pemilihan umum
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Pengertia Pemilihan Umum ( PEMILU )
Pada tanggl 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia telah mengumumkan
proklamasi kemerdekaan yang melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
( N K R I). Dalam pembukaan Undang – undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa
Negara Republik Indonesia adalah Negara yang Berkedaulatan Rakyat atau
Negara demokrasi ( Demokrasi berarti bahwa kekuasaan tertinggi terletak
ditangan rakyat ). Hal itu dipertegas lagi oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang
menyatakan, bahwa Kedaulatan adalah ditangan rakyat. Majelis itu terdiri dari
anggota – anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) ditambah dengan utusan –
utusan dari daerah – daerah dan wakil – wakil golongan fungsinil.
DPR yang anggota – anggotanya dipilih oleh rakyat dalam suatu waktu dan
menurut data tertentu. Tindakan melakukan pemilihan anggota – anggota badan
perwakilan oleh seluruh rakyat dalam suatu waktu dan menurut cara tertentu
itulah yang disebut dengan PEMILIHAN UMUM ( PEMILU ).
Pada hakekatnya Pemilihan Umum itu mengandung azas – azas sebagai
berikut :
a. Bebas
Setiap orang yang berhak tak dapat dipaksa untuk mempergunakan
haknya untuk memberikan suara. Ia dapat juga tidak menggunakan hak
pilihnya.
b. Umum
Setiap orang yang memenuhi syarat – syarat pemilihan umum boleh
memberikan suaranya. Tak ada perbedaan antara pria dan wanita, kaya
dan miskin, tua dan muda, berpangkat atau tidak berpangkat.
1
c. Rahasia
Pemberian suara dilakukan secara rahasia. Hal ini berarti bahwa tidak
seorangpun boleh mengetahui kepada siapa, partai atau golongan
apaseorang pemilih memberikan suaranya. Sifat rahasia itulah yang
menjamin kebebasan warganegara untuk memberikan suaranya.
2. Dasar hukum Pemilihan Umum di Indonesia
Sebelum lebih jauh membicarakan hal – hal pokok mengenai Pemilihan
Umum, kiranya perlulah terlebih dahulu diketahui dasar – dasar hokum yang
merupakan landasan mutlak perlunya Pemilihan Umum dilaksanakan dalam suatu
Negara Demokrasi. Dipandang dari segi ketatanegaraan Indonesia dasar – dasar
hukum bagi Pemilihan Umum di Negara Republik Indonesia adalah :
a. Negara Kesatuan sebagai bentuk Negara Indonesia dan Republik sebagai
bentuk pemerintahan. ( Pasal 1 ayat 1 UUD 1945)
b. Negara hukum sebagai sistim Pemerintahan Negara Indionesia.
c. Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indonesia.
d. Pancasila sebagai dasar Demokrasi Indonesia.
3. Sumber hukum Pamilihan Umum di Indonesia
Menurut UUD 1945 pasal 1 ayat 2, kedaulatan ada ditangan rakyat, dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dan majelis ini terdiri dari anggota – anggota
DPR ditambah dengan utusan – utusan dari daerah – daerah wakil golongan
fungsinil.
Dalam pasal 19 ayat 1 UUD 1945 dicantumkan, bahwa susunan DPR
ditetapkan dengan suatu Undang – undang yaitu, Undang – undang Pemilihan
anggota – anggota DPR dan Badan Permusyawaratan rakyat.
Adapun yang menjadi sumber hokum bagi Pemilihan Umum Indonesia
semenjak Proklamasi Kemerdekaan ialah :
2
1. Berdasarkan Undang – undang Dasar sementara 1950 ( UUDS 1950 ) :
a. Undang – undang No. 7 tahun 1953 tentang pemilihan anggota
konstituante dan anggota dewan perwakilan rakyat. Undang – undang
tahun 1953 yang disusun berdasarkan UUDS 1950 ini terdiri dari 16
bab dan 139 Pasal.
b. Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1954 menyelenggarakan undang –
undang Pemilihan Umum No.7 tahun 1953.
Berdasarkan Undang – undang No.7 tahun 1953 ini, maka pada
tanggal 21 september 1955 telah dilaksanakan Pemilihan Umum yang
pertama di Indonesia untuk memilih anggota – anggota DPR, sedang
pemilihan anggota – anggota Konstituante dilakukan pada tanggal 15
Desember 1955.
