penanganan usaha perikanan sebagai alternatif mata pencarian di hunian sementara bencana erupsi...

Upload: benget-r-simanjuntak

Post on 02-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    1/14

    LAPORAN PRAKTIKUM

    PENGANTAR EKONOMI PERIKANAN

    PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN

    DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI MERAPI

    OLEH

    KELOMPOK 5

    1. Prameidia Putra (11666 / THP09)

    2. Benget R. Simanjuntak (11670/THP09)

    3. Agus Indra Jatno (11806/BDP09)

    4. Elisabeth Nova Ayu R. (11747 / THP09)

    5. Ragil Puspita (11731 / MSP09)

    6. Windi Amelia (11756 / BDP09)

    7. Mike Gustyana L. (11858 / MSP09)

    8. Riska Nilawati (11771 / MSP09)

    9. Yunita Wulandari (11289/BDP08)

    ASISTEN

    FAISAL RAHMAN

    LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

    JURUSAN PERIKANAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA 2011

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    2/14

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-Nya yang

    melimpah kepada kita semua sehingga laporan praktikum pengantar ekonomi perikanan ini

    dapat diselesaikan penyusun dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini disusun untuk

    pertanggungjawaban praktikan bahwa telah melaksanakan praktikum Pengantar Ekonomi

    Perikanan, pada semester empat di Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah

    Mada.

    Penyusun juga ingin menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

    mendukung dan membantu dalam penyusunan laporan ini, yaitu :

    1. Bapak Ir. Hery Saksono, M. A. selaku Dosen Pengasuh mata kuliah Pengantar

    Ekonomi Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM,

    2. Bapak Suadi, S. Pi., M. Sc. selaku Dosen Pengasuh mata kuliah Pengantar Ekonomi

    Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM,

    3. Bapak Ir. Sukardi, S. Pi., M. Sc. selaku Dosen Pengasuh mata kuliah Pengantar

    Ekonomi Perikanan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM,

    4. Asisten Kelompok Mas Faisal yang telah berkenan mendampingi praktikan selama

    praktikum,

    5. Teman-teman kelompok 5 (Putra, Benget, Agus, Yunita, Ragil, Elisabeth, Windi,

    Riska, Mike) yang telah bekerja sama menyusun laporan praktikum ini,

    6. Orang Tua penyusun di rumah yang selalu mendoakan kami demi kelancaran proses

    belajar saya,

    7. Teman-teman perikanan angkatan 2009 yang telah berkenan memberi semangat

    kepada kami,

    8. Dan semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak

    dapat penyusun sebutkan satu per satu.

    Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna karena tidak

    ada sesuatu yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan Sang Pencipta. Oleh karena itu,

    penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun sehingga berguna

    untuk penyempurnaan laporan ini di hari esok. Akhir kata, semoga laporan praktikum

    Pengantar Ekonomi Perikanan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca laporan

    ini. Terimakasih.

    Yogyakarta, 23 Juni 2011

    Penyusun

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    3/14

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Letusan Merapi 2010 adalah rangkaian peristiwa gunung berapi yang terjadi di

    Merapi di Indonesia. Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan

    menyebabkan letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2011,

    mengakibatkan sedikitnya 165 orang tewas. Dampak erupsi Gunung Merapi tersebut telah

    menimbulkan kerusakan diberbagai sektor di Yogyakarta seperti pertanian, peternakan,

    perkebunan, perikanan, serta pariwisata. Di sektor perikanan sendiri, menurut Ketua Badan

    Pelaksana Wilayah Serikat Petani Indonesia (BPW SPI) Yogyakarta, Lujianto, kerugian

    akibat bencana Merapi mencapai Rp. 11,3 miliar. Kerugian terjadi akibat matinya ikan dari

    sektor Unit Pembenihan Rakyat (UPR), Pembudidayaan Ikan Konsumsi di radius 20 Km

    puncak Merapi dan beberapa pembudidayaan ikan konsumsi di luar radius tersebut di

    Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan dan Ngemplak. Sektor perikanan menjadi mata

    pencaharian primer bagi banyak masyarakat di beberapa kecamatan di Sleman meliputi

    Kecamatan Bokesan, Sindumartani, Ngemplak dengan luas lahan mencapai 26 hektar untuk

    perikanan. Beberapa jenis ikan budidaya yang berada di kecamatan tersebut antara lain, lele,

    nila, gurame, dan bawal. Untuk memulihkan kegiatan ekonomi di sekitar bencana,

    pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta membangun shelter-shelter atau hunian

    sementara berupa rumah-rumah gedhek (anyaman bambu) berukuran 6 x 6 m2 bagi warga

    lengkap dengan kolam terpal untuk budidaya lele. Mengingat tiga kecamatan di daerah

    kawasan bencana merupakan kawasan pertanian produktif termasuk perikanan, yang

    memberikan kontribusi ekonomi yang tidak sedikit termasuk kecamatan Cangkringan yang

    berada di sebelah Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Sleman.

    Bupati Sleman H Sri Purnomo dalam Trobos (2011) menyatakan paket bantuan

    budidaya lele dari Pemerintah Provinsi DIY ini sangat sesuai dengan program tanggap

    bencana pemulihan ekonomi Merapi melalui penumbuhan UKM (Usaha Kecil Menengah)

    baru yang ia canangkan. Kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi warga agar bangkit dari

    keterpurukan, dan nantinya dapat merangsang warga untuk mencoba membudidayakan dan

    mengembangkan kembali dimasing-masing pekarangan mereka.

    Kegiatan shelter adalah salah satu kegiatan atau program dari pemerintah untuk

    membantu masyarakat dalam meningkatkan perekonomian. Dalam pengelolaanya,

    kegiatan ini dapat dikelola secara individu maupun secara kelompok. Dalam kegiatan ini

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    4/14

    biasanya bantuan bisa berasal dari sektor perikanan, peternakan, dan atau pertanian. Dari

    sektor perikanan biasanya berupa bibit ikan yang siap ditebar. Dari sektor peternakan

    biasanya berupa sapi, kambing, itik atau pun ayam. Sedangkan dari sektor pertanian

    biasanya berupa tanaman hias, sayur-sayuran, atau pun buah-buahan tergantung kondisi

    lingkungan shelter. Di daerah Cangkringan tepatnya daerah Gondang 2 telah didirikan

    shelter perikanan. Shelter ini didirikan untuk membantu korban akibat letusan Gunung

    Merapi. Pemilihan perikanan sebagai solusi karena perikanan memiliki potensi yang

    sangat besar dan prospek yang masih panjang. Selain itu pengelolaannya juga lebih

    mudah dibanding sektor lain dan tidak membutuhkan lahan yang luas.

    Gondang 2 memiliki potensi yang mendukung untuk kegiatan budidaya ikan. Selain

    lingkungannya yang masih alami dan bebas polusi, juga karena sumber daya air yang

    melimpah sehingga tidak perlu khawatir kekurangan air. Penelitian ini dilakukan di

    shelter gondang 2 karena shelter tersebut masih baru. Selain itu jumlah kolam dalam

    shelter tersebut cukup banyak sehingga pengambilan data informasi akan lebih akurat dan

    bervariasi. Walaupun kondisi lingkungan di sekitar shelter sangat mendukung tetapi

    dalam pengelolaannya tidak berjalan mulus. Banyak permasalahan yang timbul dalam

    pengelolaan budidaya shelter ini.

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    5/14

    1.2. Tujuan

    1. Mengetahui keadaan di shelter gondang II

    2. Mengetahui sejarah berdirinya shelter dan budidaya ikan dishelter

    3. Mengetahui kendala yang dihadapi oleh pembudidaya ikan di shalter

    1.3. Manfaat

    Praktikum Pengantar Ekonomi Perikanan dapat menambah pengetahuan mahasiswa

    untuk dapat lebih mengenal suatu daerah yang menjadi lokasi praktikum yaitu desa ngeblok

    shelter gondang II, dan dapat lebih mengetahui bagaimana budidaya ikan diselter pasca

    erupsi merapi.

