pemilihan umum

29
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Pengertia Pemilihan Umum ( PEMILU ) Pada tanggl 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia telah mengumumkan proklamasi kemerdekaan yang melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( N K R I). Dalam pembukaan Undang – undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara yang Berkedaulatan Rakyat atau Negara demokrasi ( Demokrasi berarti bahwa kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat ). Hal itu dipertegas lagi oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan, bahwa Kedaulatan adalah ditangan rakyat. Majelis itu terdiri dari anggota – anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) ditambah dengan utusan – utusan dari daerah – daerah dan wakil – wakil golongan fungsinil. DPR yang anggota – anggotanya dipilih oleh rakyat dalam suatu waktu dan menurut data tertentu. Tindakan melakukan pemilihan anggota – anggota badan perwakilan oleh seluruh rakyat dalam suatu waktu dan menurut cara tertentu itulah yang disebut dengan PEMILIHAN UMUM ( PEMILU ). 1

Upload: nitta-murtia-handayani

Post on 12-May-2017

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1. Pengertia Pemilihan Umum ( PEMILU )

Pada tanggl 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia telah mengumumkan

proklamasi kemerdekaan yang melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia

( N K R I). Dalam pembukaan Undang – undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa

Negara Republik Indonesia adalah Negara yang Berkedaulatan Rakyat atau

Negara demokrasi ( Demokrasi berarti bahwa kekuasaan tertinggi terletak

ditangan rakyat ). Hal itu dipertegas lagi oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang

menyatakan, bahwa Kedaulatan adalah ditangan rakyat. Majelis itu terdiri dari

anggota – anggota Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) ditambah dengan utusan –

utusan dari daerah – daerah dan wakil – wakil golongan fungsinil.

DPR yang anggota – anggotanya dipilih oleh rakyat dalam suatu waktu dan

menurut data tertentu. Tindakan melakukan pemilihan anggota – anggota badan

perwakilan oleh seluruh rakyat dalam suatu waktu dan menurut cara tertentu

itulah yang disebut dengan PEMILIHAN UMUM ( PEMILU ).

Pada hakekatnya Pemilihan Umum itu mengandung azas – azas sebagai

berikut :

a. Bebas

Setiap orang yang berhak tak dapat dipaksa untuk mempergunakan

haknya untuk memberikan suara. Ia dapat juga tidak menggunakan hak

pilihnya.

b. Umum

Setiap orang yang memenuhi syarat – syarat pemilihan umum boleh

memberikan suaranya. Tak ada perbedaan antara pria dan wanita, kaya

dan miskin, tua dan muda, berpangkat atau tidak berpangkat.

1

c. Rahasia

Pemberian suara dilakukan secara rahasia. Hal ini berarti bahwa tidak

seorangpun boleh mengetahui kepada siapa, partai atau golongan

apaseorang pemilih memberikan suaranya. Sifat rahasia itulah yang

menjamin kebebasan warganegara untuk memberikan suaranya.

2. Dasar hukum Pemilihan Umum di Indonesia

Sebelum lebih jauh membicarakan hal – hal pokok mengenai Pemilihan

Umum, kiranya perlulah terlebih dahulu diketahui dasar – dasar hokum yang

merupakan landasan mutlak perlunya Pemilihan Umum dilaksanakan dalam suatu

Negara Demokrasi. Dipandang dari segi ketatanegaraan Indonesia dasar – dasar

hukum bagi Pemilihan Umum di Negara Republik Indonesia adalah :

a. Negara Kesatuan sebagai bentuk Negara Indonesia dan Republik sebagai

bentuk pemerintahan. ( Pasal 1 ayat 1 UUD 1945)

b. Negara hukum sebagai sistim Pemerintahan Negara Indionesia.

c. Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indonesia.

d. Pancasila sebagai dasar Demokrasi Indonesia.

3. Sumber hukum Pamilihan Umum di Indonesia

Menurut UUD 1945 pasal 1 ayat 2, kedaulatan ada ditangan rakyat, dan

dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dan majelis ini terdiri dari anggota – anggota

DPR ditambah dengan utusan – utusan dari daerah – daerah wakil golongan

fungsinil.

