulat besar
Tidak
beraturan
Licin
Putih
Putih
Berbukit-
bukit
Datar
2
5
0,5 cm
0,6 cm
Alam Terbuka
(klmpok 3)
1
2
3
Bulat besar
Bulat kecil
Bulat dengan
tepian kerang
Licin
Licin
Berombak
Cream
Cream
Cream
Datar
Datar
Cembung
1
6
1
0,6 cm
0,2 cm
0,4 cm
2. Pembahasan
Berdasarkan tabel perbandingan jumlah mikroba udara di ruangan AC, Non-AC, dan
Terbuka tersebut terlihat jelas perbedaan jumlah mikroba pada masing-masing tempat.
Pada praktikum kali ini kami mendapat kesempatan untuk mencari tahu tentang jumlah
mikroba di ruang AC, yaitu didalam ruangan dekan. Ruangannya juga tidak begitu luas, dan
jumlah dosen yang masuk tiap hari bisa dikatakan cukup banyak. Kami meletakkan media NA di
dalam ruangan tersebut selama 10 menit. Dan akhirnya setelah diinkubasi dalam auto clave
selama 24 jam, didapat data bahwa dalam ruang AC terdapat cukup banyak mikroba dengan
morfologinya masing-masing. Bahkan ada koloni yang blooming, sehingga tidak dapat diamati
lagi koloninya.
Selanjutnya adalah ruangan non-AC, berdasarkan data yang kami dapatkan dari kelompok
6, ruangan non-AC, yang dalam hal ini adalah ruang kelas, ruangannya lebih luas dari pada
ruang dekan, dan hampir tiap hari dipakai untuk belajar oleh banyak mahasiswa yang saling
berinteraksi satu sama lain, banyak sekali terdapat mikroba dengan morfologi yang bermacam-
macam. Tingkat pencemaran yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor seperti laju
ventilasi, padatnya orang, dan sifat serta taraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan
tersebut.
Dan terakhir adalah ruangan terbuka, berdasarkan data yang kami dapatkan dari kelompok
3, ruangan terbuka yang dalam hal ini adalah halaman depan fakultas, luasnya sudah pasti lebih
dari luas dari ruangan AC dan non-AC, serta hampir tiap hari banyak orang dan kendaraan yang
berlalu lalang, ditemukan sedikit saja mikroba. Dan ketika praktikum ini dilakukan pada ruangan
terbuka tersebut dalam keadaan ramai dan banyak kendaraan. Paparan sinar matahari yang
cukup panas menyebabkan matinya mikroba.
D. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
1. Mikroba udara lebih banyak ditemukan pada ruangan ber AC daripada ruangan non AC dan
ruangan terbuka
2. Penggunaan AC sebagai pengganti ventilasi ruangan dapat mengakibatkan munculnya bakteri di
udara dalam runagan, apabila AC tidak di bersihkan secara rutin dan teratur.
3. Jumlah dan tipe mikroba yang mencemari udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam
lingkungan, misalnya : dari saluran pernapasan manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin
dan dari partikel-partikel debu dari permukaan bumi diedarkan oleh aliran udara
4. Suhu juga turut mempengaruhi keberadaan mikroba di suatu tempat. Suhu rendah menyebabkan
aktifitas enzim menurun dan jika suhu terlalu tinggi dapat mendenaturasi protein enzim
5. Pada umumnya mikroba rusak akibat cahaya, terutama pada mikroba yang tidak mempunyai
pigmen fotosintetik. Sinar dengan gelombang pendek akan berpengaruh buruk terhadap mikroba