pemurnian besi menjadi baja
DESCRIPTION
besi bajaTRANSCRIPT
PEMURNIAN BESI MENJADI BAJA
Tugas mata kuliah metalurgi
Disusun oleh :
Juliana
10070109066
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1432 H / 2011 M
PEMURNIAN BESI MENJADI BAJA
Perbedaan besi dan baja terletak pada kandungan paduan karbon (C)
yang akan menentukan sifat-sifat lain dari besi dan baja tersebut. Paduan baja
yang mengandung lebih banyak karbon dari nilai komersialnya dapat dinamakan
besi. Kandungan karbon pada beberapa jenis baja mencapai 0,04 persen sampai
2,0 persen. Besi tuang, besi tuang maleable, pig iron mengandung jumlah karbon
sekiar 2-4 persen. Tetapi ada juga besi yang tidak mengandung karbon yaitu
white-heart malleable iron.
Pembuatan bahan baku besi dan baja dapat dilakukan dalam blast
furnace ang menghasilkan pig iron. Pembuatan langsung juga dapat dilakukan
dengan alat revolving kiln yang menghasilkan spong iron.
Paduan baja dan besi dapat dikelompokan dalam ferroalloys. Paduan ini
dapat menghasilkan jenis-jenis baja. Jumlah paduan yang diunakan dalam
pembuatan besi dan baja bervariasi hingga mengandung 20 sampai 80 persen
dari elemen paduan. Paduan ini seperti Mangan, Silkon , dan Cromium.
Teknik peleburan logam telah ada sejak zaman Mesir kuno pada tahun
3000 SM. Bahkan pembuatan perhiasan dari besi telah ada pada zaman
sebelumnya. Proses pengerasan pada besi dengan heat treatment mulai
diperkenalkan untuk pembuatan senjata pada zaman Yunani 1000 SM.
Proses pemaduan yang dibuat mulai ada sejak abad 14 yang
diklasifikasikan sebagai besi tempa. Proses ini dilakkan dengan pemanasan
sejumlah besar bijih besi dan charchoal dalam tungku atau furnance. Dengan
proses ini bijih besi mengalami reduksi menjadi besi sponge metalik yang terisi
oleh slag yang merupakan campuran dari pengotor metalik dan abu charcoal.
Spone iron ini dipindahkan dari furnance pada saat masih bercahaya dan
diselimuti oleh slag yang tebal lalu slagnya dihilangkan untuk memperkuat besi.
Pembuatan besi meggunakan metode ini menghasilkan kandingan slag sekiar 3
persen dan 0,1 persen pengotor lain. Kadang kala hasil produksi dengan metode
ini menghasilkan baja bukannya besi tempa. Para pembuat besi belajar untuk
membuat baja dengan memanaskan besi tempa dan charcoal pada boks yang
terbuat dar tanah liat selama beberapa hari. Dengan proses ini besi akan
menyerap cukup karbon untuk menjadi baja sebenarnya.
Setelah abad ke 14 tungku atau furnance yang digunakan mulai
mengalami peningkatan ukuran dan draft yang digunakan untuk pembakaran
gas melewati “charge,” pada pencampuran material mentah. Pada tungku yang
lebih besar ini, bijih besi pada bagian bagian atas furnance akan direduksi
pertama kali direduksi menjadi besi metalik dan menghasilkan banyak karbon
sebagai hasil dari serangan gas yang dilewatinya. Hasil dari furnance ini adalah
pig iron, yaitu paduan yang meleleh pada temperatur rendah. Pig iron akan
dproses lebih lanjut untuk membuat baja.
Pembuatan baja modern menggunakan blast furnance yang juga
digunakan untuk memurniakan besi oleh pembuat besi yang lamapu. Proses
pemurnian besi cair dengan peledakan udara diakui oleh penemu Inggris Sir
Henry Bessemer yang mengembangkan Bessemer furnance, atau
pengkonversi, pada tahun 1855. Sejak tahun 1960 telah diproduksi baja dari besi
bekas secara kecil-kecilan pada furnance elektrik, sehingga dinamakan mini
mills. Mini mills adalah komponen yang sangat sangat penting bagi produksi baja
Amerika. Mills yang lebih besar digunakan pada produksi baja dari bijih besi.
A. Pig Iron Sebagai Bahan Bauku Baja
Bahan baku dasar dari produksi pig iron adalah bijih besi, coke, dan lim
stone. Coke dibakar sebagai bahan bakar pada furnance. Ketika coke terbakar,
coke memberikan karbon monoksida, yang digukombinasikan dengan iron
oksida pada bijih besi, sehingga mereduksi menjadi besi metalik.