Dalam pasal 19 ayat 1 UUD 1945 dicantumkan, bahwa susunan DPR

ditetapkan dengan suatu Undang – undang yaitu, Undang – undang Pemilihan

anggota – anggota DPR dan Badan Permusyawaratan rakyat.

Adapun yang menjadi sumber hokum bagi Pemilihan Umum Indonesia

semenjak Proklamasi Kemerdekaan ialah :

2

1. Berdasarkan Undang – undang Dasar sementara 1950 ( UUDS 1950 ) :

a. Undang – undang No. 7 tahun 1953 tentang pemilihan anggota

konstituante dan anggota dewan perwakilan rakyat. Undang – undang

tahun 1953 yang disusun berdasarkan UUDS 1950 ini terdiri dari 16

bab dan 139 Pasal.

b. Peraturan Pemerintah No.9 tahun 1954 menyelenggarakan undang –

undang Pemilihan Umum No.7 tahun 1953.

Berdasarkan Undang – undang No.7 tahun 1953 ini, maka pada

tanggal 21 september 1955 telah dilaksanakan Pemilihan Umum yang

pertama di Indonesia untuk memilih anggota – anggota DPR, sedang

pemilihan anggota – anggota Konstituante dilakukan pada tanggal 15

Desember 1955.

2. Berdasarkan UUD 1945 ( Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 )

a. Ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966

Menurut ketetapan MPRS ini, Pemilihan Umum yang bersifat

langsung, umum, bebas dan rahasia diselenggarakan dengan pungutan

suara selambat – lambatnya pada tanggal 5 Juli 1968.

Selanjutnya ketetapan MPRS ini menegaskan, bahwa Undang –

undang pemilihan umum yang baru ( menggantikan undang – undang

No.7 tahun 1953 ) dan undang – undang susunan MPR, DPR, DPRD

harus sudah selesai diundangkan selambat – lambatnya dalam jangka

waktu 6 ( enam ) bulan sejak penetapan MPRS ini. Ditegaskan pula

bahwa susunan DPR dan DPRD terdiri dari Golongan Politik dan

Karya.

Akan tetapi ternyata DPRD dan Pemerintah tidak berhasil

menyusun undang – undang pemilihan umum dan undang – undang

susunan MPR, DPR, dan DPRD menurut waktu yang ditetapkan dalam

Ketetapan MPRS No.XI/MPRS/1966 ini, yakni selesai selambat –

3

lambatnya 6 ( enam ) bulan sejak ditetapkan ketetapan MPRS ini pada

tanggal 5 Juli 1966.

b. Ketetapan MPRS No. XLII/MPRS/1968

Isi ketetapan MPRS ini, pokoknya merobah ketetapan MPRS

No.XI/MPRS/1966 yang menegaskan “ Pemilihan Umum bersifat

langsung, umum, bebas dan rahasia diselenggarakan dengan pungutan

suara selambat – lambatnya pada 5 Juli 1971 ( Penangguhan waktu

penyelenggaraan Pemilihan Umum dari selambat – lambatnya 5 Juli

1958 menjadi selambat – lambatnya 5 Juli 1971 ).

Dalam ketetapan MPRS ini ditegaskan bahwa MPR hasil

Pemilihan Umum pada bulan Maret 1973 bersidang untuk:

a. Memilih Presiden dan Wakil Presiden

b. Menetapkan Garis – garis Besar Haluan Negara

c. Menetapkan Rencana Pola Pembangunan Lima Tahun ke II

c. Undang – undang No. 15 tahun 1969 tentang Pemilihan Umum

anggota – anggota Badan Permusyawaratan / Perwakilan Rakyat.

Undang – undang Pemilihan Umum tahun 1969 ini terdiri dari 14 bab

dan 37 pasal .

d. Undang – undang No. 16 Tahun 1969 tentang susunan dan kedudukan

MPR, DPR,DPRD.

Undang – undang ini terdiri dari 7 bab dan 48 Pasal.

