pemulihan jaringan

Upload: ari-yesika-bahen

Post on 19-Oct-2015

84 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nurse

TRANSCRIPT

PEMULIHAN JARINGAN, REGENERASI DAN FIBROSIS SELCedera pada sel otot akan memicu terjadinya proses yang bertujuan untuk memulihkan kembali sel otot yang rusak dan semaksimal mungkin mengembalikan fungsi yang hilang akibat cedera.1.1 Regenerasi SelSecara fisiologis, otot rangka merupakan jaringan yang sudah berdiferensiasi secara akhir (nukleusnya bersifat post-mitotik). Namun demikian, terdapat sel-sel satelit di membran basal dan sarkolema yang dapat berproliferasi untuk menggantikan sel-sel otot yang rusak. Sel-sel satelit ini diaktivasi oleh makrofag dan sebagai respons terhadap cedera jaringan. Aktivasi sel satelit ini terjadi sekitar 10 hari setelah cedera, diawali oleh proses degenerasi dan inflamasi. Selain itu, diketahui bahwa berbagai faktor pertumbuhan, seperti bFGF, NGF, dan IGF-1 juga turut berperan dalam menstimulasi proliferasi sel-sel satelit.Berdasar kemampuan untuk regenerasi sel tubuh dibagi 3 golongan : Sel labil Di sini terus terjadi pembelahan dan kematian

Termasuk : sel hematopoetic dalam sumsum tulang, sel lapis gepeng kulit, mulut,

vagina, servix, sel kobuid saluran kelenjar eksokrin, liur, pankreas,

empedu, sel silindris GI tract, tuba, uterus, uranius.

Sel stabil Sel ini cepat membelah ketika injury

Termasuk : Sel parenchyma hepar, sel ginjal, sel pankreas, sel endotel pembuluh darah. Sel permanen Sel saraf (neuron)

Sel otot (ada sedikitnya daya perbaikan = poliferasi)1.2 FibrosisFibrosis akan terbentuk apabila cedera otot terlalu parah dan proses inflamasi kronik berlanjut. Jaringan parut akan terbentuk di antara minggu ketiga dan keempat setelah cedera. Pada proses ini terjadi aktivasi matriks ekstraselular dan peningkatan produksi jaringan kolagen (terutama tipe I dan III). Penyembuhan melalui fibrosis juga dapat terjadi bersamaan dengan regenerasi sel otot (proliferasi sel satelit). Diketahui bahwa TGF-1 merupakan faktor yang menginduksi terbentuknya fibrosis. Pada penyembuhan melalui pembentukan fibrosis, otot dapat kehilangan unit kontraktilnya sehingga fungsinya secara keseluruhan menjadi berkurang atau hilang sama sekali.

1.3 Faktor Pertumbuhan Pada Regenerasi Sel dan Fibrosis

Intervensi yang dapat dilakukan untuk pemulihan otot yang mengalami cedera:

1. Pemberian NSAID (non-steroidal anti inflamatory drug) merupakan cara untuk mencegah peradangan, dengan demikian mengurangi kemungkinan terbentuknya jaringan parut yang berpotensi mengurangi fungsi otot secara fisiologis. NSAID bekerja dengan cara menghambat jalur siklooksigenase, menghambat konversi asam arakidonat, mengurangi nyeri dan vasodilatasi.

2. Pemberian faktor pertumbuhan (growth factor) untuk mempercepat proliferasi sel satelit. Salah satunya adalah pemberian IGF-1. Sebuah penelitian menunjukkan pemberian IGF-1 secara in vivo mampu mempercepat proliferasi sel satelit dan otot yang cedera mulai menunjukkan aktivitas kontraksi 15 hari setelah cedera. 3. Perlakuan rehab medik berupa latihan (exercise) diyakini dapat mempercepat pemulihan fungsi otot yang cedera. Penelitian menunjukkan bahwa latihan dapat meningkatkan suplai darah, infiltrasi leukosit dan monosit, serta mempercepat proliferasi sel satelit. Namun hal ini masih menjadi perdebatan oleh beberapa pihak, karena beranggapan bahwa latihan dapat mengurangi imobilisasi dan memperburuk cedera. Berapa batasan waktu yang tepat untuk melakukan latihan juga belum diketahui secara jelas.1.4 Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka meliputi 2 kategori yaitu, pemulihan jaringan ialah regenerasi jaringan pulih seperti semula baik struktur maupun fungsinya dan repair ialah pemulihan atau penggantian oleh jaringan ikat (Mawardi-Hasan,2002). Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan.Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang terjadi pada luka pembedahan (kozier,1995). Fase penyembuhan luka

1. Fase Inflamatory

Terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 sampai 4 hari

Merupakan fase dimana adanya respon vaskular dan selular. Rusaknya jaringan lunak disertai kerusakan pembuluh darah menyebabkan vasokonstriksi dan keluarnya platelet menyebabkan sumbatan trombosit diperkuat dengan fibrin dan membentuk bekuan (hemostasis)

Jaringan yang rusak dan sel mast melepaskan histamin dan mediator lain menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah jaringan yang utuh sehingga kemerahan, hangat.

Permebilitas meningkat dan protein masuk intestital sehingga edema lokal. Polimorf dan makrofag migrasi ke jaringan yang rusak mengakibatkan kemotaksis.

Jaringan baru mulai muncul. Tanda inflamasi berkurang. Jaringan yang dibentuk dari gelung kapiler baru yang menopang kolagen dan substansi dasar yang disebut jaringan granulasi yang berwarna merah terang.2. Fase Proliferatif/ Recontructive

Fase ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 s/d hari ke-21 setelah pembedahan.

Selama waktu tu sebuah proses penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.

Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.

3. Fase Maturasi

Merupakan fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke 21 dan dapat berlanjut selama 1-2 tahun setelah luka. Meliputi epitelisasi, kontraksi, reorganisasi jaringan ikat.

Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan.

Kollagen baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi rata, tipis dan garis putih.

1.5 Aspek Patologi Pemulihan

Komplikasi yang terjadi pada pemulihan luka dapat disebabkan abnormalitas pada komponen dasar proses repair.Kelainan dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori utama,yaitu:

1. Pembentukan bekas luka yang tidak sempurna2. Pembentukan yang berlebihan dari komponen repair3. Pembentukan kontrakturPembentukan dari jaringan granulosa atau penyusunan bekas luka yang tidak memadai dapat menyebabkab dua tipe komplikasi yaitu:wound dehiscence dan ulceration. Pembentukan yang berlebihan dari komponen proses repair dapat menimbulkan hyperthropic scar dan keloid.Akumulasi dari komponen yang berlebihan yaitu kolagen dapat meyebabkan bekas luka yang disebut hyperthropic scar , jika jaringan luka tumbuh melebihi batas luka sebenarnya dan tidak surut maka disebut keloid.DAFTAR PUSTAKA

Materi Kebutuhan Dasar Manusia. WOUND HEALLING. Handouts

Rukmono. 1973. PATOLOGI-UI. Jakarta.Universitas Indonesia

5