pemisahan
DESCRIPTION
teknik pemisahanTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DESTILASI
A. Pengertian Destilasi
Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan
pada perbedaan tingkat volatilitas (kemudahan suatu zat untuk menguap) pada
suhu dan tekanan tertentu. Destilasi merupakan proses fisika dan tidak terjadi
adanya reaksi kimia selama proses berlangsung. Distilasi atau penyulingan adalah
suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau
kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat
dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
lebih dulu.
B. Pembagian Destilasi
1. Destilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap
lebih dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan
pada tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk
memisahkan campuran air dan alkohol.
2. Destilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair,
dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik
didih kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan
tekanan rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada
industri minyak mentah, untuk memisahkan komponen-komponen
dalam minyak mentah. Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana
adalah adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara
bertahap dengan suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan
yang berbeda-beda ini bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari
plat-plat di bawahnya. Semakin ke atas, semakin tidak volatilcairannya.
3. Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik
didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-
senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan
menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi
uap adalah dapat mendistilasi campuransenyawa di bawah titik didih dari
masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat
digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur,
tapi dapat didistilasi dengan air.
Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam
seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrusdari lemon atau
jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan. Campuran
dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin
ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas
menuju kekondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
4. Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didistilasi tidak
stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik
didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode
distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah
jika kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap
tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan
pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan
pada sistem distilasi ini.
C. Dasar Pemisahan dengan Destilasi
Dasar utama pemisahan dengan cara destilasi adalah perbedaan titik didih
cairan pada tekanan tertentu. Proses destilasi biasanya melibatkan suatu
penguapan campuran dan diikuti dengan proses pendinginan dan pengembunan.
Sebagai contoh ada sebuah campuran yang di dalamnya terdapat dua zat, yaitu
zat A dan zat B. Zat A mempunyai titik didih sekitar 120º C, sedangkan zat B
mempunyai titik didih sebesar 80º C. Zat A dapat dipisahkan dengan zat B
dengan cara mendestilasi campuran tersebut pada suhu sekitar 80º C. Pada suhu
tersebut, zat B akan menguap sedangkan zat A tetap tinggal.
D. Proses Destilasi
Suatu campuran yang berupa cairan (15) dimasukkan ke dalam labu (2) yang
dipanaskan melalui penangas (14) dengan heater (13). Suhu pemanasan dapat
diatur dengan mengamati termometer (4). Pada saat dipanaskan, sedikit demi
sedikit campuran akan menguap. Uap kemudian naik melalui pipa (3) den
mengalir menuju pendingin / kondenser (5). Pendinginan uap adalah dengan cara
mengalirkan air melalui dinding pendingin. Setelah melalui pendingin, uap akan
mengembun membentuk cairan kembali dan melaju ke adaptor (10) dan menetes
ke labu destilat (8).
E. Penerapan Destilasi
Aplikasi destilasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu skala
laboratorium dan skala industri. Perbedaan untama destilasi skala laboratorium
dan industri adalah sistem ketersinambungan. Pada skala laboratorium, destilasi
dilakukan sekali jalan. Dalam artian pada destilasi skala laboratorium, komposisi
campuran dipisahkan menjadi komponen fraksi yang diurutkan berdasarkan
volatilitas, dimana zat yang paling volatil akan dipisahkan terlebih dahulu.
Dengan demikian, zat yang paling tidak volatil akan tersisa pada bagian bawah.
Proses ini dapat diulangi ketika campuran ditambahkan dan memulai proses
destilasi dari awal.
Pada destilasi skala industri, senyawa asli (campuran), uap, dan destilat
tetap dalam komposisi konstan. Fraksi yang diinginkan akan dipisahkan dari
sistem secara hati-hati, dan ketika bahan awal habis maka akan ditambahkan lagi
tanpa menghentikan proses destilasi. Umumnya proses distilasi dalam skala
industri dilakukan dalam menara, oleh karena itu unit proses dari distilasi ini
sering disebut sebagai menara distilasi (MD).
Menara distilasi biasanya berukuran 2-5 meter dalam diameter dan tinggi
berkisar antara 6-15 meter. Masukan dari menara distilasi biasanya berupa cair
jenuh, yaitu cairan yang dengan berkurang tekanan sedikit saja sudah akan
terbentuk uap dan memiliki dua arus keluaran, arus yang diatas adalah arus yang
lebih volatil (mudah menguap) dan arus bawah yang terdiri dari komponen berat.
Menara distilasi terbagi dalam 2 jenis kategori besar:
1. Menara Distilasi tipe Stagewise, menara ini terdiri dari banyak piringan
yang memungkinkan kesetimbangan terbagi-bagi dalam setiap
piringannya, dan
2. Menara Distilasi tipe Continous, yang terdiri dari pengemasan dan
kesetimbangan cair-gasnya terjadi di sepanjangkolom menara.
F. Penggunaan Destilasi
Destilasi mempunyai peranan yang sangat banyak dalam kehidupan
manusia. Destilasi adalah kunci utama dalam pemisahan fraksi-fraksi minyak
bumi. Minyak bumi dipisahkan menjadi fraksi-fraksi tertentu didasarkan pada
perbedaan titik didih. Alkohol yang terbentuk dari proses fermentasi juga
dimurnikan dengan cara destilasi.
Minyak-minyak atsiri alami yang mudah menguap dapat dipisahkan
melalui destilasi. Banyak sekali minyak atsiri alami yang dapat diperoleh dengan
cara destilasi, yakni minyak serai, minyak jahe, minyak cengkeh, dsb. Minyak
kayu putih juga didapatkan dengan cara destilasi. Selain itu, destilasi juga dapat
memisahkan garam dari air laut
2.2 EKSTRAKSI
A. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Dengan melalui ekstraksi, zat-zat aktif yang ada dalam
simplisia akan terlepas. Terdapat beberapa istilah yang perlu dietahui berkaitan
dengan proses ekstraksi antara lain:
1. Ekstraktan/menstrum: pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam
proses ekstraksi
2. Rafinat: sisa/residu dari proses ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Jumlah simplisia yang akan diesktrak
b. Derajat kehalusan simplisia
Semakin halus, luas kontak permukaan akan semakin besar sehingga
proses ekstraksi akan lebih optimal.
c. Jenis pelarut yang digunakan
Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang
perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki
kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut
yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas
dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu:
- Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung
universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat
menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah.
Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam
asetat.
- Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk
mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh
pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform
- Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik
untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut
dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai
jenis minyak. Contoh: heksana, eter . Beberapa syarat-syarat pelarut
yang ideal untuk ekstraksi:
1. Tidak toksik dan ramah lingkungan
2. Mampu mengekstrak semua senyawa dalam simplisia
3. Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak
4. Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia
yang diekstrak
5. Murah/ ekonomis
d. Lama waktu ekstraksi
Lama ekstraksi akan menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang
terambil. Ada waktu saat pelarut/ ekstraktan jenuh. Sehingga tidak pasti,
semakin lama ekstraksi semakin bertambah banyak ekstrak yang
didapatkan.
e. Metode ekstraksi, termasuk suhu yang digunakan
Terdapat banyak metode ekstraksi. Namun secara ringkas dapat dibagi
berdasarkan penggunaan panas sehingga ada metode ekstraksi dengan
cara panas, serta tanpa panas. Metode panas digunakan jika senyawa-
senyawa yang terkandung sudah dipastikan tahan panas. Metode
ekstraksi yang membutuhkan panas antara lain:
- Dekok : Ekstraksi dilakukan dengan solven air pada suhu 90°-95°C
selama 30 menit.
- Infus :Hampir sama dengan dekok, namun dilakukan selama 15
menit.
- Refluks : Dilakukan dengan menggunakan alat destilasi, dengan
merendam simplisia dengan pelarut/solven dan memanaskannya
hingga suhu tertentu. Pelarut yang menguap sebagian akan
mengembung kembali kemudian masuk ke dalam campuran simplisia
kembali, dan sebagian ada yang menguap.
- Soxhletasi : Mirip dengan refluks, namun menggunakan alat khusus
yaitu esktraktor Soxhlet. Suhu yang digunakan lebih rendah
dibandingkan dengan refluks. Metode ini lebih hemat dalam hal
pelarut yang digunakan.