    Manfaat yang lebih utama adalah melatih mahasiswa untuk dapat berinteraksi dengan

    masyarakat. Hubungan yang baik dapat terwujud dengan adanya interaksi secara nyata

    sehingga mahasiswa dapat melakukan pendekatan lebih baik dan dapat membantu

    memecahkan masalah yang dialami oleh masyarakat, walaupun hanya dengan pengetahuan

    teori yang didapat pada kuliah dan pengetahuan umum mahasiswa. Selain itu juga

    memberikan pengetahuan lapangan kepada mahasiswa terutama mengenai berbagai aspek

    budidaya ikan baik aspek teknis, ekonomi, sosial, maupun pengelolaannya.

    4. Waktu dan Tempat

    Hari : Jumat

    Tanggal : 17 Juni 2011

    Tempat : Desa geblok Sari, kecamatan Cangkirangan,kabupaten Sleman,Yogyakarta

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    6/14

    BAB II

    METODE

    Metode berasal dari bahasa Yunani Methodos yang berarti jalan penelitian dan

    dapat dijabarkan sebagai cara bertindak yang pasti dan terarah untuk mencapai tujuan

    tertentu. Pengkajian dapat diartikan sebagai usaha memperoleh pengetahuan dengan jalan

    membaca, mengamati dengan tekun, mengadakan analisa laboratorium, membuat percobaan

    lapangan dan sebagainya (Tejoyuwono 1977).

    Praktikum ini menggunakan metode dasar deskriptif analisis, yaitu penelitian yang

    mendasarkan pada pembahasan masalah aktual pada masa sekarang. Data yang diperoleh

    mula-mula di kumpulkan , di susun, di analisa dan di interpretasikan (Surakhmad 1985).

    Salah satu jenis metode penelitian deskriptif adalah metode survey. Metode survey

    merupakan penyelidikan yang di lakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari fenomena-

    fenomena yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik suatu kelompok

    atau daerah (Nazir 1988).

    Dari sudut ruang lingkup, secara kasar metode survey mencakup 4 aspek kajian yaitu :

    (1) Ciri-ciri demografis masyarakat, (2) Lingkungan sosial mereka, (3) Aktivitas mereka, dan

    (4) Pendapat dan sikap mereka (Moser dalam Singarimbun dan Effendi 1988). Metode survey

    merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

    kuisioner (Singarimbun dalam Singarimbun dan Effendi 1988).

    Menurut Hadi (1975), ada beberapa anggapan yang harus dipegang oleh peneliti

    dalam metode survey dengan kuisioner yaitu :

    1. Subyek (responden) adalah orang yang palin tahu tentang dirinya.

    2. Apa yang di nyatakan oleh subyek (responden) kepada penyelidik adalah benar dan

    dapat dipercaya.

    3. Interpretasi subyek (responden) tentang pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah

    sama dengan apa yang di maksudkan penyelidik.

    Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil untuk menggambarkan keadaan

    sebenarnya dari populasi yang bersangkutan. Menurut Effendi (1997) secara umum ada dua

    macam teknik sampling yaitu : Ramdom samplin dan Purposive sampling. Beberapa teknik

    sampling dengan metode ramdom sampling adalah:

    1. Simple Random Sampling

    Sampel di ambil sedemikian rupa sehingga setiap elemen pokok permasalahan

    mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Cara yang paling efektif

    adalah dengan menggunakan tabel random sampling.

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    7/14

    2. Sistematic Sampling

    Merupakan sebuah metode panggambilan sampel dimana hanya unsur pertama saja

    dari sampel itu yang dipilih secara acak sedangkan unsur-unsur lainnya diambil secara

    sistematis dengan pola-pola tertentu.