4. Partai Politik

Pengaturan tentang Partai Politik dan organisasi kemasyarakatan di

Indonesia, dibedakan satu sama lain. Partai Politik jelas diatur dalam Undang –

undang Nomor 31 tahun 2002 tentang Partai Politik yang menggantikan undang –

undang Nomor 2 tahun 1999 yang berlaku sebelumnya. Sedangkan organisasi

kemasyarakatan diatur dalam Undang – undang tentang organisasi

kemasyarakatan No. 8 tahun 1985.

4

Dalam undang – undang ini, organisasi kemasyarakatan diartikan sebagai

organisasi yang dibentuk oleh anggota warga masyarakat Indonesia secara

sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, untuk berperan

serta dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

Persaingan politik menjadi konsep yang sangat penting sekarang ini.

Pemerintah Indonesia yang menganut system multipartai membuat satu partai

bersaing dengan partai lain.

A. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan

masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang

dimaksud adalah Permasalahan yang berkaitan dengan Isu Pemilu Tahun 2014

( Kampanye Hitam ).

1. Apa saja hal – hal yang berkaitan dengan Pemilu ?

2. Apakah contoh isu - isu Pemilu Tahun 2014 ?

3. Apa arti Pemilu Hitam ?

B. TUJUAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui permasalahan

yang berkaitan dengan Isu Pemilu Tahun 2014 ( Kampanye Hitam ).

C. MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan kita tentang Pemilu.

2. Mengetahui isu - isu Pemilu Tahun 2014.

3. Menambah wawasan kita tentang Pemilu Hitam.

5

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam terminology politik dan pemilu, ada yang disebut sebagai kampanye

hitam atau black campaign. Istilah ini bukan berarti kampanye yang dilakukan

malam hari, atau kampanye yang dilakukan oleh (maaf) orang berkulit hitam.

Black Campaign, memang istilah “prokem” atau istilah serapan dari bahasa asing

(Inggris). Sebelum kita mengetahui apa definisi dari istilah black campaign atau

kampanye hitam, secara sistematis kita harus mengetahui dahulu apa arti dari

kampanye.

Menurut Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang disebut sebagai kampanye adalah

kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi,

misi, dan program Peserta Pemilu. Jadi berdasarkan pada definisi diatas,

kampanye dalam perhelatan pemilu, apapun bentuk pemilu itu (Pemilu DPR,

DPD, DPRD, Presiden/Wapres, Bupati, Walikota, Kepala Desa, dan pemilihan

lain dalam konteks pemberian suara oleh masyarakat), harus dilakukan dengan

cara yang lurus, bersih dan terang.

Artinya, kampanye adalah sebuah propose to something. Kampanye adalah

suatu perilaku dari seorang calon atau dari orang-orang atau partai atau kelompok

yang mendukungnya, untuk meyakinkan orang-orang agar mau memilihnya,

dengan menunjukkan dan menawarkan atau menjanjikan apa yang akan diperbuat,

apa yang akan dilakukan, apa yang akan diperjuangkan, apabila orang-orang

memilih calon tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa definisi

kampanye menurut Undang-Undang 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 10 tahun

2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah sebuah definisi

yang positif.

6

Jika kemudian ada definisi yang positif, tentu harus ada definisi yang

negatif. Mari kita lihat dalam Pasal 84 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2008

tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Didalam Pasal 84 tersebut terdapat

larangan terhadap kampanye pemilu yang tidak boleh dilakukan :

1. Kampanye tidak boleh mempersoalkan Pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945.

2. Kampanye tidak boleh dilakukan yang membahayakan keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

3. Kampanye tidak boleh dilakukan dengan cara menghina seseorang, ras,

suku, agama, golongan calon atau peserta pemilu yang lain.

4. Menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat.

5. Mengganggu ketertiban umum.

6. Mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan

penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota

masyarakat, dan/atau Peserta Pemilu yang lain.

7. Merusak dan/atau menghilangkan alat peraga Kampanye Peserta Pemilu.

8. Menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah, dan tempat

pendidikan.

9. Membawa atau menggunakan tanda gambar dan/atau atribut lain selain

dari tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan.

10. Menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta

kampanye.