- Coque : Penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan
api langsung. Hasil godokan setelah mendidih dimanfaatkan sebagai
obat secara keseluruhan (termasuk ampas) atau hanya digunakan
hasil godokannya saja tanpa menggunakan ampasnya.
- Seduhan
Dilakukan dengan menggunakan air mendidih, simplisia direndam
dengan menggunakan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit)
seperti halnya membuat teh seduhan.
Metode ekstraksi dingin
dilakukan ketika senyawa yang terdapat dalam simplisia tidak tahan
terhadap panas atau belum diketahui tahan atau tidaknya, antara lain:
- Maserasi
Ekstraksi dilakukan dengan cara merendam simplisia selama
beberapa waktu, umumnya 24 jam dalam suatu wadah tertentu
dengan menggunakan satu atau campuran pelarut.
- Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi cara dingin dengan mengalirkan
pelarut secara kontinu pada simplisia selama waktu tertentu.
f. Proses Ekstraksi
Proses saat ekstraksi menentukan hasil ekstrak. Beberapa proses ekstraksi
menghendaki kondisi yang terlindung dari cahaya, ini terutama pada
proses ekstraksi bahan-bahan yang mengandung kumarin dan kuinon.
Ekstraksi bisa dilakukan secara bets per bets atau secara kontinu. Pada
ekstraksi skala industri, umumnya dilakukan secara kontinu. Ekstraksi
bisa dilakukan secara statik (tanpa pengadukan) atau dengan proses
dinamik (dengan pengadukan).
B. Jenis-jenis Ekstrak
Terdapat beberapa jenis ekstrak baik ditinjau dari segi pelarut yang
digunakan ataupun hasil akhir dari ekstrak tersebut.
1. Ekstrak air
Menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Pelarut air merupakan
pelarut yang mayoritas digunakan dalam proses ekstraksi. Ekstrak yang
dihasilkan dapat langsung digunakan atau diproses kembali seperti melalui
pemekatan atau proses pengeringan.
2. Tinktur
Sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasai ataupun perkolasi simplisia.
Pelarut yang umum digunakan dalam proses produksi tinktur adalah etanol.
Satu bagian simplisia diekstrak dengan menggunakan 2-10 bagian
menstrum/ekstraktan.
3. Ekstrak cair
Bentuk dari ekstrak cair mirip dengan tinktur namun telah melalui pemekatan
hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan farmakope.
4. Ekstrak encer
Dikenal sebagai ekstrak tenuis, dibuat seperti halnya ekstrak cair. Namun
kadang masih perlu diproses lebih lanjut.
5. Ekstrak kental
Ekstrak ini merupakan ekstrak yang telah mengalami proses pemekatan.
Ekstrak kental sangat mudah untuk menyerap lembab sehingga mudah untuk
ditumbuhi oleh kapang. Pada proses industri ekstrak kental sudah tidak lagi
digunakan, hanya merupakan tahap perantara sebelum diproses kembali
menjadi ekstrak kering
6. Ekstrak kering (extract sicca)
Ekstrak kering merupakan ekstrak hasil pemekatan yang kemudian
dilanjutkan ke tahap pengeringan. Prose pengeringan dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara yaitu:
a. Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil
b. Menggunakan proses kering beku, proses ini mahal
c. Menggunakan proses proses semprot kering atau fluid bed drying
7. Ekstrak minyak
Dilakukan dengan cara mensuspensikan simplisia dengan perbandingan
tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara seperti maserasi.
8. Oleoresin
Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin (mis.
Capsicum fructus dan zingiberis rhizom) dengan pelarut tertetu umumnya
etanol.
C. Proses Ekstraksi Skala Industri
Terdapat beberapa tahapan dalam proses ekstraksi skala industri, meliputi:
1. Penghalusan/ penggilingan simplisia
2. Ekstraksi tanaman obat
3. Pemurnian ekstrak
4. Pemekatan ekstrak
5. Pengeringan ekstrak
6. Standardisasi ekstrak
7. Pengemasan
D. Standardisasi Ekstrak
Ekstrak yang dihasilkan dalam skala industri harus merupakan ekstrak yang
sudah terstandar sesuai dengan ketentuan yang berlaku (mengacu pada MMI atau
kompendia yang lain seperti Farmakope). Komponen standardisasi ekstrak
meliputi:
1. Pengujian makro dan mikroskopik untuk identitas
2. Pemeriksaan pengotor/ zat asing organik dan anorganik
3. Penentuan susut pengeringan dan kandungan air
4. Penentuan kadar abu
5. Penentuan kadar serat
6. Penentian kadar komponen terekstraksi (kadar sari)
7. Penentuan kadar bahan aktif/ senyawa penanda
8. Penentuan cemaran mikroba dan tidak adanya bakteri patogen
9. Pemeriksaan residu pestisida.
E. Jenis – jenis Ekstraksi
1. Ekstraksi Padat-Cair
Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut
dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini sering
digunakan secara teknis dalam skala besar terutama di bidang industri bahan
alami dan makanan misalnya bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ-
organ binatang untuk keperluan farmasi, gula dari ubi, minyak dari biji-
bijian, kopi dari biji kopi.
Untuk mencapai unjuk kerja atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada
ekstraksi padat-cair, syarat-syarat beikut harus dipenuhi :
a. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa
padat dan fasa cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan
yang seluas mungkin.
b. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju
alir bahan ekstraksi, agar ekstraksi yang terlarut dapat segera diangkut
keluar dari permukaan bahan padat.
c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak
lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi.
2. Ekstraksi Cair-Cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran
dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan,
bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan
(misalnya karena pembentukan azeotrof atau karena kepekaannaya terhadapa
panas ) atau tidak ekonomis.
F. Ekstraktor
1. Ekstraktor padat-cair tak kontinu
Prinsip kerja : dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat
dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki
pengaduk. Ekstraktor-ekstraktor yang sebenarnya adalah tangki-tangki
dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya. Ekstraktor semacam ini hanya
sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang tidak terlalu halus. Yang lebih
ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa ekstraktor-ekstraktor yang
dipasang seri dan aliran beberapa bahan ekstraksi berlawanan dengan aliran
pelarut, pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah
bak penampung sebagai pengganti ketel destilasi. Dari bak tersebut larutan
ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum. Uap pelarut yang terbentuk
kemudian dikondensasikan, pelarut didinginkan dan dialirkan kembali ke
dalam ekstraktor dalam keadaan dingin. Jenis-jenis ekstraktor padat-cair
kontinu :
a. ekstraktor keranjang
pada ekstraktor keranjang, bahan ekstraksi terus-menerus
dimasukkan ke dalam sel-sel yang berbentuk juring atau sector dari
sebuah rotor yang berputar lambat mengelilingi poros vertical.
Bagian bawah sel-sel ditutup sebuah Pelat ayak.
b. ekstraktor sabuk
pada ekstraktor ini, bahan ekstraksi diumpan secara kontinu di atas
sabuk ayak yang melingkar. Disepanjang sabuk bahan dibasahi oleh
pelarut atau larutan ekstrak dengan konsentrasi yang meningkat dan
arah aliran berlawanan setelah itu bahan dikeluarkan dari
ekstraktor.
2. Ekstraktor padat-cair tak kontinu
Cara kerja ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor yang dipasang
seri, tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga pengosongan
berlangsung secara otomatik penuh dan terjadi dalam sebuah alat yang sama.
Ekstraktor semacam ini kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi
yang tersedia dalam kuantitas besar (mis : biji-bijian minyak, tumbuhan).
3. Ekstraktor cair-cair tak kontinu
Alat tak kontinu yang sederhana biasa digunakan misalnya untuk mengolah
bahan dalam jumlah yang kecil atau bila hanya sesekali dilakukan ekstraksi.