    3. Stratified Random Sampling

    Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan penggolongan karena populasi tidak

    homogen (heterogen).

    Praktikum pengakajian sosial ekomoni perikanan kali ini menggunakan metode

    penggambilan sampel Cluster Random Sampling ( CRS) di mana sample di ambil/ dipilih

    berdasar pertimbangan tertentu. Metode ini di gunakan karena populasi adalah heterogen, di

    mana di dalamnya terdiri dari kelompok-kelompok/cluster yang di dalamnya masih

    mengandung unit populasi yang heterogen. Sampel diperoleh dari unit populasi yang dipilih

    secara random. Heterogenitas sampel di harapkan sama dengan heterogenitas populasinya.

    Cluster Random Sampling sering juga disebut sebagai area random sampling. Area

    dalam hal ini dapat merupakan suatu area administratif. Kelemahan metode ini adalah sulit

    menemukan cluster dengan heterogenitas yang benar-benar sama, sehingga sampel yang

    diperoleh merupakan estimator yang kasar untuk populasinya. Keuntungannya adalah

    penyebaran unit populasi dapat ditekan dan tidak diperlukan daftar unit populasi dengan

    cluster/ area yang terpilih (Sunggono 1996).

    Data merupakan fakta yang dapat ditarik menjadi kesimpulan. Fakta merupakan sejala

    pengalaman, kejadian atau kenyataan yang cukup mantap sehingga dapat dipercaya dalam

    suatu penyelidikan. Oleh karena fakta dapat mempunyai berbagai macam wujud, maka data

    tidak selalu berbentuk angka sebab fakta tidak selalu dapat di angka kan (Tejoyuwono 1997).

    Baik buruknya suatu hasil riset tergantung pada teknik pengumpulan datanya.

    Pengumpulan data pada riset ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang

    relevan, akurat, dan reliable. Untuk memperoleh data seperti itu maka kita harus

    menggunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat, serta kegiatan yang dapat

    diandalkan.

    Jenis data yang dikumpulkan ada dua macam yaitu :

    1. Data Primer

    a. Identitas Responden (Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Sejarah Keluarga dan

    Pekerjaan, Tempat Tinggal ).

    b. Jenis ikan budidaya, sistem produksi dan permasalahan dalam pengelolaannya.

    c. Pemasaran hasil perikanan (jalur dan saluran pemasaran).

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    8/14

    d. Biaya meliputi ; biaya variabel (pakan, pupuk, obat, tenaga kerja dan lain-lain), biaya

    tetap dan biaya perawatan.

    e. Pendapatan meliputi hasil produksi dan harga ikan.

    f. Pendapatan diluar hasil perikanan.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder meliputi peta wilayah (kabupaten, kecamatan, desa ), data produksi

    tahunan perkembangan luasan kolam, perkembangan pembudidaya ikan.

    Data praktikum lapangan yang diperoleh dikumpulkan melalui beberpa teknik yaitu :

    a. Wawancara

    Wawancara merupakan proses tanya jawab lisan oleh dua atau lebih orang yang

    saling berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan dapat

    mendengarkan dengan telinganya sendiri. Suara merupakan alat komunikasi yang langsung

    untuk mengungkapkan berbagai informasi (Hadi 1975). Teknik wawancara akan melibatkan

    proses interaksi dan komunikasi antara peneliti dengan sumber informasi (sampel) yang

    dipandu oleh daftar pertanyaan yang bersifat terstruktur.

    b. Observasi

    Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

    fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas observasi tidak terbatas pada

    pengamatan yang dilakukan baik secara logis maupun tidak logis (Hadi 1975).

    Menurut Tejoyuwono (1977), observasi merupakan suatu kegiatan untuk

    memperoleh fakta atau bukti dari gejala yang ada. Pengamatan ini bisa menjadi sebuah alat

    penguji terhadap kebenaran informasi atau data yang dikumpulkan melalui wawancara.