Kesepuluh larangan kampanye tersebut itulah yang bisa dikategorikan

sebagai kampanye negatif. Larangan kampanye yang pertama dan kedua adalah

karena hal tersebut adalah bentuk kampanye yang inskonstitusional atau

melanggar UUD 1945. Larangan kampanye yang ketiga dan keempat inilah yang

disebut sebagai black campaign. Larangan kampanye yang kelima, keenam dan

ketujuh adalah karena hal tersebut adalah bentuk kampanye yang anarkhis dan

chaos atau yang rawan menimbulkan huru hara dan kerusuhan. Larangan

7

kampanye yang kedelapan dan kesembilan adalah karena hal tersebut adalah

bentuk kampanye terselubung. Larangan kampanye yang kesepuluh, adalah

karena hal tersebut adalah bentuk kampanye money politics atau kampanye

menggunakan kekuasaan uang.

Sehingga berdasarkan pada definisi Pasal 1 angka 26 dan Pasal 84 Undang-

Undang Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, yang dimaksud black campaign adalah suatu model atau perilaku atau

cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina, memfitnah, mengadu

domba, menghasut atau menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang

calon atau sekelompok orang atau partai politik atau pendukung seorang calon

terhadap lawan atau calon lainnya.

Terhadap black campaign ini, maka Pasal 270 Undang-Undang Nomor 10

tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memberikan ancaman

pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 24 (dua puluh

empat) bulan, dan denda paling sedikit Rp. 6.000.000 (enam juta rupiah) dan

paling banyak Rp. 24.000.000 (dua puluh empat juta rupiah).

Jelang pemilihan umum (Pemilu) 2014  potensi black campaign (kampanye

hitam) semakin memuncak. Oleh karena itu, KPU telah berkoordinasi dengan

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk mencegah dan menindak kampanye

hitam yang dianggap mencemari semangat pemilu itu sendiri.

KPU memang punya aturan melarang black campaign, tapi Bawaslu yang

bisa menetapkan, apakah yang dilakukan parpol atau seorang caleg itu kampanye

hitam atau tidak. Sanksi kampaye hitam akan sesuai dengan Undang-Undang

(UU) yang berlaku. Agar kampanye hitam yang selalu muncul di setiap Pemilu

kedepannya bisa berkurang, sehingga hajat lima tahunan tersebut bisa jauh dari

8

praktik-praktik kotor dari oknum. Sanksi yang bisa diberikan terhadap orang yang

terbukti melakukannya adalah sanksi administrasi berupa larangan kampanye.

Kampanye di Indonesia dikenal istilah kampanye hitam dan kampanye

negatif. Kampanye hitam, yaitu jenis kampanye yang menggunakan argumentasi

tak berdasar pada fakta dan realitas. Sedangkan, kampanye negatif adalah dimana

politisi menggunakan strategi menyerang dengan didasari fakta dan realitas.

Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menyatakan aktivitas kampanye di

media sosial menjadi salah satu area pengawasan yang dilakukan Bawaslu.

Namun, diakui sangat sulit menindak pelanggaran kampanye terutama kampanye

hitam di media sosial.

Kampanye di medsos memang tidak diatur karena itu kan gratis. Itu

(kampanye) akan sulit mengontrolnya dengan menggunakan UU Pemilu. Dalam

UU Pemilu nomor 8 tahun 2012, sebenarnya diatur dalam Pasal 86 ayat 1 tentang

larangan dalam kampanye pemilu. Disebutkan pelaksana, peserta, dan petugas

kampanye pemilu dilarang menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan,

calon, dan/atau peserta pemilu yang lain.

Aturan tersebut bisa digunakan untuk mengawasi materi kampanye yang

kerap dipakai dalam media sosial. Meski begitu, Bawaslu akan menguatkan

pengawasan kampanye di medsos melalui kerja sama dengan Kementerian

Komunikasi dan Informasi. Hasil pengamatan sementara memperlihatkan upaya

kampanye hitam di medsos mulai meningkat.