Ekstreaktor cair-cair tak kontinu lebih menguntungkan bagi proses
pencampuran dan pemisahan adalah tangki yang bagian bawahnya runcing
(dilengkapi dengan perkakas pengaduk, penyalur bawah maupun kaca intip
yang tersebar pada seluruh ketinggiannya) larutan ekstrak yang dihasilkan
setiap kali dipisahkan dengan cara penjernihan
4. Ekstraktor cair-cair tak kontinu
operasi kontinu pada ekstraksi cair-cair dapat dilaksanakan dengan sederhana
karena, tidak saja hanya pelarut, melainkan juga bahan ekstraksi cair secara
mudah dapat dialirkan melalui bantuan pompa.
a. kolom ekstraksi
Dalam sebuah kolom ekstraksi vertical bahan ekstraksi cair dan pelarut
saling dikontakkan dengan arah aliran yang berlawanan. Dengan bantuan
pompa cairan yang lebih ringan dimasukkan dari bagian bawah, dan
cairan berat dari bagian atas kolom secara kointinu.
b. kolom semprot
pada kolom semprot, fasa ringan hanya didistribusikan satu kali
oleh suatu perlengkapan distribusi yang berada di bawah ujung
kolom. Tetes-tetes yang terbentuk bergelembung menembus fasa
berat dan berkumpul menjadi satu pada ujung kolom.
c. kolom pelat ayak
fasa ringan yang berkumpul di bawah setiap pelat ayak didorong ke
atas oleh fasa berat melalui lobang-lobang pelat dan pada saat yang
sama terpecah menjadi tetes-tetes.
2.3 FILTRASI
A. Pengertian Filtrasi
Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan
melewatkannya pada medium penyaringan, atau septum, dimana zat padat itu
tertahan. Pada industri, filtrasi ini meliputi ragam operasi mulai dari penyaringan
sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang difiltrasi dapat berupa
cairan atau gas; aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau
keduanya. Suatu saat justru limbah padatnyalah yang harus dipisahkan dari
limbah cair sebelum dibuang. Seringkali umpan dimodifikasi melalui beberapa
pengolahan awal untuk meningkatkan laju filtrasi, misal dengan pemanasan,
kristalisasi, atau memasang peralatan tambahan pada penyaring seperti selulosa
atau tanah diatomae. Oleh karena varietas dari material yang harus disaring
beragam dan kondisi proses yang berbeda, banyak jenis penyaring telah
dikembangkan.
Hal yang paling utama dalam filtrasi adalah mengalirkan fluida melalui
media berpori. Filtrasi dapat terjadi karena adanya gaya dorong, misalnya ;
gravitasi, tekanan dan gaya sentrifugal. Pada beberapa proses media filter
membantu balok berpori (cake) untuk menahan partikel-partikel padatan di dalam
suspensi sehingga terbentuk lapisan berturut turut pada balok sebagai filtrat yang
melewati balok dan media tersebut. Filtrasi biasa dilakukan pada skala
laboratorium sampai slaka pilot plant/industri baik dengan
cara batch maupun kontinyu.
B. Penerapan Filtrasi
Filtrasi Skala Laboratorium, Filtrasi digunakan untuk memisahkan
campuran heterogen zat padat yang tidak larut dalam cairan. Penyaringan
menggunakan corong gelas dan kertas saring dan hasil saringan disebut filtrat.
Filtrasi Skala Industri, Sebelum peralatan filtrasi digunakan harus diperiksa
dahulu supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada waktu beroperasi,
misalnya penyaring tidak berfungsi secara optimum. Fluida mengalir melalui
media penyaring karena adanya perbedaan tekanan yang melalui media tersebut.
penyaring dilakukan agar dapat beroperasi pada tekanan di atas atmosfer pada
bagian atas media penyaring, tekanan operasi pada bagian atas media penyaring
dan vakum pada bagian bawah
Tekanan di atas atmosfer dapat dilakukan dengan gaya gravitasi pada
cairan dalam suatu kolom, dengan menggunakan pompa atau blower,atau dengan
gaya sentrifugal. Dalam suatu penyaring gravitasi media penyaring bias jadi tidak
lebih baik daripada saringan (screen) kasar atau dengan menggunakan partikel
kasar seperti pasir.
Penyaring gravitasi dibatasi penggunaannya dalam industri untuk suatu
aliran cairan kristal kasar,penjernihan air minum, dan pengolahan limbah cair.
Kebanyakan penyaring industri adalah penyaring tekan, penyaring vakum, atau
pemisah sentrifugal. Penyaring tersebut beroperasi secara kontinyu atau
diskontinyu, tergantung apakah buangan dari padatan tersaring terus-menerus
(steady) atau hanya sebagian. Sebagian besar siklus operasi dari penyaring
diskontinyu, aliran fluida melalui peralatan secara kontinyu, tetapi harus
dihentikan secara periodik untuk membuang padatan yang terakumulasi. Dalam
saringan kontinyu buangan padat atau fluida tidak dihentikan selama peralatan
beroperasi.
C. Klasifikasi Filtrasi (Penyaringan)
Dalam beberapa penyaringan, padatan-saring yang terbentuk merupakan medium
penyaring yang baik.
Berdasarkan gaya pendorong aliran, penyaringan dapat di klasifikasikan sebagai
berikut:
1. Penyaring gaya berat (gravity filters)
2. Penyaring tekanan (Pressure filters)
3. Penyaring vakum (Vacuum filters)
4. Penyaring sentrifugal ( Centrifugal filters)
Berdasarkan operasinya dibagi atas :
1. Cara batch (bertahap )
2. Cara continue (berkesinambungan)
Tipe-tipe penyaring :
1. Penyaring pasir (sand filter) :
a. tangki terbuka
b. tangki tertutup
2. Penyaring tekan (filters press):
a. Pelat berongga (recessed plate)
b. Pelat dan bingkai (plate and frame)
3. Penyaring – Daun ( leaf )
a. Moore : Penyaring Moore adalah penyaring daun yang orsinil.
Kumpulan daun penyaring dicelupkan dalam tangki slurry, daun
penyaring dihubungkan dengan sistim produksi vakum.
b. Kelly : Penyaring ini berbentuk persegi panjang, ditempatkan dalam
bejana silinder horizontal. Kumpulan daun penyaring ini dikeluar
masukkan ke bejana dengan bantuan rel dan roda.
c. Sweetland : Penyaring ini berbentuk lingkaran dan sama besar.
Penyaringan dilakukan dalam bejana bertekanan.
d. Niagara : Penyaring ini ditempatkan dalam tangki vertical dan
horizontal.
4. Penyaring tabung ( tubular / candle filter )
5. Penyaring – Teromol
a. Oliver ( Rotary drum )
b. Topfeed ( Dorco )
6. Penyaring Sabuk mendatar (horizontal belt filter)
D. Macam-Macam Filter
Penyaring berfungsi menahan dan menyangga partikel padatan . syarat penyaring
yang baik :
1. Secara mekanis kuat
2. tahan korosi (terhadap cairan yang ditangani)
3. memberikan tahanan yang kecil terhadap aliran (porosity besar)
Macam- macam filter antara lain:
1. Filter Gravitasi (Gravity Filter)
Merupakan tipe yang paling tua dan sederhana. Filter ini tersusun atas
tangki-tangki yang bagian bawahnya berlubang-lubang dan diisi dengan
pasir-pasir berpori dimana fluida mengalir secara laminer. Filter ini
dugunakan untuk proses fluida dengan kuantitas yang besar dan
mengandung sedikit padatan. Contohnya : pada pemurnian air.
Tangki biasanya terbuat dari kayu, bata atau logam tetapi untuk
pengolahan air biasa digunakan beton. Saluran dibagian bawah yang
berlubang mengarah pada filtrat, saluran itu dilengkapi dengan pintu atau
keran agar memungkinkan backwashing dari dasar pasir untuk
menghilangkan padatan-padatan yang terakumulasi. Bagian bawah yang
berlubang tertutup oleh batuan atau kerikil setinggi 1 ft atau lebih untuk
menahan pasir. Pasir yang biasa digunakan dalam pengolahan air sebagai
media filter adalah pasir-pasir kuarsa dalam bentuk yang seragam. Kokas
yang dihancurkan biasanya digunakan untuk menyaring asam sulfur.
Batu kapur biasanya digunakan untuk membersihkan cairan organik baik
dalam filtrasi maupun adsorbsi.
Hal yang harus diperhatikan dalam filter gravitasi, bongkahan-bongkahan
kasar (batu atau kerikil) diletakkan bagian atas balok berpori (cake)
untuk menahan materi-materi kecil yang ada di atasnya (pasir, dll).
