pencemaran

12
TUGAS MAKALAH PENCEMARAN “PENCEMARAN LOGAM BERAT MERCURI ( Hg ) DAN SIANIDA ( CN ) DI TELUK KAO, HALMAHERA UTARA “ Oleh : I GEDE SURYA RISUANA 1214511012 ILMU KELAUTAN

Upload: surya-risuana

Post on 28-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: pencemaran

TUGAS MAKALAH PENCEMARAN

“PENCEMARAN LOGAM BERAT MERCURI ( Hg ) DAN SIANIDA ( CN )

DI TELUK KAO, HALMAHERA UTARA “

Oleh :

I GEDE SURYA RISUANA

1214511012

ILMU KELAUTAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2015

Page 2: pencemaran

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nya penyusun bisa menyelesaikan makalah pencemaran yang berjudul

makalah pencemaran ini diajukan guna memenuhi persyaratan mengikuti ujian akhir

semester.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga makalah pencemaran ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah

pencemaran ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. 

Denpasar, 27 Mei 2015 

Penyusun

i

Page 3: pencemaran

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Tujuan........................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Daerah Tercemar......................................................................... 3

2.2 Jenis dan Sumber Pencemar....................................................... 3

2.3 Proses Pencemaran di laut.......................................................... 4

2.4 Akibat Pencemaran...................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: pencemaran

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kawasan pesisir Kabupaten Halmahera Utara terutama kawasan pesisir Teluk Kao memiliki kekayaan sumberdaya hayati dan non-hayati yang cukup tinggi. Keanekaragaman dan kekayaan sumberdaya tersebut memberikan manfaat ekologis dan ekonomi yang sangat besar bagi kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan sumberdaya. Berbagai biota hidup dan berkembang di kawasan tersebut, antara lain mangrove, terumbu karang, ikan, lamun dan lain-lain, sehingga kawasan tersebut menjadi wilayah penangkapan dan budidaya ikan yang cukup potensial bagi masyarakat yang ada disekitarnya.

Teluk Kao juga memiliki kekayaan sumberdaya non hayati yang terdiri dari berbagai jenis mineral bahan tambang yang memiliki nilai ekonomi tinggi, terutama emas dan perak. Besarnya potensi emas di kawasan tersebut menjadi daya tarik berbagai pihak untuk mengeksploitasi, baik secara legal maupun ilegal. Mineral tersebut telah dieksploitasi sejak tahun 1996 oleh PT. Nusa Halmahera Mineral (PT.NHM) dengan luas wilayah tambang 1.672.968 Ha (Amdal NHM 2006) Untuk memisahkan emas dari butiran-butiran pasir digunakan merkuri atau raksa, yakni unsur kimia yang berbentuk cair dan bersifat toksis.

Merkuri (Hg), adalah satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu ruang. Merkuri, baik logam maupun metil merkuri (CH3Hg+), biasanya masuk tubuh manusia lewat pencernaan. Bisa dari ikan, kerang, udang, maupun perairan yang terkontaminasi. Namun bila dalam bentuk logam, biasanya sebagian besar bias diekresikan. Sisanya akan menumpuk di ginjal dan sistem saraf, yang suatu saat akan mengganggu bila akumulasinya makin banyak. Merkuri dalam bentuk logam tidak begitu berbahaya, karena hanya 15% yang bisa terserap tubuh manusia. Tetapi begitu terpapar ke alam, dalam kondisi tertentu ia bisa bereaksi dengan metana yang berasal dari dekomposisi senyawa organic membentuk metil merkuri yang bersifat toksis.( Edward, 2008).

Halstead (1972) menyatakan bahwa bahan kimia toksik tidak dapat didegradasi secara alamiah di laut, sehingga akan mengganggu terhadap kehidupan organisme. Biota laut termasuk ikan yang mengkonsumsi logam berat akan mengalami bioakumulasi di dalam tubuhnya (Hutagalung, 1984). Ikan yang tertangkap di daerah tercemar dengan logam berat seperti Hg dan CN terkadang memiliki tumor pada bagian badannya dan juga luka-luka erosi yang disebabkan oleh bahan kimia toksik. Jika ikan ini dikonsumsi oleh manusia, maka akumulasi logam yang cukup tinggi dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit dan kematian (Ogola et al., 2002; Baker et al., 2004).

Berdasarkan laporan Dinas Kelautan dan perikanan (2007) bahwa sedimen yang masuk ke laut diduga mengandung bahan pencemar logam berat dan sianida yang telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan, sehingga daerah tersebut

1

Page 5: pencemaran

tidak bisa dikembangkan sebagai areal peruntukkan budidaya perikanan. Logam berat yang terkonsumsi oleh biota termasuk ikan konsumsi akan mengalami bioakumulasi di dalam tubuhnya. Jika biota atau ikan tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka akumulasi logam tersebut cukup tinggi, yang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit dan kematian (Hutagalung 1984).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak dan kandungan dari pencemaran merkuri dan sianida akibat dari penambangan emas yang dilakukan di teluk kao baik itu terhadap biota maupun manusia itu sendiri