Bawaslu akan melakukan kerja sama dan penandatanganan nota

kesepahaman dengan Kemkominfo. Dengan begitu, penindakan pelanggaran

kampanye di media social bisa memakai Undang - Undang Informasi dan

Transaksi Elektronik (ITE).

Istilah kampanye hitam adalah terjemahan dari bahasa Inggris black

campaign yang bermakna berkampanye dengan cara buruk atau jahat. Buruk atau

9

jahat dalam pengertian merugikan orang lain atau lawan politik atau partai politik

(parpol) lain, sedangkan si empunya kampanye hitam itu berharap dirinya atau

partainya mendapatkan keuntungan. Ibarat peribahasa : mengeruhkan air,

berharap ikan muncul.

Secara umum bentuk kampanye hitam adalah menyebarkan keburukan atau

kejelekan seorang politikus dengan tujuan :

a. Menjatuhkan nama baik seorang politikus sehingga dia menjadi

tidak disenangi teman-teman separtainya, khalayak pendukungnya

dan masyarakat umum. Apabila teman-teman separtai tidak

menyenanginya, maka bisa berakibat yang bersangkutan

dikeluarkan dari partainya dan ini berarti karir politiknya di partai

tersebut hancur. Bahkan mungkin sulit untuk diterima di partai

yang lain. Apabila khalayak pendukung atau masyarakat luas tidak

menyenanginya, maka diharapkan yang bersangkutan gagal terpilih

dalam sebuah pencalonan.

b. Menjatuhkan nama baik seorang politikus dengan tujuan

menjatuhkan nama baik parpol tempat si politikus yang berkarir,

yang berefek kepada politikus-politikus lain di parpol tersebut atau

bahkan sekaligus menggagalkan calon presiden yang didukung

parpol tersebut (efek domino).

Cara-cara yang dipakai dalam berkampanye hitam adalah :

1. Menyebarkan kejelekan atau keburukan tentang seseorang politikus,

dengan cara memunculkan cerita buruk di masa lalunya, menyebarkan

cerita yang berhubungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung,

atau menyebarkan cerita bohong atau fitnah lainnya.

2. Untuk menguatkan cerita tersebut biasanya si penyebar cerita akan

menyertakan berupa bukti foto. Foto-foto tersebut bisa saja benar-benar

terjadi, bisa juga benar-benar terjadi tapi tidak terkait langsung dengan

10

permasalahan, namun si penyebar foto berharap asumsi masyarakat

terbentuk atau bisa juga foto tersebut hasil rekayasa / manifulasi dengan

bantuan teknologi komputer.

3. Yang lebih hebat lagi adalah apabila dimunculkan saksi hidup yang

bercerita perihal keburukan, atau pekerjaan jahat si politikus, baik di masa

lalu maupun yang masih belum lama terjadi.

Kampanye hitam bukanlah sebuah pilihan dalam berpolitik. Selain

mengandung unsur jahat dan melanggar norma, baik masyarakat atau pun agama,

kampanye hitam juga memberikan pendidikan politik yang jelek bagi masyarakat.

Upaya Menghalalkan segala cara yang melandasi dipilihnya bentuk kampanye

hitam menunjukkan masih buruknya moral dan keimanan seorang politikus yang

melakukan hal tersebut.

Eforia demokrasi di era reformasi ini tidaklah lantas merubah politikus-

politikus kita sebagai setan-setan politik dan dunia politik sebagai sarangnya

penjahat.

Boleh meniru demokrasi dan dunia politik di negara lain, tapi hendaknya

dengan bijaksana dan arif. Pilih yang baik-baiknya saja yang sesuai dengan

kepribadian bangsa dan tinggalkan yang buruk dan merusak. Ataukah politikus-

politikus kita ini memang sudah kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa ?

11

Berikut ini isu - isu tentang Pemilu 2014 yang berkaitan dengan kampanye

hitam, yang diambil dari Koran elektronik

1. Isu Pertama

Jumat, 21 Maret 2014 | 11:15

Foto dan Video ARB-Zalianty Bersaudara Beredar, Elite

Golkar: Itu Kampanye Hitam

Jakarta - Dunia maya pada Jumat (21/3) pagi ini digemparkan oleh video mirip

selebritas Marcella, Olivia Zalianty, politikus Golkar Aziz Syamsuddin dan Ketua

Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) yang beredar di situs layanan

berbagi video, Youtube.