Materi yang berbeda ukurannya harus diletakkan dengan membentuk
lapisan-lapisan sehingga dapat bercampur dan ukuran untuk setiap materi
harusnya sama untuk menyediakan pori-pori dan kemampuan yang
maksimal.
2. Filter plate and frame
Filter tekanan biasanya tersusun dari pelat-pelat dan bingkai-bingkai.
Pada filter ini pelat-pelat dan bingkai-bingkai disusun secara bergantian
dengan filter kain dengan arah berkebalikan pada tiap pelat.
Pemasangannya dilakukan secara bersamaan sebagai kesatuan gaya
mekanik (oleh sekrup / secara hidrolik).
Ada beberapa macam tipe bertekanan yang menggunakan pelat dan
bingkai. Yang paling sederhana mempunyai salah satu saluran tunggal
mengenali suspensi pada pencucian dan pembukaan tunggal pada setiap
pelat untuk mangalirkan cairan (pada pengiriman terbuka). Tipe yang
lain mempunyai saluran terpisah untuk membedakan suspensi dan air
pencucian tetapi ada juga yang menggunakan saluran terpisah untuk
memisahkan suspensi dan air pencucian (pada pengiriman tertutup).
Saluran ini biasanya terdapat di pojok atau di tengah atau tepat di tengah.
Umpan suspensi masuk malalui saluran yang terbentuk dari lubang-
lubang pada pojok kanan atas antara pelat dan bingkai. Dari saluran ini,
suspensi masuk ke bingkai menuju ruang di antara pelat-pelat. Tekanan
pada suspensi diumpankan pada proses penekanan untuk menghasilkan
filtrat. Filtrat tersebut menuju ruang-ruang diantara kain dan pelat
melalui kain-kain dari kedua sisi pelat ke keluaran yang berupa klep atau
menuju saluran kedua yang dibentuk oleh lubang-lubang pada pojok lain
dari pelat dan bingkai dengan keluaran yang didukung oleh pelat-pelat
tidak oleh bingkai. Baik keluaran melalui saluran atau melalui keran atau
klep dan pelat dilubangi atau dibuat dengan filtrat, memasuki keluaran
melalui sisi pelat.
Padatan dalam suspensi berakumulasi dalam kain pada sisi sebaliknya
dari pelat-pelat. Setelah beberapa waktu sebagian kecil ruang diantara
pelat tersedia untuk suspensi, dan umpan dimatikan. Jika cake dicuci,
fluida pencuci di dalamnya disalurkan ke dalam suspensi atau masukan
campuran bi balik suspensi, masuk ke cake kurang lebih dari tengah
bingkai, dan lewat menuju pelat pada kedua sisi. Setelah cake dicuci,
aliran ini terhenti, gaya yang menahan pelat dilepaskan, pelat dan bingkai
terbuka seketika, dan cake dihilangkan atau dibuang ke dalam lubang di
bawah penekan. Setelah pembuangan selesai, penekan ditutup lagi
dengan memberikan gaya mekanik untuk mengunci pelat dan bingkai
bersamaan, dan sebuah siklus baru filtrasi dimulai.Pencucian dapat
dikeluarkan terpisah dari filtrat dengan menyediakan kedua keluaran
bawah melalui keran dan sebuah saluran terpisah pada pojok lainnya dari
pelat. Pencucian sederhana adalah ketika pencucian mengalir melalui
cake dengan jalan yang sama seperti filtrat. Ekspresi “trhough washing”
atau “every other pelate washing” membutuhkan penggunaan dua tipe
pelat yang berbeda. Pelat yang bukan pencuci (satu tombol) dan pelat
pencuci (tiga tombol) diisikan dalam penekan diantara bingkai (dua
tombol). Umpan memasuki bingkai seperti sebelumnya. Pencucian
memasuki setiap pelat dan melewati dua cake pada bingkai di kedua sisi
pelat, meninggalkan keran pada pelat bukan pencuci (satu tombol).
Metode ini memerlukan klep yang tertutup pada pelat-pelat (tiga tombol)
ke dalam masukan pencuci.
Semuam tipe pelat ini dapat didesain untuk mengoperasikan pada
pengiriman tertutup dengan menyediakan saluran ketiga yang dibentuk
oleh lubang di sebelah pojok kanan bawah pelat dan bingkai. Empat
saluran memungkinkan untuk mengoperasikan dengan menggunakan
pengiriman tertutup dengan keluaran terpisah untuk filtrat dan pencucian.
Umpan suspensi masuk ke setiap bingkai melalui saluran kanan atas
(tidak ada pembukaan dari saluran ini ke pelat manapun). Filtrat
meninggalkan setiap pelat menuju saluran kiri bawah bingkai penuh
dengan cake. Pencucian masuk melalui saluran kiri atas ke setiap pelat
menuju cake ganda di antara bingkai pada sisi lain pelat ini dan keluar
melalui saluran kanan bawah pada pelat pengganti (satu tombol). Selama
pencucian keran pada filtrat pada keluaran dan masukan pencucian
tertutup. Penekan pelat dan bingkai sangat luas digunakan khususnya
ketika cake sangat berharga dan ukurannya sangat kecil. Filter yang
kontinyu menggantikan penekan pelat dan bingkai untuk banyak operasi
berskala besar.
3. Batch Leaf Filter
Filter daun mirip dengan filter pelat dan bingkai, di bagian dalamnya
cake disimpan pada setiap sisi daun dan filtrat mengalir keluar melalui
saluran dari saringan pembuangan air yang kasar pada daun di antara
cake, daun-daun tersebut dibenamkan ke dalam suspensi.
Filter daun tetap (tipe Sweetland), Filter daun berotasi (tipe Vallez)
dimana cake lebih seragam, Filter Kelly dalam posisi terbuka. Filter
tertutup dan kran masukan terbuka sehingga suspensi dapat masuk ke
selongsong dengan udara yang dipindahkan dari ventilasi ke selongsong
atas bagian belakang. Ventilasi dapat tertutup atau dibiarkan terbuka
setelah selongsong penuh. Jika kran dibiarkan terbuka, maka kran akan
membatasi aliran berlebih dan akan mengembalikan umpan yang
berlebih ke tangki pengumpan sehingga dapat memberikan sirkulasi yang
lebih baik antara filter daun dan untuk menjaga partikel-partikel besar
dari pengendapan filtrasi dilanjutkan sampai ketebalan yang diinginkan
tercapai atau filtrasi rata-rata turun secara tajam.
Umpan didiamkan sebentar, saluran keluaran terbuka kemudian slurry
dialirkan. Tekanan udara rendah dialirkan ke dalam tangki untuk
menambahkan solution berlebih. Adanya perbedaan tekanan akan
membantu menjaga cake di dalam melawan filter kain. Setelah filter
kosong, tutup dapat dibersihkan atau dialiri udara berlebih untuk
mengeringkan cake lebih dulu. Untuk kelebihan fluida pencuci
dikeringkan pada akhir pencucian dengan cara sama seperti pada
kelebihan slurry dan cake dialiri dengan udara. Tutup dibuka dan cake
dibuang bertekanan udara. Contoh : pembuatan Mg dari air laut.
4. Filter Press
Suatu mesin pres bersaringan berisi satu set plat yang didesain
untuk menyediakan serangkaian ruang atau kompartemen yang
didalamnya padatan dikumpulkan. Plat-plat tersebut dilingkupi
medium penyaring seperti kanvas. Lumpur dapat mencapai tiap-tiap
kompartemen dengan tekanan tertentu : cairan melalui kanvas dan
keluar ke pipa pembuangan, meninggalkan padatan dibelakangnya.
Plat dari suatu mesin pres bersaringan dapat berbentuk persegi atau
lingkaran, vertikal atau horizontal. Kebanyakan kompartemen padatan
dibentuk dengan cetakan plat berbahan polipropelina. Dalam desain
lain, kompertemen tersebut dibentuk di dalam cetakan plat
berbingkai (plate-and-frame press), yang didalamnya terdapat plat
persegi panjang yang pada satu sisi dapat diubah-ubah. Pengoperasiannya
sebagai berikut :
a. Plat dan bingkai dipasang pada posisi vertikal dalam rak logam,
dengan kain melingkupi permukaan setiap plat,dan ditekan dengan
keras bersama dengan memutar skrup hidrolik.
b. Lumpur memasuki suatu sisi akhir dari rangkaian plat dan bingkai.
c. Lumpur mengalir sepanjang jalur pada satu sudut rangkaian
tersebut.
d. Jalur tambahan mengalirkan lumpur dan jalur utama ke dalam
setiap bingkai.
e. Padatan akan terendapkan di atas kain yang menutupi
permukaan plat.
f. Cairan menembus kain, menuruni jalur pada permukaan plat
(corrugation), dan keluar dari mesin press.
g. Setelah merangkai mesin press, lumpur dimasukkan dengan pompa
atau tangki bertekanan pada tekanan 3 s.d. 10 atm.