2. Berdasarkan UUD 1945 ( Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 )
a. Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966
Menurut ketetapan MPRS ini, Pemilihan Umum yang bersifat
langsung, umum, bebas dan rahasia diselenggarakan dengan pungutan
suara selambat – lambatnya pada tanggal 5 Juli 1968.
Selanjutnya ketetapan MPRS ini menegaskan, bahwa Undang –
undang pemilihan umum yang baru ( menggantikan undang – undang
No.7 tahun 1953 ) dan undang – undang susunan MPR, DPR, DPRD
harus sudah selesai diundangkan selambat – lambatnya dalam jangka
waktu 6 ( enam ) bulan sejak penetapan MPRS ini. Ditegaskan pula
bahwa susunan DPR dan DPRD terdiri dari Golongan Politik dan
Karya.
Akan tetapi ternyata DPRD dan Pemerintah tidak berhasil
menyusun undang – undang pemilihan umum dan undang – undang
susunan MPR, DPR, dan DPRD menurut waktu yang ditetapkan dalam
Ketetapan MPRS No.XI/MPRS/1966 ini, yakni selesai selambat –
3
lambatnya 6 ( enam ) bulan sejak ditetapkan ketetapan MPRS ini pada
tanggal 5 Juli 1966.
b. Ketetapan MPRS No. XLII/MPRS/1968
Isi ketetapan MPRS ini, pokoknya merobah ketetapan MPRS
No.XI/MPRS/1966 yang menegaskan “ Pemilihan Umum bersifat
langsung, umum, bebas dan rahasia diselenggarakan dengan pungutan
suara selambat – lambatnya pada 5 Juli 1971 ( Penangguhan waktu
penyelenggaraan Pemilihan Umum dari selambat – lambatnya 5 Juli
1958 menjadi selambat – lambatnya 5 Juli 1971 ).
Dalam ketetapan MPRS ini ditegaskan bahwa MPR hasil
Pemilihan Umum pada bulan Maret 1973 bersidang untuk:
a. Memilih Presiden dan Wakil Presiden
b. Menetapkan Garis – garis Besar Haluan Negara
c. Menetapkan Rencana Pola Pembangunan Lima Tahun ke II
c. Undang – undang No. 15 tahun 1969 tentang Pemilihan Umum
anggota – anggota Badan Permusyawaratan / Perwakilan Rakyat.
Undang – undang Pemilihan Umum tahun 1969 ini terdiri dari 14 bab
dan 37 pasal .
d. Undang – undang No. 16 Tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan
MPR, DPR,DPRD.
Undang – undang ini terdiri dari 7 bab dan 48 Pasal.
4. Partai Politik
Pengaturan tentang Partai Politik dan organisasi kemasyarakatan di
Indonesia, dibedakan satu sama lain. Partai Politik jelas diatur dalam Undang –
undang Nomor 31 tahun 2002 tentang Partai Politik yang menggantikan undang –
undang Nomor 2 tahun 1999 yang berlaku sebelumnya. Sedangkan organisasi
kemasyarakatan diatur dalam Undang – undang tentang organisasi
kemasyarakatan No. 8 tahun 1985.
4
Dalam undang – undang ini, organisasi kemasyarakatan diartikan sebagai
organisasi yang dibentuk oleh anggota warga masyarakat Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, untuk berperan
serta dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Persaingan politik menjadi konsep yang sangat penting sekarang ini.
Pemerintah Indonesia yang menganut system multipartai membuat satu partai
bersaing dengan partai lain.
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang
dimaksud adalah Permasalahan yang berkaitan dengan Isu Pemilu Tahun 2014
( Kampanye Hitam ).
1. Apa saja hal – hal yang berkaitan dengan Pemilu ?
2. Apakah contoh isu - isu Pemilu Tahun 2014 ?
3. Apa arti Pemilu Hitam ?
B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui permasalahan
yang berkaitan dengan Isu Pemilu Tahun 2014 ( Kampanye Hitam ).
C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan kita tentang Pemilu.
2. Mengetahui isu - isu Pemilu Tahun 2014.
3. Menambah wawasan kita tentang Pemilu Hitam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam terminology politik dan pemilu, ada yang disebut sebagai kampanye
hitam atau black campaign. Istilah ini bukan berarti kampanye yang dilakukan
malam hari, atau kampanye yang dilakukan oleh (maaf) orang berkulit hitam.
Black Campaign, memang istilah “prokem” atau istilah serapan dari bahasa asing
(Inggris). Sebelum kita mengetahui apa definisi dari istilah black campaign atau
kampanye hitam, secara sistematis kita harus mengetahui dahulu apa arti dari
kampanye.
