penatalaksanaan fisioterapi pada bronkiektasis disertai dengan cor pulmonale dan coronary artery...

113
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKIEKTASIS DISERTAI DENGAN COR PULMONALE DAN CORONARY ARTERY DISEASE DISUSUN OLEH : Ade Fitri (1006719652) AsmallahPutriWandasari (1006778011) IrmanGalihPrihantoro (1006778213) Nabila Fatana (1006720181) VertiliaDesi (1006720420) PROGRAM VOKASI KEDOKTERAN BIDANG STUDI FIFIOTERAPI 2010

Upload: vertilia-desy

Post on 31-Oct-2015

1.789 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

konfrensi kasus Fisioterapi UI 2010 di RSCM

TRANSCRIPT

Page 1: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BRONKIEKTASIS

DISERTAI DENGAN COR PULMONALE DAN CORONARY

ARTERY DISEASE

DISUSUN OLEH :

Ade Fitri (1006719652)

AsmallahPutriWandasari (1006778011)

IrmanGalihPrihantoro (1006778213)

Nabila Fatana (1006720181)

VertiliaDesi (1006720420)

PROGRAM VOKASI KEDOKTERAN

BIDANG STUDI FIFIOTERAPI 2010

UNIVERSITAS INDONESIA

Page 2: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang MahaEsakarenaakanlimpahanrahmatdanhidayah-Nyasehingga kami dapatmenyelesaikanpenyusunanmakalahkonferensikasusFisioterapiKardiorespirasi (FT D) dengantepatwaktu.

PembuatanmakalahinibertujuanuntukmelengkapitugasdalamPraktekKlinik I Semester V dansebagai persyaratan untuk mengikuti Ujian Tengah Semester V.

Dalam penyusunan makalah ini kami telah banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik dokter, instruktur atau fisioterapis, senior fisioterapis angkatan 2009, dan teman-teman seperjuangan.Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan makalah ini.

Kami menyadari tanpa bimbingan dan pengarahan dari semua pihak, maka laporan ini tidak akan tersusun dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada dokter, dosen mata ajar fisioterapi kardiorespirasi, seluruh pembimbing praktek klinik fisioterapi di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo dan teman-teman mahasiswa fisioterapi Universitas Indonesia.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah konferensi ini. Oleh sebab itu penulis mengaharapkan saran-saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan rekan-rekan fisioterapis pada khususnya.

Makalah ini belum atau tidak bisa dijadikan acuan sebelum disetujui dosen pembimbing dan dikonferensikan atau dipresentasikan.

Jakarta, 1 November 2012

Penulis

i

Page 3: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah konferensi kasus telah dikoreksi, disetujui dan diterima

Pembimbing Praktik Klinik Program Studi Fisioterapi Kardiorespirasi (FT D)

RSCM untuk melengkapi tugas Praktik Klinik dan memenuhi persyaratan untuk

megikuti Ujian Tengah Semester (UTS) 2012.

Pada hari : Jum’at

Tangga l : 2 November 2012

Nama Pembimbing :

(Tanda Tangan)

…………………………

M. Saffarudin, AMF

ii

Page 4: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah ...............................................................................12. Identifikasi Masalah .....................................................................................23. Rumusan Masalah.........................................................................................24. Tujuan Penulisan ..........................................................................................25. Metode Penulisan .........................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI

1. Definisi Bronkiektasis...................................................................................42. Anatomi dan Fisiologi Saluran Pernafasan..................................................53. Anatomi dan Fisiologi Jantung...................................................................184. Etiologi Bronkiektasis.................................................................................195. Patofisiologi Bronkiektasis..........................................................................206. Manifestasi Klinis Bronkiektasis.................................................................227. Prognosis.....................................................................................................238. Proses Bronkiektasis....................................................................................24

BAB III ISI

1. Formulir fisioterapi ....................................................................................54

BAN IV PENUTUP

1. Kesimpulan .................................................................................................662. Saran ...........................................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................67

LAMPIRAN..................................................................................................................68

iii

Page 5: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Bernapas merupakan suatu proses yang vital bagi mahkluk hidup.

Seluruh mahluk hidup bernapas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak

terkecuali manusia. Manusia bernapas untuk memenuhi kadar oksigen yang

diperlukan tubuhnya. oksigen tersebut digunakan oleh setiap sel dalam

tubuh manusia untuk melakukan metabolismenya, sehingga ada zat sisa

berupa karbondioksida dan air yang harus dihilangkan. Pada proses

pernapasan hal ini berlangsung bergantian, pertama manusia menghirup

udara untuk mengambil oksigen kemudian disusul dengan menghembuskan

napas untuk membuang zat sisa tersebut. Manusia bernafas dengan organ

paru-paru, udara yang dihirup masuk melalui jalur nafas, yaitu: hidung,

faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus. Proses bernapas terjadi

secara sadar ataupun tidak sadar, bisa dikatakan bernapas merupakan suatu

proses yang otomatis.

Karena pernapasan tersusun dari beberapa organ yang berbeda, tidak

menutup kemungkinan organ ini dapat mengalami masalah yang bisa

mengganggu proses pernapasan baik itu ringan ataupun berat. Gangguan ini

akan menyebabkan kesulitan bernapas pada penderitanya, dalam jangka

yang panjang gangguan ini akan mempengaruhi metabolisme tubuh si

penderita. Gangguan pada paru dapat berupa gangguan yang obstruktif

ataupun restriktif. Gangguan paru obstruktif biasanya terjadi pada jalan

napas itu sendiri atau organ paru itu sendiri, Dikenal dengan Penyakit Paru

Obstruksi Kronik (PPOK). Sedangkan restriksi gangguannya berasal dari

luar atau dalam paru-paru. Dikenal dengan Penyakit Paru Restriksi

(PPR).Masing – masing penyakit ini memiliki karakterisktiknya tersendiri.

Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai penyakit paru

obstruktif yang berkaitan dengan seorang pasien yang kasusnya kami angkat

dalam makalah ini.

1

Page 6: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka malasalah yang

timbul dalam kasus Bronkiektasis adalah gangguan pernapasan berupa,

sesak nafas; batuk yang tidak efektif; retensi sputum; penurunan

pengembangan dada; perubahan postur tubuh; atau gangguan aktivitas

sehari-hari.

2.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang muncul akibat dari Bronkiektasis bisa

menjadi luas, maka dalam makalah kasus konfrensi ini kami akan

membatasi bahasan Bronkiektasis ini berdasarkan pasien yang kami

temui dilapangan praktek, dalam hal iniRumah Sakit Cipto

Mangunkusumo. Yakni Penatalaksanaan fisioterapi pada penderita

Bronkiektasis.

2.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah:

1. Definisi penyakitBronkiektasis?

2. Bagaimanaanatomidanfungsional saluran nafas dan paru - paru?

3. Bagaimana anatomi dan fisiologi jantung?

4. Apa etiologi dariBronkiektasis?

5. Bagaimana patofisiologi Bronkiektasis?

6. Apa manifestasi klinis dari Bronkiektaksis?

7. Apa prognosis dari Bronkiektaksis?

8. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada Bronkiektasis?

3. Tujuan Pembuatan Makalah

Adapun tujuan pembuatan makalah ini dibagi menjadi dua, yakni

tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan Umum

2

Page 7: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

1. Makalah ini dibuat sebagai bentuk tugas akhir saat kami

akan berpindah stase peminatan.

2. Untuk menambah pengetahuan kelompok kami mengenai

masalah pada Bronkiektasis.

b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui definisi Bronkiektasis.

2. Mengetahuianatomisalura nafasdanparu-paru.

3. Mengetahui anatomi jantung.

4. MengetahuietiologiBronkiektasis.

5. MengetahuipatofisiologiBronkiektasis.

6. Mengetahuimanifestasi klinisdariBronkiektasis.

7. Mengetahui prognosis Bronkiektaksis.

8. Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

Bronkiektasis.

4. Metode Penulisan

Dalam penyusunan makalah ilmiah ini, metode yang digunakan adalah

metode kepustakaan, yaitu membaca buku – buku dan juga literature dari

internet yang masih berhubungan dengan kasus yang diangkat.Selain itu ada

juga metode observasi langsung pada pasien.

a. Sistematika penulisan

Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.BAB II merupakan kajian teori yang meliputi definisi,

patofisiologi, etiologi, gekjala, prognosis Bronkiektasissampai dengan

intervensi fisoterapi pada kasus tersebut.BAB III merupakan

pembahasan status, serta BAB IV merupakan penutup yang berupa

kesimpulan dan saran.

3

Page 8: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Definisi Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin

disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus;

aspirasi benda asing, muntahan, dan benda-benda dari saluran pernafasan atas;

dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran

nodus limfa ( Brunner and Suddart, 2002 ).

Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tidak dapat pulih lagi dari

bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan memanjang,

aspirasi benda asing, atau massa (missal: neoplasma) yang menghambat lumen

bronchial dengan obstruksi (Hudakand Gallo, 1997). 

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yaitu penebalan dinding

bronkus dan berkurangnya elastisitas bronkus sehingga menyebabkan

perubahan bentuk bronkus yang abnormal serta penyempitan jalan udara pada

bronkus. Pada bronkiektasis berat, pasien mengalami batuk yang terus menerus

dengan retensi sputum, penurunan berat badan, lemah badan, dan nyeri pleura.

Sesak nafas dan sianosis timbul pada kelainan yang luas, yaitu bila disertai

dengan korpulmonal dan juga dapat mengakibatkan Jantung Koroner atau

Coronary Artery Desease dengan Gagal Jantung atau Congestive Heart

Failure.

Cor pulmonale merupakan suatu keadaan dimana timbul hipertrofi dan

dilatasi ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat

penyakit yang menyerang struktur atau fungsi paru-paru atau pembuluh

darahnya.Definisi ini menyatakan bahwa penyakit jntung kiri maupun penyakit

jantung bawaan tidak bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonale.Kor

pulmonale bisa terjadi akut (contohnya, emboli paru-paru masif) atau kronik.

(A. Price Sylvia, 1995).

4

Page 9: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Gangguan vaskular yang membuat sumbatan dan penyempitan pembuluh

darah coronary artery dan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan supply

oksigen ke otot jantung disebut sebagai CAD ( McCance and Huether, 2005)

Gagal jantung, sering disebut Congestive heart failure (CHF) adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah Congestive

heart failure (CHF), paling sering digunakan kalau terjadi gagal jaantung kiri

dan kana ( Brunnerand Suddart, 2001).

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi

Gambar: Sistem respirasi pada manusia (kiri) dan struktur alveolus (kanan)

(Ninda Rosdiana, 2012)

Sistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian

atas dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari:

rongga hidung, faring dan laring. Saluran nafas bagian bawah terdiri dari

trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.

2.1. Saluran Nafas Bagian Atas

2.1.1. Hidung

Saluran pernafasan yang pertama adalah hidung atau naso. Ketika

proses pernafasan berlangsung, udara yang dihirup melalui rongga

5

Page 10: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

hidung akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi),

penghangatan, dan pelembaban. Hidung terdiri atas bagian- bagian

sebagai berikut:

a. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.

b. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.

c. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang

dinamakan karang hidung atau konka nasalis, yang berjumlah 3

buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka

nasalis superior.

Diantara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu:

meatus superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus

ini yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat

lubang yang berhubungan dengan tekak yang disebut koana.

Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga

hidung berhubungan dengan rongga yang disebut sinus paranasalis

yaitu sinus maksilaris pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang

dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus etmoidalis

pada rongga tulang tapis.

Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang

menuju ke konka nasalis . Pada konka nasalis terdapat sel-sel

penciuman , sel tersebut terutama terdapat pada di bagian atas. Pada

hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf

penciuman, nervus olfaktorius.

Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-

langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga

tekak dengan rongga pendengaran tengah .Saluran ini disebut tuba

auditivaeustachi yang menghubungkan telinga tengah dengan faring

dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata atau

tuba lakrimalis.

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat

banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.Lendir di

sekresi secara terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi

6

Page 11: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring

oleh gerakan silia.

2.1.2. Faring

Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti

corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Ke

atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke

depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus faucium,

sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus

pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus.

Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu

menelan, resonansi suara, dan untuk artikulasi. Faring terdiri atas:

1) Nasofaring

Relatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat

dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid

pada dinding lateral faring, torus tubarius, kantong rathke,

choanae, foramen jugulare, dan muara tuba eustachius.

2) Orofaring

Struktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring,

tonsil palatina, fossa tonsilaris, arkus faring, uvula, tonsil lingual,

dan foramen caecum.

a. Dinding posterior faring, penting karena ikut terlibat pada

radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta

gangguan otot-otot di bagian tersebut.

b. Fossa tonsilaris, berisi jaringan ikat jarang dan biasanya

merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses.

c. Tonsil, adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan

ditunjang oleh jaringan ikat dan ditunjang kriptus di dalamnya.

Ada 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil

palatina, dan tonsil lingual.

3) Laringofaring

7

Page 12: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Struktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica,

epiglotis, serta fossa piriformis.

2.1.3. Laring (tenggorok)

Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara.Pada bagian

pangkal ditutup oleh sebuah katup tenggorok yang disebut epiglottis,

yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi ketika menelan

makanan dengan menutup laring.Epiglottis akan membantu menutup

laring ketika menelan.

2.2. Saluran Nafas Bagian Bawah

2.2.1. Trachea atau Batang tenggorok

Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm

dengan lebar 2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea

kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni,

berakhir setinggi angulus sternalis atau sampai kira-kira ketinggian

vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang menjadi dua

bronkus (bronchi).

8

Page 13: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

2.2.2. Bronkus

Gambar: Saluran pernafasan bawah manusia (Evelyn, 2009)

Bronkus terdiri dari 2 cabang utama, yaitu bronkus kanan dan kiri

yang akan bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus

segmentalis. Percabangan ini berjalan terus-menerus menjadi bronkus

yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus

terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung alveoli.

Bronkus merupakan percabangan dari trachea.Terdiri dari bronkus

dextra dan bronchus sinistra.

a.) Bronkus Dextra

Mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan

letaknya lebih vertikal daripada bronkus sinistra.Hal ini

disebabkan oleh desakan dari arcus aorta pada ujung caudal

trachea ke arah kanan, sehingga benda-benda asing mudah masuk

ke dalam bronkus dextra.

Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan masuk kedalam hilus

pulmonis setinggi vertebra thoracalis VI. Vena Azygos

melengkung di sebelah cranialnya.Ateria pulmonalis pada

9

Page 14: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

mulanya berada di sebelah inferior, kemudian berada di sebelah

ventralnya.Membentuk tiga cabang (bronkus sekunder), masing-

masing menuju ke lobus superior, lobus medius, dan lobus

inferior.

Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus superior letaknya

di sebelah cranial a.pulmonalis dan disebut bronkus

eparterialis.Cabang bronkus yang menuju ke lobus medius dan

lobus inferior berada di sebelah caudal a.pulmonalis disebut

bronkus hyparterialis.Selanjutnya bronkus sekunder tersebut

mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen

pulmo.

b.) Bronkus Sinistra

Mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya lebih

panjang daripada bronkus dextra.Berada di sebelah caudal arcus

aortae, menyilang di sebelah ventral oesophagus, ductus

thoracicus, dan aorta thoracalis.

Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis,

lalu di sebelah dorsalnya dan akhirnya berada di sebelah

inferiornya sebelum bronkus bercabang menuju ke lobus superior

dan lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis.

Pada tepi lateral batas trachea dan bronkus terdapat

lymphonodus tracheobronchialis superior dan pada bifurcatio

tracheadi sebelah caudal, terdapat lymphonodus

tracheobronchialis inferior.

Bronkus memperoleh vaskularisasi dari a.thyroidea

inferior.Innervasinya berasal dari n.vagus, n. recurrens, dan

truncus sympathicus.

2.2.3. Bronkiolus

Bronkus bercabang-cabang menjadi bronkiolus.Bronkiolus

mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang

10

Page 15: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan

napas. Cabang-cabang bronkus:

1) Bronkiolus Terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus

terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.

2) Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian bercabang menjadi bronkiolus

respiratori.Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran

transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran

gas.

3) Duktus alveolar dan Sakus alveolar

Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus

alveolar dan sakus alveolar.Dan kemudian menjadi alveoli.

2.2.4. Alveoli

Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2. Terdapat sekitar 300

juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.

Terdiri atas 3 tipe :

1) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding

alveoli.

2) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan

mensekresi surfaktan, yaitu suatu fosfolipid yang melapisi

permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.

3) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel

fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.

2.2.5. Paru-Paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas

gelembung-gelembung kecil atau alveoli.Alveolus dipisahkan oleh

dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang

terdiri dari 3 lobus, yaitu: lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo

11

Page 16: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

dekstra media, lobus pulmo dekstra inferior dan paru-paru kiri yang

terdiri dari 2 lobus, yaitu:lobus sinistra superior dan lobus sinistra

inferior.

Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama

segmen. Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada

lobus superior dan lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10

segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen

pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap

segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama

lobulus.

Gambar: Pembagian Segmen pada Lobus Paru (Jardins TD, 2002)

12

Page 17: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah

rongga dada atau kavum mediastinum.Pada bagian tengah terdapat

tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak

jantung.

Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang bernama

pleura.Pleura dibagi menjadi dua yaitu pleura visceral atau selaput

pembungkus dada yaitu selaput paru yang langsung membungkus

paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada

sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat rongga kavum yang

disebut kavum pleura.Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/

hampa udara.

2.3. Suplai Darah

Setiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi dari ventrikel

kanan jantung, memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabang-

cabang untuk lobus, segmen dan lobules.Cabang-cabang terminal berakhir

dalam sebuah jaringan kapiler pada permukaan setiap alveolus. Jaringan

kapiler ini mengalir ke dalam vena yang secara progresif makin besar,

yang akhirnya membentuk vena pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang

dilalui oleh darah yang teroksigenasi ke dalam atrium kiri jantung.

Artheria bronchiale yang lebih kecil dari aorta menyuplai jaringan paru

dengan darah yang teoksigenasi.

2.4. Cara Kerja Paru – paru

Paru-paru berfungsi sebagai penyuplai oksigen bagi tubuh kita, dan ia

bekerja secara otomatis. Ketika tubuh bekerja keras, paru-paru akan

bekerja lebih cepat. Sebaliknya, ketika tubuh dalam keadaan santai, paru-

paru juga bekerja dengan lebih pelan.

Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak

semua udara yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara

tercampur dengan berbagai jenis gas.Pada waktu kita bernapas, paru-paru

13

Page 18: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

menarik udara dari ruang tenggorokan.Saat dihembuskan, rangka tulang

rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah tulang rusuk

bergerak ke atas.Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam

kantung udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang

tenggorokan.

Dalam banyak keadaan, termasuk yang telah disebut oksigen dapat

diatur menurut keperluan orang tergantung pada oksigen untuk hidupnya,

kalau tidak mendapatkannya selama kurang lebih 4 menit dapat

mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat perbaiki dan

biasanya pasien meninggal.

2.5. Volume Udara pada Paru

Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai

4.500 cc. Udara ini dikenal sebagaikapasitas total udara pernapasan

manusia.Walaupun demikian, kapasitas vital udarayang digunakan dalam

proses bernapas mencapai 3.500 cc, yang1.000 cc merupakan sisa udara

yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru-paru

sebagairesiduatauudarasisa. Kapasitas vital setiap orang berbeda-beda.

Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh

beberapa aktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan

kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan. Volume udara paru-paru

terdiri dari:

1) Volume tidal (VT)

Volume tidal merupakan volume udara yang dapat diinspirasikan

maupun diekspirasikan. Volume Tidal ± 500 ml

2) Volume cadangan inspirasi (VCI)

Volume cadangan inspirasi merupakan volume tambahan

udarayang dapat diinspirasikan setelah volume tidal normal. Volume

Cadangan Inspirasi ± 3000-3100 ml

3) Volume cadangan ekspirasi (VCE)

14

Page 19: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Volume cadangan ekspirasi merupakan volume udarayang dapat

diekspirasikan setelah ekspirasi tidak normal.Cadangan Ekspirasi ±

1100-1200 ml.

4) Volume sisa (Volume Residu)

Volume sisa merupakan volume yang masih tersisa didalam paru-

paru setelah melakukan ekspirasi dengan kuat.Volume Residu ±1000-

1200 ml

Volume Mati adalah volume udara yang mengisi saluran

pernafasan, besarnya ± 150 ml.

Berdasarkan volume udara pernafasan tersebut, dapat ditentukan

kapasitas paru-paru. Beberapa jenis kapasitas paru-paru adalah sebagi

berikut:

1) Kapasitas Inspirasi

Merupakan hasil penjumlahan dari Volume Tidal dan Volume

Cadangan Inspirasi.

VT + VCI = ±500 ml + ±3100 ml =± 3600 ml

2) Kapasitas Residu Fungsional

Merupakan hasil penjumlahan dari Volume Cadangan

Ekspirasidan Volume Residu.

VCE + VR =±1200 ml + ±1200 ml = ±2400 ml

3) Kapasitas Vital

Merupakan hasil penjumlahan dari Volume Cadangan Inspirasi,

Volume Tidal dan Volume Cadangan Ekspirasi.

VCI + VT + VCE = ±3100 ml + ±500 ml + ±1200 ml = ± 4800

ml

4) Kapasitas Total

Merupakan hasil penjumlahan dari Volume Tidal, Volume

Cadangan Inspirasi, Volume Cadangan Ekspirasi, dan Volume Residu.

VT + VCI + VCE + VR =±500 ml + ±3100 ml + ±1200 ml +

±1200 ml = ±6000 ml

15

Page 20: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

2.6. Mekanisme Pernafasan Manusia

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau

dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi

oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas

maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu:

a.) Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara

dalam alveolus dengan darah dalam kapiler.

b.) Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam

kapiler dengan sel-sel tubuh.

Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan

tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika

tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk.

Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara

akan keluar.

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara atau

inspirasi dan pengeluaran udara atau ekspirasi, maka mekanisme

pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan

pernapasan perut.Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.

a.) Pernafasan Dada

Apabila kita menghirup dan menghempaskan udara menggunakan

pernapasan dada, otot yang digunakan yaitu otot antartulang

rusuk.Otot ini terbagi dalam dua bentuk, yakni otot antartulang rusuk

luar dan otot antartulang rusuk dalam.

Saat terjadi inspirasi, otot antartulang rusuk luar berkontraksi,

sehingga tulang rusuk menjadi terangkat.Akibatnya, volume rongga

dada membesar.Membesarnya volume rongga dada menjadikan

tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil/berkurang, padahal

tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian, udara bebas akan

mengalir menuju paru-paru melewati saluran pernapasan.

Sementara saat terjadi ekspirasi, otot antartulang rusuk dalam

berkontraksi menjadi mengkerut atau mengendur, sehingga tulang

rusuk dan tulang dada ke posisi semula.Akibatnya, rongga dada

16

Page 21: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

mengecil.Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga

dada menjadi meningkat, sedangkan tekanan udara di luar

tetap.Dengan demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru

menjadi terdorong keluar.

b.) Pernafasan Perut

Pada proses pernapasan ini, fase inspirasi terjadi apabila otot

diafragma atau sekat rongga dada mendatar dan volume rongga dada

membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih kecil

daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi

terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut atau berkontraksi dan

volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam

rongga dada lebih besar daripada udara di luar.Akibatnya udara dari

dalam terdorong ke luar.