2.4 KRISTALISASI
A. Pengertian Kristalisasi
Kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair,
di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut(solute)
dari cairan larutan ke fase kristal padat. Pemisahan secara kristalisasi dilakukan
untuk memisahkan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan
pelarutnya. Zat padat tersebut dalam keadaan lewat jenuh akan bentuk kristal.
Kristal kristal dapat terbentuk bila uap dari partikel yang sedang mengalami
sublimasi menjadi dingin. Selama proses kristalisasi, hanya partikel murni yang
akan mengkristal.
Pemisahan dengan teknik kristalisasi ini, didasari atas pelepasan pelarut
dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga
terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik
pemisahan padat-cair yang sangat penting dalam industri, karena dapat
menghasilkan kemurnian produk hingga 100%.
B. Klasifikasi Kristalisasi
Kristalisasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
1. Kristalisasi penguapan
Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan
terhadap panas dan titik bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut.
2. Kristalisasi pendinginan.
Kristalisasi pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan larutan.
Pada saat suhu larutan turun, komponen zat yang memiliki titik beku
lebih tinggi akan membeku terlebih dahulu, sementara zat lain masih
larut sehingga keduanya dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Zat
lain akan turun bersama pelarut sebagai filtrat, sedangkan zat padat tetap
tinggal di atas saringan sebagai residu.
3. Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabungan dari dua metode diatas. Larutan panas
yang Jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan.
Sebagian pelarut menguap, panas penguapan diambil dari larutan itu
sendiri, sehingga larutan menjadi dingin dan lewat jenuh. Metode ini
disebut kristalisasi vakum.
4. Penambahan bahan (zat) lain.
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan
suatu garam. Garam ini larut lebih baik daripada bahan padat yang
dinginkan sehinga terjadi desakan dan membuat bahan padat menjadi
terkristalisasi.
Pembentukan kristal dapat juga terjadi bila suatu larutan telah melampaui
titik jenuhnya. Titik jenuh larutan adalah suatu titik ketika penambahan partikel
terlarut sudah tidak dapat menyebabkan partikel tersebut melarut, sehingga
terbentuk larutan jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung jumlah
maksimum partikel terlarut pada suatu larutan pada suhu tertentu. Contohnya
adalah NaCl ketika mencapai titik jenuh maka akan terbentuk kristal.
Berkurangnya air karena penguapan, menyebabkan larutan melewati titik jenuh
dan mempercepat terbentuknya kristal.
C. Mekanisme Pembentukan Kristal
1. Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat
terbentuk secara cara memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat
kristalisasi atau dengan menambahkan benih kristal ke dalam larutan
lewat jenuh.
2. Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :
a. Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di
kristalisasikan) dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara
difusi. Proses ini berlangsung semakin cepat jika derajat lewat jenuh
dalam larutan semakin besar.
b. Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin
luas total permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di
tempatkan pada kisi kristal persatuan waktu.
D. Syarat-Syarat Kristalisasi
1. Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu
tertentu, sehingga kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut
telah seimbang zat terlarut atau jika larutan tidak dapat lagi melarutkan
zat terlarut, artinya konsentrasinya telah maksimal jika larutan jenuh
suatu zat padat didinginkan perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan
mengkristal, dalam arti diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh
2. Larutan harus homogeny
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun
didiamkan dalam waktu lama.
3. Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara drastis atau kenaikan suhu secara dratis
tergantung dari bentuk kristal yang didinginkan.
E. Jenis-Jenis Crystallizer (Kristallisator)
Alat-alat kristalisasi disebut juga Crystallizer atau Kristallisator. Alat-alat
ini digunakan dalam proses kristalisasi terutama dalam skala industri, alat-alat
yang digunakan dalam proses kristalisasi sangat beragam. Hal ini disebabkan
oleh sifat-sifat bahan dan kondisi pertumbuhan kristal yang sangat bervariasi.
Disamping itu juga karena kristallisasi dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda-
beda (pemisahan bahan, pemurnian bahan, pemberian bentuk).
1. Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma
a. Forced Circulating Liquid Evaporator Crystallizer
Kristaliser jenis ini mengkombinasikan antara pendinginan dan evaporasi
untuk mencapai kondisi supersaturasi (larutan lewat jenuh).
Umpan berupa larutan induk terlebih dahulu dilewatkan melalui
sebuah Heat Exchangers untuk dipanaskan. Heat exchangers tersebut
berada didalam evaporator. Didalam evaporator terjadi flash evaporation
yaitu: terjadi pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi
peningkatan kosentrasi zat terlarut. Dimana pada saat itu juga, keadaan
zat terlarut sudah lewat jenuh atau supersaturasi. Larutan yang sudah
berada pada keadaan lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan
crystallizer untuk diperoleh padatan berupa kristal. Dimana pada badan
crystallizer terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan
pertumbuhan kristal. Produk kristal dapat diambil sebagai hasil pada
bagian bawah crystallizer, namun tidak semua proses berjalan sempurna
atau dengan kata lain tidak semua cairan induk berubah menjadi padatan
kristal. Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa sirkulasi
(circulating pipe) atau proses recycle hasil kristaliasi.
Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih
belum padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta
adanya Heat Exchangers dapat membuat kenaikan titik didih yang
sempurna. Kenaikan titik didih pada Heat Exchangers pada Evaporator
untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh berkisar antara 3 –
100F untuk sekali lewat. Bila kenaikan titid didih yang diharapkan untuk
mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai, maka dapat digunakan
beberapa evaporator untuk menaikan titik didih, dimana kosentrasi zat
terlarut akan meningkat juga. Karena mengalir secara paksa
menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi, sehingga akan
mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada crystallizer tidak
tetap atau naik turun. Umumnya crystallizer jenis ini dibangun dengan
diameter 2 feet atau pada skala industri sekitar 4 feet atau lebih.
b. Draft Tube Baffle (DTB) Cyrstallizer
Draft tube baffle (DTB) crystallizers atau plat buang/tabung isap
kristalisasi merupakan salah satu dari beberapa jenis alat kristalisator
yang didasarkan pada pemisahan debu/uap dari bahan melalui fase lewat
- jenuh yang ditingkatkan sehingga diperoleh kristal – kristal yang besar.
Alat ini dilengkapi dengan tabung junjut fungsi sekat untuk
mengendalikan sirkulasi magma dan dilengkapi pula oleh alat penggerak
(argitator).
Proses kerja Draft Tube Baffle (DTB) Crystallizers dapat dibedakan
menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah proses kristalisasi dan bagian
kedua adalah proses klarifikasi. Pada bagian kristalisasi, bahan sample
dan cairan induk (mother liquid) dimasukkan kedalam tangki DTB
Crystallizers melalui sebuah pipa Superheated Solution From Hearter and
Recirculation Pump, komponen ini akan mendorong bahan naik ke atas
dalam Draft Tube (suatu tabung isap). Didalam tabung isap bahan akan
tercampur dan mengalami sirkulasi dengan bantuan Agitator
(pemutar/pengaduk) yang berada di dalam tangki bagian bawah, Kedua
bahan ini akan membentuk magma melalui fase lewat-jenuh yang
ditingkatkan. Magma yang terbentuk akan mengalami perubahan density
sehingga uap yang terkandung di dalamnya akan terlepas kepermukaan
magma menuju ke Vapors Separation (pemisahan uap).