Video yang berjudul Capres ARB Bersama artis Marcella Zalianty di Pulau

Maladewa ini berdurasi 3 menit 22 detik diunggah oleh akun DP News pada

Kamis (20/3) kemarin.

Beredarnya video dan foto-foto yang menunjukkan liburan bersama kakak-

beradik yang berprofesi artis, Marcela dan Olivia Zalianty, bersama elite Golkar,

dinilai sebagai kampanye hitam (black campaign).

Menurut salah satu petinggi Partai Golkar, Aziz Syamsuddin, tidak ada yang perlu

dipandang negatif dari foto dan video tersebut.

12

"Itu black campaign," kata Aziz saat dihubungi di Jakarta, Jumat (21/3).

Menurutnya, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (ARB) merupakan figur

orangtua bagi banyak pihak.

"Pak ARB itu kan dianggap sebagai orangtua oleh banyak orang, termasuk oleh

saya sendiri," katanya.

Dalam foto dan video tampak elite Golkar, Aburizal Bakrie dan Azis Syamsuddin,

berada di sebuah pesawat yang terlihat bersama Zalianty bersaudara. Disebut-

sebut, rombongan itu sedang berlibur ke Maladewa.

13

2. Isu Kedua

Gerindra Merasa Paling Banyak Diserang Kampanye Hitam

Jumat, 4 April 2014 | 09:03 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Badan Pemenangan Nasional Pemilu

Legislatif 2014 Partai Gerindra Moekhlas Sidik mengatakan, dalam masa

kampanye Pemilu Legislatif kali ini, Gerindra banyak mendapatkan serangan

kampanye hitam, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

"Banyak serangan yang kami dapatkan, terutama di media sosial, salah satunya

adalah akun Twitter yang mengatasnamakan Abraham Samad yang menyerang

Gerindra dan Prabowo Subianto," kata Moeklas, dalam keterangan tertulisnya di

Jakarta, Kamis (3/4/2014), seperti dikutip dari Antara.

Tak hanya itu, lanjut dia, Gerindra juga diserang di media sosial dari "pasukan

nasi bungkus" milik pihak lain. Menurut dia, Partai Gerindra menyadari bahwa

dalam perjuangan pasti ada rintangan, begitu juga dengan yang dihadapi Gerindra

pada masa mendekati pemilu ini.

14

"Banyak fitnah dan tudingan tidak berdasar yang ditujukan kepada kami yang bisa

dikategorikan sebagai kampanye hitam. Serangan yang diterima Gerindra

termasuk yang paling besar jika dibandingkan dengan partai politik lainnya,"

tuturnya.

Meski demikian, tambah dia, Gerindra tidak gentar terhadap berbagai serangan

tersebut. Pihaknya tetap optimistis akan meraih kemenangan dalam Pemilu

Legislatif dan Pemilihan Presiden. "Upaya-upaya pemenangan terus kami

jalankan agar dapat meraih hasil yang maksimal dalam pesta demokrasi ini," ucap

Moekhlas.

15

3. Isu Ketiga

Politisi PDIP: Puisi Petinggi Gerindra Kampanye Hitam

Rabu, 2 April 2014, 07:32

Hubungan Gerindra dan PDIP memanas. Serangan dilancarkan lewat puisi.

VIVAnews – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menyatakan tak akan

melayani serangan politik petinggi Gerindra lewat puisi atau sosial media. Wakil

Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon, sebelumnya menyebarkan puisi berjudul

‘Menuju Indonesia Raya’ yang isinya seakan menyindir PDIP.

“Itu kampanye hitam. PDIP tidak akan balas menyerang kampanye hitam,” kata

politisi PDIP Eva Kusuma Sundari, Rabu 2 April 2014. PDIP pun tetap akan

fokus mengkampanyekan program-programnya yang dikemas dalam slogan

‘Indonesia Hebat.’