2

Page 6: pencemaran

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Daerah Tercemar

Teluk Kao terletak di Pulau Halmahera. Di daerah teluk Kao tepatnya di Gosowong sejak tahun 1992 beroperasi kegiatan pertambangan mineral (emas). Kegiatan penambangan ini dilakukan oleh PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) yang merupakan perusahaan patungan antara Newcrest Singapore Holdings Pty. Ltd. (82,5%) dan Antam (17,5%). Kontrak karya ini meliputi luasan sekitar 449.300 hektar dan perusahaan PETI. ( Edward, 2008 ). PT NHM melakukan ekstrasi emas dengan logam berat cianida (CN). Sedangkan PETI menggunakan merkuri (Hg). Minimnya pengolahan limbah yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut, besar kemungkinan pembuangan limbahnya langsung dibuang ke aliran sungai yang mengalir melewati kedua lokasi penambangan dan bermuara ke Teluk Kao. Dengan demikian, limbah berupa Hg dan CN yang digunakan untuk mengekstrak emas pada akhirnya akan bermuara ke perairan Teluk Kao. ( Silvanus M. Simange, 2011 )

Gambar 1. Peta Lokasi Teluk Kao

2.2 Jenis dan Sumber Pencemar

Edward (2008) melaporkan hasil penelitian bahwa Teluk Kao telah tercemar kandungan Hg yang berasal dari proses penambangan emas di sekitarnya namun dengan konsentrasi pencemaran yang rendah. Begitu pula dengan kandungan logam berat pada ikan masih dalam ambang batas layak konsumsi kecuali pada hati

3

Page 7: pencemaran

ikan biji nangka (Upenus sulphureus ). Dimana tingkat kandungan merkuri dalam hati ikan tersebut berkisar 0.51 ppm. Itu WHO ( 2004 ) yaitu sebesar 0.3 ppm.

Menurut laporan Silvanus M. Simange ( 2011 ). Secara umum kandungan sianida (CN) pada ikan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan merkuri (Hg). Kondisi tersebut dimungkinkan terkait dengan besarnya jumlah yang digunakan dan dibuang. Berdasarkan hasil wawancara bahwa sebagian bahan yang digunakan dalam proses ekstraksi emas yang dilakukan oleh PT. NHM adalah sianida sedangkan proses menggunakan ekstraksi pada PETI sebagian besar menggunakan merkuri (Hg). Dengan demikian volume sianida yang terbuang lebih besar dibandingkan merkuri.

2.3 Proses Pencemaran di laut

Dalam proses ekstrasi emas dari batuan, PT. NHM menggunakan sianida (CN), sedangkan PETI menggunakan merkuri (Hg). Kedua jenis bahan kimia sisa proses ekstrasi ini belum diolah dengan baik, sehingga limbahnya masuk ke sungai yang mengalir melewati kedua lokasi penambangan dan kemudian bermuara ke Teluk Kao. (D. Simbolon et al, 2010 ). Setelah itu Logam berat yang masuk ke perairan umumnya akan mengendap di dasar perairan karena merkuri memiliki densitas yang lebih besar dari air laut. Selanjutnya, merkuri tersebut akan terakumulasi pada sedimen dan detritus. Apabila ikan termasuk kelompok pemakan sedimen dan detritus, maka peluang merkuri untuk masuk ke dalam tubuhnya akan semakin besar dan akhirnya akan terakumulasi dalam jumlah besar. (D. Simbolon et al, 2010 )

2.4 Akibat Pencemaran

Sebagian besar penduduk yang bermukim di sekitar wilayah pertambangan emas di Desa Tabobo sangat bergantung pada ikan sebagai sumber protein. Hal ini menunjukan bahwa mereka memakan ikan yang ditangkap dari perairan Teluk Kao. WHO (2004) telah menetapkan jumlah merkuri yang boleh masuk ke tubuh manusia berdasarkan PTWI (Provisional Toreable Weekly Intake). Jumlah merkuri yang diperbolehkan masuk ke dalam tubuh manusia selama satu minggu adalah 0,3 ppm total merkuri atau 0,2 ppm metil merkuri per minggu per 70 kg berat badan. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka seseorang yang berat tubuhnya sekitar 70 kg hanya diperbolehkan memakan ikan yang telah mengandung merkuri sebesar 1 ppm dengan jumlah 300 gram per minggu.

Hasil tangkapan dari Tanjung Taolas, teluk kao adalah kakap merah (Lutjanus saguineus), biji nangka (Upenus sulphureus), dan udang putih (Panaeus merguiensis), sedangkan di Tanjung Akasone tertangkap belanak (Valamugil speigleri), biji nangka (Upenus sulphureus), dan udang putih (Panaeus merguiensis). Logam berat yang larut di perairan kemungkinan besar akan menyebar ke beberapa organ tubuh ikan seperti bagian daging dan hati. Kandungan merkuri yang