Menurut Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang disebut sebagai kampanye adalah
kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi,
misi, dan program Peserta Pemilu. Jadi berdasarkan pada definisi diatas,
kampanye dalam perhelatan pemilu, apapun bentuk pemilu itu (Pemilu DPR,
DPD, DPRD, Presiden/Wapres, Bupati, Walikota, Kepala Desa, dan pemilihan
lain dalam konteks pemberian suara oleh masyarakat), harus dilakukan dengan
cara yang lurus, bersih dan terang.
Artinya, kampanye adalah sebuah propose to something. Kampanye adalah
suatu perilaku dari seorang calon atau dari orang-orang atau partai atau kelompok
yang mendukungnya, untuk meyakinkan orang-orang agar mau memilihnya,
dengan menunjukkan dan menawarkan atau menjanjikan apa yang akan diperbuat,
apa yang akan dilakukan, apa yang akan diperjuangkan, apabila orang-orang
memilih calon tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa definisi
kampanye menurut Undang-Undang 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 10 tahun
2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah sebuah definisi
yang positif.
6
Jika kemudian ada definisi yang positif, tentu harus ada definisi yang
negatif. Mari kita lihat dalam Pasal 84 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008
tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Didalam Pasal 84 tersebut terdapat
larangan terhadap kampanye pemilu yang tidak boleh dilakukan :
1. Kampanye tidak boleh mempersoalkan Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.
2. Kampanye tidak boleh dilakukan yang membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Kampanye tidak boleh dilakukan dengan cara menghina seseorang, ras,
suku, agama, golongan calon atau peserta pemilu yang lain.
4. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat.
5. Mengganggu ketertiban umum.
6. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota
masyarakat, dan/atau Peserta Pemilu yang lain.
7. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Peserta Pemilu.
8. Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat
pendidikan.
9. Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut lain selain
dari tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan.
10. Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta
kampanye.
Kesepuluh larangan kampanye tersebut itulah yang bisa dikategorikan
sebagai kampanye negatif. Larangan kampanye yang pertama dan kedua adalah
karena hal tersebut adalah bentuk kampanye yang inskonstitusional atau
melanggar UUD 1945. Larangan kampanye yang ketiga dan keempat inilah yang
disebut sebagai black campaign. Larangan kampanye yang kelima, keenam dan
ketujuh adalah karena hal tersebut adalah bentuk kampanye yang anarkhis dan
chaos atau yang rawan menimbulkan huru hara dan kerusuhan. Larangan
7
kampanye yang kedelapan dan kesembilan adalah karena hal tersebut adalah
bentuk kampanye terselubung. Larangan kampanye yang kesepuluh, adalah
karena hal tersebut adalah bentuk kampanye money politics atau kampanye
menggunakan kekuasaan uang.
Sehingga berdasarkan pada definisi Pasal 1 angka 26 dan Pasal 84 Undang-
Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, yang dimaksud black campaign adalah suatu model atau perilaku atau
cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina, memfitnah, mengadu
domba, menghasut atau menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang
calon atau sekelompok orang atau partai politik atau pendukung seorang calon
terhadap lawan atau calon lainnya.
Terhadap black campaign ini, maka Pasal 270 Undang-Undang Nomor 10
tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memberikan ancaman
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan, dan denda paling sedikit Rp. 6.000.000 (enam juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 24.000.000 (dua puluh empat juta rupiah).
Jelang pemilihan umum (Pemilu) 2014 potensi black campaign (kampanye
hitam) semakin memuncak. Oleh karena itu, KPU telah berkoordinasi dengan
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk mencegah dan menindak kampanye
hitam yang dianggap mencemari semangat pemilu itu sendiri.
KPU memang punya aturan melarang black campaign, tapi Bawaslu yang
bisa menetapkan, apakah yang dilakukan parpol atau seorang caleg itu kampanye
hitam atau tidak. Sanksi kampaye hitam akan sesuai dengan Undang-Undang
(UU) yang berlaku. Agar kampanye hitam yang selalu muncul di setiap Pemilu
kedepannya bisa berkurang, sehingga hajat lima tahunan tersebut bisa jauh dari
8
praktik-praktik kotor dari oknum. Sanksi yang bisa diberikan terhadap orang yang
terbukti melakukannya adalah sanksi administrasi berupa larangan kampanye.