2.7. Otot-Otot Pernaafasan

Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka

dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada)

tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang

belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.

Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi

penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas

adalah sebagai berikut :

2.7.1. Otot inspirasi :

a. Otot utama:

1.) m. diaphragm

2.) m.intercostalis external

b. Otot-otot bantu:

1.) m.sternocleidomastoid yang mengangkat sternum.

2.) m. upper trapezius

3.) m.scalenus yang mengangkat 2 iga teratas.

4.) m.serratus anterior

17

Page 22: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

5.) m.pectoralis mayor

6.) m.pectoralis minor

2.7.2. Otot ekspirasi

a. Pernapasan normal : elastisitas paru

b. Pernapasan paksa :

1.) otot abdominalis terdiri dari m.rectus abdominis, internal,

eksternal, dan transversal.

2.) m. intercostalis internus yang menurunkan iga-iga.

3. Anatomi dan Fisiologi Jantung

Gambar: Struktur jantung (Guyton, 2008)

Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah

dada, bertumpu pada diaphragm thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas

processus xiphoideus.Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan

basis cordis, atrium kanan dan kiriserta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran

jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cmseta tebal kira-kira 6 cm.Berat

jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar

darikepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam

18

Page 23: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

masa periodeitu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571

liter darah.

Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium dimana teridiri

antara lapisan fibrosa dan serosa.Jantung mempunyai empat ruangan, yaitu

atrium sinister (serambi kiri), atrium dexter (serambi kanan), ventrikel sinister

(bilik kiri), dan ventrikel dexter (bilik kanan).Antarsisi kiri dan kanan jantung

dipisahkan oleh septum (sekat) yang berupa otot yang padat.

Atrium merupakan ruangan jantung tempat masuknya darah dari pembuluh

balik (vena).Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup valvula

bikuspidalis (katup berdaun dua).Katup ini berfungsi mencegah darah dalam

ventrikel kiri agar tidak mengalir kembali ke atrium kiri saat jantung

berkontraksi.

Ventrikel mempunyai otot lebih tebal dari pada atrium, keadaan ini

disebabkan ventrikel berfungsi memompa darah keluar jantung.Antara atrium

kanan dengan ventrikel kanan terdapat katup valvula trikuspidalis (katup

berdaun tiga).Katup ini berfungsi mencegah darah dalam ventrikel kanan agar

tidak mengalir kembali ke atrium saat jantung berkontraksi.

Jantung memperoleh nutrisi dan oksigen dari a. koronaria yang

merupakancabang pertama aorta asendens.Muara a. koronaria terletak di dalam

sinus Valsalva di belakang katup semilunaris aorta.Pembuluh koroner utama

terletak di permukaan luar jantung dan hanyacabang-cabang arteri kecil saja

yang menembus ke dalam jaringan otot jantung. Arteri koronaria sinistra

memperdarahi bagian anterior dan lateral ventrikel kiri, a koronaria dextra

memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan dandinding posterior ventrikel

kiri.

4. Etiologi

Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas.Namun diduga

bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.

4.1. Kelainan kongenital

Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam

kandungan.Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan

19

Page 24: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

memegang peranan penting.Bronkiektasis yang timbul kongenital

biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua

bronkus.Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya menyertai

penyakit-penyakit kongenital seperti Fibrosis kistik, Sindroma

Kertagener, William Campbell syndrome, Mounier-Kuhn syndrome, dan

lain-lain.

4.2. Kelainan didapat

Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan

merupakan proses berikut:

1.) Infeksi

a.) Campak,

b.) Pertusis,

c.) Infeksi adenovirus,

d.) Infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau

Pseudomonas,

e.) Influenza,

f.) Tuberkulosa,

g.) Infeksi mikoplasma.

2.) Penyumbatan bronkus

a.) Benda asing yang terisap,

b.) Pembesaran kelenjar getah bening,

c.) Tumor paru,

d.) Sumbatan oleh lender.

3.) Cedera penghirupan

a.) Cedera karena asap, gas atau partikel beracun,

b.) Menghirup getah lambung dan partikel makanan.

4.) Kelainan imunologik

a.) Sindroma kekurangan immunoglobulin,

b.) Disfungsi sel darah putih,

c.) Defisiensi komplemen,

d.) Infeksi HIV,

20

Page 25: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

e.) Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti artritis

rematoid, kolitis ulceratival.

5.) Keadaan lain

a.) Penyalahgunaan obat (misalnya heroin)

5. Patofisiologi

5.1. Bronkiektasis

Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu

keadaan dimana terjadi dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam

diameter) yang merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan

elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah

akibat dari suatu proses infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi,

nitrit okside dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh system imun

tubuh sebagai respon terhadap antigen.

Bronkiektasis dapat terjadi kerusakan secara langsung dari dinding

bronkus atau secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal

jalan nafas.Pertahanan jalan nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil

pada jalan nafas.Silia tersebut bergerak berulang-ulang memindahkan

cairan berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang

berbahaya dan bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut

akan dipindahkan naik ke tenggorokan dan kemudian dibatukkan keluar

atau tertelan.

Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung

atau tidak langsung, daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan

menjadi inflamasi yang kronik. Bronkus yang mengalami inflamasi akan

kehilangan keelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan

lembek serta membentuk kantung atau saccus yang menyerupai balon

yang kecil. Inflamasi juga meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang

bersilia mengalami kerusakan, sekret yang dihasilkan akan menumpuk dan

memenuhi jalan nafas dan menjadi tempat berkembangnya bakteri. Yang

pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronkus,

sehingga menjadi lingkaran setan antara infeksi dan kerusakan jalan nafas.

21

Page 26: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Gambar: In bronchiectasis, mucus production increases, the cilia are destroyed or

damaged, and areas of the bronchial wall become chronically inflamed

and are destroyed (Joshua O. Benditt, 2008)

5.2. Cor Pulmonale

Pada penyakit paru kronis maka akan terjadi penurunan vaskuler bed

paru, hipoksia, dan hiperkapnea/asidosis respiratorik. Hipoksia dapat

mengakibatkan penyempitan pembuluh darah arteri paru, demikian juga

asidosis respiratorik. Di samping itu hipoksia akan menimbulkan

polisitemia sehingga viskositas darah akan meningkat. Viskositas darah

yang meningkat ini mengakibatkan peningkatan tekanan darah arteri

pulmonal, hal ini disebut hipertensi pulmonal.Adanya hipertensi pulmonal

menyebabkan beban tekanan pada ventrikel kanan, sehingga ventrikel

kanan melakukan mekanisme kompensasi berupa hipertrofi dan

dilatasi.Keadaan ini disebut Cor pulmonale.Jika mekanisme kompensasi

ini gagal maka terjadilah gagal jantung kanan.

6. Manifestasi Klinis Bronkiektasis

6.1. Manifestasi klinis dari bronkiektasis:

a.) Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol.

Sputum yang dihasilkan dapat berbagai macam, tergantung berat

ringannya penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder. Sputum dapat

berupa mukoid, mukopurulen, kental dan purulen. Jika terjadi infeksi

berulang, sputum menjadi purulen dengan bau yang tidak sedap. Pada

pasien fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak

dibanding penyakit penyebab bronkiektasis lainnya.

22

Page 27: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

b.) Hemoptisis biasanya terjadi pada bronkiektasis kering, walaupun

angka kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang ditemukan.

c.) Dyspnea biasanya terjadi pada pasien dengan bronkiektasis luas yang

terlihat pada gambaran radiologisnya.

d.) Wheezing merupakan akibat obstruksi jalan nafas yang diikuti oleh

destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga mungkin

merupakan kondisi yang mengiringi, seperti asma.

e.) Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, paling sering

merupakan akibat sekunder pada batuk kronik, tetapi juga terjadi

pada eksaserbasi akut.

f.) Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasi

yang berat. Hal ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan

kalori berkaitan dengan peningkatan kerja pada batuk dan

pembersihan sekret pada jalan nafas. Namun, pada umumnya semua

penyakit kronik disertai dengan penurunan berat badan.

g.) Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.

6.2. Manifestasi klinis dari cor pulmonale

Pada penderita cor pulmonaledengan penyakit paru sebagai penyakit

dasarnya maka keluhannya adalah sesak nafas disertai batuk yang

produktif atau banyak sputum.

7. Prognosis

7.1. Kelangsungan Hidup

Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta

luasnya penyakit waktu pasien berobat pertama kali.Pemilihan

pengobatan secara tepat (konservatif atau pembedahan) dapat

memperbaiki prognosis penyakit.

Pada kasus-kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya jelek,

survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien tersebut

biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis

23

Page 28: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

dan lain-lain.Pada kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat

dan difus biasanya disabilitasnya ringan. (Joshua O. Benditt, 2008)

7.2. Prognosis Cor Pulmonale

Prognosis cor pulmonale sangat jelek dikarenakan kerusakan

parenkim paruyang berlangsung lama dan irreversile.Pengobatan bersifat

simptomatis, karena padaumumnya kondisi penyakit sudah dalam fase

lanjut. Berdasarkan penelitian, angkakemungkinan masa hidup berkisar

antara 18 bulan (Flint) sampai 30,8 bulan denganangka kematian setelah

5 tahun mencapai 68 % (Stuart Harris pada Hatmoko 2006).

8. Proses Fisioterapi

Asesmen

Merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi maupun data

pemeriksaan pasien. Asesmen dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasikan

urutan masalah yang timbul pada kasus bronkiektasiskemudian menjadi dasar

dari penyusunan program terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan

kondisi pasien serta lingkungan sekitar pasien.

8.1. Anamnesis

Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab antara sterapis dengan sumber data. Dilihat dari segi

pelaksanaannya anamnesis dibedakan atas dua yaitu : Autoanamnesis,

merupakan anamnesis yang langsung ditujukan kepada pasien yang

bersangkutan dan Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan

terhadap orang lain yaitu keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan

pasien yang mengetahui keadaan pasien tersebut. Anamnesis yang akan

dilakukan berupa :

8.1.1. Identitas Penderita atau Anamnesis Umum

Anamnesis ini berisi tentang : nama, umur, jenis kelamin,

alamat, pekerjaan, hobi dan agama. Identitas pasien harus diisi

selengkap mungkin, ini bertujuan untuk menghindari kesalahan

dalam pemberian tindakan.

24

Page 29: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Dari data identitas pasien, kita juga mendapatkan kesan

mengenai keadaan sosial ekonomi, budaya dan lingkungan dari

pendidikan terakhir dan pekerjaan pasien. Sehingga kita dapat

memberikan tindakan dan edukasi yang sesuai bagi pasien.

8.1.2. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling mengganggu

pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien dijadikan sebagai

acuan dalam menggali informasi lebih dalam, melakukan

pemeriksaan dan pemberian tindakan.

8.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan rincian dari keluhan

utama, yang berisi riwayat perjalanan penyakit secara kronologis

dengan jelas dan lengkap serta keterangan tentang riwayat

pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya dan hasil yang

diperoleh. Riwayat penyakit sekarang harus meliputi: lokasi dan

penjalaran, intensitas atau keparahan, disabilitas, durasi,

frekuensi, kondisi/keadaan saat munculnya gejala, faktor

pencetus, faktor yang memperberat, faktor yang memperingan,

kaitannya dengan aktivitas sehari-hari. Hal ini bertujuan sebagai

acuan dalam melakukan pemeriksaan serta pemberian tindakan.

