pemurnian dan pengembangan mutu genetik...

14
PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK SAPI BALI DI BALI OLEH Ir. I NYOMAN ARDIKA, M.Si NIP. 196207231987031001 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA 2016

Upload: donguyet

Post on 10-May-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK

SAPI BALI DI BALI

OLEH

Ir. I NYOMAN ARDIKA, M.Si

NIP. 196207231987031001

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

Page 2: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK

SAPI BALI DI BALI

I Nyoman Ardika

Program Studi Peternaka, Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Email: [email protected]

RINGKASAN

Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan mutu genetik sapi Bali

telah dipelajari dari berbagai literature dan pengetahuan penulis. Dari pengkajian

tersebut dapat disimpulkan bahwa pemurnian sapi Bali di Pulau Bali harus terus

dipertahankan, karena merupakan asset nasional atau plasma nutfah asli Indonesia

bahkan merupakan aset dunia. Sapi Bali memiliki keragaman genetik yang masih tinggi

sehingga masih bisa dikembangangkan mutu genetiknya dengan program seleksi yang

mantap dan terarah. Peningkatan mutu genetik sapi Bali disarankan menggunakan

seleksi system inti terbuka (open nucleus breeding system) yang melibatkan peternakan

rakyat dan Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali Pulukan sebagai inti. Dengan

sistem seleksi ini mampu menekan cekaman silang dalam. Untuk mempercepat

tercapainya bibit sapi Bali yang bermutu disarankan untuk dilakukan inseminasi buatan

dan bila memungkinkan dengan menggunakan multiple ovulation dan embryo transfer.

Page 3: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

PEMURNIAN GENETIK SAPI BALI …………………………………… 2

POTENSI PENGEMBANGAN MUTU GENETIK SAPI BALI ……………… 3

Potensi Sapi Bali ………………………………………………………… 7

Seleksi Sapi Bali ………………………………………………………… 8

Perbaikan Mutu Genetik Sapi Bali …………………………………….. 10

Open Nucleus Breeding system (ONBS) ………………………………. 10

Pemanfaatan IB dan MOET ………………………………………….. 11

KESIMPULAN …………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 14

Page 4: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sapi bali merupakan plasma nutfah sapi asli Indonesia yang perlu dijaga

kelestariannya. Dalam melestarikan sapi bali khususnya di Pulau Bali dilakukan

pemurnian, hal ini terbukti dari jaman bekas pemerintahan kolonial Belanda atas

persetujuan raja-raja di Bali dahulu yang telah menyusun dan melaksanakan peraturan

perundang-undangan yang melarang perkawinan sapi bali yang dipelihara di pulau Bali

(dan pulau-pulau disekitarnya) dengan bangsa sapi lainnya, serta melarang pemasukan

sapi dari bangsa apapun, selain sapi bali ke pulau Bali. Kebijakan ini didukung pula oleh

pemerintah Repulik Indonesia bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia dan pulau

Bali merupakan khawasan pemurnian sapi Bali.

Disamping pemurnian, sapi juga menyumbang akan kebutuhan daging secara

nasional. Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin

meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi

yang seimbang, pertambahan penduduk dan meningkatnya daya beli masyarakat. Salah

satu upaya untuk memenuhi kebutuhan daging tersebut yaitu dengan meningkatkan

populasi, produksi dan produktivitas sapi potong. Untuk itu bibit sapi bali merupakan

salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai nilai strategis dalam upaya

mendukung terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan

pembibitan sapi Bali secara berkelanjutan.

Pembibitan sapi bali saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang berciri

skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya, lokasi tidak

terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis. Kebijakan

pengembangan usaha pembibitan sapi bali diarahkan pada suatu kawasan, baik kawasan

khusus maupun terintegrasi dengan komoditi lainnya serta terkonsentrasi di suatu

wilayah untuk mempermudah pembinaan, bimbingan, dan pengawasan dalam

pengembangan usaha pembibitan sapi bali yang baik.

Tujuan

Bertolak dari hal diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah ikut

menyumbangkan pemikiran mengenai pemurnian dan pengembangan sapi bali sesuai

dengan kaedah-kaedah ilmu pemuliaan/pembibitan ternak.