Kampanye di Indonesia dikenal istilah kampanye hitam dan kampanye
negatif. Kampanye hitam, yaitu jenis kampanye yang menggunakan argumentasi
tak berdasar pada fakta dan realitas. Sedangkan, kampanye negatif adalah dimana
politisi menggunakan strategi menyerang dengan didasari fakta dan realitas.
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menyatakan aktivitas kampanye di
media sosial menjadi salah satu area pengawasan yang dilakukan Bawaslu.
Namun, diakui sangat sulit menindak pelanggaran kampanye terutama kampanye
hitam di media sosial.
Kampanye di medsos memang tidak diatur karena itu kan gratis. Itu
(kampanye) akan sulit mengontrolnya dengan menggunakan UU Pemilu. Dalam
UU Pemilu nomor 8 tahun 2012, sebenarnya diatur dalam Pasal 86 ayat 1 tentang
larangan dalam kampanye pemilu. Disebutkan pelaksana, peserta, dan petugas
kampanye pemilu dilarang menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan,
calon, dan/atau peserta pemilu yang lain.
Aturan tersebut bisa digunakan untuk mengawasi materi kampanye yang
kerap dipakai dalam media sosial. Meski begitu, Bawaslu akan menguatkan
pengawasan kampanye di medsos melalui kerja sama dengan Kementerian
Komunikasi dan Informasi. Hasil pengamatan sementara memperlihatkan upaya
kampanye hitam di medsos mulai meningkat.
Bawaslu akan melakukan kerja sama dan penandatanganan nota
kesepahaman dengan Kemkominfo. Dengan begitu, penindakan pelanggaran
kampanye di media social bisa memakai Undang - Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE).
Istilah kampanye hitam adalah terjemahan dari bahasa Inggris black
campaign yang bermakna berkampanye dengan cara buruk atau jahat. Buruk atau
9
jahat dalam pengertian merugikan orang lain atau lawan politik atau partai politik
(parpol) lain, sedangkan si empunya kampanye hitam itu berharap dirinya atau
partainya mendapatkan keuntungan. Ibarat peribahasa : mengeruhkan air,
berharap ikan muncul.
Secara umum bentuk kampanye hitam adalah menyebarkan keburukan atau
kejelekan seorang politikus dengan tujuan :
a. Menjatuhkan nama baik seorang politikus sehingga dia menjadi
tidak disenangi teman-teman separtainya, khalayak pendukungnya
dan masyarakat umum. Apabila teman-teman separtai tidak
menyenanginya, maka bisa berakibat yang bersangkutan
dikeluarkan dari partainya dan ini berarti karir politiknya di partai
tersebut hancur. Bahkan mungkin sulit untuk diterima di partai
yang lain. Apabila khalayak pendukung atau masyarakat luas tidak
menyenanginya, maka diharapkan yang bersangkutan gagal terpilih
dalam sebuah pencalonan.
b. Menjatuhkan nama baik seorang politikus dengan tujuan
menjatuhkan nama baik parpol tempat si politikus yang berkarir,
yang berefek kepada politikus-politikus lain di parpol tersebut atau
bahkan sekaligus menggagalkan calon presiden yang didukung
parpol tersebut (efek domino).
Cara-cara yang dipakai dalam berkampanye hitam adalah :
1. Menyebarkan kejelekan atau keburukan tentang seseorang politikus,
dengan cara memunculkan cerita buruk di masa lalunya, menyebarkan
cerita yang berhubungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung,
atau menyebarkan cerita bohong atau fitnah lainnya.
2. Untuk menguatkan cerita tersebut biasanya si penyebar cerita akan
menyertakan berupa bukti foto. Foto-foto tersebut bisa saja benar-benar
terjadi, bisa juga benar-benar terjadi tapi tidak terkait langsung dengan
10
permasalahan, namun si penyebar foto berharap asumsi masyarakat
terbentuk atau bisa juga foto tersebut hasil rekayasa / manifulasi dengan
bantuan teknologi komputer.
3. Yang lebih hebat lagi adalah apabila dimunculkan saksi hidup yang
bercerita perihal keburukan, atau pekerjaan jahat si politikus, baik di masa
lalu maupun yang masih belum lama terjadi.
Kampanye hitam bukanlah sebuah pilihan dalam berpolitik. Selain
mengandung unsur jahat dan melanggar norma, baik masyarakat atau pun agama,
kampanye hitam juga memberikan pendidikan politik yang jelek bagi masyarakat.
Upaya Menghalalkan segala cara yang melandasi dipilihnya bentuk kampanye
hitam menunjukkan masih buruknya moral dan keimanan seorang politikus yang
melakukan hal tersebut.