8.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit fisik

maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Meliputi

penyakit sewaktu anak-anak, penyakit serius, trauma,

pembedahan dan riwayat hospitalisasi. Hal ini perlu diketahui

karena ada beberapa penyakit yang sekarang dialami ada

hubungannya dengan penyakit yang pernah dialami sebelumnya

serta sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan tindakan yang

akan dilakukan.

25

Page 30: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

8.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga

Sejarah keluarga memegang peranan penting dalam kondisi

kesehatan seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari satu

orang keluarga terdekat dapat meningkatkan resiko untuk

menderita penyakit tersebut. Penyakit yang muncul bersamaan

pada keluarga juga mengindikasikan resiko yang lebih besar,

misalnya diabetes dan penyakit jantung.

8.1.6. Riwayat Psikososial

Riwayat psikososial yaitu bagaimana pekerjaan pasien,

keadaan lingkungan di sekitar pasien tinggal dan aktifitas sehari-

hari paasien yang mungkin dapat memicu penyakit yang diderita

pasien. Pentingnya mengetahui riwayat psikososial adalah untuk

merancang terapi dan home program yang tepat bagi pasien.

8.2. Pemeriksaan

Pemeriksaan terdiri dari:

8.2.1 Pemeriksaan Umum mencakup cara datang, normal atau

menggunakan alat bantu ; kesadaran, koperatif atau tidak; tensi;

lingkar kepala jika diperlukan; nadi; respirasi rate; status gizi; suhu

tubuh.

a. Kesadaran

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon

seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat

kesadaran dibedakan menjadi :

1. Compos Mentis atau conscious, yaitu kesadaran normal,

sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan

tentang keadaan sekelilingnya.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk

berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

26

Page 31: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi berupa orang, tempat,

waktu, memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,

kadang berhayal.

4. Somnolen atau Obtundasi, Letargi, yaitu kesadaran

menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur,

namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang atau mudah

dibangunkan tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi

jawaban verbal.

5. Stupor atau soporo koma, yaitu keadaan seperti tertidur

lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma ataucomatos, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada

respon terhadap rangsangan apapun atau tidak ada respon

kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada

respon pupil terhadap cahaya.

b. Tensi atau Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada

dinding arteri. Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat

terjadi kontraksi otot jantung. Sedangkan, tekanan diastolik

adalah tekanan darah yang digambarkan pada rentang di antara

grafik denyut jantung. Tekanan darah biasanya digambarkan

sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.

Prosedur Pengukuran Tekanan Darah:

1. Pasien dalam posisi yg nyaman, dapat dengan berbaring

atau duduk. Bila pasien duduk, lengan di sangga

menggunakan bantal atau di atas meja.

2. Palpasi daerah arteri brachialis.

3. Pastikan bahwa manset tidak ada udara, kemudian pasang

manset diatas arteri brachialis kurang lebih 2,5 cm atau

diatas denyutan.

4. Letakkan stetoskop pada arteri brachialis.

27

Page 32: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

5. Palpasi daerah arteri radialis dan temukan denyutan. Pompa

balon udara manset samapi denyut nadi arteri radialis tidak

teraba. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg

lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba

6. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan

berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa

udara berlawanan arah jarum jam.

7. Dengar bunyi I dan pada angka berapa bunyi I terdengar,

nilai ini menunjukkan tekanan sistolik.

8. Lanjutkan sampai bunyi II terdengar, nilai ini menunjukkan

tekanan diastolik.

9. Catat hasil pengukuran dan bereskan alat

Gambar: Rangetekanan darah pada orang dewasa

(http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?

id=129)

c. Nadi

Mengetahui denyut nadi merupakan dasar untuk melakukan

latihan fisik yang benar dan terukur atau mengetahui seberapa

keras jantung bekerja. Pengukuran nadi dilakukan dengan durasi

1 menit.

Frekuensi denyut nadi normal:

Pada bayi baru lahir 140 kali/menit

Selama tahun pertama 120 kali/menit

Selama tahun kedua 110 kali/menit

Pada umur 5 tahun 96-100 kali/menit

28

Page 33: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Pada umur 10 tahun 80-90 kali/menit

Pada orang dewasa 60-80 kali/menit

( Suroso, 2012 )

Pola nadi yang normal adalah detaknya berirama.

Pola nadi Deskripsi

Bradikardia Frekuensi nadi lambat.

Takikardia Frekuensi nadi meningkat, dalam keadaan tidak pada

ketakutan, menangis, aktivitas meningkat, atau demam

yang menunjukan penyakit jantung.

Aritmia Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi, menurun

selama ekspirasi. Sinus Aritmia merupakan variasi

normal pada anak, khususnya selama tidur.

d. Respirasi Rate

Respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per

menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam

posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas

selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada

meningkat.

Respirasi normal untuk orang dewasa di kisaran sisa 12-20

kali per menit.

e. Suhu Badan

Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk

menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran

panas. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran

panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan oleh

vasodilatasi, berkeringat, hiperventilasi dan lain-lain. Demikian

sebaliknya, bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu

tubuh akan menurun.

Suhu normal tubuh:

29

Page 34: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Tempat Waktu Celcius

Rectal 2 - 4 menit 37,1° - 38,1°

Axilla 9 – 11 menit 35,9° - 36,9°

Oral 3 - 5 menit 36,5° - 37,5°

Telinga 2 - 3 menit 37,1° - 38,1°

( Suroso, 2012 )

f. Status Gizi

Body Mass Index atau BMI atau dalam bahasa Indonesia

disebut Index Masa Tubuh atau IMT adalah sebuah ukuran berat

terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk

menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight

yaitu kekurangan berat badan, Overweight yaitu kelebihan berat

badan dan Obesitas yaitu kegemukan. Rumus atau cara

menghitung BMI sangat mudah, yaitu dengan membagi berat

badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam

meter yaitu kg/m².

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan

rumus berikut:

Berat badan (Kg) IMT = -------------------------------------------------------

[Tinggi badan (m)] 2

8.2.2 Pemeriksaan khusus

30

Page 35: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Pemeriksaan khusus terdiri dari:

a. Inspeksi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan

menggunakan indera penglihatan untuk mendeteksi

karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian tubuh

atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk

mendeteksi bentuk, postur, warna, posisi, ukuran, tumor dan

lainnya dari tubuh pasien. Inspeksi dilakukan pada posisi

tidur, duduk, berdiri, dan saat pasien berjalan. Yang harus di

inspeksi:

1. Postur

a. Skoliosis

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang

yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi

pada segmen servikal, torakal maupun lumbal.

b. Kifosis

Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada

tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma,

gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif.

c. Lordosis

Lordosis adalah suatu gangguan pada tulang

belakang di mana tulang belakang melengkung ke

belakang yang mengakibatkan penderita menjadi

terlihat bongkok ke belakang.

2. Warna muka

a. Coklat artinya deposit melanin.

b. Biruartinyahipoxia jaringan perifer.

c. Merah artinya peningkatan oxihaemoglobin.

d. Pucatartinyaanoxia jaringan kulit.

e. Kuningartinya peningkatan bilirubin indirek dalam

darah.

31

Page 36: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

3. Pernafasan

Pernafasan dilihat melalui mulut atau hidung

dengan cara melihat nafas pasien.

4. Gerak cuping hidung

Gerak cuping hidung menandakan adanya kerja

nafas yang meningkat. Resistensi udaraumumnya

terjadi 50% di hidung dan 50% di saluran nafas bawah.

Bila terjadi kelainan obstruktif atau restriktif di saluran

nafas distal, maka tubuh akan melakukan kompensasi

denganmenurunkan resistensi udara di hidung, dengan

manifestasi klinisnya berupa gerak cupinghidung.

5. Retraksi sternal notch

Terbentuk karena hiperventilasipada orang yang

sesak nafas karena usaha ventilasi yang berlebih,

sehingga akan menggunakan otot bantu pernafasan

seperti m.trapezius, m.scalenus, m.

sternocleidomastoideus.

6. Suara Nafas

Suara Pernafasan Tambahan

a. Crackles atau Rales

Cracklesmerupakan suara singkat dan lebih

sering terdengar pada inspirasi. Crackle disebabkan

saluran udara yang kecil terbuka selama inspirasi

dan kolaps selama ekspirasi menyebabkan suara

crackling.

b. Wheezing

Wheezingatau mengi terdengar pada ekspirasi

dan kadang pada inspirasi. Terjadi saat aliran udara

melalui saluran udara yang menyempit karena

32

Page 37: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

sekresi, benda asing atau luka yang menghalangi.

Biasanya dapat dijumpai pada kondisi asma.

c. Rhonchi

Rhonchi suaranya seperti wheezing. Biasanya

menunjukkan halangan pada saluran udara yang

lebih besar oleh sekresi.

d. Stridor

Stridor adalah suaraseperti ngorok yang

terdengar keras. Suara ini terjadi karena

penyumbatan di daerah laring. Stridor dapat

terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.

7. Bentuk dada

a. Barrel chest

Di mana diameter anterior posterior

memanjang, iga-iga mendatar, sela iga melebar,

sudur epigastrium tumpul, diafragma mendatar.

Biasanya pada pasien dengan penyakit Penyakit

Paru Obstrukttif Kronis atau PPOK.

b. Pectus Excavatum

Gambar: Bentuk dada Pectus

Excavatum

Sumber:

http://www.google

.co.id/imgres?

imgurl

Bentuk dada ini terjadi ketika adanya gangguan

atau defek perkembangan tulang paru yang

menyebabkan depresi ujung bawah sternum atau

tulang tengah di dada. Pada bentuk dada seperti ini

rentan terjadi penekanan jaringan terhadap jantung

33

Page 38: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

dan pembuluh darah besar, sehingga suara bising

pada jantung sering terjadi.

c. Pectus Carinatum

Gambar: bentuk dada Pectus Carinatum

Sumber: http://www.google.co.id/imgres?imgurl

Bentuk dada ini terjadi ketika ada pergeseran

yang menyebabkan lengkungan keluar pada

sternum dan tulang iga. Pada keadaan ini juga

terjadi peningkatan diameter anteroposterior.

8. Pola pernafasan

Pola pernapasan dibagi menjadi 7 macam, yakni :

a. Pola Pernapasan Normal :

Irama pernapasan yang berlangsung secara

teratur. Fase Inspirasi atau menghirup nafas dan

ekspirasi atau menghembuskan nafas berlangsung

silih berganti.Frekuensi pernafasan normal adalah

14-20x/menit.

b. Takipnea

Jika frekuensi pernafasan melebihi 20x per

menit berarti disebut Takipnea.Biasanya

pernafasan takipnea ini dicirikan sebagai

pernafasan yang cepat dan dangkal.

c. Bradipnea

34

Page 39: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Merupakan pernafasan yang lambat. Frekuensi

pernafasan kurang dari 20x permenit.

d. Pernapasan Cheyne Stokes

Pola pernapasan cepat dan dalam yang

kemudian diikuti periode Apnea atau henti nafas

selama beberapa saat.

e. Pernapasan Biot atauAtaxic Breathing

Pola pernapasan yang tidak teratur sama sekali

f. Sighing respiration

Pola Pernapasan yang normal, tetapi ada periode

tarikan nafas yang dalam.

g. Hiperpnea atau Hiperventilasi

Pola Pernafasan yang cepat dan dalam.