4

Page 8: pencemaran

ditemukan pada organ hati pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan daging ikan. Begitu pula dengan sianida pada bagian hati ikan umumnya lebih tinggi dibandingkan pada daging. Hal ini wajar, karena makanan yang masuk ke dalam tubuh ikan akan diolah dan dihancurkan melalui serangkaian proses fisik dan kimiawi dan selanjutnya disebarkan ke seluruh tubuh dan sebagian disimpan sebagai cadangan dalam hati dan sebagai organ detoksifikasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh D. Simbolon et al ( 2010 ) Kandungan merkuri pada bagian daging berkisar 0,03-0,25 ppm, sedangkan pada organ hati berkisar 0,13-0,51 ppm. Sesuai dengan ketentuan WHO (2004), nilai batas ambang merkuri dalam kondisi masih aman dalam tubuh ikan sebesar 0,3 ppm. Hal ini berarti bahwa kandungan merkuri yang terdapat pada bagian daging ikan masih aman dikonsumsi, kecuali pada organ hati ikan biji nangka ( Upenus sulphureus )dimana konsentrasi kandungan merkuri berkisar 0.51 ppm.

Sedangkan Kandungan sianida dalam tubuh ikan sudah melebihi ambang batas yang telah di tentukan olah WHO ( 2004 ) dimana konsentrasi sianida yang dilakukan melalui pengambilan sampel dengan mengunakan 3 jenis ikan yang berbeda didapatkan hasil pada ( Table 1 ).

No Jenis Ikan Rata – rata kadar CN (ppm) pada ikan

Treshold CN

(ppm)

Tingkat kelayakan konsumsi ikan

Daging Hati Daging Hati1 Kakap Merah 5.8 12.3

1.52Tidak Layak Tidak Layak

2 Belanak 5.7 6.0 Tidak Layak Tidak Layak3 Udang Putih 7.3 - Tidak Layak

Tabel 1. Kadar Sianida pada bagian daging dan hati ikan, kaitannya dengan tingkat kelayakan konsumsi (Silvanus M. Simange, 2011 )

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kandungan sianida dalam daging dan hati ikan sudah melebihi ambang batas konsentrasi kandungan sianida pada ikan. Ini menunjukkan bahwa terdapat kontaminasi perairan dan sedimen yang terdapat pada teluk kao. Pencemaran sianida dapat menimbulkan keracunan kronis pada biota perairan. Sianida sejak lama terkenal sebagai racun karena dapat mengganggu fungsi otak, jantung, dan menghambat jaringan pernapasan, sehingga orang menjadi seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian.

5

Page 9: pencemaran

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pencemaran merkuri dan sianida di teluk kao diakibatkan oleh adanya pertambangan emas dimana merkuri dan sianida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk Untuk memisahkan emas dari butiran-butiran pasir.

Terdapat 2 perusahaan pertambangan emas yaitu PT NHM dan PETI dan peti dimana PT. NHM mengunakan bahan kimia merkuri sedangkan PETI menggunakan sianida

Pencemaran di teluk kao didominasi oleh pencemaran sianida sedangkan merkuri sangat sedikit kandungannya.

Kandungan merkuri pada hati ikan biji nangka (Upenus sulphureus) berkisar antara 5.1 ppm itu mengindikasikan bahwa ikan tersebut terpapar oleh pencemaran yang diakibatkan oleh merkuri. Namun pada bagian daging aman untuk di konsumsi.

kandungan sianida dalam daging dan hati ikan kakap merah, belanak, udang putih sudah melebihi ambang batas konsentrasi kandungan sianida pada ikan. Ini menunjukkan bahwa terdapat kontaminasi perairan dan sedimen yang terdapat pada teluk kao.

6

Page 10: pencemaran

DAFTAR PUSTAKA

Baker, R. F., P.J. Blanchfield, M.J. Paterson, R.J. Flett, & L. Wesson. 2004. Evaluation of nonlethal methods for the analysis of mercury in fish tissue. Transac. Am. Fish. Soc. 133: 568-576.

Ogola, J.S., W. V. Mitulla, & M.A. Omulo, 2002. Impact of gold mining on the invironment and human health. Environmental Geochemistry and Health J. 24: 141-158

Edward, 2008. pengamatan kadar merkuri di perairan teluk kao (halmahera) dan perairan anggai (pulau obi) maluku utara. makara, sains, volume 12, no. 2: 97-101

Halstead, B.W. 1972. Toxicity of marine organisms caused by polutanst in marine polutanst and sea life. FAO. Fising New (Book) Ltd Sureey England. 584-594.

Moore, S.J., J.D. Norris, & I.K. Ho. 1986. The efficacy of ketoglutaric acid in the antagonism of cyanide intoxication. Toxicol Appl Pharmacol. J. 82: 40-44.

WHO. 2004. Hydrogen cyanide and cyanides : Human health aspects ; Conicies Internatonal Chemical Assesment dokumen 61. Geneva.

Silvanus M. Simange, 2011. Analisis kandungan merkuri (hg) dan sianida (cn) pada beberapa jenis ikan hasil tangkapan nelayan di teluk kao kabupaten halmahera utara. Jurnal Agroforestri. Volume VI Nomor 2.

D. Simbolon et al. 2010. Kandungan Merkuri dan Sianida pada Ikan yang Tertangkap dari Teluk Kao, Halmahera Utara. vol. 15 (3) 126-134.