Page 5: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

PEMURNIAN GENETIK SAPI BALI

Berkenaan dengan kadar kemurnian sapi bali yang ada di Pulau Bali dan

sekitatnya, Tim Peneliti Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (2000) telah

menegaskan dari hasil-hasil penelitiaanya akan adanya kekhasan alel (gen) hemoglobin

dan DNA mikrosatelit serta struktur bulu sapi sebagai penciri uji keturunan dan/atau

kemurnian bangsa sapi, maka disimpulkan bahwa sapi bali yang ada di Pulau Bali

(termasuk pulau-pulau disekitarnya) adalah masih murni, belum terkontaminasi oleh

darah (sifat genetik) bangsa sapi lain. Selanjutnya Hardjosubroto (2000) mengusulkan

sapi bali di pulau Bali, terutama yang berada di peternakan rakyat, harus dijaga

kemurniaannya. Pulau Bali sedapat mungkin dipertahankan sebagai sumber genetik bagi

plasma nutfah sapi bali. Ada dua alasan pemurniaan sapi Bali di pulau Bali yaitu:

a. Sapi Bali, Bos (bibos) sondaicus, merupakan aset nasional di bidang peternakan

karena merupakan bangsa sapi ketiga di dunia, disamping Bos taurus dan Bos

indicus.

b. Sapi bali ternyata juga merupakan sumber genetic dengan adanya perbedaan tipe

hemoglobin ketiga di dunia (HbX), disamping adanya tipe HbA pada Bos indicus

dan HbB pada Bos Taurus.

Memang dalam kenyataannya, pada umur kronologis dan fisiologis yang sama

sapi bali memiliki laju pertambahan bobot badan, bobot potong, dan produksi karkas

absolut nyata lebih kecil dari bangsa sapi eksotik. Tetapi, bukanlah berarti bahwa

keadaan ini selalu merugikan kalau dihubungkan dengan peningkatan produksi ternak

maupun penyediaan daging. Kalau laju pertambahan bobot badannya diukur secara

relatif bangsa sapi asli yang lebih kecil seperti sapi bali umumnya adalah lebih efisien

dan dengan mutu pakan yang seadanya dapat berproduksi dengan baik. Ini merupakan

suatu pencapaian yang akan dapat diperoleh pada sapi-sapi improved breed.

Jika ditinjau dari segi pelestarian keanekaragaman sumber daya alam, maka

upaya-upaya mempertahankan kemurnian sapi bali justru mempunyai nilai tinggi.

Lebih-lebih lagi telah terbukti bahwa sapi bali bukan saja aset nasional, melainkan juga

sebagai aset dunia. Hal ini dipertegas lagi oleh Keputusan Menteri Pertanian Nomor 325

tahun 2010, tentang Penetapan Sapi Bali Sebagai Rumpun Asli Indonesia. Dalam

hubungannya ini maka adalah merupakan tindakan yang tepat seperti yang dilakukan

bekas pemerintahan kolonial Belanda atas persetujuan raja-raja di Bali dahulu yang telah

Page 6: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

menyusun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang melarang perkawinan

sapi Bali yaqng dipelihara di pulau Bali ( dan pulau-pulau disekitarnya) dengan bangsa

sapi lainnya, serta melarang pemasukan sapi dari bangsa apapun, selain sapi Bali ke

pulau Bali.

Tanda-tanda khusus yang dipenuhi sebagai sapi bali murni yaitu warna putih

pada bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada paha kaki bawah mulai tarsus

dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, bulu pada ujung ekor hitam, bulu pada pada

bagian dalam telinga putih, terdapat garis belut (garis hitam) yang jelas pada bagian atas

punggung, bentuk tanduk pada jantan yang paling ideal disebut bentuk tanduk silak

congklok yaitu jalannya pertumbuhan tanduk mula-mula dari dasar sedikit keluar lalu

membengkok keatas kemudian pada ujungnya membengkok sedikit keluar. Pada sapi

betina bentuk tanduk yang ideal disebut manggul gangsa yaitu jalannya pertumbuhan

tanduk satu garis dengan dahi arah kebelakang sedikit melengkung ke kebawah dan pada

ujungnya sedeikit mengarah ke bawah dan ke dalam, tanduk ini berwarna hitam.