9. Batuk

Batuk adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan

benda asing atau dahak dari saluran nafas bagian atas

dan paru paru. Batuk juga bisa timbul sebagai reaksi

atas iritasi pada saluran nafas. Batuk hanya gejala dari

suatu penyakit dan biasanya gejala batuk tidak berdiri

sendiri, ada gejala lain yang menyertainya. Macam-

macam batuk:

a. Batuk produktif

Disebut batuk produktif bila saat batuk juga

disertai dengan keluarnya dahak. Dahak yang

keluar bisa berasal dari hidung dan sinus bisa juga

dari kerongkongan dan paru paru. Batuk berdahak

tidak boleh ditekan karena fungsi sebenarnya

adalah untuk membersihkan saluran nafas dari

dahak. Batuk berdahak bisa jadi merupakan tanda

penyakit pneumonia, bronchitis, PPOK, sinusits

atau TBC.

35

Page 40: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

b. Batuk non produktif

Batuk non produktif sifatnya kering dan tidak

mengeluarkan dahak makanya sering disebut batuk

kering. Batuk kering umumnya muncul menjelang

akhir gejala flu atau akibat iritasi debu dan asap

rokok. Batuk kering terjadi pada kasus asma,

bronkospasme, alergi.

10. Sputum

Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru,

bronkus, dan trakea melalui mulut.Orang dewasa

normal bisa memproduksi mukus atau sekret kelenjar

sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap hari.

Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien

hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume,

dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya

memperlihatkan secara spesifik proses kejadian

patologik pada pembentukan sputum itu

sendiri.Macam-macam sputum:

a. Sputum berlebih dan purulen merupakan tanda

proses supuratif, contoh abses paru

b. Sputum berwarna kekuning-kuningan merupakan

tanda proses infeksi.

c. Sputum hijau merupakan tanda proses penimbunan

nanah. Sputum hijau ini sering ditemukan pada

penderita bronkhiektasis karena penimbunan

sputum dalam bronkus yang melebar dan

terinfeksi.

d. Sputum merah muda dan berbusa merupakan

tanda edema paru akut.

e. Sputum berlendir, lekat, abu-abu atau putih

merupakan tanda bronkitis kronik.

36

Page 41: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

f. Sputum berbau busuk merupakan tanda abses paru

ataubronkhiektasis.

11. Clubbing Finger

(Srooso, 2012)

Clubbing finger atau jari tabuh atau digital clubbing

adalah kelainan bentuk jari dan kuku tangan yang

menjadikan jari tangan dan kaki membulat yang berkaitan

dengan penyakit jantung dan paru-paru.Penyebab

penambahan jaringan ikat yang terjadi pada bagian jaringan

lunak di dasar kuku yangberkaitan dengan kekurangan

oksigen kronik atau hipoksia kronik. Tanda-tanda clubbing

fingers yaitu :Setiap jari membulat dan mengembung atau

adanya penebalan pada seluruh distal jari tangan, bantal

kuku menjadi cembung dan melengkung, ketika dipalpasi

terasa seperti busa, perubahan sudut antara kuku dan dasar

kuku lebih dari 180 derajat sudut kuku normal 160 derajat,

timbul aspek mengkilap pada jari dan kulit.

b. Palpasi

Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan jalan meraba,

menekan, dan memegang bagian tubuh pasien untuk

mengetahui tentang adanya spasme otot, nyeri tekan, suhu,

oedema, kountur dan lainya. Dengan kata lain bahwa

37

Page 42: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi,

disamping untuk menemukan yang tidak terlihat. Palpasi

meliputi:

1. Spasme otot bantu pernafasan

Palpasi pada m.sternocleidomastoideus, m.upper

trapezius, m.scalenus, m.pectoralis major apakah

terjadi ketegangan atau tidak dan dibandingkan antara

kanan dan kiri.

2. Gerak nafas

Posisi terapis : disebelah kanan pasien.

Posisi pasien :berbaring.

Prosedur :Tangan terapis direntangkan

diatas torakoabdominal pasien.Tidak ada intruksi

apapun pada pasien.Bila tangan terapis bergerak

kearah supinasi berarti pasien melakukan napas

dada.Bila tangan terapis bergerak kearah pronasi

berarti pasien melakukan napas abdominal.

3. Kesimetrisan dada

a. Upper Chest expansion

Gambar: pengukuran kesimetrisan dada bagian

upper (Suroso, 2012)

Posisi terapis : sebelah kanan pasien.

Posisi pasien : berbaring.

Prosedur :Letakkan ke 2 ujung ibu

jari-jari tangan terapis di tengah sternum bagian

atas pada sternal notch pasien. Rentangkan jari-

38

Page 43: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

jari tangan diatas klavikula kiri dan kanan pasien.

Pasien diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi

penuh 2-3x. Perhatikan perbedaan pengembangan

dada kiri dan kanan.

b. Middle chest expansion

Gambar: pengukuran kesimetrisan dada bagian

middle (Suroso, 2012)

Posisi terapis : sebelah kanan pasien.

Posisi pasien : berbaring atau duduk.

Prosedur :Letakkan ke 2 ujung ibu

jari-jari tangan terapis di prosesus xyphoideus

atau pada coste 5 pasien. Rentangkan jari-jari

tangan anda ke samping dada kiri dan kanan

pasien.Pasien diminta inspirasi penuh lalu

ekspirasi penuh 2-3x. Rapatkan ke 2 ibu jari

tangan anda saat ekspirasi penuh. Perhatikan

pergeseran ke 2 ibu jari-jari tangan terapis akibat

tarikan pengembangan dada pasien. 

c. Lower chest expansion

Gambar: pengukuran kesimetrisan dada bagian

lower(Suroso, 2012)

Posisi terapis : di belakang pasien.

39

Page 44: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Posisi pasien : duduk.

Prosedur :Letakkan ke 2 ujung ibu

jari-jari tangan terapis di prosesus spinosus

vertebra thorakal bagian bawah atau pada costae

9 pasien. Rentangkan jari-jari tangan anda ke

samping kiri dan kanan dada pasien.Pasien

diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-

3x.Rapatkan ke 2 ibu jari tangan anda saat

ekspirasi penuh.Perhatikan pergeseran ke 2 ibu

jari-jari tangan terapis akibat tarikan

pengembangan dada pasien.

4. Fremitus

Gambar: pengukuran fremitus (Suroso, 2012)

Merupakan getaran pada dinding dada pasien yang

dihasilkan oleh pita suara melalui system broncho

pulmonal.

Posisi terapis : di belakang pasien.

Posisi pasien : duduk.

Prosedur : Letakkan ke dua telapak tangan

terapis secara simetris pada dinding dada bagian

belakang pasien. Geser kedua tangan anda dari atas

kebawah.Instruksikan pasien untuk mengucapkan kata

99 beberapa kali.

Interpretasi :

40

Page 45: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

a.) Normal : Vibrasi terasa sama dan simetris

pada dada kiri dan kanan dan vibrasi menurun

dari atas ke bawah.

b.) Bertambah : Adanya sekresi pada saluran

pernafasan.

c.) Berkurang : Adanya kantung udara pada bagian

pernafasan emfisema,pneumotorak, efusi pleura.

5. Posisi trakea

Gambar: pengukuran posisi trakea (Suroso, 2012)

Posisi terapis : disamping kanan depan pasien.

Posisi pasien : duduk relaks dan kepala lurus

kedepan.

Prosedur : Pasien duduk menghadap terapis

dengan kepala lurus kedepan dan leher sedikit fleksi.

Palpasi pelan-pelan dengan jari-jari telunjuk anda

didada atas bagian tengah suprasternal notch.Rasakan

pergeseran posisi trachea.

6. Auskultasi

Auskultasi bertujuan untuk mendengarkan suara

paru, sehingga secara tidak langsung menggambarkan

keadaan salurannafas.

41

Page 46: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Gambar : Auskultasi

Sumber:

http://reproduksiumj.blogspot.com/2009_10_01_

archive.html

Karakteristik akustik Inggris Indonesia Klinis

Diskontinyu, seperti

suaraledakan, durasi kurang

dari 10ms, halus, frekuensi

tinggi,

amplitudo rendah.

Fine Crackles

Ronki basah halus

Pneumonia,edema paru,

asmabronkiale

Diskontinyu, seperti

suaraledakan, durasi sedikit

lebihlama daricrackle

halus,frekuensi rendah,

amplitudotinggi

Coarse Crackles

Ronki basah kasar

Bronkitisakut/kronis,bronkiektasis

Kontinyu, durasi lebih dari

250ms, frekuensi tinggi,

musikalis

Wheezing Wheezing Asma bronkiale

Kontinyu, durasi lebih dari

250ms, frekuensi rendah,

sepertisuara dengkur

Ronki Ronki kering

Produksi sputum

meningkatmisalnyabronkitis

kronis

c. Move

Move merupakan tes gerak untuk mengetahui ada

tidaknya nyeri, keterbatasan gerak atau Range of Motion,

dan kelemahan dari otot maupun gerakan pasien.

1. Pemeriksaan Manual Muscle Testing

Suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui

kekuatan otot atau kemampuan mengontraksikan otot

secara volunter dengan tujuan membantu menegakkan

diagnosa.

Nilai Manual Muscle Testing

42

Page 47: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Nilai 0 atau zero : tidak ada kontraksi

samasekali, baik terlihat maupun

teraba.

Nilai 1 atau trace : kontraksi otot dapat terlihat

atau diraba tetapi tidak ada

gerakan sendi.

Nilai 2 atau poor : kontraksi otot dapat

menggerakan sendi secara penuh

tanpa mempengaruhi gravitasi.

Nilai 3 atau fair : kontraksi otot dapat menggerakan

sendi secara penuh dengan

melawan gravitasi

Nilai 4 atau good : kontraksi otot dengan

gerakan sendi penuh, mampu

melawan gravitasi dengan tahanan

sedang

Nilai 5 atau normal: kontraksi otot dengan

gerakan sendi penuh, mampu

melawan gravitasi dengan tahanan

penuh

2. Pemeriksaan Range of Motion

Tes ini bertujuan untuk mengetahui gerakan sendi

dengan menggunakan alat bantu Goniometer. Dalam

literature telah ditetapkan kriteria normal Range of

Motion untuk masing-masing persendian, meskipun

demikianRange of Motion normal pada masing-

masing individu berbeda, disesuaikan dengan usia dan

ukuran badan seseorang.

Prosedur Pengukuran Range of Motion :

43

Page 48: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

1. Posisi anatomis yaitu tubuh tegak, lengan lurus

disamping tubuh, lengan bawah dan tangan

menghadap ke depan.

2. Sendi yang diukur terbebas dari pakaian.

3. Beri penjelasan dan contoh gerakan yang akan

dilakukan.

4. Berikan gerakan pasif untuk menghilangkan gerakan

subtitusi dan ketegangan.

5. Berikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal.

6. Tentukan axis gerak dengan cara melakukan palpasi

pada bagian tulang sebelah lateral sendi.

7. Letakkan tangkai goniometer yang statis paralel

dengan aksis longitudinal segmen tubuh yang

bergerak.

8. Pastikan axis goniometer tepat pada axis gerakan

sendi.

9. Baca dan catat hasil pemeriksaanRange of Motion.

3. Tes Khusus

Tes khusus sangat penting dilakukan, karena

untuk mempertegas apa yang dikeluhkan pasien dan

apa yang tercantum pada diagnosa medik. Tes khusus

yang dilakukan pada bronkiektasisyaitu:

a. Pengukuran chest expansi torax atau

pengembangan dada

1. Upper chest expansion

Posisi terapis : di sebelah kanan pasien

Posisi pasien : duduk atau berdiri

Prosedur : Pasang meteran melingkar

dada bagian atas pasien dibawah axial. Pegang

kedua ujung meteran dengan tangan kiri di

dada atas bagian tengah pasien.Pasien diminta

44

Page 49: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-3x.Pada

saat ekspirasi penuh rapatkan meteran tersebut

dengan tangan kanan memegang salah satu

ujungnya.Hitung selisih antara ekspirasi penuh

dengan inspirasi penuh.