Eva berpendapat, puisi Fadli Zon seperti kisah lama Lekra, Lembaga Kebudayaan

Rakyat yang merupakan organisasi kebudayaan sayap kiri di Indonesia yang

16

dibentuk pemimpin Partai Komunis Indonesia. “Puisi semacam itu seperti

propaganda melalui seni oleh Lekra,” ujar Eva.

Anggota Komisi III DPR itu beranggapan, puisi-puisi Fadli Zon yang tendensius

tak akan berpengaruh kepada PDIP. “Karena peperangan yang sesungguhnya ada

di basis massa,” kata Eva.

Sementara itu Fadli Zon menyatakan, puisi-puisi yang ia buat tak secara khusus

dimaksudkan untuk menyindir partai tertentu. “Saya heran bila ada pihak yang

tersindir dengan puisi yang saya buat. Dalam puisi, kita berbicara tentang nilai,

bukan orang. Ini adalah politik yang lebih substansi,” ujar caleg DPR dari daerah

pemilihan Kabupaten Bogor itu.

Ia mempersilakan masyarakat menilai sendiri puisi-puisi yang ia tulis, apakah

secara substansi benar atau tidak. Berikut puisi Fadli Zon berjudul ‘Menuju

Indonesia Raya’ yang dinilai banyak orang menyerang secara terbuka slogan

kampanye PDIP ‘Indonesia Hebat’:

Indonesia tak akan hebat, kalau pemimpin tidak amanat.

Indonesia tak akan hebat, kalau koruptor semakin kuat.

Indonesia tak akan hebat, karena kau jual Indosat.

Indonesia tak akan hebat, kalau dirawat kaum khianat.

Indonesia tak akan hebat, karena rakyat belum berdaulat.

Indonesia akan bangkit, kalau pemimpin tidak sakit.

Indonesia akan makmur, kalau koruptor segera dikubur.

Indonesia akan jaya, kalau rakyat berkuasa.

Indonesia akan jadi macan Asia, dengan gerakan Indonesia Raya.

17

Untuk diketahui, hubungan PDIP dan Gerindra memanas paska Megawati

Soekarnoputri mencalonkan Joko Widodo sebagai presiden 2014. Menurut

Gerindra, PDIP melanggar Perjanjian Batu Tulis yang dibuat di Bogor pada 15

Mei 2009, di mana dalam butir ketujuh kesepakatan itu dicantumkan bahwa PDIP

akan mendukung pencalonan Prabowo sebagai presiden 2014.

18

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan masalah – masalah diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Tindakan melakukan pemilihan anggota – anggota badan perwakilan oleh

seluruh rakyat dalam suatu waktu dan menurut cara tertentu itulah yang

disebut dengan PEMILIHAN UMUM ( PEMILU ).

2. Kampanye hitam merupakan salah satu penyebab ketegangan yang ada

pada saat penyelenggaraan pemilu.

3. Berdasarkan pada definisi Pasal 1 angka 26 dan Pasal 84 Undang-Undang

Nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, yang dimaksud black campaign adalah suatu model atau

perilaku atau cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina,

memfitnah, mengadu domba, menghasut atau menyebarkan berita bohong

yang dilakukan oleh seorang calon atau sekelompok orang atau partai

politik atau pendukung seorang calon terhadap lawan atau calon lainnya.

4. Terhadap black campaign ini, maka Pasal 270 Undang-Undang Nomor 10

tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

memberikan ancaman pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan

paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dan denda paling sedikit Rp.

6.000.000 (enam juta rupiah) dan paling banyak Rp. 24.000.000 (dua

puluh empat juta rupiah).

19

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie Jimly . 2005 . Kemerdekaan Berserikat Pembubaran Partai Politik

dan Mahkamah Konstitusi . Jakarta . Konstitusi Press

Firmanzah . 2011 . Mengelola Partai Politik . Jakarta .Yayasan Pustaka Obor

Indonesia

http://dodynurandriyan.blogspot.com/2009/02/black-campaign.html

Kansil . 1974 . Inti Pengetahuan Pemilihan Umum . Jakarta . Pradnya Paramita

20