Dibawah ini disajikan gambar sapi Bali jantan dan betina.

Sapi Bali Betina

Sapi Bali Jantan

Page 7: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

POTENSI PENGEMBANGAN MUTU GENETIK SAPI BALI

Potensi Sapi Bali

Potensi sapi bali sebagai penghasil daging yang memberikan hasil dan mutu

daging yang baik dan memberikan harapan untuk dikembangkan menjadi sapi tipe

daging bermutu prima adalah cukup menjanjikan. Hal ini bisa dicapai jika dilakukan

perbaikan mutu genetik dan manajemen. Selama ini penelitian-penelitian yang

menyangkut perbaikan mutu pakan pada sapi bali telah banyak dilakukan, ternyata sapi

bali memberikan tanggapan terhadap sifat pertumbuhan dan produksi baik jumlah

maupun mutu daging yang cukup baik terhadap mutu pakan yang diberikan. Akan tetapi

perbaiakan mutu genetik melalui program seleksi yang terencana secara ilmiah, cermat,

sungguh-sungguh dan berkelanjutan hingga kini belum banyak dilakukan.

Sifat genetik yang harus dipenuhi oleh suatu breed/bangsa/rumpun ternak untuk

dapat ditingkatkan populasinya dalam waktu yang relatif singkat adalah sifat reproduksi

dan sifat produksi termasuk kekuatan/daya hidupnya. Mengenai sifat reproduksi sapi

bali, hasil penelitian telah membuktikan bahwa sapi bali mempunyai laju reproduksi

yang tinggi. Ini terbukti dengan angka panen pedet (calv crop) yang cukup tinggi yakni

sebesar 80 persen (Ngadiyono, 1997), bahkan telah dilaporkan ada sampai mencapai 100

persen (Payne dan Rollinson, 1973; Hardjosubroto, 2000). Hal ini dicapai dalam

keadaan asupan pakan yang sederhana dan pada sistem pemeliharaan yang tradisional,

serta dalam keadaan digunakan untuk kerja membajak. Mengenai kekuatan/daya hidup

sapi Bali dikenal mempunyai daya adaptasi yang sangat tinggi terhadap lingkungan. Ini

terbukti bahwa di Indonesia sapi ini tersebar cepat ke pulau-pulau lainnya, khususnya di

pulau Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Sumatera dan bahkan di Australia.

Bahkan dilaporkan pula bahwa di Kalimantan sapi-sapi bali masih menunjukkan

penampilan produksi dan reproduksi yang cukup baik meski dipelihara di tempat-tempat

pengembalaan yang terdiri atas rumput alang-alang saja.

Mengenai sifat produksi sapi bali, hasil penelitian menunjukkaan bahwa sifat

produksi sapi bali dapat ditingkatkan melalui perbaikan mutu genetiknya serta

pengelolaan yang baik, yang dalam hal ini adalah melalui suatu program yang mantap

dan terpadu. Hal ini terbukti bahwa nilai heritabilitas bobot sapih (205 hari)

dikatagorikan sedang sampai tinggi yaitu 0.44 ± 0.09 (Tanari.1999). 0.34± 0.14 (Ardika,

1995), 0.15 ±0.05 (Djegho dan Pane, 1992). Nilai heritabilitas bobot setahun sapi Bali

sebesar 0.31 ±0.08 (Djegho dan Pane, 1992), 0.58 ±0.23 (Ardika, 1995). Dari nilai

Page 8: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

heritabilitas bobot sapih dan bobot setahun ini menunjukkan bahwa keragaman genetik

kedua sifat tersebut cukup tinggi, yang berarti bahwa seleksi cukup efektif dilakukan

untuk meningkatkan ke dua sifat tersebut.