Magma yang mengalami perubahan density akan mengalami proses
nukleasi (pembentukan inti kristal), kristal yang terbentuk akibat proses
nukleasi akan mengendap ke dasar larutan dan sebagian akan naik ke
permukaan. Kristal yang mengendap akan mengalami pemisahan antara
kristal halus dan kristal kasar pada settling zone (zonapenyelesaian),
dimana sebagian Kristal akan dikeluarkan dari dasar tangki dan
selebihnya dijadikan umpan bersama cairan induk untuk melakukan
proses sirkulasi guna melarutkan partikel-partikel halus yang masih
mengendap. Pada bagian klarifikasi akan terjadi pemisahan pada bentuk
kristal, Kristal yang sesuai dengan keinginan akan diambil dan kristal
yang belum sesuai (ukurannya besar/kasar) akan dikembalikan ke zona
kristalisasi untuk proses lebih lanjut.Dengan menggunakan alat Draft
Tube Baffle (DTB) Crystallizers dapat diperoleh produk :
- Natrium Karbonat (Sodium Carbonate)
- Sodium Sulfat (Sodium Sulfate)
- Natrium Nitrat (Sodium Nitrate)
- Tembaga Sulfat (Copper Sulfate)
- Sodium Sulfit (Sodium Sulfite)
- Kalsium Klorida (Calcium Chloride)
- Amonium Sulfat (Ammonium Sulfate)
- Kalium Klorida (Potassium Chloride)
Adapun Keuntungan menggunakan Draft Tube Baffle (DTB)
Crystallizers antara lain :
- Mampu memproduksi kristal – kristal dalam bentuk tunggal.
- Siklus operasionalnya lebih panjang.
- Biaya operasi lebih rendah.
- Kebutuhan ruang minimum
- Instrument dapat dikendalikan dengan mudah
- Kesederhanaan operasi, memulai dan penyelesaian.
c. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer
Crystallizer jenis ini menggunkan prinsip sirkulasi cairan atau larutan
induk, dimana umpan maupun hasil kristaliasi akan masuk
kedalam Sheell and Tube Heat Exchangers untuk didinginkan. Perbedaan
dengan jenis crystallizer lainnya ialah karena pada saat
dibadan crystallizer terbentuk campuran kristal dan cairan induk, maka
akan terjadi tumbukan antara cairan dengan kristal sehingga suhu
campuran akan meningkat, untuk mendinginkannya diperlukan medium
pendingin. Crystallizer ini mneggunakan prinsip pendinginan, karena
kristalisasi dapat terjadi melalui pembekuan (solidification).
Umpan dan recylce kristalisasi bersama-sama masuk kedalam medium
pendingin. Namun ada kelemahannya yaitu, panjang untuk pertukaran
panas pada HE dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi sangat di
perhitungkan, sebab jika terjadi kesalahan penurunan suhu untuk dapat
melakukan kristalisasi pada proses pendinginan tidak berlangsung secara
optimal. Oleh karena itu, pompa untuk sirkuasi sangat dikontrol dengan
baik, karena pompa itulah yang menciptakan laju alir disamping bukaan
valve. Adanya pompa menyebabkan cairan induk akan mengalir secara
turbulen baik didalam HE maupun didalam badan Crystalizer, maka akan
terjadi sering tumbukan untuk menghasilkan kristal, dimana terdapat
sekat antara saluran Head HE dengan ujung keluaran cairan induk. Bila
kristal sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah lewat jenuh, maka
kristal akan turun karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa
jenis. Kristal dariCrystallizer jenis ini berukuran besar antara 30 – 100
mesh.
d. OSLO Evaporative Crystallizer
Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang
mulai terbentuk padachamber of suspension. Dimana terdapat HE
eksternal yang bertujuan untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu
supersaturasinya.Umpan masuk pada G, karena dipompa umpan akan
bergerak secara paksa, masuk kedalam evaporator yang terdapat HE,
cairan umpan tersebut masuk kedalam B. Sebelum masuk ke B, pada
bagian A cairan induk yang panas akan bercampur dengan panas
penguapan pada bagian B. Laju penguapan tersebut harus dikontrol
antara kerja pompa untuk mengalirkan cairan induk dengan perubahan
panas campuran tersebut. Pada bagian B terjadi proses pencampuran
antara keadaan supersaturasi dengan kedaan penguapan, maka sering
timbul scale atau kerak garam, sehingga akan mengganggu proses
sirkulasi dari aliran tersebut. Sering kali diberikan bibit kristal pada bibit
kristal untuk mempercepat pembentukan kristal-kristal yang diharapkan.
e. OSLO Surface Cooled Crystallizer
Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja
cairan induk didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk ke
dalam crystallizer. Lainnya sama dengan jenis crystallizer OSLO EC.
f. Crystal Vacum Crystallizer
Prinsip kerja dari Crytallizer jenis ini adalah : Feed dicampur dengan
cairan yang direcycle dipompa keruang penguap untuk diuapkan secara
adiabatic sehingga terjadilarutan lewat jenuh. Larutan tersebut mengalir
melalui pipa ketangki kristalisasi sehingga terbentuk kristal di dalam
tangki kristalisasi, kemudian kristal dikeluarkan melalui dischargenya
dancairannya direcycle.
Dengan alat ini ukuran kristal yang diinginkan dapat diatur dengan
mengatur kecepatan pompa sirkulasi. Kalau sirkulasinyalambat maka
kristal yang kecil-kecil pun akan larut mengendap.
g. Circulating Magma Vacuum Crystallizer
Pada tipe kristaliser ini, baik kristal ataupun larutan di sirkulasi diluar
badan kristal. Setelah dipanaskan larutan akan dialirkan ke badan
kristaliser.Kondisi vakum menjadi penyebab menguapnya pelarut,
sehingga menjadi lewat jenuh dan dihasilakan kristal.
2. Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma
a. Jacketed Pipe Scraped Crystallizer
Crystallizer jenis ini berbentuk balok yang panjang, dimana didalamnya
terdapat piringan yang berlekuk-lekuk yang dapat berputar karena adanya
poros pada ujungnya. Alat ini mumnya dibuat dari dengan pipa dalam 6 –
12 inchi sebagai diameter dan panjangnya sekitar 20 – 40 feet, yang
disusun seri dalam sambungan dengan 3 buah atau lebih. Piringan yang
berlekuk tersebut dinamakan dengan Scraper Blades yang berputar
dengan kecepatan 15 sampai 30 rpm. Suhu operasi yang dapat dijalankan
sekitar -75 sampai 1000F dan dapat juga digunakan pada cairan yang
memiliki viskositas lebih dari 10000 cp.
Prinsip kerjanya ialah plug flow, dimana cairan induk masuk dari bagian
atas samping kanan, lama kelamaan akan membentuk kristal didalam
pipa tersebut dan kristal akan mengendap dibawah dan menempel
didinding pipa, yang nantinya scaper blades akan mengambil kristal-
kristal tersebut. Ukuran kristal yang dihasilkan akan seragam, umumnya
besar-besar.
b. Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil
Crystallizer jenis ini dapat divariasikan terutama pada bagian
badan crystallizer yang dapat digunakan pengaduk atau tanpa pengaduk.
Umumnya bila dilengkapi dengan pengaduk waktu yang diperlukan
untuk menghasilkan kristal akan lebih cepat bila dibandingkan dengan
tanpa pengaduk. Koefisien perpidaan panas yang terjadi sebesar 50 -200
Btu/hr ft2 0F, namun perbedaan temperature yang diperbolehkan untuk
mendapatkan keadaan lewat jenuh ialah sebesar 5 – 100F.
Jenis crystallizer ini termasuk jenis yang batch, artinya tidak ada aliran
yang keluar setiap waktunya. Tangki crystallizer diisi, lalu diambil
hasilnya pada waktu tertentu. Jenis ini dapat digunakan untuk proses
yang continous dengan dilengkapi pengaduk. Umumnya jenis ini
memiliki tutup yang berbentuk torispherical, dimana umpan atau cairan
induk masuk dari atas dan masuk kedalam tangki untuk didinginkan.
Medium pendingin digunakan koil yang berada didalam
tangki crystallizer tersebut, sehingga efisiensi perpindahan panas cukup
tinggi. Karena kontak antar cairan dengan medium pendingin cukup luas.
