penatalaksanaan kanker serviks
DESCRIPTION
medicalTRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim
yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim
onkologi) (Wiknjosastro, 1997). Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien
kanker serviks, tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi
menjadi tiga cara yaitu: histerektomi,
Radiasi, dan
Kemoterapi.
Klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium kanker
serviks :
STADIUM PENATALAKSANAAN
0
Biopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
IaBiopsi kerucut
Histerektomi transvaginal
Ib,Iia
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi
kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi
pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
IVa, IVb
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
(sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1)
Manajemen Tumor Insitu
Manajemen yang tepat diperlukan pada karsinoma insitu. Biopsi dengan
kolposkopi oleh onkologis berpengalaman dibutuhkan untuk mengeksklusi
kemungkinan invasi sebelum terapi dilakukan. Pilihan terapi pada pasien dengan
tumor insitu beragam bergantung pada usia, kebutuhan fertilitas, dan kondisi medis
lainnya. Hal penting yang harus diketahui juga adalah penyebaran penyakitnya
harus diidentifikasi dengan baik.
Karsinoma insitu digolongkan sebagai high grade skuamous intraepitelial
lesion (HGSIL). Beberapa terapi yang dapat digunakan adalah loop electrosurgical
excision procedure (LEEP), konisasi, krioterapi dengan bimbingan kolposkopi, dan
vaporisasi laser. Pada seleksi kasus yang ketat maka LEEP dapat dilakukan selain
konisasi. LEEP memiliki keunggulan karena dapat bertindak sebagai biopsi luas
untuk pemeriksaan lebih lanjut. Keberhasilan eksisi LEEP mencapai 90%
sedangkan konisasi mencapai 70-92%. Teknik lain yang dapat dilakukan untuk
terapi karsinoma insitu adalah krioterapi yang keberhasilannya mencapai 80-90%
bila lesi tidak luas (<2,5 cm), tetapi akan turun sampai 50% apabila lesi luas (> 2,5
cm). Evaporasi laser pada HGSIL memberikan kerbehasilan sampai 94% untuk lesi
tidak luas dan 92% untuk lesi luas. HGSIL yang disertai NIS III memberikan indikasi
yang kuat untuk dilakukan histerektomi. Pada 795 kasus HGSIL yang dilakukan
konisasi didapatkan adanya risiko kegagalan 0,9-1,2% untuk terjadinya karsinoma
invasif.
Manajemen Mikroinvasif
Diagnosis untuk stadium IA1 dan IA2 hanya dapat ditegakkan setelah
biopsi cone dengan batas sel-sel normal, trakelektomi, atau histerektomi. Bila
biopsi cone positif menunjukkan CIN III atau kanker invasif sebaiknya dilakukan
biopsi cone ulangan karena kemungkinan stadium penyakitnya lebih tinggi yaitu IB.
Kolposkopi dianjurkan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya vaginal
intraepithelial neoplasia (VAIN) sebelum dilakukan terapi definitif.
Stadium serviks IA1 diterapi dengan histerektomi total baik abdominal
maupun vaginal. Apabila ada VAIN maka vagina yang berasosiasi harus ikut
diangkat. Pertimbangan fertilitas pada pasien-pasien dengan stadium ini
mengarahkan terapi pada hanya biopsi conediikuti dengan Pap’s smear dengan
interval 4 bulan, 10 bulan, dan 12 bulan bila hasilnya negatif. Stadium serviks IA2
berasosiasi dengan penyebaran pada kelenjar limfe sampai dengan 10% sehingga
terapinya adalah modified radical hysterectomy diikuti dengan limfadenektomi. Pada
stadium ini bila kepentingan fertilitas masih dipertimbangkan atau tidak ditemukan
bukti invasi ke kelenjar limfe maka dapat dilakukan biopsi coneyang luas disertai
limfadenektomi laparoskopi atau radikal trakelektomi dengan limfadenektomi
laparoskopi. Observasi selanjutnya dilakukan dengan Pap’s smear dengan interval 4
bulan, 10 bulan dan 12 bulan.
Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Awal
Pasien-pasien dengan tumor yang tampak harus dilakukan biopsi untuk
konfirmasi diagnosis. Apabila ditemukan gejala-gejala yang berhubungan dengan
metastasis maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan seperti sistoskopi dan
sigmoidoskopi. Pemeriksaan foto toraks dan evaluasi fungsi ginjal sangat
dianjurkan. Stadium awal karsinoma serviks invasif adalah stadium IB sampai IIA (<
4cm). Stadium ini memiliki prognosis yang baik apabila diterapi dengan operasi atau
radioterapi. Angka kesembuhan dapat mencapai 85% sampai 90% pada pasien
dengan massa yang kecil. Ukuran tumor merupakan faktor prognostik yang penting
untuk kesembuhan atau angka harapan hidup 5 tahunnya.
Penelitian kontrol acak selama 5 tahun mendapatkan bahwa radioterapi atau
operasi menunjukkan angka harapan hidup 5 tahunan yang sama dan tingkat
kekambuhan yang sama-sama kecil untuk terapi karsinoma serviks stadium dini.
Morbiditas terutama meningkat apabila operasi dan radiasi dilakukan bersama-
sama. Namun, pemilihan pasien dengan penegakkan stadium yang baik dibutuhkan
untuk menentukan terapi operatif. Jenis operasi yang dianjurkan untuk stadium IB
dan IIA (dengan massa < 4cm) adalah modified radical hysterectomy atau radical
abdominal hysterectomy disertai limfadenektomi selektif. Setelah dilakukan
pemeriksaan patologi anatomi pada jaringan hasil operasi dan bila didapatkan
penyebaran pada kelenjar limfe paraaorta atau sekitar pelvis maka dilakukan radiasi
pelvis dan paraaorta. Radiasi langsung dilakukan apabila besar massa mencapai
lebih dari 4 cm tanpa harus menunggu hasil patologi anatomi kelenjar limfe.
Penelitian kontrol acak menunjukkan bahwa pemberian terapi sisplatin yang
bersamaan dengan radioterapi setelah operasi yang memiliki invasi pada kelenjar
limfe, parametrium, atau batas-batas operatif menunjukkan keuntungan secara
klinis. Penelitian dengan berbagai dosis dan jadwal pemberian sisplatin yang
diberikan bersamaan dengan radioterapi menunjukkan penurunan risiko kematian
karena kanker serviks sebanyak 30-50%. Risiko juga meningkat apabila didapat
ukuran massa yang lebih dari 4 cm walaupun tanpa invasi pada kelenjar-kelenjar
limfe,infiltrasi pada kapiler pembuluh darah, invasi di lebih dari 1/3 stroma serviks.
Radioterapi pelvis adjuvan akan meningkatkan kekambuhan lokal dan menurunkan
angka progresifitas dibandingkan tanpa radioterapi.
Manajemen Karsinoma Invasif Stadium Lanjut
Ukuran tumor primer penting sebagai faktor prognostik dan harus dievaluasi
dengan cermat untuk memilih terapi optimal. Angka harapan hidup dan kontrol
terhadap rekurensi lokal lebih baik apabila didapatkan infiltrasi satu parametrium
dibandingkan kedua parametrium. Pengobatan terpilih adalah radioterapi lengkap,
dilanjutkan penyinaran intrakaviter. Terapi variasi yang diberikan biasanya beruapa
pemberian kemoterapi seperti sisplatin, paclitaxel, 5-fluorourasil, docetaxel, dan
gemcitabine.Pengobatan bersifat paliatif bila stadium mencapai staidum IVB dalam
bentuk radiasi paliatif.
Manajemen Nyeri Kanker
Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :
1. Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen, OAINS
(Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
2. Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok opioid ringan
seperti kodein dan tramadol
3. Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid kuat seperti
morfin dan fentanil
(sumber : Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
2. Jakarta : FKUI)
Operasi
Operasi bertujuan untuk mengambil atau merusak kanker. Bisa
menggunakan bedah mikrografik atau laser. Tujuan utamanya untuk mengangkat
keseluruhan tumor / kanker.