Seleksi Sapi Bali

Salah satu cara untuk mengembangkan mutu genetik sapi bali yaitu dengan

melakukan program seleksi yang terarah. Proyek Pengembangan dan Pembibitan Sapi

Bali (P3Bali) atau yang sekarang dikenal dengan nama Balai Pembibitan Ternak Unggul

(BPTU) Sapi Bali melakukan seleksi untuk mendapatkan bibit sapi bali. BPTU terdiri

aas dua bagian yaitu Instalasi Populasi Dasar dan Pusat Pembibitan Pulukan. Pada

Instalasi Populasi Dasar dilakukan recording dan identifikasi sehingga didapatkan sapi-

sapi yang mutunya bagus. Instalasi ini merupakan kegiatan pembibitan di pedesaan yang

merupakan awal dari pelaksanaan seleksi. Selanjutnya pada Pusat Pembibitan Pulukan,

sapi-sapi yang berasal dari Populasi Dasar dan keturunan dari Pusat Pembibitan Pulukan

akan mengikuti uji performans dan progeny, 5% sapi jantan terbaik dari hasil uji

performans selanjutnya mengikuti uji progeny. Dan hasil terbaik akan dikirim ke Balai

Inseminasi Buatan Singosari.

BPTU Pulukan merekomendasikan standar penilaian performans sapi Bali seperti

table 1 dibawah ini.

Table 1. Standarisasi Penilaian Performans Sapi Bali BPTU Sapi Bali.

a. Sapi Jantan

No Klasifikasi Bagus Sedang Jelek

1

2

3

4

Jantan sapihan(205 hari)

Berat badan

Jantan umur 1 tahun

Berat badan

Jantan umur 2 tahun

Lingkar dada

Panjang badan

Tinggi gumba

Jantan umur 4 tahun

Lingkar dada

Panjang badan

Tinggi gumba

>100 Kg

>167 Kg

>162 Cm

>122 Cm

>122 Cm

>200 Cm

>138 Cm

>134 Cm

156-162 Cm

115-122 Cm

114- 122 Cm

191-200 Cm

129-138 Cm

125-134 Cm

<156 Cm

<115 Cm

<114 Cm

<191 Cm

<129 Cm

<125 Cm

Page 9: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

b. Sapi Betina

No Klasifikasi Bagus Sedang Jelek

1

2

3

4

Betina sapihan(205 hari)

Berat badan

Betina umur 1 tahun

Berat badan

Betina umur 1.5 tahun

Lingkar dada

Panjang badan

Tinggi gumba

Betina Umur 5 tahun

Lingkar dada

Panjang badan

Tinggi gumba

>97 Kg

>150 Kg

>145 Cm

>110 Cm

>112 Cm

>162 Cm

>122 Cm

>118 Cm

136-145 Cm

101-110 Cm

103-112 Cm

153-162 Cm

113-122 Cm

109-118 Cm

<136 Cm

<101 Cm

<103 Cm

<153 Cm

<113 Cm

<109 Cm

Standar mutu bibit menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54 tahun 2006

untuk menjamin mutu produk yang sesuai dengan permintaan konsumen, diperlukan

bibit ternak yang bermutu, sesuai dengan persyaratan teknis minimal setiap bibit sapi

potong sebagai berikut:

a. Persyaratan umum:

i. sapi bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat mata

(kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta tidak

terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya;

ii. semua sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing

serta tidak menunjukkan gejala kemandulan;

iii. sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat pada

alat kelaminnya.

b. Persyaratan khusus:

Persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk rumpun sapi Bali yaitu sebagai

table 2 berikut ini:

Page 10: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

Table 2. Persyaratan khusus Sapi Bali sebagai bibit sapi

Kualitatif Kuantitatif

Betina:

- Warna bulu merah;

- Lutut ke bawah berwarna putih;

- Pantat warna putih berbentuk

setengah bulan;;

- Ujung ekor berwarna hitam;.

- Garis belut warna hitam di punggung

- Tanduk pendek dan kecil

- Bentuk kepala panjang dan sempit

- Leher ramping.

Jantan

- Warna bulu hitam;

- Lutut ke bawah berwarna putih;

- Pantat putih berbentuk setengah

bulan;

- Ujung ekor hitam

- Tanduk tumbuh baik warna hitam;

- Bentuk kepala lebar

- Leher kompak dan kuat

Betina umur 18-24 bulan

Tinggi gumba:

Kelas I minimal 105 cm

Kelas II minimal 97 cm

Kelas III minimal 94 cm

Panjang Badan:

Kelas I minimal 104 cm;

Kelas II minimal 93 cm;

Kelas III minimal 89 cm.