    Pencatatan yaitu mencatat data-data yang telah tersedia (data sekunder) dari instansi-instansi

    terkait dan sumber lainnya yang telah dipublikasikan serta berbagai informasi dan fenomena-

    fenomena yang terekam selama observasi atau pengamatan.

    Proses analisis data meliputi pengeditan data yang diperoleh dari lapangan,

    pemindahan data dari daftar pertanyaan ke daftar tabulasi, penentuan sebaran data dan

    kecenderungannya, serta interpretasi data.

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    9/14

    BAB III

    Keadaan Umum Shelter

    3.1 Kewilayahan atau fisik

    3.2 Kependudukan social ekonomi

    3.3 Dampak Bencana Erupsi Merapi

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Shelter Gondang 2 yang terletak di desa Geblok, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten

    Sleman, memiliki 80kolam budidaya lele yang semuanya dikelola oleh warga setempat yang

    bekerjasama dengan pemilik kolam yang menurut warga setempat berada di Magelang. Dari

    wawancara dengan tiga responden, dengan latar belakang yang berbeda Ruminah (46) SD

    asal Dongkel Sari, Parwa (70) SD asal Merapi Kulon, Agung (29) SMP asal Geblok Sari,

    masing-masing memberi keterangan yang sama tentang luasan kolam yang dikelola, yaitu

    golongan pemuda 2 kolam, dan golongan tua 1 kolam. Padat tebar 2000 ekor, dan pemberian

    makan dilakukan sedikit demi sedikit sampai kenyang (ad libitum), namun keterangan sedikit

    berbeda pada aktivitas pemberian pakan setiap hari, hanya Parwa yang menyatakan

    pemberian pakan 2 kali sehari, pagi dan sore. Sedangkan Agung dan Ruminah yang

    merupakan ibu dari ketua RT menyatakan pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari, pagi,

    sore, dan malam yang khusus dijadwalkan untuk pemuda. Kolam di daerah ini belum pernah

    panen karena baru ditebar sekitar satu setengah bulan, bahkan ada beberapa kolam yang

    terlihat belum siap untuk diisi yang menunjukkan bahwa kolam yang ada masih baru. Ketiga

    responden pesimis dengan keberhasilan panen nantinya, karena sebagian kolam banyak ikan

    yang mati. Beberapa permasalahan yang dihadapi adalah penyakit jamur, ikan kedinginan,

    lompatnya ikan lele dari kolam saat hujan turun, dan karung berisi pakan yang sering hilang.

    Penyakit jamur diatasi dengan penaburan garam kasar di kolam, dengan obat tetes mata,

    ataupun dengan cara tradisional seperti pelepah pisang yang diiris halus dan ditaburkan ke

    kolam. Untuk permasalahan lompatnya ikan lele, dan ikan yang kedinginan, belum ada cara

    penanggulangan sampai saat ini. Sedangkan untuk masalah hilangnya pakan, telah diatasi

    dengan membuat rumah khusus pakan yang digembok dan lokasinya dekat rumah kepala

    pemuda.

    Pak sidik 41 tahun alamat shelter gondang II.Asal ngeblok,,pendidikan terakhir IAIN.

    Pak sidik belum pernah mendapatkan pendidikan formal atau informal mengenai budidaya

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    10/14

    ikan,namun pak sidik sudah memiliki pengalaman dalam budidaya ikan, beliau sudah pernah

    membudidayakan ikan nila. Pak sidik di gondang II ini tidak memiliki shelter namun dia

    adalah pengelola shelter dengan kata lain dia yang jadi coordinator semua kelompok.

    Menurut beliau shelter di gondang II terdiri dari 80 kolam seharusnya,namun 3 kolam sudah

    mengalami kerusakan,jadi kolam yang tersisa tinggal 77,20 dari dinas dan 57 dari PU.