Eforia demokrasi di era reformasi ini tidaklah lantas merubah politikus-
politikus kita sebagai setan-setan politik dan dunia politik sebagai sarangnya
penjahat.
Boleh meniru demokrasi dan dunia politik di negara lain, tapi hendaknya
dengan bijaksana dan arif. Pilih yang baik-baiknya saja yang sesuai dengan
kepribadian bangsa dan tinggalkan yang buruk dan merusak. Ataukah politikus-
politikus kita ini memang sudah kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa ?
11
Berikut ini isu - isu tentang Pemilu 2014 yang berkaitan dengan kampanye
hitam, yang diambil dari Koran elektronik
1. Isu Pertama
Jumat, 21 Maret 2014 | 11:15
Foto dan Video ARB-Zalianty Bersaudara Beredar, Elite
Golkar: Itu Kampanye Hitam
Jakarta - Dunia maya pada Jumat (21/3) pagi ini digemparkan oleh video mirip
selebritas Marcella, Olivia Zalianty, politikus Golkar Aziz Syamsuddin dan Ketua
Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) yang beredar di situs layanan
berbagi video, Youtube.
Video yang berjudul Capres ARB Bersama artis Marcella Zalianty di Pulau
Maladewa ini berdurasi 3 menit 22 detik diunggah oleh akun DP News pada
Kamis (20/3) kemarin.
Beredarnya video dan foto-foto yang menunjukkan liburan bersama kakak-
beradik yang berprofesi artis, Marcela dan Olivia Zalianty, bersama elite Golkar,
dinilai sebagai kampanye hitam (black campaign).
Menurut salah satu petinggi Partai Golkar, Aziz Syamsuddin, tidak ada yang perlu
dipandang negatif dari foto dan video tersebut.
12
"Itu black campaign," kata Aziz saat dihubungi di Jakarta, Jumat (21/3).
Menurutnya, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) merupakan figur
orangtua bagi banyak pihak.
"Pak ARB itu kan dianggap sebagai orangtua oleh banyak orang, termasuk oleh
saya sendiri," katanya.
Dalam foto dan video tampak elite Golkar, Aburizal Bakrie dan Azis Syamsuddin,
berada di sebuah pesawat yang terlihat bersama Zalianty bersaudara. Disebut-
sebut, rombongan itu sedang berlibur ke Maladewa.
13
2. Isu Kedua
Gerindra Merasa Paling Banyak Diserang Kampanye Hitam
Jumat, 4 April 2014 | 09:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Badan Pemenangan Nasional Pemilu
Legislatif 2014 Partai Gerindra Moekhlas Sidik mengatakan, dalam masa
kampanye Pemilu Legislatif kali ini, Gerindra banyak mendapatkan serangan
kampanye hitam, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
"Banyak serangan yang kami dapatkan, terutama di media sosial, salah satunya
adalah akun Twitter yang mengatasnamakan Abraham Samad yang menyerang
Gerindra dan Prabowo Subianto," kata Moeklas, dalam keterangan tertulisnya di
Jakarta, Kamis (3/4/2014), seperti dikutip dari Antara.
Tak hanya itu, lanjut dia, Gerindra juga diserang di media sosial dari "pasukan
nasi bungkus" milik pihak lain. Menurut dia, Partai Gerindra menyadari bahwa
dalam perjuangan pasti ada rintangan, begitu juga dengan yang dihadapi Gerindra
pada masa mendekati pemilu ini.
14
"Banyak fitnah dan tudingan tidak berdasar yang ditujukan kepada kami yang bisa
dikategorikan sebagai kampanye hitam. Serangan yang diterima Gerindra
termasuk yang paling besar jika dibandingkan dengan partai politik lainnya,"
tuturnya.
Meski demikian, tambah dia, Gerindra tidak gentar terhadap berbagai serangan
tersebut. Pihaknya tetap optimistis akan meraih kemenangan dalam Pemilu
Legislatif dan Pemilihan Presiden. "Upaya-upaya pemenangan terus kami
jalankan agar dapat meraih hasil yang maksimal dalam pesta demokrasi ini," ucap
Moekhlas.
15
3. Isu Ketiga
Politisi PDIP: Puisi Petinggi Gerindra Kampanye Hitam
Rabu, 2 April 2014, 07:32
Hubungan Gerindra dan PDIP memanas. Serangan dilancarkan lewat puisi.