2. Middle chest expansion

Posisi terapis : sebelah kanan pasien

Posisi pasien : duduk atau berdiri

Prosedur : Pasang meteran melingkar

dada pasien bagian tengah. Pegang salah satu

ujung meteran di tengah daerah prosesus

xyphoideus pasien. Prosedur selanjutnya sama

dengan prosedur pada upper chest expansion.

3. Lower chest expansion

Posisi terapis : sebelah kanan pasien

Posisi pasien : duduk atau berdiri

Prosedur : Pasang meteran melingkar

dada pasien bagian bawah. Pegang salah satu

ujung meteran di antara prosesusxyphoideus

dengan umbilicus pasien. Prosedur selanjutnya

sama dengan prosedur pada upper chest

expansion.

45

Page 50: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

b. Peak Flow Meter

Gambar: Penggunaanpeak flowmeter

Sumber:

http://my.clevelandclinic.org/transplant/services/lung/

peak_flow.aspx

46

Page 51: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

(Suroso, 2012)

Peak Flow Meteradalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara

dalam jalan napas.

8.3. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang

Merupakan data-data yang dijadikan sebagai referensi. Misalnya hasil

dari CT-Scan, MRI, Rontgen, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan

laboratorium, FEES, endoskopi, bronkogram, EKG.

8.4. 1. Urutan Masalah Fisioterapi Berdasarkan Prioritas

Urutan masalah didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik baik

pemeriksaan umum maupun pemeriksaan khusus dan juga keluhan

dari pasien itu sendiri. Masalah yang timbul meliputi:

2. Diagnosa Fisioterapi

Disusun berdasarkan dari urutan masalah yang ada. Diagnosa

Fisioterapi terdiri dari impairment, keterbatasan gerak, keterbatasan

fungsional yang berhubungan dengan diagnosa medik.

8.5. Program Pemeriksaan Fisioterapi

1. Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi

Medik

Merupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi Medik

yang bersangkutan.

2. Tujuan

a. Tujuan Jangka Pendek

Tujuan jangka pendek biasanya dibuat berdasarkan prioritas

masalah yang utama. Dalam membuat tujuan jangka pendek ini

47

Page 52: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

harus disertai dengan bagaimana tujuan atau rencana tersebut

akan dicapai, alokasi waktu pencapaian, dan kondisi-kondisi

seputar pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan

tersebut dapat dicapai.

b. Jangka Panjang

Tujuan jangka panjang juga dibuat berdasarkan prioritas

masalah, tetapi bukan masalah yang utama atau segera. Tujuan

jangka panjang harus realistis sesuai dengan perkiraan pemulihan

yang maksimal sesuai patologi dan keadaan pasien juga harapan

dari pasien dan keluarga.

3. Metode Pemberian Fisioterapi

Fisioterapis memilih intervensi berdasarkan pada kompleksitas

dan tingkat keparahan dari problem. Fisioterapis memilih,

mengaplikasikan atau memodifikasi satu atau lebih prosedur

intervensi berdasarkan pada tujuan akhir dan hasil yang diharapkan

yang telah dikembangkan terhadap pasien.

Metode tersebut meliputi:

3.1. Nebulizer

Nebulizer yaitu alat yang digunakan untuk mengubah

larutan menjadiaerosol, kabut atau asap dengan tenaga yang

berasal dari gelombang ultrasonik atau udara yang

dipadatkan.Salah satu jenis nebulizer adalah kompresor.

a. NebulizerKompresor

Alat ini bekerja berdasarkan prinsip Bernouli,

pancaran gas tekanan tinggi yang dihasilkan oleh mesin

kompresor mendorong air atau obat melalui bagian yang

sempit akan menghasilkan aerosol atau uap dengan ukuran

5-20 mikron dengan kelembaban ± 78 %.

Keuntungan :

1. Penggunaannya mudah

2. Harganya relatif murah

48

Page 53: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

3. Perawatannya mudah

Kerugiannya :

1. Partikel yang dihasilkan lebih besar

2. Suaranya kasar

3. Tidak bisa digunakan secara intermitten

4. Tidak efektif digunakan dengan posisi berbaring

3.2. Breathing exerciseTujuan pemberian breathing exercise adalah untuk

memperbaiki ventilasi, meningkatkan kapasitas paru dan

mencegah kerusakan paru.Macam – macam breathing

exercises:

1. Purse lips breathing

Tujuannya :

a. Mengurangi sesak napas

b. Mengurangi frekuensi pernapasan

c. Mengurangi kerja otot bantu pernapasan

d. Meningkatkan tidal volume

e. Memperbaiki toleransi exercise

f. Diberikan pada pasien yang sedang tidak mengalami

serangan sesak nafas. Contohnya : penderita asma yang

sedang tidak kambuh.

Tatalaksana:

Posisi pasien : relaks atau half lying

Posisi terapis : disamping kanan pasien

Prosedur : Pasien tarik nafas melalui hidung dan

tahan 2-3 detik.Lalu pasien diminta hembuskan nafas

lewat mulut atau mulut dimonyongkan selama 6-8

detik.Latihan dilakukan selama 10 – 15 menit dengan

frekuensi 2 – 4 kali sehari dengan posisi

berbaring,duduk dan berdiri

49

Page 54: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

2. Diafragma breathing

Tujuan :

a. Memperbaiki ventilasi

b. Mengurangi kerja otot bantu pernapasan

c. Membantu mengeluarkan sekresi

d. Mengurangi frekuensi pernapasan

e. Mempebaiki pola napas

f. Mengurangi sesak napas

g. Memperbaiki fungsi diafragma

Tatalaksana:

Posisi pasien : permulaan latihan half lying

Posisi terapis : disamping kanan pasien

Prosedurnya : Tangan pasien yang dominan di

letakkan diatas perut dan tangan yang lain diatas

dada.Pasien diminta tarik napas lewat hidung dengan

perut dikembungkan lalu ditahan selama 2-3 detik.

Kemudian dihembuskan secara pasip lewat mulut

dengan perut dikempeskan selama dua kali

inspirasi.Pasien napas dalam 3x diikuti napas biasa 3x.

Latihan dikerjakan selama 10-15 menit 3x sehari.

Latihan ditingkatkan dari posisi tidur,duduk, berdiri

kemudian berjalan.

3. Panic breathing atau posisi relaksasi

Bagi penderita asma, maka perlu pula diajarkan cara-

cara relaksasi untuk meredakan rasa sesaknya.

Latihan relaksasi pada penderita asma bertujuan

mencapai kondisi relaks baik sewaktu ada serangan

maupun diluar serangan. Yang ingin dicapai, penderita

secara spontan dapat relaksasi, baik pada otot-otot

pernapasannya maupun mentalnya, pada saat serangan

terasa akan datang atau sedang dalam serangan.

50

Page 55: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Posisi tersebut antara lain:

a. Bila dalam keadaan berdiri, posisi relaksasi yang

disarankan yaitu tubuh bersandar ke dinding belakang

atau bertumpu ke depan dan kepala condong ke depan

sehingga napasnya tidak terengah-engah dan otot

diafragmanya lebih banyak berfungsi.Selanjutnya

pasien diminta mengontrol pernapasannya dengan

purse lips breathing.Setelah pasien bisa mengontrol

pernapasannya, dilanjutkan dengan diafragma

breathing.

b. Bila dalam posisi duduk, taruh bantal di perutnya

kemudian minta ia memeluk bantal itu. Selanjutnya

pasien diminta mengontrol pernapasannya dengan

purse lips breathing.Setelah pasien bisa mengontrol

pernapasannya, dilanjutkan dengan diafragma

breathing.

3.3 Chest Physioterapi

Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan

carahuffing,coughing :

a. Huffing

Teknik ini digunakan untuk merangsang batuk.

Pasien posisi duduk atau half lying. Lalu ajarkan pasien batuk

tanpa suara dengan ekspirasi secara paksa diiringi deep

breathing pada awalnya 3 kali. Setelah deep breathing yang

keempat diakhiri ekspirasi secara paksa atau teknik huffing.

b. Coughing

Teknik ini bertujuan untuk menghasilkan batuk efektif.

Pasien dalam posisi duduk atau half lying. Sama dengan

huffing , yaitu pasien diminta bernafasn dalam sebanyak 3 kali

dan saat nafas dalam ke 4, diakhir respirasi pasien diminta

51

Page 56: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

batuk efektif yaitu secara tajam, ganda, dalam, sehingga

diharapkan secret yang ,menempel di lobus akan keluar.

c. Vibrasi

Tekhnik memberikan getaran secara halus dari tangan

fisioterapis ke daerah letak pasien yang terdapat penumpukan

sputum, berguna untuk melepaskan secret yang menempel pada

lobus.

d. Chest mobility

1. Latihan mengangkat bahu

Bahu diangkat kearah telinga sambil tarik napas,

lalu turun sambil hembus napas, gerakan diulang 5 sampai

10 kali.

2. Latihan memutar bahu

Memutar ke dua bahu kedepan lalu keatas sambil

tarik napas, kemudian kebelakang dan kebawah sambil

hembus napas dan sebaliknya, masing -masing gerakan

diulang 5 sampai 10 kali.

3. Latihan memutar siku

Ujung Jari-jari tangan pasien menyetuh bahu nya,

gerakan memutar siku kedepan lalu keatas sambil tarik

napas, kemudian ke kebelakang dan kebawah sambil

hembus napas dan sebaliknya, masing-masing gerakan

diulang 5 sampai 10 kali

4. Gerakan peregangan otot pectoralis

Posisi duduk kedua tangan di belakang kepala,

kepala tegak, lengan dibuka sambil tarik napas dan

stretching m. pectoralis, kembali ke posisi semula sambil

hembuskan napas, bisa dilakukan dengan posisi tidur

terlentang, gerakan diulang sebanyak 5 sampai 10 kali.

5. Memutar lutut

52

Page 57: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Posisi pasien crook lying, pasien menggerakkan

lututnya, kekiri sambil hembuskan napas, kemudian tarik

napas pada posisi tersebut, menngerakkan lututnya kekanan

sambil hembuskan napas, gerakkan diulang masing-masing

5 sampai 10 kali.

8.6. Home Program

Adalah program yang diberikan dipoliklinik kepada

pasien untuk dilakukan dirumah sebagai intervensi.

8.7 Evaluasi

Penulisan sebagai evaluasi dalam intervensi yaitu

berupa subyektif pasien yaitu perubahan dalam bentuk

subyektif, obyektif yang berisikan data – data hasil

pemeriksaan selama intervensi, analitik yaitu diagnose yang

didapat oleh fisioterapis selama intervensi dan program

yang telah diberikan.

53

Page 58: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

BAB III

ISI

UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM VOKASI

BIDANG STUDI KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FORMULIR FISIOTERAPI

Nama fisioterapi : Bpk Safarudin Peminatan :FT DKardioRespirasi

Nama dokter : dr. Nury N, SpKFR Ruangan : Pelayanan URM FT lt 2

Nomer Registrasi: 376 – 04 - 81 Tanggal Pemeriksaan : 24 Oktober 2012

I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)

Nama Inisial : Ny D.

Tempat & tgl lahir : Sukabumi, 4 Desember 1972 (40 tahun)

Alamat : Kel. Puncak Manggis, Sukabumi.

Pendidikan Terakhir : Tamat SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

54

Page 59: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Hobi : Memasak.

Diagnosa Medik : Bronkiektasis, Cor Pulmonale, Coronary Artery

DiseaseInferior

II. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)

KU : Sesak nafas semakin berat saat melakukan aktivitas ringan dan

jalan dekat dengan langkah pendek.