Operasi sederhana dilakukan pada tingkat stadium awal (prakanker) dari 0-
1A. operasi tersebut disebut konisasi: pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada
serviks dan kanal serviks. Karena berada dalam stadium awal, kanker masih berada
di sel-sel selaput lendir. Operasi juga dapat dilakukan jika pasien masih ingin hamil.
Bila pasien sudah tidak ingin hamil lagi, maka histerektomi simple
(pengangkatan rahim secara keseluruhan) akan dilakukan. Tujuannya adalah agar
kanker tidak tumbuh lagi.
Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk
mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).
Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik,
dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga
harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti: penyakit jantung,
ginjal dan hepar. Jika kanker sudah berada pada stadium 1B-2A/2B maka
histerektomi radikal akan dilakukan
Ada 2 histerektomi :
Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks
Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur, tuba
falopi maupun kelenjar getah bening di dekatnya.
Stadium pra kanker ataupun kanker serviks yang kurang invasif (stadium IA)
biasanya diobati dengan histerektomi. Bila pasien masih ingin memiliki anak,
metode LEEP (Loop electrosurgical excision procedure): menggunakan arus listrik
yang dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks.
atau cone biopsy dapat menjadi pilihan.
Cryosurgery: yaitu pengobatan dengan cara membekukan dan menghancurkan
jaringan abnormal (biasanya untuk stadium pra-kanker serviks)
Bedah laser: untuk memotong jaringan atau permukaan lesi pada kanker serviks
Untuk stadium kanker serviks awal IB dan IIA:
Ukuran tumor lebih kecil dari 4cm: radikal histerektomi ataupun radioterapi
dengan/tanpa kemoterapi.
Ukuran tumor lebih besar dari 4cm: radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin,
histerektomi, ataupun kemo berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi
Biasanya, histerektomi dilakukan dengan suatu insisi (memotong melalui dinding
abdomen) abdominal histerektomi atau lewat vagina (vaginalis histerektomi).
Perawatan di Rumah Sakit biasanya lebih lama abdominal histerektomi daripada
vaginal histerektomi (4-6 hari rata-rata) dan biaya juga lebih banyak. Prosedur ini
lebih memakan waktu (sekitar 2 jam, kecuali uterus tersebut berukuran lebih besar
pada vaginal histerektomi ) justru lebih lama. Perlu diingat aturan utama sebelum
dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui beberapa test untuk memilih
prosedur optimal yang akan digunakan : Pemeriksaan panggul lengkap
(Antropometri) termasuk mengevaluasi uterus di ovarium, Pap smear terbaru, USG
panggul, tergantung pada temuan diatas.
Beberapa hari setelah menjalani histerektomi, penderita bisa mengalami nyeri di
perut bagian bawah. Untuk mengatasinya bisa diberikan obat pereda nyeri.
Penderita juga mungkin akan mengalami kesulitan dalam berkemih dan buang air
besar. Untuk membantu pembuangan air kemih bisa dipasang kateter.
Beberapa saat setealh pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi agar
penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk hubungan seksual)
biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8 minggu.
Setelah menjalani histerektomi, penderita tidak akan mengalami menstruasi lagi.
Histerektomi biasanya tidak mempengaruhi gairah seksual dan kemampuan untuk
melakukan hubungan seksual.
Tetapi banyak penderita yang mengalami gangguan emosional setelah histerektomi.
Pandangan penderita terhadap seksualitasnya bisa berubah dan penderita
merasakan kehilangan karena dia tidak dapat hamil lagi.
Kemoterapi
Memberikan obat antikanker untuk membunuh sel-sel kanker. Bisa berupa obat
yang diminum, dimasukkan bersama cairan intravena, atau injeksi. Contoh obat
yang diberikan dalam kemoterapi, misalnya sitostatika.
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. (Prayetni, 1997). Obat kemoterapi
digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis
kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai
penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh dengan
pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol
penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh.
Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan
sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi
kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan
agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan.
(Gale & Charette, 2000). Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker
serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adremycin Platamin), PVB
(Platamin Veble Bleomycin) dan lain - lain (Prayetni, 1997).
