penanaman nilai-nilai nasionalisme pada · pdf fileagus supriyanto, sh, m.si selaku dosen...
TRANSCRIPT
ii
PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME
PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
KELAS VI SD NEGERI 2 KARIMUNJAWA
KECAMATAN KARIMUNJAWA
KABUPATEN JEPARA
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan
pada IKIP PGRI Semarang
Oleh
KASAN JUWAHIR
NPM 06210114
IKIP PGRI SEMARANG
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
2010
ii
Lembar Penyelesain Bimbingan Skripsi
Kami selaku pembimbing I dan II dari mahasiswa IKIP PGRI Semarang
Nama : Kasan Juwahir
NPM : 06210114
Jurusan : PPKn
Judul Skripsi : Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme pada Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI SD
Negeri 2 Karimunjawa Kecamatan Karimunjawa
Kabupaten Jepara.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Agus Supriyanto, SH, M.Si Ir. Suwarno Widodo, M.Si
NIP 131469623 NPP 876101038
Mengetahui,
Dekan FPIPS/ PPKn
Dra. Titik Haryati, M.Si
NPP 856001014
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme pada Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI SD Negeri 2
Karimunjawa Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara” yang ditulis oleh
Kasan Juwahir NPM 06210114, telah dipertahankan dihadapan sidang panitia
ujian skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial Jurusan Pendidikan
Kewarganegaraan IKIP PGRI Semarang.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 6 Agustus 2010
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Dra. Titik Haryati, M.Si Dra. B. R. Ginting, M.SiNPP 856001014 NIP. 19640724 198808 2 002
Penguji:
1. Drs. Agus Supriyanto ( )NIP. 131469623
2. Ir. Suwarno Widodo, M.Si ( )NPP 876101038
3. Dra. Sri Sunaiki, M.Si ( )NPP 916501072
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kata yang paling indah di bibir manusia adalah kata “ibu” dan panggilan yang
paling indah adalah “ibuku” ini adalah kata yang penuh harapan dan cinta,
kata yang manis yang keluar dari dalam hati (Kahlil Gibran).
Jadikanlah sabar dean sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (QS. Al
Baqarah: 45)
Kebanggaan terbesar kita adalah bukan karena kita pernah gagal, tetapi
bangkit kembali setelah kita jatuh. (Confusius)
Kemampuan menyikapi kesulitan dengan benar adalah awal untuk
mendapatkan kemudahan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
(QS. Al-Insyirah: 6).
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Bapak dan ibu yang telah mengiringi
perjalanan hidupku dengan untaian doa.
2. Istri dan anak-anakku yang telah memberi
dorongan semangat.
3. Almamaterku, IKIP PGRI Semarang.
Semarang, Juli 2010
v
ABSTRAK
Judul: Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme pada Proses BelajarMengajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI SD Negeri 2 KarimunjawaKecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Latar Belakang: Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme pada Siswa Perlu ditanamkan dan ditingkatkan. Terkait denganhal tersebut maka guru perlu melakukan upaya penanaman sekaligus peningkatannilai-nilai nasionalisme pada siswa. Pentingnya guru melakukan hal tersebut agarsiswa lebih memahami nilai-nilai nasionalisme. Sehingga pada akhirnya akanterbiasa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada siswa kelas VI SDNegeri Karimunjawa masih sering dijumpai adanya perilaku siswa yang tidakmencerminkan pelaksanaan nilai-nilai nasionalisme sebagaimana yangdiharapkan. Permasalahan: bagaimanakah penanaman nilai-nilai nasionalismepada proses belajar mengajar PKn Kelas VI SD Negeri 2 Karimunjawa. Tujuan:untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai-nilai nasionalisme pada prosesbelajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI SD Negeri 2Karimunjawa Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara.Manfaat: bagi penulismenambah belkal pengetahuan untuk terjun dalam masyarakat terutama yangberkaitan dengan mata pelajaran PKn. Manfaat bagi guru SD Negeri 2Karimunjawa memberikan sumbangan positif dalam melaksanakan proses belajarmengajar untuk mengusahakan penanaman nilai-nilai nasionalisme sebaikmungkin kepada siswanya sebagai generasi penerus bangsa.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengtan fokus penelitianpenanaman nilai-nilai nasionalisme pada pembelajaran PKn kelas VI SD Negeri 2Karimunjawa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi,dokumentasi, metode analisis data menggunakan analisis interaktif.
Hasil penelitian cara guru menanamkan nilai-nilai nasionalisme padasiswa : 1) Pembelajaran PKn dengan penyampaian materi tentang nilai-nilainasionalisme yang menarik minat dan perhatian siswa. 2) Mengorganisasikanmateri dan menggunakan media dan sumber belajar yang tepat. 3) Membericontoh tindakan sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme.Kesimpulan: penanaman nilai-nilai nasionalisme pada siswa adalah menciptakananak yang berjiwa nasionalis serta meningkatkan kedisiplinan dan ketertiban.Kendala yang dihadapi guru pada penanaman nilai-nilai nasionalisme pada siswaadalah kesulitan di dalam mengorganisasi materi, media dan sumber belajar.Saran terutama guru kelas VI SD Negeri 2 Karimunjawa Jepara lebih banyakmembaca dan belajar tentang penanaman nilai-nilai nasionalisme. Sehingga dapatmerancang satuan pelajaran secara lengkap guna memberikan acuan guru dalamproses belajar mengajar.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa limpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme pada Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI SD Negeri 2 Karimunjawa
Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara” dengan baik dan lancar. Sholawat
dan salam selalu tercurah pada uswah khasanah Nabi Muhammad SAW yang
selalu kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Muhdi, SH. M.Hum, Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah memberikan
izin penyusunan skripsi ini.
2. Dra. Titik Haryati selaku dekan FPIPS IKIP PGRI Semarang yang telah
memberikan izin penelitian ini.
3. Dra. Sri Suneki, M.Si selaku Ka. Progdi PPKn IKIP PGRI Semarang yang
telah memberikan izin penyusunan skripsi ini
4. Drs. Agus Supriyanto, SH, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktu dan petunjuknya dalam penulisan skripsi ini.
5. Ir. Suwarno Widodo, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan waktu dan petunjuknya dalam penulisan skripsi ini.
vii
6. Dosen PPKn IKIP PGRI Semarang yang telah memberikan bekal pengetahuan
kepada penulis.
7. Berbagai pihak yang telah memberi bantuan moril dan materil dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis akan menerima dengan senang hati
jika ada saran atau kritik demi perbaikan skripsi ini.
Mudah-mudahan apa yang penulis tuangkan dalam skripsi ini dapat menambah
informasi dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Juli 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ...............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..........................................................................3
D. Sistematika Penyusunan Skripsi ........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Nilai-Nilai Nasionalisme....................................................................................7
B. Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme ...............................................................14
C. Peranan Mata Pelajaran PKn dalam Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme.........16
D. Belajar dan Mengajar PKn...............................................................................17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian/Jenis Penelitian ............................................................30
B. Subjek dan Tempat Penelitian..........................................................................30
C. Sumber Data Penelitian....................................................................................30
ix
D. Alat Pengumpul Data .......................................................................................31
E. Teknik Analisis Data........................................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian .................................................................36
B. Hasil Penelitian ................................................................................................38
C. Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme Pada Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.........................................................................40
D. Hasil Pembahasan ............................................................................................45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................50
B. Saran-saran.......................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................52
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah adalah salah satu
cara untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada siswa. Pendidikan
Kewarganegaraan di sekolah dapat memberikan motivasi yang kuat sebagai
penggerak bagi siswa untuk meneruskan sikap kepahlawanan, sikap kesetiaan,
dan sikap rela berkorban. Melalui pembelajaran kewarganegaraan penanaman
nilai-nilai nasionalisme diberikan dari mulai jenjang Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pada jenjang Sekolah Dasar (SD) penanaman nilai-nilai
nasionalisme melalui Pendidikan Kewarganegaraan mulai ditanamkan pada
siswa, dengan cara pengenalan simbol-simbol kenegaraan, seperti pengenalan
bendera negara, pengenalan lambang negara, pengenalan lagu kebangsaan, dan
pengenalan pahlawan-pahlawan nasional. Cerita sejarah lebih menekankan
pada gambaran pribadi tokoh yang diceritakan, yaitu tentangn sikap dan
kehidupan pribadinya. Misalnya cerita Diponegoro, mengenai detail-detail
ceritanya kurang ditekankan hal ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan
cara berpikir siswa. Cerita sejarah tentang Diponegoro yang ditonjolkan pada
siswa sekolah dasar adalah gambaran tentang Diponegoro sebagai seorang yang
religius, taat pada ajaran agama, tentang Diponegoro seorang pahlawan yang
gagah berani dalam mengusir penjajah Belanda, dan tentang sikap Diponegoro
yang bersahaja dalam hidupnya.
2
Melihat pemaparan di atas maka akan banyak kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh guru PKn kelas VI SD dalam menanamkan nilai-nilai
nasionalisme. Maka penelilti menaruh minat untuk mengangkat tema tentang
penanaman nilai-nilai-nasionalisme pada siswa kelas VI menjadi
sebuah penelitian. Dari sebuah tema kemudian peneliti susun menjadi sebuah
judul penelitian, yaitu “ PENANAMAN NILAI - NILAI NASIONALISME
PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAN KELAS VI SD NEGERI 2 KARIMUNJAWA
KECAMATAN KARIMUNJAWA KABUPATEN JEPARA
Alasan pemilihan kelas VI sebagai obyek penelitian adalah menurut peneliti
siswa kelas VI adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke usia remaja
yang berada dalam masa-masa yang labil akan pencarian nilai-nilai dalam
hidupnya. Mereka sedang dalam masa pencarian akan siapa dirinya, pada masa-
masa inilah siswa cenderung menerima nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
untuk dijadikan sebagai pegangan dalam pergaulan dengan teman-temanya.