RPS : Juli 2012, Sekitar 3 bulan yang lalu, OS sering mengeluh sesak

nafas saat beraktivitas, bahkan sehabis mandi sekalipun OS

sering mengeluh sesak. Disertai kaki bengkak dan perut buncit,

tidur selalu posisi duduk karena tidur diganjal dengan

bantalpun terasa sesak nafas semakin berat.OS tidak berobat

dan OS masih beraktivitas mandiri walaupun dengan banyak

jeda istirahat di setiap aktivitasnya. Agustus 2012, sehabis

lebaran idul fitri OS mengeluh sesak nafas dan nyeri dada

semakin berat, perut semakin buncit dan kedua kakinya

semakin bengkak, langsung OS dibawa ke ICU Rumah Sakit

PMI Bogor dan di diagnosa Bronkiektasis dengan Infeksi

Sekunder disertai Congestive Heart Failure functional class II

– III. Dirawat selama 4 hari, bengkak di kaki dan perut buncit

berkurang dengan penggunaan obat selama dirawat.OS

diperbolehkan pulang walau masih mengeluh sesak nafas.OS

masih beraktvitas sebagai ibu rumah tangga seperti biasa

meskipun seringkali dirasakan sesak nafas. September 2012

OS mengeluh sesak kembali, sesak nafas dirasakan semakin

hebat saat aktivitas ringan maupun saat istirahat, sulit tidur

karna sesak nafas tetapi dudukpun sama saja, OS langsung

dibawa ke IGD RSCM pada tanggal 20 Oktober 2012 untuk

55

Page 60: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

rujukan dirawat inap di gedung A lantai 7, dirawat selama 19

hari, dan telah diberikan tindakan fisioterapi dengan Chest FT

dan Chest Mobility Exercise untuk mengurangi sesak, batuk

yang benar, dan meningkatkan pengembangan rongga dada.

OS merasa sudah tidak sesak nafas saat tidur ataupun

duduk.Perut sudah tidak buncit dan kaki sudah tidak

bengkak.OS diperbolehkan Pulang tetapi tetap dilakukan

Rawat Jalan untuk menjalani fisioterapi kardiorespirasi.Saat ini

tanggal 24 Oktober 2012, 15 hari setelah OS pulang dari

rumah sakit.OS masih mengeluh sesak saat aktivitas ringan

dan sesak saat berjalan dengan langkah pendek kurang lebih

300 m, tetapi jika OS istirahat sejenak sesak hilang.Urin OS

berwarna kuning pekat karena dalam masa pengobatan anti

Tuberkulosis.OS batuk disertai dahak berwarna putih

kekuningan dan berbusa dalam jumlah banyak.

RPD : 5 tahun yang lalu OS dengan Tuberkulosis Paru dan sudah

menjalani pengobatan OAT sebanyak 2 kali tetapi tidak

teratur, CHF sejak Oktober 2012, riwayat dengan asma.

RPK : Almarhumah dengan Tuberkulosis Paru dan tinggal satu

rumah.

RPSi : Seorang istri dengan suami yang bekerja sebagai petani,

mempunyai 2 orang anak usia 17 tahun dan 11 tahun. OS

sebagai Ibu rumah tangga, senang memasak, sehari-harinya

memasak di tungku dengan kayu bakar.Sekarang OS tinggal di

Bogor, di rumah orang tua.

III. PEMERIKSAAN (O)

a. Pemeriksaan Umum

1) Cara Datang : Mandiri

2) Kesadaran : Compos Mentis

3) Koperatif

56

Page 61: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

4) Tensi 120/80 mmHg

5) Lingkar kepala tidak perlu diukur.

6) Nadi 88 x/menit

7) RR 26 x/menit

8) Status Gizi : Berat badan : 35 kg

Tinggi Badan : 130 cm

IMT : 36 kg

142 cm : 100= 1,422 m2

Kesimpulan : Kurus , Nilai Normal : 18,50 – 24,99

9) Suhu : Afebris

b. Pemeriksaan Khusus

INSPEKSI

- Pola jalan : Normal dengan pola yang baik.

- Postur saat berdiri dan duduk,

Dilihat dari : Depan : Bahu depresi, protraksi, dan forward

head

Belakang : Thorakal lebih menonjol

Samping kanan-kiri : Kifosis

- Warna muka : normal

- Pernafasan dengan Pursed Lips Breathing atau bernafas

dengan bantuan mulut.

- Tidak terlihat cupping hidung saat bernafas.

- Tidak terlihat sternal notch retraksi saat bernafas.

- Bentuk dada pectus excavatum.

- Pola pernapasan cepat dan dangkal.

- Batuk tidak efektif.

- Dahak berwarna putih kekuningan, kental dan berbusa.

PALPASI

57

17,85

Page 62: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

1. Spasme otot bantu pernapasan : m. Upper Trapezius

billateral

2. Nyeri tekan pada m. Upper Trapezius billateral

3. Gerak pernapasan :abdominal breathing.

4. Kesimetrisan dada : - Upper : Kanan = Kiri

- Middle : Kanan = Kiri

- Lower : Kanan = Kiri

5. Posisi trakea : normal.

6. Fremitus : Hypersonor

7. Auskultasi : Ronki saat akhir ekspirasi pada lingula kiri.

8. Tidak ada oedem atau clubbing pada jari - jari.

MOVE

1. CHEST EKSPANSI THORAKS

KET INSPIRASI - EKSPIRASI SELISIHNilai

Normal

UPPER 76 cm – 75 cm 1 cm 2 - 3 cm

MIDDLE 71 cm – 70 cm 1 cm 3 - 5 cm

LOWER 71 cm – 70 cm 1 cm 5 - 7 cm

TES KHUSUS

1. Pick Flow Meter atau Peak Expiratory Flow Rate : 140

L/menit

400 + 46,3 = 446,3

L/menit

Nilai Normal : 400 L/menit ±

400 – 46,3 = 353,7

L/menit

Kesimpulan : Jauh dibawah rata – rata batas normal.

IV. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN

PENUNJANG

1. Hasil Radiology, Tanggal 22 September 2012

58

Page 63: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Kesimpulan : Ascites, organ – organ intra abdomen lain

dalam batas normal, TB Paru dengan

Bronkiektasis dan Efusi Pleura kanan.

2. Hasil EKG, Tanggal 27 September 2012

Kesimpulan : RA, RV dilatasi, LV Dshapped, TR severe,

PH severe, PR mild, fungsi sistolik LV dan

RV baik.

3. Hasil CT Thorax, Tanggal 2 Oktober 2012

Kesimpulan : Bronkiektasis type sekunder di lobus inferior

(billateral), lobus superior, lobus medius paru

dextra. Pneumonia segmental lobus superior

paru kanan.Hepatomegali dengan Cardiac

Liver dan kista soliter lobus kiri

hepar.Kardiomegali Right Heart Insuffient.

V. 1. URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN

PRIORITAS

1) Sesak nafas

2) Retensi sputum

3) Batuk tidak efektif

4) Penurunan chest ekspansi bagian upper, middle, dan lower

5) Spasme otot Upper Trapezius billateral

2. DIAGNOSA FISIOTERAPI

Adanya gangguan fungsional pernapasan serta adanya

penurunan toleransi aktivitas karena adanya sesak nafas, retensi

sputum, batuk tidak efektif, penurunan chest ekspansi, dan

spasme otot Upper Trapezius terkait dengan Bronkiektasis, Cor

Pulmonale, dan Coronary Artery Disease inferior.

VI. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P)

59

Page 64: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter Rehabilitasi

Medik

a. Edukasi

b. Chest FT :

- Mobilisasi Sputum

1) Inhalasi dengan ventolin : Nacl = 1 : 1

2) Latihan batuk efektif dengan huffing dan

coughing

3) Tapping dan clapping post inhalasi

- Breathing Exercise

1) Deep Breathing Exercise

2. Tujuan :

a. Tujuan Jangka Pendek

1) Mengurangi sesak nafas

2) Mengurangi retensi sputum

3) Batuk efektif

4) Meningkatkan chest ekspansi bagian upper, middle,

dan lower

5) Mengurangi spasme otot Upper Trapezius bilateral

b. Tujuan Jangka Panjang

Menjalankan aktifas sehari-hari tanpa keluhan.

3. Metoda Pemberian Fisioterapi

NO JENIS METODA DOSIS KETERANGAN

1. Modalitas

NEBULIZER

Kontak langsung

dengan memakai

Nebulizer mask

I : NaCl : Ventolin

( 2,5 cc : 2,5 cc)

D : 15 menit

F : 6 x terapi,

seminggu 2 x

Mengencerkan sputum

Re evaluasi nadi

2. Chest FT Diafragma

breathing dan

Pursed Lips

Breathing (Panic

I : 5 x repetisi

D : 5 menit

F : 3 x/hari

Mengurangi kerja otot

bantu pernapasan

Mengurangi sesak

60

Page 65: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Breathing) napas

Meningkatkan oksigen

dalam paru

Memperbaiki fungsi

diafragma

Vibrasi I : 5 x repetisi

D : 5 menit

F : 2 x/hari

Untuk membantu

mengencerkan dan

mengeluarkan sputum

Huffing dan

Coughing

I : 3x huffing dan 1x

coughing

D :5 menit

F : 3 x/hari

Memperbaiki batuk

yang tidak efektif

3. Chest

Ekspansi

Chest Mobility

Exercise

I : 10 x repetisi

D : 15 menit

F : 3 x/hari

Mengembangkan

rongga dada

Miningkatkan volume

oksigen dalam paru

1) Uraian Tindakan Fisioterapi

1) Breathing Exercise : Abdominal Breathing dan Pursed

Lips Breathing atau PLB (Panic Breathing)

Posisi Pasien : Rileks atau half lying

Posisi Terapis : Disamping OS

Tatalaksana : Instruksikan kepada OS untuk

meletakkan tangan OS yang lebih dominan di atas

perut dan tangan satunya lagi di atas dada. Lalu

instruksikan untuk menarik napas dalam dari hidung

dengan perut dikembungkan lalu tahan 2 – 3 detik

kemudian dihembuskan secara perlahan dari mulut,

seperti meniup lilin atau bersiul ulangi selama 3

sampai 5 kali.Ajarkan OS untuk mengembungkan

perutnya dengan dada tidak bergerak.

2) NEBULIZER

61

Page 66: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Posisi Pasien : Duduk dengan rileks

Posisi Terapis : Disamping OS

Tatalaksana : Siapkan seperangkat alat nebulizer,

masukkan NaCl dan Ventolin sesuai dengan dosis yang

diberikan dokter, terapis mengajarkan kepada OS untuk

menarik napas lewat mulut dan membuangnya lewat

hidung, nyalakan alat, pastikan uap keluar, kemudian

pakailah masker dan terpasang dengan benar. Instruksikan

kepada OS untuk tetap bernafas lewat mulut sampai abis

obatnya atau sampai sudah tidak ada uap yang keluar.

3) CHEST FT

a. Vibrasi

Posisi Pasien : Sesuai dengan lobus dan mengacu

pada postural drainage.

Posisi Terapis : Disamping OS

Tatalaksana : Lakukan vibrasi di segmen atau

lobus dengan retensi sputum, berikan vibrasi diakhir

ekspirasi setelah napas dalam, selama 5 kali

pengulangan.

b. Huffing dan Coughing

Posisi Pasien : Half lying atau duduk condong ke

depan dengan kepala menunduk.

Posisi Terapis : Disamping OS

Tatalaksana : Instruksikan kepada OS untuk

meletakkan ke dua tangannya diatas perut OS,

terapis memberikan contoh seperti menghembuskan

napas secara paksa dengan mulut terbuka. Awali

dengan menginstruksikan kepada OS untuk menarik

napas dalam sebanyak 3 kali lalu pada ekspirasi

yang ke-4 OS diminta untuk huffing. Ulangi 3 kali

huffing diikuti dengan satu kali napas dalam disetiap

huffing.