Cara pemberian kemoterapi:
1. Ditelan
2. Disuntikkan
3. Diinfus
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal / bersama terapi
radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah :Cisplatin., Fluorouracil (5-FU).
Sedangkan Obat kemoterapi yang paling sering digunakan untuk kanker serviks
stage IVB / recurrent adalah :Mitomycin. Paclitaxel, Ifosfamide.
Topotecan telah disetujui untuk digunakan bersama dengan cisplastin untuk kanker
serviks stage lanjut, dapat digunakan ketika operasi / radiasi tidak dapat dilakukan
atau tidak menampakkan hasil; kanker serviks yang timbul kembali / menyebar ke
organ lain.
Kemoterapi dapat digunakan sebagai :
1. Terapi utama pada kanker stadium lanjut
2. Terapi adjuvant/tambahan – setelah pembedahan untuk meningkatkan hasil
pembedahan dengan menghancurkan sel kanker yang mungkin tertinggal dan
mengurangi resiko kekambuhan kanker.
3. Terapi neoadjuvan – sebelum pembedahan untuk mengurangi ukuran tumor
4. Untuk mengurangi gejala terkait kanker yang menyebabkan ketidaknyamanan dan
memperbaiki kehidupan pasien (stadium lanjut / kanker yang kambuh)
5. Memperpanjang masa hidup pasien (stadium lanjut / kanker yang kambuh)
Efek samping dari kemoterapi adalah :
Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang saat
beristirahat, kadang berlangsung terus sampai akhir pengobatan.
Mual dan muntah
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan obat anti mual
sebelum, selama, dan sesudah pengobatan.
Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang diare
sampai dehidrasi berat dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah dan
sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi kehilangan cairan.
Bila susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika memungkinkan olahraga.
Sariawan
Rambut rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu
setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat kulit
kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi.
Otot dan saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan
dan kaki. Serta kelemahan pada otot kaki.
Efek pada darah
Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada kerja sumsum tulang
yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah, sehingga jumlah sel darah
merah menurun. Yang paling sering adalah penurunan sel darah putih (leukosit).
Penurunan sel darah terjadi setiap kemoterapi, dan test darah biasanya dilakukan
sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali
normal. Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan :
Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel darah yang
memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa obat kemoterapi yang
menyebabkan peningkatkan leukosit.
Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah, apabila jumlah
trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan bercak merah pada
kulit.
Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan penurunan Hb
(Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah merah. Penurunan sel darah
merah dapat menyebabkan lemah, mudah lelah, tampak pucat.
Kulit menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.
Elektrokoagulasi
Membakar sel-sel kanker dengan aliran listrik yang telah diatur voltasenya
Radiasi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel
kanker.
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium
II B, III, IV diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan
tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif
ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya dan
atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap
mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar
seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis
kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Bila sel kanker
sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang
diberikan secara selektif pada stadium IV A.
Selama menjalani radioterap, penderita mudah mengalami kelelahan yang luar
biasa, terutama seminggu sesudahnya.
Istirahat yang cukup merupakan hal yang penting, tetapi dokter biasanya
menganjurkan agar penderita sebisa mungkin tetap aktif. Pada radiasi eksternal,
sering terjadi kerontokan rambut di daerah yang disinari dan kulit menjadi merah,
kering serta gatal-gatal. Mungkin kulit akan menjadi lebih gelap. Daerah yang
disinari sebaiknya mendapatkan udara yang cukup, tetapi harus terlindung dari sinar
matahari dan penderita sebaiknya tidak menggunakan pakaian yang bisa
mengiritasi daerah yang disinari.
Biasanya, selama menjalani radioterapi penderita tidak boleh melakukan hubungan
seksual. Kadang setelah radiasi internal, vagina menjadi lebh sempit dan kurang
lentur, sehingga bisa menyebabkan nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
Untuk mengatasi hal ini, penderita diajari untuk menggunakan dilator dan pelumas
dengan bahan dasar air.
Pada radioterapi juga bisa timbul diare dan sering berkemih.