Nilai-nilai yang mereka agung-agungkan adalah nilai-nilai yang dianggap
negatif oleh masyarakat kebanyakan. Sedangkan alasan pengambilan kelas VI
sebagai subyek penelitian adalah bukan peneliti ingin membeda-bedakan
tingkat nasionalisme antara siswa. Pengambilan kelas VI sebagai subyek
penelitian adalah semata-mata untuk mengfokuskan penelitan.
3
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai nasionalisme yang dilakukan oleh
guru PKn kepada siswa kelas VI SD Negeri 2 Karimunjawa.
b. Kesulitan atau kendala-kendala apa yang dihadapi guru PKn dalam
menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada siswa kelas VI SD Negeri 2
Karimunjawa
c. Bagaimana usaha yang dilakukan oleh guru PKn untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada siswa kelas VI
SD Negeri 2 Karimunjawa.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan
Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui lebih lanjut proses penanaman nilai-nilai
Nasionalisme yang dilakukan guru PKn kepada Siswa kelas VI SD
Negeri 2 Karimunjawa
2. Ingin mengetahui kendala-kendala atau kesulitan yang dihadapi guru
PKn dalam menanamkan nilai-nilai Nasionalisme kepada siswa Siswa
kelas VI SD Negeri 2 Karimunjawa.
3. Ingin mengetahui usaha yang dilakukan oleh guru PKn untuk mengatasi
kesulitan dalam menanamkan nilai-nilai Nasionalisme.
b.. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Guru/Dunia Pendidikan
4
a. Memberikan masukan kepada pendidik dalam hubunganya dengan
penyampaian materi agar selalu mengacu pada tujuan pembelajaran
umum dan tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai, dengan
harapan siswa menguasai materi sekaligus dapat menghayati nilai-
nilai moral (nilai-nilai nasionalisme) yang terkandung didalamnya.
b. Memberikan sumbangan positif bagi guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar untuk mengusahakan penanaman nilai-nilai
nasionalisme sebaik mungkin kepada siswanya sebagai generasi
penerus bangsa
2. Manfaat Bagi Penulis
Menambah bekal pengetahuan bagi penulis untuk nantinya terjun dalam
masyarakat terutama yang berkaitan dengan mata pelajaran PKn
Menambah bekal bagi penulis terutama nanti kalau sudah terjun langsung
sebagai guru, sudah mendapatkan pengetahuan bagaimana cara-cara yang
terbaik untuk menenamkan nilai-niali nasionalisme pada siswa.
D. Sistematika Penyusunan Skripsi
Sistematika penulisan untuk penelitin ini terdiri dari beberap bab yang
tersusun sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal memuat : Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Moto
dan Persembahan, Kata Pemgantar, Abstraksi, Daftar Isi dan Daftar
Lampiran
5
2. Bagian Isi
Bab I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini memuat beberapa hal yang mendasari rencana
keseluruhan dalam pengertian yang aan dilaksanakan. Hal
tersebut mencakup Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Sistematika Skripsi
Bab II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini memuat tinjauan tentang : Definisi
Perkembangan Nasionalisme, Pengertian Belajar, Pengertian
Mengajar, Pengertian Belajar Mengjar, Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Belajar-Mengajar, Cara Belajar PKn,
Pendekatan Pembelajaran PKn.
Bab III : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini memuat tentang : Pendekata Penelitian / Jenis
Penelitian, Subyek dan Tempat Penelitian, Sumber data
Penelitian, Alat pengumpulan Data.
Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini berisi tentang Deskripsi umum Obyek
Penelitian, Penyajian Data dan Pembahasan.
Bab V : PENUTUP
Merupakan bab terakhir yang berisi tentang Simpulan dan
Saran-saran.
6
3. Bagian Akhir
Bagian akhir penulisan Skripsi memuat Daftar Pustaka, dan
Lampiran-Lampiran
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nilai-nilai Nasionalisme
1. Pengertian Nasionalisme
Ditinjau dari segi bahasa kata “nasionalisme” berasal dari
bahasa Inggris yaitu nationalism yang berarti kesadaran keanggotaan di
suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran
dan kekuatan atau semangat bangsa ( KBBI,2002:775-776).
Nasionalisme tidak ditentukan oleh ras, agama, bahasa, negara,
peradaban atau kepentingan ekonomi. Semangat nasionalisme didasarkan
atas sejarah yang gilang gemilang, adanya pahlawan bangsa dan negara
yang sungguh-sungguh mengabdi untuk nusa dan bangsa. Nasionalisme
terutama dipersatukan oleh kesukaran-kesukaran bersama, karena itu
nasionalisme adalah merupakan kesadaran yang kuat yang berlandasakan
atas kesadaran akan pengorbanan yang pernah dilakukan bersama.
Nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris
“Nation”) dengan mewujudkan suatu konsep indentitas bersama untuk
kelompok manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah
berdasarkan beberapa “kebenaran politik (Political Ligitimacy).
Bersumber dari teori romantisme yaitu “indentitas budaya”, debat
liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari
8
kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu. (http
//nasionalis.dinogroup.com).
2. Unsur-unsur pokok pembentuk Nasionalisme
Ada beberapa unsur pokok yang membentuk nasionalisme yaitu,
a. Kesetiaan tertinggi individu diserahkan kepada negara kebangsaan.
b. Keinginan untuk hidup bersama, pendirian rohani yang diwujudkan
dengan kinginan untuk membentuk negara yang berdaulat.
Istilah nasionalisme digunakan untuk menyebut suatu
kumpulan kejadian historis. Tambahan akhiran “isme” ini
memberikan kepada suatu natie (bahasa, agama, teritorium) corak
yang lebih tegas, dan sifat yang lebih dari
Suatu masyarakat politis atau kultural saja. Suatu
perasaan yang datangnya seolah-olah dari kekuatan gaib merupakan
ikatan yang terakhir dari masyarakat. Meskipun para ahli sejarah
sangat mementingkan faktor-faktor yang kongkrit dari nasionalisme,
mereka segera menyetujui pendapat bahwa nasionalisme adalah
suatu fakta psikologis. Ahli-ahli sosiologi merasa bahwa faktor yang
menentukan dalam nasionalisme adalah kelompok, dimana individu-
individu memperoleh adat kebiasaan, kepentingan dan cita-citanya.
Para ahli antropologi memandang nasionalisme sebagai sisa-sisa
tingkah laku yang naluriah atau tingkah laku pikiran manusia yang
senantiasa berulang-ulang. Ahli-ahli psikilogi menganggap
nasionalisme sebagai suatu bentuk keajaiban, dimana individu-
individu menggunakan tanda-tanda tertentu untuk berusaha mengerti
9
orang lain terlebih dahulu sebelum berharap untuk dimengerti orang
lain dalam masyarakat (Ratna Sri, 2006. hal: 17) Definisi
nasionalisme yang merupakan bagian dari disiplin ilmu di atas
kiranya yang paling mendekati kenyataan. Bahwa nasionalisme
adalah hasil dari faktor-faktor politik, ekonomi, sosial dan
intelektual pada suatu taraf dalam sejarah, suatu keadaan dari
pikiran, perasaan atau sentimen dari suatu kelompok manusia yang
hidup dalam daerah tertentu, mempunyai bahasa yang sama,
memiliki kesusastraan yang memuat cita-cita bangsa yang
bersangkutan, taat pada adat istiadat yang sama, menghormati
pahlawan, dan ada kalanya mempunyai agama yang sama.
3. Perkembangan Nasionalisme
Sama saja dengan semua gerakan historis, nasionalisme
berakar dalam waktu yang lampau. Sebagai hasil dari faktor-faktor
politis, sosial, intelek, dan psikologis. Pernyataan pertama kali yang
terbesar adalah revolusi Prancis yang mendorong dan memperluas
kekuatan yang telah mulai bergerak. Nasionalisme sangat
mempengaruhi perasaan-perasaan manusia yang primitip, misalnnya
kecintaan akan tempat kelahiran dan kecurigaan terhadap orang
asing. Meskipun dalam lapangan teknik dunia sudah mengalami
perubahan-perubahan besar, namun belum bisa orang merubah
perasaan manusia yang disebut dengan nasionalisme (Snyder Louis
L.1955. hal: 27).
10
Cita-cita kebebasan individu dipindahkan pada
kelompok organisasi yang disebut natie. Dan pada umumnya orang
percaya bahwa hak untuk menentukan nasibnya sendiri dari tiap-tiap
natie akan melenyapkan pertentangan antar negara-negara. Abad ke-
18 mengajarkan bahwa manusia itu pada dasarnya baik, abad ke-19
mengganti kepercayaan abad ke18 dengan ajaran bahwa kelompok-
kelompok manusia atau natie akan hidup damai dan tentram jika
mereka dapat memisahkan diri dari negara-negara yang terdiri dari
beberapa natie. Kemerdekaan natie merupakan kunci
mempertahankan perdamaian dunia dari hubungan baik antara umat
manusia.