62

Page 67: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

4) Chest Ekspansi Thoraks : Chest Mobility Exercise

Posisi Pasiesn : Terlentang dan Duduk

Posisi Terapis : Disamping OS

Tatalaksana :

a. OS tidur terlentang, terapis menginstruksikan OS

untuk menarik napas dalam lewat hidung sambil

menarik kedua kaki keatas atau dorsi fleksi kaki

kemudian hembuskan secara perlahan lewat mulut

sambil menurunkan kaki atau plantar fleksi kaki.

Ulangi beberapa kali.

b. OS tidur terlentang, terapis menginstruksikan OS

untuk memutar kedua lututnya kekanan sambil

menghembuskan napas lama kemudian keposisi

awal sambil menarik napas dalam, ulangi ke sisi

satunya. Ulangi beberapa kali

c. OS duduk di tepi bed, terapis menginstruksikan OS

membungkukkan badan sampai tangan tersentuh

lantai sambil menghembuskan napas kemudian

tegak kembali sampai mengangkat tangan keatas

sambil menarik napas dalam. Ulangi beberapa kali.

d. OS duduk di tepi bed, terapis menginstruksikan

tangan OS untuk disilangkan didepan dada, lalu

OS memutar badan kekanan sambil

menghembuskan napas kemudian kembali keposisi

awal sambil menarik napas dalam, ulangi ke sisi

satunya dan ulangi beberapa kali.

e. OS duduk di tepi bed, terapis menginstruksikan

tangan OS untuk tekuk di pinggang, lalu

condongkan badan OS kekanan sambil hembuskan

napas kemudian kembali keposisi awal sambil

menarik napas dalam, ulangi ke sisi satunya dan

ulangi beberapa kali.

63

Page 68: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

4. Program untuk dirumah

1) Ulangi latihan pengembangan dada seperti diatas sehari 3 x.

2) Batuk dengan pola yang benar.

3) Posisi rileksasi dengan panic breathing disaat mengeluh

sesak nafas.

4) Manfaatkan energi dengan baik sehingga tidak membuang

buang banyak energi saat aktivitas.

VII. EVALUASI

1. Evaluasi Hasil Terapi

1) Rabu, Tanggal 24 Oktober 2012

S : Sesak nafas berkurang, lebih rileks, batuk dengan

dahak mudah dikeluarkan.

O : - Kesadaran : Compos Mentis

- Respiratory Rate : 24 x/menit

- Tekanan darah : 120/70 mmHg

- Nadi : 92 x/menit

- Pola nafas : Cepat dan dangkal tapi sudah dapat

terkontrol

- PFM belum ada peningkatan

- Chest ekspansi belum ada peningkatan

A : Gangguan fungsional pernapasan et causa

Bronkiektasis

P : Modalitas Nebulizer, Chest FT dengan Panic

Breathing, dan Chest mobility exercise

2) Jumat, Tanggal 2 November 2012

S : Sesak nafas tidak di rasakan saat diam atau istirahat,

banyak bergerak dan jalan OS masih mengeluh

sesak, batuk disertai dahak.

O : - Kesadaran : Compos Mentis

- Respiratory Rate : 30 x/menit

- Tekanan darah : 130 / 90 mmHg

- Nadi : 92 x/menit

64

Page 69: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

- Auskultasi : Ronki pada lingula kiri

- Chest Ekspansi

KET INSPIRASI - EKSPIRASI SELISIH Nilai Normal

UPPER 74 cm – 75 cm 1 cm 2 - 3 cm

MIDDLE 66 cm – 68 cm 2 cm 3 - 5 cm

LOWER 70 cm – 72 cm 2 cm 5 - 7 cm

A : Gangguan fungsional pernapasan et causa

Bronkiektasis

P : Chest FT : Breathing Exercise, Vibrasi, dan Huffing

– Coughing ; Chest Mobility Exercise

3) Sabtu, Tanggal 3 November 2012

S : OS terlihat lebih enakkan dan tidak sesak saat

melakukan aktivitas walaupun harus pelan-pelan,

batuk disertai dahak.

O : - Kesadaran : Compos Mentis

- Respiratory Rate : 28 x/menit

- Tekanan Darah : 130 / 80 mmHg

- Nadi : 90 x/menit

- Auskultasi : Ronki pada lingla kiri

- Chest Ekspansi

KET INSPIRASI - EKSPIRASI SELISIHNilai

Normal

UPPER 74 cm – 76 cm 2 cm 2 - 3 cm

MIDDLE 66 cm – 68,5 cm 2,5 cm 3 - 5 cm

LOWER 70 cm – 72 cm 2 cm 5 - 7 cm

A : Gangguan fungsional pernapasan et causa

Bronkiektasis

P : Chest FT : Breathing Exercise, Vibrasi, dan Huffing

– Coughing ; Chest Mobility Exercise.

65

Page 70: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bronkiektasis adalah suatu keadaan dimana terjadi pelebaran permanen

pada bronkus yang penyebabnya sampai sekarang masih belum jelas, namun

diduga bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.Bronkus

mengalami dilatasi yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang

merupakan akibat dari destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding

bronkus. Akibatnya dapat muncul berbagai macam gejala, seperti: batuk

kronik yang produktif, hemoptisis, dyspnea, wheezing, nyeri dada, penurunan

berat badan, dan juga demam. Kelangsungan hidup penderita bronkiektasis

tergantung pada berat-ringan serta luasnya penyakit waktu pasien berobat

pertama kali.Oleh karena itu penanganan pada penderita bronkiektasis harus

sedini mungkin dilakukan agar area kerusakannya tidak bertambah luas dan

dapat dilakukan intervensi.

B. SARAN

Partisipasi dari keluarga untuk mengingatkan dan membantu pasien dalam

melakukan home program seperti (1) batuk efektif disertai nafas dalam dengan posisi

duduk untuk mencegah aspirasi sesering mungkin (2) mengatasi sesak nafas dengan

posisi rileksasi saat ditempat tidur, duduk, berdiri (3) chest mobility 3x sehari.

Jika merasakan keluhan – keluhan seperti yang sudah dipaparkan diatas

lakukan penindakan dengan cepat dan tepat.Periksa kedokter, hindari rokok dan

minuman beralkohol, olahraga teratur, serta lakukan tindakan penanganan dengan

fisioterapi yaitu dengan latihan chest FT.

66

Page 71: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

DAFTAR PUSTAKA

A. Price Sylvia, M. Wilson Lorraine, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 2, EGC, Jakarta, 1995.

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medical Bedah.Volume I. Jakarta: EGC; 2002.

C. Guyton, Arthur and E. Hall, John. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi ke-11. Alih bahasa oleh dr. Irawati dkk. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.

Evelyn C. Pearce. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Alih bahasa oleh Sri Yuliani Handoyo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2009.

Grace. PPOK/CODP. Post on Jumat, 09 Desember 2011. Available in http://kuliahkesehatanku.blogspot.com/2011/12/ppok-copd.html.

Hatmoko.Cor Pulmonale dalam Medical Review 2. Palaran: Samarinda; 2006.

Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC; 1997.

Jardins TD. The cardiopulmonary system. In: Cardiopulmonary Anatomy and physiology, essentials in respiratory care. 4thedition. USA: Delmar; 2002.

Joshua O. Benditt. The Merck Home Health Manual Handbook “Bronchiectasis”. Post on February 2008. Available in http://www.merckmanuals.com/home/lung_and_airway_disorders/bronchiectasis_and_atelectasis/bronchiectasis.html#v725664

Ninda Rosdiana, dkk. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan. Post on Kamis, 20 September 2012.Available in http://akperpemda8.blogspot.com/2012/09/anatomi-fisiologi-sistem-pernafasan.html.

O’Regan AW, Berman JS. Baum’s Textbook of Pulmonary Disease. 7thedition. Philadelphia: Lippincott Williams & Walkins; 2004.

Sherwood, Lauralee. Human Physiologi From Cells to Systems. 7th edition. USA: Brooks/Cole; 2010.

Suroso.Pemeriksaan kardiopulmonal 2012.17 Februari 2012.

Wolters Kluwer. Professional Guide to Diseases.9th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

67

Page 72: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

Lampiran

Diskusi dengan Bapak Saffarudin

Selasa, 23 November 2012

Pesan : Untuk kajian teori dimulai dari diagnosa mediknya, satu persatu dijelasin tapi secara umum saja nanti untuk yang masalah penanganan baru lebih detail. Kemudian dilanjutin anatominya.Anatomi jangan terlalu luas, yang spesifik aja.Apa yang menjadi masalah kalian itu yang kalian jelasin. Jelasin sedetail-detailnya dari sistemnya dan gimana proses kerjanya. Lalu lanjut etiologi, patofiologi dan seterusnya itu dijelasin.Jelasin jangan terlalu banyak, mubazir kalau kebanyakan yang penting padat dan jelas.

Kamis, 25 Oktober 2012

Pesan : RPS juga masuk kajian teori. Biar orang tahu apa itu RPS, RPD, RPK. Jadi intinya semua hal yang ada dalam status itu dijelasin jadi kajian teori lengkap, yang penting jelas dan nggak perlu panjang lebar. Kalian tahu kan apa itu RPS?? Ya udah itu kalian jelasin itu di dalam kajian teori.

Untuk kasus kalian, PPOK. Kalian udah paham belum masalahnya apa? Kenapa dibawa ke FT. D tentu ada masalah yang harus kita atasi, nah itu tergantung dari pemeriksaan kalian.Semakin kalian jeli dalam pemeriksaan semakin jelas masalahnya dan semakin mudah menentukan intervensi yang tepat.Untuk kasus ibu ini sesak, retensi sputumnya, pengembangan parunya dan seterusnya ya.Nah itu tinggal bagaimana pemeriksaan kalian sehingga dapat mendiagnosa ibu ini. Ibu ini juga ada TB paru, tentu berpengaruh sama parunya dan yang perlu diperhatikan juga adalah jantungnya. Ibu ini kan ada core pulmonale, nah itu nanti juga berpengaruh pada home program yang kalian berikan ke ibu ini.

Ibu ini rumahnya di Sukabumi tapi sekarang ini tinggal di Bogor.Yang penting kalian pastiin dulu ibu ini mau dating di konfre kalian.Itu nanti tinggal bagaimana kalian pendekatan pada pasien.Kalian jangan Cuma bilang ini untuk tugas kalian, tapi juga kalian jelasin manfaatnya pada pasien.Jadi kalian tidak terlalu tergantung pada pasien tapi pasien juga tahu kalau dia butuh terapi kalian. Sehingga nantinya pasien juga care

68

Page 73: Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Bronkiektasis Disertai Dengan Cor Pulmonale Dan Coronary Artery Disease

sama kalian. Kalau begitu kan jadi gampang. Kalian merasa untung dan pasien juga merasa kalau latihan dan program yang kalian berikan bermanfaat.Jadi dari diri pasien juga tergerak untuk ikut kalian.

Kamis, 1 November 2012

Pesan : Untuk table chest ekspansi disampingnya juga ditambahin range normalnya. Biar orang yang kurang paham tentang chest ekspansi juga bias tahu kalau itu masalah. Coba kalau kalian cuma nulis angka aja kayak gitu, orang hanya tahu itu data dan nggak tahu masalahnya dimana. Untuk PFM juga, kalian beri range normalnya berapa. Male sama female kan juga beda ukurannya, terus kan ada tambah dan kurangnya berapa. Nah itu kalian masukin juga.Biar orang tahu kenapa itu jadi masalah.Masukinnya nggak di kajian teori tapi di samping pemeriksaan formulir kalian aja.

69