Jantan umur 24-36 bulan

Tinggi gumba:

Kelas I minimal 119 cm;

Kelas II minimal 111 cm;

Kelas III minimal 108 cm.

Panjang badan:

Kelas I minimal 121 cm;

Kelas II minimal 110 cm;

Kelas III minimal 106 cm.

Perbaikan Mutu Genetik Sapi Bali

Hardjosubroto (2000) mengusulkan perbaikan mutu genetik sapi bali secara

terpadu, melalui program yang mantap. Untuk itu disarankan menggunakan Sistem

Peternakan Inti Terbuka atau dikenal dengan Open Nucleus Breeding System (ONBS).

Pada langkah awal, program ini direncanakan untuk menghasilkan bibit sapi jantan dan

betina melalui metode kompensional, agar kenaikan mutu genetrik sapi yang dipelihara

oleh peternak rakyat dapat meningkat secara perlahan-lahan serta dapat diikuti dengan

tuntutan manajemen yang akan semakin meningkat. Pada langkah berikutnya, di dalam

ONBS dapat diterapkan inseminasi buatan atau lebih lanjut dapat melakukan terobosan

yang berarti yaitu dengan metode super ovulasi dan embryo transfer yang dikenal dengan

Multi Ovulation and Embryo Transfer (MOET). Dengan menggunakan MOET harus

diimbangi dengan perbaikan manajemen dan pakan.

Open Nucleus Breeding system (ONBS)

Padsa sistem ini ada tiga lapisan struktur peternakan pada suatu wilayah yaitu

1. Lapisan inti tempat penghasil bibit unggul, 2. Lapisan kedua adalah lapisan tempat

Page 11: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

peternak menggandakan bibit unggul yang diterima dari inti,dan 3. Lapisan ketiga adalah

masa peternakan rakyat.

Fungsi utama dari lapisan inti adalah menyeleksi ternak bibituntuk menghasilkan

bibit sapi yang berkualitas tibnggi melalui seleksi yang ketat. Uji performans dan seleksi

calon pejantan dilakukan disini. Di Bali, lapisan inti dilakukan oleh BPTU Pulukan.

Pejantan terpilih hasil seleksi disini (tested bull) disalurkan baik berupa pejantan maupun

mani beku ke lapisan kedua dan ketiga. Pejantan terbaik diambil semennya di Balai

Inseminasi Buatan Singosari dan Badung, sedangkan sisanya disalurkan ke lapisan

dibawahnya. Dalam pengaturan manajemen pemuliaan induk, replacemen stock diambil

dari anak keturunan yang dikembangbiakan di lapisan inti.

Lapisan kedua adalah untuk menggandakan bibit yang telah dihasilkan dari

lapisan inti. Tested bull yang dihasilkan di lapisan inti dikembangbiakan paada peternak

dalam lapisan kedua ini. Hasil keturunannya diseleksi berdasarkan bobot sapih untuk

dimasukkan kedalam stasiun uji performans. Secara teknis, pada lapisan kedua ini

dilakukan penimbangan pedet-pedet yang ada setiap periode tertentu. Pedet-pedet yang

terbaik dimasukkan dalam uji performans. Betina terbaik 2 samapi 5 persen diambil

untuk dijadikan betina pengganti pada lapisan inti. BPTU Sapi Bali telah melakukan hal

ini berupa pembinaan unit-unit yang berada pada wilayah Kabupaten Tabanan, namun

kendala yang dihadapi adalah berhubungan dengan biaya untuk pembelian ternak rakyat

di Unit, dan pola kredit pinjaman yang dilakukan pada peternak.

Lapisan ketiga adalah wilayah penghasil sapi bakalan, yaitu sapi yang siap

digemukkan untuk dipotong atau dikirim keluar daerah. Dari lapisan ketiga ini diambil

stu sampai dua persen betina dimasukkan ke lapisan inti. BPTU sapi Bali

menterjemahkan hal ini sebagai sapi rakyat yang tersebar di seluruh Kabupaten di Bali.

Dengan demikian maka pada ONBS ada sedikit aliran gen baik dari lapisan

kedua dan ketiga ke lapisan inti dan/atau sebaliknya. Sehingga dengan masuknya gen

baru ke dalam lapisan inti pengaruh perkawinan silang dalam (inbreeding) dapat dicegah

atau dapat ditanggulangi sedapat mungkin.