Nasionalisme telah populer dalam abad ke 20, walaupun
bukan merupakan produk abad ini, beberapa bentuknya telah
berubah secara pesat. Siapa yang menemukan nasionalisme dan
kapan, tidak dapat diketahui secara pasti. Namun bagian utama dari
campuran ide yang berhubungan bersama dalam pengertian
nasionalisme dapat dilacak kembali pada abad ke 14. nasionalisme
berbeda dengan perasaan kesukuan atau kebencian terhadap sesuatu.
Sesuatu yang mirip dengan nasionalisme adalah
semangat mempertahankan tempat, wilayah atau bangsa dari
penetrasi kekuatan eksternal. Contoh pertama berasal dari konflik
antara kota, bangsa dengan kepausan pada abad pertengahan akhir.
Sebelum abad 18, pertama kali di Jerman dan kemudian di Prancis,
doktrin yang masuk akal tentang nasionalisme telah dikembangkan.
11
Seorang pencetus teori nasionalisme jaman dulu adalah Johann
Gothfried Von Herder, menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang
paling mendesak adalah membentuk suatu kelompok, dan pada
tingkat situ, kelompok itu adalah bangsa. Kita dilahirkan dalam satu
arus tradisi yang membantu untuk mendefinisikan diri sebagai
individu-individu. Arus tradisi ini menciptakan nasional yang terdiri
dari sebuah wilayah, sebuah sejarah, sebuah bahasa, dan sering juga
sebuah agama.
Nasionalisme memberi kekuatan untuk mempersatukan
natie. Penolakan kekuasan kolonial oleh bangsa-bangsa penjajah
telah menjadi sarana untuk mengembangkan identitas nasional,
keterpaduan, dan satu tujuan. Nasionalisme merupakan perhatian
utama bangsa-bangsa berkembang, karena sebagian diantara mereka
merupakan masyarakat bangsa yanng baru berdiri sehingga belum
memiliki identifikasi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya
nasionalisme. Nasionalisme sebagai faktor sosio-psikologis meliputi
tiga aspek yaitu:
1. Aspek Kognitif
Adanya pengetahuan terhadap situasi/fenomena kolonial antara
lain diskriminasi ( bangsa penjajah mendapat hak-hak istimewa
sedangkan bangsa yang terjajah tidak mendapat hak istimewa),
maka sadar akan hal tersebut akan menimbulkan tindakan
bersama untuk perbaikan.
12
2. Aspek Orientasi.
Aspek orientasi tujuan/nilai, ingin hidup bebas dari kolonial,
ingin hidup bebas dari diskriminasi segala bidang, pertentangan
kepentingan.
3. Aspek Efektif
Akibat diskriminasi maka reaksi emosional berupa anti pati,
benci, marah, menciptakan konflik situasi yang eksplosif antara
terjajah dengan penjajah.
4. Nasionalisme Indonesia
Tidak dapat disangkal lagi nasionalisme merupakan hasil yang
paling penting dari pengaruh kekuasaan barat di negara-negara Asia
pada jaman moderen. Nasionalisme sebagai suatu gejala historis telah
berkembang sebagai suatu jawaban terhadap kondisi politik dan sosial
khususnya yang ditimbulkan oleh situasi kolonial. Kalau kita berbicara
masalah nasionalisme Indonesia atau masalah nasionalisme timur maka
antara nasionalisme dan kolonialisme tidak dapat terlepas antara satu
sama lain. Dan terasa juga adanya pengaruh yang timbal balik antara
nasionalisme yang sedang berkembang dengan politik kolonial dengan
idiologinya (Kartodirjo, 1999:58).
Nasionalisme Indonesia sama seperti nasionalisme di
Negara-negara Asia tenggara lainya, mempunyai basis historis pada
kolonialisme, maka sikap anti kolonialisme menjadi ciri utamanya.
Pada jaman kolonial nasionalisme dapat dianggap sebagai kekuatan
13
sosial yang mempunyai orientasi terhadap masa depan. Terbukti
nasionalisme mempunyai kekuatan yang efektif di dalam kehidupan
sosial dan sebagai emosi sangat menguasai pemikiran dan tindakan
sebagian besar rakyat
Nasionalisme Indonesia terbentuk dan dilatar belakangi
oleh beberapa aspek yaitu, aspek politik, aspek pendidikan, aspek
ekonomi, aspek sosial, dan aspek kebudayaan. Nasionalisme Indonesia
pada tingkat pertama sering dikenal dengan nasionalisme sempit yang
bersifat lokal, dan kedaerahan (Kartodirjo,1999: 229-240).
Menurut Sukarno nasionalisme timur memiliki prinsip yang
sangat berbeda dan berlawanan dengan nasionalisme barat.
Nasionalisme timur adalah nasionalisme yang menerima rasa hidupnya
sebagai wahyu dan menjalankan hidupnya itu sebagai suatu bakti.
Nasionalisme di Indonesia adalah nasionalisme yang anti imperialisme,
kolonialisme, dan anti kapitalis. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam
nasionalisme barat sangat berlainan dengan nasionalisme timur. Corak
nasionalisme Indonesia diatur bukan saja disebabkan karena Indonesia
sebagai bagian dari dunia timur, tetapi yang lebih penting lagi seluruh
pergerakan-pergerakan yang ada di Indonesia, menurut Sukarno terlahir
karena “wahyu” nya pergerakan di negara Asia lainya.
Menurut Sukarno, nasionalisme timur memiliki prinsip-
prinsip yang sangat berbeda dan berlawanan dengan nasionalisme barat.
Nasionalisme timur itu adalah:
14
1. Suatu nasionalisme yang menerima rasa hidupnya sebagai wahyu
dan menjalankan rasa hidupnya itu sebagai suatu bakti.
2. Nasionalisme yang di dalam kebebasanya dan kekuasaanya
memberi tempat cinta pada lain-lain bangsa. Sebagai latar belakang
dan luasnya udara yang memberi tempat segenap, sesuatu yang
perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup.
3. Nasionalisme yang membuat manusia maka menjadi perkakas
tuhan dan hidup dalam roh dengan nasionalisme yang demikian
menambahkan kesadaran yang mendalam, bahwa negara dan
rakyat sebagai bagian dari negeri-negeri Asia dan rakyat Asia serta
sebagai bagian dari pada dunia dan penduduk dunia.
4. Nasionalisme sama dengan rasa kemanusiaan, artinya mempererat
rasa persatuan tanpa membedakan suku, bahasa, budaya, semua
menyatu jadi satu mempertahankan kedaulatan Negara Republik
Indonesia.
B. Penanaman Nilai-nilai Nasionalisme
Menumbuhkan jiwa nasionalisme berarti upaya seseorang untuk
mengembangkan sejumlah sikap dan prilaku kepada orang lain dalam hal ini
adalah anak didik, akan pentinganya ide dan perilaku yang sesuai dengan jiwa
nasionalisme Indonesia yaitu kesetiaan yang diabdikan kepada negara dan
bangsa (Djojomartono, 1988: 11).
Salah satu cara menanamkan nilai-nilai nasionalisme adalah melalui
pengajaran PKn. Melalui pelajaran PKn siswa akan mengetahui sejarah
15
perjalanan bangsanya. Siswa akan mengetahui masa-masa di mana rakyat
bangsanya hidup dalam masa keemasan, seperti yang pernah dialami pada masa
kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Dengan kata lain melalui pelajaran
PKn siswa akan mengenang kembali masa-masa keemasan dari
nenekmoyangnya yang dapat menimpulkan perasaan bangga dan timbul
keinginan mewujudkan kembali masa-masa keemasan yang pernah terwujud
pada masa nenekmoyangnya. Melalui pelajaran PKn siswa akan dibawa untuk
mengetahui masa-masa suram perjalanan bangsanya. Masa-masa itu adalah
masa di mana masyarakat hidup dalam belenggu penjajahan. Dalam masa
penjajahan lahir pahlawan-pahlawan nasional yang berjuang mengangkat derajat
dan martabat rakyat dan bangsanya. Dengan mengetahui perjuangan dan resiko
dari perjuangannya yang telah ditanggung para pahlawan-pahlawan nasional
diharapkan siswa akan memiliki sikap bangga. Melalui pembelajaran
kewarganegaraan dapat digunakan sebagai jembatan untuk mengatasi rasa
perbedaan antar suku dengan mengajarkan perjuangan-perjuangan pahlawan
dari berbagai daerah. Denagan demikian diharapkan tumbuh kesadaran bahwa
setiap suku bangsa telah memberikan sumbangan bagi terwujudnya
kemerdekaan Indonesia. Diharapkan siswa dapat meneruskan perjuangan
pahlawan-pahlawan nasional dengan kegiatan yang disesuaikan pada
perkembangan jaman sekarang ini.
16
C. Peranan Mata Pendidikan Kewarganegaraan dalam Menumbuhkan Jiwa
Nasionalisme
Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses
prumusan dasar negara dalam kehidupan sehari-hari (Silabus PKn kelas VI
Semester I ) Pentingnya pendidikan Kewarganegaraan untuk diberikan kepada
anak didik disadari betul oleh banyak pakar pendidikan. Buktinya mata
pelajaran pendidikan Kewarganegaraan diberikan kepada setiap anak didik sejak
di Sekolah Dasar (SD) Melalui pengetahuan yang dimiliki diharapkan anak
didik akan mampu menjunjung tunggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan,
mnghargai para pahlawan yang telah berjuang demi bangsa dan negara
Indonesia, menghargai hasil cipta, karsa dan karya nenek moyang dan
menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia (Karodirjo,
1992 : 247).