Reaksi dasar dalam blsat furnance yaitu Fe2O3 + 3CO = 3CO2 + 2Fe.
Limestone pada furnace berfungsi sebagai sumber carbon monoksida tambahan
yang digunakan sebagai fluks yang dkombinasikan dengan silika infusible yang
ada pada bijih besi untuk membentuk fusible calsium silikat. Tanpa limstone, iron
silikat tidak mungkin terbentuk, sehingga metalik iron juga tidak terbentuk.
Kalsium silikat ditambah pengotor lain membentuk slag yang akan mengambang
pada lelehan metal pada bian belakang tungku. Pig iron biasa yang diproduksi
blast furnance mengandung 92 persen besi, 3-4 persen karbon, 0,5-3,0 persen
silikon, 0,25-2,5 persen mangan, 0,04-2,0 persen fospor, dan sulfur.
Blast furnance (tanur tinggi) beroprasi secara kontinu. Material yang akan
dimasukan dibagi mejadi bagian-bagian kecil pengisian yang dimasukan ke
furnance dengan waktu 10-15 setiap pemasukan. Slag dibuang dari permukaan
setiap dua jam dan besi yang dihasilkan dituang sebanyak lima kali sehari.
B. Metode Blast Furnance
Blast furnance yang umum terdiri dari baja silinder yang dilapisi dengn
batu tahan api (refraktori), yang tidak mengandung logam seperti batu bata tahan
api. Lapisan diperuncing pada bagian atas dan bagian bawah. Bagian terlebar
dari furnance adalah ¼ bagian dari bawah. Porsi yang lebih rendah, disebut bosh
yang dilengkapi dengan beberapa pipa pembuka atau tuyeres yang dilewati
tiupan aliran ledakan udara. Dekat dasar dari bosh terdapat lubang tempat
mengalirnya lelehan logam pig iron ketika furnance dituang (tapped). Dan diatas
lubang ini tetapi dibawah tuyeres terdapat lubang lain untuk mengeluaarkan slag.
Puncak furnance yang memiliki tnggi sekiar 27 m, mengandung pipa udara untuk
pembuangan gas dan sepasang hoppers berbentuk katup dengan pengungkit
untuk tempat pengisian material yang akan dicor.
Udara yang akan digunakan dalam blast furnance dipreheat hinga
mencapai temperatur 540° dan 870° C. Pemanasan dilakukan menggunakan
kompor dengan silinder yang menggunakan bata tahan api yang disusun. Bata
pada kompor dipanaskan selama beberapa jam dengan membakar gas blast
furnance, gas buangan dari bagian atas tungku. Kemudian api dimatikan dan
udara ditiupkan melalui kompor ke blast furnance. Total berat gas yang
digunakan adalah lebih banyak sedikit dari jumlah berat material dari material
mentah yang dipakai.
Perkembangan yang penting dalam teknologi tanur tinggi (blast furnance)
diperkenalkan setelah perang dunia kedua dengan mengecilkan aliran gas dari
fentilasi furnance. Tekanan didalam furnance sebesaar 1,7 atm atau lebih. Teknik
pengepresan dapat membuat pembakaran lebih baik dari coke dan
menghasilkan hasil pig iron yang besar pula. Output yang dihasilkan dengan
metode pengepresan 25 prersen lebih banyak daripada metode biasa. Hasil
yang lebih juga telah dicoba dengan menambahkan oksigen pada udara blast
furnance.
Proses penuangan logam cair melalui saluran dekat bosh bagian bawah
dan logam cair akan melewati saluran runner tanah liat, lalu ke saluran bata yang
lebih besar sebagai penampug yang berupa ladle atau kereta mobil yang dapat
menampung sebanyak 100 ton metal. Slag yang mungkin mengalir dari furnance
bersama logam di ambil dengan gayung sebelum masuk ke penampung.
Penampung dari lelehan peig iron kemudian diantar ke toko pembuat baja.
Gambar 1Blast Furnance
Pada zaman sekarang, blast furnance dioprasikan dengan dihubungkan
ke tungku basic oksigen, dan kadang-kadang pembuatan besi menjadi satu
bagian dari rencana poduksi baja. Dalam rencana itu lelehan pig iron digunakan
untuk mengisi tungku pembuatan baja. Lelehan metal dari beberapa blast
furnance dapat dicampur dalam satu ladle yang besar sebelum diolah kembali
menjadi baja untuk meminimalisasi ketidakhomogenan komposisi dalam
peleburan masing-masing.