Disamping itu, bila digunakan pengaduk pembentuk kristal terutama
pada secondary nucleation akan lebih besar bila dibandingkan dengan
tanpa pengaduk.
c. Direct Contact Refrigeration Crystallizer
Umumnya bila kita ingin menciptakan permukaan yang dingin atau
cukup dingin pada sebuah HE agak sulit karena perbedaan temperaturnya
harus sangat kecil (dibawah 30F), sehingga HE didesain dengan sebaik-
baiknya terutama luas permukaannya yang dapat memindahkan sejumlah
panas yang kita inginkan. Apalagi bila cairannya cukup kental, agak sulit
untuk mencipatkan perbedaan suhu yang sangat kecil tersebut. Untuk
mengatasinya dapat digunakan bahan pendingin yaitu
zat refrigerant seperti pada beberapa aplikasi pendinginan air laut
menjadi es pada suhu yang rendah yang menggunakan refrigerant.
Prinsip kerja dari crystallizer jenis ini ialah dengan adanya pendinginan
dari refrigerant yang digunakan. Dimana umpan berupa cairan induk
dimasukkan kebadan crystallizer dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu
yang refrigerant (suhu cair refrigerant minus). Karena titik didih
dari refrigerantsangat kecil atau jauh dibawah suhu cairan induk, maka
ada perpindahan panas dari cairan induk menuju refrigerant, dimana
akan mengakibatkan suhurefrigerant akan naik dan menguap untuk
mendinginkan cairan induk, sampai cairan induk berada pada keadaan
lewat jenuhnya. Penggunaan refrigerant ini medium pendingin sangatlah
efektif, karena apabila digunakan HE dengan media refrigerant sebagai
pendingin, perbedaan suhu yang dihasilkan akan sangat kecil. Contoh
dari jenis crystallizer ini pada proses pembuatan kristal Calcium
Chloride dengan refrigerant freon atau propane dan pembuatan kristal p-
xylenedengan refrigerant propane.
d. Twinned Crystallizer
Jenis crystallizer ini sebenarnya berbentuk tangki yang didalamnya
terdapat dua pengaduk yang dipisahkan oleh sekat atau baffle. Pada tiap
pengaduk terdapat medium pemanas dimana yang salah satunya berkerja
pada suhu saturasi, sedangkan satunya bekerja pada suhu supersaturasi
atau lewat jenuh. Namun bila suhu operasi pada crystallizer ini sama
pada kedua medium pemanas, umumnya akan didapatkan keseragaan
ukuran. Tetapi waktu yang diperlukan akan lebih lama, walaupun
terdapat dua pengaduk dalam satu tangki tersebut.
Sesuai dengan namanya bahwa seolah-olah terdapat dua macam
jenis crystallizer yang beroperasi pada suhu yang berbeda namun dalam
satu tangkicrystallizer (pada gambar diatas). Terlihat bahwa umpan
masuk dari sebelah kanan atas, karena adanya pergerakan pengaduk,
cairan induk bersikulasi dan juga disebabkan karena adanya sekat antara
kedua pengaduk tersebut. Bila kita melihat jenis alirannya, sudah pasti
cukup turbulen, sebab cairan bersikulasi cukup panjang di
dalam crystallizer tersebut.
Semakin cepat gerakan pengaduk dan semakin tinggi perbedaan suhu
yang ditukarkan, maka semakin cepat dan baik kristal yang didapatkan.
Produk berupa kristal dapat diambil pada bagian bawah crystallizer,
karena kristal akan jatuh atau mengendap dibawah adanya gayagravitasi
dan perbedaan massa jenis.
e. APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer
Umumnya crystallizer jenis ini digunakan untuk mendapatkan butiran-
butiran atau kristal yang cukup kecil, biasanya kurang dari 0.5 mm.
Prinsip kerjanya hampir sama dengan crystallizer yang lain, yaitu umpan
masuk dengan pompa, lalu melewati sebuah evaporator yang didalamnya
terdapat HE. Pada saat cairan induk berada pada keadaan supersaturasi
atau lewat jenuh, maka akan terbentuk kristal-kristal halus, kristal
tersebut ditampung pada salt box, cairan induk yang belum lewat jenuh
dikeluarkan, sedangkan yang berupa kristal dikelurkan produk.
Contohnya pada pembuatan kristal NaCl (garam), Na2SO4, Citric Acid.
2.5 ABSORBSI
A. Pengertian Absorpsi
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti
dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh
gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan
kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan
kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Karena itu absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.
B. Fungsi
Meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya
Meningkatkan nilai guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya.Contoh :
1. Formalin yang berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat
dihasilkan melalui proses absorbsi. Teknologi proses pembuatan formalin
Formaldehid sebagai gas input dimasukkan ke dalam reaktor. Output dari
reaktor yang berupa gas yang mempunyai suhu 1820C didinginkan pada
kondensor hingga suhu 55 0C, dimasukkan ke dalam absorber.Keluaran dari
absorber pada tingkat I mengandung larutan formalin dengan kadar
formaldehid sekitar 37 – 40%. Bagian terbesar dari metanol, air, dan
formaldehid dikondensasi di bawah air pendingin bagian dari menara, dan
hampir semua removal dari sisa metanol dan formaldehid dari gas terjadi
dibagian atas absorber dengan counter current contact dengan air proses.
2. Pembuatan asam nitrat (absorpsi NO dan NO2). Proses pembuatan asam
nitrat Tahap akhir dari proses pembuatan asam nitrat berlangsung dalam
kolom absorpsi. Pada setiap tingkat kolom terjadi reaksi oksidasi NO menjadi
NO2 dan reaksi absorpsi NO2 oleh air menjadi asam nitrat. Kolom absorpsi
mempunyai empat fluks masuk dan dua fluks keluar. Empat fluks masuk
yaitu air umpan absorber, udara pemutih, gas proses, dan asam lemah. Dua
fluks keluar yaitu asam nitrat produk dan gas buang. Kolom absorpsi
dirancang untuk menghasilkan asam nitrat dengan konsentrasi 60 % berat dan
kandungan NOx gas buang tidak lebih dari 200 ppm.
C. Adsorben
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan
diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia.Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar
mungkin (kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air
(untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan
cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan
asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
D. Kolom absorbsi
Kolom absorbsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.
Struktur dalam absorber :
1. Bagian atas: Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
2. Bagian tengah: Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh
sehingga mudah untuk diabsorbsi
3. Bagian bawah: Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.
Kolom absorbsi adalah sebuah kolom, dimana ada zat yang berbeda fase
mengalir berlawanan arah yang dapat menyebabkan komponen kimia ditransfer
dari satu fase cairan ke fase lainnya, terjadi hampir pada setiap reaktor kimia.
Proses ini dapat berupa absorpsi gas, destilasi,pelarutan yang terjadi pada semua
reaksi kimia.
Campuran gas yang merupakan keluaran dari reaktor diumpankan
kebawah menara absorber. Didalam absorber terjadi kontak antar dua fasa yaitu
fasa gas dan fasa cair mengakibatkan perpindahan massa difusional dalam umpan
gas dari bawah menara ke dalam pelarut air sprayer yang diumpankan dari bagian
atas menara. Peristiwa absorbsi ini terjadi pada sebuah kolom yang berisi packing
dengan dua tingkat. Keluaran dari absorber pada tingkat I mengandung larutan
dari gas yang dimasukkan.
E. Proses Pengolahan Kembali Pelarut Dalam Proses Kolom Absorber
1. Konfigurasi reaktor akan berbeda dan disesuaikan dengan sifat alami dari
pelarut yang digunakan.
Contoh : Cairan absorber yang akan didaur ulang masuk kedalam kolom
pengolahan dari bagian atasnya dan akan dicampur /dikontakan dengan
stripping vapor. Gas ini bisa uap atau gas mulia, dengan kondisi
termodinamika yang telah disesuaikan.dengan pelarut yang terpolusi.
Absorber yang bersih lalu digunakan kembali di absorpsi kolom.
2. Aspek Thermodynamic (suhu dekomposisi dari pelarut),Volalitas pelarut,dan
aspek kimia/fisika seperti korosivitas, viskositas,toxisitas, juga termasuk
biaya, semuanya akan diperhitungkan ketika memilih pelarut untuk spesifik
sesuai dengan proses yang akan dilakukan.