Pengajaran pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan
menumbuhkan nasionalisme melalui penghayatan moral bangsa dapat berfungsi
sebagai jembatan untuk mengatasi rasa perbedaan antar suku dengan
mengajarkan perjuangan pahlawan-pahlawan dari berbagai daerah maka oleh
karenanya akan tumbuh kesadaran bahwa setiap suku bangsa telah memberikan
sumbangan dalam mengantarkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.
Pemahaman semacam itu akan menjadi landasan pertumbuhan sikap
nasionalisme yang kuat dan kokoh.
17
D. Belajar Dan Mengajar
1. Pengertian Belajar
Uno B. Hmzah (2008:11)beajar adalah perubaan tingkah laku
cararelatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek
atau penguatan (reinforced practice) ang dilandasi tujuan untuk mencaapai
tujuan tertentu.
Menurut Sardiman (2007:22) menerangkan secara umum mengenai
belajar, bahwa belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia
dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau
pun teori.
Menurut Hamalik (2005:27) belajar adalah suatu posees suatu
kegiatandan bukan suatu hasil atau tujuan, belajar bukan hanya mengingat
akan tetapi lebih luas dari inti yakni mengalami perubahan kelakuan.
Menurut Soetomo (1993:119) mengartikan belajar adalah
penambahan ilmu pengetahuan yang nampak di sekolah.
Dari definsi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan untk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengetahuan individu dalam interaksi dengan lingkungan yang
menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2. Pengertian Mengajar.
Menurut Nasution Mengajar adalah suatu aktifitas atau kegiatan
mengorganisasikan atau mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya.
Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru
berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang
18
memerlukan bimbingan, dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa
setelah mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah
menjadi manusia yang mempunyai pola pikir yang dewasa yang sadar akan
tanggung jawab terhadap diri sendiri, berpribadi, dan bermoral.
Dalam mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa, kedudukan
siswa dalam proses pembelajaran sebagai subyek dan sebagai obyek
pendidikan. Selain itu di dalam mengajar guru harus mampu
mengembangkan dan menciptakan suasana kelas yang kondusif. Mengingat
tugas dari seorang guru yang berat tersebut, guru yang mengajar di depan
kelas harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar, dan harus dilaksanakan
dengan seefektif mungkin, agar guru mempunyai pedoman dalam mengajar.
Berikut prinsip-prinsip mengajar yang perlu untuk diterapkan oleh seorang
guru dalam melakukan proses belajar mengajar:
a. Perhatian
Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian
siswa kepada pelajaran yang sedang diberikan oleh guru. Perhatian yang
diberikan oleh siswa terhadap pelajaran akan lebih besar bila pada siswa
ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa sejak lahir, namun dapat
berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan. Perhatian
dapat timbul secara langsung, karena pada siswa sudah ada kesadaran
akan tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang diperolehnya. Perhatian
tidak langsung baru timbul bila dirangsang oleh guru dengan penyajian
pelajaran yang menarik, juga dengan penggunaan media yang
merangsang siswa untuk berpikir, menjadikan siswa mampu
19
menghubungkan kaitan antara materi yang diperolehnya dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Bila perhatian kepada pelajaran
itu ada pada siswa, maka pelajaran yang diterimanya akan dihayati,
diolah dalam pikiran, sehingga timbul pengertian dan pemahaman
terhadap meteri yang diajarkannya.
b. Aktivitas
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu membangkitkan
aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran
jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu
saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk
yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat
sehingga menimbulkan diskusi dengan guru.
c. Appersepsi
Setiap guru sebelum memulai kegiatan mengajar/memberikan
materi perlu terlebih dahulu menghubungkan pelajaran yang akan
diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Dengan
demikian siswa akan memperoleh hubungan antara hubungan yang telah
dimilikinya dengan materi pelajaran baru yang akan diterimanya.
Kegiatan appersepsi akan membantu seorang guru terutama dalam
melancarkan jalannya guru dalam mengajar. Dan membantu siswa
untuk memperhatikan pelajaran dengan lebih baik.
d. Peragaan
Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha
menunjukan benda-benda yang asli. Bila mengalami kesukaran maka
20
dilakukan bisa dengan menunjukan model, gambar, benda tiruan, atau
menggunkan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV, dan lain
sebagainya. Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru
dalam menjelaskan materi pelajaran yang akan diberikan. Juga
membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya.
e. Repetisi
Bila guru menjelaskan poin-poin dari pelajaran, itu perlu
diulang-ulang. Ingatan siswa itu ada batasannya, maka untuk
memperoleh ingatan yang baik perlu dibantu dengan mengulangi
pelajaran yang sedang dijelaskannya. Pelajaran yang diulang akan
memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan
f. Korelasi
Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan
hubungan antara setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan
hidup semua ilmu itu saling berkaitan. Namun hubungan itu tidak
terjadi dengan sendirinnya, tetapi terus dipikirkan sebab-akibatna.
g. Sosialisasi
Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman
lainnya. Siswa di samping sebagai individu juga mempunyai segi sosial
yang perlu dikembangkan. Sewaktu siswa berada di dalam kelas
maupun di luar kelas, dan menerima pelajaran bersama alangkah
baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan
bersama. Mereka dapat bekerja sama, saling bergotong royong, dan
saling Bantu- membantu dalam kesulitan. Bekerja di dalam kelompokm
21
juga dapat meningkatkan cara berpikir mereka dalam memecahkan
masalah.
h. Individualisme
Siswa merupakan mahluk individu yang unik, yang masing-
masing siswa mempunyai perbedaan khas. Perbedaan yang khas
tersebut seperti perbedaan inteligensi, minat bakat, hobi, tingkah laku,
watak maupun sikapnya. Mereka berbeda pula dalam latar belakang
budayanya, ekonomi, sosial, dan keadaan orang tuanya. Seorang guru
yang bijaksana harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa, agar
dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaanya itu.
3. Pengertian Belajar dan Mengajar
Dari definisi tentang belajar dan mengajar yang telah
dikemukakan oleh para ahli di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa.
Belajar dan mengajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh
guru dan murid untuk mencapai tujuan pengajaran . Dalam proses belajar
mengajar harus ada kerja sama antara guru dan siswa.
Hal ini penting dan harus diperhatikan oleh guru dalam
mengelola proses belajar mengajar untuk menciptakan suasana lingkungan
kelas saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Lingkungan belajar
adalah lingkungan di mana proses belajar mengajar berlangsung.
Lingkungan belajar terdiri dari beberapa komponen yang saling
mempengaruhi dalam keberhasilan suatu proses belajar mengajar.
Komponen-komponen tersebut adalah:
22
1. Tujuan instruksional yang ingin dicapai
2. Materi atau isi bahan pelajaran yang diajarkan
3. Sarana dan prasarana belajar mengajar
4. Jenis kegiatan belajar yang dilakuakan
5. Suasana kelas saat berlangsungnya proses belajar mengajar
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Mengajar
a. Faktor Intern
1. Faktor Jasmaniah
Keadaan fisik seseorang berpengaruh besar terhadap
keberhasilan proses belajar mengajar. Seseorang yang
mengalami kelainan fisik akan terganggu dalam menerima
materi pelajaran. Kesehatan fisik meliputi, kesehatan kelima
panca indera dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
2. Faktor Psikologis
Faktor psiskis yanga dimaksud adalah faktor yang berhubungan
dengan kesiapan siswa sebelum menerima meteri pelajaran.
Siswa yang sudah mempersiapkan/mempelajari materi dari
rumah cenderung berhasil dan dapat mengikuti dengan baik
proses belajar mengajar. Faktor psikologis di sini juga termasuk
perspektif siswa terhadap guru yang mengampu mata pelajaran.
Apabila sejak awal, siswa sudah merasa tidak nyaman diajar
oleh salah seorang guru maka akanberdampak pada
keengganan/malas dalam mengikuti pelajaran. Seorang guru
23
hendaknya senantiasa bersikap yang menarik agar siswa merasa
dekat dan nyaman dalam melakukan pembelajaran.
3. Faktor Kelelahan
Kondisi fisik yang dalam keadaan tidak sehat apabila dipaksakan
untuk mengikuti pelajaran maka hasil yang dicapaitidak akan
optimal. Proses belajar tidak boleh dipaksakan apabila melihat
ada kondisi siswa yang tidak dalam keadaan sehat maka
dianjurkan untuk tidak mengikuti pelajaran. Faktor kelelahan
juga termasuk kelelahan psikis, seseorang yang dalam keadaan
banyak masalah sedangkan masalah itu belum ditemukan jalan
keluarnya maka seseorang itu tidak akan bisa berkonsentrasi
secara penuh dalam belajar, pelajaran yang diterimannya tidak
dapat masuk dan tidak dapat dipahami oleh siswa yang
bersangkutan.
b. Faktor Ekstern
1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga memegang peranan yang penting dalam
keberhasilan suatu proses belajar mengajar, adapun peranan
keluarga yang berpengaruh terhadap proses belajar mengajar
diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Cara Mendidik
Pendidikan yang pertama kali diterima anak adalah
pendidikan yang diterima dalam lingkungan keluarganya.