    Komoditas yang dibudidayakan di shelter ini yaitu ikan lele.Pakan yang diberikan perharinya

    3 karung,namun demikian kolam masih banyak yang kosong. Kolam yang kosong kurang

    lebih 8 kolam dengan alasan kolamnya mau dibenahi terlebih dahulu. Padat tebar perkolam

    2000 dengan luas kolam 4x6, di shelter ini ad 4 kelompok 1 kelompok terdiri dari 20 orang.

    Pak Sidik optimis budidaya ikan di kolam terpal dengan system shelter akan berhasil. Namun

    demikian masalah yang dihadapi adalah benih kurang bagus.

    Yetri 34 tahun, alamat shelter gongang II ,asal Palembang, pendidikan terakhir SLTA.

    Ibu Yetri mengakui pengalamannya nol dibidang budidaya ikan, bu yetri belum pernah

    pendapatkan pelatihan tentang budidaya ikan baik itu formal maupun non formal, beliau juga

    mengakui belum pernah melakukan kegiatan budidaya sebelum di shelter. Ukuran kolam

    4x6, ikan yang dibudidayakan ikan lele,padat tebar 2000, pakan 3 karung per hari, kolam

    dikelola dengan system kelompok. Belum pernah panen. Ibu Yetri pesimis akan budidaya

    system shelter ini hal ini karena setiap hari pasti ada ikan yang mati daria awal ditebar. Ibu

    Yetri juga mengakui sebelumnya tidak ada sosialisasi sama sekali tentang budidaya ikan di

    kolam terpal tersebut, beliau berharap jika system budidaya shelter ini berlanjut sebelumnya

    harus ada sosialisasi mengenai cara bagaimana budidaya ikan yang baik.

    Pak tukijo 42 tahun, jabatanya sebagai ketua kelompok di shelter dongker sari, alamat

    di dongkel sari, riwayat pendidikan mualimin muhammadiyah. Pak tukijo belum pernah

    mendapatkan peletihan mengenai budidya ikan baik itu formal maupun informal, beliau juga

    mengakui senelumnya belum memiliki pengalaman apa-apa mengenai budidaya ikan. Luas

    kolam yang dimiliki pak tukijo adalah 4x6. Ikan yang dibudidayan adalah ikan lele.Padat

    tebar 2000/kolam. Kelompok pak Tukijo mendapatkan 18 kolam, setiap harinya

    menghabiskan pakan 1 sak untuk 18 kolam tersebut. Pengelolaan dilakukan dengan system

    kelompok. Budidaya ikan di shelter dongkel sari ini baru berjalan 3 minggu,belum pernah

    panen. Sistem budidaya ikan di shelter menurut pak Tukijo bagus, dengan catatan bisa

    dikelola dengan baik, dalam arti koordinasi anggota kelompok. Namun demikisn masalah

    yang dihadapi oleh pak Tukijo adalah ikan penyakitan(jamur), anggota kelompok kurang

    kompak, kurang terbuka antara coordinator kepada kelompok.

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    11/14

    Pak Zamzuri 39 tahun, alamat shelter dongkel sari,daerah asal dongker sari. Latar

    belakang pendidikan SLTP. Belum pernah mengikuti pendidikan formal dan informal

    dibidang perikanan. Pengalaman dibidang perikanan pernah yaitu pembesaran nila. Luas

    kolam 4x6 berkelompok, 1 kelompok 20 orang.Padat tebar 2000/kolam total punya kelompok

    ada 17 kolam.Pakan 1 sak/hari. Sistem kelompok ada jadwal piket 1-3 orang/hari, pagi jam 6,

    sore jam 4. Belum pernah panen, sudah berjalan 1 bulan. Pesimis karena ikannnya banyak

    mati,harga ikan murah. Masalah lahan menyewa,bau mengangu kenyamanan warga sekitar

    Bapak Agung, 25 tahun. Alamat shelter : Gondang 2. Daerah asal : Desa Geblok,

    Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Latar belakang pendidikan : SMA. Pendidikan informal

    dan non-formal yang berhubungan dengan pembesaran ikan :Belum pernah ada pelatihan.