Contoh : Absorber yang akan didaur ulang masuk ke kolom pemanasan
stripping column.The stripping vapor dibuat dari cairan pelarut itu
sendiri.Bagian yang telah didaur ulang lalu digunakan lagi untuk menjadi
absorber.
3. Ketika volalitas pelarut sangat rendah, contohnya pelarut tidak muncul pada
aliran gas, proses untuk meregenerasinya cukup sederhana yakni dengan
memanaskannya.
Contoh : Sebuah kolom destilasi juga dapat digunakan untuk mendaur ulang.
Absorber yang terpolusi dilewatkan kedalam destilasi kolom. Dibawahnya,
pelarut dikumpulkan dan dikirim kembali ke absorber.
2.6 ADSORBSI
A. Pengertian Adsorbsi Adsorpsi adalah proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair,
bahan yang akan dipisahkan ditarik oleh permukaan zat padat yang menyerap
(adsorben). Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap ditempatkan ke suatu
hamparan tetap dan fluida kemudian dialirkan melalui hamparan tetap tersebut
sampai zat padat itu mendekati jenuh dan pemisahan yang dikehendaki tidak
dapat berlangsung lagi. Kebanyakan zat pengadsorpsi adalah adsorben. Bahan–
bahan yang berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-
dinding pori. Pemisahan terjadi karena perbedaan ibit molekul atau karena
perbedaan polaritas menyebabkan sebagian molekul melekat pada permukaan
itu lebih erat daripada molekul-molekul lainnya. Adsorben adalah substansi yang
terjerat / substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya. Adsorban adalah media
penyerap dalam hal ini berupa senyawa karbon.
B. Teori Adsorbsi
Permukaan padatan yang kontak dengan suatu larutan cenderung untuk
menghimpun lapisan dari molekul-molekul zat yang terlarut pada pemukaannya
akibat ketidakseimbangan gaya-gaya pada permukaan. Adsorbsi kimia
menghasilkan pembentukan lapisan monomolekuler adsorbat pada permukaan
melalui gaya-gaya dan valensi dari sisa dari molekul-molekul pada permukaan.
Laju adsorbsi keseluruhan dikendalikan oleh kecepatan difusi dari molekul-
molekul zat terlarut dalam pori-pori kapiler. Berdasarkan interaksi molekular
antara permukaan adsorben dengan adsorbat, adsorpsi dibagi menjadi dua bagian,
yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia.
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi bila gaya intermolekular lebih besar dari gaya
tarik antar molekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah antara
adsorbat dengan permukaan adsorben, gaya ini disebut gaya Van der
Waals, sehingga adsorbat dapat bergerak dari satu bagian permukaan ke
bagian permukaan lain dari adsorben. Adsorpsi ini berlangsung cepat,
dapat membentuk lapisan jamak (multilayer), dan dapat bereaksi balik
(reversible), karena energi yang dibutuhkan relatif rendah. Energi
aktivasi untuk terjadinya adsorpsi fisika biasanya adalah tidak lebih dari
1 kkal/gr-mol, sehingga gaya yang terjadi pada adsorpsi fisika termasuk
lemah. Adsorpsi fisika dapat berlangsung di bawah temperatur kritis
adsorbat yang relatif rendah sehingga panas adsorpsi yang dilepaskan
juga rendah yaitu sekitar 5 ± 10 kkal/gr-mol gas, lebih rendah dari panas
adsorpsi kimia.
2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara molekul-molekul
adsorbat dengan adsorben dimana terbentuk ikatan kovalen dengan ion.
Gaya ikat adsorpsi ini bervariasi tergantung pada zat yang bereaksi.
Adsorpsi jenis ini bersifat tidak reversible dan hanya dapat membentuk
lapisan tunggal (monolayer). Umumnya terjadi pada temperatur tinggi di
atas temperatur kritis adsorbat, sehingga panas adsorpsi yang dilepaskan
juga tinggi, yaitu sekitar 10-100 kkal/gr-mol. Untuk dapat terjadinya
peristiwa desorpsi dibutuhkan energi lebih tinggi.
C. Tahapan proses adsorbsi
1. Transfer molekul-molekul zat terlarut yang teradsorbsi menuju lapisan film
yang mengelilingi adsorben
2. Difusi zat terlarut yang teradsorbsi melalui lapisan film.
3. Difusi zat terlarut yang teradsorbsi melalui kapiler/ pori dalam adsorben.
4. Adsorbsi zat yang teradsorbsi pada dinding pori / permukaan adsorben.
D. Faktor – faktor Adsorbsi
1. Luas permukaan adsorben
Semakin luas adsorben, semakin banyak adsorben yang diserap,sehingga
proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semain kecil ukuran diameter partikel,
maka ssemakin luas permukaan adsorben.
2. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatan
adsorbsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm,
sedangkan ukuran partikel dalam bentuk serbuk adalah 20 mesh
3. Waktu kontak
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan
penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat
organik akan turun apabila kontak cukup dan waktu kontak biasanya sekitar
10-15 menit.
4. Distribusi ukuran pori
distribusi pori akan mempengaruhi ukuran molekul adsorbat yang akan
masuk ke dalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorbsi merupakan
bahan yang sangat berpori dan dan adsorbsi berlangsung terutama pada
dinding-dinding pori dalam partikel tersebut.
2.7 KROMATOGRAFI
A. Pengertian Kromtografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua
fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Bila fase
diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal istilah kromatografi penyerapan
(adsorption chromatography). Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini
disebut kromatografi pembagian (partition chromatography).
Berdasarkan fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi
dua golongan besar yaitu gas chromatography dan liquid chromatography.
Masing-masing golongan dapat dibagi lagi seperti yang telah disebutkan pada
definisi di atas.
1. Kromatografi Gas :
a. GLC (Gas Liquid Chromatography)
b. GSC (Gas Solid Chromatography)
2. Kromatogarafi Cair :
a. HPLC (High Performance Liguid Chromatography)
b. LLC (Liquid Liquid Chromatography)
c. PC (Paper Chromatography)
d. LSC (Liquid Solid Chromatography)
e. TLC (Thin Layer Chromatography)
f. Ion Excange
g. GP (Gel Permeation)
h. GF (Gel Filtration)
B. Jenis-jenis Kromatografi
1. Liquid Liquid Chromatography (LLC)
LLC adalah kromatografi pembagian dimana partisi terjadi antara fase gerak
dan fase diam yang kedua-duanya zat cair. Dalam hal ini fase diam tidak
boleh larut dalam fase gerak.
Umumnya sebagai fase diam digunakan air dan sebagai fase gerak adalah
pelarut organik. Misalnya pada kromatografi kertas, sebagai fase diam adalah
air yang terserap pada serat selulosa dari kertas.
2. Liquid Solid Chromatography (LSC)
LSC adalah kromatografi penyerapan. Sebagai adsorben digunakan silika gel,
alumina, penyaring molekul atau gelas berpori dipak dalam sebuah kolom
dimana komponen-komponen campuran dipisahkan dengan adanya fase
gerak. Kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis (TLC) merupakan
teknik pemisahan yang masuk golongan ini.
3. Ion-exchange chromatography
Teknik ini menggunakan zeolitas, resin organik atau anorganik sebagai
penukar ion. Senyawaan yang mempunyai ion-ion dengan afinitas yang
berbeda terhadap resin yang digunakan dapat dipisahkan. Analisa asam-asam
amino adalah yang umum dilakukan dengan cara ini. Contoh lain adalah
asam-asam nukleat dan analisis garam-garam anorganik.
4. Exclusion chromatography
Dalam teknik ini, gel nonionik berpori banyak dengan ukuran yang sama
digunakan untuk memisahkan campuran berdasarkan perbedaan ukuran
molekulnya (BM). Molekul-molekul yang kecil akan memasuki pori-pori
dari gel sedangkan molekul besar akan melewati sela-sela gel lebih cepat bila
dibandingkan dengan molekul yang melewati pori-porinya.
Jadi urutan elusi mula-mula adalah molekul yang lebih besar, molekul
sedang, dan terakhir molekul yang paling kecil. Bila sebagai penyaring
digunakan gel yang hidrofil (Sephadex) maka teknik ini disebut gel filtration
chromatography dan bila digunakan gel yang hidrofob (polystyrene-
divinylbenzene) disebut gel permeation chromatography.