Apabila di dalam suatu keluarga sejak anak masih kecil
24
sudah ditanamkan tentang kedisiplinan terutama kedisiplinan
dalam belajar maka pada perkembangan berikutnya akan
membawa dampak positip bagi anak yang dapat berupa
keberhasilan dalam bidang akademik.
b) Pengertian Orang Tua
Pengertian orang tua yang dimaksud adalah kesadaran yang
dimiliki oleh orang tua untuk menyediakan sarana-sarana
penunjang belajar yang dapat berupa dengan membelikan
buku-buku pelajaran.
c) Suasana Rumah
Suasana rumah yang tenang jauh dari keramaian akan
berdampak positip pada kenyamanan anak dalam belajar. Di
harapkan dengan kondisi rumah yang tenang proses belajar
anak akan lebih optimal dan materi yang sedang dipelajari
akan bisa dipahami dengan baik.
d) Keadaan Ekonomi
Faktor ekonomi keluarga sangat penting dalam menentukan
kelancaran belajar seseorang. Seseorang yang dalam kondisi
ekonomi keluarga yang serba kekurangan maka dalam
pendidikan anak-anaknya akan mengalami banyak kendala
terutama dalam segi pembiayaan dan pembelian buku-buku
pelajaran. Waktu yang tersedia untuk belajar biasanya akan
dipergunakan untuk membantu orang tuanya dalam mencari
nafkah.
25
2. Faktor Sekolah
a) Hubungan Guru Dengan Siswa
Hubungan guru yang terlalu dekat dengan siswa adalah tidak
baik, karena ada kecenderungan siswa akan menyepelekan
pelajaran. Siswa menganggap gurunnya adalah teman
dekatnya dan tidak ada perbedaan. Namun hubungan yang
terlalu jauh antara siswa dengan gurunya juga tidak baik,
dikawatirkan ada keengganan siswa untuk menanyakan hal-
hal yang belum jelas. Seorang guru harus bisa menjalin
kedekatan dengan siswa dalam proses belajar mengajar tanpa
harus kehilangan kedudukannya sebagai guru yang harus
dihormati oleh siswa. Penguasaan materi yang mumpuni
akan membantu guru terutama dalam hubungannya dengan
sikap menghormati oleh siswa.
b) Metode Mengajar
Metode mengajar yang monoton akan membosankan bagi
siswa. Seorang guru hendaknya tidak menggunakan satu
metode pembelajaran saja, banyak metode yang tersedia
yang dapat digunakan oleh guru dalam melakukan
pembelajaran di kelas.
c) Media Mengajar
Media mengajar merupakan alat Bantu untuk mempermudah
penerimaan siswa terhadap materi pelajaran yang sedang
diajarkannya. Penyampaian materi dengan menggunakan
26
media akan lebih menarik sehingga siswa akan menaruh
minat yang besar terhadap mata pelajaran yang sedang
diajarkannya. Dalam melakukan pembelajaran
kewarganegaraan biasannya media yang digunakan adalah
media OHP, peta, filem, dan gambar
3. Faktor masyarakat
Masyarakat mempunyai pengaruh yang besar dalam
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Di dalam
masyarakat anak bergaul dengan banyak orang. Dalam
pergaulannya seorang anak akan mencontoh apa yang
diperlihatkan oleh lingkungan tempat tinggalnya. Seorang anak
yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakatnya gemar
membaca maka lambat laun si anak akan terbawa kebiasaan
lingkungannya yang gemar membaca. Namun seseorang yang
dibesarkan di dalam lingkungan terminal misalnya, maka lambat
laun si anak akan meniru tingkah laku orang-orang yang ada di
terminal. Sikapnya menjadi kasar, suka mabuk-mabukan,
menggunakan obat-obatan terlarang dan sebagainnya
5. Cara Belajar PKn
Tujuan pengajaran PKn secara umum
a. Aspek kognitif
B. S. Bloom mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam
kategori yaitu,
1) Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan
27
Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan adalah kemampuan
untuk mengingat akan informasi yang telah diterima yaitu
tentang nilai-nilai nasionalisme..
2) Kemampuan kognitif tingkat pemahaman
Kemampuan kognitif tingkat pemahaman adalah kemampuan
mental untuk menjelaskan. Yaitu kemampuan untuk
menjelaskan nilai-nilai nasionalisme dengan jelas dengan
menggunakan bahasa atau ungkapannya sendiri.
3) Kemampuan kognitif tingkat penerapan
Kemampuan kognitif tingkat penerapan adalah kemampuan
untuk menggunakan atau menerapkan jiwa nasinalisme di dalam
masyarakat.
4) Kemampuan kognitif tingkat analisis
Kemampuan kognitif tingkat analisis adalah kemampuan
menjelaskan dan menganalisis suatu nilai-nilai nasionalisme,
menemukan hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa
yang lainnya.
5) Kemampuan kognitif tingkat sintesis
Kemampuan kognitif tingkat sintesis adalah kemampuan
membuat satu pola umum di balik suatu nilai-nilai nasionalisme.
Kemampuan ini membutuhkan keterampilan khusus,
pengetahuan dan wawasan yang luas.
28
6) Kemampuan kognitif tingkat evaluasi
Kemampuan kognitif tingkat evaluasi adalah kemampuan
menilai suatu nilai-nilai nasionalisme sesuai dengan sudut
pandangnya dan latar belakang masing-masing.
b. Tujuan pembelajaran ranah afektif
Tujuan pembelajaran afektif berorientasi pada nilai dan sikap tujuan
pembelajaran tersebut menggambarkan proses seseorang dalam
mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu. Beberapa
tujuan pembelajaran ranah afektif adalah sebagai berikut:
1) Menumbuhkan jiwa nasionalisme pada siswa.
2) Menumbuhkan sikap menghargai kepentingan masa lampau bagi
kehidupan masa kini suatu bangsa.
3) Menumbuhkan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan
masa kini, bahwa kehidupan masyarakat masa kini adalah hasil
dari pertumbuhan di waktu yang lampau
4) Menumbuhkan kesadaran akan perubahan-perubahan yang
sudah maupun sedang berlangsung di suatu bangsa yang
diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu
yang akan datang.
c. Tujuan pembelajaran PKn ranah psikomotorik
Beberapa tujuan pembelajaran ranah psikomotorik adalah sebagai
berikut:
29
1) Pelajaran PKn di sekolah diharapkan mengutamakan
pengembangan kemampuan dasar siswa yang berupa
kemampuan moral dan ketatanegaraan.
2) Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan
masalah-masalah yang aktual
3) Ketrampilan menelaah secara elementer buku-buku PKn
4) Ketrampilan mengajukan pertanyaan yang produktif.
5) Ketrampilan mengembangkan cara-cara berpikir analitis tentang
masalah-masalah sosial historis di lingkungan masyarakat.
6. Pendekatan Pembelajaran PKn
Ada tiga pendekatan dalam pembelajaran PKn yaitu:
a. Pendekatan faktual
Yaitu memberikan pemahaman tentang fakta-fakta atau peristiwa-
peristiwa dalam ketatanegaraan. Pendekatan faktual digunakan
untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, di mana, dan kapan?
b. Pendekatan prosesual
Yaitu memberikan pengetahuan tentang adanya kesinambungan
antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lainnya.
c. Pendekatan konsolitas
PKn memberikan pemahaman tentang sebab akibat dalam peristiwa
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian / Jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriftif. Bogdan dan
Tailor (1975:5) mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai proses
penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Sejalan dengan definisi tersebut
Kirk dan Miller dalam ( Moleong, 2002:3) mendefinisikan bahwa penelitian
kualitatif adalah teradisi dalam Pendidikan Kewarganegaraan yang bergantung
pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam kawasannya dan peristilahannya.
B. Subjek dan Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yang ditulis dalam skripsi ini, maka lokasi
penelitian ini adalah di SD Negeri 2 Karimunjawa, sedangkan fokus sasaran
dari penelitian ini adalah guru PKn kelas VI dan siswa kelas VI SD Negeri 2
Karimunjawa dengan indokator
1. Pengertian Nasionalisme
2. Penanaman nilai-nilai Nasionalisme
3. Perilaku atau tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Nasionalisme
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah data hasil observasi kegiatan belajar
mengajar PKn di kelas oleh guru kepada siswa kelas VI. Data hasil wawancara
31
dengan guru kelas VI. Data hasil wawancara dengan siswa kelasVI. Serta Data
hasil wawancara dengan kepala SD Negeri 2 Karimunjawa
D. Alat Pengumpulan Data
Karakteristik utama dalam penelitian kualitatif adalah sumber data yang
diperoleh dari lapangan ( natural seting ). Sudah tentu data yang diperoleh dari
lapangan haruslah lengkap, sehingga peneliti dalam waktu yang cukup lama
berada di lapangan guna memperoleh gambaran proses yang komperhensif dan
menyeluruh. Dengan kata lain peneliti berusaha melakukan pengamatan proses
penanaman nilai-nilai nasionalisme oleh guru dalam setiap proses Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraandi dalam kelas.
Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa metode yaitu:
1. Dokumentasi
Guba dan Lincoln ( 1981: 228 ) dalam ( Moleong, 2002: 161 )
membedakan definisi antara dokumen dan record. Guba dan Lincoln
mendefinisikan dokumen dan record sebagai berikut, dokumen adalah
setiap bahan tertulis ataupun film sedangkan record adalah setiap
pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting.
Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data
karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dokumen
32
digunakan untuk keperluan penelitian, menurut Guba dan Lincoln (1981:
232-235).