C. Metode Direct Gas Reduction
Di dalam proses reduksi langsung ini, bijih besi direaksikan dengan gas
alam sehingga terbentuklah butiran besi yang dinamakan besi spons. Besi spons
kemudian diolah lebih lanjut di dalam sebuah tungku yang bernama dapur listrik
(Electric Arc Furnace). Di sini besi spons akan dicampur dengan besi tua (scrap),
dan paduan fero untuk diubah menjadi batangan baja, biasa disebut billet.
Proses reduksi langsung ini salah satunya dipakai oleh P.T. Karakatau
Steel. Fungsi dari gas alam itu sendiri sebenarnya adakalah sebagai gas
reduktor, dimana gas alam mengandung CO dan H2, yang dapat bereaksi
dengan bijih menghasilkan besi murni (Fe).
Keuntungan dari proses reduksi langsung ketimbang blast furnace adalah :
1. Besi spons memiliki kandungan besi lebih tinggi ketimbang pig iron, hasil
blast furnace.
2. Zat reduktor menggunakan gas (CO atau H2) yang terkandung dalam gas
alam, sehingga tidak diperlukan kokas yang harganya cukup mahal.
D. Struktur Baja
Physical Properties dari berbagai jenis Baja dan paduannya pada
temperature tertentu tergantung dari kadar karbon dan bagaimana proses
distribusinya. Sebelum dikeraskan dengan proses heat treatment, baja umumnya
memiliki struktur: ferrite, pearlite, dan cementite. Ferrite merupakan Besi dengan
kandungan kecil karbon dan elemen lain yang larut, sifatnya soft dan ulet.
Cementite, paduan Besi dengan 7% Carbon, umumnya rapuh dan keras. Pearlite
merupakan campuran ferrite dan cementite dengan komposisi yang spesifik dan
struktur yang berkarakter. Physical characteristics intermediate antara dua
konstituen tersebut.
Ketangguhan dan kekerasan baja tidak terlalu tergantung oleh heat
treatment, tetapi tergantung sama tiga komposisi utama tersebut. Jika
kandungan Carbon meningkat, maka jumlah ferrite berkurang dan jumlah pearlite
meningkat sampi Baja mengandung 0.8% Carbon, keseluruhannya merupakan
komposisi pearlite. Baja dengan Carbon lebih merupakan campuran pearlite dan
cementite. Meningkatkan temperature perubahan ferrite dan pearlite menjadi
bentuk allotropic dari paduan iron-carbon (austenite), yang memiliki property
kelarutan semua Carbon bebas dalam logam. Jika baja didinginkan secara
lambat, austenite menjadi ferrite dan pearlite, tapi jika pendinginan cepat
austenite “membeku” atau berubah menjadi martensite, yang sangat keras.
E. Klasifikasi Baja
Baja dikelompokan menjadi lima kelompok besar, yaitu:
1. Baja Karbon
Lebih dari 90 persen dari semua baja yanng diproduksi adalah baja
karbon. Mengandung jumlah karbon bervariasi dengan jumlah mangan tidak
lebih dari 1,65 persen, silikon 0,6 persen, dan Cu sebanyak 0,6 persen.
Digunakan pada mesin, body automobil, baja strutural untuk bangunan, ship
hulls, kasur per, bobby pins.
2. Baja Paduan
Baja ini memiliki komposisi yang spesifik yang mengandung beberapa
persen vanandium, Mo, dan elemen paduan lain. Memiliki kandungan mangan,
Si, dan Cu lebih besar daripada bja karbon biasa. Digunakan pada gigi dan axel
mobil, roller skates, dan carving knives.
3. High-Strength Low alloy Steel (HSLA)
Merupakan baja jenis terbaru diantara lima keluarga baja. Biaya produksi
lebih rendah karena hanya sedikit mengandung paduan yang mahal. HSLA lebih
ringan daripada baja biasa.
4. Stainless Steel
Stainless steel adalah baja tahan karat yang mengandung Cr, Ni, dan
elemen lain yang membuat baja tersebut tahan karat pada kelembaban asam
dan gas tertentu. Beberapa jenis Stainless steel sangat keras. Karena
permukaannya yang mengkilap, arsitek sering menggunakannya untuk tujuan
dekorasi. Untuk membuat pipa, alat-alat oprasi, dan yang lainnya.
5. Tool Steel
Dibuat menjadi beberapa jenis tools atau cutting dan shaping machinery
untuk operasi manufaktur yang bervariasi. Toolsteel mengandung W, Mo dan
elemen paduan lainnya yang membuat jadi lebih kuat, keras dan tahan aus.
DAFTAR PUSTAKA
http://gendis.blog.dada.net/post/1207005289/BESI-vs-BAJA
http://mesinmusamus.webnode.com/course-materials/proses-manufaktur-i/
productscbm_808562/1/