    Namun Pernah membudidayakan ikan nila sebelumnya, pernah ikut kakaknya untuk

    memelihara ikan, tetapi dari program sendiri belum pernah. Luas kolam dishelter 6x4 meter.

    Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele.jumlah padat tebar tiap kolam kurang lebih

    2000 ekor. Pakan diberikan tiga kali sehari, biasanya lebih dari 1 kg per hari. Pengelolaannya

    (pengelolaan kolam) satu kelompok bersama, biasanya satu orang mendapat jatah dua kolam.

    Jika gagal menjadi tanggungan bersama (sama-sama mencari solusi). Belum pernah panen.

    Pak Agung Optimis berhasil, karena ikan yang hidup lumyan banyak disbanding yang mati.

    Permasalahan yang dihadapi antara lain :Ikan banyak yang terserang penyakit.Ukuran bibit

    tebar terlalu kecil. Setiap kolam jumlah bibit tebar berbeda. Banyak hama terutama burung

    bangau, Pemberian metylen blue tidak diberikan ke semua kolam. Tidak pernah ganti air.

    Pemecahan : Dikoordinir oleh ketua kelompok.

    Bapak Herwanto, 50 tahun.Alamat shelter : Gondang 2. Daerah asal : geblok,

    Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.Latar belakang pendidikan : SD.Pendidikan informal dan

    non-formal yang berhubungan dengan pembesaran ikan :Belum pernah ada pelatihan atau

    sosialisasi tentang budidaya ikan. Belum punya pengalaman di bidang perikanan . Luas

    kolam 6x4 meter. Jenis ikan yang dibudidayakan yaitu ikan lele. Jumlah padat tebar tiap

    kolam kurang lebih 50 kg.Banyak pakan yang diberikan di tiap kolam tiap hari kurang lebih

    1 kg tiap hari. pengelolaan kolam budidaya ikan di shelter ini dikelola bersama, setiap orang

    biasanya mengelola dua kolam. Belum pernah panen. Menurut bapak Herwanto dia Kurang

    yakin kalau budidaya ikan lele ini berhasil, karena kurang menguntungkan. Selain itu kolam

    juga tidak memenuhi syarat kolam yang baik (tinggi air kurang dari satu meter).

    Permasalahan yang dihadapi antara lain : Banyak ikan yang mati. Tidak ada monitoring

    lingkungan. Benih tidak bagus. Kurang ada koordinasi antara pemilik dengan pengelola.

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    12/14

    Pemecahannya antara lain : Ikan yang mati diambil dan dibuang menggunakan alat seadanya.

    Paling-paling diganti atau ditambah air kalau sudah kotor. Pengelola hanya sebagai

    penyangga sehingga tidak mempunyai kewenangan.

    Bapak Wisnu, 40 tahun. Alamat shelter : gondang 2. Daerah asal : Geblok,

    Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Latar belakang pendidikan : STM. Pendidikan informal

    dan non-formal yang berhubungan dengan pembesaran ikan :Belum pernah ada pelatihan.

    Luas tiap kolam budidaya 6x4 meter. Jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele. Jumlah

    padat tebar tiap kolam kurang lebih 2500 ekor atau 50 kg tiap kolam. Banyak pakan yang

    diberikan di tiap kolam tiap hari kurang lebih 5 kg tiap harinya. Pengelolaan kolam budidaya

    shelter ini dikelola secara berkelompok. Belum pernah panen. Menurut bapak bagaimana

    kecenderungan keberhasilan program budidaya shelter? Kurang berhasil, karena tidak ada

    sosialisasi sebelumnya. Selain itu, bibit ikan yang diberikan juga tidak bagus. Permasalahan

    yang dihadapi antara lain : Jumlah bibit ikan yang diberikan tidak pasti sehingga tidak efisien

    dalam pemberian pakan. Bibit ikan yang ditebar tiap kolam tidak rata atau seimbang sehingga

    kolam dengan bibit tebar padat biasanya banyak ikan yang mati. Waktu penebaran kurang

    tepat, kadang malam hari tetapi kadang juga siang hari.