2. Observasi
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif , observasi atau
pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya. Alasan seperti itu seperti yang
dikemukakan oleh Arikunto ( 1998: 235-236 ) sebagai berikut:
Pertama, mendiskusikan format observasi, menjelaskan dengan contoh-
contoh kejadian dan gerak untuk setiap item, memahami apa yang harus
diamati dan bagaimana cara membuat catatan. Alat pengamatan langsung
merupakan alat yang ampuh untuk mengetes suatu kebenaran. Jika suatu
data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peneliti ingin
mananyakannya kepada subyek, tetapi karena ia hendak memperoleh
keyakinan tentang keabsahan data tersebut maka jalan yang ditempuhnya
adalah mengamati sendiri dengan mengalami langsung peristiwanya.
Kedua, adalah latihan mengamati dan sekaligus mencatat. Teknik observasi
atau pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada
kejadian yang sebenarnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam observasi ini adalah mengamati dan mencatat tentang proses
penanaman nilai-nilai nasionalisme di SD Negeri 2 Karimunjawa.
3. Wawancara
Wawancara adalah Tanya jawab peneiti dengan narasumber. ( KBBI, 2002:
1270 ). Tanya jawab itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
33
mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.
Dalam penelitian skripsi ini peneliti menggunakan bentuk wawancara baku
terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan
seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara
penyajianya sama untuk setiap responden. Alasan peneliti menggunakan
jenis wawancara baku terbuka adalah untuk mengurangi sedapat-dapatnya
variasi yang bisa terjadi antara seseorang yang diwawancarai dengan
lainnya. Alasan lainnya adalah untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya “kemencengan” (bias). Dalam wawancara tentang nilai-nilai
nasionalisme ini yang bertindak sebagai informan adalah guru kelas VI dan
murid kelas VI. Untuk melakukan wawancara dengan guru kelas VI
peneliti menggunakan wawancara langsung, sedangkan dengan peserta
didik yang berjumlah 30 siswa peneliti menggunakan cara metode
kuisioner atau angket.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
tidak dimulai dari reduksi teori, tetapi dimulai dri lapangan, yakni dari fakta
empiris. Peneliti terjun ke lapangan mempeljri, menganalisis, menafsir, dan
menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan.
Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan
data. Data yang diperoleh harus lengkap, menyeluruh dan dalam latar
lingkungannya. Oleh karena itu bila kesimpulan dirasakan kurang mantap
atas dasar pengamatan yang pertma atau terdahulu, maka peneliti kembali
34
mengumpulkan data untuk menyempurnakan hasil berdasarkan temuan
yang lebih lengkap lagi. Dengan demikian analisis data dilakukan secara
induktif dengan model analisis interaktif.
Untuk lebih jelasnya tentang model analisa interaktif digambarkan
oleh Mardalis ( Miles dan Huberman, 1992 : 20 ) sebagai berikut :
Gambar Model analisa interaktif
Keterangan :
1. Pengumpulan Data
Analisis data dapat dilakukan jika data sudah terkumpul melalui
pengumplan data yang diuraikan sebelumnya, karena tanpa pengumpuln
data analisis data tdak dapat dilakukan.
2. Reduksi Data
Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transpormasi data kasar yang
Pengumulan data Penyajian data
Reduksi data Kesimpulan-kesimpulanPenarikan / Verivikasi
35
muncul dari catatan tertulis di lapangan dan dilakukan terus menerus (
membuat ringkasan, mengkode, dan menulis memo )
3. Penyajian Data
Yaitu sekumpulan informasi yang tersusun untuk
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan
tindakan.
4. Penarikan Kesimpulan
Yaitu hasil akhir yang diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi berdasarkan pemikiran penganalisis, dan
merupakan tinjauan ulang pada catatan- catatan lapangan.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum SD Negeri 2 Karimunjawa
SD Negeri Karimunjawa merupakan salah satu Sekolah Dasar yang
favorit di desa Karimunjawa karena letaknya yang sangat startegis hanya
berjarak ± 500 m dari pusat pemerintahan kecamatan, dan berdiri di
lingkungan pendidikan. Jarak dengan SMP N 1 Karimunjawa ± 200 m,
dengan SMK N1 Karimunjawa ± 300 m. Prestasi SD N 2Karimunjawa
cukup bagus, hal ini dapat dilihat dari banyaknya prestasi yang telah diraih,
di samping itu mayoritas siswa lulusannya banyak yang diterima di SMP
Negeri I Karimunjawa.
2. Kondisi Fisik SD Negeri 2 Karimunjawa
SD Negeri 2 Karimunjawa terletak di tengah desa Karimunjawa
dengan bangunan yang cukup memadai antara lain : mempunyai 6 ruang
kelas, 2 ruang WC / Kamar kecil, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala
sekolah dan guru, dan 1 ruang TK satu atap yang semuanya dalam keadaan
baik dan memadai.
3. Kondisi Guru SD Negeri 2 Karimunjawa.
Kondisi guru SD Negeri 2 Karimunjawa tahun 2010 / 2011 adalah
sebagai berikut :
37
Tabel 2
Tabel Data Guru SD Negeri 2 Karimunjawa tahun 2010 / 2011
NO Nama Ijazah Jabatan
1
2.
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Tudjinah
Sumaryati
Sutrisno, S.Pd
Kasan Juwahir
Muma’izah
Joko Isfandi, A.Ma.Pd
Anik Wijayanti, S.Pd
Nanang Fitriyanto, S.Pd
Ariswanti T, A Ma.Pd
Khofid Nasul I, A.Ma. Pd
Aci Hernawati,A.Ma.Pd
Tri Fatmawati
Harsono
SPG
SPG
Sarjana
SPG
SPG
Diploma II
Sarjana
Sarjana
Diploma II
Diploma II
Diploma II
SPG TK
SMP
Kepala Sekolah
Guru Kelas II
Guru Kelas VI
Guru Kelas IV
Guru Kelas I
Guru PAI
Guru Kelas V
Guru Penjaskes
Guru Kelas III
Wiyata Bhakti
Wiyata Bhakti
Guru TK
Penjaga
Sumber SD Negeri 2 Karimunjawa tahun 2010 / 2011
4. Kondisi murid SD Negeri 2 Karimunjawa tahun 2010 / 2011
Adapun kondisi murid SD Negeri 2 Karimunjawa untuk tahun
pelajaran 2010 / 2011 adalah sebagai berikut.
38
Tabel 3
Tabel Data Murid SD Negeri 2 Karimunjawa tahun 2010 / 2011
NO Kelas Jumlah Kelas Jumlah siswa
1
2
3
4
5
6
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Kelas V
Kelas VI
1
1
1
1
1
1
35
33
28
30
31
30
Sumber : SD Negeri 2 Karimunjawa tahun pelajaran 2010 / 2011
B. Hasil Penelitian
1. Hasil wawancara dengan guru
Instrumen Pertanyaan
1. Bagaimana cara menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada siswa
kelas VI ?
Jawab : dengan melalui pembelajaran PKn, karena nilai-nilai nasionalisme
erat hubungannya dengan mata pelajaran PKn
2. Kesulitan-kesulitan apa yang Bapak alami dalam pembelajaran tentang
nilai-nilai nasionalisme ?
39
Jawab : kesulitannya banyak pak, diantaranya : 1. Minimnya sarana dan
prsarana pembelajaran. 2. Kesulitan mengorganisasikan materi terutama
tentang penanaman nilai-nilai nasionalisme. 3. Masalah anak yang
berlainan latar belakang keluarga.
3. Bagaimana pak cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut ?
Jawab : kalau tentang sarana dan prasarana pak, misal alat peraga, saya
menggunakan alat peraga yang ada di sekitar siswa, misal ; gambar
pahlawan, cerita-cerita tentang pahlawan, juga bisa menceritakan
keindahan alam Indonesia. Kalau yang berhubungan dengan materi,
biasanya saya mengambil materi dari beberapa buku yang relefan untuk
mengorganisasikan materi terutama tentang penanaman nilai-nilai
nasionalisme.
4. Bagaimana pak cara mengatasi perbedaan latar belakang siswa ?
Jawab : oh itu harus jeli pak, kita harus mempelajari dulu latar belakang
keluarga siswa, agar dapat meyelesaikan permasalahan yang dialami siswa
tersebut.
5. Apa tujuannya anak didik perlu diajarkan nilai-nilai nasionalisme ?
Jawab : tujuannya agar anak didik tersebut setia dan bangga terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
(wawancara penulis dengan Bapak Sutrisno S.Pd selaku guru kelas VI SD
N 2 Karimunjawa pada tanggal 19 Juli 2010).
40
2. Hasil Wawancara dengan Siswa
1. Apakah arti istilah nasionalisme yang kalian ketahui ?
Jawab : kesetiaan pada bangsa dan negara
2. Sebutkan 3 contoh perbuatan yang mencerminkan nilai-nilai
nasionalisme ?
Jawab : cinta pada bangsa dan negara, hidup rukun, menghargai dan
meneladani jasa para pahlawan.
3. Dalam belajar mengajar tentag penanaman nilai-nilai nasionalisme
apakah Bapak guru menggunakan metode cerita saja ?
Jawab : tidak pak, biasanya Bapak guru menggunakan alat bantu, bisa
berupa gambar-gambar pahlawan atau peta.
4. Apakah kalian tiap hari senin mengadakan upacar bendera dan apa
tujuannya menurut kamu ?
Jawab ; ya, tujuannya untuk melatih disiplin dan mengenang jasa para
pahlawan.