Pemanfaatan IB dan MOET

Semakin banyak induk sapi yang dapat menjadi akseptor inseminasi buatan dan

menggunakan mani beku dari pejantan unggul maka pengaruh dari adanya pengurasan

secara terus menerus pejantan-pejantan akan sangat ditekan. Semakin besar persentase

Page 12: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

induk yang menjadi akseptor IB, semakin kecil pula arti atau pengaruh negative yang

ditimbulkan sebagai akibat pengusan pejantan setempat, karena arti pejantan setempat

sebagai pemacek akan semakin kecil.

Apabila dituntut untuk melakukan terobosan dengan menggunakan teknik yang

lebih maju (biotek), maka disarankan untuk menggunakan MOET di dalam BPTU Sapi

Bali Pulukan. Maksud pemanfaatan MOET adalah mempercepat penyebaran induk

dengan mutu genetik yang telah diperbaiki dengan tingkat perbaikan mutu genetic tidak

terlalu tinggi. Dengan demikian, dengan menggunakan MOET akan dihasilkan sapi

bakalan yang lebih banyak.

Page 13: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai dibawah ini:

1. Sapi bali di pulau Bali harus terus dilestarikan dengan jalan memurniakan sapi

bali karena merupakan aset nasional bahkan aset dunia.

2. Sapi bali mempunyai keragaman genetik (heritabilitas bobot sapih dan bobot

umur satu tahun) yang masih tinggi, sehingga pengembangan mutu genetiknya

melalui program seleksi di dalam breed masih sangat memungkinkan.

3. Dengan menggunakan seleksi ONBS dapat mengurangi tekanan silang dalam

atau dapat ditanggulangi sedapat mungkin.

4. Dengan menggunakan IB dan MOET dapat mencegah pengurasan pejantan dan

mempercepat pengembangan mutu genetik sapi bali.

Page 14: PEMURNIAN DAN PENGEMBANGAN MUTU GENETIK …erepo.unud.ac.id/2273/1/12d42c06ce705a783e81d82680bd7a3e.pdf · Pengkajian mengenai pemurnian dan mengembangan ... masyarakat terhadap pentingnya

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Program breeding BPTU sapi Bali, Pusat Pembibitan Pulukan. Balai

Pembibitan Ternak Unggul Sapi Bali.

Ardika, I.N. 1995. Parameter fenotipik dan genetic sifat produksi dan reproduksi sapi

Bali pada proyek pembibitan dan Pengembangan sapi Bali (P3Bali) di Bali.

Program Pascasarjana IPB-Bogor (Thesis)

Hardjosubroto, S. 2000. Seleksi sapi Bali berdasarkan penampilan dan sifat Genetik.

Seminar sapi Bali di Denpasar, tanggal 25-26 Mei 2000.

Djegho, J dan I. Pane. 1992. Role of the Bali catlle breeding and improvement project in

genetic improvement and icrease of income and work opportunities of the farmers.

Proceeding of the international seminar held at Brawijaya University, Malang

Indonesia.

Keputusan Menteri Peretanian Nomor 325 Tahun 2010. Tentang Penetapan Sapi Bali

Sebagai Rumpun Asli Indonesia.

Ngadiyono,N. 1997. Kinerja danprospek sapi Bali di Indonesia. Seminar Environmental

Pollution and Natural Product and Bali Catlle in Regional Denpasar Bali.

Payne, W.J.A. and D.H.L. Rillinson. 1973. Bali cattle. Word rev. Anim.Prod. 7:13-21.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 54 /Permentan/OT.140/10/2006, tentang Pedoman

Pembibitan Sapi Potong Yang Baik (Good Breeding Practice)

Tanari, M. 1999. Estimasi dinamika populasi dan produktivitas sapi Bali di Provinsi

Dati I Bali. Universitas Gadjah Mada- Yogyakarta (Thesis)

Tim Peneliti Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. 2000. Uji Kemurnian sapi

Bali melalui protein, DNA mikrosatelit, dan struktur bulu. Makalah disampaikan

pada seminar sapi Bali di Denpasar, tanggal 25-26 Mei 2000.