    Berbagai pemasalahan banyak muncul dalam setiap usaha budidaya perikanan.Permasalahan dari segi teknis masih sangat kompleks terutama adalah masih langka dan

    sangat terbatasnya benih-benih ikan yang sudah mendapat predikat kualitas unggul, pakan

    ikan (pellet) yang tersedia di toko-toko perikanan belum menunjukkan kualitas yang baik

    dilihat dari kandungan protein, lemak, vitamin dan masalah yang sangat riskan adalah

    terjangkitnya penyakit-penyakit pada ikan dan belum ditemukan solusi pencegahan yang

    efektif.

    Alternatif pemecahan dari masalah tersebut belum terwujud secara nyata dan tuntashal ini karena keterkaitan pada pihak-pihak yang berhubungan masih kurang.Masalah

    langkanya benih berkualitas unggul dapat diatasi dengan adanya usaha kerjasama dengan

    BBI, dimana BBI terdekat dalah BBIS Cangkringan. Penyediaan pakan berkualitas sangat

    sulit tetapi dapat dilakukan dengan pendekatan-pendekatan pada poultry-poultry terdekat

    untuk menyeleksi jenis pakan yang dijual atau dengan mengkoordinir petani ikan setempat

    untuk bekerjasama dengan suatu badan dan atau usaha pembuatan pakan untuk mensuplay

    pakan yang benar-benar berkualitas. Masih sering terjangkitnya penyakit pada ikan dapat

    dilaukan dengan mencegah gejala timbulnya penyakit dengan selalu menjaga kebersihan

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    13/14

    kolam, memberikan pakan berkualitas dengan intensitas dan frekuensi yang tepat,

    memberikan obat sesuai dengan petunjuk.

    Usaha budidaya ikan merupakan usaha yang sustainable jika benar-benar dikelola

    dengan baik karena adanya daya dukung yang maksimal dari lingkungan, namun jika

    lingkungan sudah menurun daya dukungnya akan mengakibatkan menurunnya hasil produksi.

    Umumnya para petani ikan di desa Wukirsari,kec.Cangkringan shelter gondang II pesimis

    dengan usaha budidaya mereka karena dari hari pertama tebar sampai akhir ikan pada mati.

    Selain itu Kendala yang mereka hadapi adalah masalah klasik yaitu dana.

    BAB V

    PENUTUP

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Jenis ikan yang dibudidayakan diDesa Wukirsari,kec.Cangkringan shelter gondang II

    adalah ikan konsumsi yaitu ikan lele.

    2. Permasalahan yang ada pada petani ikan diDesa Wukirsari,kec.Cangkringan shelter

    gondang II adalah adanya serangan hama dan penyakit ikan, kurangnya modal, sulitnya

    untuk mendapatkan lahan budidaya, dan bargaining position yang masih lemah dari

    petani ikan.

    3. Petani ikan pada di Desa Wukirsari,kec.Cangkringan shelter gondang II memiliki

    respek yang baik dan optimis bahwa usaha perikanan mereka akan berkembang di masa

    yang akan datang.

    4. Untuk praktikum PEP dimasa depan lebih baik bersifat grounded research atau semi

    KKN alias menginap karena butuh pendekatan dengan para petani ikan sebelum

    wawancara agar mereka juga member informasi tidak setengah-setengah

  • 7/27/2019 PENANGANAN USAHA PERIKANAN SEBAGAI ALTERNATIF MATA PENCARIAN DI HUNIAN SEMENTARA BENCANA ERUPSI

    14/14

    DAFTAR PUSTAKA