C. Penanaman Nilai – Nilai Nasionalisme Pada Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
Menumbuhkan jiwa nasionalisme berarti upaya seseorang untuk
mengembangkan sejumlah sikap dan prilaku kepada orang lain dalam hal
ini adalah anak didik, akan pentinganya ide dan perilaku yang sesuai
dengan jiwa nasionalisme Indonesia yaitu kesetiaan yang diabdikan kepada
negara dan bangsa.
41
Salah satu cara menanamkan nilai-nilai nasionalisme adalah melalui
pengajaran PKn. Melalui pelajaran PKn siswa akan mengetahui sejarah
perjalanan bangsanya. Siswa akan mengetahui masa-masa di mana rakyat
bangsanya hidup dalam masa keemasan, seperti yang pernah dialami pada
masa kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Dengan kata lain melalui
pelajaran PKn siswa akan mengenang kembali masa-masa keemasan dari
nenekmoyangnya yang dapat menimpulkan perasaan bangga dan timbul
keinginan mewujudkan kembali masa-masa keemasan yang pernah
terwujud pada masa nenekmoyangnya. Melalui pelajaran PKn siswa akan
dibawa untuk mengetahui masa-masa suram perjalanan bangsanya. Masa-
masa itu adalah masa di mana masyarakat hidup dalam belenggu
penjajahan. Dalam masa penjajahan lahir pahlawan-pahlawan nasional yang
berjuang mengangkat derajat dan martabat rakyat dan bangsanya. Dengan
mengetahui perjuangan dan resiko dari perjuangannya yang telah
ditanggung para pahlawan-pahlawan nasional diharapkan siswa akan
memiliki sikap bangga.
Melalui pembelajaran kewarganegaraan dapat digunakan sebagai
jembatan untuk mengatasi rasa perbedaan antar suku dengan mengajarkan
perjuangan-perjuangan pahlawan dari berbagai daerah. Denagan demikian
diharapkan tumbuh kesadaran bahwa setiap suku bangsa telah memberikan
sumbangan bagi terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Diharapkan siswa
dapat meneruskan perjuangan pahlawan-pahlawan nasional dengan kegiatan
yang disesuaikan pada perkembangan jaman sekarang ini.
42
Pentingnya pendidikan Kewarganegaraan untuk diberikan kepada
anak didik disadari betul oleh banyak pakar pendidikan. Buktinya mata
pelajaran pendidikan Kewarganegaraan diberikan kepada setiap anak didik
sejak di Sekolah Dasar (SD) Melalui pengetahuan yang dimiliki diharapkan
anak didik akan mampu menjunjung tunggi nilai-nilai persatuan dan
kesatuan, mnghargai para pahlawan yang telah berjuang demi bangsa dan
negara Indonesia, menghargai hasil cipta, karsa dan karya nenek moyang
dan menyadari akan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia.
Pengajaran pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan
menumbuhkan nasionalisme melalui penghayatan moral bangsa dapat
berfungsi sebagai jembatan untuk mengatasi rasa perbedaan antar suku
dengan mengajarkan perjuangan pahlawan-pahlawan dari berbagai daerah
maka oleh karenanya akan tumbuh kesadaran bahwa setiap suku bangsa
telah memberikan sumbangan dalam mengantarkan bangsa Indonesia
menuju kemerdekaan. Pemahaman semacam itu akan menjadi landasan
pertumbuhan sikap nasionalisme yang kuat dan kokoh.
Tujuan penanaman nilai-nilai nsinalisme secara umum bisa dijelaskan
sebagai berikut :
b. Aspek kognitif
1. Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan
Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan adalah kemampuan untuk
mengingat akan informasi yang telah diterima yaitu tentang nilai-
nilai nasionalisme..
43
2. Kemampuan kognitif tingkat pemahaman
Kemampuan kognitif tingkat pemahaman adalah kemampuan
mental untuk menjelaskan. Yaitu kemampuan untuk menjelaskan
nilai-nilai nasionalisme dengan jelas dengan menggunakan bahasa
atau ungkapannya sendiri.
3. Kemampuan kognitif tingkat penerapan
Kemampuan kognitif tingkat penerapan adalah kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan jiwa nasinaisme di dalam
masyarakat.
4. Kemampuan kognitif tingkat analisis
Kemampuan kognitif tingkat analisis adalah kemampuan
menjelaskan dan menganalisis suatu nilai-nilai nasionalisme,
menemukan hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang
lainnya.
5. Kemampuan kognitif tingkat sintesis
Kemampuan kognitif tingkat sintesis adalah kemampuan membuat
satu pola umum di balik suatu nilai-nilai nasionalisme. Kemampuan
ini membutuhkan keterampilan khusus, pengetahuan dan wawasan
yang luas.
6. Kemampuan kognitif tingkat evaluasi
Kemampuan kognitif tingkat evaluasi adalah kemampuan menilai
suatu nilai-nilai nasionalisme sesuai dengan sudut pandangnya dan
latar belakang masing-masing.
44
c. Aspek afektif
Tujuan pembelajaran afektif berorientasi pada nilai dan sikap
tujuan pembelajaran tersebut menggambarkan proses seseorang dalam
mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu. Beberapa
tujuan pembelajaran ranah afektif adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan kesadaran jiwa pada siswa.
2. Menumbuhkan sikap menghargai kepentingan masa lampau bagi
kehidupan masa kini suatu bangsa.
3. Menumbuhkan sikap menghargai berbagai aspek kehidupan masa
kini, bahwa kehidupan masyarakat masa kini adalah hasil dari
pertumbuhan di waktu yang lampau
4. Menumbuhkan kesadaran akan perubahan-perubahan yang sudah
maupun sedang berlangsung di suatu bangsa yang diharapkan
menuju pada kehidupan yang lebih baik di waktu yang akan datang.
d. Aspek psikomotorik
Beberapa tujuan pembelajaran ranah psikomotorik adalah
sebagai berikut:
1. Pelajaran PKn di sekolah diharapkan mengutamakan pengembangan
kemampuan dasar siswa yang berupa kemampuan moral dan
ketatanegaraan.
2. Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan
masalah-masalah yang aktual
3. Ketrampilan menelaah secara elementer buku-buku PKn
4. Ketrampilan mengajukan pertanyaan yang produktif.
45
5. Ketrampilan mengembangkan cara-cara berpikir analitis tentang
masalah-masalah sosial historis di lingkungan masyarakat.
D. HASIL PEMBAHASAN
1. Cara Guru Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Nasionalisme Bagi
Siswa Kelas VI SD Negeri Karimunjawa 2 Kecamatan
Karimunjawa Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2010 / 2011
Hasil pembahasan cara guru dalam menanamkan nilai-nilai
nasionalisme bagi siswa kelas VI SD Negeri karimunjawa 2
kecamatan Karimunjawa kabupaten Jepara tahun pelajaran 2010 /
2011diperoleh melalui wawancara kepada guru kelas VI. Hasil
wawancara kepada guru kelas VI SD Negeri Karimunjawa 2
kecamatan Karimunjawa kabupaten Jepara disajikan sebagai berikut :
Sebagai guru sudah berusaha semaksimal mungkin untuk
menanamkan Nilai-nilai Nasionalisme pada siswa, sesuai dengan
kemampuan dan pengalaman yang dimiliki. Cara-cara yang di
lakukan di antaranya :
a. Penyampaian materi pelajaran tentang nilai-nilai Nasionalisme
yang menarik minat dan perhatian siswa.
Untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada mata
pelajaran PKn, penyampaian materi pelajaran yang menarik minat
dan perhatian siswa sangat penting , karena nilai-nilai
nasionalisme terintegral dalam mata pelajaran PKn. Kaitannya
dengan hal ini guru telah menyampaikan berbagai cara, di
antaranya yaitu:
46
1) Menyampaikan materi pelajaran dengan kondisi belajar yang
kondusif. Memberi kebebasan kepada siswa seluas-luasnya
untuk menyampaikan pendapat, tetapi tetap dengan menjaga
ketertiban kelas.
2) Berusaha menarik atau membawa perhatian siswa pada materi
pelajaran yang baru.
3) Penggunaan metode yang tepat.
b. Media yang digunakan
Alat pengajaran sebagai media komunikasi dapat
dikelompokkan ke dalam tiga golongan. Pertama, adalah alat-alat
yang merupakan benda sebenarnya yang memberikan pengalaman
langsung dan nyata. Kedua, alat-alat yang merupakan benda
pengganti yang sering kali dalam bentuk tiruan dari benda
sebenarnya. Ini memberikan pengalaman buatan atau tidak
langsung. Ketiga, ialah bahasa baik lesan maupun tertulis
memberikan pengalaman melalui bahasa. Peranan media dalam
proses belajar mengajar sudah tidak diragukan lagi karena dapat :
1) Menghemat waktu belajar
2) Memudahkan pemahaman
3) Meningkatkan perhatian siswa
4) Meningkatkan aktifitas belajar siswa
5) Mempertinggi daya ingat
47
c. Mengaktifkan siswa yang pasif
Dalam menghadapi siswa yang memiliki kecenderungan
diam dan pasif pada kegiatan belajar mengajar, dengan cara
memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan nilai-nilai
nasionalisme dengan tingkat kesulitan yang sudah saya sesuaikan
dengan kemampuannya. Bila dia bisa menjawab maka akan timbul
motivasi yang besar pada dirinya.
d. Evaluasi secara tepat
Sebagai evaluator dalam menanamkan nilai-nilai
nasionalisme dapat melalui :
1) Memilih alat evaluasi yang tepat untuk mengukur kemampuan
siswa.