VIVAnews – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menyatakan tak akan
melayani serangan politik petinggi Gerindra lewat puisi atau sosial media. Wakil
Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, sebelumnya menyebarkan puisi berjudul
‘Menuju Indonesia Raya’ yang isinya seakan menyindir PDIP.
“Itu kampanye hitam. PDIP tidak akan balas menyerang kampanye hitam,” kata
politisi PDIP Eva Kusuma Sundari, Rabu 2 April 2014. PDIP pun tetap akan
fokus mengkampanyekan program-programnya yang dikemas dalam slogan
‘Indonesia Hebat.’
Eva berpendapat, puisi Fadli Zon seperti kisah lama Lekra, Lembaga Kebudayaan
Rakyat yang merupakan organisasi kebudayaan sayap kiri di Indonesia yang
16
dibentuk pemimpin Partai Komunis Indonesia. “Puisi semacam itu seperti
propaganda melalui seni oleh Lekra,” ujar Eva.
Anggota Komisi III DPR itu beranggapan, puisi-puisi Fadli Zon yang tendensius
tak akan berpengaruh kepada PDIP. “Karena peperangan yang sesungguhnya ada
di basis massa,” kata Eva.
Sementara itu Fadli Zon menyatakan, puisi-puisi yang ia buat tak secara khusus
dimaksudkan untuk menyindir partai tertentu. “Saya heran bila ada pihak yang
tersindir dengan puisi yang saya buat. Dalam puisi, kita berbicara tentang nilai,
bukan orang. Ini adalah politik yang lebih substansi,” ujar caleg DPR dari daerah
pemilihan Kabupaten Bogor itu.
Ia mempersilakan masyarakat menilai sendiri puisi-puisi yang ia tulis, apakah
secara substansi benar atau tidak. Berikut puisi Fadli Zon berjudul ‘Menuju
Indonesia Raya’ yang dinilai banyak orang menyerang secara terbuka slogan
kampanye PDIP ‘Indonesia Hebat’:
Indonesia tak akan hebat, kalau pemimpin tidak amanat.
Indonesia tak akan hebat, kalau koruptor semakin kuat.
Indonesia tak akan hebat, karena kau jual Indosat.
Indonesia tak akan hebat, kalau dirawat kaum khianat.
Indonesia tak akan hebat, karena rakyat belum berdaulat.
Indonesia akan bangkit, kalau pemimpin tidak sakit.
Indonesia akan makmur, kalau koruptor segera dikubur.
Indonesia akan jaya, kalau rakyat berkuasa.
Indonesia akan jadi macan Asia, dengan gerakan Indonesia Raya.
17
Untuk diketahui, hubungan PDIP dan Gerindra memanas paska Megawati
Soekarnoputri mencalonkan Joko Widodo sebagai presiden 2014. Menurut
Gerindra, PDIP melanggar Perjanjian Batu Tulis yang dibuat di Bogor pada 15
Mei 2009, di mana dalam butir ketujuh kesepakatan itu dicantumkan bahwa PDIP
akan mendukung pencalonan Prabowo sebagai presiden 2014.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan masalah – masalah diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Tindakan melakukan pemilihan anggota – anggota badan perwakilan oleh
seluruh rakyat dalam suatu waktu dan menurut cara tertentu itulah yang
disebut dengan PEMILIHAN UMUM ( PEMILU ).
2. Kampanye hitam merupakan salah satu penyebab ketegangan yang ada
pada saat penyelenggaraan pemilu.
3. Berdasarkan pada definisi Pasal 1 angka 26 dan Pasal 84 Undang-Undang
Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, yang dimaksud black campaign adalah suatu model atau
perilaku atau cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina,
memfitnah, mengadu domba, menghasut atau menyebarkan berita bohong
yang dilakukan oleh seorang calon atau sekelompok orang atau partai
politik atau pendukung seorang calon terhadap lawan atau calon lainnya.
4. Terhadap black campaign ini, maka Pasal 270 Undang-Undang Nomor 10
tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
memberikan ancaman pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dan denda paling sedikit Rp.
6.000.000 (enam juta rupiah) dan paling banyak Rp. 24.000.000 (dua
puluh empat juta rupiah).
19
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie Jimly . 2005 . Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik
dan Mahkamah Konstitusi . Jakarta . Konstitusi Press
Firmanzah . 2011 . Mengelola Partai Politik . Jakarta .Yayasan Pustaka Obor
Indonesia
http://dodynurandriyan.blogspot.com/2009/02/black-campaign.html
Kansil . 1974 . Inti Pengetahuan Pemilihan Umum . Jakarta . Pradnya Paramita
20