2) Memberikan nilai secara adil sesuai dengan kemampuan anak.
3) Memberikan evaluasi secara terstruktur sehingga penanaman
nilai-nilai nasionalisme sudah terkondisi sejak awal
4) Selalu mengoreksi pekerjaan siswa.
Sebagai guru kelas VI sudah berusaha menanamkan
nilai- nilai nasionalisme pada siswa. Namun keterbatasan
waktu dan tenaganya dalam meningkatkan pemahaman siswa
terkadang membuat cara- cara tersebut belum dapat
memperoleh hasil yang maksimal, namun demikian setidaknya
berbagai cara yang saya lakukan telah menunjukkan perubahan
yang cukup berarti terbukti mereka lebih bersemangat untuk
mengikuti pelajaran.
48
2. Hasil pembahasan wawancara pada siswa kelas VI SD Negeri 2
Karimunjawa adalah sebagai berikut.
Cara guru untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme
pada siswa sudah cukup baik. Artinya, guru tidak hanya berceramah
saja di dalam menyammpaikan materi tentang nilai-nilai
nasionalisme, namun juga mengguakan metode-metode yang lain di
mana dengan metode tersebut bisa mmenambah semangat siswa
untuk mengikuti pelajaran. Di antaranya guru pandai
menghubungkan materi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang
hangat menjadi bahan pembicaraan. Selain menggunakan
cara/metode mengajar yang variatif, guru juga sering menggunakan
alat peraga di dalam mengajar. Setiap tugas yang diberikan pasti
dikoreksi dan dicantumkan nilai sebagai ukuran dan keberhasilan
siswa di dalam mengerjakan tugas tersebut. Hal-hal tersebut di atas
membuat kami lebih mudah memahami tentang makna nilai-nilai
nasionalisme, sehingga akan lebih mudah untuk mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Hambatan Guru dalam Penanaman Nilai-nillai Nasionalisme
Adapun hambatan yang alami guru didalam menanamkan
nilai-nilai nasionalisme pada siswa kelas VI SD Negeri 2
Karimunjawa Jepara adalah sebagai berikut :
Terus terang guru mengalami hambatan dalam
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hambatan-hambatan yang di
hadapi meliputi hambatan dalam tahap persiapan, pelaksanaan.
49
1) Kendala yang guru alami pada tahap persiapan adalah
kesulitan dalam mengorganisasikan materi, media dan sumber
belajar yang berhubungan dengan nilai-nilai nasionalime. Hal
ini terjadi karena kurang tersedianya media pembalajaran PKn
di SD Negeri 2 Karimunjawa Jepara.
2) Hambatan yang saya alami pada tahap pelaksanaan meliputi :
keterbatasan alokasi waktu yang ada. Sehingga saya harus
pandai-pandai mengatur waktu yang ada. Masalah waktu
paling terasa ketika guru dalam menjelaskan tentang
penanaman nilai-nilai nasionalisme dalam proses pembelajaran
menggunakan media / alat elektronik yang membutuhkan
persiapan untuk mengoprasionalkannya.
3) Dari segi siswa, karena memiliki latar belakang sifat, sikap dan
perangai yang berbeda-beda, kadang guru merasa kesulitan
untuk meningkatkan penanaman nilai-nilai nasionalisme
kepada siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang
tuanya. Tetapi dengan kesabaran, akhirnya permasalahan
tersebut dapat teratasi.
Hasil pembahasan kepada siswa kelas VI SD Negeri 2
Karimunjawa Jepara dapat disajikan sebagai berikut. Ketika guru
berusaha untuk meningkatkan pemahaman tentang penanaman
nilai-nilai nasionalisme tidak ada hambatan yang hadapi tetapi
justru siswa merasa senang. Ketika guru semakin kreatif waktu 2
jam pelajaran tidak terasa oleh siswa.
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta analisis yang telah penulis uraikan
pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Penanaman nilai-nilai nasionalisme pada siswa kelas VI SD Negeri
Karimunjawa Kecamatan Karimunjawa Kabupaten Jepara adalah membentuk
anak didik yang memiliki jiwa nasionalisme yaitu : kesetian pada bangsa dan
negara Indonesia, keinginan untuk hidup bersama serta mewujudkan
terbentuknya negara yang berdaulat.
Cara guru menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada siswa :
1) Pembelajaran PKn dengan penyampaian materi tentang nilai-nilai
nasionalisme yang menarik minat dan perhatian siswa.
2) Mengorganisasikan materi dan menggunakan media dan sumber belajar
yang tepat.
3) Memberi contoh / tindakan yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme.
Kendala yang dialami guru di dalam meningkatkan penanaman nilai-
nilai nasionalisme pada siswa adalah :
1) Kesulitan dalam mengorganisasikan materi.
2) Kurangnya media dan sumber belajar.
3) Keterbatasan alokasi waktu terutama dalam pembelajaran yang
menggunakan media/alat elektronik.
Cara guru dalam mengatasi kendala dalam proses penanaman nilai-nilai
nasionalisme :
1) Mencari buku referensi yang sesuai dengan penanaman nilai-nilai
nasionalisme sehingga mempermudah mengorganisasikan materi.
2) Menggunakan media dan sumber belajar yang paling sederhana yang ada
disekitar kita misal: gambar-gambar pahlawan, peta, atau cerita tentang
keindahan alam negara kita
3) Menggunakan waktu yang ada seefektif mungkin.
51
B. Saran-saran
Bertolak dari kesimpulan di atas maka disarankan kepada:
1. Guru kelas VI SD Negeri 2 Karimunjawa, dapat merancang satuan
pelajaran secara lengkap, dengan mengembangkan komponen-komponen
dalam satuan pelajaran sehingga dapat memberikan acuan guru dalam
proses belajar mengajar sehingga siswa memiliki semangat belajar yang
tinggi terutama untuk materi yang berhubungan dengan nilai-nilai
nasionalisme.
2. Kepala SD Negeri 2 Karimunjawa Jepara, hendaknya senantiasa
mengadakan pembinaan secara intensif kepada guru-guru agar dapat
meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai nasionalisme. Selebihnya
perlu menyediakan media pembelajaran PKn sehingga guru mampu
mengelola proses belajar mengajar secara aktif, kreatif, afektif, dan
menyenangkan.
3. Kepada siswa untuk selalu memperhatikan penjelasan yang disampaikan
oleh guru sehingga akan timbul kesadaran dan motivasi dari dalam diri
untuk selalu meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai nasionalisme dan
mampu mengamalkannya.
52
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta : Rineka Cipta.
Azra, Azyumardi. 2005. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.Jakarta : Prenada Media.
Bloom. 1979. Taxonomi Educational Objectives. London : Lougmen Group LTD
Blog: www.Syaharuddin.wordpress.com
Departemen Pendidikan nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.
http.// nasionalis.dinogroup.com
Mardalis, 1989.Metode Penelitian. Bandung : Bumi Aksara
Milles, Matthew B. Dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press)
Muleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitin Kualitatif. Bandung : Rosda Karya
Nasution. 2007. Metode Research. Jakarta : PT Bumi Aksara
Patilima, Hamid. 2007. MetodePenelitian Kualitatif. Bandung : Alfa Beta
Ratna, Sri dan Sri Murtini, 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta : LAN
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta : Grafindo Persada.
Sartono, Karto Dirdjo. 1993. Pembangunan Bangsa. Yogyakarta : Aditya Media
Singarimbun, Nasri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES
53
Sudjana, Nana. 2004. Tuntunaan Penyusunan Karya Ilmiah. Jakarta : Sinar BaruAlgensindo
Sutomo, Nana. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar.Surabaya : Usaha Nasional.
Uno, B. Hamzah. 2008. Teori Motivasi Dan Pengukurannya.Jakarta : Bumi Aksara.
Wiyatna, Puji. 1987. Filsafat Manusia. Jakarta : PT Bina Aksara.
54
PEDOMAN WAWANCARA PADA GURU KELAS VI
SD N 2 KARIMUNJAWA
6. Bagaimana cara menanamkan nilai-nilai nasionalisme pada siswa
kelas VI ?
Jawab :
........................................................................................................................
...................................................................................................................
2. Kesulitan-kesulitan apa yang Bapak alami dalam pembelajaran tentang
nilai-nilai nasionalisme ?
Jawab
........................................................................................................................
...................................................................................................................
3. Bagaimana pak cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut ?
Jawab
........................................................................................................................
...................................................................................................................
4. Bagaimana pak cara mengatasi perbedaan latar belakang siswa ?
Jawab
..........................................................................................................................
......................................................................................................................
5. Apa tujuannya anak didik perlu diajarkan nilai-nilai nasionalisme ?
Jawab
..........................................................................................................................
......................................................................................................................
55
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA SISWA KELAS VI
SD N 2 KARIMUNJAWA
1. Apakah arti istilah nasionalisme yang kalian ketahui ?
Jawab
........................................................................................................................
....................................................................................................................
2. Sebutkan 3 contoh perbuatan yang mencerminkan nilai-nilai
nasionalisme ?
Jawab
........................................................................................................................
....................................................................................................................
3. Dalam belajar mengajar tentang penanaman nilai-nilai nasionalisme
apakah Bapak guru menggunakan metode cerita saja ?
Jawab
........................................................................................................................
....................................................................................................................
4. Apakah kalian tiap hari senin mengadakan upacar bendera dan apa
tujuannya menurut kamu ?
Jawab
..........................................................................................................................
......................................................................................................................